• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Karir dan Konflik Perkerjaan-Keluarga terhadap Kepuasan Hidup Wanita Karir pada Puskesmas Tiga dolok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Karir dan Konflik Perkerjaan-Keluarga terhadap Kepuasan Hidup Wanita Karir pada Puskesmas Tiga dolok"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Karir

Karir adalah semua pekerjaan atau jabatan yang ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja seseorang. Dengan demikian karir menunjukkan perkembangan para pegawai secara individu dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi (Handoko, 2000).

Istilah karir dapat diartikan dalam beberapa pengertian (Moekijat, 1995), yaitu:

1. Istilah karir tidak hanya berhubungan dengan individu yang mempunyai pekerjaan yang statusnya tinggi atau yang mendapat kemajuan cepat. Karir menunjukkan rangkaian atau urutan pekerjaan/jabatan yang dipegang oleh orang-orang selama riwayat pekerjaannya, tidak pandang tingkat pekerjaan atau tingkat organisasinya.

(2)

3. Istilah karir tidak lagi mempunyai arti yang sama dalam suatu pekerjaan dalam suatu mata pencaharian atau dalam suatu organisasi. Sekarang terdapat fakta-fakta bahwa semakin lama semakin banyak individu yang mengalami apa yang disebut banyak karir, jalur-jalur karir yang mengandung dua atau tiga bidang yang berlainan dan dua atau tiga organisasi yang berlainan pula. 4. Tidak ada anggapan lagi bahwa organisasi dapat mengendalikan karir

individu secara sepihak. Untuk memelihara pegawai yang dihargai organisasi juga menjadi lebih tanggap terhadap tuntutan individu-individu dan kebutuhan pegawai-pegawai. Terdapat lebih banyak tekanan pada perencanaan dan kurang dalam melihat bagaimana sesuatu itu menghasilkan, baik bagi pihak individu maupun pihak organisasi.

Pada umumnya yang mempengaruhi karir seseorang adalah keluarga, lingkungan, pendidikan, saran-saran mengenai sumber karir, peran karyawan itu sendiri.

Berdasarkan berbagai defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karir adalah merupakan rangkaian atau urutan posisi pekerjaan atau jabatan yang dipegang selama kehidupan kerja seseorang.

Karir juga merupakan perkembangan jenjang jabatan yang diduduki oleh seorang pegawai. Semakin tinggi menduduki jabatan yang ditempati seseorang, maka semakin baik karir seseorang. Karir diukur dengan tingkat tantangan pekerjaan, tingkat motivasi dan peluang promosi.

(3)

1. Kesesuaian jalur karir dengan kemampuan pegawai, yaitu kesesuaian antara jalur karir dengan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden mengenai kesesuaian pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang dimiliki dengan yang dibutuhkan pada jalur karir (jenjang jabatan) yang di ikuti.

2. Adanya pengembangan minat, yaitu adanya pengembangan minat yang diberikan perusahaan untuk membantu karir mereka di masa yang akan datang, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden mengenai pengembangan minat yang di ikuti dapat membantu dalam mencapai sasaran karir (posisi/jabatan) yang di inginkan.

3. Pelaksanaan yang adil, yaitu keadilan perlakuan dalam berkarir yang juga mengandung makna adanya sebuah aturan yang jelas dan dapat dijadikan pegangan dalam memberikan kesempatan untuk berkarir tanpa membedakan satu sama lain, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden mengenai ada atau tidaknya aturan yang memberikan kesempatan yang adil dan memiliki tingkat obyektivitas bagi semua pegawai untuk dikembangkan karirnya sesuai dengan kemampuan pegawai.

(4)

pegawai dalam melaksanakan tugas sehari-hari, dan selalu memberikan umpan balik tentang ke lemahan dan kekurangannya untuk diperbaiki.

5. Kepuasan dalam karir, yaitu tingkat kepuasan akan karir (jabatan) yang ingin dicapai, yang ditunjukan dengan sifat pekerjaan yang lebih menantang, lebih bergengsi, lebih besar wewenang dan tanggung jawabnya, dan semakin besar pula penghasilannya, dalam penelitian ini diukur dari pendapat/persepsi responden mengenai sasaran karir yang ingin dicapai lebih menantang, lebih bergengsi, lebih besar wewenang dan tanggung jawabnya, dan lebih besar penghasilannya dari karir mereka sekarang.

2.2. Konflik Pekerjaan dengan Keluarga

Terjadinya perubahan demografi tenaga kerja seperti peningkatan jumlah wanita bekerja dan pasangan yang keduanya bekerja telah mendorong terjadinya konflik antara pekerjaan dan kehidupan keluarga. Hal ini membuat banyak peneliti yang tertarik untuk meneliti sebab dan pengaruh dari konflik pekerjaan-keluarga (Judge et al, 1994).

(5)

dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan pekerjaannya (Greenhaus dan Beutell, 1985).

Tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan yang berasal dari beban kerja yang berlebihan dan waktu seperti pekerjaan yang harus diselesaikan terburu-buru dan deadline. Sedangkan tuntutan keluarga berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menangani tugas-tugas rumah tangga. Tuntutan keluarga ini ditentukan oleh besarnya keluarga, komposisi keluarga dan jumlah anggota keluarga yang memiliki ketergantungan terhadap anggota yang lain (Yang et al, 2000).

(6)

Konflik pekerjaan-keluarga mempunyai dua komponen, yaitu urusan keluarga mencampuri pekerjaan (family interference with work) dan urusan pekerjaan mencampuri keluarga (work interference with family). Konflik pekerjaan-keluarga dapat timbul dikarenakan urusan pekerjaan mencampuri urusan keluarga seperti banyaknya waktu yang dicurahkan untuk menjalankan pekerjaan menghalangi seseorang untuk menjalankan kewajibannya di rumah, atau urusan keluarga mencampuri urusan pekerjaan seperti merawat anak yang sakit akan menghalangi seseorang untuk datang ke kantor (Gutek, 1991).

Beberapa peneliti menemukan bahwa wanita cenderung menghabiskan lebih banyak waktu dalam hal urusan keluarga sehingga wanita dilaporkan lebih banyak mengalami konflik pekerjaan-keluarga khususnya family interference with work. Sebaliknya pria cenderung untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk menangani urasan pekerjaan daripada wanita sehingga pria dilaporkan lebih banyak mengalami konflik pekerjaan-keluarga khususnya work interference with family daripada wanita. Tiga jenis konflik pekerjaan-keluarga (Greenhaus dan Beutell, 1985) mengidentifikasikan, yaitu :

1. Time-based conflict, adalah waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan salah satu tuntutan (keluarga atau pekerjaan) yang dapat mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan yang lainnya (pekerjaan atau keluarga).

2. Strain-based conflict, terjadi pada saat tekanan salah satu peran mempengaruhi kinerja peran yang lainnya.

(7)

2.3. Kepuasan hidup(Life Satisfaction)

2.3.1. Definisi Life Satisfaction

Life satisfaction (kepuasan hidup) merupakan komponen kognitif dalam

subjective well being. Subjective well being mengacu pada kepercayaan atau perasaan subjektif individu bahwa kehidupannya berjalan dengan baik (Lucas dan Diener dalam Diener, 2009).

Kepuasan hidup itu sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-pengalamannya yang disertai dengan tingkat kegembiraan. Selain itu, tingkat keberhasilan individu ketika memecahkan masalah penting dalam kehidupannya juga mempengaruhi kebahagiaan dan menentukan kepuasan hidup individu tersebut (Hurlock, 1980). Life satisfaction

merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas area-area utama dalam hidup yang mereka anggap penting (domain satisfaction) seperti hubungan interpersonal, kesehatan, pekerjaan, pendapatan, spiritualitas dan aktivitas di waktu luang.

Life satisfaction dan domain satisfaction tersebut berpatokan pada kepercayaan atau sikap individu dalam menilai kehidupannya. Dalam hal ini, individu menilai apakah situasi dan kondisi dalam kehidupannya positif dan memuaskan (Pavot dalam Eid dan Larsen, 2008).

Secara konsep, domain satisfaction merupakan bagian dari life satisfaction

(8)

satisfaction dan domain satisfaction tersebut dengan 2 pendekatan teori subjective well being yaitu bottom up theories dan top down theories.

Bottom up theories mengasumsikan bahwa penilaian life satisfaction

dilakukan berdasarkan pengukuran satisfaction pada sejumlah domain kehidupan. Hubungan life satisfaction dan domain satisfaction menggambarkan pengaruh sebab akibat domain satisfaction terhadap life satisfaction. Sebagai contoh, individu yang memiliki marital satisfaction (domain satisfaction) tinggi juga memiliki life satisfaction tinggi karena marital satisfaction merupakan aspek penting dari life satisfaction. Menurut teori ini, perubahan yang terjadi pada

domain satisfaction juga akan mengakibatkan perubahan pada life satisfaction.

Sementara itu, top down theories menjelaskan kebalikan dari asumsi bottom up theories. Seorang individu yang puas atas hidupnya secara keseluruhan juga akan menilai area (domain) penting dalam kehidupannya secara lebih positif, meskipun kepuasan hidup tidak berdasar pada kepuasan atas area penting tersebut. Menurut teori ini, perubahan yang terjadi pada domain satisfaction tidak akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada life satisfaction.

Hubungan antara life satisfaction dan domain satisfaction dengan menyatakan bahwa apabila life satisfaction semakin meningkat, maka domain satisfaction mungkin meningkat tanpa adanya perubahan objektif pada domain

tersebut (Schimmack dalam Eid & Larsen, 2008).

Jadi, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa life satisfaction

(9)

atas area-area utama yang mereka anggap penting dalam hidup (domain satisfaction) berdasarkan suatu standar atau patokan yang dibuat oleh individu itu sendiri.

2.3.2. Aspek Life satisfaction

Diener (2008) mengemukakan pembahasan lebih lanjut dalam jurnal beliau yang berjudul Subjective Well Being: Three Decades of Progress (1999) menyatakan bahwa dalam komponen life satisfaction ini terdapat:

1. Keinginan untuk mengubah kehidupan, 2. Kepuasaan terhadap hidup saat ini, 3. Kepuasan hidup di masa lalu,

4. Kepuasan terhadap kehidupan di masa depan, 5. Penilaian orang lain terhadap kehidupan seseorang.

Kelima aspek diatas terangkum dalam 5 item pernyataan dalam

satisfaction with life scale, antara lain: 1. In most ways my life is close to my ideal.

2. The conditions of my life are excellent.

3. I am satisfied with my life.

4. So far I have gotten the important things I want inlife.

5. If I could live my life over, I would change almost nothing

Sementara itu, dalam domain satisfaction terdapat beberapa area seperti

(10)

2.3.3. Karakteristik Individu yang Memiliki Life Satisfaction Tinggi

Karakteristik individu yang memiliki life satisfaction yang tinggi antara lain memiliki keluarga dan teman dekat yang supportif, memiliki pasangan yang romantis, memiliki aktivitas pekerjaan dan aktivitas pensiun yang berharga, menikmati waktu santai mereka dan mempunyai kesehatan yang baik. Individu dengan life satisfaction tinggi dikatakan juga tidak memiliki masalah dengan kecanduan alkohol, obat-obatan atau judi (Diener et al, 2009), juga menyatakan bahwa individu yang memiliki life satisfaction yang tinggi adalah individu yang memiliki tujuan penting dalam hidupnya dan berhasil untuk mencapai tujuan tersebut. Jadi, individu yang life satisfaction-nya tinggi merasa bahwa hidup mereka bermakna dan mempunyai tujuan dan nilai yang penting bagi mereka.

Individu yang puas akan kehidupannya adalah individu yang menilai bahwa kehidupannya memang tidak sempurna tetapi segala sesuatu berjalan dengan baik, selalu mempunyai keinginan untuk berkembang dan menyukai tantangan (Diener et al, 1985).

Individu yang bahagia adalah individu yang berusia muda, sehat, berpendidikan yang baik, berpenghasilan baik, beragama, menikah, mempunyai semangat kerja tanpa memandang jenis kelamin dan tingkat kecerdasan individu.

2.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Life Satisfaction

(11)

kepada perubahan yang terjadi pada domain penting dalam hidup individu (Headey et al dalam Eid dan Larsen, 2008).

Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kebahagiaan secara umum dan khususnya life satisfaction pada seorang individu antara lain:

1. Kesehatan

Hal yang berkaitan dengan kebahagiaan adalah penilaian subjektif individu mengenai kesehatannya dan bukan atas penilaian objektif yang didasarkan pada analisa medis. Kesehatan yang baik memungkinkan orang pada usia berapa pun dapat melakukan aktivitas. Sedangkan kesehatan yang buruk atau ketidakmampuan fisik dapat menjadi penghalang untuk mencapai kepuasan bagi keinginan dan kebutuhan individu, sehingga menimbulkan rasa tidak bahagia (Diener dalam Carr, 2004).

2. Status Kerja

Individu dengan status bekerja lebih bahagia daripada individu yang tidak bekerja dan begitu juga dengan individu yang profesional dan terampil tampak lebih bahagia daripada individu yang tidak terampil (Argyle dalam Carr, 2004).

(12)

3. Penghasilan/Pendapatan

Penghasilan berkaitan dengan kepuasan finansial dan kepuasan finansial berkaitan dengan life satisfaction dan juga menyatakan bahwa penghasilan mempunyai hubungan yang lemah dengan kebahagiaan (Diener et al, 2008). 4. Realisme dari Konsep-Konsep Peran

Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan memainkan peran baru, seperti peran suami/istri, orang tua dan pencari nafkah dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini. Semakin berhasil seseorang melaksanakan tugas tersebut semakin hal itu dihubungkan dengan prestise, maka semakin besar kepuasan yang ditimbulkan (Hurlock, 1980). 5. Keluarga

Penelitian menunjukkan bahwa individu yang telah menikah memiliki

subjective well being yang lebih tinggi daripada kelompok individu yang tidak menikah (Diener, 2009). Meskipun wanita yang menikah mungkin dilaporkan mengalami gejala stres yang lebih besar daripada wanita yang tidak menikah, mereka juga dilaporkan memiliki life satisfaction yang lebih tinggi. Pernikahan yang memiliki komunikasi yang saling menghargai dan jelas serta saling memaafkan kesalahan masing-masing berkaitan dengan tingkat kepuasan yang tinggi sehingga mengakibatkan kebahagiaan yang lebih tinggi.

(13)

6. Usia

Manusia yang memiliki usia muda lebih bahagia daripada individu yang berusia lanjut. Akan tetapi, sejumlah tokoh mengadakan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan penelitian tersebut dan hasilnya menunjukkan dua hal, ada penelitian yang menunjukkan tidak ada efek usia terhadap kebahagiaan tetapi ada juga penelitian yang menemukan adanya hubungan yang positif antara usia dengan life satisfaction (Diener, 2009).

7. Pendidikan

Pendidikan tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap subjective well being dan memiliki interaksi dengan variabel lain yaitu pendapatan (Diener, 2009). Namun, beberapa penelitian juga menemukan bahwa pendidikan mempunyai dampak positif terhadap kebahagiaan wanita.

8. Agama/Kepercayaan)

Agama dapat memberikan tujuan dan makna hidup, membantu individu mensyukuri kegagalannya, memberikan individu komunitas yang supportif, dan memberikan pemahaman mengenai kematian secara benar.

Agama menyediakan manfaat bagi kehidupan sosial dan psikologis individu sehingga akhirnya meningkatkan life satisfaction. Agama dapat menyediakan perasaan bermakna dalam kehidupan setiap hari terutama saat masa krisis. Selain itu, juga menyediakan identitas kolektif dan jaringan sosial dari sekumpulan individu yang memiliki kesamaan sikap dan nilai. (Diener et al, 2008).

(14)

9. Hubungan sosial

Hubungan sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap life satisfaction.

Individu yang memiliki kedekatan dengan orang lain, memiliki teman dan keluarga yang supportif cenderung puas akan seluruh kehidupannya. Sebaliknya, kehilangan orang yang disayangi akan menyebabkan individu menjadi tidak puas akan hidupnya dan individu tersebut memerlukan waktu untuk kembali menilai kehidupannya secara positif (Diener et al, 2008).

2.4. Wanita Karir

2.4.1. Pengertian Wanita Karir

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988), Karir berasal dari kata karier (Belanda) yang berarti pertama, perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan dan jabatan. Kedua, pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Selain itu kata karir selalu dihubungkan dengan tingkat atau jenis pekerjaan seseorang. Wanita karir berarti wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha dan perusahaan).

(15)

yaitu untuk mencari tambahan nafkah guna membantu meringankan beban keluarga dan untuk meniti serta mengembangkan karir.

Beberapa ciri wanita karir adalah sebagai berikut:

1. Wanita yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu kemajuan.

2. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu merupakan kegiatan-kegiatan profesional sesuai dengan bidang yang ditekuninya, baik di bidang politik, ekonomi, pemerintahan, ilmu pengetahuan, ketentaraan, sosial, budaya pendidikan, maupun di bidang-bidang lainnya.

3. Bidang pekerjaan yang ditekuni oleh wanita karir adalah pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya dan dapat mendatangkan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, atau jabatan.

Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa “wanita karir” adalah wanita yang menekuni sesuatu atau beberapa pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian tertentu yang dimilikinya untuk mencapai suatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan, atau jabatan.

(16)

menghasilkan uang dan kedudukannya bisa lebih tinggi dan lebih rendah dari wanita karir, seperti wanita yang terlibat dalam perdagangan.

Sedangkan wanita yang biasa disebut dengan Tenaga Kerja Wanita (TKW) adalah wanita yang mampu melakukan pekerjaan di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ciri dari wanita ini adalah kemampuan melakukan pekerjaan untuk menghasilkan jasa atau barang, berpenghasilan lebih tinggi bahkan punya kedudukan yang tinggi yang berpenghasilan besar dan tidak identik dengan babu atau pembantu rumah tangga, dokter, para ahli wanita dan sejenisnya sebagian tenaga kerja wanita masuk dalam kategori ini.

Meskipun ada perbedaan antara wanita karir, wanita pekerja dan tenaga kerja wanita namun tidak berarti mereka terpisah secara diametral. Bisa saja wanita karir justru dari TKW atau dari wanita bekerja. Seorang tenaga kerja wanita yang bekerja di sebuah perusahaan bisa saja pada mulanya ia hanya pesuruh kemudian meningkat menjadi manager. Maka peningkatan tersebut juga merupakan karir dari TKW. Demikian pula wanita bekerja yang karena ia giat dan gigih serta tekun dalam pekerjaannya sehingga ia meningkat terus menjadi professional dalam bidangnya, maka peningkatannya ini juga merupakan peningkatan karir.yang jelas ketiga ciri wanita di atas memiliki kesamaan yaitu mereka giat dan gigih bekerja untuk memperoleh kemajuan.

(17)

berkaitan dengan rumah tangga dan hakikat keibuan serta pekerjaannya di luar rumah. Dengan demikian seorang wanita karir harus memenuhi berbagai persyaratan dan tidak mungkin dimiliki oleh setiap wanita.

Syarat-syarat menjadi wanita karir meliputi: 1. Memiliki kesiapan mental:

a. Wawasan yang memadai tentang bidang yang digelutinya beserta kaitannya dengan aspek-aspek yang lain.

b. Kebenarian memikul tanggung jawab dan tidak bergantung pada orang lain.

2. Kesiapan jasmani, seperti kesehatan jasmani serta stamina yang memadai untuk menekuni bidang pekerjaan tertentu.

3. Kesiapan sosial.

a. Mampu mengembangkan keharmonisan hubungan antara karir dan kegiatan rumah tangga.

b. Mampu menumbuhkan saling pengertian dengan keluarga dekat dan tetangga.

c. Memiliki pergaulan yang luas tetapi dapat menjaga martabat diri sehingga terhindar dari fitnah dan gossip.

d. Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang terkait.

4. Memiliki kemampuan untuk selalu meningkatkan prestasi kerja demi kelangsungan karir di masa depan.

5. Menggunakkan peluang dan kesempatan dengan baik.

(18)

Motivasi yang mendorong wanita terjun ke dunia karir antara lain: 1. Pendidikan.

Pendidikan dapat melahirkan wanita karir dalam berbagai lapangan kerja. 2. Terpaksa oleh keadaan dan kebutuhan yang mendesak, karena keadaan

keuangan tidak menentu atau pendapatan suami tidak memadai/mencukupi kebutuhan, atau karena suami telah meninggal dan tidak meninggalkan harta untuk kebutuhan anak-anak dan rumah tangga.

3. Untuk ekonomis, agar tidak tergantung kepada suami, walaupun suami mampu memenuhi segala kebutuhan rumah tangga, karena sifat wanita, adalah selagi ada kemampuan sendiri, tidak ingin selalu meminta kepada suami.

4. Untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya. 5. Untuk mengisi waktu lowong.

6. Untuk mencari ketenangan dan hiburan. 7. Untuk mengembangkan bakat.

2.4.2. Macam-macam Wanita Karir

Setelah mempelajari pengertian wanita karir dan membandingkannya dengan wanita bekerja dan tenaga kerja wanita, maka untuk membahas wanita karir perlu dilihat terlebih dahulu tipe-tipe wanita karir karena inti wanita karir tersebut adalah wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi. Wanita karir dapat dibedakan kepada beberapa macam, yaitu:

(19)

Dalam kenyataannya ada wanita karir yang memang perlu tampil dengan pakaian indah, baik dan menarik, sehingga ia dapat menjalin relasi yang banyak dan meningkatkan karirnya, seperti misalnya wanita yang menjadi pimpinan dalam perusahaan, wanita yang mengandalkan penampilan dalam karirnya seperti penari, penyanyi dan peragawati.

b. Wanita karir yang berhubungan langsung dengan orang lain dan tidak dalam mengembangkan dan menigkatkan karir, ada wanita yang harus berhubungan langsung dengan orang lain seperti misalnya dosen, dokter, peneliti lapangan, adapula wanita karir yang tidak berhubungan langsung dalam membina karirnya, seperti misalnya penulis buku, desainer, pelukis.

c. Wanita karir yang bisa membina karirnya di dalam rumah dan di ruangan tertentu dan tidak.

Wanita yang dapat membina karirnya di tempat tertentu, seperti di rumah atau di ruangan tertentu tanpa harus keluar.

Untuk memperjelas kedudukan wanita karir adanya pengklasifikasian keberadaan wanita karir yang dibedakan menjadi dua bentuk:

(20)

b. Wanita karir yang terikat dengan tali pernikahan maksudnya adalah wanita yang telah melangsungkan pernikahan dengan seorang pria yang ditandai dengan adanya proses akad nikah yang di dalamnya terjadi sebuah ikatan lahir batin antara si wanita dan si pria. Dari inilah lahirlah pasangan suami isteri yang mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Karena telah menjadi pasangan suami isteri, maka keduanya mempunyai keterikatan. Terutama keterikatan dalam hal penyeimbangan pemenuhan hak dan kewajiban di antara keduanya.

2.4.3. Dampak Positif dan Negatif dari Wanita Karir

Terjunnya wanita dalam dunia karir , banyak membawa pengaruh terhadap segala aspek kehidupan, baik kehidupan pribadi dan keluarga, maupun kehidupan masyarakat sekitarnya. Hal ini menimbulkan dampak positif dan negatif.

Adapun pengaruh positif dengan adanya wanita karir antara lain:

1. Dengan berkarir, wanita dapat membantu meringankan beban keluarga yang tadinya hanya dipikul oleh suami yang mungkin kurang memenuhi kebutuhan, tetapi dengan adanya wanita ikut berkiprah dalam mencari nafkah, maka krisis ekonomi dapat ditanggulangi.

(21)

3. Dalam memajukan dan mensejahterakan masyarakat dan bangsa diperlukan partisipasi serta keikutsertaan kaum wanita, karena dengan segala potensinya wanita mampu dalan hal ini, bahkan ada di antara pekerjaan yang tidak bisa dilaksanakan oleh pria dapat berhasil ditangani oleh wanita, baik karena keahloannya maupun karena bakatnya.

4. Dengan berkarir, wanita dalam mendidik anak-anaknya pada umumnya lebih bijaksana, demokratis dan tidak otoriter, sebab dengan karirnya itu ia bisa memiliki pola pikir yang moderat.

5. Dengan berkarir, wanita yang menghadapi kemelut dalam rumah tangganya atau sedang mendapat gangguan jiwa, akan terhibur dan jiwanya akan menjadi sehat, sebagaimana disebutkan oleh Zakiyah Drajat dalam bukunya “ Islam dan Peran Wanita”, sebagai berikut: “ untuk kepentingan kesehatan jiwanya, wanita itu harus gesit bekerja, jika seorang tidak bekerja atau diam saja, maka ia melamun, berkhayal memikirkan atau mengenangkan hal-hal yang dalam kenyataan tidak dialami atau dirasakannya. Apabila orang terbiasa berkhayal, maka hayalan itu akan lebih mengasyikannya daripada bekerja dan berpikir secara obyektif. Orang-orang yang suka menghabiskan waktunya untuk berkhayal itu akan mudah diserang oleh gangguan dan penyakit”.

(22)

rumahtangganya, sehingga tugas utama sebagai ibu rumah tangga sering terlupakan. Adapun dampak negatif yang timbul dengan adanya wanita karir antara lain:

1. Terhadap anak.

Wanita yang hanya mengutamakan karirnya akan berpengaruh pada pembinaan dan pendidikan anak-anak maka tidak aneh kalau banyak terjadi hal-hal yang tidak di harapkan. Hal ini harus diakui sekalipun tidak bersifat menyeluruh bagi setiap individu yang berkarir.

2. Terhadap suami.

Di balik kebanggaan suami yang mempunyai isteri wanita karir yang maju, aktif dan kreatif, pandai dan dibutuhkan masyarakat tidak mustahil menemui persolan-persoalan dengan isterinya.

3. Terhadap rumah tangga.

Kadang-kadang rumah tangga berantakan disebabkan oleh kesibukan ibu rumah tangga sebagai wanita karir yang waktunya banyak tersita oleh pekerjaannya di luar rumah.

4. Terhadap kaum laki-laki.

Laki-laki banyak yang menganggur akibat adanya wanita karir, kaum laki-laki tidak memperoleh kesempatan untuk bekerja, karena jatahnya telah direnggut atau dirampas oleh kaum wanita.

5. Terhadap masyarakat.

(23)

sehari-hari akan menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan suatu masyarakat.

6. Wanita lajang yang mementingkan karirnya kadang bisa menimbulkan budaya “nyeleneh” nyaris meninggalkan kodratnya sebagai kaum hawa, yang pada akhirnya mencuat budaya “lesbi atau kumpul kebo”.

Di zaman teknologi sekarang ini, sosok wanita karir merupakan fenomena umum, memang tidak sedikit wanita yang berperan ganda selain menjadi wanita karir juga ibu rumah tangga untuk itu asal dapat menyiasati waktu dengan baik maka dampak negatif dapat ditanggulangi meskipun tidak sepenuhnya terselesaikan. Di dalam melakukan suatu pekerjaan memang ada dampak positif dan negatif tetapi tidak hanya wanita karir namun pria karir juga. Namun memang kebanyakan yanglebih disorot masyarakat dalam segala aspek adalah wanita karir.

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang membahas mengenai sebagian dari permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

(24)

negatif yang signifikan antara konflik peran ganda dengan life satisfaction pada wanita bekerja.

Dhamayantie (2009) melakukan penelitian dengan judul “Konsekuensi Konflik Pekerjaan-Keluarga (Work-Family Conflict) Pada Pekerja Wanita yang menikah di Kota Pontianak”, yang menunjukkan bahwa konflik pekerjaan-keluarga tidak berpengaruh positif signifikan terhadap stres pekerjaan, konflik keluarga-pekerjaan berpengaruh positif signifikan terhadap stress pekerjaan, dan stress pekerjaan tidak bepengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan kerja, ini berarti stress pekerjaan bukanlah variable perantara.

Christine, W. S,dkk (2010) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Konflik Pekerjaan dan Konflik Keluarga Terhadap Kinerja dengan Konflik Pekerjaan Keluarga Sebagai Intervening Variabel (Studi pada Dual Career Couple di Jabodetabek)”, menyimpulkan bahwa bahwa pada dual career couple di Jabodetabek konflik pekerjaan tidak mempengaruhi konflik keluarga, konflik pekerjaan berpengaruh positif terhadap konflik pekerjaan keluarga, konflik keluarga tidak mem-pengaruhi konflik pekerjaan keluarga, dan konflik pekerjaan keluarga berpengaruh positif terhadap kinerja.

2.6. Kerangka Konseptual

(25)

kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi (Handoko, 2000).

Konflik pekerjaan-keluarga (Work-family conflict) sebagai bentuk konflik peran di mana tuntutan peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal. Konflik ini biasanya terjadi pada saat seseorang berusaha memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan keluarganya, atau sebaliknya, dimana pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga dipengaruhi oleh kemampuan orang tersebut dalam memenuhi tuntutan pekerjaannya (Greenhaus dan Beutell, 1985).

Life satisfaction (kepuasan hidup) merupakan komponen kognitif dalam

subjective well being, sedangkan Wanita karir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) adalah pihak wanita (gender) yang mempunyai pekerjaan atau jabatan, dimana diharapkan untuk berkembang pada periode yang akan datang. a. Keterkaitan Pengembangan Karir terhadap Kepuasan Hidup

Pengembangan manajerial dari karakteristik pekerjaan dikaitkan dengan posisi-posisi pada tingkat yang lebih tinggi, seperti gaji yang lebih tinggi, kesempatan-kesempatan untuk mengatur tugas pekerjaan dari tekanan luar dan juga kesempatan-kesempatan untuk bekerja dalam bidang atau tugas yang baru.

(26)

jabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab atau ke lokasi (kedudukan) yang lebih baik. Karir sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu pola kemajuan yang sistematik dan jelas jalurnya. Karir sebagai sejarah pekerjaan seseorang atau serangkaian posisi yang dipegangnya selama kehidupan kerja.

Sisem karir dan motivasi manajerial, merupakan perlakuan yang adil atas inspirasi pembicaraan tentang pemberdayaan dan manajemen diri dan dapat diasumsikan bahwa karir merupakan salah satu bentuk kepuasan kerja bagi seseorang wanita karir. Selanutnya dalam menguraikan hubungan karir dengan kepuasan hidup menggunakan bahasa kepuasan kerja. Hubungan antara kepuasan kerja dan kepuasan hidup adalah penting dan kepuasan dalam bekerja menjadi penyebab terhadap kepuasan hidup sehingga disimpulkan bawa terdapat hubungan yang positif antara karir terhadap kepuasan wanita karir.

b. Keterkaitan Konflik Pekerjaan-Keluarga terhadap Kepuasan Hidup

Salah satu bentuk dari konflik peran adalah yang muncul antara peran dalam pekerjaan dan peran dalam keluarga. Konflik antara peran dalam keluarga dapat mengarah kepada stress dalam bekerja karena konflik antar peran ini memaksa seseorang untuk memerankan perilaku yang bertentangan dengan wewenang yang berbeda.

(27)

Pekerjaan sangat mempengaruhi kehidupan keluarga, maka konflik yang sering timbul dalam keluarga yang menyebabkan rendahnya kecocokan antar pasangan suami istri sehingga menyebabkan rendahnya tingkat kepuasan hidup.

Wanita karir yang merasa pekerjaannya mencampuri kehidupan keluarganya melaporkan kepuasan hidup yang lebih rendah dari pada para wanita wanita karir yang tidak adanya pengaruh tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negative antara terjadinya konflik pekerjaan-keluarga terhadap kepuasan wanita karir.

Kerangka Konseptual ini mengemukakan variabel yang akan diteliti dan dapat dilihat pada gambar 2.1.

KARIR (X1)

KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA (X2)

KEPUASAN HIDUP WANITA KARIR (Y)

Sumber : Rusdi Abdul Kadir (2001)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

1.6. Hipotesis

(28)

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Terdapat pengaruh yang positip dan signifikan antara karir terhadap kepuasan hidup Wanita Karir di Puskesmas Tiga Dolok Kabupaten Simalungun.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Daya saing jagung yang diperoleh masih rendah disebabkan dampak kebijakan pemerintah terhadap input-output (subsidi pupuk, tarif impor jagung dan penetapan harga

Arek Televisi merupakan salah satu televisi lokal di Surabaya yang mempunyai program tayangan interaktif dan disiarkan secara langsung untuk masyarakat, dari tayangan ini

Dipotong bahan yang digunakan sesuai

[r]

standar untuk memperoleh keseragaman pelaksanaannya dalam hal ini PSAK No.27, dengan demikian diharapkan informasi akuntansi yang diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan yang

Terdapat kubus ABCDEFGH dimana titik P adalah titik tengah garis FG, dan Jika terdapat Bola yang didalamnya kubus tersebut sehingga semua titik sudutnya

Dalam hal ini perlu adanya perubahan sosial yang memberi arah bahwa pendidikan merupakan pendekatan dasar dalam proses perubahan, untuk itu

Berdasarkan analisa multiple regression diketahui bahwa idealized influence, intellectual stimulation, dan laissez-faire berpengaruh signifikian pada cognitive dan relational