• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh karakteristik individu dan peran penyuluh terhadap peningkatan diversifikasi pangan rumah tangga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh karakteristik individu dan peran penyuluh terhadap peningkatan diversifikasi pangan rumah tangga"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PERAN

PENYULUH TERHADAP PENINGKATAN DIVERSIFIKASI

PANGAN RUMAH TANGGA

RAFNEL AZHARI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Karakteristik Individu dan Peran Penyuluh Terhadap Peningkatan Diversifikasi Pangan Rumah Tangga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Rafnel Azhari

(4)
(5)

RINGKASAN

RAFNEL AZHARI. Pengaruh Karakteristik Individu dan Peran Penyuluh Terhadap Peningkatan Diversifikasi Pangan Rumah Tangga. Di bawah bimbingan: PUDJI MULJONO dan PRABOWO TJITROPRANOTO.

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap diversifikasi pangan masyarakat, pemerintah meluncurkan program P2KP (Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan). Program ini juga bertujuan untuk mendorong peningkatan pola konsumsi pangan yang semakin beragam, bergizi, berimbang, serta aman. Kabupaten Bogor adalah salah satu Kabupaten pelaksana program P2KP. Program ini melibatkan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP4K) sebagai pelaksana program. BKP4K melakukan penyuluhan dalam upaya percepatan dan penganekaragaman konsumsi pangan.

Penelitian ini bertujuan: (1) mengidentifikasi persepsi masyarakat peserta dan bukan peserta program P2KP terhadap diversifikasi pangan; (2) menganalisis pengaruh karakteristik individu masyarakat terhadap persepsinya tentang diversifikasi pangan; (3) menganalisis pengaruh karakteristik individu masyarakat terhadap tingkat diversifikasi pangan rumah tangga; (4) menganalisis pengaruh peran penyuluh terhadap persepsi masyarakat tentang diversifikasi pangan; (5) menganalisis pengaruh peran penyuluh terhadap tingkat diversifikasi pangan rumah tangga; (6) merumuskan strategi penyuluhan untuk meningkatkan diversifikasi pangan rumah tangga.

Jenis penelitian ini adalah “ex Post Facto”. Penelitian lapang dilakukan di Kecamatan Dramaga, Cibungbulang dan Ciomas Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat dari bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif dengan statistik deskriptif dan inferensial. Statistik deskriptif terdiri dari distribusi frekuensi, sedangkan statistik inferensial digunakan untuk mengetahui pengaruh antar variabel menggunakan analisis regresi berganda Stepwise dengan Software SPSS 17.0.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) persepsi masyarakat peserta program P2KP berada pada kategori tinggi dengan total rataan skor 2.97 dan masyarakat bukan peserta program dengan total rataan skor 2.73 dari skor maksimum 3.0; (2) karakteristik individu masyarakat yang berpengaruh nyata terhadap persepsinya dalam hal diversifikasi pangan adalah : umur, pendidikan formal dan keterdedahan terhadap media TV dan surat kabar; (3) karakteristik individu masyarakat yang berpengaruh nyata terhadap tingkat diversifikasi pangan rumah tangga adalah umur, pendidikan formal dan pendapatan; (4) peran penyuluh yang berpengaruh nyata terhadap persepsi masyarakat tentang diversifikasi pangan adalah peran sebagai komunikator dan peran sebagai motivator; (5) peubah peran penyuluh tidak berpengaruh terhadap tingkat diversifikasi pangan rumah tangga; (6) perlu perubahan strategi penyuluhan diversifikasi pangan baik dari segi sasaran penyuluhan sampai kepada metode yang digunakan, seperti melibatkan kaum bapak dan remaja sebagai subyek penyuluhan dan pemanfaatan media televisi untuk menjelaskan pentingnya diversifikasi pangan.

(6)
(7)

SUMMARY

RAFNEL AZHARI. The Influence of Individual Charateristic and The Role of Extension Worker on Increasing Household Food Diversification. Supervised by PUDJI MULJONO and PRABOWO TJITROPRANOTO.

The Government of Indonesia has launched accelereted diversification of food consumption program (P2KP). This program aims to encourage people in improving food consumption patterns, nutritious, balanced, and safe nutition. Bogor district is one of the districts managing P2KP program. The program involves Food Security and Extension Agency for Agriculture, Fisheries and Forestry (BKP4K) as program implementers.

The objectives of the research are: (1) to identify community perceptions of participants and non-participants of P2KP program towards food diversification; (2) to analyze the effect of individual characteristics on community perceptions toward food diversification; (3) to analyze the effect of individual characteristics to the level of diversification of household; (4) to analyze the effect extension role on community perceptions toward food diversification; (5) to analyze the effect of extension of the role on the level of food diversification of household and; (6) to formulate extension strategies to improve household food diversification.

Research using ex Post facto design. Field research was conducted in sub District of Dramaga, Cibungbulang and Ciomas of Bogor District West Java Province from February 2013 to June 2013. The data were analyzed qualitatively and quantitatively. Quantitative analysis used descriptive and inferential statistics. The analysis consisted of frequency distributions, while the inferential statistics used stepwise regression analysis based on SPSS 17.0 software.

The results showed: (1) perception of P2KP program participants and non participant at the high category with a mean score of 2.97 and 2.73 respectively of a maximum score of 3.0; (2) the individual characteristics that significantly affect perceptions in terms of diversification are: age, formal education and keterdedahan on TV and newspaper media; (3) the individual characteristics that affect the level of food diversification of household is age, education formal and income; (4) the roles of extension personnel as communicator and motivator affected significantly the community perception of food diversification is the role as role as a communicator and motivator; (5) the role of extension personnel did not affect the level of food diversification of household; (6) need to change food diversification extension strategy both in terms of the target extension to the method used, for example the father and adolescents as subjects of education and the use of television media to explain the importance of diversification.

(8)
(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(10)
(11)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PERAN

PENYULUH TERHADAP PENINGKATAN DIVERSIFIKASI

PANGAN RUMAH TANGGA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

(12)
(13)

Judul Tesis : Pengaruh Karakteristik Individu dan Peran Penyuluh Terhadap Peningkatan Diversifikasi Pangan Rumah Tangga

Nama : Rafnel Azhari NIM : I351110051

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Pudji Muljono, MSi Ketua

Dr H Prabowo Tjitropranoto, MSc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dr Ir Siti Amanah, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(14)
(15)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia, rahmat, berkah, hidayah dan kesehatan dari-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 sampai Juli 2013 ini adalah peran penyuluh, dengan judul Pengaruh Karakteristik Individu dan Peran Penyuluh Terhadap Peningkatan Diversifikasi Pangan Rumah Tangga.

Terima kasih dan rasa hormat yang setinggi – tingginya, penulis ucapkan kepada bapak Dr Ir Pudji Muljono MSi dan bapak Dr H Prabowo Tjitropranoto MSc selaku komisi pembimbing atas dukungan, arahan, waktu yang telah diberikan, kesabaran membantu penulis dalam penelitian dan menyelesaikan penulisan tesis. Terima kasih dan rasa hormat juga penulis sampaikan kepada seluruh Dosen program studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB, yang telah mendidik dan mengajarkan banyak hal kepada penulis selama menyelesaikan studi di IPB. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kecamatan Dramaga, Cibungbulang dan Ciomas yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Kepada penyuluh yang telah memberikan informasi dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerjanya, penulis ucapkan penghargaan dan terima kasih, semoga kita bersama terus dalam satu gerak perjuangan untuk membuat Indonesia berdaya.

Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada ibunda Rosnini, papa Azhar dan uni Wil, uni Linda, uni Lela Fitriani dan uda Dendi serta mama Hj. Afriati, SPd, atas doa dan kasih sayangnya. Selanjutnya kepada Yulianti Fitri Kurnia, SPt MSi atas motivasi, doa, kasih sayang dan kesabarannya membantu penulis selama pendidikan.

Ungkapan terima kasih juga penulis haturkan kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan beasiswa untuk melanjutkan studi di Pasca Sarjana IPB. Kepada Universitas Andalas yang memberikan rekomendasi untuk mendapatkan beasiswa dan kesempatan melanjutkan pendidikan, penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya.

Kepada teman – teman program studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB, penulis mengucapkan terimakasih atas kebersamaan dan dukungan selama menyelesaikan studi ini. Semoga ilmu yang kita peroleh selama belajar di IPB, bermanfaat bagi sebesar – besarnya kebaikan diri kita, keluarga, masyarakat dan negara. Tidak banyak yang kita saling berikan, tapi tidak ada yang lebih indah dan berharga dari sebuah persahabatan yang tulus.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi yang membaca umumnya dan penulis sendiri khususnya.

Bogor, Desember 2013

(16)
(17)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 3

Penyuluh dan Penyuluhan 3

Peranan Penyuluh 4

Definisi Persepsi 8

Diversifikasi Pangan 9

Karakteristik Personal 10

Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan 11

Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian 12

3 METODE PENELITIAN 18

Desain Penelitian 18

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Populasi dan Sampel 19

Pengembangan Instrumen Penelitian 20

Uji Coba Instrumen 26

Teknik Pengumpulan Data 27

Analisis Data 28

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 30

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 30

Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) 33

Gambaran Umum Responden 35

Peranan Penyuluh 38

Persepsi Masyarakat Peserta Program dan Masyarakat Bukan Peserta

Program P2KP 40

Tingkat Diversifikasi Pangan Rumah Tangga Masyarakat Peserta Program dan Bukan Peserta Program P2KP 41 Faktor – Faktor yang Berpengaruh Terhadap Persepsi Masyarakat Tentang

Diversifikasi Pangan 44

Faktor – Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Diversifikasi Pangan

Rumah Tangga 48

Strategi Penyuluhan Untuk Meningkatkan Diversifikasi Pangan Rumah

(18)

5 KESIMPULAN DAN SARAN 53 Kesimpulan 53 Saran 55

DAFTAR PUSTAKA 55

LAMPIRAN 60

RIWAYAT HIDUP 68

DAFTAR TABEL

1 Data sampel penelitian untuk populasi masyarakat pelaksana dan

bukan pelaksana /sasaran program P2KP 20

2 Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel karakteristik

Individu 22

3 Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel peran

penyuluh 23

4 Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel persepsi

masyarakat terhadap diversifikasi pangan 25

5 Variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel tingkat

diversifikasi pangan rumah tangga 25

6 Sumber data dan teknik pengumpulan data 28

7 Upaya diversifikasi pangan di Indonesia secara kronologis 34 8 Distribusi responden pada berbagai karakteristik Individu 35 9 Sebaran pendapat responden terhadap peranan penyuluh dalam

melakukan penyuluhan diversifikasi pangan 39

10 Persepsi masyarakat peserta dan bukan peserta P2KP 41 11 Rata – rata skor PPH kelompok peserta dan bukan peserta P2KP 42 12 Pengaruh karakteristik individu terhadap persepsi masyarakat 45 13 Pengaruh peranan penyuluh terhadap persepsi masyarakat 47 14 Pengaruh karakteristik individu terhadap tingkat diversifikasi pangan 48 15 Pengaruh peranan penyuluh terhadap tingkat diversifikasi pangan 50

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Konseptual Penelitian 16

2 Kerangka Operasional Penelitian 17

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

1.

Pengukuran Tingkat Diversifikasi Pangan Rumah Tangga 60

2.

Hasil Annova Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Persepesi 60

3.

Hasil Uji Kenormalan Pengaruh Karakteristik terhadap Persepsi 61

4.

Hasil Uji Heterekedastisitas Pengaruh Karakteristik Persepsi 61

5.

Hasil Uji Multikoleniaritas Pengaruh Karakteristik Persepsi 62

6.

Hasil Uji Autokorelasi Pengaruh Karakteristik Terhadap Persepsi 62

7.

Hasil Annova Pengaruh Peranan Penyuluh Terhadap Persepesi 62

8.

Hasil Uji Heterekedastisitas Pengaruh Peranan Penyuluh 63

9.

Hasil Uji Multikoleniaritas Pengaruh Peranan Penyuluh 63

10.

Hasil Uji Autokorelasi pengaruh peranan penyuluh 63

11.

Hasil Annova Pengaruh Karakteristik – Tingkat diversifikasi 64

12.

Hasil Uji Kenormalan pengaruh karakteristik – T diversifikasi 64

13.

Hasil Uji Heterekedastisitas Pengaruh karakteristik – diversifikasi 64

14.

Hasil Uji Multikoleniaritas pengaruh karakteristik – diversifikasi 65

15.

Hasil Uji Autokorelasi pengaruh karakteristik - diversifikasi 65

16.

Hasil Annova Pengaruh peranan penyuluh – tingkat diversifikasi 65

17.

Dokumentasi Penelitian 66

(20)
(21)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Global Food Security Index Tahun 2013, menempatkan Indonesia sebagai negara dengan peringkat ke-66 dari 107 negara di dunia dalam hal ketahanan pangan. Hal tersebut menunjukkan buruknya ketahanan pangan Indonesia. Kejadian rawan pangan menjadi masalah yang sangat sensitif dalam dinamika kehidupan sosial dan politik Indonesia. Oleh sebab itu, menjadi sangat penting bagi Indonesia untuk mampu mewujudkan ketahanan pangan nasional, wilayah, rumah tangga dan individu yang berbasiskan kemandirian penyediaan pangan domestik (Ariani 2010). Dalam mewujudkan ketahanan pangan tersebut, Indonesia dihadapkan pada berbagai macam tantangan. Tantangan tersebut diantaranya, jumlah penduduk yang besar, ketergantungan yang tinggi terhadap beras, masih besarnya jumlah penduduk miskin serta perubahan iklim yang mengganggu produktivitas pertanian.

Konsep ketahanan pangan (food security) pertama kali muncul pada World food conference Tahun 1974, perluasan makna dan revisi dilakukan FAO tahun 1983 dan kontribusi World bank tahun 1986, dan yang sekarang ini secara luas diadopsi adalah sebagaimana yang dinyatakan dalam World Food Summit 1996 (FAO 1996): “Food security exists when all people, at all times, have physical and economic access to sufficient, safe and nutritious food that meetstheir dietary needs and food preferences for an active and healthy life”. Mengacu pada definisi

tersebut Sumaryanto (2009) menyatakan ketahanan pangan mencakup empat dimensi yaitu: (1) ketersediaan/food availability; (2) akses/access to sufficient food; (3) stabilitas/stability of food stock, dan (4) pemanfaatan/utilization of food.

Komponen strategis dalam pemantapan ketahanan pangan salah satunya melalui diversifikasi pangan (FAO 2006). Diversifikasi pangan sangat diperlukan dalam mengatasi masalah, tantangan dan kondisi empiris ketahanan pangan di Indonesia. Diversifikasi pangan dapat berkontribusi dalam peningkatan kapasitas produksi pangan, perbaikan pendapatan petani, serta adaptasi dan perubahan iklim Peraturan Pemerintah Tentang Ketahanan Pangan Nomor 68 tahun 2002 Pasal 9 Ayat 2 menyebutkan bahwa salah satu cara diversifikasi pangan adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi aneka ragam pangan dengan prinsip gizi seimbang, sehingga sangat penting untuk melakukan sosialisasi mengenai diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan ini erat kaitannya dengan persepsi. Menurut Sumaryanto (2009) kebiasaan makan individu dapat dipengaruhi oleh faktor budaya, persepsi individu, keluarga, dan masyarakat. Oleh karena itu tahap awal untuk mewujudkan diversifikasi pangan adalah dengan mengubah persepsi. Dalam konteks ini, kontribusi pendidikan formal maupun non formal, teladan dari kelompok elit dan promosi media massa sangat diperlukan.

(22)

2

95 pada Tahun 2015 serta menurunnya konsumsi beras di tingkat nasional sebesar 1.5 % per tahun.

Kabupaten Bogor adalah salah satu Kabupaten pelaksana program P2KP. Program ini melibatkan Badan Ketahan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP4K) sebagai pelaksana program. BKP4K melakukan penyuluhan dalam upaya percepatan dan penganekaragaman konsumsi pangan. Kegiatan penyuluhan oleh BKP4K untuk Kabupaten Bogor ditujukan pada 15 Kelompok Wanita Tani (KWT).

Penyuluh pertanian selaku aparatur pemerintah diharapkan memiliki kemampuan yang mendasar dalam pelaksanaan tugasnya. Kemampuan tersebut tidak hanya berorientasi pada peningkatan produksi pertanian, akan tetapi sampai pada tingkat konsumsi masyarakat. Hal ini sesuai dengan salah satu misi pembangunan pertanian yaitu mewujudkan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi dan penganekaragaman konsumsi.

Menurut Leagans dalam Puspadi (2003) penyuluh berperan memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan belajar, yang tidak saja dalam kegiatan pendidikan dan menjamin adopsi inovasi baru, tetapi juga mengubah pandangan masyarakat dan mendorong inisiatif mereka untuk memperbaiki kehidupannya. Sejalan dengan hal itu maka peranan penyuluh dalam program ketahanan pangan di daerah sangat penting, karena penyuluh sebagai seorang komunikator, fasilitator dan motivator sangat berhubungan erat dengan upaya untuk memperbaiki pengetahuan, keterampilan dan sikap masyarakat.

Atas dasar pemikiran yang diuraikan di atas penting untuk mengetahui sejauh mana peranan penyuluh berpengaruh terhadap persepsi masyarakat tentang diversifikasi pangan dan terhadap tingkat diversifikasi pangan rumah tangga baik masyarakat peserta program maupun masyarakat bukan peserta program P2KP. Dengan demikian diharapkan akan diketahui kesiapan psikologis masyarakat dalam menghadapi diversifikasi pangan nasional dan kondisi tingkat diversifikasi pangan rumah tangga serta sejauh mana penyuluh mampu berperan dalam upaya diversifikasi pangan, sehingga kebijakan dan program yang diberikan dalam rangka menciptakan ketahanan pangan nasional melalui upaya diversifikasi pangan efektif dan tepat sasaran, termasuk dalam pendekatan penyuluhan yang dilakukan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi masyarakat peserta program dan bukan peserta program P2KP terhadap diversifikasi pangan?

2. Bagaimana pengaruh karakteristik individu masyarakat terhadap persepsinya dalam hal diversifikasi pangan?

3. Bagaimana pengaruh karakteristik individu masyarakat terhadap tingkat diversifikasi pangan rumah tangga?

(23)

3 5. Bagaimana pengaruh peran penyuluh terhadap tingkat diversifikasi pangan

rumah tangga?

6. Bagaimana bentuk strategi penyuluhan yang tepat untuk meningkatkan diversifikasi pangan rumah tangga?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengidentifikasi karakteristik individu dan persepsi masyarakat peserta dan bukan peserta program P2KP terhadap diversifikasi pangan.

2. Menganalisis pengaruh karakteristik individu masyarakat terhadap persepsinya dalam hal diversifikasi pangan.

3. Menganalisis pengaruh karakteristik individu masyarakat terhadap tingkat diversifikasi pangan rumah tangga.

4. Menganalisis pengaruh peran penyuluh terhadap persepsi masyarakat dalam hal diversifikasi pangan.

5. Menganalisis pengaruh peran penyuluh terhadap tingkat diversifikasi pangan rumah tangga.

6. Merumuskan strategi penyuluhan untuk meningkatkan diversifikasi pangan rumah tangga.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat dirinci dalam pengembangan ilmu pengetahuan (akademik) dan pengembangan praktis sebagai berikut:

Manfaat akademik

1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu penyuluhan pembangunan dalam ketahanan pangan.

2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan metode penelitian ilmu penyuluhan pembangunan melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif.

Manfaat praktis

1. Bagi pemerintah/pemerintah daerah, sebagai sumbangan pemikiran dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan upaya pelaksanaan ketahanan pangan melalui diversifikasi pangan.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Penyuluh dan Penyuluhan

(24)

4

mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya. Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Penyuluh pertanian, penyuluh perikanan, dan penyuluh kehutanan, baik penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya, yang selanjutnya disebut penyuluh adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan.

Penyuluh Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Penyelenggaraan penyuluhan dapat dilaksanakan oleh pelaku utama (petani) dan atau warga masyarakat sebagai mitra pemerintah dan pemerintah daerah, baik secara sendiri-sendiri maupun bekerja sama, yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan programa pada tiap-tiap tingkatan administrasi pemerintah (Departemen Pertanian 2006).

Penyuluhan pada hakikatnya adalah suatu cara proses penyebaran informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusaha tani demi tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan petani dan perbaikan kesejahteraan masyarakat atau keluarga yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian. Penyebaran informasi yang dimaksud mencakup informasi tentang ilmu dan teknologi inovasi yang bermanfaat, analisis ekonomi dan upaya rekayasa sosial yang berkaitan dengan pengembangan usaha tani serta peraturan dan kebijakan pendukung.

Tujuan utama dari penyuluhan pertanian adalah mempengaruhi para petani dan keluarganya agar berubah perilakunya sesuai dengan yang diinginkan, yaitu perbaikan mutu hidup dari para keluarga tani. Penyuluh pertanian yang efektif adalah yang dapat menimbulkan perubahan informasi atau perolehan informasi baru kepada petani, memperbaiki kemampuan atau memberi kemampuan dan kebiasaan baru petani dalam upaya memperoleh sesuatu yang mereka kehendaki (Slamet 2003).

Dalam penelitian ini definisi penyuluhan adalah suatu proses pendidikan non formal yang berorientasi pada perubahan perilaku sesuai dengan yang diinginkan agar terjadi perbaikan mutu hidup masyarakat. Sedangkan defenisi penyuluh adalah; pegawai negeri sipil atau honorer yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan.

Peran Penyuluh

(25)

5 Menurut SK Menpan Nomor: 19/KEP/MK WASPAN/5/1999 jabatan penyuluh pertanian terdiri dari penyuluh pertanian terampil dan penyuluh pertanian ahli. Penyuluh pertanian terampil adalah jabatan fungsional, yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu, sedangkan penyuluh pertanian ahli adalah jabatan fungsional yang dalam pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan, metode dan teknik analisis tertentu. Seiring dengan perubahan paradigma pembangunan pertanian yang lebih mengutamakan pembangunan manusianya, maka peran penyuluh pertanian dalam mensukseskan terjadinya perubahan pola perilaku petani menjadi semakin penting.

Padmowihardjo (2004) menyatakan bahwa tujuan penyuluhan pertanian adalah menghasilkan manusia pembelajar, manusia penemu ilmu dan teknologi, manusia pengusaha Agribisnis yang unggul, manusia pemimpin di masyarakatnya, manusia guru bagi petani lain, yang bersifat mandiri dan interdependensi, karena itu penyuluhan adalah proses pembelajaran dan proses pemberdayaan.

Menurut Rogers (1995), penyuluh adalah seseorang yang atas nama pemerintah atau lembaga penyuluhan berkewajiban untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhan untuk mengadopsi inovasi. Berdasarkan definisi tersebut, Mardikanto (2009) mengatakan bahwa peran penyuluh tidak hanya terbatas menyampaikan inovasi dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan oleh sasaran penyuluhan, akan tetapi seorang penyuluh harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakat sasaran, baik dalam hal menyampaikan inovasi atau kebijakan-kebijakan yang harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat sasaran, maupun untuk menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah atau lembaga penyuluhan yang bersangkutan. Lebih lanjut dijelaskan Mardikanto (2009), terdapat tiga macam peran penyuluh yang terdiri atas kegiatan-kegiatan: (1) pencairan diri dengan masyarakat sasaran; (2) menggerakkan masyarakat untuk melakukan perubahan-perubahan; dan (3) pemantapan hubungan dengan masyarakat sasaran. Agar lebih profesional maka seorang penyuluh harus berperan sebagai: pembawa informasi, pendengar yang baik, motivator, fasilitator proses, agen penghubung, pembentuk kemampuan, guru keterampilan, work helper, pengelola program, pekerja kelompok, penjaga batas, promoter, pemimpin lokal, konsultan, protektor dan pembentuk lembaga.

Peran Penyuluh sebagai Komunikator

(26)

6

Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual understanding) antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide baru) melalui saluran komunikasi tertentu. Dalam proses difusi inovasi, komunikasi memiliki peranan penting menuju perubahan sosial sesuai yang dikehendaki. Dalam komunikasi inovasi, proses komunikasi antara komunikator penyuluh dan petani tidak hanya berhenti jika komunikator telah menyampaikan inovasi atau jika sasaran telah menerima pesan tentang inovasi yang disampaikan komunikator penyuluh, namun seringkali komunikasi baru berhenti jika sasaran (petani) telah memberikan tanggapan seperti yang dikehendaki penyuluh yaitu berupa menerima atau menolak inovasi tersebut.

Arsyad (2008) menyatakan media dalam proses belajar mengajar merupakan alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Secara lebih rinci Luhan (2008) membagi media ke dalam tiga katagori, yaitu: (1) presentation media adalah bentuk komunikasi yang sifatnya face to face seperti : pidato, ceramah, atau bentuk-bentuk komunikasi dengan lebih dari dua orang tetapi masih face to face; (2) representation media adalah media yang pesan-pesannya diwujudkan dalam bentuk simbol yang dicetak, disampaikan melalui jarak jauh dan menggunakan teknologi untuk memproduksi pesan-pesannya, misalnya: surat kabar, majalah, dan media lainnya; dan (3) electronic atau mechanical media adalah media yang penggunaannya hampir sama dengan representation media akan tetapi ada proses

encoding dan decoding pesan pada saat penerimaan dan pengiriman pesan, misalnya: telepon, radio, televisi, dan media lainnya.

Mengacu pada pendapat Arsyad (2008) maka media tidak hanya terbatas pada media cetak dan elektronik saja. Kegiatan seperti ceramah, pelatihan, dan bentuk lainnya yang sifatnya tatap muka dapat digolongkan sebagai media. Media dapat bersifat tatap muka, media cetak, dan juga media elektronik.

Effendy (2005) menyatakan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain sebagainya, yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa merupakan keyakinan, kepastian, keragu-raguan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik (DeVito 2002).

Mulyana (2010) melihat komunikasi sebagai proses mengubah perilaku seseorang. Kegiatan komunikasi tersebut berupa proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui saluran tertentu dengan efek tertentu. Hal ini sejalan dengan pemikiran Slamet (2003) yang melihat kegiatan komunikasi pembangunan (development communication) sebagai aktivitas penyuluhan pertanian (agricultural extension education), karena pada dasarnya tiga istilah itu semua mengacu pada disiplin ilmu yang sama. Slamet (2003) menyatakan bahwa tujuan penyuluhan pertanian yang sebenarnya adalah perubahan perilaku kelompok sasaran.

(27)

7 perubahan pengetahuan, ketrampilan dan sikap masyarakat mengenai diversifikasi pangan

Peran Penyuluh sebagai Konsultan

Konsultan adalah ahli yang tugasnya memberi petunjuk, pertimbangan, atau nasihat dalam suatu kegiatan (penelitian, dagang, dan sebagainya). Konsultan sebagai seorang tenaga profesional yang menyediakan jasa nasihat ahli dalam bidang keahliannya, misalnya akuntansi, lingkungan, biologi, hukum, dan lain-lain. Secara umum, konsultan melakukan pekerjaan seperti pitching, riset, analisis, dan report writing.

1. Pitching, yaitu menjual dan menawarkan jasa. Kegiatan ini bisa berupa menyiapkan dokumen dan meriset klien yang prospektif, menulis proposal, atau melakukan presentasi

2. Research, yaitu menjalankan riset sekunder terhadap klien dan pihak terkait dengan menggunakan sumberdaya internal maupun sumber-sumber luar, melakukan interview mengenai kebutuhan klien dan mendapatkan pemahaman mengenai masalah klien, memfasilitasi diskusi tentang isu yang dihadapi klien, analisis, yaitu membuat permodelan dalam bentuk struktur tertentu tentang konsep pemecahan masalah, melakukan analisis dari data yang telah diperoleh dan model yang telah disusun dan membantu menyusun rekomendasi yang diperlukan.

3. Report writing, yaitu menyiapkan keputusan final, membantu klien dan menunjukkan temuan serta rekomendasi yang telah dibuat.

Seorang organisator dapat mendorong orang bekerja karena dorongan dari dalam dirinya. Penyuluh sebaiknya memiliki kecakapan memimpin, artinya dapat mempengaruhi, mengarahkan, membimbing, memotivasi petani. Keberhasilan kegiatan penyuluhan bergantung pada kemampuan penyuluh memimpin dan mengorganisasikan pembelajaran sehingga dapat mewujudkan tujuan penyuluhan sesuai yang dikehendaki (Lindner 1998).

Dalam penelitian ini, defenisi peran penyuluh sebagai konsultan adalah, peran penyuluh memberi bimbangan, pertimbangan, atau nasehat kepada masyarakat dalam melakukan diversifikasi pangan.

Peran Penyuluh sebagai Motivator

Seorang motivator harus bisa membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan yang dimiliki anak didik walau bagaimanapun latar belakang keluarganya, bagaimanapun kelam masa lalunya dan bagaimanapun berat tantangannya. Menurut Hamalik (2008), motivasi belajar penting artinya dalam proses belajar, karena berfungsi mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar. Oleh karena itu, prinsip-prinsip motivasi belajar sangat erat kaitannya dengan prinsip-prinsip belajar itu sendiri. Niazda (2011), menyebutkan bahwa seorang motivator memiliki sifat-sifat positif, rasa berterima kasih kepada orang-orang terbaik yang bekerja bersama, menyadari pentingnya harga diri dan kecerdasan emosi.

(28)

8

kecerdasan emosi adalah dasar untuk berkomunikasi baik dengan diri sendiri maupun orang lain. Kecerdasan emosi mencakup pengelolaan emosi diri sendiri maupun orang lain. Empati adalah menempatkan diri seolah-olah menjadi seperti orang lain. Perlu disadari bahwa sesungguhnya motivasi hanya bekerja di luar, api motivasi sebenarnya berada di dalam diri masing-masing. Oleh karena itu dengan berusaha menempatkan diri menjadi orang lain, ide-ide untuk memotivasi orang akan menjadi lebih tajam karena kita melihat dengan kacamata orang tersebut bukan dengan kacamata kita sendiri.

Dalam penelitian ini, defenisi peran penyuluh sebagai motivator adalah, peran penyuluh dalam mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan masyarakat untuk melakukan diversifikasi pangan.

Peran Penyuluh sebagai Fasilitator

Fasilitator adalah orang yang memberikan bantuan dalam memperlancar proses komunikasi sekelompok orang, sehingga mereka dapat memahami atau memecahkan masalah bersama-sama. Fasilitator bukanlah seseorang yang bertugas hanya memberikan pelatihan, bimbingan nasihat atau pendapat. Fasilitator harus menjadi nara sumber yang baik untuk berbagai permasalahan (Indo SDM 2013). Tugas seorang fasilitator adalah menata acara belajar, menyiapkan materi, dan penyajian materi sesuai dengan bidangnya, menata situasi proses belajar, mengintensifkan kerjasama dan komunikasi antar anggota kelompok, mengarahkan acara belajar dan menilai bahan belajar sesuai kebutuhan, mengadakan bimbingan pada diskusi kelompok, memberikan umpan balik/feedback kepada anggota kelompok, selanjutnya apabila dalam diskusi terdapat pembicaraan yang keluar jalur, fasilitator juga bertugas sebagai mediator atau penengah untuk mengembalikan topik pembicaraan ke jalur yang benar, merumuskan kegiatan dan hasil kegiatan peserta, mengadakan evaluasi terhadap peserta dan proses pelatihan dan memiliki kemampuan seorang fasilitator.

Dalam penelitian ini, defenisi peran penyuluh sebagai fasilitator adalah, peran penyuluh dalam menata situasi pembelajaran, menghubungkan masyarakat dengan sumber belajar, mengarahkan proses pembelajaran serta mengadakan evaluasi terhadap peserta dan proses penyuluhan diversifikasi pangan.

Persepsi

Thoha (1999) mengatakan bahwa persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Sudrajat (2003) mengatakan bahwa persepsi merupakan produk atau hasil proses psikologi yang dialami seseorang setelah menerima stimuli, yang mendorong tumbuhnya motivasi untuk memberikan respons melakukan atau tidak melakukan sesuatu kegiatan.

(29)

9 penerimaan atau penolakan (Kayam 1985). Selain itu persepsi dapat berupa kesan, penafsiran atau penilaian berdasarkan pengalaman yang diperoleh dan suatu proses pengambilan keputusan tentang pemahaman seseorang kaitannya dengan suatu obyek, stimuli atau individu yang lain. Kesan tentang stimuli tersebut dapat dipandang sebagai pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat 2007).

Pengertian persepsi yang dipakai dalam penelitian ini adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.

Diversifikasi Pangan

Undang – Undang pangan Nomor 18 tahun 2012 mendefenisikan diversifikasi pangan sebagai upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal. Diversifikasi pangan ini tercakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran, dan distribusi. Dari aspek produksi, diversifikasi berarti perluasan spektrum komoditas pangan, baik dalam hal perluasan pemanfaatan sumber daya, pengusahaan komoditas maupun pengembangan produksi komoditas pangan, oleh karena itu dilihat dari aspek produksi, diversifikasi mencakup pengertian diversifikasi horisontal maupun vertikal. Dari sisi konsumsi, diversifiksi pangan mencakup aspek perilaku yang didasari baik oleh pertimbangan ekonomis seperti pendapatan dan harga komoditas, maupun non ekonomis seperti kebiasaan, selera dan pengetahuan. Pertemuan antara sektor produksi dan konsumsi tidak terlepas dari peranan pemasaran dan distribusi komoditas pangan tersebut. Kasryno et al. (2005) memandang diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat erat kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan pertanian di bidang pangan dan perbaikan gizi masyarakat. Suhardjo (1998) menyebutkan bahwa pada dasarnya diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang saling berkaitan, yaitu (1) diversifikasi konsumsi pangan, (2) diversifikasi ketersediaan pangan, dan (3) diversifikasi produksi pangan.

(30)

10

Dalam penelitian ini definisi diversifikasi pangan yang dipakai yaitu upaya peningkatan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal.

Karakteristik Personal

Karakteristik individu adalah sifat-sifat yang ditampilkan seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupannya didunia atau lingkungannya sendiri (Reksowardoyo 1983). Karakteristik individu merupakan salah satu faktor penting untuk diketahui dalam rangka mengetahui kecendrungan perilaku seseorang atau masyarakat dalam kehidupannya. Kemampuan atau potensi yang dimiliki masyarakat dapat dipelajari melalui karakteristik yang melekat pada diri masyarakat itu sendiri. Slamet (2003) menjelaskan bahwa umur, pendidikan, status sosial ekonomi, pola hubungan, sikap dan dogma merupakan faktor individu yang mempengaruhi proses adopsi inovasi.

Rakhmat (2007) menyatakan bahwa persepsi ditentukan oleh faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor personal. Persepsi bukan ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang (seperti umur, pendidikan, status sosial – ekonomi dan pengalaman masa lalu) yang memberikan respon pada stimuli itu, berhubungan nyata dengan persepsi orang. Sedangkan faktor-faktor struktural berasal dari stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu.

Berkaitan dengan penelitian ini maka faktor personal atau internal yang yang akan diteliti adalah umur, tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, keterdedahan terhadap media massa dan kekosmopolitan. a. Umur

Yuwono (2006) mengatakan bahwa umur merupakan karakteristik individu yang menggambarkan pengalaman dalam diri individu tersebut, semakin tua seseorang semakin sulit menerima suatu perubahan atau dengan kata lain sudah puas dengan kondisi yang dicapai. Hasil penelitian Yuwono (2006) menunjukkan bahwa umur petani hutan rakyat berpengaruh nyata terhadap tingkat persepsi. Umur yang semakin tua maka tingkat persepsinya semakin rendah, sedangkan persepsi tinggi dijumpai pada petani yang masih muda.

b. Pendidikan

Salah satu faktor yang dapat merubah pola pikir dan daya nalar sesorang adalah pendidikan. Semakin tinggi pendidikan akan semakin rasional pola pikir dan jasa nalarnya. Pendidikan sebagai suatu proses yang akan berpengaruh pada pembentukan sikap (termasuk persepsi), karena pendidikan meletakkan dasar pengetahuan dan konsep moral dalam diri individu.

(31)

11 c. Kekosmopolitan

Kekosmopolitan adalah sifat keterbukaan seseorang kepada dunia luas, serta dapat menerima bentuk ide – ide baru yang belum dikenal dalam rangka pembaharuan (Dececco 1968). Sikap kekosmopolitan menurut Rogers dan Shoemaker (1995) akan mempertinggi kemampuan empati dan daya empati ini akan mempertinggi sifat inovatif komunikan dan aspirasi positif.

Weaver (1978) bahwa tingkat pengetahuan individu akan mempengaruhi persepsi dan partisipasi individu terhadap jenis informasi aktivitas tertentu. Seseorang akan meningkat pengetahuan dan wawasannya apabila orang tersebut memiliki sifat keterbukaan kepada dunia luas. Susiatik (1998) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat keterbukaan petani terhadap informasi baik dari sistem sosialnya dan diluar sistem sosialnya akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap program.

Dalam penelitian ini, defenisi kekosmopolitan yang dipakai adalah sifat keterbukaan seseorang kepada dunia luas, serta dapat menerima bentuk ide – ide baru yang belum dikenal dalam rangka pembaharuan.

d. Pendapatan

Menurut Roger dan Shoemaker (1995), kira-kira dua pertiga dari penelitian menegaskan bahwa terdapat hubungan yang positif antara orang yang lebih inovatif dengan status sosialnya (termasuk pendapatan). Sugiyanto (1996) meyatakan dalam penelitiannya bahwa persepsi seseorang terhadap suatu obyek akan positif apabila sesuai dengan kebutuhannya, sebaliknya akan negatif apabila bertentangan dengan kebutuhan orang tersebut. Pada penelitian yang dilakukan Susiatik (1998) menunjukkan bahwa pendapatan petani tidak berhubungan nyata dengan tingkat persepsi.Yuwono (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat ekonomi petani tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat persepsi.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan adalah penghasilan responden yang diperoleh dari berbagai sumber baik pekerjaan tetap maupun sampingan dalam satu bulan, dinyatakan dalam rupiah dengan kategorisasi berdasarkan pada UMR (Upah Minimum Regional) Kabupaten setempat.

Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP)

Gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP) merupakan amanah dari Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2009 tentang kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal dan dijabarkan secara lebih rinci dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 43 tahun 2009 tentang gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal.

(32)

12

harus dilaksanakan secara simultan sehingga tujuan dari P2KP dapat terwujud sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Tujuan umum dari program P2KP adalah memfasilitasi dan mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan beragam, bergizi, berimbang dan aman yang diindikasikan oleh Skor PPH pada tahun 2015 sebesar 95. Tingkat diversifikasi pangan rumah tangga diukur dengan rumus Pola Pangan Harapan (PPH) yang mengacu pada Suyatno (2008) dan Metode Vvaluasi Mandiri P2KP (2012). Metode tersebut meliputi tahapan berikut: pertama, data konsumsi pangan keluarga responden dikumpulkan menggunakan kuisioner dengan menerapkan metode recall 24 jam terhadap 9 kelompok pangan, kemudian dihitung jumlah kalori masing – masing kelompok pangan tersebut dengan daftar komposisi bahan makanan (DKBM), setelah itu dihitung persentase kalori masing – masing kelompok pangan terhadap total kalori perhari, lalu skor pola pangan harapan masing – masing kelompok pangan dihitung dengan mengalikan persen kalori kelompok pangan dengan bobot skoring yang sudah ditetapkan oleh PPH.

Sedangkan yang menjadi tujuan khususnya adalah:

1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap aparat pemerintah, penyuluh pertanian dan tokoh/pimpinan kelembagaan masyarakat dalam upaya pengembangan dan pendampingan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan.

2. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap masyarakat khususnya kelompok wanita.

3. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap siswa SD/MI sejak usia dini melalui sosialisasi konsumsi pangan beragam, bergizi, berimbang dan aman serta pengembangan kebun sekolah.

4. Meningkatkan pemanfaatan pangan lokal dan produk olahannya melalui pengembangan usaha pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan. 5. Meningkatkan motivasi, partisipasi, dan aktivitas masyarakat dalam

penganekaragaman konsumsi pangan melalui penguatan kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, dan pengembangan budaya makan yang beragam, bergizi, berimbang dan aman.

6. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap tentang penganekaragaman konsumsi pangan kepada berbagai pemangku kepentingan yang meliputi aparat pemerintah, penyuluh pertanian, guru, kelompok wanita, siswa SD/MI, pengusaha pangan lokal dan kelompok masyarakat lainnya.

Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian

Kerangka Berpikir

(33)

13 dan pemahaman masyarakat akan terpenuhinya kebutuhan pangan tidak hanya secara kuantitas namun yang lebih penting adalah kualitas, serta keberagaman pangan yang dikonsumsi dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional.

Menurut Kurt Lewin (Mardikanto 2009), terdapat tiga macam peran penyuluh yang terdiri atas: (1) pencairan diri dengan masyarakat sasaran; (2) menggerakkan masyarakat untuk melakukan perubahan-perubahan; dan (3) pemantapan hubungan dengan masyarakat sasaran. Agar lebih profesional maka seorang penyuluh harus berperan sebagai: pembawa informasi, pendengar yang baik, motivator, fasilitator proses, agen penghubung, pembentuk kemampuan, guru keterampilan, work helper, pengelola program, pekerja kelompok, penjaga batas, promoter, pemimpin lokal, konsultan, protektor dan pembentuk lembaga (Lionberger & Gwin, 1982). Mosher (1997) menguraikan tentang peran penyuluh pertanian, yaitu: sebagai guru, penganalisa, penasehat, sebagai organisator, sebagai pengembang kebutuhan perubahan, penggerak perubahan, dan pemantap hubungan masyarakat petani. Van Den Ban dan Hawkins (1999) menyebutkan peranan penyuluh adalah melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar.

Definisi diversifikasi pangan dalam Undang – Undang pangan Nomor 18 tahun 2012 adalah upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal. Peraturan pemerintah tentang Ketahanan Pangan Nomor 68 tahun 2002 pasal 9 ayat 2 menyebutkan bahwa salah satu cara diversifikasi pangan adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi aneka ragam pangan dengan prinsip gizi seimbang, akan tetapi kendala dilapangan masih ditemui. Kementerian Pertanian meyebutkan bahwa, belum semua kelompok masyarakat sudah memahami pentingnya diversifikasi pangan dan siap melakukan diversifikasi pangan. Hal tersebut dinilai terjadi karena perilaku masyarakat dalam kebiasaan makan yang susah untuk dirubah. Menurut Sumaryanto (2009), kebiasaan makan tersebut sangat terkait dengan persepsi masyarakat terhadap pangan yang akan dikonsumsi.

Penelitian Fitriani (2011) tentang tingkat adopsi hasil-hasil penelitian diversifikasi pangan berbasis jagung di Propinsi Lampung melalui organisasi kelompok menunjukkan tingkat adopsi hasil Penelitian diversifikasi pangan berbasis jagung yang masih rendah, yaitu sebesar 1.3%. Tidak jauh berbeda dengan hal tersebut, penelitian Hidayah (2011) menunjukkan bahwa masyarakat perkotaan belum siap menerapkan diversifikasi pangan pokok secara total, karena sulit dalam merubah pola makan. Hal ini membuktikan belum siapnya masyarakat dalam melakukan diversifikasi pangan.

(34)

14

Gibney (2005) menjelaskan bahwa studi pemilihan makanan pada manusia melibatkan banyak interaksi kompleks yang mencakup berbagai bidang, mulai dari mekanisme biologis pengendalian selera makan, psikologi perilaku makan, nilai-nilai sosial dan budaya, hingga berbagai upaya kesehatan masyarakat dan komersial untuk mengubah asupan makanan pada populasi tertentu. Pemilihan makanan tampak jelas sebagai hasil akhir suatu proses pengambilan keputusan sebagai tujuan maupun sebagai suatu mekanisme atau proses. Berdasarkan tinjauan psikologi perilaku makan, ada beberapa atribut personal yang mempengaruhi individu dalam memilih bahan pangan, antara lain persepsi terhadap atribut sensorik (misalnya cita rasa dan tekstur), faktor psikologi (misalnya faktor emosi seperti mood dan faktor sikap) dan lingkungan sosial (misalnya norma budaya, pengiklanan, faktor ekonomi, dan ketersediaan produk pangan). Pemahaman proses pemilihan makanan di tingkat individu bersifat kompleks. Pengalaman dalam perjalanan hidup individu akan mempengaruhi faktor-faktor utama yang berpengaruh terhadap proses pemilihan makanan. Faktor tersebut mencakup idealisme, faktor personal, sumber daya, konteks sosial dan konteks makanan. Selanjutnya pengaruh tersebut menginformasikan pengembangan berbagai sistem personal untuk memilih makanan menggunakan negosiasi nilai-nilai dan strategi perilaku.

Sejalan dengan penelitan Gibney (2005), tersebut karakteristik individu adalah sifat-sifat yang ditampilkan seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupannya didunia atau lingkungannya sendiri. Karakteristik individu merupakan salah satu faktor penting untuk diketahui dalam rangka mengetahui kecendrungan perilaku seseorang atau masyarakat dalam kehidupannya. Kemampuan atau potensi yang dimiliki masyarakat dapat dipelajari melalui karakteristik yang melekat pada diri masyarakat itu sendiri.

Slamet (2003) menjelaskan pula bahwa umur, pendidikan, status sosial ekonomi, pola hubungan, sikap dan dogma merupakan faktor individu yang mempengaruhi proses adopsi inovasi. Rogers (2003) meyebutkan bahwa proses keputusan inovasi merupakan suatu proses mental sejak seorang mulai pertama kali mengetahui adanya suatu inovasi, membentuk sikap terhadap inovasi tersebut, mengambil keputusan untuk mengadopsi atau menolak, mengimplementasikan ide baru, dan membuat konfirmasi atas keputusan tersebut.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dibangun dengan mengintegrasikan teori Rogers (2003) tentang keputusan inovasi, Gibney (2005) tentang pemilihan makanan oleh manusia, dan Slamet (2003) tentang faktor individu yang mempengaruhi proses adopsi inovasi (Peubah X1). Sub peubah X2

diperloleh dari teori Lionberger and Gwin (1982), Mosher (1987), Van Den Ban dan Hawkinss (1999), serta UU RI Nomor 16 Tahun 2006 tentang peranan penyuluh. Sub peubah Y1 diperoleh dari UU RI Nomor 18 Tahun 2012 tentang

pangan, peraturan pemerintah tentang ketahanan pangan No 68 tahun 2002, serta Sumaryanto (2009) tentang diversifikasi pangan. Sub peubah Y2 diperoleh dari

(35)

15 penelitian dapat digambarkan dalam sebuah skema (Gambar 1). Kerangka operasional penelitian dapat digambarkan secara skematis (Gambar 2).

Hipotesis

Mengacu pada tujuan dan kerangka pikir penelitian, hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:

(1) Karakteristik individu masyarakat berpengaruh nyata terhadap persepsi masyarakat dalam hal diversifikasi pangan.

(2) Peranan penyuluh berpengaruh nyata terhadap persepsi masyarakat dalam hal diversifikasi pangan.

(3) Karaktersistik individu masyarakat berpengaruh nyata terhadap tingkat diversifikasi pangan rumah tangga.

(36)

16

Keterangan

Diversifikasi pangan

Masyarakat belum siap melakukan diversifikasi pangan:

- Konsumsi beras yang masih tingi

- Merasa belum makan bila belum makan nasi ( beras) - Kebisaan pola makan

masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor budaya

PP No. 68 tahun 2002, menyebutkan cara diversifikasi pangan adalah dengan merubah perilaku masyarakat dalam pola konsumsi pangan

- Diversifikasi pangan adalah salah satu opsi terpenting pada stabilitas ketahanan pangan - Diversifikasi salah salah satu

pilar pemantapan ketahanan pangan

Program Percepatan Penganekaragaman Konsusmsi Pangan

Terwujudnya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan

Gambar 1 Kerangka berfikir konseptual penelitian Peranan penyuluh dalam dalam upaya

diversifikasi pangan

Faktor internal:

Karakteristik masyarakat sasaran

Peranan Penyuluh

Persepsi terhadap diversifikasi pangan

Tingkat diversifikasi pangan rumah tangga

(37)

17

Peranan Penyuluh (X2) (1) Komunikator (2) Konsultan (3) Motivator (4) Fasilitator

Gambar 2 Kerangka berfikir operasional penelitian

Tingkat Diversifikasi Pangan Rumah Tangga (Y2) Persepsi Masyarakat

Terhadap Diversifikasi Pangan(Y1)

(1)Persepsi terhadap diversifikasi pangan (2)Persepsi terhadap

kualitas pangan yang harus dikonsumsi (3)Persepsi terhadap

tersedianya alternatif pangan lokal yang berkualitas untuk dikonsumsi Karakteristik Individu

(X1) (1) Umur

(2) Pendidikan formal (3) Pendapatan (4) Jumlah tanggungan

keluarga (5) Keterdedahan

(38)

18

3 METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini mengambil Kabupaten Bogor sebagai kasus penelitian, karena Kabupaten Bogor merupakan salah satu Kabupaten dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia, yaitu mencapai 5.077.210 juta jiwa pada tahun 2012 (BPS 2013) . Angka ini cukup fantastis untuk ukuran sebuah Kabupaten, bahkan melebihi sejumlah provinsi, seperti Provinsi Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Jambi. Kabupaten Bogor juga memiliki alternatif pangan lokal, seperti Talas Bogor, Ubi Jalar, Singkong dan lain sebagainya. Kabupaten Bogor selain telah mencanangkan agenda revitalisasi pertanian, juga telah bekerjasama dengan Kementrian Riset dan teknologi untuk dijadikan tempat Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) dibidang diversifikasi pangan pokok. Kabupaten Bogor sangat dekat dengan Perguruan tinggi pertanian dan berbagai macam lembaga penelitian yang dapat menjadi penghasil dan penyuplai Inovasi teknologi di bidang pangan.

Penelitian dilakukan menggunakan desain “ex Post facto” dengan tujuan mencari data dan fakta mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat dan peranan penyuluh terhadap diversifikasi pangan dan tingkat diversifikasinya. Penelitian ini menguraikan fakta-fakta d an informasi yang diperoleh di lapangan, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapat gambaran secara faktual dan akurat mengenai fakta-fakta tersebut, hubungan antara fenomena yang diteliti, menguji hipotesis, membuat makna serta implikasi dari hasil yang diperoleh.

(39)

19 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Dramaga, Cibungbulang dan Ciomas Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Dramaga dan Cibungbulang merupakan salah satu wilayah dilaksanakannya program P2KP di Kabupaten Bogor, sedangkan di Kecamatan Ciomas tidak melaksanakan Program P2KP. Dipilihnya wilayah tersebut sebagai lokasi studi dikarenakan beberapa alasan:

1. Kelompok Wanita Tani (KWT) peserta Program P2KP di Kecamatan Dramaga dan Cibungbulang, menurut penilaian penyuluh, merupakan kelompok terbaik dalam pelaksanaan program P2KP di Kabupaten Bogor. Kecamatan Cibungbulang juga menjadi tempat dilaksanakannya RUSNAS di bidang diversifikasi pangan pokok.

2. Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kecamatan Ciomas merupakan kelompok wanita tani yang berprestasi dan aktif mendapatkan pembinaan. 3. Kecamatan Dramaga dan Cibungbulang merupakan daerah dengan

potensi komoditas padi sawah dan Palawija yang besar di Kabupaten Bogor, serta menjadi daerah penghasil pangan lokal seperti Talas Bogor, Ubi jalar dan Singkong.

Jangka waktu penelitian lapang yang diperlukan dari uji coba sampai dengan pengumpulan data di lapangan adalah sekitar lima bulan yaitu sejak Februari 2013 sampai dengan Juni 2013.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian terdiri dari masyarakat peserta program dan masyarakat yang bukan peserta program. Populasi masyarakat peserta program P2KP yaitu masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani yang berada di Kecamatan Dramaga sebanyak 1 (satu) kelompok, dan 2 (dua) kelompok wanita tani yang berada di Kecamatan Cibungbulang, sedangkan yang menjadi populasi penelitian untuk masyarakat yang bukan peserta program P2KP, dipilih 3 (tiga) kolompok wanita tani yang berada di Kecamatan Ciomas. Penentuan daerah tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kelompok peserta program P2KP dan kelompok bukan peserta program P2KP yang aktif dan berprestasi.

(40)

20

Tabel 1 Data sampel penelitian untuk populasi masyarakat peserta dan bukan peserta program P2KP

No Wilayah Kelompok Populasi Sampel

1 2 3

Kecamatan Dramaga Kecamatan Cibungbulang Kecamatan Ciomas

Pelaksana program Pelaksana program Bukan pelaksana program

10 40 55

10 40 55

Total 105 105

Total sampel dalam penelitian ini adalah 105 dengan rincian 50 Responden masyarakat peserta program dari Kecamatan Dramaga dan Cibungbulang serta 55 responden masyarakat bukan peserta program dari Kecamatan Ciomas.

Pengembangan Instrumen Penelitian

Jenis Data

Jenis data adalah data primer dan sekunder. Data primer berupa hasil kuisioner dan wawancara. Berdasarkan skala pengukuran, data dalam penelitian ini sebagian besar meliputi skala ordinal, serta sebagian kecil skala nominal dan rasio.

Data sekunder berupa dokumen-dokumen tentang gambaran daerah penelitian dan data terkait yang mendukung, misalnya: (1) sosial ekonomi secara umum seperti kependudukan, mata pencaharian dan lain-lain/ monografi desa (2) keadaan umum daerah penelitian.

Variabel Penelitian

Variabel/peubah penelitian terdiri dari variabel bebas (independent variable) dan variabel tidak bebas (dependent variable) sebagai berikut:

1. Variabel bebas (X), yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel dependen (Y) . Variabel independen terdiri dari:

a. Karakteristik individu atau faktor internal (X1), yaitu faktor yang melekat dalam diri individu yang terdiri dari: umur, pendidikan formal, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, keterdedahan terdadap media Televisi dan Surat Kabar, serta kekosmopolitan

b. Peranan penyuluh (X2) yang meliputi: komunikator, konsultan, motivator, dan fasilitator

2. Variabel tidak bebas (Y), terdiri dari:

(41)

21 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel dalam kerangka pikir penelitian adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik individu adalah ciri yang melekat pada individu yang mencerminkan karakteristik ekonomi, sosial dan budaya. dalam penelitian ini meliputi, umur, pendidikan formal, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, keterdedahan terhadap media TV dan Surat kabar serta kekosmopolitan. 2. Umur adalah usia responden dihitung dari lahir hingga saat penelitian,

dinyatakan dalam tahun (kategorisasi berdasarkan produktifitas sesuai pengelompokan dalam demografi Badan Pusat Statistik).

3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh/dicapai responden, dinyatakan dalam strata/tingkat pendidikan.

4. Mata pencaharian adalah status pekerjaan atau jenis pekerjaan utama responden pada saat dilakukan penelitian.

5. Pendapatan adalah penghasilan responden yang diperoleh dari berbagai sumber baik pekerjaan tetap maupun sampingan dalam satu bulan, dinyatakan dalam rupiah dengan kategorisasi berdasarkan pada UMR (Upah Minimum Regional) Kabupaten setempat.

6. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang menetap dan menjadi tanggungan kepala keluarga, dinyatakan dalam jiwa/KK.

7. Keterdedahan terhadap media massa merupakan upaya seseorang untuk mencari pesan atau informasi yang dapat membantu mereka menentukan perilaku (khususnya dalam konsumsi pangan) yang diukur melalui intensitas masyarakat dalam membaca media cetak (misalnya buku/majalah/suratkabar/leaflet/ booklet), mendengarkan dan atau menonton media elektronik (Radio, televisi dan media elektronik lainnya) maupun menonton (televisi dan media lainnya).

8. Kekosmopolitan adalah tingkat keterbukaan seseorang kepada dunia luas serta dapat menerima bentuk ide – ide baru yang belum dikenal dalam rangka pembaharuan.

9. Peranan sebagai komunikator adalah peranan penyuluh dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat agar dapat memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan diversifikasi pangan.

10.Peranan sebagai konsultan adalah peranan penyuluh memberi petunjuk, pertimbangan, atau nasihat guna menyelesaikan masalah masyarakat.

11.Peranan sebagai motivator adalah peranan penyuluh dalam mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan masyarakat untuk melakukan diversifikasi pangan.

12.Peranan sebagai fasilitator adalah, peranan penyuluh dalam menata situasi pembelajaran, menghubungkan masyarakat dengan sumber belajar, mengarahkan proses pembelajaran serta mengadakan evaluasi terhadap peserta dan proses penyuluhan diversifikasi pangan.

13.Persepsi terhadap diversifikasi pangan adalah pemahaman masyarakat tentang makna dan tujuan diversifikasi pangan.

(42)

22

15.Persepsi terhadap tersedianya alternatif pangan lokal yang berkualitas untuk dikonsumsi adalah pemahaman masyarakat terhadap pangan baik sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral yang diproduksi dan dikembangkan sesuai dengan potensi sumber daya wilayah dan budaya setempat.

16.Tingkat diversifikasi pangan rumah tangga adalah jumlah padi –padian, umbi – umbian, pangan hewani, kacang – kacangan, sayur dan buah, biji berminyak, lemak dan minyak, gula serta bumbu dan bahan makanan yang dikonsumsi per hari dalam gram oleh responden dan keluarga.

Matriks Pengembangan Instrumen

Matrik pengembangan berdasarkan variabel yang telah ditentukan ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel karakteristik individu

Jumlah tanggungan 1. sangat rendah (0-2

jiwa/kk)

2. rendah (3-4 jiwa/kk)

3. tinggi (5-6 jiwa/kk)

4. sangat tinggi (>6

(43)

23 Lanjutan Tabel 2 Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel

karakteristik individu

Tabel 3 Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel peran penyuluh No Sub

4. Sangat tingggi ( sangat

sering/setiap pertemuan selalu ada sosialisasi atau informasi)

No Sub variabel Defenisi

Operasional

1. Sangat rendah ( tidak

pernah keluar

4. Sangat tinggi ( keluar

(44)

24

2 Konsultan Peranan penyuluh

memberi bimbingan,

4. Sangat tinggi ( sangat

sering ada petunjuk arahan atau

bimbingan)

3 Motivator Peranan penyuluh

dalam mendorong,

4. Sangat tinggi ( sangat

sering mendorong untuk melakukan diversifikasi pangan)

4 Fasilitator Peranan penyuluh

(45)

25 Tabel 4 Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel persepsi

masyarakat terhadap diversifikasi pangan

Tabel 5 Variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel tingkat diversifikasi pangan rumah tangga

No Sub variabel Definisi operasional Pengukuran Kategori

1 Tingkat dan minyak, gula serta bumbu dan bahan makanan yang dikonsumsi per hari dalam gram (gr) oleh responden dan kelurga

No Sub variabel Definisi operasional Pengukuran Kategori

(46)

26

Uji Coba Instrumen

Instrumen dalam penelitian ini diuji validitasnya melalui validitas internal dan pengujian validitas eksternal (membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris di lapangan). Pengujian tersebut dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (a) definisi operasional variabel yang akan diukur; (b) studi literatur (pustaka) sebagai referensi (acuan); (c) konsultasi dengan pembimbing (ahli); (d) uji coba instrumen di lapangan; (e) mempersiapkan format tabulasi jawaban; (f) menghitung korelasi antara setiap item jawaban dengan total skor menggunakan teknik korelasi product moment; dan (g) membandingkan angka korelasi hasil perhitungan dengan angka kritis pada tabel korelasi nilai r pada tingkat kepercayaan tertentu (95%). Rumus teknik korelasi product moment adalah sebagai berikut:

Keterangan :

α : Koefisien cronbach alpha

∑Xi : Jumlah skor item ∑Yi : Jumlah skor total N : Jumlah responden

n

Pertanyaan sebagai alat ukur dinyatakan valid apabila nilai r hasil hitung lebih besar daripada nilai r Tabel, sedangkan bila lebih kecil maka perlu ada perbaikan atau pertanyaan pada butir tersebut dihilangkan dari kuisioner.

Uji coba instumen dilakukan di kecamatan Ciawi dengan mengambil 20 responden, dengan perbedaan 10 orang responden pada kelompok pelaksana program P2KP dan 10 responden pada kelompok yang bukan menjadi pelaksana program P2KP. Hasil kuisioner kemudiaan di analisis dengan menggunakan korelasi product momen (Arikunto 2002). Berdasarkan hasil analisis nilai korelasi (r - hitung) dalam uji validitas item (butir) pada penelitian ini berkisar antara 0.451 sampai dengan 0.881. Menurut Babbie (1992), bila koefesien korelasi antara suatu indikator dengan skor total seluruh indikator positif dan lebih besar dari 0.3 (r >0.3), maka instrumen tersebut sudah valid (validitas kriteria). Dengan demikian instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sudah valid. Sedangkan reliabilitas diuji menggunakan metode cronbach alpha dengan rumus:

α = n n - 1

∑Vi Vt

r = N [(∑XY) – (X∑Y)

[N∑X2–(∑X)2] [N∑Y2–(∑Y)2]

Keterangan:

α α : Koefisien cronbach alpha

n n : Jumlah item

Vi :Varians skor tiap-tiap item ∑Vi:Jumlah varians skor tiap tiap item

Gambar

Gambar 1 Kerangka berfikir konseptual penelitian
Gambar 2 Kerangka berfikir operasional penelitian
Tabel  2   Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel karakteristik
Tabel 3 Sub variabel, indikator, pengukuran dan skala variabel peran penyuluh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara context bahwa ilmu administrasi berkembang sesuai dengan keadaanya yang ada dan mampu menyesuaikan sesuai dengan perkembangan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan

Program Kemitraan Masyarakat tentang pemberdayaan masyarakat melalui pengolahan plastik bekas menjadi bantal hias di Desa Ngempit, Kecamatan Kraton, Kabupaten

Manfaat dari penelitian ini adalah dengan dibangunnya sistem yang terkomputerisasi ini, Kantor Urusan Agama Kecamatan Toboali dapat meningkatkan mutu pelayanan

Wawasan dan pengetahuan dapat ditambah dengan kegiatan membaca, maka dari itu perlu adanya tindakan terhadap siswa yang kurang gemar membaca.. 1) Memilih topik bacaan

Aminuddin (2013: 80), menjelaskan bahwa untuk menentukan tokoh utama dalam cerita atau karya fiksi, dapat dilakukan dengan berbagai cara dan.. Pertama, melihat

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Kemampuan penalaran matematik dengan metode Problem Solving lebih baik daripada konvensional; (2) Kemampuan penalaran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut bahwa dalam pengujian secara simultan, ditemukan bahwa kinerja

Nombor Pendaftaran ……….………….………...…… dengan ini mengisytiharkan bahawa saya atau mana-mana individu yang mewakili syarikat ini tidak akan menawar