SKRIPSI
PENGARUH KARIR DAN KONFLIK PEKERJAAN–KELUARGA TERHADAP KEPUASAN HIDUP WANITA KARIR
DI PUSKESMAS TIGA DOLOK KABUPATEN SIMALUNGUN
OLEH
Kristina Sorenson Purba 090521120
PROGRAM STUDI MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh karir dan konflik pekerjaan dengan keluarga terhadap kepuasan hidup wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari responden dengan memberikan kuesioner atau daftar pertanyaan kepada semua pegawai wanita yang bertugas di Puskesmas Tiga Dolok, dan data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen dan laporan-laporan tertulis perusahaan, literatur-literatur di perusahaan dan bagian bahan-bahan atau tulisan lain yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspalanasi (penjelasan) yang termasuk ke dalam penelitian asosiatif (pengaruh) yaitu penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih dengan sampel diambil secara menyeluruh dari jumlah pegawai wanita yang ada di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun yaitu sebanyak 40 orang pegawai yang terdiri dari Kepala puskesmas, Bidan, Perawat, Petugas dan Kepala Puskesmas Pembantu. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas, reliabilitas dan regresi linier berganda.
Hasil dari Uji Koefisien Determinasi menunjukkan bahwa variabel Karir dan Variabel Konflik pekerjaan-keluarga mampu menjelaskan variabel Kepuasan hidup wanita karir pada Puskesmas Tiga Dolok. Dengan demikian Puskesmas Tiga Dolok perlu memperhatikan karir dan konflik pekerjaan-keluarga pegawai dalam rangka meningkatkan kepuasan hidup pegawai terutama wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok.
Secara simultan diketahui bahwa variabel bebas karir dan konflik pekerjaan-keluarga memiliki pengaruh secara serempak terhadap kepuasan hidup wanita karir yang bekerja di Puskesmas Tiga Dolok dengan nilai Fhitung> Ftabel (77,950 > 3,255), dan secara parsial
diketahui bahwa variabel karir berpengaruh secara positif dan siginifikan terhadap kepuasan hidup wanita karir pegawai yang bekerja di Puskesmas Tiga Dolok dilihat dari nilai thitung(11,204) > ttabel (2,0273) sedangkan variabel konflik pekerjaan-keluarga berpengaruh
secara negatif dan signifikan terhadap kepuasan hidup wanita karir yang bekerja di Puskesmas Tiga Dolok dilihat dari nilai thitung (-2,259) > ttabel(-2,0273).
ABSTRACT
Research aims to know and analyzing influence career and conflict work with the family against gratification life woman a career in puskesmas tiga dolok kabupaten simalungun. Data used in research this is data primary, namely the data from respondents by giving a questionnaire or list question for all employees woman who served in puskesmas tiga dolok, and data secondary, namely the data through the documents and reports written company, literature-literature in companies and the materials or writing other to do with the matter to be researched.
The kind of research used is research explanation which belong to the research associative (influence) namely research connecting two variables or more with samples taken thoroughly of employment woman who in health centers tiga dolok kabupaten simalungun namely some 40 people employees consisting of head-turning puskesmas, midwives, nurse, the officer and the head of puskesmas. Instrument analysis used in this research is test validity, reliabilitas and linear of multiple regression.
The result of test coefficient of determination showed that variable career and variable work-family conflict capable of being explained variable life satisfaction woman careers in puskesmas tiga dolok. This puskesmas tiga dolok need attention to career and conflict work-family employees in order to increase life satisfaction employees especially women career in puskesmas tiga dolok.
Simultaneously known that variable free career and work-family conflict have influence in unison against gratification life career woman who works in puskesmas tiga dolok with nilai fhitung > ftabel (77,950 > 3,255), and is partial
known that variable career influential positively and siginifikan against gratification life career employees woman who works in puskesmas tiga dolok seen from value thitung (11,204) > ttabel (2,0273) while variable work-family conflict
influential in a negative and significantly to life satisfaction career woman who works in puskesmas tiga dolok seen from value thitung (-2,259) > ttabel (-2,0273).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Allah yang Maha Kuasa atas
kasih yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Karir dan Konflik Perkerjaan-Keluarga
terhadap Kepuasan Hidup Wanita Karir pada Puskesmas Tiga dolok”
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan tahun akademik 2012/2013. Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua tercinta,
Bapak L. Purba dan Ibu A. Br. Sitohang untuk segala doa, kasih sayang dan ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac. Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalena, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku sekretaris Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi S1
5.Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang banyak
memberikan bimbingan dan pemahaman baru dan bersedia meluangkan
waktu dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu Dra. Lucy Anna, MS terima kasih atas saran dan kritikan yang sangat
berguna demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
8. Seluruh staf manajemen, karyawan PT Bank Sumut Cabang Tarutung.
9. Kepada Kakak, abang dan adik saya yang sangat membantu atas saran dan
masukan serta waktu dan perhatian yang telah diberikan saat proses
penulisan skripsi ini.
10.Terkhusus buat Liber sibarani terima kasih yang sebesar-besarnya atas
kasih sayang dan doa yang selalu mendukung penulis.
11.Buat sahabat saya Armaya, Riza, dan Faridah yang telah memberi
semangat dan dukungan kepada penulis, terima kasih God Bless Us.
12.Seluruh Pegawai Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih
banyak kekurangan baik dalam isi maupun penyajiannya. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Medan, Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
2.2. Konflik Pekerjaan dengan Keluarga ... 11
2.3. Kepuasan hidup (Life Satisfaction) ... 14
2.3.1. Definisi Life Satisfaction ... 14
2.3.2. Aspek Life satisfaction ... 16
2.3.3. Karakteristik Individu yang Memiliki Life Satisfaction Tinggi ... 17
2.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Life Satisfaction 18 2.4. Wanita Karir ... 22
3.4.2. Variabel Terikat : Variabel Kepuasan Hidup Wanita Karir (Y) ... 39
3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43
4.1.4. Pengorganisasian Puskesmas ... 52
4.2. Analisis Deskriptif ... 63
4.2.1. Deskriptif Responden ... 63
4.2.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 63
4.2.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 64
4.2.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 64
4.2.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Bidang Pekerjaan ... 65
4.4. Pembahasan 77
4.4.1. Pengaruh Karir Terhadap Kepuasan
Hidup Wanita Karir ... 77
4.4.2. Pengaruh Konflik Pekerjaan-Keluarga Terhadap Kepuasan Hidup Wanita Karir ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
5.1. Kesimpulan ... 48
5.2. Kesimpulan ... 48
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 3.1. Operasional Variabel ... 39
Tabel 3.2. Instrumen Skala Likert ... 40
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Item-Total Statistics ... 43
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 44
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 63
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status perkawinan ... 64
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingakat Pendidikan . 64
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Bidan ... 65
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja ... 65
Tabel 4.6 Instrumen Skala Likert ... 66
Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Karir (X1) ... 67
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Konflik Pekerjaan-Keluarga Pegawai ... 70
Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepuasan Hidup ... 74
Tabel 4.10 Uji Glejser ... 80
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinieritas ... 81
Tabel 4.12 Uji Secara Simultan/Serempak (Uji F) ... 81
Tabel 4.13 Uji Koefisien Determinan (Uji R) ... 82
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul HalamanGambar
Gambar 2.1.Kerangka Konseptual Penelitian ... 36
Gambar 4.1. Histogram ... 78
Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ... 78
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Kuesioner ... 90
Lampiran 2 Tabukasi Validitas dan Reabilitas ... 94
Lampiran 3 Output Uji Validitas dan Reabilitas ... 96
Lampiran 4 Tabulasi Regresi ... 98
Lampiran 5 Analisis Deskriptif ... 100
Lampiran 6 Uji Asumsi Klasik ... 107
Lampiran 7 Regresi Linier Berganda ... 109
ABSTRACT
Research aims to know and analyzing influence career and conflict work with the family against gratification life woman a career in puskesmas tiga dolok kabupaten simalungun. Data used in research this is data primary, namely the data from respondents by giving a questionnaire or list question for all employees woman who served in puskesmas tiga dolok, and data secondary, namely the data through the documents and reports written company, literature-literature in companies and the materials or writing other to do with the matter to be researched.
The kind of research used is research explanation which belong to the research associative (influence) namely research connecting two variables or more with samples taken thoroughly of employment woman who in health centers tiga dolok kabupaten simalungun namely some 40 people employees consisting of head-turning puskesmas, midwives, nurse, the officer and the head of puskesmas. Instrument analysis used in this research is test validity, reliabilitas and linear of multiple regression.
The result of test coefficient of determination showed that variable career and variable work-family conflict capable of being explained variable life satisfaction woman careers in puskesmas tiga dolok. This puskesmas tiga dolok need attention to career and conflict work-family employees in order to increase life satisfaction employees especially women career in puskesmas tiga dolok.
Simultaneously known that variable free career and work-family conflict have influence in unison against gratification life career woman who works in puskesmas tiga dolok with nilai fhitung > ftabel (77,950 > 3,255), and is partial
known that variable career influential positively and siginifikan against gratification life career employees woman who works in puskesmas tiga dolok seen from value thitung (11,204) > ttabel (2,0273) while variable work-family conflict
influential in a negative and significantly to life satisfaction career woman who works in puskesmas tiga dolok seen from value thitung (-2,259) > ttabel (-2,0273).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Wanita karir adalah wanita yang menekuni sesuatu atau beberapa
pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian tertentu yang dimilikinya untuk mencapai
suatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan atau jabatan.
Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria
maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang
diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang
bersangkutan. Faktor yang mendorong manusia bekerja adalah adanya kebutuhan
yang harus dipenuhi.
Aktivitas dalam kerja mengandung unsur kegiatan sosial, menghasilkan
sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan untuk kebutuhan hidup manusia.
Keterlibatan wanita dalam bekerja membawa dampak terhadap peran wanita
dalam kehidupan keluarga. Fenomena yang terjadi dalam masyarakat adalah
semakin banyaknya wanita membantu suami mencari tambahan penghasilan,
selain karena didorong oleh kebutuhan ekonomi keluarga, juga wanita semakin
dapat mengekspresikan dirinya di tengah-tengah keluarga dan masyarakat.
Keadaan ekonomi keluarga mempengaruhi kecenderungan wanita untuk
berpartisipasi di luar rumah, agar dapat membantu meningkatkan perekonomian
Wanita yang menjadi istri dan ibu sekaligus pekerja, cenderung membawa
mereka pada work-family conflict. Meskipun laki-laki juga dapat mengalami
work-family conflict tetapi wanita tetap menjadi sorotan utama, karena berkaitan
dengan tugas utama mereka sebagai ibu dan istri.
Dalam situs e-psikologi.com (Rini, 2002) mengatakan bahwa wanita karir
yang mengalami pekerjaan-keluarga ingin dapat memainkan peran mereka sebaik
mungkin secara proporsional dan seimbang. Wanita karir harus bisa menjadi ibu
yang sabar dan bijaksana, istri yang baik serta ibu rumah tangga yang bertanggung
jawab atas keperluan dan urusan rumah tangga. Di tempat kerja, wanita karir
mempunyai komitmen dan tanggung jawab untuk menunjukkan prestasi kerja
yang baik.
Tiga bentuk konflik yang berkaitan dengan konflik pekerjaan-keluarga
perempuan antara peran di rumah tangga dan peran di pekerjaan (Beutell dan
Greenhaus, 1985).
Pertama, time-based conflict, meliputi pembagian waktu, energi dan
kesempatan antara peran pekerjaan dan rumah tangga. Hal ini meliputi kesulitan
dalam menyusun jadwal dan waktu yang terbatas saat tuntutan dan perilaku yang
dibutuhkan untuk memerankan keduanya tidak sesuai. Kedua, strain based
conflict yang mengacu pada munculnya ketegangan atau keadaan emosional yang
dihasilkan oleh peran yang satu namun ditunjukkan dalam peran yang lain.
Ketiga, behavior based conflict, mengacu pada ketidaksesuaian seperangkat
Harapan peran yang berbeda tersebut terlihat dengan keharusan menjadi agresif
dan kompetitif di waktu kerja namun menghibur dan mengasuh di rumah.
Konflik pekerjaan-keluarga ini dapat mengarah pada ketidakpuasan dan
ketidaknyamanan dalam area pekerjaan dan keluarga serta mempunyai dampak
negatif terhadap pola pengasuhan. Tingkat keberhasilan individu dalam
memecahkan masalah penting yang menyangkut kehidupan pekerjaan dan
keluarga ini akan menentukan kepuasannya dan mempengaruhi kebahagiaannya.
Kebahagiaan sudah menjadi fokus perhatian manusia sejak lama sebagai
salah satu tujuan dari bidang ilmu psikologi positif. Kebahagiaan adalah keadaan
yang diinginkan sebagai akibat dari kesalehan dan keadaan hidup yang positif.
Life satisfaction merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa
baik hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara
menyeluruh dan atas area-area utama yang mereka anggap penting dalam hidup
(domain satisfaction) seperti hubungan interpersonal, kesehatan, pekerjaan,
pendapatan, spiritualitas dan aktivitas di waktu luang (Diener dan Biswas-Diener,
2008).
Bekerja merupakan area penting dalam penentuan life satisfaction
individu. Individu laki-laki maupun perempuan yang bekerja lebih bahagia
daripada individu yang tidak bekerja terutama bagi individu yang bekerja dengan
menerima upah. Selain itu, perempuan yang memiliki pekerjaan yang bagus dan
pendapatan keluarga yang tinggi juga dilaporkan mempunyai kesehatan fisik dan
Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas merupakan salah satu
organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat,
dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan
menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajad
kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah supervisi
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Secara umum, mereka harus memberikan
pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui
upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat (UKM).
Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan.
Hal ini disepakati oleh puskesmas dan dinas kesehatan yang bersangkutan.
Puskesmas biasanya memiliki subunit pelayanan seperti puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, posyandu, pos kesehatan desa maupun pos bersalin desa
(Polindes).
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang beralamat di Jalan Parapat
Kecamatan Dolok Panribuan Unit Tiga Dolok Kabupaten Simalungun ini terdiri
dari 40 orang wanita yang bertugas dari 48 orang jumlah total pegawai yang
terdiri dari Kepala puskesmas, Bidan, Perawat, Petugas dan Kepala Puskesmas
pekerjaannya dikarenakan pekerjaan mereka adalah di bidang jasa yang dituntut
memberikan pelayanan di bidang perawatan dalam upaya kesehatan masyarakat.
Untuk memberikan pelayanan yang terbaik tersebut harus diperlukan
dukungan dari lingkungannya baik lingkungan kerja maupun dari lingkungan
keluarga. Sebagai wanita yang memiliki peran ganda yaitu ibu rumah tangga
sekaligus wanita bekerja, keluarga merupakan salah satu masalah yang dapat
mengganggu jalannya aktivitas kerja. Keluarga pada umumnya menuntut seorang
wanita yang sudah berkeluarga itu wajib mengemban peran penting dalam
mengurus keluarga dan di lain pihak tuntutan pekerjaan yang juga harus
dikerjakan dalam waktu bersamaan, sehingga sering terjadi konflik antara
pekerjaan dan keluarga.
Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun memiliki pegawai wanita
yang pada umumnya sudah berkeluarga dan sering terjadi masalah dalam
menyelaraskan antara kedua peran tersebut sehingga kinerja pegawai dapat
menurun yang juga akan berdampak pada kinerja puskesmas yang semakin buruk.
Disamping itu, peran dalam kehidupannya secara sekaligus yaitu peran pekerja,
peran istri dan peran ibu merupakan area (domain) yang utama yang
mempengaruhi kepuasan dan kebahagiaan individu. Ketika tuntutan atau harapan
berbagai peran ini muncul bersamaan dan saling bertentangan dapat menyebabkan
terjadinya konflik pekerjaan-keluarga. Konflik pekerjaan-keluarga ini dapat
mengarah pada life satisfaction yang rendah dan ketidaknyamanan dalam area
pekerjaan dan keluarga serta mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan
bersama keluarganya, tanggung jawab sebagai anak dalam keluarga dalam
membantu orang tua memenuhi kebutuhan juga mengalami konflik
pekerjaan-keluarga, dimana harus menyeimbangkan kewajiban sebagai anak di
tengah-tengah keluarga dan tanggung jawab dalam bekerja.
Konflik pekerjaan-keluarga yang dialami oleh wanita karir dapat
menyebabkan hambatan dalam pekerjaan dimana pekerjaan-keluarga dapat
membuat wanita sulit meraih sukses di bidang pekerjaan, keluarga dan hubungan
interpersonal sekaligus. Bila tidak ingin seperti itu disarankan sebaiknya wanita
tersebut tidak berprinsip sebagai wanita super yang sanggup melakukan semuanya
sendiri. Ketidakmampuan wanita karir dalam menyelesaikan konflik
pekerjaan-keluarga tersebut dapat menyebabkan mereka menampilkan sikap kerja yang
negatif misalnya kurang motivasi dalam bekerja, kurang konsentrasi, karena
urusan keluarga sehingga dengan demikian akan berpengaruh terhadap kinerja
organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.
Dari uraian di atas, maka peneliti ingin mengajukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Karir Konflik Pekerjaan-Keluarga Terhadap Kepuasan Hidup
Wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
merumuskan permasalahan yaitu: “Apakah karir dan konflik pekerjaan-keluarga
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui dan menganalisi
pengaruh karir dan konflik pekerjaan dengan keluarga terhadap kepuasan hidup
wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun”.
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas Tiga Dolok dalam mengetahui
pengaruh karir dan masalah pekerjaan dengan keluarga dalam upaya pencapaian
kepuasan hidup wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok.
2. Bagi Penulis
Bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan dengan menghubungkan
teori yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataannya serta dapat
memperdalam pengetahuan penulis dalam bidang manajemen sumber daya
manusia mengenai pengaruh karir, konflik pekerjaan-keluarga terhadap kepuasan
hidup wanita karir.
3. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan perbandingan dalam
melakukan penelitian di masa mendatang kususnya mengenai permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini yaitu pengaruh karir, konflik pekerjaan-keluarga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Karir
Karir adalah semua pekerjaan atau jabatan yang ditangani atau dipegang
selama kehidupan kerja seseorang. Dengan demikian karir menunjukkan
perkembangan para pegawai secara individu dalam jenjang jabatan atau
kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi
(Handoko, 2000).
Istilah karir dapat diartikan dalam beberapa pengertian (Moekijat, 1995),
yaitu:
1. Istilah karir tidak hanya berhubungan dengan individu yang mempunyai
pekerjaan yang statusnya tinggi atau yang mendapat kemajuan cepat. Karir
menunjukkan rangkaian atau urutan pekerjaan/jabatan yang dipegang oleh
orang-orang selama riwayat pekerjaannya, tidak pandang tingkat pekerjaan
atau tingkat organisasinya.
2. Istilah karir tidak lagi hanya menunjukkan perubahan pekerjaan gerak
vertikal, naik dalam suatu organisasi. Meskipun sebagian besar karyawan
masih berusaha mencapai kemajuan, akan tetapi banyaknya orang yang
menolak pekerjaan yang lebih berat tanggungjawabnya untuk tetap dalam
jabatan yang sekarang dipegang dan disukainya, makin bertambah sekarang
3. Istilah karir tidak lagi mempunyai arti yang sama dalam suatu pekerjaan
dalam suatu mata pencaharian atau dalam suatu organisasi. Sekarang terdapat
fakta-fakta bahwa semakin lama semakin banyak individu yang mengalami
apa yang disebut banyak karir, jalur-jalur karir yang mengandung dua atau
tiga bidang yang berlainan dan dua atau tiga organisasi yang berlainan pula.
4. Tidak ada anggapan lagi bahwa organisasi dapat mengendalikan karir
individu secara sepihak. Untuk memelihara pegawai yang dihargai organisasi
juga menjadi lebih tanggap terhadap tuntutan individu-individu dan
kebutuhan pegawai-pegawai. Terdapat lebih banyak tekanan pada
perencanaan dan kurang dalam melihat bagaimana sesuatu itu menghasilkan,
baik bagi pihak individu maupun pihak organisasi.
Pada umumnya yang mempengaruhi karir seseorang adalah keluarga,
lingkungan, pendidikan, saran-saran mengenai sumber karir, peran karyawan itu
sendiri.
Berdasarkan berbagai defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
karir adalah merupakan rangkaian atau urutan posisi pekerjaan atau jabatan yang
dipegang selama kehidupan kerja seseorang.
Karir juga merupakan perkembangan jenjang jabatan yang diduduki oleh
seorang pegawai. Semakin tinggi menduduki jabatan yang ditempati seseorang,
maka semakin baik karir seseorang. Karir diukur dengan tingkat tantangan
pekerjaan, tingkat motivasi dan peluang promosi.
Adapun indikator dari variabel karir dalam penelitian ini di ukur dengan
1. Kesesuaian jalur karir dengan kemampuan pegawai, yaitu kesesuaian antara
jalur karir dengan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki,
dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden mengenai
kesesuaian pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang dimiliki dengan
yang dibutuhkan pada jalur karir (jenjang jabatan) yang di ikuti.
2. Adanya pengembangan minat, yaitu adanya pengembangan minat yang
diberikan perusahaan untuk membantu karir mereka di masa yang akan
datang, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden
mengenai pengembangan minat yang di ikuti dapat membantu dalam
mencapai sasaran karir (posisi/jabatan) yang di inginkan.
3. Pelaksanaan yang adil, yaitu keadilan perlakuan dalam berkarir yang juga
mengandung makna adanya sebuah aturan yang jelas dan dapat dijadikan
pegangan dalam memberikan kesempatan untuk berkarir tanpa membedakan
satu sama lain, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden
mengenai ada atau tidaknya aturan yang memberikan kesempatan yang adil
dan memiliki tingkat obyektivitas bagi semua pegawai untuk dikembangkan
karirnya sesuai dengan kemampuan pegawai.
4. Kepedulian atasan langsung, yaitu keberadaan atasan langsung dalam
membimbing dan mengarahkan pegawai dalam melaksanakan tugas
sehari-hari, memberikan umpan balik tentang kelebihan dan kekurangan yang
mereka miliki, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden
pegawai dalam melaksanakan tugas sehari-hari, dan selalu memberikan
umpan balik tentang ke lemahan dan kekurangannya untuk diperbaiki.
5. Kepuasan dalam karir, yaitu tingkat kepuasan akan karir (jabatan) yang ingin
dicapai, yang ditunjukan dengan sifat pekerjaan yang lebih menantang, lebih
bergengsi, lebih besar wewenang dan tanggung jawabnya, dan semakin besar
pula penghasilannya, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi
responden mengenai sasaran karir yang ingin dicapai lebih menantang, lebih
bergengsi, lebih besar wewenang dan tanggung jawabnya, dan lebih besar
penghasilannya dari karir mereka sekarang.
2.2. Konflik Pekerjaan dengan Keluarga
Terjadinya perubahan demografi tenaga kerja seperti peningkatan jumlah
wanita bekerja dan pasangan yang keduanya bekerja telah mendorong terjadinya
konflik antara pekerjaan dan kehidupan keluarga. Hal ini membuat banyak
peneliti yang tertarik untuk meneliti sebab dan pengaruh dari konflik
pekerjaan-keluarga (Judge et al, 1994).
Konflik pekerjaan-keluarga (Work-family conflict) sebagai bentuk konflik
peran di mana tuntutan peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat
disejajarkan dalam beberapa hal. Konflik ini biasanya terjadi pada saat seseorang
berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut
dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan
dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan
pekerjaannya (Greenhaus dan Beutell, 1985).
Tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan yang berasal dari beban
kerja yang berlebihan dan waktu seperti pekerjaan yang harus diselesaikan
terburu-buru dan deadline. Sedangkan tuntutan keluarga berhubungan dengan
waktu yang dibutuhkan untuk menangani tugas-tugas rumah tangga. Tuntutan
keluarga ini ditentukan oleh besarnya keluarga, komposisi keluarga dan jumlah
anggota keluarga yang memiliki ketergantungan terhadap anggota yang lain
(Yang et al, 2000).
Konflik pekerjaan keluarga sebagai konflik peran yang terjadi pada
karyawan, dimana di satu sisi ia harus melakukan pekerjaan di kantor dan di sisi
lain harus memperhatikan keluarga secara utuh, sehingga sulit membedakan
antara pekerjaan mengganggu keluarga dan keluarga mengganggu pekerjaan.
Pekerjaan mengganggu keluarga, artinya sebagian besar waktu dan perhatian
dicurahkan untuk melakukan pekerjaan sehingga kurang mempunyai waktu untuk
keluarga. Sebaliknya keluarga mengganggu pekerjaan berarti sebagian besar
waktu dan perhatiannya digunakan untuk menyelesaikan urusan keluarga
sehingga mengganggu pekerjaan. Konflik pekerjaan-keluarga ini terjadi ketika
kehidupan rumah seseorang berbenturan dengan tanggungjawabnya di tempat
kerja, seperti masuk kerja tepat waktu, menyelesaikan tugas harian, atau kerja
lembur. Demikian juga tuntutan kehidupan rumah yang menghalangi seseorang
Konflik pekerjaan-keluarga mempunyai dua komponen, yaitu urusan
keluarga mencampuri pekerjaan (family interference with work) dan urusan
pekerjaan mencampuri keluarga (work interference with family). Konflik
pekerjaan-keluarga dapat timbul dikarenakan urusan pekerjaan mencampuri
urusan keluarga seperti banyaknya waktu yang dicurahkan untuk menjalankan
pekerjaan menghalangi seseorang untuk menjalankan kewajibannya di rumah,
atau urusan keluarga mencampuri urusan pekerjaan seperti merawat anak yang
sakit akan menghalangi seseorang untuk datang ke kantor (Gutek, 1991).
Beberapa peneliti menemukan bahwa wanita cenderung menghabiskan
lebih banyak waktu dalam hal urusan keluarga sehingga wanita dilaporkan lebih
banyak mengalami konflik pekerjaan-keluarga khususnya family interference with
work. Sebaliknya pria cenderung untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk
menangani urasan pekerjaan daripada wanita sehingga pria dilaporkan lebih
banyak mengalami konflik pekerjaan-keluarga khususnya work interference with
family daripada wanita. Tiga jenis konflik pekerjaan-keluarga (Greenhaus dan
Beutell, 1985) mengidentifikasikan, yaitu :
1. Time-based conflict, adalah waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan salah
satu tuntutan (keluarga atau pekerjaan) yang dapat mengurangi waktu untuk
menjalankan tuntutan yang lainnya (pekerjaan atau keluarga).
2. Strain-based conflict, terjadi pada saat tekanan salah satu peran
mempengaruhi kinerja peran yang lainnya.
3. Behavior-based conflict, berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola
2.3. Kepuasan hidup (Life Satisfaction) 2.3.1. Definisi Life Satisfaction
Life satisfaction (kepuasan hidup) merupakan komponen kognitif dalam
subjective well being. Subjective well being mengacu pada kepercayaan atau
perasaan subjektif individu bahwa kehidupannya berjalan dengan baik (Lucas dan
Diener dalam Diener, 2009).
Kepuasan hidup itu sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk
menikmati pengalaman-pengalamannya yang disertai dengan tingkat
kegembiraan. Selain itu, tingkat keberhasilan individu ketika memecahkan
masalah penting dalam kehidupannya juga mempengaruhi kebahagiaan dan
menentukan kepuasan hidup individu tersebut (Hurlock, 1980). Life satisfaction
merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan
hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan
atas area-area utama dalam hidup yang mereka anggap penting (domain
satisfaction) seperti hubungan interpersonal, kesehatan, pekerjaan, pendapatan,
spiritualitas dan aktivitas di waktu luang.
Life satisfaction dan domain satisfaction tersebut berpatokan pada
kepercayaan atau sikap individu dalam menilai kehidupannya. Dalam hal ini,
individu menilai apakah situasi dan kondisi dalam kehidupannya positif dan
memuaskan (Pavot dalam Eid dan Larsen, 2008).
Secara konsep, domain satisfaction merupakan bagian dari life satisfaction
satisfaction dan domain satisfaction tersebut dengan 2 pendekatan teori subjective
well being yaitu bottom up theories dan top down theories.
Bottom up theories mengasumsikan bahwa penilaian life satisfaction
dilakukan berdasarkan pengukuran satisfaction pada sejumlah domain kehidupan.
Hubungan life satisfaction dan domain satisfaction menggambarkan pengaruh
sebab akibat domain satisfaction terhadap life satisfaction. Sebagai contoh,
individu yang memiliki marital satisfaction (domain satisfaction) tinggi juga
memiliki life satisfaction tinggi karena marital satisfaction merupakan aspek
penting dari life satisfaction. Menurut teori ini, perubahan yang terjadi pada
domain satisfaction juga akan mengakibatkan perubahan pada life satisfaction.
Sementara itu, top down theories menjelaskan kebalikan dari asumsi bottom up
theories. Seorang individu yang puas atas hidupnya secara keseluruhan juga akan
menilai area (domain) penting dalam kehidupannya secara lebih positif, meskipun
kepuasan hidup tidak berdasar pada kepuasan atas area penting tersebut. Menurut
teori ini, perubahan yang terjadi pada domain satisfaction tidak akan
mengakibatkan terjadinya perubahan pada life satisfaction.
Hubungan antara life satisfaction dan domain satisfaction dengan
menyatakan bahwa apabila life satisfaction semakin meningkat, maka domain
satisfaction mungkin meningkat tanpa adanya perubahan objektif pada domain
tersebut (Schimmack dalam Eid & Larsen, 2008).
Jadi, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa life satisfaction
merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan
atas area-area utama yang mereka anggap penting dalam hidup (domain
satisfaction) berdasarkan suatu standar atau patokan yang dibuat oleh individu itu
sendiri.
2.3.2. Aspek Life satisfaction
Diener (2008) mengemukakan pembahasan lebih lanjut dalam jurnal
beliau yang berjudul Subjective Well Being: Three Decades of Progress (1999)
menyatakan bahwa dalam komponen life satisfaction ini terdapat:
1. Keinginan untuk mengubah kehidupan,
2. Kepuasaan terhadap hidup saat ini,
3. Kepuasan hidup di masa lalu,
4. Kepuasan terhadap kehidupan di masa depan,
5. Penilaian orang lain terhadap kehidupan seseorang.
Kelima aspek diatas terangkum dalam 5 item pernyataan dalam
satisfaction with life scale, antara lain:
1. In most ways my life is close to my ideal.
2. The conditions of my life are excellent.
3. I am satisfied with my life.
4. So far I have gotten the important things I want inlife.
5. If I could live my life over, I would change almost nothing
Sementara itu, dalam domain satisfaction terdapat beberapa area seperti
2.3.3. Karakteristik Individu yang Memiliki Life Satisfaction Tinggi
Karakteristik individu yang memiliki life satisfaction yang tinggi antara
lain memiliki keluarga dan teman dekat yang supportif, memiliki pasangan yang
romantis, memiliki aktivitas pekerjaan dan aktivitas pensiun yang berharga,
menikmati waktu santai mereka dan mempunyai kesehatan yang baik. Individu
dengan life satisfaction tinggi dikatakan juga tidak memiliki masalah dengan
kecanduan alkohol, obat-obatan atau judi (Diener et al, 2009), juga menyatakan
bahwa individu yang memiliki life satisfaction yang tinggi adalah individu yang
memiliki tujuan penting dalam hidupnya dan berhasil untuk mencapai tujuan
tersebut. Jadi, individu yang life satisfaction-nya tinggi merasa bahwa hidup
mereka bermakna dan mempunyai tujuan dan nilai yang penting bagi mereka.
Individu yang puas akan kehidupannya adalah individu yang menilai
bahwa kehidupannya memang tidak sempurna tetapi segala sesuatu berjalan
dengan baik, selalu mempunyai keinginan untuk berkembang dan menyukai
tantangan (Diener et al, 1985).
Individu yang bahagia adalah individu yang berusia muda, sehat,
berpendidikan yang baik, berpenghasilan baik, beragama, menikah, mempunyai
semangat kerja tanpa memandang jenis kelamin dan tingkat kecerdasan individu.
2.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Life Satisfaction
Komponen afektif dan kognitif dari subjective well being dipengaruhi oleh
kepada perubahan yang terjadi pada domain penting dalam hidup individu
(Headey et al dalam Eid dan Larsen, 2008).
Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kebahagiaan secara umum
dan khususnya life satisfaction pada seorang individu antara lain:
1. Kesehatan
Hal yang berkaitan dengan kebahagiaan adalah penilaian subjektif
individu mengenai kesehatannya dan bukan atas penilaian objektif yang
didasarkan pada analisa medis. Kesehatan yang baik memungkinkan orang
pada usia berapa pun dapat melakukan aktivitas. Sedangkan kesehatan yang
buruk atau ketidakmampuan fisik dapat menjadi penghalang untuk mencapai
kepuasan bagi keinginan dan kebutuhan individu, sehingga menimbulkan rasa
tidak bahagia (Diener dalam Carr, 2004).
2. Status Kerja
Individu dengan status bekerja lebih bahagia daripada individu yang tidak
bekerja dan begitu juga dengan individu yang profesional dan terampil
tampak lebih bahagia daripada individu yang tidak terampil (Argyle dalam
Carr, 2004).
Ketika individu menikmati pekerjaannya dan merasa pekerjaan tersebut
adalah hal yang penting dan bermakna maka individu akan puas terhadap
kehidupannya. Sebaliknya, ketika individu merasa pekerjaannya buruk oleh
karena lingkungan pekerjaan yang buruk dan kurang sesuai dengan diri
3. Penghasilan/Pendapatan
Penghasilan berkaitan dengan kepuasan finansial dan kepuasan finansial
berkaitan dengan life satisfaction dan juga menyatakan bahwa penghasilan
mempunyai hubungan yang lemah dengan kebahagiaan (Diener et al, 2008).
4. Realisme dari Konsep-Konsep Peran
Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola
kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda
diharapkan memainkan peran baru, seperti peran suami/istri, orang tua dan
pencari nafkah dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan
dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini. Semakin berhasil
seseorang melaksanakan tugas tersebut semakin hal itu dihubungkan dengan
prestise, maka semakin besar kepuasan yang ditimbulkan (Hurlock, 1980).
5. Keluarga
Penelitian menunjukkan bahwa individu yang telah menikah memiliki
subjective well being yang lebih tinggi daripada kelompok individu yang
tidak menikah (Diener, 2009). Meskipun wanita yang menikah mungkin
dilaporkan mengalami gejala stres yang lebih besar daripada wanita yang
tidak menikah, mereka juga dilaporkan memiliki life satisfaction yang lebih
tinggi. Pernikahan yang memiliki komunikasi yang saling menghargai dan
jelas serta saling memaafkan kesalahan masing-masing berkaitan dengan
tingkat kepuasan yang tinggi sehingga mengakibatkan kebahagiaan yang
lebih tinggi.
6. Usia
Manusia yang memiliki usia muda lebih bahagia daripada individu yang
berusia lanjut. Akan tetapi, sejumlah tokoh mengadakan penelitian lebih
lanjut untuk membuktikan penelitian tersebut dan hasilnya menunjukkan dua
hal, ada penelitian yang menunjukkan tidak ada efek usia terhadap
kebahagiaan tetapi ada juga penelitian yang menemukan adanya hubungan
yang positif antara usia dengan life satisfaction (Diener, 2009).
7. Pendidikan
Pendidikan tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap subjective
well being dan memiliki interaksi dengan variabel lain yaitu pendapatan
(Diener, 2009). Namun, beberapa penelitian juga menemukan bahwa
pendidikan mempunyai dampak positif terhadap kebahagiaan wanita.
8. Agama/Kepercayaan)
Agama dapat memberikan tujuan dan makna hidup, membantu individu
mensyukuri kegagalannya, memberikan individu komunitas yang supportif,
dan memberikan pemahaman mengenai kematian secara benar.
Agama menyediakan manfaat bagi kehidupan sosial dan psikologis
individu sehingga akhirnya meningkatkan life satisfaction. Agama dapat
menyediakan perasaan bermakna dalam kehidupan setiap hari terutama saat
masa krisis. Selain itu, juga menyediakan identitas kolektif dan jaringan
sosial dari sekumpulan individu yang memiliki kesamaan sikap dan nilai.
9. Hubungan sosial
Hubungan sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap life satisfaction.
Individu yang memiliki kedekatan dengan orang lain, memiliki teman dan
keluarga yang supportif cenderung puas akan seluruh kehidupannya.
Sebaliknya, kehilangan orang yang disayangi akan menyebabkan individu
menjadi tidak puas akan hidupnya dan individu tersebut memerlukan waktu
untuk kembali menilai kehidupannya secara positif (Diener et al, 2008).
2.4. Wanita Karir
2.4.1. Pengertian Wanita Karir
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988), Karir berasal
dari kata karier (Belanda) yang berarti pertama, perkembangan dan kemajuan
dalam kehidupan, pekerjaan dan jabatan. Kedua, pekerjaan yang memberikan
harapan untuk maju. Selain itu kata karir selalu dihubungkan dengan tingkat atau
jenis pekerjaan seseorang. Wanita karir berarti wanita yang berkecimpung dalam
kegiatan profesi (usaha dan perusahaan).
Wanita karir adalah mereka yang memiliki aktivitas di luar kodratnya
sebagai wanita, ibu rumah tangga atau lajang. Di luar rumah mereka
menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas lebih besar daripada waktu
mereka di rumah. Jadi mereka benar-benar eksis sebagai wanita karir. Seorang
wanita karir harus mampu membawa diri dan menempatkan diri sebaik-baiknya.
yaitu untuk mencari tambahan nafkah guna membantu meringankan beban
keluarga dan untuk meniti serta mengembangkan karir.
Beberapa ciri wanita karir adalah sebagai berikut:
1. Wanita yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu
kemajuan.
2. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu merupakan kegiatan-kegiatan
profesional sesuai dengan bidang yang ditekuninya, baik di bidang politik,
ekonomi, pemerintahan, ilmu pengetahuan, ketentaraan, sosial, budaya
pendidikan, maupun di bidang-bidang lainnya.
3. Bidang pekerjaan yang ditekuni oleh wanita karir adalah pekerjaan yang
sesuai dengan keahliannya dan dapat mendatangkan kemajuan dalam
kehidupan, pekerjaan, atau jabatan.
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa “wanita karir” adalah wanita
yang menekuni sesuatu atau beberapa pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian
tertentu yang dimilikinya untuk mencapai suatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan,
atau jabatan.
Pengertian wanita karir sebagaimana dirumuskan diatas, nampaknya tidak
identik dengan wanita bekerja. Menurut Omas Ihromi, wanita pekerja adalah
mereka yang hasil karyanya akan mendapat imbalan uang. Meskipun imbalan
tersebut tidak langsung diterimanya. Ciri-ciri dari wanita pekerja inilah
ditekankan pada hasil berupa imbalan keuangan, pekerjaannya tidak harus ikut
menghasilkan uang dan kedudukannya bisa lebih tinggi dan lebih rendah dari
wanita karir, seperti wanita yang terlibat dalam perdagangan.
Sedangkan wanita yang biasa disebut dengan Tenaga Kerja Wanita (TKW)
adalah wanita yang mampu melakukan pekerjaan di dalam maupun di luar
hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Ciri dari wanita ini adalah kemampuan melakukan pekerjaan untuk
menghasilkan jasa atau barang, berpenghasilan lebih tinggi bahkan punya
kedudukan yang tinggi yang berpenghasilan besar dan tidak identik dengan babu
atau pembantu rumah tangga, dokter, para ahli wanita dan sejenisnya sebagian
tenaga kerja wanita masuk dalam kategori ini.
Meskipun ada perbedaan antara wanita karir, wanita pekerja dan tenaga
kerja wanita namun tidak berarti mereka terpisah secara diametral. Bisa saja
wanita karir justru dari TKW atau dari wanita bekerja. Seorang tenaga kerja
wanita yang bekerja di sebuah perusahaan bisa saja pada mulanya ia hanya
pesuruh kemudian meningkat menjadi manager. Maka peningkatan tersebut juga
merupakan karir dari TKW. Demikian pula wanita bekerja yang karena ia giat dan
gigih serta tekun dalam pekerjaannya sehingga ia meningkat terus menjadi
professional dalam bidangnya, maka peningkatannya ini juga merupakan
peningkatan karir.yang jelas ketiga ciri wanita di atas memiliki kesamaan yaitu
mereka giat dan gigih bekerja untuk memperoleh kemajuan.
Peran wanita karir adalah bagian yang dimainkan dan cara bertingkah laku
wanita di dalam pekerjaan untuk memajukan dirinya sendiri. Wanita karir
berkaitan dengan rumah tangga dan hakikat keibuan serta pekerjaannya di luar
rumah. Dengan demikian seorang wanita karir harus memenuhi berbagai
persyaratan dan tidak mungkin dimiliki oleh setiap wanita.
Syarat-syarat menjadi wanita karir meliputi:
1. Memiliki kesiapan mental:
a. Wawasan yang memadai tentang bidang yang digelutinya beserta
kaitannya dengan aspek-aspek yang lain.
b. Kebenarian memikul tanggung jawab dan tidak bergantung pada orang
lain.
2. Kesiapan jasmani, seperti kesehatan jasmani serta stamina yang memadai
untuk menekuni bidang pekerjaan tertentu.
3. Kesiapan sosial.
a. Mampu mengembangkan keharmonisan hubungan antara karir dan
kegiatan rumah tangga.
b. Mampu menumbuhkan saling pengertian dengan keluarga dekat dan
tetangga.
c. Memiliki pergaulan yang luas tetapi dapat menjaga martabat diri sehingga
terhindar dari fitnah dan gossip.
d. Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang terkait.
4. Memiliki kemampuan untuk selalu meningkatkan prestasi kerja demi
kelangsungan karir di masa depan.
Motivasi yang mendorong wanita terjun ke dunia karir antara lain:
1. Pendidikan.
Pendidikan dapat melahirkan wanita karir dalam berbagai lapangan kerja.
2. Terpaksa oleh keadaan dan kebutuhan yang mendesak, karena keadaan
keuangan tidak menentu atau pendapatan suami tidak memadai/mencukupi
kebutuhan, atau karena suami telah meninggal dan tidak meninggalkan harta
untuk kebutuhan anak-anak dan rumah tangga.
3. Untuk ekonomis, agar tidak tergantung kepada suami, walaupun suami
mampu memenuhi segala kebutuhan rumah tangga, karena sifat wanita,
adalah selagi ada kemampuan sendiri, tidak ingin selalu meminta kepada
suami.
4. Untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya.
5. Untuk mengisi waktu lowong.
6. Untuk mencari ketenangan dan hiburan.
7. Untuk mengembangkan bakat.
2.4.2. Macam-macam Wanita Karir
Setelah mempelajari pengertian wanita karir dan membandingkannya
dengan wanita bekerja dan tenaga kerja wanita, maka untuk membahas wanita
karir perlu dilihat terlebih dahulu tipe-tipe wanita karir karena inti wanita karir
tersebut adalah wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi. Wanita karir
dapat dibedakan kepada beberapa macam, yaitu:
Dalam kenyataannya ada wanita karir yang memang perlu tampil dengan
pakaian indah, baik dan menarik, sehingga ia dapat menjalin relasi yang
banyak dan meningkatkan karirnya, seperti misalnya wanita yang menjadi
pimpinan dalam perusahaan, wanita yang mengandalkan penampilan dalam
karirnya seperti penari, penyanyi dan peragawati.
b. Wanita karir yang berhubungan langsung dengan orang lain dan tidak dalam
mengembangkan dan menigkatkan karir, ada wanita yang harus berhubungan
langsung dengan orang lain seperti misalnya dosen, dokter, peneliti lapangan,
adapula wanita karir yang tidak berhubungan langsung dalam membina
karirnya, seperti misalnya penulis buku, desainer, pelukis.
c. Wanita karir yang bisa membina karirnya di dalam rumah dan di ruangan
tertentu dan tidak.
Wanita yang dapat membina karirnya di tempat tertentu, seperti di rumah atau
di ruangan tertentu tanpa harus keluar.
Untuk memperjelas kedudukan wanita karir adanya pengklasifikasian
keberadaan wanita karir yang dibedakan menjadi dua bentuk:
a. Wanita karir yang tidak terikat dengan tali pernikahan maksudnya adalah
wanita yang belum pernah menikah atau wanita yang pernah menikah tetapi
telah terjadi proses perceraian/talak yang aktif dalam bekerja pada bidang
pekerjaan tertentu sesuai dengan keahlian dan ketrampilan yang dimilikinya.
Karena tidak ada ikatan pernikahan, maka wanita yang tergolong dalam
b. Wanita karir yang terikat dengan tali pernikahan maksudnya adalah wanita
yang telah melangsungkan pernikahan dengan seorang pria yang ditandai
dengan adanya proses akad nikah yang di dalamnya terjadi sebuah ikatan lahir
batin antara si wanita dan si pria. Dari inilah lahirlah pasangan suami isteri
yang mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Karena telah menjadi
pasangan suami isteri, maka keduanya mempunyai keterikatan. Terutama
keterikatan dalam hal penyeimbangan pemenuhan hak dan kewajiban di antara
keduanya.
2.4.3. Dampak Positif dan Negatif dari Wanita Karir
Terjunnya wanita dalam dunia karir , banyak membawa pengaruh terhadap
segala aspek kehidupan, baik kehidupan pribadi dan keluarga, maupun kehidupan
masyarakat sekitarnya. Hal ini menimbulkan dampak positif dan negatif.
Adapun pengaruh positif dengan adanya wanita karir antara lain:
1. Dengan berkarir, wanita dapat membantu meringankan beban keluarga yang
tadinya hanya dipikul oleh suami yang mungkin kurang memenuhi kebutuhan,
tetapi dengan adanya wanita ikut berkiprah dalam mencari nafkah, maka krisis
ekonomi dapat ditanggulangi.
2. Dengan berkarir, wanita dapat memberikan pengertian dan penjelasan kepada
keluarganya, utamanya kepada putra-putrinya tentang kegiatan-kegiatan yang
diikutinya, sehingga kalau ia sukses dan berhasil dalam karirnya,
putara-putrinya akan gembira dan bangga, bahkan menjadikan ibunya sebagai
3. Dalam memajukan dan mensejahterakan masyarakat dan bangsa diperlukan
partisipasi serta keikutsertaan kaum wanita, karena dengan segala potensinya
wanita mampu dalan hal ini, bahkan ada di antara pekerjaan yang tidak bisa
dilaksanakan oleh pria dapat berhasil ditangani oleh wanita, baik karena
keahloannya maupun karena bakatnya.
4. Dengan berkarir, wanita dalam mendidik anak-anaknya pada umumnya lebih
bijaksana, demokratis dan tidak otoriter, sebab dengan karirnya itu ia bisa
memiliki pola pikir yang moderat.
5. Dengan berkarir, wanita yang menghadapi kemelut dalam rumah tangganya
atau sedang mendapat gangguan jiwa, akan terhibur dan jiwanya akan menjadi
sehat, sebagaimana disebutkan oleh Zakiyah Drajat dalam bukunya “ Islam
dan Peran Wanita”, sebagai berikut: “ untuk kepentingan kesehatan jiwanya,
wanita itu harus gesit bekerja, jika seorang tidak bekerja atau diam saja, maka
ia melamun, berkhayal memikirkan atau mengenangkan hal-hal yang dalam
kenyataan tidak dialami atau dirasakannya. Apabila orang terbiasa berkhayal,
maka hayalan itu akan lebih mengasyikannya daripada bekerja dan berpikir
secara obyektif. Orang-orang yang suka menghabiskan waktunya untuk
berkhayal itu akan mudah diserang oleh gangguan dan penyakit”.
Demikian antara lain dampak positif dari wanita karir, tetapi kalau
dipandang dari dimensi lain, sangat memprihatinkan karena membawa dampak
negatif, baik secara sosiologis maupun agamis. Ekses yang timbul bukan saja di
rumahtangganya, sehingga tugas utama sebagai ibu rumah tangga sering
terlupakan. Adapun dampak negatif yang timbul dengan adanya wanita karir
antara lain:
1. Terhadap anak.
Wanita yang hanya mengutamakan karirnya akan berpengaruh pada
pembinaan dan pendidikan anak-anak maka tidak aneh kalau banyak terjadi
hal-hal yang tidak di harapkan. Hal ini harus diakui sekalipun tidak bersifat
menyeluruh bagi setiap individu yang berkarir.
2. Terhadap suami.
Di balik kebanggaan suami yang mempunyai isteri wanita karir yang maju,
aktif dan kreatif, pandai dan dibutuhkan masyarakat tidak mustahil menemui
persolan-persoalan dengan isterinya.
3. Terhadap rumah tangga.
Kadang-kadang rumah tangga berantakan disebabkan oleh kesibukan ibu
rumah tangga sebagai wanita karir yang waktunya banyak tersita oleh
pekerjaannya di luar rumah.
4. Terhadap kaum laki-laki.
Laki-laki banyak yang menganggur akibat adanya wanita karir, kaum laki-laki
tidak memperoleh kesempatan untuk bekerja, karena jatahnya telah direnggut
atau dirampas oleh kaum wanita.
5. Terhadap masyarakat.
Wanita karir yang kurang memperdulikan segi-segi normative dalam
sehari-hari akan menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan suatu
masyarakat.
6. Wanita lajang yang mementingkan karirnya kadang bisa menimbulkan budaya
“nyeleneh” nyaris meninggalkan kodratnya sebagai kaum hawa, yang pada
akhirnya mencuat budaya “lesbi atau kumpul kebo”.
Di zaman teknologi sekarang ini, sosok wanita karir merupakan fenomena
umum, memang tidak sedikit wanita yang berperan ganda selain menjadi wanita
karir juga ibu rumah tangga untuk itu asal dapat menyiasati waktu dengan baik
maka dampak negatif dapat ditanggulangi meskipun tidak sepenuhnya
terselesaikan. Di dalam melakukan suatu pekerjaan memang ada dampak positif
dan negatif tetapi tidak hanya wanita karir namun pria karir juga. Namun memang
kebanyakan yanglebih disorot masyarakat dalam segala aspek adalah wanita karir.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang membahas mengenai sebagian dari
permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hernawati Mei Lestari Sihombing (2010) melakukan penelitian dengan
judul “Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Life Satisfaction pada
Wanita Bekerja di kota Medan yang berusia 25 – 40 tahun, sudah menikah dan
memiliki anak serta bekerja selama 8 jam/hari”, yang menyatakan bahwa nilai
korelasi antara konflik peran ganda dengan life satisfaction adalah sebesar rxy =
negatif yang signifikan antara konflik peran ganda dengan life satisfaction pada
wanita bekerja.
Dhamayantie (2009) melakukan penelitian dengan judul “Konsekuensi
Konflik Pekerjaan-Keluarga (Work-Family Conflict) Pada Pekerja Wanita yang
menikah di Kota Pontianak”, yang menunjukkan bahwa konflik
pekerjaan-keluarga tidak berpengaruh positif signifikan terhadap stres pekerjaan, konflik
keluarga-pekerjaan berpengaruh positif signifikan terhadap stress pekerjaan, dan
stress pekerjaan tidak bepengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan kerja, ini
berarti stress pekerjaan bukanlah variable perantara.
Christine, W. S,dkk (2010) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh
Konflik Pekerjaan dan Konflik Keluarga Terhadap Kinerja dengan Konflik
Pekerjaan Keluarga Sebagai Intervening Variabel (Studi pada Dual Career
Couple di Jabodetabek)”, menyimpulkan bahwa bahwa pada dual career couple di
Jabodetabek konflik pekerjaan tidak mempengaruhi konflik keluarga, konflik
pekerjaan berpengaruh positif terhadap konflik pekerjaan keluarga, konflik
keluarga tidak mem-pengaruhi konflik pekerjaan keluarga, dan konflik pekerjaan
keluarga berpengaruh positif terhadap kinerja.
2.6. Kerangka Konseptual
Karir adalah semua pekerjaan atau jabatan yang ditangani atau dipegang
selama kehidupan kerja seseorang. Dengan demikian karir menunjukkan
kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi
(Handoko, 2000).
Konflik pekerjaan-keluarga (Work-family conflict) sebagai bentuk konflik
peran di mana tuntutan peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat
disejajarkan dalam beberapa hal. Konflik ini biasanya terjadi pada saat seseorang
berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut
dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan
keluarganya, atau sebaliknya, dimana pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga
dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan
pekerjaannya (Greenhaus dan Beutell, 1985).
Life satisfaction (kepuasan hidup) merupakan komponen kognitif dalam
subjective well being, sedangkan Wanita karir menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1996) adalah pihak wanita (gender) yang mempunyai pekerjaan atau
jabatan, dimana diharapkan untuk berkembang pada periode yang akan datang.
a. Keterkaitan Pengembangan Karir terhadap Kepuasan Hidup
Pengembangan manajerial dari karakteristik pekerjaan dikaitkan dengan
posisi-posisi pada tingkat yang lebih tinggi, seperti gaji yang lebih tinggi,
kesempatan-kesempatan untuk mengatur tugas pekerjaan dari tekanan luar dan
juga kesempatan-kesempatan untuk bekerja dalam bidang atau tugas yang baru.
Pengembangan karir merupakan suatu cara bagi sebuah organisasi untuk
mendukung atau meningkatkan produktivitas para pekerja, sementara itu sekaligus
jabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab atau ke lokasi (kedudukan)
yang lebih baik. Karir sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk
suatu pola kemajuan yang sistematik dan jelas jalurnya. Karir sebagai sejarah
pekerjaan seseorang atau serangkaian posisi yang dipegangnya selama kehidupan
kerja.
Sisem karir dan motivasi manajerial, merupakan perlakuan yang adil atas
inspirasi pembicaraan tentang pemberdayaan dan manajemen diri dan dapat
diasumsikan bahwa karir merupakan salah satu bentuk kepuasan kerja bagi
seseorang wanita karir. Selanutnya dalam menguraikan hubungan karir dengan
kepuasan hidup menggunakan bahasa kepuasan kerja. Hubungan antara kepuasan
kerja dan kepuasan hidup adalah penting dan kepuasan dalam bekerja menjadi
penyebab terhadap kepuasan hidup sehingga disimpulkan bawa terdapat hubungan
yang positif antara karir terhadap kepuasan wanita karir.
b. Keterkaitan Konflik Pekerjaan-Keluarga terhadap Kepuasan Hidup
Salah satu bentuk dari konflik peran adalah yang muncul antara peran
dalam pekerjaan dan peran dalam keluarga. Konflik antara peran dalam keluarga
dapat mengarah kepada stress dalam bekerja karena konflik antar peran ini
memaksa seseorang untuk memerankan perilaku yang bertentangan dengan
wewenang yang berbeda.
Ada dua jenis konflik keluarga-pekerjaan yang berbeda yaitu gangguan
pekerjaan dengan keluarga dan gangguan keluarga dengan pekerjaan. Wanita
Pekerjaan sangat mempengaruhi kehidupan keluarga, maka konflik yang sering
timbul dalam keluarga yang menyebabkan rendahnya kecocokan antar pasangan
suami istri sehingga menyebabkan rendahnya tingkat kepuasan hidup.
Wanita karir yang merasa pekerjaannya mencampuri kehidupan
keluarganya melaporkan kepuasan hidup yang lebih rendah dari pada para wanita
wanita karir yang tidak adanya pengaruh tersebut. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang negative antara terjadinya konflik
pekerjaan-keluarga terhadap kepuasan wanita karir.
Kerangka Konseptual ini mengemukakan variabel yang akan diteliti dan
dapat dilihat pada gambar 2.1.
KARIR (X1)
KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA (X2)
KEPUASAN HIDUP WANITA KARIR (Y)
Sumber : Rusdi Abdul Kadir (2001)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
1.6. Hipotesis
Hipotesis merupakan penjelasan sementara dari tinjauan teoritis yang
mencerminkan hubungan antara variabel yang sedang diteliti dan merumuskan
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh yang positip dan signifikan antara karir terhadap
kepuasan hidup Wanita Karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten
Simalungun.
H2 : Terdapat pengaruh yang negatip dan signifikan antara terjadinya konflik
pekerjaan dengan keluarga terhadap kepuasan hidup Wanita Karir di
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspalanasi (penjelasan)
dimana penelitian ini menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel
penelitian melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1996). Pada tingkat
eksplanasi penelitian termasuk ke dalam penelitian asosiatif (pengaruh) yaitu
penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih yaitu variabel karir (X1)
dan variabel konflik pekerjaan dengan keluarga (X2) berpengaruh terhadap
kepuasan hidup wanita karir (Y).
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) yang beralamat di Jalan Parapat Kecamatan Dolok Panribuan Unit
Tiga Dolok Kabupaten Simalungun. Waktu penelitian dilakukan pada bulan
September sampai Oktober 2012.
3.3. Batasan Operasional
Batasan Operasional dilakukan untuk menghindari penelitian yang
simpangsiur terhadap permasalahan. Sesuai dengan latar belakang dan perumusan
1. Variabel Independen (Bebas)
a. Variabel karir (X1)
b. Variabel konflik pekerjaan dengan keluarga (X2)
2. Variabel Dependen (Terikat) adalah
- Variabel kepuasan hidup wanita karir (Y)
3.4. Defenisi Operasional
Defenisi Operasional variabel dipergunakan untuk menjelaskan
variabel-variabel yang sudah diidentifikasi sebagai upaya pemahaman penelitian. Definisi
operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.4.1. Variabel Bebas
Variabel bebas terdiri dari dua variabel, yaitu sebagai berkut:
1. Variabel Karir (X1)
Karir menunjukkan perkembangan para pegawai di Puskesmas Tiga Dolok
Kabupaten Simalungun secara indivudu dalam jenjang jabatan atau kepangkatan
yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi tersebut.
Adapun indikator dari karir, yaitu:
a) Kesesuaian jalur karir dengan kemampuan pegawai
b) Adanya pengembangan minat
c) Pelaksanaan yang adil
d) Kepedulian atasan langsung
2. Variabel Konflik Pekerjaan dengan Keluarga (X2)
Konflik pekerjaan-keluarga (Work-family conflict) sebagai bentuk konflik
peran di mana tuntutan peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat
disejajarkan dalam beberapa hal. Konflik ini biasanya terjadi pada saat seseorang
berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut
dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan
keluarganya, atau sebaliknya, dimana pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga
dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan
pekerjaannya.
Adapun indikator Konflik Pekerjaan dengan Keluarga, yaitu:
a) Time-based conflict
b) Strain-based conflict
c) Behavior-based conflict,
3.4.2. Variabel Terikat : Variabel Kepuasan Hidup Wanita Karir (Y)
Life satisfaction (kepuasan hidup) merupakan komponen kognitif dalam
subjective well being. Subjective well being mengacu pada kepercayaan atau
perasaan subjektif individu bahwa kehidupannya berjalan dengan baik. Andrews
dan Withey mengidentifikasi komponen subjective well being menjadi positive
affect dan negative affect (sebagai komponen afektif dari subjective well being)
serta life satisfaction (sebagai komponen kognitif).
b) Status Kerja
c) Penghasilan/Pendapatan
d) Realisme dari Konsep-konsep Peran
e) Keluarga
f) Usia
g) Pendidikan
h) Agama/Kepercayaan
i) Hubungan sosial
Operasional variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Variabel Definisi Indikator Skala
Variabel
Karir (X1) Semua pekerjaan atau jabatan
yang ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja seseorang
a) Kesesuaian jalur karir dengan kemampuan pegawai
b) Adanya pengembangan minat
c) Pelaksanaan yang adil d) Kepedulian atasan
langsung
e) Kepuasan dalam karir
Likert
Konflik Pekerjaan dengan Keluarga (X2)
bentuk konflik peran ganda dalam pekerjaan-keluarga tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal
a) Time-based conflict wanita karir untuk menikmati kehidupan sehari-hari yang disertai dengan tingkat kegembiraan
a) Kesehatan b) Status kerja
c) Penghasilan/Pendapatan d) Realisme dari
konsep-konsep peran e) Keluarga f) Usia
g) Pendidikan
h) Agama/Kepercayaan i) Hubungan sosial
3.5. Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert sebagai alat
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang
kejadian atau gejala sosial (Sugiyono, 2005). Dengan menggunakan skala Likert,
maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indicator variabel tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan diuji, pada
setiap jawaban akan diberikan skor. Bobot nilai yang diberikan untuk setiap
jawaban dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Instrumen Skala Likert
No Pernyataan Skor
1. Sangat Setuju (SS) 5
2. Setuju (S) 4
3. Kurang Setuju (KS) 3
4. Tidak Setuju (TS) 2
5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber : Sugiyono (2005)
3.6. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah semua wanita karir yang bertugas dan
bertanggung jawab di masing-masing unit organisasi yang ada di Puskesmas Tiga
Dolok kabupaten Simalungun. Jumlah populasi yang diteliti dalam penelitian ini
berjumlah 40 orang wanita yang bertugas, terdiri dari Kepala Puskesmas, Bidan,