• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Administrasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Teori Administrasi"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Teori Administrasi

Definisi/Pengertian Administrasi 08.25 No comments

Definisi/Pengertian Administrasi

Istilah administrasi berasal dari bahasa latin yaitu “Ad” dan “ministrate” yang artinya pemberian jasa atau bantuan, yang dalam bahasa Inggris disebut “Administration” artinya “To Serve”, yaitu melayani dengan sebaik-baiknya.

Pengertian administrasi dapat dibedakan menjadi 2 pengertian yaitu :

1. Administrasi dalam arti sempit. Menurut Soewarno

Handayaningrat mengatakan“Administrasi secara sempit berasal dari kata Administratie (bahasa Belanda) yaitu meliputi kegiatan cata-mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan, keti-mengetik, agenda dan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan”(1988:2). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan administrasi dalam arti sempit merupakan kegiatan ketatausahaan yang mliputi kegiatan cata-mencatat, surat-menyurat, pembukuan dan pengarsipan surat serta hal-hal lainnya yang dimaksudkan untuk menyediakan informasi serta mempermudah memperoleh informasi kembali jika dibutuhkan.

2. Administrasi dalam arti luas. Menurut The Liang Gie mengatakan “Administrasi secara luas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu”(1980:9). Administrasi secara luas dapat disimpulkan pada dasarnya semua mengandung unsur pokok yang sama yaitu adanya kegiatan tertentu, adanya manusia yang melakukan kerjasama serta mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pendapat lain mengenai administrasi dikemukan oleh Sondang P. Siagian mengemukakan“Administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara 2 orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya” (1994:3). Berdasarkan uraian dan definisi tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa administrasi adalah seluruh kegiatan yang dilakukan melalui kerjasama dalam suatu organisasi berdasarkan rencana yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan

ilsafat administrasi

Secara context bahwa ilmu administrasi berkembang sesuai dengan keadaanya yang ada dan mampu menyesuaikan sesuai dengan perkembangan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia merupakan kajian utama epistemologi dalam usaha pengayaan manusia di bidang ilmu pengetahuan antara ilmu administrasi, baik yang berkaitan tentang etika, estetikanya maupun cara atau prosedur memperolehnya. Ilmu pengetahuan di bidang administrasi adalah suatu pernyataan terhadap materi atau content, bentuk atau form, serta objek formal dan meriiilnya. Secara epistemologis, ilmu administrasi cenderung untuk membatasi diri pada hal-hal tentang persepsi dan pemahaman intelektual seseorang. Pengetahuan ilmu administrasi dapat membawa manusia kepada peristiwa kesadaran dari seluruh pemaknaan yang dikandung ilmu administrasi itu sendiri. Bahwa ilmu administrasi suatu kajian yang mendalam di alam nalar manusia yang dapat menembus cakrawala dunia, ditandai dengan gerak langkah rasionalitas di bidang filsafat ilmu administrasi sebagai berikut : ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

(2)

Pendalaman ilmu administrasi sebagai suatu kajian teori yang dapat memberikan makna dan manfaat dalam kecerdasan kehidupan manusia, maka ketangguhan ilmu administrasi dapat terwujud apabila didalamnya tersaji berbagai penggolongan teori. Adapaun teori tersebut ialah :

1. Grand theory, 2) Middle range theory, 3) Reinforcement theory , 4) Grounded theory, dari

Keempat teori tersebut menimbulkan suatu pancaran memlaui pemikiran rasional tethadap komunitas manusia dalam masyarakat luas merupakan realita yang memperkuat pertumbuhan dan perkembangan administrasi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ilmu administrasi sangat diperlukan oleh semua orang dimana ilmu administrasi mempunyai pola pemikiran kemasa depan yang lebih baik. Sehingga ilmu administrasi tidak hanya dipelajari oleh orang-orang administrator, pejabat tinggi atau kalangan tertentu karena ilmu administrai merupakan suatu ilmu yang mampu memanajemen mulai dari diri kita sendiri dan untuk orang lain maupun untuk organisasi.

Secara Content (pembahasan) bahwa ilmu administrasi dimulai dari penerapan atau penggunaan sampai pengembangan dan pemanfaatan ilmu administrasi itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Aksiologi ilmu administrasi merupakan salah satu bagian dari filsafat ilmu, pemanfaatan pengetahuan bidang ilmu administrasi merupakan faktor penting dalam pertimbangan penggunaannya dalam kehidupan, perilaku dalam beraktivitas dan penetapan keputusan tindakan manusia.

1. Hakikat Ilmu Administrasi

Dalam era globalisasi dewasa ini ditandai dengan ketatnya tantangan dan persaingan, serta pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengharuskan setiap umat manusia untuk menghadapinya. Kesaktian ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong manusia berusaha untuk memilikinya melalui proses pembelajaran, guna dimanfaatkan dari berbagai aspek kehidupan. Kaitannya antara kemampuan untuk mengetahui sesuatu (knower) dengan kemampuan menalar atau berpikir (knowing) sesuatu berupa kognitif adalah kemampuan menalar atau berpikir terhadap sesuatu aksi dan reaksi, afektif adalah kemampuan untuk merasakan apa yang telah diketahui, dan konaktif adalah kemampuan untuk mencapai apa yang dirasakan.

Ilmu atau science merupakan segenap pengetahuan yang bermakna ganda (mengandung dari berbagai arti). Ilmu adalah sekumpulan pengetahuan manusia yang rasional dan kognitif, dengan disusun secara sistematis dan menggunakan metode tertentu sehingga bermanfaat di bidang pekerjaan. Mekanisme ilmu dalam manusia dapat digambarkan sebagai berikut :

Dari gambar diatas memberikan pemahaman ilmu itu bermakna ganda, tempat pengetahuan , metode, dan aktivitas sangat beraneka ragam jenisnya .

Ilmu administrasi merupakan hasil pemikiran penalaran manusia yang disusun berdasarkan dengan rasionalitas dan sistematika yang mengungkapkan kejelasan tentang objek formal, yaitu pemikiran untuk menciptakan suatu keteraturan dari berbagai aksi dan reaksi yang dilakoni oleh manusia dan objek material, yaitu manusia yang melakukan aktivitas administrasi dalam bentuk kerjasama menuju terwujudnya tujuan tertentu.

Perkembangan pemikiran dan penalaran manusia yang berdasarkan kaidah dan norma-norma administrasi tidak hanya dipandang sebagai ilmu pengetahuan, tetapi

(3)

mereupakan bagian kehidupan manusia yang menuntut terciptanya spesialisasi menuju kemahiran terhadap suatu keterampilan dari berbagai bidang kegiatan dalam memenuhi kehidupan manusia. Administrasi dapat dilihat dari dua sudut pandang yang saling melengkapi antara satu dengan lainnya, sebagai berikut :

1. Administrasi sebagai ilmu

Ilmu sebagai objek kajian administrasi sepatutnya mengukuti alur pemikiran manusia, yang pendekatannya dilakukan secara radikal, menyeluruh, rasional dan objektif.

Pada hakikatnya perkembangan ilmu administrasi merupakan suatu kajian yang mendalam di alam nalar manusia yang dapat menembus cakrawala dunia dengan ditandai gerak langkah raisonalitas di bidang filsafat ilmu administrasi sebagai berikut :

1. Ontologis, nilai dasar pemikiran manusia yang menggambarkan tentang kebenaran dasar (apriori), breaker dari pangkal piker yang dikandung oleh ilmu administrasi itu sendiri.

2. Epistemologis, perkembangan ilmu administrasi dalam pemikiran manusia terhadap rasionalitas melahirkan pandangan yang bercakrawala dan tidak dapat dijangkau sampai batas akhirnya.

3. Akisologis, ilmu administrasi akan memberikan makna yang hakiki apabila dapat dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, sehingga memberikan kemudahan dan kelayakan berpikir serta bertindak bagi manusia yang mendalami ilmu administrasi.

1. Administrasi sebagai pekerjaan

Pada hakikatnya ilmu administrasi tumbuh dan berkembang dalam pemikiran manusia, selain sebagai ilmu administrasi juga sebagai suatu profesi atau pekerjaan yang harus diselesaikan secara tuntas dan memuaskan. Proses administrasi dimaknai sebagai pola pemikiran dan rangkaian kegiatan untuk pencapaian suatu hasil tertentu dengan professional sesuai tuntutan kegiatan yang dilakukan. Administrasi berfungsi untuk menemukan pembagian kerja dalam berbagai macam-macam karakteristik manusia yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Dalam suatu administrasi dijumpai sistem administrasi, dimana sistem secara garis besar terdiri atas sistem alamiah (natural system) adalah sistem yang terbentuk karena alam. Sebagai misal sistem tata surya, sistem cuaca, dll. Sedangkan sistem buatan manusia (man made system) adalah sistem yang terbentuk karena hasil pemikiran atau perbuatan manusia. Sebagai misal sistem sosial, sistem politik, sistem ekonomi, sistem kepegawaian, sistem hokum, sistem kerja, sistem pemerintahan, dll. Pada dasarnya sistem administrasi lahir dan hasil pemikiran dari manusia.

Fenomena dan nomena administrasi terhadap pertumbuhan atau perubahan suatu organisasi dapat diamati pada pola dinamisasi social yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat. Fenomena dan nomena masyarakat administrasi sepeti solidaritas, kepemimpinan, mata pencaharian, kepedulian, keadilan, demikian pula sebaliknya. Adapun masalah-masalah administrasi yang dihadapi dalam rangka pelaksanaan pembangunan dan perkembangan organisasi merupakan tugas kunci dari manajemen. Administrasi merupakan sasaran pemikiran manusia untuk menggerakkan berbagai

(4)

aktivitas dengan menggunakan sumber-sumber (resources) kekuatan dalam organisasi. Dalam suatu administrasi juga dijumpai penyakit administrasi dimana hal inilah yang paling di takutkan dan berbahaya dalam kehidupan organisasi dan menghalalkan segala cara untuk mencapai suatu kekuasaan.

Dalam perkembangan dan pertumbuhan masyarakat maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang administrasi sangatlah mempengaruhi juga warna dan corak dari perkembangan manajemen pada masa dating. Manusia adalah makhluk yang mempunyai martabat, perasaan, cita-cita, keinginan, tempramen, dan harapan yang selalu mengalami perkembangan atau dengan kata lain kedinamisan. Dengan adannya ilmu administrasi dalam era globalisasi dilakukan secara rasional, efektif dan efisien dengan memperhatikan perubahan, memperkuat moral dan etika kerja, tujuan yang telah ditetapkan, dan penyesuaian terhadap teknologi. Konsep dasar administrasi pancasila merupakan ciri khas bagi bangsa Indonesia, dimana masyarakatnya harus menghayati, memahami, dan bahkan dijadikan pandangan hidup untuk aktivitas sehari-hari. Manusia juga mempunyai kaitannya dalam administrasi dimana kreativitas dan imajinasinya sangat diperlukan, manusia dalam organisasi, manusia juga sebagai pengendali organisasi.

1. Ontologis Ilmu Administrasi

Administrasi merupakan cabang dari ilmu pengetahuan yang asal mulanya bersumber dari filsafat. Secara estimologis, filsafat berasal dari bahasa Yunani, philoshopia yang terdiri dari dua suku kata philos artinya cinta atau suka dan shopia artinya kebijaksanaan. Para pemikir ilmu filsafat diantaranya Aristoteles (382-322 SM) dijuluki pelopor logika dan filosofi besar yang menyatakan bahwa filsafat merupakan pengetahuan yang tidak berubah dan tidak dapat terpisah dari materi, Plato ( 428 SM – 348 M) sebagai filsafat spekulatif, Galileo Galilei (1564-1642) sebagai filsafat alam, dan The liang gie (1997).

Ontologi bersala dari kata Yunani yang terdiri dari kata ontos artinya ada dan logosartinya ilmu. Jadi secara estimologis, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang yang ada. Ontologi administrasi telah berhasil merubah pola pemikiran praktisi administrasi, dan bahkan sebagian para ilmuwan administrasi dari pandangan mitosentris menjadi logisentris. Dimana awal pikirannya bahwa kejadian dalam suatu bentuk kerja sama dipengaruhi oleh kekuatan gaib (mitos) menjadi pola piker yang dipengaruhi oleh pemikiran rasional (logis). Dalam suatu administrasi kedudukan ontologi administrasi merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat jangkauan sangat universal dan menyeluruh dari struktur kehidupan manusia. Metode ontologi administrasi utamanya berkaitan dengan kondisi abstrak dan konkret. Potensi ontologism administrasi tergantung dari pemikiran manusia terhadap dunia ini pada hakikatnya kandungan normatif ontologi administrasi secara transidental dan emperikal sesungguhnya dapat dibedakan atas dua aspek utama yaitu kebenaran dan kebaikan. Dalam kaitannya dengan kegiatan administrasi filsafat administrasi mendorong untuk bertindak secara positif dan rasional.

Ilmu administrasi di masa akan datang jelas akan menghadapi banyak perubahan-perubahan sekaligus akan berpengaruh dan bahkan dapat menjadi faktor pendorong maupun sebagai faktor penghambat terhadap penataan bengunan ilmu administrasi. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :

(5)

2. Potensi ilmu administrasi 3. Peran ilmuwan administrasi 1. Epistimologis Ilmu Administrasi

Epistimologis merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempelajari dan menetapkan kodrat atau skop suatu ilmu pengetahuan serta dasar pembentukannya. Secara estimologis bahwa administrasi mempunyai beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya sebagai berikut :

1. Objektivitas administrasi

Pada hakikat dasar dari pengetahuan administrasi manusia mensyaratkan adanya makna apriori (kebenaran dasar) sebagai realita fundamental dan tidak relatif, sedangkan kebenaran realita yang telah mengalami perubahan dari nilai dasar kebenaran relatif tertuang dalam hakikat aposteritori. Dimana berpikir apriori dalam ilmu administrasi merupakan salah satu kajiian dari konsep objektivisme. Ada tiga tahapan dalam proses berpikir dalam bidang ilmu administrasi, pertama, kesadaran objek administrasi, kedua, kesadaran adanya perbedaan penalaran terhadap objek administrasi, ketiga,kesadaran pemahaman terhadap hubungan yang terjadi antarberbagai entitas, baim perbedaan maupun persamaannya.

1. Subjektivisme administrasi

Cara pandang ilmu administrasi terhadap kebenaran yang terkandung di dalam nilai-nilai administrasi senantiasa dilihat secara subjektif, apabila tidak meresapi dan mendalami administrasi itu sesungguhnya. Secara epistemologi administrasi, bila dihubungkan dangan konsep-konsep lainnya terlihat mempunyai hubungan yang sangat kompetitif dangan didasarkan atas mekanisme pertarungan pendapat dan konsep yang kompleks kemudian pengalokasian pembenaran pemikiran yang cukup tajam.

1. Skeptisisme administrasi

Administrasi adalah suatu proses pemikiran yang rasional dengan andalan utamanya diletakkan pada pembenaran empiris. Ilmu administrasi otomatis menjadi salah satu kajian dari filsafat ilmu yang menspesialisasikan pada : a) pemikiran bersifat spekulatif, b) melukiskan hakikat realita secara lengkap, c) menentukan batas-batas jangkauan, d) melakukan penyelidikan tentang kondisi krisis, e) administrasi merupakan salah satu bidang disiplin ilmu. Bahwa skeptisisme pada kondisi tertentu juga dapat berakibat negatif dalam suatu kegiatan administrasi.

1. Etika dan Moralitas Administrasi 1. Etika Administrasi

Etika adalah suatu tatanan atau aturan hidup pada komunitas manusia tertentu. Dalam suatu administrasi etika ilmu administrasi disadari atau dimengerti adalah dengan ilmu administrasi yang berangakt dari pemikiran sampai kepada tindakan atau perbuatan manusia. Etika ilmu administrasi bersumber kepada fakta bahwa kaidah dan aturan dalam suatu kehidupan komunitas masyarakat manusia tertentu, antara satu sama lain, mengalami perkembangan dangan berbarengan.

(6)

1. Moralitas Administrasi

Kaidah atau prinsip moralitas dapat juga menerima pengecualian, karena kaidah atau prinsip tersebut adalah gagasan abstrak yang ditarik dari perhatian bagi orang-orang yang mengerjakan sesuatu dengan baik. Bahwa moralitas merupakan kualitas perbuatan manusia yang didorong oleh gerakan kejiwaan dengan memperhitungkan benar dan salahnya serta baik dan buruknya. Moralitas cenderung pada produk dari kematangan jiwa seorang manusia sedangkan etika cenderung lebih mengarah pada produk rekayasa untuk menciptakan pengaturan dan keteraturan hidup manusia.

1. Konseptual administrasi

Konseptual administrasi merupakan suatu symbol bagi sekumpulan kenyataan yang sifatnya konkret perceptual yang lumayan banyak jumlahnya. Dalam administrasi konseptual mereduksi fungsi suatu symbol otomatis yang berada dalam kesadaran manusia. Konsep dalam ilmu administrasi cenderung merupakan pemikiran yang didasarkan kepada perceptual dengan pembuktiannya untuk melahirkan suatu jangkauan yang lebih luas, yang diistilahkan dangan teori. Teori adalah akumulasi bangunan dari berbagai macam konsep sehingga melahirkan pemahaman yang lebih mendalam kemudian diakumulasikan ke dalam suatu keutuhan.

1. Aksiologi Ilmu Administrasi

Sasaran pembahasan (content) aksiologi ilmu administrasi mulai dari penerapan atau penggunaan sampai pengembangan dan pemanfaatan ilmu administrasi itu sendiri dalam kehidupan manusia. Dan yang menjadi landasan dalam tataran aksiologi ilmu admiministrasi yaitu bagaimana ilmu administrasi digunakan sehingga memberikan manfaat dalam kehidupan manusia. Kebahagian dan kesejahteraan marupakan perwujudan harapan manusia yang diinginkan. Aksiologi ilmu administrasi merupakan salah satu bagian dari filsafat ilmu, dalam pemanfaatan pengetahuan di dbidang ilmu administrasi merupakan factor penting dalam pertimbangan penggunaannya dalam kehidupan dan dijadikan sebagai pertimbangan sebelum menetapkan suatu keputusan. Dalam menentukan kebenaran kandungan materi atau dari ilmu administrasi, bahwa sebagian pandangan ilmu administrai yang menyebutkan bahwa hanya sebagian kecil kebenaran administrasi yang dapat dilaksanakan dan sebagian besar kebenaran diabaikan dalam praktik administrasi 1. Kebenaran asal mula

Bahwa asal mula kebenaran ilmu administrasi adalah dari pengetahuan yang telah dikompilasikan dalam suatu integrasi pemeikiran manusia. Jika diyakini bahwa asal mulanya itu adalah salah maka itulah kebenaran dalam kesalahan, dan jika asal mulanya itu adalah benar maka itulah kebenaran dalam kebenaran. Oleh sebab itu, dalam ilmu pengetahuan pada umumnya, dan ilmu pengetahuan bidang administrasi pada khususnya, tidak mengenal kesalahan tetapi yang dikenal hanyalah kebenaran.

1. Kebenaran mengungkap

Bagaimana mengetahui kebenaran yang dikandung ilmu administrasi melalui ungkapa, atau kata lain ucapan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Untuk mengukur benar dan salahnya ungkapan atau ucapan sangat ditentukan kepada konkrenitas yang diungkap itu, karena konkrenitas bias menentukan kesesuaian. Kalau sesuai antara

(7)

ungkapan dengan konkrenitasnya berarti kebenaran, tetapi kalau tidak sesuai konkrenitas dengan ungkapan berarti kesalahan.

1. Kebenaran memandang

Cara pandangan ilmiah sebenarnya administrasi mampu membangun pemikiran terutama di era modernitas ini, agar selalu bisa dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Melalui pandangan ilmiah, administrasi telah meperlihatkan kemukjizatan untuk menaburkan kebaikan dan kebenaran, demikian sebaliknya menghilangkan kejahatan dan kesengsaraan. Memandang jauh kedepan pada alam terbuka berbeda makna dengan memandang jauh ke depan di alam pikiran. Bahwa ilmu pengetahuan dimulai dari kesederhanaan dan merupakan suatu tujuan bukan titik tolak bergeraknya ilmuwan mencari ilmu. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan administrasi merupakan upaya untuk menyederhanakan suatu realita.

1. Kebenaran bentuk

Pengalaman objektif yang teroganisir dalam struktur yang sistematis dan teratur. Inilah yang dimaksudkan dengan kebenaran bentuk ilmiah. Dalam suatu ilmu pengetahuan administrasi diperlukan suatu pengalaman, pemahaman, pengetahuan, dan ilmu bukanlah sekedar fakta yang sederhana melainkan gabungan dari dua faktor yang seolah-olah bertentangan yaitu antara faktor materi (content) dan faktor formanya. Akan tetapi, kalau kita menelusuri secara mendalam kebenaran apa yang dikandung kedua faktor ini akan ditemukan suatu pola piker bahwa kedua faktor tersebut bukanlah bertentangan melainkan berjalan berbarengan dengan saling memperkuat dalam rangka kebenaran suatu bentuk ilmu pengetahuan.

1. Kebenaran isi

Kebenaran isi atau materi (content), khususnya pada ilmu dan teknologi administrasi yang dikuasai. Secara kenyataan bahwa kepala manusia adalah sama, yaitu masing-masing bundar di dalamnya terdapat otak, dan di dalam otak terdapat pikiran, tetapi kenapa kecerdasan intelektual manusia berbeda-beda. Tetapi sejarah hidup manusia berkata lain, mutlak manusia memerlukan semuanya itu, karena dalam perjalanan kehidupan manusia senantiasa ada masa jaya dan ada pula masa suram, hal ini saling berganti tanpa dapat diprediksi oleh manusia yang bersangkutan.

1. Kebenaran konsep

Pemahaman tentanf kebenaran konsep ilmu dan teknologi administrasi pada dunia professional dengan dunia keilmuan sangat berbeda. Pemahaman konsep pada dunia professional adminiatrasi adalah idea tau gagasan yang dituangkan dalam tulisan sedangkan pemahaman konsep di dunia keilmuan adalah serangkaian pengetahuan yang sejenis dengan bentuk suatu wawasan pemikiran mendalam, atau dapat pula dikatakan konsep.

1. Kebenaran Teori

Ilmu dan teknologi administrasi bersumber dari teori, kemudian ilmu dan teknologi administrasi melahirkan teori. Sedangkan teori lahir bersumber dari konsep, kemudian teori melahirkan konsep, dan seterusnya. Dalam suatu proses nyang menggambarkan mekanisme pengembangan suatu pengetahuan, konsep, teori, sampai

(8)

kepada imu yang ditidak dapat dikantonikan antara satu dengan yang lainnya tetapi merupakan suatu kesatuan yang berlangsung terus-menerus secara sistematis dalam pemikiran manusia untuk merenungi keajaiban ilmu pengetahuan.

Adapun metode dalam mencari kebenran dalam ilmu dan teknologi administrasi sudah tidak luput dari penggunaan metode tertentu. Karena dengan metode yang tepat akan mempermudah kita menemukan kebenaran ilmu pengetahuan dan teknologi administrasi yang kita cari. Dalam mencari kebenaran di bidang administrasi dapat ditelusuri dari dua sudut pandang. Pertama, mencari kebenaran berdasarkan dengan hakikat ilmu dan teknologi administrasi, dan kedua, mencari kebenaran dari sudut pandang profesi administrasi. Metode adalah suatu cara bertindak menggunakan akal pikiran untuk mencapai hasil dengan memperhatikan resiko terkecil.

Paradigm administrai merupakan suatu teori dasar, yaitu juga sering diistilahkan ontologi administrasi, dengan cara pandang yang relatif fundamental dari nilai-nilai kebenaran, konsep, dan metodologi, serta pendekatan-pendekatan yang dipergunakan. Perubahan suatu paradigma atau pandangan dapat disebabkan oleh perkembangan pemikiran para ilmuwan administrasi atas bantahan-bantahan, karena keraguan kebenaran yang dikandungnya itu telah mengalami pergesaran makna. Dalam perkembangan paradigm administrasi, sebagaimana dikemukakan oleh Nicolas Henry terbagi lima perkembangan paradigma administrasi yaitu sebagai berikut : 1) dikantomi politik dan administrasi, 2) prinsip-prinsip administrasi, 3) administrasi Negara sebagai ilmu politik, 4) administrasi Negara, 5) administrasi Negara sebagai administrasi Negara. Bahwa paradigm administrasi telah banyak memberikan sesuatu untuk perbaikan atau dengan kata lain penyempurnaan pelaksanaan administrasi pada umumnya.

1. Persepsi Organisasi

Menurut Prajudi Atmosudirjo mengemukakan bahwa organisasi yaitu suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih (social entity) yang sadar bekerja sama secara terpadu (consciously coordinated) dalam suatu konteks tertentu, menurut batasan-batasan (bounderies) dalam fungsi-fungsi tertentu guna mencapai suatu tujuan bersama. Sedangkan pengertian lain organisasi adalh suatu bentuk persekutuan sosial dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi dan bereaksi ke dalam suatu ikatan pengaturan dan keteraturan, dengan memiliki fungsi dan serta mempunyai batas-batas yang jelas sehingga dapat dipisahkan secara tegas masing-masing manusia yang terikat dalam persekutuan. Kreativitas penilain sesuatu organisasi juga dipengaruhi tindakan objektivitas dan subjektivitas cara memandang keberadaan organisasi itu, yang terdiri atas organisasi formal dan organisasi informal.

Dalam pembahasan mengenai suatu organisasi dimana organisasi merupakan suatu wadah atau tempat persekutuan dua orang atau lebih manusia yang melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini bahwa perilaku atau orang yang berada dalam suatu organsasi itu berbeda-beda dimana terdapat dua karakter utama yang ada pada manusia dalam suatu organisasi yaitu perilaku (behavior), dan gaya (style). Kedua karakter ini sangat mempengaruhi kejiwaan (psychology) atau roh manusia. Perilaku manusia dalam organsasi merupakan suatu karakteristik yang relatif permanen akibat pengaruh kejiwaan yang diperlibatkan melalui tingkah laku dan perbuatan maupun cara berpikir (way of thinking) manusia yang bersangkutan. Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa memerlukan keindahan baik yang melekat pada dirinya maupun pada alam sekitarnya, dan persepsi setiap manusia yang berkaitan dengan keindahan berbeda antara manusia sayu dengan manusia yang lainnya. Gaya manusia adalah suatu proses penciptaan karakteristik

(9)

yang tidak berlaku permanen, tetapi senantiasa menyesuaikan diri dengan kondisi tertentu yang berkaitan dengan keindahan pada dirinya sehingga orang lain member perhatian pada dirinya.

Secara fenomenologis, orang yang memiliki kekuasaan terkecil adalah orang yeng memiliki hierarki jabatan terendah. Oleh karena itu, permasalahan-permasalahan yang dihadapi setiap organisasi disebabkan lingkungan yang tidak mendukung untuk melaksanakan aktivitas organisasi secara berdaya guna dan berhasil guna. Dalam suatu organisasi baik organisasi formal maupun informal, bahwa lingkungan organisasi dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang tak terhingga, atau dengan kata lain tidak terbatas (infinite) dari seluruh elemen yang terdapat di dalam maupun diluar organisasi yang bersanguktan. Lingkungan organisasi terbagi menjadi dua yaitu : 1) Lingkungan Internal (dalam) dan Lingkungan Eksternal (luar) dimana kedua faktor lingkungan dalam suatu organisasi harus seimbang, selain itu lingkungan memang dapat membawa keberuntungan yang dapat memperbesar nama organisasi. Tetapi dengan lingkungan pula dapat menghancurkan bahkan juga dapat mematikan organisasi yang bersangkutan.

Dalam suatu organisasi ada tiga jenis tata hubungan dalam organisasi utnuk melakukan interaksi dan reaksi dari berbagai pihak yaitu hubungan horizontal, vertikal dan diagonal. Dari ketiga hubungan kerja dalam sebuah organisasi sulit dihindari tetapi justru harus dikembangkan untuk memberikan manfaat yang lebih besat bagi kepentingan pelaksanaan suatu kegiatan pada berbagai jenjang atau kierarki dalam organisasi. Ketiga hubungan ini merupakan suatu system yang saling memperkuat dan jika salah satu lemah akan berakibat kepada yang lainnya.

Keberhasilan pelaksanaan pemberdayaan ditentukan oleh seluruh jajaran anggota organisasi dan partisipasi masyarakat sekitarnya. Kegagalan pelaksanaan pemberdayaan dalam suatu organisasi pemerintah maupun organisasi kemasyarakatan lainnya disebabkan oleh dua faktor yaitu pertama, ketidakmampuan anggota organisasi yang bersangkutan, terutama di bidang Sciences (keilmuan), Skill (keterampilan), knowledge (pengetahuan) dan kesehatan.Kedua, ketidakberdayaan yang disebabkan adanya tekanan atau ancaman pihak lain, baik internal atau eksternal. Sedangkan pemberdayaan anggota organisasi merupakan suatu system karena memiliki berbagai komponen yang saling berkaitan dan mempengaruhi antara komponen yang satu dengan yang lainnya untuk menciptakan suatu output. Motivasi pemberdayaan anggota organisasi yang bersifat positif dalah dorongan yang muncul dari diri anggota organisasi untuk melakukan suatu kegiatan. Kalau motivasi pemberdayaan anggota organisasi yang bersifat negative adalah keberdayaan yang dimiliki oleh aparatut yang bersangkutan yang bukan bersumber dari potensi yang dimilikinya.

Pemberdayaan masyarakat bukan saja tanggung jawab Negara atau pemerintah tetapi merupakan tangung jawab seluruh elemen bangsa terutama pada Negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Adapaun hal yang perlu dilakukan untuk menciptakan kelompok kerja yang dinamis dan menggubah perilakunya dengan meninggalkan kebiasaan yang kurang menguntungkan dan menerima perubahan yang lebih menguntungkan dalam melakukan kegiatannya serta mengubah pola hidup konsumtif menjadi pola hidup produktif

(10)

Teori administrasi adalah bagian kedua dari teori organisasi klasik. Seperti teori klasik lainnya, teori administrasi juga berkembang sejak tahun 1900. Teori ini sebagian besar dikembangkan atas dasar sumbangan Henri Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa, serta Mooney dan Reiley di Amerika.

Henri Fayol

Henri Fayol (1841-1925), seorang industrialis dari Perancis, pada tahun 1916 telah menulis masalah-masalah tehnik dan administrasi dalam bukunya yang terkenal, Administration Industriele et Generale (Administrasi Industri dan Umum). Buku ini pertama kali diterjamahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1929, dengan judul General and Industrial Management, tetapi sebenarnya belum dipublikasikan di Amerika Serikat sampai tahun 1940-an.

Fayol menyatakan bahwa semua kegiatan-kegiatan industrial dapat dibagi menjadi 6 (enam) kelompok :

1. Kegiatan-kegiatan tehnikal (produksi, manufacturing, adaptasi). 2. Kegiatan-kegiatan komersial (pembelian, penjualan, pertukaran).

3. Kegiatan-kegiatan finansial (pencarian suatu penggunaan optimum dari modal).

4. Kegiatan-kegiatan keamanan (perlindungan terhadap kekayaan dan personalia organisasi). 5. Kegiatan-kegiatan akuntansi (penentuan persediaan, biaya, penyusunan neraca dan

laporan rugi-laba, statistik).

6. Kegiatan-kegiatan manajerial (perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian dan pengawasan).

Fayol merasa bahwa walaupun manajemen hanya merupakan salah satu dari enam kelompok kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam perusahaan-perusahaan, barangkali merupakan hal yang paling penting. Ini tercermin dalam tulisannya, yang memusatkan perhatiannya pada dua konsep : prinsip-prinsip manajemen dan unsur-unsur manajemen.

Fayol mengemukakan dan membahas 14 kaidah manajemen yang menjadi dasar perkembangan teori administrasi. Prinsip-prinsip dari Fayol tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pembagian kerja (division of work). Dengan adanya pembagian kerja atau spesialisasi akan meningkatkan produktivitas, karena seseorang dapat memusatkan diri pada pekerjaan (kegiatan) yang sesuai dengan keahliannya. Pekerjaan-pekerjaan teknis dan manajerial dapat dilaksanakan lebih efisien dengan spesialisasi.

2. Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility). Wewenang adalah hak untuk memberi perintah. Seorang anggota suatu organisasi mempunyai tanggung jawab dalam pencapaian tujuan organisasi sesuai dengan kedudukannnya. Dibutuhkan sanksi yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan yang baik maupun yang kurang baik.

3. Displin (discipline). Harus ada respek dan ketaatan pada peranan-peranan dan tujuan-tujuan organisasi. Ini membutuhkan (1) atasan yang baik diseluruh tingkatan, (2) perjanjian kerja yang sedapat mungkin jelas dan bijaksana, dan (3) sanksi (hukuman) yang diterapkan dengan bijaksana.

4. Kesatuan perintah (unity of command). Untuk mengurangi kekacauan, kebingungan dan konflik, setiap organisasi harus menerima perintah-perintah dari dan bertanggung jawab kepada hanya satu atasan.

(11)

5. Kesatuan pengarahan (unity of direction). Suatu organisasi akan efektif bila anggota-anggotanya bekerja sama berdasarkan tujuan-tujuan yang sama.

6. Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi (subbornation of individual interests to general interests). Kepentingan seorang karyawan (anggota organisasi) atau kelompok karyawan tidak diperlakukan lebih tinggi daripada kepentingan organisasi. Kepentingan organisasi harus dijaga sebagai kepentingan yang tertinggi. 7. Balas jasa (remuneration of personel). Pembayaran upah atau gaji harus bijaksana, adil,

tidak eksploatif dan sedapat mungkin memuaskan kedua belah pihak (perusahaan dan personalia) dan harus ada penghargaan atas pelaksana tugas yang baik. Macam-macam bentuk pembayaran balas jasa dapat didasarkan atas waktu, jabatan, tingkat keahlian, bonnus, pembagian laba, maupun aspek-aspek bukan keuangan.

8. Sentralisasi (centralization). Organisasi perlu mengatur tingkat keseimbangan optimum antara sentralisasi dan desentralisasi. Tingkat keseimbangan ini tergantung pada karakter pribadi manajer, nilai-nilai yang dipegang manajer, reliabilitas karyawan (bawahn), dan juga kondisi dunia usaha (bisnis). Tingkat sentralisasi harus disesuaikan atas dasar perbedaaan kasus-kasus yang dihadapi organisasi.

9. Rantai skalar ( scalar chain). Hubungan antara tugas-tugas disusun atas dasar suatu hirarki dari atas ke bawah.

10. Aturan (order). Konsepsi Fayol menyatakan bahwa harus ada suatu tempat untuk setiap orang, dan setiap orang harus menduduki tempat yang memang seharusnya menjadi tempatnya.

11. Keadilan (equity). Bagi personalia yang didorong untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan seluruh tenaga, kemampuan dan kesetiaan, harus diperlakukan dengan bijaksanam dan keadilan atas dasar hasil kombinasi kebaikan dan kebijaksanaan.

12. Kelanggengan personalia (stability of tenure of personnel). Waktu dibutuhkan bagi seorang karyawan untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan baru dan meraih sukses dalam pekerjaan baru tersebut, dnegan anggapan bahwa dia mempunyai kemampuan yang disyaratkan.

13. Inisiatif (initiative). Dalam setiap tugas harus ada kemungkinan untuk menunjukan inisiatif sendiri dalam menyelesaikan dan mengerjakan rencana disetiap tingkat.

14. Semangat koprs (esprit de corps). “persatuan adalah kekuatan”. Pelaksanaan operasi organisasi yang baik perlu adanya kebanggan, kesetiaan, dan rasa memiliki dari para anggotanya.

Disamping itu , fayol memerinci fungsi-fungsi kegiatan administrasi menjadi “elemen-elemen” manajemen-perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemberian perintah (commanding), pengkoordinasian (coordinating) dna pengawasan (controling). Pembagian-pembagian kegiatan-kegiatan administrasi atas fungsi-fungsi ini dikenal sebagai Fayol’s Functionalism atau teori fungsionalisme Fayol.

Fayol sebagai seorang teoritis organisasi. sebagai seorang teoritis organisasi, Fayol terutama memusatkan pembahasannya pada pertanyaan tentang struktur organisasi, walaupun uraian-uraiannya juga meliputi kepentingannya “kereleaan” karyawan. Dengan pusat bahas pada struktur, dia membahas rekomendasinya lebih pada prinsip sentralisasi, yaitu struktur organisasi yang terspesialis secara fungsional dengan mana setiap orang dan berbagai sumber daya lainnya mempunyai suatu kedudukan (tempat) terutama secara tepat

(12)

(atau sering dikenal sebagai struktur “ mekanistik”). Dia menyimpulkan “salah” bahwa semua organisasi. Pada tahap perkembanngan sama seharusnya mempunyai pembagian kerja dan struktur fungsional yang sama, dan jumlah karyawan merupakan penentu utama “bentuk umum organisasi”.

Teori Administrasi (teori klasik organisasi 2)

Diterbitkan 9 November, 2008 komunikasi organisasi 3 Komentar Tag:administrasi, teori, teori klasik

Teori administrasi adalah bagian kedua dari tiga dasar teori klasik organisasi (Hick dan Gullett, 1975). Di sini terdapat perbedaan yang dibiaskan pada praktek manajerial dalam teori administrasi. Mengingat teori birokrasi memberikan penjelasan organisasi yang dibangun secara “ideal”, teori administrasi merumuskan strategi spesifik untuk menerapkan struktur birokrasi. Teori administrasi menterjemahkan banyak prinsip dasar model birokrasi secara deskriptif ke dalam prinsip praktek manajerial preskriptif. Buktinya, teori administrasi memiliki gelar populer sebagai “prinsip manajemen” (Hick dan Gullett, 1975).

Teoritikus administrasi pertama dan paling berpengaruh adalah industrialis berkebangsaan Perancis yaitu Henry Fayol. Pada tahun 1916, Fayol mengidentifikasi beberapa prinsip manajemen. Dalam tonggak sejarahnya buku berjudul Manajemen Umum dan Industri (yang diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Inggris di tahun 1949) itu telah menjadi titik tolak dari teori administrasi. Prinsip-prinsip tersebut telah diterapkan secara luas pada desain dan praktek organisasi dan memberikan pengaruh kuat pada desain dan administrasi organisasi industri modern. Beberapa prinsip dasar manajemen yang telah diperkenalkan oleh Fayol kemudian menjadi sesuatu yang biasa kita temukan sekarang ini, tetapi itu merupakan refleksi dari aplikasi dan penggunaannya yang luas. Banyak prinsip dasar yang serupa dengan model birokrasi yang didefinisikan oleh Weber. Fayol (1949) mendefinisikan 20 prinsip dasar manajemen.

Perencanaan mengarahkan para manajer untuk menganalisa tugas dan tujuan organisasi dan untuk merancang strategi spesifik maupun mengidentifikasi bahan baku dan personil yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tujuan organisasi. (Untuk mengetahui seberapa jauh prinsip dasar ini memiliki kesamaan dengan “kaidah, aturan dan prosedur yang diformalisasikan” oleh prinsip birokrasi Weber, lihat tabel 3.1 halaman 78).

Organisasi mengarahkan para manajer untuk mengalokasikan personil, peralatan dan sumber yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tujuan organisasi yang diidentifikasi dalam perencanaan.

Perintah menuntut para manajer untuk mengarahkan aktivitas anggota kelompok anggota organisasi yang berbeda untuk menyelesaikan tujuan organisasi.

Kontrol mengharuskan para manajer menggunakan kewenangan mereka untuk memastikan bahwa tindakan pekerja sesuai dengan tujuan dan aturan organisasi (untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan prinsip birokrasi “hirarki” Weber; lihat Tabel 3.1).

Bidang pekerjaan mengarahkan pengembangan kemampuan kerja khusus dari anggota organisasi sehingga mereka dapat berkonsentrasi pada tugas-tugas tertentu sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi. (Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan “spesialisasi peran anggota organisasi“ Weber; lihat Tabel 3.1).

(13)

Otoritas memberdayakan para manajer untuk menggunakan kekuasaan dan kontrol terhadap bawahan guna mengarahkan aktivitas mereka terhadap produk organisasi. Bawahan dituntut menghasilkan sesuai kewenangan atasan yang ada dalam organisasi. (Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan prinsip birokrasi “hirarki“ Weber; lihat Tabel 3.1).

Disiplin mengarahkan semua anggota organisasi untuk menyampaikan kaidah dan panduan organisasi dan hukuman khusus bagi anggota organisasi yang gagal dalam melaksanakan tugas sesuai aturan perusahaan. (Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan prinsip birokrasi “profesionalisme“ Weber; lihat Tabel 3.1).

Kesatuan perintah menyatakan bahwa setiap anggota organisasi harus menerima arahan dari satu atasan saja dan bertanggung jawab kepada orang tersebut. Prinsip ini berfungsi untuk meningkatkan kejelasan peran kerja dengan cara mengenali siapa yang bertanggung jawab terhadap apa dan siapa yang berwenang terhadap siapa dalam aktivitas organisasi.

Rantai scalar menyatakan bahwa anggota organisasi harus menjawab langsung kepada atasan mereka dan mengawasi langsung bawahan mereka. Rantai scalar membentuk jalur interaksi vertikal di antara atasan dan bawahan sepanjang rantai komando hirarki organisasi (Gambar 3.1). ia mengidentifikasi rute utama susunan untuk kaidah dan pengarahan yang diikuti dengan jalur komunikasi dan mampu menciptakan interaksi sulit di antara anggota organisasi yang berada dalam posisi rantai komando paralel di dalam organisasi. Untuk mengatasi masalah ini, Fayol menyatakan bahwa dalam lingkungan tertentu (keadaan darurat, misalnya), anggota organisasi dapat berkomunikasi secara horisontal, atau lintas rantai komando secara paralel dengan rekan sekerja untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas organisasi. Prinsip dasar ini mengatasi masalah komunikasi horisontal terbatas di antara anggota organisasi dengan tingkat hirarki yang sama dalam organisasi. Fayol menyebut saluran horisontal, yang dalam efeknya memecah rantai scalar, sebagai “jembatan,” tetapi ia kemudian lebih dikenal dengan “jembatan Fayol” (Gambar 3.2)

Kesatuan arah menyatakan bahwa anggota organisasi harus satu pikiran, bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan organisasi. Prinsip dasar ini menggambarkan sebuah penekanan terhadap produk organisasi terhadap produk anggota organisasi individual. (Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan prinsip birokrasi “profesionalisme“ Weber; lihat Tabel 3.1:78).

Bawahan individu bagi kelompok yang lebih besar mengarahkan anggota organisasi secara individu untuk bertindak sesuai kepentingan organisasi. (Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan prinsip birokrasi “profesionalisme“ yang menekankan pentingnya organisasi untuk berhadapan dengan anggota organisasi individu; lihat Tabel 3.1).

Penghitungan ulang menyatakan bahwa anggota organisasi harus mendapatkan penghargaan atas pekerjaan mereka dengan gaji dan tunjangan materi lain (bonus, bagi laba, pembagian saham) yang sesuai dengan produktivitas pekerjaan mereka. Prinsip ini didasarkan pada pernyataan bahwa anggota organisasi bisa dipicu secara meterial sehinga kinerja mereka bergantung kepada jumlah penghitungan uang yang mereka terima dari perusahaan.

Sentralisasi kekuasaan menyatakan bahwa kinerja organisasi bisa sukses ketika adanya kontrol ketat terhadap aktivitas anggota organisasi dari administrasi pusat dan desentralisasi proses organisasi tidak bisa berkembang pada suatu titik di mana proses itu

(14)

tidak berada dalam pengawasan hirarki langsung. (Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan prinsip birokrasi “hirarki“ Weber; lihat Tabel 3.1).

Perintah mengarahkan organisasi, perencanaan, dan klasifikasi aktivitas dengan jelas. Prinsip ini menekankan bahwa tidak ada yang boleh disisakan dalam perubahan organisasi. Semua aktivitas organisasi beserta prosesnya harus dirancang dengan jelas dan dipadukan ke dalam tujuan formal organisasi. (Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan prinsip birokrasi “kaidah, aturan dan prosedur yang diformalisasikan“ Weber; lihat Tabel 3.1).

Ekuitas menyatakan bahwa semua anggota organisasi harus diperlakukan secara adil. Kaidah dan panduan yang ditetapkan secara obyektif harus bisa digunakan untuk mengatur personil organisasi. (Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan prinsip birokrasi “kaidah, aturan dan prosedur yang diformalisasikan“ Weber; lihat Tabel 3.1).

Stabilitas kedudukan menyatakan bahwa anggota organisasi membutuhkan waktu khusus untuk belajar menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada mereka, dan selama mereka mampu melakukannya dengan baik, maka pekerjaan dan posisi mereka akan tetap aman dalam organisasi.

Inisiatif menyatakan bahwa anggota organisasi harus mampu bekerja dengan perhatian yang terbaik bagi organisasinya. Para manajer harus mengetahui tugas yang akan diselesaikan dan mengarahkan aktivitas “bawahan” untuk memenuhi tugas-tugas tersebut.

Semangat kesatuan menyatakan bahwa tujuan organisasi bisa dicapai dengan sukses ketika anggota merasa bangga terhadap organisasinya. Fayol menekankan pentingnya loyalitas dan komitmen emosional anggota organisasi terhadap organisasi mereka.

Lini dan fungsi staf mengidentifikasi kebutuhan personil dengan dukungan khusus (staf) untuk membantu manajer yang memiliki tanggung jawab utama dalam membuat keputusan dan mengarahkan aktivitas untuk mencapai tujuan organisasi (lini). Anggota staf yang menangani masalah tehnik, administrasi, personil dan masalah lain membantu manajer lini untuk bebas dari detail administrasi sehingga dengan demikian mereka dapat memfokuskan perhatianya dalam mengarahkan pencapaian tujuan organisasi .

Adalah suatu hal yang mudah untuk melihat banyak kesamaan yang terdapat di antara teori birokrasi Weber dan teori administrasi Fayol (Tabel 3.1). keduanya berusaha meningkatkan logika, perintah dan struktur dalam organisasi. Teori administrasi dikembangkan sebagai panduan preskriptif bagi manajemen organisasi industri sesuai penggunaan kaidah dan otoritas secara langsung. Di sini diperlihatkan kekuatan dan kelemahan dari teori administrasi. Prinsip dasar preskriptif dari teori administrasi membuat teori tersebut sangat pragmatis dan dapat diaplikasikan pada organisasi bisnis. Sebelumnya, karena tidak ada prinsip manajemen universal yang dapat diaplikasikan secara merata pada semua situasi organisasi, prinsip teori administrasi dapat disalahartikan, bertentangan dan tidak sesuai dalam penggunaannya ketika berhubungan dengan masalah-masalah organisasi yang berbeda. Di samping itu, seperti yang akan kita bahas secara mendalam pada bagian akhir bab ini, prinsip teori administrasi, seperti prinsip birokrasi, sering dihubungkan sebagai bentuk yang kaku dan tidak peka terhadap kebutuhan anggota organisasi.

(15)

Konsep, Paradigma Dan Teori Ilmu Administrasi dalam tinjauan Filsafat Konsep

Sekitar tahun 80-an berkembang konsep yang berlabel baru untuk memberdayakan konsep ilmu administrasi publik. Konsep tersebut antara lain ada yang menyebut New Public Administration (Bellone, 1980), The New Science of Organizations (Ramos, 1981), dan terakhir sekitar 90-an muncul konsep disebut New Public Management (Ferlie, 1996). Ini pada hakekatnya berupaya untuk mencerahkan konsep Ilmu Administrasi Negara.

Administrasi publik dimaksudkan untuk lebih memahami hubungan pemerintah dengan publik serta meningkatkan responsibilitas kebijkan terhadap kebutuhan publik, dan juga melembagakan praktek-praktek manajerial agar terbiasa melaksanakan suatu kegiatan dengan efektif, efesien dan rasional

Peran administrasi publik dalam suatu negara sangat vital sehingga Karl Polangi mengatakan bahwa kondisi ekonomi suatu negara sangat tergantung pada dinamika administrasi publik.

Teori:

Gray (1989) menjelaskan peran administrasi publik dalam masyarakat adalah (1)

menjamin pemerataan distribusi pendapatan nasional kepada kelompo masyarakat miskin secara berkeadilan, (2) melindungi hak-hak rakyat atas kepemilikan kekayaan, serta menjamin kebebasan bagi rakyat untuk melaksanakan tanggung jawab atas diri mereka, (3) melestarikan nilai tradisi masyarakat yang sangat bervariasi

Dimock & Dimock membagi empat komponen administrasi publik yaitu: (1) apa yang dilakukan pemerintah: pengaruh kebijakan, tindakan-tindakan politis, dasar-dasar wewenang, lingkungan kerja pemerintah, penentuan tujuan, kebijakan administratif kedalam rencana-rencana, (2) Bagaimana pemerintah mengatur organisasi, personalia, pembiayaan, usaha, struktur administrasi dari segi formalnya, (3) bagaimana para

administrator mewujudkan kerjasama, (4) bagaimana pemerintah tetap bertanggung jawab baik pengawasan eksekutif, yudkatif dan legislatif.

Ruang lingkup administrasi publik adalah (1) kebijakna publik, (2) birokrasi publik, (3) managemen Publik, (4) Kepemimpinan, (5) pelayanan Publik, (6) Administrasi

kepegawaian, (7) Kinerja, (8) etika administrasi publik. Paradigma:

G. Fredrickson (1984) mengemukakan enam paradigma administrasi publik yaitu:  Birokrasi klasik yang berfokus pada struktur organisasi dan fungsi, prinsip

manajemen sedangkan lokusnya adalah berbagai jenis organisasi, baik pemerintah maupun bisnis. Nilai pokok yang mau diwujudkan adalah efesiensi, efektifitas ekonomi dan rasional. Tokohnya adalah Weber (Bereucrasy, 1922), Wison (The

(16)

Study of public administration, 1887), Tylor, (Scientific management, 1912) dan gullic dan Urwick (Paper on the Science of administration, 1937)

 Birokrasi Neo Klasik memuat nilai yang dianut sama dengan paradigma birokrasi klasik, namun yang berbeda adalah fokus pada proses pengambilan keputusan dengan perhatian khusus pada penerapan ilmu prilaku, ilmu manajemen, analisa sistem dan penelitian operasi sementara lokusnya adalah keputusan yang dihasilkan birokrasi pemerintah. Tokohnya adalah Simon (Administrasi Behaviour, 1984) Cyer dan March (Abehavioral Theory of the firm, 1963)  Kelembagaan yang berfokus pada pemahaman mengenai prilaku birokrasi yang

dipandang juga sebagai suatu organisasi yang kompleks. Masalah efesiensi, efektivitas dan produktivitas organisasi kurang mendapat perhatian. Salah satu perilaku organisaisasi yang diungkapkan dalam paradigma ini adalah perilaku pengambilan keputusan yang bersifat gradual dan increamental yang oleh

Limbdon dipandang sebagai satu-satunya cara untuk memadukan kemampuan dan keahlian birokrasi dengan preferensi kebijkana dan berbagai kemungkinan bias dari pejabat politis.

 Hubungan kemanusiaan yang intinya adalah keikut sertaan dalam pengambilan keputusan, minimasi perbedaan dan status dan hubungan antar pribadi,

keterbukaan, aktualisasi diri dan optimasi tingkat kepuasan, fokusnya adalah dimensi-dimensi kemanusiaan dan aspek social dalam tiap jenis organisasi atau birokrasi. Tokohnya Rennis Likert (The Human organizations its managemen and value, 1967)

 Pilihan Publik, lokus administrasi negara menurut paradigma ini tak terlepas dari politik. Fokusnya adalah pilihan-pilihan untuk melayani kepentingan publik akan barang dan jasa yang harus diberikan oleh sejumlah organisasi yang kompleks, Tokohnya Ostrom (1973) Tullock (1968).

 Administrasi negara baru: locusnya adalah usaha untuk mengorganisasikan, menggambarkan dan mendesain ataupun membuat organisasi dapat berjalan kearah dengan mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan secara maksimal yang dilaksanakan dengan menggambarkan sistem desentralisasi dan organisasi-organisasi demokratis yang responsif dan mengundang partisipasi dan peran seerta dan dapat meberikan secara merata jasa-jasa yang diperlukan masyarakat.

Karakteristiknya adalah menolak bahwa para administrator dan teori administrasi bersifat netral atau bebas nilai.

David Osborn mengemukakan paradigmanya yakni Reinventing Government bahwa pemerintah harus bersifat katalik, meberdayakan masyarakat, mendorong semangat

(17)

kompetisi, berorientasi pada misi, mementingkan hasil dan bukan cara, mengutamakan kepentingan pelanggan, berjiwa wirausaha, selalu berupaya mencegah masalah atau bersikap antisipatif, desentralistis dan berorientasi pasar.

Paradigma New Pablic Management (NPM) oleh hood mengemukakan tujuh komponen doktrin yaitu (1) pemanfaatan manajemen profesional, (2) penggunaan indikator kerja, (3) penggunaan yang lebih besar pada control output, (4) Pergeseran perhatian ke unit-unit terkecil, (5) pergeseran kekompetisi yang lebih tinggi, (6) penekanan gaya sector swasta pada praktek manajemen dan (7) penekanan pada sdisiplin dan penghematan yang lebih tinggi dalam penggunaan sumber daya.

JV. Denhart (2003) Paradigma New Public Service (NPS) administrasi publik harus (1) melayani warga masyarakat bukan sebagai pelanggan, (2) Mengutamakan kepentingan Publik, (3) lebih menghargai kewarganegaraan daripada kewirausahaan, (4) berikir strategis, bertindak demokratis, (5) menyadari bahwa akuntabilitas bukan merupakan suatu yang mudah, (6) melayani dari pada pengendalian, (7) menghargai orang bukan karena produktivitasnya semata

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)

Teori administrasi, kekuatan politik dan reformasi pemerintahanPresentation Transcript  1. TEORI ADMINISTRASI, KEKUATAN POLITIK DAN REFORMASI

PEMERINTAHAN RINA NUR AZIZAH

 2. PENDAHULUAN Administrasi sebagai seni pada hakekatnya timbul bersama-sama dengan timbulnya peradaban manusia yaitu semenjak manusia berbudaya. Herbert A. Simon mengatakan bahwa apabila ada 2 orang yang bekerja-sama untuk menggulingkan

(27)

sebuah batu yang tidak dapat digulingkan hanya oleh satu orang di antara mereka, di sana telah terdapat administrasi.

 3. Frederick W. Taylor dari AS dan Henry Fayol dari Perancis, akhir abad XIX  “GERAKAN MANAJEMEN ILMIAH” Dua Hal : 1. Berakhirnya status administrasi sebagai seni sematamata dan lahirnya administrasi dan managemen sebagai suatu ilmu pengetahuan (disiplin baru). 2. Berakhirnya periode prasejarah dan periode sejarah manusia dalam perken bangan administrasi dan managemer.

 4. Tujuan makalah ini adalah mendapatkan teori administrasi, kekuatan politik dan reformasi pemerintahan. Sesuai dengan kondisi pendidikan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam upaya meningkatkan produktivitas pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat. Sasaran yang hendak dicapai pada makalah ini adalah diperolehnya : (a). pengertian administrasi, (b). kekuatan politik, serta (c). reformasi pemerintahan.

 5. Teori Administrasi  Apakah  Bagaimana cara  Bagaimana menentukan  Mengapa  Cara apa Jenis-Jenis Teori Administrasi  Deskriptif  Normatif  Asumtif  Instrumental

 6. Gagasan Gulick  POSDCORB suatu istilah yang mencakup tanggung-jawab eksekutif atas suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penyusunan staf, koordinasi, pelaporan, dan penganggaran. 3 Tipe kewenangan Weber : 1. Tradisional 2. Kharismatik 3. Rasional

 7. simon faktor-faktor sosial dan psikologi sosial mempengaruhi sika-sikap pekerja, termasuk analisis deskriptif organisasinya. Maslow Dan Chris Argyris ahli teori aktualisasi diri menyatakan bahwa dalam jiwa orang (laki-laki) terdapat suatu hierarki kebutuhan yang mana ia mencoba untuk memuaskannya dengan sebagai pekerja.  8. Mazhab-mazhab Teori Administrasi C.L Sharma  Proses Administrasi 

Empirik  Perilaku Manusia  Sistem Sosial  Matematika  Teori Keputusan Geral Caiden  Proses Administrasi  Empirik  Perilaku Manusia  Sistem Sosial  Matematika  Analisis Birokratis  Pembuat Keputusan  Integrasi

 9. Komunis (Karl Mark)  Penguasa Masyarakat = parta komunis. Kapitalisme  Kaum ini beranggapan bahwa idealnya faktor produksi = swasta/perorangan. Kekuatan Politik Sosialisme  Keuntungan bukan tujuan. BUMN  perusahaan disosialisasikan dan tumpang tindih. Privatisasi  Pemindahan sektor publik kepada swasta.

 10. REFORMASI PEMERINTAH  Permasalahan  prosedur administrasi pemerintah selama ini terkesan di mata masyarakat terlalu sulit dan rumit. Ada proses yang terkesan diada-adakan, tak perlu dan tak jelas kegunaannya.  Bagaimana

Mewujudkannya?  Pemerintah harus meningkatkan ketrampilan  Iklim kerja diciptakan senyaman mungkin  Hierarkhi organisasi sebisa mungkin diminimalkan.  Iklim kerja yang ramah .  Prosedur produksi dokumen dikaji-ulang secara saintifik.

PENGERTIAN ADMINISTRASI MENURUT PARA AHLI DITINJAU DARI UNSUR ONTOLOGY, EPISTIMOLOGY DAN AKSIOLOGI

(28)

Written By Wahyu Munazat on Kamis, 13 Juni 2013 | 08.52

PENGERTIAN ADMINISTRASI MENURUT PARA AHLI DITINJAU DARI UNSUR ONTOLOGY, EPISTIMOLOGY DAN AKSIOLOGI

Dosen : Prof. Dr. Djam’an Satori, M.A

1. Pengertian Administrasi Pendidikan

Berdasarkan etimologi “administrasi” berasal dari bahasa latin yang terdiri dari “ad” artinya intensif dan “ministrare” artinya melayani, membantu atau mengarahkan. Jadi pengertian administrasi adalah melayani secara intensif. Dari perkataan “administrare” terbentuk kata benda “administrario” dan kata “administrauus” yang kemudian masuk ke dalam bahasa Inggris yakni “administration” (DR. Hadari Nawawis, 1982). Selain itu dikenal juga kata “administratie” yang berasal dari kata belanda, namun memilki arti yang lebih sempit, sebab terbatas pada aktivitas ketatatusahaan yaitu kegiatan penyusunan dan pencatatan keterangan yang diperoleh secara sistematis. Administrasi sering dikaitkan dengan aktivitas administrasi perkantoran yang hanya merupakan salah satu bidang dari aktivitas adminstrasi yang sebenarnya

(29)

Ditinjau dari katanya, administrasi mempunyai arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit diartikan sebagai kegiatan pencatatan data, surat-surat informasi secara tertulis serta penyimpanan dokumen sehingga dapat dipergunakan kembali bila diperlukan. Dalam hal ini kegiatan administrasi meliiputi pekerjaan tata usaha. Dalam arti luas, administrasi menyangkut kegiatan manajemen/pengelolaan terhadap keseluruhan komponen organisasi untuk mewujudkan tujuan/program organisasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pekerjaan administrasi merupakan pekerjaan operatif dan manajemen.

Sedangkan administrasi pendidikan merupakan perpaduan dari dua kata, yakni “administrasi” dan “pendidikan”. Pada hakekatnya administrasi pendidikan adalah penerapan ilmu administrasi dalam dunia pendidikan atau dalam pembinaan, pengembangan dan pengendalian usaha praktek-praktek pendidikan. Administrasi sekolah merupakan salah satu bagian dari administrasi pendidikan, yaitu administrasi pendidikan yang dilaksanankan di sekolah. Salah satu alat administrasi sekolah adalah tata usaha. (http://www.sarjanaku.com/2010/01/makalah-dasar-dasar-administrasi.html).

Pengertian administrasi atau manajemen banyak diungkap oleh para ahli administrasi pendidikan. Diantaranya adalah sebagai berikut :

Administrasi Pendidikan menurut Syarif (1976 :7) “segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumber (personil maupun materiil) secara efektif dan efisien untuk menunjang tercapainya pendidikan.

Menurut Syamsi (1985:10) “administrasi adalah seluruh kegiatan dalam setiap usaha kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok atau lebih orang-orang secara bersama-sama dan simultan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.

Sedangkan menurut Soepardi (1988:7) “ administrasi adalah keseluruhan proses kegiatan-kegiatan kerja sama yang dilakukan oleh sekelompok atau lebih oarang-orang secara bersama-sama dan simultan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengertian administrasi pendidikan menurut Sutisna (1979:2-3) adalah : Administrasi pendidikan adalah keseluruhan (proses) yang membuat sumber-sumber personil dan materiil sesuai yang tersedia dan efektif bagi tercapainya tujuan-tujuan bersama. Ia mengerjakan fungsifungsinya dengan jalan mempengaruhi perbuatan orang-orang. Proses ini meliputi perencanaan, organisasi, koordinasi, pengawasan, penyelenggaraan dan pelayanan dari segala sessuatu mengenai urusan sekolah yang langsung berhubungan dengan pendidikan seklah seperti kurikulum, guru, murid, metode-metode, alat-alat pelajaran, dan bimbingan. Juga soal-soal tentang tanah dan bangunan sekolah, perlengkapan, pembekalan, dan pembiayaan yang diperlukan penyelenggaraan pendidikan termasuk didalamnya.

Pengertian administrasi pendidikan menurut Sutisna (1979:2-3) adalah : Administrasi pendidikan adalah keseluruhan (proses) yang membuat sumber-sumber personil dan materiil sesuai yang tersedia dan efektif bagi tercapainya tujuan-tujuan bersama. Ia mengerjakan fungsifungsinya dengan jalan mempengaruhi perbuatan orang-orang. Proses ini meliputi perencanaan, organisasi, koordinasi, pengawasan,

(30)

penyelenggaraan dan pelayanan dari segala sessuatu mengenai urusan sekolah yang langsung berhubungan dengan pendidikan seklah seperti kurikulum, guru, murid, metode-metode, alat-alat pelajaran, dan bimbingan. Juga soal-soal tentang tanah dan bangunan sekolah, perlengkapan, pembekalan, dan pembiayaan yang diperlukan penyelenggaraan pendidikan termasuk didalamnya.

5. Hadari Nawawi1 mengatakan administrasi pendidikan adalah rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerja sama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan sistematis yang diselenggarakan dalam lingkungan tertentu, terutama berupa pendidikan lembaga formal.

Sedangkan dalam encyclopedia of educational research chester W. Haris mendefinisikan administrasi pendidikan sebagai suatu proses pengintegrasian segala usaha pendayagunaan sumber-sumber personalia dan material sebagai usaha untuk meningkatkan secara efektif pengembangan kwalitas manusia2.

Engkoswara (1987 : 42) Administrasi pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari penataan sumber daya yaitu sumber daya manusia, kurikulum atau sumber belajar dan fasilitas untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal dan menciptakan suasana yang baik bagi manusia, yang turut serta dalam pencapaian tujuan pendidikan yang disepakati. Administrasi pendidikan pada dasarnya adalah suatu media belaka untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif yaitu efektif dan efisien.

Purwanto dan Djojopranoto (1981:14) bahwa : Karena administrasi pendidikan merupakan suatu usaha bersama yang dilakukan untuk mendayagunakan semua sumber daya baik manusia, uang, bahan dan peralatan serta metode untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Jadi “Administrasi pendidikan adalah proses keseluruhan kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaporan, pengkoordinasian, pengawasan dan pembiayaan, dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik personil, materiil, maupun spirituil untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.”

Djam’an Satori, (1980: 4) mengatakan Administrasi pendidikan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

Made Pidarta, (1988:4) berpendapat, Dalam pendidikan, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Biro Perencanaan Depdikbud, (1993:4), Manajemen pendidikan ialah proses perencanaan, peng-organisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan

(31)

bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, serta bertanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan.

Soebagio Atmodiwirio. (2000:23) menjelaskan bahwa Manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagi proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Menurut Stephen J. Knezeich Administrasi pendidikan merupakan sekumpulan fungsi-fungsi organisasi yang memiliki tujuan utama untuk menjamin efisiensi dan efektivitas pelayanan pendidikan, sebagaimana pelaksanaan kebijakan melalui perencanaan, pengambilan keputusan, perilaku kepemimpinan, penyiapan alokasi sumber daya, stimulus dan koordinasi personil, dan iklim organisasi yang kondusif, serta menentukan perubahan esensial fasilitas untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat di masa depan.

Daryanto (1998:8) mengemukakan administrasi pendidikan adalah “suatu cara bekerja dengan orang-orang, dalam rangka usaha mencapai tujuan pendidikan yang efektif”.

Dasuqi dan Somantri (1992:10) mengemukakan administrasi pendidikan adalah upaya menerapkan kaidah-kaidah administrasi dalam bidang pendidikan.

Sagala (2005:27) mengemukakan bahwa administrasi pendidikan adalah penerapan ilmu administrasi dalam dunia pendidikan atau sebagai penerapan administrasi dalam pembinaan, pengembangan, dan pengendalian usaha dan praktek-praktek pendidikan. (http://mutmainnahayudiaelshaf.blogspot.com/2012/11/pengertian-administrasi.html)

Dapat disimpulkan bahwa keberadaan administrasi pendidikan sangatlah penting dalam menjamin terlaksananya proses pendidikan secara maksimal

2. Unsur Ontology Administrasi Pendidikan

Administrasi adalah bidang kajian yang mempelajari cara-cara yang paling efektif dan efisien dalam pemanfaatan sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Ilmu Administrasi berkembang pesat didorong oleh persaingan untuk meningkatkan produktivitas dalam situasi global . Istilah administrasi sering dipertukarkan penggunaannya dengan istilah manajemen. Demikian pula dalam penyelengaraan pendidikan, penggunaan istilah administrasi pendidikan sering dipertukarkan dengan manajemen pendidikan. Secara historis dan etimologis istilah administrasi digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang menekankan kepada pelayanan publik yang sifatnya nirlaba. Sementara itu, istilah manajemen digunakan dalam konteks bisnis dengan orientasi memperoleh laba (monetory benefit). Dalam bahasa Inggeris kata administration mengandung kataministry atau kementrian, yaitu fungsi yang

(32)

menangani tugas-tugas atau urusan pemerintahan atau kenegaraan. Setiap menteri (Minister) memiliki tanggung jawab satu urusan atau bidang pemerintahan. Perdana Menteri (Prime Minister) adalah penanggungjawab utama seluruh layanan pemerintahan. Pendidikan merupakan tugas pelayanan publik yang sangat penting. Oleh karena itu penggunaan kata administrasi pendidikan bukan tanpa alasan, yang mengandung makna bahwa penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung jawab negara sebagai bagian utuh pelayanan publik.

Kajian Ilmu Administrasi Pendidikan di Indonesia, khususnya sebagai bidang kajian di perguruan tinggi, dapat dikatakan relatif baru, yaitu dimulai dalam dekade tahun 1960. Kebutuhan kajian Ilmu Administrasi Pendidikan dituntut oleh semakin kompleksnya penyelenggaraan pendidikan nasional yang menuntut bukan saja kinerja efektivitas dan efisiensi, namun akuntabilitas publik yang semakin kuat. Sejak dimulainya pendekatan pembangunan Negara yang terencana dalam bentuk pembangunan lima tahunan (REPELITA- Rencana Pembangunan Lima Tahun)) di tahun 1970-an, profesionalisme penyelenggara pendidikan baik pada tingkat struktural (pusat, propinsi dan kabuopaten/kota) maupun satuan pendidikan semakin diperlukan. Penerapan administrasi pendidikan dalam praktek penyelenggaraan pendidikan nasional diperlukan untuk membangun profesionalisme, yaitu tata kerja yang didukung oleh penguasaan ilmu untuk mewujudkan tatakelola yang efektif dan efisien mencapai produktivitas pendidikan yang tinggi. (Djam’an Satori 2012)

Administrasi pendidikan merupakan proses keseluruhan dan kegiatan-kegiatan bersama yang harus dilakukan oleh semua pihak yang ada sangkut pautnya dengan tugas-tugas pendidikan. Adiministrasi pendidikan mencakup kegiatan-kegiatan yang luas, seperti kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan khususnya dalam bidang pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah.

Pada dasarnya administrasi pendidikan bukan hanya sekedar kegiatan tata usaha seperti yang dilakukan di kantor-kantor tata usaha yang terdapat di sekolah-sekolah maupun kantor invasi pendidikan yang lainnya. Namun pada hakekatnya administrasi pendidikan adalah suatu ilmu tentang penyelenggaraan pendidikan di sekolah atau tempat pendidikan yang lain dengan harapan tercapainya tujuan pendidikan di tempat-tempat

penyelenggaraan pendidikan tersebut.

(http://gudangmaterikuliah.blogspot.com/2012/02/pengertian-dasar-dasar-tujuan-dan-ruang.html)

Dilihat dari unsur ontologinya, administrasi pendidikan bisa juga dikaji dalam ruang lingkup administrasi pendidikan. Administrasi pendidikan pada satuan pendidikan berkaitan dengan penerapan teori-teori pendidikan dalam pelayanan belajar, teknik-teknik konseling belajar, manajemen sekolah, dan semua kegiatan yang mendukung dan memperlancar aktivitas-aktivitas satuan pendidikan untuk mencapai tujuan.

Secara umum ruang lingkup administrasi juga berlaku dalam administrasi pendidikan, adapun beberapa beberapa ruang lingkup yang meliputi kegiatan itu antara lain:

(33)

a) Manajemen administrative ( administrative manajemen )

Bidang kegiatan ini disebut juga manajemen of administrative function yakni kegiatan yang bertujuan mengarahkan agar semua orang dalam organisasi/kelmpok kerja sama mengarahkan hal-hal yang tepat dengan tujuan yang hendak dicapai.

b) Manajemen operatif ( operatif manajemen )

Bidang kegiatan ini disebut juga manajemen of overtif function yakni kegiatan yang bertujuan mengarahkan dan membina agar dalam mengerjakan pekerjaan yang menjadi beban tugas masing-masing setiap orang melaksanakan dengan baik dan benar.

Berdasarkan substansinya, administrasi pendidikan menurut Sutisna (1989:36) dapat ditinjau dari dua pendekatan, yaitu pendekatan tugas dan pendekatan proses. Fokus pendekatan tugas dalam administrasi pendidikan menjawab pertanyaan apa yang harus dikerjakan oleh administrator

Dalam bidang manajemenn administrative meliputi beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh adsministrator sebagai berikut:

1) Planning 2) Organisasi

3) Bimbingan / pengarahan 4) Pengawasan atau control 5) Communication

6) Coordination

Sedang didalam manajemen overatif di ketengahkan kegiatan-kegiatan yang meliputi sebagai berikut:

1) Tata usaha 2) Perbekalan 3) Kepegawaian 4) Keuangan 5) Humas. (http://edukasi.kompasiana.com/2012/07/19/administrasi-pendidikan-479005.html) 3. Unsur Epistimology

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah ini mempelajari ruang lingkup administrasi, pengertian administrasi, fungsi administrasi, perkembangan ilmu administrasi, administrasi dan manajemen, organisasi,

Teknologi yang terus berkembang seiring perkembangan zaman, sebagai seorang pendidik di haruskan untuk terus menambah ilmu pengetahuan salah satunya yaitu tentang

Setiap manusia pasti membutuhkan informasi untuk meningkatkan pengetahuan maupun wawasannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang sesuai dengan

Secara garis besar, Amsal Bakhtiar membagi periodeisasi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan menjadi empat periode: pada zaman Yunani kuno, pada zaman Islam, pada

 Pada perkembangan Administrasi sebagai disiplin Pada perkembangan Administrasi sebagai disiplin Ilmu mengalami beberapa proses pergantian cara.. Ilmu mengalami beberapa

Zaman semakin berkembang dengan pesat, teknologi semakin berkembang begitu juga dengan ilmu pengetahuan. Ilmu biokimia saat ini sedang

Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman dahulu ditentukan serta dibatasi oleh gereja yang mengakibatkan pemikiran manusia menjadi sempit, terbatas, dan tidak berkembang dengan

Sejarah pertumbuhan administrasi publik Silahkan pelajari perkembangannya dari mulai zaman Mesir kuno hingga perkembangan administrasi modern... Pendekatan administrasi publik