• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap keberagamaan anggota majlis taklim Nurussa'adah Gandaria Selatan setelah menyaksikan sinetron religius

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sikap keberagamaan anggota majlis taklim Nurussa'adah Gandaria Selatan setelah menyaksikan sinetron religius"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP KEBERAGAMAAN ANGGOTA MAJLIS TAKLIM

NURUSSA'ADAH GANDARIA SELATAN SETELAH

MENYAKSIKAN SINETRON RELIGIUS

ofefi:

Sugifiarto

:NI:M:

101070022991

Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi

FAKUL TAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS !SLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKAF<TA

(2)

NURUSSA' ADAH SETElAH

menyaksikjセn@

SINETRON

RELIGIUS

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Pembimbing I

Dr. A ujib. M.Ag NIP. 150283344

oteft:

Sugiliarto

:Jlfl:Jvf.:

101070022991

Di Bawah Bimbingan

Pe)mbimbing II

セM

MMM]]Mセ@

.

.---lkhwan Lutfi. M.Psi NIP. 150368809

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGEH.I

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

Skripsi yang berjudul Sikap Keberagamaan Anggota Majlis Taklim Nurussa'adah Gandaria Selatan Setelah Menyaksikan Sinetron Religius telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Neigeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 Juni 2007. Skripsi ini te!ah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 6 Juni 2007 Sidang Munaqasyah

Ketua M r ngkap Anggota

M.Si

Penguji I

.2:1s,m;at;,

M.SL

es;

NIP. 150300679

Dr. AB Mujib. M.Ag NIP. 150283344

Sekretaris Merangkap Anggota

"'·-Zahu. "-"

NIP. 15023877 Anggota:

Penguji II

Dr. dul Mujib. M .. M_ NIP. 150283344

(4)

Barangsiapa mem6uat ridfio k.§cfua orang tuanya cfi wakfu pagi cfan

wre, mal{,a ia pun mencfapat cf ua pintu surga yang ter6u/?g, cf an jil{,a

nem6uat 1icffio safa.fi satu cfiantararrya mal{,a alfrin ter6u/?g satu

1Jintu surga.

Barangsiapa cfi wakfu sore cfan pagi mem6uat marali. k.§cfua orang

tuarrya, mal?g ia mencfapat cf ua pintu 11eral{,a yang ter6ul?g. Ji/?g

nem6uat marafi safa.fi satu cfiantararrya,. ma/?g

エ・イVオゥセ。@

untul{,rrya

wtu pintu neral{,a (11iofza)l6cfu{fa.fi af-JI.fifi:53)

Mal{,a fzacfapl{,anfa.fz wajafzmu cfengan {ur11S k.§pacfa agama}l{fa.fz.

Tetapl{,an{afz atas fitrafz Jl{{afz yang tefa.fz mencipta/(sim manusia

nenurut fitrafzrrya.

(Q5

af-1?.._um:30)

(5)

[C) Sugiharto

(B) Mei 2007

[D) Sikap Keberagamaan Anggota Majlis Taklim Nurussa'adah Gandaria Selatan Setelah Menyaksikan Sinetron Religius

[E) xii + 85 halaman

[F) Perkembangan sinetron religius dalam dua tahun terakhir masih nenimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Sebagian masyarakat menilai positif :erhadap perkembangan sinetron religius, namun sebagian lain menilai negatif. Vlereka yang menilai positif menganggap kehadiran sinetron religius merupakan oenyejuk bagi masyarakat yang selama ini selalu disuguhkan oleh tayangan-:ayangan sinetron yang hanya menampilkan kemewahan, hura-hura, dan <hayalan-khayalan semu. Sedangkan yang menilai negatif memandang bahwa jalam perkembangannya hingga saat ini, banyak sekali kisah-kisah yang jitayangkan terlalu dibuat-buat, dan alur cerita yang tidak logis. Sinetron religius rang menjadikan agama sebagai tema sentralnya membuat beberapa orang nerasa mendapatkan pencerahan setelah menyaksikan sinetron religius. =>enelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana keberagamaan anggota Majlis raklim Nurussa'adah Gandaria Selatan setelah menyaksikan sinetron religius. Sikap keberagamaan merupakan perwujudan seorang penganut agama neyakini, memahami menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama yang jianutnya dalam semua aspek kehidupan dalam kehidupan sehari-hari dengan ulus dan ikhlas. Salah satu ciri dari sikap keberagamaan orang dewasa adalah )ersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk nempelajari dan memperdalam keagamaan. Sedangkan Bandura nengemukakan bahwa kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi Jari peniruan atau peneladanan. Media massa merupakan sala.h satu faktor yang nempengaruhi sikap seseorang.

)alam penelitian ini jumlah subyek sebanyak 4 (empat) orang anggota yang nerupakan anggota Majlis Taklim Nurussa'adah. Pendekatan yang digunakan Jalam penelitian ini adalah kualitatif. Metode pengurnpulan data dalam penelitian ni adalah wawancara dan observasi. Untuk menganalisa data wawancara

(6)

apangan sebagai metode pengumpulan data selain wawancara dan observasi.

(7)

\lhamdulliahi rabbi! 'alamin, puji syukur kehadirat Allah swt; karena hanya lengan izin dan ridho-Nya terlaksana segala macam rencana, dan daya upaya nanusia. Oengan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan ;kripsi yang berjudul "Sikap Keberagamaan Anggota Majlis Taklim Nurussa'adah 3andaria Selatan Setelah Menyaksikan Sinetron Religius". Shalawat serta salam ;elalu tercurahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad Saw, pemimpin umat lan suri tauladan umat manusia beserta keluarga, sahabat dan seluruh umatnya.

rerselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, arahan, dorongan dan >antuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan hati yang tulus, teriring rasa erima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama proses

>enyelesaian skripsi ini.

(8)

セオエヲゥL@ M.Psi selaku pembimbing II dalam karya ini penulis haturl<an banyak terima

<asih atas segala bimbingan, nasehat, dan ilmu yang telah 、ゥ「eセイゥォ。ョN@ Semoga

t\llah swt selalu memberikan perlindungan kepad<i kalian semua, Amin.

Jntuk bapak dan ibu tercinta yang selalu memberikan semangat dan doa yang .ulus kepada penulis. Semoga Allah swt selalu memberikan kesehatan,

cemurahan rizki, ketebalan iman dan taqwa kepada kalian semua, Amin. Karya

ni ku persembahkan untuk kalian berdua. Untuk kakak , Nur w·achid A.J dan

idik-adik Saleh Afandi, Defri Firmansyah dan almarhum Faudzan Nadzir, kalian ;emua adalah sumber inspirasi hidup penulis. Untuk Nur Alfi Mahanik, S.Psi erima kasih banyak atas dukungan dan doa yang tulus yang sEilalu kau >ersembahkan untuk penulis.

)elanjutnya penulis ucapkan terima kasih untuk teman-teman di Fakultas 'sikologi khususnya angkatan 2001 kelas B yang telah memberikan warna :ehidupan bagi penulis, Herman, Halim, Nur Hikmah, Haryani, Faisal, Hilman \hbar, Yeyen Melyanti, Yunni Rizkiani, Lily Nur Linda Sari, Lusy Faiqo, Agus lantoso, dan untuk teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu 1amun tidak mengurangi kecintaan penulis kepada kalian semua.

Jakarta, 23 Mei 2007

(9)

-!ala man Judul ... .

-!alaman Persetujuan . .. .. .. . . ... . . .. . . .. .. .. . .. .. .. .. .. . . . .. .. . . .. . .. .. .. . . . .. ... ... .. . ii

-la la man Pengesahan . .. .. . . .. . . .... .. . . .. .. .. .. .. .. . .. .. . . . .. .. ... . . ....

iii

Vlotto ... ·... iv

)edikasi ... iv

セ「ウエイ。ォNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN@ v <ata Pengantar ... vii

)aftar lsi . . . ix

)aftar Ta be I . .. .. . . . .. .. . . .. . . .. .. .. .. .. . .. . . .. .. .. . .. .. .. .. . . .. . . .. . . .. . .. ... . .. .. .. . xii

3AB

1 PENDAHULUAN ... 1-7 1. 1. La tar Belakang Masalah .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. . .. .. .. .. . . .. .. . . 1

1.2. ldentiflkasi Masalah ... 4

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

1.3.1. Pembatasan Masalah ... 5

1.3.2. Perumusan Masalah ... 5

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4. 1. Tujuan Penelitian .. ... ... ... ... 5

1.4.2. Manfaat Penelitian ... 6

(10)

2.1. Sikap Keberagamaan ... 8

2.1.1.Sikap... 8

2.1.1.1. Definisi Sikap ... 8

2.1.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap ... 9

2.1.1.3. Struktur Sikap ... 12

2.1.1.4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sikap... ... 13

2.1.1.5. Ciri-Ciri Sikap ... 14

2.1.2. Keberagamaan ... ... 15

2.1.2.1. Pengertian Keberagamaan ... ... 15

2.1.2.2. Dimensi-Dimensi Keberagamaan ... ... 17'

2.1.3. Sikap Keberagamaan ... ... ... 19

2.2. Sinetron Religius ... 19

2.2.1. Definisi Sinetron Religius ... 19

2.2.2. Kriteria Sinetron Religius ... 25

2.3. Kerangka Berpikir ... ... 25

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 28-35 3.1. Jen is Penelitian . .. . .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. ... .. . . .. . .. .. . ... .. .... . ... .. .. .. . . 28

3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 28

(11)

3.2.2. Jumlah Subjek ... ... 30

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.3.1. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.3.1.1. Wawancara... ... 3·1 3.3.1.2. Observasi ... 32

3.3.2. lnstrumen Penelitian ... ... ... ... 33

3.3.3. Prosedur Pengumpulan Data ... ... ... 34

3.4. Teknik Analisa Data... 35

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 36-82 4.1. Gamba ran Umum Subjek ... ... .... 36

4.2. Gambaran Observasi, Deskripsi Umum dan Analisa Data . ... ... .. ... ... ... 37

4.3. Perbc;ndingan Antar Kasus ... ... ... ... 80

BAB 5 PENUTUP ... 83-85 5.1. Kesimpulan ... .. ... ... 83

5.2. Diskusi ... ... ... ... ... 83

5.3. Saran ... ... ... 84

1AFT AR PUST AKA

(12)

Nomor

Halaman

1. Daftar penayangan sinetron religius periode satu minggu ... . 21

2. Gambaran umurn subyek penelitian ... . 36

3. Sikap keberagamaan SI sebelum dan sesudah menyaksikan

sinetron religius ... .

47

4. Sikap keberagamaan M sebelum dan sesudah menyaksikan

sinetron religius ... . 58

6. Sikap keberagamaan TM sebelum dan sesudah menyaksikain

Sinetron religius ... . 67

7. Sikap keberagamaan SM sebelum dan sesudah menyaksikan

(13)

PENDAHULUAN

1.1.

Latar

IBelakang Masalah

lerkembangnya llmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global saat ini ;angat mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat, khususnya

nasyarakat di negeri tercinta ini. Salah satu penyebab perubahan pola pikir dan 1erilaku saat ini adalah berkembangnya media-media massa di masyarakat, baik :u surat kabar, majalah, radio, televisi, internet dan lain-lain.

)alah satu media massa yang paling cepat penyampaian informasinya adalah nedia televisi. Hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia memiliki televisi. )ari pejabat negara, artis sinetron hingga tukang sapu jalanan memiliki televisi. )aat ini dengan adanya lebih dari sepuluh stasiun televisi swasta yang ada di 1donesia, membuat masyarakat lebih leluasa dalam memilih tayangan yang nereka sukai. Belum lagi dengan adanya sarana antene parab()la dimana nereka (masyarakat) dapat menyaksikan acara-acara televisi dari luar negeri.

>inetron merupakan tayangan yang paling cukup digemari oleh masyarakat. >aat ini beberapa televisi swasta sangat mengandalkan tayangan sinetron

ebagai penarik minat agar stasiun televisinya digemari oleh masyarakat.

(14)

;tasiun televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Atau mungkin sinetron rersanjung yang di produksi hingga lebih dari 5 sekuel, yang menjadi ciri khas Jtama stasiun televisi lndosiar dan masih banyak lagi yang lainnya.

Jika membahas tentang sinetron, dalam 2 tahun terakhir ini berkembang ayangan-tayangan sinetron yang bernuansakan Islam (religius). Diawali Jertengahan tahun 2004 stasiun televisi swasta Televisi Pendiclikan Indonesia TPI) sukses dengan tayangannya yang berjudul "Rahasia llahi". Yang konon jiilhami kisah-kisah nyata dari majalah "HIDAYAH". Sinetron tersebut sempat nendapat tempat di hati masyarakat. Demikian halnya dengan stasiun televisi ainnya seperti SClV dengan Lorong Waktu, Astaghfirullah dan Kuasa llahi; rrans-lV dengan Taubat, lnsyaf, Hidayah, dan lstighfar; Lativi dengan Azab lahi, Pada-Mu yang Rabb, dan Sebuah Kesaksian; RCTI dengan Tuhan Ada di v1ana-mana, Maha Kasih, Maha Kasih Dua, dan Pintu Hudayah; ANlV dengan :..Zab Dunia dan Jalan ke Surga; TV7 dengan Titik Nadir; dan TPI sendiri dengan

セ。ィ。ウゥ。@ llahi, Takdir llahi, Allah Maha Besar, Jalan Kebenaran, dan Kehendak-v1u.

(15)

disuguhi khayalan-khayalan semu. Sinetron-sinetron tersebut rnenayangkan kemewahan, kemegahan, dan hura-hura semata.

Berbeda dengan itu semua, sinetron-sinetron religius membawa pesan agama vang sangat kental. Beberapa cerita sinetron religius rnerupakan pengalaman-pengalaman religius yang dialarni oleh seseorang. Atau pula kisah-kisah yang terjadi di zaman Rasulullah SAW, atau para sahabatnya.

Seiring berkembang pesatnya sinetron-sinetron tersebut, banyak pula terjadi pro :Ian kontra di masyarakat terhadap tayangan tersebut. Hal ini terlihat dari

)engamatan peneliti di Majlis Taklim Nurussa'adah Gandaria Selatan. Sebagian )erpandangan positif terhadap sinetron-sinetron tersebut, namun sebagian nemandang negatif tayangan tersebut. Mereka yang menilai positif tayangan :ersebut memandang bahwa apa yang ditampilkan di layar kaca adalah cerminan )erilaku di masyarakat kemudian dikaitkan dengan Alqur'an dan Hadits.

)itambah dengan cara penyajian tayangan tersebut dimana di awal dan di akhir ;erita ada ustadz, ustadzah atau ulama dalam membimbing pemirsa dalam nenyaksikan tayangan sinetron tersebut.

(16)

3erdasarkan pengamatan peneliti di Majlis Taklim Nurussa'adah ada beberapa amaah yang mendapatkan pencerahan hidup setelah menyaksikan sinetron eligius. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa sinetron religius dapat nempengaruhi keberagamaan seseorang.

3agaimana para ibu-ibu anggota Majlis Taklim Nurussa'adah Gandaria Selatan nenyikapi perkembangan sinetron religius dalam dua tahun terakhir ini ? Dan lagaimana sikap keberagamaan mereka setelah menyaksikan sinetron religius ?

3erdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk membahasnya dalam lentuk penelitian yang berjudul: "SIKAP KEBERAGAMAAN ANGGOTA i/IAJLIS T AKLIM NURUSSA' ADAH GAN DARIA SELA TAN Sl::TELAH i/IENYAKSlf<AN SINETRON RELIGIUS".

1.2. ldentifikasi Masalah

)alam penelitian ini permasalahan yang mungkin muncul dapat diidentifikasikan ;ebagai berikut :

a. Apakah sikap keberagamaan anggota majlis taklim Nurussa'adah Gandaria Selatan dipengaruhi oleh adanya tayangan sinetron religius ?

(17)

1.3.1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Sikap keberagamaan yang dibatasi di sini ad al ah sebempa jauh mereka meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya setelah menyaksikan tayangan sinetron religius.

b. Sinetron religius dalam penelitian ini adalah sinetron イ・ャゥゥセゥオウ@ yang bertemakan tentang ajaran-ajaran agama, baik dari kitab suci Alqur'an, Hadist, atau kisah-kisah yang ada pada zaman Rasulullah dan para sahabat.

c. Jamaah taklim Nurussa'adah di sini adalah mereka yang telah benisia dewasa madya (40 tahun sampai dengan 60 tahun) .

. 3.2. Perumusan Masalah

:agaimana sikap keberagamaan anggota Majlis Taklim Nurussa'adah Gandaria elatan setelah menyaksikan sinetron religius ?

.4.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

,4.1 Tujuan penelitian

(18)

1.4.2. Manfaat penelitian

)alam penelitian ini, peneliti berharap agar penelitian ini mempunyai manfaat: 1. Memberikan kontribusi kepada masyarakat agar lebih selektif dalam

menyaksikan tayangan-tayangan di televisi.

2. Memberikan kontribusi kepada dunia persinetronan di Indonesia agar selalu menjaga kualitas dan kemurnian disetiap penayangan sinetron religi.

3. Memberikan kontribusi dalam menambah literatur kepustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5. Sistematika Penulisan

Jntuk mempermudah dalam membahas tema yang akan diteliti, peneliti nembagi dalam lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

セab@ I berisi Pendahuluan, Merupakan kerangka umum penelitian yang

nencakup Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Manfaat >enelitian dan Sistematika penulisan.

セab@ II Kajian Teoritis, berisi teori yang terkait dengan masalah penelitian,

セ・イ。ョァォ。@ berfikir (penjelasan tentang adanya keterkaitan masa!ah dalam teori)

(19)

3AB IV Gambaran Umum Subyek Penelitian, terdiri dari Analisa dan lnterpretasi iasil Penelitian.

(20)

KAJIAN TEORITIS

Z.1. Sikap Keberagamaan

!.1.1.

Sikap

1.1.1.1. Definisi Sikap

stilah sikap pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer, yakni pada tahun 1862 sebagai status mental seseorang. Di masa-masa awal penggunaannya,

セッョウ・ー@ sikap sering kali dihubungkan dengan konsep mengenai postur fisik atau

>osisi tubuh seseorang. (Saifuddin Azwar, 2003).

>ada tahun ·1888, Lange menggunakan istilah sikap dalam bidc:tng eksperimen nengenai respons untuk memberikan gambaran kesiapan subyel<. dalam nenghadapi rangsangan yang datang secara tiba-tiba. Menurul! Lange, sikap '1dak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek espon fisik (Saifuddin Azwar, 2003).

(21)

Sarnof mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi secara positif atau secara negatif terhadap objek-objek tertentu. (dalarn Sarlito Wirawan,

2001 ).

Gerungan (2004) menterjemahkan sikaplattitude sebagai sikap atau kesediaan bereaksi terhadap suatu hal. Sikaplattitude di sini mengarah terhadap suatu obyek sikap. Tidak akan ada sikap tanpa obyek sikapnya. Oby1ek sikap bisa berupa benda, orang, peristiwa, nilai-nilai, norma-norma dan lain-lain.

Harvey dan Smith (seperti dikutip Ahmadi, 1999) mendefinisikan sikap sebagai kesiapan merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi.

Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh para tokoh di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa sikap adalah kesiapan seseorang untuk bereaksi atau berperilaku terhadap stimulus /rangsangan yang datang, baik itu reaksi positif maupun negatif dengan tujuan untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.

2.1.1.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Siikap

(22)

Saifuddin Azwar (2003) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap :Jiantaranya adalah :

=>engalaman Pribadi

=>engalaman masa lalu dan masa sekarang dapat mempengarnhi sikap terhadap >uatu hal. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap

>eseorang. Untuk ciapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi iaruslah meninggalkan kesan yang kuat. Oleh karena itu sikap akan lebih nudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yan9 nelibatkan faktor emosi. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan >kan pengalaman akan lebih mudah mendalam dan lebih lama berbekas.

<ebudayaan

<ebudayaan juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan ;ikap seseorang. B.F. Skinner menekankan pengaruh lingkungan (termasuk cebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Menurutnya, kepribadian idak lain daripada pola perilaku yang konsisten dan menggambarkan sejaran

·einforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk

(23)

Drang Lain Yang Dianggap Penting

Jrang lain di sekitar tempat tinggal merupakan salah satu komponen sosial yang kut mempengaruhi sikap. Seseorang yang dianggap penting, atau seseorang 1ang berarti khusus {significant others) akan banyak mempongaruhi

)embentukan sikap, seperti orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, eman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri dan lain-lain.

llledia Massa

:>emakin berkembangnya media massa seperti televisi, radio, surat kabar, najalah dan lain-lain saat ini membuat masyarakat banyak sekali diberikan )ilihan terhadap informasi yang dibutuhkan. Media massa sebagai sarana

nformasi dan komunikasi memiliki pengaruh dalam pembentukan opini dan sikap •eseorang. Dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat, media massa Jga membawa pesan-pesan bersifat sugesti yang daoat mengarahkan opini ,eseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan .ognitif baru bagi terbentuknya suatu sikap terhadap hal tersebut. Pembentukan .ikap dapat terbentuk apabila pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi 9rsebut cukup kuat dan memberi dasar afektif dalam menilai seisuatu hal.

セ・ウォゥーオョ@ pengaruh media massa tidak sebesar pengaruh inter:aksi individual

(24)

nstitusi Pendidikan dan lnstitusi Agama

)ebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan institusi agama mempunyai >engaruh dalam pembentukan sikap. Hal ini dikarenakan keduanya meletakan lasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

=aktor Emosional

rerkadang suatu sikap terbentuk didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai >enyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap rang didasari emosi biasanya merupakan sikap yang bersifat sementara dan ;egera berlalu begitu frustrasi hilang, akan tetapi dapat pula meirupakan sikap rang lebih tahan lama. Suatu contoh bentuk sikap yang didasarkan oleh faktor imosional adalah prasangka (prejudice).

セNQNQNSN@ Struktur Sikap

)aifuddin Azwar (2003) menjelaskan tiga komponen sikap ケ。ョセj@ biasa disebut

;kema triadic. Diantaranya adalah:

1. Komponen Afektif (komponen emosional), yaitu kompom:m yang berhubungan dengan rasa senang (positif) atau tidak senang (negatif) terhadap suatu objek sikap. Komponen ini menunjukan arah sikap positif dan negatif. Pada umumnya, reaksi emosi yang merupakan komponen afektif banyak dipengaruhi oleh kepercayaan.

(25)

objek sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

3. Komponen Kognitif (komponen konseptual), yaitu yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, dan kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui sebelumnya. Dari apa yang terlihat kemudian terbentuklah suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Kemudian dari situ akan terbentuk suatu kepercayaan mengenai apa yang berlaku bagi objek sikap. Apabila kepercayaan itu terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat

diharapkan dari objek tertentu. Tetapi kepercayaan sebagai komponen kognisi tidak selalu akurat. Namun terkadang kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan kurang atau tidaknya informasi yang IDenar mengenai objek yang dihadapi.

!.1.1.4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sikap

セ「オ@ Ahmadi ( 1999) mengungkapkan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan lerubahan sikap, diantaranya adalah :

(26)

2. Faktor Ekstern, yakni faktor-faktor yang terdapat dari luar individu. Faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok. Misalnya interaksi individu dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai pada individu tersebut melalui alat-alat komunikasi seperti radio, televisi, surat kabar, majalah dan sebagainya.

!.1.1.5. Ciri-ciri Sikap

\bu Ahmadi (1999) menyebutkan ciri-ciri sikap diantaranya adalah:

1. Sikap itu dipelajari, artinya sikap merupakan hasil belajar. Beberapa sikap dipelajari tidak disengaja dan tanpa kesadaran oleh sebagian individu. Mungkin yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa sikap yang dipelajarinya akan berdampak positif untuk dirinya sendiri.

2. Memiliki kestabi1an (Stability)

Sikap berawal dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil, melalui pengalaman. Misalnya perasaan suka dan tidak suka terhadap warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulani;1-ulang atau memiliki frekuensi yang tinggi.

(27)

4. Berisi cognisi dan affeksi, artinya adalah komponen cognisi dari pada sikap adalai1 berisi informasi yang faktual, misalnya : obyek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.

5. Approach - avoidance directionaly. Maksudnya adalah bila seseorang memiliki sikap yang favorable terhadap sesuatu obyek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap unfavorable, mereka akan menghindarinya.

2.1.2. Keberagamaan

2.1.2.1. Pengertian Keberagamaan

!'.\gama dan keberagaamaan adalah dua istilah yang memiliki arti yang berbeda. Namun memilki hubungan yang sangat erat. Harun Nasution (seperti dikutip Jalaluddin, 2005) mendefinisikan agama sebagai ajaran-ajaran yang diwahyukan ruhan kepada manusia melalui seorang Rasul.

(28)

Chaplin (2000) mendefinisikan agama sebagai satu sistem yang kompleks dari kepercayaan, keyakinan, sikap-sikap, dan upacara-upacara yang

menghubungkan individu dengan satu keberadaan atau makhluk yang bersifat ketuhanan.

Secara terminologis, semua istilah tersebut mempunyai inti makna yang sama, ,va/aupun diungkapkan dalam kata dan bahasa yang berbeda.

Sedangkan keberagamaan memiliki definisi sendiri. Emha Ainun Najib (seperti :likutip Masagus, 2007) mengemukakan bahwa ukuran keberaiJamaan

seseorang tidak hanya dari kesaler.an personalnya, me/ainkan juga diukur dari

セ・ウ。ャ・ィ。ョ@ sosialnya.

Keberagamaan adalah interaksi dengan Allah, interaksi dengan sesama manusia, interaksi dengan /ingkungan sekitar, dan interaksi dengan dirinya sendiri (Shihab, 2004).

(29)

Dalam Allah-semata.com (tanpa tahun) dijelaskan bahwa keberagamaan adalah

セ・イゥュ。ョ@ kepada Allah, beriman kepada Hari Akhir, tidak mengingkari ayat-ayat !\llah, tidak mengingkari pertemuan Rasul dengan Allah tidak rnenyekutukan !\llah dan berbuat kebaikan.

Djarir (2004) menjEJlaskan keberagamaan atau religiusitas sebagai:

'Suatu kesatuan unsur-unsur yang komprehensif, yang menjadikan seseorang :Jisebut sebagai ornng beragama (being religious), dan bukan sekadar mengaku nempunyai agama ( having religion ). Meliputi pengetahuan agama, keyakinan 3gama, pengamalan ritual agama, pengalaman agama, perilaku (moralitas) 3gama, dan sikap sosial keagamaan".

2.1.2.2. Dimensi-dimensi Keberagamaan

Keberagamaan seseorang tidak hanya dapat din;lai dari aktivitas ritualnya saja, nelainkan juga dapat dilihat dari beberapa ha! atau dimensi yang lain, bukan 1anya perilaku yang kasat mata saja tetapi perilaku yang tak kasat mata.

31ock & Stark (seperti dilcutip Firman, 2007) mengemukakan lirna dimensi <eberagamaan, yaitu :

(30)

diantara agama-agama tetapi seringkali juga diantara tradisi-tradisi dalam agama yang sama.

2. Dimensi praktek agama. Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukan komitmen terhadap agama yang dianutnya, terdiri dari riiuai yang pada seperangkat ritus berupa tindakan keagamaan formal dan praktek-praktek suci yang semua agama mengharapkan para penganutnya melaksanakannya, contohnya kebaktian di Gereja, persekutuan suci, pembaptisan dan perkawinan dan ketaatan yang bisa berupa sembahyang/sholat, membaca lnjil atau Al-Qur'an dan menyanyi himne bersama-sama. 3. Dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta

bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak •epat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subyektif dan

langsung mengenai kenyataan terakhir (mendapat kontak dengan perantara supernatural).

4. Dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini mengacu pada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidal< memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi.

5. Dimensi konsekuensi (Pengama.lan). Dimensi ini mengacu pacia

(31)

komitmen agama berlainan. Maka dari itu, kita perlu suatu ketegasan secara komunal yang dapat diambil dari salah satu hukum agama yang tertulis yang terdapat di dalam kitab agama masing-masing, untuk mengantisipasi hal-hal yang dapat menjerumuskan kehidupan bermasyarakat.

1.1.3. Sikap Keberagamaan

)ari definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh para tokoh di atas, maka leneliti menyimpullrnn bahwa sikap keberagamaan adalah penrvujudan seorang lenganut agama meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ijaran agama yang dianutnya dalam semua aspek kehidupan clalam kehidupan ;ehari-hari dengan tulus dan ikhlas, yang meliputi dimensi keyakinan, praktek igama, pengalamc:n, pengetahuan agama, dan pengamalan.

セNRN@

Sinetron Religius

t.2.1. Definisi sinetron religius

linetron adalah akronim dari "Sinema Elektronik". Sinetron sebenarnya adalah "andiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Dalam bahasa nggris, sinetron disebut soap-serie, sedangkan dalam bahasa Spanyol disebul

elenovela (Wikipedia Indonesia, 2007).

(32)

diawali dengan perkenalan tokoh-tokoh yang memiliki karakter khas masing-masing. Berbagai l'arakter yang berbeda menimbulkan konflik yang makin lama makin besar sehingga sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron dapat bahagia maupun sedih tergantung dari jalan cerita yang ditentukan oleh sutradara dan penulis cerita.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata religius berarti hal yang bersifat religi, bersifat keagamaan: Religi kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas manusi2 .. (dalam Djasepudin, 2005}

3erdasarkan definisi tersebut peneliti menyimpulkan bahwa sinetron religius nerupakan hasil karya seni seseorang yang dikemas dalam bentuk tayangan di :elevisi yang berisi pesan-pesan moral dan keagamaan yang b•3rsumber pada <itab suci Al-Quran dan Hadits, kisah-kisah di zaman Rasulullah SAW dan para ;ahabat.

(33)

DAFTAR PENAYANGAN SINETRON REUGIUS

PERIODE SATU MINGGU (6 JANUARI 2007-12 JANUARI 2007)

ゥnッイMUエ。ウゥセセ@

I

Telev1s1

!

I

' 11

RCTI

I

SUMBER : Surat kabar Seputar Indonesia (SINDO)

VVaktu

Penayangan

i

Sabtu, 6 Januari 2007 Pukul 08.30

I

Sabtu, 6 Januari 2007 Pukul 19.00 !

I

Minggu, 7 Januari 2007 Pukul 20.00

I

Senin, 8 Januari 2007 Pukul 13.00

I

Selasa, 9 Januari 2007 Pukul 13.00

Jum'at, 12 Januari 2007 Pukul 21.30

Judul

Sinetron Religius [ Maha Kasih Spesial ldul Adha

i

Maha Kasih : Model yang sombong Pintu Hidayah

Habibi dan Habibah Habibi dan Habibah Pintu Hidayah Spesial

"-'

(34)

-Sabtu, 6 Januari 2007 Pukul 14.00 Sabtu, 6 Januari 2007 Pukul 18.00 Minggu, 7 Januari 2007 Pukul 08.00 Minggu, 7 Januari 2007 Pui'ul 18.00 Senin, 8 Januari 2007 Pukul 08.00 Senin, 8 Januari 2007 Pukul 12.00 Senin, 8 Januari 2007 Pukul 13.30 Senin, 8 Januari 2007 Pukul 18.00 Senin, 8 Januari 2007 Pukul 19.00 Senin, 8 Januari 2007 Pukul 21.00 Selasa, 9 Januari 2007 Pukul 12.00 Seiasa, 9 Januari 2007 Pukul 13.30 Selasa, 9 Januari 2007 Pukul 18.00 Selasa, 9 Januari 2007 Pukul 21.00

Sinema Religi Pilihan

Jalan Keadilan : Manusia Bayangan Jalan Kemenangan

Sinetron Asik : Kusebut Nama-Mu 2 Layar Spesial : Surga di telapak kaki ibu Sinema Religi Terbaik

Sinetron Siang : Jalan Kebenaran Jalan Keadilan

Si Entong : Sajadah Terbang

Rahasia llahi : Akhir petualangan istri dzalim Sinema Religi Terbaik

Sinetron Siang : Jalan Kebenaran Jaian Keadilan : Jabat tangan hipnotis Sinetron Asyik : Hidayah-Mu

(35)

Rabu, 10 Januari 2007 Pukul 13.30 Sinetron Siang : Jalan Kebenaran Rabu, 10 Januari 2007 Pukul 18.00 Jalan Keadilan

I

Kamis, 11 Januari 2007 Pukul 12.00 Sinema Religi Terbaik

Kamis, 11 Januari 2007 Pukul 13.30 Jalan Kebenaran Jum'at, 12 Januari 2007 Pukul 08.00 Rahasia llahi

I Jum'at, 12 Januari 2007 Pukul 12.00 Rahasia llahi

Jum'at, 12 Januari 2007 Pukul 14 30 Layar Asyik : Dokter Aborsi I

Jum'at. 12 Januari 2007 Pukul 18.00 Si Entong

I

3 GLOBAL TV

-

-I

4 SCTV Senin, 8 Januari 2007 Pukul 15.30 Kiamat sudah dekat Senin, 8 Januari 2007 Pukul 21.00 Si Yoyo 3

Selasa, 9 Januari 2007 Pukul 15.30 Kiamat sudah dekat Rabu, 10 Januari 2007 Pukul 15.30 Kiamat sudah dekat Kamis, 11 Januari 2007 Pukul 15.30 Kiamat sudah dekat

.

'
(36)

6 LATIVI

7 TVRI

8 TRANS TV

9

I

ANTV

10 TRANS 7

Senin, 8 Januari 2007 Pukul 10.30

Selasa, 9 Januari 2007 Pukul 10.30

Rabu, 10 Januari 2007 Pukul 10.30

Karn is, 11 Januari 2007 Pukul 10.30

Minggu, 7 Januari 2007 Pukul 17.00

-Selasa, 9 Januari 2007 Pukul 19.00

Rabu, 1 O Januari 2007 Pukul 19.00

Kamis, 11 Januari 2007 Pukul 19.00

-Selasa, 9 Januari 2007 Pukul 21.00

Rabu, 10 Januari 2007 Pukui 21.00

Kamis, 11 Januari 2007 Pukul 21.00

Titipan llahi Titipan llahi Titipan llahi Titipan llahi

7 Hari menuju tobat

Hikayah

Sinema Hidayah Sinema Hidayah

Jalan llahi Jaian ilahi Jalan llahi

-I

N

(37)

2.2.2. Kriteria Sinetron Religius

Berdasarkan tabel di atas dan pengamatan peneliti, dapat disirnpulkan bahwa sinetron religius memiiiki beberapa kriteria, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bertemakan tentang ajaran-ajaran agama, bail< berasal dari kitab suci Alqur'an, Hadist maupun kisah-kisah nyata yang terjadi pada zaman

rasulullah dan para sahabat.

2. Kisah-kisah yang ditampilkan tidal< berlebih-lebihan.

3. Para tokoh yang memerankan dalam sinetron harus benar-benar sesuai dengan karakter yang diperankan, baik di dalam sinetron maupun dalam kehidupan sehari-hari (khusus peran protagonis).

4. Dalam setiap penayangannya sinetron religius harus m1:lnyampaikan pesan moral di setiap akhir tayangan oleh para ulama yang berkharisma.

2.3. Kerangka Berpikir

)alam beberapa tahun terakhir terjadi fenomena yang cukup menarik di nasyarakat, yakni hadirnya tayangan-tayangan sinetron yang menjadikan igama sebagai tema sentralnya. Atau yang kini dikenal dengan nama sinetron ·eligius. Hampir seluruh stasiun televisi di tanah air menayangkan sinetron eligius. Diawal penayangannya sinetron religius cukup memberikan angin segar >agi para pemirsa yang selama ini lebih banyak disuguhi tema-tema percintaan

(38)

)alam perkembangannya hingga saat ini sinetron religius masih menjadi pro dan contra di masyarakat. Mereka yang menilai negatif menganggap bahwa dalam ierkembanganya sinetron religius saat ini banyak sekali kisah-l<isah yang Jitayangkan terlalu dibuat-buat, dengan alur cerita yang tidak logis. Sedangl<an nereka yang menilai positif memandang bahwa apa yang ditampilkan di layar laca adalah cerminan perilaku di masyarakat l<emudian dikaitkan dengan

セャアオイG。ョ@ dan Hadits. Tidak sedikit individu yang merasa mendapatkan

)encerahan hidup setelah menyaksikan sinetron religius. s・「。Qセゥ。ョ@ besar dari nereka berpendapat bahwa apa yang ditayangkan sinetron religius cukup

(39)

Dimensi Keyakinan

SETELAH MENYAKSIKAN SINETRON RELIGIUS

Dimensi Praktek Agama

SINETRON RELIGIUS

Dimensi Pengalaman

Kriteria Sinetron Religius :

1. Bertemakan ajaran agama yang berasal dari Alqur'an, Hadist, maupun kisah-kisah nyaia uang terjadi di zaman Rasulullah dan sahabat.

2. Kisahnya tidak berlebih-lebihan. 3. Tokoh yang memerankan harus

sesuai dengan karakter yang diperankan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Berisikan pesan moral yang

d

ie'!:lr"r'u"\ei '1L-'!ln nlc:ih I V \ . A . l l l f - ' \ . A . • ' l . U l l V I V f l . . . 11lam!:I: 111 ... セQcQQョョ@}"""''l::I'

kharismatik di awal atau akhir tayangan ..

Dimensi Pengetahuan Agama

-Dimensi Keyakinan

IV

(40)

METODOLOGI PENELITIAN

セNQN@

Jenis Penelitian

1.1.1.

Pendekatan dan Metode Penelitian

)alam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini lisebabkan karena dengan pendekatan ini peneliti dapat merm;1hami gejala ingkah laku manusia menurut penghayatan pelaku. Pendekatan kualitatif

lipengaruhi oleh perspektif teori fenomenologis yang berusaha memahami suatu iejala sebagaimana subyek alami, dan yang ditekankan adalahi aspek subyektif lari perilaku subyek. Dalam hal ini, peneliti berusaha untuk masuk ke dalam lunia konseptual subyek-subyek yang diteliti sehingga dapat mengerti apa dan >agaimana suatu pengertian dikembangkan oleh subyek di sekitar peristiwa lalam kehidupan mereka.

セッァ、。ョ@ dan Taylor (seperti dikutip Moleong, 2004) mendefinisikan metode

セオ。ャゥエ。エゥヲ@ sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data cleskriptif berupa

(41)

1ubungan antara elemen-elemen yang sedang diteliti akan lebih jelas teramati falam proses.

3erdasarkan latar belakang tersebut dan masalah yang akan dijawab dalam Jenelitian ini, sepertinya pendekatan kualitatif lebih sesuai untuk menggali naealah tentang bagaimana sikap keberagamaan anggota majlis taklim lLirussa'adah setelah menyaksikan sinetron religius. Dengan p1endekatan cualitatif memungkinkan peneliti memahami gejala-gejala yang subyek alami >ecara mendalam.

)edangkan metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk nengumpulkan bukti-bukti empiris (Poerwandari, 1998). Metodt3 penelitian yang

ligunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Robert K. Yin (2002)

nendefinisikan studi kasus sebagai suatu inkuiri empiris yang menyelidiki enomena di dalam konteks kehidupan nyata bilamana batas-batas antara 9nomena dan konteks tidak tampak dengan tegas dan ada di mana multi

umber bukti dimanfaatkan.

:.2. Subjek Penelitian

.2.1. Karakteristik Subjek

(42)

)ubyek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah subyek-subyek yang nemenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Pernah menyaksikan sinetron religius, minimal 2 kali dalam satu minggu.. b. Berusia dewasa (antara 40 sampai 60 tahun). Hal ini dikarenakan pada

usia dewasa seseorang telah memiliki kematangan emosi dan berfikir kritis terhadap sesuatu hal yang ditemuinya, khususnya menyaksikan sinetron religius.

c. Rutin mengikuti kegiatan Majlis Taklim Nurussa'adah.

1.2.2.

Jumlah Subjek

)arantakos (seperti dikutip Poerwandari, 1998) mengemukakan tentang jumlah iUbyek dalam penelitian kualitatif yang tidak diarahkan pada jurnlah subyek yang 1esar, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai dengan kekhiususan masalah 1enelitian. Tidak juga ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah 1aik dalam hal jumlah maupun karakteritik subyeknya sesuai demgan

1emahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian. Dan dalam

1enelitian ini, peneliti hanya mendapatkan 4 (empat) subyek yang dapat diteliti. Ceempat subyek yang diteliti telah memenuhi kriteria yang telah peneliti

(43)

セNSN@

Teknil< Pengumpulan Data

セNSNQN@ Metode Pengumpulan Data

lerdasarkan karakter penelitian kualitatif yang terbuka dan luwes, maka metode Ian tipe pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sangat bEiragam,

lisesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian, serta sifat obyek yang diteliti Poerwandari, 1996). Dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa netode pengumpulan data, diantaranya adalah

i.3.1.1. Wawancara Mendalam (In-Depth Interview)

;urbakti (2003) mendefinisikan In-depth interview sebagai cara pengumpulan lata yang dilakukan melalui pencacahan sampel dengan ュ・ョYQセオョ。ォ。ョ@ daftar 1ti pernyataan dimana semua informasi yang akan dikumpulkan harus

:ikembangkan sendiri oleh pewawancara.

:. Kristi Poerwandari (1998) menyatakan bahwa 'Wawancara adalah

'ercakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu".

ledangkan menurut Lexy

J.

Moleong (2004) Wawancara adalah pecakapan ang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (Interviewer) yang
(44)

Benister dkk (seperti d:kutip Poeiwandari, 1998) mengemukakan bahwa Di :lalam penelitian kualitatif wawancara dilakukan peneliti untuk rnemperoleh )engetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan jengan topik yang sedang diteliti, dan bermaksud mengeksplorasi terhadap topik ersebut. Suatu hal yang tidak dimiliki oleh pendekatan lain. Dan dalam penelitian ni peneliti juga menggunakan pedoman wawancara umum (general interview 7uide approach).

3eperti halnya dengan metode pengumpulan data yang lain, wawancara juga nemiliki kelebihan dan kekurangan. Di antara kelebihan dari m•etode wawancara idalah peneliti dapat berhubungan langsung dengan subyek yang diteliti,

nemperoleh jawaban yang mendalam, menghasilkan banyak informasi, bersifat leksibel, dan sebagainya. Sedangkan kekurangan yang bersifat praktis dari netode ini adalah membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk mendapatkan nformasi dari satu subyek saja membutuhkan waktu yang lama:. Hal ini

>erdampak pada biaya dan tenaga ekstra.

セNSNQNRN@ Observasi

(45)

sekitar tern pat berlangsungnya wawancara. Selain mencatat ーQセイゥャ。ォオ@ dan kondisi :Ji sekitar wawancara, lembar observasi juga mencatat beberapa pertanyaan nendalam yang diajukan oleh peneliti.

1.3.2. lnstrumen Penelitian

セァ。イ@ memudahkan dalam proses pengumpulan data, maka peneliti

nembutuhkan alat bantu yang digunakan selama proses pengumpulan data. Jntuk wawancara peneliti menggunakan pedoman wawancara dan alat perekam

tape recorder). Pedoman wawancara digunakan agar data dari wawancara yang iperoleh tidak menyirnpang dari tujuan penelitian. Pedoman wawancara juga apat digunakan sebagai alat bantu untuk melaksanakan kategorisasi jawaban ehingga memudahkan dalam menganalisa data.

lat perekam peneliti gunakan untuk memudahkan dalam menganalisa kembali 3sil wawancara dan menghubungi kembali apabila di kemudan hari terdapat >la yang kurang lengkap. Penggunaan alat perekarn digunakan atas izin dan

セー・ョァ・エ。ィオ。ョ@ subyek.

3iam observasi peneliti menggunakan lembar observasi yang t1:llah peneliti >pkan sebelum penelitian dilaksanakan. Lembar observasi nantinya akan

セュオ。エ@ catatan-catatan yang peneliti lakukan selama berlangsungnya

(46)

セNSNSN@ Prosedur Pengumpulan Data

Jntuk mendapatkan data yang baik maka dibutuhkan suatu prosedur penelitian rang sudah dirancang dengan baik dan seefisien mungkin, prosedur penelitian rang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Peneliti mencari informasi tentang anggota Majlis Taklim Nurussa'adah dengan bertanya kepada pengurus Majlis Taklim Nurussa'adah.

2. Setelah didapatkan informasi yang cukup, peneliti mulai mengobservasi para calon subyek yang kira-kira pantas untuk dijadikan :subyek penelitian sesuai dengan kriteria yang telah peneliti lakukan.

3. Setelah peneliti menemukan subyek yang sesuai dengan kriteria, kemudian peneliti menanyakan kesediaan untuk menjadi subyek penelitian.

4. Apabila telah subyek tersebut telah menyatakc.n kesediaanya, kemudian barulah disepakati waktu pertemuan untuk wawancara.

5. Proses pengambilan data kepada subyek penelitian dilakukan pada tanggal 15 Maret 2007 - 21 Mei 2007.

6. Sebelum melakukan wawancara, peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian ini. Selain itu peneliti meminta izin kepada subyek untuk menggunake.n alat perekam suara (Tape recorder).

7. Peneliti selalu berusaha untuk membangun hubungan baik (good raaport)

kepada para subyek. Hal ini sangat diperlukan agar wawancara berjalan dengan baik. Seperti menanyakan keadaan subyek saat ini, dan

(47)

8. Setelah terjadi raaport, peneliti mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada subyek dengan mengacu kepada pedoman wawancara yang telah peneliti siapkan sebelum wawancara berlangsung.

9. Hasil wawancara dibuat laporannya dalam bentuk verbatim. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan analisis terhadap jawaban subyek.

10. Hasil jawaban subyek tersebut kemudian dianalisis.

セNTN@ Teknik Analisa Data

Jntuk menganalisa data dibutuhkan ketelitian dan pemahaman yang baik dari >etiap pernyataan-pernyataan yang dihasilkan dari wawancara. Jawaban-awaban subyek peneliti tuangkan dalam bentuk verbatim. Teknik analisa data 1alam penelitian ini adalah dengan teknik analisa

content.

Dengan

nenggunakan verbatim dan observasi sebagai acuan utama dalam

(48)

HASIL PENELITIAN

.. 1. Gambaran Umum Subyek Penelitian

>eluruh subyek penelitian yang terdiri dari empat orang ini adalah anggota Majlis 'aklim Nurussa'adah. lni menunjukan bahwa mereka memiliki latar belakang engetahuan agama yang cukup memadai. Rata-rata usia mereika berada pada 1asa dewasa madya yang berkisar antara 40-60 tahun. Pada masa inilah sikap ebaragamaan subyek terlihat cukup matang.

•enggunaan inisial sebagai nama subyek dalam penelitian ini s.engaja dilakukan 1ntuk demi menjaga kerahasiaan sesuai dengan kode etik peneilitian psikologi. lerikut ini gambaran umum subyek penelitian dalam bentuk skEima :

"abel.

4.1

;ambaran Umum Subyek

Mo Nam a Pekerjaan Usia Pedidikan

Terakhir

1 SI Guru Mengaji & lbu rumah tangga 49 Strata 1 2 M Guru Mengaji & lbu rumah tangga 48 Tsanawiyah

3 TM lbu rumah tangga 46 SD

(49)

4.2. Gambaran Observasi, Deskripsi Umum dan Analisis Data

Kasus SI

:>ambaran Observasi

Nawancara dilakukan di Majlis Taklim Nurussa'adah yang berdampingan lengan rumah subyek. Selama wawancara berlangsung suasana di sekitar llajlis Taklim cukup sunyi. Diawal wawancara subyek terlihat canggung, namun 'etelah wawancara berjalan beberapa menit subyek terlihat lebih santai. Dalam nenjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, subyek terlihat menjawab apa 1danya.

iambaran Umum Subyek

;J adalah anak kelima dari sepuluh bersaudara. la lahir di Jakarta pada tanggal 9 iesember 1957. Kini ia tinggal bersama suami dan keempat anaknya di wilayah .elurahan Gandaria Selatan Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan. Ada

aberapa saudara kandungnya yang tinggal tidak jauh dari rumahnya. Hingga ni ia masih aktif sebagai pengurus yayasan Nurussa'adah dan juga sebagai

セョァ。ェ。イ@ di beberapa majlis taklim. Selain mengajar, ia juga aktif mencari llmu

mgan mengikuti kegiatan di beberapa majlis taklim.

dilahirkan dari kedua orang tua yang tidak mengenyam pendidikan formal. nu-ilmu yang mereka (orang tua) dapatkan lebih banyak dari dakwah-dakwah 1ra ulama pada masanya. Ayahnya adalah seorang petani dan pedagang.

(50)

;leskipun tidak berasal dari latar belakang pendidikan formal, kedua orang uanya, khususnya sang ibu selalu memberikan dorongan kepada anak-anaknya mtuk selalu menuntut ilmu kapan pun dan dimana pun berada. Dalam hal

1gama kedua orang tuanya termasuk orang tua yang cukup keras dalam hal nendidik anak-anaknya, khususnya dalam hal shalat.

51 menjelaskannya. sebagai berikut :

)rang tua saya mendidik tentang sholat memang keras, tapi gak lama. Karena ulus SD langsung pesantren. Jadi lebih banyak di luar. Kalo di luar pesantren <eras orang tua saya mendidiknya. Tapi orang tua, saya pergi mengaji biarin dah

stilahnya dia yang berikan uang buat ini pulang dari Mesir saya gak punya dui1 Jelum punya pencaharian, sama orang tua saya dikasih duit nih bakal ngaji.

Selain selalu mendorong anak-anaknya untuk terus menuntut Hmu, kedua orang tuanya selalu memberikan suri tauladan yang baik kepada anak-anaknya. Baik :!alam pendidikan agama maupun dalam hal kehidupan sosial sehari-hari. Pada saat ia duduk di bangku sekolah dasar, tepatnya di kelas dua sekolah dasar, ayahnya wafat. Dan sejak saat itu hanya lbunyalah yang menopang kehidupan keluarganya.

Setelah lulus sekolah dasar ia melanjutkan studinya selama enam tahun di pondok pesantren di wilayah Sukabumi. Setelah tamat pada jenjang pendidikan Aliyah (setara dengan Sekolah Menengah Atas) ia melanjutkan studinya di Universitas Cairo di Mesir selama kurang lebih sepuluh tahun hingga

(51)

;tudinya. Setelah menyelesaikan studinya di Mesir dan sekembalinya ke tanah

セゥイ@ ia menikah dan hingga kini ia telah dikaruniai empat orang ainak.

31 merupakan sosok lbu rumah tangga yang taat dalam beribadah. Selain badah-ibadah yang wajib, ia juga sering melaksanakan ibadah-ibadah yang ;unnah. Dalam satu minggu ia hampir setiap malam selalu melaksanakan shalat ;unnah tahajjud. Begitu juga dengan shalat sunnah rawwatib, clan shalat sunnah

ihuha hampir setiap hari ia melaksanakannya.

)alam hal beribadah SI merasa masih banyak sekali kekurangannya. SI nenyatakan bahwa "Ya be/um merasa puaslah ibadah kita. Ya masih banyak 'ekurangan juga he ... he ... Walaupun kita sudah jalanin shalat tahajjud tapi nasih banyak kekurangan".

5elain merasa banyak sekali kekurangan dalam hal ibadah-ibadah ritual, SI juga nerasa masih banyak kekurangan dalam hal ilmu, khususnya iimu-ilmu agama. 31 menyatakan bahwa "Kio ilmu merasa be/um puas saya, baik itu fiqh maupun iuniawi ... Masih ban yak yang be/um tahu. Karena ilmu semakin dicari semakin curang kayaknya, semakin bodoh kayaknya diri kita".

(52)

epada sang ibu.

neskipun berprofesi sebagai guru di beberapa majlis taklim sudah lama, SI 1erasa masih memilki banyak kekurangan dalam hal metode b13rdakwahnya. SI 1enjelaskan sebagai berikut :

.Diantaranya saya kalo berbicara bahasa saya tuh gak bagus, saya ngaku aja. lak bisa saya ngomong-ngomong kayak orang panjang-panjang, begini-begini 1egitu. Satu ya karena takut juga, apa saya bisa ngamalin seperti ini gitu, jadi 1gak timbul rasa takut gitu untuk menyampaikannya gitu. Jadi itu yang

1enimbulkan saya kalo kayak minder apa bisa menjalaninya.

lerkenaan dengan sinetron religius, SI memandang positif. Perkembangan .inetron religius dalam dua tahun terakhir. la menghubungkan hal tersebut lengan beberapa musibah yang menimpa bangsa kita akhir-akhir ini.

セ・ョオイオエョケ。@ banyak hal positif yang dapat diam bi I sebagai pelajaran dalam nenjalankan kehidupa:i sehari-hari. Beberapa diantaranya adalah menambah .eimanannya akan kekuasaan Allah SWT. SI menjelaskan sebagai berikut: ;aya sih ya tambah apa. tambah yakin kalo saya. Ya jadi Tambah keimanan .ita. Tambah takut. Tapi kalo saya lihat dari orang-orang mengatakan ah itu 1anya sekedar cuma hanya film namanya. Kio saya khan tahu orang emang ada 1zab kubur itu. Jadi setelah melihat kejadian itu ya jadi tambah takut. Karena .han kita udah tahu gitu baik hadistnya apanya gitu emang ada kita harus 1ercaya dengan azab kubur, ada azab yang sangat pedih, ada .azab dari Allah :idi setelah melihat kejadian itu jadi tambah yakin.

;alah satu faktor yang membuat bertambahnya keyakinan akan kekuasaan Allah

(53)

istadz atau ustadzah tersebut selalu memberikan dalil-dalil bail< Alqur'an, naupun hadist yang menambah keyakinannya akan isi dari ウゥイョセエイッョ@ tersebut.

;1

merasa setelah menyaksikan sinetron religius keyakinannya terhadap

.ekuasan Allah swt bertambah. Sebagaimana SI menyatakan bahwa " Ya, kalo aya pribadi tambah yakin habis nonton sinetron seperti itu. Ya .. meskipun

セイヲゥィ。エ@ gak masuk aka!. Kayak anak yang mati kena petir karena durhaka sama

rang tuanya gitu".

elain menambah keyakinannya akan kekuasaan Allah SWT, SJ merasa setelah 1enyaksikan sinetron religius pengetahuan akan ilmu agamanya bertambah.

arena menurutnya apa yang ada di dalam sinetron religius banyak sekali 1rkandung ilmu-ilmu agama yang dapat dipelajarinya. Sebagaimana SI 1enyatakan, "Bertambah. Ya tambah ilmu, tambah ilmu buat kita, seperti >rbuat baik ke orang lain, tolong menolong ".

emikian halnya dalam hal ibadah-ibadah yang bersifat ritual. Menurutnya

セエ・ャ。ィ@ menyaksikan sinetron religius, ia selalu berusaha untuk meningkatl<an

1alitas dari ibadah-ibadahnya, khususnya dalam hal sholat. SI rnenyatakan 1hwa "Ya, Sekarang nambah giat lagi, yang tadinya gak sembayang qodho 1karang di qodho-qodhoin, ha bis dzohor saya qodhoin, ashar diqhodoin lagi, ya

(54)

lalam hal pengaplikasian ilmu-ilmu agama yang telah dimilikinya dalam

.ehidupan sehari-hari, SI merasa masih belum sepenuhnya mengaplikasikannya lalam kehidupan sehari-hari. Namun hal tersebut tidak membuatnya diam begitu aja. la selalu berusaha memperbaiki dirinya dari waktu ke waktu. Setelah

1enyaksikan sinetron religius SI merasa selalu berusaha untuk mengamalkan mu-ilmu yang telah dilmilikinya. Sebagaimana SI menyatakan, "Berusaha apa

'a ... berusaha untuk dapat mengamalkan ilmu-ilmu yang udah saya dapat. Yang 1asti berusahalah, seperti didik anak yang bener gitu".

)inetron religius juga menambah pengalarnan religius SI. Dan pengalaman eligius tersebut dijadikannya pelajaran dalam hidup SI. Sebagaimana SI nenyatakan "Yajadi bertambah aja pengalaman-pengalaman seperti itu. )ijadikan pe/ajaran buat hidup kita. Ya kayak azab isteri yang a'urhaka sama

セオ。ュゥ@ jangan sampe kejadian sama kita".

L2.1.2 Analisis Kasus

3erdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakul<an kepada >ubyek diperoleh data-data sebagai berikut :

1. Subyek adalah lulusan Strata satu di Mesir.

2. Subyek adalah seorang ustadzah di beberapa Majlis Taklim

(55)

4. Subyek merasa keyakinannya akan kekuasaan Allah swt bertambah setelah menyaksikan sinetron religius mesl<ipun kejadian tersebut terlihat tidak masuk akal, seperti seorang anak yang meninggal terkena petir yang disebabkan oleh kedurhakaannya terhadap kedua orang tuanya.

5. Subyek merasa dirinya lebih giat dalam beribadah setelah menyaksikan sinetron religius. Seperti seringnya subyek mengqodho sholat-sholatnya. 6. Terna Sinetron religius yang paling disukai oleh subyek adalah tentang

hubungan orang tua dengan anak.

7. Subyek merasa pengalaman religiusnya bertambah setelah menyaksikan sinetron religius. Dan pengalaman tersebut selalu dijadikannya pelajaran. 8. Pengetahuan agama subyek merasa bertambah setelah menyaksikan

sinetron religius. Seperti berbuat bail< kepada orang lain, tolong menolong. 9. Subyek merasa setelah menyaksikan sinetron religius dirinya selalu

berusaha ur.tuk selalu mengamalkan ilmu-ilmu yang dimilikinya. Khususnya dalam mendidik anak-anaknya dengan cara yang baik.

1. Dimensi Keyakinan

(56)

b. Dimensi Praktek Agama

Dalam kesehariannya subyek merupakan sosok yang rajin dalam melaksanakan badall-ibadah yang sifatnya ritual (khususnya sllolat). Namun setelah

nenyaksikan sinetron religius subyek merasa llarus selalu memperbaiki ibadah-badallnya kllususnya sllolat. Subyek merasa ada kekhawatiran di dalam dirinya ;etelah menyaksikan sinetron religius ibadall-ibadah yang telah dijalaninya tidak ;empurna dan tidak diterima oleh Allah SWT. Sebagai contoh subyek seringkali

Vfengqodho sllolat-sllolatnya. Subyek menyatakan, "Sekarang nambah giat lagi, rang tadinya gak sembayang qodho sekarang di qodho-qodhoin, habis dzohor >aya qodhoin, ashar diqhodoin lagi, ya didua kaliin shalatnya. n

:. Dimensi Pengalaman

)alam usia yang telah memasuki usia dewasa madya, subyek i:entunya telah nemiliki banyak sekali pengalaman-pengalaman. Baik pengalaman llidup naupun pengalaman-pengalaman yang bersifat spiritual. Pengalaman spiritual •ubyek menjadi bertambah setelah menyaksikan sinetron religius. Sebagaimana •ubyek menyatakan, "Ya jadi bertambah aja pengalaman-pengalaman seperti tu. Dijadikan pe/ajaran buat hidup kita. Ya kayak azab isteri yang durhaka sama

(57)

I. Dimensi Pengetahuan Agama

:ubyek merupakan sosok orang yang mencintai ilmu. Hal ini terlihat dari Hobby

ubyek sejak kecil yang gemar sekali membaca buku-buku pelajaran. Hal

セイウ・「オエ@ di tambah dengan didikan orang tua, khususnya sang ibu yang selalu ienanamkan kepada anak-anaknya untuk selalu menuntut ilmu kapan pun dan imana pun berada.

>alam hal pengetahuan agama tentunya subyek telah banyak sekali

iendapatkan bermacam-macam pengetahuan agama. Hal ini tiarlihat dari latar 1elakang pendidikan subyek. Di setiap jenjang pendidikan, subyek selalu 1enuntut ilmu pada lembaga-lembaga pendidikan formal yang bemuansakan ;lami. Bahkan setelah tamat dari pondok pesantren ia langsunn melanjutl<an tudinya l<e Mesir, tepatnya di Universitas Cairo.

セ・ウォゥーオョ@ sudah banyak sel<ali pengetahuan-pengetahuan agarna yang ia miliki

1amun ia masih merasa apa yang telah ia miliki (ilmu) masih banyak yang belum .ubyek l<etahui. Karena menurutnya semakin ilmu dicari semakin banyak apa ang tidal< diketahuinya. Oleh karenanya ia banyak sekali mengikuti l<egiatan-:egiatan di beberapa majlis taklim. Dan setelah menyaksikan sinetron religius SI nerasa pengetahuan agamanya bertambah. Sebagaimana subyek menyatakan,

(58)

セM Dimensi Konsekuensi (Pengamalan)

)i usianya yang telah memasuki usia dewasa madya, tentunya subyek sedikit >anyak telah mengamalkan ilmu-ilmu yang dimilikinya hingga saat ini. Sinetron eligius sebagai media dalam penyampaian dakwah mempengaruhi subyek rntuk lebih mengamalkan ilmu-ilmu yang telah subyek miliki. s・セ「。ァ。ゥュ。ョ。@

;ubyek menyatakan, "Berusaha apa ya ... berusaha untuk dapat mengamalkan

1mu-i/mu yang udah saya dapat. Yang pasti berusahalah, seperti didik anak yang

(59)

Tabel 4.2

Sikap Keberagamaan SI Sebelum dan Sesudah

Menyaksikan Sinetron Religius

Dimensi Sikap Keberagamaan kエセエ・イ。ョァ。ョ@

Keberagamaan

Sebelum Setelah Menyaksikan Menyaksikan Sinetron Religius Sinetron Reliaius

Ceyakinan Merasa yakin Merasa HIDAYAH, akan kekuasaan keyakinannya TRANS TV Allah atas kekuasaan

Allah bertambah. Meskipun

terkadang beberapa

kejadian terlihat tidak masuk akal, seperti seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya kemudian meninggal tersambar patir. >raktek Agama Merasa masih Merasa lebih giat

banyak sekali dalam beribadah kekurangan sepertidengan dalam hal praktek seringnya ibadah khususnya mengqodho sholat. shalat lima waktu. >engalaman Memiliki Merasa

pengalaman pengalaman religius namun religiusnya tidak berkesan bertambah.

[image:59.595.20.440.129.687.2]
(60)

kekurangan agamanya dalam hal bertambah. pengetahuan Seperti berbuat agama baik kepada

orang lain dan tolonq menolono. engamalan Merasa belum Merasa ingin

sepenuhnya lebih

mengamalkan mengamalkan ilmu-ilmu yang ilmu-ilmu yang dimilikinya telah dimilikinya.

(61)

Kasus M

Gambaran Observasi

Nawancara berlangsung di kediaman subyek. Suasana di kediarnan subyek

セオォオー@ ramai, hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa anggota keluarga ;ubyek sedang berkumpul. Meski demikian ramainya suasana di kediaman ;ubyek tidak mengganggu berjalannya wawancara. Diawal wawancara subyek

erlihat cukup siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang peneliti ajukan. :>ubyek terlihat rapih dengan mengenakan pakaian berwarna biru panjang dan ilbab berwarna cokelat muda. Selama berlangsungnya wawancara subyek ;eringkali menceritakan masalah-masalah tentang masa lalunya.

)eskripsi

Umum

Subyek

II adalah anak kedua dari enam bersaudara. M memiliki lima orang anak, empat aki-laki dan satu perempuan. Keempat anak laki-lakinya telah berumah tangga. Cini M tinggal dengan suami dan anaknya yang paling kecil di wilayah Kelurahan 3andaria Selatan Kecamatan Cilandak. Pekerjaan sehari-hari M adalah ibu umah tangga dan mengajar mengaji anak-anak yang tinggal di dekat rumahnya. )elain menjadi ibu rurnah tangga dan mengajar mengaji anak-anak di

(62)

JI terlahir dari kedLla orang tua yang menurutnya tidak mengenyam pendidikan ormal. Sebagaimana M menyatakan :

3ak sekolah, kalo bapak kurang tahu, tapi kalo lbu aku dulu belom ada 1ekolahan katanya. Kala ngaji alhamdulillah dah. Tapi kalo bapak yang saya ahunya dia pinter tulis. Cakep tulisannya, bahasa latennya gitu. Cuman saya litinggal dia masih kecil sih. Jadi kurang tahu. Bagi-bagi kurun9 dia pinter.

Kali-セ。ャゥ。ョ@ gitu.

セケ。ィ@ M adalah seorang pedagang dan ibunya adalah lbu rumah tangga. M tidctk

lapat merasakan kasih sayang ayahnya dalam waktu yang lama, karena ketika

JI masih kecil sang ayah telah meninggal dunia. Dan sejak saat itu hanya ibu Ian saudara-saudaranyalah yang membantu perekonomian kel.uarga M. )rang tua M termasuk orang tua yang disiplin dalam mendidik anak-anaknya. Chususnya dalam hal agama (ibadah ritual). Sebagaimana M menyatakan :

Disiplin I Pokoknya yang namanya sholat kalo pun kita sakit kaki sedikit aja sakit >ho/at harus sholai, gak boleh ditunda-tunda. Ke/uarga kita gitu, dari keluarga lari saya. Tapi kalo dari bapak enggak".

)alam hal kebaikan (sosial) orang tua M merupakan teladan yang baik bagi M. )ebagaimana M menyatakan :

(63)

VI hanya mengenyam pendidikan sampai kelas dua madrasah tsanawiyah setingkat dengan sekolah menengah pertama). Hal ini disebabkan oleh

セ・エゥ、。ォュ。ューオ。ョ@ orang tua M untuk membiayai pendidikannya. Namun M tidak 1utus asa begitu saja untuk mencari ilmu. Meskipun M tidak dapat mengikuti 1endidikan formal, M selalu mengikuti kegiatan-kegiatan di majlis taklim. Baginya !engan mengikuti majlis taklim sedikit banyak ia mendapatkan ilmu-ilmu dari

-',

-eberapa gurunya.

1a1am kesehariannya M termasuk sosok yang cukup disegani oleh anggota 1asyarakat lainnya. Hal ini terlihat dari banyaknya orang tua yang meminta agar I dapat mengajarkan anak-anaknya mengaji. Demikian pula dalam hal

:irmasyarakat, M termasuk orang yang peduli terhadap lingkungannya. Hal ini 1rlihat dari keakraban yang terjadi antara M dengan para tetangga-tetangganya.

termasuk orang tua yang keras dalam mendidik anai\-anaknya dalam hal iama. Hal ini terlihat dari sikap M yang apabila melihat anak-anaknya tidak 1olat M tidak segan-segan untuk memarahi dan bahkan dapat rnemukulnya. •bagaimana M menyatakan bahwa " Marah, tabok! Pettama ornongan pe/an, rk bisa kerasan dikit, gak bisa kerasan /agi"

(64)

セェ。@ kekurangan. Apalagi Alqur'an". Oleh karena itu ia seringkali mengikuti <egiatan-kegiatan yang diadakan di beberapa majlis taklim yang M ikuti.

\II merasa saat ini kekurangan terbesarnya adalah kurang sabar apabila

nenghadapi masalah. Sebagaimana M menyatakan "Kurang sabar, anak-anak uga sering menasehati saya supaya lebih sabar dalam ngehadepin masalah. q/hamdulil/ah anak saya yang namanya didi selalu ngingetin saya supaya /ebih <uat, lebih sabar''.

)alam hal beribadah (ritual) M merasa ibadah yang ia jalani hingga saat ini lebih )aik dari sebelum-sebelumnya dan merasa yakin ibadah-ibadahnya akan

literima oleh Allah. Sebagaimana M menyatakan "lnsya Allah saya yakin, kita 1ak boleh berprasangka buruk sama Allah. Kita harus yakin sama Allah. Allah naha pencipta".

3aat ini M merasa pengetahuan agama yang ia miliki saat ini telah ia aplikasikan lalam kehidupan sehari-hari dengan semampunya. Sebagaimana M

nenyatakan "Udah nerapin, semampu kita".

3erkenaan dengan sinetron religius M memandang positif terhadap

Jerkembangan sinetron religius dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya ;inetron religius juga merupakan sarana dakwah yang cukup baik buat umat.

(65)

1enunjukan rasa kecewanya. Sebagaimana M menyatakan : "Bagus ka/o kata aya, cuman kalo udah jahat begitu, udah maksiat, atau udah apa kadang-adang hukumannya cu man ya ... gak pantas, gak sesuai dengan sama yang idi dosanya itu. Jadi kayaknya hukumannya ringan gitu. Padahal mah

ukumannya berat".

I merasa setelah menyaksikan sinteron religius keyakinannya terhadap ekuasaan Allah swt bertambah. Sebagaimana M menyatakan "Ya nambah >kin sama kekuasaan Allah. Kan apa yang kita perbuat pasti ada balasannya. ayak kalo kita durhaka sama orang tua pasti ada balesannya. l<alo gak di dunia

di akherat".

inetron religius juga membuat M merasa selalu berusaha オョエオセZ@ meningkatkan adah-ibadahnya. Khususnya dalam hal sholat wajib dan sholat-sholat sunah. abagaimana M menyatakan, "Ya berusaha meningkatkan ibad11h-ibadah kita mg be/um bagus. kayak sholat, sholat-sholat sunah".

(66)

lerkenaan dengan pengetahuan agama, M merasa setelah menyaksikan ;inetron religius pengetahuan agamanya tidak bertambah Hal ini disebabkan :ebanyakan tema-tema sinetron yang M saksikan telah ia ketahui sebelumnya. )ebagaimana M menyatakan, "Biasa-biasa aja, Udah pemah d13nger ceritanya".

>etelah menyaksikan sinetron religius M merasa selalu berusaha untuk nengamalkan ilmu-ilmu yang telah dipelajarinya. Khususnya dalam hal :esabaran dan tawakkal. Sebagaimana M menyatakan, "Terus berusaha 1gamalin ilmu-i/mu yang udah saya pelajari. Kayak sabar dalam menghadapi

riasa/ah, tawakal ... ". k2.2.2. Analisa Kasus

lerdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan kepada ;ubyek diperoleh data-data sebagai berikut :

1. Subyek adalah seorang guru mengaji anak-anal< (lqro).

2. Subyek memiliki hubungan yang erat dengan tetangganya, meskipun ada beberapa tetangganya yang berbeda keyakinan.

3. Subyek menilai positif terhadap perkembangan sinetron ireligius dalam beberapa tahun terakhir meskipun terkadang ada bebercipa 'tema membuat subyek kecewa.

(67)

5. Subyek merasa dirinya selalu ebih giat dalam beribadah setelah

menyaksikan sinetron religius. Khususnya dalam hal sholat-sholat sunah. 6. Terna Sinetron religius yang paling disukai oleh subyek adalah tentang

isteri yang mengkhianati suaminya.

7. Subyek merasa pengalaman religiusnya bertambah setelah menyaksikan sinetron religius. Seperti kisah-kisah yang menggambarkan azab Allah kepada orang-orang yang suka bermaksiat.

8. Setelah menyaksikan sinetron religius subyek merasa pengetahuan agamanya tidak mengalami perubahan. Hal tersebut エ・セェ。、ゥ@ karena tema-tema yang ditayangkan telah diketahui sebelumnya.

9. Subyek merasa setelah menyaksikan sinetron religius dirinya selalu berusaha untuk selalu mengamalkan ilmu-ilmu yang dimilikinya. Seperti sabar dan tawakkal.

a.

Dimensi Keyakinan
(68)

\ubyek merupakan orang yang cukup rajin dalam melaksanakan beberapa .holat sunat. Diantnra sholat sunat yang sering ia jalani adalah sholat sunat

fhuha. Selain sholat sunat dhuha subyek juga suka menjalani sholat sunat ;iinnya seperti tahajjud, rawwatib, namun tidak sesering sholat sunat dhuha.

セ・イォ・ョ。。ョ@ dengan sinetron religius, SL:byek merasa tersentuh dan berusaha nembuat supaya ibadahnya lebih baik lagi. Hal ini mungkin disebabkan oleh 1ertambah keyakinannya alas kekuasaan Allah SWT. Sebagaimana subyek nenyatakan, "Ya berusaha meningkatkan ibadah-ibadah kita yang be/um bagu;;.

:ayak sholat, sholat-sholat sunah".

:. Dimensi Pengaiaman

lalam usia yang telah memasuki usia dewasa madya, subyek tentunya telah nerniliki banyak sekali pengalarnan-pengalaman. Baik pengalaman hidup

セ。オーオョ@ pengalaman-pengalaman yang bersifat spiritual. Pengalaman sp

Gambar

Tabel 4.2 Sikap Keberagamaan SI Sebelum dan Sesudah
Sikap Tabel 4.3 Keberagamaan M Sebelum dan Sesudah
Tabel 4.5 Sikap Keberagamaan SM Sebelum dan Sesudah

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berniat untuk mengadakan penelitian eksperimen dengan judul &#34;Pengaruh bimbingan pribadi dan sosial terhadap kemandirian santri

3 2326 (Sekretariat Daerah) Pembangunan Pembangunan Gedung Kantor Badan Belanja Tender Tender 1 Paket Lehong DAK 05-Feb 24-Mar 24-Mar 20-Agust 1.152.732.301

Pembuatan Aplikasi Diet Mayo berbasis android ini diharapkan dapat membantu orang – orang yang ingin melakukan hidup sehat dengan menggunakan diet mayo, dimana diet mayo bukan

Pendapatan Asli Daerah dalam membiayai kebutuhan pengeluaran daerah sangat. kecil dan bervariasi antar daerah, yaitu kurang dari 10%

Dengan menulis dan menyusun skripsi dengan judul “Pengaruh Motivasi, Gaya kepemimpinan, Social Capital, dan Human Capital terhadap Kinerja Perusahaan milik Wanita” penulis

 Type, dibutuhkan untuk system yang mendukung beberapa type berbeda  Lokasi; merupakan pointer ke device dan ke lokasi berkas pada device tersebut  Ukuran (size); yaitu

Teori yang dipakai adalah teori struktural yang fokus pada unsur intrinsik yaitu pertama tema: kehidupan yang memanfaatkan orang lain untuk kepentingan diri sendiri atau

Demikian Berita Acara Penetapan Pelelangan Gagal ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.. Cianjur, 18