• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Penurunan Skor Plak Antara Mengunyah Buah Apel Dan Mengunyah Buah Jambu Biji Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Penurunan Skor Plak Antara Mengunyah Buah Apel Dan Mengunyah Buah Jambu Biji Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Medan"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENURUNAN SKOR PLAK ANTARA

MENGUNYAH BUAH APEL DAN MENGUNYAH

BUAH JAMBU BIJI PADA SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 10 MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

EVAWATI SITORUS NIM: 080600101

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/

Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2012

Evawati Sitorus

Perbedaan penurunan skor plak antara mengunyah buah apel dan mengunyah

buah jambu biji pada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Medan.

Ix + 29 halaman

Penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan pada masyarakat adalah

karies gigi dan penyakit periodontal. Hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 2004

oleh Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi di Indonesia

adalah 90,05%. Plak merupakan faktor etiologi utama terjadinya karies dan penyakit

periodontal. Beberapa buah segar, setengah matang, berair, dan berserat dapat

menurunkan indeks plak

Rancangan penelitian adalah pre and post test group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 10 Medan Kelas VII. Pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik purposive sampling, diambil sesuai kriteria inklusi yang berasal dari kelas VIIA, VIIB, dan VIIC. Jumlah sampel adalah 60 sampel dan dibagi

menjadi 3 kelompok mengunyah buah apel, kelompok mengunyah buah jambu biji , seperti buah apel dan jambu biji. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui perbedaan penurunan skor plak antara mengunyah buah apel dan

(3)

dan kelompok menyikat gigi (sebagai kontrol). Yang mana masing-masing kelompok

terdiri atas 20 orang.

Hasil penelitian menunjukkan rerata skor plak sebelum mengunyah buah apel

adalah 1,21 ± 0,33, sesudah mengunyah buah apel 0,95 ± 0,30. Rerata skor plak

sebelum mengunyah buah jambu biji adalah 1,69 ± 0,31, sesudah mengunyah buah

jambu biji 1,11 ± 0,33. Rerata skor plak sebelum menyikat gigi adalah 1,92 ± 0,34,

sesudah menyikat gigi 1,01 ± 0,35. Ada perbedaan yang bermakna rerata skor plak

sebelum dan sesudah mengunyah buah apel, menunyah buah jambu biji dan menyikat

gigi. (p<0,05).

Selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah buah apel adalah

0,25 + 0,10, mengunyah buah jambu biji 0,57 + 0,14 dan menyikat gigi 0,90 ± 0,21.

Ada perbedaan yang bermakna selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah

mengunyah apel dan mengunyah jambu biji (p<0,001) dan ada perbedaan yang

bermakna selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah apel, mengunyah

jambu biji dan menyikat gigi (p<0,001).

(4)

PERBEDAAN PENURUNAN SKOR PLAK ANTARA

MENGUNYAH BUAH APEL DAN MENGUNYAH

BUAH JAMBU BIJI PADA SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 10 MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

EVAWATI SITORUS NIM: 080600101

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 3 Agustus 2012

Pembimbing: Tanda tangan

(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 3 Agustus 2012

TIM PENGUJI

KETUA : Gema Nazri Yanti, drg.

ANGGOTA : 1. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes. 2. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM.

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Unifersitas Sumatera Utara.

2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, atas segala saran, dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM., selaku dosen pembimbing utama, atas keluangan waktu, saran, bantuan, dan dukungan, motivasi serta bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Lidya Irani Nainggolan, drg., selaku penasehat akademik, yang telah banyak memberikan motivasi , nasihat dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara.

Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga penulis persembahkan kepada orangtua penulis, Ayah P. Sitorus, S.Pd. dan Ibu B. Silaen, kakak penulis Evi Marsaulina Sitorus, SE., dan adik Lastri Sitorus dan Briman Sitorus atas segala kasih sayang, doa, bimbingan, semangat, serta dukungan baik moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis.

(8)

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, ... Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 5

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 16

3.2 Populiasi dan Sampel ... 16

(10)

3.4 Prosedur Penelitian... 18 3.4 Pengolahan Data... 20 3.5 Analisis Data ... 20

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden ... 21 4.2 Rerata Skor Plak Sebelum dan Sesudah Mengunyah Buah Apel,

Mengunyah Buah Jambu Biji dan Menyikat Gigi ... 21 4.3 Penurunan Skor Plak Sebelum dan Sesudah Mengunyah Buah

Apel, Mengunyah Buah Jambu Biji dan Menyikat Gigi ... 22

BAB 5 PEMBAHASAN ... 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 26 6.2 Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Kandungan zat gizi buah apel per 100 gram ... 9

2 Kandungan zat gizi buah jambu biji per 100 gram ... 11

3 Kriteria pemberian skor untuk indeks plak Loe & Silness ... 18

4 Karakteristik Responden ... 21

5 Hasil uji statistik rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah apel, mengunyah jambu biji dan menyikat gigi ... 22

6 Hasil uji statistik selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah apel dan mengunyah jambu biji ... 22

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kuesioner formulir pemeriksaan penelitian perbedaan penurunan skor plak antara mengunyah buah apel dan mengunyah buah jambu biji pada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Medan.

2 Output analisis perhitungan statistik.

3 Surat keterangan telah melakukan penelitian di SMP Negeri 10 Medan.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan pada masyarakat adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 2004 oleh Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi di Indonesia adalah 90,05%.1

Kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk diperhatikan.2 Mulut merupakan suatu tempat yang amat ideal bagi perkembangan bakteri karena temperatur, kelembaban dan makanan yang cukup tersedia disana. Bakteri inilah yang berpengaruh pada kesehatan gigi dan mulut.

Gigi dan mulut yang sehat selain akan menghindarkan dari kuman dan bakteri yang sering menimbulkan berbagai keluhan sakit gigi, juga akan menjaga kesegaran aroma mulut dan menjadikan senyum terlihat lebih menawan. Penelitian juga menunjukkan bahwa memiliki mulut yang sehat dapat membantu mencegah penyakit jantung, stroke, dan sejumlah penyakit lainnya.

3

2

Tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat dari proses pembentukan plak.Plak merupakan faktor etiologi utama terjadinya karies dan penyakit periodontal karena plak mengandung bakteri patogen yang melekat pada permukaan gigi dan gingiva.4,5 Plak terjadi ketika makanan yang mengandung karbohidrat (gula dan zat tepung) seperti susu, minuman ringan, kismis, kue, atau permen tersisa pada gigi.6 Upaya dalam mencegah penyakit gigi dan mulut serta meningkatkan kebersihan mulut dapat dilakukan dengan mencegah dan menghilangkan akumulasi plak.4,5 Kebersihan rongga mulut sangat dianjurkan sebagai upaya untuk mencegah penyakit gigi dan mulut.

Upaya pencegahan timbulnya plak disebut dengan kontrol plak. Ada tiga cara yang digunakan dalam kontrol plak yaitu mekanik, kemis, dan modifikasi metode mekanik dan kemis.

7

8

(14)

pembersihan secara mekanik. Kontrol plak secara mekanik adalah dengan menyikat gigi.

Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup penting

9

untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi danmulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat. Tersedia berbagai variasi dalam desain sikat gigi, berbagai metodepenyikatan gigi, frekuensi penyikatan gigi, dan waktu penyikatan gigi.

Dari hasil penelitian kesehatan gigi dan mulut siswa 10

kelas 1–6 SDN Kecamatan Palaran yang sudah pernahmendapatkan penyuluhan dan pelatihan cara menyikat gigi yang baik dan benar, didapatkan tingkat kebersihan mulut (OHI-S) mereka rata-rata 3 dengan kriteria sedang, sedangkan dalam hal menyikat gigi sebagianbesar siswa ini mengerti bahwa frekuensi menyikat gigiyang baik adalah 2– 3 kali sehari.

Makanan berserat selain bagus untuk kesehatan tubuh juga bagus untuk kesehatan gigi dan mulut.

11

12

Menurut McDonald dan Avery, kebiasaan makan makanan berserat tidak bersifat sebagai pengendali plak secara alamiah. Makanan padat dan berserat secara fisiologis akan meningkatkan intensitas pengunyahan dalam mulut. Proses pengunyahan makanan ini akan merangsang dan meningkatkan produksi saliva. Saliva akan membantu membilas gigi dari partikel-partikel makanan yang melekat pada gigi dan juga melarutkan komponen gula dari sisa makanan yang terperangkap dalam sela-sela pit dan fisur permukaan gigi.5,13

Beberapa buah segar, setengah matang, berair, dan berserat dapat menurunkan indeks plak, salah satunya adalah apel. Mengunyah apel dapat memberi efek positif pada kesehatan gigi. Mengunyah apel sering disebut cara alami menyikat gigi, karena apel mempunyai partikel besar yang harus dikunyah lagi sebelum ditelan, sehingga mendorong sekresi air liur (saliva).6

(15)

mengunyah buah apel mengalami penurunan 0,76. Dalam penelitiannya Riyanti menggunakan indeks plak dari Quigley Hein Turesky Modification.

Buah lain yang juga memiliki kandungan air dan serat adalah buah jambu biji. Selain itu buah ini juga memerlukan pengunyahan yang cukup keras sehingga dapat mendorong sekresi ludah. Sehingga buah ini dapat membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan secara alami, jadi dapat mempengaruhi angka debris indeks seseorang.

10

14

Penelitian Ervina Hermawati menunjukkan rata-rata debris indeks sebelum dan sesudah mengunyah buah apel mengalami penurunan sebesar 0,366. Sedangkan mengunyah buah jambu biji mengalami penurunan sebesar 0,3910. Dalam penelitiannya Ervina menggunakan teknik mengunyah dengan menggunakan kedua sisi rahang secara bergantian dengan jumlah kunyah 32 kali, masing-masing rahang 16 kali. Banyaknya buah apel dan jambu biji yang dikunyah adalah masing-masing dengan berat 50 gram.14

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui perbedaan penurunan skor plak antara mengunyah buah apel dan mengunyah buah jambu biji. Yang mana kedua buah ini, selain berserat dan berair, juga sama-sama membutuhkan pengunyahan yang cukup kuat. Disamping buah jambu biji lebih murah dibandingkan buah apel dan mudah diperoleh dipasaran. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan penurunan skor plak antara mengunyah buah apel dan mengunyah buah jambu biji dibandingkan dengan setelah menyikat gigi pada siswa kelas VII SMP karena pada usia itu mereka telah mempunyai gigi permanen secara sempurna. Tempat penelitian ini adalah SMP Negeri 10 Medan karena lokasi sekolah lebih mudah dijangkau oleh peneliti dan adanya kerja sama dari pihak sekolah tersebut dalam kelangsungan penelitian ini.

1.2Perumusan Masalah

(16)

1.3Tujuan Penelitian Tujuan umum:

Untuk mengetahui perbedaan penurunan skor plak antara mengunyah buah apel dan mengunyah buah jambu biji dibandingkan dengan menyikat gigi pada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Medan.

Tujuan khusus:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah buah apel, mengunyah buah jambu biji dan menyikat gigi.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah buah apel dan mengunyah buah jambu biji.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah buah apel, mengunyah buah jambu biji dan menyikat gigi.

1.4Hipotesis penelitian

1. Ada perbedaan rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah buah apel, mengunyah buah jambu biji dan menyikat gigi.

2. Ada perbedaan selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah buah apel dan mengunyah buah jambu biji.

3. Ada perbedaan selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah buah apel, mengunyah buah jambu biji dan menyikat gigi.

1.5Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan manfaat bagi SMP Negeri 10 Medan khususnya dan masyarakat pada umumnya tentang pengaruh mengunyah buah apel dan buah jambu biji dalam menurunkan skor plak.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan gigi dan mulut.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sehat secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua menginginkan anaknya bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh mereka sehat. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh. Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum.

Mulut merupakan pintu gerbang pertama di dalam sistem pencernaan. Makanan dan minuman akan diproses di dalam mulut dengan bantuan gigi-geligi, lidah, dan saliva. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang.

15

Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus dilakukan perawatan secara berkala. Perawatan dapat dimulai dari memperhatikan diet makanan, jangan terlalu banyak makanan yang mengandung gula dan makanan yang lengket. Pembersihan plaks dan sisa makanan yang tersisa dengan menyikat gigi, teknik dan caranya jangan sampai merusak terhadap struktur gigi dan gusi. Pembersihan karang gigi dan penambalan gigi yang berlubang oleh dokter gigi, serta pencabutan gigi yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi dan merupakan fokal infeksi. Kunjungan berkala ke dokter gigi setiap enam bulan sekali baik ada keluhan ataupun tidak ada keluhan.

16

(18)

2.1.1 Menyikat Gigi

Upaya dalam mencegah penyakit gigi dan mulut serta meningkatkan kebersihan mulut dapat dilakukan dengan mencegah dan menghilangkan akumulasi plak. 4,5

Tujuan menyikat gigi adalah:

Plak dapat disingkirkan secara mekanis, kemis, dan modifikasi metode mekanis dan kemis. Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran plak secara mekanis.

1. Menyingkirkan plak atau mencegah terjadinya pembentukan plak 4

2. Membersihkan sisa-sisa makanan, debris atau stein 3. Merangsang jaringan gingiva

4. Melapisi permukaan gigi dengan fluor

Asal mula sikat gigi yang digunakan untuk membersihkan gigi tidak diketahui. Manusia zaman dulu mengunyah ranting-ranting kayu yang beraroma untuk membersihkan gigi dan gusi serta menyegarkan nafas. Dari studi terdahulu diketahui bahwa orang Afrika mengunyah ranting kayu tidak hanya untuk membersihkan gigi saja tetapi juga mencegah timbulnya plak, karena ranting kayu yang dikunyahnya mengandung minyak antibakteri dan tanin.

Orang Arab menggunakan sepotong kecil akar pohon arak yang disebut siwak (Salvadora persica) untuk membersihkan gigi mereka karena serabutnya mirip seperti bulu sikat gigi. Sampai sekarang, orang Arab masih menggunakan siwak dari jenis kayu beraroma. Penelitian epidemiologis dan klinis secara in-vitro membuktikan adanya efek antimikroba siwak sehingga bermanfaat untuk membersihkan rongga mulut.4

Pada tahun 1780, seseorang yang bernama William Addis di Inggris mulai memperkenalkan the first effective brush yang diartikan sebagai sikat gigi pertama yang efektif. Sekarang sudah banyak tersedia sikat gigi dengan berbagai ukuran, bentuk, tekstur, dan desain dengan berbagai derajat kekerasan dari bulu sikat. Salah satu penyebab banyaknya bentuk sikat gigi yang tersedia di pasaran adalah adanya variasi waktu menyikat, gerakan menyikat gigi, tekanannya, bentuk dan jumlah gigi yang ada pada setiap orang.

(19)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wirna pada mahasiswa FKG USU pemakai fixed ortodontic, menunjukkan rata-rata skor indeks plak sebelum dan sesudah menyikat gigi mengalami penurunan indeks plak 2,96 dengan sikat gigi khusus dan 2,07 dengan sikat gigi konvensional. Kemungkinan faktor yang mempengaruhinya adalah efektifitas penyikatan gigi termasuk didalamnya adalah tipe sikat gigi.18

a. Sikat Gigi

Perlu diperhatikan metode penyikatan, sikat gigi yang digunakan, waktu dan frekuensi menyikat gigi.

Ada dua jenis sikat gigi, manual dan elektrik. Sikat gigi manual terdiri atas kepala sikat (head), bulu sikat (bristle) dan tangkai atau pegangannya (handle).

Umumnya kepala sikat bervariasi, bentuknya ada yang segiempat, oval, segitiga atau trapesium agar bisa disesuaikan dengan anatomi individu yang berbeda. Kekerasan bulu sikat juga bervariasi seperti hard (keras), medium (sedang), dan soft

(lunak). Yang penting diingat bahwa sikat gigi orang dewasa harus berbeda dari sikat gigi anak-anak baik ukuran kepala sikat maupun kekerasan bulu sikatnya. American Dental Associaton menganjurkan ukuran maksimal kepala sikat orang dewasa 29x10 mm, anak-anak 20x7 mm dan balita 18x7 mm.

Kekerasan bulu sikat terutama ditentukan oleh ketebalan dan panjang bulu. Makin tebal atau makin pendek bulu-bulunya maka kekakuannya makin meningkat. Pada umumnya anak-anak lebih dianjurkan memakai sikat gigi yang berbulu halus (soft) dan sikat gigi yang berbulu sedang (medium).

4

b. Metode Menyikat Gigi

17

Banyak metode atau teknik menyikat gigi yang diperkenalkan para ahli, kebanyakan metodenya dikenal dengan namanya sendiri seperti metode Bass, Stillman, Charters, atau disesuaikan dengan gerakannya. Pada prinsipnya terdapat empat pola dasar gerakan, yaitu metode vertikal, horizontal, berputar (rotasi), dan bergetar (vibrasi).

Semua teknik menyikat gigi dapat digunakan untuk membersihkan permukaan fasial, lingual, dan oklusal namun tidak efektif untuk membersihkan daerah interproksimal kecuali teknik Bass yang cukup efektif digunakan untuk

(20)

membersihkan sulkus. Namun demikian, teknik apapun yang digunakan, tujuan utama menyikat gigi adalah menyingkirkan plak dari permukaan gigi dan sulkus gingival, dengan kerusakan jaringan pendukung seminimal mungkin.

c. Waktu dan Frekuensi Menyikat Gigi

4

Umumnya, dokter gigi selalu menganjurkan pasien untuk menyikat gigi setelah makan. American Dental Association (ADA) memodifikasi pernyataan ini dengan menyatakan bahwa pasien harus menyikat gigi secara teratur, minimal 2 kali sehari yaitu pada pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam.4

Waktu menyikat gigi pada setiap orang tidak sama, tergantung pada beberapa faktor seperti kecenderungan seseorang terhadap plak dan debris, keterampilan menyikat gigi, dan kemampuan saliva membersihkan sisa-sisa makanan dan debris. Setelah pasien berulang kali menyikat gigi dengan diawasi oleh tenaga profesional, baru dapat ditentukan berapa kali sebaiknya orang tersebut menggosok gigi.

Biasanya, rata-rata lama menyikat gigi adalah kira-kira 1 menit, walaupun demikian ada juga yang melaporkan 2-2,5 menit. Penentuan waktu ini tidak bisa sama pada setiap orang terutama pada orang yang sangat memerlukan program kontrol plak. Yang penting diingat bahwa sebaiknya pasien diberitahu urutan-urutan menyikat gigi. Biasanya dimulai dari bagian distal gigi paling belakang rahang atas dan kemudian permukaan oklusal dan inisialnya sampai seluruh permukaan gigi di rahang sebelahnya tercakup. Hal yang sama dilakukan pada rahang bawah.

4

4

2.1.2 Konsumsi Makanan Berserat

(21)

2.1.2.1 Buah Apel

Buah apel adalah salah satu buah yang mengandung serat dan air. Apel merupakan jenis tumbuhan buah-buahan sub tropis yang sudah dikembangkan di Indonesia khususnya wilayah Pasuruan (Kecamatan Tutur Nongkojajar).21

Khasiat buah apel bagi kesehatan, sedemikian rupa berhubungan dengan zat-zat gizi maupun non gizi yang terkandung di dalam buah apel. Apel banyak mengandung vitamin, mineral, serta unsur lain seperti fitokimian, serat, tanin, baron, asam tartar, dan lainnya. Zat inilah yang sangat diperlukan tubuh kita untuk mencegah dan menanggulangi berbagai penyakit.22

Tabel 1. Kandungan zat gizi buah apel per 100 gram: Kandungan

Karbohidrat 14,90 g

Kalsium 6 mg

(22)

mengendalikan keseimbangan cairan dalam jaringan dan sel mengatur menurunkan resiko terkena stroke hingga 40%.

2. Alternatif makanan berenergi bagi pelaku diet dan mengontrol penyakit

Pektin dapat membentuk gel dalam usus sehingga waktu yang dibutuhkan sisa makanan untuk bergerak dari mulut ke anus menjadi lebih lama dan seseorang menjadi lebih lama merasa kenyang. Selain itu, ia juga mampu memperlambat masuknya glukosa dari pencernaan karbohidrat ke aliran darah sehingga dapat mengontrol penyakit kencing manis.

3. Mengurangi resi

Pektin juga dapat mengikat berbagai zat, termasuk penyerapan dari saluran usus. Bentuk serat ini dapat menurunkan tingkat kolesterol darah. Menurut penelitian, kadar pektin pada apel dapat menurunkan kandungan kolesterol LDL hingga 10% serta menurunkan kandungan kolesterol HDL hingga 20%, dimana keduanya merupakan penyebab serangan jantung.

4.

Rasa renyah apel dapat membantu membersihkan sisa-sisa makanan yang melekat pada gigi, juga memicu keluarnya saliva, sehingga mampu membersihkan gigi.

Membersihkan gigi.

2.1.2.2 Jenis Buah Apel

Banyak jenis apel yang tersedia di pasaran, dari yang warnanya merah muda, merah pekat, hijau muda, hijau campur merah, dan merah kekuningan. Tiap jenis apel memiliki rasa manis, rasa asam, tekstur, kerenyahan, dan kandungan air yang berbeda.26 Apel umumnya berbentuk bulat, dengan cekungan pada pangkal pucuknya. Daging apel berwarna putih, renyah dan berair dengan rasa manis atau asam. Daging buah ini dilindungi oleh kulit tipis yang umumnya mengkilap.

Jenis-jenis apel yang berada di Indonesia:

24

1. Apel Rome Beauty

(23)

2. Manalagi 3. Ana

4. Hijau (New Zeland)

2.1.2.3 Buah Jambu Biji

Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu, dalam bahasa Inggris disebut Lambo guava. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebar ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia. Hingga saat ini telah dibudidayakan dan menyebar luas di daerah-daerah Jawa. Jambu biji sering disebut juga jambu klutuk, jambu siki, atau jambu batu.25 Jambu biji masih banyak orang menganggap remeh, padahal banyak manfaatnya bagi kesehatan dari zat kimia yang dikandungnya.

Tabel 2. Kandungan zat gizi buah jambu biji per 100 gram: Kandungan

Karbohidrat 11,88 g

Serat pangan, total 5,4 g

Riboflavin 0,050 mg

2.1.2.4 Jenis Buah Jambu Biji

(24)

aroma jambu biji yang sangat khas disebabkan oleh senyawa eugenol. Kulit buah tipis berwarna hijau sampai hijau kekuningan. Bijinya bervariasi dari sangat sedikit hingga sekitar 500 biji dalam buah yang beratnya sekitar 150 gram. Panen buahnya dapat dilakukan sepanjang tahun (tidak mengenal musim).

Buah jambu biji besarnya cukup bervariasi, dari yang berdiameter 2,5 cm sampai dengan lebih dari 10 cm. Jambu yang disukai oleh masyarakat umumnya adalah yang berdaging lunak dan tebal, rasanya manis, berbiji sedikit, dan buahnya berukuran besar.

26

Dari sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yang digemari orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomisnya yang relatif lebih tinggi diantaranya:

27

1. Jambu sukun (jambu tanpa biji yang tumbuh secara partenokarpi dan bila tumbuh dekat dengan jambu biji akan cenderung berbiji kembali).

25

2. Jambu bangkok (buahnya besar, dagingnya tebal dan sedikit bijinya, rasanya agak hambar).

3. Jambu merah.

4. Jambu pasar minggu. 5. Jambu sari.

6. Jambu apel. 7. Jambu palembang. 8. Jambu merah getas.

2.1.2.5 Penurunan Indeks Plak dengan Mengunyah Buah

(25)

Mengunyah adalah proses menghaluskan makanan dari partikel yang besar ke partikel yang lebih kecil. Mengunyah makanan yang baik harus menggunakan kedua sisi rahang secara bergantian. Agar proses mengunyah menjadi lebih optimal para dokter gigi menyarankan untuk mengunyah makanan sebanyak ±10 kali setiap kali menyuap. Rahang pun menjadi makin aktif dan diharapkan akan tumbuh normal.

Untuk orang normal, sebaiknya makan buah dengan cara langsung atau dikunyah. Porsi buah untuk dikonsumsi tergantung pada jenis dan besar buah. Buah ukuran kecil seperti anggur dan stroberi 1 porsi sama dengan 5 buah. Buah ukuran sedang seperti apel dan pir 1 porsi sama dengan 1 buah. Buah ukuran besar seperti semangka dan melon 1 porsi adalah 1 slice dengan potongan sedang.

14

Serat juga meningkatkan intensitas pengunyahan dalam mulut. Proses mengunyah makanan berserat ini akan merangsang dan meningkatkan produksi air liur (saliva). Proses ini secara perlahan akan mengurangi pembentukan plak gigi dan karies. Saliva membantu membilas gigi dari partikel-partikel makanan yang melekat pada gigi, dan juga melarutkan komponen gula dari sisa makanan yang terperangkap dalam sela-sela pit dan fisur permukaan gigi.

28

5,13

1. Saliva mempunyai efek buffer yang berfungsi menetralkan asam kuat dan basa kuat.

Mekanisme pertahanan lain dari saliva dalam melindungi gigi dari proses kerusakan berupa:

2. Saliva menyediakan ion-ion yang diperlukan untuk proses remineralisasi gigi.

3. Saliva mempunyai kapasitas anti bakteri, anti jamur, dan anti virus.

(26)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Taufik, dkk untuk mengetahui perbedaan indeks plak antara sebelum dan sesudah mengunyah buah apel, diperoleh rata-rata penurunan indeks plak sebesar 0,76. Rata-rata skor indeks plak sebelum mengunyah buah apel adalah 2,45 dan sesudah mengunyah buah apel adalah 1,69. Dalam prosedurnya, sampel di instruksikan untuk mengunyah dengan menggunakan kedua sisi rahang selama 8 menit.5

2.2 Plak Gigi

Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.4 Plak gigi diklasifikasikan atas plak supragingiva dan plak subngigiva. Berdasarkan lokasinya pada permukaan gigi plak supragingiva berada pada atau korona dari tepi gingiva. Sedangkan plak subgingival adalah plak yang lokasinya apikal dari tepi gingiva, diantara gigi dengan jaringan yang mendindingi sulkus gingiva.

Daerah permukaan plak tersebut berkaitan sekali dengan berbagai proses yang berkaitan dengan penyakit pada gigi dan periodonsium. Sebagai contoh plak marginal berperan penting dalam perkembangan gingivitis. Plak supragingiva dan subgingiva yang berkaitan dengan gigi berperan dalam pembentukan kalkulus dan karies akar, sedangkan plak subgingiva yang berkaitan dengan jaringan berperan dalam penghancuran jaringan lunak pada berbagai bentuk periodontitis.

27

Lokasi dan laju pembentukan adalah bervariasi diantara individu. Faktor yang mempengaruhi laju pembentukan plak adalah oral higiene, serta faktor-faktor pejamu seperti diet, dan komposisi serta laju aliran saliva.

27

Faktor diet seperti konsumsi karbohidrat yang tinggi terutama sukrosa dan makanan yang mudah melekat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Saliva juga mempengaruhi laju

(27)

pembentukan plak karena memiliki efek buffer yang berperan untuk membersihkan makanan di dalam mulut.4,27

2.3 Pengukuran Skor Plak

Banyak indeks yang berkembang untuk mengukur plak, diantaranya yang paling populer adalah indeks plak O’Leary dan Loe & Silness. Indeks plak yang dipopulerkan oleh O’Leary cukup ideal untuk memonitor kebersihan mulut. Indeks plak ini menggunakan gambar atau grafik yang dapat menunjukkan lokasi plak sehingga memungkinkan dokter gigi dan pasien untuk melihat kemajuan setelah pasien melakukan kotrol plak. Selain itu, gambar ini memudahkan dokter gigi menentukan lokasi penumpukan plak dan bagian mana yang harus lebih ditekankan penyikatan giginya atau pembersihan dengan benang gigi.

Indeks plak yang dikeluarkan Loe & Silness diindikasikan untuk mengukur skor plak berdasarkan lokasi dan kuantitas plak yang berada dekat margin gingiva. Indeks ini mempunyai kelebihan karena dapat digunakan untuk penelitian longitudinal dan uji klinis. Kelemahannya, bahwa penentuan ketebalan plak adalah subjektif sehingga untuk mendapatkan hasil pengukuran yang sah dibutuhkan pemeriksa yang terlatih baik.

4

(28)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental, dengan rancangan pre and post test group design, yakni dengan melakukan observasi awal sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 10 Medan Kelas VII. Untuk mengetahui besar sampel, dihitung berdasarkan rumus berikut:

Keterangan:

n = besar sampel yang dibutuhkan untuk masing-masing kelompok

σ = standard deviasi dari penurunan indeks plak dengan menyikat gigi = 0,8 (dari penelitian Wirna Sukmawaty)

α = derajat kepercayaan (significant level) yang digunakan untuk mendeteksi δ 18

= 0,05

β = derajat ketelitian untuk mendeteksi adanya perbedaan = 0,05 f(α,β) = 13,0

= rerata penurunan indeks plak setelah menyikat gigi = 2,07 (dari penelitian Wirna Sukmawaty)18

= rerata penurunan indeks plak setelah mengunyah buah apel = 0,79 (dari penelitian Firdaus Taufik)

Maka:

(29)

n = 10,15 ~ 11

Berdasarkan perhitungan, diperoleh jumlah sampel minimum adalah 11 orang. Maka dalam penelitian ini besar sampel yang diambil peneliti adalah 20 orang untuk masing-masing perlakuan. Ada tiga kelompok perlakuan dalam penelitian yaitu kelompok mengunyah buah apel, kelompok mengunyah jambu biji dan kelompok kontrol (menyikat gigi). Jadi, total sampel yang diperlukan adalah 60 orang anak untuk ketiga kelompok tersebut. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

purposive sampling, diambil sesuai kriteria inklusi dari kelas VIIA, VIIB, dan VIIC dan kemudian dikelompokkan secara random.

Sampel yang digunakan memiliki kriteria inklusi yaitu: (1) usia 13-14 tahun, (2) bersedia ikut dalam penelitian. Kriteria eksklusi yaitu: mempunyai kondisi gigi geligi yang crowding, kehilangan lebih dari 2 gigi permanen, mempunyai karies pulpa, yang sedang mengalami sakit gigi atau demam, dan melakukan skeling 6 bulan terakhir.

3.3Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel perlakuan, yaitu:

a) Kelompok 1: mengunyah buah apel.

Mengunyah buah apel: mengunyah sesuai dengan kebiasaan anak dalam mengunyah makanan selama 6 menit.

b) Kelompok 2: mengunyah buah jambu biji.

Mengunyah buah jambu biji: mengunyah sesuai dengan kebiasaan anak dalam mengunyah makanan selama 6 menit.

c) Kelompok 1: menyikat gigi.

(30)

2. Variabel tergantung: skor plak.

Skor plak diukur dengan indeks plak yang diperkenalkan oleh Löe and Silness.

3.4 Prosedur Penelitian

1. Sehari sebelum dilakukan penelitian, dilakukan pengambilan sampel sesuai dengan kriteria inklusi. Kemudian sampel dibagi menjadi 3 kelompok secara

random.

2. Penelitian dilakukan pada siang hari pukul 11.00 WIB karena kondisi rongga mulut dianggap kotor setelah jajan pada waktu istirahat.

3. Dilakukan pemeriksaan plak sebelum dilakukan perlakuan mengunyah buah apel, mengunyah buah jambu biji dan menyikat gigi. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde berbentuk sabit. Gigi yang diperiksa ada 6 gigi yaitu gigi 16, 21, 24, 36, 41, dan 44. Pemeriksaan pada setiap gigi dilakukan pada empat permukaan yaitu bukal, lingual, mesiobukal, dan distobukal. Setiap permukaan gigi dibagi secara horizontal atas sepertiga gingival, sepertiga tengah dan sepertiga inisial. Untuk mengukur skor indeks plak, sonde digesekkan pada sepertiga gingival dan diberi skor sesuai kriteria indeks plak oleh Loe and Silness.

Tabel 3. Kriteria pemberian skor untuk indeks plak oleh Loe and Silness Kode

32

Kriteria

0 Tidak ada plak pada gingiva.

1 Ada lapisan tipis plak menumpuk ke tepi gingiva bebas dan permukaan gigi yang berdekatan. Plak ditandai hanya dengan menggesekan sonde sepanjang permukaan gigi.

2 Penumpukan yang sedang dari deposit lunak didalam saku dan tepi gingiva dan/atau permukaan gigi yang berdekatan, yang dapat dilihat langsung.

(31)

Skor plak yang diperoleh dihitung sebagai berikut:

4. Prosedur perlakuan:

1) Kelompok mengunyah buah apel

Sampel diinstruksikan untuk mengunyah buah apel sesuai dengan kebiasaannya dalam mengunyah makanan dan buah dapat ditelan. Sebelumnya buah telah dipersiapkan oleh peneliti. Buah yang akan dikunyah adalah apel Fuji. Buah dibersihkan terlebih dahulu dan dipotong menjadi 5 bagian tanpa dibuang kulitnya (berat 1 buah apel ± 250 gram). Buah yang akan dikunyah adalah 1 potong dengan berat 50 gram. Satu potong buah tersebut dibagi lagi menjadi 3 bagian. Satu bagian buah apel dikunyah selama 2 menit, dengan demikian mengunyah buah apel dilakukan selama 6 menit. Kemudian berkumur-kumur 2 kali dengan air sebanyak 50cc.

2) Mengunyah buah jambu biji

Sampel diinstruksikan untuk mengunyah buah jambu biji sesuai dengan kebiasaannya dalam mengunyah makanan dan buah dapat ditelan. Sebelumnya buah telah dipersiapkan oleh peneliti. Buah jambu biji yang akan dikunyah adalah jambu biji Bangkok. Buah dibersihkan terlebih dahulu dan dipotong menjadi 3 bagian dengan membuang isinya (berat 1 buah jambu biji ± 300 gram). Buah yang akan dikunyah adalah 1 potong dengan berat 50 gram. Satu potong buah tersebut dipotong lagi menjadi 3 bagian. Satu bagian jambu biji dikunyah selama 2 menit, sehingga mengunyah buah jambu biji dilakukan selama 6 menit. Kemudian berkumur-kumur 2 kali dengan air sebanyak 50cc.

3) Kelompok kontrol (Menyikat gigi)

(32)

Pepsodent sebanyak ukuran biji kacang. Kemudian berkumur-kumur 2 kali dengan air sebanyak 50 cc.

5. Dilakukan pemeriksaan indeks plak setelah dilakukan perlakuan mengunyah buah apel dan mengunyah jambu biji dan menyikat gigi.

6. Hasil pemeriksaan dicatat pada lembaran pemeriksaan.

3.5 Pengolahan Data

Semua isian dalam kuesioner diperiksa kembali apakah isian telah dijawab semua. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dan ditabulasikan dengan bantuan program SPSS.

3.6Analisis Data

Menghitung rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah apel, mengunyah jambu biji dan menyikat gigi. Analisis statistik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis Uji T berpasangan untuk mengetahui perbedaan rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah apel, mengunyah jambu biji dan menyikat gigi.

2. Analisis Uji T tidak berpasangan untuk melihat perbedaan selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah apel dan mengunyah jambu biji.

(33)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden

Responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu 60% pada kelompok mengunyah apel, 55% pada kelompok mengunyah jambu biji dan 45% pada kelompok menyikat gigi, sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki adalah 40% pada kelompok mengunyah apel, 45% pada kelompok mengunyah jambu biji dan 55% pada kelompok menyikat gigi.

Responden kebanyakan yang berusia 13 tahun yaitu 85% pada kelompok mengunyah apel, 55% pada kelompok mengunyah jambu biji dan 90% pada kelompok menyikat gigi, sedangkan responden yang berusia 14 tahun adalah 15% pada kelompok mengunyah apel, 45% pada kelompok mengunyah jambu biji dan 10% pada kelompok menyikat gigi.

Tabel 4. Karakteristik responden

Karakteristik

Kelompok

Jumlah Mengunyah apel Mengunyah jambu biji Menyikat gigi

N % N % N %

4.2 Rerata Skor Plak Sebelum dan Sesudah Mengunyah Buah Apel, Mengunyah Jambu Biji dan Menyikat Gigi

(34)

Rerata skor plak sebelum mengunyah buah jambu biji adalah 1,69 ± 0,31, sesudah mengunyah buah jambu biji 1,11 ± 0,33. Ada perbedaan yang bermakna rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah buah jambu biji. (p<0,05)(Tabel 5).

Rerata skor plak sebelum menyikat gigi adalah 1,92 ± 0,34, sesudah menyikat gigi 1,01 ± 0,35. Ada perbedaan yang bermakna rerata skor plak sebelum dan sesudah menyikat gigi. (p<0,05)(Tabel 5).

Tabel 5. Hasil uji statistik rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah apel, mengunyah jambu biji dan menyikat gigi

Kelompok N Rata-rata skor plak (X ± SD) Hasil uji statistik

Sebelum Sesudah df p

Mengunyah apel 20 1,21 + 0,33 0,95 + 0,30 19 0,001*

Mengunyah jambu biji 20 1,69 + 0,31 1,11 + 0,33 19 0,001*

Menyikat gigi 20 1,92 + 0,34 1,01 + 0,35 19 0,001*

4.3 Selisih Rerata Skor Plak Sebelum dan Sesudah Mengunyah Apel, Mengunyah Jambu Biji dan Menyikat Gigi

Selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah jambu biji adalah 0,57 + 0,14 sedangkan mengunyah apel adalah 0,25 + 0,10. Ada perbedaan yang bermakna selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah apel dan mengunyah jambu biji (p<0,001)(Tabel 6).

Tabel 6. Hasil uji statistik selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah apel dan mengunyah jambu biji

Kelompok N Selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah perlakuan (X±SD)

Hasil uji statistik

df p

Mengunyah apel 20 0,25 + 0,10

(35)

Ada perbedaan yang bermakna selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah apel, mengunyah jambu biji dan menyikat gigi (p<0,001)(Tabel 7).

Tabel 7. Hasil uji statistik selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah buah apel, mengunyah buah jambu biji dan menyikat gigi

Kelompok N Selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah perlakuan (X±SD)

Hasil uji statistik

df p

Mengunyah apel 20 0,25 + 0,10

59 0,000 Mengunyah jambu biji 20 0,57 + 0,14

(36)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan rerata penurunan skor plak pada kelompok mengunyah buah jambu biji lebih besar yaitu 0,57 bila dibandingkan dengan kelompok mengunyah buah apel hanya 0,25, dan secara statistik ada perbedaan yang bermakna (p<0,001). Kemungkinan faktor yang mempengaruhinya adalah tekstur buah jambu biji yang lebih padat dibandingkan dengan buah apel. Makanan padat dan juga serat dari buah secara fisiologis akan memaksa mulut untuk menghancurkannya sebelum masuk ke saluran pencernaan selanjutnya. Untuk menghancurkannya dibutuhkan kerja otot pengunyahan yang cukup kuat. Proses inilah yang akan menunjang terjadinya proses pembersihan secara alami (self cleansing) pada gigi. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Ervina yang mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antara mengunyah buah apel dan mengunyah buah jambu biji terhadap penurunan angka debris indeks. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan teknik pengumpulan data yang digunakan, cara mengunyah buah, serta bervariasinya kemauan maupun motivasi tiap individu.

29

Rerata penurunan skor plak bila dibandingkan antara mengunyah apel, mengunyah jambu biji, dan menyikat gigi, secara statistik ada perbedaan yang bermakna (p<0,001). Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan skor plak pada kelompok menyikat gigi lebih besar yaitu 0,90 dibandingkan dengan kelompok mengunyah buah jambu biji 0,57 dan mengunyah buah apel 0,25. Kemungkinan faktor yang mempengaruhinya adalah efektifitas menyikat gigi dalam membersihkan gigi yang dipengaruhi oleh faktor seperti sikat gigi yang digunakan, metode penyikatan, dan waktu menyikat gigi. Selama menyikat gigi, tindakan mekanik bulu sikat gigi akan mengganggu organisasi plak akibat pengaruh gesekan sikat gigi pada permukaan gigi ketika menyikat gigi.

14

30

(37)

akan menunjang terjadinya proses pembersihan secara alami (self cleansing) pada gigi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengunyah buah jambu biji lebih baik dibandingkan mengunyah buah apel dalam membersihkan plak gigi. Untuk itu buah jambu biji perlu dipertimbangkan sebagai buah-buahan berserat dan berair untuk dikonsumsi sesudah makan atau sebagai pengganti sikat gigi pada siang hari. Yang mana buah jambu biji selain dapat membersihkan plak gigi, harganya murah dan mudah diperoleh dipasaran.

(38)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan yang bermakna rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah buah apel, mengunyah buah jambu biji dan menyikat gigi (p<0,05).

2. Ada perbedaan yang bermakna selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah buah apel dan mengunyah buah jambu biji (p<0,001). Mengunyah buah jambu biji lebih baik dibandingkan dengan mengunyah buah apel dalam membersihkan plak gigi.

3. Ada perbedaan yang bermakna selisih rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah buah apel, mengunyah buah jambu biji dan menyikat gigi (p<0,001). Menyikat gigi tetap lebih baik dibandingkan dengan mengunyah buah apel dan mengunyah buah jambu biji dalam membersihkan plak gigi. Untuk itu, menyikat gigi tidak bisa digantikan dengan penyingkir plak yang lain.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka diberikn saran dan rekomendasi sebagai berikut:

1. Masyarakat umum dan anak-anak sekolah untuk mengkonsumsi buah-buahan berserat dan berair sesudah makan atau sebagai pengganti sikat gigi pada siang hari kalau tidak mempunyai kesempatan untuk sikat gigi di siang hari, disamping buah-buahan bermanfaat sebagai sumber vitamin bagi tubuh.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

1. Mangku. Jorok, 77 persen orang Indonesia malas sikat gigi. 2007.

2. Dharmawan G.A. Makanan alami buat kesehatan gigi dan gusi. 2011. <http://els.fkik.umy.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=10658

3. Hadnyanawati H. Hubungan kebersihan gigi dan mulut dengan gingivitis pada siswa sekolah dasar kelas V di Kabupaten Jember. Jurnal kedokteran gigi universitas Indonesia 2002;9(2):10-12.

> (November 2011)

4. Sondang P. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008:2-7.

5. Taufik Firdaus, et al. Index plaque differences between before and after chewing apples. Proceeding Asian Oral Health Care and 2nd ASEAN Meeting on Dental Public Health, 2008: 13-9.

6. Williams Darren. Plaque and your teeth. 2009. <http://www.webmd.com/oral-health/guide/plaque-and-your-teeth

7. Situmorang Nurmala. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas hidup. USU Repository 2006.

> (Desember 2011)

8. Lindhe J. Clinical Periodontology and Implant Dentistry. 4th

9. Dalimunthe SH. Terapi periodontal. Medan: USU Press, 2006: 127-130.

ed. UK: Blackwell Munksgaard. 2003. 81-98, 449-461.

10. Riyanti E, Chemiawan E, Rizalda RA. Hubungan pendidikan penyikatan gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi Sekolah Dasar Islam Terpada Imam Bukhari. Tesis. Bandung: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 2008.

(40)

kotamadya Samarinda provinsi Kalimantan Timur. Majalah Kedokteran Gigi 2005;38(2):88-90.

12. Suardiana. Lebih baik mencegah sebelum sakit.

<http://kesehatangigi.blogspot.com/2010/06/lebih-baik-mencegah-sebelum. sakit html

13. Chemiawan Eka, Riyanti E, Fransisca F. Perbedaan tingkat kebersihan gigi dan mulut antara anak vegetarian dan non vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta. Jurnal Kedokteran Gigi Indonesia Edisi Khusus PIN IKGA II 2007: 79-84.

> (Desember 2011)

14. Hermawati E. Efektivitas mengunyah buah apel dan jambu biji terhadap perubahan angka debris indeks pada siswa kelas VII SMP N 24 Semarang 2010. Poltekkes Kemenkes Semarang, 2010.

15. Malik I. Kesehatan gigi dan mulut. Makalah. Bandung: Universitas Padjadjaran. 2008.

16. Riyanti E. Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini. 17. Hamsar A. Perbandingan sikat gigi yang berbulu halus (soft) dengan sikat gigi

yang berbulu sedang (medium) terhadap manfaatnya menghilangkan plak pada anak usia 9-12 tahun di SD Negeri 060830 Kecamatan Medan Petisah tahun 2005. Jurnal Ilmiah PANNMED 2006;1(1):20-23.

18. Sukmawaty W. Efektifitas sikat gigi konvensional dan sikat gigi khusus ortodonti terhadap penurunan indeks plak pada pemakai fixed orthodontic mahasiswa FKG USU stambuk 2006-2009. Skripsi. Medan: Jurusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2010.

19. Baliwati YF, Khomsan Ali, Dwiriani CM. Pengantar pangan dan gizi. Jakarta: Penebar Swadaya, 2010:50-2.

(41)

Negeri Padang Tualang Serapuh ABC Kabupaten Langkat tahun 2005. Jurnal Ilmiah PANNMED 2008; 2: 120-4.

21. Azis A. Jenis Apel. 2009

22. Kusma Ryanie. Pentingnya sebutir apel setiap hari.

23. Bintan Sebastian. Enam buah yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. 15

desember

24. Kusma Ryanie. Khasiat apel. 2007. <http://www.pikiran-rakyat.com/cetak /0304/18/cakrawala/lainnya05.htm

25. Admin. Budidaya Jambu Biji. 12 November 2010.

> (Desember 2011)

26. Anonymous. Berburu Ice Juice (seri Jambu Biji). 14 Januari 2009.

(Januari 2012)

27. Dalimunthe SH. Periodonsia. Medan: USU Press, 2008: 106-117.

28. Bludus. Cara makan buah yang benar.

29. Milati N. Jangan remehkan kesehatan gigi dan mulut anak-anak.

30. Jayakumar A, Padmini H, Haritha A, Reddy KP. Role of dentifrice in plaque removal: a clinical trial. Indian J Dent Res 2010;21(2):213-7.

(42)

Lampiran 1

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FORMULIR PEMERIKSAAN PENELITIAN PERBEDAAN PENURUNAN SKOR PLAK ANTARA MENGUNYAH BUAH APEL DAN MENGUNYAH BUAH JAMBU BIJI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 10 MEDAN

Nama :

Kelas :

Usia : Tahun

A.No.Kartu : A.

B.Jenis kelamin : 1. Laki-laki B.

2. Perempuan

C. Kelompok perlakuan : 1. Menyikat gigi C.

2. Mengunyah apel 3. Mengunyah jambu biji

D.Pernahkah adik ke dokter gigi untuk pembersihan karang gigi dalam 6 bulan

terakhir? D.

a. Ya b. Tidak

E. Apakah adik sedang sakit/sakit gigi? E.

a. Ya

b. Tidak

(43)

1. PEMERIKSAAN SEBELUM PERLAKUAN

Kriteria skor untuk indeks plak: KODE KRITERIA

0 Tidak ada plak pada gingiva.

1 Ada lapisan tipis plak menumpuk ke tepi gingiva bebas dan permukaan gigi yang berdekatan. Plak ditandai hanya dengan menggesekan sonde sepanjang permukaan gigi.

2 Penumpukan yang sedang dari deposit lunak didalam saku dan tepi gingiva dan/atau permukaan gigi yang berdekatan, yang dapat dilihat dengan mata.

3 Penumpukan yang banyak dari deposit lunak didalam saku gingiva dan/atau pada tepi pemukaan gigi yang berdekatan.

(44)

2. PEMERIKSAAN SETELAH PERLAKUAN

Kriteria skor untuk indeks plak: KODE KRITERIA

0 Tidak ada plak pada gingiva.

1 Ada lapisan tipis plak menumpuk ke tepi gingiva bebas dan permukaan gigi yang berdekatan. Plak ditandai hanya dengan menggesekan sonde sepanjang permukaan gigi.

2 Penumpukan yang sedang dari deposit lunak didalam saku dan tepi gingiva dan/atau permukaan gigi yang berdekatan, yang dapat dilihat dengan mata.

3 Penumpukan yang banyak dari deposit lunak didalam saku gingiva dan/atau pada tepi pemukaan gigi yang berdekatan.

Gambar

Tabel 1. Kandungan zat gizi buah apel per 100 gram:23
Tabel 2. Kandungan zat gizi buah jambu biji per 100 gram:26
Tabel 3. Kriteria pemberian skor untuk indeks plak oleh Loe and Silness32
Tabel 4. Karakteristik responden
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada kesempatan ini penulis bermaksud melakukan kajian seberapa besar rumah tidak layak huni (RTLH) di daerah, tepatnya di Desa Cangkring Rembang Kecamatan

rangkuman pelajaran dan mencatat hasil rangkuman secara individu. Siswa atau kelompok yang mencapai keberhasilan mendapat penghargaan berupa tanda bintang. Siswa

Seluruh keluarga besar Universitas Bakrie yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan, ilmu dan pengalaman selama masa perkuliahan hingga waktu penyelesaian

– Keahlian teknis yang harus dimiliki adalah termasuk keahlian dalam penggunaan alat dan teknik untuk pengembangan perangkat lunak aplikasi serta keahlian dalam menggunakan

Hal ini sejalan dengan pendapat Fardiaz (1992), yang menyatakan bahwa nitrogen digunakan oleh bakteri untuk mensintesis asam nukleat dan koenzim, kemudian Sapienza dan Bolsen

Munculnya kretivitas didaerah ini beriringan dengan nilai-nilai kebudayaan yang masih memegang suatu tanda dengan makna- makna tertentu, makna dari motif burung

Hal ini tentu bertolak belakang dengan formula yang dimiliki Altman, di mana pada fungsi diskriminan milik Altman, cutting score untuk masuk ke dalam kategori finan- cial distress

Adapun dari hasil analisis tambahan diketahui bahwa sampel penelitian bersifat homogen, sebab hasil analisis menggunakan teknik independent sample t- test menunjukkan p =