• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Masyarakat Melalui Program Kredit Mikro dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT South Pacific Viscose

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Masyarakat Melalui Program Kredit Mikro dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT South Pacific Viscose"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM KREDIT MIKRO DALAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PT

SOUTH PASIFIC VISCOSE

MEILISA ASRIANI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengembangan Masyarakat Melalui Program Kredit Mikro dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT South Pacific Viscose” adalah benar karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

(3)

ABSTRAK

MEILISA ASRIANI. Pengembangan Masyarakat Melalui Program Kredit Mikro dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT South Pacific Viscose. Di bawah bimbingan DJUARA P. LUBIS.

Salah satu bentuk tanggung jawab sosial (TSP) yang dilakukan oleh PT South Pasific Viscose kepada masyarakat salah satunya adalah dengan memberikan program kredit mikro yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang membuka usaha kecil di sekitar perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan usaha penerima program, dan hubungannya terhadap dampak sosial, ekonomi dan citra perusahaan. Subjek penelitian ini adalah masyarakat Desa Cicadas yang merupakan penerima program kredit mikro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan didukung dengan metode kualitatif yaitu dengan menggunakan kuisioner dan panduan wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah partisipasi penerima program kredit mikro berada pada katagori sedang, kemandirian penerima program kredit mikro mayoritas masih rendah, keberlanjutan usaha penerima program kredit mikro mayoritas berada pada katagori sedang dan rendah; umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berhubungan dengan partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan; partisipasi dan keberlanjutan memiliki hubungan dengan dampak ekonomi; partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan usaha penerima program memiliki hubungan dengan citra perusahaan.

Kata kunci: Dampak, pengembangan masyarakat, tanggung jawab sosial.

ABSTRACT

Melisa Asriani. Community development through Micro credit program as a corporate social responsibility PT South Pacific Viscose. Referral under DJUARA P. LUBIS

One of a social responsibility initiate by PT South Pacific Viscose to the society is by launching a micro credit program with a goal to increase the economy of peoples who open a small scale of business around the company. This research is to explain the participation, independency and the sustainability of the program receiver and it relation to the impact of a social, economy and company image. The society of Cicadas village as the receiver of the micro credit program are the subject for the study with a quantitative and qualitative methods through a questioners and a guidance interview. The outcome of the study is that the credit receivers participation are in the medium category , the independency of the credit receivers are in low category. The sustainability of small scale business of the micro credit receiver are in medium and low categories; age, education level and gender are have no correlation to the participation, independency and sustainability. Participation and sustainability have a correlation with the economic impact; participation, independency and sustainability of a business of the program receiver are correlated to the company image

(4)

Judul : Pengembangan Masyarakat Melalui Program Kredit Mikro dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT South Pacific Viscose Nama : Meilisa Asriani

NRP : I34090060

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS NIP 19600315 198503 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc NIP 19670903 199212 2 001

(5)
(6)

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengembangan Masyarakat Melalui Program Kredit Mikro dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT South Pacific Viscose”

Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr.Ir. Djuara P. Lubis, MS, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu sabar memberikan bimbingan, waktu, tenaga, dan pikiran dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga kepada Ibu Titi selaku staf perusahaan PT South Pacific Viscose, dan ibu-ibu kader yang selalu membantu penulis dalam mencari dan mengumpulkan data. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih sebanyak-banyak kepada Orang tua tercinta Bapak H. M. Suhadi Ashari dan Ibu Hj. Muchdiroh, Kakak tersayang Muhammad Said Yanwar, Meliani Sulistiawati, Mira Darmawati, Hari Lesmana dan juga kepada keponakan Nayla, Andra dan Nawal yang selalu memberikan cinta, semangat, motivasi, doa dan bantuannya demi melancarkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada teman-teman satu bimbingan skripsi, Adhi Pamungkas dan Dea Rizki dan teman-teman SKPM 46, Marwah Rahayu, Zaky, Tanti, Anjani, juga teman-teman Harmoni, Meilianti, Mirna, Arfi, Wenny, Cindi, Mona, Dini, Isti yang telah memberikan dukungan serta bertukar pikiran dan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penelitian ini

Akhir kata semoga skripsi ini dapat menghasilkan informasi, wawasan, maupun sesuatu yang dapat bermanfaat bagi banyak pihak-pihak yang membutuhkan dan semoga kekurangan yang terdapat pada tulisan ini dapat diperbaiki dalam tulisan selanjutnya.

Bogor, Januari 2014

(7)

DAFTAR ISI

I Pendahuluan 1

1.1Latar Belakang 1

1.2Perumusan Masalah 2

1.3Tujuan Penelitian 3

1.4Kegunaan Penelitian 3

II Tinjauan Teoritis 5

2.1Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TSP) 5

2.2Pengembangan Masyarakat 6

2.3Partisipasi 7

2.4Kemandirian 8

2.5Keberlanjutan 9

2.6Citra Perusahaan dan Tanggung jawab

Perusahaan 9

2.7Kerangka Berpikir 11

2.8Hipotesis Penelitian 11

2.9Definisi Operasional 11

III Metode Penelitian 15

3.1 Lokasi dan Waktu 15

3.2 Populasi dan Responden 15

3.3 Rancangan Penelitian 16

3.4 Teknik Pengumpulan Data 16

3.5 Pengolahan dan Analisis Data 16

IV Keadaan Umum 17

4.1Profil Komunitas 17

4.2Keadaan PT SPV 18

4.2.1 Profil PT SPV 18

4.2.2 Program Tanggung jawab Sosial PT

SPV 18

4.3Sejarah Masyarakat Desa Cicadas dengan

Perusahaan 19

4.4 Karakteristik Responden 21

V Upaya Pengembangan Masyarakat melalui

Program Kredit Mikro 23

5.1Gambaran Umum Program Kredit Mikro 23

5.2 Keragaan Responden 24

5.2.1 Dukungan Program 24

5.2.2 Kredibilitas Fasilitator 26 5.3Performa Responden Kredit Mikro dan

Variabel yang Mempengaruhinya 27

5.3.1 Partisipasi 27

5.3.2 Kemandirian 31

(8)

5.3.4. Hubungan Karakteristik Individu Pada

Performa Penerima Program 32 5.3.5. Hubungan Layanan Perusahaan Pada

Performa Penerima Kredit Mikro 33

5.4Ikhtisar 34

VI Dampak Program Kredit Mikro dan Variabel

yang Mempengaruhinya 35

6.1Dampak 35

6.1.1 Dampak Sosial 35

6.1.2 Dampak Ekonomi 36

6.1.3 Citra Perusahaan 37

6.2Hubungan Performa Penerima Program Pada

Dampak sosial, ekonomi dan citra perusahaan 38

6.3Ikhtisar 39

VII Simpulan dan Saran 41

7.1Simpulan 41

7.2 Saran 42

Daftar Pustaka 43

(9)

DAFTAR TABEL

1. Jadwal penelitian tahun 2013 15

2. Jumlah dan persentasi penduduk menurut jenis mata pencaharian dan jumlah tenaga kerja di Desa Cicadas tahun 2012

17

3. Jumlah dan persentasi responden peserta program kredit mikro berdasarkan umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin di Desa Cicadas tahun 2013

21

4. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya

terhadap dukungan program di Desa Cicadas tahun 2013 24 5. Persentase responden berdasarkan penilaian terhadap

pernyataan dukungan program di Desa Cicadas tahun 2013

25

6. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap kredibilitas fasilitator di Desa Cicadas tahun 2013

26

7. Persentase responden berdasarkan penilaian terhadap pernyataan kredibilitas fasilitator di Desa Cicadas tahun 2013

26

8. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap tingkat partisipasi tahap perencanaan di Desa Cicadas tahun 2013

27

9. Persentase responden berdasarkan pernyataan penilaian terhadap tingkat partisipasi tahap perencanaan di Desa Cicadas tahun 2013

28

10.

Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap partisipasi tahap pelaksanaan di Desa Cicadas

tahun 2013 28

11.

Persentase responden peserta berdasarkan penilaian terhadap pernyataan partisipasi tahap pelaksanaan di Desa

Cicadas tahun 2013 29

12. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap partisipasi tahap evaluasi di Desa Cicadas tahun 2013

29

13. Persentase responden berdasarkan penilaian terhadap pernyataan partisipasi tahap evaluasi di Desa Cicadas tahun 2013

30

14. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya

terhadap partisipasi di Desa Cicadas tahun 2013 30 15. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya

(10)

16. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya

terhadap keberlanjutan di Desa Cicadas tahun 2013 31 17. Nilai hubungan karakteristik individu pada performa

penerima kredit mikro di Desa Cicadas tahun 2013 32 18. Nilai hubungan layanan perusahaan pada performa

penerima program pada program kredit mikro di Desa Cicadas tahun 2013

33

19. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya

terhadap dampak sosial di Desa Cicadas tahun 2013 35 20. Persentase responden berdasarkan penilaian terhadap

pernyataan dampak sosial di Desa Cicadas tahun 2013 36 21. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya

terhadap dampak ekonomi di Desa Cicadas tahun 2013 36 22. Persentase responden berdasarkan penilaian terhadap

pernyataan dampak ekonomi di Desa Cicadas tahun 2013 37 23. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya

terhadap citra perusahaan di Desa Cicadas tahun 2013 38 24. Nilai hubungan performa penerima program dengan

dampak sosial, ekonomi dan citra perusahaan pada

(11)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

The Organization for Economic Corperate and Development (OECD) merumuskan Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TSP), sebagai suatu kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk menjamin adanya pengembalian dan memberi perhatian bagi pemegang saham, karyawan, dan berbagai hal yang dianggap penting pada nilai-nilai masyarakat. Menurut Ambadar yang dikutip oleh Prabawati (2009), “tanggung jawab sosial dapat diartikan sebagai kepedulian para manajer perusahaan, berkenaan dengan konsekuensi sosial, lingkungan dan politik, manusia dan keuangan atas tindakan-tindakan yang mereka ambil”, dengan kata lain, TSP merupakan suatu bentuk kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan kepada para pekerja dan keluarganya, juga pada masyarakat lokal dan masyarakat secara luas. Kegiatan TSP yang dilakukan baik dari aspek ekonomi, lingkungan, maupun aspek sosial merupakan cara untuk dapat menjalin hubungan kerjasama dengan masyarakat, karena itu TSP merupakan salah satu penghubung antara masyarakat dan perusahaan.

TSP semula merupakan bentuk derma perusahaan yang sebagian besar berasal dari kesadaran pribadi perusahaan untuk berbuat sesuatu kepada masyarakat, yang kemudian kini menjadi suatu bentuk kewajiban. Committee For Economic Development (CED) di tahun 1970-1980 membagi tanggung jawab sosial yang terdiri dari lingkaran tanggung jawab terdalam mencakup tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi ekonomi, lingkaran tanggung jawab pertengahan yaitu untuk melaksanakan fungsi ekonomi dan memiliki kesadaran terhadap perubahan nilai-nilai dan prioritas-prioritas sosial, dan lingkaran tanggung jawab terluar mencakup kewajiban perusahaan untuk lebih aktif dalam meningkatkan kualitas lingkungan sosial (Salihin 2009). Tanggung jawab yang dilaksanakan perusahaan berdasarkan fungsi-fungsi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam berbagai aspek, yang merupakan salah satu tujuan dari upaya pengembangan masyarakat.

Program TSP dalam konteks pengembangan masyarakat diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dengan program yang mampu dikelola secara berkelanjutan dan dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat itu sendiri. Masyarakat dilibatkan dalam pemberdayaan, keterbukaan, akuntabilitas, keberlanjutan dan keterlibatan aktif dalam proses pembangunan (Ditjen PMD Depdagri, yang dikutip oleh Hasim dan Remiswal 2009). Pengembangan masyarakat merupakan suatu bentuk pemberdayaan masyarakat yang diusung melalui suatu kegiatan untuk mencapai peningkatan taraf hidup, dengan partisipasi aktif dari masyarakat dan pelibatan masyarakat sebagai subjek pembangunan, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kemandirian dan keberlanjtan program. (Mardikanto yang dikutip oleh Mashyuri dan Herdikiagung [2010]).

(12)

baik yang didapatkan menjadi keuntungan tersendiri bagi perusahaan agar dapat menghilangkan dampak negatif perusahaan dan mampu bekerja sama dengan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Berdasarkan Acces Ommibus Survei yang dikutip oleh Budiman [tahun tidak diketahui], di Inggris, sebuah survei membuktikan, bahwa 86% konsumen merasa sebuah perusahaan memiliki citra positif apabila perusahaan itu dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya.

PT South Pacific Viscose (SPV) didirikan pada tahun 1978 di Desa Cicadas, Purwakarta. SPV saat ini merupakan produsen serat rayon terbesar di Asia dan terbesar kedua di dunia setelah perusahaan induk di Lenzing, Austria. SPV beranggapan bahwa menjadi bagian dari suatu komunitas, yang berarti menjadi partner kontrak sosial dari komunitas tersebut. Hubungan baik dan membangun kepercayaan harus dijaga sehingga mampu menjadi modal sosial bagi perusahaan. SPV menyadari pentingnya modal sosial untuk pengembangan masyarakat dan bisnis yang berkelanjutan. Kegiatan ini terintegrasi dengan kepedulian sosial ke dalam usahanya dengan tanggung jawab sosial perusahaan pada umumnya dan pengembangan masyarakat sekitar pada khususnya. Program TSP yang diusung oleh SPV disusun dengan hati-hati dan komprehensif, pada bidang pendidikan, kesehatan, enterpreneurship, infrastruktur, aktivitas sosial dan kebudayaan, dan media komunikasi (SPV [tahun tidak diketahui]).

Program TSP kredit mikro PT SPV dimulai pada tahun 2005, dengan memberikan pinjaman modal berupa dana bergulir tanpa bunga dan tanpa jaminan untuk membantu mengembangkan usaha kecil. Pemberian pinjaman modal diberikan kepada pelaku usaha kecil yang tersebar di sekitar perusahaan (Tim Warta Comdev 2012).

PT SPV sebagai perusahaan besar, memiliki dampak produksi langsung kepada masyarakat di sekitarnya. Penerapan program TSP perusahaan dianggap mampu meminimalisir dampak negatif dari aktifitas produksi perusahaan. Diharapkan dengan mengaplikasikan program TSP, perusahaan mampu meningkatkan citra positf dimata masyarakat dan mampu meningkatkan kesejahteraan pada aspek ekonomi dan aspek sosial bagi masyarakat di sekitar perusahaan, yaitu dengan cara meningkatkan usaha kecil dan menengah di sekitar perusahaan dan dengan menumbuhkan kepercayaan, kerjasama dan rasa saling menghargai antar masyarakat terutama antar penerima program.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi perumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan usaha penerima program kredit mikro?

2. Apakah karakteriktik individu dan layanan perusahaan berhubungan dengan tingkat partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan usaha penerima program kredit mikro?

(13)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan usaha penerima program kredit mikro

2. Menganalisis hubungan karakteristik individu dan layanan perusahaan terhadap tingkat partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan usaha penerima program kredit mikro

3. Menganalisis hubungan partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan usaha penerima program kredit mikro terhadap dampak sosial, ekonomi dan citra perusahaan

1.4. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah : (1) Civitas Akademika

Bagi Citivas akademika penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai studi permasalahan mengenai kesesuaian pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dengan prinsip pengembangan masyarakat . Lebih jauh penelitian ini mencoba memaparkan mengenai bagaimana program TSP yang dilakukan perusahaan memberikan dampak pada masyarakat yang mampu mempengaruhi citra perusahaan. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur dan menjadi landasan bagi penelitian lebih lanjut mengenai kaitan program TSP dengan upaya pengembangan masyarakat.

(2) Masyarakat

Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai program TSP yang dilakukan oleh perusahaan sebagai upaya pengembangan masyarakat, sehingga masyarakat mampu berpartisipasi secara aktif dalam program pemberdayaan.

(3) Pemerintah

(14)
(15)

II. PENDEKATAN TEORITIS

2.1. Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TSP)

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau TSP merupakan suatu bentuk tanggung jawab yang dilakukan oleh perusahaan. Pada pelaksanaannya perusahaan menjalin hubungan kerjasama dengan stakeholder sebagai perantara program TSP kepada masyarakat. TSP yang semula merupakan suatu bentuk derma perusahaan yang sebagian besar berasal dari kesadaran pribadi perusahaan untuk berbuat sesuatu kepada masyarakat, kemudian kini menjadi suatu bentuk kewajiban perusahaan untuk berperilaku secara etis dalam memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, sementara pada saat yang sama juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal dan masyarakat secara luas (Salihin 2009)

TSP menurut Johnson and Johnson (2006) yang dikutip oleh Hadi (2011) mendefinisikan “Corporate Social Responsibility (CSR) is about how companies manage the business processes to produce an overall positive impact on society” berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa TSP merupakan program perusahaan dalam mengelola kegiatan bisnisnya untuk dapat memberikan dampak positif pada masyarakat. Ghana (2006) yang dikutip oleh Hadi (2011) mendefinisikan “CSR is about capacity building for sustainable likelihoods. It respect cultural differences and finds the business opportunities in building the skill of employees, the community and the government”. Lebih lanjut dinyatakan,… “Corporate Social Responsibility (CSR) is about business giving back to society” berdasarkan definisi tersebut TSP merupakan bentuk timbal balik perusahaan terhadap masyarakat untuk dapat membangun keberlanjutan kegiatan perusahaan yang didalamnya merupakan upaya peka perusahaan pada kearifan lokal dalam membangun keterampilan karyawan, masyarakat dan pemerintah.

Kotler dan Lee (2006) yang dikutip oleh Salihin (2008) menyebutkan enam katagori program TSP. Pemilihan program alternatif TSP yang akan dilaksanakan oleh perusahaan sangat bergantung kepada tujuan pelaksanaan TSP yang ingin dicapai perusahaan. Keenam jenis program tersebut adalah:

a. Cause Promotion : Perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu masalah sosial atau untuk mendukung pegumpulan dana, partisipasi masyarakat, atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan tertentu.

b. Cause Related Marketing : Perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbangkan presentase tertentu dari penghasilannya untuk suatu kegiatan sosial berdasarkan kepada penjualan produk tertentu, untuk jangka waktu tertentu. Serta aktivitas derma tententu.

c. Corporate Social Marketing : Perusahaan mengembangan dan melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan keselamatan public, menjaga kelesarian lingkungan hidup, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(16)

e. Community Volunteering : Perusahaan mendukung serta mendorong para karyawan, para pemegang franchise atau rekan pedangan eceran untuk menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu organisasi-organisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran program.

f. Socially Responsible Business Practice : Perusahaan melakukan aktivitas bisnis melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara lingkungan hidup.

Berdasarkan penelitian Irwanto dan Prabowo (2008) program TSP yang diusung oleh PT Unilever Indonesia yaitu Program Lingkungan dengan mengadakan pelatihan dan pembinaan fasilitator yang merupakan perwakilan warga. Program daur ulang, dengan mengajarkan pada masyarakat cara mengolah limbah dengan baik dan berguna bagi masyarakat, agar masyarakat dapat mandiri dan tidak memiliki ketergantungan pada perusahaan. Program pendidikan, dengan tujuan membuat anak-anak sekolah yang dikunjungi oleh PT Unilever Indonesia dapat lebih kreatif, semangat dalam belajar, meningkatkan sosialisasi dengan teman-teman dan membuat anak-anak terhibur. Berdasarkan program TSP tersebut, masyarakat menilai bahwa PT Unilever Indonesia memiliki kepedualian terhadap lingkungan, tanggung jawab, dan kesejahteraan masyarakat sehingga membantu citra perusahaan PT Unilever Indonesia meningkat

2.2 Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat menurut Brokensha dan Hodge (1969) yang dikutip oleh Adi (2008), merupakan suatu gerakan yang dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan, berdasarkan inisiatif dari masyarakat itu sendiri. Pengembangan masyarakat merupakan upaya pemenuhan kebutuhan dan pengurusan kepentingan lokal masyarakat setempat, sehingga masyarakat setempat mampu mengelola kebutuhan dan kepentingan masyarakat itu sendiri (Hasim dan Remiswal 2009).

Pengembangan masyarakat merupakan suatu kegiatan sosial yang bekerja dengan komunitas dan melibatkan partisipasi aktif dari komunitas lokal dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam komunitas itu sendiri dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia didalamnya. Pengembangan masyarakat juga merupakan strategi untuk meningkatkan kualitas hidup (Hasim dan Remiswal 2009). Pengembangan masyarakat merupakan suatu bentuk pemberdayaan masyarakat yang diusung untuk mencapai peningkatan kesejahteraan, yang dilakukan dengan partisipasi aktif dari masyarakat, sehingga masyarakat mampu menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam masyarakat tersebut dengan sumberdaya yang ada pada masyarakat itu sendiri

Menurut Ife yang dikutip oleh Jiuhardi (2012), terdapat 22 prinsip pengembangan masyarakat, beberapa prinsip mendasar,yaitu:

(17)

b. Human Right. Kegiatan pengembangan masyarakat harus mampu menjamin pemenuhan hak bagi setiap manusia untuk hidup secara layak.

c. Sustainability. Kegiatan pengembangan masyarakat tidak hanya untuk kepentingan sesaat, namun harus memperhatikan keberlanjutan dari program tersebut.

d. Empowerment. Kegiatan pengembangan masyarakat memiliki arti menyediakan sumber, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan pada masyarakat untuk meningkatkan kapasitasnya agar dapat mempengaruhi kehidupannya.

f. Self-Reliance. Kegiatan pengembangan masyarakat sedapat mungkin memanfaatkan beragai sumber yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri daripada menggantungkan kepada dukungan dari luar. Adapun dukungan dari luar haruslah hanya sebagai pendukung saja.

g. Organic Development. Perkembangan masyarakat hanya bisa ditentukan oleh kondisi dan situasi unik masyarakat itu sendiri.

h. The Integrity of Process. Proses dalam pengembangan masyarakat tentu melibatkan berbagai pihak, bergabagi teknik dan strategi yang kesemuanya harus terintegrasi dan memberikan kesempatan pada masyarakat untuk belajar. i. Cooperation. Adanya struktur yang kooperatif dalam kegiatan pengembangan

masyarakat, kerjasama dalam prosesnya akan lebih menguntungkan, karena dapat saling melengkapi dan saling belajar.

j. Participation. Partisipasi dalam kegiatan pengembangan masyarakat didasarkan pada kesangupan masing-masing masyarakat, dengan demikian perlu adanya upaya-upaya yang dapat menjamin partisipasi setiap masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian Mapisangka (2009), PT BIC dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat, hal ini dapat dijelaskan karena strategi dalam implementasi TSP perusahaan merupakan respon atas kebutuhan riil masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. PT BIC telah berhasil dalam mengimplementasikan program TSP yang dilakukan secara periode dan kontinyu seperti santunan kepada fakir miskin dan pembinaan sosial kemasyarakatan dalam rangka menjada ketertiban masyarakat merupakan contoh program TSP yang dirasakan positif oleh masyarakat.

2.3. Partisipasi

Menurut Cary yang dikutip oleh Hasim dan Remiswal (2009), menyatakan bahwa partisipasi masyarakat adalah “adanya kebersamaan atau saling memberikan sumbangan untuk kepentingan dan masalah-masalah bersama yang tumbuh dari kepentingan dan perhatian individu warga masyarakat itu sendiri.”

(18)

oleh Leliani (2006), merupakan sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang yang berhubungan dengan aspek kehidupan, yaitu: umur, jenis kelamin, posisi, jabatan, status sosial dan agama. Menurut Lionberger yang dikutip oleh Aziz (2002), karakteristik individu merupakan aspek personal seseorang yang meliputi: umur, tingkat pendidikan, dan ciri psikologisnya.

Menurut Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Rosyida (2011), tahapan partisipasi adalah:

a. Tahap Pengambilan Keputusan; yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program

b. Tahap Pelaksanaan;

c. Tahap evaluasi; terdapat adanya umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

d. Tahap menikmati hasil; semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut mengenai sasaran.

Berdasarkan penelitian Muryaningrum (2010) tahapan partisipasi masyarakat dalam program TSP, masih terbilang rendah pada tahap Perencanaan dan evaluasi. Sedangkan untuk tahapan pelaksanaan dan menikmati hasil, masyarakat sudah dilibatkan dengan baik, terlihat dari tingkat apresiasi masyarakat dalam keikutsertaan pelatihan yang diadakan dimana setiap informan mengaku memiliki motivasi dalam mengikuti pelatihan dan peserta mengaku setelah mengikuti pelatihan mereka mendapatkan banyak ilmu dan kemampuan dalam mengoprasikan dan memperbaiki mesin dan spare part motor, kemudian mereka pun mendapatkan upah atau gaji tetap sebagai pekerja kontrakan di bengkel sepeda motor terpadu. Berdasarkan hasil penelitian Herlin (2008) pada tahap perencanaan, dan implementasi program TSP, masyarakat tidak dilibatkan dalam proses sosialisasi, sedangkan pada tahap evaluasi diperkenankan untuk terlibat hanya saja tidak diwajibkan, sehingga partipasi masyarakat dalam program TSP masih terbilang rendah. Pada aspek kemandirian, masyarakat diberikan pelatihan pembukuan keuangan, sehingga masyarakat mampu secara mandiri mengelola program mitra binaan, khususnya dalam penyusunan pembukuan keuangan. Di Amerika, tahun 1999, survei Environic menyatakan sepertiga konsumen di Amerika Serikat yang menyukai produk-produk dari perusahaan yang memiliki visi bisnis pembangunan masyarakat yang lebih baik. Peranan TS

T Rekayasa Industri dalam upaya Pengembangan Masyaraka 2.4. Kemandirian

Menurut Yasin Setiawan, kemandirian adalah “keadaan seseorang yang dapat menentukan diri sendiri dimana dapat dinyatakan dalam tindakan atau perilaku seseorang yang dapat dinilai” (Bahara yang dikutip oleh Aldilasari [tahun tidak diketahui]). Berdasarkan dari definisi tersebut, kemandirian merupakan suatu keadaan seseorang dapat berdiri sendiri, mampu berkomitmen dan disiplin dalam menjalankan sesuatu, sehingga dapat dinyatakan dalam tindakan dan perilaku yang dapat dinilai

(19)

belajar yang baik dan bertahap sehingga masyarakat mampu memiliki kemampuan dalam proses pengambilan keputusan secara mandiri.

Menurut Lovinger, tingkat kemandirian adalah sebagai berikut:

a. Tingkat implusif dan melindungi diri adalah bersikap cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati dan mencari keadaan yang mengamankan diri. b. Tingkat konformistik.

c. Tingkat sadar diri adalah tahu dan ingat dengan keadaan diri yang sebenarnya. d. Tingkat seksama

e. Tingkat individualistis, adalah keadaan atau sifat-sifat khusus sebagai individu dari semua ciri-ciri yang dimiliki seseorang yang membedakannya dengan yang lain.

f. Tingkat mandiri, adalah suatu sikap mampu berdiri sendiri. (Bahara 2008) Berdasarkan penelitian Asrianti (2010) sebagian masyarakat yang sudah terkena dampak program sudah menuju masyarakat yang mandiri. Tetapi masyarakat yang berada pada lapisan bawah yang belum terkena dampak program belum menuju kemandirian masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang sudah menuju kemandirian adalah masyarakat yang terkena dampak program TSP yang diberikan perusahaan.

2.5. Keberlanjutan

Pembangunan berkelanjutan menurut Salim yang dikutip oleh Jaya (2004) adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia untuk mencapai kesejahteraan dengan cara mencari pemerataan pembangunan pada masa kini maupun masa mendatang. Prinsip tanggung jawab sosial menurut Crowther David yang dikutip oleh Hadi (2011), salah satunya adalah sustainability, berkaitan dengan bagaimana suatu aktivitas tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya dimasa depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan dan memperhitungkan kemampuan di masa depan. Keberlanjutan mengarah pada keberpihakan dan upaya bagaimana masyarakat memanfaatkan sumberdaya agar tetap memperhatikan generasi masa datang. Armida menjelaskan, bahwa pembangunan harus dilakukan secara bertahap, tidak bisa hanya memperhatikan kepentingan sesaat. Dilakukan dengan keseimbangan antara periode yang satu dengan yang lainnya dan mempertimbangkan aspek ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lingkungan (Orasi Ilmiah Menteri PPN [tahun tidak diketahui])

Menurut penelitian Muryaningrum (2010), Program TSP yang dijalankan oleh PT Indocement yaitu proyek bengkel sepeda motor terpadu, sudah dikatakan berkelanjutan. Masyarakat diberikan pelatihan yang disambut dengan apresiasi masyarakat yang tinggi. Kegiatan pelatihan diberikan untuk dapat menunjang keberlanjutan proyek bengkel sepeda motor terpadu yang pengelolaan dan pekerja diserahkan ke masyarakat sekitar perusahaan.

2.6. Citra Perusahaan dan Tanggung jawab Perusahaan

(20)

tempat tersebut. Citra suatu tempat terbentuk melalui proses berpikir seseorang ketika mendapatkan sejumlah informasi tentang tempat tersebut. Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra perusahaan menurut Anggoro (2000), diantara lain adalah sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan dibidang keuangan yang pernah diraihnya, sukses ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja yang besar, kesediaan turut memikul tanggung jawab sosial, komitmen mengadakan riset, dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa citra merupakan suatu bentuk kesan yang muncul berdasarkan pengetahuan dan pengalaman tentang fakta-fakta atau kenyataan dan informasi yang berasal dari eksternal stakeholder berdasakan sejarah, riwayat hidup perusahaan, keberhasilan, dan reputasi sebagai pencipta lapangan kerja.

Menurut Mapisangka (2009) Program TSP ditujukan untuk meningkatkan peran perusahaan dalam komunitas sosial masyarakat, yang menjadi hal penting karena entitas bisnis keberadaan sebuah korporat tdak dapat berdiri sendiri tanpa adanya dukungan dan support dari masyarakat. Perusahaan mampu mendapatkan citra baik dari masyarakat karena mampu menerapkan program TSP yang mampu merespon kebutuhan riil masyarakat untuk pemenuhan hidup masyarakat. Berdasarkan penelitian Maulana (2011) program TSP yang diaplikasikan oleh perusahaan mampu membuat citra perusahaan menjadi sangat baik dimata masyarakakat dengan indikasi terciptanya hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat dengan adanya komunikasi dua arah yang terbuka.

(21)

2.7. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yang diusung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Berhubungan

2.8. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan, dalam kajian ini diajukan tiga hipotesis berikut:

a. Karakteristik individu berhubungan dengan partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan usaha penerima program.

b. Layanan perusahaan berhubungan dengan partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan usaha penerima program.

c. partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan program

berhubungan dengan dampak sosial, ekonomi dan citra perusahaan.

2.9. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :

X.1.1 : Umur merupakan jumlah tahun usia responden yang dihitung sejak dilahirkan sapai dilakukannya penelitian ini.

X.1.2 : Tingkat pendidikan merupakan jenjang dalam sekolah formal yang dicapai oleh responden. Indikator dari tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang diikuti oleh responden. Pengukuran X.1.Karakteristik

Individu

X1.1 Umur

X1.2 Tingkat pendidikan

X1..3 Jenis kelamin

Y.1 Performa penerima kredit mikro

Y1.1. Partisipasi

Y.1.2 Kemandirian

Y.1.3 Keberlanjutan X2 : Layanan

Perusahaan

X2.1 : Dukungan Program X2.2:Kredibilitas

Fasilitator

Y2. Dampak

Y2.1 Sosial

Y2.2 Ekonomi

(22)

dengan skala ordinal. Pernyataan responden berkaitan dengan jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden dikategorikan ke dalam tiga kategori yaitu :

a. Tinggi (SMA/sederajat) b. Sedang (SMP/sederajat) c. Rendah (SD/tidak tamat SD)

X.1.3 : Jenis Kelamin merupakan identitas responden sebagaimana yang tercatat dalam kartu identitas responden. Pengukurannya dengan menggunakan data nominal yakni laki-laki dan perempuan.

X.2 : Layanan Perusahaan adalah hal-hal apa saja yang disediakan perusahaan dalam mendukung berjalannya program, yaitu mencakup:

X.2.1.: Dukungan program merupakan sarana dan prasarana yang disediakan oleh perusahaan untuk memfasilitasi terlaksananya program dengan baik. Indikatornya adalah ketersediaan tempat diskusi, dan kemudahan mengakses program. Pengukurannya adalah dengan menggunakan. Pengukuran dengan skala ordinal.

a. Sangat baik (rataan + standar deviasi), dengan skor 3

b. Baik ( selang antara nilai tinggi sampai dengan nilai rendah), dengan skor 2

c. Kurang baik (rataan – standar deviasi), dengan skor 1.

X.2.2: Kredibilitas fasiltator adalah kemampuan fasilitator dalam mensosialisasikan program kepada masyarakat. Cara pengukurannya adalah dengan mengukur kemampuan fasilitator dalam berkomunikasi dengan masyarakat, dan cara fasilitator menyampaikan materi program. Pengukurannya dengan skala ordinal.

a. Sangat baik (rataan + standar deviasi), dengan skor 3

b. Baik ( selang antara nilai tinggi sampai dengan nilai rendah), dengan skor 2

c. Kurang baik (rataan – standar deviasi), dengan skor 1.

Y.1. : Performa penerima kredit mikro merupakan sikap penerima kredit mikro dalam penyelenggaraan program, yang dapat dinilai dari

Y.1.1.: Partisipasi merupakan keikutsertaan dalam mengikuti program TSP, Indikatornya adalah partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, yaitu dengan mengukur keikutsertaan dalam setiap tahapan program, kesempatan memberikan pendapat, keikutsertaan dalam pengambilan keputusan, penggunaan dana kredit mikro yang diberikan, kemampuan dalam pengembalian dana kredit mikro. Skala pengukurannya dengan menggunakan skala pengukuran ordinal. Partisipasi diukur dengan membagi menjadi tiga katagori, yaitu

a. Tinggi (rataan + standar deviasi), dengan skor 3

b. Sedang (selang antara nilai rendah sampai dengan nilai tinggi) , dengan skor 2

c. Rendah (rataan – standar deviasi), dengan skor 1

(23)

dengan mengukur kemampuan memutuskan keikutsertaan secara mandiri, kemampuan merencanakan dan melanjutkan usaha secara mandiri, dan kemampuan dalam mengambil keputusan. Pengukurannya dengan menggunakan skala pengukuran ordinal. Kemandirian diukur dengan membagi menjadi tiga katagori, yaitu

a. Tinggi (rataan + standar deviasi), dengan skor 3

b. Sedang (selang antara nilai rendah sampai dengan nilai tinggi) , dengan skor 2

c. Rendah (rataan – standar deviasi), dengan skor 1

Y.1.3 :.Keberlanjutan merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus, berkesinambungan, dapat diteruskan di periode berikutnya. Cara pengukurannya adalah dengan mengukur kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang mudah didapatkan, pengetahuan dalam mengakses bahan baku produksi, kemampuan memproduksi, kemampuan menjual hasil produksi dan kemampuan mengembangkan usaha. Pengukurannya adalah dengan menggunakan skala pengukuran ordinal. Keberlanjutan diukur dengan membagi menjadi tiga katagori, yaitu

a. Tinggi (rataan + standar deviasi), dengan skor 3

b. Sedang (selang antara nilai rendah sampai dengan nilai tinggi) , dengan skor 2

c. Rendah (rataan – standar deviasi), dengan skor 1

Y.2 : Dampak merupakan perubahan yang diterima setelah menerima program atau kegiatan dalam upaya pengembangan masyarakat yang terdiri dari dampak pada masyarakat yaitu dampak sosial dan ekonomi dan dampak pada perusahaan yaitu citra perusahaan

Y.2.1: Dampak sosial adalah perubahan dalam aspek sosial yang dirasakan setelah menerima program atau kegiatan. Cara pengukurannya adalah dengan mengukur kemampuan menjalin komunikasi dengan sesama penerima program, kemampuan saling menghargai sesama penerima program, kemampuan menjalin relasi dengan sesama penerima program, kemampuan menjalin kerjasama .Pengukuran data dengan menggunakan skala pengukuran ordinal.

a. Sangat baik (rataan + standar deviasi), dengan skor 3

b. Baik ( selang antara nilai tinggi sampai dengan nilai rendah), dengan skor 2

c. Kurang baik (rataan – standar deviasi), dengan skor 1.

Y.2.2 : Dampak ekonomi adalah perubahan dalam aspek ekonomi yang dirasakan setelah menerima program TSP. Cara pengukurannya adalah dengan mengukur kemampuan dalam mengembangkan usaha, kemampuan meningkatkan pendapatan, kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan dan kemampuan untuk menabung. Pengukuran data dengan menggunakan skala pengukuran ordinal.

a. Sangat baik (rataan + standar deviasi), dengan skor 3

(24)

c. Kurang baik (rataan – standar deviasi), dengan skor 1.

Y.2.3 : Citra Perusahaan adalah kesan keberadaan perusahaan, yang diukur berdasarkan fakta-fakta dan pengetahuan menganai perusahaan tersebut. Cara pengukurannya adalah dengan mengukur tanggapan masyarakat mengenai kemampuan perusahaan dalam menciptakan lapangan kerja, kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, kemampuan perusahaan dalam mengembangkan potensi sumberdaya yang ada, kemampuan perusahaan menjalin komunikasi. Pengukuran dengan menggunakan skala pengukuran ordinal. Citra perusahaan diukur dengan membagi menjadi tiga katagori, yaitu

a. Sangat baik (rataan + standar deviasi), dengan skor 3

b. Baik ( selang antara nilai tinggi sampai dengan nilai rendah), dengan skor 2

(25)

3. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Desa Cicadas, Kecamatan Babakancikao, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa:

a. Merupakan daerah menerima Program kredit mikro TSP SPV

b. Karena letak perusahaan yang berada di desa Cicadas, tentu saja masyarakat Desa Cicadas mendapat dampak langsung dari kegiatan produksi perusahaan.

Tabel 1 Jadwal penelitian tahun 2013-2014

3.2. Populasi dan Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang mengikuti program TSP SPV berupa kredit mikro. Data tahun 2013 menunjukkan penerima kredit mikro sebanyak 118 orang. Responden peneliti adalah masyarakat penerima program kredit mikro sebanyak 30 orang. Pendekatan yang dilakukan yaitu dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Peneliti menggunakan Pendekatan kuantitatif dengan cara menyajikan kuesioner dengan menggunakan metoda pengambilan sample secara simple random sampling. Pendekatan kualitatif diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam kepada informan secara No Kegiatan Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Jan

1. Studi lapangan 2. Pengumpulan

data

3. Analisis Data 4. Penulisan

laporan 5. Analisis

lanjutan 6. Penyusunan

draft

7.

Konsultasi laporan

8. Ujian Skripsi 9. Perbaikan

dan

(26)

purposive dengan menggunakan teknik snowball (teknik bola salju). Informan adalah orang dari pihak perusahaan yang memiliki andil dalam program TSP dan juga masyarakat yang memiliki peran sebagai pengurus program kredit mikro dan kader yang ditugaskan sebagai pegurus dan penghubung program antara perusahaan dan masyarakat dalam program kredit mikro sebanyak empat orang.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil jawaban kuesioner yang ditanyakan langsung pada responden melalui wawancara. Selain itu, digunakan pula wawancara mendalam dengan informan. Data sekunder diperoleh melalui studi yang sumbernya berasal dari berbagai dokumen pemerintah desa, data-data dari dinas-dinas terkait, Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai gambaran dan keadaan lokasi.

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

(27)

IV. KEADAAN UMUM

4.1. Profil Komunitas

Desa Cicadas merupakan salah satu desa yang berada di keluarahan Kecamatan Babakancikao, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Desa Cicadas memiliki batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara : Desa Cigelam b. Sebelah timur : Desa Hegarmanah c. Sebelah selatan : Desa Cikao Bandung d. Sebelah barat : Desa Cilangkap

Desa Cicadas merupakan desa kawasan industri, terdapat perusahaan PT South Pacific Viscose (SPV) yang merupakan industri produsen serat rayon terbesar di Asia dan terbesar kedua di Dunia. Kondisi jalan menuju Desa Cicadas terbilang sangat baik. Jalan menuju desa sudah aspal dengan mobilitas desa yang tinggi. Alat transportasi menuju Desa Cicadas dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi, angkot (angkutan umum) dan bus SPV. Bus SPV dapat digunakan oleh karyawan maupun masyarakat desa tanpa dipungut biaya, tetapi pelayanan bus ini hanya ada pada waktu-waktu tertentu saja.

Desa Cicadas memiliki luas 459.401Ha, yang mencakup wilayah Kampung Ciasem RK 3, Nagrak RK 1, Nagrak RK 2, Ciroyom RK 5, Ciroyom RK 4. Tipologi desa berupa desa sekitar hutan yang berbatasan dengan kabupaten lain. Sumber daya yang terdapat di Desa Cicadas berupa komoditas pertanian, perkebunan, perternakan dan sumber daya air. Komoditas terbesar yaitu komoditas pertanian padi sawah.

Jumlah penduduk Desa Cicadas yaitu sebanyak 5468 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2727 jiwa, perempuan sebanyak 2741 jiwa, dan total kepala keluarga sebanyak 1523 kepala keluarga. Sarana pendidikan yang tersedia dapat dikatakan kurang memadai, karena hanya terbatas sampai SD dan madrasah ibtidaiyah. Untuk mengakses sarana pendidikan lebih lanjut, masyarakat Desa Cicadas harus mengaksesnya ke luar Desa Cicadas. Penduduk Desa Cicadas sebagian besar menempuh pendidikan sampai tamat SD/sederajat.

Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis mata pencaharian dan jumlah tenaga kerja di Desa Cicadas tahun 2012

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

(28)

Mata pencaharian masyarakat Desa Cicadas sebagian besar merupakan buruh swasta yang bekerja di SPV maupun pabrik yang berada di luar desa. Penduduk Desa Cicadas juga sebagian besar membuka usaha kecil seperti menjadi pedagang, montir, penjahit, membuka warung makan dan lain-lain. Kelembagaan ekonomi di Desa Cicadas terdiri dari koperasi, dan unit usaha lainnya seperti rumah makan, kios kelontong, bengkel dan industri bahan bangunan.

4.2. Keadaan PT SPV

4.2.1. Profil PT SPV

PT SPV didirikan pada tahun 1978 di Desa Cicadas, Kecamatan Babakancikao, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. SPV saat ini merupakan produsen serat rayon terbesar di Asia dan terbesar kedua di dunia setelah perusahaan induk di Lenzing, Austria. Total kapasitas dari fiber viscose untuk tekstil dan untuk penggunaan bahan bukan tenunan mencapai total 240 000 ton. Kapasitas sodium sulfat berkisar 140 000 ton per tahun. SPV berusaha untuk menjaga posisinya sebagai perusahaan terdepan pemasok fiber viscose kualitas tinggi untuk industri tekstil dan bahan bukan tenunan. Proses Pemasarannya didukung oleh tim layanan konsumen yang kompeten untuk mencapai kepuasan konsumen. SPV menggunakan material mentah yang didaur ulang. Hal ini sejalan dengan prinsip pembaruan dan penggunaan kembali bahan kimia yang telah digunakan. Penggunaan bahan baku daur ulang ini dapat menjadi contoh teladan dalam proses produksi fiber viscose di Asia. SPV sendiri berkomitmen untuk menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman sehingga dapat mendukung kesejahteraan masyarakat di sekitar perusahaan.

SPV beranggapan bahwa menjadi bagian dari komunitas berarti harus dapat menjalin hubungan baik dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. SPV menyadari bahwa sangat penting menjaga sosial kapital dalam keberlanjutan bisnis, oleh karena itu SPV berasumsi bahwa dengan menjalankan program TSP yang tepat dapat menjaga keharmonisan hubungan perusahaan dengan masyarakat. Beberapa aktifitas TSP yang dilakukan oleh SPV adalah dalam bidang kesehatan, pendidikan, kredit mikro, entrepreneurship, sosial dan budaya, infrastruktur, dan media komunikasi, program ini juga sebagai upaya perusahaan dalam mendukung kesejahteraan masyarakat di sekitar perusahaan.

4.2.2 Program Tangungjawab Sosial PT SPV

Kegiatan TSP yang dilakikan oleh SPV yaitu pada :

(29)

b. Bidang kesehatan yang terdiri atas kegiatan pelayanan kesehatan gratis yang dilaksanakan setiap hari kamis di tiga tempat berbeda di Desa Cicadas (RK 04, RK 05, dan kantor Desa Cicadas); pemberian makanan tambahan bernutrisi untuk posyandu yang dilaksanakan di lima RK setiap bulan; dan bantuan pengobatan untuk anak yang terkena flek atau bronchitis paru.

c. Bidang sosial yang terdiri atas kegiatan pembagian beras setiap bulan untuk orang jompo, anak yatim serta guru ngaji; pembagian beras setiap dua bulan sekali untuk seluruh keluarga di Desa Cicadas; pemberian bantuan sumbangan untuk kegiatan-kegiatan di Desa Cicadas dan sekitarnya untuk memperingati hari besar agama maupun hari besar nasional; bantuan dana santunan untuk keluarga yang meninggal dunia; bantuan untuk kegiatan ibu-ibu PKK; dan bersama warga memberikan bantuan bedah rumah orang jompo yang kurang mampu.

d. Bidang infrastuktur yang terdiri atas kegiatan bantuan pembuatan jalan dan jembatan di Kampung Ciroyom; dan bantuan pembanguan masjid At-Taqwa Kampung Pondongan.

e. Suplai air bersih yaitu dengan memasok air bersih di Kampung Ciroyom, Kampung Sawah, dan Kampung Nagrak.

f. Bidang ekonomi yaitu dengan mengadakan program kredit mikro untuk usaha kecil berupa pinjaman dana bergulir tanpa bunga untuk membantu mengembangkan usaha kecil.

PT SPV memiliki bagian khusus yang bertanggung jawab menangani program TSP. kegiatan comdev sendiri berada di bawah naungan divisi General Affair and Community Relation (GACR) yang terdiri dari 2 orang staff pada bagian legal affair dan 2 orang staff untuk bagian self service, dan 2 orang staff yang menangani community relation. Pelaksanaan program TSP diawali dengan melakukan survey terlebih dahulu. Survey dilakukan dengan cara mendatangi masyarakat desa, menanyakan apa keluhan yang dirasakan masyarakat. Pihak perusahaan juga menjalin bekerja sama dengan kader setempat yang dapat dipercaya untuk mendapatkan data masyarakat secara objektif sebelum diajak menjadi penerima program TSP.

4.3. Hubungan Masyarakat Desa Cicadas dengan Perusahaan

(30)

percaya yang menyebabkan perpecahan dalam yayasan tersebut. Setelah kejadian tersebut, dibentuklan yayasan KALIMADAS baru namun tidak efektif. Masyarakat menganggap pihak perusahaan tidak memberikan bantuan apapun, karena dalam proses pemberian bantuan, masyarakat tidak melihat keterlibatan pihak SPV secara langsung.

Manajemen kemudian memutuskan untuk membuka departemen sendiri di bawah departemen GACR (General affair and community relation). Semenjak itu perusahaan memberikan kesempatan masyarakat desa untuk dapat bekerja di SPV, baik sebagai karyawan tetap maupun kontraktor. Masyarakat mulai merasakan manfaat dari keberadaan perusahaan. Masyarakat desa yang bekerja di perusahaan mendapatkan bantuan dana pendidikan, kesehatan, dan akses fasilitas perusahaan. Untuk masyarakat desa yang tidak mampu dan tidak bekerja di perusahaan mendapatkan bantuan-bantuan terkait dengan program TSP yang dijalankan oleh perusahaan, seperti pemberian sembako secara berkala, bantuan kredit mikro, pemberian beasiswa, dan program entrepreneurship lainnya. Keberadaan SPV dianggap mampu memenuhi kebetuhan masyarakat desa secara keseluruhan, yaitu dengan cara memberikan bantuan dan mendukung kegiatan-kegiatan yang ada di desa. Salah satu bentuk bantuannya adalah dalam hal infrasturtur, dan kegiatan sosial dan kebudayaan masyarakat juga memberikan biaya kesehatan apabila masyarakat mendapatkan dampak negatif dalam hal kesehatan yang disebabkan oleh aktivitas perusahaan.

Bantuan-bantuan tersebut tentu saja memberikan nilai lebih pada masyarakat, walaupun dampak negatif perusahaan masih dirasakan masyarakat, salah satunya yaitu tercemarnya udara di desa karena aktifitas perusahaan yang sebagian besar menggunakan bahan-bahan kimia, namun dengan adanya bantuan-bantuan yang diberikan, masyarakat menganggap bantuan-bantuan tersebut sudah dapat menutupi efek dari dampak negatif perusahaan

(31)

4.4. Karakteristik Responden

Tabel 3 Jumlah dan persentase responden peserta program kredit mikro berdasarkan umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin di Desa Cicadas tahun 2013

Karakteristik Individu Jumlah Persentase (%) Umur

>50 tahun 5 16.7

33 tahun-50 tahun 19 63.3

<32 tahun 6 20.0

Tingkat Pendidikan Tinggi

(SMA/Sederajat)

4 13.3

Sedang

(SMP/Sederajat)

7 23.3

Rendah

(SD/Sederajat)

19 63.3

Jenis Kelamin

Laki-laki 11 36.7

Perempuan 19 63.3

(32)
(33)

V. PENGEMBANGAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM KREDIT MIKRO

5.1. Gambaran Umum Program Kredit Mikro

Sebagai salah satu perusahaan di Indonesia, SPV menjadi salah satu perusahaan yang ikut serta dalam upaya mensejahterakan masyarakat di sekitar perusahaan. Program TSP yang diusung SPV dalam hal ini program kredit mikro, bertujuan untuk dapat meningkatkan perekonomian masyarakat yang membuka usaha kecil di sekitar perusahaan. Program TSP kredit mikro SPV dimulai pada tahun 2005, dengan konsep memberikan pinjaman modal atau dana tanpa bunga dan jaminan untuk membantu kelangsungan usaha kecil masyarakat sekitar perusahaan.

Pihak perusahaan awalnya tidak menyetujui program kredit mikro, mengingat karakterisktik masyarakat desa yang suka berhutang dan sering terjadi kredit macet. Program kredit mikro kemudian dipertimbangkan kembali dengan alasan tidak semua masyarakat mampu tertampung untuk dipekerjakan diperusahaan. Keterbatasan jumlah karyawan dan keterbatasan kemampuan masyarakat, mendorong pihak perusahaan untuk menjalankan program kredit mikro. Program kredit mikro dirasa ideal sebagai usaha menumbuhkan jiwa entrepreneurship masyarakat di sekitar perusahaan. Pihak perusahaan melakukan praproject1 sebagai tahap uji coba dengan sasaran program yaitu pedagang rengginang yang usahanya sempat terhenti. Praproject1 yang dianggap berhasil menarik minat masyarakat untuk mengajukan diri sebagai calon penerima program kredit mikro.

Program kredit mikro hanya berlandaskan pada kepercayaan. Pihak perusahaan lebih menekankan pada survey lapangan dengan cara bertanya pada tetangga calon penerima program, apakah orang tersebut dapat dipercaya dalam pengembalian dana pinjaman atau tidak. Jumlah penerima program sampai bulan April 2013 sudah lebih dari 100 penerima. Setiap penerima yang telah melunasi pembayaran, sebagian besar akan mengajukan diri untuk melakukan peminjaman dana lagi pada periode selanjutnya. Adapun syarat pengajuan penerima kredit mikro adalah sebagai berikut:

a. Merupakan warga asli Desa Cicadas. b. Bukan merupakan karyawan PT SPV. c. Membawa fotokopi KTP.

d. Mengisi dan menandatangani lembar kesepakatan bersama yang diisi sendiri oleh calon penerima berupa berapa besar dana yang dipinjam dan kemampuan calon penerima mengangsur pinjaman dana tiap bulannya. e. Bukan merupakan usaha yang akan dijalani, namun harus usaha yang

sudah berjalan.

(34)

dilakukan dengan alasan bertambahnya jumlah calon penerima sehingga pihak perusahaan tidak dapat menangani keseluruhan proses secara mandiri dan bertujuan untuk mendekatkan penerima program dengan kader setempat.

Ukuran keberhasilan program kredit mikro adalah usaha kecil yang diberi bantuan dana dapat terus berjalan. Karakteristik masyarakat yang suka berhutang membuat usaha kecil menjadi sulit untuk diukur perkembangannya. Karena itu, pihak perusahaan menganggap apabila usaha kecil yang diberi pinjaman dana dapat terus berjalan, maka program kredit mikro dapat dikatakan berhasil.

5.2Keragaan Responden

5.2.1.Dukungan Program

Dukungan program yang diukur adalah penyediaan tempat diskusi, persyaratan yang mudah untuk dapat mengikuti program, pengembalian yang mudah, dana yang diberikan dan waktu pemberian dana.

Tabel 4 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap dukungan program di Desa Cicadas tahun 2013

No Dukungan Program Jumlah Presentase (%)

1 Tinggi 10 33.3

2 Sedang 9 30.0

3 Rendah 11 36.7

Jumah 30 100.0

(35)

Tabel 5 Persentase responden berdasarkan penilaian terhadap pernyataan dukungan program di Desa Cicadas tahun 2013

Keterangan: SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Berdasarkan Tabel 5, dukungan program pada aspek penyediaan tempat diskusi dan kemudahan mengakses program sudah terbilang baik. Penerima program menilai waktu pemberian dana dirasa lama, karena penerima program harus menuggu penerima program yang lain menyelesaikan angsurannya.

(36)

5.2.2 Kredibilitas Fasilitator

Fasilitator dituntut untuk mampu menjalin hubungan baik dengan masyarakat, agar dapat mensosialisasikan program dengan baik dan mampu memberikan kesan baik perusahaan pada masyarakat.

Tabel 6 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap kredibilitas fasilitator di Desa Cicadas tahun 2013

No Kredibilitas Fasilitator Jumlah Persentase (%)

1 Tinggi 7 23.3

2 Sedang 14 46.7

3 Rendah 9 30.0

Jumlah 30 100.0

Berdasarkan Tabel 6, mayoritas responden mengkatagorikan kredibilitas fasilitator ke dalam katagori sedang. Pada awal dilaksanakannya program kredit mikro, fasilitator secara langsung mendatangi warga yang ingin menjadi anggota. Fasilitator kemudian menjelaskan persyaratan apa saja yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota. Masyarakat menilai, kemampuan berkomunikasi fasilitator sudah baik dan dapat dimengerti oleh anggota, dan fasilitator pun mampu menjawab setiap pertanyaan dari anggota.

Tabel 7 Persentase responden berdasarkan penilaian terhadap pernyataan kredibilitas fasilitator di Desa Cicadas tahun 2013

No Pernyataan SS (%) S (%) TS (%) STS (%)

(37)

mikro. Masyarakat Desa Cicadas terutama penerima program kredit mikro merasa semenjak adanya fasilitator dari pihak perusahaan telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Semenjak ada Ibu Titi, masyarakat jadi lebih merasa diperhatikan. Ibu Titi sering jalan-jalan di Desa, sering nanya keadaan warga. jadi kebutuhan warga juga bisa didengar sama pihak perusahaan” –Ibu iti

5.3. Performa Responden Kredit Mikro dan Variabel yang Mempengaruhinya

5.3.1.Partisipasi

Fasilitator mengungkapkan, dalam setiap program yang diberikan oleh pihak perusahaan selalu berdasarkan kebutuhan masyarakat dan berasal dari keinginan dari pihak masyarakat itu sendiri. Masyarakat selalu diikutsertakan dalam setiap tahap partisipasi, termasuk juga program kredit mikro. Pihak perusahaan tidak melakukan FGD karena dianggap kurang efektif. Fasilitator selalu mengusahakan untuk dapat berdiskusi dengan masyarakat sekitar setiap hari, dengan cara berdiskusi langsung dengan karyawan yang juga merupakan masyarakat asli Desa Cicadas, datang ke rumah kader, atau langsung mendatangi masyarakat yang menjadi anggota program.

Keterlibatan masyarakat diikutsertakan dari hasil-hasil diskusi, dalam pelaksanaan dan evalusi dilakukan dengan cara informal tidak dengan FGD. Seperti usulan, perencanaan usaha, atau informasi-informasi mengenai masyarakat. Kebanyakan didengar oleh pihak perusahaan” –

Ibu Titi

Tabel 8 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap tingkat partisipasi tahap perencanaan di Desa Cicadas tahun 2013

No Tahap Perencanaan Jumlah Persentase (%)

1 Tinggi 4 13.3

2 Sedang 26 86.7

3 Rendah 0 0.0

Jumlah 30 100.0

(38)

Tabel 9 Persentase responden berdasarkan pernyataan penilaian terhadap tingkat partisipasi tahap perencanaan di Desa Cicadas tahun 2013

No Pernyataan SS (%) S (%) TS (%) STS (%)

Berdasarkan Tabel 9, dapat terlihat bahwa masyarakat tidak diikutsertakan dalam tahapan perencanaan program dan pengambilan keputusan. Fasilitator mengungkapkan bahwa keikutsertaan penerima program pada proses perencanaan adalah pada saat diskusi yang dilakukan oleh fasilitator dengan penerima program. Fasilitator mengaku selalu mengadakan diskusi dengan masyarakat dengan cara mendatangi rumah masyarakat maupun bertanya pada karyawan yang merupakan warga Desa Cicadas. Berdasarkan hasil diskusi tersebut, departemen GACR merancang tahap perencanaan dan pengambilan keputusan.

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap partisipasi tahap pelaksanaan di Desa Cicadas tahun 2013

No Tahap Pelaksanaan Jumlah Persentase (%)

1 Tinggi 14 46.7

2 Sedang 9 30.0

3 Rendah 7 23.3

Jumlah 30 100.0

(39)

Tabel 11 Persentase responden peserta berdasarkan penilaian terhadap pernyataan partisipasi tahap pelaksanaan di Desa Cicadas tahun 2013

No Pernyataan SS (%) S (%) TS (%) STS (%)

Berdasarkan Tabel 11, partisipasi penerima program pada tahap pelaksanaan sudah tergolong baik. Penerima program mampu memenuhi syarat, dan mengetahui prosedur pengambilan maupun pengembalian dana pinjaman kredit mikro. Penerima program juga sudah mampu mengangsur dan membayar lunas dana pinjaman. Sebanyak 16.7% penerima program mengaku bahwa tidak semua dana pinjaman digunakan untuk mengembangkan usaha, tetapi juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari penerima program.

ya tidak semuanya dipake buat usaha, sesekali dipake untuk biaya rumah tangga, jajan anak, biaya nikah anak. Tergantung kebutuhannya” –Ibu Hoho

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap partisipasi tahap evaluasi di Desa Cicadas tahun 2013

No Tahap Evaluasi Jumlah Persentase (%)

1 Tinggi 11 36.7

2 Sedang 10 33.3

3 Rendah 9 30.0

Jumlah 30 100.0

(40)

memberikan pendapat mengenai kelebihan dan kekurangan pelaksanaan program dan memberikan saran untuk perbaikan program, melalui diskusi yang dilakukan dengan fasilitator.

Tabel 13 Persentase responden berdasarkan penilaian terhadap pernyataan partisipasi tahap evaluasi di Desa Cicadas tahun 2013

No Pernyataan SS (%) S (%) TS (%) STS (%) 1 Mengikuti Evaluasi

program

0.0 0.0 60.0 40.0

2 Memberikan

pendapat mengenai kelebihan dan kelemahan program

3.3 20.0 76.7 0.0

3 Memberikan saran untuk perbaikan program

3.3 16.7 80.0 0.0

4 Ikut serta dalam pengambilan

keputusan evaluasi program

0.0 0.0 16.7 83.3

Keterangan: SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Berdasarkan Tabel 13, dapat terlihat bahwa pihak perusahaan tidak melibatkan masyarakat dalam tahap eveluasi program maupun pengambilan keputusan pada tahap evaluasi program. Fasilitator mengaku, pendapat mengenai berjalannya program maupun saran untuk perbaikan program didapatkan ketika berdiskusi dengan penerima program dalam forum informal.

Tabel 14 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap partisipasi di Desa Cicadas tahun 2013

No Partisipasi Persentase (%)

1 Tinggi 10.0

2 Sedang 60.0

3 Rendah 30.0

Jumlah 100.0

(41)

5.3.2 Kemandirian

Kemandirian masyarakat menurut Widjajanti (2011), adalah keadaan yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi dengan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.

Tabel 15 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap kemandirian di Desa Cicadas tahun 2013

No Kemandirian Jumlah Persentase (%)

1 Tinggi 7 23.3

2 Sedang 9 30.0

3 Rendah 14 46.7

Jumlah 30 100.0

Berdasarkan Tabel 15, kemandirian penerima program kredit mikro berada pada katagori rendah. Mayoritas usaha penerima program kredit mikro adalah berdagang, tidak sedikit konsumen mereka yang berhutang. Hal ini menyebabkan sebagian besar penerima program merasa sangat bergantung dengan dana pinjaman yang diberikan oleh pihak perusahaan. Dana pinjaman kredit mikro dirasa dapat menutupi kekurangan modal usaha. Beberapa penerima program juga masih beranggapan lebih baik bekerja sebagai karyawan dibadingkan dengan membuka usaha sendiri.

kalau dibilang tergantung, ya jadi tergantung. Kalo tidak ada kredit mikro, bagaimana cara untuk menutup yang berhutang” –Ibu Siti Nurhasanah

5.3.3 Keberlanjutan

Pembangunan berkelanjutan menurut Salim yang dikutip oleh Jaya (2004) adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia untuk mencapai kesejahteraan dengan cara mencari pemerataan pada masa kini maupun masa mendatang

Tabel 16 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap keberlanjutan di Desa Cicadas tahun 2013

No Keberlanjutan Jumlah Presentasi (%)

1 Tinggi 6 20.0

2 Sedang 14 46.7

3 Rendah 10 33.3

Jumlah 30 100.0

(42)

dagangannya tergantung pada cuaca. Sebagian anggota tidak mampu meningkatkan hasil produksi dan membuka cabang ditempat lain, karena dana pinjaman yang diberikan digunakan untuk menutupi biaya kekurangan modal apabila mereka mengalami kerugian atau ada konsumen mereka yang berhutang. Penerima program mengaku dengan modal seadanya dan pinjaman dana yang tidak begitu besar, sulit bagi mereka untuk mengembangkan usaha dan membuka cabang ditempat lain.

Kalau untuk buka cabang, belum ada rencana. Ini modalnya juga pas-pas-an, Alhamdulillah ada program kredit mikro jadi usahanya masih bisa jalan terus” –Bapak Anwar

5.3.4. Hubungan Karakteristik Individu Pada performa Penerima Program Kredit Mikro

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui hubungan karakteristik individu pada performa penerima program kredit mikro di Desa Cicadas

Tabel 17 Nilai hubungan karakteristik individu pada performa penerima kredit mikro di Desa Cicadas tahun 2013

Karakteristik Individu Performa Penerima Program

Partisipasi Kemandirian Keberlanjutan

Umur 0.400 0.397 0.340

Tingkat pendidikan 0.105 0.446 0.276

Jenis kelamin 0.125 0.156 0.552

Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui bahwa variabel umur tidak memiliki hubungan dengan variabel partisipasi karena nilai Rank Sperman lebih besar dari taraf nyata yaitu (0.05). Variabel umur tidak memiliki hubungan pada variabel kemandirian karena nilai Rank Sperman lebih besar dari taraf nyata yaitu (0.05). Variabel umur tidak memiliki hubungan pada variabel keberlanjutan karena nilai Rank Sperman lebih besar dari taraf nyata yaitu (0.05). Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa umur penerima program tidak memiliki hubungan dengan performa penerima program.

Berdasarkan Tabel 17 variabel tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan dengan variabel partisipasi karena nilai Rank Sperman lebih besar dari taraf nyata yaitu (0.05). Variabel tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan pada variabel kemandirian karena nilai Rank Sperman lebih besar dari taraf nyata yaitu (0.05). Variabel tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan pada variabel keberlanjutan karena nilai Rank Sperman lebih besar dari taraf nyata yaitu (0.05). Berdasarkan tabel, diketahui bahwa tingkat pendidikan penerima program tidak memiliki hubungan dengan performa penerima program.

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Tabel 1  Jadwal penelitian tahun 2013-2014
Tabel 2  Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis mata pencaharian dan
Tabel 3 Jumlah dan persentase responden peserta program kredit mikro
+7

Referensi

Dokumen terkait

informasi secara tertulis dalam bentuk naskah pidato dan surat resmi (perpisahan, ulang tahun, perayaan sekolah, dll.) dengan bahasa yang baik dan benar, serta

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada pencapaian kompetensi sangat diperlukan sebagai instrument untuk mengarahkan

Jika ditelusuri dalam literatur-literatur ilmu h} adi&gt; th, pendapat Muktazilah di atas tidak berdasar karena jika menggunakan pembuktian terbalik dengan melihat kriteria

Perlindungan Hukum terhadap nasabah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut UUPM) menentukan dan mengatur bahwa otoritas

Laporan Individu Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) UNY 2015 2 Membentuk pribadi yang berakhlak mulia. 1) Menghasilkan tenaga kerja yang kreatif dan inovatif sesuai

[r]

[r]

Kelompok Kerja Pengadaan Barang/Jasa Unit Layanan Pengadaan Kementerian Pertanian 2017, pada Satuan Kerja Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang Tahun Anggaran 2017