• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Partisipatif Pada Taman Lingkungan Permukiman Di Pondok Melati, Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Desain Partisipatif Pada Taman Lingkungan Permukiman Di Pondok Melati, Bekasi"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN PARTISIPATIF PADA TAMAN LINGKUNGAN

PERMUKIMAN DI PONDOK MELATI, BEKASI

SITI CHADIJAH DWILUTHFIANTI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Desain Partisipatif Pada Taman Lingkungan Permukiman Di Pondok Melati, Bekasi” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Siti Chadijah Dwiluthfianti

(4)
(5)

ABSTRAK

SITI CHADIJAH DWILUTHFIANTI. Desain Partisipatif Pada Taman Lingkungan Permukiman Di Pondok Melati, Bekasi. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN.

Desain partisipatif adalah sebuah metode desain yang melibatkan pengguna disekitarnya untuk ikut terlibat dalam proses desain. Taman lingkungan merupakan sebuah ruang terbuka dengan fungsi baik sosial dan estetika sebagai media untuk kegiatan rekreatif atau kegiatan lainnya di kawasan perumahan (UU No 5 Tahun 2008). Taman lingkungan adalah ruang terbuka hijau yang paling dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Kelebihan penggunaan desain partisipatif dalam mendesain adalah rasa kepemilikan taman lingkungan yang berada di tengah-tengah lingkungan masyarakat menjadi lebih tinggi. Metode yang digunakan dalam desain ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan sosial dengan penyebaran kuisioner dan wawancara untuk membentuk desain awal. Desain awal ini akan didiskusikan bersama dengan masyarakat menggunakan cara Focus Group Discussion. Masyarakat sekitar taman lingkungan menginginkan taman yang memiliki fungsi utama sebagai taman yang mampu menampung kegiatan bermain anak-anak dan memiliki berbagai tanaman yang dapat dimanfaatkan hasilnya. Fasilitas utama yang diinginkan adalah fasilitas untuk bersosialisasi seperti tempat duduk dan fasilitas olahraga. Seluruh kegiatan yang diajukan masyarakat dapat diakomodir pada berbagai ruang pada desain taman. Ruang tersebut adalah ruang sosialisasi, ruang aktifitas dan ruang bermain. Dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk melihat hasil riset dengan menggunakan desain partisipatif.

Kata kunci: desain partisipatif, taman lingkungan, lanskap urban, focus group discussion

ABSTRACT

SITI CHADIJAH DWILUTHFIANTI. Participatory Design for Community Park in Settlement Area at Pondok Melati, Bekasi. Supervised byANDI GUNAWAN.

(6)
(7)

The primary function the society want is socializing facilities such as bench and sports facilities. All the proposed activities can be accommodating in various areas in park design. The areas are socializing area, activity area, and playground area. It takes more time to see the result of research using participatory design.

(8)
(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DESAIN PARTISIPATIF PADA TAMAN LINGKUNGAN

PERMUKIMAN DI PONDOK MELATI, BEKASI

SITI CHADIJAH DWILUTHFIANTI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(10)
(11)

® Hak cipta milik IPB, tahun 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(12)
(13)

H H /H"

#=AC*C#H 70"H

" "" "

"

(14)
(15)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi dengan judul “Desain Partisipatif Pada Taman Lingkungan Permukiman Di Pondok Melati, Bekasi” dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat lulus dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Dalam kesempatan ini sebagai sebagai bentuk rasa syukur penulis kepada Allah SWT, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan kepada:

1. Orang tua tercinta, Ayahanda Rudi Koswara dan Ibunda Diana Lasoma akan doa dan semangat yang diberikan dari saya kecil hingga saya bisa mengerjakan skripsi ini dengan baik. Adik adik saya Hanum dan Farhan yang berkontribusi dengan caranya sendiri dalam penyelesaian skripsi saya ini. Lalu kepada Pakde Suhurdin yang telah membimbing saya selama absennya orang tua di Indonesia;

2. Dr Ir Andi Gunawan, M.Agr.Sc selaku pembimbing yang memberi bantuan, dukungan, motivasi, bimbingan serta arahan kepada penulis selama penyelesaian karya ini;

3. Bapak Bondan dan istrinya selaku ketua RT B6 Patria Jaya dan ketua PKK B6 yang telah banyak membantu saya dalam pengumpulan data lapangan dan kuisioner untuk penulisan skripsi saya;

Bogor, Januari 2016

(16)
(17)

DAFTAR ISI

4.1.1 Kondisi Fisik dan Biofisik 16

4.1.1.1. Batas Tapak dan Geografi 16

4.1.1.2. Topografi dan Drainase 17

4.1.1.3. Iklim 17

4.1.1.4. Vegetasi dan Satwa 17

4.1.1.5. Aksesibilitas dan Sirkulasi 19

4.1.1.6. Aspek Sosial 20

4.2 Analisis dan Sintesis 23

(18)

4.2.1.1 Lokasi dan Batas Tapak 23

4.2.1.2 Topografi dan Drainase 23

4.2.1.3 Aksesibilitas dan Sirkulasi 24

4.2.1.4 Iklim 26

4.2.1.5 Fasilitas dan utilitas 27

4.2.1.6 Vegetasi dan Satwa 28

4.3.3.1 Konsep Sirkulasi 34

4.3.2.2. Konsep Elemen 34

4.3.3.3.1 Elemen Lunak (Vegetasi) 34

4.3.3.3.2 Elemen Keras 35

4.3.2.3. Konsep Ruang dan Fasilitas 36

4.3.3.3.1. Konsep Healing 36

4.3.4 Block Plan 38

4.4 Desain 38

4.4.1 Desain Awal 38

4.4.1.1. Ilustrasi desain awal 43

4.4.2 Desain Final 45

4.4.2.1. Proses Focus Group Discussion (FGD) 45

4.4.2.2. Hasil desain final 46

4.4.2.3. Ilustrasi Desain Final 48

V KESIMPULAN DAN SARAN 51

5.1 Kesimpulan 51

(19)

Daftar Tabel

1. Kriteria RTH 7

2. Kebutuhan data dalam penelitian 13

3. Proses desain lanskap 14

4. Tabel hubungan umur dengan intensitas mengunjungi taman 23 5. Kegunaan pohon berdasarkan fungsi memperbaiki iklim 27 6. Rekapitulasi fungsi yang diusulkan dalam kuisioner 29 7. Rekapitulasi fasilitas yang diusulkan dalam kuisioner 30 8. Analisa fasilitas yang diinginkan masyarakat 30

9. Ruang, aktifitas, dan fasilitas 36

10. Daftar tanaman yang digunakan pada desain awal 43

11. Hasil input Focus Group Discussion 46

12. Daftar tanaman yang digunakan pada desain final 47

Daftar Gambar

10. Peta sirkulasi di dalam dan sekitar tapak 25

11. Suasana pengisian kuisioner 29

12. Konsep dasar 32

13. Konsep desain 33

14. Model konseptual taman pada efek kesehatan 37

(20)

16. Konsep ruang 40

17. Block plan 41

18. Desain awal 42

19. Ilustrasi pintu masuk pada desain awal 43

20. Ilustrasi taman bermain pada desain awal 44

21. Ilustrasi ruang sosial pada desain awal 44

22. Suasana presentasi desain awal 46

23. Ilustrasi pintu masuk pada desain final 48

24. Ilustrasi taman bermain pada desain final 49

25. Ilustrasi ruang sosialisasi pada desain final 49

26. Desain final 49

Daftar Lampiran

(21)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk pemanfaatan lahan pada satu kawasan yang diperuntukan untuk penghijauan tanaman. Menurut permendagri no 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, ada dua puluh tiga jenis ruang terbuka hijau untuk kawasan perkotaan dan salah satu jenis dari RTH adalah taman lingkungan permukiman dan perumahan. Sebuah taman di klasifikasikan sebagai taman lingkungan permukiman dan perumahan apabila terletak di sekitar permukiman atau perumahan.

Kota Bekasi merupakan salah satu kota berkembang di Indonesia yang baru memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik sebesar 14%. Padahal seharusnya menurut UU 26 tahun 2007, setiap kota harus memiliki RTH sebesar 20% dari luasnya. Sebagai salah satu kota satelit dari DKI Jakarta, Bekasi memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. Pembangunan yang cepat ini menjadi salah satu penyebab kurangnya lahan yang dapat disediakan untuk RTH Publik. Namun seharusnya tanggung jawab penyediaan RTH tidak hanya dari pemerintah saja, namun menjadi tanggung jawab seluruh stakeholder kota Bekasi.

Desain partisipatif adalah desain yang secara aktif diikuti oleh seluruh stakeholder pada proses dan prosedur desain (Sanoff 2000). Biasanya, stakeholder yang terlibat adalah penduduk sekitar lokasi yang akan menjadi future user. Perbedaan antara desain partisipatif dengan desain pada umumnya adalah siapa yang terlibat pada desain tersebut. Umumnya, pada desain konvensional seluruh proses desain diserahkan kepada konsultan yang terpilih. Namun pada desain partisipatif, user di sekitar lokasi berpartisipasi dalam proses desainnya.

(22)

yang tidak memadai dari sisi jumlah dan luas taman, di tengah kepadatan penduduk yang relatif padat. Menanggapi hal ini, Pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan strategis, namun kebijakan yang ada hanya meninjau sisi sediaan (supply) tanpa meninjau sisi permintaan (demand) dan preferensi masyarakat, yang sebenarnya merupakan potensi utama dalam perencanaan dan desain taman di lingkungan permukiman.

Taman lingkungan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah taman lingkungan yang berlokasi di Komplek Patria Jaya, Pondok Melati, Bekasi. Taman lingkungan tersebut pada awalnya sebidang tanah yang dimiliki developer, lalu dijadikan sebuah ruang terbuka atas keinginan pembeli rumah pada saat itu. Saat ini kepemilikan tanah sudah berubah menjadi milik Dina Pertamanan dan Pemakaman kota Bekasi.

Saat ini, taman lingkungan tersebut digunakan secara pasif sebagai ruang terbuka hijau oleh masyarakat sekitar. Jarang sekali masyarakat datang mengunjungi taman tersebut, sehingga ada oknum masyarakat yang menggunakan taman tersebut untuk kepentingan pribadi. Padahal, taman ini memiliki potensi besar untuk membantu perubahan lingkungan hidup masyarakat sekitar.

Penelitian ini bermaksud untuk menggunakan teknik desain partisipatif pada redesign taman lingkungan pada komplek Patria Jaya tersebut. Dengan desain partisipatif, masyarakat diminta untukmengumbang ide dan mengutarakan keinginan pada desain taman di lingkungan mereka sehingga potensi tapak akan tergali secara sempurna. Selain itu, dengan desain partisipatif diharapkan rasa kepemilikan masyarakat akan taman lingkungan tersebut meningkat dan masyarakat akan lebih banyak berpatisipasi untuk menjaga taman lingkungan tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini secara umum adalah mendesain taman lingkungan dengan pertisipasi dari masyarakat. Sementara tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

(23)

2. Menganalisis ide, kebutuhan dan keinginan masyarakat, dan;

3. Mendesain taman lingkungan berbasis partisipasi dan input dari masyarakat.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Selain dapat menambah wawasan mahasiswa yang melakukan penelitian, diharapkan juga penelitian ini mampu memberikan penjelasan dan gambaran mengenai bagaimana proses desain komunitas partisipatif dalam mendesain taman lingkungan. Selain ini penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan untuk tatacara desain partisipatif. Hasil dari penelitian ini juga dapat menjadi usulan desain taman lingkungan di kota Bekasi.

1.4 Kerangka Berfikir

(24)
(25)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Desain

Desain adalah suatu proses kreatif yang merespon suatu kondisi dengan berkonsenterasi pada ide, arti, dan nilai-nilai. Menurut Kevin Lynch dan Gary Hack (1984), desain adalah proses membayangkan dan mencari kemungkinan, yang berasal dari pengalaman. Desain lanskap adalah pembentukan suatu bentang alam yang dapat dikenang, berarti, bernilai dan berkelanjutan. Desain lanskap dapat dilihat sebagai suatu solusi inovatif dari masalah suatu lingkungan akibat pengaruh ekologi, teknologi, dan budaya. Desain lanskap yang baik adalah suatu desain yang dapat mengintegrasikan antara pengaruh ekologi dan manusia yang terus berubah (Fireza, 2008).

Dalam mendesain, terdapat banyak metode desain yang tertulis dalam text book. Menurut Lidy (2006) metode desain mempengaruhi tiga elemen dalam desain, yaitu (1) struktur dan hubungan dalam desain, (2) mempengaruhi tujuan hasil desain, (3) Menjadi titik referensi dan peta jalan dari desain abstrak menjadi desain konkrit.

Menurut Booth (1990), proses desain memiliki manfaat seperti:

1. Memberikan logika, mengorganisasi bagan kerja untuk menciptakan solusi desain,

2. menolong untuk memastikan bahwa muncul solusi untuk masalah desain (tapak, kebutuhan klien, budget, dan lain-lain)

3. pertolongan bagi klien dalam menemukan penggunaan terbaik untuk tapak dengan cara mempelajari solusi-solusi alternatif, dan

4. menjadi dasar untuk menjelaskan dan mempertahankan solusi desain bagi klien.

(26)

dalamsuatu desain. Kedua faktor tersebut menyatu sehingga menghasilkan desain yang maksimal dan dapat dinikmati oleh pengguna.

2.2 Desain Partisipatif

Desain partisipatif adalah desain yang secara aktif diikuti oleh seluruh stakeholder pada proses dan prosedur desain (Sanoff 2000). Biasanya, stakeholder yang terlibat adalah penduduk sekitar lokasi yang akan menjadi future user. Desain partisipatif adalah sebuah sikap tentang desakan untuk berubah pada pembangunan dan pengaturan lingkungan oleh masyarakat. kekuatannya terletak pada kegiatannya yang memotong batasan professional yang tradisional dan budaya. Dasar dari desain prtisipatif terletak pada sebuah kondisi ideal demokrasi partisipatif dimana penarikan keputusan bersama sangat tersebar pada seluruh sektor dalam masyarakat dehingga semua individu dapat belajar untuk berpartisipasi dan dapat secara efekti ikut dalam pembuatan keputusan yang memiliki efek pada mereka. Karena penarikan keputusan menjadi tambah kompleks, maka di perlukan informasi dari penduduk sekitar yang dapat dianggap sebagai bukti dari masalah yang ada, kemudian berdiskusi mengenai pilihan potensial dan ada, sehingga sampai pada keputusan yang disetujui berbagai pihak

Partisipasi masyarakat tidak hanya bertujuan untuk mencapai sebuah keputusan bersama, tapi juga untuk memacu masyarakat untuk beradaptaasi pada perubahan lingkungan sehari-hari (Sanoff 2011). Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan sudah dimasukkan dalam elemen fundamental keberlangsungan sosial dan pengaturan keberlangsungan aturan pembangunan (Colantonio 2007) hal-hal penting untuk mencapai keberlangsungan sosial adalah:

1. Berjanji bahwa masukkan masyarakat akan mempengaruhi keputusan; 2. Mereka yang terpengaruh dengan keputusan dapat ikut berpatisipasi; 3. Bagaimana peserta/stakeholder berpartisipasi secara maksimal;

4. Menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan kepada peserta untuk berpartisipasi secara signifikan;

(27)

6. Berdiskusi kepada peserta bagaimana masukan mereka dapat mempengaruhi keputusan.

2.3 Taman

Taman adalah sebidang tanah terbuka dengan luasan tertentu di dalamnya terdapat pepohonan, perdu, semak, dan rerumputan yang dapat di kombinasikan dengan kreasi dan bahan lainnya (Dahlan 1992).

Taman terdiri dari dua elemen utama yaitu elemen lunak (softscape) dan elemen keras (hardscape) (Don 2003). Elemen lunak (softscape) adalah elemen atau material hortikultura yang membuat suasana sebuah taman menjadi hidup, terdiri dari vegetasi, satwa, air, angin, dan lain sebagainya. Elemen keras (hardscape) seperti bangunan taman. Komposisi warna dan bentuk, serta keharmonisan elemen taman akan membentuk sebuah taman yang nyaman dan indah.

Setiap bentuk RTH memiliki kriteria tersendiri untuk mencapai target pemenuhan RTH suatu wilayah. Terdapat 5 kriteria RTH berdasarkan status kepemilikan, sasaran, peranan fungsi, jenis yang dikembangkan, dan intentitas pengelolaan yang ditunjukan pada Tabel 1 (Waryono 2008, dalam Pratiwi 2011).

Tabel 1 Kriteria RTH

No Kriteria Bentuk RTH taman

1. Sasaran Kawasan strategis sebagai penunjang keindahan lingkungan

2. Peran dan fungsi Estetika, rekreasi, peredam polusi

3. Vegetasi Tanaman hias, rerumputan

4. Intensitas pengelolaan Tinggi

5. Status pemilikan Umum & perorangan

2.4 Taman Lingkungan

(28)

ataukegaitan lain pada tingkat lingkungan. Menurut Carr (1942) dalam Dimastanto (2008), taman lingkungan adalah ruang terbuka yang dibangun dan dikembangkan di lingkungan perumahan atau pemukiman, yang diperuntukan bagi masyarakat umum dan diatur sebagai area ruang terbuka kota atau sebagai bagian dari pembangunan oleh swasta, misalnya taman bermain, fasilitas olahraga, dan lainnya.

Taman lingkungan memiliki fungsi sebagai tempat rekreasi aktif dan pasif dan bersosialisasi dengan tetangga (Unterman dan Small 1982). Taman lingkungan harus berlokasi dekat dengan rumah tinggal dan dapat dinikmati oleh semua warga di sekitarnya (Dinas Pertamanan DKI Jakarta 1997). Penyediaan taman lingkungan adalah untuk kebutuhan rekreasi terbatas yang diperuntukkan bagi kebutuhan masyarakat kota, taman lingkungan diperuntukkan bagi interaksi masyarakat setempat (Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2007). Oleh karena itu, taman lingkungan umumnya memiliki lokasi yang berada pada pusat lingkungan perumahan serta mudah diakses.

2.5 Focus Group Discussion

Focus Group Discussion (FGD) adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertenu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. berbeda dengan wawancara, dalam FGD moderator bukan untuk bertanya, tetapi mengungkapkan suatu persoalan yang akan menjadi bahan diskusi. Menurut Manderson dan Tallo (1993) jumlah peserta ideal untuk FGD sekitar 7-11 orang. Peserta dipilih berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

Dalam proses FGD, diperlukan:

1. Moderator, sebagai fasilitator diskusi yang terlatih dan memahami masalah;

2. Pencatat proses, sebagai orang yang mengikuti dan mencatat proses diskusi dan sebagai pembantu moderator;

(29)

4. Blocker, sebagai orang yang menghalau pengaruh-pengaruh negatif dalam pelaksaan FGD;

5. Logistik, sebagai orang yang menyiapkan kebutuhan peserta.

Dalam melaksanakan FGD, moderator harus memiliki dua kategori keterampilan, yaitu keterampilan substantif dan keterampilan proses. Keterampilan substantif adalah kemampuan moderator untuk mengerti pemasalahan yang akan didiskusikan dan mengerti isi diskusi atau arti dari ucapan setiap anggota. Untuk itu moderator dapat melakukan klarifikasi, releksi atau mengulang kembali pernyataan peserta, memotivasi dan menggali pernyataan peserta, dan mengembangkan sensitivitas peserta.

(30)

METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian akan dilaksanakan pada sebuah tanah bidang beralamat Jl. Singgalang 1 RT06/014 Jatirahayu, Pondok Melati, Bekasi 17414 yang memiliki luas ±1331,66 m2. Kegiatan penelitian berlangsung selama empat bulan, yaitu

dimulai dari minggu pertama bulan July 2015 hingga minggu keempat bulan Oktober 2015.

Gambar2. Peta Orientasi Penelitian

3.2 Metode Studi

(31)

keinginan masyarakat sekitar untuk taman yang akan di desain. Dari angket tersebut peneliti akan membuat sebuah desain pertama. Desain ini akan diajukan kepada masyarakat melalui FGD. Melalui FGD ini masyarakat dapat memberikan ide dan masukan mengenai desain yang diajukan. Hasil dari FGD ini akan diolah kembali dan dimasukkan ke dalam desain awal dan menghasilkan desain akhir sebagai produk dari penelitian ini.

Proses desain yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah proses desain milik Booth (1983), yaitu project acceptance, research/analysis, concept, dan constructional drawing. Secara detil tahapan dalam metode ini akan dijelaskan dalam bagan berikut

Gambar3. Proses Desain

Tahapan penelitian ini yaitu: 1. Project Acceptance

Tahap pertemuan mahasiswa dengan pelaku yang berwenang terhadap taman di Komp. Patria Jaya Blok B6. Pihak yang berwenang, salah satunya ketua RT 06, memberikan beberapa penjelasan penting tentang keberadaan taman tersebut, perlakuan apa yang pernah di lakukan di taman tersebut, dan status kepemilikan tanah.

Project Acceptance

•Pembuatan proposal

•Perijinan kepada yang berwewenang pada tapak.

Research

•Focus Group Discussion mengenai desain awal •Pembuatan desain final

Constructional Drawing

(32)

2. Research and Analysis

Tahap yang dilakukan adalah inventarisasi tapak, analisis dan sintesis tapak. Sebelum tahapan ini dimulai, dilakukan tahapan persiapan yang mencakup kegiatan studi pustaka, dan penyusunan rencana kerja.

Pada tahap pengumpulan data, diperlukan suatu pemahaman danpenghayatan kondisi tapak. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primerdan data sekunder. Data primer diperoleh dengan survei langsung padatapak yang terdiri dari, pengukuran langsung dengan menggunakan alat-alatsurvei, pengamatan secara langsung di lokasi penelitian, dan melakukan dokumentasi keadaan tapak dengan menggunakan kamera.

Data yang dikumpulkan berupa data fisik, biofisik, dan sosial. Data inventarisasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Data fisik berupa lokasi dan aksesibilitas terhadap daerah-daerah di sekitarnya, serta akses masuk tapak akan berpengaruh terhadap pola pengembangan tapak. Sedangkan, data vegetasi berupa kepadatan dan keragaman vegetasi, serta data iklim yang berupa kecepatan angin, suhu, kelembaban, dan curah hujan merupakan data biofisik. Tahapan ini akan menghasilkan peta eksisting.

Data inventarisasi yang terkumpul akan digunakan sebagai data untuk melakukan analisis dan sintesis. Hasil data sintesis itu akan menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam pembuatan desain awal.

3. Concept

Tahapan pengumpulan ide terhadap suatu objek, yaitu pemikiran umum, penemuan atau ciptaan. Untuk mengumpulkan ide dan keinginan masyarakat, disebarkan angket pada sebagian masyarakat yang berada di sekitar tapak. Angket tersebut diberikan kepada kelompok ibu-ibu arisan RT06. Hal ini didasari oleh saran ketua RT06 karena kelompok ibu-ibu lebih aktif dalam penggunaan dan pemanfaatan tapak. Jumlah angket yang disebar berjumlah 40 eksemplar.

(33)

Tabel 2. Kebutuhan Data Dalam Penelitian

Lokasi - Primer Survei Lapang Pengelola

Pemukiman Mengetahui kondisi umum lokasi Luas tapak m2 Primer Survei Lapang Pengelola

Pemukiman Mendesain taman lingkungan

2. Topografi - Primer Survei Lapang Pengelola

Pemukiman Mengetahui aliran air 3. Iklim

Lapangan - Menentukan penempatan fasilitas dan

pengguna - Primer Survei Lapang - Mengetahui kebutuhan ruang

(34)

pada tapak dan mereka dapat memberikan ide lanjutan atau ketidaksetujuan terhadap desain tersebut. Mahasiswa membantu jalannya diskusi dan mencatat segala hal yang masyarakat berikan pada FGD tersebut. Hasil dari FGD akan diolah dalam desain yang akan menghasilkan desain akhir.

4. Constructional Drawing

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini terdiri dari pekerjaan hardscape dan softscape working drawing. Pekerjaan hardscape dan softscape working drawing, antara lain:

a) mempersiapkan landscape layout plans untuk menggambar level, b) dimensi drainase, dan pemilihan material; dan

c) mempersiapkan typical detail, elevations, dan section. Sedangkan, pekerjaan softscape working drawing adalah:

a) mempersiapkan detail softscape plans dan penjelasan penulisan spesifikasinya untuk penempatan softscape; dan

b) mempersiapkan jumlah dan material softscape untuk melengkapi planting plan. Hasil pada tahapan ini juga menggunakan AutoCADdalam menghasilkan tahapan gambar konstruksi.

Pedoman pelaksanaan kerja di lapang yang menggunakan proses desain yang dikemukakan oleh Booth (1983) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel3. Proses Desain Lanskap

No Proses Desain Tahapan Hasil

1. Project

Acceptance Persiapan Proposal Perizinan secara verbal

2. Research and

Analysis Inventarisasi Analysis Peta Eksisting Peta Analisis Synthesis Peta Block Plan

3. Concept Pengumpulan ide

masyarakat Tabel rekapitulasi ide masyarakat Desain awal Site plan dan ilustrasi desain Focus Group

Discussion Daftar saran dan kritik masyarakat Final Design Siteplan

4. Constructional

(35)

3.3 Batasan Studi

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Tapak

4.1.1 Kondisi Fisik dan Biofisik

Dalam penelitian ini, dibahas beberapa kondisi fisik dan biofisik pada tapak, antara lain: batas tapak dan geografi; topografi dan drainase; iklim; vegetasi dan satwa; serta aksesibilitas dan sirkulasi.

4.1.1.1. Batas Tapak dan Geografi

Taman yang menjadi tapak pada penelitian ini terletak di kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat. Tapak ini secara administratif terletak pada kompleks Patria Jaya, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat.

Gambar 4. Foto udara tapak

Secara geografis, tapak ini terletak pada koordinat 6o17’35,7” LS dan

106o55’57,3 BT, dengan batas wilayah:

(37)

4.1.1.2. Topografi dan Drainase

Secara umum, tapak memiliki kemiringan antara 0-5% (datar). Pada batas utara dan timur tapak terdapat perbedaan tinggi sekitar ±50cm. Perbedaan ketinggian tersebut dapat dilihat pada gambar 7.

Jenis drainase yang sudah ada di tapak adalah jenis drainase terbuka. Drainase tersebut dibangun mengelilingi tapak. Aliran air ini akan di teruskan menuju sungai kecil yg terletak ±300m dari tapak. Ukuran drainase termsuk kecil, dengan lebar 10cm dan kedalaman 30cm. Berikut dapat dilihat mengenai saluran drainase dan letaknya pada gambar 8.

4.1.1.3. Iklim

Tapak yang di teliti terletak pada 6o17'35,7" LS di bawah garis khayal

khatulistiwa yang beriklim tropis humid. Berdasarkan BMKG kota Bekasi, suhu rata-rata kota Bekasi berkisar 27,1oC dengan tingkat kelembapan udara rata-rata82% dengan kelembapan maksimal 91,2% dan minimal 68.9%. Kecepatan angin rata-rata kota Bekasi adalah 8,37 km/jam dengan kecepatan angin maksimal 13,7 km/jam dan minimal 8,37 km/jam.

4.1.1.4. Vegetasi dan Satwa

(38)

Gambar 5. Peta Inventarisasi

(39)

Gambar 6. Beberapa foto Vegetasi dalam tapak

4.1.1.5. Aksesibilitas dan Sirkulasi

Komplek Patria Jaya terletak di pinggir kota Bekasi yang dapat di akses dari Jl. Pasar kecapi melalui pintu depan. Akses lainnya dari Jl. Jati makmur melewati Jl. Cilepuk 1 atau Jl. Cilepuk 2 melalui pintu belakang. Komplek ini dekat dengan tiga pintu tol, yakni Pintu Tol Jatibening memasuki tol Cikampek, Pintu Tol Jatiwarna memasuki tol JORR, dan pintu tol Jatiasih memasuki tol JORR.

(40)

Gambar 7. Peta aksesibilitas

4.1.1.6. Aspek Sosial

Komplek Patria Jaya blok B6 tempat tapak terletak merupakan salah satu dari 12 blok yang ada di komplek ini. Secara umum, komplen ini terbagi dalam dua blok besar, yaitu Blok B dan Blok A yang masing-masing adalah kelompok Rukun Warga (RW). Blok B mempunya 6 buah Rukun Tetangga (RT) salah satunya adalah Blok B6. Warga komples ini sebagian besar adalah warga pendatang dari Jawa Tengah, Jawa Timur. Sumatera Utara, Sumater Barat, dsan sebagainya. Rentang umur penduduk di Blok B6 sekitar 0-65 tahun dengan pendidikan terendah adalah SD dan tertinggi adalah Pascasarjana.

Warga Blok B6 sebagian besar berkerja pada hari Senin-Jum’at. Pada pagi hari (07.00-12.00) pada saat hari kerja hanya di huni oleh penduduk yang berusia non produktif (> 35 tahun) dan/atau pembantu rumah tangga. Pada siang hari 12.00-17.00) kondisi blok B6 menjadi lebih ramai karena anak-anak yang tinggal di blok B6 sudah pulang sekolah. Pada jam ini juga anak-anak tersebut bermain ke dalam tapak dengan teman-temannya. Ketika akhir pekan, penghuni Blok B6 kebanyakan keluar dengan keluarga. Sehingga terjadi kebalikan situasi ketika akhir pekan, dimana ketika pagi hari sekita blok B6 ramai dan siang hari berkurang.

(41)

21

(42)

Gambar 9. Peta Aliran Drainase

(43)

dilakukan adalah bercengkrama dengan sesama. Anak-anak banyak bermain dengan tumbuhan liar atau bermain permainan tradisional seperti petak umpet,petak jongkok, dan sebagainya.

Tabel4. Tabel hubungan umur dengan intensitas mengunjungi taman

Rentang Umur Intensitas ke Taman Kegiatan

<15 tahun Sering Bermain dengan teman

sebaya dan lingkungan

16 – 30 tahun Jarang Olahraga

30 - 45 tahun Kadang-kadang Olahraga, bersosialisasi

>45 tahun Sering Olahraga, bersosialisasi

4.2 Analisis dan Sintesis

Aspek yang pertama dianalisis adalah kondisi fisik dan biofisik taman untuk mengetahui potensi dan kendala yang ada pada taman sehingga dapat ditentukan solusi yang dapat meningkatkan potensi dan/atau mengurangi kendala. Aspek kedua adalah aspek sosial, bertujuan untuk mengetahui keinginan dan harapan pengguna untuk taman. Serta untuk mengetahui kegiatan/aktivitas yang dilakukan oleh pengguna selama di taman dan/atau kegiatan apa saja yang dapat diakomodasi.

4.2.1 Aspek Fisik dan Biofisik

4.2.1.1 Lokasi dan Batas Tapak

Taman terletak di pintu belakang komplek Patria Jaya. Jalur sekitar tidak banyak dilewati kendaraan roda empat kecuali milik warga komplek. Batas utara dan timur berbatasan langsung dengan kampung sekitar sehingga dibutuhkan barrier khusus pemisah area komplek dan sekitarnya.

4.2.1.2 Topografi dan Drainase

(44)

Area yang datar berpotensi terjadi genangan air pada saat musim hujan, sehingga diperlukan adanya aliran drainase yang baik. Hal itu juga diperparah dengan minimnya saluran drainase pada tapak. Hanya ada dua saluran dari dalam tapak menuju aliran luar. Aliran ini akan diteruskan ke sungai yang letaknya ±300m dari tapak. Menurut keterangan warga, ketika musim hujan tapak akan tergenang setinggi ±5 cm pada hujan deras.

Jenis saluran drainase yang berada di kawasan ini termasuk kedalam jenis drainase terbuka. Saluran drainase terbuka tersebut terbuat dari beton yang mengalirkan buangan air ke tsungai yang berjarak 300 m dari tapak. pada sekitar lawn dan sekitar perkerasan pada tapak terdapat genangan air ketika sedang hujan, sehingga pada sekitar area tersebut perlu diterapkan Water Retention System (Sistem Penahan Air), yaitu metode penangkapan air hujan dari lingkungan (atap, talang air, dan saluran drainase) untuk meminimalisir run-off dengan mempercepat infiltrasiair hujan kedalam tanah dan meningkatkan cadangan air tanah.

4.2.1.3 Aksesibilitas dan Sirkulasi

Akses menuju komplek Patria Jaya dari pintu depan cukup mudah karena terdapat gapura yang bertuliskan nama komplek. Gapura ini cukup besar sehingga tidak akan terlewat. Untuk akses dari pintu belakang yang merupakan batas langsung dari tapak cukup sulit, karena tidak terletak di pinggir jalan raya dan tidak ada petunjuk menuju pintu belakang kompleks. Hanya ada gapura kecil yang berfungsi sebagai pembatas kendaraan besar agar tidak masuk ke dalam komplek. Namun tidak diperlukan signage khusus untuk menuju taman karena taman ini bukanlah taman publik.

(45)

Gambar 10. Peta sirkulasi didalam dan sekitar tapak

(46)

Sirkulasi yang ada pada tapak mengakomodir pengguna yang ingin jalan-jalan sore santai. Namun sirkulasi tersebut tidak mencakup seluruh taman, sehingga dibutuhkan desain sirkulasi yang menghubungkan berbagai fasilitas yang akan dirancang nantinya. Untuk akses ke dalam tapak hanya ada satu pintu yang tebuka bebas yang bisa digunakan. Pintu yang di desain sebagai pintu utama hanya dibuka jika penduduk sekitar ada acara dan membutuhkan tempat parkir yang lebih.

4.2.1.4 Iklim

Tapak penelitian memiliki suhu dan kelembaban udara rata-rata yang cukup tinggi. Suhu dan kelembaban merupakan faktor utama yang mempengaruhi kenyamanan dan aktivitas manusia. Dalam berbagai model perancangan lanskap perlu dilakukan penyesuaian terhadap faktor dan unsur iklim. Faktor dan unsur iklim tersebut lebih baik dilakukan penyesuaian dibandingkan dengan menentangnya. Penyesuaian ini didefinisikan dalam pengertian pemanfaatan berbagai aspek yang menguntungkan (misalnya kenyamanan, keteduhan) dan pengendalian yang merugikan (misalnya angin yang sangat kencang, pencemaran). Dengan demikian iklim ideal yang diinginkan, yaitu selang kenyamanan manusia yang dapat dicapai.

Kondisi taman dengan iklim mikro didalam taman sudah nyaman. Sinar matahari yang jatuh terhalang oleh vegetasi yang ada pada tapak, membuat bayangan yg menutupi sebagian besar tapak sehingga menghalangi silau dan membuat taman lebih teduh dan suhu pada taman menjadi nyaman untuk pengguna. Menurut Brooks (1988), proses transpirasi dan naungan kanopi vegetasi dapat mempengaruhi tingkat suhu dan kelembaban udara. Oleh karena itu, pada kawasan ini perlu dilakukan pengendalian iklim mikro untuk mengurangi suhu dan kelembaban udara tersebut.

(47)

Angin pada sore hari cukup kencang, namun dengan banyaknya tanaman peneduh di sekeliling tapak maka angin pada dalam tapak sudah terpecah dan tidak terlalu kencang. Kecepatan angin dapat dikontrol dengan menggunakan vegetasi yang memiliki struktur perakaran yang kuat dan mempunyai kanopi tertutup. Menurut Brooks (1988), vegetasi berperan sebagai penghalang (obstruction), pembelok (diver sion), pengarah (guidance), dan penyaring (filtration) kecepatan angin. Grey dan Danekke (1978), mengatakan bahwa vegetasi dengan kanopi tertutup dapat mengurangi kecepatan angin sampai sebesar 85%.

Tabel 5 Kegunaan Pohon Berdasarkan Fungsi Memperbaiki Iklim

Kegunaan Pohon Berdasarkan Fungsi Memperbaiki Iklim

Identifikasi

Kontrol Suhu Pohon yang memiliki kerapatan daun

yang tinggi

Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom, dan menjurai (weeping)

Kontrol Angin Pohon yang memiliki kerapatan daun

yang tinggi Kontrol Kelembaban Pohon yang memiliki kerapatan daun

yang tinggi

Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom, dan menjurai (weeping)

Sumber: (Grey dan Deneke, 1978)

Dengan kondisi tapak yang tertutup kanopi yang rapat, menyebabkan kelembaban tapak diatas kelembaban rata-rata kota Bekasi. Sehingga diperlukan usaha untuk menjarangkan kanopi di sekitar untuk menurunkan kelembaban tapak.

4.2.1.5 Fasilitas dan utilitas

(48)

Tempat duduk ini hanya dapat menampung sekitar tiga orang dalam satu bangku, total maksimal enam orang. Penggunaan kursi ini termasuk intensif. Jumlah tempat duduk di taman sangatlah kurang. Dibutuhkan kursi tambahan agar user dapat lebih menikmati taman.

Untuk penerangan tidak ada sama sekali didalam tapak, sehingga pada malam hari tapak sangat gelap. Penerangan yang ada hanyalah pada lampu jalan di sekitar tapak yang cahayanya tidak terlalu menerangi tapak. Cahaya lampu taman diluar tapak terhalang rimbunnya pepohonan yang mengelilingi taman. Perlu ditambahkan penerangan di dalam tapak agar tapak masih dapat di akses meskipun malam hari. Karena rimbunnya kanopi pada sekeliling taman, penerangan sebaiknya lampu pendek agar cahaya lampu dapat maksimal.

Pada tapak diperlukan aliran keluar tapak yang menyeluruh. Menurut keterangan salah satu user, pada saat musim hujan tapak memiliki kecenderungan untuk membentuk genangan.Genangan tersebut menjadi banjir dengan ketinggian maksimal ±5 cm ketika hujan besar.

4.2.1.6 Vegetasi dan Satwa

Vegetasi didalam tapak sangat beragam. Pohon peneduh tumbuh sangat rapat sehingga membuat tapak terasa lembap. Jenis-jenis vegetasi yang ada sangat beragam, namun sebagian besar adalah tanaman liar cenderung gulma sehingga dibutuhkan perlakuan khusus untuk menanggulangi gulma yang ada.

Ada beberapa spot yang ditanami tanaman obat oleh ibu-ibu PKK Blok B6. Tanaman tersebut sebagian besar tidak di tanam di dalam tanah namun hanya di tanam dalam polybag dan diletakkan begitu saja sampai besar dan akarnya merusak polybag. Tanaman ini perlu di tata kembali agar usaha ibu-ibu PKK tidak hilang begitu saja dan tanaman tumbuh dengan baik.

Tidak ada satwa yang unik dalam tapak. Hanya ada beberapa hama seperti tikus, belalang, dan sebagainya. Hama tersebut tidak menjadi masalah serius sehingga tidak perlu dicegah keberadaannya dalam tapak.

4.2.2 Aspek Sosial

(49)

masyarakat sekitar. Mahasiswa memilih untuk menyebarkan kuisioner kepada kelompok ibu-ibu arisan karena sesuai dengan keterangan ketua RT B6 bahwa kelompok ibu-ibu arisan pernah menanam dan mengurus tanaman obat pada tapak. Pengisian kuisioner dilakukan pada kumpul arisan ibu-ibu yang dilaksanakan pada minggu pertama setiap bulan.

Gambar 11. Suasana saat penjelasan untuk pengisian kuisioner

Kuisioner berisi dua pertanyaan, yaitu pertanyaan mengenai fungsi dan fasilitas yang diinginkan masyarakat untuk desain yang akan di buat. Kuisioner ini di sebar pada arisan bulanan yang di adakan pada minggu pertama di setiap bulan. Dari seluruh kuisioner yang di sebar, hanya 21 respon yang diisi lengkap dan di kembalikan. Rekapitulasi hasil angket dapat dilihat pada tabel 7 dan 8.

Tabel7. Rekapitulasi fungsi yang diusulkan dalam kuisioner

Fungsi yang di inginkan Jumlah Presentase

Tanaman obat (apotik hidup) 10 28,57%

Tanaman buah 9 25,71%

Bunga 6 17,14%

Tanaman peneduh 4 11,43%

Pencegahan banjir 3 8,57%

Tanaman sayuran 2 5,71%

Penyerap karbondioksida 1 2,86%

(50)

Responden tidak dibatasi berapa banyak ide yang dapat dituliskan dalam kuisioner. Presentase hasil kuisioner bukan sebagai penentu besar luasan area masing-masing fungsi atau fasilitas, tapi lebih ke arah tingkat kekuatan dari ide tersebut.

Tabel8. Rekapitulasi fasilitas yang di usulkan dalam kuisioner

Fasilitas yang di inginkan Jumlah Presentase

Taman bermain anak-anak 10 27,03%

Fasilitas olahraga (contoh.

Jogging track) 8 21,62%

Kursi taman 8 21,62%

Penerangan yang memadai 3 8,11%

Tempat sampah 3 8,11%

Tempat parkir 2 5,41%

Pembatas taman 1 2,70%

Air mancur 1 2,70%

Pengolahan sampah organik 1 2,70%

TOTAL 37 100,00%

Dari hasil rekapitulasi angket diterjemahkan kedalam fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk memenuhi keinginan masyarakat. Fasilitas tersebut memiliki berbagai kebutuhan ruang yang akan di sesuaikan dengan ketersediaan ruang yang ada pada tapak. Analisis kebutuhan ruang untuk fasilitas disajikan pada tabel 9.

Tabel9. Analisis fasilitas yang diinginkan masyarakat

No Fasilitas yang di inginkan

Kebutuhan ruang Kebutuhan yang disediakan

1 Taman bermain

6 Pembatas taman 272,8 m2 Tanaman buah, pagar

7 Tanaman Obat 272,2 m2 Berbagai tanaman obat,

planting pot

8 Air mancur 24 m2 Air mancur

9 Tempat sampah 5 m2 Tempat sampah

(51)

Angka kebutuhan ruang didapatkan dengan menggunakan cara sebagai berikut:

1. Taman bermain anak-anak

Angka kebutuhan ruang untuk taman bermain anak-anak didapatkan dengan cara mengalikan jumlah anak yang dapat ditampung pada taman dengan luasan standar kebutuhan satu anak untuk taman bermain. Menurut buku Time Saver Standard for Architecture Landscape, kebutuhan ruang untuk satu anak pada taman bermain adalah 25m2.

2. Jogging track

Angka kebutuhan ruang untuk jogging track didapatkan dengan mengalikan keliling taman dengan lebar jalur jogging track. Luas jogging track yang akan dibuat adalah 1,5m dengan keliling taman sepanjang 182 m2.

3. Kursi taman

Angka kebutuhan ruang untuk kursi taman didapatkan dengan mengalikan kebutuhan ruang kursi taman dengan jumlah orang yang akan ditampung di dalam tapak. Menurut buku Time Saver Standard for Architecture Landscape, kebutuhan ruang untuk kursi yang mampu menampung tiga orang adalah 9 m2. Jumlah orang dapat diakomodir dalam kursi taman adalah 24 orang.

4. Tempat parkir

Angka kebutuhan ruang untuk tempat parkir didapatkan dari kapasitas mobil yang dapat ditampung dan standar luar jalur mobil yang dibutuhkan untuk parkir. Kapasitas mobil yang dapat diparkir pada tempat parkir sebanyak 4 buah mobil. Parkir mobil akan menggunakan tipe parkir 45º sebanyak dua buah mobil dan tipe parkir 90º untuk dua mobil lainnya.

5. Biopori

Angka kebutuhan untuk biopori didapatkan dari luasan pengaruh biopori dikali jumlah biopori yang akan dibuat. Satu buah lubang biopori dapat mempengaruhi tanah sebesar 1 m2.

6. Pembatas taman

(52)

pembatas taman akan dibuat dengan lebar 3 meter menyesuaikan dengan keadaan tapak.

4.3 Konsep

4.3.1 Konsep Dasar

Konsep dasar dari taman ini adalah taman lingkungan yang mampu memberikan efek kesehatan positif pada penggunanya (Healing Garden). Konsep ini dinilai sejalan dengan keinginan masyarakat yang menginginkan tanaman obat sebagai tanaman yang dominan pada taman tersebut. Dengan adanya taman ini, diharapkan tingkat stress pengguna dapat menurun dan menimbulkan efek kesehatan positif. Untuk mendukung konsep dasar ini, maka dibutuhkan fasilitas yang mampu mendorong aktifitas yang dapat menurunkan tingkat stress pengguna.

Gambar 12. Konsep Dasar

4.3.2 Konsep Desain

(53)

mengembalikan kondisi fisik dan mental pengguna. Konsep healingakan banyak diterapkan pada elemen softscape dan aktifitas yang dapat dilakukan pada taman ini.

Tanaman yang akan digunakan adalah tanaman yang dapat mendukung konsep healing, seperti tanaman obat, tanaman berbunga, dan tanaman buah. Konsep healing pada tanaman obat mempunyai fungsi literal yaitu dapat menyembuhkan secara fisik. Tanaman obat akan menjadi tanaman yang dominan. Tanaman berbunga dan tanaman buah berfungsi untuk estetika yang bisa menurunkan tensi pengguna.

Konsep healing akan diterapkan pada kegiatan yang dapat dilakukan pada tapak. Akan ada fasilitas untuk melakukan hobi seperti berkebun dan berolahraga. Selain itu juga akan ditambahkan fasilitas untuk anak-anak bermain untuk pengguna berumur 12 tahun kebawah.

Gambar 13. Konsep Desain

(54)

Bentuk heksagonal banyak digunakan karena heksagonal adalah bentuk poligon simetris yang paling dapat di aplikasikan kedalam desain lanskap dan memiliki keunggulan dalam tiga pasang garis simetris yang paralel dan mampu bersinggungan dengan persegi empat, persegi panjang, dan trapezoid (Booth, 2012).

4.3.3 Konsep Pengembangan

4.3.3.1 Konsep Sirkulasi

Konsep sirkulasi sebagian besar akan mempertahankan kondisi eksisting yang ada. Akan ada dua akses untuk memasuki tapak, dan akan ada penambahan jalur sirkulasi untuk menghubungkan ruang yang ada dalam tapak. Sirkulasi pada tapak akan dibagi menjadi tiga, yaitu:

a) Sirkulasi Primer. Yaitu sirkulasi yang menghubungkan tapak dengan jalan kompleks. Jalurnya sebesar 4,5 meter untuk pintu masuk utama dan 10 meter untuk pintu masuk ke parkiran mobil;

b) sirkulasi Sekunder. Yaitu sirkulasi yang menghubungkan antar ruang dalam tapak;

c) sirkulasi tersier. Yaitu sirkulasi yang ada dalam masing-masing ruang.

4.3.2.2. Konsep Elemen

4.3.3.3.1 Elemen Lunak (Vegetasi)

Sesuai dengan hasil angket, vegetasi akan menggunakan tanaman yang menghasilkan buah, mempunyai khasiat medis, atau tanaman berbunga. Pada sekeliling tapak akan ditanam tanaman peneduh. Tanaman peneduh ini selain berfungsi sebagai peneduh, juga sebagai salah satu tanda batas tapak. Tanaman peneduh akan didominasi oleh tanaman buah-buahan seperti pohon Mangga (Mangifera indica), pohon Coklat (Theobroma cacao), pohon belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), dsb. Pohon-pohon tersebut adalah pohon eksisting yang memang sudah di tanam sebagai peneduh di sekeliling tapak.

(55)

tersebut harus memiliki khasiat medis dan memiliki bunga. Kedua kriteria ini didapatkan dari angket yang disebarkan.

4.3.3.3.2 Elemen Keras

Bentukan elemen keras yang ada didalam tapak akan terbangun melalui bentukan heksagonal. Beberapa elemen keras yang ada yaitu pergola, kursi taman, tempat sampah, dll. Batang kayu untuk membangun pergola akan berbentuk heksagonal. Kursi taman berbentuk setengah heksagonal, dengan sisi yang lebih lebar di atas. Demikian pula tempat sampah, akan berbentuk heksagonal.

Selain bentukan fasilitas taman, pola perkerasan akan dibuat dengan bahan yang berbentuk heksagonal. Conblock yang akan digunakan untuk jalur sirkulasi adalah conblock berbentuk triheksagonal dan heksagonal. Selain itu pola area bermain akan dibentuk seperti beehive.

Ruang untuk taman bermain anak menjadi salah satu ruang yang terbesar dalam tapak. Alas dari ruang bermain akan menggunakan rubber yang di cat warna primer. Rubber digunakan untuk meminimalisir bahaya di dalam ruang bermain. Di dalam ruang bermain anak akan diletakkan ayunan, jungkat jungkit, dan globe untuk memanjat.

Fasilitas olahraga yang tersedia akan ada jogging track yang merangkap sirkulasi primer tapak dan jalur refleksi. Jalur jogging track akan di bangun mengelilingi tapak dengan panjang jalur 108m. Dan jalur refleksi akan dibangun sepanjang 12 m dan

(56)

4.3.2.3. Konsep Ruang dan Fasilitas

Ruang dibutuhkan untuk mengakomodir aktifitas yang ada pada tapak, sehingga untuk mendukung fungsi penyembuhan dan tempat berkegiatan untuk masyarakat sekitar dibutuhkan ruang-ruang yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Terdapat tiga ruang yang ada pada tapak, yaitu

1. ruang theraphy, yaitu ruang yang ditujukan untuk melakukan berbagai aktifitas yang memiliki fungsi menyembuhkan,

2. ruang sosialisasi, yaitu ruang yang ditujukan untuk berkumpul antar pengunjung taman,

3. dan ruang aktifitas, yaitu ruang yang ditujukan untuk melakukan kegiatan aktif.

Tabel10. Ruang, aktifitas, dan fasilitas

Ruang Aktifitas Fasilitas

Theraphy Melihat-lihat, duduk Jogging track, jalur pejalan kaki, pergola, jalur refleksi

Socializing Diskusi Pergola

Activity Berkebun, bermain Permainan anak-anak (ayunan, jungkat-jungkit, globe, perosotan)

Ruang mengakomodasi aktivitas yang dilakukan oleh manusia dengan fasilitas yang disediakan pada ruang tersebut. Antara ruang, aktivitas, dan fasilitas memiliki hubungan yang terkait satu sama lain (Tabel 10). Aktivitas yang ada pada taman adalah belajar (mengamati, melihat, dan merasakan), bermain, dan bersosialisasi (Gambar 16).

4.3.3.3.1. Konsep Healing

Healing Garden adalah taman yang memiliki manfaat terapi dan efek positif pada sebagian besar penggunanya. Efek positif yang diharapkan adalah efek penyembuhan yang dititikberatkan pada tingkat stress pada seseorang. Tingkat stress sangat mempengaruhi kesehatan fisik seseorang sehingga diharapkan dengan adanya Healing Garden tingkat stress user akan berkurang dan mengakibatkan perubahan kesehatan yang positif.

(57)

Horticultural Therapy School, and The Cognitive School. The Healing Garden

School menyatakan bahwa efek penyembuhan yang terjadi adalah akibat dari desain taman dan isinya. The Horticultural Theraphy School menyatakan bahwa efek penyembuhan yang terjadi adalah akibat dari aktifitas yang di lakukan di dalam taman. Dan The Cognitive School menyatakan bahwa efek penyembuhan yang terjadi adalah akibat dari aktifitas pada taman dan latar belakang pengguna yang menghasilkan rasa memiliki dan identitas (Stigsdotter dan Grahn, 2002).

Diharapkan dengan desain yang baik, pengunjung dapat mengalihkan stress mereka dengan:

1. Cara menemukan kesempatan untuk pergerakan fisik dan latihan

2. Mampu membuat pilihan, mencari privasi, dan merasakan sense of control

3. Menyediakan lingkungan yang mendorong masyarakat untuk berkumpul dsan merasakan dukungan sosial

4. Menyediakan akses untuk bersentuhan dengan lingkungan atau distraksi positif lainnya.

(58)

4.3.4 Block Plan

Block plan ini adalah komposit dari konsep sirkulasi, konsep vegetasi, dan konsep ruang. Konsep ini juga merupakan hasil dari analisis dan sintesis yang sebelumnya telah dilakukan. Blok plan ini akan mempengaruhi dalam pembentukan desain. Block Plan dapat dilihat di gambar 17.

4.4 Desain

Cara yang digunakan untuk membuat desain ini adalah dengan menarik garis-garis pada tapak, yang kemudian garis-garis tersebut membentuk sebuah bidang dan menghasilkan desain yang berbeda-beda (Reid, 1993). Desain lanskap pada tapak ditujukan untuk masyarakat sekitar untuk bersosialisasi dan berkegiatan untuk mengisi waktu luangnya di luar ruangan.

4.4.1 Desain Awal

Pada tahap ini, desain dibuat sedemikian rupa untuk dipresentasikan kepada kelompok arisan ibu-ibu. Desain awal merupakan hasil dari analisis kuisioner yang disebar sebelumnya. Desain ini akan dipresentasikan dan didiskusikan mengenai pendapat, kekurangan, dan kepuasan mereka.

Alternatif desain 1 menggunakan pola geometrik, yang didapatkan dari penarikan garis-garis vertikal, horizontal, dan diagonal yang melalui tapak. Garis-garis ini kemudian disesuaikan dengan block plan sehingga membentuk pola pada alternatif desain pertama. Elemen keras yang dihadirkan adalah perkerasan untuk jalan (paving, conblock dan semen cor) serta perkerasan yang berupa fasilitas taman seperti bangku taman, mainan anak-anak, lampu, dan planter box. Elemen lunak yang digunakan adalah vegetasi pohon dengan fungsi tanaman peneduh dan menghasilkan buah, semak yang memiliki kemampuan untuk penyembuhan, dan tanaman penutup tanah.

(59)
(60)

Gambar 16. Konsep Ruang

(61)
(62)

Gambar 18. Desain Awal

(63)

planter box berbentuk heksagonal yang berjejer menghubungkan keduda tempat duduk tersebut. Gambar desain awal dapat dilihat pada gambar 18.

Tabel 10. Daftar tanaman yang dipakai pada desain awal

No Nama Latin Nama Lokal

Pohon

1 Mangifera indica Mangga

2 Gnetum gnemon Melinjo

3 Theobroma cacao Coklat

Semak

No Nama Latin Nama Lokal

4 Cleome spinosa Bunga laba-laba

5 Cleodendrum thomsonae Nona makan sirih

6 Zinnia Elegans Kembang kertas

Rimpang

7 Alpinia galanga Lengkuas

8 Zingiber officinale Jahe

Tanaman Penutup Tanah 9 Axonophus compressus Rumput gajah

4.3.2.4. Ilustrasi desain awal

Desain awal memiliki ciri bentukan heksagonal yang utuh dan dominasi perkerasan pada tapak. Pintu masuk taman tidak memiliki pintu, hanya terdapat pagar yang membatasi area taman dengan jalan di depannya. Pada pintu masuk, terdapat dua undakan dimana titik tertingginya adalah jalur jogging sekaligus sirkulasi utama pada tapak.

(64)

Taman bermain anak pada desain awal dibuat persegi panjang dan terletak dekat dengan pagar. Mainan yang disediakan adalah globe, perosotan, jungkat-jungkit, dan ayunan. Warna yang mendominasi pada area bermain adalah warna biru, merah, dan kuning. Alas pada area bermain merupakan karpet karet berwarna yang bertujuan untuk mengurangi impact jika anak-anak yang bermain jatuh.

Gambar 20. Ilustrasi taman bermain pada desain awal

Gambar 21. Ilustrasi ruang sosialisasi pada desain awal

(65)

terdapat tempat duduk sebanyak dua buah yang mampu menampung 5-6 orang dalam satu waktu. Diantara kedua tempat duduk tersebut terdapat air mancur kecil-kecil yang suaranya bisa menjadi sarana relaksasi pengunjung.

4.4.2 Desain Final

Desain final didapatkan dari perbaikan desain awal yang diajukan pada arisan ibu-ibu B6. Presentasi dan penjelasan mengenai desain awal kepada responden dilakukan dengan menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD).

4.4.2.1. Proses Focus Group Discussion (FGD)

FGD dilakukan pada kegiatan arisan ibu-ibu B6 yang bertempat di rumah salah satu anggota arisan. FGD dipandu oleh seorang moderator yaitu peneliti sendiri dan seorang rekan yang bertugas sebagai notulen. Setelah diberikan kesempatan oleh pemimpin arisan, moderator memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuannya datang ke arisan tesebut. Setelah itu, moderator menjelaskan desain awal yang telah dibuat (gambar 21). Kemudian moderator memberikan kesempatan kepada peserta arisan untuk melontarkan pertanyaan, memberikan kritik, saran, atau komentar secara bergantian. Semua input yang didapat dicatat oleh notulen. Moderator akan menjawab pertanyaan, merespon kritik, atau mencoba untuk menangkap saran dan komentar peserta arisan. Setelah dua kali putaran, moderator menyudahi sesi input dan menutup FGD.

Pada desain awal, para responden menyukai bentuk heksagonal yang dianggap sangat mewakili blok B6. Mereka juga menyukai vegetasi yang digunakan karena setiap tanaman yang digunakan memiliki fungsi pengobatan atau hasil buah yang dapat digunakan untuk kepentingan bersama.

(66)

bermain anak-anak diperluas agar bisa menampung anak-anak lebih banyak dan mereka bisa bermain lebih leluasa.

Gambar 22. Suasana presentasi desain awal

Tabel 11. Hasil input Focus Group Discussion

No Jenis Input Isi input

1 Saran Diperhatikan kebutuhan air dikala kemarau, kalau bisa

dimasukkan pompa air tapi yang tersembunyi agar tidak dicuri.

2 Saran Tempat bermain diperluas namun tetap memperhatikan

keselamatan anak-anak.

3 Saran Kalau bisa ada tambahan tanaman bumbu dapur juga. 4 Kritik Taman lingkungan sebaiknya tidak dipakai untuk

kegiatan ramai-ramai, karena sudah ada lapangan lain untuk itu.

5 Kritik Mohon lebih banyak penghijauan daripada perkerasan. 6 Pertanyaan Berapa perbandingan antara penghijauan dan

perkerasan? Apa lebih besar penghijauan daripada perkerasan?

4.4.2.2. Hasil desain final

(67)

responden adalah vegetasi taman, sehingga akan ada penambahan variasi jenis tanaman pada taman. Selain itu, taman bermain akan dibuat lebih besar dan diubah bentuknya agar lebih banyak anak-anak yang bisa bermain dan mereka dapat bermain lebih leluasa.

Akibat perubahan ruang sosialisasi, maka tempat duduk diperbanyak. tempat duduk pada desain final juga di ubah desainnya. Desain awal tempat duduk memiliki bentuk heksagonal yang dapat menampung sekitar empat orang dan berjumlah dua buah. Pada desain final, tempat duduk berubah menjadi kursi taman yang mampu menampung dua orang dengan jumlah tujuh buah. Tempat duduk pada desain final memiliki pergola yang ditumbuhi tanaman rambat. Penambahan tanaman rambat ini bertujuan untuk melunakkan elemen keras tempat duduk pada taman.

Tabel 12. Daftar tanaman yang dipakai pada desain final

No Nama Latin Nama Lokal

Pohon

1 Mangifera indica Mangga

2 Gnetum gnemon Melinjo

3 Theobroma cacao Coklat

Semak

4 Cleome spinosa Bunga laba-laba

5 Cleodendrum thomsonae Nona makan sirih

6 Zinnia Elegans Kembang kertas

7 Syzygium polyanthum Salam

8 Poeniculum vulgare Adas

Rimpang

9 Alpinia galanga Lengkuas

10 Zingiber officinale Jahe

Tanaman Merambat

11 Piper betle Sirih

Tanaman Penutup Tanah

12 Axonophus compressus Rumput gajah

13 Arachis pintoi Kacang-kacangan

(68)

jahe dan lengkuas. Pada desain final ini juga ditambahkan tanaman bumbu dapur yang dapat dimanfaatkan responden sehari-hari seperti pohon salam. Desain final dapat dilihat pada gambar 26.

4.4.2.3. Ilustrasi Desain Final

Pada desain final, pintu masuk tidak mengalami banyak perubahan. Pintu masuk masih tetap tidak memiliki pintu yang terkunci untuk mengundang siapapun yang melewati taman tersebut. Dari pintu masuk juga terlihat air mancur yang bertujuan sebagai vocal point dari desain ini.

Gambar 23. Ilustrasi pintu masuk pada desain final

Area taman bermain pada desain final berbentuk triheksagonal. Bentuk ini lebih besar daripada area bermain pada desain awal. Bentuknya juga tidak berbentuk persegi panjang tapi cenderung persegi. Fasilitas permainan yang tersedia masih sama, yaitu globe, perosotan, jungkat-jungkit, dan ayunan. Namun jarak peletakkannya lebih jauh dari desain awal agar anak-anak yang bermain tidak berbenturan satu sama lain.

(69)

Gambar 24. Ilustrasi taman bermain pada desain final

(70)

Gambar 26. Desain Final

(71)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Masyarakat komplek Patria Jaya menginginkan taman yang memiliki fungsi utama sebagai taman yang mampu menampung kegiatan bermain anak-anak dan memiliki berbagai tanaman yang dapat dimanfaatkan hasilnya, seperti tanaman buah-buahan, tanaman bumbu daput, atau tanaman obat. Fasilitas utama yang diinginkan masyarakat adalah tempat duduk untuk bersosialisasi dan fasilitas olahraga.

Seluruh keinginan masyarakat yang diajukan dapat diakomodir pada berbagai ruang yang dibutuhkan pada taman. Ruang tersebut adalah ruang sosialisasi, ruang aktifitas, dan ruang bermain. Ruang sosialisasi adalah sebagian ruang pada tapak yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan bersosialisasi. Ruang aktifitas adalah sebagian ruang pada tapak yang mempunyai banyak aktifitas yang dapat dilakukan pengguna. Ruang bermain adalah ruang khusus untuk area bermain anak-anak.

Desain detil taman lingkungan kompleks Patria Jaya diformulasikan dengan konsep healing garden dan pola heksagonal. Seluruh elemen dan tataletaknya diformulasikan bersama masyarakat setempat meskipun tingkat partisipasinya tidak masuk seutuhnya.

5.2Saran

(72)

DAFTAR PUSTAKA

[kemendagri] Kementrian Dalam Negeri. [internet] [diunduh 22 Februari 2014] Tersedia pada: http:// www.kemendagri.go.id/produk-hukum/archieve/ peraturan-menteri/tahun/2007/000007

[pemprov] Pemerintah Provinsi Jawa barat. 2014. Peta Administrasi Provinsi Jawa Barat. [internet] [diunduh 7 Maret 2014] Tersedia pada:

http://jabarprov.go.id/ index.php/pages/id/99

Abelson, J., Forest, P.G., Eyles, J., Smith, P., Martin, E., and Gauvin, F.P. (2003). Deliberations about deliberative methods: issues in the design and evaluation of public participation processes. Social Science & Medicine 57: 239-251. Bappeda Provinsi Jawa Barat. 2007. Pedoman Penataan Ruang Terbuka Hijau di

Perkotaan Jawa Barat [internet]. [diunduh 2014 Januari 16]. Bandung (ID). – hlm. Tersedia pada: http://bappeda.jabarprov.go.id/docs/perencanaan.

Booth, NK. 1983. Basic Elements of Landscape Architecture Design. Illnois. Brooks BL. 1988. Site Planning: environment process, and development. Master’s

Thesis. Madison (US): University of Wisconsin.Waveland Press Inc. 316hlm. Colantonio, A. (2007). Social sustainability: An exploratory analysis of its definition, assessment methods, metrics and tools. 2007/01: EIBURS Working Paper Series. Oxford: Oxford Brooks University.

Dahl B, Donald JM. 2003. Anatomi of Park Essential of Recreation area Planning and Design third edition. New Jersey (US): Englewood Cliffs.

Dahlan, E.N. 1992. Hutan Kota Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. Jakarta (ID) : Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI)

Dimastanto, Adriadi. 2008. Prinsip-prinsip Perancangan Taman Lingkungan (Kasus: Taman Lesaman dan Taman Pandawa) [Skripsi]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. 181 hlm.

Fireza, Doni. 2008. SERI: Landscape by Beliefs; Religi sebagai Aspek dari Proses Perencanaan dan Desain Lansekap-Bagian 3 [internet]. [diunduh 2014 Januari 27]. Jawa Tengah (ID): Solo. –hlm. Tersedia pada:

http://ruanghijau.wordpress.com/2008/12/10/seri-landscape-by-belief-religi-sebagai-aspek-dari-proses-perencanaan-dan-desain-lansekap-bagian-3.

Grey GW, Deneke FJ. 1978. Urban Forestry. New York (US): John Wiley & Sons, Inc.

Halim, Deddy Kurniawan. 2008. Psikologi Lingkungan Perkotaan. Jakarta:Bumi Aksara. 325hlm.

Harris, Charles W., Dines, Nicholas T. 1998. Time-saver Standard for Landscape Architecture (Second Edition). (US):McGraw-Hill Inc.

(73)

Luck, Rachel. 2007. Learning to talk to users in participatory design situations. Design Studies. 28(3):217-242

Pratiwi, Vina. 2011. Desain Lanskap PertanianYayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) Desa Bojongsari, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 144hlm. Ulrich, Roger S. 1999. Effect ofgarden of health outcome: Theory and Research.

[internet] [diunduh pada 6 July 2015] Tersedia pada:

http://majorfoundation.org/pdfs

Sanoff, Henry. 2000. Community Participation Methods in Design and Planning. USA:John Wiley & Sons, Inc.

Stigsdotter, Ulrika A., Grahn, Patrick. 2002. What makes a garden a healing garden. Journal of Therapeutic Holiculture.

Toker, Zeynep. 2007. Recent trends in community design: the eminence of participation. Design Studies. 28(3):309:323

(74)
(75)

KUISIONER PENELITIAN

DESAIN PARTISIPATIF PADA TAMAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Perkenalkan, nama saya adalah Siti Chadijah D. Saya adalah mahasiswi Institut Pertanian Bogor jurusan Arsitektur Lanskap dan juga penghuni RT06. Saya sedang mengerjalan skripsi saya tentang Taman Lingkungan. Tujuan saya membuat kuisioner ini adalah untuk mengumpulkan keinginan dan aspirasi masyarakat B6 sebagai dasar untuk mendesain taman lingkungan di B6

Partisipasi pada angket ini bersifat sukarela. Anda boleh mengisi kolom identitas atau tidak. Hasil dari kuisioner ini tidak akan dipublikasikan dimanapun.

Nama: ... Umur: ...

PETUNJUK PENGISIAN

Isilah pertanyaan dibawah ini pada kotak yang disediakan. Jawaban boleh bersifat deskriptif atau poin

(76)
(77)

RIWAYAT HIDUP

Siti Chadijah Dwiluthfianti dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 November 1992 dari pasangan Rudi Koswara dan Diana Lasoma. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Gambar

Tabel hubungan umur dengan intensitas mengunjungi taman
Tabel 1 Kriteria RTH
Gambar2. Peta Orientasi Penelitian
Tabel 2. Kebutuhan Data Dalam Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

pokok) pada saat harga mahal dan menimbunnya dengan tujuan untuk menjual kembali pada saat harganya lebih mahal. 7) Taghrir, yaitu upaya mempengaruhi orang lain, baik

• Menelaah dan informasi isi teks sesuai dengan bagian- bagian teks eksposisi • Menyimpulkan isi teks eksposisi hasil diskusi 3.6 Menelaah isi dan struktur teks

Oleh itu, penting untuk melaksanakan program dalam pemaham- an dan persepsi apa yang didengar daripada Akidah Islamiah secara khu- sus dan ilmu-ilmu syariat yang lain, yang

Uang Transpor Pegawai diberikan sepanjang tidak menggunakan kendaraan dinas, disertai dengan surat tugas, dan tidak bersifat rutin serta tidak diberikan kepada Pelaksana SPD

Lepas dari khilaf dan segala kekurangan, penulis merasa sangat bersyukur telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengelolaan program dana desa dalam perkembangan

Dalam 1 ton tandan buah segar (TBS) yang diolah dihasilkan limbah padat organik berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS), serat dan cangkang biji dalam jumlah masing-masing 23%,

Uji Patogenisitas Bacillus thuringiensis dan Metarhizium anisopliae Terhadap Mortalitas Spodoptera litura Fabr.. (Lepidoptera: Noctuidae) Di

• Soal tugas (diinfokan kepada mahasiswa dalam bagian quiz di LMS) • Lembar Observasi aktivitas mahasiswa 5 Mampu mengidentifikasi dan menganalisisdan membendakan