ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), DEBT EQUITY RATIO (DER), PRICE EARNING RATIO (PER), EARNING GROWTH
RATIO (EGR), DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP FINANCIAL LEVERAGE
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI)
Oleh:
Disusun Oleh: ANGGI SAPUTRA NIM: 206081003938
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010M/1431H
ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), DEBT EQUITY DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Anggi Saputra
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 25 April 1988
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Salak 5 No. 42 Rt 03/04 Buaran Pondok Benda Pamulang-Tangerang Selatan
Telp : 081315359386/02191042808
Email : [email protected]
PENDIDIKAN
Tahun 1993-1994 : TK Muslim Asia Afrika Tahun 1994-2000 : SDN Pondok Benda II Tahun 2000-2003 : SLTP Al-Amanah Cisauk Tahun 2003-2006 : SMUN I Pondok Aren
PENGALAMAN ORGANISASI
Tahun 2003-2005 : Sekretaris Ikatan Remaja Masjid Al-Falah Tahun 2005-2007 : Wakil Ketua Ikatan Remaja Masjid Al-Falah Tahun 2007-2008 : Seksi Pendidikan dan Dakwah Ikatan Remaja
Masjid Al-Falah
ABSTRACT
The purpose of this research is to analysis the effect of Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), and Return On Assets (ROA) on Financial Leverage. Which use multiple regressions for saw effect of Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), and Return On Assets (ROA) to Financial Leverage. According analyze was found that Financial Leverage with simultaneous was impacted to Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), and Return On Assets (ROA) with significance 0.000 and in other wise partially was found evidence that Return On Equity (ROE) with significance 0.000, Debt Equity Ratio (DER) with significance 0.000 and Return On Assets with significance 0.000 which impacted the Financial Leverage.
Keyword : Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), and Return On Assets (ROA) to Financial Leverage.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), dan Return On Assets (ROA) terhadap Financial Leverage. Metode Statistik yang digunakan adalah model regresi linear berganda. Dari hasil regresi linear berganda tersebut di lanjutkan dengan pengujian asumsi klasik regresi berganda yaitu uji normalitas, autokorelasi, multikolinearitas dan heterokedastisitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), dan Return On Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap Financial Leverage dengan signifikansi 0,000 sedangkan secara parsial hanya variabel Return On Equity (ROE) dengan signifikansi 0,000, Debt Equity Ratio (DER) dengan signifikasi 0,000 dan Return On Asset (ROA) dengan signifikansi 0,000 yang berpengaruh signifikan terhadap Financial Leverage.
Kata Kunci : Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), dan Return On Assets (ROA), Financial Leverage.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr.WB
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ni’mat iman, ni’mat islam serta ni’mat sehat wal’afiat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada baginda alam junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Beliau adalah penutup para nabi, rasul yang amanah serta bagi para keluarga, sahabat dan kita semua sebagai pengikutnya, dengan harapan mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta . dengan judul skripsi “Analisis pengaruh Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), dan Return On Assets (ROA) terhadap Financial Leverage (studi empiris pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia)”.
Skripsi yang telah penulis selesaikan ini merupakan salah satu dari banyaknya ni’mat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Atas segala do’a, motivasi, serta arahan dari berbagai pihak merupakan modal utama bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Yuyut Suraniyanto dan Mama Sarnah yang telah memberikan motivasi dan do’a dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala do’a –do’a yang selalu kalian panjatkan untukku dengan tiada henti dan semua dukungan baik moril maupun materil. Kalian adalah
kebanggaanku dan anugerah terindah yang telah Allah berikan untukku. Dikesempatan ini saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tak terhingga karena kalian telah membesarkanku dengan cinta dan kasih sayang hingga menjadi seperti ini, yang tidak akan pernah tergantikan dengan apapun dibandingkan dengan semua pengorbanan yang telah kalian berikan untukku. Karya kecil ini aku persembahkan untuk kalian yang kucintai dan kusayangi, semoga Allah SWT selalu melindungi, melimpahkan rahmat-NYA serta meninggikan derajat kalian. Amiin.
2. Adik-adikku tersayang Dian, Dewo, Eko, dan Ilham yang selalu mendoakan dan memotivasi bagi penulis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan “terus semangat untuk belajar ya??? agar jadi orang sukses dan menjadi kebanggaan keluarga).
3. Bapak. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Indoyama Nasarudin, SE., MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
7. Seluruh Dosen yang telah mengajarkanku selama ini, semoga ilmu yang telah kalian berikan menjadi ilmu yang bermanfaat untukku khususnya dan umumnya orang lain.
8. Seluruh staf karyawan dan karyawati Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis “Mba Ani, Mpo Heny, Mas Ajis, Mas Heri, Mas Alfred, Pak Sukmadi dan lain-lain, makasih ya untuk semuanya”.
9. Untuk sahabat-sahabatku anak-anak manajemen B “Yadi dan Rosim (ayo terus semangat coy biar cepet wisuda), Ali (semangat com jangan nongkrong mulu lu), Kiki (ki tunda dulu band lu biar cepet wisuda), Kipli dan Faisal
(akhirnya kita lulus kompre bareng coy), Prima n Ade (ayo terus semangat lu) , Alamsyah, Tutu, Alan (lan cepet wisuda lu,tika dah minta dilamar tuch), Umar, Bukhori, Apung, Renal, Febrian, Muzakir, Ririn, Nurul, Rika, Purwanti, Lia, Rheina, Luthfi” makasih untuk motivasi dan do’anya, semoga akan selalu terkenang perjuangan kita sampai kapanpun dan persahabatan kita akan selalu terjalin dengan baik.
10.Untuk teman-temanku “Ale (ayo le cepet kelarin skripsinya pelatnas cipayung dah nunggu tuch hehe..), Toto, Ari, Iskak, Bagas, Sigit, Andri, Muslim, Chandra Devi (makasih ya dah bantuin ngajarin persiapan kompre sama skripsi), Dede, Lina, Ria, Khania” makasih ya untuk semuanya. Oia….Makasih juga buat Khoir (yang udah mw bantuin gw SPSS), Osin (akhirnya gw lulus kompre sin..makasih ya dah ngasih tau persiapan kompre), Mute, Ibol yang telah banyak memotivasi dan membantu sampe skripsi gw kelar.
11.Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu karena dengan segala keterbatasan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.
Akhinya dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan skripsi ini kepada semua pihak yang berkepentingan, dengan harapan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semuanya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, Agustus 2010
Anggi Saputra
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... ii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI... iii
LEMBAR PENGUJIAN KOMPREHENSIF... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP... v
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Financial Leverage ... 13
B. Pengertian Return On Equity (ROE)... 17
C. Hubungan antara Financial Leverage dengan Return On Equity 19 D. Pengertian Debt Equity Ratio (DER) ... 20
E. Pengertian Price Earning Ratio (PER) ... 22
F. Hubungan antara PER dengan Leverage ... 25
G. Pengertian Earning Growth Ratio (EGR) ... 25
H. Hubungan antara Financial Leverage dengan EGR ... 27
I. Pengertian Return On Assets (ROA) ... 27
J. Hubungan antara Financial Leverage dengan ROA... 28
K. Penelitian Sebelumnya ... 29
L. Kerangka Pemikiran... 31
M. Hipotesis... 33
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 35
B. Metode Penentuan Sampel ... 35
C. Metode Pengumpulan Data ... 35
D. Metode Analisis ... 36
E. Operasional Variabel Penelitian... 43
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 47
B. Sejarah Objek Penelitian ... 59
C. Hasil Dan Pembahasan... 61
1. Deskripsi Data... 61
2. Pengujian Asumsi Klasik ... 70
3. Uji Signifikansi ... 74
4. Analisis Regresi Linear Berganda... 77
D. Interpretasi ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 81
B. Saran Dan Implikasi... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 84
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 32 4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia 51
4.2 Pengujian Normalitas Data 70
4.3 Uji Heteroskedastisitas 73
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
4.1 Perusahaan Objek Penelitian 60
4.2 Data Return On Equity 61
4.3 Data Debt Equity Ratio 63
4.4 Data Price Earning Ratio 64
4.5 Data Earning Growth Ratio 65
4.6 Data Return On Asset 66
4.7 Data Financial Leverage 67
4.8 Deskripsi Data 69
4.9 Hasil Pengujian Multikolinearitas 71 4.10 Hasil Pengujian Autokorelasi 72 4.11 Hasil Pengujian Uji t 74 4.12 Hasil Pengujian Uji f 76 4.13 Hasil Pengujian Adjusted R Square 77 4.14 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda 77
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Daftar Nama Perusahaan Yang Tercatat Dalam 86 Perusahaan Manufaktur Periode 2005-2009
2 Data Return On Equity Perusahaan Manufaktur 87
3 Data Debt Equity Ratio Perusahaan Manufaktur 88
4 Data Price Earning Ratio Perusahaan Manufaktur 89 5 Data Earning Growth Ratio Perusahaan Manufaktur 90 6 Data Return On Asset Perusahaan Manufaktur 91
7 Data Financial Leverage 92
8 Hasil Output Regresi Linear Berganda 93
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang PenelitianPerusahaan dituntut untuk melakukan pengelolaan yang tepat terhadap
fungsi-fungsi penting yang ada di dalam perusahaan dan kemampuan untuk
melakukan penyesuaian terhadap keadaan yang terjadi demi memperoleh
keunggulan dalam persaingan yang dihadapi di era globalisasi. Salah satu
fungsi terpenting dalam perusahaan adalah manajemen keuangan. Dalam
manajemen keuangan, salah satu unsur yang harus diperhatikan adalah
mengenai seberapa besar kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dana yang
akan digunakan untuk melaksanakan kegiatan operasional dan
mengembangkan usahanya.
Bagi perusahaan yang ingin masuk ke pasar modal perlu
memperhatikan syarat-syarat yang dikeluarkan oleh Bapepam sebagai
regulator pasar modal. Selain itu, perusahaan juga harus mampu meningkatkan
nilai perusahaan sehingga terjadi peningkatan penjualan sahamnya di pasar
modal. Jika diasumsikan investor adalah seorang yang rasional, maka investor
tersebut pasti akan sangat memperhatikan aspek fundamental untuk menilai
ekspektasi imbal hasil yang akan diperolehnya.
Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi
investor dalam mengambil keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan
tersebut menjadi optimal bagi investor apabila investor dapat menganalisis
lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan (Penman, 1991). (Horigan, 1965)
dalam (Tuasikal, 2001) menyatakan bahwa rasio keuangan berguna untuk
memprediksi kesulitan keuangan perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan
perusahaan saat ini dan pada masa mendatang, serta sebagai pedoman bagi
investor mengenai kinerja masa lalu dan masa mendatang.
Rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan ini sering disebut
faktor fundamental perusahaan yang dilakukan dengan teknik analisis
fundamental. Bagi perusahaan-perusahaan yang go public diharuskan menyertakan rasio keuangan yang relevan sesuai dengan Keputusan Ketua
Bapepam Nomor KEP-51/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 (BEJ).
Pengujian-pengujian yang dilakukan pada pasar modal di Indonesia
banyak diilhami oleh penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan di negara
lain, seperti O’Connor (1973) yang memelopori studi mengenai hubungan
antara rasio keuangan berguna bagi investor (pemegang saham biasa) untuk
mengambil keputusan. Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa analisis
kekuatan dari variasi model ratio dengan rate of return menunjukkan adanya keragaman akan manfaat rasio keuangan bagi investor pemegang saham biasa.
Ou & Penman (89) meneliti manfaat laporan keuangan dalam memprediksi
return saham. Hasil riset mereka menunjukkan bahwa informasi akuntansi mengandung informasi fundamental yang tidak tercermin dalam harga saham.
Gupa dan Heufner (1972) melanjutkan bahwa rasio-rasio keuangan tertentu
memiliki manfaat atau arti yang berbeda ketika diasosiasikan dengan
karakteristik industri tertentu yang berbeda. Mirip dengan pernyataan Gupa dan
Heufner adalah apa yang dikemukakan oleh Foster (1986). Ia mengemukakan
bahwa rasio tertentu antara industri yang satu dengan lainnya memiliki
perbedaan yang signifikan.
Investor perlu memiliki tolak ukur agar dapat mengetahui apakah jika ia
melakukan investasi pada suatu perusahaan ia akan mendapatkan gain
(keuntungan) apabila sahamnya dijual. Investor dapat menggunakan tingkat
imbal hasil sebagai tolak ukur untuk melihat ekspektasi hasil suatu saham.
Riset mengenai kegunaan informasi akuntansi (laporan keuangan)
dalam hubungannya dengan return dan harga saham di Bursa Efek Jakarta telah banyak dilakukan, antara lain sebagai berikut, Machfoedz (1994)
menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba
perusahaan pada masa depan pada 89 perusahaan pemanufakturan yang
terdaftar di BEJ dari tahun 1989-1993. Asyik (1999) menemukan bahwa rasio
neraca dan laba rugi memiliki hubungan yang lebih kuat dengan return saham dibandingkan dengan rasio arus kas. Kennedy JSP (2003), meneliti pengaruh
ROA, ROE, earnings per share, profit margin, asset turnover, rasio leverage,
dan debt to equity ratio terhadap return saham. Triyono dan Jogiyanto (2000) meneliti hubungan kandungan informasi arus kas, komponen arus kas, dan
laba akuntansi dengan harga saham atau return saham. Tuasikal (2001) menguji manfaat informasi akuntansi dalam memprediksi return saham. Mirip dengan Tuasikal sebelumnya Parawiyati et. al., (2000) meneliti penggunaan
informasi keuangan untuk memprediksi keuntungan investasi bagi investor di
pasar modal. Hasil Pengujiannya menunjukkan bahwa variabel informasi
keuangan tersebut berpengaruh signifikan sebagai prediktor laba dan arus kas
untuk satu, dua, dan empat tahun ke depan. Selain itu, Natarsyah S. (2002)
menganalisis pengaruh beberapa faktor fundamental dan risiko sistematik
terhadap harga saham. Penelitiannya merupakan studi terhadap 16 industri
barang konsumsi yang go public di pasar modal dalam periode 8 tahun (1990—1997) dengan mengasumsikan bahwa harga saham merupakan fungsi
dari ROA, ROE, beta, book value, debt/equity dan required rate of return. Setelah melakukan pengujian terhadap hipotesis diperoleh hasil bahwa faktor
fundamental seperti return on assets, dividend payout ratio, debt to equity ratio, book value equity per share, dan indeks beta berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
Modal menjadi salah satu aspek penting dalam perusahaan karena baik
dalam pembukaan bisnis maupun pengembangannya, modal sangatlah
diperlukan. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan seberapa banyak
modal yang diperlukan untuk membiayai bisnisnya. Semakin berkembangnya
suatu perusahaan maka semakin besar dana yang di butuhkan untuk
pembiayaan kegiatan yang di butuhkan. Salah satu alternatif untuk membiayai
kegiatan perusahaan adalah dengan melalui modal pinjaman atau menggunakan
financial leverage.
Pasar modal merupakan salah satu sumber dana bagi pembiayaan di
samping lembaga keuangan dan lembaga pembiayaan lain. Peranannya sangat
penting dalam menjembatani hubungan antara penyedia dana investor dan
pengguna dana emiten atau perusahaan go public. Investor yang akan
menanamkan uangnya di bursa, akan selalu melihat dan menilai saham mana
yang nilainya stabil dan bahkan ada kecenderungan naik. Investor juga
berkepentingan atas informasi yang berhubungan dengan kondisi atau kinerja
keuangan perusahaan sebagai pedoman untuk melakukan investasi, agar dana
yang diinvestasikan tersebut mampu menghasilkan nilai tambah di masa
mendatang dalam bentuk dividen dan atau capital gain.
Return On Equity (ROE) yaitu rasio antara laba setelah pajak terhadap total modal sendiri (equity) yang berasal dari setoran modal pemilik, laba tak dibagi dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan. Semakin tinggi
ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri
untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas
(shareholders’ equity) yang dimiliki oleh perusahaan.
Return On Equity (ROE) adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang di miliki, sehingga
retun on equity ini ada yang menyebutnya sebagai rentabilitas modal sendiri. (Sutrisno, 2000:197).
Menurut Lukman Syamsuddin (2001:54), DER adalah rasio yang
menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang dengan
jumlah modal sendiri yang diberikan pemilik perusahaan. Berdasarkan
pendapat di atas, pengertian DER dalam penelitian ini adalah rasio yang
membandingkan antara total hutang dengan total ekuitas pemilik. DER
mengidentifikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian
tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. Dalam hal terjadi
likuiditas, kreditor mempunyai prioritas klaim dibandingkan pemegang
saham. Dari sudut pandang kreditor, jumlah ekuitas dalam struktur
permodalan perusahaan dapat dianggap sebagai katalisator, membantu
memastikan bahwa terdapat asset yang memadai untuk menutup klaim pihak
lain. Rasio yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa klaim pihak lain relatif
lebih besar ketimbang asset yang tersedia untuk menutupnya, sehingga
meningkatkan risiko bahwa klaim kreditor kemungkinan tidak akan tertutup
secara penuh bilamana terjadi likuidasi.
Financial leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan di biayai dengan hutang (Husnan 1994).
Apabila perusahaan mempunyai hutang semakin banyak maka semakin besar
beban bunga dan angsuran pokok pinjaman yang harus di bayar. Bambang
Riyanto (1992) mendefinisikan leverage sebagai penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaannya perusahaan harus membayar biaya tetap. Maka
dapat disimpulkan bahwa semakin besar tingkat financial leverage perusahaan, semakin tinggi pula resiko finansialnya.
Adanya pembiayaan yang menggunakan hutang tersebut maka
perusahaan akan mempunyai beban berupa bunga sehingga semakin besar
hutang yang diambil, serta dapat menyebabkan beban financial atau biaya yang semakin tinggi. Hal ini berarti akan meningkatkan ketidakpastian hasil
pengembalian bersih yang akan diterima pemegang saham. Jika ternyata
perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari pada beban
tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan bagi pemegang saham.
Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. (Riyanto,
1995:331).
Leverage menjadi indikasi efisiensi kegiatan bisnis perusahaan, serta pembagian resiko usaha antara pemilik perusahaan dan para pemberi pinjaman
atau kreditur. Sebagian pos utang jangka pendek, menengah dan panjang
menanggung biaya bunga. Contoh utang dengan beban bunga adalah kredit
dari bank dan lembaga keuangan yang lain. Semakin kecil jumlah pinjaman
berbunga semakin kecil pula beban bunga kredit yang ditanggung perusahaan.
Dengan demikian dipandang dari segi beban bunga, perusahaan tersebut lebih
efisien operasi bisnisnya. Apabila beban biaya operasional yang lain wajar,
dengan beban bunga pinjaman kecil diharapkan profitabilitas perusahaan meningkat. (Sutojo dan Kleinsteuber, 2004:37).
Menurut Bambang Riyanto (1992) bila perusahaan menghasilkan
pendapatan yang tinggi dari pada beban tetapnya, maka financial leverage
dapat meningkatkan return on equity (ROE), debt equity ratio (DER), price earning ratio (PER), earning growth ratio (EGR), dan return on assets (ROA). Peningkatan kelima rasio tersebut akan menyebabkan kenaikan tingkat
kepercayaan pemegang saham atas laba yang akan diperoleh juga semakin
meningkat. Perusahaan menggunakan financial leverage berharap agar dapat
meningkatkan return on equity (ROE), debt equity ratio (DER), price earning ratio (PER), earning growth ratio (EGR), return on assets (ROA), hal ini tejadi bila penggunaan dana dengan beban itu menghasilkan efek yang
menguntungkan bagi pemegang saham biasa. Semakin besar return on equity
(ROE), debt equity ratio (DER), price earning ratio (PER), earning growth ratio (EGR), dan return on assets (ROA) berarti semakin besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemiliknya.
Penelitian yang dilakukan oleh Buchary Jahya (2002) mengenai analisis
risk and return pada BUMN sektor industri jasa telekomunikasi di Jakarta (PT. Telkomsel dan PT. Indosat) penelitian ini menggunakan regresi berganda
menggunakan variabel dependen financial leverage dan variabel independent
return on equity (ROE), earning per share (EPS), dan return on assets (ROA). Hasil penelitian pada PT. Telkomsel menunjukkan bahwa secara parsial
maupun simultan return on equity (ROE), earning per share (EPS), dan return on assets (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial leverage. Sedangkan pada PT. Indosat secara parsial dan simultan return on equity
(ROE), earning per share (EPS), dan return on assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap financial leverage.
Penelitian yang di lakukan oleh Sofiani (2000) mengenai pengaruh
struktur modal terhadap nilai perusahaan menunjukan bahwa tingkat leverage
atau struktur modal perusahaan mengatakan bahwa tingkat leverage suatu perusahaan memiliki hubungan yang positif dengan nilai perusahaan yang di
wakili oleh tingkat pengembalian atas saham. Hal ini membawa konsekuensi
bahwa pembahasan mengenai tingkat leverage menjadi lebih penting bagi suatu perusahaan karena salah satu tujuan perusahaan adalah meningkatkan
atau mempertahankan kemakmuran pemegang saham yang tecermin pada nilai
perusahaan atau nilai saham perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan harus
mengetahui dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
leverage perusahaan, manajer akan dapat mengelola tingkat leverage yang dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Sabar Warsini (1994), Aldler H.Manurung
(1994) menggunakan model regresi whitbeck dan kisor dengan mengambil
kasus pada perusahaan tekstil yang go public. Hasil penelitiannya menyebutkan
financial leverage dan return on equity memiliki hubungan yang positif, sedangkan pertumbuhan laba perusahaan memiliki hubungan yang negatif
terhadap financial leverage.
Penelitian yang dilakukan oleh Ali K. Ozdagli (2009) menyajikan suatu
model dinamis perusahaan dengan kontrak hutang bebas risiko,
investasi ireversibilitas, dan biaya restrukturisasi hutang. Model ini cocok untuk beberapa fakta perusahaan dan harga aset keuangan : Pertama, leverage
konstan berbeda dengan pasar buku portofolio, sedangkan leverage pasar berbeda secara signifikan. Kedua, perubahan pasar leverage terutama disebabkan oleh perubahan harga saham bukan oleh perubahan hutang. Ketiga,
ketika model dikalibrasi agar sesuai dengan distribusi penampang rasio buku
ke pasar, hal ini menjelaskan perbedaan kembali di perusahaan yang
berbeda. Model ini juga menunjukkan bahwa investasi ireversibilitas saja tidak
dapat menghasilkan pola cross-sectional diamati dalam return saham dan bahwa leverage adalah sumber utama dari nilai premi.
Penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Jiang (2001) menyatakan
bahwa perusahaan besar cenderung melakukan diversifikasi usaha lebih banyak
daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu, kemungkinan kegagalan dalam
menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan
sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan suatu
perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih
mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini akan
mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh
pinjaman atau dana eksternal. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan
positif antara ukuran perusahaan dengan leverage.
Mengingat keputusan pendanaan merupakan keputusan penting yang
secara langsung akan menentukan kemampuan perusahaan untuk dapat terus
bertahan hidup dan berkembang, serta berdasarkan beberapa penelitian
terdahulu yang pernah dilakukan, maka berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan diatas, disini penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengambil judul “ Analisis Pengaruh Return On Equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio (EGR), dan Return On Assets (ROA) terhadap Financial Leverage pada Perusahaan Manufaktur”. Objek yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2005-2009.
B.
Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang penelitian yang telah di jelaskan di atas,
maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
a. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara ROE, DER, PER,
EGR, ROA terhadap financial leverage baik secara simultan maupun secara parsial?
b. Dari variabel independent baik secara simultan maupun secara parsial
manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap financial leverage?
C.
Tujuan dan Manfaat PenelitianBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat di buat beberapa
tujuan dan manfaat penelitian sebagai berikut :
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisis pengaruh antara ROE, DER, PER, EGR, ROA
terhadap financial leverage baik secara simultan maupun secara parsial.
b. Untuk menganalisis variabel independent baik secara simultan
maupun secara parsial manakah yang mempunyai pengaruh paling
dominan terhadap financial leverage
12
2. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: a. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan kajian dan pertimbangan dalam menentukan
kebijakan yang harus diambil oleh perusahaan. Dengan ini diharapkan
perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan investor.
b. Bagi Investor
Penelitian dapat menjadi informasi tentang bentuk atau tingkat
efisiensi finansial perusahaan sehingga dapat membantu investor
dalam membuat kebijakan investasinya.
c. Bagi Penulis
Agar dapat memperluas pengetahuan mengenai pengaruh antar
variabel penelitian yaitu return on equity, debt equity ratio, price earning ratio, earning growth ratio, dan return on assets.
d. Bagi Akademik (ilmu pengetahuan)
Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai contoh studi
kasus nyata dalam perkuliahan disamping digunakan sebagai koleksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Financial Leverage
Financial Leverage adalah penggunaan modal pinjaman di samping modal sendiri dan untuk itu perusahaan harus membayar beban tetap berupa
bunga. Dengan menggunakan sumber dana yang memiliki beban tetap
diharapkan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari
pada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia
bagi pemegang saham. (Agus Sartono, 1997).
Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage
berarti menggunakan modal sendiri 100%. Penggunaan hutang itu sendiri bagi
perusahaan mengandung tiga dimensi, yaitu (1) pemberi kredit akan
menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan , (2) dengan
menggunakan hutang maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang
lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan
meningkat, (3) dengan menggunakan hutang maka pemilik akan memperoleh
dana dan tidak kehilangan pengendalian perusahaan. (Agus Sartono, 1997).
Menurut Agus Sartono Financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan hutang untuk membiayai investasinya. Financial leverage
menurut Beaver, Kettler dan Scholes (2004) adalah nilai buku hutang jangka
panjang total dibagi dengan aktiva total. Pada dasarnya perusahaan yang
menggunakan financial leverage tujuannya agar keuntungan yang di peroleh lebih besar dari biaya tetapnya. Jika perusahaan ternyata mendapatkan
keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya, maka akibatnya dividen
yang akan di terima pemegang saham akan semakin kecil. Leverage di definisikan sebagai pengunaan aktiva atau dana di mana untuk penggunaannya
perusahaan harus membayar biaya tetap. Leverage menguntungkan (favorable financial leverage) kalau pendapatan yang di terima dari penggunaan dana tersebut lebih besar dari biaya beban tetapnya. Sedangkan financial merugikan
(unfavorable financial leverage) apabila perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan sebanyak beban tetap yang harus di bayar. Dari uraian di atas
dapat dikatakan bahwa semakin besar tingkat financial leverage perusahaan, makin tinggi resiko finansialnya.
Semakin tinggi proporsi debt relatif terhadap ekuitas meningkatkan risiko perusahaan. Sebagaimana rasio lainnya faktor industri dan ekonomi
sangat mempengaruhi, baik tingkat debt maupun sifat debt (jatuh tempo dan tingkat bunga tetap dan variabel). Misalnya industri dengan modal yang
intensif cenderung untuk menggunakan tingkat debt yang tinggi untuk mendanai property, plan, and equipment-nya. Debt untuk mendanai kegiatan semacam itu harus bersifat jangka panjang agar sesuai dengan jangka waktu
asset yang diperoleh. Debt ratio ditunjukkan dengan perbandingan debt to total capital, debt to equity.
Hal ini dapat mengakibatkan prospek perusahaan menurun, prospek
perusahaan mempengaruhi harga saham, apabila prospek di perkirakan
meningkat atau menurun, maka harga saham akan naik atau turun. (Suad
Husnan, 1998).
Meek, Robert dan Gray (1995) dalam Nugraheni dkk (2002)
menyatakan semakin tinggi tingkat leverage perusahaan, semakin besar pula
agency cost. Dengan kata lain untuk memenuhi kebutuhan kreditur jangka panjang perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas.
Financial leverage menunjukkan penggunaan hutang dalam membiayai perusahaan yang dapat mengakibatkan timbulnya resiko keuangan, semakin
besar biaya tetap finansial yang di tambahkan pada biaya tetap operasi
(operating fixed cost). Penambahan fixed cost yang lebih besar akan mengurangi keuntungan bersih pemegang saham biasa, dan pengurangan
keuntungan ini berarti resiko bagi para pemegang saham biasa.
Walaupun penggunaan financial leverage memiliki resiko yang cukup besar, perusahaan tetap cenderung memilih financial leverage yang tinggi. (Weston Brigham, 1993:299). karena berarti :
a. Jika pengusaha menginvestasikan sebagian kecil saja dari keseluruhan
dana yang di butuhkan perusahaan, maka resiko perusahaan di tanggung
kreditur.
b. Dengan menambah pendanaan yang berasal dari hutang pemegang saham
dapat mengontrol perusahaan dengan jumlah investasi yang lebih kecil.
c. Jika perusahaan dapat menghasilkan keuntungan atas penggunaan hutang
yang di bebani bunga pengembalian atas modal (ROE) dapat bertambah
atau meningkat.
Pernyataan di atas menunjukkan perusahaan yang menggunakan
financial leverage yang lebih tinggi berarti tambahan dana untuk investasi, maka perusahaan berharap dapat meningkatkan earning per share (EPS) perusahaan tersebut. Peningkatan earning per share (EPS) tidak telepas dari kaitannya dengan volume penjualan perusahaan.
Penggunaan financial leverage pada suatu perusahaan dikatakan menguntungkan apabila pendapatan yang di terima dari penggunaan dana
melalui hutang tersebut mengalami peningkatan dari pada beban tetap
penggunaan hutang tersebut. Financial leverage merupakan suatu cara pembiayaan perusahaan dengan menggunakan hutang yang tujuannya untuk
dapat meningkatkan pengembalian atas modal.
Perusahaan pada umumnya menggunakan hutang untuk memperoleh
dana bagi perusahaan sehingga setiap periode harus menanggung pembayaran
bunga yang tidak mempermasalahkan bagaimana keadaan perusahaan apakah
sedang memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian.
Menurut Bambang Riyanto (1992) semakin besar penggunaan hutang
yang dilakukan perusahaan, yang juga akan meningkatkan jumlah beban
bunga berarti semakin besar pula resiko bagi tingkat biaya-biaya tetap
finansial (financial fixed cost) yang akan di tambahkan pada biaya tetap operasi akan mengurangi keuntungan bersih pemegang saham biasa dan
pengurangan keuntungan ini berarti resiko bagi mereka.
B. Pengertian Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) yaitu rasio antara laba setelah pajak terhadap total modal sendiri (equity) yang berasal dari setoran modal pemilik, laba tak dibagi dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan. Semakin tinggi
ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri
untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas
(shareholders’ equity) yang dimiliki oleh perusahaan.
Return On Equity (ROE) adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang di miliki, sehingga
retun on equity ini ada yang menyebutnya sebagai rentabilitas modal sendiri. (Sutrisno, 2000:197).
Return On Equity (ROE) adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.
Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, apabila proporsi
hutang semakin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. (Agus Sartono,
1998:90).
Menurut Drs. Lukman Syamsudin, M.A (2000) Return On Equity
(ROE) adalah suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang
saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.
Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang di peroleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.
Menurut Bringham dan Ehnhardt (2002) return on equity (ROE) di definisikan sebagai berikut: “Tingkat pengembalian atas investasi bagi
pemegang saham biasa”.
Return On Equity (ROE) atau sering disebut rentabilitas modal sendiri menurut Bambang Rianto (1995:44) adalah perbandingan antara jumlah laba
yang tersedia bagi pemilik modal sendiri bagi disatu pihak dengan jumlah
modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dilain pihak. Laba yang
dipehitungkan untuk mengukur ROE adalah laba yang tersedia bagi pemegang
saham perusahaan.
Pemilik sebagai orang yang sangat bertanggung jawab terhadap
keberadaan perusahaan tentunya menginginkan rentabilitas yang tinggi. Untuk
itu maka pemilihan untuk sumber-sumber pembelanjaan yang dilakukan
hendaknya dapat mempertinggi rentabilitas modal sendiri. Tiga komponen
utama dari return on equity adalah asset turnover, return on sales, dan financial leverage. (Syaiful M.Ruky, 1992:82).
Suad Husnan (1998:293) juga lebih mempertegas lagi bahwa return on equity (ROE) adalah laba yang ditahan dan diinvestasikan kembali tersebut bisa menghasilkan tingkat keuntungan.
Menurut M.Fakhruddin dan M.Sopian Hadianto return on equity (ROE) adalah mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi
pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga di pengaruhi oleh besar kecilnya
hutang perusahaan, apabila proporsi hutang semakin besar maka rasio ini juga
akan semakin besar.
ROE atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur
laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri yang menunjukkan efisiensi
penggunaan modal sendiri, semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya
posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. (Kasmir,
et.al., 2003:207).
Sehingga berdasarkan penjelasan sebelumnya yang dimaksud dengan
Return On Equity (ROE) adalah kemampuan perusahaan dalam mengembalikan return yang diharapkan.
C. Hubungan antara financial leverage dengan return on equity (ROE)
Hubungan antara financial leverage dengan return on equity (ROE) menurut Bambang Riyanto (1992): “Besarnya rentabilitas modal sendiri selain
di pengaruhi oleh rentabilitas ekonomi, juga dipengaruhi oleh rasio hutang”.
Pengaruh rasio hutang (financial leverage) terhadap rentabilitas modal sendiri (ROE) dapat positif, negatif ataupun tidak ada pengaruh sama sekali.
Kontribusi dari financial leverage terhadap return on equity (ROE) adalah positif jika hanya penggunaan dana dengan beban tetap tersebut dapat
memberikan pendapatan atau hasil yang lebih besar rasio hutang
mengakibatkan semakin besarnya rentabilitas modal sendiri.
D. Pengertian Debt Equity Ratio (DER)
DER merupakan rasio yang digunakan untuk melihat struktur keuangan
perusahaan dengan mengaitkan jumlah kewajiban dengan jumlah ekuitas
pemilik. (Simamora, 2000:533).
Menurut Lukman Syamsuddin (2001:54), DER adalah rasio yang
menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang dengan
jumlah modal sendiri yang diberikan pemilik perusahaan. Berdasarkan
pendapat di atas, pengertian DER dalam penelitian ini adalah rasio yang
membandingkan antara total hutang dengan total ekuitas pemilik. DER
mengidentifikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian
tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. Dalam hal terjadi
likuiditas, kreditor mempunyai prioritas klaim dibandingkan pemegang saham.
Dari sudut pandang kreditor, jumlah ekuitas dalam struktur permodalan
perusahaan dapat dianggap sebagai katalisator, membantu memastikan bahwa
terdapat asset yang memadai untuk menutup klaim pihak lain. Rasio yang
tinggi dapat mengindikasikan bahwa klaim pihak lain relatif lebih besar
ketimbang asset yang tersedia untuk menutupnya, sehingga meningkatkan
risiko bahwa klaim kreditor kemungkinan tidak akan tertutup secara penuh
bilamana terjadi likuidasi. Dalam mengukur risiko, perhatian kreditor jangka
panjang terutama difokuskan pada prospek laba dan perkiraan arus kas.
Meskipun demikian mereka tetap memperhatikan keseimbangan antara
proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dan pemilik perusahaan.
Keseimbangan proporsi tersebut diukur dengan rasio debt to equity. Rasioini
juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh
perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu hutang.
(Dwi Prastowo, 2002:84). Kreditor jangka panjang pada umumnya lebih
menyukai angka DER yang kecil. Semakin kecil angka rasio ini, berarti
semakin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan dan
semakin besar penyangga risiko kreditor. Jika DER semakin meningkat maka
menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin memburuk, selain itu semakin
tinggi DER menunjukkan struktur permodalan lebih banyak dibiayai oleh
pinjaman sehingga ketergantungan perusahaan terhadap kreditur semakin
meningkat. Dengan meningkatnya DER maka beban perusahaan kepada pihak
luar (kreditur) juga semakin meningkat sehingga harapan tingkat kembalian
(return) para pemegang saham semakin kecil. (Farchan dan Sunarto, 2002:72). Menggambarkan Perbandingan antara total hutang dan ekuitas.
Semakin besar DER, menunjukkan struktur permodalan usaha lebih banyak
memanfaatkan hutang-hutang relatiif terhadap ekuitas. Rasio ini menunjukkan
Perbandingan anatara hutang dan modal sendiri.
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang yang diberikan oleh
para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik
perusahaan. (Suad Husnan, 1997:561).
E. Pengertian Price Earning Ratio (PER)
Salah satu rasio yang banyak digunakan oleh investor untuk
pengambilan keputusan investasi saham adalah Price Earning Ratio (PER). PER merupakan rasio antara harga per lembar saham dengan laba bersih per
sahamnya (EPS). PER juga menunjukkan indikasi tentang adanya masa depan
perusahaan. Menurut Sartono (1996:106), para pelaku pasar modal lebih
menaruh perhatian terhadap Price Earning Ratio (PER) yang dapat diartikan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan
perusahaan. PER memiliki beberapa atribut menarik yaitu memberikan standar
yang baik dalam membandingkan harga saham untuk laba per lembar saham
yang berbeda dan kemudahan dalam membuat perkiraan yang digunakan
sebagai input pada P/E rasio model, serta memudahkan atau membantu
judgement dalam menganalisis. Oleh karena model PER lebih sering digunakan dalam penilaian saham, maka menentukan faktor-faktor apakah
yang mempengaruhi PER dengan mengetahui seberapa jauh faktor-faktor
tersebut mempengaruhi PER adalah sangat penting.
Price Earning Ratio umumnya digunakan sebagai indikator dari nilai relative berbagai saham biasa. PER dapat memberikan pandangan yang salah mengenai nilai relative yang disebabkan oleh tehnik dan definisi akuntansi
yang berbeda yang digunakan berbagai perusahaan. Pemegang saham biasa
mengkhawatirkan kinerja perusahaan dimasa depan. Sementara PER
didasarkan pada kinerja perusahaan dimasa depan. Ini merupakan alasan
mengapa perkiraan laba dimasa depan terkadang digunakan dalam
menghitung rasio ini. PER hanya menyediakan indikasi kasar dari hasil investasi relative, dan harus digunakan dengan sangat berhati-hati. Namun,
PER ini rutin menyediakan indikasi mengenai harapan pasar jika laba disesuaikan dengan benar pada saat perhitungan rasio dilakukan. Semakin
tinggi tingkat pertumbuhan yang diharapkan dan semakin rendah tingkat
perubahan laba, maka akan semakin tinggi PER yang dimiliki. (Frank j, Fabozzi, 2000 dalam Riskawati, 2005). Menurut Jogiyanto (1998:82) PER
menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earning. Jadi rasio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap
kelipatan dari earning.
Sedangkan Sutrisno (2000:268) menjelaskan bahwa PER yaitu rasio
yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan
dengan keuntungan yang akan di peroleh para pemegang saham.
Mohammad Usman (2001:83) menyatakan bahwa sebagai alternatif lain
selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung nilai
fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan nilai laba
perusahaan (earning) Salah satu pendekatan yang populer untuk mengestimasi nilai intrinsik adalah pendekatan PER.
Menurut Gruber (1995) pendekatan PER merupakan model penilaian
saham yang paling praktis sehingga banyak digunakan oleh para pemodal dan
analisis saham. Pendekatan ini juga paling sering di gunakan oleh penjamin
emisi (underwriter) untuk menentukan harga saham perdana. (Suad Husnan, 1993). Selain itu PER mempunyai arti yang cukup penting dalam penilaian
saham karena mencerminkan salah satu indikator perusahaan tentang pada
masa mendatang, pada perusahaan yang mempunyai PER tinggi resiko yang
rendah serta pertumbuhan yang tinggi, sehingga pemodal bersedia membeli
saham perusahaan dengan harga tinggi dan berharap akan mendapat aliran kas
mendatang lebih tinggi. (Stanley, 1987).
Selanjutnya Abdul Halim (1995:15) menjelaskan bahwa dalam
beberapa hal, rasio ini lebih menarik di bandingkan model dividen. Pertama,
PER memberikan sesuatu standar yang tepat untuk membandingkan dengan
harga dari saham-saham yang memiliki tingkat pendapatan per lembar saham
yang berbeda. Kedua, model ini lebih mudah di gunakan dari pada model
dividen terutama bagi saham dari perusahaan-perusahaan yang tidak membagi
dividen sekarang ini. Ketiga, estimasi input ini di gunakan pada model PER
lebih mudah di gunakan dari pada estimasi input pada model.
Apabila faktor-faktor lain dipegang konstan, maka meningkatnya
pertumbuhan dividen akan meningkatkan Price Earning Ratio. (Suad Husnan, 2001:342). Berdasarkan pengertian sebelumnya, maka dapat di simpulkan
bahwa PER adalah perbandingan antara harga saham (P= Price) dan laba per saham (E= Earning), Price/Earning= R(Ratio), PER terdiri dari tiga variabel dalam kaitan pembentukan harga saham, variabel P (Price) tergantung pada variabel E (Earning) dan R (Ratio), jika E dan R di ketahui maka P dapat dihitung.
Berguna untuk menerangkan perbandingan harga pasar dari setiap
lembar saham terhadap Earning per share ( EPS ).
F. Hubungan antara PER terhadap Leverage
Hansen and Crutcley (1990) menyatakan bahwa rata-rata harga saham
terpengaruh saat perusahaan mengumumkan penerbitan surat-surat berharga
yang baru. Terdapat bukti yang mengidentifikasikan bahwa terjadi penurunan
harga saham secara signifikan selama pengumuman dari pembelanjaan modal
yang baru atau hutang yang dapat dipertukarkan. Penawaran hutang secara
terbuka atau saham preferen menghasilkan reaksi harga saham yang negatif tetapi signifikan.
Sementara itu, Miller and Rocks (1985) menyarankan agar
pembelanjaan baru (new financing) sebaiknya lebih rendah dibanding laba yang diharapkan (expected earning), sehingga berlawanan dengan efek pengumuman deviden. Pengeluaran modal baru akan menggambarkan
kenaikan pembiayaan eksternal, yang berarti menurunkan efek perubahan
deviden. Variabel pembelanjaan modal baru didefinisikan sebagai persentase
perubahan nilai per lembar saham biasa dengan rasio hutang terhadap modal
(debt/equity ratio) sebagai ukuran leverage.
G. Pengertian Earning Growth Ratio (EGR)
Earning growth ratio (EGR) mencerminkan pertumbuhan laba per lembar saham setiap periode t. penggunaan data historis tingkat pertumbuhan
laba per lembar saham dapat digunakan untuk memprediksi tingkat
pertumbuhan dimasa yang akan datang. Perhitungan earning growth ratio
(EGR) menurut Mohammad Usman 2001 menggunakan fomula sederhana:
Dimana :
EGR = Tingkat Pertumbuhan Laba
EPSt = Pendapatan perlembar saham pada tahun t
EPSt- = Pendapatan perlembar saham pada tahun t-1
Earning Per Share (EPS) adalah pebandingan pendapatan bersih
dengan jumlah saham yang dikeluarkan. Earning Per Share (EPS)
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan
kepada pemegang sahamnya, semakin besar keberhasilan usaha yang
dilakukannya. Earning Per Share juga digunakan untuk mengukur pendapatan yang dapat dinikmati pemegang saham setelah dikurangi pajak.
Earning Per Share (EPS) menurut Drs. Syamsudin (2002) adalah pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon
pemegang saham sangat tertarik akan earning per share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham
biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu
perusahaan.
Earning Per Share (EPS) juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang sahamnya. Semakin
tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada
pemegang sahamnya mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang
dilakukannya.
Sehingga berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dapat disimpulkan
yang dimaksud dengan earning growth ratio (EGR) adalah tingkat
pertumbuhan earning per share (EPS) Dari waktu ke waktu diperoleh dengan cara membandingkan earning per share (EPS) pada periode sebelumnya.
H. Hubungan antara financial leverage dan earning growth ratio (EGR)
Perubahan di dalam penggunaan hutang akan menyebabkan perubahan
pada laba bersih per saham (EPS dan harga sahamnya). Penggunaan financial leverage dapat mempengaruhi dan meningkatkan earning growth ratio (EGR), sebaliknya bagi perusahaan yang tidak mampu menanggung beban tetap lebih
aman apabila menggunakan modal sendiri ini dimaksudkan agar tidak
mengganggu posisi keuangan perusahaan.
Dengan demikian hubungan financial leverage dengan earning growth ratio adalah positif yang berarti dengan adanya hutang membuat pemegang saham tidak perlu menambah modalnya.
Peningkatan penggunaan financial leverage terus dinaikkan sampai batas tertentu akan menyebabkan laba per lembar saham (EPS) menurun, yang
disebabkan meningkatnya beban tetap yang harus dibayar.
I. Pengertian Return On Assets (ROA)
Menurut M. Fakhrudddin dan M. Sopian Hadianto menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.
Profitabilitas atau rentabilitas menunjukkan kemampuan baik dalam menghasilkan keuntungan pada periode tertentu. Rentabilitas ekonomi yang
bisa disebut juga dengan rentabilitas aktiva (ROA).
Return On Assets (ROA) adalah merupakan perbandingan antara laba
setelah pajak dengan total aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba.
Menurut Weston dan Copeland (1992) bahwa produktivitas aktiva
keseluruhan dinyatakan sebagai tingkat pengembalian atas modal aktiva (rate earned on total assets), yang disebut juga tingkat pengembalian atas investasi (return on investment) atau tingkat poduktifitas aktiva (assets productivity rate).
Semakin besar nilai return on assets (ROA) menunjukkan bahwa bank semakin poduktif. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat atau rendahnya
earning power ini adalah:
1. Profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sales yang dinyatakan dengan persentase.
2. Turn over operating assets atau tingkat perputaran aktiva yaitu kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu, yang diperoleh dari perbandingan antara net sales dengan operating assets.
J. Hubungan antara financial leverage dengan return on assets (ROA)
Financial leverage adalah penggunaan modal pinjaman disamping modal sendiri dan di harapkan akan memberikan tambahan keuntungan yang
lebih besar. Sedangkan return on assets (ROA) adalah perbandingan antara
laba setelah pajak dengan total aktiva. Berarti Hubungan antara financial leverage dengan return on assets (ROA) adalah positif yang berarti dengan adanya hutang maka akan meningkatkan profitabilitas atau return on assets
(ROA).
K. Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan oleh Buchary Jahya (2002) mengenai analisis
risk and return pada BUMN sektor industri jasa telekomunikasi di Jakarta (PT. Telkomsel dan PT. Indosat) penelitian ini menggunakan regresi berganda
menggunakan variabel dependen financial leverage dan variabel independent
return on equity (ROE), earning per share (EPS), dan return on assets (ROA). Hasil penelitian pada PT. Telkomsel menunjukkan bahwa secara parsial
maupun simultan return on equity (ROE), earning per share (EPS), dan return on assets (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial leverage. Sedangkan pada PT. Indosat secara parsial dan simultan return on equity
(ROE), earning per share (EPS), dan return on assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap financial leverage.
Menurut penelitian yang di lakukan oleh Sofiani (2000) mengenai
pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan menunjukan bahwa tingkat
leverage atau struktur modal perusahaan mengatakan bahwa tingkat leverage
suatu perusahaan memiliki hubungan yang positif dengan nilai perusahaan
yang di wakili oleh tingkat pengembalian atas saham. Hal ini membawa
konsekuensi bahwa pembahasan mengenai tingkat leverage menjadi lebih penting bagi suatu perusahaan karena salah satu tujuan perusahaan adalah
meningkatkan atau mempertahankan kemakmuran pemegang saham yang
tecermin pada nilai perusahaan atau nilai saham perusahaan. Oleh sebab itu
perusahaan harus mengetahui dan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat leverage perusahaan, manajer akan dapat mengelola tingkat leverage yang dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Sabar Warsini (1994), Aldler H.Manurung
(1994) menggunakan model regresi whitbeck dan kisor dengan mengambil
kasus pada perusahaan tekstil yang go public. Hasil penelitiannya menyebutkan financial leverage dan return on equity memiliki hubungan yang positif, sedangkan pertumbuhan laba perusahaan memiliki hubungan yang
negatif terhadap financial leverage.
Penelitian yang dilakukan oleh Ali K. Ozdagli (2009) menyajikan suatu
model dinamis perusahaan dengan kontrak utang bebas risiko,
investasi ireversibilitas, dan biaya restrukturisasi hutang. Model ini cocok untuk beberapa fakta perusahaan dan harga aset keuangan : Pertama, leverage
konstan berbeda dengan pasar buku portofolio, sedangkan leverage pasar berbeda secara signifikan. Kedua, perubahan pasar leverage terutama disebabkan oleh perubahan harga saham bukan oleh perubahan
hutang. Ketiga, ketika model dikalibrasi agar sesuai dengan distribusi
penampang rasio buku ke pasar, hal ini menjelaskan perbedaan kembali di
perusahaan yang berbeda. Model ini juga menunjukkan bahwa
investasi ireversibilitas saja tidak dapat menghasilkan pola cross-sectional
diamati dalam return saham dan bahwa leverage adalah sumber utama dari nilai premi.
Penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Jiang (2001) menyatakan
bahwa perusahaan besar cenderung melakukan diversifikasi usaha lebih
banyak daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu, kemungkinan kegagalan
dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran
perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya
kebangkrutan suatu perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar
dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal
ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk
memperoleh pinjaman atau dana eksternal. Hal ini menunjukkan bahwa
adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan leverage.
L. Kerangka Pemikiran
Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yang
berpengaruh terhadap Financial Leverage adalah Return On Equity (ROE),
Debt Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Growth Ratio
(EGR), dan Return On Assets (ROA). Atas dasar tersebut maka pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap Financial Leverage dapat di lihat sebagai berikut:
X1
ROE
Keterangan :
X1 = Return On Equity (variabel bebas) X2 = Debt Equity Ratio (variabel bebas) X3 = Price Earning Ratio (variabel bebas) X4 = Earning Growth Ratio (variabel bebas) X5 = Return On Assets (variabel bebas) Y = Financial Leverage (variabel terikat)
X2
DER
X3
PER
Y
FINANCIAL LEVERAGE
X4
EGR
X5
ROA
M. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan penelitian, maka dapatlah dibuat
hipotesis-hipotesis sebagai berikut :
1. H0 : b1 = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan return on equity terhadap financial leverage
Ha : b1 ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan return on equity terhadap
financial leverage
2. H0 : b2 = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan debt equity ratio terhadap financial leverage
Ha : b2 ≠0 terdapat pengaruh yang signifikan debt equity ratio terhadap financial leverage
3. H0 : b3 = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan price earning ratio terhadap financial leverage
Ha : b3 ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan price earning ratio terhadap financial leverage
4. H0 : b4 = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan earning growth
ratio terhadap financial leverage
Ha : b4 ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan earning growth ratio terhadap financial leverage
5. H0 : b5 = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan return on assets terhadap financial leverage
Ha : b5 ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan return on assets terhadap
financial leverage
34 6. H0 : b1, b2, b3, b4, b5 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
return on equity, debt equity ratio, price earning ratio, earning growth ratio, dan
return on assets dianalisis secara simultan terhadap financial leverage.
Ha : b1, b2, b3, b4, b5 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara
return on equity, debt equity ratio, price earning ratio, earning growth ratio, dan
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini membahas pengaruh
variabel bebas yang terdiri dari return on equity (ROE), debt equity ratio
(DER), price earning ratio (PER), earning growth ratio (EGR), dan return on assets (ROA) terhadap variabel terikat yaitu financial leverage.
B. Metode Penentuan Sampel
Penelitian ini mengambil populasi perusahaan yang masuk kategori
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Pengambilan populasi
perusahaan yang terdaftar di BEI dikarenakan pertimbangan kemudahan akses
data dan informasi, serta biaya dan waktu penelitian. Sedangkan sampel yang
diambil adalah perusahaan manufaktur pada tahun 2005-2009. Metode
penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
purposive sampling, karena sampel diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. (Nur Indriyanto dan Bambang Supomo, 2002). Penulis
menggunakan data perubahan yang termasuk ke dalam perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendukung penelitian yang dilakukan maka diperlukan data
yang berupa data sekunder. Data sekunder adalah data yang bukan di
usahakan sendiri oleh peneliti namun di peroleh dari pihak lain dalam bentuk
data jadi yang berhubungan dengan penelitian ini atau disebut dengan studi
kepustakaan yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen. (Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, 2003).
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,
data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa :
1. Library research
Yaitu berasal dari buku-buku kuliah dan jurnal-jurnal atau artikel-artikel
yang berkaitan dengan masalah skripsi ini.
2. Field research
Untuk memperoleh data maka peneliti mengadakan penelitian ke BEI guna
memperoleh data yang diperlukan.
D. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan teknik analisis yang bersifat kuantitatif.
Adapun rumus untuk menghitung variabel-variabel yang diteliti adalah
sebagai berikut:
1. Return On Equity (ROE)
Menurut Drs. Lukman Syamsudin, M.A (2000) Return On Equity
(ROE) adalah suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun
pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang di peroleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.
ROE atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk
mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri yang
menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri, semakin tinggi rasio ini
semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian
pula sebaliknya. (Kasmir, et.al., 2003:207).
2. Debt Equity Ratio (DER)
Menggambarkan Perbandingan antara total hutang dan ekuitas.
Semakin besar DER, menunjukkan struktur permodalan usaha lebih
banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Rasio ini
menunjukkan Perbandingan anatara hutang dan modal sendiri.
3. Price Earning Ratio (PER)
Sutrisno (2000:268) menjelaskan bahwa PER yaitu rasio yang
mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan
dengan keuntungan yang akan di peroleh para pemegang saham.
Mohammad Usman (2001:83) menyatakan bahwa sebagai alternatif
lain selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung
nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan
nilai laba perusahaan (earning). Salah satu pendekatan yang populer untuk mengestimasi nilai intrinsik adalah pendekatan PER.
Berguna untuk menerangkan perbandingan harga pasar dari setiap
lembar saham terhadap Earning per share ( EPS ).
4. Earning Growth Ratio (EGR)
Earning growth ratio (EGR) mencerminkan pertumbuhan laba per lembar saham setiap periode t. penggunaan data historis tingkat
pertumbuhan laba perlembar saham dapat digunakan untuk memprediksi
tingkat pertumbuhan dimasa yang akan datang. Perhitungan earning growth ratio (EGR) menurut Mohammad Usman 2001 menggunakan fomula sederhana:
5. Return On Asset (ROA)
Return On Assets (ROA) adalah merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
laba.
6. Financial Leverage
Financial Leverage adalah penggunaan modal pinjaman di samping modal sendiri dan untuk itu perusahaan harus membayar beban tetap
berupa bunga. Dengan menggunakan sumber dana yang memiliki beban
tetap diharapkan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar
dari pada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang
tersedia bagi pemegang saham. (Agus Sartono, 1997).
7. Merumuskan Persamaan Regresi
Analisis regresi linear berganda adalah analisis yang berhubungan
dengan ketergantungan antara variabel independent terhadap variabel
dependen.
Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+b5X5…bnXn + e
Notasi :
Y = Financial Leverage
a = Konstanta
b1,b2,b3…bn = Koefisien Regresi
X1 = Return On Equity (ROE)
X2 = Debt Equity Ratio (DER)
X3 = Price Earning Ratio (PER)
X4 = Earning Growth Ratio (EGR)
X5 = Return On Assets (ROA)
e = Error Term
8. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis berganda terhadap data yang diperoleh
dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap
persyaratan-persyaratan klasik regresi berganda.
a. Normalitas
Uji normalitas bertujuan apakah dalam model regresi, variabel
dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah distribusi normal atau
mendekati normal.
Menurut Singgih Santoso (2000:214), ada beberapa cara mendeteksi
normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusannya adalah :
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
b. Multikolinearitas
Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (variabel
independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika bebas saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah