MAKNA SIMBOL TARI TELU SERANGKAI
PADA MASYARAKAT KARO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
SISKA ERNITA BATUBARA
2113340048
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
SISKA ERNITA BATUBARA, NIM 2113340048, Makna Simbol Tari Telu Serangkai Pada Masyarakat Karo. Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri Medan. 2015
Penelitian ini membahas tentang tari Telu Serangkai yang ada di Desa Seberaya Kabupaten Karo yang bertujuan untuk mengetahui makna simbol tari Telu Serangkai.
Untuk membahas tujuan penelitian diatas digunakan teori yang berhubungan dengan topik penelitian, seperti teori makna dari Anderson dalam Anya Peterson terjemahan F.X Widaryanto(2001:211-212), teori simbol dari Sumandiyo Hadi dalam bukunya Sosiologi Tari (2005:22). Metodologi penelian pada penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan, observasi, wawancara, dokumentasi.
Waktu penelitian yang digunakan untuk membahas tari Telu Serangkai selama dua bulan, yaitu dari bulan Juni sampai Agustus 2015. Lokasi penelitian adalah Desa Seberaya Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, simbol tari Telu Serangkai ini adalah percintaan muda-mudi pada masyarakat Karo. Makna simbol percintaan tersebut dijabarkan dari setiap gerak yang dilakukan, yaitu: gerak hormat, gerak sada tan, gerak tan erputar, gerak tan datas bara, gerak ngelegi pudun, gerak mulih, busana yang dikenakan oleh penari perempuan, yaitu: tudung, rudang-rudang, langge-langge, kebaya, dan songket, busana yang digunakan oleh penari laki-laki, yaitu: bulang-bulang, cengkok-cengkok, baju, sampan, dan celana, serta pola lantainya, yaitu membentuk dua baris berbanjar.
ABSTRACT
SISKA ERNITA BATUBARA, NIM 2113340048, Telu Serangkai Dance Symbol Meaning Ones At Karo Society. Faculty of Language and Art, State presented in this research use descriptive qualitative data collection techniques done with literature study, observation, interviews, documentation. The research was used to discuss the Triad telu dance for two months, from June to August 2015. The research location is the village of the District Seberaya
Tigapanah Karo.
Based on research that has been done, the symbol of the dance are the Ones telu young romance in the Karo people. The meaning of the symbol of romance is derived from every movement made, namely: the motion of respect, motion sada tan, motion tan erputar, motion tan datas coals, motion ngelegi pudun, motion mulih, the garment worn by the female dancers, namely: hoods, rudang-rudang , Langge-Langge, kebaya, and songket, clothing that is used by the male dancers, namely: headdress-headdress, twisted-twisted, clothing, canoes, and pants, as well as floor pattern, ie forming two rows.
ABSTRACT
SISKA Ernita COAL, NIM 2113340048, telu Dance Symbol Meaning Ones At Karo Society. Faculty of Language and Art, State University of Medan. 2015 This study discusses the Triad telu dance in the village of Karo Seberaya which
aims to determine the meaning of the symbol of dance telu Triad. To discuss the above research purposes used the theory related to the topic of
research, such as the theory of meaning from Anderson in FX translation Widaryanto Anya Peterson (2001: 211-212), the theory of the symbol of
Sumandiyo Hadi in his Sociology of Dance (2005: 22).
Methodology The study presented in this research use descriptive qualitative data collection techniques done with literature study, observation, interviews, documentation.
The research was used to discuss the Triad telu dance for two months, from June to August 2015. The research location is the village of the District Seberaya Tigapanah Karo.
Based on research that has been done, the symbol of the dance are the Ones telu young romance in the Karo people. The meaning of the symbol of romance is derived from every movement made, namely: the motion of respect, motion sada tan, motion tan erputar, motion tan datas coals, motion ngelegi pudun, motion mulih, the garment worn by the female dancers, namely: hoods, rudang-rudang , Langge-Langge, kebaya, and songket, clothing that is used by the male dancers, namely: headdress-headdress, twisted-twisted, clothing, canoes, and pants, as well as floor pattern, ie forming two
rows berbanjar.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan KasihNya, sehingga penulis dapat menyelesikan
Skripsi ini dengan judul “Makna Simbol Tari Telu Serangkai Pada Masyarakat Karo”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
S1 Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Tari, Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan.
Banyak bantuan dan dukungan yang penulis dapatkan dalam
menyelesaikan Skripsi ini. Untuk itu rasa hormat dan ucapan terimakasih penulis
sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Medan.
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan
Seni Universitas Negeri Medan.
4. Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si Ketua Program Studi Pendidikan Tari dan
sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi I.
5. Dra. Dilinar Adlin, M.Pd Pembimbing Skripsi II.
6. Irwansyah, M.Sn Dosen Pembimbing Akademik penulis sekaligus Dosen
Penguji I.
7. Yusnizar Heniwaty, S.S.T, M.Hum Dosen Penguji II.
8. Dosen Pengajar di Jurusan Sendratasik khususnya Program Studi
Pendidikan Tari yang telah banyak memberikan ilmunya dan motivasi
dalam menyelesaikan perkuliahan.
9. Mhd, Abror Harahap, SE yang banyak membantu dan membimbing
penulis dalam proses pemberkasan.
10. Teristimewa ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kedua
orangtua tercinta Hotman Batubara dan Herdimawati Br Sitompul yang
adik penulis, Andika Pratama Batubara, Lazuari Batubara, Iven Baga
Batubara, dan Brayen Jhon’s Batubara serta keluarga yang selalu
mendukung penulis.
11. Khususnya Hendro Sonly Manullang, SE yang selalu setia menemani
penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, serta keluarganya yang selalu
memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis.
12. Seluruh Parhalado dan jemaat Gereja HKBP Eben Ezer Perumahan Milala
yang selalu memberi doanya kepada penulis.
13. Teman-teman Prodi Pendidkan Tari, khususnya Stambuk 2011 Universitas
Negeri Medan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
14. Narasumber yang telah memberi informasi dan masukan kepada penulis
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Tulisan ini mungkin belum mencapai hasil yang maksimal, untuk itu saran
dan masukan yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan penulis untuk
kesempurnaan tulisan ini. Semoga Skripsi ini bisa memberi konstribusi dan
membantu terhadap kegiatan penelitian-penelitian relevan selanjutnya. Penulis
berharap semoga kebaikan yang telah diberikan seluruh pihak mendapat balasan
dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin.
Medan, September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL 9 A. Landasan Teoritis ... 9
1. Teori Makna... 9
2. Teori Simbol ... 10
3. Pengertian Tari... 11
B. Kerangka Konseptual ... 12
BAB III METODE PENELITIAN ... 14
A. Metode Penelitian ... 14
B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 15
1. Lokasi Penelitian ... 15
2. Waktu Penelitian... 15
C. Populasi dan Sampel... 16
1. Populasi... 16
D. Teknik Pengumpulan Data ... 17
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 22
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 22
1. Letak Geografis ... 22
2. Sistem Mata Pencaharian dan Sistem Kemasyarakatan .... 25
3. Sistem Kekerabatan... 26
B. Pembahasan... 29
1. Tari Telu Serangkai... 29
2. Makna Simbol pada Tari Telu Serangkai ... 30
2.a. Gerak... 30
2.b. Busana ... 41
2.c. Pola Lantai ... 46
3. Musik Iringan ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Kerangka Konseptual ... 13
Gambar 4.1. Peta Kecamatan Tigapanah ... 22
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Pengklasifikasian Merga Silima... 26
Tabel 4.2. Pengklasifikasian Sistem Kekerabatan Masyarakat Karo... 28
Tabel 4.3. Gambaran Cerita Tari Telu Serangkai Per Babak... 29
Tabel 4.4. Gerak Yang Terdapat Pada Tari Telu Serangkai ... 31
Tabel 4.5. Busana Perempuan... 41
Tabel 4.6. Busana Laki-laki ... 44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan
kebudayaan. Kebudayaan merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok
masyarakat dan memiliki norma, nilai serta aturan yang telah dibenarkan dan
disepakati oleh masyarakat tersebut yang menjadi pedoman bagi masyarakat
dalam setiap melakukan aktivitas. Kebudayaan tersebut berlangsung dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Menurut E.B. Taylor dalam Soekanto
(1990:172) “kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai
anggota masyarakat”.
Salah satu kegiatan yang merupakan hasil dari kebiasaan masyarakat
adalah kesenian. Berbicara tentang kesenian, kesenian merupakan sarana yang
digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari jiwa manusia yang
diciptakan sebagai media ungkap untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dan
dilaksanakan pada berbagai kegiatan sesuai fungsinya baik itu upacara, hiburan,
maupun pertunjukan. Sebuah kesenian harus memiliki wujud atau bentuk agar
dapat diterima secara inderawi (dilihat, didengar, atau dilihat dan didengar) dan
setiap bentuk memiliki makna tertentu. Kesenian tersebut dimiliki oleh setiap
Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki
keberagaman etnis, mulai dari Melayu, Batak Toba, Batak Simalungun, Karo,
Dairi, Tapanuli Selatan, Pesisir Sibolga, dan Nias. Setiap etnis tersebut memiliki
tari daerahnya masing-masing. Tari itulah yang mencerminkan kebudayaan etnis
setiap daerah dan menjadi penanda identitas setiap daerahnya masing-masing.
Tari merupakan bagian dari kesenian yang menyimpan dokumen
mengenai gambaran hidup yang muncul dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
masyarakatnya. “Tari adalah sesuatu yang terjadi ketika tubuh manusia bergerak
dalam pola terarah secara sadar melakukan gerak tertentu dan manusia lain
melakukan fenomena itu” menurutNurwani (2011:3). Tari merupakan wujud atau
bentuk dan perasaan manusia, dimana tari itu juga dapat menyampaikan suatu
pesan. Gerak tari merupakan simbol dari berbagai ekspresi. Gerak sebagai media
ungkap berfungsi mengkomunikasikan maksud yang ingin disampaikan.
Sumandiyo (2006:25) menjelaskan bahwa tari dipandang sebagai simbol atau
lambang untuk “mengatakan sesuatu tentang sesuatu”, yaitu makna dan pesan
untuk diserap dan dipahami.
Masyarakat Karo saat ini menempati beberapa daerah Kabupaten di
Sumatera Utara yang terdiri atas, Kabupaten Karo, Kabupaten Langkat,
terdapat di Tanah Karo, merupakan gambaran hidup yang muncul dari
kebiasaan-kebiasaan dan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat Karo. Sebagai
salah satu contoh dari kebiasaan atau kegiatan masyarakat tersebut ialah
berkomunikasi antar individu dalam kehidupan sosialnya. Setelah mengamati
kegiatan-kegiatan tersebut, para seniman tertarik untuk mulai mendistilisasi
gerakan-gerakan, hingga tercipta gerakan-gerakan yang indah dan bermakna yang
sering disebut dengan tari.
Tari bagi masyarakat Karo sangat berperan dalam kehidupan, salah
satunya adalah sebagai sistem simbol. Sistem simbol yang dimaksud adalah
bahwa di dalam tari terdapat ekspresi atau ungkapan yang mengandung arti dan
maksud tertentu. Pada masyarakat Karo terdapat tari tradisi dan tari kreasi.
Beberapa tari tradisi, diantaranya adalah Tari Lima Serangkai, Tari Piso Surit,
Tari Terang Bulan, Tari Telu Serangkai, sedangkan tari kreasi, diantaranya adalah
Tari Biring Manggis, Tari Cikecur, Tari Mbuah Page dan sebagainya. Tari pada
masyarakat Karo selalu ditampilkan dan digunakan pada aktifitas-aktifitas,
diantaranya aktifitas upacara/ritual, aktivitas adat, aktivitas sayembara, serta
aktivitas Guro-guro Aron.
Pada penelitian ini penulis hanya memfokuskan pada tari Telu Serangkai
yang selalu ditampilkan dalam aktivitas Guro-guro Aron. Tari Telu Serangkai
yang diperkirakan ada sejak tahun 1956 yang merupakan tarian yang bersifat
hiburan. Tari Telu Serangkai merupakan tari tradisional yang bersifat komunal
yang penciptanya tidak dapat diketahui (wawancara dengan narasumber ibu
telah mengalami perjalanan sejarah yang cukup lama, yang selalu bertumpu pada
pola-pola tradisi yang telah ada (Soedarsono,1986:93).
Gendang guro Aron berasal dari kata guro dan Aron.
Guro-guro artinya senda gurau atau bermain, sedangkan Aron artinya muda-mudi dalam
satu kelompok kerja berbentuk arisan untuk mengerjakan ladang. Gendang
Guro-guro Aron merupakan suatu pertunjukan seni budaya karo yang dilakukan oleh
muda-mudi yang terdapat dalam kelompok kerja yang mengerjakan ladang,
dengan menampilkan Gendang Karo dan perkolong-kolong (penyanyi) diiringi
tarian yang dilakukan oleh muda mudi. Guro-guro Aron awalnya berkaitan
dengan kegiatan pertanian pada masyarakat Karo. Kegiatan ini juga masih
dilakukan masyarakat Karo hingga saat ini. Guro-guro Aron merupakan salah satu
sarana hiburan bagi masyarakat Karo, selain itu kegiatan ini juga menjadi ajang
bagi muda-mudi untuk mencari pasangan (Sitti Rahma, 2004:7-9).
Pada saat pelaksanaan Gendang Guro-guro Aron, keterlibatan unsur
kekerabatan masyarakat Karo yang tergabung pada Rakut Si Telu mempunyai
peranan yang sangat penting walaupun secara teknis pelaksanaannya dilakukan
oleh muda-mudi yang tergabung dalam kelompok aron. Keindahan dalam suatu
tarian tidak terlepas dari unsur pembentuk, maka unsur pembentuk tarian tersebut
Bagi masyarakat Karo, gerakan tari (landek) selalu berhubungan dengan
simbol tertentu. Simbol yang dimaksud adalah menggambarkan makna yang
terkandung pada tari Telu Serangkai, yaitu menceritakan sifat manusia (hubungan
dengan individu maupun hubungan dengan kehidupan sosialnya). Tari Telu
Serangkai ini menceritakan tentang muda mudi yang bertemu dan ertutur (cara
menentukan hubungan kekerabatan berdasarkan merga). Tari Telu Serangkai
ditarikan oleh muda mudi dalam bentuk kelompok (biasanya tiga pasang, lima
pasang, delapan pasang, dan sebelas pasang muda-mudi). Busana dalam tari Telu
Serangkai juga terdapat beberapa simbol yang mengandung makna atau maksud
tertentu.
Dalam tari, peranan musik sangat penting karena musik juga merupakan
unsur yang dapat membantu penari masuk kedalam penghayatan, agar penari
mampu menyampaikan pesan dengan baik dan tari itu menjadi lebih indah.
Menurut Soedarsono (1986:109) dikatakan bahwa musik dalam tari bukan hanya
sekedar iringan, tetapi musik adalah partner tari yang secara langsung dapat
mendukung dan memperkuat sajian tari. Untuk penyajian tari Telu Serangkai
menggunakan ensembel Gendang Lima Sedalanen (gendang singindungi,
gendang singanaki, penganak, sarune, dan gung).
Tari bukan hanya sebagai seni pertunjukan, tetapi di dalam tari juga
terdapat simbol didalamnya. Simbol-simbol tersebut dapat dilihat dari gerak,
busana, musik, dan pola lantai. Begitu halnya pada Tari Telu Serangkai, yang
terdiri dari simbol- simbol dan setiap simbol memiliki makna tertentu.
dengan judul penelitian“Makna Simbol Tari Telu Serangkai Pada Masyarakat
Karo”.
B. Identifikasi Masalah
Peneliti membuat identifikasi masalah dengan sangat terperinci agar
peneliti dapat mengenal lebih dekat permasalahan apa yang akan ditemukan saat
melakukan penelitian dilapangan. Identifikasi masalah merupakan bagian
pertanyaan yang ada dibenak peneliti. Hal ini juga saman dengan pendapat M.
Hariwijaya(2008:38) menyatakan bahwa:
“berikutnya adalah mencari titik masalah yang akan dikaji dalam
penelitian skripsi anda,sikap kritis dalam menemukan masalah merupakan hal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap peneliti, dan suatu penelitian selalu di awali denganlangkah
mengidentifikasikan masalah”.
Tujuan identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan terarah
dan cakupan masalah yang akan dibahas tidak terlalu luas, berdasarkan uraian
latar belakang masalah diatas, maka masalah yang di identifikasikan sebagai
berikut :
1. Bagaimana makna simbol tari Telu Serangkai pada masyarakat Karo?
2. Bagaimana struktur tari Telu Serangkai pada masyarakat Karo?
masalah yang di identifikasi serta keterbatasan waktu, dana, serta kemampuan
peneliti, maka peneliti melakukan pembatasan masalah.
Dengan demikian dari inditifikasi masalah yang ada maka pembatasan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana makna simbol tari Telu
Serangkaipada Masyarakat Karo”.
D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas untuk lebih memfokuskan dan
memusatkan masalah yang akan di teliti maka masalah harus dirumuskan.
Perumusan masalah merupakan pertanyaan mengenai ruang lingkup permasalahan
yang akan diteliti. Dalam perumusan masalah diharapkan untuk memperkecil
batasan-batasan masalah dan lebih mempertajam arah penelitian. Perumusaan
masalah disajikan secara singkat dalam bentuk kalimat tanya, yang isisnya
mencerminkan adanya permasalahan yang perlu dipecahkan atau yang perlu untuk
dijawab. Adapun rumusan masalah dalam peneitian ini adalah sebagai berikut
“Bagaimana makna simbol tari Telu Serangkaipada Masyarakat Karo”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah pernyataan mengenai ruang lingkup kegiatan
yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang dirumuskan. Menurut Hendra
Mahayana (2010:54) menyatakan tujuan penelitian merupakan sasaran hasil yang
ingin dicapai dalam penelitian ini, sesuai dengan fokus yang telah dirumuskan.
dicapai dalam penelitian. Dari perumusan masalah yang ada peneliti memiliki
beberapa tujuan yang harus dicapai dalam penelitian iniadalah “Mendeskripsikan
makna simbol tari Telu Serangkai pada Masyarakat Karo”.
F. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian harus memiliki hasil yang bermanfaat baik bagi peneliti,
lembaga, instansi, maupun orang lain yang membacanya. Beberapa manfaat yang
bisa menjadi pedoman dan informasi bagi peneliti dan pembaca, antara lain :
1. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan mengenai tari Telu Serangkai
pada Masyarakat Karo.
2. Bagi peneliti dan Jurusan Sendratasik sebagai sumber informasi mengenai
bentuk dan makna simbol tari Telu Serangkai pada Masyarakat Karo.
3. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca, khususnya yang menekuni
atau mendalami pendidikan kesenian dan kebudayaan khususnya seni tari.
4. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti
peneliti lainnya yang hendak meneliti kesenian Masyarakat Karo.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari yang telah diteliti dan diuraikan yang sudah dijelaskan dari latar belakang
sampai dengan pembahasaan, maka penulis dapat menyimpulkan dari keseluruhan hasil
penelitian terhadapMakna Tari Telu Serangkai Pada Masyarakat Karo.
Kesimpulan dimulai dari keterangan yang menjelaskan bahwa:
1. Tari Telu Serangkai merupakan tari tradisi yang berasal dari Kabupaten
Karo yang dilaksanakan pada acara Guro-Guro Aron.
2. Tari Telu Serangkai ini adalah simbol pervintaan pasangan muda-mudi pada
masyarakat Karo, dimana makna simbolnya dapat di jabarkan melalui gerak,
busana, dan pola lantai.
3. Di dalam tari Telu Serangkai terlibat sistem kekerabatan masyarakat Karo,
karena di dalam tarian ini terjadi proses ertutur (menetukan sistem kekerabatan
berdasarkan marga).
4. Untuk penyajian Tari Telu Serangkai digunakan ensembel Gendang Lima
Sendalanen, yaitu seperangkat alat musik yang terdiri dari gendang
singindungi, gendang singanaki (lebih kecil dari gendang indung), gung,
penganak (lebih kecil dari gung), sarunei. Gendang Lima Sendalanan
inilah yang menjadi musik pengiring para penari dalam menyajikan tari
51
5. Busana yang digunakan oleh penari perempuan padatari Telu Serangkaiyaitu:
tudung, rudang-rudang, langge-langge, kebaya, dan songket, sedangkan
buasana yang digunakan oleh penari laki-laki yaitu: bulang,
cengkok-cengkok, baju, sampan, dan celana, masing-masing busana yang dipakai
memiliki makna tertentu.
B. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka
penulis dapat memberikan beberapa saran, yaitu:
1. Peneliti berharap kepada pemerintah Kabupaten Karo agar selalu
memberikan perhatian terhadap kesenian.
2. Kepada institusi dan orang yang ahli di bidang kebudayaan, khususnya di
Tanah Karo agar lebih memperhatikan dan memberi pengarahan,
pengenalan, dan pelatihan kepada masyarakat untuk tetap melestarikan
kebudayaan.
3. Kepada seluruh seniman Karo, agar lebih memperhatikan Kesenian Karo
agar tidak hilang atau mengalami pergeseran serta dipengaruhi oleh suku
lain bahkan bangsa lain .
52
DAFTAR PUSTAKA
Adelina S, Christi Nova, dalam skiripsinya yang berjudul “Karakteristik Landek
Pada Masyarakat Karo”.Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.
Br Sitepu, Chintya. 2008.“Peranan Ansambel Gendang Lima Sendalanen Dalam
Tari Topeng Gundala-Gundala Seberaya Di Desa Seberaya Kecamatan
Tiga Panah Kabupaten Karo”. Skripsi. Medan: Universitas Negeri
Medan.
Hadi, Y. Sumandiyo. 2005. “Sosiologi Tari”.Penerbit Pustaka-Yogyakarta.
Heryanti, Shelvi “Tari Piso Surit pada Masyarakat Karo Kajian Komparatif
Terhadap Gaya Dan Nilai Estetika di Kabupaten Karo dan Kabupaten
Langkat”.Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.
Karo Sekali, Jimmy. 2004. “Peranan Tari (Landek) Mbaba Kampil Pada Acara
Perkawinan Batak Karo Di Jambur Pamere Medan””. Skripsi. Medan:
Universitas Negeri Medan.
Murgianto, Sal. 1983. “Koreografi (Pengantar Dasar Komposisi Tari. Padang.
Nurwani. 2011. “Pengetahuan Tari”, Fakultas Bahasa dan Seni. Medan: Universitas Negeri Medan.
Parani, Yulianti. 2011.Sejarah Tari dalam Inggit Prastiawan, dkk. Unimed Press : Universitas Negeri Medan.
Royce, Anya Peterson. 2007. “Antropologi Tari”. Terjemahan FX. Widaryanto. Bandung: STSI. Press Bandung.
Rahma, Sitti. 2004. “Guro-Guro Aron Pada Masyarakat Karo; Kajian Terhadap
Perubahan Bentuk Pertunjukan”. Thesis untuk mendapat gelar Magister Sains (M.Sc) Universitas Negeri Medan.
53
Soedarsono. 1977. “Tari-tari Indonesia”. Jakarta: Proyek Pengembangan Madia Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan.
Sachari, Agus. 2002. Estetika (Makna, Simbol dan Gaya), Bandung: ITB.
Surakhmad.1990. “Metodologi Penelitian”.Jakarta : PT. Rineka Cipta.
DAFTAR ACUAN INTERNET
http://silima-merga.blogspot.com
http://peta-kecamatan-tigapanah.blogspot.com
http://budaya karo.blogspot.com