PENERAPAN MODEL TWO STAY TWO STRAY (TSTS)
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MELALUI KOMPETENSI DASAR
MENGIDENTIFIKASI PERSYARATAN PERSONIL
ADMINISTRASI KANTOR PADA SISWA KELAS X
AP DI SMK CUT NYA’ DIEN SEMARANG
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Istirokah NIM 7101408239
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:
Hari : Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ade Rustiana, M.Si. Hengky Pramusinto, S.Pd., M.Pd.
NIP. 19680121992031002 NIP. 198010142005011001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Tanggal :
Penguji
Dra. Nanik Suryani, M.Pd. NIP. 195604211985032001
Anggota I Anggota II
Drs. Ade Rustiana, M.Si. Hengky Pramusinto, S.Pd., M.Pd.
NIP. 19680121992031002 NIP. 198010142005011001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, Febuari 2013
Istirokah
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Jika anda ingin menjadi orang yang
sukses, maka anda harus memiliki
kebiasaan orang sukses”
- Deddy Courbuzer -
Persembahan
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Orang tuaku, kakakku serta sahabat yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi.
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih sayang dan rahmatNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Model Two Stay Two Stray (TSTS) dalam meningkatkan hasil belajar melalui Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Persyaratan Personil Administrasi Kantor pada siswa kelas X AP di SMK Cut Nya’ Dien Semarang dengan baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, fasilitas, semangat, serta dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan belajar dan memperoleh pendidikan.
2. Dr. S. Martono, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberi ijin dan kesempatan bagi saya untuk mengadakan penelitian.
3. Dra. Nanik Suryani, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmu dan pengalaman kepada penulis.
4. Drs. Ade Rustiana, M.Si., Dosen Pembimbing I yang telah sabar dan memberi bimbingan serta arahan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan.
5. Hengky Pramusinto, S.Pd., M.Pd. Dosen Pembimbing II yang telah memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi.
vii
7. Aniek Budiyanti, S.Pd., Guru Prodi Administrasi Perkantoran SMK Cut Nya’ Dien Semarang yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian.
8. Siswa-Siswi kelas X AP SMK Cut Nya’ Dien Semarang yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.
9. Staf dan karyawan Tata Usaha SMK Cut Nya’ Dien Semarang yang telah ikut membantu pelaksanaan penelitian.
10.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu memberi dukungan baik moril maupun spiritual dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Semarang, Febuari 2013
viii
SARI
Istirokah. 2013. “Penerapan Model Two Stay Two Stray (TSTS) dalam
meningkatkan hasil belajar melalui Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Persyaratan Personil Administrasi Kantor pada siswa kelas X AP di SMK Cut
Nya’ Dien Semarang”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Drs. Ade Rustiana, M.Si. Pembimbing II. Hengky Pramusinto, S.Pd., M.Pd.
Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif, Hasil Belajar, dan Model Two Stay Two Stray
Pembelajaran di SMK Cut Nya’ Dien Semarang menggunakan metode konvensional dalam proses pembelajarannya. Dari hasil observasi awal di SMK
Cut Nya’ Dien Semarang diperoleh data bahwa pembelajaran (MPPAP) di kelas X AP memiliki hasil belajar yang rendah. Tercatat pada kelas X AP ada 27 siswa dari 46 siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM, yaitu 75. Hal itu berarti presentase ketuntasan klasikal sebesar 41%. Untuk meningkatkan hasil belajar (MPPAP) pada siswa kelas X AP di SMk Cut Nya’ Dien Semarang, maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X AP SMK Cut Nya’ Dien Semarang. Prosedur penelitian ini merupakan siklus kegiatan yang terdiri dari dua siklus, dimana setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah RPP untuk kelas treatment Two Stay Two Stray dan kelas treatment konvensional, soal evaluasi tiap akhir siklus, lembar observasi siswa dan guru.
Hasil penelitian kelas dengan treatment Two Stay Two Stray siklus I, menunjukkan hasil nilai rata-rata siswa sebesar 71 dan persentase ketuntasan klasikal sebesar 54% dengan nilai tertinggi 90, nilai terendah 50, serta banyaknya siswa yang tuntas 25 siswa dan sisanya 21 siswa yang tidak tuntas. Sedangkan analisis hasil tes evaluasi siswa pada siklus II, menunjukkan hasil nilai rata-rata siswa sebesar 80 dan persentase ketuntasan klasikal sebesar 83% dengan nilai tertinggi 95, nilai terendah 65, serta banyaknya siswa yang tuntas 38 siswa dan 8 siswa yang tidak tuntas.
ix
ABSTRACT
Istirokah. 2013. "The Application of Model Two Stay Two Stray (TSTS) in Improving Learning Outcomes through the Basic Competency; Identifying the Requirements of Administration Office Personnel in Class X AP SMK Cut Nya' Dien Semarang". Skripsi. The Department of Economics Education. The Faculty of Economics. Semarang State University. Advisor I. Drs. Ade Rustiana, M.Si. Advisor II. Hengky Pramusinto, S.Pd., M.Pd.
Keywords: Cooperative Learning, Learning Outcomes, and Model Two Stay
Two Stray
The teaching and learning process in SMK Cut Nya' Dien Semarang still uses conventional methods. The data which is gained in the beginning observations at SMK Cut Nya' Dien Semarang shows that the learning of Administration Principles in class X AP has low result. There are only 27 students from 46 students that scores under the KKM (75). It means that the percentage of classical completeness is 41%. However, to improve learning outcomes of the subject Administration Principles in class X AP at SMK Cut Nya' Dien Semarang, the researcher conducts the action research using Two types of cooperative learning; Two Stay Two Stray.
The subjects are students of class X AP SMK Cut Nya' Dien Semarang. The study is consists of two cycles, with each cycle including planning, implementation, action, observation and reflection. The instrument of collecting Data in this study is Lesson Plan for Two Stay Two Stray treatment class and conventional treatment class, evaluation in the end of each cycle, students and teachers observation sheet.
The result in Two Stay Two Stray treatment class which is obtained through the analysis of student evaluations in the first cycle, shows an average scores are 71 and the percentage of students classical completeness is 54% with the highest score is 90, the lowest score is 50, and the number of students who complete is 25 students and the remaining 21 students do not complete. While the analysis of the test results of students evaluation in the second cycle shows the average student is 80 and the classical completeness percentage of 83% with the highest score is 95, the lowest score is 65, and the number of students who pass is 38 students and 8 students who do not complete.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
SARI ... viii
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Kegunaan Penelitian ... ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
2.1 Belajar dan Pembelajaran ... 9
2.2 Hasil Belajar ... 12
2.3 Model Pembelajaran ... 14
2.4 Pembelajaran Kooperatif ... 16
2.5 Two Stay Two Stray ……..... 19
2.6 Uraian Materi Pokok Bahasan ... 22
2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 24
xi
2.9 Pengembangan Hipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
3.1 Setting dan Subyek Penelitian ... 29
3.2 Faktor yang Diteliti ... 29
3.3 Rancangan Penelitian ... 30
3.4 Prosedur Penelitian ... 32
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 41
3.6 Metode Analisis Data ... 42
3.7 Indikator Keberhasilan ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
4.1 Hasil Penelitian ... 45
4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 45
4.1.2 Kondisi Awal Siswa ... 46
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus I ... 47
4.1.4 Hasil Penelitian Siklus II ... 59
4.2 Pembahasan ... 67
BAB V PENUTUP ... 72
5.1 Simpulan ... 72
5.2 Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 74
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Daftar Nilai Kompetensi Dasar Mengidentifikasi
Persyarataan Administrasi Kantor Kelas X AP SMK Cut
Nya’ Dien Semarang Pelajaran 2011/2012……….. 5
Tabel 2.1 : Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif ... 18
Tabel 2.2 : Penelitian Terdahulu yang Relevan... 24
Tabel 4.1 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I... 51
Tabel 4.2 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Per Aspek Siklus I... 52
Tabel 4.3 : Aktivitas guru dengan pembelajaran TSTS Siklus I... 54
Tabel 4.4 : Hasil Tes Evaluasi Siklus I... 56
Tabel 4.5 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II... 61
Tabel 4.6 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Per Aspek Siklus II... 62
Tabel 4.7 : Aktivitas guru dengan pembelajaran TSTS Siklus II... 64
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Kerangka Berfikir ... 26
Gambar 3.1 : Desain Penelitian ... 31
Gambar 4.1 : Hasil Observasi Siswa Siklus I ... 51
Gambar 4.2 : Hasil Aktivitas Siswa Per Aspek Siklus I ... 53
Gambar 4.3 : Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... 57
Gambar 4.4 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 62
Gambar 4.5 : Hasil Aktivitas Siswa Per Aspek Siklus II ... 63
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 77
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ... 81
Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ... 85
Lampiran 4 : Silabus ... 89
Lampiran 5 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 90
Lampiran 6 : Kriteria Aktivitas siswa ... 92
Lampiran 7 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 94
Lampiran 8 : Analisis Aktivitas Siswa Per Aspek Siklus I ... 96
Lampiran 9 : Analisis Aktivitas Siswa Per Aspek Siklus II ... 98
Lampiran 10 : Kriteria Aktivitas Guru ... 100
Lampiran 11 : Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 102
Lampiran 12 : Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 104
Lampiran 13 : Soal Uji Coba ... 105
Lampiran 14 : Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 112
Lampiran 15 : Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 113
Lampiran 16 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 114
Lampiran 17 : Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 117
Lampiran 18 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 118
Lampiran 19 : Kisi-kisi Soal Evaluasi ... 121
Lampiran 20 : Soal Evaluasi Siklus I ... 122
Lampiran 21 : Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ... 126
Lampiran 22 : Soal Evaluasi Siklus II ... 127
Lampiran 23 : Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ... 131
Lampiran 24 : Analisis Nilai Evaluasi Siklus I ... 132
Lampiran 25 : Analisis Nilai Evaluasi Siklus II ... 134
Lampiran 26 : Daftar Nilai Siswa Kelas X AP Tahun Pelajaran 2011/2012 .... 136
Lampiran 27 : Hasil Tes Evaluasi Kelas pada Siklus I dan Siklus II ... 138
Lampiran 28 : Daftar Nama Siswa Kelas X AP SMK Cut Nyak Dien ... 140
xv
Lampiran 30 : Gambar Alur PTK ... 143 Lampiran 31 : Rekapitulasi pembelajaran model Two Stay two Stray ... 144 Lampiran 32 : Foto Dokumentasi dalam Model TSTS dan Tes Evaluasi ... 147
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi manusia itu merupakan suatu keharusan, karena pendidikan, manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang (Munib, 2006:27). Agar dapat memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang hal itu diperlukan usaha, usaha untuk memperbaiki sumber daya manusia agar menjadi lebih baik adalah dengan menempuh jalur pendidikan. Baik jalur pendidikan formal maupun nonformal.
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik. Berpusat pada tujuan pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan merumuskan pembelajaran sebagai wujud dari kegiatan pendidikan di sekolah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan tingkat atas yang setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). SMK dituntut untuk bisa menghasilkan calon-calon tenaga kerja yang sebelumnya terlebih dahulu dibekali dengan ketrampilan dan ilmu pengetahuan di sekolah.
SMK Cut Nya’ Dien Semarang merupakan salah satu dari sekolah
SMK Swasta yang ada di Semarang. SMK Cut Nya’ Dien Semarang memiliki
Perkantoran yaitu mengidentifikasi persyaratan personil administrasi perkantoran. Kompetensi dasar ini sangat penting untuk dipelajari oleh siswa program Administrasi Perkantoran karena tujuan pembelajaran kompetensi dasar tersebut adalah siswa dapat mengidentifikasi persyaratan personil kantor, mengetahui tahapan-tahapan pengadaan personil kantor. Ketuntasan pada kompetensi dasar mengidentifikasi persyaratan personil administrasi perkantoran sangat penting untuk siswa, guru perlu menyiapkan pembelajaran yang sesuai sehingga tercipta suasana kegiatan belajar yang baik.
Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini mengingatkan bahwa kegiatan belajar mengajar diadakan dalam rangka memberikan pengalaman-pengalaman belajar pada siswa. Jika siswa aktif dalam kegiatan belajar kemungkinan besar siswa akan dapat mengambil makna dari pembelajaran tersebut. Kegiatan belajar terjadi jika ada komunikasi antara guru dengan siswa.
3
belajar. Perubahan perilaku tersebut seperti ketrampilan, pengetahuan, pemahaman, sikap, dan nilai yang diperoleh siswa dari proses belajar mengajar.
Pada proses belajar mengajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal, ekternal dan hasil belajar saja. Tetapi ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kegiatan dari hasil belajar siswa yaitu pemilihan model pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi yang sedang diajarkan. Model pembelajaran merupakan konsep mewujudkan proses belajar mengajar, yang berarti rencana yang akan atau dapat dilaksanakan (Sugandi, 2005:103). Penggunaan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru agar siswa dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan sehingga hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Kompetensi dasar mengidentifikasi persyaratan personil kantor AP merupakan kompetensi yang bersifat teori sehingga pembelajaran perlu melibatkan guru dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat agar siswa lebih mudah memahami materi.
kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar mata diklat mengidentifikasi persyaratan personil AP adalah model pembelajaran Two Stay Two Stray. Model dari pembelajaran ini siswa dibentuk kelompok. Masing-masing kelompok anggotanya empat orang. Siswa bekerja sama dalam kelompok dan setelah selesai dua orang masing-masing kelompok menjadi tamu kelompok lainnya. Dua orang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka (Suprijono, 2009:93-94).
Pembelajaran pada mapel memahami persyaratan personil
administrasi kantor (MPPAP) yang diterapkan di SMK Cut Nya’ Dien
Semarang masih menggunakan metode konvensional, yakni guru hanya menjelaskan materi secara konsep dengan memberikan latihan soal dan penugasan. Hal tersebut disebabkan materi pelajaran yang dianjurkan cukup banyak, sedangkan waktu yang tersedia masih kurang dan media penunjang
pembelajaran masih sederhana. Sehingga guru di SMK Cut Nya’ Dien
5
memiliki pengetahuan dengan menghafal dan menjadi penerima pengetahuan yang pasif, dimana siswa cenderung menunggu dijelaskan terlebih dahulu oleh guru dari pada mencari dan menemukan sendiri informasi atau pengetahuan yang mereka butuhkan.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan, bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap konsep materi masih kurang, dimana masih banyak siswa yang nilainya kurang dari batas minimal standar ketuntasan belajar siswa atau masih dibawah KKM yaitu 75. Berikut ini adalah nilai ulangan harian kompetensi dasar mengidentifikasi persyaratan personil kantor mata diklat memahami prinsip-prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran.
Tabel 1.1 Daftar Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X AP
Kelas Jumlah siswa Belum Tuntas Tuntas
< 75 % ≥ 75 %
X AP 46 27 58,7% 19 41,3%
Sumber: Daftar Nilai pegangan guru kelas X AP.
Data tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar persyaratan personil AP masih kurang optimal. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa dari jumlah siswa yakni 46 siswa, sebesar 58,7% atau sebanyak 27 siswa dibawah standar KKM dan hanya 19 siswa atau 41,3% yang mampu mencapai nilai ketuntasan. Hal ini menunjukkan siswa kelas X AP belum bisa mencapai KKM yang telah ditetapkan di sekolah.
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat Melakukan Negosiasi (Studi Kasus pada Siswa Kelas X Pemasaran SMK Negeri 1 Turen) menunjukkan bahwa pembelajaran dalam mata diklat melakukan negosisasi mengalami peningkatan. Hasil analisis data bila ditinjau dari hasil belajar siswa yang ditinjau dari aspek kognitif mengalami peningkatan yaitu pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 24 siswa (72,72%) sedangkan yang belum tuntas belajar 9 siswa (27,27%), pada siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 29 siswa (87,87%) dan yang belum tuntas adala 4 siswa (12,12%). Bila ditinjau dari aspek afektif juga mengalami peningkatan, yaitu pada siklus I siswa yang tuntas 19 siswa ( 57,57%) dan yang belum tuntas adalah 14 siswa (42,42%).
7
Mengingat masih rendahnya kreatifitas siswa dan hasil belajar siswa serta pentingnya pembelajaran yang tepat untuk meningkatkannya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model
Two Stay Two Stray (TSTS) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Melalui Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Persyaratan Personil Kantor Pada Kelas X AP di SMK Cut Nya’ Dien Semarang”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penerapan model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui kompetensi dasar mengidentifikasi persyaratan personil Administrasi Kantor kelas X AP di
SMK Cut Nya’ Dien Semarang?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar melalui kompetensi dasar mengidentifikasi persyaratan personil Administrasi Kantor
kelas X AP di SMK Cut Nya’ Dien Semarang.
1.4 Kegunaan penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:
1.4.1 Manfaat Teoritis
yang lebih baik dan mendalam terhadap permasalahan yang sama sebagai tindak lanjut dari penelitian ini.
1.4.2 Manfaat Bagi Siswa
Diharapkan meningkatkan peran aktif siswa dalam menumbuhkan kemampuan dalam memecahkan masalah, kemampuan bekerjasama dan berkomunikasi, mengurangi kebosanan siswa pada saat menerima pelajaran, belajar bersosialisasi, belajar mengemukakan pendapat, menghargai pendapat orang lain serta dapat meningkatkan hasil belajar mereka.
1.4.3 Manfaat Bagi Guru
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Anni, 2006:2). Menurut Morgan et.al, 1986 dalam Anni (2006:2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatife permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Menurut Djamarah (2008:13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Menurut Anni (2006:4), belajar mempunyai beberapa unsur, yaitu: a. Pembelajar, dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan
peserta pelatihan. Pembelajaran memiliki penginderaan yang digunakan untuk menangkap rangsangan otak yang digunakan untuk mentransformasikan hasil penginderaannya ke dalam memori yang kompleks, dan syaraf atau otot yang digunaka untuk menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari.
c. Memori, memori pembelajar berisi berbagai kemampuan berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktifitas belajar sebelumnya.
d. Respon, yaitu tindakan yang dihasilkan dari aktualitas memori. Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada di dalam dirinya kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon dalam pembelajaran diamati pada akhir proses belajaran yang disebut perubahan perilakunya atau kinerja (performance).
Menurut Djamarah (2008:15-16), belajar merupakan proses perubahan perilaku, ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan kedalam ciri-ciri belajar:
1. Perubahan yang terjadi secara sadar
Perubahan yang dimaksud berarti individu yang menyadari terjadinya perubahan itu sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya, kecakapannya, kebiasannya bertambah.
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
11
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan belajar bersifat positif maksudnya dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya.
4. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan Anni (2009:5). Menurut Gagne dalam Anni (2009:192) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Sedangkan menurut Hamalik (2009:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
2.2 Hasil Belajar
Menurut Depdiknas, hasil belajar (prestasi belajar) siswa yang diharapkan adalah kemampuan yang utuh yang mencakup kemampuan afektif, kognitif, psikomotorik. Menurut Hamalik (2009:30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Sedangkan menurut (Anni, 2006:5) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar.
Hasil belajar dapat menjadi tolok ukur keberhasilan dari suatu kegiatan belajar mengajar. Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa hasil belajar adalah hasil kemampuan pencapaian seseorang pada bidang tertentu setelah terjadinya proses belajar mengajar yang dapat diukur dengan tes. Hasil belajar yang dimaksud disini adalah hasil belajar pada kompetensi mengidentifikasi persyaratan personil kantor yang dinyatakan dalam bentuk angka.
Menurut Hamalik (2009:30) hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah: (1) Pengetahuan, (2) Kebiasaan, (3) Ketrampilan, (4) Apresiasi, (5) Emosional, (6) Hubungan sosial, (7) Jasmani, (8) Etis atau budi pekerti, (9) Sikap.
13
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah afektif
Ranah afektif berorientasi pada nilai dan sikap yang terdiri dari lima kategori, yakni, penerimaan, merespon, penghargaan terhadap nilai, pengorgaisasian, pengamalan. Secara hierarkis kategori penerimaan adalah tingkat paling rendah dan pengamalan tingkat paling tinggi.
3. Ranah psikomotor
Berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor yakni, gerakan reflek, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan ekspresif dan interpretatife.
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian dari hasil belajar. Tetapi diantara ketiganya, ranah kognitif yang banyak dinilai oleh guru karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menangkap dan menguasai materi pelajaran yang hasilnya berupa pengetahuan, pemahaman, dan kemahiran intelektual.
Menurut Slameto (2010:54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:
1. Faktor intern (faktor yang berasal dari dalam diri siswa). Faktor intern dibagi menjadi tiga, yaitu:
b. Faktor psikologis. Faktor psikologis ini meliputi, intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan. Faktor kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
2. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ini dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu;
a. Faktor keluarga. Faktor keluarga meliputi, (1) cara orang tua mendidik, (2) relasi antara anggota keluarga, (3) suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor sekolah. Faktor sekolah meliputi, (1) metode mengajar, (2) kurikulum, (3) relasi guru dengan siswa, (4) relasi siswa dengan siswa, (5) disiplin sekolah, (6) alat pengajaran, (7) waktu sekolah, (8) standar pelajaran di atas ukuran, (9) keadaan gedung, (10) metode belajar, (11) tugas rumah.
c. Faktor masyarakat. Faktor masyarakat meliputi, kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
2.3 Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, metode pembelajaran atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas (Suprijono, 2009:46).
15
Menurut Trianto (2009:23) model pembelajaran mempunyai empat ciri-ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri-ciri tersebut adalah:
1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Adapun berbagai contoh inovasi model pembelajaran, yaitu: 1. Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
2. Pembelajaran SETS ( Sains, Environment, Technology and Society) 3. Pembelajaran portofolio
4. Pembelajaran kooperatif
Sumber: Buku Pedoman PPL UNNES (2011:96).
2.4 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sangat sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. pembelajaran kooperatif para siswa akan duduk bersama memecahkan atau mendiskusikan sebuah masalah untuk dapat menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Trianto, 2007:41).
Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai pembelajaran yang sesuai dengan fitrah manusia yaitu adanya saling ketergantungan, saling membantu antara yang satu dengan yang lain sehingga mempunyai tanggung jawab dengan tujuan bersama. Slavin (2009:4) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.
Pembelajaran kooperatif secara umum dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menentapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas (Suprijono, 2009:54).
Menurut Johnson and Johnson dalam jurnal Hong Kwen et.al (2001,BOO01079)
“Cooperatif learning is “a relationship in a group of student that
17
interpersonal skills (communication, trust, leadership, decision making and conflict resolution), face-to-face promotive interaction, and processing (reflection on how well the team is functioning and how to function even better)”
Maksud dari definisi di atas pembelajaran kooperatif adalah suatu hubungan dalam kelompok siswa yang memerlukan saling ketergantungan positif (rasa saling membutuhkan), akuntabilitas individu (masing-masing dari kita harus berkontribusi dan belajar), ketrampilan antar pribadi (komunikasi, kepercayaan, kepemimpinan, pengambilan keputusan dan resolusi konflik), tatap muka interaksi promotif dan penggolahan (merefleksikan bagaimana tim berfungsi dengan baik).
Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa model antara lain sebagai berikut (Slavin, 2009:11-25):
1. Stutent Team Achievment Division (STAD)
2. Teams Games Tournament (TGT)
3. Jigsaw
4. Team Accelerated Instruction (TAI) 5. Group Investigation (GI)
6. Learning Together
7. Complex Instruction
Agus Suprijono (2009:89-100) ada beberapa model pembelajaran, yaitu:
1. Jigsaw
2. Think Pair Share (TPS)
3. Numbered Heads Together (NHT)
5. Two Stay Two Stray (TSTS)
6. The Power of Two
7. Listening Team
8. Point-Counter-Point
Agus Suprijono (2009:65) Sintaks model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase, yaitu sebagai berikut :
TABEL 2.1
SINTAKS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1 : Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.
Fase 2 : Present information Menyajikan informasi.
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal.
Fase 3 : Organize students into learning teams
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar.
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.
Fase 4 : Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.
Fase 5 : Test on the materials Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 : Provide recognition
Memberikan pengakuan atau penghargaan.
19
Menurut Arends (Trianto, 2007:47), menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajar.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam.
4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan kerjasama, saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual pada kelompok, interaksi positif antar kelompok, ketrampilan sosial dalam pencapaian tugas, tujuan dan penghargaan.
2.5 Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Menurut Anita Lie (Zunita 2010:25) menyatakan dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat struktur fase sebagai sintaks TSTS:
1. Fase : Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 4-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5.
2. Fase : Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat
tanya. Misalnya, “Berapakah jumlah gigi orang dewasa?” atau berbentuk
arahan, Misalnya ”Pastikan setiap orang mengetahui 5 buah ibukota
propinsi yang terletak di Pulau Sumatera”.
3. Fase : Berfikir Bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
4. Fase : Bertamu
21
Ciri-ciri model pembelajarn Two Stay Two Stray:
1. Siswa bekerja kelompok untuk menuntaskan materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.
Adapun kelemahan dan kelebihan model pembelajaran TS-TS sebagai berikut:
1. Kelebihan
a. Dapat diterapkan pada semua kelas atau tindakan b. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna c. Lebih berorientasi pada keaktifan
d. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya e. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan
f. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar 2. Kelemahan
a. Membutuhkan waktu yang lama
b. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, karena tidak terbiasa sehingga merasa asing dan sulit untuk bekerja sama
c. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan
d. Siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi, sehingga siswa yang kurang pandai lebih sedikit dalam mempunyai kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
2.6 Uraian Materi Memahami Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Administrasi
Perkantoran (MPPAP).
Memahami Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran (MPPAP) merupakan salah satu pembelajaran yang harus dikuasai siswa program keahlian administrasi Perkantoran. Standar kompetensi ini membahas tentang ruang lingkup administrasi perkantoran, kegiatan-kegiatan dalam administrasi perkantoran, mengetahui bagaimana fungsi dan pekerjaan dan apa saja yang menjadi sarana prasarana serta macam-macam personil kantor.
Prinsip-prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran terdiri dari lima kompetensi dasar, salah satunya adalah mengidentifikasi
persyaratan personil. Pada kompetensi dasar “mengidentifikasi persyaratan personil kantor” ini memiliki tiga ranah pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap. Pengetahuan yang harus dipahami adalah mengenai macam-macam personil kantor, tugas dan tanggung jawab serta perangkat personil kantor.
Pengertian Personil Kantor adalah orang-orang atau karyawan/pegawai yang menjalankan atau melayani pekerjaan-pekerjaan dalam suatu organisasi atau kantor pemerintahan atau swasta untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan mendapat imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan. Macam-macam personil kantor adalah administrator, manajer, staf atau pembantu ahli, dan pegawai.
Untuk mendapatkan personil kantor yang handal, cakap, berdaya guna dan berhasil guna, diperlukan beberapa proses dan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Analisis jabatan (job analysis)
Adalah suatu kegiatan untuk memberikan analisa atau menganalisis pekerjaan-pekerjaan apa saja yang harus dilakukan, bagaimana mengerjakannya dan mengapa harus dilaksanakan. Manfaat analisa jabatan adalah untuk memberikan informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan uraian pekerjaan (job description), spesifikasi pekerjaan (job specification), dan evaluasi pekerjaan (job evaluation). 2. Rekrutmen
23
Kendala-kendal dalam rekrutmen, yaitu:
1. Kebijakan perusahaan, biasanya menyangkut besar-kecilnya komponen gaji dan kesejahteraan yang diharapkan pelamar.
2. Persyaratan jabatan, semakin banyak persyaratan yang harus dipenuhi pelamar, semakin sedikit minat pelamar.
3. Soliditas perusahaan, besar kecil soliditas perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya minat pelamar.
4. Kondisi pasar tenaga kerja, tinggi rendahnya tingkat penawaran tenaga kerja, akan mempengaruhi besar kecilnya minat pelamar, 3. Seleksi
Adalah tahapan kegiatan suatu perusahaan dalam rangka memiliki karyawan atau tenaga kerja yang paling tepat dan dalam jumlah yang tepat pula dari calon-calon tenaga kerja yang ada. Seleksi merupakan tahapan yang sangat penting yang harus dilakukan perusahaan agar mendapatkan karyawan yang qualified (berkualitas), sehingga pembinaan, pengembangan, dan pengaturan karyawan menjadi lebih baik.
Dalam melaksanakan tahapan seleksi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Seleksi harus efisien dan efektif
2. Seleksi harus memperhatikan peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku
3. Petugas seleksi harus cerdas dan jujur
4. Pengertian “orang yang tepat pada tempat yang tepat” harus diperhatikan dan diartikan secara dinamis.
Tujuan dari diadakannya seleksi adalah karena untuk memperoleh karyawan yang:
1. Qualified dan professional 2. Jujur dan disiplin
3. Inovatif dan bertanggung jawab
Mutasi personil kantor adalah proses pemindahan posisi atau jabatan seorang karyawan, baik secara horizontal (rotasi kerja/transfer) ataupun vertikal (promosi dan demosi) dalam suatu organisasi. Mutasi seringkali dilakukan atas keinginan atau kebutuhan karyawan sendiri. Mutasi dalam suatu organisasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara horizontal (rotasi kerja/mutasi biasa) dan secara vertikal (promosi dan demosi).
Pemberhentian personil kantor atau pemutusan hubungan kerja berarti berakhirnya ikatan antara karyawan dengan organisasi atau perusahaan.
2.7Penelitian Terdahulu yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan antara lain adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Judul Penulis Hasil Penelitian Variabel
25
Kabupaten Jepara nilai rata-rata 71,39%, siklus III 94% atau dicapai oleh 34 siswa dengan nilai rata-rata 76,11.
2.8Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan pada hakekatnya pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi siswa agar dalam proses belajarnya siswa dapat lebih meningkatkan pemahaman dan motivasi terhadap materi yang diberikan oleh guru serta mampu mencapai hasil yang maksimal. Dalam hal ini guru harus dapat berperan secara aktif kepada siswa serta tahu bagaimana cara membelajarkan siswa dengan berbagai variasi sehingga terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Realita menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran masih belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Rendahnya hasil belajar siswa, rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran menjadikan pembelajaran tidak kondusif.
27
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Model pembelajaran menggunakan TSTS (Two Stay TwoStray) a. Penomoran
b. Mengajukan pertanyaan c. Berfikir Bersama d. Bertamu
e. Memaparkan hasil diskusi.
Guru Siswa
Metode yang digunakan berpusat pada guru.
Pokok bahasan
1. Proses belajar mengajar kurang melibatkan siswa, keaktifan siswa kurang. 2. Tingkat pemahaman siswa
terhadap materi masih kurang
3. Siswa belum mencapai ketuntasan belajar
Materi yang dipelajari menjadi lebih mudah
Ketercapaian ketuntasan belajar siswa dengan KKM 75 untuk hasil belajar kognitif (Mulyasa, 2009:218).
2.9Pengembangan Hipotesis
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Seting dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Cut Nya’ Dien Semarang, yang beralamat di Jalan Wolter Mongginsidi No. 99. Subjek penelitian ini adalah kelas X AP yang berjumlah 46 siswa, yang berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara memiliki hasil belajar yang relatif masih rendah.
3.2 Faktor yang Diteliti
1. Faktor Siswa
Kegiatan belajar siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada kelas dengan model Two Stay Two Stray dan
model konvensional untuk kelas dengan treatment konvensional. Alasan digunakannya kelas konvensional dalam penelitian ini adalah kelas ini hanya digunakan untuk melihat kondisi pembelajaran di kelas sebelum diadakannya pembelajaran dengan treatment Two Stay Two Stray dan juga peneliti ingin menunjukkan seberapa besar persentase peningkatan nilai siswa dengan menggunakan model konvensional dan yang menggunakan model Two Stay Two Stray.
2. Faktor Guru
menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray, apakah sudah sesuai dengan langkah-langkah yang tertulis pada rencana pembelajaran atau belum.
3. Faktor Hasil Belajar
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Menyelenggarakan Prinsip-Prinsip Administrasi Perkantoran yang dicapai setelah diberikan model Two Stay Two Stray, apakah sudah meningkat atau belum.
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2010:130) penelitian tindakan kelas merupakan pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas secara bersamaan. Menurut Subyantoro (2009:3) penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Jadi pada hakikatnya dilaksanakannya penelitian tindakan kelas diantaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan untuk meningkatkan proses belajar siswa yang diselenggarakan guru, yang diharapkan tidak terjadi permasalahan selama proses belajar mengajar berlangsung.
31
kompetensi mengidentifikasi persyaratan personil AP siklus I digunakan sebagai refleksi untuk melaksanakan siklus II, sedangkan tindakan pada siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa pada kompetensi dasar mengidentifikasi persyaratan personil AP setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar-mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus I. Tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan/tindakan, (3) pengamatan/observasi, (4) refleksi (Suyadi, 2010:50-64). Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
OBA P RP
R R T
O O
Gambar 3.1
Desain Penelitian PTK Keterangan:
OBA : Observasi Awal P : Perencanaan T : Tindakan O : Observasi R : Refleksi
RP : Revisi Perencanaan Sumber : Subyantoro (2009:141).
Berdasarkan bagan tersebut, dapat dijelaskan bahwa penelitian ini dilaksanakan melalui dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Observasi awal dilakukan sebelum melaksanakan keempat tahap tersebut. Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi siswa selama melaksanakan pembelajaran di kelas, serta untuk mengidentifikasi kesulitan-kesulitan siswa dalam pembelajaran. Selain itu, peneliti dan siswa dapat saling mengenal sehingga penelitian yang akan dilakukan dapat berlangsung dengan lancar.
Sebelum penelitian tindakan siklus I dilaksanakan, peneliti melakukan tes awal untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa dalam membaca pemahaman. Hasil tes awal digunakan sebagai nilai awal atau nilai pra siklus untuk dibandingkan dengan nilai siklus I dan siklus II, sehingga dapat ditentukan kriteria standar ketuntasan membaca pemahaman untuk menjawab pertanyaan.
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Instrumen Penelitian
Sebelum soal evaluasi digunakan, perlu dilakukan uji coba dahulu untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran soal.
1. Validitas
33
tersebut mengukur apa yang hendak di ukur (Arikunto, 2002:65). Agar perangkat tes valid, maka dilakukan uji validitas, dimana uji validitas tersebut dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Arikunto, 2002:67).
Untuk mencari tingkat validitas soal perlu juga dicari validitas item yang mempunyai dukungan besar terhadap skor total. Berikut ini rumus korelasi product moment dengan angka kasar.
Keterangan:
: Koefisien korelasi antara x dan y X : Skor butir soal yang dicari validitasnya Y : Skor total butir soal
N : Jumlah peserta tes
∑X2
: Jumlah kuadrat nilai x
∑Y2
: Jumlah kuadrat nilai y
∑XY : Jumlah perkalian skor item dengan skor total (Arikunto, 2002:72).
karena dianggap tidak relevan. Masing-masing item akan dibandingkan dengan
r
tabel, dengan kriteria:1. Apabila
r
hitung >r
tabel (0,339) maka dikatakan item soal tersebut valid.2. Apabila
r
hitung <r
tabel (0,339) maka dikatakan item soal tersebut tidak valid.Berdasarkan perhitungan tersebut menunjukkan bahwa
t
hitung>r
tabel yaitu N=34 adalah 0,339, dengan demikian dapat dikatakan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dari 40 soal terdapat lima item (nomor 21, 22, 29, 32, 38) pertanyaan yang tidak valid tersebut tidak digunakan dalam penelitian ini, karena sudah terwakili oleh item pertanyaan lain yang masih satu indikator, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen yang valid sebanyak 35 item pertanyaan (nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 39, 40) dapat digunakan dalam penngambilan data. (lebih jelasnya lihat pada lampiran halaman 157).2. Reliabilitas
35
ditetapkan. Suatu tes dapat dikatakan reliabel apabila memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas bentuk pilihan ganda adalah menggunakan KR-21 yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson.
Keterangan: : Reliabilitas
: Banyaknya butir soal atau butir pertanyaan : Skor rata-rata (Mean)
: Varians total (Arikunto, 2002:103)
Setelah
r
11 diketahui, maka kemudian dibandingkan denganharga
r
tabel.
Apabilar
11 >r
tabel maka dikatakan instrumen tersebut reliabel. Perhitungan reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan program ANATES V4. (Hasilnya dapat dilihat pada lampiran 34 halaman 157).3. Tingkat Kesukaran Soal
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : Jumlah seluruh peserta tes.
Adapun klasifikasi sebagai berikut:
0,00 < P ≤ 0,30 ( soal sukar)
0,30 < P ≤ 0,70 (soal sedang)
0,70 < P ≤ 1,00 (soal mudah) (Arikunto, 2002: 207-210).
Berdasarkan hasil uji coba yang dihitung dengan program ANATES V4, dari 40 butir soal terdapat 12 soal dengan kategori mudah yaitu soal nomor 16, 18, 23, 27, 28, 29, 30, 31, 34, 35, 36, dan 37. Soal dengan kategori sedang ada 23 soal yaitu 1,4, 6, 7,8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 33, 39, dan 40. Soal dengan kategori sukar ada 5 soal yaitu nomor 2, 3, 5, 32, 38.
4. Daya beda soal
Untuk mengukur daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut:
37
Keterangan:
D : Daya pembeda
JA : Banyaknya peserta kelompok atas JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
BA : Banyaknya Peserta kelompok atas yang menjawab benar BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA : Populasi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB : Populasi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria soal-soal yang dipakai sebagai instrumen berdasarkan daya pembedanya diklasifikasikan sebagai berikut:
0,00 < D ≤ 0,20 daya pembedanya jelek 0,20 < D ≤ 0,40 daya pembedanya cukup 0,40 < D ≤ 0,70 daya pembedanya baik 0,70 < D ≤ 1,00 daya pembedanya baik sekali
Bila D negatife berarti semua tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatife sebaiknya dibuang atau tidak dipakai (Suharsimi, 2006:218). (Hasilnya dapat dihat pada lampiran 34 halaman 154)
4.4.2 Langkah-Langkah Penelitian
1. Prosedur Penelitian Siklus I a. Perencanaan
Tahap pertama yang dilakukan adalah observasi awal dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sampai dengan pelaksanaan pembelajaran yang mencakup rumusan tujuan pembelajaran sampai dengan penilaian untuk mengukur keberhasilan belajar siswa. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut: 1) Membuat RPP dengan model TSTS.
2) Membuat lembar observasi untuk mengamati proses pembelajaran dengan model TSTS.
3) Membuat lembar latihan terbimbing. 4) Membuat lembar latihan mandiri. b. Pelaksanaan Tindakan
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar dan memastikan siswa memahami tujuan yang disampaikan.
b. Guru menentukan materi dan menjelaskan materi serta mengembangkan pengetahuan awal siswa tentang materi.
39
d. Guru menjelaskan tugas kelompok, tanggung jawab kelompok, setiap anggota kelompok harus bekerja sama dengan baik, saling membantu dan berbagi tugas serta saling menghargai kelompok lain.
e. Guru menjelaskan aturan main dari model pembelajaran TSTS, yaitu:
a) Tahap 1: Penomoran
Sesudah guru membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa, kelompok diberi nomor/angka/nama agar dapat membedakan kelompok satu dengan yang lainnya. Kemudian ketua dari kelompok maju untuk mengambil gulungan yang berisikan materi yang harus di diskusikan bersama kelompok masing-masing.
b) Tahap 2: Mengajukan pertanyaan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Siswa mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.
c) Tahap 3: Berfikir bersama
d) Tahap 4: Bertamu
Memilih dua dari empat siswa sebagai tamu bagi kelompok lain dan dua siswa sebagai tuan rumah untuk membagikan hasil kerja diskusi kepada tamu.
e) Tahap 5: Memaparkan hasil diskusi
Guru memilih salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka.
f. Guru memberikan pertanyaan pada siswa, kemudian guru memberikan umpan balik atas kesalahan siswa dan mendorong untuk menjawab dengan benar.
g. Guru memberi tugas mandiri, memeriksa dan jika perlu memberikan umpan balik atas hasil kerja siswa.
h. Guru melakukan evaluasi pada siswa. c. Observasi
1) Mengamati hasil pekerjaan individu dengan lembar observasi yang dipegang guru berupa hasil tes.
2) Mengamati jalannya penelitian tindakan dengan lembar observasi yang dipegang oleh peneliti.
d. Refleksi
41
kegiatan yang telah ditentukan. Hasil dari tahap ini akan digunakan untuk merencanakan siklus selanjutnya.
2. Prosedur Penelitian Siklus II
Siklus II merupakan penyempurnaan dari siklus I. sehingga kekurangan dalam siklus I diperbaiki dalam siklus II. Sedangkan kelebihan dari siklus I untuk tetap dipertahankan. Pada siklus II ini juga dilakukan dengan proses kegiatan yang meliputi 4 tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. (Lebih jelasnya Gambar Alur PTK dapat dilihat pada lampiran halaman 143).
4.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian. Data yang relevan dengan permasalahan diperlukan untuk memecahkan masalah dalam penelitian, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar valid dan dapat dipercaya. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Metode Observasi
2. Metode Tes
Merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar mengidentifikasi persyaratan personil kantor. Teknik tes ini dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran dengan tujuan mendapat data terakhir.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu peneliti menyelidiki tanda-tanda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notula rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2010:201). Metode ini digunakan untuk mengetahui dan mendaftarkan nama siswa yang menjadi fokus penelitian yaitu dengan mengetahui nilai harian kelas tersebut.
3.6 Metode Analisis Data
Tindakan penelitian dapat menggunakan analisis yaitu:
1. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif.
43
mengikuti pelajaran (psikomotorik), perhatian, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya dapat dianalisis secara kualitatif.
Data yang terhitung dengan menggunakan teknik kuantitatif adalah sebagai berikut:
1. Data nilai hasil belajar siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X =
Keterangan:
X : Rata-rata nilai
Xi : Nilai ujian
n : Jumlah Peserta (Sudjana, 2005:67)
2. Data aktivitas belajar siswa dan kinerja guru dihitung dengan rumus:
Penilaian = X 100%
Keterangan:
Skor 1 : Kurang baik/kurang aktif Skor 2 : Cukup baik/Cukup aktif Skor 3 : Baik/aktif
Skor 4 : Sangat baik/Sangat aktif
Jumlah Skor ideal (Skor tertinggi) : Skor tertinggi X 100 Jumlah Skor terendah : Skor terendah X 100 Jarak Interval (i) =
3. Data tentang ketuntasan belajar
Ketuntasan belajar dihitung dengan menggunakan rumus deskriptif persentase sebagai berikut:
Keterangan:
KB : Ketuntasan Belajar
T : Jumlah skor yang diperoleh siswa
Tt : Jumlah skor total (Trianto, 2009:241)
Dengan perhitungan ketuntasan belajar secara klasikal dengan rumus di atas, maka “n” merupakan simbol dari jumlah
siswa yang mempunyai nilai 7,5 dan “N” merupakan simbol dari seluruh siswa peserta tes. Merekapitulasi nilai ulangan harian sebelum dilakukan tindakan dan nilai tes akhir siklus I dan siklus II.
3.7 Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa ditunjukkan indikator sebagai berikut: 1. Pada akhir siklus, untuk hasil belajar kognitif siswa mencapai ketuntasan
belajar klasikal sebesar ≥ 75%, untuk hasil belajar aktifitas siswa
ketuntasan klasikal sebesar ≥ 75% pada kompetensi dasar Mengidentifikasi Persyaratan Personil Administrasi Kantor.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMK Cut Nya’ Dien Semarang. SMK Cut Nya’ Dien merupakan sekolah yang beralamat di Jalan Wolter Mongginsidi No. 99 Semarang. SMK Cut Nya’ Dien terletak dipinggir jalan raya. Tempatnya strategis yakni mudah dilalui dengan menggunakan kendaraan apa saja. Tujuan pendidikan yang ingin dicapai SMK Cut Nya’ Dien ini tertuang dalam Visi dan Misi sekolah tersebut. SMK Cut Nya’ Dien memiliki empat program studi yaitu Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Tata Busana dan Penjualan. Terdapat 3 program mata diklat, yaitu program normatif, program adaptif, dan program produktif. Program Administrasi Perkantoran untuk kelas X berjumlah 1 kelas yaitu X AP.
Sarana sekolah sebagai penunjang dalam proses pembelajaran yang
terdapat di SMK Cut Nya’ Dien diantaranya memiliki 15 ruang kelas,
4.1.2 Kondisi Awal Siswa
Kondisi awal siswa adalah kondisi awal dimana siswa belum menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray. Kondisi awal diambil dari data hasil tes ulangan harian terakhir pada mata pelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Administrasi Perkantoran yang dilakukan oleh guru pengampu pelajaran. Hasil tes ulangan harian ini dibutuhkan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas. Hasil tes tersebut juga digunakan peneliti sebagai acuan refleksi awal untuk menentukan perencanaan tindakan kelas.
Sebelum dilaksanakan penelitian kegiatan pembelajaran masih menggunakan metode ceramah, yaitu siswa langsung mendengarkan penjelasan atau informasi dari guru. Hasil tes ulangan sebelum menggunakan model belajar kooperatif tipe Two Stay Two Stray menunjukkan bahwa siswa yang belum tuntas memiliki nilai kurang dari 75 yang merupakan batas KKM adalah sejumlah 27 siswa. Sedangkan yang sudah memenuhi batas tuntas adalah sejumlah 19 siswa, dengan persentase ketuntasan hanya 41%. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah dari siswa kelas X AP belum dapat mencapai hasil yang memuaskan.
47
siswa menunggu sajian guru daripada mencari dan menemukan sendiri informasi atau pengetahuan yang mereka butuhkan. Siswa juga masih belum berani bertanya kepada guru tentang materi pelajaran. Aktivitas yang sering dilakukan ada beberapa siswa yang berbicara dengan teman, serta ada juga yang hanya diam saja. Dengan keadaan yang demikian perlu diadakan tindakan sebagai upaya untuk mengontrol dan meningkatkan aktivitas siswa sehingga siswa dapat lebih fokus pada materi pelajaran.
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengganti metode ceramah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Dengan menggunakan model yang didasarkan pada kerjasama kelompok, diharapkan dapat mengalihkan aktivitas siswa yang sering bersendau gurau sendiri masuk dalam tugas kelompok diskusi. Hal itu untuk memberikan kesempatan siswa untuk aktif serta dapat menyalurkan pendapat dan mengembangkan materi sesuai dengan kemampuannya. Dengan upaya tersebut diharapkan siswa dapat lebih fokus terhadap materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus I
1.Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru menyusun rencana pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar aktivitas siswa, lembar aktivitas guru, serta soal post test untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari, tes berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 20 butir soal. (Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 80, lampiran 15 halaman 113, lampiran 11 halaman 102, lampiran 7 halaman 97, lampiran lampiran 20 halaman 122).
Untuk persiapan mengajar, diberitahukan terlebih dahulu kepada siswa bahwa pembelajaran untuk kompetensi dasar Mengidentifikasi Persyaratan Personil Administrasi Kantor akan dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe To Stay Two Stray.
2.Pelaksanaan
a. Pertemuan 1
49
alat tulis, buku catatan dan lain-lain, memberikan pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan personil kantor? Pertanyaan pancingan tersebut untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran Menyelenggarakan Prinsip-Prinsip Administrasi Perkantoran sebelumnya, guru menerangkan garis besar mengenai Mengidentifikasi Persyaratan Personil Administrasi Kantor.
b. Pertemuan 2
kelompok 11 dari anggota kelompok yang dipilih secara acak, nomer yang dipilih membacakan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas, guru memberikan kesempatan pada kelompok yang tidak ditunjuk yaitu kelompok 2, 4, 5, 6, 7, 8, 10 untuk menanggapi hasil diskusi kelompok, guru mengevaluasi dan menyimpulkan hasil diskusi siswa, guru membimbing siswa untuk merangkum materi pelajaran yang telah dilaksanakan, guru membagi soal evaluasi, siswa mengerjakan soal evaluasi, guru mengawasi jalannya tes evaluasi dan setelah selesai mengerjakan guru menutup pelajaran.
3. Pengamatan
Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa siklus I dicatat dalam lembar observasi yang telah dipersiapkan. Pengamatan siklus I diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
51
dilakukan selama siklus I berlangsung. Hasil dari observasi aktivitas siswa, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
No Persentase Kriteria Frekuensi Persentase
1 24,96% - 43,72% Kurang 3 7%
2 43,73% - 62,48% Cukup 36 78%
3 62,49% - 81,24% Baik 6 13%
4 81,25% - 100 % Sangat baik 1 2%
Sumber: data penelitian 2012
Berdasarkan tabel 4.1, observasi aktivitas siswa dalam model pembelajaran TSTS pada siklus I menunjukkan hasil bahwa aktivitas siswa yang termasuk dalam kategori kurang sebanyak 3 siswa (7%), kemudian dalam kategori cukup sebanyak 36 siswa (78%), dalam kategori baik sebanyak 6 siswa (13%), dan dalam kategori sangat baik sebanyak 1 siswa (2%). Apabila disajikan dalam bentuk gambar dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Tabel 4.1 dan gambar 4.1 menunjukkan bahwa aktivitas siswa dengan kategori kriteria cukup merupakan yang paling tinggi yaitu 78%, kategori baik yaitu sebesar 13%, kategori kurang sebesar 7%, sedangkan kategori sangat baik masih rendah sebesar 2%. Hal ini
7%
78%
13% 2%
0% 50% 100%
kurang cukup baik Sangat baik