• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

40

A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah

Berkaitan dengan tujuan penelitian yang ingin menelaah mengenai hubungan nilai kebudayaan Jawa dan konformitas pada remaja etnis Jawa. Penelitian ini dilaksanakan di Yogyakarta sebagaimana merupakan salah satu kota yang menjadi simbol kebudayaan Jawa yang kental. Peneliti memilih SMPN 4 Pakem sebagai tempat penelitian karena orientasi sasaran subjek adalah remaja etnis Jawa. Hasil observasi sebelumnya memperkuat peneliti untuk melakukan penelitian di SMP N 4 Pakem sebab adanya motto sekolah yaitu BUDIMAN (Berbudi Pekerti Luhur Unggul dalam Prestasi, Demokratis, Inovatif, Mandiri, Atensi, dan Nasionalis).

Tidak seperti sekolah lain yang hanya menomor satukan akademik, namun SMPN 4 juga turut mengutamakan kelestarian budaya dan dengan cara menganjurkan penggunaan bahasa Jawa sehari penuh di setiap hari Rabu. Diharapkan dengan adanya sistem yang mewajibkan siswa-siswi, guru dan staff menggunakan bahasa jawa di setiap hari Rabu, siswa akan terbantu dalam penerapan bahasa Jawa dan memahami nilai-nilai adi luhung yang tersirat. Meskipun pada hari lainnya juga diikuti dengan hari bahasa inggris, tetapi setidaknya terdapat keseimbangan antara keduanya.

(2)

SMP N 4 Pakem yang dikenal juga sebagai Pradnyasiwi ini didirikan pada tahun 1952, terletak di jalan Kaliurang Km. 17,5 Sukunan, Pakembinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, memiliki 15 ruangan kelas untuk kelas VII, VII, dan IX yang masing-asing kelas berisi 25-34 orang. Subjek yang digunakan untuk penelitian adalah 1 angkatan kelas VIII dan sebagian kelas VII.

2. Persiapan Penelitian a. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi merupakan persiapan yang mencakup hal-hal berkaitan dengan legalitas penelitian yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian dilapangan. Dalam hal ini peneliti menyiapkan pembuatan surat izin penelitian yang secara resmi dikeluarkan oleh Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia. Surat Nomor 24/Dek/70/Div.UM&RT/I/2015 Perihal Permohonan Izin Penelitian Untuk Skripsi Kepada Kepala SMPN 4 Pakem ini dibuat sebagai bukti bahwa penelitian dilakukan secara resmi dan diijinkan oleh Universitas Islam Indonesia yang ditujukkan kepada sekolah ataupun institut terkait.

b. Persiapan Alat Ukur

Persiapan alat ukur dalam penelitian ini adalah menyusun skala nilai konformitas yang mencakup aspek dari Sears dkk (1991) yaitu kesepakatan, ketaatan, kekompakan sebanyak 31 aitem dan memodifikasi skala nilai kebudayaan jawa yang dikembangkan oleh

(3)

Idrus (2004) dengan melakukan pengurangan beberapa aitem namun tetap mempertahankan aspek nilai dengan sesama yang diperkirakan paling berpengaruh dengan konformitas. Setelah penyusunan dan modifikasi skala dilakukan persiapan alat ukur selanjutnya meliputi proses uji coba (try out) Tahap uji coba ini dilakukan dalam upaya mengetahui kelayakan dari tiap-tiap aitem yang tertera dalam kedua skala tersebut.

Proses uji coba dilakukan dengan cara membagikan angket kepada siswa maupun siswi. Penyebaran angket dilakukan selama ±3 jam yaitu pukul 06.15 hingga 07.45 beserta persiapannya. Angket yang memenuhi syarat dan layak untuk diskoring sebanyak 205 angket dari 240 angket yang disebar oleh peneliti.

c. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur dilakukan guna mengetahui reliabilitas dan validitas masing-masing alat ukur. Uji coba alat ukur tersebut dilakukan terhadap 58 subjek yang merupakan sampel dari 2 kelas siswa kelas VII SMPN 4 Pakem di Sleman, Yogyakarta.

d. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil uji coba alat ukur, selanjutnya dilakukan analisis menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for windows guna menentukan aitem-aitem yang berkualitas dengan cara menyeleksi aitem sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian yang valid dan reliabel. Mulanya korelasi aitem total

(4)

dan reliabilitas dihitung pada 31 aitem skala konformitas dan 50 aitem skala nilai kebudayaan Jawa. Kemudian, aitem-aitem yang memiliki korelasi aitem total kurang dari 0,25 dieliminasi. Proses ini dilakukan dengan menggunakan parameter koefisien korelasi minimal kurang dari 0,30 mengikuti rekomendasi dari Thorndike, Crocker dan Algina (Azwar, 2009). Berdasarkan hasil uji coba alat ukur yang telah dilakukan sebelumnya maka didapatkan hasil sebagai berikut :

1) Skala Konformitas

Hasil analisis menunjukkan bahwa sebanyak 15 dari 31 aitem pada skala konformitas yang diuji cobakan tidak sahih dan menghasilkan 16 aitem yang valid. Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dari skala konformitas adalah 0,764. Hal ini menunjukkan bahwa skala konformitas tersebut dapat dikatakan cukup reliabel dan valid. Distribusi aitem skala konformitas setelah uji coba dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3

Distribusi aitem skala konformitas setelah uji coba

Aspek Butir Favorable Butir Unfavorable No Aitem Jml No Aitem Jml 1. Kekompakan 1, 2, 3(1), 4, 5(2), 6(3) 3 21(11), 22, 23, 24(12) 2 2. Kesepakatan 7(4), 8(5), 9(6), 10(7), 11, 12(8), 13, 14, 15, 5 25(13), 26, 27(14), 28 2 3. Komitmen 16, 7(9), 18(10), 19, 20 2 29, 30(15), 31(16) 2 Total 10 6

Catatan: angka di dalam kurung ( ) : aitem baru dan angka cetak tebal : aitem gugur.

(5)

2) Skala Nilai Kebudayaan Jawa

Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa 23 aitem dari 50 aitem pada skala nilai kebudayaan Jawa setelah diuji cobakan gugur dan menghasilkan 27 aitem yang valid. Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dari skala nilai kebudayaan Jawa adalah 0,848. Hal ini menunjukkan bahwa skala nilai kebudayaan Jawa sangat reliabel dan valid sebab nilai p bergerak >0,6. Distribusi aitem skala nilai kebudayaan Jawa setelah uji coba dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4

Distribusi aitem skala nilai kebudayaan Jawa setelah ujicoba Aspek Butir Favorable Butir Unfavorable

Nomor Aitem Jml Nomor Aitem Jml 1. Nilai Diri 1(1), 4, 18, 25(14), 27 2 5(3), 6, 8, 22, 31 1 2. Nilai Hubungan dengan Sesama 3(2), 7(4), 9(5), 10(6), 12(8), 14(9), 20, 26(15), 33(16), 34, 37(19), 39(21), 41(23), 42(24), 49 12 13, 17(11), 29, 30, 32, 35(17), 36(18), 38(20), 40(22), 43(25), 44, 45, 46(26), 48, 50(27) 8 3. Nilai Hubungan dengan Tuhan 11(7), 16(10), 19(12), 21, 23(13) 4 2, 15, 24, 28, 47 Total 18 9

Catatan: angka di dalam kurung ( ) : aitem baru dan angka cetak tebal : aitem gugur.

(6)

B. Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melaksanakan penelitian di SMPN 4 Pakem dengan karakteristik subjek yaitu siswa-siswi yang masih aktif sekolah, sudah sejak kecil tinggal di Yogyakarta dan kedua orangtua atau minimal Ayah suku Jawa asli. Pengambilan data penelitian dilakukan di hari Senin tanggal 23 Februari 2015. Pengambilan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner pada tanggal 23 Februari. Pengambilan data pada hari Senin, tanggal 23 Februari dilaksanakan pada pukul 7.30 tepat setelah subjek mengikuti pelaksanaan upacara bendera. Berdasarkan jumlah angket yang diberikan subyek sebanyak 240 angket, namun terdapat 36 angket yang tidak sahih untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Hal ini terkait dengan aspek-aspek yang kurang dipenuhi subjek dalam penelitian ini.

Sebelum pengambilan data dilakukan, terlebih dahulu peneliti memasukkan surat permohonan izin penelitian serta melakukan pendekatan kepada Guru BP untuk mendapatkan arahan terkait tujuan penelitian yang akan dilakukan. Dalam pelaksanaanya peneliti meminta subjek untuk mengerjakan kuisioner dengan cara menilai diri subjek secara personal dengan jujur dan dengan informasi tambahan bahwa tidak ada jawaban benar maupun salah sehingga diharapkan mampu meminimalisir bias. Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan atau mengisi kuesioner adalah 15-20 menit.

(7)

C. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini merupakan siswa-siswi SMPN 4 Pakem berjumlah 205 dari 240 subjek. Keseluruhan siswa berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan, dari 205 siswa diantaranya sejumlah 80 siswa berjenis kelamin laki-laki, dan sisanya sebanyak 125 berjenis kelamin perempuan. Subjek merupakan siswa SMP yang masih duduk di kelas VII dan VIII dengan rentang usia 12-14 tahun.

Tabel 5

Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

Laki-Laki 80 39 %

Perempuan 125 61 %

Jumlah 205 100 %

2. Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan hasil analisis deskriptif data penelitian yang telah dilakukan didapatkan jumlah subjek (N) adalah 205 siswa, nilai tertinggi atau maksimum subjek pada skala nilai kebudayaan Jawa adalah 104 dan nilai terendah atau minimum adalah 68. Sedangkan untuk skala konformitas diketahui bahwa nilai tertinggi atau maksimum subjek adalah 52 dan nilai terendah atau minimum subjek adalah 26. Adapun dari hasil analisis juga diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) dari nilai kebudayaan Jawa adalah sebesar 84,18 dengan standar deviasi sebesar 7.022. Sedangkan pada konformitas r didapatkan nilai rerata (mean) sebesar 42,46 dan standar deviasi sebesar 4,210.

(8)

Selain itu berdasarkan analisis data, didapati pula norma deskripsi data penelitian guna memberikan tambahan informasi yang penting mengenai keadaan distribusi. Deskripsi data akan memberikan gambaran yang penting mengenai keadaan distribusi skor skala pada kelompok subjek yang diukur serta pada aspek atau variabel yang diteliti (Azwar, 2003) sebagaimana membantu menempatkan subjek kedalam kelompok-kelompok terpisah berdasarkan atribut yang diukur. Norma deskripsi data pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan norma persentil yang dapat dilihat pada Tabel 7, 8 dan tabel 9 dibawah ini :

Tabel 6

Kategorisasi Norma Percentil

Percentil Kategorisasi X < P20 Sangat Rendah P20 ≤ X < P40 Rendah P40 ≤ X < P60 Sedang P60 ≤ X ≤ P80 Tinggi X > P80 Sangat Tinggi

Berikut ini adalah persentil rumus kategori untuk masing-masing variabel nilai kebudayaan Jawa dan konformitas pada penelitian ini :

Tabel 7

Rumus Kategorisasi

Rumus Nilai Kebudayaan

Jawa Kategorisasi Rumus Konformitas X < 78 Sangat Rendah X < 39 78 ≤ X < 82 Rendah 39 ≤ X ≤ 41 82 ≤ X < 85 Sedang 41 ≤ X ≤ 44 85 ≤ X ≤ 90 Tinggi 44 ≤ X ≤ 46 X > 90 Sangat Tinggi X > 46

(9)

Berdasarkan kriteria kategorisasi percentil, maka dapat ditentukan kategorisasi untuk skala nilai kebudayaan Jawa dan konformitas sebagai berikut :

Tabel 8

Norma Data Penelitian Nilai Kebudayaan Jawa

Kategorisasi Konformitas % Frekuensi Frekuensi % 15,6% 32 Sangat Rendah 34 16,6% 23,4% 48 Rendah 30 14,6% 18,6% 38 Sedang 58 28,3% 22,9% 47 Tinggi 54 26,4% 19,5% 40 Sangat Tinggi 29 14,1% 100% 205 205 100% 3. Uji Asumsi a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data dari suatu variabel. Uji normalitas dilakukan menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan bantuan aplikasi SPSS 17.0 for windows. Distribusi dikatakan normal apabila p > 0,05, sedangkan apabila p < 0,05 maka distribusi dikatakan tidak normal.

Tabel 9

Hasil Uji Normalitas

Variabel P Kategori

1. Nilai Kebudayaan Jawa 0,060 Normal

(10)

Berdasarkan tabel diatas, pada variabel nilai kebudayaan Jawa diperoleh nilai p = 0,060 (p > 0.05). Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa data nilai kebudayaan Jawa terdistribusi secara normal. Begitu juga pada variabel konformitas dengan perolehan nilai p sebesar 0,223 (p > 0.05) yang menandakan distribusi data variabel tersebut normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan linear antara variabel nilai kebudayaan Jawa dan konformitas. Hubungan kedua variabel tersebut dikatakan linear apabilaa p<0,05 dan begitu pula sebaliknya, apabila p>0,05 maka dikatakan tidak linear.

Tabel 10

Hasil Uji Linieritas

Variabel F P Linieritas

Nilai Kebudayaan Jawa dan Konformitas

29,963 0,000 Linier

Hasil uji linearitas menggunakan teknik compare means dengan bantuan SPSS 17.0 for windows menunjukkan F = 29,963 dan p = 0,000. Berdasarkan hasil analisis dalam tabel di atas, dapat dikatakan bahwa hubungan antara nilai kebudayaan Jawa dan konformitas linear sebab p<0,05.

4. Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan menggunakan bantuan SPSS 17.0 for windows dengan teknik correlatian product moment untuk menguji

(11)

hubungan antara kedua variabel yaitu nilai kebudayaan Jawa dan konformitas.

Tabel 11

Hasil Uji Hipotesis

Variabel r P Keterangan

1. Nilai Kebudayaan Jawa dan Konformitas

0,362 0,131 0,000 Signifikan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan korelasi antara variabel nilai kebudayaan Jawa dan variabel konformitas menunjukkan r = 0,362 dan p = 0,000 (p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara variabel nilai kebudayaan Jawa dan konformitas sehingga hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini diterima.

5. Analisis Tambahan

Analisis tambahan dilakukan oleh peneliti guna melengkapi informasi dalam penelitian ini. Analisis tambahan dilakukan untuk menguji adanya perbedaan atau tidak dari sisi jenis kelamin pada tingkat konformitas siswa dengan menggunakan independent sample t-test. Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,437 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan tingkat konformitas antara siswa laki-laki dan perempuan, sebab p> 0,05, yang menunjukkan bahwa jenis kelamin pada penelitian ini bersifat homogen atau bisa dikatakan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam penelitian ini terkait variabel yang diteliti.

(12)

Selain itu peneliti juga melakukan analisis tambahan mengenai aspek-aspek nilai kebudayaan Jawa yang bertujuan untuk melihat persentase yang paling berpengaruh terhadap konformitas. Analisis diolah menggunakan regresi ganda pada program SPSS. Hasil yang didapatkan adalah terdapat 1 aspek nilai kebudayaan Jawa yang paling berpengaruh pada konformitas yaitu nilai hubungan dengan sesama. Aspek nilai hubungan dengan sesama memberikan prosentase sebesar 12% yang mampu menjelaskan dorongan subjek untuk bertendensi melakukan konformitas dengan adanya pengaruh teman sebaya yang berada di sekitar lingkungannya.

D. Pembahasan

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara nilai kebudayaan Jawa dan konformitas pada remaja etnis Jawa ini mendapatkan dukungan yang empirik. Berdasarkan hasil analisis data penelitian penelitian dengan menggunakan teknik korelasi product moment, diketahui bahwa koefisiensi korelasi antara nilai kebudayaan Jawa dan konformitas yaitu (r) = 0,362 dan p = 0,000 (p<0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yakni terdapat hubungan positif antara nilai Kebudayaan Jawa dan konformitas. Semakin tinggi nilai Kebudayaan Jawa maka semakin tinggi pula tendensi subjek melakukan konformitas. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah nilai kebudayaan Jawa maka semakin rendah pula tendensi subjek melakukan konformitas.

(13)

Sesuai dengan konsep teori yang diungkapkan oleh Ronnov dan Rasmussen (2008), bahwa suatu nilai yang dimiliki seseorang secara personal akan mempengaruhi individu dalam bertindak. Jika dirasa nilai mayoritas kelompok di sekitar lingkungan individu memiliki kebenaran yang lebih ketimbang yang dimiliki individu sendiri, maka individu akan cenderung melakukan perubahan dengan menyesuaikan diri dengan sesama meskipun itu artinya mengabaikan nilai personal yang dimiliki. Demikian pula yang diungkapkan oleh Bond dan Smith (1996) dalam penelitiannya yang mengutarakan bahwa individu dengan budaya kolektivitas terutama di Asia, cenderung bersikap dan berperilaku karena memikirkan tujuan kelompok yang kongkrit sebagaimana sikap dan tindakan masing-masing anggota akan mencerminkan bagaimana nilai budaya yang dimiliki suatu kelompok tersebut, sehingga individu dalam budaya kolektivis cenderung menyetarakan sikap dan tindakannya sesuai dengan nilai dan norma yang telah berlaku dengan keyakinan bahwa mereka adalah bagian dari nilai budaya tersebut dan merupakan contoh nyata yang mampu mempresentasikan apa yang terkandung dalam budaya yang dimiliki. Kesimpulan dalam jurnal Bond dan Smith (1996) ini mengutarakan secara jelas bahwa indikasi nilai budaya memiliki peran dalam perilaku konformitas dan keterkaitannya dengan pengaruh sosial.

Adapun koefisien determinasi dengan r² = 0,131 menunjukkan bahwa sebesar 13,1% nilai kebudayaan Jawa secara umum berpengaruh pada konformitas dan 86,9% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Hal ini mengartikan bahwa nilai kebudayaan Jawa cukup berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya

(14)

individu melakukan konformitas dengan sesama, seperti halnya dengan hasil analisis yang menunjukkan bahwa aspek kedua nilai kebudayaan Jawa, yaitu nilai hubungan dengan sesama berpengaruh paling banyak terhadap variabel konformitas, yaitu sebanyak 12%. Nilai hubungan dengan sesama, meliputi ojo dumeh (jangan mentang-mentang atau sok dengan keluhuran, kekuatan dan kepandaian yang dimiliki), ojo mitunani liyan (jangan merugikan orang lain sebagaimana berbuat tidak baik dan memperlakukan semena-mena), dan mikul dhuwur mendhem jero (tidak membicarakan kekurangan yang dimiliki oleh keluarga terlebih orangtua dan senantiasa membicarakan kebaikannya). Secara garis besar nilai hubungan dengan sesama menunjukkan bahwa sebagai orang Jawa sebaiknya menjaga perasaan individu lain sebagaimana kita tidak ingin dilukai sehingga akan terjalin keharmonisan tali silahturahmi yang baik dengan senantiasa kepada sesama. Dengan demikian dapat diartikan bahwa individu dengan nilai budaya Jawa tinggi cenderung akan menyetarakan perilaku dengan mempertahankan nilai-nilai budaya Jawa yang diyakini akan mampu menjaga keharmonisan hubungan dengan sesama.

Apabila melihat pengkategorisasian, diketahui bahwa penelitian yang melibatkan 205 subjek ini menunjukkan bahwa kategorisasi nilai kebudayaan Jawa yang berada pada level sangat tinggi sebanyak 40 orang (19,5%), kategori tinggi sebanyak 47 orang (22,9%), kategori sedang sebanyak 38 orang (18,6%), kategori rendah sebanyak 48 orang (23,4%) dan kategori sangat rendah sebanyak 32 orang (15,6%). Sedangkan kategorisasi pada skala konformitas diketahui bahwa siswa yang berada pada level sangat tinngi sebanyak 29 orang (14,1%),

(15)

kategori tinggi sebanyak 54 orang (26,4%), kategori sedang sebanyak 58 orang (28,3%), kategori rendah sebanyak 30 orang (14,6%), dan kategori sangat rendah sebanyak 34 orang atau sebesar 16,6%. Dari hasil kategorisasai tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai kebudayaan Jawa pada siswa mayoritas berada pada level tinggi yaitu 22,9 % dan konformitas berada pada level sedang yaitu sebesar 28,3%.

Adapun dari hasil analisis tambahan diketahui bahwa sampel penelitian bersifat homogen, sebab hasil analisis menggunakan teknik independent sample t-test menunjukkan p = 0,437 (p>0,05), yang menandakan tidak adanya perbedaan hasil antara subjek perempuan maupun laki-laki dalam kecenderungan melakukan perilaku konformitas dan kaitannya dengan nilai kebudayaan Jawa yang dimiliki masing-masing subjek.

Berdasarkan hal tersebut, maka diketahui bahwa mayoritas siswa memiliki nilai kebudayaan Jawa yang tinggi, dan kecenderungan melakukan perilaku konformitas juga sanggup dikatakan cukup tinggi. Hal ini didukung oleh Asch (1961), bahwa perubahan sosial memang tidak melahirkan nilai, melainkan nilai yang mempengaruhi perubahan karena adanya tekanan sosial bahwa sebagai makhluk sosial, manusia cenderung mengkategorisasikan benar dan salah, sedangkan nilai yang sudah tertanam adalah suatu kabsahan yang benar dan individu cenderung memilih seragam dengan alasan kebutuhan untuk kesetaraan dan keseusaian. Teori tersebut didukung juga oleh Mulyana dan Rakhmat (2003), bahwa individu cenderung mengamati pola-pola tradisi yang tidak tertulis (nilai budaya) untuk diikuti sebagai acuan berperilaku dan bertindak. Sentra budaya

(16)

sebagai suatu tradisi memiliki beberapa ciri. Pertama, nilai itu diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Kedua, nilai itu mempengaruhi pola pikir dan perilaku yang kuat. Ketiga, nilai itu mengandung unsur supernatural, artinya orang akan merasa bersalahatau tidak “enak” (rikuh, ewuh pakewuh) apabila melanggarnya (Hariyono, 1993).

Hal ini berkaitan dengan budaya sebagai konstruk sosisopsikologis suatu kesamaan dalam sekelompok orang dalam fenomena psikologis seperti nilai, sikap, keyakinan dan perilaku. Anggota-anggota suatu budaya tertentu punya persamaan dalam fenomena-fenomena psikologis ini sedangkan bisa jadi anggota budaya lain tidak (Matsumoto, 2008). Dalam pengertian ini budaya merupakan konstruk individual-psikologis sekaligs konstruk sosial-makro. Artinya, sampai batas tertentu, budaya ada dalam setiap dan masing-masing individu secara personal sekaligus sebagai konstruk sosial-global. Perbedaan individual dalam budaya bisa diamati pada orang-orang dari satu budaya sampai batas dimana individu-individu mengadopsi dan terlibat dalam sikap, nilai, keyakinan dan perilaku-perilaku yang berdasarkan kesepakatan membentuk budaya itu sendiri (Matsumoto, 2008).

Salah satu alsan orang Jawa cenderung konform diakibatkan oleh adanya kesenjangan wewenang, kemampuan dan pengetahuan, dalam mengaktualisasikan diri, individu selalu berupaya dekat dan kompromis pada pemegang kekuasaan tertinggi. Kekuasaan yang dipercaya masyarakat menadapati dukungan secara magi yang mampu mengikat kekuatan-kekuatan diluar konsentrasi kekuasaan itu sendiri. Dengan demikian terbentuklah konsentrasi kekuasaan sebagai decision

(17)

maker tunggal, sehingga masyarakat dari budaya itu sendiri akan meminta petunjuk dan manut dalam dalam menjalankan tugasnya (Hariyono,1993). Orientasi yang menonjolkan pada suatu hubungan sosial akan menumbuhkan orientasi kekuasaan pada lingkup kelompok sosial. Budaya Jawa yang memiliki orientasi pada tata hubungan sosial pada masyarakat luas akan menumbuhkan sikap kekuasaan pad masyarakat itu. Masyarakat Jawa yang memiliki perhatian besar pada nilai hubungan sesama akan menumbuhkan sikap superioritas, Sikap superioritas itu terbentuk secara kolektf, lahir secara sporadis, dan tertutup sehingga sifat etnosentrismenya tak nampak (Hariyono,1993).

Bentuk kemasyarakatan Jawa pada dasarnya terdiri dari masyarakat kekeluargaan, masyarakat gotong royong dan berketuhanan. Tingkah laku dan adat sopan santun etnis Jawa terhadap sesamanya sangat berorientasi secara koleteral, yaitu bahwa mereka hidup tidak sendiri di dunia, maka hendaknya hidup dengan saling tolong menolong, saling memberikan bantuan, mengembangkan sikap tenggang rasa (tepa salira), dan berlaku conform dengan sesamanya dengan istilah yang lebih ringkas etnis Jawa mengintensifkan solidaritas antara para anggota suatu kelompok kerabat (Kontjaraningrat dalam Hariyono, 1993). Etnis Jawa terbiasa hidup rukun dengan saling berdampingan yang memiliki tujuan untuk mempertahankan keadaan masyarakat yang harmonis. Pribadi etnis Jawa secara personal akan berusaha untuk menghindar dari ketegangan masyarakat atau anatar pribadi yang menimbulkan konflik, dengan begitu hubungan sosial akan tetap tampak harmonis dan baik, meskipun harmonis dalam konteks ini sifatnya relatif, sebab biasanya orang Jawa akan menghindar

(18)

dengan konflik dengan cara membiarkan pemasalahan itu berlalu atau sekedar dibatinkan saja. Spontanitas dalam memberikan reaksi dengan mengambil posisi tertentu dianggap perilaku yang menyimpang dan tidak etis (Hariyono, 1993). Etika kebijaksanaan yang dimiliki oleh orang Jawa adalah hidup sesuai dengan peraturan-peraturan moral termasuk nilai-nilai kebudayaan yang berarti harus melawan nafsu-nafsunya dan harus rela untuk tidak memenuhi semua kepentingan jangka pendek (Suseno dalam Hariyono, 1993).

Hasil penelitian ini tidak terlepas dari berbagai kelemahan. Pertama yaitu, kurangnya referensi literatur untuk persoalan variabel bebas (nilai kebudayaan Jawa) yang memenuhi secara teoritik dan ilmiah serta sulitnya menemukan penelitian, artikel mengenai variabel terkait. Yang kedua, sedikitnya referensi penelitian konformitas sebagai variabel tergantung. Sedangkan yang terkahir atau ketiga adalah waktu pengambilan data terhitung kurang efektif sebab dirasa terlalu pagi dan subjek masih dalam keadaan lelah setelah melaksanakan upacara pagi. Sehingga konsentrasi masih belum maksimal dan belum siap menerima materi yang disampaikan peneliti, hal ini terlihat dari bias subjek saat mengisi kuisioner (alat ukur). Bias-bias tersebut berupa terlewatnya beberapa kolom aitem yang belum terjawab, dan lain sebagainya.

Referensi

Dokumen terkait

Program-program dan kerja sama yang dibuat oleh Matahari Department Store merupakan bentuk dari relationship oriented promotion untuk menciptakan loyalitas konsumen

Usahakan untuk tidak memeandikan bayi baru lahir dengan posisi berendam apabila tali pusat bayi belum puput atau belum terlepas.. Saat memakaikan popok, sebaiknya

Jasa Pemasaran TBS dan Angkutan Perolehan SHU pada jasa pemasaran TBS dan angkutan diperoleh dari pendapatan tanaman kelapa sawit yang dimiliki oleh anggota KUD

Pada kehamilan dizygotik, janin yang satu dapat meninggal (fetus papiraseus) atau diresorbsi sempurna, dan lainnya tumbuh terus sampai matur.. Letak &amp;

Sebab kematian korban ini dikarenakan luka tembak masuk jarak jauh dari arah depan pada daerah dada sebelah kiri yang mengenai jantung serta menyebabkan terjadinya perdarahan

Klasifikasi adalah suatu proses untuk mengelompokkan sejumlah data ke dalam kelas-kelas tertentu yang sudah diberikan berdasarkan kesamaan sifat dan pola yang terdapat dalam

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran

Tujuan penelitian ini dilakukan yaitu, untuk mengetahui eksistensi grup musik Gurindam Lamo dalam melestarikan seni tradisi tari balanse madam dan musik gamad di Kota