• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Sistem Cyber Extension Dalam Perkembangan Informasi Agribisnis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Sistem Cyber Extension Dalam Perkembangan Informasi Agribisnis"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

INFORMASI AGRIBISNIS

WIDDY DESTYANA RULITA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Sistem Cyber Extension Dalam PerkembanganInformasi Agribisnis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Widdy Destyana Rulita

NIM H34114057

(3)

WIDDY DESTYANA RULITA. Evaluasi Sistem Cyber Extension Dalam Perkembangan Informasi Agribisnis. Dibimbing oleh BURHANUDDIN

Cyber Extension merupakan salah satu mekanisme pengembangan jaringan komunikasi inovasi pertanian yang terprogram secara efektif untuk mempertemukan lembaga penelitian, pengembangan, dan pengkajian dengan penyuluh, pendidik, petani, dan stakeholders lainnya yang masing-masing memiliki kebutuhan informasi berbeda sehingga dapat berperan secara sinergis dan saling melengkapi. Tujuan penelitian ini adalah merumuskan strategi pengembangan sistem agar sistem yang sudah ada dapat berjalan lebih baik lagi. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Kekuatan Medan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan faktor pendorong dan faktor penghambat guna menentukan strategi dalam memaksimalkan faktor pendorong dan melemahkan faktor penghambat. Berdasarkan analisis kekuatan medan, ditentukan jumlah faktor pendorong lebih besar dibandingkan dengan jumlah faktor penghambat untuk melakukan pengembangan sistem, yaitu sebesar 5,07

Kata kunci: cyber extension, strategi pengembangan, sistem penyuluhan pertanian, analisis kekuatan medan.

ABSTRACT

WIDDY DESTYANA RULITA. Cyber Extension System Evaluation as Agribusiness Information Resource Evolution. Supervised by BURHANUDDIN

Cyber Extension is one of agricultural innovation communication network development mechanism wich is programmed effectively to gather research, development, and assessment institution with instructors, preceptors, farmers, and other stakeholders wich every each one has different information requirement resulting synergistic and complementary act. The aim of this study is to formulate development system strategy so that it can enhance the existing system. Analysis Method used in this study was Force Field Analysis, the purpose of using this method was to identify driving forces and resisting forces factor to determine the strategy that strengthen the driving forces and weakend the resisting forces. Based on Force Field Analysis, the number of driving factor is determined to be bigger than resisting factor, wich equal to 5,07.

(4)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(5)

WIDDY DESTYANA RULITA. Evaluasi Sistem Cyber Extension Dalam Perkembangan Informasi Agribisnis. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. (Dibawah bimbingan BURHANUDDIN)

Cyber Extension merupakan salah satu mekanisme pengembangan jaringan komunikasi inovasi pertanian yang terprogram secara efektif untuk mempertemukan lembaga penelitian, pengembangan, dan pengkajian dengan penyuluh, pendidik, petani, dan stakeholders lainnya yang masing-masing memiliki kebutuhan informasi berbeda sehingga dapat berperan secara sinergis dan saling melengkapi.

Penelitian dilakukan di Badan Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian dan Penyuluhan, Kementerian Pertanian, dengan pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari waancara dan penyebaran kuesioner kepada 24 orang responden. Data sekunder berasal dari studi pustaka dan referensi lainnya seperti hasil penelitian terdahulu maupun buku teks yang menunjang. Ananlisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis kekuatan medan dengan alat pengolahan data Microsoft Excel.

(6)

EVALUASI SISTEM CYBER EXTENSION DALAM PERKEMBANGAN INFORMASI AGRIBISNIS

WIDDY DESTYANA RULITA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Nama : Widdy Destyana Rulita

NIM : H34114057

Disetujui oleh

Dr Ir Burhanuddin, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, M.Si Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah dipanjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 sampai Mei 2014 ini ialah strategi pengembangan, dengan judul Evaluasi Sistem Cyber Extension Dalam Perkembangan Informasi Agribisnis.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir. Burhanuddin, MM selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Zuroqi Mubarok, SE selaku kepala sub bidang Informasi dan Materi, penyuluh pertanian, serta seluruh staf BPPSDMP Kementerian Pertanian yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada suami, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(9)

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

Penyuluhan 4

Cyber Extension 5

Cyber Extension sebagai metode dan teknik penyuluhan 8 Persamaaan dan Perbedaan dengan penelitian terdahulu 10

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Cyber Extension 10

Kelemahan Implementasi Cyber Extension 10

Komponen Sistem Informasi 12

Kerangka Pemikiran Operasional 13

METODE PENELITIAN 14

Lokasi Dan Waktu 14

Data dan Sumber Data 14

Metode Pengumpulan Data 14

Metode Penentuan Responden 14

Metode Analisis Data 15

Analisis Deskripti 15

Analisis Kualitatif 15

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 16

GAMBARAN UMUM 18

Aplikasi Cyber Extension 18

Sistem Informasi dan SMIPP pada Cyber Extension 19

Data (dataware) 19

Manusia (Brainware) 20

Perangkat Keras (Hardware) 20

Perangkat Lunak (Software) 20

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN 22 Komponen Sistem Jaringan Komunikasi Penyuluhan Melalui Cyber Extension 23

Personel 22

Prosedur 23

Data 24

Perangkat Lunak (softwere) 25

Perangkat Keras (Hardware) 26

Strategi Pengembangan dengan Analisis Kekuatan Medan 27 Identifikasi Faktor Pendorong dan Penghambat 28

Analisis Kekuatan Medan 27

Penyusunan Strategi 28

Penetapan Strategi Terpilih 30

Penyusunan Rencana Kerja 30

Ancaman 31

SIMPULAN DAN SARAN 33

Simpulan 33

Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 34

(11)

1. Jumlah penyuluh pertanian tahun 2013 di Indonesia 2

2. Tingkat urgensi dan bobot faktor pendorong 17

3. Tingkat urgensi dan bobot faktor penghambat 17

4. Evaluasi faktor pendorong dan penghambat 18

5. Perangkat komputer pendukung Cyber Extension 19

6. Personil sistem jaringan komunikasi Cyber Extension 21

7. Sasaran dan kinerja Cyber Extension 28

8. Perumusan strategi pengembangan Cyber Extension 29

9. Penetapan strategi pengembangan terpilih 29

10. Penyusunan rencana pengembangan Cyber Extension 32

DAFTAR GAMBAR

1. Sistem jaringan informasi Cyber Extension 9

2. Kerangka pemikiran operasional 14

3. Perangkat pendukung CyberExtension 19

4. Faktor Pendorong dan Penghambat Cyber Extension 26

5. Diagram Kekuatan Medan 27

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner penelitian 35

2. Tingkat urgensi dan bobot faktor pendorong 39

3. Tingkat urgensi dan bobot faktor penghambat 40

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat diukur dari pangsa sektor pertanian dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, pengentasan kemiskinan, perolehan devisa melalui ekspor non migas, penciptaan ketahanan pangan nasional dan penciptaan kondisi yang kondusif bagi pembangunan sektor lain. Selain itu, pertanian juga berperan sebagai penyedia bahan baku dan pasar yang potensial bagi sektor industri.

Pertanian di Indonesia didominasi oleh petani kecil dengan produk pertanian dan mutu yang bervariasi. Sementara pembangunan pertanian dihadapkan pada stagnasi dalam informasi dan inovasi pertanian, sehingga berdampak pada menurunnya optimalisasi sistem penyuluhan sejalan dengan pesatnya perkembangan produk-produk pertanian di era globalisasi ini. Stagnasi ini menyebabkan kesenjangan antara petani kecil dan gurem maupun petani perkebunan rakyat dengan pengusaha besar yang bergerak di sektor pertanian. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan yang dimiliki petani, seperti permodalan, penguasaan lahan, keterlampilan, pengetahuan, aksesibilitas akan informasi pasar dan teknologi pertanian, serta bergaining position akan berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam penentuan komoditas yang akan diusahakan dan teknologi usahatani yang akan diterapkan petani.

Akses informasi para pemilik modal di sektor pertanian memungkinkan perusahaan yang bergerak di sektor pertanian dapat akses terhadap jaringan informasi dan informasi secara luas. Berbeda dengan petani kecil yang sangat tergantung pada kapasitas penyuluh dalam mendampingi petani mengembangkan proses belajar inovasi pertanian. Rendahnya kemampuan petani untuk membuka diri terhadap suatu pembaharuan dan atau informasi yang berkaitan dengan unsur pembaharuan juga semakin memperburuk kondisi petani dalam membuat keputusan untuk menolak atau menerima inovasi. Hal ini akan bermuara pada rendahnya pendapatan dan keadaan usahatani yang sulit berkembang. Dengan demikian, dalam bidang pengembangan pertanian, akses terhadap inovasi pertanian menjadi hal yang sangat penting demi kelangsungan usahatani yang dilaksanakan. Inovasi pertanian yang memadai dan tepat waktu didukung informasi pertanian terkait lainnya dapat digunakan sebagai dasar strategi penguasaan pasar dan dasar perencanaan untuk pengembangan usahatani lebih lanjut.

(14)

Menurut Undang-Undang SP3K (2006) terkait tentang penyuluhan pertanian bahwa penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efesiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sementara pelaku pengembangan pertanian di Indonesia masih banyak yang mengeluhkan minimnya informasi pertanian tepat guna yang tersedia. Penyuluhan pertanian sebagai tonggak penting dalam melakukan pengembangan sistem informasi pembangunan pertanian, karena saat ini masih menghadapi banyak permasalahan penting, khususnya dalam mengembangkan informasi tepat guna yang berkelanjutan. Penyuluh sering dihadapkan pada permasalahan keterbatasan informasi yang sebenarnya dibutuhkan oleh petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian.

Tabel 1. Jumlah penyuluh pertanian tahun 2013 di Indonesia

No Status Penyuluh Jumlah (orang)

1. PNS 27.250

2. THL-TBPP 22.216

3. Honorer 1.250

Sumber: Badan Pengembangan Penyuluhan dan Sumber Daya Manusia Pertanian, 2013

Jumlah penyuluh yang banyak tidak sebanding dengan penyebaran informasi pertanian yang belum merata. Penyebaran berbagai informasi penyuluhan pertanian yang selama ini dilakukan dengan media cetak menjadi media utama dalam proses penyampaian informasi pertanian yang didistribusikan melalui fasilitas pos udara, seringkali terlambat sampai di tempat tujuan apalagi di daerah-daerah yang sangat jauh, terpencil dan sarana transportasinya yang masih belum bagus. Dampak dari belum adanya mekanisme jaringan informasi pembangunan pertanian yang efektif adalah sulitnya mengatasi ketertinggalan masyarakat lapisan bawah khususnya petani, meskipun telah banyak program pembangunan pertanian dengan biaya yang tidak sedikit telah dilakukan berbagai pihak, khususnya pemerintah. Banyak program pembangunan pertanian yang dinilai tidak mengena dan kurang efektif dalam mengatasi permasalahan dan kebutuhan masyarakat desa. Hal ini disebabkan oleh belum adanya jaringan komunikasi yang terprogram efektif yang mampu menghubungkan antara lembaga penelitian, pengembangan, dan pengkajian dengan penyuluh, pendidik, petani, dan kelompok

stakeholders lainnya yang masing-masing memiliki kebutuhan dengan jenis dan bentuk informasi yang berbeda.

Mekanisme pertukaran informasi pertanian juga dapat dilakukan melalui area cyber,

suatu ruang imajiner maya dibalik interkoneksi jaringan komputer melalui peralatan komunikasi. Mekanisme yang memanfaatkan kekuatan jaringan, komunikasi komputer dan multimedia interaktif untuk memfasilitasi mekanisme berbagi informasi atau pengetahuan ini dikenal dengan Cyber Extension (Wijekoon 2009).

(15)

Masa mendatang permasalahan pertanian menjadi semakin kompleks. Seperti yang terjadi saat ini, tingginya laju penduduk, lahan pertanian semakin sempit dan perubahan iklim global, sementara persaingan di bidang pangan harus terus dihadapi. Oleh karena itu sistem penyuluhan dengan Cyber Extension ini perlu dikembangkan agar kompetensi penyuluh sebagai jembatan penghubung informasi kepada petani dapat ditingkatkan.

Cyber Extension memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung pembangunan pertanian, namun sampai saat ini petani di dunia, khususnya di Indonesia masih belum diikutsertakan dalam bisnis TIK. Dalam waktu yang sama, pemanfaatan TIK dalam pembangunan pertanian membutuhkan proses pendidikan dan peningkatan kapasitas karena masih terdapat kesenjangan secara teknis maupun keterampilan dalam bisnis secara elektronis (berwawasan TIK). Membangun sebuah masa depan elektronis memerlukan strategi dan program untuk menyiapkan petani dengan kompetensi TIK. Hal ini bermanfaat untuk mendukung perdagangan dan kewirausahaan, sehingga kapasitas petani meningkat untuk berperan serta dan bermanfaat bagi tiap pertumbuhan ekonomi. Dengan mengimplementasikan Cyber Extension petani akan berpikir, berkomunikasi, dan mengerjakan bisnisnya dengan cara berbeda.

Perumusan Masalah

Pengembangan sistem kerja Cyber Extension merupakan salah satu mekanisme pengembangan jaringan komunikasi informasi pembangunan pertanian yang terprogram secara efektif. Cyber Extension perlu diimplementasikan untuk mempertemukan lembaga penelitian, pengembangan, dan pengkajian dengan penyuluh, pendidik, petani, dan kelompok stakeholders lainnya yang masing-masing memiliki kebutuhan dengan jenis dan bentuk informasi yang berbeda sehingga dapat berperan secara sinergis dan saling melengkapi.

Untuk mendukung perdagangan dan kewirausahaan yang baik, para petani harus disiapkan menjadi petani dengan kompetensi TIK, sehingga pemerintah dapat meningkatkan kapasitas petani untuk berperan serta dan bermanfaat bagi tiap pertumbuhan ekonomi. Informasi pertanian menjadi salah satu faktor kunci dalam pencapaian pembangunan pertanian berkelanjutan. Pencapaian tersebut dapat terwujud jika sarana dan prasarana memadai seperti sistem jaringan informasi inovasi.

Dengan mengimplementasikan Cyber Extension sebagai sumber informasi agribisnis, membawa konsekuensi dan tuntutan kepada penyuluh pertanian agar lebih proaktif mencari informasi untuk dijadikan materi penyuluhan. Selain itu implementasi

Cyber Extension mempunyai tujuan lain yaitu melalui peningkatan kapasitas petani, maka petani akan berpikir dengan cara yang berbeda. Akan tetapi dalam implementasinya ada beberapa hambatan seperti ketidaktepatan guna dan sasaran. Hambatan-hambatan ini dapat terjadi karena adanya tuntutan perubahan lingkungan sosial maupun fisik dunia pertanian. Seperti halnya keterbatasan sarana dan prasarana yang mempengaruhi kesiapan petani dalam menggunakan teknologi sebagai media komunikasi. Penyedia informasi juga dinilai masih memiliki kendala dalam membangun sistem informasi yang efektif dan efisien. Salah satu penyebabnya adalah belum optimalnya penggunaan modul pada

software yang digunakan dalam membangun sistem.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas di dalam penelitian, yaitu :

1. Bagaimana peran setiap komponen sistem informasi dalam implementasi

(16)

2. Bagaimana mengembangkan sistem Cyber Extension yang efektif agar menjadi sumber informasi agribisnis ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis komponen sistem jaringan komunikasi penyuluhan untuk mengidentifikasi ketersediaan dan kebutuhan informasi penyuluhan melalui

Cyber Extension.

2. Merumuskan strategi pengembangan sistem Cyber Extension.

Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini bagi penulis adalah untuk melatih kemampuan analisis penulis serta pengaplikasian konsep-konsep ilmu pengetahuan yang diterima selama kuliah dengan mengamati gejala praktis yang terjadi di lapangan. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para pelaku pengembangan pertanian untuk mengetahui sejauh mana efektifitas dan efisiensi sistem publikasi informasi pertanian yang telah dan sedang berjalan. Sedangkan untuk perguruan tinggi dan kalangan akademisi diharapkan penelitian ini dapat dijasikan sebagai referensi akademik dan bahan kajian atau acuan untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup

Penelitian di bidang strategi pengembangan ini difokuskan pada implementasi

Cyber Extension dalam mendukung pembangunan pertanian yang dilakukan di Kementerian Pertanian. Pemberi informasi adalah Badan Pengembangan Penyuluhan dan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), sebagai operator dan pelaksana kegiatan penyuluhan.

TINJAUAN PUSTAKA

Penyuluhan

Penyuluhan adalah suatu sistem aktivitas manusia berupa proses pembelajaran secara non formal dan kolaboratif untuk petani dan keluarganya sehingga mereka mengalami perubahan pola piker, pola sikap, dan pola tindak/kerja. Mereka menjadi tahu, mau dan mampu meningkatkan taraf hidup keluarga dan masyarakat sekitarnya (Subejo, 2011).

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluihan

Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan : “Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi

pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian

(17)

strategis terhadap peningkatan kesejahteraan dan partisipasi pelaku utama dalam pembangunan daerah dan nasional.

Menurut World Bank dalam Chaidirsyah, Patompo, dan Ladja (2012) menyatakan bahwa penyuluh pertanian secara substansial telah meningkatkan tingkat adopsi teknologi, tingkat kesadaran, dan tingkat produktifitas petani. Kontribusi penyuluhan tidak hanya untuk diseminasi teknologi pedesaan, namun tercakup didalamnya inovasi sederhana untuk petani miskin dan telah memberikan dampak yang besar serta meningkatkan produktifitas. Penyuluhan pertanian hadir untuk membantu petani dalam mengembangkan atau menata ulang perilakunya agar menjadi petani yang modern, tangguh, dan efisien.

Cyber Extension

Teknologi informasi mulai dipergunakan secara luas di pertengahan tahun 1980-an. Seperti penjelasan Indrajit dalam penelitian Safitri (2012), teknologi ini merupakan pengembangan dari teknologi komputer yang dipadukan dengan teknologi komunikasi. Definisi kata informasi sendiri secara internasional telah disepakati sebagai hasil dari pengolah data yang secara prinsip memiliki nialai yang lebih dibandingkan dengan data mentah. Komputer merupakan merupakan bentuk teknologi informasi pertama yang dapat melakukan proses pengolahan data menjadi informasi. Dalam kurun waktu yang sama, kemajuan teknologi komunikasi terlihat sedemikian pesatnya, sehingga telah mampu membuat dunia menjadi terasa lebih kecil (mereduksi ruang dan waktu).

Terkait dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), maka Sharma Director Information Technology, Documentation & Publications National Institute of Agricultural Extension Management India memberikan istilah tentang pemanfaatan teknologi informasi komunikasi untuk penyuluhan pertanian dengan sebutan Cyber Extension (Subejo, 2011). Cyber Extension adalah mekanisme pertukaran informasi pertanian melalui area cyber, suatu ruang imajiner maya dibalik interkoneksi jaringan komputer melalui peralatan komunikasi. Cyber Extension ini memanfaatkan kekuatan jaringan, komunikasi komputer dan multimedia interaktif untuk memfasilitasi mekanisme berbagi informasi atau pengetahuan (Wijekoon et al., 2009). Kelemahan keterkaitan antara penyuluhan, penelitian, jaringan pemasaran dan keterbatasan efektivitas penelitian dan penyuluhan bagi petani memberikan kontribusi negatif pada pembangunan pertanian.

Cyber Extension sudah mulai diterapkan di banyak negara sebagai suatu mekanisme penyaluran informasi melalui aplikasi teknologi informasi untuk mencukupi keterbatasan akses petani di pedesaan terhadap informasi yang dibutuhkannya.

Sistem Cyber Extension memberikan dukungan pada keseluruhan proses produksi, manajemen, pemasaran, dan kegiatan pembangunan pedesaan lainnya. Model komunikasi

(18)

Cyber Extension merupakan sistem informasi penyuluhan pertanian melalui media internet, untuk mendukung penyediaan materi penyuluhan dan informasi pertanian bagi penyuluh dalam memfasilitasi proses pembelajaran agribisnis bagi pelaku utama dan pelaku usaha. Cyber Extension adalah program yang dikembangkan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, merupakan metode penyuluhan masa depan yang dirancang dengan tujuan, sebagai berikut: (1) meningkatkan arus informasi dari pusat sampai tingkat petani; (2) meningkatkan penyediaan materi penyuluhan pertanian bagi penyuluh; (3) meningkatkan akses petani dalam mendapatkan informasi; dan (4) menyediakan peralatan komputer yang dapat mengakses informasi Cyber Extension

(Purnomo, 2012).

Sesuai dengan grand design yang telah dirancang oleh BPPSDMP bahwa secara umum ruang lingkup program Cyber Extension adalah: (1) pembangunan dan pengembangan piranti lunak sistem informasi di tingkat pusat; (2) penyediaan koneksi jaringan (internet) berlangganan; (4) penyediaan materi penyuluhan; (5) pengadaan peralatan server, komputer kontrol, komputer kios/unit, ruang server di tingkat pusat; (6) pengadaan komputer untuk Balai Penyuluhan Pertanian (BP3K), Badan Pelaksanan Penyuluhan, dan Badan Koordinasi Penyuluhan; (7) pelatihan dan apresiasi bagi adminstrator di tingkat pusat, provinsi dan tingkat kabupaten.

Cyber Extension merupakan salah satu mekanisme pengembangan jaringan komunikasi informasi inovasi pertanian yang terprogram secara efektif. Dengan mengimplementasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam sistem komunikasi penyuluhan pertanian diharapkan dapat meningkatkan keberdayaan petani melalui penyiapan informasi pertanian yang tepat waktu dan relevan untuk mendukung proses pengambilan keputusan berusahatani untuk meningkatkan produktivitasnya.

Dalam penelitiannya, Retno (2010) menyatakan bahwa Cyber Extension

merupakan salah satu media baru dalam komunikasi inovasi pertanian yang dapat difungsikan untuk mempertemukan lembaga penelitian, pengembangan, dan pengkajian dengan diseminator inovasi (penyuluh), pendidik, petani, dan kelompok stakeholders

lainnya yang masing-masing memiliki kebutuhan dengan jenis dan bentuk informasi yang berbeda sehingga dapat berperan secara sinergis dan saling melengkapi.

Dijelaskan pula bahwa pemantapan mekanisme kerja pemanfaatan Cyber Extension sebagai media komunikasi untuk pemberdayaan petani diimplementasikan sesuai dengan kondisi dan situasi di lapangan. Pemanfaatan pertama adalah pemanfaatan

Cyber Extension oleh petani maju dan disebarkan kepada petani lain melalui berbagai media komunikasi yang ada di tingkat lokal. Petani maju yang memiliki akses terhadap teknologi informasi baik memiliki sendiri maupun memanfaatkan sarana akses informasi berbasis teknologi informasi yang ada di lingkungannya. Petani maju ini merupakan petani yang memiliki tingkat kekosmopolitan tinggi, memiliki persepsi terhadap karakteristik Cyber Extension yang positif, tingkat keterlibatan dalam kelompok tinggi, dan memiliki kemampuan yang baik untuk berbagi informasi atau pengetahuan dengan pihak lain khususnya kepada sesama petani.

Informasi yang diperoleh melalui Cyber Extension baik yang diakses dengan internet maupun telepon genggam dengan fasilitas layanan content informasi pertanian dibagikan langsung secara interaktif ke petani lain baik melalui mekanisme komunikasi

face to face maupun penerusan informasi ke petani lain dengan media komunikasi lain (telepon misalnya). Petani maju juga dapat menulis informasi yang diperolehnya pada papan informasi sehingga petani lain setiap saat dapat mengakses dengan mudah.

(19)

Batu yang dikembangkan oleh World Bank. Selain informasi yang dapat diakses secara online, telecenter diharapkan juga menyediakan informasi elektronis dalam bentuk compact disk atau pangkalan data yang dapat diakses secara offline. Informasi yang diakses oleh fasilitator disederhanakan dan diteruskan ke petani baik dalam bentuk tercetak dalam bentuk selebaran dan penulisan/penempelan dalam papan pengumuman maupun elektronis dalam bentuk compact disk dan dalam pangkalan data. Fasilitator juga dapat menjembatani komunikasi secara interaktif dengan sumber informasi yang diperlukan petani melalui mekanisme pemanfaatan teknologi informasi yang ada di telecenter. Misalnya promosi usaha tani melalui internet dan konsultasi usahatani dengan para pakar. Petani yang dapat berhubungan langsung dengan telecenter dapat membagikan informasi yang diperolehnya kepada petani lain melalui berbagai media komunikasi yang ada di lingkungan misalnya melalui pengembangan kapasitas kelembagaan komunikasi lokal sebagai forum media.

Selanjutnya pemanfaatan yang ketiga yaitu pemanfaatan Cyber Extension oleh komunitas (lembaga komunikasi lokal) dan disebarkan ke petani lain. Informasi yang diperoleh petani dari berbagai sumber termasuk melalui pemanfaatan Cyber Extension

disederhanakan (didampingi fasilitator atau penyuluh) dan dikemas dalam bahasa lokal sehingga mudah dipahami petani. Informasi yang sudah disederhanakan dapat dijadikan sebagai bahan siaran radio. Petani secara interaktif juga dapat menyampaikan umpan baliknya melalui komunitas ini. Radio komunitas juga dapat berfungsi untuk menjembatani petani dalam akses informasi secara interaktif maupun dalam promosi hasil usahataninya sekaligus dapat difungsikan sebagai forum media.

Terakhir adalah pemanfaatan Cyber Extension oleh penyuluh disebarkan secara interaktif ke petani maju dan secara konvensional disampaikan langsung maupun tidak langsung ke petani pada umumnya. Mekanisme pemanfaatan ini dapat dioptimalkan apabila penyuluh atau pendamping petani telah memiliki kapasitas yang memadai untuk pengelolaan dan akses informasi dengan pemanfaatan teknologi informasi. Informasi yang diakses melalui Cyber Extension oleh penyuluh disederhanakan dan dikemas kembali sebagai bahan atau materi penyuluhan dan selanjutnya disebarkan melalui jejaring sosial atau sebagai bahan untuk pertemuan kelompok. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, penyuluh juga dapat berinteraksi secara interaktif dengan petani dalam pelaksanaan kegiatan konsultasi dan fasilitasi kegiatan usahatani. Penyuluh juga dapat memanfaatkan komunitas yang telah memiliki media komunikasi lokal yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan inovasi yang telah diolahnya kepada petani di lingkungannya.

Peningkatan kapasitas penyuluh dalam aplikasi teknologi informasi untuk pemanfaatan dan pengelolaan informasi perlu dilakukan agar mampu menjadi jembatan untuk mempercepat arus sistem informasi berbasis teknologi informasi ke tingkat pengguna akhir (petani) dan membangun komunikasi secara interaktif melalui Cyber Extension. Pengembangan komunikasi secara interaktif dengan melibatkan petani, penyuluh, dan tim pakar perlu dilakukan dengan mengaktifkan dan merevitalisasi forum online yang telah tersedia di situs-situs Lembaga di lingkup Kementerian Pertanian.

(20)

pada tahap ini. Penetapan hosting server, pengembangan materi oleh masing-masing administrator, pengembangan software dan hardware dilakukan di tahap pemantapan

tahun 2011. Apresiasi administrator level provinsi dan level kabupaten juga terus dilakukan, dan diharapkan Cyber Extension sudah dapat diakses oleh semuapenyuluh.

Pengembangan Cyber Extension dilakukan untuk memenuhi kebutuhan penyuluhan di lapangan. Kemampuan administrator level provinsi dan level kabupaten ditambah apresiasi multimedia bagi adminstrator tersebut. Tahap ini dilakukan pada tahun 2012. Saran-saran dari penyuluh lapangan diperlukan guna pengembangan lanjutan. Selain apresiasi bagi adminstrator level provinsi dan level kabupaten, maka apresiasi di tingkat petani juga dilakukan.

Tahap pemantapan (pengembangan lanjutan dan kebebasan informasi dilakukan di tahun 2013) dan diharapkan sudah dapat berjalan dan mengakomodir sesuai kebutuhan penyuluh dan petani. Diharapkan semua lapisan masyarakat dapat mengenal, mengakses dan menggunakan Cyber Extension.

Cyber Extension sebagai Metode dan Teknik Penyuluhan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 52/ Permentan/OT.140/ 12/2009 tentang Metode Penyuluhan Pertanian, yang dimaksud dengan metode penyuluhan

pertanian merupakan: “cara/teknik penyampaian materi penyuluhan oleh penyuluh

pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha, agar mereka tahu, mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, sumberdaya lainnya sebagai upaya meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,pendapatan, kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sedangkan teknik penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai keputusan – keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluh dalam memilih serta menata simbol dan isi pesan (materi penyuluhan), menentukan pilihan cara, dan frekuensi penyampaian pesan, serta menentukan bentuk penyajian.

Gambar 1. Sistem jaringan informasi Cyber Extension

(21)

kelas utama yaitu media massa konvensional (koran, jurnal pertanian, leaflet, radio dan

televisi), “media” interpersonal (telepon), dan media hybrid (teknologi internet dan

CD-ROM). Cyber Extension termasuk dalam media hybrid karena termasuk dalam teknologi internet. Keuntungan Cyber Extension, juga seperti media hybrid teknologi internet yang lain adalah: (1) audiens yang bisa dicapai di seluruh dunia (apabila ada akses); (2) audiens dapat merespon terhadap pesan-pesan melalui e-mail; (3) berita dan aktualitas sering ada di internet sebelum disiarkan oleh radio dan televisi; (4) internet dapat dirundingkan kapan saja bila cocok dengan penggunanya (waktu lebih fleksibel); (5) semua pesan yang diterima dapat disimpan dalam komputer atau tercetak, dan diakses lagi bila diperlukan. Kelemahannya antara lain (1) sulit membangun hubungan kepercayaan, karena adanya keterbatasan dalam kehadiran sosial; (2) tergantung kepada stasiun siaran dan pengurus editorialnya; (3) biaya memperoleh pengalaman dari praktik yang baru, dengan kemungkinan mendapatkan umpan balik dari orang lain tentang kinerja mereka, pengembangan dan pemeliharaan dapat tinggi; (4) membutuhkan keterampilan komputer.

Metode penyuluhan melalui media hybrid menuntut perubahan perilaku, misal dalam pencarian informasi dan fasilitasi akses tertulis termasuk buku pedoman dan leaflet pertanian tentang topik pertanian yaitu dengan mengamati halaman rak dimana leaflet dipamerkan, sedangkan menggunakan fasilitas internet, maka pencarian dan fasilitas akses sering memasukkan struktur menu dan memilih atau memasukkan kata-kata yang dicari untuk mengidentifikasi satu seleksi halaman elektronik atau situs yang cocok dengan kriteria khusus yang dicari. Pekerja komunikasi sendiri dalam membangun fasilitas pencarian dan akses yang berguna, maka yang perlu diperhatikan adalah

mendapatkan wacana “kebutuhan-informasi” klien mereka (Leeuwis dalam Purnomo).

Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu mengenai Cyber Extension, maka terdapat persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah tujuan penelitian, yaitu merumuskan upaya-upaya perbaikan dan pengembangan penyuluhan melalui Cyber Extension.

Perbedaan analisis penelitian ini dengan penelitian terdahulu salah satunya terletak pada alat analisis. Penelitian ini akan menggunakan analisis medan kekuatan sebagai alat analisis. Sementara alat analisis pada penelitian terdahulu adalah analisis korelasi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Cyber Extension

Cyber Extension yang dimaksud dalam Sistem Manajemen Informasi Penyuluhan Pertanian (SMIPP) adalah sistem informasi penyuluhan pertanian melalui media internet, untuk mendukung penyediaan materi penyuluhan dan informasi pertanian bagi penyuluh dalam memfasilitasi proses pembelajaran agribisnis bagi pelaku utama dan pelaku usaha.

Sumardjo, Baga LM, dan Mulyandari (2010) menyatakan bahwa Cyber Extension

(22)

Cyber Extension secara umum bertujuan untuk mengembangkan sistem informasi pertanian berbasis web terpadu, terintegrasi, tepat guna dan bermanfaat bagi penyuluh, kelembagaan penyuluhan serta para pelaku agribisnis ataupun masyarakat pada umumnya.

Cyber Extension dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pelayanan data dan informasi penyuluhan yang memadai sehingga dapat memfasilitasi proses pembelajaran penyuluh. Selain itu, melalui Cyber Extension penyuluh dapat berinteraksi dengan penyuluh lain, pelaku utama, dan pelaku usaha lainnya sehingga komunikasi lebih praktis. Cyber Extension juga dapat dimanfaatkan oleh petani untuk memperoleh informasi pertanian yang antara lain meliputi teknologi budidaya, pola tanam, jadwal tanam varietas baru dan produksi tinggi, komoditas yang sedang dibutuhkan konsumen, harga pasar dan lain-lain. Hal ini dapat mendukung petani untuk mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi. Pemanfaatan Cyber Extension diharapkan dapat mengatasi kesenjangan informasi antara petani pemasok dengan petani pemasar serta dengan pihak yang terlibat dalam kegiatan pengembangan pertanian.

Kelemahan implementasi Cyber Extension

Sumardjo, Baga, dan Mulyandari (2010) dalam penelitiannya tentang kajian Cyber Extension menjelaskan kelemahan dari implementasi Cyber Extension di Indonesia. Permasalahan dan hambatan yang ada dikaji di Kabupaten Bogor dan Cianjur yang diduga berlaku pula di daerah lain. Permasalahan dan hambatan tersebut dikategorikan ke dalam empat utama kelompok kelemahan, yaitu : manajemen, infrastruktur dan sarana prasarana lainnya, sumberdaya manusia, serta budaya.

Kelemahan dalam manajemen seperti belum adanya komitmen dari manajemen di level stakeholders managerial yang ditunjukkan dengan seiring adanya kebijakan yang belum konsisten. Salah satu contohnya adalah dikeluarkannya kebijakan pengembangan perpustakaan digital di daerah, namun belum diikuti dengan penyediaan infrastruktur dan ketersediaan sumberdaya manusia yang memadai untuk implementasinya di lapangan, terutama karena terbatasnya anggaran dan akses terhadap training atau pelatihan yang terkait dengan aplikasi TIK untuk pengelolaan dan pemanfaatan informasi.

Kemampuan tingkat manajerial pimpinan di level stakeholders (khususnya di lingkup Pemda dan Dinas Kabupaten) sebagian besar masih belum memiliki kapasitas di bidang teknologi informasi, sehingga banyak sekali proses pengolahan input yang seharusnya dapat difasilitasi dengan aplikasi teknologi informasi tidak diperhatikan dan bahkan cenderung dihindari penerapannya. Dengan adanya fakta terbatasnya kapasitas aplikasi teknologi informasi di level ini akan mempengaruhi prosews pemberian arahan bagi anggota organisasi di level yang lebih rendah untuk mengoptimalkan aplikasi teknologi informasi dalam pengelolaan input sehingga menghasilkan output yang lebih efisien dan dapat diakses oleh stakeholders lain secara cepat, akurat, dan memadai.

(23)

Infrastruktur dan sarana prasarana lainnya juga dinilai masih banyak memiliki kelemahan seperti tidak mendukung operasi pengelolaan dan penyebaran informasi pertanian yang berbasis teknologi informasi, seperti misalnya pasokan listrik yang masih kurang memadai, perlengkapan hardware tidak tersedia secara mencukupi baik kualitas maupun kuantitasnya, gedung atau ruangan yang tidak memadai, serta jaringan koneksi internet yang masih sangat terbatas.

Wilayah jangkauan Cyber Extension yang luas menyebabkan penerapannya tidak dapat merata, baik karena terbatasnya anggaran maupun lambatnya proses penyebarannya karena perluasannya tidak dapat berjalan secara bersamaan. Sementara biaya untuk operasional aplikasi teknologi informasi dalam implementasi Cyber Extension yang disediakan oleh pemerintah daerah khususnya sangat tidak memadai terutama untuk biaya langganan ISP untuk pengelolaan informasi yang berbasis internet.

Disamping infrastruktur telekomunikasi Indonesiayang memang masih belum tersebar secara merata, tempat akses informasi melalui aplikasi teknologi informasi sangat terbatas. Di beberapa tempat di luar negeri, pemerintah dan masyarakat bergotong royong untuk menciptakan access point yang terjangkau. Pengembangan access point di Indonesia seharusnya dapat dialkukan di kantor pos, kantor pemerintahan, dan tempat umum lainnya seperti pasar dan pusat kegiatan pertanian.

Hambatan yang ada di sumberdaya manusia sedikit banyaknya berpengaruh dalam implementasi Cyber Extension di Indonesia. Sebagian usia produktif dan yang bekerja di lembaga subsistem jaringan informasi inovasi pertanian tidak berbasis teknologi informasi, sehingga semua pekerjaan dilaksanakan seperti bisaanya dan tidak pernah memikirkan efisiensi atau pemanfaatan teknologi informasi yang konsisten. Dunia teknologi informasi terlalu cepat berubah dan berkembang, sementara sebagian besar sumberdaya manusia yang ada di lembaga subsistem jaringan informasi inovasi pertanian cenderung kurang memiliki motivasi untuk terus belajar mengejar kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga seringkali kapasitas sumberdaya manusia yang ada tidak dapat mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan cenderung menjadi lambat dalam menyelesaikan tugas. Hambatan terbesar pada sumbderdaya manusia adalah keterbatasan kemampuan dan pengetahuan petani atau pengguna akhir dalam pemanfaatan teknologi informasi dalam akses informasi inovasi pertanian dan mempromosikan produknya ke pasar yang lebih luas.

Permasalahan terakhir yang menghambat implementasi Cyber Extension adalah kategori budaya atau kultur. Kultur berbagi masih belum membudaya kultur berbagi informasi dan pengetahuan untuk mempermudah akses dan pengelolaan informasi belum banyak diterapkan oleh anggota lembaga stakeholders. Banyak di antara anggota lembaga subsistem informasi inovasi pertanian merasa akan terancam posisi dan kedudukannya apabila membagikan ilmu atau informasi yang dimilikinya kepada orang lain, khususnya terkait dengan pengetahuan dan keterampilan dalam aplikasi teknologi informasi.

Kemudian kultur untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam akses informasi, pengemasan kembali informasi atau pengelolaan informasi bagi para penyuluh pertanian belum bisa dilakukan. Sebagian besar masih mengandalkan materi tercetak atau konvensional. Selanjutnya kultur mendokumentasi informasi/data belum lazim, khususnya untuk kelembagaan yang berada di daerah. Salah satu kesulitan besar yang dihadapi adalah kurangnya kebisaaan mendokumentasikan segala sesuatu yang terkait dengan kegiatan .

Komponen Sistem Informasi

(24)

antara orang, proses algoritmik, data, dan teknologi. Dalam pengertian ini, istilah ini digunakan untuk merujuk tidak hanya pada penggunaan organisasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK), tetapi juga untuk cara di mana orang berinteraksi dengan teknologi ini dalam mendukung proses bisnis.

Sistem informasi mempunyai sejumlah komponen yaitu: 1. Perangkat keras (CPU, disk, terminal, printer, tape dll).

2. Perangkat lunak (sistem operasi, sistem database, program pengontrol komunikasi, program aplikasi, dll).

3. Personil (yang mengoperasikan sistem, menyediakan masukan, mengkonsumsi keluaran dan melakukan aktivitas manual yang mendukung sistem)

4. Data (yang harus tersimpan dalam sistem dalam jangka waktu tertentu). 5. Prosedur (intruksi dan kebijakan untuk mengoprasikan sistem).

Kerangka Pemikiran Operasional

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berpotensi menjadi peluang yang besar bagi para pelaku pertanian untuk akses informasi yang dibutuhkannya. Informasi pertanian dapat digunakan untuk mengkondisikan terciptanya peluang untuk meningkatkan usaha produktif. Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer dan teknologi komunikasi, dapat diguakan untuk menjembatani informasi dan pengetahuan yang tersebar diantara yang menguasai informasi dan tidak. Melalui TIK pula dapat diperbaiki stagnasi inovasi dan informasi pertanian yang selama ini terjadi.

Dalam penelitian ini media komunikasi dalam membangun pengetahuan melalui sistem penyuluhan berbasis TIK yaitu dengan mengimplementasi Cyber Extension

sebagai media komunikasi inovasi pertanian. Namun dalam implementasi yang sudah ada masih belum tepat guna dan tepat sasaran. Oleh karena itu, faktor lingkungan, khususnya peranan infrastruktur dan ketersediaan sarana teknologi informasi yang efektif dan efisien dalam mendukung pemanfaatan Cyber Extension sebagai sumber informasi agribisnis akan dilakukan evaluasi.

(25)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Pertanian. Lokasi ini dipilih atas pertimbangan mahasiswa dapat melakukan observasi secara langsung. Penelitian ini berlangsung dari bulan Februari 2014 sampai dengan Mei 2014.

Data dan Sumber Data

(26)

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara, observasi, dan diskusi. Teknik wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kuesioner dalam bentuk tanya jawab langsung dengan narasumber yaitu penyuluh pertanian pusat, admin, serta operator sistem. Teknik observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk memperoleh informasi dan data sebagai pelengkap dari hasil wawancara yang telah dilakukan. Teknik diskusi dilakukan dengan membahas hasil dari wawancara dan observasi, diskusi dilakukan secara langsung dengan penyuluh pertanian pusat, admin, serta operator sistem.

Metode Penentuan Responden

Arikunto (1993) mengatakan yang dimaksud sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Berdasarkan pendapat tersebut, dan juga karena subjek penelitian yang banyak tersebar di seluruh Indonesia, maka peneliti menggunakan teknik sampel penelitian. Responden di dalam penelitian ini adalah 20 orang penyuluh pertanian pusat, 2 orang admin, serta 2 orang operator sistem.

Metode Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif. Analisis deskriptif pada penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan peransetiap komponen sistem dan kondisi yang terjadi di Cyber Extension sebagai sumber informasi agribisnis serta permasalahan yang menjadi faktor pendukung dan penghambat pengembangan. Kemudian dilanjutkan dengan analisis Kekuatan Medan (Force Field Analysis) dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan faktor pendorong dan penghambat guna menentukan strategi dalam memaksimalkan faktor pendorong dan melemahkan faktor penghambat kegiatan pengembangan.

Analisis Deskriptif

Pada penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan peran Cyber Extension sebagai sumber informasi agribisnis yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dengan demikian dapat diketahui tingkat efektivitas dari setiap faktor-faktor tersebut terhadap implementasi Cyber Extension.

Nazir (2011) menyatakan bahwa analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Cara pengumpulan data untuk analisis deskriptif ini menggunakan teknik wawancara dengan bantuan kuesioner.

Satori (2009), langkah kerja untuk mendeskripsikan suatu objek, fenomena, atau

(27)

data/fakta yang diungkap di lapangan untuk memberikan ilustrasi yang utuh dan untuk memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan.

Analisis Kekuatan Medan

Penggunaan analisis kekuatan medan (Force Field Analysis) bertujuan untuk mengetahui kekuatan faktor pendorong dan penghambat guna menentukan strategi dalam memaksimalkan faktor pendorong dan melemahkan faktor penghambat kegiatan pengembangan. Surjadi (2008) menyatakan bahwa analisis kekuatan medan adalah suatu alat analisis yang digunakan dalam perencanaan perubahan. Merencanakan perubahan dengan cara memetakan kekuatan yang mendorong dan yang menghambat terhadap perubahan

Kurt Lewin sebagai pengembang Analisis Kekuatan Medan menyatakan bahwa alat analisis ini adalah salah satu perkembangan paling berpengaruh di dalam bidang Ilmu sosial karena memberikan kerangka kerja untuk melihat kepada faktor yang mempengaruhi keadaan, terutama keadaan sosial. Analisis kekuatan medan melihat kepada kekuatan, baik yang mendorong ke tujuan, ataupun menghalangi pergerakan ke tujuan. Prinsipnya, analisis kekuatan medan sangat berkontribusi dalam pengembangan organisasi, manajemen proses, dan perubahan manajemen.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengolahan data mengenai tingkat keefektifan implementasi Cyber Extension dan analisis kekuatan medan. Penelitian ini menggunakan analisis kekuatan medan untuk memetakan kekuatan yang mendorong dan menghambat terhadap perubahan pengembangan Cyber Extension. 1. Tingkat Keefektifan

Pengukuran tingkat keefektifan pelaksanaan kegiatan penyuluhan dengan Cyber Extension dilakukan menggunakan Skala Likert. Setiap respon responden dihitung berdasarkan skor yang kemudian dijumlahkan (summated ratting). Hasil penjumlahan skor tersebut merupakan skor total yang digunakan untuk menafsirkan posisi responden dalam Skala Likert. Penghitungan Skala Likert menggunakan ukuran ordinal sehingga skor total hanya dapat dibuat rangking. Menurut Nazir (2011), dengan menggunakan Skala Likert tidak dapat diketahui berapa kali satu responden lebih baik atau lebih buruk dari responden lainnya dalam skala. Skor atau bobot yang digunakan terdiri dari empat

Penelitian ini menggunakan Analisis Kekuatan Medan karena tujuan penelitian yang dilakukan adalah merancang perencanaan perubahan. Prosedur implementasi Analisis Kekuatan Medan untuk mencapai atau mewujudkan tingkat kinerja yang diinginkan adalah :

a. Identifikasi faktor pendorong dan penghambat

i. Faktor pendorong dan penghambat bersumber dari internal dan eksternal ii. Pendorong merupakan perpaduan strengths dan opportunities

(28)

b. Penilaian faktor pendorong dan penghambat

Tabel 2. Tingkat urgensi dan bobot faktor pendorong

Tabel 3. Tingkat urgensi dan bobot faktor penghambat

i. Setelah faktor pendorong dan penghambat diidentifikasi maka langkah selanjutnya adalah diadakan penilaian terhadap faktor-faktor tersebut

ii. Penilaian dilakukan dalam rangka mengetahui dan menentukan faktor-faktor mana yang lebih urgent dengan cara membandingkan setiap faktor dengan faktor-faktor lain.

iii. Hasil penilaian terhadap faktor-faktor akan menghasilkan Nilai Urgensi Faktor (NU) dan Bobot Faktor (BF)

iv. NU dan BF ditentukan dengan teknik komparasi 3. Menentukan Faktor Kunci Keberhasilan (FKK)

a. Faktor kunci keberhasilan adalah faktor yang memiliki total nilai bobot (TNB) terbesar diantara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penetapan misi organisasi

b. Dari seiap kategori strengths, weaknesses, opportunities, dan threats masing-masing dipilih 2 FKK

(29)

c. Cara menentukan FKK adalah sebagai berikut : i. FKK dipilih dari TNB terbesar

ii. Kalau TNB sama, pilih BF terbesar iii. Kalau BF sama, pilih NBD terbesar 4. Perumusan Tujuan

a. Perumusan tujuan didasarkan pada pendorong kunci yang dapat diandalkan, guna menghilangkan atau meminimalisasi dampak penghambat kunci

b. Pemikiran perumusan tujuan berdasarkan kemampuan organisasi selaras dengan prinsip utama manajemen, yakni mencpai hasil dengan memberdayakan sumber daya organisasi secara efektif dan efisien

5. Menentukan Sasaran dan Kinerja 6. Penyusunan Strategi

a. Dalam penyusunan strategi diarahkan pada mengoptimalkan pendorong kunci untuk mengatasi atau perbaikan penghambat kunci guna pencapaian sasaran dan kinerja yang telah ditetapkan

b. Dalam rangka perumusan strategi, perlu diperhatikan tingkat kecocokan kombinasi antara tingkat pendorong kunci dan penghambat kunci dengan sasaran dan kinerja yang akan ditingkatkan

7. Penyusunan Rencana Pengembangan

GAMBARAN UMUM

Aplikasi Cyber Extension

Cyber Extension menurut Wijekoon (2003) adalah sebuah mekanisme pertukaran informasi pertanian melalui area cyber. Suatu ruang imajiner dibalik ruang interkoneksi jaringan komputer melalui peralatan komunikasi yang memanfaatkan kekuatan jaringan, komunikasi komputer dan interaktif multimedia untuk memfasilitasi mekanisme pertukaran informasi.

(30)

Informasi, internet dan virtual reality. Sedangkan Extension secara harfiah dapat disebut sebagai tindakan atau proses memperluas atau memperpanjang sesuatu. Itu bisa perluasan area, waktu maupun ruang. Jadi Extension atau penyuluhan adalah sebuah mekanisme sentral dalam proses pembangunan pertanian, baik dari segi transfer teknologi dan pengembangan sumber daya manusia.

Cyber Extension kini tidak lagi dimaknai sebagai sebuah website, tetapi lebih dikenal sebagai program terobosan pemerintah dalam penyediaan informasi dan layanan pertukaran informasi melalui media internet (on-line). Cyberextension.web.id yang kini telah berubah menjadi cybex.deptan.go.id adalah sebuah layanan interface penyediaan informasi yang merupakan bagian dari Cyber Extension.

Materi-materi yang diperoleh banyak didapatkan dari para penyuluh di lingkup Kementerian Pertanian, badan Litbang, dan juga penyuluh di daerah. Materi penyuluhan yang disajikan antara lain : hortikultura, tanaman pangan, perkebunan, peternakan, pengelolaan lahan dan air.

Aplikasi Cyber Extension ini dibangun dengan menggunakan pemrograman berbasis web DRUPAL. DRUPAL adalah software yang bisaa digunakan untuk membuat aplikasi berbasis web yang dibuat dalam bahasa PHP yang bisa didapatkan secara gratis (open source) dan telah banyak digunakan untuk kepentingan pribadi hingga perusahaan, bahkan telah banyak digunakan untuk kepentingan bisnis dan knowledge management. Keluaran dasar DRUPAL yang bisaa disebut Drupal core berisi fitur umum untuk membangun CMS (Content Management Systems) yang meliputi regristrasi akun pengguna dan pemeliharaan, menu manajemen, RSS feed, page layoutcostumization, dan sistem administrasi.

Dalam pengembangannya, Cyber Extension juga memiliki hambatan yang dikarenakan adanya keterbatasan sarana dan prasarana sumberdaya manusia (penyuluh), seperti rendahnya kemampuan penyuluh dalam menuangkan pengetahuan yang dimiliki ke dalam bentuk narasi.

Banyaknya peluang yang bisa dikembangkan dari program Cyber Extension ini, guna menunjang penyebaran informasi dan ilmu pengetahuan yang sangat dibutuhkan para petani, khususnya mereka yang jauh dari jangkauan pemerintah pusat. Pengembangan-pengembangan yang bisa dilakukan dengan cara mengoptimalkan semua fitur yang ada dan menambahkan fitur-fitur yang belum ada untuk menutupi kekurangan yang ada agar lebih efektif.

Sistem Informasi dan SMIPP Pada Cyber Extension

Sistem Informasi (SI) menurut O’Brien (1999) didefinisikan sebagai interaksi

tepadu antar komponen (sumberdaya) manusia (brainware), perangkat lunak (software), perangkat keras (hardware), perangkat jaringan (netware), dan data (dataware) yang didesain untuk mendukung aktivitas mulai dari pengumpulan data, pengolahan data, penyimpanan data, penyebaran informasi, serta kontrol tehadap keseluruhan aktivitas tersebut.

Sistem informasi mengandung tiga aktivitas dasar di dalamnya, yaitu aktivitas masukan (input), pemrosesan, dan keluaran (output). Tiga aktivitas dasar ini menghasilkan informasi yang dibutuhkan pengguna untuk pengambilan keputusan,

(31)

akan menggunakan. Sistem informasi juga membutuhkan umpan balik, yaitu untuk dasar evaluasi dan perbaikan di tahap input berikutnya.

SMIPP mempunyai konsep yang sama dengan SI, tetapi SMIPP bukanlah Sistem Informasi Manajemen (SIM). SMIPP adalah suatu alur manajemen arus informasi yang dibuat untuk mendistribusikan informasi-informasi baik berupa berita atau materi penyuluhan. Pada SI terdapat aktivitas pengumpulan data, pengolahan data, penyimpanan data, penyebaran informasi, serta kontrol terhadap keseluruhan aktivitas tersebut. Sedangkan pada SMIPP terdapat proses pengumpulan data, pengolahan data, penyimpanan data dan penyebaran informasi, serta pemeliharaan. Dengan kata lain SMIPP adalah suatu sistem jaringan informasi pertanian.

Untuk menunjang Cyber Extension semua komponen tersebut harus terpenuhi agar dapat diiplementasikan dengan baik.

Data (dataware)

Sumberdaya data meliputi semua ilmu pengetahuan pertanian, berita-berita terkini yang berkaitan dengan pertanian maupun penyuluhan yang perlu dihimpun dan disimpan untuk mendukung keseluruhan aktivitas sistem informasi. Informasi berbeda dengan data. Informasi adalah data yang telah diolah dan disajikan dalam konteks yang bermanfaat bagi pengguna. Untuk menghasilkan informasi tersebut, diperlukan data-data yang harus diproses dan disimpan dalam database. Data-data yang diproses oleh Cyber Extension

didapatkan dari berbagai sumber seperti buku, pengalaman penyuluh dan petani di lapangan, sertabadan penelitian yang kemudian diproses sehingga menjadi informasi yang mudah dipahami oleh semua kalangan pengguna. Sumberdaya data pada Cyber Extension terbilang belum variatif karena adanya keterbatasan sistem dan tempat penyimpanan.

Manusia (brainware)

Sumberdaya manusia meliputi pengguna akhir dan pengelola sistem. Pengguna akhir adalah mereka yang menggunakan sistem informasi atau informasinya saja, dapat berupa individu ataupun organisasi. Sedangkan pengelola sistem adalah mereka yang membangun, mengoperasikan, dan merawat sistem informasi.

Pengguna akhir dari sistem informasi Cyber Extension adalah para penyuluh lapangan dan pengguna manual seperti mahasiswa dan petani. Sedangkan pengelola sistem adalah para staff subbidang Program dan Informasi di Pusat Penyuluhan yang menjadi operator sistem.

Perangkat Keras (hardware)

(32)

Gambar 3. Perangkat pendukung CyberExtension

Tabel 5. Perangkat komputer pendukung Cyber Extension

Sumber: Subbidang Program dan Informasi, BPPSDMP, Kementerian Pertanian 2014

Perangkat Lunak (Software)

Sumberdaya perangkat lunak mencakup sekumpulan aturan atau panduan untuk kelangsungan aktivitas sistem informasi, program aplikasi komputer, program pengembangan, dan program sistem operasi.

Aplikasi Cyber Extension ini dibangun dengan menggunakan pemrograman berbasis web DRUPAL. DRUPAL adalah sebuah software yang bisaa digunakan untukmembuat aplikasi berbasis web (CMS) yang dibuat dalam bahasa PHP yang bisa didapatkan secara gratis dan telah banyak digunakan untuk kepentingan pribadi hingga perusahaan, bahkan telah digunakan untuk kepentingan bisnis dan knowledge management. Versi DRUPAL yang digunakan untuk pemrograman Cyber Extension

adalah versi 7. Jaringan (netware)

Sumberdaya jaringan meliputi seluruh sarana untuk telekomunikasi yang meliputi media telekomunikasi, prosesor telekomunikasi, aliran (jalur) telekomunikasi, topologi dan aturan (protokol) telekomunikasi, keamanan serta zona telekomunikasi.

Ada dua jenis media jaringan telekomunikasi yang digunakan untuk membangun

Cyber Extension, yaitu jaringan fiber optic yang menghubungkan server pusat dengan semua pengguna di berbagai daerah dan dengan wireless yang digunakan untuk memudahkan komunikasi antar komputer di dalam lingkup Kementerian Pertanian, dan jaringan wireless yang menghubungkan jaringan internal lingkup pusat penyuluhan.

No Nama Jumlah

1. Monitor HP LE1852w 7 unit

2. CPU HP 2210 7 unit

3. CPU Acer 2 unit

(33)

Komponen-komponen tersebut bekerja secara sinergis untuk melakukan aktivitas-aktivitas dari suatu sistem, yaitu :

1. Pengumpulan Data dan Masukan

Tahap ini merupakan sistem yang menyediakan informasi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi penyuluhan pertanian. Sistem ini berbasis komputer yang bekerjasama dengan sistem informasi fungsional lain untuk mendukung manajemen informasi penyuluhan pertanian dalam memenuhi kebutuhan data dan informasi penyuluhan yang menyangkut kebijakan dan materi penyuluhan yang bersumber dari berbagai lembaga informasi.

Pengumpulan data dilakukan oleh admin yang bertugas, materi-materi yang dikumpulkan dimonitor sebelum diunggah ke dalam database sesuai dengan kriteria pada masing-masing level, dengan begitu materi yang masuk sesuai dengan tugas dan tanggung jawab setiap admin levelnya.

2. Pengolahan Data

Aktivitas pengolahan data yang mengolah bahan dan materi informasi penyuluhan menjadi file digital untuk memenuhi database informasi penyuluhan pertanian. 3. Dokumentasi (penyimpanan)

Sistem dokumentasi merupakan suatu sistem yang menyediakan informasi dan penyimpanan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan database Cyber Extension. Sistem ini berbasis komputer yang bekerjasama dengan sistem informasi fungsional lain untuk mendukung manjemen informasi Cyber Extension dalam memenuhi kebutuhan data dan informasi penyuluhan. Data-data dirangkum ke dalam berbagai dimensi, misalnya periode waktu, jenis produk, wilayah dan lain sebagainya untuk memberikan suatu nilai sejarah sebagai bahan analisa.

4. Publikasi

Sistem publikasi merupakan sistem puncak baik jaringan on-line maupun off-line dari Cyber Extension sebagai media antarmuka di internet. Sistem ini berbasis komputer yang bekerjasama dengan sistem informasi fungsional lain untuk menyajikan data informasi Cyber Extension yang terbarukan.

Keluaran yang dihasilkan oleh sistem jaringan komunikasi inovasi pertanian adalah berupa segala bentuk informasi teknologi pertanian yang disajikan melalui berbagai media. Informasi atau materi yang telah diunggah ke dalam server akan secara otomatis tersajikan ke setiap pengguna yang membutuhkannya. Hanya dengan membuka halaman web Cyber Extension dan mengklik apa yang dibutuhkan, semua materi yang telah disimpan akan tersajikan. Begitu pula dengan berita-berita terbaru.

5. Pemeliharaan

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komponen Sistem Jaringan Komunikasi Penyuluhan Melalui Cyber Extension

Komponen sistem jaringan komunikasi sangat berpengaruh terhadap keefektifan implementasi Cyber Extension. Komponen tersebut meliputi personil/orang, prosedur, data, perangkat lunak (software), dan perangkat keras (hardware).

Personil

Personil adalah semua pihak yang bertanggung jawab dalam hal penyokong atau sponsor sistem informasi (system owner), pengguna sistem (system users), perancang sistem (system designer) dan pengembang sistem informasi (sistem development). Dalam implementasinya, Cyber Extension memiliki operator sistem sebagai perancang, penyokong, dan pengembang sistem serta pengguna sistem yang terdiri dari penyedia input (administrator dan penyuluh pusat), penerima output (penyuluh lapang), dan pengguna manual (mahasiswa dan petani).

Tabel 6. Personil sistem jaringan komunikasi Cyber Extension

No Peran Personil Identitas Jumlah (%)

1. Operator

(35)

menjadi operator sistem, dipilih pegawai yang berlatar belakang pendidikan teknologi komputer agar dapat menjalankan tugas dengan baik.

Penyedia input dalam Cyber Extension dibagi menjadi dua yaitu penyuluh pertanian pusat dan pengolah materi. Penyuluh pertanian bertugas membuat materi-materi penyuluhan yang akan dipublikasi di Cyber Extension. Materi penyuluhan yang akan disajikan perlu diperhatikan kesederhanaan penyampaiannya agar mudah dimengerti oleh penerima informasi. Banyaknya sumber materi yang berasal dari hasil penelitian para ahli dan penyampaiannya tidak mudah dimengerti, maka penyuluh membutuhkan bantuan tim pengolah materi untuk menyempurnakan redaksi. Disamping itu, kurangnya pengetahuan penyuluh mengenai sistem informasi yang di Cyber Extension juga menjadi alasan dibutuhkannya tenaga tambahan yang bertugas untuk mengolah materi. Tenaga tambahan sebagai pengolah materi juga dikarenakan faktor usia dari penyuluh pertanian yang ada di pusat. Rata-rata usia penyuluh pusat adalah lebih dari 50 tahun. Memasuki usia ini cenderung sulit untuk mengikuti perkembangan teknologi. Sementara untuk mengelola materi di Cyber Extension dibutuhkan keterampilan mengoperasikan komputer yang mana terus mengalami perubahan sesuai perkembangan zaman serta pemahaman yang baik dalam mengakses internet.

Prosedur

Prosedur adalah sekumpulan aturan atau tahapan-tahapan untuk membuat, memakai, memproses dan mengolah sistem informasi ataupun hasil keluaran dari sistem informasi tersebut. Tugas dan tanggung jawab dari setiap personil adalah sebagai berikut 1. Operator Sistem

a. Merancang tampilan dan konten yang ada di dalam Cyber Extension

b. Merawat database Cyber Extension

c. Menetapkan dan merubah ID dan password administrator setiap level d. Memonitor materi masuk

e. Bertranggung jawab terhadap isi website Cyber Extension.

2. Penyedia input

a. Melakukan pengumpulan data dan informasi pertanian sebagai bahan untuk menyusun materi penyuluhan yang bersumber dari berbagai lembaga informasi b. Mengisi menu database penyuluhan masing-masing bidang

c. Mengisi menu gerbang nasional dan event

d. Menyeleksi materi penyuluhan dan berita kegiatan yang layak dipublikasikan e. Mempublikasikan materi penyuluhan dan berita kegiatan.

3. Penerima output

a. Menyeleksi materi spesifik lokalita dan gerbang daerah yang didapat dari penyuluh lapang binaan untuk dipublikasikan di Cyber Extension

b. Mensosialisasikan kepada penyuluh lapang binaan dan petani tentang materi-materi penyuluhan yang ada di Cyber Extension

4. Pengguna manual

Mengakses data baik materi penyuluhan maupun berita kegiatan. Data

(36)

kemudian diproses menjadi materi penyuluhan yang mudah dipahami oleh semua kalangan pengguna.

Materi yang telah didapatkan dari lembaga penyedia materi diidentifikasi menurut masing-masing subsektor pertanian diantaranya adalah subsektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, dan pengelolaan lahan dan air (PLA). Pada masing-masing subsektor dibagi menjadi beberapa kriteria, yaitu :

1. Subsektor tanaman pangan

Pada subsektor tanaman pangan terdiri dari beberapa jenis tanaman pangan, yaitu : a. Padi : padi sawah, padi pasang surut, padi gogo

b. Serealia : jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau c. Umbi-umbian : ubi kayu, ubi jalar, garut, talas

2. Subsektor hortikultura

Pada subsektor hortikultura terdiri dari beberapa jenis hortikultura, yaitu : a. Tanaman hias : anggrek, melati, palem, sedap malam

b. Tanaman buah : durian, jeruk keprok/siam, mangga, manggis, melon, nanas, pisang, rambutan, salak, semangka

c. Tanaman biofarmaka : dringo, jahe, kencur, kunyit, lempuyang, lengkuas, temuireng, temukunci, temulawak

3. Subsektor perkebunan

Pada subsektor perkebunan terdiri dari beberapa jenis perkebunan, yaitu :

a. Tanaman rempah dan penyegar : aneka tanaman rempah dan penyegar, kakao, lada, teh, tembakau

b. Tanaman semusim : nilam, serat, tebu

c. Tanaman tahunan : jambu mete, jarak pagar, kapas, karet, kayu manis, kelapa, kelapa sawit, kemiri, kopi

Setelah jenis tanaman ditentukan kemudian isi informasi tersebut diklasifikasi kembali menjadi beberapa kriteria yaitu varietas, budidaya, hama penyakit, sarana produksi, panen dan pasca panen, pengolahan hasil, pemasaran, serta pembiayaan dan permodalan.

4. Subsektor peternakan

Pada subsektor peternakan terdiri dari beberapa jenis hewan ternak yaitu sapi potong, sapi perah, kambing, kerbau, ayam pedaging, ayam buras, itik pedaging, itik petelur, babi, burung puyuh, domba, dan kelinci. Setelah menentukan jenis hewan ternak, kemudian isi informasi tersebut diklasifikasikan kembali menjadi beberapa kriteria yaitu jenis bibit, kandang, kesehatan, panen dan pasca panen, pemasaran, dan sarana prasarana.

5. Subsektor Sumber Daya Manusia

Dalam subsektor ini, materi yang disajikan berisi tentang sumbedaya manusia pertanian yaitu penyuluh dan petani. Informasi yang disajikan berupa kegiatan kelembagaan petani, usahatani, serta kegiatan penyuluhan dan metode penyuluhan. 6. Subsektor Pengelolaan Lahan dan Air (PLA)

Pada subsektor pengelolaan lahan dan air terdiri dari beberapa kriteria, yaitu:

a. Air : kelembagaan, konservasi air, pengembangan sumber air, rehabilitaasi dan optimalisasi air.

b. Geofisika : gempa bumi dan tsunami

Gambar

Gambar 1. Sistem jaringan informasi Cyber Extension
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
Tabel 2. Tingkat urgensi dan bobot faktor pendorong
Gambar 3. Perangkat pendukung CyberExtension
+6

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu, kami mengusulkan suatu sumber informasi berisikan data base penyakit ikan berbasiskan website dengan prinsip cyber extension yang diharapkan akan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pihak Dinas Pertanian serta Badan Penyuluhan Pertanian mengenai dampak program pengembangan usaha

Berdasarkan hasil analisis, koefisien hubungan antara interaksi petani dengan efektivitas pemanfaatan cyber extension adalah sebesar 0.320 dengan p-value lebih kecil

Sekretariat Badan Karantina Pertanian 0 0 0% Sekretariat Badan Penyuluhan dan. Pengembangan SDM Pertanian 16

Usaha Otonom dilakukan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian dan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, dengan memanfaatkan

Pusat Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan Dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian.(2011).. Vademecum Peraturan Turunan

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SAHABAT PETANI4. PERKEMBANGAN PENYERAPAN ANGGARAN

Hasil pengujian model struktural Peningkatan Kapasitas Penyuluh Pertanian Melalui Literasi Media Cyber Extension di Jawa Barat Peubah Laten Peubah Laten T Statistics Nilai P