• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Tungau Ektoparasit pada Cicak Cosymbotus sp di Wilayah Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Tungau Ektoparasit pada Cicak Cosymbotus sp di Wilayah Depok"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMANTUNGAU EKTOPARASITPADA

CICAK

Cosymbotus

sp

.

DI WILAYAH DEPOK

FIA AFIANI ZAKKY

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Tungau Ektoparasit pada Cicak Cosymbotus sp. di Wilayah Depok adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

FIA AFIANI ZAKKY. Keanekaragaman Tungau Ektoparasit pada Cicak Cosymbotus sp. di Wilayah Depok. Dibimbing oleh TARUNI SRI PRAWASTI dan ACHMAD FARAJALLAH.

Tungau ektoparasit adalah parasit yang hidup di permukaan luar tubuh makhluk hidup. Penelitian ini bertujuan mengetahui keanekaragaman, intensitas infestasi, dan nilai prevalensi tungau ektoparasit pada cicak Cosymbotus platyurus di wilayah Depok. Cicak ditangkap di tiga lokasi, yaitu perumahan, pasar, dan Hutan Kota kemudian diawetkan dalam alkohol 70%. Tungau ektoparasit diambil pada bagian kepala, telinga, ketiak, bagian badan, paha, ekor, tungkai depan, dan tungkai belakang cicak. Cicak yang berhasil ditangkap sebanyak 140 ekor. Tungau yang berhasil ditemukan sebanyak 246 ekor yang kesemuanya bisa dikelompokkan dalam genus Geckobia famili Pterygosomatidae. Identifikasi morfologi lebih lanjut mengelompokkan tungau menjadi G1, G4, G5, G6, G7, dan G10. Identifikasi sampai ke tingkat spesies berdasarkan ketotaksi menemukan bahwa G5 dan G10 memiliki ketotaksi yang sama dengan G. gleadoviana, G4 dan G6 termasuk dalam kelompok Geckobia grup 1, sedangkan G1 dan G7 belum ditemukan sebelumnya. Prevalensi keberadaan tungau ektoparasit pada cicak yang ada di Hutan Kota adalah yang paling tinggi yaitu sebesar 55%. Nilai infestasi tertinggi (4.0) ditemukan pada cicak yang ada di perumahan oleh G6 dan nilai infestasi total tertinggi terdapat pada area Hutan Kota sebesar 4.6.

(5)

ABSTRACT

FIA AFIANI ZAKKY. Diversity of Ectoparasite Mites on Cosymbotus sp. Geckos in Depok Area. Supervised by TARUNI SRI PRAWASTI and ACHMAD FARAJALLAH.

Ectoparasite mites are parasite that live on the body surface of the host. This research aims to see the diversity, intensity of infestation, and prevalence value of mites on house gecko, Cosymbotus platyurus, in Depok Area. Geckos were collected in three locations, such as houses, markets, and the city forest, and then preserved in 70% ethanol. Mites were collected from the head, tympani, armpit, part of body, thigh, tail, fingers, and toes of the geckos. From 140 individuals collected, 246 individuals of mites were found. The mites could be grouped in the genus of Geckobia and the family of Pterygosomatidae. Based on the morphological characteristics, the mites could be grouped into G1, G4, G5, G6, G7, and G10. Species identification of the mites based on chaetotaxy had confirmed that G5 and G10 were of close similarity to G. gleadoviana, while G4 and G6 were Geckobia Group 1, whereas the similarity of chaetotaxy G1 and G7 could not be confirmed. Prevalence of ectoparasites mites was the highest (55%) on the geckos from the city forest. The highest infestation value (4.0) were found in house geckos infected by G6, while the highest total infestation (4.6) was found among the geckos collected from the city forest.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biologi

KEANEKARAGAMAN TUNGAU EKTOPARASIT PADA

CICAK

Cosymbotus

sp

.

DI WILAYAH DEPOK

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2014. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah keanekaragaman tungau ektoparasit pada cicak Cosymbotus sp. di Wilayah Depok.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu Dra. Taruni Sri Prawasti M.Si dan Bapak Dr. Achmad Farajallah M.Si selaku pembimbing atas arahan dan bimbingan selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini hingga selesai. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Alex Hartana selaku penguji yang telah banyak memberi saran. Terima kasih yang tak terhingga

kepada keluarga tercinta Mama, Papa, Mas Angga dan Kakak Nina atas do’a,

dukungan dan kasih sayang yang selalu diberikan. Terima kasih kepada laboran Miktek yang selalu membantu dalam setiap proses penelitian. Terima kasih kepada teman-teman Kos Karona, Geckosister, Umbo, dan teman-teman Biologi 47 atas semua kebersamaan, kekeluargaan, semangat, dan motivasinya selama ini. Terima kasih pula kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

METODE PENELITIAN 1

Waktu dan Tempat 1

Penangkapan Cicak dan Koleksi Tungau Ektoparasit 2

Pembuatan Preparat Tungau 2

Identifikasi Tungau Ektoparasit 2

Pengamatan Ketotaksi Tungkai 2

Pengukuran Karakter Tubuh Tungau 3

Analisis Data 3

HASIL 3

Persentase tungau yang menginfestasi cicak 4

Ketotaksi 7

Deskripsi Tungau Geckobia 9

Kunci Determinasi Tungau Geckobia 10

Nilai prevalensi dan intensitas infestasi 10

Spesifitas perlekatan tungau pada cicak C. platyurus 10

PEMBAHASAN 12

SIMPULAN 14

Simpulan 14

DAFTAR PUSTAKA 14

(12)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah individu cicak C. platyurus yang terinfestasi tungau (JI) dan jumlah individu yang tidak terinfestasi tungau (JT) pada tiga lokasi penangkapan di

Wilayah Depok 4

2 Jumlah dan persentase tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus pada kepala (a), telinga (b), ketiak (c), badan (d), paha (e), ekor (f), jari depan (g), dan

jari belakang (h) 4

3 Perbandingan ciri-ciri tungau Geckobia sp1, Geckobia sp4, Geckobia sp5,

Geckobia sp6, Geckobia sp7, dan Geckobia sp10 8

4 Nilai prevalensi dan intensitas infestasi tungau pada cicak C. platyurus pada tiga

lokasi penangkapan di Kota Depok 11

5 Perbandingan tungau yang ditemukan pada cicak C. platyurus di berbagai lokasi 11

DAFTAR GAMBAR

1 Penentuan posisi tungkai. A. Tungkai 1 sampai 4 dan segmentasi tungkai, B.

Pola ketotaksi pada tungkai 3

2 Fase hidup pada tungau. A. Fase telur, B. Fase larva, C. Fase nimfa 5 3 Bagian-bagian tubuh tungau Geckobia. A. Bagian tubuh, B. Segmentasi tungkai,

C. Bagian gnatosoma, D. Skutum dorsal 5

4 Tungau Geckobia. A. Geckobia sp1 (tampak ventral), B. Geckobia sp4 (tampak dorsal), C. Geckobia sp5 (tampak ventral), D. Geckobia sp6 (tampak ventral), E. Geckobia sp7 (tampak ventral), F. Geckobia sp10 (tampak ventral) 6 5 Pola sebaran seta pada tungkai (tibia, genu, femur, dan trochanter) tungau

Geckobia 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta penangkapan cicak di Kota Depok 18

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Parasitisme adalah suatu bentuk interaksi antara dua organisme yang salah satu organisme diuntungkan dan organisme lainnya dirugikan. Interaksi parasitisme dapat berupa ektoparasit dan endoparasit (Fajfer 2012). Endoparasit adalah parasit yang hidup dalam tubuh inang sedangkan, ektoparasit adalah parasit yang hidup dipermukaan luar tubuh inang. Salah satu contoh hewan ektoparasit adalah tungau parasit (Borror et al. 1992). Sebagai ektoparasit, tungau parasit hidup dengan menghisap darah, mencari makan pada rambut, bulu, kulit atau sekresi kulit. Tungau parasit sendiri dapat menyebabkan dermatitis, reaksi alergi dan timbulnya reaksi sekunder dari infeksi bakteri (Fajfer 2012). Tungau parasit dapat ditemukan pada seluruh makhluk hidup salah satunya pada reptil (Bauer et al. 1990). Tungau pada reptil termasuk anggota famili Pterygosomatidae kelas Arachnida filum Arthropoda (Krantz 1987).

Tungau parasit yang dilaporkan telah menginfestasi cicak Cosymbotus platyurus di Indonesia adalah Geckobia (Prawasti et al.2013). Ciri umum dari Geckobia adanya skutum dorsal, mulut, koksa dengan seta kaku (spur), dan sebaran seta pada tubuh (Lawrence 1936). Tungau Geckobia banyak ditemukan pada bagian-bagian tubuh cicak seperti ekor, ketiak, lipatan mata, cakar, leher, dan ruang antar lamela kaki. Menurut Prawasti et al. (2013) tungau Geckobia sp1, Geckobia sp2, dan Geckobia sp3 menginfestasi cicak C. platyurus. Tungau Geckobia sp6 dominan menginfestasi cicak C. platyurus pada bagian jari belakang (Abdussalam 2012), sedangkan tungau Geckobia sp4 dominan menginfestasi pada bagian telinga (Anggraini 2012).

Cicak C.platyurus termasuk dalam anggota famili Gekkonidae sub ordo Lacertilia (Sauria) kelas Reptilia. Ciri dari spesies cicak ini adalah tubuh bagian dorsal berwarna abu-abu hingga kehitaman sedangkan tubuh bagian ventral berwarna putih, jari melebar, adanya lipatan kulit dikedua sisi tubuh mulai dari ketiak tungkai depan hingga anterior lekuk paha tungkai belakang, ekor pipih memanjang dengan pinggir yang bergerigi, dan memiliki moncong yang panjang (Rooij 1915).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui keanekaragaman, intensitas infestasi, dan nilai prevalensi tungau ektoparasit pada cicak C. platyurus di Wilayah Depok.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

(14)

dilakukan di Laboratorium Mikroteknik, Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB.

Penangkapan Cicak dan Koleksi Tungau Ektoparasit

Cicak ditangkap bertahap dengan metode road sampling menggunakan tangan secara langsung atau dengan bantuan air sabun. Cicak yang telah ditangkap, diawetkan dalam alkohol 70% serta diberi label sesuai area penangkapan. Tungau yang melekat pada setiap individu cicak pada bagian kepala (a), telinga (b), ketiak (c), bagian badan (d), paha (e), ekor (f), tungkai depan (g), dan tungkai belakang (h) diambil menggunakan sonde. Tungau yang diperoleh dihitung dan disimpan secara terpisah didalam tabung yang berisi alkohol 70% berdasarkan tempat pelekatan per individu cicak.

Pembuatan Preparat Tungau

Digunakan media polivinil alkohol untuk pembuatan preparat utuh tungau. Tungau yang didapatkan diletakkan pada gelas objek, ditetesi media polivinil alkohol dan ditutup dengan gelas penutup. Preparat dikeringkan diatas hotplate pada suhu 40oC selama dua minggu (Zhang 1963).

Identifikasi Tungau Ektoparasit

Tungau diidentifikasi menggunakan kunci determinasi Krantz (1978) hingga tingkat famili dan Lawrence (1936) hingga tingkat genus. Tungau yang termasuk genus Geckobia dikelompokkan dan diberi nomor mengikuti Prawasti et al. (2013) .

Pengamatan Ketotaksi Tungkai

Kunci Jack (1964) digunakan untuk pengamatan ketotaksi tungkai dari tungkai 1 hingga 4. Ketotaksi tungkai merupakan pola sebaran seta pada tungkai.

(15)

3

Rumus ketotaksi: (5-5-5-5)(0-0-0-0)(2-1-1-1)(1-1-1-1)

Gambar 1 Penentuan posisi tungkai A. Tungkai 1 sampai 4 dan segmentasi tungkai, B. Pola ketotaksi pada tungkai

Pengukuran Karakter Tubuh Tungau

Pengukuran dilakukan terhadap bagian gnatosoma yaitu kelisera dan palpi, seta dorsal, seta ventral, panjang, dan lebar tubuh tungau.

Analisis Data

Analisis keberadaan tungau pada tubuh cicak meliputi nilai prevalensi, intensitas infestasi, dan intensitas total dihitung mengikuti metode Barton & Richard (1966).

P = x 100% I = It =

Keterangan : P = prevalensi

I = intensitas infestasi tungau It = intensitas total

n = jumlah cicak yang terinfestasi tungau

ni = jumlah cicak yang terinfestasi tungau spesies (i)

N = jumlah cicak yang diperiksa

T = jumlah total tungau yang menginfestasi cicak Ti = jumlah tungau spesies (i) yang menginfestasi cicak

HASIL

Cicak C. platyurus didapat sebanyak 140 ekor dari tiga lokasi penangkapan di wilayah Depok yaitu perumahan (60 ekor), pasar (60 ekor), dan Hutan Kota (20 ekor). Jumlah cicak yang terinfestasi tungau sebanyak 65 ekor dan yang tidak terinfestasi tungau sebanyak 75 ekor (Tabel 1).

(16)

Tabel 1 Jumlah individu cicak C. platyurus yang terinfestasi tungau (JI) dan

Tungau yang ditemukan pada 65 ekor cicak yang terinfestasi sebanyak 246 ekor dan 27 telur. Tungau dari cicak yang ditangkap di pasar dan perumahan, umumnya melekat pada bagian jari belakang berturut-turut dengan nilai persentase infestasi sebesar 38.2% dan 37.8%. Tungau pada cicak yang diperoleh dari Hutan Kota dominan melekat pada pada bagian telinga sebesar 24.6% (Tabel 2).

Persentase tungau yang menginfestasi cicak

Tabel 2 Jumlah dan persentase tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus pada kepala (A), telinga (B), ketiak (C), badan (D), paha (E), ekor (F), jari depan (G), dan jari belakang (H)

Tempat Perlekatan

Lokasi Penangkapan

Perumahan Pasar Hutan Kota

∑ % ∑ % ∑ %

Ket: (-) tidak ditemukan tungau ektoparasit

(17)

5 koksa tungkai 3 dan 4 menyatu membentuk koksa posterior dan pada koksa terdapat spur, menunjukkan bahwa semua tungau yang ditemukan termasuk genus Geckobia (Gambar 3).

A B C

Gambar 2 Fase hidup pada tungau. A. Fase telur, B. Fase larva, C. Fase nimfa

A B

C D

Gambar 3 Bagian-bagian tubuh tungau Geckobia. A. Bagian tubuh, B. Segmentasi tungkai, C. Bagian gnatosoma, D. Skutum dorsal

gnatosoma

podosoma

ophistosoma

idiosoma

trochanter femur

genu

tibia tarsus

palpi kelisera

(18)

Pengelompokan tungau dilihat berdasarkan karakter morfologi luar yang meliputi bentuk tubuh, ukuran tubuh (panjang dan lebar tubuh), motif kutikula, skutum dorsal, seta dorsal (seta anterior, seta median, dan seta posterior), seta ventral, gantosoma (spur palpal tibia, seta palpa tibia, dan panjang kelisera), dan ketotaksi.

Berdasarkan 12 karakter morfologi yang telah diamati (Tabel 3), tungau yang ditemukan dapat dikelompokkan menjadi enam spesies tungau Geckobia yaitu tungau Geckobia sp1 sebanyak 1 individu, Geckobiasp4 sebanyak 28 individu, Geckobiasp5 sebanyak 22 individu, Geckobiasp6 sebanyak 10 individu, Geckobiasp7 sebanyak 9 individu, dan Geckobiasp10 sebanyak 9 individu (Gambar 4). Penomoran tungau tersebut mengikuti Abdussalam (2012) dan Prawasti et al. (2013).

A B C

D E F

(19)

7 Ketotaksi

Ketotaksi merupakan pola sebaran seta pada tubuh (dorsal, ventral, dan tungkai) dari tungkai 1 sampai tungkai 4 pada bagian tibia, genu, femur, dan trochanter. Pengamatan berdasarkan ketotaksi berfungsi sebagai salah satu ciri pembeda antar spesies (Gambar 5).

Anterior T1 T2 T3 T4 Posterior Ti

Ge Fe Troch

Geckobia sp1 Geckobia sp4

Geckobia sp5 Geckobia sp6

Geckobia sp7 Geckobia sp10

Ket : Seta dorsal, seta ventral, seta antero-lateral, seta postero-lateral. (T1) tungkai 1, (T2) tungkai 2, (T3) tungkai 3, (T4) tungkai 4, (Ti) tibia, (Ge) genu, (Fe) femur, (Troch) trochanter.

(20)

1

No Pembeda G1 G4 G5 G6 G7 G10

1 Bentuk tubuh Bulat Bulat lateral Bulat lateral Bulat lateral Bulat Bulat lateral

2 Ukuran tubuh :

a. Panjang + 500 + 168 + 335 + 398 + 529 + 437

b. Lebar + 600 + 188 + 394 + 411 + 565 + 470

3 Skutum dorsal Besar, 14 serrate Kecil, 4 serrate Besar, 14 serrate Kecil, 8 serrate Sedang, 14 pilose Besar, 16 serrate

4 Motif kutikula Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate

5 Seta dorsal :

a. Anterior (tipe;panjang) Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Pilose; 34.25 Tidak ada

b. Median (tipe;panjang) Serrate; 40 Serrate; 42 Pilose; 44 Serrate;35.5 Serrate; 34 Pilose; 43.75

c. Posterior (tipe;panjang) Serrate; 42.5 Serrate; 38.5 Pilose;65 Serrate;61.5 Serrate; 49.5 Pilose;59.25

6 Seta ventral Serrate; 47.5 Serrate;21 Pilose;37.5 Simple;37.5 Pilose; 20.75 Pilose; 30.25

7 Gnatosoma :

a. Spur palpal tibia Tidak ada Ada; serrate Ada; serrate Ada; pilose Ada; serrate Tidak ada

b. Seta palpal tibia Simple; 35 Simple;29.5 Pilose; 41.25 Simple; 35.5 Simple; 49 Pilose; 37

c. Panjang kelisera 100 64 107.5 93.5 125.5 104.5

8 Tungkai 1

a. Seta pada koksa Ada-2-simple Ada-2-simple Ada-2-simple Ada-2-simple Ada-2-simple Ada-2-simple

b. Spur pada trochanter Tidak ada Ada-serrate Ada-serrate Ada-serrate Tidak ada Tidak ada

9 Tungkai 2

a. Jumlah spur pada koksa 2-serrate 2-pilose 2-serrate 2-lanceolate serrate 2-serrate 2-serrate

b. Spur pada trochanter Tidak ada Ada-serrate Ada-serrate Tidak ada Tidak ada Ada-serrate

10 Tungkai 3 dan 4

a. Jumlah spur pada koksa 3-serrate 3-serrate 7-serrate 4-pilose 3-serrate 6-serrate

b. Spur pada trochanter Tidak ada Tidak ada Ada-serrate Ada-2-serrate Tidak ada Ada-2-serrate

11 Kaetotaksi (5-5-5-5)

(21)

9 Deskripsi Tungau Geckobia

A. Geckobia sp 1

Bentuk tubuh bulat, panjang tubuh + 500µ m, lebar tubuh + 600µ m, skutum dorsal besar bertipe serrate, seta dorsal bertipe serrate, seta ventral bertipe serrate, spur palpal tibia tidak ada, seta palpal tibia bertipe simple, panjang kelisera + 100µ m, spur pada trochanter tungkai 1 tidak ada, spur pada trochanter tungkai 2 tidak ada, spur pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 3 dengan tipe serrate, ketotaksi (5-5-5-5)(0-0-0-0)(2-1-1-1)(1-1-1-1)

B. Geckobia sp 4

Bentuk tubuh bulat lateral, panjang tubuh + 168µm, lebar tubuh + 188µm, skutum dorsal kecil bertipe serrate, seta dorsal bertipe serrate, seta ventral bertipe serrate, spur palpal tibia bertipe serrate, seta palpal tibia bertipe simple, panjang kelisera + 64µm, spur pada trochanter tungkai 1 bertipe serrate, spur pada trochanter tungkai 2 bertipe serrate, spur pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 3 dengan tipe serrate, ketotaksi (5-5-5-5)(1-0-0-1)(3-2-2-2)(1-1-1-1)

C. Geckobia sp 5

Bentuk tubuh bulat lateral, panjang tubuh + 335µm, lebar tubuh + 394µm, skutum dorsal besar bertipe serrate, seta dorsal bertipe pilose, seta ventral bertipe pilose, spur palpal tibia bertipe serrate, seta palpal tibia bertipe pilose, panjang kelisera + 107.5µm, spur pada trochanter tungkai 1 bertipe serrate, spur pada trochanter tungkai 2 bertipe serrate, spur pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 7 dengan tipe serrate, ketotaksi (5-5-5-5)(0-0-0-0)(3-2-2-2)(1-1-1-1)

D. Geckobia sp 6

Bentuk tubuh bulat lateral, panjang tubuh +398µ m, lebar tubuh +411µ m, skutum dorsal kecil bertipe serrate, seta dorsal bertipe serrate, seta ventral bertipe simple, spur palpal tibia bertipe pilose, seta palpal tibia bertipe simple, panjang kelisera + 93.5µm, spur pada trochanter tungkai 1 bertipe serrate, spur pada trochanter tungkai 2 bertipe lanceolateserrate, spur pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 4 dengan tipe pilose, ketotaksi (5-5-5-5)(1-0-0-1)(3-2-2-2)(1-1-1-1)

E. Geckobia sp 7

Bentuk tubuh bulat, panjang tubuh +529µ m, lebar tubuh +565µ m, skutum dorsal sedang bertipe pilose, seta dorsal bertipe serrate, seta ventral bertipe pilose, spur palpal tibia bertipe serrate, seta palpal tibia bertipe simple, panjang kelisera + 125.5µm, spur pada trochanter tungkai 1 tidak ada, spur pada trochanter tungkai 2 bertipe tidak ada, spur pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 3 dengan tipe serrate, ketotaksi (5-5-5-5)(0-0-0-0)(2-1-1-1)(1-0-0-0)

F. Geckobia sp 10

(22)

10

Berdasarkan 12 karakter morfologi yang telah diamati (Tabel 3), dibuat kunci determinasi tungau Geckobia yang ditemukan pada cicak di Kota Depok.

Kunci Determinasi Tungau Geckobia

1.a. Bentuk tubuh bulat...2 b. Bentuk tubuh bulat lateral...3 2.a. Skutum dorsal dengan seta bertipe serrate...Geckobia sp1 b. Skutum dorsal dengan seta bertipe pilose...Geckobia sp7 3.a. Memiliki spur palpal tibia...4 b.Tidak memiliki spur palpal tibia ...Geckobia sp10 4.a. Spur pada koksa tungkai 3 dan 4 bertipe serrate...5 b. Spur pada koksa tungkai 3 dan 4 bertipe pilose... Geckobia sp6 5.a. Spur pada koksa tungkai 2 bertipe pilose...Geckobia sp4 b. Spur pada koksa tungkai 2 bertipe serrate...Geckobia sp5

Nilai prevalensi dan intensitas infestasi

Nilai prevalensi adalah persentase individu cicak yang terinfestasi oleh tungau. Prevalensi keberadaan tungau ektoparasit pada cicak yang ada di Hutan Kota adalah yang paling tinggi yaitu sebesar 55%, diikuti area perumahan dan pasar sebesar 46.67% dan 43.33%. Intensitas infestasi merupakan nilai rata-rata jumlah tungau spesies (i) yang menginfestasi setiap individu cicak. Pada area perumahan cicak C. platyurus terinfestasi oleh 6 spesies tungau G1, G4, G5, G6, G7, dan G10 dengan nilai infestasi tertinggi pada tungau G6 (4.0). Pada area pasar cicak C. platyurus terinfestasi oleh 5 spesies tungau yaitu G4, G5, G6, G7, dan G10 dengan nilai infestasi tertinggi pada tungau G4 dan G5 (3.0). Sedangkan pada Hutan Kota cicak C. platyurus terinfestasi oleh 3 spesies tungau yaitu G5, G6, dan G10 masing-masing memiliki nilai infestasi yang sama sebesar 1.0. Intensitas infestasi total merupakan jumlah total tungau yang menginfestasi setiap individu cicak yang terinfestasi tungau. Nilai intensitas infestasi total tertinggi terdapat pada area Hutan Kota (4.6), diikuti area pasar (4.3) dan perumahan (3.0) (Tabel 4).

Spesifitas perlekatan tungau pada cicak C. platyurus

(23)

9

Tabel 4 Nilai prevalensi dan intensitas infestasi tungau pada cicak C. platyurus pada tiga lokasi penangkapan di Kota Depok

Lokasi Penangkapan %P

Ket:1 angka di atas tanda kurung adalah jumlah tungau dan angka di dalam kurung adalah intensitas infestasi

Tabel 5 Perbandingan tungau yang ditemukan pada cicak C. platyurus di berbagai lokasi

Ket : - tidak ditemukan spesies tungau

(24)

12

PEMBAHASAN

Cicak C. platyurus terinfestasi tungau sebesar 46.6% di wilayah Depok. Pada 25 wilayah penangkapan di Indonesia, cicak C. platyurus terinfestasi tungau sebesar 15.5% (Prawasti et al. 2013). Cicak C. platyurus di Jakarta, Tangerang, Cianjur, dan Sumedang terinfestasi tungau masing-masing sebesar 27.6%, 60.5%, 74.4%, dan 93.8% (Abdussalam 2012; Anggraini 2012; Nurhidayat 2013; Handayani 2013). Berdasarkan data tersebut, lokasi penangkapan cicak tidak berpengaruh terhadap tingkat infestasi tungau. Kontak fisik pada cicak seperti perkawinan, perkelahian dan bersarang bersama menyebabkan cicak dapat terinfestasi oleh tungau (Rivera et al. 2003). Sehingga, penyebaran tungau lebih disebabkan karena interaksi fisik antar cicak.

Seluruh bagian tubuh cicak dapat diinfestasi oleh tungau. Tungau pada cicak C. platyurus yang ditemukan di pasar dan perumahan dominan melekat pada jari belakang masing-masing sebesar 37.3% dan 38.2%. Pada Hutan Kota bagian perlekatan terbanyak terdapat pada tymphani sebesar 24.6%. Sesuai dengan penelitian ini, penelitian Abdussalam (2012) dan Prawasti et al. (2013) juga menemukan bahwa pelekatan tungau pada cicak C. platyurus dominan pada jari belakang. Jari belakang merupakan tempat yang aman bagi tungau untuk berlindung dari gesekan. Disamping itu tungau pada cicak C. platyurus juga menyukai tempat pelekatan di bagian tymphani seperti yang dilaporkan oleh Anggraini (2012) dan Heryanto (2013).

Tungau mengalami metamorfosis tidak sempurna yaitu dimulai dari fase telur, larva, nimfa, dan dewasa tanpa fase pupa (Gerson et al. 2003). Menurut Ermilov dan Lochynska (2008), dari fase telur hingga dewasa durasi perkembangan tungau relatif lebih lambat pada daerah dingin dibandingkan daerah hangat dengan kisaran suhu 25-30oC. Pada penelitian initungau fase telur, larva, dan nimfa yang didapatkan lebih banyak dibandingkan fase dewasa. Kemungkinan kondisi ini disebabkan karena pengambilan sampel cicak dilakukan pada musim hujan yaitu bulan Januari hingga Maret (suhu lingkungan rendah).

Tungau dewasa yang ditemukan di wilayah Depok sebanyak 79 individu dengan ciri-ciri adanya skutum dorsal, mulut, koksa dengan seta kaku (spur), dan sebaran seta pada tubuh. Berdasarkan Lawrence (1936) tungau tersebut termasuk genus Geckobia. Tungau Geckobia menginfestasi cicak C. platyurus di beberapa kota di Jawa Barat antara lain Cianjur, Tangerang, Bekasi, Sumedang, dan Bogor (Abdussalam 2012; Anggraini 2012; Nurhidayat 2013; Fitriana 2013; Soleha 2006) dan di beberapa wilayah di Indonesia (Prawasti et al. 2013).

Berdasarkan pengamatan 12 karakter morfologi luar tubuh, tungau Geckobia yang didapatkan di wilayah Depok dikelompokkan ke dalam enam spesies yaitu G1, G4, G5, G6,G7, dan G10. Cicak C. platyurus di Muara Angke Jakarta terinfestasi oleh 4 spesies tungau yaitu G1, G2, G5, dan G6 (Handayani 2013), sedangkan di Sumedang cicak C. platyurus terinfestasi oleh 7 spesies tungau yaitu G1, G2, G5, G6, G10, G12, dan G13 (Nurhidayat 2013). Menurut Bertrand et al. (1999) cicak C. platyurus dominan terinfestasi oleh tungau G. clelandi Hirst, G. cosymboti Cuy, dan G. glebosum n sp.

(25)

13 telah dilakukan di Taman Margasatwa Ragunan melaporkan bahwa pada bagian telinga dan mata terinfestasi sebesar 18.6% dan 11.7% oleh tungau G4 dan G12 (Ratnasari komunikasi pribadi 24 Juli 2014). Abdussalam (2012) melaporkan bahwa tungau G4, G6, dan G12 dominan menginfestasi bagian telinga dan mata sebesar 13.2% dan 21%. Tungau G4 dan G6 memiliki panjang kelisera kurang dari 100µ m, relatif lebih pendek dibandingkan panjang kelisera tungau lainnya. Dominansi bagian perlekatan tungau kemungkinan berkaitan dengan struktur panjang kelisera dan tebal lapisan integumen pada cicak C. platyurus (Heryanto 2013).

Identifikasi lebih lanjut dilakukan dengan melihat ketotaksi. Ketotaksi merupakan pola sebaran seta pada tubuh bagian dorsal, ventral dan tungkai (tungkai 1 sampai 4). Pengamatan ketotaksi tungkai berdasarkan sebaran seta dari tungkai 1 hingga 4 pada bagian trochanter, femur, genu dan tibia (Jack 1964). Tungau G5 dan G10 memiliki ketotaksi yang sama dengan G. Gleadoviana yaitu (5-5-5-5)(0-0-0-0)(3-2-2-2)(1-1-1-1), tungau G4 dan G6 termasuk dalam kelompok Geckobia grup 1 dengan ketotaksi (5-5-5-5)(1-0-0-1)(3-2-2-2)(1-1-1-1) (Jack 1964). Tungau G1 dan G7 mempunyai ketotaksi yang berbeda dengan ketotaksi Geckobia yang sudah ditemukan oleh Jack (1964). Spesies baru tidak ditemukan dalam penelitian ini.

Prevalensi keberadaan tungau ektoparasit pada cicak yang ada di Hutan Kota adalah yang paling tinggi yang mencapai 55%. Hutan Kota merupakan kawasan terbuka namun lokasi pengambilan sampel satu dengan yang lainnya terhalang oleh bangunan. Oleh karena itu, interaksi antar cicak menjadi lebih intensif sehingga nilai cicak yang terinfestasi tungau menjadi lebih besar. Akibatnya, nilai prevalensi cicak yang terinfestasi oleh tungau menjadi lebih tinggi. Berbeda dengan Anggraini (2012), nilai prevalensi cicak terinfestasi tungau tertinggi di area pasar sebesar 97.4%, sedangkan Handayani (2013) nilai prevalensi tertinggi terdapat pada Suaka Margasatwa Muara Angke sebesar 41.67%. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa lokasi penangkapan tidak selalu berhubungan dengan nilai prevalensi.

(26)

14

SIMPULAN

Simpulan

Cicak yang berhasil ditangkap sebanyak 140 ekor. Tungau yang berhasil ditemukan sebanyak 246 ekor yang kesemuanya bisa dikelompokkan dalam genus Geckobia famili Pterygosomatidae. Identifikasi morfologi lebih lanjut mengelompokkan tungau menjadi G1, G4, G5, G6, G7, dan G10. Identifikasi sampai ke tingkat spesies berdasarkan ketotaksi menemukan bahwa G5 dan G10 memiliki ketotaksi yang sama denganG. gleadoviana, G4 dan G6 termasuk dalam kelompok Geckobia grup 1, sedangkan ketotaksi G1 dan G7 belum ditentukan sebelumnya. Prevalensi keberadaan tungau ektoparasit pada cicak di Hutan Kota adalah yang paling tinggi yaitu sebesar 55%. Nilai infestasi tertinggi (4.0) ditemukan pada cicak yang ada di perumahan oleh G6 dan nilai infestasi total tertinggi terdapat pada area Hutan Kota sebesar 4.6.

DAFTAR PUSTAKA

Abdussalam RA. 2012. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di Kabupaten Cianjur [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Anggraini S. 2012. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di perumahan dan pasar kota Tangerang [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Barton DP, Richards SJ. 1996. Helminth infracommunities in Litoria genimaculata(Amphibia: Anura) from Birthday Crek, an upland rainforest stream in Northern Queensland, Australia. Int J Parasitol. 26:1381-1385

Bauer AM, Russell AP, Dollahon NR. 1990. Skin folds in the gekkonid lizard genus Rhacodactylus: a natural test of the damage limitation hypothesis of mites pocket function. Can. J. Zool. 68: 1196-1201.

Bertrand M, Paperna I, Finkelman S. 1999. Pterygosomatidae: Description et observ-ations sur les genres Pterygosoma, Geckobia, Zonurobia et Hirstiella (Acari: Actinedida). Acarologia. 60: 277-304

Borror DJ, Triplehorn, CA, Johnson, NF. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Ermilov SG, Lochynska M. 2008. The Influence of Temperature onthe Development Time of Three Oribatid Mite Species (Acari, Oribatida).North-Western Zool 4: 274-281.

Fajfer M. 2012. Acari (Chelicerata) - Parasite of Reptiles. Acarina. 20 (2): 108– 129

Fitriana S. 2013. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di sekitar dan di luar kawasan industri Tambun Kota Bekasi [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Gerson U, Smiley RL, Ochoa R. 2003. Mites (Acari) for Pest Control.(UK):

(27)

15 Handayani NM. 2013. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di pasar dan Suaka Margasatwa Muara Angke, Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Heryanto A. 2013. Telaah korelasi bagian integumen cicak terhadap distribusi

tungau ektoparasit [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Jack KM. 1964. Leg chaetotaxy with special reference to the Pterygosomatidae (Acarina). Ann Ntal Mus. 16: 152-171.

Krantz GW. 1978. A Manual of Acarology. Ed. ke-2. Covallis (US): Oregon Univ Lawrence RF. 1936.The prostigmatic mites of South African lizard.Parasitology

28:1-39.

Nurhidayat HS. 2013. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di Kabupaten Sumedang [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Prawasti TS, Farajallah A, Raffiudin R. 2013. Three Species of Ectoparasite Mites (Acari: Pterygosomatidae) Infested Geckos in Indonesia. HayatiJ Biosci. 20(2):80-88.doi:10.4308/hjb.20.2.80.

Rivera CCM, Negron AG, Bertrand M, Acosta J. 2003. Hemidactylus mabouia(Sauria: Gekkonidae), host of Geckobia hemidactyli (Actinedida: Pterygosomatidae), throughout the Caribbean on South America. Carib J Sci39: 321-326.

Rooij N de. 1915. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago. I. Lacertilia, Chelonia, Emydosauria. Leiden (NL): E.J. Brill, Ltd.

Soleha I. 2006.Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor..

(28)
(29)

17

(30)

18

Lampiran 1Peta penangkapan cicak di Kota Depok

Keterangan:

: daerah penangkapan Utara (Hutan Kota)

: daerah penangkapan Selatan (Perumahan Taman Anyelir) : daerah penangkapan Barat (Perumahan Tanah Baru)

:daerah penangkapan Timur (Perumnas Depok, Pasar Agung dan Pasar Musi )

(31)

19 Lampiran 2Tipe seta pada tubuh tungau Geckobia (Zang 1963)

(32)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Painan pada tanggal 27 Juni 1992 dari pasangan Edi Triono S.Sos dan Hindun Diana. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 6 Depok pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur penerimaan Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memiliki pengalaman sebagai asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar tahun 2013-2014 Fisiologi Tumbuhan Dasar tahun 2014,dan Avertebrata tahun 2014. Penulis juga aktif dalam Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) sebagai anggota PSDM pada tahun 2012. Selama menempuh studi di Departemen Biologi,

penulis melakukan kegiatan studi lapang mengenai “Identifikasi Makrofungi yang

Tumbuh di Kayu di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, Cipanas-Jawa

Barat” tahun 2012 dan praktik lapang di PT. Indolakto Jakarta mengenai “Pengendalian Mutu pada Produksi Susu Pasteurisasi di PT. Indolakto Jakarta”

Gambar

Gambar 1  Penentuan posisi tungkai A. Tungkai 1 sampai 4 dan segmentasi
Tabel 1 Jumlah individu cicak C. platyurus yang terinfestasi tungau (JI) dan
Gambar 2  Fase hidup pada tungau. A. Fase telur, B. Fase larva, C. Fase nimfa
Gambar 4 Tungau Geckobia. A. Geckobia sp1 (tampak ventral), B. Geckobia
+4

Referensi

Dokumen terkait

 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan

Perbandingan berbalik nilai yaitu perbandingan antara a dan b berbanding terbalik yang artinya jika nilai a naik maka nilai b turun demikian juga sebaliknya. No Banyaknya Mangga

Order Today and SAVE UP TO 80% OFF Sea stars , also know as starfish , are echinoderms belonging to the class Asteroidea , The names “sea star” and “starfish”

Skripsi ini berjudul Peranan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Dalam Upaya Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Suplemen Fitnes Tanpa Ijin Edar di Wilayah BBPOM Di

1) Faktor fisiologis yaitu kesehatan dan penyakit jasmaniah berpengaruh terhadap penyesuaian diri. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat dicapai dalam kondisi

Sedangkan tujuan penelitian secara khusus adalah (1) mengembangkan tipe regenerasi tanaman manggis in vitro meliputi : organogenesis tidak langsung, organogenesis langsung

Struktur Organisasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara.. Sumber : Buku Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Tentang Ketentuan Umum

Dalam makalah ini penulis mengusulkan strategi kombinasi (dengan menggunakan random point strategy untuk mendapatkan titik awal, kemudian dilanjutkan dengan forward exchange