• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN SYARIAH GO PUBLIC DAN NON

GO PUBLIC DI INDONESIA

OLEH

ALUN SAGEWI BR TARIGAN 110521159

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis perbandingan intellectual capital (Value Added Capital Structural Capital Employed atau VACA, Value Added Human Capital atau VAHU, Structural Capital Value Added atau STVA)terhadap tingkat kesehatan perbankan (profit margin atau NPM dan loan to deposit ratio atau LDR) pada Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia.

Populasi dalam penelitian adalah perbankan syariah selama 5 tahun periode 2008-2012 sebanyak 11 bank, dengan jumlah sampel sebanyak 11 bank. Medode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis regresi dummy dengan tingkat signifikan (α) = 5%. Regresi dummy dengan ketentuan angka 1 untuk bank syariah Go Public dan angka 0 untuk bank syariah Non Go Public. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

Hasil regresi dummy menunjukkan variabel VAHU,VACA dan STVA lebih berpengaruh terhadap NPM pada bank syariah go public. Variabel VAHU, VACA, dan STVA lebih berpengaruh terhadap LDR pada bank syariah go public. Hasil uji koefisien determinasi (R2) dari hasil penelitian variabel masing-masing NPM dan LDR yaitu (30,7% dan 34,3%) sedangkan sisanya yaitu (69,3% dan 65,7%) dijelaskan olehvariabel yang tidfak dimasukkan dalam penelitian ini.

(3)

ABSTRACT

Comparative Analysis Of Inytellectual Capital On The Soundess Islamic Banking Go Public and Go Public In Indonesia

This study aimed to determine the affect of intellectual capital (Value Added Capital Employed, Structural Capital Value Added or STVA) on the soundness by using variable (Net Profit Margin or NPM and Loan to Deposit Ratio LDR) in the Bank Islamic Go Public and non Go public in Indonesia.

The populationis of islamic banks during the 5 years period 2008-2012 as many as 11 banks,with a total sample of 11 banks. The method of analysis used inthis study is descriptive and analytical method is dummy regression with signifikan level ( ) = 5%. Dummy regression with item 1 to islamic banking go public and 0 item to islamic banking non go public. But it also performed classical assumption including normality test, multicollinearity test,test heteroskedastisitas and autocorrelation test.

Partial result of hypotesis dummy regression showed that the variable VAHU, VACA and STVA more influential on NPM on islamic banking go public. Variable VAHU, VACA and STVA more infulential on LDR on islamic banking go public. The coefficient of determination (R2) of the result showed each variableNPM and LDR that (30.7% and 34.3%). While (69.3% and 65.7%) variance of each explained by other factors outside the model.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Perbandingan Intellectual Capital

Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public

di Indonesia Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi S-1 pada Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan dapat

diselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada keluarga tercinta, Ayahanda tercinta (Kongta Tarigan) dan Ibunda tercinta (Rosmawati Dardanela br Ginting) yang tidak pernah berhenti untuk selalu memberikan kasih sayangnya, doa, dan dukungan untuk

terus maju serta tidak pernah menyerah. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si., dan Ibu Dra. Friska Sipayung, MSi

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

(5)

3. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE, ME., dan Ibu Marhayanie, SE, M.Si, selaku Ketua dan

Sekretaris Departemen S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara.

4. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE, ME selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan berupa saran kritik dan

evaluasi yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi yang diajukan.

5. Ibu Dra. Nisrul Irawati MBA., selaku dosen pembaca penilai yang telah

memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang memberikan

banyak sekali ilmu yang telah diberikan serta karyawan yang telah membantu

selama proses perkuliahan.

7. Sahabat-sahabatku Manajemen 2010 : Ade dan Fitri. Terima kasih telah mengisi

hari-hariku selama di bangku kuliah serta dukungan dan doanya.

8. Perpustakaan USU dan Perpustakaan FE USU yang telah menyediakan semua

materi dalam penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan penulis sebagai manusia, sehingga penulis menerima masukan dan saran

dari semua pihak yang bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini. Akhirnya semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2014

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………...i

ABSTRACT……….ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 10

2.1.1 Stakeholder Theory ... 10

2.1.2 Resources-Based Theory ... 11

2.1.3 Intellectual Capital ... 13

2.1.3.1 Pengertian Intellectual Capital ... 13

2.1.3.2 Pengklasifikasian Intellectual Capital ... 14

2.1.3.3 Pengukuran Intellectual Capital ... 17

2.1.3.4 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) 19 2.1.4 Kesehatan Bank ... 22

2.1.4.1 Tinjauan Tentang Kesehatan Bank ... 22

2.1.4.2 Arti Penting Kesehatan Bank ... 24

2.1.4.3 Metode CAMEL ... 25

2.1.5 Perbankan Syariah ... 27

2.1.5.1 Perbandingan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 29

2.2 Penelitian Terdahulu ... 31

2.3 Kerangka Konseptual ... 33

2.4 Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 36

(7)

3.3 Batasan Operasional ... 36

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 37

3.4.1 Variabel Bebas (Independent Variabel) ... 37

3.4.2 Variabel Terikat (Dependent Variabel) ... 39

3.5 Populasi dan Sampel ... 41

3.5.1 Populasi ... 41

3.5.2 Sampel ... 41

3.6 Jenis Data ... 42

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 43

3.8 Teknik Analisis Data ... 43

3.8.1 Analisis Deskriptif ... 43

3.8.2 Regresi Dummy ... 43

3.8.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 44

3.8.3.1 Uji Normalitas ... 45

3.8.3.2 Uji Heterokedastisitas ... 45

3.8.3.3 Uji Autokorelasi ... 46

3.8.3.4 Uji Multikolinearitas ... 47

3.8.4 Pengujian Hipotesis ... 48

3.8.4.1 Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 48

3.8.4.2 Uji Parsial (Uji t) ... 49

3.8.4.3 Uji Determinasi (R2) ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum... 51

4.1.1 PT.BNI Syariah, Tbk... 51

4.1.2 PT.Mega Syariah, Tbk ... 52

4.1.3 PT.Muamalat Indonesia ... 54

4.1.4 PT.Bank Syraiah Mandiri, Tbk ... 55

4.1.5 PT.BCA Syariah, Tbk ... 58

4.1.6 PT.BRI Syariah, Tbk ... 58

4.1.7 PT.Jabar Banten Syariah, Tbk ... 60

4.1.8 PT.Panin Syariah, Tbk ... 61

4.1.9 PT.Syariah Bukopin, Tbk ... 62

4.1.10 PT.Victoria Syariah, Tbk ... 63

4.1.11 PT.Maybank Syariah Indonesia ... 64

4.2 Hasil Penelitian ... 66

4.2.1 Analisis Deskriptif ... 66

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 68

4.2.3 Analisis Regresi Variabel Dummy ... 76

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 85

5.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(9)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

1.1 Perkembangan Jaringan Perbankan Syariah di Indonesia... 2

1.2 Gambaran NPM dan LDR Perbankan Syariah di Indonesia (Go Public dan Non Go Public) Tahun 2008 – 2012………. 4 1.3 Komponen Intellectual Capital (Employee Competence) Biaya Pendidikan dan Pelatihan, Total Aset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2008-2012... 6 2.1 Klasifikasi Intellectual Capital... 14

2.2 Nilai Kredit Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank……... 23

2.3 Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional………….. 29

2.4 Perbandingan Bunga dan Bagi Hasil... 30

2.5 Penelitian Terdahulu tentang Hubungan Intellectual Capital terhadap Pertumbuhan Perusahaan... 31 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian……….. 40

3.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel... 41

3.3 Nama-Nama Bank Objek Penelitian... 42

3.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi……….... 47

4.1 Hasil Analisis Deskriptif………. 66

4.2 One-Sample Kolmogorof-Smirnov Test (Sebelum Transformasi)….. 71

4.3 One-Sample Kolmogorof-Smirnov Test (Setelah Transformasi)….... 72

4.4 Hasil Analisis Uji Glejser……… 74

4.5 Hasil Analisis Uji Autokorelasi……….. 75

4.6 Hasil Uji Multikolenaritas………... 75

4.7 Hasil Analisis Uji Serempak (Uji F) Hipotesis I……… 76

4.8 Hasil Analisis Uji Parsial (Uji t) Hipotesis I……….. 77

4.9 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2) Hipotesis I……….. 78

4.10 Hasil Analisis Uji Serempak (Uji F) Hipotesis II..……… 79

4.11 Hasil Analisis Uji Parsial (Uji t) Hipotesis II……….. 80

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Model Kerangka Konseptual... 34

4.1 Histogram Dependent Variabel (NPM)……… 69

4.2 Histogram Dependent Variabel (LDR)…...………. 69

4.3 Normal P-Plot NPM……….. 70

4.4 Normal P-Plot LDR……….. 71

4.5 Regression Standardized Predicted Value NPM…………... 73

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Hasil Perhitungan VACA, VAHU, STVA dan VAICTM Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia Periode 2008...

91

2 Gambaran NPM dan LDR Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia Periode 2008-2012...

96

3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Perbankan Syariah Go Public dan

Non Go Public di Indonesia………

98

4 Hasil Uji Normalitas………... 99

5 Hasil Uji Heterokedastisitas………... 100

6 Hasil Uji Autokorelasi……… 101

7 Hasil Uji Multikolenaritas……….. 102

(12)

ABSTRAK

Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis perbandingan intellectual capital (Value Added Capital Structural Capital Employed atau VACA, Value Added Human Capital atau VAHU, Structural Capital Value Added atau STVA)terhadap tingkat kesehatan perbankan (profit margin atau NPM dan loan to deposit ratio atau LDR) pada Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia.

Populasi dalam penelitian adalah perbankan syariah selama 5 tahun periode 2008-2012 sebanyak 11 bank, dengan jumlah sampel sebanyak 11 bank. Medode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis regresi dummy dengan tingkat signifikan (α) = 5%. Regresi dummy dengan ketentuan angka 1 untuk bank syariah Go Public dan angka 0 untuk bank syariah Non Go Public. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

Hasil regresi dummy menunjukkan variabel VAHU,VACA dan STVA lebih berpengaruh terhadap NPM pada bank syariah go public. Variabel VAHU, VACA, dan STVA lebih berpengaruh terhadap LDR pada bank syariah go public. Hasil uji koefisien determinasi (R2) dari hasil penelitian variabel masing-masing NPM dan LDR yaitu (30,7% dan 34,3%) sedangkan sisanya yaitu (69,3% dan 65,7%) dijelaskan olehvariabel yang tidfak dimasukkan dalam penelitian ini.

(13)

ABSTRACT

Comparative Analysis Of Inytellectual Capital On The Soundess Islamic Banking Go Public and Go Public In Indonesia

This study aimed to determine the affect of intellectual capital (Value Added Capital Employed, Structural Capital Value Added or STVA) on the soundness by using variable (Net Profit Margin or NPM and Loan to Deposit Ratio LDR) in the Bank Islamic Go Public and non Go public in Indonesia.

The populationis of islamic banks during the 5 years period 2008-2012 as many as 11 banks,with a total sample of 11 banks. The method of analysis used inthis study is descriptive and analytical method is dummy regression with signifikan level ( ) = 5%. Dummy regression with item 1 to islamic banking go public and 0 item to islamic banking non go public. But it also performed classical assumption including normality test, multicollinearity test,test heteroskedastisitas and autocorrelation test.

Partial result of hypotesis dummy regression showed that the variable VAHU, VACA and STVA more influential on NPM on islamic banking go public. Variable VAHU, VACA and STVA more infulential on LDR on islamic banking go public. The coefficient of determination (R2) of the result showed each variableNPM and LDR that (30.7% and 34.3%). While (69.3% and 65.7%) variance of each explained by other factors outside the model.

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Di Indonesia perkembangan bank berbasis prinsip syariah kini sedang

mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini juga menunjukkan bahwa perkembangan

ekonomi Islam di Indonesia sebagai gerakan kemasyarakatan telah mulai

menunjukkan keberhasilan yang nyata telah menjadi pengetahuan umum bahwa

perkembangan ekonomi Islam identik dengan berkembangnya lembaga keuangan

syariah. Bank syariah sebagai motor utama lembaga keuangan telah menjadi

lokomotif bagi berkembangnya teori dan praktik ekonomi Islam secara mendalam

(Karim, 2004).

Hal ini diawali dengan terbitnya Undang-Undang No 10 tahun1998 tentang

perubahan Undang-Undang No 7 tahun 1992, yang mengatur tentang peraturanyang

memperbolehkan setiap bank konvensional membuka sistem pelayanan syariah di

cabangnya (dual banking system), dan terbitnya Undang-Undang No 23 tahun 1999. Perkembangan selanjutnya adalah keluarnya fatwa tentang haramnya bunga bank

yang dikeluarkan oleh MUI pada tahun 2003, keluarnya fatwa ini memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan industri perbankan syariah. Setelah

itu dilanjutkan dengan terbitnya peraturan perundang-undangan, yaitu

Undang-Undang No 21 tahun 2008 yang mengatur tentang operasional perbankan syariah di

(15)

11/3/PBI/2009 yang memuat tentang prosedur dan aturan dalam mendirikan kantor

cabang, membuat perkembangan jumlah kantor layanan bank syariah bertambah

dengan pesat.

Perkembangan dan pertumbuhan perbankan syariah yang pesat juga dapat

dilihat dari tingkat pertumbuhan sebesar 40% pertahun sejak tahun 2002. Sampai

akhir Desember 2010, aset perbankan syariah sudah menembus angka Rp 100 triliun

lebih. Saat ini, market share perbankan syariah sudah mencapai 3,2% dengan tingkat pertumbuhan rata-rata di atas 40% dalam sepuluh tahun terakhir. Jika market share

perbankan syariah 5%, dibutuhkan setidaknya 40.000 sumber daya manusia yang

memiliki basis keterampilan ekonomi keuangan syariah yang kompeten sehingga

bank syariah bisa berjalan sesuai prinsip syariah dan dapat dimanfaatkan masyarakat

luas sebagai bagian dari sistem keuangan yang rahmatan lil alamin (Agustianto, 2011).

Perkembangan terakhir tentang pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia yang

ada dalam data Statistik Bank Indonesia per Oktober 2013, terdapat 11 Bank Umum

(16)

Tabel 1.1

Perkembangan Jaringan Perbankan Syariah di Indonesia

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013/OKT

Bank Umum Syariah (BUS) a. Jumlah Bank

b. Jumlah Kantor

3 398 5 576 6 711 11 1.215 11 1.390 11 1.734 11 1.939 Unit Usaha Syariah (UUS)

a. Jumlah Bank b. Jumlah Kantor

26 170 27 214 25 287 23 262 24 312 24 493 23 553 BPR Syariah

a. Jumlah Bank b. Jumlah Kantor

114 185 131 202 139 223 150 286 155 364 158 401 160 399 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, Bank Indonesia (2013)

Dalam krisis ekonomi global yang melanda perekonomian dunia pada

semester kedua periode 2008, sektor perbankan turut terkena imbas dari krisis ini.

Namun demikian, selama krisis ekonomi tersebut perbankan syariah tidak mengalami

negative spread karena tidak menggunakan instrumen bunga sebagai prinsip dasar operasi dalam kegiatan penghimpunan dan pembiayaan kepada nasabah. Dengan tidak

mengacu pada sistem bunga, perbankan syariah mempunyai kinerja yang relatif lebih

baik dibandingkan perbankan konvensional. Semakin banyaknya jumlah bank syariah

yang beroperasi di Indonesia, baik dalam bentuk Bank Umum Syariah (BUS) dan

Unit Usaha Syariah (UUS) dengan berbagai bentuk produk dan pelayanan yang

diberikan dapat menimbulkan permasalahan di masyarakat. Permasalahan yang paling

penting adalah bagaimana kualitas kinerja bank syariah yang ada. Bank syariah

haruslah dapat memberi manfaat yang optimal bagi masyarakat dan peran dan

(17)

pada kebutuhan keuangan dari berbagai pihak, tetapi yang paling penting adalah

kepastian seluruh kegiatan yang dijalankan oleh bank syariah sesuai dengan prinsip

syariah (Hameed et al.,2004).

Menurut PBI No.6/10/2004, peraturan kinerja perusahaan ada enam aspek

kinerja yang harus diukur untuk menyatakan bank tersebut sehat atau dengan kata

lain mempunyai kinerja yang baik. Enam aspek ini adalah permodalan, kualitas asset,

kualitas manajemen, profiatbilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap pasar yang

dikenal dengan CAMEL.

Berikut adalah perkembangan NPM dan LDR Perbankan Syariah di Indonesia

tahun 2008-2012.

Tabel 1.2

Gambaran NPM dan LDR Perbankan Syariah di Indonesia (Go Public dan Non Go Public) Tahun 2008 - 2012

Go Public

Tahun NPM

(%)

LDR (%)

2008 6.00 73.00

2009 6.37 70.19

2010 6.24 66.40

2011 6.04 72.12

2012 5.91 74.44

Non Go Public

2008 2.95 92.13

2009 3.13 92.67

2010 3.25 81.89

(18)

2012 4.34 95.93 Sumber: www.idx.co.id dan www.bi.go.id

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa fenomena yang terjadi yaitu fluktuasi pada rasio

NPM dan LDR. NPM perbankan syariah go public menunjukkan perkembangan yang negatif, berarti pendapatan operasional perbankan syariah tidak stabil dari kegiatan

pemberian kredit setiap tahunnya, tetapi NPM perbankan syariah non go public

menunjukkan perkembangan yang positif, berarti pendapatan operasional perbankan

syariah stabil dari kegiatan pemberian kredit setiap tahunnya NPM tertinggi pada

perbankan syariah go public yaitu tahun 2009 sebesar 6.37%, sedangkan NPM terendah pada tahun 2012 sebesar 5.91%, sedangkan NPM tertinggi pada perbankan

syariah non go public yaitu tahun 2012 sebesar 4.34%, sedangkan NPM terendah pada tahun 2008 sebesar 2.95%

LDR perbankan syariah go public dan perbankan syariah non go public

menagalami fluktuasi, berarti jumlah kredit tidak stabil dari dana yang diterima bank.

LDR perbankan syariah mengalami gelombang pasang surut setiap tahunnya. LDR

perbankan syariah go public tertinggi pada tahun 2012 sebesar 74.44%, sedangkan LDR terendah pada tahun 2010 sebesar 66.40%. LDR perbankan syariah non go public tertinggi pada tahun 2012 sebesar 95.93%, sedangkan LDR terendah pada tahun 2010 sebesar 81.89%.

Sebagai bagian dari “new economy”, yang secara prinsip didorong oleh

(19)

tumbuhnya minat dalam intellectual capital (IC), perbankan syariah tentunya juga tidak terlepas dari hal ini. Sebagai bagian dalam dunia bisnis modern, intellectual capital (IC) juga akan menjadi aset yang sangat bernilai bagi perbankan syariah.

Intellectual capital telah menyebabkan pergeseran dalam paradigma

melakukan bisnis, sumber kekuatan akan bergeser dari modal fisik menjadi sumber

daya manusia, dari sumber daya alam menuju sumber daya pengetahuan, dari posisi

sosial seseorang menjadi proses hubungan, dan dari kekuatan pemegang saham

menjadi kekuatan pelanggan. Kini perusahaan mengakui pentingnya modal

intelektual yang bersifat abstrak dan tidak nyata untuk dijadikan penggerak utama

dalam pengembangan bisnis. Oleh karena itu, modal intelektual telah menjadi aset

yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern.

(20)

Tabel 1.3

Komponen Intellectual Capital (Employee Competence) Biaya Pendidikan dan Pelatihan, Total Aset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2008-2012

(dalam Rupiah)

No Nama Bank Biaya Pendidikan dan Pelatihan Total asset

2011 2012 2011 2012

1 PT.BNI Syariah, Tbk 43.651.000.000 50.573.000.000 299.058.000.000 333.304.000.000 2 PT.Mega Syariah, Tbk 5.949.000.000 7.640.000.000 61.909.000.000 65.219.000.000 3 PT.Muamalat Indonesia 2.341.000.000 2.847.000.000 32.480.000.000 44.854.000.000 4 PT.Bank Syariah Mandiri, Tbk 74.900.000.000 92.037.000.000 551.892.000.000 635.619.000.000 5 PT.BCA Syariah, Tbk 52.847.000.000 163.619.000.000 381.908.000.000 442.994.000.000 6 PT.BRI Syariah, Tbk 64.908.000.000 82.569.000.000 469.899.000.000 551.337.000.000 7 PT.Jabar Banten Syariah, Tbk 6.337.337.000 7.202.144.000 54.448.658.000 70.840.878.000 8 PT.Panin Syariah, Tbk 17.951.000.000 19.926.000.000 124.755.000.000 148.793.000.000 9 PT.Syariah Bukopin, Tbk 5.115.000.000 5.832.000.000 57.183.000.000 65.690.000.000 10 PT.Victoria Syariah, Tbk 1.399.488.000 1.674.735.000 11.802.563.000 14.352.840.000 11 PT.Maybank Syariah Indonesia 950.766.000 991.101.000 1.692.959.000 2.062.552.000

Sumber: Data sekunder (diolah, 2013)

Tabel 1.2 pendidikan dan pelatihan merupakan employee competence salah satu komponen dari intellectual capital. perbankan syariah mengeluarkan biaya pendidikan dan pelatihan untuk mendidik dan melatih para karyawan bank untuk

dapat menggunakan kemampuan dan keahliannya untuk menghasilkan pendapatan

bagi perusahaan. Pengeluaran biaya pendidikan dan pelatihan tertinggi adalah PT.

BCA Syariah, Tbk dan total asset tertinggi adalah PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk.

Berdasarkan laporan tahunan 2012 PT. BCA Syariah, Tbk memberikan pendidikan

dan pelatihan berupa pelatihan internal dan eksternal. Pelatihan internal meliputi

keterampilan teknis perbankan, dan pelatihan penjejangan karyawan, dan pelatihan

(21)

Aspek Sumber Daya Manusia menjadi salah satu faktor yang penting dalam

upaya peningkatan kinerja keuangan dalam sebuah perusahaan. Keberhasilan

menciptakan nilai dari suatu produk bukan terletak pada pabrik dan bangunan tetapi

terletak pada pikiran manusia yang berada dibelakang dari produk tersebut.

(Widjatnako, 2006) dalam (Rizka, 2011).

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel yaitu, variabel

independen ialah intellectual capital (VAICTM) dengan indikator value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU) dan structural capital value added (STVA). Sedangkan, variabel dependen yang digunakan yaitu tingkat

kesehatan bank akan diukur dengan indikator net profit margin (NPM) dan loan to deposit ratio (LDR).

Berdasarkan fenomena gap dan keragaman argumentasi (research gap) yang terjadi, maka menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian tentang

Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan

Perbankan Syariah Go Public Dan Non Go PublicDi Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusaan masalah

(22)

1. Seberapa besar pengaruh value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), dan structural capital value added (STVA) terhadap net profit margin (NPM) perbankan syariah go public dan non go public di Indonesia? 2. Seberapa besar pengaruh value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), dan structural capital value added (STVA) terhadap loan to deposit ratio (LDR) perbankan syariah go public dan non go public di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka tujuan

penelitian ini untuk menganalisis antara lain:

1. Perbandingan pengaruh komponen VAICTM yaitu value added capital employed

(VACA), value added human capital (VAHU), dan structural capital value added

(STVA) terhadap net profit margin (NPM) perbankan syariah go public dan non go public di Indonesia.

2. Perbandingan pengaruh komponen VAICTM yaitu value added capital employed

(VACA), value added human capital (VAHU), dan structural capital value added

(23)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang

intellectual capital terhadap tingkat kesehatan perbankan syariah di Indonesia (go public dan non go public).

2. Bagi Manajer Perusahaan

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan informasi dan pedoman untuk

mengembangkan value creation bagi perusahaan dengan menggunakan

intellectual capital. 3. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan memberi informasi, referensi dan wawasan untuk

mendukung penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan intellectual capital dan tingkat kesehatan perbankan syariah, atau sebagai bahan kepustakaan serta

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Stakeholder Theory

Stakeholder Theory menunjukkan pemeliharaan hubungan dengan stakeholder

yang mencakup semua bentuk hubungan antara perusahaan dengan seluruh

stakeholder perusahaan yang mencakup pekerja, pelanggan, pemasok, dan mitra bisnis perusahaan. Teori stakeholder mengatakan bahwa laporan akuntansi dianggap menjelaskan sebuah strategi untuk mempengaruhi hubungan perusahaan dengan

pihak-pihak lain yang berinteraksi dengannya (Fontaine et al, 2006).

Freeman dan Evan (1990) mendefinisikan stakeholder sebagai:

Any identifiable group or individual who can affect the achievement of an organisation’s objectives, or is affected by the achievement of an

organisation’s objectives”.

Berdasarkan teori stakeholder, manajemen perusahaan diasumsikan

melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa stakeholder

berhak untuk menerima informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi

(25)

informasi tersebut atau bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan

peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi (Fontaine et al, 2006).

Menurut Fontaine et. al (2006), tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajemen perusahaan memahami lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan

hubungan-hubungan di lingkungan perusahaan mereka. Inti seluruh teori ini adalah tentang apa

yang akan terjadi ketika korporasi dan stakeholder menjalankan hubungan mereka.

Dalam konteks VAICTM, teori stakeholder berargumen bahwa seluruh

stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan adil dan manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder. Melalui pemanfaatan seluruh potensi perusahaan, baik karyawan (human capital), aset fisik (physical capital), maupun structural capital, maka perusahaan akan mampu menciptakan value added

bagi perusahaan (dalam hal ini disebut VAICTM). Dengan meningkatkan value added

tersebut, kinerja keuangan perusahaan akan meningkat dan pertumbuhan perusahaan

makin baik sehingga nilai perusahaan di mata stakeholder akan meningkat.

2.1.2 Resources-Based View (RBV)

Pendekatan berbasis sumber daya (resource-based view) adalah suatu teori yang dikembangkan untuk menganalisis keunggulan bersaing suatu perusahaan yang

(26)

perekonomian yang mengandalkan aset-aset tak berwujud (intangible assets).

Resources Based Theory mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya

perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan.

Teori RBV memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan

kemampuan (Kor dan Mahoney, 2004). Perbedaan sumber daya dan kemampuan

perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif.

Asumsi RBV yaitu bagaimana perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain

untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dengan mengelola sumber daya yang

dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan.

Sumber daya perusahaan yang dapat memberi keunggulan kompetitif bagi

perusahaan dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu berwujud, tidak berwujud dan

kapabilitas sumber daya manusia (Fahy dan Smithee, 1999). Kemampuan

menunjukkan apa yang dapat dilakukan perusahaan dengan sumber dayanya.

Pendekatan RBV menyatakan bahwa perusahaan dapat mencapai keunggulan

bersaing yang berkesinambungan dan memperoleh keuntungan superior dengan

memiliki atau mengendalikan aset-aset strategis baik yang berwujud maupun yang

tidak berwujud.

Menurut (Fahy dan Smithee, 1999) ada empat kriteria sumber daya sebuah

(27)

1. Sumber daya harus menambah nilai positif bagi perusahaan.

2. Sumber daya harus bersifat unik atau langka diantara calon pesaing dan pesaing

yang ada sekarang ini.

3. Sumber daya harus sukar ditiru.

4. Sumber daya tidak dapat digantikan dengan sumber lainnya oleh perusahaan

pesaing.

Dalam RBV, perusahaan tidak dapat berharap untuk membeli atau

mengambil keunggulan kompetitif berkelanjutan yang dimiliki oleh suatu organisasi

lain, karena keunggulan tersebut merupakan sumber daya yang langka, sukar ditiru,

dan tidak tergantikan.

2.1.3 Intellectual Capital

2.1.3.1 Pengertian Intellectual Capital

Menurut Stewart (1997), intellectual capital telah dimengerti secara berbeda oleh beberapa kalangan, dipahami oleh beberapa kelompok kecil dan secara formal

belum terdapat metode penilaian yang baku. Sebagai sebuah konsep, modal

intelektual merujuk pada modal- modal non fisik atau modal tidak berwujud

(intangible assets) atau tidak kasat mata (invisible) yang terkait dengan pengetahuan dan pengalaman manusia serta teknologi yang digunakan.

(28)

“The sum of everything everybody in your company knows that gives you a competitive edge in the market place. It is intellectual material – knowledge, information, intellectual property, experience – that can be put to use to create wealth.”

Bontis et al. (2000) dalam Ulum (2008), menyatakan bahwa secara umum, para peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari IC, yaitu: human capital

(HC), structural capital (SC), dan customer capital (CC). Menurut Bontis et al. (2000), secara sederhana HC merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari

genetic inheritance; education; experience, dan attitude tentang kehidupan dan bisnis.

Lebih lanjut Bontis et al. (2000) menyebutkan bahwa SC meliputi seluruh

non-human storehouses of knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database, organisational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya.

(29)

2.1.3.2 Pengklasifikasian Intellectual Capital

IFAC (1998 dalam Ulum, 2009:29) mengklasifikasikan intellectual capital

dalam tiga kategori, yaitu: (1) Organizational Capital, (2) Relational Capital, dan (3)

Human Capital. Tabel berikut menyajikan pengklasifikasian tersebut berikut komponen-komponennya.

Tabel 2.1

Klasifikasi Intellectual Capital

Organizational Capital Relational Capital Human Capital

Intellectual Property: Patents Copyrights Design rights Trade secret Trademarks Service marks

Infrastructures Assets: Management philosophy Corporate culture Management processes Information system Networking system Financial relation Brands Customers Customer loyalty Backlog orders Company names Distribution channels Business collaborations Licencing agreements Favourable contracts Franchising agreements Know-how Education Vocational qualification Work-related knowledge Work-related competencies Entrepreneurial spirit, innovativeness, proactive and reactive abilities, changeability Psychometric

Valuation

(30)

Banyak para praktisi yang menyatakan bahwa modal intelektual (intellectual capital) terdiri dari tiga elemen utama (Stewart 1997, Sveiby 1997, dan Bontis 2000) dalam Sawarjuwono dan Kadir (2003:38-39) yaitu:

1. Human Capital

Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah tercipta sumber inovasi dan kemajuan suatu perusahaan, tetapi modal manusia

merupakan komponen intellectual capital yang sulit diukur. Human Capital

merupakan tempat sumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan

kompetensi, dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human Capital merupakan kemampuan perusahaan secara kolektif untuk menghasilkan solusi yang terbaik

berdasarkan penguasaan pengetahuan dan teknologi dari sumber daya manusia yang

dimilikinya.

Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Menurut Bontis et al. (2000), HC merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang

direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari genetic inheritance, education, experience, and attitude tentang kehidupan dan bisnis.

(31)

2. Structural Capital / Organizational Capital

Structural Capital merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang berkaitan dengan usaha

karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual perusahaan yang optimal serta

kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses

manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu memiliki intelektualitas yang tinggi, tetapi jika perusahaan memiliki sistem operasi dan prosedur yang buruk maka

intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Menurut Bontis et al. (2000), Structural Capital meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi. Dalam hal ini termasuk adalah database,

organisational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya dalam (dalam Ulum,

2008).

3. Relational Capital / Costumer Capital

Elemen ini merupakan komponen intellectual capital yang memberikan nilai nyata bagi perusahaan. Relational capital merupakan hubungan harmonis yang dimiliki oleh perusahaan dengan pihak di luar perusahaan yaitu yang berasal dari para

(32)

perusahaan, hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun kerjasama rekan

bisnis. Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan dalam meningkatkan kerjasama bisnis yang dapat memberikan

keuntungan bagi kedua pihak, sehingga dapat meningkatkan kinerja dan nilai

perusahaan.

2.1.3.3 Pengukuran Intellectual Capital

Penelitian tentang intellectual capital telah menjamur sehingga mengubah baik bentuk maupun cakupannya (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:48). Penelitian juga telah mengarah kepada sejumlah rerangka untuk mengklasifikasikan dan

mengukur konsep intellectual capital. Petrash (1996) mengembangkan model klasifikasi yang dikenal dengan value platform model. Model ini mengklasifikasikan

intellectual capital sebagai akumulasi dari human capital, organisational capital dan

customer capital. Edvinsson dan Malone (1997) mengembangkan the Skandia Value Scheme, yang mengklasifikasikan intellectual capital ke dalam structural capital dan

human capital. Haanes dan Lowendahl (1997) mengelompokkan intellectual capital

suatu perusahaan ke dalam competence dan relational resources. Model yang dikembangkan Lowendahl (1997) memperbaiki model di atas dan membagi kategori

kompetensi dan rasional menjadi dua sub-group (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:48):

(33)

2. collective .

Stewart (1997 dalam Ulum, 2009:48) mengklasifikasikan intellectual capital ke dalam tiga format dasar, yaitu:

1. human capital 2. structural capital 3. customer capital

The Danish Confederation of Trade Unions (1999) mengelompokkan

intellectual capital sebagai manusia, sistem dan pasar. Leliaert et al. (2003) mengembangkan the 4-Leaf model , yang mengelompokkan intellectual capital ke dalam human, customer, structural capital dan strategic alliance capital (Tan et al.

2007 dalam Ulum, 2009:48).

Metode pengukuran intellectual capital dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:49), yaitu:

1. Kategori yang tidak menggunakan pengukuran moneter; dan

2. Kategori yang menggunakan ukuran moneter.

Berikut adalah daftar ukuran intellectual capital yang berbasis moneter (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:49):

a. The Balance Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992) b. Brooking’s Technology Broker method (1996)

(34)

d. The IC-Index dikembangkan oleh Roos et al. (1997) e. Intangible Asset Monitor approach oleh Sveiby (1997) f. The Heuristic Frame dikembangkan oleh Joia (2000)

g. Vital Sign Scorecard dikembangkan oleh Vanderkaay (2000) h. The Ernst & Young Model (Barsky dan Marchant, 2000)

Sedangkan model penilaian intellectual capital yang berbasis moneter adalah (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:49):

a. The EVA and MVA model (Bontis et al. 1999) b. The Market-to-Book Value model (beberapa penulis) c. Tobin’s q method (Luthy, 1998)

d. Pulic‟s VAIC™ Model (1998, 2000)

e. Calculated intangible value (Dzinkowski, 2000)

f. The Knowledge Capital Earnings model (Lev dan Feng, 2001)

2.1.3.4 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)

Sama halnya seperti definisi intellectual capital, sampai dengan saat ini belum terdapat kesamaan pendapat diantara para peneliti mengenai komponen modal

intelektual (intellectual capital). Banyak peneliti luar negeri yang telah melakukan penelitian dalam pengukuran komponen modal intelektual, baik secara literatur

(35)

VAICTM merupakan metode yang dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997

yang didesain untuk menyajikan informasi mengenai value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk

menciptakan value added (VA). Menurut Pulic (1998), VA adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam penciptaan nilai (value creation) (dalam Ulum, 2008).

Selain itu, Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) juga merupakan alat manajemen pengendalian yang memungkinkan organisasi untuk memonitor dan

mengukur kinerja intellectual capital dari suatu perusahaan. VA dihitung sebagai selisih antara output dan input.

Nilai output (OUT) mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan untuk dijua di pasar, sedangkan input (IN)

meliputi seluruh beban yang digunakan perusahaan untuk memproduksi barang atau

jasa dalam rangka menghasilkan revenue. Menurut (Tan et al, 2007),hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan tidak termasuk dalam IN. Beban

(36)

Komponen utama dari VAICTM yang dikembangkan Pulic tersebut dapat dilihat

dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA –Value Added Capital Employed), human capital (VAHU –Value Added Human Capital), dan structural capital (STVA –Structural Capital Value Added).

1. Value Added Capital Employed (VACA)

VACA adalah indikator untuk value added yang diciptakan oleh satu unit dari

physical capital terhadap value added perusahaan. VACA adalah perbandingan antara value added (VA) dengan model fisik yang bekerja (CA). Dalam proses penciptaan nilai, intelektual potensial yang direpresentasikan dalam biaya karyawan

tidak dihitung sebagai biaya (input). Pulic mengasumsikan bahwa jika satu unit dari CA menghasilkan return yang lebih besar pada sebuah perusahaan, berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CA (dana yang tersedia) (Tan et al., 2007:79 dalam Ulum 2008).

2. Value Added Human Capital (VAHU)

VAHU mengindikasikan berapa banyak Value Added (VA) dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pegawai (Tan et al., 2007:79 dalam Ulum 2008). Human capital merepresentasikan kemampuan perusahaan dalam mengelola modal pengetahuan individu organisasi yang dipresentasikan oleh

karyawannya sebagai aset strategic perusahaan karena pengetahuan yang mereka miliki. Hubungan antara VA dengan HC mengindikasikan HC untuk menciptakan

(37)

Berdasarkan konsep RBT, agar dapat bersaing perusahaan membutuhkan

sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Selain itu, perusahaan harus dapat

mengelola sumber daya yang berkualitas tersebut dengan maksimal sehingga dapat

menciptakan value added dan keunggulan kompetitif perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

3. Structural Capital Value Added (STVA)

Structural Capital Value Added (STVA) menunjukkan kontribusi modal struktural yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari value added

perusahaan. Dalam model yang dikembangkan Pulic ini, STVA dihitung dengan

membagi structural capital (SC) dengan value added (VA). Dalam model Pulic, SC diperoleh dari VA dikurangi dengan HC. STVA menunjukkan kontribusi modal

struktural dalam penciptaan nilai semakin kecil kontribusi HC dalam penciptaan nilai

maka akan semakin besar kontribusi SC (Tan et al., 2007:80 dalam Ulum, 2008).

2.1.4 Kesehatan Bank

2.1.4.1 Tinjauan Tentang Kesehatan Bank

Berdasarkan Pasal 29 UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah

dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank wajib memelihara tingkat

kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas

(38)

dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip

kehati-hatian.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei

2004, penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian kualitatif atas berbagai

aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian

aspek permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas

terhadap resiko pasar. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui

penilaian kuantitatif dan kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas meterialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta

pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian

nasional.

Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil resiko, bank

perlu mengindentifikasikan permasalahan yang mungkin timbul dari operasional

bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan

sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang

sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain dapat digunakan sebagai sarana penetapan

dan implementasi strategi pengawasan bank oleh Bank Indonesia.

Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi dalam empat kategori yaitu :

(39)

menetapkan tingkat kesehatan bank didasarkan pada “reward system” dengan nilai

kredit antara 0 sampai dengan 100, yakni sebagai berikut :

Tabel 2.2

Nilai Kredit Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank

Nilai Kredit Predikat

81-100 Sehat

66 - < 81 Cukup Sehat

51 - < 66 Kurang Sehat

0 < 51 Tidak Sehat

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

Menurut Susilo dkk (2000 : 22-23), kesehatan suatu bank dapat diartikan

sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan

secara normal dan maupun untuk memenuhi semua kewajibannya dengan baik sesuai

dengan peraturan yang berlaku. Adapun kegiatannya, meliputi :

1. Kemampuan untuk menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan

modal sendiri.

2. Kemampuan mengelola dana.

3. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.

4. Kemampuan untuk memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik

modal, dan pihak lain.

5. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

(40)

Sebagaimana layaknya manusia, dimana kesehatan merupakan hal yang

penting dalam kehidupannya. Tubuh yang sehat akan meningkatkan kemampuan

kerja dan kemampuan lainnya. Begitu pula dengan perbankan harus selalu dinilai

kesehatannya agar prima dalam melayani nasabahnya.

Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari beberapa segi. Penilaian

ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup

sehat, kurang sehat dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan

pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut

harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya.

Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah dibuat oleh Bank

Indonesia. Sedangkan bank-bank diharuskan untuk membuat laporan baik bersifat

rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode

tertentu.

Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun, apakah ada peningkatan atau

penurunan. Bagi bank yang kesehatannya terus meningkat tak jadi masalah, karena

itulah yang diharapkan dan suatu upaya untuk mempertahankan kesehatannya. Akan

tetapi bagi bank yang terus menerus tidak sehat, mungkin harus mendapatkan

pengarahan atau sanksi dari Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina

(41)

Bank Indonesia dapat menyarankan untuk melakukan perubahan manajemen,

merger, konsolidasi, akuisisi, atau malah dilikuidasi keberadaannya. Bank akan

dilikuidasi apabila kondisi bank tersebut dalam kondisi yang sangat parah atau

benar-benar tidak sehat.

2.1.4.3 Metode CAMEL

Menurut Kasmir (2002 : 185-186) , salah satu alat untuk mengukur kesehatan

bank adalah dengan analisis CAMEL. Unsur-unsur penilaian dalam analisis CAMEL

adalah sebagai berikut :

1. Capital

Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu Bank. Salah

satu penilaian adalah dengan metode CAR (Capital Adequacy Rasio) yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR).

2. Assets

Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki Bank. Rasio yang diukur

ada 2 macam yaitu :

a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif.

b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang

(42)

3. Management

Penilaian didasarkan kepada manajemen permodalan, manajemen aktiva,

manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas dan manajemen umum. Manajemen

bank dinilai atas dasar 250 pertanyaan yang diajukan.

4. Earning

Penilaian didasarkan kepada rentabilitas suatu bank yaitu melihat kemampuan

suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan kepada

2 macam yaitu :

a. Rasio laba terhadap total asset (Return on Assets)

b. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).

5. Liquidity

Untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas bank didasarkan kepada 2

macam rasio yaitu :

a. Rasio jumlah kewajiban bersih Call Money terhadap aktiva lancar dan yang termasuk aktiva lancar adalah Kas, Giro pada BI, Sertifikat Bank Indonesia

(SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang sudah diendos oleh bank

(43)

b. Rasio antara kredit terhadap dana yang diterima oleh Bank.

Adapun rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio

profitabilitas yaitu net profit margin (NPM) dan loan to deposit ratio (LDR).

a. Net profit margin (NPM)

Rasio yang mengacu kepada pendapatan operasional bank yang terutama berasal

dari kegiatan pemberian kredit yang dalam praktiknya memiliki berbagai risiko,

seperti risiko kredit (kredit bermasalah dan kredit macet), bunga (negative spread), kurs valas (jika kredit diberikan dalam valas), dan lain-lain.

b. Loan to deposit ratio (LDR)

Rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang

diterima oleh bank.

2.1.5 Perbankan Syariah

Berdasarkan Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan,

pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

(44)

masih bersifat umum sehingga belum sampai pada kesimpulan apakah jenis kegiatan

usaha yang dilakukan di lembaga perbankan tersebut halal atau haram. Karena itu

untuk menjamin kehalalan kegiatan usaha perbankan, maka dalam operasionalnya

harus menggunakan prinsip-prinsip syariah. Dengan demikian lembaga perbankan

yang kegiatan usahanya berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah maka dapat

dikatakan sebagai perbankan syariah (Susanto, 2008).

Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan

Syariah (2007:5) implementasi yang sesuai dengan paradigma dan asas syariah harus

memenuhi karakteristik danpersyaratan sebagai berikut :

1. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha.

2. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib). 3. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai

komoditas.

4. Tidak mengandung unsur riba.

5. Tidak mengandung unsur kezaliman.

6. Tidak mengandung unsur maysir.

7. Tidak mengandung unsurgharar.

8. Tidak mengandung unsur haram.

(45)

pada kegiatan usaha tersebutsesuai dengan prinsipal-ghunmu bil ghurmi (no gain without accompanying risk).

10. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta

untuk keuntungansemua pihak tanpa merugikan pihak lain sehingga tidak

diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak

menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam satu akad.

11. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui rekayasa penawaran (ihtikar).

12. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah).

Islam mengajarkan segala sesuatu yang baik dan memberikan manfaat bagi

manusia, sehingga Islam juga disebut sebagai agama fitrah atau yang sesuai dengan

sifat dasar manusia.

2.1.5.1 Perbandingan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Terdapat beberapa perbedaan yang mendasar antara Bank Syariah dengan

(46)
[image:46.612.114.552.146.588.2]

Tabel 2.4

Perbedaan Antara Bank Syariah Dan Bank Konvensional

No Uraian Bank Konvensional Bank Syariah

1 Landasan Operasional

a. Prinsip materialisme (bebas nilai). b. Komoditi yang diperdagangkan adalah

uang.

c. Instrumen imbalan terhadap pemilik uang ditetapkan dimuka menggunakan bunga.

a. Prinsip syariah (tidak bebas nilai). b. Uang hanya sebagai alat tuka c. Dilarang menggunakan sistem

bunga

d. Menggunakan cara bagi hasil dari keuntungan jasa atas transaksi riil.

2

Peran dan Fungsi Bank

a. Sebagai penghimpun dana masyarakat dan meminjamkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit dengan imbalan bunga.

b. Sebagai penyedia jasa pembayaran. c. Menerapkan hubungan debiturkreditur

antara bank dengan nasabah.

a. Sebagai penerima dana titipan nasabah.

b. Sebagai manajer investasi.

c. Sebagai investor -sebagai penyedia jasa pembayaran dan tidak

bertentangan dengan syariah. d. Sebagai pengelola dan kebajikan,

ZIS -menerapkan hubungan. kemitraan (investor timbal balik pengelola investasi).

3 Resiko Usaha

Resiko bank tidak ada kaitannya dengan resiko debitur dan sebaliknya. Antara pendapatan bunga dengan beban bunga dimungkinkan terjadi selisih negatif.

Dihadapi bersama antara bank dan nasabah. Tidak mengenal negative spread (selisih negatif).

No Uraian Bank Konvensional Bank Syariah

4

Sistem Pengawasan

Tidak ada nilai-nilai religius yang mendasari operasional sehingga aspek moralitas seringkali dilanggar.

Ada dewan pengawas syariah, sehingga operasional bank syariah tidak menyimpangdari syariah.

Sumber : Hosen,et al. 2008 (Data diolah, 2013)

Dari penjelasan tabel 2.4 dapat disimpulkan bahwa bank syariah sangatlah

berbeda dengan bank konvensional. Ada kekhasan beberapa sisi yang dimiliki bank

syariah yang menjadi pembeda dengan perbankan konvensional maupun lembaga

(47)

syariah di sisi lain setidaknya secara teoretis merupakan perwujudan dari sistem

ekonomi Islam yang didirikan untuk mencapai tujuan sosial dan ekonomi kusus yang

sejalan dengan gagasan membangun keadilan (Hameed et al., 2004). Dengan perbedaan dan kekhasan tersebut maka akan diperlukan cara yang berbeda dengan

bank konvensional dalam mengukur kinerja agar lebih sesuai dan sejalan dengan

tujuan pengembangan lembaga syariah.

Salah satu hal yang menjadi perbedaan mendasar antara bank syariah dengan

bank konvensional adalah cara mendapatkan keuntungan bank. Pada sistem Bank

Syariah menggunakan sistem bagi hasil. Sedangkan pada Bank Konvensional

[image:47.612.114.543.447.706.2]

menggunakan sistem riba atau bunga.

Tabel 2.5

Perbandingan Bunga dan Bagi Hasil

Bunga Bagi Hasil

1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.

1. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi.

Bunga Bagi Hasil

2. Besarnya presentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.

3. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.

3. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

4. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

4. Jumlah pembayaran bunga tidak

meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang

boming”.

5. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.

5. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam.

(48)

Sumber : Antonio, 2001 (Data, diolah 2013)

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti menggunakan VAICTM, kinerja keuangan dan faktor – faktor yang mempengaruhinya telah dilakukan para peneliti sebelumnya. Beberapa

[image:48.612.86.558.348.701.2]

penelitian tersebut sebagai berikut:

Tabel 2.6

Penelitian Terdahulu tentang Hubungan Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan

No Peneliti (Tahun)

Variabel Penelitian dan

Metode Penelitian Hasil Penelitian

1. Ulum et al. (2008)

a. Variabel terikat: Kinerja keuangan (ROA, ATO, GR ). b. Variabel bebas:

IC (VAIC™) dan ROGIC.

c. Sampel:

Bank di Indonesia tahun 2004-2006. d. Alat analisis:

Partial Least Square (PLS).

a. VAIC™ berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan masa depan.

b. Rata-rata pertumbuhan IC (ROGIC) tidak berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa depan.

2. Benny Kuryanto dan Muchamad Syafruddin (2008)

a. Variabel terikat: Kinerja keuangan (ROE, EPS dan ASR). b. Variabel bebas:

IC (VAIC™) dan ROGIC.

a. VAIC™ berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.

b. Rata-rata pertumbuhan IC (ROGIC) tidak berpengaruh

No Peneliti

(Tahun)

Variabel Penelitian dan Metode Penelitian

Hasil Penelitian

c. Sampel:

Perusahaan Indonesia yang terdaftar di BEI tahun 2003-2005.

d. Alat analisis:

Partial Least Square (PLS).

positif terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa depan.

3. Kharisma Iman Sari dan

Barbara Gunawan

a. Variabel terikat:

Kinerja keuangan (CAMEL) (CAR, RORA, NPM, ROA,BOPO,

a. VAIC™ berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.

(49)

(2011) b. Variabel bebas: IC (VAIC™) c. Sampel:

Perusahaan di BEI tahun 2007-2009. d. Alat analisis:

Partial Least Square (PLS).

terhadap pertumbuhan perusahaan.

c. Kinerja keuangan perusahaan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan perusahaan.

4. Bambang Parto Kusumo (2012)

a. Variabel terikat: Kinerja keuangan

(PERF, CAR, DER, ATO, ROI, ROE). Pertumbuhan perusahaan(AG, EG). b. Variabel bebas:

IC (VAIC™) dan ROGIC. c. Sampel:

Perusahaan manufaktur, jasa, dagang dan property listed dan go public di BEI serta ICMD 2006-2009.

d. Alat analisis:

Partial Least Square (PLS).

a. VAIC™ berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pertumbuhan perusahaan, dan nilai pasar perusahaan.

b. Rata-rata pertumbuhan IC (ROGIC) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pertumbuhan perusahaan, dan nilai pasar perusahaan.

5. Luluk Muhimatul dan Hairida Hapsari (2012)

a. Variabel terikat: Kinerja keuangan (ROE, EPS, MBV). b. Variabel bebas:

IC (VAIC™) dan ROGIC. c. Sampel:

Perusahaan Publik (Non-Keuangan) di Indonesia tahun 2005-2008.

d. Alat analisis:

Partial Least Square (PLS).

a. VAIC™ berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.

b. VAIC™ berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan masa depan perusahaan.

c. Rata-rata pertumbuhan IC (ROGIC) tidak berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa depan. 6. No Khaerunnisa Said (2012) Peneliti (Tahun) a. Variabel: CAMEL

(CAR, KAP, PPAP, NPM, ROA, BOPO, NCM-CA)

b. Sampel:

PT. Bank Syariah Mandiri (Periode 2001-2010) c. Alat analisis:

Statistik Deskriptif

Variabel Penelitian dan Metode Penelitian

a. CAMEL tahun 2001 bernilai 82.92 (Sehat).

b. CAMEL tahun 2002 bernilai 80.47 (Sehat).

c. CAMEL tahun 2003 bernilai 92.47 (Sehat).

d. CAMEL tahun 2004 bernilai 72.43 (Cukup Sehat).

e. CAMEL tahun 2005 bernilai 74.67 (Cukup Sehat)

Hasil Penelitian

f. CAMEL tahun 2006 bernilai 72.94 (Cukup Sehat)

g. CAMEL tahun 2007 bernilai 73.95 (Cukup Sehat)

h. CAMEL tahun 2008 bernilai 74.76 (Cukup Sehat)

(50)

CAMEL tahun 2010 bernilai 74.68 (Cukup Sehat)

Sumber: Data sekunder yang telah diolah, (2014)

Keterangan:

ATO : Asset Turn Over

BOPO : Biaya Operasioanal terhadap Pendapatan Operasional

CAR : Capital Adequacy Ratio

CTA : Cost to Asset

DER : Debt Equity Ratio

ROA : Return onAsset

ROE : Return on Earning

RORA : Return onRisk Asset

NPM : Net Profit Margin

(51)

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan

sebelumnya, maka model kerangka konseptual dapat dilihat sebagai berikut

H1

H2

[image:51.595.137.489.229.480.2]

Sumber : Data sekunder, (2014)

Gambar 2.1

Model Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini mencoba mencari hubungan

Intellectual Capital menggunakan metode VAIC™dengan indikator Value Added Human Capital (VAHU), Value Added Capital Employed (VACA), dan

Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh terhadap kesehatan bank dengan indikator net profit margin (NPM) dan loan to deposit ratio (LDR).

Dalam pengembangan hipotesis yang akan dikemukakan pada bagian

selanjutnya, dikemukakan suatu hipotesis yang mengandaikan bahwa terdapat

Intellectual Capital

(VAIC)

VACA

(X1)

VAHU

(X2)

STVA

(X3)

NPM

(Y1)

LDR

(52)

hubungan positif antara Value Added Human Capital (VAHU), Value Added Capital Employed (VACA), dan Structural Capital Value Added (STVA) terhadap net profit margin (NPM) dan loan to deposit ratio (LDR) perbankan syariah di Indonesia (go public dan non go public).

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua

atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji

(Sekaran, 2007:164). Berdasarkan perumusan masalah dan konseptual

sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini, sebagai berikut:

1. Value Added Human Capital (VAHU), Value Added Capital Employed

(VACA), dan Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh signifikan terhadap net profit margin (NPM) perbankan syariah go public dan non go public di Indonesia.

2. Value Added Human Capital (VAHU), Value Added Capital Employed

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian sebab akibat (causal research), yaitu untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya

(Sekaran 2007:164). Dalam penelitian ini, meneliti analisis perbandingan

intellectual capital terhadap kesehatan perbankan syariah di Indonesia (go public

dan non go public).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan Bank Indonesia melalui media internet seperti

situs resmi www.bi.go.id, www.idx.co.id dan melalui website masing-masing Bank Syariah serta website lain sebagai data pendukung. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 sampai dengan April 2014.

3.3 Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 2 bagian, yaitu:

(54)

2. Variabel terikat, yaitu kesehatan bank akan diukur dengan indikator net profit margin (NPM) dan loan to deposit ratio (LDR).

b. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perbankan syariah di

Indonesia.

c. Data yang digunakan adalah data laporan keuangan tahunan perusahaan

periode 2008-2012.

3.4 Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

3.4.1 Variabel Bebas (Independent Variabel)

1. Intellectual Capital (IC)

Kinerja IC diukur dengan menggunakan metode Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM). Formulasi dan tahapan perhitungan nilai VAICTM adalah sebagai berikut:

a. Value Added (VA)

Tahap pertama dengan menghitung Value Added (VA). VA dihitung dengan menggunakan cara yaitu sebagai berikut:

VA = OUT – IN

Dimana:

(55)

OUT : Total penjualan dan pendapatan lain

IN : Beban (beban bunga dan beban operasional, biaya lain-lain)

selain beban karyawan

b. Value Added Capital Employed (VACA)

Tahap yang kedua yaitu dengan menghitung Value Added Capital

Employed (VACA) yang merupakan perbandingan

Gambar

Tabel 1.1
Gambaran NPM dan LDR Perbankan Syariah di  Indonesia
Tabel 1.2 pendidikan dan pelatihan merupakan employee competence salah
Tabel 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adanya timbal pada komponen lingkungan yaitu air, tanah, dan udara memungkinkan berkembangnya transmisi pencemaran menjadi lebih luas kepada berbagai mahkluk hidup,

Metode intuitif ialah penyuntingan yang dilakukan dengan cara mengambil salah satu naskah yang paling baik isinya (Bani Sudardi, 2003:59). Apabila terdapat bacaan

Saat itu pa didin mengalami kemerosotan usaha yang ia lakoni selama bertahun-tahun hingga akhirnya pa didin berinisiatif untuk membeli sepeda motor vespa yang sudah usang

1) Material yang digunakan untuk produk herbarium adalah material dengan bahan resin. Bahan ini dipilih karena ketahanannya terhadap perubahan cuaca, mudah dibuat, dan mampu

Method references make up a new feature that goes hand in hand with lambda expressions. They let you select an existing method defined in a class and pass it around. For example,

Peraturan Mahkamah Agung Ho. 1 tahun 1965 tersebut berisikan alasan dan cara mengajukan permohonan peninjau­ an kembali putusan perkara perdata maupun perkara pidana yang

Koordinat titik kontrol pada ujung poligon yang sudah diketahui koordinat defenitifnya akan dihitung kembali dengan menggunakan koordinat awal, asimut awal pendekatan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis kebijakan pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia dalam peningkatan kinerja Aparatur