PROPOSAL SKRIPSI
ANALISIS PERBANDINGAN INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN SYARIAH GO PUBLIC DAN NON
GO PUBLIC DI INDONESIA
OLEH
ALUN SAGEWI BR TARIGAN 110521159
PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis perbandingan intellectual capital (Value Added Capital Structural Capital Employed atau VACA, Value Added Human Capital atau VAHU, Structural Capital Value Added atau STVA)terhadap tingkat kesehatan perbankan (profit margin atau NPM dan loan to deposit ratio atau LDR) pada Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia.
Populasi dalam penelitian adalah perbankan syariah selama 5 tahun periode 2008-2012 sebanyak 11 bank, dengan jumlah sampel sebanyak 11 bank. Medode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis regresi dummy dengan tingkat signifikan (α) = 5%. Regresi dummy dengan ketentuan angka 1 untuk bank syariah Go Public dan angka 0 untuk bank syariah Non Go Public. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
Hasil regresi dummy menunjukkan variabel VAHU,VACA dan STVA lebih berpengaruh terhadap NPM pada bank syariah go public. Variabel VAHU, VACA, dan STVA lebih berpengaruh terhadap LDR pada bank syariah go public. Hasil uji koefisien determinasi (R2) dari hasil penelitian variabel masing-masing NPM dan LDR yaitu (30,7% dan 34,3%) sedangkan sisanya yaitu (69,3% dan 65,7%) dijelaskan olehvariabel yang tidfak dimasukkan dalam penelitian ini.
ABSTRACT
Comparative Analysis Of Inytellectual Capital On The Soundess Islamic Banking Go Public and Go Public In Indonesia
This study aimed to determine the affect of intellectual capital (Value Added Capital Employed, Structural Capital Value Added or STVA) on the soundness by using variable (Net Profit Margin or NPM and Loan to Deposit Ratio LDR) in the Bank Islamic Go Public and non Go public in Indonesia.
The populationis of islamic banks during the 5 years period 2008-2012 as many as 11 banks,with a total sample of 11 banks. The method of analysis used inthis study is descriptive and analytical method is dummy regression with signifikan level ( ) = 5%. Dummy regression with item 1 to islamic banking go public and 0 item to islamic banking non go public. But it also performed classical assumption including normality test, multicollinearity test,test heteroskedastisitas and autocorrelation test.
Partial result of hypotesis dummy regression showed that the variable VAHU, VACA and STVA more influential on NPM on islamic banking go public. Variable VAHU, VACA and STVA more infulential on LDR on islamic banking go public. The coefficient of determination (R2) of the result showed each variableNPM and LDR that (30.7% and 34.3%). While (69.3% and 65.7%) variance of each explained by other factors outside the model.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Perbandingan Intellectual Capital
Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public
di Indonesia Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi S-1 pada Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada keluarga tercinta, Ayahanda tercinta (Kongta Tarigan) dan Ibunda tercinta (Rosmawati Dardanela br Ginting) yang tidak pernah berhenti untuk selalu memberikan kasih sayangnya, doa, dan dukungan untuk
terus maju serta tidak pernah menyerah. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si., dan Ibu Dra. Friska Sipayung, MSi
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
3. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE, ME., dan Ibu Marhayanie, SE, M.Si, selaku Ketua dan
Sekretaris Departemen S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
4. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE, ME selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan berupa saran kritik dan
evaluasi yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi yang diajukan.
5. Ibu Dra. Nisrul Irawati MBA., selaku dosen pembaca penilai yang telah
memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang memberikan
banyak sekali ilmu yang telah diberikan serta karyawan yang telah membantu
selama proses perkuliahan.
7. Sahabat-sahabatku Manajemen 2010 : Ade dan Fitri. Terima kasih telah mengisi
hari-hariku selama di bangku kuliah serta dukungan dan doanya.
8. Perpustakaan USU dan Perpustakaan FE USU yang telah menyediakan semua
materi dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis sebagai manusia, sehingga penulis menerima masukan dan saran
dari semua pihak yang bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini. Akhirnya semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Medan, Juli 2014
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK………...i
ABSTRACT……….ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 10
2.1.1 Stakeholder Theory ... 10
2.1.2 Resources-Based Theory ... 11
2.1.3 Intellectual Capital ... 13
2.1.3.1 Pengertian Intellectual Capital ... 13
2.1.3.2 Pengklasifikasian Intellectual Capital ... 14
2.1.3.3 Pengukuran Intellectual Capital ... 17
2.1.3.4 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) 19 2.1.4 Kesehatan Bank ... 22
2.1.4.1 Tinjauan Tentang Kesehatan Bank ... 22
2.1.4.2 Arti Penting Kesehatan Bank ... 24
2.1.4.3 Metode CAMEL ... 25
2.1.5 Perbankan Syariah ... 27
2.1.5.1 Perbandingan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 29
2.2 Penelitian Terdahulu ... 31
2.3 Kerangka Konseptual ... 33
2.4 Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 36
3.3 Batasan Operasional ... 36
3.4 Definisi Operasional Variabel ... 37
3.4.1 Variabel Bebas (Independent Variabel) ... 37
3.4.2 Variabel Terikat (Dependent Variabel) ... 39
3.5 Populasi dan Sampel ... 41
3.5.1 Populasi ... 41
3.5.2 Sampel ... 41
3.6 Jenis Data ... 42
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 43
3.8 Teknik Analisis Data ... 43
3.8.1 Analisis Deskriptif ... 43
3.8.2 Regresi Dummy ... 43
3.8.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 44
3.8.3.1 Uji Normalitas ... 45
3.8.3.2 Uji Heterokedastisitas ... 45
3.8.3.3 Uji Autokorelasi ... 46
3.8.3.4 Uji Multikolinearitas ... 47
3.8.4 Pengujian Hipotesis ... 48
3.8.4.1 Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 48
3.8.4.2 Uji Parsial (Uji t) ... 49
3.8.4.3 Uji Determinasi (R2) ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum... 51
4.1.1 PT.BNI Syariah, Tbk... 51
4.1.2 PT.Mega Syariah, Tbk ... 52
4.1.3 PT.Muamalat Indonesia ... 54
4.1.4 PT.Bank Syraiah Mandiri, Tbk ... 55
4.1.5 PT.BCA Syariah, Tbk ... 58
4.1.6 PT.BRI Syariah, Tbk ... 58
4.1.7 PT.Jabar Banten Syariah, Tbk ... 60
4.1.8 PT.Panin Syariah, Tbk ... 61
4.1.9 PT.Syariah Bukopin, Tbk ... 62
4.1.10 PT.Victoria Syariah, Tbk ... 63
4.1.11 PT.Maybank Syariah Indonesia ... 64
4.2 Hasil Penelitian ... 66
4.2.1 Analisis Deskriptif ... 66
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 68
4.2.3 Analisis Regresi Variabel Dummy ... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 85
5.2 Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 87
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Halaman
1.1 Perkembangan Jaringan Perbankan Syariah di Indonesia... 2
1.2 Gambaran NPM dan LDR Perbankan Syariah di Indonesia (Go Public dan Non Go Public) Tahun 2008 – 2012………. 4 1.3 Komponen Intellectual Capital (Employee Competence) Biaya Pendidikan dan Pelatihan, Total Aset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2008-2012... 6 2.1 Klasifikasi Intellectual Capital... 14
2.2 Nilai Kredit Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank……... 23
2.3 Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional………….. 29
2.4 Perbandingan Bunga dan Bagi Hasil... 30
2.5 Penelitian Terdahulu tentang Hubungan Intellectual Capital terhadap Pertumbuhan Perusahaan... 31 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian……….. 40
3.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel... 41
3.3 Nama-Nama Bank Objek Penelitian... 42
3.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi……….... 47
4.1 Hasil Analisis Deskriptif………. 66
4.2 One-Sample Kolmogorof-Smirnov Test (Sebelum Transformasi)….. 71
4.3 One-Sample Kolmogorof-Smirnov Test (Setelah Transformasi)….... 72
4.4 Hasil Analisis Uji Glejser……… 74
4.5 Hasil Analisis Uji Autokorelasi……….. 75
4.6 Hasil Uji Multikolenaritas………... 75
4.7 Hasil Analisis Uji Serempak (Uji F) Hipotesis I……… 76
4.8 Hasil Analisis Uji Parsial (Uji t) Hipotesis I……….. 77
4.9 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2) Hipotesis I……….. 78
4.10 Hasil Analisis Uji Serempak (Uji F) Hipotesis II..……… 79
4.11 Hasil Analisis Uji Parsial (Uji t) Hipotesis II……….. 80
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Model Kerangka Konseptual... 34
4.1 Histogram Dependent Variabel (NPM)……… 69
4.2 Histogram Dependent Variabel (LDR)…...………. 69
4.3 Normal P-Plot NPM……….. 70
4.4 Normal P-Plot LDR……….. 71
4.5 Regression Standardized Predicted Value NPM…………... 73
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Hasil Perhitungan VACA, VAHU, STVA dan VAICTM Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia Periode 2008...
91
2 Gambaran NPM dan LDR Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia Periode 2008-2012...
96
3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Perbankan Syariah Go Public dan
Non Go Public di Indonesia………
98
4 Hasil Uji Normalitas………... 99
5 Hasil Uji Heterokedastisitas………... 100
6 Hasil Uji Autokorelasi……… 101
7 Hasil Uji Multikolenaritas……….. 102
ABSTRAK
Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis perbandingan intellectual capital (Value Added Capital Structural Capital Employed atau VACA, Value Added Human Capital atau VAHU, Structural Capital Value Added atau STVA)terhadap tingkat kesehatan perbankan (profit margin atau NPM dan loan to deposit ratio atau LDR) pada Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia.
Populasi dalam penelitian adalah perbankan syariah selama 5 tahun periode 2008-2012 sebanyak 11 bank, dengan jumlah sampel sebanyak 11 bank. Medode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis regresi dummy dengan tingkat signifikan (α) = 5%. Regresi dummy dengan ketentuan angka 1 untuk bank syariah Go Public dan angka 0 untuk bank syariah Non Go Public. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
Hasil regresi dummy menunjukkan variabel VAHU,VACA dan STVA lebih berpengaruh terhadap NPM pada bank syariah go public. Variabel VAHU, VACA, dan STVA lebih berpengaruh terhadap LDR pada bank syariah go public. Hasil uji koefisien determinasi (R2) dari hasil penelitian variabel masing-masing NPM dan LDR yaitu (30,7% dan 34,3%) sedangkan sisanya yaitu (69,3% dan 65,7%) dijelaskan olehvariabel yang tidfak dimasukkan dalam penelitian ini.
ABSTRACT
Comparative Analysis Of Inytellectual Capital On The Soundess Islamic Banking Go Public and Go Public In Indonesia
This study aimed to determine the affect of intellectual capital (Value Added Capital Employed, Structural Capital Value Added or STVA) on the soundness by using variable (Net Profit Margin or NPM and Loan to Deposit Ratio LDR) in the Bank Islamic Go Public and non Go public in Indonesia.
The populationis of islamic banks during the 5 years period 2008-2012 as many as 11 banks,with a total sample of 11 banks. The method of analysis used inthis study is descriptive and analytical method is dummy regression with signifikan level ( ) = 5%. Dummy regression with item 1 to islamic banking go public and 0 item to islamic banking non go public. But it also performed classical assumption including normality test, multicollinearity test,test heteroskedastisitas and autocorrelation test.
Partial result of hypotesis dummy regression showed that the variable VAHU, VACA and STVA more influential on NPM on islamic banking go public. Variable VAHU, VACA and STVA more infulential on LDR on islamic banking go public. The coefficient of determination (R2) of the result showed each variableNPM and LDR that (30.7% and 34.3%). While (69.3% and 65.7%) variance of each explained by other factors outside the model.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Di Indonesia perkembangan bank berbasis prinsip syariah kini sedang
mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini juga menunjukkan bahwa perkembangan
ekonomi Islam di Indonesia sebagai gerakan kemasyarakatan telah mulai
menunjukkan keberhasilan yang nyata telah menjadi pengetahuan umum bahwa
perkembangan ekonomi Islam identik dengan berkembangnya lembaga keuangan
syariah. Bank syariah sebagai motor utama lembaga keuangan telah menjadi
lokomotif bagi berkembangnya teori dan praktik ekonomi Islam secara mendalam
(Karim, 2004).
Hal ini diawali dengan terbitnya Undang-Undang No 10 tahun1998 tentang
perubahan Undang-Undang No 7 tahun 1992, yang mengatur tentang peraturanyang
memperbolehkan setiap bank konvensional membuka sistem pelayanan syariah di
cabangnya (dual banking system), dan terbitnya Undang-Undang No 23 tahun 1999. Perkembangan selanjutnya adalah keluarnya fatwa tentang haramnya bunga bank
yang dikeluarkan oleh MUI pada tahun 2003, keluarnya fatwa ini memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan industri perbankan syariah. Setelah
itu dilanjutkan dengan terbitnya peraturan perundang-undangan, yaitu
Undang-Undang No 21 tahun 2008 yang mengatur tentang operasional perbankan syariah di
11/3/PBI/2009 yang memuat tentang prosedur dan aturan dalam mendirikan kantor
cabang, membuat perkembangan jumlah kantor layanan bank syariah bertambah
dengan pesat.
Perkembangan dan pertumbuhan perbankan syariah yang pesat juga dapat
dilihat dari tingkat pertumbuhan sebesar 40% pertahun sejak tahun 2002. Sampai
akhir Desember 2010, aset perbankan syariah sudah menembus angka Rp 100 triliun
lebih. Saat ini, market share perbankan syariah sudah mencapai 3,2% dengan tingkat pertumbuhan rata-rata di atas 40% dalam sepuluh tahun terakhir. Jika market share
perbankan syariah 5%, dibutuhkan setidaknya 40.000 sumber daya manusia yang
memiliki basis keterampilan ekonomi keuangan syariah yang kompeten sehingga
bank syariah bisa berjalan sesuai prinsip syariah dan dapat dimanfaatkan masyarakat
luas sebagai bagian dari sistem keuangan yang rahmatan lil alamin (Agustianto, 2011).
Perkembangan terakhir tentang pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia yang
ada dalam data Statistik Bank Indonesia per Oktober 2013, terdapat 11 Bank Umum
Tabel 1.1
Perkembangan Jaringan Perbankan Syariah di Indonesia
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013/OKT
Bank Umum Syariah (BUS) a. Jumlah Bank
b. Jumlah Kantor
3 398 5 576 6 711 11 1.215 11 1.390 11 1.734 11 1.939 Unit Usaha Syariah (UUS)
a. Jumlah Bank b. Jumlah Kantor
26 170 27 214 25 287 23 262 24 312 24 493 23 553 BPR Syariah
a. Jumlah Bank b. Jumlah Kantor
114 185 131 202 139 223 150 286 155 364 158 401 160 399 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, Bank Indonesia (2013)
Dalam krisis ekonomi global yang melanda perekonomian dunia pada
semester kedua periode 2008, sektor perbankan turut terkena imbas dari krisis ini.
Namun demikian, selama krisis ekonomi tersebut perbankan syariah tidak mengalami
negative spread karena tidak menggunakan instrumen bunga sebagai prinsip dasar operasi dalam kegiatan penghimpunan dan pembiayaan kepada nasabah. Dengan tidak
mengacu pada sistem bunga, perbankan syariah mempunyai kinerja yang relatif lebih
baik dibandingkan perbankan konvensional. Semakin banyaknya jumlah bank syariah
yang beroperasi di Indonesia, baik dalam bentuk Bank Umum Syariah (BUS) dan
Unit Usaha Syariah (UUS) dengan berbagai bentuk produk dan pelayanan yang
diberikan dapat menimbulkan permasalahan di masyarakat. Permasalahan yang paling
penting adalah bagaimana kualitas kinerja bank syariah yang ada. Bank syariah
haruslah dapat memberi manfaat yang optimal bagi masyarakat dan peran dan
pada kebutuhan keuangan dari berbagai pihak, tetapi yang paling penting adalah
kepastian seluruh kegiatan yang dijalankan oleh bank syariah sesuai dengan prinsip
syariah (Hameed et al.,2004).
Menurut PBI No.6/10/2004, peraturan kinerja perusahaan ada enam aspek
kinerja yang harus diukur untuk menyatakan bank tersebut sehat atau dengan kata
lain mempunyai kinerja yang baik. Enam aspek ini adalah permodalan, kualitas asset,
kualitas manajemen, profiatbilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap pasar yang
dikenal dengan CAMEL.
Berikut adalah perkembangan NPM dan LDR Perbankan Syariah di Indonesia
tahun 2008-2012.
Tabel 1.2
Gambaran NPM dan LDR Perbankan Syariah di Indonesia (Go Public dan Non Go Public) Tahun 2008 - 2012
Go Public
Tahun NPM
(%)
LDR (%)
2008 6.00 73.00
2009 6.37 70.19
2010 6.24 66.40
2011 6.04 72.12
2012 5.91 74.44
Non Go Public
2008 2.95 92.13
2009 3.13 92.67
2010 3.25 81.89
2012 4.34 95.93 Sumber: www.idx.co.id dan www.bi.go.id
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa fenomena yang terjadi yaitu fluktuasi pada rasio
NPM dan LDR. NPM perbankan syariah go public menunjukkan perkembangan yang negatif, berarti pendapatan operasional perbankan syariah tidak stabil dari kegiatan
pemberian kredit setiap tahunnya, tetapi NPM perbankan syariah non go public
menunjukkan perkembangan yang positif, berarti pendapatan operasional perbankan
syariah stabil dari kegiatan pemberian kredit setiap tahunnya NPM tertinggi pada
perbankan syariah go public yaitu tahun 2009 sebesar 6.37%, sedangkan NPM terendah pada tahun 2012 sebesar 5.91%, sedangkan NPM tertinggi pada perbankan
syariah non go public yaitu tahun 2012 sebesar 4.34%, sedangkan NPM terendah pada tahun 2008 sebesar 2.95%
LDR perbankan syariah go public dan perbankan syariah non go public
menagalami fluktuasi, berarti jumlah kredit tidak stabil dari dana yang diterima bank.
LDR perbankan syariah mengalami gelombang pasang surut setiap tahunnya. LDR
perbankan syariah go public tertinggi pada tahun 2012 sebesar 74.44%, sedangkan LDR terendah pada tahun 2010 sebesar 66.40%. LDR perbankan syariah non go public tertinggi pada tahun 2012 sebesar 95.93%, sedangkan LDR terendah pada tahun 2010 sebesar 81.89%.
Sebagai bagian dari “new economy”, yang secara prinsip didorong oleh
tumbuhnya minat dalam intellectual capital (IC), perbankan syariah tentunya juga tidak terlepas dari hal ini. Sebagai bagian dalam dunia bisnis modern, intellectual capital (IC) juga akan menjadi aset yang sangat bernilai bagi perbankan syariah.
Intellectual capital telah menyebabkan pergeseran dalam paradigma
melakukan bisnis, sumber kekuatan akan bergeser dari modal fisik menjadi sumber
daya manusia, dari sumber daya alam menuju sumber daya pengetahuan, dari posisi
sosial seseorang menjadi proses hubungan, dan dari kekuatan pemegang saham
menjadi kekuatan pelanggan. Kini perusahaan mengakui pentingnya modal
intelektual yang bersifat abstrak dan tidak nyata untuk dijadikan penggerak utama
dalam pengembangan bisnis. Oleh karena itu, modal intelektual telah menjadi aset
yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern.
Tabel 1.3
Komponen Intellectual Capital (Employee Competence) Biaya Pendidikan dan Pelatihan, Total Aset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2008-2012
(dalam Rupiah)
No Nama Bank Biaya Pendidikan dan Pelatihan Total asset
2011 2012 2011 2012
1 PT.BNI Syariah, Tbk 43.651.000.000 50.573.000.000 299.058.000.000 333.304.000.000 2 PT.Mega Syariah, Tbk 5.949.000.000 7.640.000.000 61.909.000.000 65.219.000.000 3 PT.Muamalat Indonesia 2.341.000.000 2.847.000.000 32.480.000.000 44.854.000.000 4 PT.Bank Syariah Mandiri, Tbk 74.900.000.000 92.037.000.000 551.892.000.000 635.619.000.000 5 PT.BCA Syariah, Tbk 52.847.000.000 163.619.000.000 381.908.000.000 442.994.000.000 6 PT.BRI Syariah, Tbk 64.908.000.000 82.569.000.000 469.899.000.000 551.337.000.000 7 PT.Jabar Banten Syariah, Tbk 6.337.337.000 7.202.144.000 54.448.658.000 70.840.878.000 8 PT.Panin Syariah, Tbk 17.951.000.000 19.926.000.000 124.755.000.000 148.793.000.000 9 PT.Syariah Bukopin, Tbk 5.115.000.000 5.832.000.000 57.183.000.000 65.690.000.000 10 PT.Victoria Syariah, Tbk 1.399.488.000 1.674.735.000 11.802.563.000 14.352.840.000 11 PT.Maybank Syariah Indonesia 950.766.000 991.101.000 1.692.959.000 2.062.552.000
Sumber: Data sekunder (diolah, 2013)
Tabel 1.2 pendidikan dan pelatihan merupakan employee competence salah satu komponen dari intellectual capital. perbankan syariah mengeluarkan biaya pendidikan dan pelatihan untuk mendidik dan melatih para karyawan bank untuk
dapat menggunakan kemampuan dan keahliannya untuk menghasilkan pendapatan
bagi perusahaan. Pengeluaran biaya pendidikan dan pelatihan tertinggi adalah PT.
BCA Syariah, Tbk dan total asset tertinggi adalah PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk.
Berdasarkan laporan tahunan 2012 PT. BCA Syariah, Tbk memberikan pendidikan
dan pelatihan berupa pelatihan internal dan eksternal. Pelatihan internal meliputi
keterampilan teknis perbankan, dan pelatihan penjejangan karyawan, dan pelatihan
Aspek Sumber Daya Manusia menjadi salah satu faktor yang penting dalam
upaya peningkatan kinerja keuangan dalam sebuah perusahaan. Keberhasilan
menciptakan nilai dari suatu produk bukan terletak pada pabrik dan bangunan tetapi
terletak pada pikiran manusia yang berada dibelakang dari produk tersebut.
(Widjatnako, 2006) dalam (Rizka, 2011).
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel yaitu, variabel
independen ialah intellectual capital (VAICTM) dengan indikator value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU) dan structural capital value added (STVA). Sedangkan, variabel dependen yang digunakan yaitu tingkat
kesehatan bank akan diukur dengan indikator net profit margin (NPM) dan loan to deposit ratio (LDR).
Berdasarkan fenomena gap dan keragaman argumentasi (research gap) yang terjadi, maka menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian tentang
“Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan
Perbankan Syariah Go Public Dan Non Go PublicDi Indonesia”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusaan masalah
1. Seberapa besar pengaruh value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), dan structural capital value added (STVA) terhadap net profit margin (NPM) perbankan syariah go public dan non go public di Indonesia? 2. Seberapa besar pengaruh value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), dan structural capital value added (STVA) terhadap loan to deposit ratio (LDR) perbankan syariah go public dan non go public di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka tujuan
penelitian ini untuk menganalisis antara lain:
1. Perbandingan pengaruh komponen VAICTM yaitu value added capital employed
(VACA), value added human capital (VAHU), dan structural capital value added
(STVA) terhadap net profit margin (NPM) perbankan syariah go public dan non go public di Indonesia.
2. Perbandingan pengaruh komponen VAICTM yaitu value added capital employed
(VACA), value added human capital (VAHU), dan structural capital value added
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang
intellectual capital terhadap tingkat kesehatan perbankan syariah di Indonesia (go public dan non go public).
2. Bagi Manajer Perusahaan
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan informasi dan pedoman untuk
mengembangkan value creation bagi perusahaan dengan menggunakan
intellectual capital. 3. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini diharapkan memberi informasi, referensi dan wawasan untuk
mendukung penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan intellectual capital dan tingkat kesehatan perbankan syariah, atau sebagai bahan kepustakaan serta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Stakeholder Theory
Stakeholder Theory menunjukkan pemeliharaan hubungan dengan stakeholder
yang mencakup semua bentuk hubungan antara perusahaan dengan seluruh
stakeholder perusahaan yang mencakup pekerja, pelanggan, pemasok, dan mitra bisnis perusahaan. Teori stakeholder mengatakan bahwa laporan akuntansi dianggap menjelaskan sebuah strategi untuk mempengaruhi hubungan perusahaan dengan
pihak-pihak lain yang berinteraksi dengannya (Fontaine et al, 2006).
Freeman dan Evan (1990) mendefinisikan stakeholder sebagai:
Any identifiable group or individual who can affect the achievement of an organisation’s objectives, or is affected by the achievement of an
organisation’s objectives”.
Berdasarkan teori stakeholder, manajemen perusahaan diasumsikan
melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa stakeholder
berhak untuk menerima informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi
informasi tersebut atau bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan
peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi (Fontaine et al, 2006).
Menurut Fontaine et. al (2006), tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajemen perusahaan memahami lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan
hubungan-hubungan di lingkungan perusahaan mereka. Inti seluruh teori ini adalah tentang apa
yang akan terjadi ketika korporasi dan stakeholder menjalankan hubungan mereka.
Dalam konteks VAICTM, teori stakeholder berargumen bahwa seluruh
stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan adil dan manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder. Melalui pemanfaatan seluruh potensi perusahaan, baik karyawan (human capital), aset fisik (physical capital), maupun structural capital, maka perusahaan akan mampu menciptakan value added
bagi perusahaan (dalam hal ini disebut VAICTM). Dengan meningkatkan value added
tersebut, kinerja keuangan perusahaan akan meningkat dan pertumbuhan perusahaan
makin baik sehingga nilai perusahaan di mata stakeholder akan meningkat.
2.1.2 Resources-Based View (RBV)
Pendekatan berbasis sumber daya (resource-based view) adalah suatu teori yang dikembangkan untuk menganalisis keunggulan bersaing suatu perusahaan yang
perekonomian yang mengandalkan aset-aset tak berwujud (intangible assets).
Resources Based Theory mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya
perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan.
Teori RBV memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan
kemampuan (Kor dan Mahoney, 2004). Perbedaan sumber daya dan kemampuan
perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif.
Asumsi RBV yaitu bagaimana perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain
untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dengan mengelola sumber daya yang
dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan.
Sumber daya perusahaan yang dapat memberi keunggulan kompetitif bagi
perusahaan dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu berwujud, tidak berwujud dan
kapabilitas sumber daya manusia (Fahy dan Smithee, 1999). Kemampuan
menunjukkan apa yang dapat dilakukan perusahaan dengan sumber dayanya.
Pendekatan RBV menyatakan bahwa perusahaan dapat mencapai keunggulan
bersaing yang berkesinambungan dan memperoleh keuntungan superior dengan
memiliki atau mengendalikan aset-aset strategis baik yang berwujud maupun yang
tidak berwujud.
Menurut (Fahy dan Smithee, 1999) ada empat kriteria sumber daya sebuah
1. Sumber daya harus menambah nilai positif bagi perusahaan.
2. Sumber daya harus bersifat unik atau langka diantara calon pesaing dan pesaing
yang ada sekarang ini.
3. Sumber daya harus sukar ditiru.
4. Sumber daya tidak dapat digantikan dengan sumber lainnya oleh perusahaan
pesaing.
Dalam RBV, perusahaan tidak dapat berharap untuk membeli atau
mengambil keunggulan kompetitif berkelanjutan yang dimiliki oleh suatu organisasi
lain, karena keunggulan tersebut merupakan sumber daya yang langka, sukar ditiru,
dan tidak tergantikan.
2.1.3 Intellectual Capital
2.1.3.1 Pengertian Intellectual Capital
Menurut Stewart (1997), intellectual capital telah dimengerti secara berbeda oleh beberapa kalangan, dipahami oleh beberapa kelompok kecil dan secara formal
belum terdapat metode penilaian yang baku. Sebagai sebuah konsep, modal
intelektual merujuk pada modal- modal non fisik atau modal tidak berwujud
(intangible assets) atau tidak kasat mata (invisible) yang terkait dengan pengetahuan dan pengalaman manusia serta teknologi yang digunakan.
“The sum of everything everybody in your company knows that gives you a competitive edge in the market place. It is intellectual material – knowledge, information, intellectual property, experience – that can be put to use to create wealth.”
Bontis et al. (2000) dalam Ulum (2008), menyatakan bahwa secara umum, para peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari IC, yaitu: human capital
(HC), structural capital (SC), dan customer capital (CC). Menurut Bontis et al. (2000), secara sederhana HC merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari
genetic inheritance; education; experience, dan attitude tentang kehidupan dan bisnis.
Lebih lanjut Bontis et al. (2000) menyebutkan bahwa SC meliputi seluruh
non-human storehouses of knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database, organisational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya.
2.1.3.2 Pengklasifikasian Intellectual Capital
IFAC (1998 dalam Ulum, 2009:29) mengklasifikasikan intellectual capital
dalam tiga kategori, yaitu: (1) Organizational Capital, (2) Relational Capital, dan (3)
Human Capital. Tabel berikut menyajikan pengklasifikasian tersebut berikut komponen-komponennya.
Tabel 2.1
Klasifikasi Intellectual Capital
Organizational Capital Relational Capital Human Capital
Intellectual Property: Patents Copyrights Design rights Trade secret Trademarks Service marks
Infrastructures Assets: Management philosophy Corporate culture Management processes Information system Networking system Financial relation Brands Customers Customer loyalty Backlog orders Company names Distribution channels Business collaborations Licencing agreements Favourable contracts Franchising agreements Know-how Education Vocational qualification Work-related knowledge Work-related competencies Entrepreneurial spirit, innovativeness, proactive and reactive abilities, changeability Psychometric
Valuation
Banyak para praktisi yang menyatakan bahwa modal intelektual (intellectual capital) terdiri dari tiga elemen utama (Stewart 1997, Sveiby 1997, dan Bontis 2000) dalam Sawarjuwono dan Kadir (2003:38-39) yaitu:
1. Human Capital
Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah tercipta sumber inovasi dan kemajuan suatu perusahaan, tetapi modal manusia
merupakan komponen intellectual capital yang sulit diukur. Human Capital
merupakan tempat sumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan
kompetensi, dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human Capital merupakan kemampuan perusahaan secara kolektif untuk menghasilkan solusi yang terbaik
berdasarkan penguasaan pengetahuan dan teknologi dari sumber daya manusia yang
dimilikinya.
Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Menurut Bontis et al. (2000), HC merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang
direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari genetic inheritance, education, experience, and attitude tentang kehidupan dan bisnis.
2. Structural Capital / Organizational Capital
Structural Capital merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang berkaitan dengan usaha
karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual perusahaan yang optimal serta
kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses
manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu memiliki intelektualitas yang tinggi, tetapi jika perusahaan memiliki sistem operasi dan prosedur yang buruk maka
intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Menurut Bontis et al. (2000), Structural Capital meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi. Dalam hal ini termasuk adalah database,
organisational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya dalam (dalam Ulum,
2008).
3. Relational Capital / Costumer Capital
Elemen ini merupakan komponen intellectual capital yang memberikan nilai nyata bagi perusahaan. Relational capital merupakan hubungan harmonis yang dimiliki oleh perusahaan dengan pihak di luar perusahaan yaitu yang berasal dari para
perusahaan, hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun kerjasama rekan
bisnis. Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan dalam meningkatkan kerjasama bisnis yang dapat memberikan
keuntungan bagi kedua pihak, sehingga dapat meningkatkan kinerja dan nilai
perusahaan.
2.1.3.3 Pengukuran Intellectual Capital
Penelitian tentang intellectual capital telah menjamur sehingga mengubah baik bentuk maupun cakupannya (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:48). Penelitian juga telah mengarah kepada sejumlah rerangka untuk mengklasifikasikan dan
mengukur konsep intellectual capital. Petrash (1996) mengembangkan model klasifikasi yang dikenal dengan value platform model. Model ini mengklasifikasikan
intellectual capital sebagai akumulasi dari human capital, organisational capital dan
customer capital. Edvinsson dan Malone (1997) mengembangkan the Skandia Value Scheme, yang mengklasifikasikan intellectual capital ke dalam structural capital dan
human capital. Haanes dan Lowendahl (1997) mengelompokkan intellectual capital
suatu perusahaan ke dalam competence dan relational resources. Model yang dikembangkan Lowendahl (1997) memperbaiki model di atas dan membagi kategori
kompetensi dan rasional menjadi dua sub-group (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:48):
2. collective .
Stewart (1997 dalam Ulum, 2009:48) mengklasifikasikan intellectual capital ke dalam tiga format dasar, yaitu:
1. human capital 2. structural capital 3. customer capital
The Danish Confederation of Trade Unions (1999) mengelompokkan
intellectual capital sebagai manusia, sistem dan pasar. Leliaert et al. (2003) mengembangkan the 4-Leaf model , yang mengelompokkan intellectual capital ke dalam human, customer, structural capital dan strategic alliance capital (Tan et al.
2007 dalam Ulum, 2009:48).
Metode pengukuran intellectual capital dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:49), yaitu:
1. Kategori yang tidak menggunakan pengukuran moneter; dan
2. Kategori yang menggunakan ukuran moneter.
Berikut adalah daftar ukuran intellectual capital yang berbasis moneter (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:49):
a. The Balance Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992) b. Brooking’s Technology Broker method (1996)
d. The IC-Index dikembangkan oleh Roos et al. (1997) e. Intangible Asset Monitor approach oleh Sveiby (1997) f. The Heuristic Frame dikembangkan oleh Joia (2000)
g. Vital Sign Scorecard dikembangkan oleh Vanderkaay (2000) h. The Ernst & Young Model (Barsky dan Marchant, 2000)
Sedangkan model penilaian intellectual capital yang berbasis moneter adalah (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:49):
a. The EVA and MVA model (Bontis et al. 1999) b. The Market-to-Book Value model (beberapa penulis) c. Tobin’s q method (Luthy, 1998)
d. Pulic‟s VAIC™ Model (1998, 2000)
e. Calculated intangible value (Dzinkowski, 2000)
f. The Knowledge Capital Earnings model (Lev dan Feng, 2001)
2.1.3.4 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)
Sama halnya seperti definisi intellectual capital, sampai dengan saat ini belum terdapat kesamaan pendapat diantara para peneliti mengenai komponen modal
intelektual (intellectual capital). Banyak peneliti luar negeri yang telah melakukan penelitian dalam pengukuran komponen modal intelektual, baik secara literatur
VAICTM merupakan metode yang dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997
yang didesain untuk menyajikan informasi mengenai value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk
menciptakan value added (VA). Menurut Pulic (1998), VA adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam penciptaan nilai (value creation) (dalam Ulum, 2008).
Selain itu, Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) juga merupakan alat manajemen pengendalian yang memungkinkan organisasi untuk memonitor dan
mengukur kinerja intellectual capital dari suatu perusahaan. VA dihitung sebagai selisih antara output dan input.
Nilai output (OUT) mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan untuk dijua di pasar, sedangkan input (IN)
meliputi seluruh beban yang digunakan perusahaan untuk memproduksi barang atau
jasa dalam rangka menghasilkan revenue. Menurut (Tan et al, 2007),hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan tidak termasuk dalam IN. Beban
Komponen utama dari VAICTM yang dikembangkan Pulic tersebut dapat dilihat
dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA –Value Added Capital Employed), human capital (VAHU –Value Added Human Capital), dan structural capital (STVA –Structural Capital Value Added).
1. Value Added Capital Employed (VACA)
VACA adalah indikator untuk value added yang diciptakan oleh satu unit dari
physical capital terhadap value added perusahaan. VACA adalah perbandingan antara value added (VA) dengan model fisik yang bekerja (CA). Dalam proses penciptaan nilai, intelektual potensial yang direpresentasikan dalam biaya karyawan
tidak dihitung sebagai biaya (input). Pulic mengasumsikan bahwa jika satu unit dari CA menghasilkan return yang lebih besar pada sebuah perusahaan, berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CA (dana yang tersedia) (Tan et al., 2007:79 dalam Ulum 2008).
2. Value Added Human Capital (VAHU)
VAHU mengindikasikan berapa banyak Value Added (VA) dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pegawai (Tan et al., 2007:79 dalam Ulum 2008). Human capital merepresentasikan kemampuan perusahaan dalam mengelola modal pengetahuan individu organisasi yang dipresentasikan oleh
karyawannya sebagai aset strategic perusahaan karena pengetahuan yang mereka miliki. Hubungan antara VA dengan HC mengindikasikan HC untuk menciptakan
Berdasarkan konsep RBT, agar dapat bersaing perusahaan membutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Selain itu, perusahaan harus dapat
mengelola sumber daya yang berkualitas tersebut dengan maksimal sehingga dapat
menciptakan value added dan keunggulan kompetitif perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
3. Structural Capital Value Added (STVA)
Structural Capital Value Added (STVA) menunjukkan kontribusi modal struktural yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari value added
perusahaan. Dalam model yang dikembangkan Pulic ini, STVA dihitung dengan
membagi structural capital (SC) dengan value added (VA). Dalam model Pulic, SC diperoleh dari VA dikurangi dengan HC. STVA menunjukkan kontribusi modal
struktural dalam penciptaan nilai semakin kecil kontribusi HC dalam penciptaan nilai
maka akan semakin besar kontribusi SC (Tan et al., 2007:80 dalam Ulum, 2008).
2.1.4 Kesehatan Bank
2.1.4.1 Tinjauan Tentang Kesehatan Bank
Berdasarkan Pasal 29 UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank wajib memelihara tingkat
kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas
dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip
kehati-hatian.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004, penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian
aspek permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas
terhadap resiko pasar. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui
penilaian kuantitatif dan kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas meterialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta
pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian
nasional.
Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil resiko, bank
perlu mengindentifikasikan permasalahan yang mungkin timbul dari operasional
bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan
sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang
sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain dapat digunakan sebagai sarana penetapan
dan implementasi strategi pengawasan bank oleh Bank Indonesia.
Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi dalam empat kategori yaitu :
menetapkan tingkat kesehatan bank didasarkan pada “reward system” dengan nilai
kredit antara 0 sampai dengan 100, yakni sebagai berikut :
Tabel 2.2
Nilai Kredit Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank
Nilai Kredit Predikat
81-100 Sehat
66 - < 81 Cukup Sehat
51 - < 66 Kurang Sehat
0 < 51 Tidak Sehat
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
Menurut Susilo dkk (2000 : 22-23), kesehatan suatu bank dapat diartikan
sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan
secara normal dan maupun untuk memenuhi semua kewajibannya dengan baik sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Adapun kegiatannya, meliputi :
1. Kemampuan untuk menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan
modal sendiri.
2. Kemampuan mengelola dana.
3. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.
4. Kemampuan untuk memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik
modal, dan pihak lain.
5. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Sebagaimana layaknya manusia, dimana kesehatan merupakan hal yang
penting dalam kehidupannya. Tubuh yang sehat akan meningkatkan kemampuan
kerja dan kemampuan lainnya. Begitu pula dengan perbankan harus selalu dinilai
kesehatannya agar prima dalam melayani nasabahnya.
Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari beberapa segi. Penilaian
ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup
sehat, kurang sehat dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan
pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut
harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya.
Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah dibuat oleh Bank
Indonesia. Sedangkan bank-bank diharuskan untuk membuat laporan baik bersifat
rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode
tertentu.
Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun, apakah ada peningkatan atau
penurunan. Bagi bank yang kesehatannya terus meningkat tak jadi masalah, karena
itulah yang diharapkan dan suatu upaya untuk mempertahankan kesehatannya. Akan
tetapi bagi bank yang terus menerus tidak sehat, mungkin harus mendapatkan
pengarahan atau sanksi dari Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina
Bank Indonesia dapat menyarankan untuk melakukan perubahan manajemen,
merger, konsolidasi, akuisisi, atau malah dilikuidasi keberadaannya. Bank akan
dilikuidasi apabila kondisi bank tersebut dalam kondisi yang sangat parah atau
benar-benar tidak sehat.
2.1.4.3 Metode CAMEL
Menurut Kasmir (2002 : 185-186) , salah satu alat untuk mengukur kesehatan
bank adalah dengan analisis CAMEL. Unsur-unsur penilaian dalam analisis CAMEL
adalah sebagai berikut :
1. Capital
Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu Bank. Salah
satu penilaian adalah dengan metode CAR (Capital Adequacy Rasio) yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR).
2. Assets
Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki Bank. Rasio yang diukur
ada 2 macam yaitu :
a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif.
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang
3. Management
Penilaian didasarkan kepada manajemen permodalan, manajemen aktiva,
manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas dan manajemen umum. Manajemen
bank dinilai atas dasar 250 pertanyaan yang diajukan.
4. Earning
Penilaian didasarkan kepada rentabilitas suatu bank yaitu melihat kemampuan
suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan kepada
2 macam yaitu :
a. Rasio laba terhadap total asset (Return on Assets)
b. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).
5. Liquidity
Untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas bank didasarkan kepada 2
macam rasio yaitu :
a. Rasio jumlah kewajiban bersih Call Money terhadap aktiva lancar dan yang termasuk aktiva lancar adalah Kas, Giro pada BI, Sertifikat Bank Indonesia
(SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang sudah diendos oleh bank
b. Rasio antara kredit terhadap dana yang diterima oleh Bank.
Adapun rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
profitabilitas yaitu net profit margin (NPM) dan loan to deposit ratio (LDR).
a. Net profit margin (NPM)
Rasio yang mengacu kepada pendapatan operasional bank yang terutama berasal
dari kegiatan pemberian kredit yang dalam praktiknya memiliki berbagai risiko,
seperti risiko kredit (kredit bermasalah dan kredit macet), bunga (negative spread), kurs valas (jika kredit diberikan dalam valas), dan lain-lain.
b. Loan to deposit ratio (LDR)
Rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang
diterima oleh bank.
2.1.5 Perbankan Syariah
Berdasarkan Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan,
pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
masih bersifat umum sehingga belum sampai pada kesimpulan apakah jenis kegiatan
usaha yang dilakukan di lembaga perbankan tersebut halal atau haram. Karena itu
untuk menjamin kehalalan kegiatan usaha perbankan, maka dalam operasionalnya
harus menggunakan prinsip-prinsip syariah. Dengan demikian lembaga perbankan
yang kegiatan usahanya berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah maka dapat
dikatakan sebagai perbankan syariah (Susanto, 2008).
Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah (2007:5) implementasi yang sesuai dengan paradigma dan asas syariah harus
memenuhi karakteristik danpersyaratan sebagai berikut :
1. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha.
2. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib). 3. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas.
4. Tidak mengandung unsur riba.
5. Tidak mengandung unsur kezaliman.
6. Tidak mengandung unsur maysir.
7. Tidak mengandung unsurgharar.
8. Tidak mengandung unsur haram.
pada kegiatan usaha tersebutsesuai dengan prinsipal-ghunmu bil ghurmi (no gain without accompanying risk).
10. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta
untuk keuntungansemua pihak tanpa merugikan pihak lain sehingga tidak
diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak
menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam satu akad.
11. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui rekayasa penawaran (ihtikar).
12. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah).
Islam mengajarkan segala sesuatu yang baik dan memberikan manfaat bagi
manusia, sehingga Islam juga disebut sebagai agama fitrah atau yang sesuai dengan
sifat dasar manusia.
2.1.5.1 Perbandingan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Terdapat beberapa perbedaan yang mendasar antara Bank Syariah dengan
Tabel 2.4
Perbedaan Antara Bank Syariah Dan Bank Konvensional
No Uraian Bank Konvensional Bank Syariah
1 Landasan Operasional
a. Prinsip materialisme (bebas nilai). b. Komoditi yang diperdagangkan adalah
uang.
c. Instrumen imbalan terhadap pemilik uang ditetapkan dimuka menggunakan bunga.
a. Prinsip syariah (tidak bebas nilai). b. Uang hanya sebagai alat tuka c. Dilarang menggunakan sistem
bunga
d. Menggunakan cara bagi hasil dari keuntungan jasa atas transaksi riil.
2
Peran dan Fungsi Bank
a. Sebagai penghimpun dana masyarakat dan meminjamkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit dengan imbalan bunga.
b. Sebagai penyedia jasa pembayaran. c. Menerapkan hubungan debiturkreditur
antara bank dengan nasabah.
a. Sebagai penerima dana titipan nasabah.
b. Sebagai manajer investasi.
c. Sebagai investor -sebagai penyedia jasa pembayaran dan tidak
bertentangan dengan syariah. d. Sebagai pengelola dan kebajikan,
ZIS -menerapkan hubungan. kemitraan (investor timbal balik pengelola investasi).
3 Resiko Usaha
Resiko bank tidak ada kaitannya dengan resiko debitur dan sebaliknya. Antara pendapatan bunga dengan beban bunga dimungkinkan terjadi selisih negatif.
Dihadapi bersama antara bank dan nasabah. Tidak mengenal negative spread (selisih negatif).
No Uraian Bank Konvensional Bank Syariah
4
Sistem Pengawasan
Tidak ada nilai-nilai religius yang mendasari operasional sehingga aspek moralitas seringkali dilanggar.
Ada dewan pengawas syariah, sehingga operasional bank syariah tidak menyimpangdari syariah.
Sumber : Hosen,et al. 2008 (Data diolah, 2013)
Dari penjelasan tabel 2.4 dapat disimpulkan bahwa bank syariah sangatlah
berbeda dengan bank konvensional. Ada kekhasan beberapa sisi yang dimiliki bank
syariah yang menjadi pembeda dengan perbankan konvensional maupun lembaga
syariah di sisi lain setidaknya secara teoretis merupakan perwujudan dari sistem
ekonomi Islam yang didirikan untuk mencapai tujuan sosial dan ekonomi kusus yang
sejalan dengan gagasan membangun keadilan (Hameed et al., 2004). Dengan perbedaan dan kekhasan tersebut maka akan diperlukan cara yang berbeda dengan
bank konvensional dalam mengukur kinerja agar lebih sesuai dan sejalan dengan
tujuan pengembangan lembaga syariah.
Salah satu hal yang menjadi perbedaan mendasar antara bank syariah dengan
bank konvensional adalah cara mendapatkan keuntungan bank. Pada sistem Bank
Syariah menggunakan sistem bagi hasil. Sedangkan pada Bank Konvensional
[image:47.612.114.543.447.706.2]menggunakan sistem riba atau bunga.
Tabel 2.5
Perbandingan Bunga dan Bagi Hasil
Bunga Bagi Hasil
1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.
1. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi.
Bunga Bagi Hasil
2. Besarnya presentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.
3. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.
3. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.
4. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
4. Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang
„boming”.
5. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.
5. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam.
Sumber : Antonio, 2001 (Data, diolah 2013)
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti menggunakan VAICTM, kinerja keuangan dan faktor – faktor yang mempengaruhinya telah dilakukan para peneliti sebelumnya. Beberapa
[image:48.612.86.558.348.701.2]penelitian tersebut sebagai berikut:
Tabel 2.6
Penelitian Terdahulu tentang Hubungan Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan
No Peneliti (Tahun)
Variabel Penelitian dan
Metode Penelitian Hasil Penelitian
1. Ulum et al. (2008)
a. Variabel terikat: Kinerja keuangan (ROA, ATO, GR ). b. Variabel bebas:
IC (VAIC™) dan ROGIC.
c. Sampel:
Bank di Indonesia tahun 2004-2006. d. Alat analisis:
Partial Least Square (PLS).
a. VAIC™ berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan masa depan.
b. Rata-rata pertumbuhan IC (ROGIC) tidak berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa depan.
2. Benny Kuryanto dan Muchamad Syafruddin (2008)
a. Variabel terikat: Kinerja keuangan (ROE, EPS dan ASR). b. Variabel bebas:
IC (VAIC™) dan ROGIC.
a. VAIC™ berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
b. Rata-rata pertumbuhan IC (ROGIC) tidak berpengaruh
No Peneliti
(Tahun)
Variabel Penelitian dan Metode Penelitian
Hasil Penelitian
c. Sampel:
Perusahaan Indonesia yang terdaftar di BEI tahun 2003-2005.
d. Alat analisis:
Partial Least Square (PLS).
positif terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa depan.
3. Kharisma Iman Sari dan
Barbara Gunawan
a. Variabel terikat:
Kinerja keuangan (CAMEL) (CAR, RORA, NPM, ROA,BOPO,
a. VAIC™ berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
(2011) b. Variabel bebas: IC (VAIC™) c. Sampel:
Perusahaan di BEI tahun 2007-2009. d. Alat analisis:
Partial Least Square (PLS).
terhadap pertumbuhan perusahaan.
c. Kinerja keuangan perusahaan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan perusahaan.
4. Bambang Parto Kusumo (2012)
a. Variabel terikat: Kinerja keuangan
(PERF, CAR, DER, ATO, ROI, ROE). Pertumbuhan perusahaan(AG, EG). b. Variabel bebas:
IC (VAIC™) dan ROGIC. c. Sampel:
Perusahaan manufaktur, jasa, dagang dan property listed dan go public di BEI serta ICMD 2006-2009.
d. Alat analisis:
Partial Least Square (PLS).
a. VAIC™ berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pertumbuhan perusahaan, dan nilai pasar perusahaan.
b. Rata-rata pertumbuhan IC (ROGIC) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pertumbuhan perusahaan, dan nilai pasar perusahaan.
5. Luluk Muhimatul dan Hairida Hapsari (2012)
a. Variabel terikat: Kinerja keuangan (ROE, EPS, MBV). b. Variabel bebas:
IC (VAIC™) dan ROGIC. c. Sampel:
Perusahaan Publik (Non-Keuangan) di Indonesia tahun 2005-2008.
d. Alat analisis:
Partial Least Square (PLS).
a. VAIC™ berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
b. VAIC™ berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan masa depan perusahaan.
c. Rata-rata pertumbuhan IC (ROGIC) tidak berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa depan. 6. No Khaerunnisa Said (2012) Peneliti (Tahun) a. Variabel: CAMEL
(CAR, KAP, PPAP, NPM, ROA, BOPO, NCM-CA)
b. Sampel:
PT. Bank Syariah Mandiri (Periode 2001-2010) c. Alat analisis:
Statistik Deskriptif
Variabel Penelitian dan Metode Penelitian
a. CAMEL tahun 2001 bernilai 82.92 (Sehat).
b. CAMEL tahun 2002 bernilai 80.47 (Sehat).
c. CAMEL tahun 2003 bernilai 92.47 (Sehat).
d. CAMEL tahun 2004 bernilai 72.43 (Cukup Sehat).
e. CAMEL tahun 2005 bernilai 74.67 (Cukup Sehat)
Hasil Penelitian
f. CAMEL tahun 2006 bernilai 72.94 (Cukup Sehat)
g. CAMEL tahun 2007 bernilai 73.95 (Cukup Sehat)
h. CAMEL tahun 2008 bernilai 74.76 (Cukup Sehat)
CAMEL tahun 2010 bernilai 74.68 (Cukup Sehat)
Sumber: Data sekunder yang telah diolah, (2014)
Keterangan:
ATO : Asset Turn Over
BOPO : Biaya Operasioanal terhadap Pendapatan Operasional
CAR : Capital Adequacy Ratio
CTA : Cost to Asset
DER : Debt Equity Ratio
ROA : Return onAsset
ROE : Return on Earning
RORA : Return onRisk Asset
NPM : Net Profit Margin
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan
sebelumnya, maka model kerangka konseptual dapat dilihat sebagai berikut
H1
H2
[image:51.595.137.489.229.480.2]
Sumber : Data sekunder, (2014)
Gambar 2.1
Model Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini mencoba mencari hubungan
Intellectual Capital menggunakan metode VAIC™dengan indikator Value Added Human Capital (VAHU), Value Added Capital Employed (VACA), dan
Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh terhadap kesehatan bank dengan indikator net profit margin (NPM) dan loan to deposit ratio (LDR).
Dalam pengembangan hipotesis yang akan dikemukakan pada bagian
selanjutnya, dikemukakan suatu hipotesis yang mengandaikan bahwa terdapat
Intellectual Capital
(VAIC)
VACA
(X1)
VAHU
(X2)
STVA
(X3)
NPM
(Y1)
LDR
hubungan positif antara Value Added Human Capital (VAHU), Value Added Capital Employed (VACA), dan Structural Capital Value Added (STVA) terhadap net profit margin (NPM) dan loan to deposit ratio (LDR) perbankan syariah di Indonesia (go public dan non go public).
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua
atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji
(Sekaran, 2007:164). Berdasarkan perumusan masalah dan konseptual
sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini, sebagai berikut:
1. Value Added Human Capital (VAHU), Value Added Capital Employed
(VACA), dan Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh signifikan terhadap net profit margin (NPM) perbankan syariah go public dan non go public di Indonesia.
2. Value Added Human Capital (VAHU), Value Added Capital Employed
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian sebab akibat (causal research), yaitu untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya
(Sekaran 2007:164). Dalam penelitian ini, meneliti analisis perbandingan
intellectual capital terhadap kesehatan perbankan syariah di Indonesia (go public
dan non go public).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan Bank Indonesia melalui media internet seperti
situs resmi www.bi.go.id, www.idx.co.id dan melalui website masing-masing Bank Syariah serta website lain sebagai data pendukung. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 sampai dengan April 2014.
3.3 Batasan Operasional
Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 2 bagian, yaitu:
2. Variabel terikat, yaitu kesehatan bank akan diukur dengan indikator net profit margin (NPM) dan loan to deposit ratio (LDR).
b. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perbankan syariah di
Indonesia.
c. Data yang digunakan adalah data laporan keuangan tahunan perusahaan
periode 2008-2012.
3.4 Defenisi Operasional Variabel
Defenisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
3.4.1 Variabel Bebas (Independent Variabel)
1. Intellectual Capital (IC)
Kinerja IC diukur dengan menggunakan metode Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM). Formulasi dan tahapan perhitungan nilai VAICTM adalah sebagai berikut:
a. Value Added (VA)
Tahap pertama dengan menghitung Value Added (VA). VA dihitung dengan menggunakan cara yaitu sebagai berikut:
VA = OUT – IN
Dimana:
OUT : Total penjualan dan pendapatan lain
IN : Beban (beban bunga dan beban operasional, biaya lain-lain)
selain beban karyawan
b. Value Added Capital Employed (VACA)
Tahap yang kedua yaitu dengan menghitung Value Added Capital
Employed (VACA) yang merupakan perbandingan