• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karir dan Konflik Perkerjaan-Keluarga terhadap Kepuasan Hidup Wanita Karir pada Puskesmas Tiga dolok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Karir dan Konflik Perkerjaan-Keluarga terhadap Kepuasan Hidup Wanita Karir pada Puskesmas Tiga dolok"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KARIR DAN KONFLIK PEKERJAAN–KELUARGA TERHADAP KEPUASAN HIDUP WANITA KARIR

DI PUSKESMAS TIGA DOLOK KABUPATEN SIMALUNGUN

OLEH

Kristina Sorenson Purba 090521120

PROGRAM STUDI MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh karir dan konflik pekerjaan dengan keluarga terhadap kepuasan hidup wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari responden dengan memberikan kuesioner atau daftar pertanyaan kepada semua pegawai wanita yang bertugas di Puskesmas Tiga Dolok, dan data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen dan laporan-laporan tertulis perusahaan, literatur-literatur di perusahaan dan bagian bahan-bahan atau tulisan lain yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspalanasi (penjelasan) yang termasuk ke dalam penelitian asosiatif (pengaruh) yaitu penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih dengan sampel diambil secara menyeluruh dari jumlah pegawai wanita yang ada di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun yaitu sebanyak 40 orang pegawai yang terdiri dari Kepala puskesmas, Bidan, Perawat, Petugas dan Kepala Puskesmas Pembantu. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas, reliabilitas dan regresi linier berganda.

Hasil dari Uji Koefisien Determinasi menunjukkan bahwa variabel Karir dan Variabel Konflik pekerjaan-keluarga mampu menjelaskan variabel Kepuasan hidup wanita karir pada Puskesmas Tiga Dolok. Dengan demikian Puskesmas Tiga Dolok perlu memperhatikan karir dan konflik pekerjaan-keluarga pegawai dalam rangka meningkatkan kepuasan hidup pegawai terutama wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok.

Secara simultan diketahui bahwa variabel bebas karir dan konflik pekerjaan-keluarga memiliki pengaruh secara serempak terhadap kepuasan hidup wanita karir yang bekerja di Puskesmas Tiga Dolok dengan nilai Fhitung> Ftabel (77,950 > 3,255), dan secara parsial

diketahui bahwa variabel karir berpengaruh secara positif dan siginifikan terhadap kepuasan hidup wanita karir pegawai yang bekerja di Puskesmas Tiga Dolok dilihat dari nilai thitung(11,204) > ttabel (2,0273) sedangkan variabel konflik pekerjaan-keluarga berpengaruh

secara negatif dan signifikan terhadap kepuasan hidup wanita karir yang bekerja di Puskesmas Tiga Dolok dilihat dari nilai thitung (-2,259) > ttabel(-2,0273).

(3)

ABSTRACT

Research aims to know and analyzing influence career and conflict work with the family against gratification life woman a career in puskesmas tiga dolok kabupaten simalungun. Data used in research this is data primary, namely the data from respondents by giving a questionnaire or list question for all employees woman who served in puskesmas tiga dolok, and data secondary, namely the data through the documents and reports written company, literature-literature in companies and the materials or writing other to do with the matter to be researched.

The kind of research used is research explanation which belong to the research associative (influence) namely research connecting two variables or more with samples taken thoroughly of employment woman who in health centers tiga dolok kabupaten simalungun namely some 40 people employees consisting of head-turning puskesmas, midwives, nurse, the officer and the head of puskesmas. Instrument analysis used in this research is test validity, reliabilitas and linear of multiple regression.

The result of test coefficient of determination showed that variable career and variable work-family conflict capable of being explained variable life satisfaction woman careers in puskesmas tiga dolok. This puskesmas tiga dolok need attention to career and conflict work-family employees in order to increase life satisfaction employees especially women career in puskesmas tiga dolok.

Simultaneously known that variable free career and work-family conflict have influence in unison against gratification life career woman who works in puskesmas tiga dolok with nilai fhitung > ftabel (77,950 > 3,255), and is partial

known that variable career influential positively and siginifikan against gratification life career employees woman who works in puskesmas tiga dolok seen from value thitung (11,204) > ttabel (2,0273) while variable work-family conflict

influential in a negative and significantly to life satisfaction career woman who works in puskesmas tiga dolok seen from value thitung (-2,259) > ttabel (-2,0273).

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Allah yang Maha Kuasa atas

kasih yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Karir dan Konflik Perkerjaan-Keluarga

terhadap Kepuasan Hidup Wanita Karir pada Puskesmas Tiga dolok”

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan tahun akademik 2012/2013. Penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua tercinta,

Bapak L. Purba dan Ibu A. Br. Sitohang untuk segala doa, kasih sayang dan ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac. Ak. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalena, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku sekretaris Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi S1

(5)

5.Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang banyak

memberikan bimbingan dan pemahaman baru dan bersedia meluangkan

waktu dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Dra. Lucy Anna, MS terima kasih atas saran dan kritikan yang sangat

berguna demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh staf manajemen, karyawan PT Bank Sumut Cabang Tarutung.

9. Kepada Kakak, abang dan adik saya yang sangat membantu atas saran dan

masukan serta waktu dan perhatian yang telah diberikan saat proses

penulisan skripsi ini.

10.Terkhusus buat Liber sibarani terima kasih yang sebesar-besarnya atas

kasih sayang dan doa yang selalu mendukung penulis.

11.Buat sahabat saya Armaya, Riza, dan Faridah yang telah memberi

semangat dan dukungan kepada penulis, terima kasih God Bless Us.

12.Seluruh Pegawai Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih

banyak kekurangan baik dalam isi maupun penyajiannya. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

Medan, Mei 2012

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

2.2. Konflik Pekerjaan dengan Keluarga ... 11

2.3. Kepuasan hidup (Life Satisfaction) ... 14

2.3.1. Definisi Life Satisfaction ... 14

2.3.2. Aspek Life satisfaction ... 16

2.3.3. Karakteristik Individu yang Memiliki Life Satisfaction Tinggi ... 17

2.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Life Satisfaction 18 2.4. Wanita Karir ... 22

3.4.2. Variabel Terikat : Variabel Kepuasan Hidup Wanita Karir (Y) ... 39

(7)

3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

4.1.4. Pengorganisasian Puskesmas ... 52

4.2. Analisis Deskriptif ... 63

4.2.1. Deskriptif Responden ... 63

4.2.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 63

4.2.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 64

4.2.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 64

4.2.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Bidang Pekerjaan ... 65

(8)

4.4. Pembahasan 77

4.4.1. Pengaruh Karir Terhadap Kepuasan

Hidup Wanita Karir ... 77

4.4.2. Pengaruh Konflik Pekerjaan-Keluarga Terhadap Kepuasan Hidup Wanita Karir ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

5.1. Kesimpulan ... 48

5.2. Kesimpulan ... 48

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 3.1. Operasional Variabel ... 39

Tabel 3.2. Instrumen Skala Likert ... 40

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Item-Total Statistics ... 43

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 44

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 63

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status perkawinan ... 64

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingakat Pendidikan . 64

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Bidan ... 65

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja ... 65

Tabel 4.6 Instrumen Skala Likert ... 66

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Karir (X1) ... 67

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Konflik Pekerjaan-Keluarga Pegawai ... 70

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepuasan Hidup ... 74

Tabel 4.10 Uji Glejser ... 80

Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinieritas ... 81

Tabel 4.12 Uji Secara Simultan/Serempak (Uji F) ... 81

Tabel 4.13 Uji Koefisien Determinan (Uji R) ... 82

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul HalamanGambar

Gambar 2.1.Kerangka Konseptual Penelitian ... 36

Gambar 4.1. Histogram ... 78

Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ... 78

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Kuesioner ... 90

Lampiran 2 Tabukasi Validitas dan Reabilitas ... 94

Lampiran 3 Output Uji Validitas dan Reabilitas ... 96

Lampiran 4 Tabulasi Regresi ... 98

Lampiran 5 Analisis Deskriptif ... 100

Lampiran 6 Uji Asumsi Klasik ... 107

Lampiran 7 Regresi Linier Berganda ... 109

(12)

ABSTRACT

Research aims to know and analyzing influence career and conflict work with the family against gratification life woman a career in puskesmas tiga dolok kabupaten simalungun. Data used in research this is data primary, namely the data from respondents by giving a questionnaire or list question for all employees woman who served in puskesmas tiga dolok, and data secondary, namely the data through the documents and reports written company, literature-literature in companies and the materials or writing other to do with the matter to be researched.

The kind of research used is research explanation which belong to the research associative (influence) namely research connecting two variables or more with samples taken thoroughly of employment woman who in health centers tiga dolok kabupaten simalungun namely some 40 people employees consisting of head-turning puskesmas, midwives, nurse, the officer and the head of puskesmas. Instrument analysis used in this research is test validity, reliabilitas and linear of multiple regression.

The result of test coefficient of determination showed that variable career and variable work-family conflict capable of being explained variable life satisfaction woman careers in puskesmas tiga dolok. This puskesmas tiga dolok need attention to career and conflict work-family employees in order to increase life satisfaction employees especially women career in puskesmas tiga dolok.

Simultaneously known that variable free career and work-family conflict have influence in unison against gratification life career woman who works in puskesmas tiga dolok with nilai fhitung > ftabel (77,950 > 3,255), and is partial

known that variable career influential positively and siginifikan against gratification life career employees woman who works in puskesmas tiga dolok seen from value thitung (11,204) > ttabel (2,0273) while variable work-family conflict

influential in a negative and significantly to life satisfaction career woman who works in puskesmas tiga dolok seen from value thitung (-2,259) > ttabel (-2,0273).

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Wanita karir adalah wanita yang menekuni sesuatu atau beberapa

pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian tertentu yang dimilikinya untuk mencapai

suatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan atau jabatan.

Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria

maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang

diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang

bersangkutan. Faktor yang mendorong manusia bekerja adalah adanya kebutuhan

yang harus dipenuhi.

Aktivitas dalam kerja mengandung unsur kegiatan sosial, menghasilkan

sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan untuk kebutuhan hidup manusia.

Keterlibatan wanita dalam bekerja membawa dampak terhadap peran wanita

dalam kehidupan keluarga. Fenomena yang terjadi dalam masyarakat adalah

semakin banyaknya wanita membantu suami mencari tambahan penghasilan,

selain karena didorong oleh kebutuhan ekonomi keluarga, juga wanita semakin

dapat mengekspresikan dirinya di tengah-tengah keluarga dan masyarakat.

Keadaan ekonomi keluarga mempengaruhi kecenderungan wanita untuk

berpartisipasi di luar rumah, agar dapat membantu meningkatkan perekonomian

(14)

Wanita yang menjadi istri dan ibu sekaligus pekerja, cenderung membawa

mereka pada work-family conflict. Meskipun laki-laki juga dapat mengalami

work-family conflict tetapi wanita tetap menjadi sorotan utama, karena berkaitan

dengan tugas utama mereka sebagai ibu dan istri.

Dalam situs e-psikologi.com (Rini, 2002) mengatakan bahwa wanita karir

yang mengalami pekerjaan-keluarga ingin dapat memainkan peran mereka sebaik

mungkin secara proporsional dan seimbang. Wanita karir harus bisa menjadi ibu

yang sabar dan bijaksana, istri yang baik serta ibu rumah tangga yang bertanggung

jawab atas keperluan dan urusan rumah tangga. Di tempat kerja, wanita karir

mempunyai komitmen dan tanggung jawab untuk menunjukkan prestasi kerja

yang baik.

Tiga bentuk konflik yang berkaitan dengan konflik pekerjaan-keluarga

perempuan antara peran di rumah tangga dan peran di pekerjaan (Beutell dan

Greenhaus, 1985).

Pertama, time-based conflict, meliputi pembagian waktu, energi dan

kesempatan antara peran pekerjaan dan rumah tangga. Hal ini meliputi kesulitan

dalam menyusun jadwal dan waktu yang terbatas saat tuntutan dan perilaku yang

dibutuhkan untuk memerankan keduanya tidak sesuai. Kedua, strain based

conflict yang mengacu pada munculnya ketegangan atau keadaan emosional yang

dihasilkan oleh peran yang satu namun ditunjukkan dalam peran yang lain.

Ketiga, behavior based conflict, mengacu pada ketidaksesuaian seperangkat

(15)

Harapan peran yang berbeda tersebut terlihat dengan keharusan menjadi agresif

dan kompetitif di waktu kerja namun menghibur dan mengasuh di rumah.

Konflik pekerjaan-keluarga ini dapat mengarah pada ketidakpuasan dan

ketidaknyamanan dalam area pekerjaan dan keluarga serta mempunyai dampak

negatif terhadap pola pengasuhan. Tingkat keberhasilan individu dalam

memecahkan masalah penting yang menyangkut kehidupan pekerjaan dan

keluarga ini akan menentukan kepuasannya dan mempengaruhi kebahagiaannya.

Kebahagiaan sudah menjadi fokus perhatian manusia sejak lama sebagai

salah satu tujuan dari bidang ilmu psikologi positif. Kebahagiaan adalah keadaan

yang diinginkan sebagai akibat dari kesalehan dan keadaan hidup yang positif.

Life satisfaction merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa

baik hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara

menyeluruh dan atas area-area utama yang mereka anggap penting dalam hidup

(domain satisfaction) seperti hubungan interpersonal, kesehatan, pekerjaan,

pendapatan, spiritualitas dan aktivitas di waktu luang (Diener dan Biswas-Diener,

2008).

Bekerja merupakan area penting dalam penentuan life satisfaction

individu. Individu laki-laki maupun perempuan yang bekerja lebih bahagia

daripada individu yang tidak bekerja terutama bagi individu yang bekerja dengan

menerima upah. Selain itu, perempuan yang memiliki pekerjaan yang bagus dan

pendapatan keluarga yang tinggi juga dilaporkan mempunyai kesehatan fisik dan

(16)

Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas merupakan salah satu

organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat,

dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh

pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan

menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajad

kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah supervisi

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Secara umum, mereka harus memberikan

pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui

upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat (UKM).

Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan.

Hal ini disepakati oleh puskesmas dan dinas kesehatan yang bersangkutan.

Puskesmas biasanya memiliki subunit pelayanan seperti puskesmas pembantu,

puskesmas keliling, posyandu, pos kesehatan desa maupun pos bersalin desa

(Polindes).

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang beralamat di Jalan Parapat

Kecamatan Dolok Panribuan Unit Tiga Dolok Kabupaten Simalungun ini terdiri

dari 40 orang wanita yang bertugas dari 48 orang jumlah total pegawai yang

terdiri dari Kepala puskesmas, Bidan, Perawat, Petugas dan Kepala Puskesmas

(17)

pekerjaannya dikarenakan pekerjaan mereka adalah di bidang jasa yang dituntut

memberikan pelayanan di bidang perawatan dalam upaya kesehatan masyarakat.

Untuk memberikan pelayanan yang terbaik tersebut harus diperlukan

dukungan dari lingkungannya baik lingkungan kerja maupun dari lingkungan

keluarga. Sebagai wanita yang memiliki peran ganda yaitu ibu rumah tangga

sekaligus wanita bekerja, keluarga merupakan salah satu masalah yang dapat

mengganggu jalannya aktivitas kerja. Keluarga pada umumnya menuntut seorang

wanita yang sudah berkeluarga itu wajib mengemban peran penting dalam

mengurus keluarga dan di lain pihak tuntutan pekerjaan yang juga harus

dikerjakan dalam waktu bersamaan, sehingga sering terjadi konflik antara

pekerjaan dan keluarga.

Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun memiliki pegawai wanita

yang pada umumnya sudah berkeluarga dan sering terjadi masalah dalam

menyelaraskan antara kedua peran tersebut sehingga kinerja pegawai dapat

menurun yang juga akan berdampak pada kinerja puskesmas yang semakin buruk.

Disamping itu, peran dalam kehidupannya secara sekaligus yaitu peran pekerja,

peran istri dan peran ibu merupakan area (domain) yang utama yang

mempengaruhi kepuasan dan kebahagiaan individu. Ketika tuntutan atau harapan

berbagai peran ini muncul bersamaan dan saling bertentangan dapat menyebabkan

terjadinya konflik pekerjaan-keluarga. Konflik pekerjaan-keluarga ini dapat

mengarah pada life satisfaction yang rendah dan ketidaknyamanan dalam area

pekerjaan dan keluarga serta mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan

(18)

bersama keluarganya, tanggung jawab sebagai anak dalam keluarga dalam

membantu orang tua memenuhi kebutuhan juga mengalami konflik

pekerjaan-keluarga, dimana harus menyeimbangkan kewajiban sebagai anak di

tengah-tengah keluarga dan tanggung jawab dalam bekerja.

Konflik pekerjaan-keluarga yang dialami oleh wanita karir dapat

menyebabkan hambatan dalam pekerjaan dimana pekerjaan-keluarga dapat

membuat wanita sulit meraih sukses di bidang pekerjaan, keluarga dan hubungan

interpersonal sekaligus. Bila tidak ingin seperti itu disarankan sebaiknya wanita

tersebut tidak berprinsip sebagai wanita super yang sanggup melakukan semuanya

sendiri. Ketidakmampuan wanita karir dalam menyelesaikan konflik

pekerjaan-keluarga tersebut dapat menyebabkan mereka menampilkan sikap kerja yang

negatif misalnya kurang motivasi dalam bekerja, kurang konsentrasi, karena

urusan keluarga sehingga dengan demikian akan berpengaruh terhadap kinerja

organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.

Dari uraian di atas, maka peneliti ingin mengajukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Karir Konflik Pekerjaan-Keluarga Terhadap Kepuasan Hidup

Wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis

merumuskan permasalahan yaitu: “Apakah karir dan konflik pekerjaan-keluarga

(19)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui dan menganalisi

pengaruh karir dan konflik pekerjaan dengan keluarga terhadap kepuasan hidup

wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun”.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas Tiga Dolok dalam mengetahui

pengaruh karir dan masalah pekerjaan dengan keluarga dalam upaya pencapaian

kepuasan hidup wanita karir di Puskesmas Tiga Dolok.

2. Bagi Penulis

Bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan dengan menghubungkan

teori yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataannya serta dapat

memperdalam pengetahuan penulis dalam bidang manajemen sumber daya

manusia mengenai pengaruh karir, konflik pekerjaan-keluarga terhadap kepuasan

hidup wanita karir.

3. Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan perbandingan dalam

melakukan penelitian di masa mendatang kususnya mengenai permasalahan yang

dibahas dalam penelitian ini yaitu pengaruh karir, konflik pekerjaan-keluarga

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Karir

Karir adalah semua pekerjaan atau jabatan yang ditangani atau dipegang

selama kehidupan kerja seseorang. Dengan demikian karir menunjukkan

perkembangan para pegawai secara individu dalam jenjang jabatan atau

kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi

(Handoko, 2000).

Istilah karir dapat diartikan dalam beberapa pengertian (Moekijat, 1995),

yaitu:

1. Istilah karir tidak hanya berhubungan dengan individu yang mempunyai

pekerjaan yang statusnya tinggi atau yang mendapat kemajuan cepat. Karir

menunjukkan rangkaian atau urutan pekerjaan/jabatan yang dipegang oleh

orang-orang selama riwayat pekerjaannya, tidak pandang tingkat pekerjaan

atau tingkat organisasinya.

2. Istilah karir tidak lagi hanya menunjukkan perubahan pekerjaan gerak

vertikal, naik dalam suatu organisasi. Meskipun sebagian besar karyawan

masih berusaha mencapai kemajuan, akan tetapi banyaknya orang yang

menolak pekerjaan yang lebih berat tanggungjawabnya untuk tetap dalam

jabatan yang sekarang dipegang dan disukainya, makin bertambah sekarang

(21)

3. Istilah karir tidak lagi mempunyai arti yang sama dalam suatu pekerjaan

dalam suatu mata pencaharian atau dalam suatu organisasi. Sekarang terdapat

fakta-fakta bahwa semakin lama semakin banyak individu yang mengalami

apa yang disebut banyak karir, jalur-jalur karir yang mengandung dua atau

tiga bidang yang berlainan dan dua atau tiga organisasi yang berlainan pula.

4. Tidak ada anggapan lagi bahwa organisasi dapat mengendalikan karir

individu secara sepihak. Untuk memelihara pegawai yang dihargai organisasi

juga menjadi lebih tanggap terhadap tuntutan individu-individu dan

kebutuhan pegawai-pegawai. Terdapat lebih banyak tekanan pada

perencanaan dan kurang dalam melihat bagaimana sesuatu itu menghasilkan,

baik bagi pihak individu maupun pihak organisasi.

Pada umumnya yang mempengaruhi karir seseorang adalah keluarga,

lingkungan, pendidikan, saran-saran mengenai sumber karir, peran karyawan itu

sendiri.

Berdasarkan berbagai defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

karir adalah merupakan rangkaian atau urutan posisi pekerjaan atau jabatan yang

dipegang selama kehidupan kerja seseorang.

Karir juga merupakan perkembangan jenjang jabatan yang diduduki oleh

seorang pegawai. Semakin tinggi menduduki jabatan yang ditempati seseorang,

maka semakin baik karir seseorang. Karir diukur dengan tingkat tantangan

pekerjaan, tingkat motivasi dan peluang promosi.

Adapun indikator dari variabel karir dalam penelitian ini di ukur dengan

(22)

1. Kesesuaian jalur karir dengan kemampuan pegawai, yaitu kesesuaian antara

jalur karir dengan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki,

dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden mengenai

kesesuaian pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang dimiliki dengan

yang dibutuhkan pada jalur karir (jenjang jabatan) yang di ikuti.

2. Adanya pengembangan minat, yaitu adanya pengembangan minat yang

diberikan perusahaan untuk membantu karir mereka di masa yang akan

datang, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden

mengenai pengembangan minat yang di ikuti dapat membantu dalam

mencapai sasaran karir (posisi/jabatan) yang di inginkan.

3. Pelaksanaan yang adil, yaitu keadilan perlakuan dalam berkarir yang juga

mengandung makna adanya sebuah aturan yang jelas dan dapat dijadikan

pegangan dalam memberikan kesempatan untuk berkarir tanpa membedakan

satu sama lain, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden

mengenai ada atau tidaknya aturan yang memberikan kesempatan yang adil

dan memiliki tingkat obyektivitas bagi semua pegawai untuk dikembangkan

karirnya sesuai dengan kemampuan pegawai.

4. Kepedulian atasan langsung, yaitu keberadaan atasan langsung dalam

membimbing dan mengarahkan pegawai dalam melaksanakan tugas

sehari-hari, memberikan umpan balik tentang kelebihan dan kekurangan yang

mereka miliki, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden

(23)

pegawai dalam melaksanakan tugas sehari-hari, dan selalu memberikan

umpan balik tentang ke lemahan dan kekurangannya untuk diperbaiki.

5. Kepuasan dalam karir, yaitu tingkat kepuasan akan karir (jabatan) yang ingin

dicapai, yang ditunjukan dengan sifat pekerjaan yang lebih menantang, lebih

bergengsi, lebih besar wewenang dan tanggung jawabnya, dan semakin besar

pula penghasilannya, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi

responden mengenai sasaran karir yang ingin dicapai lebih menantang, lebih

bergengsi, lebih besar wewenang dan tanggung jawabnya, dan lebih besar

penghasilannya dari karir mereka sekarang.

2.2. Konflik Pekerjaan dengan Keluarga

Terjadinya perubahan demografi tenaga kerja seperti peningkatan jumlah

wanita bekerja dan pasangan yang keduanya bekerja telah mendorong terjadinya

konflik antara pekerjaan dan kehidupan keluarga. Hal ini membuat banyak

peneliti yang tertarik untuk meneliti sebab dan pengaruh dari konflik

pekerjaan-keluarga (Judge et al, 1994).

Konflik pekerjaan-keluarga (Work-family conflict) sebagai bentuk konflik

peran di mana tuntutan peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat

disejajarkan dalam beberapa hal. Konflik ini biasanya terjadi pada saat seseorang

berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut

dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan

(24)

dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan

pekerjaannya (Greenhaus dan Beutell, 1985).

Tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan yang berasal dari beban

kerja yang berlebihan dan waktu seperti pekerjaan yang harus diselesaikan

terburu-buru dan deadline. Sedangkan tuntutan keluarga berhubungan dengan

waktu yang dibutuhkan untuk menangani tugas-tugas rumah tangga. Tuntutan

keluarga ini ditentukan oleh besarnya keluarga, komposisi keluarga dan jumlah

anggota keluarga yang memiliki ketergantungan terhadap anggota yang lain

(Yang et al, 2000).

Konflik pekerjaan keluarga sebagai konflik peran yang terjadi pada

karyawan, dimana di satu sisi ia harus melakukan pekerjaan di kantor dan di sisi

lain harus memperhatikan keluarga secara utuh, sehingga sulit membedakan

antara pekerjaan mengganggu keluarga dan keluarga mengganggu pekerjaan.

Pekerjaan mengganggu keluarga, artinya sebagian besar waktu dan perhatian

dicurahkan untuk melakukan pekerjaan sehingga kurang mempunyai waktu untuk

keluarga. Sebaliknya keluarga mengganggu pekerjaan berarti sebagian besar

waktu dan perhatiannya digunakan untuk menyelesaikan urusan keluarga

sehingga mengganggu pekerjaan. Konflik pekerjaan-keluarga ini terjadi ketika

kehidupan rumah seseorang berbenturan dengan tanggungjawabnya di tempat

kerja, seperti masuk kerja tepat waktu, menyelesaikan tugas harian, atau kerja

lembur. Demikian juga tuntutan kehidupan rumah yang menghalangi seseorang

(25)

Konflik pekerjaan-keluarga mempunyai dua komponen, yaitu urusan

keluarga mencampuri pekerjaan (family interference with work) dan urusan

pekerjaan mencampuri keluarga (work interference with family). Konflik

pekerjaan-keluarga dapat timbul dikarenakan urusan pekerjaan mencampuri

urusan keluarga seperti banyaknya waktu yang dicurahkan untuk menjalankan

pekerjaan menghalangi seseorang untuk menjalankan kewajibannya di rumah,

atau urusan keluarga mencampuri urusan pekerjaan seperti merawat anak yang

sakit akan menghalangi seseorang untuk datang ke kantor (Gutek, 1991).

Beberapa peneliti menemukan bahwa wanita cenderung menghabiskan

lebih banyak waktu dalam hal urusan keluarga sehingga wanita dilaporkan lebih

banyak mengalami konflik pekerjaan-keluarga khususnya family interference with

work. Sebaliknya pria cenderung untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk

menangani urasan pekerjaan daripada wanita sehingga pria dilaporkan lebih

banyak mengalami konflik pekerjaan-keluarga khususnya work interference with

family daripada wanita. Tiga jenis konflik pekerjaan-keluarga (Greenhaus dan

Beutell, 1985) mengidentifikasikan, yaitu :

1. Time-based conflict, adalah waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan salah

satu tuntutan (keluarga atau pekerjaan) yang dapat mengurangi waktu untuk

menjalankan tuntutan yang lainnya (pekerjaan atau keluarga).

2. Strain-based conflict, terjadi pada saat tekanan salah satu peran

mempengaruhi kinerja peran yang lainnya.

3. Behavior-based conflict, berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola

(26)

2.3. Kepuasan hidup (Life Satisfaction) 2.3.1. Definisi Life Satisfaction

Life satisfaction (kepuasan hidup) merupakan komponen kognitif dalam

subjective well being. Subjective well being mengacu pada kepercayaan atau

perasaan subjektif individu bahwa kehidupannya berjalan dengan baik (Lucas dan

Diener dalam Diener, 2009).

Kepuasan hidup itu sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk

menikmati pengalaman-pengalamannya yang disertai dengan tingkat

kegembiraan. Selain itu, tingkat keberhasilan individu ketika memecahkan

masalah penting dalam kehidupannya juga mempengaruhi kebahagiaan dan

menentukan kepuasan hidup individu tersebut (Hurlock, 1980). Life satisfaction

merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan

hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan

atas area-area utama dalam hidup yang mereka anggap penting (domain

satisfaction) seperti hubungan interpersonal, kesehatan, pekerjaan, pendapatan,

spiritualitas dan aktivitas di waktu luang.

Life satisfaction dan domain satisfaction tersebut berpatokan pada

kepercayaan atau sikap individu dalam menilai kehidupannya. Dalam hal ini,

individu menilai apakah situasi dan kondisi dalam kehidupannya positif dan

memuaskan (Pavot dalam Eid dan Larsen, 2008).

Secara konsep, domain satisfaction merupakan bagian dari life satisfaction

(27)

satisfaction dan domain satisfaction tersebut dengan 2 pendekatan teori subjective

well being yaitu bottom up theories dan top down theories.

Bottom up theories mengasumsikan bahwa penilaian life satisfaction

dilakukan berdasarkan pengukuran satisfaction pada sejumlah domain kehidupan.

Hubungan life satisfaction dan domain satisfaction menggambarkan pengaruh

sebab akibat domain satisfaction terhadap life satisfaction. Sebagai contoh,

individu yang memiliki marital satisfaction (domain satisfaction) tinggi juga

memiliki life satisfaction tinggi karena marital satisfaction merupakan aspek

penting dari life satisfaction. Menurut teori ini, perubahan yang terjadi pada

domain satisfaction juga akan mengakibatkan perubahan pada life satisfaction.

Sementara itu, top down theories menjelaskan kebalikan dari asumsi bottom up

theories. Seorang individu yang puas atas hidupnya secara keseluruhan juga akan

menilai area (domain) penting dalam kehidupannya secara lebih positif, meskipun

kepuasan hidup tidak berdasar pada kepuasan atas area penting tersebut. Menurut

teori ini, perubahan yang terjadi pada domain satisfaction tidak akan

mengakibatkan terjadinya perubahan pada life satisfaction.

Hubungan antara life satisfaction dan domain satisfaction dengan

menyatakan bahwa apabila life satisfaction semakin meningkat, maka domain

satisfaction mungkin meningkat tanpa adanya perubahan objektif pada domain

tersebut (Schimmack dalam Eid & Larsen, 2008).

Jadi, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa life satisfaction

merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan

(28)

atas area-area utama yang mereka anggap penting dalam hidup (domain

satisfaction) berdasarkan suatu standar atau patokan yang dibuat oleh individu itu

sendiri.

2.3.2. Aspek Life satisfaction

Diener (2008) mengemukakan pembahasan lebih lanjut dalam jurnal

beliau yang berjudul Subjective Well Being: Three Decades of Progress (1999)

menyatakan bahwa dalam komponen life satisfaction ini terdapat:

1. Keinginan untuk mengubah kehidupan,

2. Kepuasaan terhadap hidup saat ini,

3. Kepuasan hidup di masa lalu,

4. Kepuasan terhadap kehidupan di masa depan,

5. Penilaian orang lain terhadap kehidupan seseorang.

Kelima aspek diatas terangkum dalam 5 item pernyataan dalam

satisfaction with life scale, antara lain:

1. In most ways my life is close to my ideal.

2. The conditions of my life are excellent.

3. I am satisfied with my life.

4. So far I have gotten the important things I want inlife.

5. If I could live my life over, I would change almost nothing

Sementara itu, dalam domain satisfaction terdapat beberapa area seperti

(29)

2.3.3. Karakteristik Individu yang Memiliki Life Satisfaction Tinggi

Karakteristik individu yang memiliki life satisfaction yang tinggi antara

lain memiliki keluarga dan teman dekat yang supportif, memiliki pasangan yang

romantis, memiliki aktivitas pekerjaan dan aktivitas pensiun yang berharga,

menikmati waktu santai mereka dan mempunyai kesehatan yang baik. Individu

dengan life satisfaction tinggi dikatakan juga tidak memiliki masalah dengan

kecanduan alkohol, obat-obatan atau judi (Diener et al, 2009), juga menyatakan

bahwa individu yang memiliki life satisfaction yang tinggi adalah individu yang

memiliki tujuan penting dalam hidupnya dan berhasil untuk mencapai tujuan

tersebut. Jadi, individu yang life satisfaction-nya tinggi merasa bahwa hidup

mereka bermakna dan mempunyai tujuan dan nilai yang penting bagi mereka.

Individu yang puas akan kehidupannya adalah individu yang menilai

bahwa kehidupannya memang tidak sempurna tetapi segala sesuatu berjalan

dengan baik, selalu mempunyai keinginan untuk berkembang dan menyukai

tantangan (Diener et al, 1985).

Individu yang bahagia adalah individu yang berusia muda, sehat,

berpendidikan yang baik, berpenghasilan baik, beragama, menikah, mempunyai

semangat kerja tanpa memandang jenis kelamin dan tingkat kecerdasan individu.

2.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Life Satisfaction

Komponen afektif dan kognitif dari subjective well being dipengaruhi oleh

(30)

kepada perubahan yang terjadi pada domain penting dalam hidup individu

(Headey et al dalam Eid dan Larsen, 2008).

Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kebahagiaan secara umum

dan khususnya life satisfaction pada seorang individu antara lain:

1. Kesehatan

Hal yang berkaitan dengan kebahagiaan adalah penilaian subjektif

individu mengenai kesehatannya dan bukan atas penilaian objektif yang

didasarkan pada analisa medis. Kesehatan yang baik memungkinkan orang

pada usia berapa pun dapat melakukan aktivitas. Sedangkan kesehatan yang

buruk atau ketidakmampuan fisik dapat menjadi penghalang untuk mencapai

kepuasan bagi keinginan dan kebutuhan individu, sehingga menimbulkan rasa

tidak bahagia (Diener dalam Carr, 2004).

2. Status Kerja

Individu dengan status bekerja lebih bahagia daripada individu yang tidak

bekerja dan begitu juga dengan individu yang profesional dan terampil

tampak lebih bahagia daripada individu yang tidak terampil (Argyle dalam

Carr, 2004).

Ketika individu menikmati pekerjaannya dan merasa pekerjaan tersebut

adalah hal yang penting dan bermakna maka individu akan puas terhadap

kehidupannya. Sebaliknya, ketika individu merasa pekerjaannya buruk oleh

karena lingkungan pekerjaan yang buruk dan kurang sesuai dengan diri

(31)

3. Penghasilan/Pendapatan

Penghasilan berkaitan dengan kepuasan finansial dan kepuasan finansial

berkaitan dengan life satisfaction dan juga menyatakan bahwa penghasilan

mempunyai hubungan yang lemah dengan kebahagiaan (Diener et al, 2008).

4. Realisme dari Konsep-Konsep Peran

Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola

kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda

diharapkan memainkan peran baru, seperti peran suami/istri, orang tua dan

pencari nafkah dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan

dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini. Semakin berhasil

seseorang melaksanakan tugas tersebut semakin hal itu dihubungkan dengan

prestise, maka semakin besar kepuasan yang ditimbulkan (Hurlock, 1980).

5. Keluarga

Penelitian menunjukkan bahwa individu yang telah menikah memiliki

subjective well being yang lebih tinggi daripada kelompok individu yang

tidak menikah (Diener, 2009). Meskipun wanita yang menikah mungkin

dilaporkan mengalami gejala stres yang lebih besar daripada wanita yang

tidak menikah, mereka juga dilaporkan memiliki life satisfaction yang lebih

tinggi. Pernikahan yang memiliki komunikasi yang saling menghargai dan

jelas serta saling memaafkan kesalahan masing-masing berkaitan dengan

tingkat kepuasan yang tinggi sehingga mengakibatkan kebahagiaan yang

lebih tinggi.

(32)

6. Usia

Manusia yang memiliki usia muda lebih bahagia daripada individu yang

berusia lanjut. Akan tetapi, sejumlah tokoh mengadakan penelitian lebih

lanjut untuk membuktikan penelitian tersebut dan hasilnya menunjukkan dua

hal, ada penelitian yang menunjukkan tidak ada efek usia terhadap

kebahagiaan tetapi ada juga penelitian yang menemukan adanya hubungan

yang positif antara usia dengan life satisfaction (Diener, 2009).

7. Pendidikan

Pendidikan tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap subjective

well being dan memiliki interaksi dengan variabel lain yaitu pendapatan

(Diener, 2009). Namun, beberapa penelitian juga menemukan bahwa

pendidikan mempunyai dampak positif terhadap kebahagiaan wanita.

8. Agama/Kepercayaan)

Agama dapat memberikan tujuan dan makna hidup, membantu individu

mensyukuri kegagalannya, memberikan individu komunitas yang supportif,

dan memberikan pemahaman mengenai kematian secara benar.

Agama menyediakan manfaat bagi kehidupan sosial dan psikologis

individu sehingga akhirnya meningkatkan life satisfaction. Agama dapat

menyediakan perasaan bermakna dalam kehidupan setiap hari terutama saat

masa krisis. Selain itu, juga menyediakan identitas kolektif dan jaringan

sosial dari sekumpulan individu yang memiliki kesamaan sikap dan nilai.

(33)

9. Hubungan sosial

Hubungan sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap life satisfaction.

Individu yang memiliki kedekatan dengan orang lain, memiliki teman dan

keluarga yang supportif cenderung puas akan seluruh kehidupannya.

Sebaliknya, kehilangan orang yang disayangi akan menyebabkan individu

menjadi tidak puas akan hidupnya dan individu tersebut memerlukan waktu

untuk kembali menilai kehidupannya secara positif (Diener et al, 2008).

2.4. Wanita Karir

2.4.1. Pengertian Wanita Karir

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988), Karir berasal

dari kata karier (Belanda) yang berarti pertama, perkembangan dan kemajuan

dalam kehidupan, pekerjaan dan jabatan. Kedua, pekerjaan yang memberikan

harapan untuk maju. Selain itu kata karir selalu dihubungkan dengan tingkat atau

jenis pekerjaan seseorang. Wanita karir berarti wanita yang berkecimpung dalam

kegiatan profesi (usaha dan perusahaan).

Wanita karir adalah mereka yang memiliki aktivitas di luar kodratnya

sebagai wanita, ibu rumah tangga atau lajang. Di luar rumah mereka

menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas lebih besar daripada waktu

mereka di rumah. Jadi mereka benar-benar eksis sebagai wanita karir. Seorang

wanita karir harus mampu membawa diri dan menempatkan diri sebaik-baiknya.

(34)

yaitu untuk mencari tambahan nafkah guna membantu meringankan beban

keluarga dan untuk meniti serta mengembangkan karir.

Beberapa ciri wanita karir adalah sebagai berikut:

1. Wanita yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu

kemajuan.

2. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu merupakan kegiatan-kegiatan

profesional sesuai dengan bidang yang ditekuninya, baik di bidang politik,

ekonomi, pemerintahan, ilmu pengetahuan, ketentaraan, sosial, budaya

pendidikan, maupun di bidang-bidang lainnya.

3. Bidang pekerjaan yang ditekuni oleh wanita karir adalah pekerjaan yang

sesuai dengan keahliannya dan dapat mendatangkan kemajuan dalam

kehidupan, pekerjaan, atau jabatan.

Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa “wanita karir” adalah wanita

yang menekuni sesuatu atau beberapa pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian

tertentu yang dimilikinya untuk mencapai suatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan,

atau jabatan.

Pengertian wanita karir sebagaimana dirumuskan diatas, nampaknya tidak

identik dengan wanita bekerja. Menurut Omas Ihromi, wanita pekerja adalah

mereka yang hasil karyanya akan mendapat imbalan uang. Meskipun imbalan

tersebut tidak langsung diterimanya. Ciri-ciri dari wanita pekerja inilah

ditekankan pada hasil berupa imbalan keuangan, pekerjaannya tidak harus ikut

(35)

menghasilkan uang dan kedudukannya bisa lebih tinggi dan lebih rendah dari

wanita karir, seperti wanita yang terlibat dalam perdagangan.

Sedangkan wanita yang biasa disebut dengan Tenaga Kerja Wanita (TKW)

adalah wanita yang mampu melakukan pekerjaan di dalam maupun di luar

hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Ciri dari wanita ini adalah kemampuan melakukan pekerjaan untuk

menghasilkan jasa atau barang, berpenghasilan lebih tinggi bahkan punya

kedudukan yang tinggi yang berpenghasilan besar dan tidak identik dengan babu

atau pembantu rumah tangga, dokter, para ahli wanita dan sejenisnya sebagian

tenaga kerja wanita masuk dalam kategori ini.

Meskipun ada perbedaan antara wanita karir, wanita pekerja dan tenaga

kerja wanita namun tidak berarti mereka terpisah secara diametral. Bisa saja

wanita karir justru dari TKW atau dari wanita bekerja. Seorang tenaga kerja

wanita yang bekerja di sebuah perusahaan bisa saja pada mulanya ia hanya

pesuruh kemudian meningkat menjadi manager. Maka peningkatan tersebut juga

merupakan karir dari TKW. Demikian pula wanita bekerja yang karena ia giat dan

gigih serta tekun dalam pekerjaannya sehingga ia meningkat terus menjadi

professional dalam bidangnya, maka peningkatannya ini juga merupakan

peningkatan karir.yang jelas ketiga ciri wanita di atas memiliki kesamaan yaitu

mereka giat dan gigih bekerja untuk memperoleh kemajuan.

Peran wanita karir adalah bagian yang dimainkan dan cara bertingkah laku

wanita di dalam pekerjaan untuk memajukan dirinya sendiri. Wanita karir

(36)

berkaitan dengan rumah tangga dan hakikat keibuan serta pekerjaannya di luar

rumah. Dengan demikian seorang wanita karir harus memenuhi berbagai

persyaratan dan tidak mungkin dimiliki oleh setiap wanita.

Syarat-syarat menjadi wanita karir meliputi:

1. Memiliki kesiapan mental:

a. Wawasan yang memadai tentang bidang yang digelutinya beserta

kaitannya dengan aspek-aspek yang lain.

b. Kebenarian memikul tanggung jawab dan tidak bergantung pada orang

lain.

2. Kesiapan jasmani, seperti kesehatan jasmani serta stamina yang memadai

untuk menekuni bidang pekerjaan tertentu.

3. Kesiapan sosial.

a. Mampu mengembangkan keharmonisan hubungan antara karir dan

kegiatan rumah tangga.

b. Mampu menumbuhkan saling pengertian dengan keluarga dekat dan

tetangga.

c. Memiliki pergaulan yang luas tetapi dapat menjaga martabat diri sehingga

terhindar dari fitnah dan gossip.

d. Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang terkait.

4. Memiliki kemampuan untuk selalu meningkatkan prestasi kerja demi

kelangsungan karir di masa depan.

(37)

Motivasi yang mendorong wanita terjun ke dunia karir antara lain:

1. Pendidikan.

Pendidikan dapat melahirkan wanita karir dalam berbagai lapangan kerja.

2. Terpaksa oleh keadaan dan kebutuhan yang mendesak, karena keadaan

keuangan tidak menentu atau pendapatan suami tidak memadai/mencukupi

kebutuhan, atau karena suami telah meninggal dan tidak meninggalkan harta

untuk kebutuhan anak-anak dan rumah tangga.

3. Untuk ekonomis, agar tidak tergantung kepada suami, walaupun suami

mampu memenuhi segala kebutuhan rumah tangga, karena sifat wanita,

adalah selagi ada kemampuan sendiri, tidak ingin selalu meminta kepada

suami.

4. Untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya.

5. Untuk mengisi waktu lowong.

6. Untuk mencari ketenangan dan hiburan.

7. Untuk mengembangkan bakat.

2.4.2. Macam-macam Wanita Karir

Setelah mempelajari pengertian wanita karir dan membandingkannya

dengan wanita bekerja dan tenaga kerja wanita, maka untuk membahas wanita

karir perlu dilihat terlebih dahulu tipe-tipe wanita karir karena inti wanita karir

tersebut adalah wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi. Wanita karir

dapat dibedakan kepada beberapa macam, yaitu:

(38)

Dalam kenyataannya ada wanita karir yang memang perlu tampil dengan

pakaian indah, baik dan menarik, sehingga ia dapat menjalin relasi yang

banyak dan meningkatkan karirnya, seperti misalnya wanita yang menjadi

pimpinan dalam perusahaan, wanita yang mengandalkan penampilan dalam

karirnya seperti penari, penyanyi dan peragawati.

b. Wanita karir yang berhubungan langsung dengan orang lain dan tidak dalam

mengembangkan dan menigkatkan karir, ada wanita yang harus berhubungan

langsung dengan orang lain seperti misalnya dosen, dokter, peneliti lapangan,

adapula wanita karir yang tidak berhubungan langsung dalam membina

karirnya, seperti misalnya penulis buku, desainer, pelukis.

c. Wanita karir yang bisa membina karirnya di dalam rumah dan di ruangan

tertentu dan tidak.

Wanita yang dapat membina karirnya di tempat tertentu, seperti di rumah atau

di ruangan tertentu tanpa harus keluar.

Untuk memperjelas kedudukan wanita karir adanya pengklasifikasian

keberadaan wanita karir yang dibedakan menjadi dua bentuk:

a. Wanita karir yang tidak terikat dengan tali pernikahan maksudnya adalah

wanita yang belum pernah menikah atau wanita yang pernah menikah tetapi

telah terjadi proses perceraian/talak yang aktif dalam bekerja pada bidang

pekerjaan tertentu sesuai dengan keahlian dan ketrampilan yang dimilikinya.

Karena tidak ada ikatan pernikahan, maka wanita yang tergolong dalam

(39)

b. Wanita karir yang terikat dengan tali pernikahan maksudnya adalah wanita

yang telah melangsungkan pernikahan dengan seorang pria yang ditandai

dengan adanya proses akad nikah yang di dalamnya terjadi sebuah ikatan lahir

batin antara si wanita dan si pria. Dari inilah lahirlah pasangan suami isteri

yang mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Karena telah menjadi

pasangan suami isteri, maka keduanya mempunyai keterikatan. Terutama

keterikatan dalam hal penyeimbangan pemenuhan hak dan kewajiban di antara

keduanya.

2.4.3. Dampak Positif dan Negatif dari Wanita Karir

Terjunnya wanita dalam dunia karir , banyak membawa pengaruh terhadap

segala aspek kehidupan, baik kehidupan pribadi dan keluarga, maupun kehidupan

masyarakat sekitarnya. Hal ini menimbulkan dampak positif dan negatif.

Adapun pengaruh positif dengan adanya wanita karir antara lain:

1. Dengan berkarir, wanita dapat membantu meringankan beban keluarga yang

tadinya hanya dipikul oleh suami yang mungkin kurang memenuhi kebutuhan,

tetapi dengan adanya wanita ikut berkiprah dalam mencari nafkah, maka krisis

ekonomi dapat ditanggulangi.

2. Dengan berkarir, wanita dapat memberikan pengertian dan penjelasan kepada

keluarganya, utamanya kepada putra-putrinya tentang kegiatan-kegiatan yang

diikutinya, sehingga kalau ia sukses dan berhasil dalam karirnya,

putara-putrinya akan gembira dan bangga, bahkan menjadikan ibunya sebagai

(40)

3. Dalam memajukan dan mensejahterakan masyarakat dan bangsa diperlukan

partisipasi serta keikutsertaan kaum wanita, karena dengan segala potensinya

wanita mampu dalan hal ini, bahkan ada di antara pekerjaan yang tidak bisa

dilaksanakan oleh pria dapat berhasil ditangani oleh wanita, baik karena

keahloannya maupun karena bakatnya.

4. Dengan berkarir, wanita dalam mendidik anak-anaknya pada umumnya lebih

bijaksana, demokratis dan tidak otoriter, sebab dengan karirnya itu ia bisa

memiliki pola pikir yang moderat.

5. Dengan berkarir, wanita yang menghadapi kemelut dalam rumah tangganya

atau sedang mendapat gangguan jiwa, akan terhibur dan jiwanya akan menjadi

sehat, sebagaimana disebutkan oleh Zakiyah Drajat dalam bukunya “ Islam

dan Peran Wanita”, sebagai berikut: “ untuk kepentingan kesehatan jiwanya,

wanita itu harus gesit bekerja, jika seorang tidak bekerja atau diam saja, maka

ia melamun, berkhayal memikirkan atau mengenangkan hal-hal yang dalam

kenyataan tidak dialami atau dirasakannya. Apabila orang terbiasa berkhayal,

maka hayalan itu akan lebih mengasyikannya daripada bekerja dan berpikir

secara obyektif. Orang-orang yang suka menghabiskan waktunya untuk

berkhayal itu akan mudah diserang oleh gangguan dan penyakit”.

Demikian antara lain dampak positif dari wanita karir, tetapi kalau

dipandang dari dimensi lain, sangat memprihatinkan karena membawa dampak

negatif, baik secara sosiologis maupun agamis. Ekses yang timbul bukan saja di

(41)

rumahtangganya, sehingga tugas utama sebagai ibu rumah tangga sering

terlupakan. Adapun dampak negatif yang timbul dengan adanya wanita karir

antara lain:

1. Terhadap anak.

Wanita yang hanya mengutamakan karirnya akan berpengaruh pada

pembinaan dan pendidikan anak-anak maka tidak aneh kalau banyak terjadi

hal-hal yang tidak di harapkan. Hal ini harus diakui sekalipun tidak bersifat

menyeluruh bagi setiap individu yang berkarir.

2. Terhadap suami.

Di balik kebanggaan suami yang mempunyai isteri wanita karir yang maju,

aktif dan kreatif, pandai dan dibutuhkan masyarakat tidak mustahil menemui

persolan-persoalan dengan isterinya.

3. Terhadap rumah tangga.

Kadang-kadang rumah tangga berantakan disebabkan oleh kesibukan ibu

rumah tangga sebagai wanita karir yang waktunya banyak tersita oleh

pekerjaannya di luar rumah.

4. Terhadap kaum laki-laki.

Laki-laki banyak yang menganggur akibat adanya wanita karir, kaum laki-laki

tidak memperoleh kesempatan untuk bekerja, karena jatahnya telah direnggut

atau dirampas oleh kaum wanita.

5. Terhadap masyarakat.

Wanita karir yang kurang memperdulikan segi-segi normative dalam

(42)

sehari-hari akan menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan suatu

masyarakat.

6. Wanita lajang yang mementingkan karirnya kadang bisa menimbulkan budaya

“nyeleneh” nyaris meninggalkan kodratnya sebagai kaum hawa, yang pada

akhirnya mencuat budaya “lesbi atau kumpul kebo”.

Di zaman teknologi sekarang ini, sosok wanita karir merupakan fenomena

umum, memang tidak sedikit wanita yang berperan ganda selain menjadi wanita

karir juga ibu rumah tangga untuk itu asal dapat menyiasati waktu dengan baik

maka dampak negatif dapat ditanggulangi meskipun tidak sepenuhnya

terselesaikan. Di dalam melakukan suatu pekerjaan memang ada dampak positif

dan negatif tetapi tidak hanya wanita karir namun pria karir juga. Namun memang

kebanyakan yanglebih disorot masyarakat dalam segala aspek adalah wanita karir.

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang membahas mengenai sebagian dari

permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hernawati Mei Lestari Sihombing (2010) melakukan penelitian dengan

judul “Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Life Satisfaction pada

Wanita Bekerja di kota Medan yang berusia 25 – 40 tahun, sudah menikah dan

memiliki anak serta bekerja selama 8 jam/hari”, yang menyatakan bahwa nilai

korelasi antara konflik peran ganda dengan life satisfaction adalah sebesar rxy =

(43)

negatif yang signifikan antara konflik peran ganda dengan life satisfaction pada

wanita bekerja.

Dhamayantie (2009) melakukan penelitian dengan judul “Konsekuensi

Konflik Pekerjaan-Keluarga (Work-Family Conflict) Pada Pekerja Wanita yang

menikah di Kota Pontianak”, yang menunjukkan bahwa konflik

pekerjaan-keluarga tidak berpengaruh positif signifikan terhadap stres pekerjaan, konflik

keluarga-pekerjaan berpengaruh positif signifikan terhadap stress pekerjaan, dan

stress pekerjaan tidak bepengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan kerja, ini

berarti stress pekerjaan bukanlah variable perantara.

Christine, W. S,dkk (2010) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh

Konflik Pekerjaan dan Konflik Keluarga Terhadap Kinerja dengan Konflik

Pekerjaan Keluarga Sebagai Intervening Variabel (Studi pada Dual Career

Couple di Jabodetabek)”, menyimpulkan bahwa bahwa pada dual career couple di

Jabodetabek konflik pekerjaan tidak mempengaruhi konflik keluarga, konflik

pekerjaan berpengaruh positif terhadap konflik pekerjaan keluarga, konflik

keluarga tidak mem-pengaruhi konflik pekerjaan keluarga, dan konflik pekerjaan

keluarga berpengaruh positif terhadap kinerja.

2.6. Kerangka Konseptual

Karir adalah semua pekerjaan atau jabatan yang ditangani atau dipegang

selama kehidupan kerja seseorang. Dengan demikian karir menunjukkan

(44)

kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi

(Handoko, 2000).

Konflik pekerjaan-keluarga (Work-family conflict) sebagai bentuk konflik

peran di mana tuntutan peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat

disejajarkan dalam beberapa hal. Konflik ini biasanya terjadi pada saat seseorang

berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut

dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan

keluarganya, atau sebaliknya, dimana pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga

dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan

pekerjaannya (Greenhaus dan Beutell, 1985).

Life satisfaction (kepuasan hidup) merupakan komponen kognitif dalam

subjective well being, sedangkan Wanita karir menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1996) adalah pihak wanita (gender) yang mempunyai pekerjaan atau

jabatan, dimana diharapkan untuk berkembang pada periode yang akan datang.

a. Keterkaitan Pengembangan Karir terhadap Kepuasan Hidup

Pengembangan manajerial dari karakteristik pekerjaan dikaitkan dengan

posisi-posisi pada tingkat yang lebih tinggi, seperti gaji yang lebih tinggi,

kesempatan-kesempatan untuk mengatur tugas pekerjaan dari tekanan luar dan

juga kesempatan-kesempatan untuk bekerja dalam bidang atau tugas yang baru.

Pengembangan karir merupakan suatu cara bagi sebuah organisasi untuk

mendukung atau meningkatkan produktivitas para pekerja, sementara itu sekaligus

(45)

jabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab atau ke lokasi (kedudukan)

yang lebih baik. Karir sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk

suatu pola kemajuan yang sistematik dan jelas jalurnya. Karir sebagai sejarah

pekerjaan seseorang atau serangkaian posisi yang dipegangnya selama kehidupan

kerja.

Sisem karir dan motivasi manajerial, merupakan perlakuan yang adil atas

inspirasi pembicaraan tentang pemberdayaan dan manajemen diri dan dapat

diasumsikan bahwa karir merupakan salah satu bentuk kepuasan kerja bagi

seseorang wanita karir. Selanutnya dalam menguraikan hubungan karir dengan

kepuasan hidup menggunakan bahasa kepuasan kerja. Hubungan antara kepuasan

kerja dan kepuasan hidup adalah penting dan kepuasan dalam bekerja menjadi

penyebab terhadap kepuasan hidup sehingga disimpulkan bawa terdapat hubungan

yang positif antara karir terhadap kepuasan wanita karir.

b. Keterkaitan Konflik Pekerjaan-Keluarga terhadap Kepuasan Hidup

Salah satu bentuk dari konflik peran adalah yang muncul antara peran

dalam pekerjaan dan peran dalam keluarga. Konflik antara peran dalam keluarga

dapat mengarah kepada stress dalam bekerja karena konflik antar peran ini

memaksa seseorang untuk memerankan perilaku yang bertentangan dengan

wewenang yang berbeda.

Ada dua jenis konflik keluarga-pekerjaan yang berbeda yaitu gangguan

pekerjaan dengan keluarga dan gangguan keluarga dengan pekerjaan. Wanita

(46)

Pekerjaan sangat mempengaruhi kehidupan keluarga, maka konflik yang sering

timbul dalam keluarga yang menyebabkan rendahnya kecocokan antar pasangan

suami istri sehingga menyebabkan rendahnya tingkat kepuasan hidup.

Wanita karir yang merasa pekerjaannya mencampuri kehidupan

keluarganya melaporkan kepuasan hidup yang lebih rendah dari pada para wanita

wanita karir yang tidak adanya pengaruh tersebut. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang negative antara terjadinya konflik

pekerjaan-keluarga terhadap kepuasan wanita karir.

Kerangka Konseptual ini mengemukakan variabel yang akan diteliti dan

dapat dilihat pada gambar 2.1.

KARIR (X1)

KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA (X2)

KEPUASAN HIDUP WANITA KARIR (Y)

Sumber : Rusdi Abdul Kadir (2001)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

1.6. Hipotesis

Hipotesis merupakan penjelasan sementara dari tinjauan teoritis yang

mencerminkan hubungan antara variabel yang sedang diteliti dan merumuskan

(47)

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Terdapat pengaruh yang positip dan signifikan antara karir terhadap

kepuasan hidup Wanita Karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten

Simalungun.

H2 : Terdapat pengaruh yang negatip dan signifikan antara terjadinya konflik

pekerjaan dengan keluarga terhadap kepuasan hidup Wanita Karir di

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspalanasi (penjelasan)

dimana penelitian ini menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel

penelitian melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1996). Pada tingkat

eksplanasi penelitian termasuk ke dalam penelitian asosiatif (pengaruh) yaitu

penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih yaitu variabel karir (X1)

dan variabel konflik pekerjaan dengan keluarga (X2) berpengaruh terhadap

kepuasan hidup wanita karir (Y).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas) yang beralamat di Jalan Parapat Kecamatan Dolok Panribuan Unit

Tiga Dolok Kabupaten Simalungun. Waktu penelitian dilakukan pada bulan

September sampai Oktober 2012.

3.3. Batasan Operasional

Batasan Operasional dilakukan untuk menghindari penelitian yang

simpangsiur terhadap permasalahan. Sesuai dengan latar belakang dan perumusan

(49)

1. Variabel Independen (Bebas)

a. Variabel karir (X1)

b. Variabel konflik pekerjaan dengan keluarga (X2)

2. Variabel Dependen (Terikat) adalah

- Variabel kepuasan hidup wanita karir (Y)

3.4. Defenisi Operasional

Defenisi Operasional variabel dipergunakan untuk menjelaskan

variabel-variabel yang sudah diidentifikasi sebagai upaya pemahaman penelitian. Definisi

operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.4.1. Variabel Bebas

Variabel bebas terdiri dari dua variabel, yaitu sebagai berkut:

1. Variabel Karir (X1)

Karir menunjukkan perkembangan para pegawai di Puskesmas Tiga Dolok

Kabupaten Simalungun secara indivudu dalam jenjang jabatan atau kepangkatan

yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi tersebut.

Adapun indikator dari karir, yaitu:

a) Kesesuaian jalur karir dengan kemampuan pegawai

b) Adanya pengembangan minat

c) Pelaksanaan yang adil

d) Kepedulian atasan langsung

(50)

2. Variabel Konflik Pekerjaan dengan Keluarga (X2)

Konflik pekerjaan-keluarga (Work-family conflict) sebagai bentuk konflik

peran di mana tuntutan peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat

disejajarkan dalam beberapa hal. Konflik ini biasanya terjadi pada saat seseorang

berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut

dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan

keluarganya, atau sebaliknya, dimana pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga

dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan

pekerjaannya.

Adapun indikator Konflik Pekerjaan dengan Keluarga, yaitu:

a) Time-based conflict

b) Strain-based conflict

c) Behavior-based conflict,

3.4.2. Variabel Terikat : Variabel Kepuasan Hidup Wanita Karir (Y)

Life satisfaction (kepuasan hidup) merupakan komponen kognitif dalam

subjective well being. Subjective well being mengacu pada kepercayaan atau

perasaan subjektif individu bahwa kehidupannya berjalan dengan baik. Andrews

dan Withey mengidentifikasi komponen subjective well being menjadi positive

affect dan negative affect (sebagai komponen afektif dari subjective well being)

serta life satisfaction (sebagai komponen kognitif).

(51)

b) Status Kerja

c) Penghasilan/Pendapatan

d) Realisme dari Konsep-konsep Peran

e) Keluarga

f) Usia

g) Pendidikan

h) Agama/Kepercayaan

i) Hubungan sosial

Operasional variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala

Variabel

Karir (X1) Semua pekerjaan atau jabatan

yang ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja seseorang

a) Kesesuaian jalur karir dengan kemampuan pegawai

b) Adanya pengembangan minat

c) Pelaksanaan yang adil d) Kepedulian atasan

langsung

e) Kepuasan dalam karir

Likert

Konflik Pekerjaan dengan Keluarga (X2)

bentuk konflik peran ganda dalam pekerjaan-keluarga tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal

a) Time-based conflict wanita karir untuk menikmati kehidupan sehari-hari yang disertai dengan tingkat kegembiraan

a) Kesehatan b) Status kerja

c) Penghasilan/Pendapatan d) Realisme dari

konsep-konsep peran e) Keluarga f) Usia

g) Pendidikan

h) Agama/Kepercayaan i) Hubungan sosial

(52)

3.5. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert sebagai alat

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang

kejadian atau gejala sosial (Sugiyono, 2005). Dengan menggunakan skala Likert,

maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.

Kemudian indicator variabel tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.

Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan diuji, pada

setiap jawaban akan diberikan skor. Bobot nilai yang diberikan untuk setiap

jawaban dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No Pernyataan Skor

1. Sangat Setuju (SS) 5

2. Setuju (S) 4

3. Kurang Setuju (KS) 3

4. Tidak Setuju (TS) 2

5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber : Sugiyono (2005)

3.6. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah semua wanita karir yang bertugas dan

bertanggung jawab di masing-masing unit organisasi yang ada di Puskesmas Tiga

Dolok kabupaten Simalungun. Jumlah populasi yang diteliti dalam penelitian ini

berjumlah 40 orang wanita yang bertugas, terdiri dari Kepala Puskesmas, Bidan,

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketidakmampuan wanita karir dalam menyelesaikan konflik peran ganda tersebut dapat menyebabkan mereka menampilkan sikap kerja yang negatif misalnya kurang motivasi dalam

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita karir di Universitas Sam Ratulangi pada dasarnya hanya memiliki tingkat konflik yang rendah sehingga mereka mampu berkinerja

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita karir di Universitas Sam Ratulangi pada dasarnya hanya memiliki tingkat konflik yang rendah sehingga mereka mampu berkinerja

PENGARUH KONFLIK PERAN DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KEPUASAN KERJA (STUDI PEGAWAI DIVISI KONSTRUKSI IV..

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti tentang wanita karir dan pengaruhnya terhadap keluarga sakinah, mawaddah, warahmah adalah wanita-wanita karir yang bekerja

Kepuasan perkawinan berhubungan positif secara nyata dengan pendidikan istri, dan berhubungan negatif secara nyata dengan besar keluarga, lama pernikahan dan

Hasil dari penelitian ini adalah secara bersama-sama simultan terdapat pengaruh dari variabel Pengembangan Karir, Gaya Kepemimpinan, dan Konflik Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada

Oleh yang demikian kajian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh konflik kerja dan keluarga terhadap tahap kepuasan ibu bapa dalam kalangan wanita dwikerjaya sepanjang tempoh PKP..