• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Pada Persatuan Istri Tentara (Persit) Di Batalyon Arhanudse 6

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Pada Persatuan Istri Tentara (Persit) Di Batalyon Arhanudse 6"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PEMBERIAN

ASI EKSKLUSIF PADA PERSATUAN ISTRI TENTARA

(PERSIT) DI BATALYON ARHANUDSE 6

ANNISA PRATIWI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Persatuan Istri Tentara (Persit) di Batalyon Arhanudse 6 adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

ANNISA PRATIWI. Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Persatuan Istri Tentara (Persit) di Batalyon Arhanudse 6. Dibimbing oleh M RIZAL M DAMANIK.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif. Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode pengisian kuesioner yang dilakukan di Batalyon Arhanudse 6, Jakarta pada bulan Mei-Juni 2014. Populasi pada penelitian ini berjumlah 84 subjek yang sedang menyusui. Pengambilan subjek dilakukan dengan purposive sampling. Subjek penelitian berjumlah 45 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi responden. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis bivariat yaitu Rank-Spearman. Hasil korelasi menunjukkan, pendidikan subjek berkorelasi positif terhadap pengetahuan subjek (r=0.319, p<0.05). Jumlah anak berkorelasi positif terhadap sikap subjek (r=0.302 , p<0.05). Pengetahuan subjek tidak terdapat hubungan terhadap sikap subjek. Pengetahuan dan sikap subjek tidak terdapat hubungan terhadap pemberian ASI eksklusif.

Kata kunci: ASI eksklusif, pengetahuan ibu, sikap

ABSTRACT

ANNISA PRATIWI. Mother’s Knowledge and Perspective on Exclusive Breast-feeding among ‘Persit’ (The Union of Soldier’s Wife) in Batalyon Arhanudse 6. Supervised by M RIZAL M DAMANIK.

The objective of this study to realize the knowledge and perspective of mother’s on exclusive breastfeeding. This study used cross-sectional study, in which questionnaire-filling and interview was carried out in Batalyon Arhanudse 6, North Jakarta from the month of May to June 2014. The number of population in this study consisted of 84 samples of breastfeeding mother. The sampling used purposive sampling. The study sample consisted of 45 samples with the inclusion criteria and were willing to be a respondent. The data were analysed with descriptive analysis and bivariate analysis with Rank—Spearman. Correlation test showed, the education sample had positive correlation with knowledge sample (r= 0.319, p<0.05). The number of children had positive correlation with perspective sample ((r=0.302 , p<0.05). The knowledge sample was not related to perspective sample. The knowledge as well as perspective sample was not related to the exclusive breastfeeding choice.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PEMBERIAN

ASI EKSKLUSIF PADA PERSATUAN ISTRI TENTARA

(PERSIT) DI BATALYON ARHANUDSE 6

ANNISA PRATIWI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini. Judul penelitian yang dipilih adalah Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Persatuan Istri Tentara (Persit) di Batalyon Arhanudse 6. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2014 di Batalyon Arhanudse 6, Jakarta. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof drh M Rizal M Damanik, MRepSc, PhD selaku pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak ilmu, masukan, nasihat, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

2. Ibu Dr Katrin Roosita, SP, M Si selaku dosen pemandu seminar dan penguji skripsi yang telah memberikan banyak masukan dan saran dalam perbaikkan skripsi.

3. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Kamisuryadi dan Ibu Minarni atas doa, dukungan, perhatian, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis, serta adik (M Al Fahreza) dan keluarga besar penulis.

4. Pembahas seminar (asri, imelda, evi, dan lusi) yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikkan skripsi ini.

5. Shony Marida Angriawan yang telah memberikan semangat yang luar biasa, dukungan, dan tempat mencurahkan keluh kesah dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat terkasih (Edelia Marselina, Shintia Aryani, Andina, Nenggi, Chika, Ochi, Destiara, Ediers, Sumarno, dan Autister genks) terima kasih untuk semuanya.

7. Teman-teman GM 47 yang memberikan warna warni selama di departemen gizi masyarakat.

8. Pihak Batalyon Arhanudse 6, para Persit dan contoh terima kasih telah banyak membantu dan bersedia dalam penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan yang dimuat dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan sehingga saran dan kritik sangat diperlukan untuk membuat skripsi ini lebih baik lagi. Semoga penelitian dan skripsi ini bermanfaat.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 5

Desain, Tempat, dan Waktu 5

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 5

Jenis dan Pengumpulan Data 5

Pengolahan dan Analisis Data 6

Definisi Operasional 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Gambaran Umum Batalyon Arhanudse 6 9

Karakteristik Contoh 9

Pengetahuan Contoh 12

Sikap Contoh 16

Pemberian ASI Eksklusif 19

Hubungan Karakteristik Contoh terhadap Pemberian ASI Eksklusif 20 Hubungan Karakteristik Contoh terhadap Pengetahuan dan Sikap 21

Hubungan Pengetahuan terhadap Sikap Contoh 22

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Pemberian ASI Eksklusif 22

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 22

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 26

(13)

DAFTAR TABEL

1 Peubah, alat, dan cara pengumpulan data 6

2 Jenis dan kategori pengukuran data 7

3 Sebaran contoh berdasarkan umur 10

4 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan terakhir contoh 10 5 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan yang contoh terima 11

6 Sebaran contoh berdasarkan jumlah anak contoh 11

7 Sebaran contoh berdasarkan akses informasi 12

8 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan 12 9 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan yang dijawab benar 13

10 Sebaran contoh berdasarkan kategori sikap 16

11 Sebaran contoh berdasarkan sikap positif dalam pemberian ASI eksklusif 17

12 Sebaran contoh berdasarkan pemberian ASI 19

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Penelitian 4

DAFTAR LAMPIRAN

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah gizi merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia, salah satunya yaitu tingginya persentase angka kematian bayi. Penyebab tingginya angka kematian bayi dapat terjadi mulai dari proses kehamilan sampai proses persalinan, bayi mengalami gizi kurang, termasuk pola pemberian makanan yang kurang tepat pada bayi seperti pemberian makanan pendamping ASI terlalu cepat atau terlalu lama. Meskipun Departemen Kesehatan menganjurkan agar bayi menerima ASI saja selama enam bulan pertama kehidupannya, hanya 18% dari bayi yang menerima ASI saja pada umur 4–5 bulan. Di Indonesia, hanya 30,2% ibu yang memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia enam bulan dan sebanyak 48,7% ibu yang memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia satu bulan (Riskesdas 2013).

Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif dicanangkan mengingat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pengaturan pemberian ASI Eksklusif (Pasal 2) bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya. Pemberian ASI eksklusif diberikan pada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain sehingga setiap ibu yang melahirkan bayi harus menolak pemberian susu formula bayi dan atau produk bayi lainnya (Pasal 12).

Salah satu tujuan pembangunan di DKI Jakarta adalah terciptanya peningkatan kualitas hidup masyarakat secara adil dan merata. Indikator keberhasilan peningkatan kualitas hidup adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang memadai. Salah satu indikator yang menunjukkan perbaikan kualitas kesehatan tersebut adalah penurunan angka kematian bayi dan balita, peningkatan angka harapan hidup, serta peningkatan gizi balita. Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Daerah (2008) di DKI Jakarta pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berusia kurang dari dua bulan sebesar 48,3%, untuk usia dua sampai tiga bulan sebesar 34,4%, bayi dengan usia empat sampai lima bulan sebesar 17,8%, 7,2% pada bayi berusia enam bulan dan 32,4% bayi berusia kurang dari 6 bulan. Jakarta Utara menempati posisi terendah kedua dalam pemberian ASI eksklusif yaitu hanya 29% pada tahun 2010 (Kemenkes RI 2012).

Pemberian ASI Eksklusif yang rendah oleh ibu menyusui di Indonesia disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi rendahnya pengetahuan dan sikap ibu, dan faktor eksternal meliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah, gencarnya promosi susu formula, faktor sosial budaya serta kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak (Prasetyono 2009).

(16)

2

pengajian yang rutin setiap minggunya. Hal demikian secara tidak langsung berpengaruh terhadap kewajiban ibu dalam menyusui anaknya khususnya ibu yang mempunyai anak yang berusia 0-6 bulan, seperti terdapat rasa tidak nyaman bagi ibu untuk menyusui di depan umum sehingga dapat menimbulkan alternatif pilihan beralih pada susu formula atau makanan tambahan ASI lainnya. Ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang yang lebih besar untuk menjalani program ASI eksklusif, sebagaimana menurut Juliastuti (2011) mengatakan bahwa ibu yang tidak bekerja akan semakin tinggi kemungkinan pemberian ASI eksklusif.

Ibu dapat menjalankan program ASI eksklusif jika mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang ASI eksklusif yaitu mengetahui manfaat ASI eksklusif, komposisi ASI, terutama dalam hal mengetahui cara mengekspresikan ASI dengan benar seperti mengetahui cara memerah ASI, cara menyimpan ASI yang baik dan benar, dan hal-hal yang terkait lainnya dalam pemberian ASI eksklusif sehingga ketika ibu sedang meninggalkan bayi mereka atau saat mengikuti kegiatan dalam asrama tetap dapat menjalankan program ASI eksklusif. Kurangnya pengetahuan tentang menyusui dari satu generasi bahkan lebih akan menyebabkan banyak ibu masa kini mendapati bahwa ibu dan nenek mereka rendah pengetahuan tentang menyusui dan tidak mampu memberikan banyak dukungan terhadap pemberian ASI sehingga pemberian ASI tidak dapat dilakukan (Welford 2008).

Melihat fenomena di atas mendorong rasa keingintahuan peneliti dalam menganalisis pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif, sebaran karakteristik ibu, dan pemberian ASI ibu baik eksklusif maupun non eksklusif.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1 Apakah terdapat hubungan antara karakteristik contoh yaitu umur, pendidikan, pendapatan yang contoh terima, dan jumlah anak dengan pemberian ASI eksklusif

2 Apakah terdapat hubungan antara karakteristik contoh yaitu umur, pendidikan, pendapatan yang contoh terima, dan jumlah anak dengan pengetahuan dan sikap contoh

3 Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap contoh

4 Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap contoh dalam pemberian ASI eksklusif

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

(17)

3

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

1. Mengidentifikasi karakteristik contoh (umur, pendidikan terakhir, pendapatan yang contoh terima, jumlah anak, dan akses informasi).

2. Menganalisis tingkat pengetahuan dan sikap contoh mengenai pemberian ASI eksklusif.

3. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh (umur, pendidikan terakhir, pendapatan yang contoh terima, dan jumlah anak) dengan pemberian ASI eksklusif.

4. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh (umur, pendidikan terakhir, pendapatan yang contoh terima, dan jumlah anak) dengan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.

5. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan contoh dengan sikap contoh dalam pemberian ASI eksklusif.

6. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap contoh dengan pemberian ASI eksklusif

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dan pengetahuan tentang ASI eksklusif sehingga dapat diaplikasikan dalam pemberian ASI eksklusif kepada anaknya dan dapat merubah sikap yang lebih baik lagi; dan bagi pemerintah diharapkan dapat mengadakan program pendidikan ASI dan membuat kebijakan dalam rangka mempromosikan ASI eksklusif secara intensif sehingga dapat membantu menurunkan angka gizi buruk dan angka kematian bayi di Indonesia.

KERANGKA PEMIKIRAN

ASI merupakan satu-satunya makanan yang paling baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi karena ASI mengandung zat gizi yang lengkap yang dapat diperoleh bayi pada awal kelahiran sampai berumur dua tahun. Pada bayi berusia 0-6 bulan pemberian ASI dan tidak memberikan makanan tambahan lain pada bayi sangat penting untuk mengoptimalkan proses pertumbuhan dan perkembangan bayi yang dinamakan dengan pemberian ASI eksklusif.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pemberian ASI eksklusif kepada bayi secara optimal. Faktor yang paling dominan adalah berasal dari ibu karena ibu yang mempunyai peran utama dalam proses pemberian ASI eksklusif. Beberapa faktor yang mempengaruhi ibu adalah umur, pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah anak, pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

(18)

4

positif ibu tentang pemberian ASI akan mempengaruhi peranan ibu dalam pemberian ASI sehingga akan mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Pada keluarga dengan pendapatan tinggi terdapat kecenderungan ibu beralih ke susu formula karena daya beli dan alasan praktis. Akan tetapi, keluarga dengan tingkat ekonomi atas memiliki kesempatan dan fasilitas yang lebih besar dalam mengakses informasi tentang ASI. Sedangkan anak yang tumbuh dalam keluarga yang kurang mampu sangat rawan terhadap masalah gizi kurang. Pengalaman memegang peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan terhadap tata laksana laktasi. Pengalaman seorang ibu dalam hal ini dilihat dari jumlah anak yang dilahirkan. Ibu yang melahirkan anak lebih dari satu kali cenderung untuk memberikan ASI kepada bayinya.

Ibu yang memberikan inisiasi dini kepada anaknya akan memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Hal tersebut juga berkaitan dengan promosi susu formula dimana apabila promosi susu formula tinggi maka akan ibu terpengaruh untuk memberikan susu formula kepada anaknya saat lahir bahkan sampai seterusnya sehingga menimbulkan kecenderungan negatif dalam pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif akan berpengaruh terhadap status gizi anak. Ibu yang menjalankan program ASI eksklusif maka anak akan memperoleh status gizi yang optimal dan tidak terhambat pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan ibu yang tidak menjalankan program ASI eksklusif.

Gambar 1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif

Karakteristik Ibu

Pemberian ASI Eksklusif

 Waktu Inisiasi Dini

 Promosi Susu Formula

Status Gizi Anak Pengetahuan Ibu Mengenai

ASI Eksklusif

Sikap Ibu Mengenai Pemberian ASI Eksklusif

Umur Pendidikan

(19)

5 Keterangan:

→ Variabel yang diteliti

→ Variabel yang tidak diteliti

→ Variabel yang dianalisis

→ Variabel yang tidak dianalisis

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional study, pengamatan terhadap variabel pengaruh dan terpengaruh dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di Batalyon Arhanudse 6, Jakarta Utara. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dengan pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian serupa serta lokasi yang dapat dijangkau oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2014.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Populasi dalam penelitian berjumlah 84 ibu yang sedang menyusui. Jumlah contoh dalam penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi yaitu sebanyak 45 contoh. Kriteria inklusi dalam penarikan contoh yaitu 1) ibu menyusui bayi 0-24 bulan, 2) tidak bekerja, 3) tinggal di dalam ruang lingkup Batalyon Arhanudse 6, 4) bersedia untuk diwawancara dan mengisi kuesioner, dan 5) mengumpulkan kuesioner.

Jenis dan Cara Pengambilan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada contoh dengan menggunakan kuesioner sedangkan data sekunder meliputi gambaran umum lokasi penelitian yang diteliti. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah (1) karakteristik ibu meliputi umur, pendidikan, pendapatan, jumlah anak, dan akses informasi tentang ASI eksklusif, (3) pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, dan (4) sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

(20)

6

sedangkan pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI eksklusif termasuk variabel dependent.

Cara pengambilan data di mulai dengan penyebaran kuesioner kepada populasi di tempat penelitian dengan bantuan dua orang kader posyandu. Kuesioner dibuat berdasarkan sumber-sumber seperti buku dan jurnal. Penyebaran kuesioner berlangsung selama satu hari tepatnya dari pagi hari sampai siang hari. Kader posyandu telah diberikan arahan sebelumnya mengenai petunjuk pengisian kuesioner dan kader posyandu hanya menyebarkan kuesioner pada ibu menyusui yang bersedia untuk mengisi kuesioner. Kuesioner yang telah dikumpulkan sebelumnya diperiksa kelengkapannya seperti semua pertanyaan dan pernyataan dapat terjawab semua oleh contoh dan tidak ada nomor atau data yang terlewat. Selanjutnya, dilakukan wawancara kepada beberapa contoh pada saat kegiatan volley dan senam untuk mengetahui lebih dalam seputar pemberian ASI eksklusif. Wawancara ini tidak dapat dilakukan kepada semua contoh karena keterbatasan waktu yang diberikan kepada peneliti dan karena beberapa hal di luar kemampuan peneliti.

Tabel 1 Variabel, alat, dan cara pengumpulan data primer

No Peubah Indikator Sumber Alat dan cara

(21)

7 untuk masing-masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel lalu dianalisis secara statistik. Tabel 2 Variabel dan kategori pengukuran data sekunder

No Variabel Kategori Pengukuran Dasar Pengukuran

1 Karakteristik Ibu Usia

1). ≤ 30 tahun

(22)

8

dimana terlebih dahulu dengan uji normal menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Apabila salah satu data/kedua-duanya tidak normal maka digunakan analisis korelasi Rank Spearman.

Pengetahuan ibu tentang ASI diukur dengan mengajukan 20 pertanyaan dan memberi skor pada jawaban dari kuesioner. Pemberian skor jawaban benar adalah (1) dan salah (0). Total skor maksimal adalah 20 dan minimal adalah 0. Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dihitung dengan membandingkan skor yang diperoleh dengan skor total kemudian disajikan dalam bentuk persentase. Selanjutnya menurut Khomsan (2000) dikategorikan menjadi 3 yaitu rendah, sedang, dan baik.

Sikap ibu tentang pemberian ASI diukur dengan mengajukan 30 pertanyaan pada ibu serta memberi skor pada jawaban dari kuesioner. Pemberian skor jawaban benar adalah (1) dan salah (0). Total skor maksimal adalah 30 pada ibu serta skor minimal adalah 0. Sikap ibu tentang pemberian ASI dihitung dengan membandingkan skor yang diperoleh dengan skor total kemudian disajikan dalam bentuk persentase. Total skor dikategorikan menjadi 3 yaitu rendah, sedang, dan baik (Khomsan 2000).

Data yang dianalisis secara deskriptif yaitu karakteristik ibu berdasarkan umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah anak, dan akses informasi tentang ASI, pengetahuan ibu tentang ASI dan sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif, serta pemberian ASI eksklusif. Variabel dengan jenis data kategorik tersebut disajikan dalam bentuk statistik deskriptif yang meliputi jumlah dan persentase.

Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji Spearman Correlation untuk menguji hubungan antara karakteristik contoh dengan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, karakteristik contoh dengan sikap ibu tentang pemberian ASI eksklusif, pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif, serta hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.

Definisi Operasional

Contoh adalah ibu rumah tangga menyusui bayi berusia 0-24 bulan, tidak bekerja, tinggal di dalam ruang ligkup Batalyon Arhanudse 6, dan bersedia untuk mengisi kuesioner dan mengembalikan kuesioner.

Umur contoh adalah ibu yang memiliki usia ≤ 30 tahun dan > 30 tahun

Pendidikan contoh adalah pendidikan formal yang telah ditamatkan ibu dimulai dari jenjang SD, SLTP,SLTA, dan Perguruan Tinggi.

Akses informasi tentang ASI adalah meliputi jenis media massa yang didengar/dibaca/dilihat mengenai ASI eksklusif serta sumber memperoleh informasi tersebut dan sumber informasi dalam hal gizi dan kesehatan yang dapat memberikan wawasan baru bagi ibu khususnya ASI eksklusif.

Pendapatan adalah pendapatan yang diterima contoh setiap bulannya dari suami contoh

(23)

9 dalam persentase serta dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu kurang, sedang, dan baik.

Sikap ibu tentang pemberian ASI adalah ungkapan perasaan ibu dan kecenderungan perilaku ibu tentang pemberian ASI eksklusif yang diukur dari beberapa pertanyaan kemudian dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang, sedang, dan baik.

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi yang berusia 0-6 bulan tanpa pemberian makanan atau minuman tambahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Batalyon Arhanudse 6 merupakan perwujudan dan rencana pembangunan delapan tahun TNI Angkatan Darat dalam rangka pembangunan komando Pertahanan Udara Angkatan Darat. Pada saat pertama kali dibentuk bernama Batalyon Kuning yang berkedudukan di Yosowilangun, Jawa Timur. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Panglima Angkatan Darat Nomor: Skep/Kpts-1620/II/1962 pada tanggal 26 November 1962 terhitung mulai tanggal 4 Desember 1962 disahkan menjadi Batalyon Artileri Sasaran Udara Sedang 6 (Yonarsuse 6) dan pada tahun 1965 istilah Arsuse 6 dirubah menjadi Arhanudse (Artileri Pertahanan Udara Sedang 6). Surat Perintah Kepala Staf Angkatan Darat Nomor: SP-1 14-2/2/1983 tanggal 4 Februari 1983, kedudukan satuan dipindahkan dari Yosowilangun ke Tanjung Priok, Jakarta Utara. Lokasi Yon Arhanudse-6 bertempat di Jalan Lagoa Kanal, Tg.Priok, Jakarta Utara. Tugas pokok yaitu melaksanakan pertahanan udara dari serangan musuh, serta melaksanakan tugas tambahan berupa penembakan langsung terhadap sasaran yang datang dari darat dan laut.

Jumlah penduduk di Batalyon sebanyak 1586 jiwa, terdiri dari 402 kepala keluarga (KK) dengan mayoritas beragama islam. Terdapat 6 RT dan 4 baterai didalam ruang lingkup Batalyon Arhanudse-6 yaitu baterai M, P, Q, dan R. Para tentara wajib tinggal dan menaati peraturan yang berlaku. Istri-istri prajurit tergabung dalam suatu persatuan yaitu Persatuan Istri Prajurit (Persit). Kegiatan rutin tiap minggu yang wajib diikuti yaitu senam, volley, dan pengajian. Kegiatan tiap minggu tersebut wajib diikuti karena jika anggota Persit tidak hadir maka akan dikenakan sanksi kepada suaminya.

Karakteristik Contoh Umur

(24)

10

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan umur (tahun)

Umur Frekuensi

Contoh dalam penelitian ini sebagian besar berumur dibawah sama dengan 30 tahun yaitu sebanyak 31 contoh (68.9%) dan contoh yang berumur diatas 30 tahun sebanyak 14 contoh (31.1%). Rata-rata umur contoh dalam penelitian ini adalah 29 tahun.

Pendidikan

Hidayat (2005), pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Juga menurut Notoadmodjo (2007) sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah mendapatkan informasi dan akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan terakhir

Pendidikan Frekuensi (n) Persen (%)

Tidak sekolah - -

Pendidikan terakhir contoh sebagian besar yaitu pada tingkat SLTA (73.3%), pada tingkat DIII (20%), dan hanya (6.7%) contoh pada tingkat S1. Semua contoh dalam penelitian ini berstatus non pekerja atau sebagai ibu rumah tangga, meskipun terdapat contoh dengan pendidikan sarjana.

Pendapatan

Salah satu ukuran ekonomi adalah tingkat pendapatan keluarga. Tingkat pendapatan yang lebih tinggi memberikan peluang lebih besar bagi keluarga untuk memilih pangan yang baik dari jumlah maupun jenisnya. Besar pendapatan keluarga menggambarkan tingkat kesejahteraan keluarga. Hal ini akan mempengaruhi pola pengeluaran dalam rumah tangga terutama untuk konsumsi pangan anggota rumah tangga yaitu bayi dan anak balita (Lawoyin 2001).

(25)

11 yaitu pada rentang 1-2 juta/bulan (31.1%), dan sebanyak (17.8%) pendapatan contoh pada rentang 3-4 juta/bulan, dan hanya (6.7%) contoh dengan pendapatan dibawah lima ratus ribu/bulan.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan yang diterima (Rp/bulan)

Kategori Frekuensi (n) Persen (%)

< 500000 3 6.7

Penelitian Wulandari (2007) menyatakan bahwa pengalaman memegang peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan terhadap tata laksana laktasi. Pengalaman seorang ibu dalam hal ini dilihat dari jumlah anak yang dilahirkan. Ibu yang melahirkan anak lebih dari satu kali cenderung untuk memberikan ASI kepada bayinya. Jumlah anak dibagi berdasarkan dua kategori yaitu primipara jika ibu pernah melahirkan seorang anak, dan multipara jika ibu melahirkan lebih dari satu anak.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan jumlah anak

Jumlah anak Frekuensi

Contoh dalam penelitian ini sebagian besar memiliki jumlah anak sebanyak dua anak (53.3%), contoh yang memiliki anak satu sebanyak 24 contoh (37.8%), contoh yang memiliki tiga anak hanya tiga contoh (6.7%), dan contoh yang memiliki empat anak sebanyak satu contoh (2.2%).

Sebagian besar umur anak contoh yaitu anak dengan umur di bawah delapan bulan, dan sisanya di atas umur delapan bulan dengan umur paling besar yaitu anak dengan umur 23 bulan.

Akses Informasi

Madanijah (2003), pengetahuan ibu selain dipengaruhi oleh pendidikan ibu, pendidikan ayah dan keadaan sosial ekonomi keluarga (pendapatan keluarga), juga dipengaruhi oleh akses terhadap informasi.

(26)

12

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan akses informasi mengenai pemberian ASI

Jenis Informasi Frekuensi (n) Persen (%)

Kader posyandu 23 51.1

Media cetak - -

Petugas kesehatan 3 6.7

Keluarga 3 6.7

Teman/tetangga 3 6.7

TV 7 15.6

Radio - -

Internet 6 13.3

Total 45 100.0

Kader posyandu memiliki peran sangat aktif kepada masyarakat di sekitar. Kader posyandu aktif mengikuti berbagai penyuluhan tentang kesehatan ibu dan anak, sehingga materi yang di dapat selanjutnya akan diinformasikan kepada ibu-ibu lainnya. Kader posyandu tidak sungkan untuk mengingatkan dan memberikan masukan ketika ibu menyusui secara non eksklusif. Kader posyandu memahami pengertian, kandungan, manfaat mengenai ASI eksklusif dan dampak dari meyusui secara tidak eksklusif. Kader posyandu juga mengetahui adanya Undang-Undang tentang ASI eksklusif.

Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pengetahuan

Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang baik berhubungan dengan frekuensi pemberian ASI. Menurut Soekirman (2000) pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tentang kontribusi gizi dari berbagai jenis makanan akan menimbulkan masalah kecerdasan dan produktifitas.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan

Kategori Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 35 77.8

Sedang 10 22.2

Rendah - -

Total 45 100

(27)

13 Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan yang dijawab benar

No Pertanyaan Frekuensi

3 ASI memiliki banyak manfaat karena ASI mengandung... 45 100

4 Makanan terbaik yang diberikan kepada bayi yang baru lahir

adalah...

42 93.3

5 Makanan yang sebaiknya dikonsumsi ibu ketika menyusui yaitu... 43 95.6

6 Bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui yaitu... 41 91.1

7 Kapan sebaiknya ASI diberikan kepada bayi... 33 73.3

8 ASI eksklusif terutama bermanfaat bagi... 38 84.4

9 Manfaat dari pemberian ASI eksklusif seperti di bawah ini,

12 Porsi makan pada ibu ketika menyusui adalah... 41 91.1

13 Kapan waktu yang tepat untuk memberikan susu formula kepada

bayi...

42 93.3

14 Manfaat ASI bagi ibu adalah seperti di bawah ini, kecuali... 43 95.6

15 Pemberian susu formula pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan

dapat menyebabkan...

44 97.8

16 Ketika ibu harus meninggalkan bayi ibu, maka yang harus ibu

siapkan adalah...

44 97.8

17 Cara memerah ASI yang benar adalah dengan cara... 17 37.8

18 ASI tidak mudah basi dan tahan jika disimpan pada suhu... 43 95.6

19 Cara untuk mencairkan ASI yang beku adalah dengan cara... 14 31.1

20 ASI yang disimpan pada suhu ruang dapat bertahan

sampai...

32 71.1

Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian terkait ASI yang pertama kali keluar, sebanyak 43 contoh (95.6%) dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan benar yaitu contoh menjawab kolostrum. ASI yang pertama kali keluar disebut kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna kekuning-kuningan, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel (Kristiyansari 2009).

Pertanyaan mengenai pemberian ASI saja selama enam bulan tanpa makanan tambahan, sebanyak 44 contoh (97.8%) dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan benar yaitu pemberian ASI saja selama 6 bulan tanpa makanan tambahan disebut ASI eksklusif. ASI eksklusif adalah ASI saja tanpa minuman lain termasuk air putih dan susu formula, tanpa makanan lain seperti bubur susu atau pisang kerik, tetapi obat cair dan suplemen diperbolehkan (Februhartanty 2009).

(28)

14

dan pertumbuhan bayi. Kandungan gizi yang lengkap tersebut menyebabkan ASI memiliki keunggulan yang tidak dapat ditiru oleh susu formula apapun (Hegar 2010).

Contoh dapat menjawab dengan benar pertanyaan mengenai makanan terbaik yang diberikan kepada bayi yang baru lahir yaitu sebanyak 42 contoh (93.3%) menjawab kolostrum. Makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir adalah kolostrum, karena kolostrum mengandung laktosa, lemak, dan vitamin larut air lenbih rendah, tetapi memiliki kandungan protein, mineral, dan vitamin larut lemak yang lebih tinggi. Selain itu kolostrum merupakan pencahar untuk mengeluarkan meconium dari usus bayi dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi bagi makanan yang akan datang (Kristiyansari 2009).

Contoh dapat menjawab dengan benar mengenai makanan yang sebaiknya dikonsumsi ibu ketika menyusui yaitu sebanyak 43 ibu (95.6%) menjawab makanan yang mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, lemak, vitamin, air dan mineral. Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup, selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas/hari.

Pertanyaan mengenai bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui, sebanyak 41 contoh (91.1%) menjawab ubi, singkong, dan cabe, sisanya contoh menjawab buah-buahan dan daging segar. Ibu menyusui harus memperhatikan makanan dan minuman apa saja yang baik dikonsumsi dan yang harus dibatasi, karena dapat berpengaruh terhadap laktasi ibu. Bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui yaitu bahan makanan yang merangsang seperti cabe, merica, jahe, kopi, dan alkohol; bahan makanan yang membuat kembung seperti ubi dan singkong, serta bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak (Kristiyansari 2009)

Pertanyaan mengenai kapan sebaiknya ASI diberikan kepada bayi, sebanyak 33 contoh (73.3%) menjawab sesering mungkin, dan sisanya ibu menjawab setiap satu jam sekali. Sebanyak 12 contoh dalam penelitian menyusui bayinya setiap satu jam sekali dimungkinkan karena bayi tidak menangis, ibu melakukan kegiatan rumah tangga, serta sesuai dengan keinginan ibu dalam pemberian ASI. Contoh menjawab dengan benar pertanyaan mengenai ASI eksklusif terutama bermanfaat bagi ibu dan bayi yaitu sebanyak 38 contoh (84.4%) dan sisanya ibu menjawab ASI eksklusif bermanfaat hanya untuk bayi saja. Contoh dalam penelitian belum memahami manfaat ASI terutama bagi bayi dan ibu mungkin dikarenakan ibu kurang peduli dalam mencari informasi seputar ASI. ASI eksklusif dapat memberikan manfaat bagi ibu dan bayi. Manfaat yang dapat dirasakan oleh ibu bagi ibu yang memberikan ASI eksklusif yaitu dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk kontriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat terhenti, selain itu manfaat yang dapat dirasakan ibu yaitu lebih ekonomis dan praktis karena dapat langsung diberikan kepada bayi kapanpun dan dimanapun, serta memberi kepuasan, kebanggaan, dan kebahagiaan yang mendalam karena telah berhasil memberikan ASI eksklusif (Roesli 2005).

(29)

15 yang mendapat ASI jarang mengalami kegemukan, ASI mengandung zat-zat gizi yang berkualitas tinggi yang berguna untuk kecerdasan, pertumbuhan, dan perkembangan anak. Contoh dapat menjawab pertanyaan dengan benar terkait sesuai dengan anjuran pemerintah, berapa lama ASI eksklusif sebaiknya diberikan yaitu sebanyak 40 contoh (88.8%) menjawab 0-6 bulan. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (PP Nomor 33 Tahun 2012).

Makanan tambahan ASI (MPASI) dapat diberikan kepada bayi ketika bayi berusia diatas enam bulan, semua contoh dalam penelitian dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan benar. Makanan pendamping ASI tidak diperlukan sebelum usia enam bulan karena ASI masih dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, serta saluran cerna belum siap/matang dalam mencerna makanan selain ASI (Nasar 2010).

Pertanyaan mengenai porsi makan pada ibu ketika menyusui, sebanyak 41 contoh (91.1%) menjawab lebih banyak dari porsi biasanya. Selama kehamilan dan menyusui kebutuhan gizi maternal meningkat untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin dan bayi selain untuk metabolisme maternalnya sendiri sehingga diperlukan kebutuhan yang lebih tinggi dari biasanya dengan meningkatkan porsi makan ibu (Prasmusinto 2010).

Contoh dapat menjawab dengan benar pertanyaan mengenai waktu yang tepat untuk memberikan susu formula kepada bayi yaitu sebanyak 42 contoh (93.3%) menjawab saat bayi berumur diatas enam bulan. Pertanyaan terkait bahaya susu formula yang diberikan pada bayi kurang dari umur enam bulan, sebanyak 44 contoh (97.8%) menjawab dengan benar yaitu diare dan alergi. Bayi yang mendapatkan susu formula dibawah umur enam bulan sangat rentan terserang penyakit. Bahaya yang dapat dirasakan bayi yaitu infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran pernapasan, meningkatkan resiko alergi, menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif, dan meningkatkan resiko kegemukan (Roesli 2008). Pertanyaan terkait yang tidak termasuk manfaat ASI bagi ibu yaitu sebanyak 43 contoh (95.6%) menjawab menyita waktu ibu dan merepotkan.

Contoh dapat menjawab dengan benar pertanyaan terkait yang harus disiapkan ibu ketika harus meninggalkan bayi yaitu sebanyak 44 contoh (97.8%) menjawab mempersiapkan ASI yang diperah dan disimpan sehingga bayi tetap menerima ASI. ASI eksklusif dapat berjalan meskipun ibu sibuk beraktivitas terutama di luar rumah dengan cara ibu dapat mempersiapkan ASI yang diperah dan disimpan dalam wadah yang steril (Indiarti 2008).

(30)

16

ASI yang benar adalah dengan cara memerah satun payudara selama 3-5 menit, kemudian beralih ke payudara lainnya.

Pertanyaan mengenai suhu yang tepat dalam penyimpanan ASI agar tidak mudah basi dapat dijawab dengan benar oleh 43 contoh (95.6%) yang menjawab dengan suhu rendah. Sebanyak 32 contoh (71.1%) dapat menjawab pertanyaan mengenai berapa lama ASI dapat bertahan jika disimpan pada suhu ruang yaitu contoh menjawab 6-8 jam, dan sisanya contoh menjawab selama 1 minggu. ASI banyak mengandung zat gizi, zat anti bakteri, dan anti virus sehingga perlu diperhatikan cara penyimpanan ASI. ASI akan tahan lama dan tidak mudah basi jika disimpan pada suhu yang rendah sehingga dapat menjaga komponen-komponen yang terkandung didalamnya. ASI dapat tahan selama 6-8 jam jika disimpan pada suhu ruang. Semakin rendah suhu maka ASI dapat bertahan lama bahkan hingga berbulan-bulan (Wilar dalam Suradi 2010).

Pertanyaan mengenai cara untuk mencairkan ASI yang beku dapat dijawab dengan benar oleh 14 contoh (31.1%) yaitu menjawab dengan cara dialirkan diatas air hangat yang mengalir. Sebagian besar ibu menjawab pertanyaan tersebut dengan memilih direbus diatas kompor dan dengan cara didiamkan saja sampai mencair. Menurut Indiarti (2008) ASI yang beku sebelum diberikan kepada bayi, dihangatkan terlebih dahulu dengan cara merendam wadah ASI dalam mangkuk yang berisi air hangat. ASI beku dapat dicairkan dengan cara menempatkan wadah penyimpanan ASI pada air hangat yang mengalir atau mangkuk yang berisi air hangat, dalam menghangatkan ASI sebaiknya tidak menggunakan microwave oven atau kompor untuk memanaskan ASI karena tindakan tersebut dapat meninggalkan noda serta menghancurkan antibodi yang terkandung didalam ASI. Sisa ASI pada wadah yang tidak dihabiskan saat menyusui tidak boleh dipergunakan ulang dan tidak dianjurkan membekukan kembali ASI setelah dicairkan atau dihangatkan (Wilar dalam Suradi 2010).

Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap dalam kehidupan seharihari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Mubarak et al. 2007). Berdasarkan Tabel 10, sikap contoh dalam penelitian ini sebagian besar termasuk dalam kategori baik (84.4%) dan sebanyak (15.6%) contoh termasuk dalam kategori sedang. Hal ini menggambarkan kecenderungan contoh dalam bersikap yaitu positif, dimana contoh ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya terutama dalam pemberian ASI eksklusif, meskipun tidak 100% contoh bersikap positif yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kategori sikap dalam pemberian ASI eksklusif

Kategori Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 38 84.4

Sedang 7 15.6

Rendah - -

(31)

17 Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan sikap positif ibu dalam pemberian ASI eksklusif

No Pernyataan n %

1 Apakah ibu setuju bahwa ibu harus memberikan susu formula ketika bayi baru lahir 24 53.3

2 Apakah ibu setuju bahwa memberikan susu formula lebih ekonomis dan praktis

daripada memberi ASI

40 88.8

3 Apakah ibu setuju ASI eksklusif bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan

anak

45 100

4 Apakah ibu setuju ASI eksklusif hanya diberikan pada bayi yang berusia 0-6 bulan 41 91.1

5 Apakah ibu setuju makanan prelaktal (seperti madu dan air putih) penting untuk diberikan pada bayi yang baru lahir

33 73.3

6 Apakah ibu setuju ibu akan memberikan ASI sesuai dengan keinginan ibu 34 75.6

7 Apakah ibu setuju bahwa ibu memberikan makanan tambahan lain selain ASI saat bayi

berusia di bawah 6 bulan

40 88.8

8 Apakah ibu setuju bahwa mengkonsumsi makanan lebih dari biasanya agar produksi ASI lancar

45 100

9 Apakah ibu setuju bahwa mengkonsumsi makanan bergizi untuk memenuhi kebutuhan

ASI

45 100

10 Apakah ibu setuju promosi susu formula pada bayi sangat penting dilakukan karena lebih praktis dan bermanfaat untuk tumbuh kembang bayi

35 77.8

11 Apakah ibu setuju susu formula sama baiknya/manfaatnya dengan ASI 40 88.8

12 Apakah ibu setuju menyusui lebih sering agar produksi ASI lebih lancar serta hubungan

ibu dan bayi menjadi lebih dekat

45 100

13 Apakah ibu setuju bahwa mendapatkan informasi mengenai ASI dari kader posyandu 45 100

14 Apakah ibu setuju bahwa ibu harus mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyusui

anak ibu

45 100

15 Apakah ibu setuju bahwa ibu harus mencari tahu informasi seputar ASI dalam pemberian ASI eksklusif

45 100

16 Apakah ibu setuju kombinasi ASI dan susu formula adalah yang terbaik bagi bayi 27 60

17 Apakah ibu setuju ketika bayi mengalami diare maka ibu tidak memberikan ASI melainkan menggantinya dengan memberikan susu formula

38 84.4 kerja sebaiknya disediakan tempat menyusui/ruang laktasi yang memadai

44 97.8

20 Apakah ibu setuju salah satu cara agar produksi ASI dapat meningkat yaitu minum segelas air putih pada saat sebelum dan sesudah menyusui

41 91.1

21 Apakah ibu setuju bahwa ibu belum memahami tentang proses inisiasi menyusu dini 41 91.1

22 Apakah ibu setuju bahwa menyusui dengan perasaan tenang dan nyaman dapat

meningkatkan produksi ASI

45 100

23 Apakah ibu setuju bahwa ASI yang di produksi ibu tidak mencukupi kebutuhan bayi 44 97.8

24 Apakah ibu setuju bahwa bayi di sapih ketika bayi berusia 2 tahun 44 97.8

25 Apakah ibu setuju bahwa pada saat kegiatan senam, volley, dan kegiatan asrama lainnya, ibu merasa malu dan canggung untuk menyusui di depan umum

40 88.8

26 Apakah ibu setuju bahwa ibu memberikan susu formula atau bubur dan makanan lainnya ketika mengikuti kegiatan di dalam asrama pada saat keadaan ibu menyusui

29 64.4

27 Apakah ibu setuju bahwa lebih memilih untuk membeli makanan dari kantin atau luar

asrama dibanding memasak makanan sendiri

43 95.6

28 Apakah ibu setuju bahwa sering bertukar pikiran dengan tetangga atau keluarga mengenai hal-hal yang terkait menyusui agar dapat memberikan yang terbaik untuk anak

44 97.8

29 Apakah ibu setuju bahwa suami dan keluarga harus memberikan dukungan untuk

program ASI eksklusif

45 100

(32)

18

Contoh dalam penelitian memberikan susu formula kepada bayinya ketika baru lahir sebanyak 21 contoh (46.7%). Sebagian besar contoh menyatakan pada hari pertama kelahiran ASI contoh belum keluar, karena takut bayi kelaparan maka alternatif yang dipilih yaitu dengan memberikan susu formula. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya pengetahuan contoh dan sikap contoh yang tidak sabar atau cemas bayi mereka kelaparan, padahal dalam kondisi stabil pada 48 jam pertama kehidupannya, bayi tidak memerlukan asupan makanan. Bayi menangis bukan karena lapar, tetapi karena memerlukan kontak dengan ibunya. Selain itu bayi yang baru lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari (Yuliarti 2010).

Sebanyak 5 contoh (11.11%) merasa susu formula lebih ekonomis dan praktis daripada memberi ASI, padahal pemberian ASI tidak perlu mengeluarkan biaya (ekonomis) dan dapat langsung diberikan kepada bayi dimanapun dan kapanpun (praktis). Semua contoh dalam penelitian (100%) menyatakan ASI bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebanyak (91.1%) contoh menyatakan ASI eksklusif diberikan pada bayi berusia 0-6 bulan. Sebanyak (26.7%) contoh menyatakan makanan prelaktal (seperti madu dan air putih) penting untuk diberikan pada bayi yang baru lahir. Contoh memberikan ASI sesuai dengan keinginan ibu sebanyak (24.4%) dan memberikan makanan tambahan saat bayi berusia dibawah 6 bulan sebanyak (11.11%). Semua contoh mengkonsumsi makanan dengan porsi lebih dari biasanya dan mengkonsumsi makanan yang bergizi agar produksi ASI lancar.

Menurut 10 contoh (22.2%) promosi susu formula pada bayi sangat penting dilakukan karena lebih praktis dan bermanfaat untuk tumbuh kembang bayi. Sebagian besar contoh merasa ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi dan karena ASI tidak keluar maka kecenderungan contoh dalam mendukung promosi susu formula cukup besar, sehingga sebanyak 5 contoh (11.11%) contoh menyatakan susu formula sama baiknya/manfaatnya dengan ASI. Semua contoh (100%) menyatakan menyusui lebih sering agar produksi ASI lebih lancar serta hubungan ibu dan anak menjadi lebih dekat, contoh mendapatkan informasi seputar ASI dari kader posyandu, contoh mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyusui, dan contoh mencari tahu informasi seputar ASI untuk menunjang pemberian ASI eksklusif. Hampir sebagian besar contoh (40%) menyatakan kombinasi ASI dan susu formula adalah yang terbaik bagi bayi padahal tidak ada cairan lain apapun yang dapat menggantikan ASI dan kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan dapat terpenuhi oleh ASI saja.

(33)

19 Semua contoh merasa menyusui dengan perasaan tenang dan nyaman dapat meningkatkan produksi ASI. Terdapat satu contoh (2.2%) yang merasa produksi ASI contoh tidak mencukupi kebutuhan bayi dan sebanyak (97.8%) menyatakan bayi disapih ketika bayi berusia dua tahun.

Kegiatan rutin dalam asrama yang diadakan setiap minggunya yaitu kegiatan volley, senam, dan pengajian. Kegiatan-kegiatan tersebut wajib diikuti meskipun tidak ikut bermain volley atau senam namun partisipasi anggota sangat diwajibkan, apabila tidak hadir maka akan diberikan sanksi. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak membuat canggung bagi contoh yang harus menyusui bayinya di depan umum yaitu sebanyak (88.8%), namun sekitar (35.6%) contoh memberikan makanan tambahan lain selain ASI pada saat mengikuti kegiatan tersebut. Rata-rata (95.6%) contoh lebih memilih untuk memasak makanan sendiri dibanding membeli makanan dikantin atau diluar dan sebanyak (97.8%) contoh sering bertukar pikiran dengan tetangga atau keluarga mengenai hal-hal yang terkait menyusui. Semua contoh (100%) menyatakan suami dan keluarga memberikan dukungan untuk ibu menjalani ASI eksklusif dan semua contoh mengikuti seluruh kegiatan asrama.

Pemberian ASI Eksklusif

Keberhasilan menyusui sedini mungkin akan menentukan keberhasilan menyusui pada tahap selanjutnya. ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi. Hal ini akan terus menerus berlangsung untuk menyediakan setengah atau lebih dari kebutuhan gizi anak selama dua tahun kehidupannya (Shaili et al. 2012). Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian ASI saja hingga bagi berusia 6 bulan atau dikenal dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi umur 0—6 bulan sangat dianjurkan dan memberikan makanan pendamping ASI secara benar setelah itu sampai bayi/anak berumur 2 tahun (Fewtrell et al. 2007). ASI eksklusif merupakan makanan yang diberikan kepada bayi yaitu hanya ASI saja, tanpa cairan lain kecuali cairan obat, vitamin, dan suplemen mineral (Mohamed 2012).

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pemberian ASI

Pemberian ASI Frekuensi

Contoh dalam penelitian sebagian besar tidak menyusui secara eksklusif (84.4%) dan contoh yang menyusui secara eksklusif hanya (15.6%). Sebagian besar contoh menyatakan alasan tidak menyusui secara ASI eksklusif dikarenakan ASI contoh tidak keluar, merasa malas memberikan ASI, produksi ASI tidak cukup, bayi masih saja menangis meskipun telah diberikan ASI sehingga beralih ke susu formula atau makanan tambahan lainnya, ibu tidak sabar dalam pemberian laktasi, dan ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.

(34)

20

mendapatkan info seputar ASI eksklusif dari kader posyandu. Pengetahuan dan sikap contoh yang menyusui secara eksklusif termasuk kategori baik yang menunjukkan contoh dapat menerapkan penegtahuan yang dimilikinya dengan sikap positif yang contoh berikan sehingga perilakunya akan lebih konsisten.

Kader posyandu memegang peranan penting dalam membantu tenaga kesehatan untuk mendukung kesehatan ibu dan anak. Kader posyandu di Batalyon Arhanudse-6 dari wawancara langsung mempunyai pengetahuan yang cukup baik terutama tentang ASI eksklusif. Para kader mengetahui pentingnya ASI eksklusif, dan mereka membenarkan bahwa sebagian besar para ibu tidak ASI eksklusif dengan alasan sama dengan apa yang contoh jelaskan. Para kader posyandu telah menjelaskan dan mengajak ibu-ibu terutama ibu menyusui untuk berperan serta dalam program pemerintah untuk menjalankan ASI eksklusif, namun menurut para kader posyandu, ibu-ibu menyusui tidak mendengarkan dan peduli dengan omongan para kader. Hal ini terjadi karena kebiasaan atau sistem yang ada di Batalyon khususnya, dimana omongan dari orang yang mempunyai jabatan akan lebih didengar dan diikuti dibanding dengan orang dibawah mereka/jabatan lebih rendah. Jadi, ketika suami kader posyandu mempunyai jabatan yang lebih tinggi dibanding jabatan suami contoh, maka omongan kader posyandu akan lebih dihargai, diterima, dan diikuti. Namun, ketika suami contoh mempunyai jabatan lebih tinggi dibanding suami kader posyandu, maka omongan kader posyandu akan diabaikan sehingga meskipun kader posyandu telah menjelaskan pentingnya ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif, dampak dari tidak ASI eksklusif, hal tersebut menjadi sia-sia dan tidak akan diikuti atau didengar oleh ibu.

Hubungan Karakteristik Contoh terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Karakteristik subjek yang dihubungkan terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu umur, pendidikan, pendapatan, dan jumlah anak. Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur subjek terhadap pemberian ASI eksklusif (p>0.05). Hal ini menjelaskan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak disebabkan secara utama oleh umur subjek, subjek yang menyusui secara eksklusif terdapat pada golongan subjek yang berumur diatas 30 tahun maupun dibawah sama dengan umur 30 tahun. Ada bukti yang konsisten menunjukkan bahwa ibu yang lebih tua lebih mungkin untuk menyusui bayi mereka daripada ibu yang lebih muda (Scott and Binns dalam Weiqi 2010).

Pendidikan subjek rata-rata pada tingkat SLTA. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pendidikan subjek dengan pemberian ASI eksklusif (p>0.05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sartono dan Utaminingrum (2012) yaitu tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif, menunjukkan bahwa pendidikan formal ibu tidak berpengaruh terhadap tindakan nyata ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayi.

(35)

21 dimana tidak terdapat hubungan secara nyata antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jumlah anak dengan pemberian ASI eksklusif (p>0.05). Subjek baik dengan jumlah anak satu, dua, tiga atau empat, dalam penelitian ini tidak mempengaruhi subjek untuk menyusui secara ASI eksklusif maupun non eksklusif. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Lene et al. (2010) di Norway, jumlah anak berhubungan dengan pemberian asi eksklusif. Semakin banyak jumlah anak maka kecenderungan ibu untuk memberikan asi eksklusif lebih tinggi.

Hubungan antara Karakteristik Subjek dengan Pengetahuan dan Sikap

Karakteristik subjek yang dihubungkan dengan pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif yaitu umur, pendidikan, pendapatan, dan jumlah anak. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang nyata antara pendidikan subjek dengan pengetahuan subjek (r=0.319, p<0.05) dimana semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka pengetahuan ibu semakin baik. Menurut Khomsan (2002) ibu yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan lebih semangat untuk mencari dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam pengasuhan anaknya. Umur, pendapatan, dan jumlah anak tidak terdapat hubungan dengan pengetahuan subjek (p>0.05).

Jumlah anak mempunyai hubungan yang positif dengan sikap subjek (r=0.302, p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak anak contoh maka sikap positif contoh lebih besar dibanding sikap negatif contoh, sehingga contoh yang mempunyai anak lebih dari satu mempunyai pengalaman dan kesiapan dalam bersikap. Jika ibu sudah memiliki sikap yang kuat dalam memberikan ASI eksklusif, maka perilakunya menjadi lebih konsisten (Kamudoni 2007). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara umur, pendidikan, dan pendapatan contoh dengan sikap contoh (p>0.05).

Hasil dari pertanyaan terbuka dan wawancara pada penelitian, sebagian besar contoh memahami definisi dari ASI eksklusif yaitu pemberian ASI pada bayi berusia 0-6 bulan. Hal ini berbeda dengan jawaban contoh baik pada pertanyaan pilihan ganda maupun pernyataan sikap, dimana contoh dapat menjawab dengan benar definisi ASI eksklusif. Meskipun sebagian besar contoh tidak ASI eksklusif, namun contoh mengetahui manfaat dari ASI eksklusif. Selain itu, contoh menyatakan ketika harus meninggalkan bayi dirumah karena ada kepentingan diluar, contoh memberikan ASI perah yang disimpan didalam freezer, namun sebagian contoh lebih memilih untuk memberikan susu formula dengan alasan lebih praktis. Sebagian contoh tidak setuju dengan pemberian makanan tambahan pada bayi berusia dibawah 6 bulan karena pencernaan bayi belum siap, ASI saja sudah cukup, namun sebagian lagi setuju dengan alasan karena ASI tidak cukup memenuhi kebutuhan bayi, bayi masih menangis setelah disusui sehingga contoh berpersepsi bayi masih lapar dan tidak puas dengan ASI yang diberikan.

Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Subjek

(36)

22

terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap subjek (p>0.05). Hal ini menunjukkan contoh yang mempunyai kategori pengetahuan yang baik belum tentu mempunyai sikap yang baik pula. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Saied et al. (2013) dimana terdapat hubungan positif antara pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI eksklusif, yang menunjukkan apabila ibu memiliki pengetahuan yang baik maka sikapnya akan lebih positif terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Penelitian Rachmadewi (2009) dimana terdapat hubungan positif antara pengetahuan dan sikap dalam pemberian ASI eksklusif.

Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap subjek dengan pemberian ASI eksklusif (p>0.05). Penelitian ini tidak menunjukkan contoh dengan kategori pengetahuan baik akan mempunyai peluang lebih besar untuk menyusui secara eksklusif karena sudah memahami dan menerapkan dengan baik pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Foo et al. (2005) dan Uchendu et al. (2009) dimana terdapat hubungan yang cukup baik antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Ketidaksesuaian ini diduga karena kurangnya kemampuan ibu dalam menerapkan pengetahuan dan sikap yang dimilikinya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sebagian besar contoh dalam penelitian ini berusia dibawah 30 tahun, pendidikan terakhir SLTA, rata-rata pendapatan contoh sebagian besar termasuk dalam rentang 2-3 juta/bulan, rata-rata jumlah anak contoh sebanyak dua anak, dan rata-rata contoh mendapatkan informasi seputar ASI eksklusif dari kader posyandu. Ibu menyusui secara eksklusif dalam penelitian ini sangat rendah, sebagian besar contoh memilih untuk menyusui tidak secara eksklusif dengan alasan ASI tidak keluar, ASI saja tidak cukup, dan persepsi lainnya yang timbul sehingga ibu lebih memilih beralih pada susu formula dan makanan tambahan lainnya.

(37)

23 menunjukkan pengetahuan dan sikap yang baik belum tentu dapat diterapkan oleh contoh dalam kaitannya dengan pemberian ASI eksklusif.

Saran

Kader posyandu perlu memahami secara lebih lengkap pengetahuan mengenai laktasi. Kader posyandu sebaiknya mengetahui fisiologi atau bagaimana cara ASI diproduksi dan tata cara menyusui yang benar sehingga para kader posyandu dapat memberi tahu kepada ibu-ibu sejak kehamilan sampai persalinan dan menyusui sehingga tidak terjadi adanya sindrom ASI yang menjadi salah satu penyebab ibu menyusui secara tidak eksklusif. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya perlu dikaji lebih dalam melalui wawancara secara langsung kepada ibu menyusui, suami, pihak Batalyon agar didapatkan data yang valid dan menggali lebih dalam dengan pertanyaan terbuka agar didapatkan hasil yang sesuai dengan sebenarnya atau validitas yang kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Adwinanti V. 2004. Hubungan praktek pemberian ASI dengan pengetahuan ibu tentang ASI, kekhawatiran ibu, dukungan keluarga, dan status gizi bayi usia 0-6 bulan [skripsi] Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Afifah DN. 2007. Faktor-faktor yang berperan dalam kegagalan praktek pemberian ASI eksklusif [tesis] Semarang: Universitas Diponegoro.

Anggrita K. 2009. Hubungan karakteristik ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Medan Amplas tahun 2009 [skripsi] Medan: Universitas Sumatera Utara.

Asmijati. 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tiga Raksa Kecamatan Tiga Raksa dati II Tangerang [tesis] Depok: Universitas Indonesia.

Chaudary RN, Shah T, Raja S. 2011. Knowledge and practice of mothers regarding breastfeed: a hospital based study. Nepal Journal Online, 9(3), 194-200.

Carlson. 2008. Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.

Fewtrell, Mary S, Morgan JB, Duggan C, Gunnlaugsson, Hibberd PL, Lucas A and Kleinman RE. 2007. Optimal Duration of Exclusive Breast Feeding: What is the Evidence to Support Current Recommendations. American Journal of Clinical Nutrition, 85(2), 6355-6385.

Foo LL, SJS Queck, MT Lim, M Deurenberg-Yap. 2005. Breastfeeding prevalence and practices among Singaporean chinese, malay, and indian mothers. Health Promotion International 20(3).

(38)

24

Hegar B. 2010.Nilai Menyusui: Indonesia Menyusui hal: 1-9. Editor : Badriul Hegar, Rulina Suradi, A. Nanis Sacharina Marzuki, Yovita Ananta, I Gusti Ayu Pratiwi. Jakarta: IDAI.

Helmi, Maizu. 2010. Analisis hubungan pengetahuan, sikap, dan faktor lainnya terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi 6-12 Bulan di wilayah kerja Puskesmas W Koto Kinali Pasaman Barat Tahun 2010 [skripsi] Depok: Universitas Indonesia.

Indiarti M. 2008. ASI, Susu Formula dan Makanan Bayi. Yogyakarta: Elmatera-Publishing

Kamudoni, P., K. Maleta, Z. Shi, & G.H. Ottesen. 2007. Feeding pratices in the first 6 months and associated factors in a rural and suburban community in Mangochi District, Malawi. Journal of Human Lactation, 23, 325. Kementrian Kesehatan RI [Kemenkes]. 2012. Data/Informasi Kesehatan Provinsi

DKI Jakarta: Persentase Pemberian ASI Eksklusif Provinsi DKI Jakarta tahun 2010.

Kristiyansari, W. 2009. ASI, Menyusui & Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika. Khomsan, Ali. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Diktat Departemen

Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Lawoyin, T.O., J.F. Olawoyi, & M.O Onadeko. 2011. Factors associated with exclusive breastfeeding in Ibadan, Nigeria. Journal of Human Lactation, 17, 321.

Lene A.K, Lande B, Cecilie N.O, Frost L.A. 2010. Factors associated with exclusive breast-feeding and breastfeeding in Norway. Public Health Nutrition: 13(12), 2087–2096. doi:10.1017/S1368980010002156.

Lestari. 2012. Motivasi ibu bekerja dalam memberikan ASI ekslusif di PT Dewhirts mens wear Indonesia [skripsi] Bandung: Fakultas KesehatanMasyarakat, Universitas Padjajaran Bandung.

Madanijah, S. 2003. Model Pendidikan ―KELUARGA SEHAT‖ bagi Ibu serta

Dampaknya terhadap Perilaku Ibu, Lingkungan Pembelajaran, Konsumsi Pangan dan Status Gizi Anak Usia Dini. Disertasi Doktor IPB, Bogor.

Mohamed A. 2012. Breastfeeding knowledge, attitude, and practice among school teachers in Abha female education district, Southwestern Saudi Arabia. International Breastfeeding Journal, 7(10).

Mubarak WI, Chayatin N, Rozikin K, Suoradi. 2007. Promosi Kesehatan— Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nasar S. 2010. Makanan Pendamping ASI (MPASI): Indonesia Menyusui hal: 272-274. Editor : Badriul Hegar, Rulina Suradi, A. Nanis Sacharina Marzuki, Yovita Ananta, I Gusti Ayu Pratiwi. Jakarta: IDAI.

Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

(39)

25 Nurini, LP. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu Multipara dalam pemberian ASI eksklusif di KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Puskesmas Kecamatan Cilincing [skripsi] Depok: Universitas Indonesia.

Prasetyono DS. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Diva Press: Yogyakarta.

Prasmusinto D. 2010. Nutrisi untuk Ibu Menyusui: Indonesia Menyusui hal: 298-301. Editor : Badriul Hegar, Rulina Suradi, A. Nanis Sacharina Marzuki, Yovita Ananta, I Gusti Ayu Pratiwi. Jakarta: IDAI.

Rachmadewi A. 2009. Pengetahuan, sikap, dan praktek pemberian ASI serta status gizi bayi usia 4-12 bulan di pedesaan dan perkotaan [skripsi] Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Roesli U. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya, pp: 3-35. Roesli U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka

Bunda.

Saied H, Mohamed A, Suliman A, Al Waada A. 2013. Breastfeeding knowledge, attitude, and barriers among Saudi women in Ridadh. Journal of Natural Sciences Research, 3(12).

Sartono A, Utaminingrum H. 2012. Hubungan pengetahuan ibu, pendidikan ibu, dan dukungan suami dengan praktek pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Telogosari Kota Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang, 1(1).

Scott JA, CW Binns, WH Oddy, KI Graham. 2006. Predictors of breastfeeding duration: evidence from a cohort study. Pediatrics 117:e646-e655.

Shaili V, Parul S, Jayanti S, Anurag S, Vipul N, Kanapal SD. 2012. A community based study on breastfeeding practices in a rural area of Uttarakhand. National Journal of Community Medicine, 3(2).

Uchendu U, Ikefung A, Emudi I. 2009. Exclusive breastfeeding—the relationship between maternal perception and practice. Journal of Clinical Practice, 12(4), 403-406.

Utami H. S. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam praktek pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2012 [skripsi] Depok: Universitas Indonesia.

Veghary G, Mansourian A, Abdollahi A. 2011. Breastfeeding status and some related factors in Northern Iran. Oman Medical Journal, 26(5), 342—348. Weiqi C. 2010. Breastfeeding knowledge, attitude, practice and related

determinants among mothers in Guangzhou, China [thesis] Hongkong: University of Hong Kong.

Welford H. 2008. Menyusui Bayi Anda. Jakarta: Dian Rakyat

Wilar R. 2010. Sukses Menyusui Saat Bekerja dalam: Indonesia Menyusui hal: 255-256. Editor : Badriul Hegar, Rulina Suradi, A. Nanis Sacharina Marzuki, Yovita Ananta, I Gusti Ayu Pratiwi. Jakarta: IDAI.

Yulianah N, Bahar B, Salam A. 2013. Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan kepercayaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone tahun 2013. Makassar: Universitas Hasanudin

(40)

26

(41)

27

KUESIONER PENELITIAN

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PEMBERIAN

ASI EKSKLUSIF PADA PERSATUAN ISTRI PRAJURIT

(PERSIT) DI BATALYON ARHANUDSE 6

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(42)

28

DATA IDENTITAS

A. Karakteristik Ibu

(Beri tanda silang yang sesuai dengan keadaan ibu yang sebenarnya)

A1. Nama :

A2. Umur :

A3. Pendidikan terakhir : a. Tidak sekolah b. SD

c. SMP d. SMA e. S1

f. lainnya (tuliskan)... A4. Besar Pendapatan: a. Dibawah Rp 500.000 per bulan

b. Rp 500.000 - 1.000.000 per bulan c. Rp 1.000.000 - 2.000.000 per bulan d. Rp 2.000.000 - 3.000.000 per bulan e. Rp 3.000.000 - 4.000.000 per bulan f. Diatas Rp 5.000.000 per bulan A5. Akses Informasi :

a. Kader Posyandu b. Media Cetak c. Petugas Kesehatan d. Keluarga e. Teman/tetangga f. TV

g. Radio h. Internet

i. Lainnya (tuliskan)…………...

A6. Jumlah Anak :

(43)

29

Petunjuk Pengisian

1. Pilihlah satu jawaban pada setiap pernyataan-pernyataan di bawah ini yang

paling menggambarkan pengetahuan dan keadaan ibu sesungguhnya,

bukan yang terbaik atau idealnya.

2. Jawablah dengan jujur dan seksama, berdasarkan apa yang ibu pahami pada setiap pertanyaan.

3. Beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban dari empat pilihan yang tersedia. 4. Pastikan semua jawaban terisi dan tidak ada yang terlewat.

B.

Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif

B1. ASI yang pertama kali keluar disebut a. Kasein

b. ASI transisi c. Kolostrum d. ASI eksklusif

B2. Pemberian ASI saja selama 6 bulan tanpa makanan tambahan disebut a. Inisiasi menyusu dini

b. ASI eksklusif c. MPASI d. ASI transisi

B3. ASI memiliki banyak manfaat karena ASI mengandung a. Komponen gizi yang lengkap

b. Karbohidrat, protein, lemak c. Vitamin dan mineral

d. Protein, lemak, dan mineral

B4. Makanan terbaik yang diberikan kepada bayi yang baru lahir adalah a. Air putih

b. Susu formula c. Madu

d. Kolostrum

B5. Makanan yang sebaiknya dikonsumsi ibu ketika menyusui yaitu a. Makanan yang mengandung vitamin dan mineral

b. Makanan yang mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, lemak, vitamin, air dan mineral

c. Makanan yang mengandung protein tinggi d. Makanan yang mengandung lemak tinggi

B6. Bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui yaitu a. Buah-buahan

b. Daging segar

c. Ubi, singkong, dan cabe d. Ikan segar

Gambar

Gambar 1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
Gambaran Bagian Sosial
Tabel 2 Variabel dan kategori pengukuran data sekunder
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan umur (tahun)
+7

Referensi

Dokumen terkait

However, the data for several variables that have a theoretical relationship to the demand and supply of railroad grain transportation service is not published quarterly,

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di atas melihat tingkat kesuksesan perusahaan obyek penelitiannya dari kinerja industri atau kinerja perusahaan dengan melihat

Memahami informasi lisan, Mengungkapkan informasi secara lisan, Memahami wacana tulis dan Mengungkapkan informasi secara tertulis berbentuk paparan atau dialog tentang perkenalan

[r]

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, besarnya masukan energi pada proses pengolahan di setiap tahapan proses mulai dari pelayuan pucuk teh, penggilingan dan

Salah satu acara unggulan pada stasiun televisi Trans 7 dan merupakan salah satu program acara terlama, jejak petualang hadir sebagai tayangan dokumenter untuk memberikan

[r]

3) Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar atau prestasi belajar siswa pada tes akhir (post test) adalah kurang ada peningkatan sedikit setelah melakukan permainan