• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usaha Ayam Broiler Dengan Menggunakan Pakan Tepung Limbah Udang Melalui Pengolahan Filtrat Air Abu Sekam Fermentasi Em-4 dan Kapang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Usaha Ayam Broiler Dengan Menggunakan Pakan Tepung Limbah Udang Melalui Pengolahan Filtrat Air Abu Sekam Fermentasi Em-4 dan Kapang"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS USAHA AYAM BROILER DENGAN

MENGGUNAKAN PAKAN TEPUNG LIMBAH UDANG

MELALUI PENGOLAHAN FILTRAT AIR ABU SEKAM

FERMENTASI EM-4 DAN KAPANG

Trichoderma viridae

SKRIPSI

Oleh:

SUSI E SIMANULLANG 090306021

(2)

ANALISIS USAHA AYAM BROILER DENGAN

MENGGUNAKAN PAKAN TEPUNG LIMBAH UDANG

MELALUI PENGOLAHAN FILTRAT AIR ABU SEKAM

FERMENTASI EM-4 DAN KAPANG

Trichoderma viridae

 

SKRIPSI

Oleh:

SUSI E SIMANULLANG PETERNAKAN/ 090306021

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara  

     

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul : Analisis Usaha Ayam Broiler Dengan Menggunakan Pakan Tepung Limbah Udang Melalui Pengolahan Filtrat Air Abu Sekam Fermentasi Em-4 Dan Kapang

Nama : Susi E Simanullang

NIM : 090306021

Program Studi : Peternakan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. R. Edhy Mirwandhono, M.Si Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan

(4)

ABSTRAK

 

SUSI E SIMANULLANG, 2014. “Analisis Usaha Ayam Broiler Dengan Menggunakan Pakan Tepung Limbah Udang Melalui Pengolahan Filtrat Air Abu Sekam Fermentasi Em-4 Dan Kapang” di bawah bimbingan R. EDHY MIRWANDHONO selaku ketua komisi pembimbing dan ARMYN HAKIM DAULAY selaku anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian Untuk mengetahui analisis usaha ayam broiler dengan pemberian pakan tepung limbah udang dengan pengolahan filtrat air abu sekam, difermentasi EM-4, dan kapang Trichodermae viridae.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, yang berlangsung pada bulan Desember sampai Januari 2014 yang menggunakan 120 ekor ayam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Penelitian tediri dari 8 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah P0a : Pakan komersil, P0b : Ransum formulasi dengan penggunaan tepung ikan 10% dan tanpa tepung limbah udang, P1 : Ransum formulasi dengan penggunaan tepung ikan 5% dan 5% tepung     limbah udang pengolahan filtrat air abu sekam, P2 : Ransum formulasi dengan penggunaan tepung ikan 5% dan 5% tepung limbah udang fermentasi EM-4, P3 : Ransum formulasi dengan penggunaan tepung ikan 5% dan 5% tepung limbah udang fermentasi kapang Trichoderma viridae, P4 : Ransum formulasi tanpa penggunaan tepung ikan dan 10% tepung limbah udang pengolahan filtrat air abu sekam, P5: Ransum formulasi tanpa penggunaan tepung ikan dan 10% tepung limbah udang fermentasi EM-4, P6 : Ransum formulasi tanpa penggunaan tepung ikan dan 10% tepung limbah udang fermentasi kapang Trichoderma viridae.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda terhadap total biaya produksi yang tertinggi terdapat pada P0a (Rp) 111.031, dan yang terendah pada P6 (Rp) 82.296, total hasil produksi yang tertinggi pada P0a (Rp) 163.032, dan terendah pada P4 (Rp) 123.513, laba/rugi tertinggi pada P0a (Rp) 52.000,84, dan terkecil pada P4 (Rp) 40.995.01, income overfeedcost (IOFC) tertinggi pada P0a (Rp) 156.202,3, dan yang terendah pada P4 (Rp) 119.074,7 dan R/C ratio tertinggi pada P3 1.56, dan terendah pada P0a

1.47. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan tepung

limbah udang pengolahan FAA, fermentasi EM-4 dan kapang Trichoderma viridae dapat meningkatkannilai ekonomis tepung limbah udang pada penggunaan 5% dan pada penggunaan 10% dengan fermentasi EM-4 dan kapang Trichoderma viridae pada ransum ayam broiler. 

(5)

ABSTRACT

SUSI E SIMANULLANG, 2014. "Broiler Business Analysis Using Feed Wheat filtrate Shrimp Waste Water Treatment Through Fermentation Em Husk Ash-4 and Fungus" under the guidance of R. EDHY MIRWANDHONO as chairman of the committee supervising and ARMYN HAKIM DAULAY as the supervising committee members.

Objective To determine the analytical research effort broiler feeding shrimp with flour waste water treatment filtrate husk ash, fermented EM-4, and molds

Trichodermae Viridae. The experiment was conducted at the Laboratory of Animal Biology

Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, which took place in December and January 2014 using 120 chickens. The method used was a survey method. The study consists of 8 treatments and 3 replications. The treatment used is P0A: commercial feed, P0B: ration formulation with the use of 10% fish meal and shrimp waste without flour, P1: ration formulation with the use of fish meal and 5% 5% flour of shrimp processing waste water filtrate husk ash, P2: Rations formulation with the use of fish meal and 5% 5% shrimp waste fermented flour EM-4, P3: ration formulation with the use of fish meal and 5% 5% shrimp waste fermented flour fungi Trichoderma Viridae, P4: The ration formulation without the use of fish meal and 10% starch shrimp waste water treatment husk ash filtrate, P5: The ration formulation without the use of fish meal and 10% flour fermented shrimp waste EM-4, P6: ration formulation without the use of fish meal and 10% flour fermented shrimp waste fungus Trichoderma Viridae. The results showed that in each treatment gives different results to the total cost of production is highest in P0A (USD) 111 031, and the lowest on the P6 (USD) 82 296, the highest total yield on P0A (USD) 163 032, and the lowest P4 (USD) 123 513, profit / loss on P0A highest (Rs) 52000.84, and the smallest at P4 (USD) 40.995.01, income over feed cost (IOFC) at the highest P0A (USD) 156,202.3, and the lowest at P4 (USD) 119,074.7 and R / C ratio was highest at P3 1:56, and the lowest at 1:47 P0A. The conclusion of this study indicate that the use of shrimp processing waste FAA flour, fermentation EM-4 and fungus Trichoderma can Viridae meningkatkannilai economical shrimp waste powder on the use of 5% and 10% with the use of fermentation EM-4 and fungus

Trichoderma Viridae in broiler rations. Keywords: Business analysis, Flour shrimp waste, EM-4, Trichodermae Viridae,

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Hutapaung, Kabupaten Humbang Hasundutan,

Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 20 September 1991 dari ayah J.

Simanullang (alm) dan ibu S br. Lumban Gaol. Penulis merupakan anak

kesembilan dari sembilan bersaudara bersaudara.

Tahun 2009 tamat dari SMA Negeri 1 Pollung dan pada tahun yang sama

masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian

Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih Program Studi Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan

Mahasiwa Peternakan (HMD). Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi

Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP).

Pada bulan Juli sampai Agustus 2012 penulis mengikuti Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di desa situnggaling, Kecamatan Merek, Kabupaten Tanah Karo.

Pada bulan Desember 2013 sampai Januari 2014 penulis melaksanakan penelitian

di Laboratorium Biologi Ternak, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik dengan judul Analisis Usaha Ayam Broiler Dengan Menggunakan Pakan Tepung Limbah Udang Melalui Pengolahan Filtrat Air Abu

Sekam Fermentasi Em-4 Dan Kapang”.

Penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada orang tua atas doa,

semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ir. R. Edhy Mirwandhono, M.Si

selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA

selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini dan semua pihak yang ikut membantu.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada civitas

akademika di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu persatu yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat membantu memberikan informasi dan bermanfaat

bagi ilmu pengetahuan serta pelaku usaha bidang peternakan khususnya

(8)

DAFTAR ISI

Kebutuhan Nutrisi Broiler... ... 13

Tepung Limbah Udang. ... 14

Filtrat Air Abu Sekam... ... 16

Effective Mikroorganisme - 4 ... 17

Trichodermae viridae ... 18

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

Pelaksanaan Penelitian... ... 22

(9)

Random Day Old Chick ... 23

Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 41

(10)

 

DAFTAR TABEL

No. ... Hal.

1. Biaya Pembelian Bibit Ayam Broiler ... 27

2. Biaya Ransum ... 28

3. Biaya Obat-obatan ... 29

4. Biaya Sewa Kandang ... 30

5. Biaya Peralatan Kadang ... 30

6. Biaya Upah Tenaga Kerja ... 31

7. Penjualan Ayam Broiler ... 34

8. Penjualan Feses Ayam ... 34

9. Total Hasil Produksi……… 35

10. Analisa R/C Ratio ... 39

11. Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 41

(11)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Total Biaya Produksi ... 32

2. Total Hasil Produksi ... 35

3. Analisis Laba/ Rugi ... 37

4. Income Over Feed Cost (IOFC) ... 40

(12)

ABSTRAK

 

SUSI E SIMANULLANG, 2014. “Analisis Usaha Ayam Broiler Dengan Menggunakan Pakan Tepung Limbah Udang Melalui Pengolahan Filtrat Air Abu Sekam Fermentasi Em-4 Dan Kapang” di bawah bimbingan R. EDHY MIRWANDHONO selaku ketua komisi pembimbing dan ARMYN HAKIM DAULAY selaku anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian Untuk mengetahui analisis usaha ayam broiler dengan pemberian pakan tepung limbah udang dengan pengolahan filtrat air abu sekam, difermentasi EM-4, dan kapang Trichodermae viridae.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, yang berlangsung pada bulan Desember sampai Januari 2014 yang menggunakan 120 ekor ayam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Penelitian tediri dari 8 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah P0a : Pakan komersil, P0b : Ransum formulasi dengan penggunaan tepung ikan 10% dan tanpa tepung limbah udang, P1 : Ransum formulasi dengan penggunaan tepung ikan 5% dan 5% tepung     limbah udang pengolahan filtrat air abu sekam, P2 : Ransum formulasi dengan penggunaan tepung ikan 5% dan 5% tepung limbah udang fermentasi EM-4, P3 : Ransum formulasi dengan penggunaan tepung ikan 5% dan 5% tepung limbah udang fermentasi kapang Trichoderma viridae, P4 : Ransum formulasi tanpa penggunaan tepung ikan dan 10% tepung limbah udang pengolahan filtrat air abu sekam, P5: Ransum formulasi tanpa penggunaan tepung ikan dan 10% tepung limbah udang fermentasi EM-4, P6 : Ransum formulasi tanpa penggunaan tepung ikan dan 10% tepung limbah udang fermentasi kapang Trichoderma viridae.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda terhadap total biaya produksi yang tertinggi terdapat pada P0a (Rp) 111.031, dan yang terendah pada P6 (Rp) 82.296, total hasil produksi yang tertinggi pada P0a (Rp) 163.032, dan terendah pada P4 (Rp) 123.513, laba/rugi tertinggi pada P0a (Rp) 52.000,84, dan terkecil pada P4 (Rp) 40.995.01, income overfeedcost (IOFC) tertinggi pada P0a (Rp) 156.202,3, dan yang terendah pada P4 (Rp) 119.074,7 dan R/C ratio tertinggi pada P3 1.56, dan terendah pada P0a

1.47. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan tepung

limbah udang pengolahan FAA, fermentasi EM-4 dan kapang Trichoderma viridae dapat meningkatkannilai ekonomis tepung limbah udang pada penggunaan 5% dan pada penggunaan 10% dengan fermentasi EM-4 dan kapang Trichoderma viridae pada ransum ayam broiler. 

(13)

ABSTRACT

SUSI E SIMANULLANG, 2014. "Broiler Business Analysis Using Feed Wheat filtrate Shrimp Waste Water Treatment Through Fermentation Em Husk Ash-4 and Fungus" under the guidance of R. EDHY MIRWANDHONO as chairman of the committee supervising and ARMYN HAKIM DAULAY as the supervising committee members.

Objective To determine the analytical research effort broiler feeding shrimp with flour waste water treatment filtrate husk ash, fermented EM-4, and molds

Trichodermae Viridae. The experiment was conducted at the Laboratory of Animal Biology

Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, which took place in December and January 2014 using 120 chickens. The method used was a survey method. The study consists of 8 treatments and 3 replications. The treatment used is P0A: commercial feed, P0B: ration formulation with the use of 10% fish meal and shrimp waste without flour, P1: ration formulation with the use of fish meal and 5% 5% flour of shrimp processing waste water filtrate husk ash, P2: Rations formulation with the use of fish meal and 5% 5% shrimp waste fermented flour EM-4, P3: ration formulation with the use of fish meal and 5% 5% shrimp waste fermented flour fungi Trichoderma Viridae, P4: The ration formulation without the use of fish meal and 10% starch shrimp waste water treatment husk ash filtrate, P5: The ration formulation without the use of fish meal and 10% flour fermented shrimp waste EM-4, P6: ration formulation without the use of fish meal and 10% flour fermented shrimp waste fungus Trichoderma Viridae. The results showed that in each treatment gives different results to the total cost of production is highest in P0A (USD) 111 031, and the lowest on the P6 (USD) 82 296, the highest total yield on P0A (USD) 163 032, and the lowest P4 (USD) 123 513, profit / loss on P0A highest (Rs) 52000.84, and the smallest at P4 (USD) 40.995.01, income over feed cost (IOFC) at the highest P0A (USD) 156,202.3, and the lowest at P4 (USD) 119,074.7 and R / C ratio was highest at P3 1:56, and the lowest at 1:47 P0A. The conclusion of this study indicate that the use of shrimp processing waste FAA flour, fermentation EM-4 and fungus Trichoderma can Viridae meningkatkannilai economical shrimp waste powder on the use of 5% and 10% with the use of fermentation EM-4 and fungus

Trichoderma Viridae in broiler rations. Keywords: Business analysis, Flour shrimp waste, EM-4, Trichodermae Viridae,

(14)

PENDAHULUAN

LatarBelakang

Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan

keseluruhan yang bertujuan untuk menyediakan pangan hewani berupa daging,

susu, serta telur yang benilai gizi tinggi, meningkatkan pendapatan masyarakat

khususnya peternak, serta menambah nilai devisa negara dan memperluas

kesempatan kerja. Hal inilah yang mendorong pembangunan sektor peternakan

sehingga pada masa yang akan datang diharapkan dapat memberikan kontribusi

yang nyata dalam pembangunan perekonomian bangsa. Untuk mencapai

pembangunan pertanian umumnya dan sektor peternakan khususnya, maka

sebagai penunjang kebutuhan protein hewani yang merupakan bagian dari

kebutuhan dasar manusia perlu diusahakan produktivitas yang maksimal sehingga

dapat meningkatkan pendapatan peternak.

Dalam upaya pemenuhan protein hewani dan peningkatan pendapatan

peternak, maka pemerintah dan peternak telah berupaya mendayagunakan

sebagian besar sumber komoditi ternak yang dikembangkan, diantaranya adalah

ayam pedaging (broiler). Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging yang

memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan ternak potong

lainnya. Keunggulan itu diantaranya, laju perputaran modal yang cepat, waktu

pemeliharaan yang singkat yaitu dalam lima minggu ayam broiler sudah dapat

dipanen dengan bobot 1,5 kg/ekor. Hal inilah yang mendorong banyak peternak

mengusahakan peternakan ayam broiler. Dan untuk meningkatkan produksi

daging yang tinggi sangatlah diperlukan pemberian ransum yang baik juga. Salah

(15)

Menurut Susana Widjaja (1993) salah satu pilihan sumber protein adalah

tepung limbah udang. Tepung limbah udang merupakan limbah industri

pengolahan udang yang terdiri dari kepala dan kulit udang. Proporsi kepala dan

kulit udang diperkirakan antara 30-40% dari bobot udang segar. Faktor positif

bagi tepung limbah udang adalah karena produk ini merupakan limbah,

kesinambungan penyediaannya terjamin sehingga harganya akan cukup stabil dan

kandungan nutrisinya juga bersaing dengan bahan baku lainnya. Industri

pengolahan udang beku Indonesia berkembang sangat pesat pada beberapa tahun

terakhir ini, sejalan dengan meningkatnya produksi udang. Indonesia termasuk

negara pengekspor udang terbesar di dunia. Data Pokok Kelautan Dan Perikanan

tahun 2010 menunjukkan produksi udang Indonesia sebesar 380.972 ton dan

produksi ini meningkat sebesar 14 % per tahun. Apabila udang segar ini diolah

menjadi udang beku, maka sebesar 35% – 70% dari bobot utuh akan menjadi

limbah udang, kualitasnya bervariasi tergantung jenis udang dan proses

pengolahannya.

Analisis usaha ayam broiler merupakan kegiatan yang sangat penting bagi

suatu ternak yang mempunyai prospek cerah yang dapat dilihat dari analisis

usahanya. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan

tersedianya dana riil untuk periode selanjutnya. Melalui usaha ini dapat dicari

langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis dapat juga

memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan

modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), ransum, kandang, lamanya modal

kembali dengan tingkat keuntungan uang diperoleh. Salah satu upaya untuk

(16)

fermentasi yang kami lakukan dengan menggunakan EM-4 dan kapang

Trichoderma viridae.

Pengolahan dengan menggunakan kultur campuran EM-4 dapat

meningkatkan kandungan nilai gizi dan kualitas nutrisi tepung limbah udang.

Inokulum EM-4, yaitu bakteri fermentasi yang berisi kultur campuran dari

mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan pruduksi ternak,

sebagian besar terdiri dari genus Lactobacillus sp, bakteri fotosintetik, Actinomycetes sp, Sreptomyces sp, jamur pengurai selulosa dan ragi yang berfungsi menguraikan selulosa atau khitin pada limbah udang (Indriani, 2003).

Trichoderma viridae merupakan kapang yang potensial memproduksi selulase dalam jumlah relatif besar guna mendegradasi selulosa secara luas. Selain

itu, penggunaan kapang Trichoderma viridae dalam proses pengolahan bahan pakan memiliki kelebihan yaitu, protein enzim yang di hasilkan oleh kapang

tersebut kualitas yang sangat baik jika dibandingkan dengan jenis kapang lainnya.

Bahan pakan tepung limbah udang fermentasi filtrat air abu sekam, EM-4

dan kapang Trichoderma viridae tentunya membutuhkan biaya. Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana nilai

ekonomi penambahan pemakaian tepung limbah udang fermentasi filtrat air abu

sekam, EM-4 dan kapang Trichoderma viridae.

Analisa usaha sangat diperlukan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha

peternakan. Untuk itu penulis mencoba melakukan analisa usaha terhadap

penggunaan tepung limbah udang fermentasi filtrat air abu sekam, EM-4 dan

(17)

Rumusan Masalah

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler yaitu

pemilihan ransum yang sesuai, tidak bersaing dengan manusia, ransum mudah

didapatkan dan berkualitas baik. Jika hal-hal tersebut telah diperhatikan maka

ternak dapat tumbuh dengan baik dan didapatkan hasil produksi yang optimal.

Disamping itu agar didapatkan keuntungan yang maksimal maka perlu menekan

biaya ransum yaitu dengan cara memanfaatkan limbah udang.

Ransum merupakan komponen pemenuhan kebutuhan nutrisi ayam yang

penting. Khususnya ransum buatan pabrik yang harganya relatif mahal. Oleh

karena itu, untuk mencukupi kebutuhan ayam maka digunakan pakan alternatif

yang harganya murah dan ketersediaannya melimpah. Limbah yang tersedia

spesifik daerah merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan yaitu limbah udang.

Dengan ketersediaan limbah udang melimpah dan agar lebih

termanfaatkan maka diperlukan suatu teknologi. Teknologi pengolahan

pengawetan dengan cara dikeringkan dan diolah menjadi pakan berbentuk tepung,

sehingga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan ransum alternatif.

Disamping itu, limbah udang masih mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi.

Dari uraian diatas maka diharapkan pemanfaatan ransum komplit berbasis

limbah udang sebagai pakan dalam bentuk tepung dapat menekan biaya ransum

ayam broiler sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak ayam.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemanfaatan pemberian pakan tepung limbah udang

(18)

Trichodermae viridae dapat meningkatkan nilai ekonomis dan IOFC usaha pemeliharaan ternak ayam broiler.

Kegunaan Penelitian

   Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti atau

masyarakat peternak ayam broiler dalam pengembangan usaha peternakan,

instansi terkait mengenai pemanfaatan tepung limbah udang dengan pengolahan

filtrat air abu sekam difermentasi dengan EM-4, dan kapang

Trichodermae viridae di dalam ransum ayam broiler ditinjau dari sudut analisis usaha dan memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana di Departemen

Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

 

 

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Usaha

Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu

usaha ternak komersial. Melalui usaha ini dapat dicari langkah pemecahan

berbagai kendala yang dihadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik

tolak untuk memperbaiki kendala yang dihadapi. Hasil analisis ini dapat

digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha

atau memperbesar skala usaha. Berdasarkan data tersebut dapat diukur

keuntungan usaha dan tersedianya dana yang riil untuk periode selanjutnya.

Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994) gambaran mengenai usaha

ternak yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis

dapat juga memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan,

penggunaan modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), ransum dan kandang,

lamanya modal kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Analisis usaha mutlak dilakukan bila seseorang hendak memulai usaha.

Analisis usaha dilakukan untuk mengukur atau menghitung apakah usaha tersebut

menguntungkan atau merugikan. Analisis usaha memberi gambaran kepada

peternak untuk melakukan perencanaan usaha. Dalam analisis usaha diperlukan

beberapa asumsi dasar. Asumsi dasar dapat berubah sesuai dengan perkembangan

waktu (Rasyaf, 1995).

Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain: skala usaha kecil

(20)

kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap

perubahan – perubahan (Cyrilla danIsmail, 1988).

Di dalam berusaha peternakan ayam, perhatian utama tidak hanya pada

kesuksesan dalam teknik berproduksi, tetapi juga harus sukses dari segi usaha.

Tidak ada gunanya hasil daging yang ribuan kilo/bulan, bila hasil itu diperoleh

dengan biaya produksi yang terlalu tinggi (Rasyaf, 1993).

Penerimaan dapat diklarifikasikan menjadi penerimaan nyata dan

penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan nyata adalah penerimaan yang

diterima dari hasil penjualan baik tunai maupun piutang (kredit). Penerimaan yang

diperhitungkan ialah nilai output yang dikonsumsi peternak atau yang

dihadiahkan. Penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan

hasil usaha seperti panen tanaman dan hasil olahannya serta panen dari peternakan

dan hasil olahannya (Kadarsan, 1995). Banyak pendekatan yang dapat dipakai

untuk mengukur keuntungan ekonomis suatu perusahaan. Diantaranya adalah

analisis usaha tani parsial yang melibatkan analisis anggaran parsial. Analisis

anggaran parsial/anggaran keuntungan parsial digunakan untuk mengevaluasi

pengaruh perubahan metode berproduksi atau organisasi usaha tani terhadap

keuntungan usaha tani (Soekartawi et al., 1986).

Biaya Produksi

Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya

produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Maka dapat

dikatakan bahwa ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban

yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang

(21)

Biaya produksi dalam pengertian ekonomi produksi dibagi atas biaya tetap

dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan ada

atau tidak ada ayam di kandang, biaya ini harus tetap keluar. Misalnya: gaji

pekerja bulanan, penyusutan, bunga atas modal, pajak bumi dan bangunan, dan

lain-lain. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan berhubungan

dengan jumlah produksi ayam pedaging yang diusahakan. Semakin banyak ayam

semakin besar pula biaya tidak tetap yang dikeluarkan dalam produksi peternakan

secara total. Pada pemeliharaan ayam pedaging, biaya pakan mencapai 60% -

70% dari total biaya produksi (Rasyaf, 1995).

Menurut (Lipsey et al., 1995) biaya tetap adalah jumlah biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah output tertentu sedangkan biaya yang

berkaitan langsung dengan output yang bertambah besar dengan meningkatnya

produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi disebut biaya tidak tetap.

Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang

tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan

sesuatu produk. Biaya bagi perusahaan adalah nilai dari faktor-faktor produksi

yang digunakan untuk menghasilkan output (Budiono, 1990). Lipsey et al.,(1995) mendefinisikan pengeluaran atau biaya bagi perusahaan adalah sebagai nilai input

yang digunakan untuk memproduksi suatu output tertentu. Pengeluaran

perusahaan adalah semua uang yang dikeluarkan sebagai biaya produksi, baik itu

biaya tetap maupun biaya variabel atau biaya-biaya lainnya (Kadarsan, 1995).

Biaya dalam usaha tani dapat dibedakan dengan cara yaitu biaya tetap dan

tidak tetap, biaya tunai dan tidak tunai, serta biaya tercatat dan tidak tercatat

(22)

menyatakan pembiayaan usaha tani akan menyangkut usaha tani apa, metode atau

cara yang dipakai dan tujuan usaha pengembangannya. Menurut

Kay dan Edwards (1994), serta Budiono (1990) yang termasuk biaya tetap adalah

depresiasi, asumsi, perbaikan rutin, pajak dan bunga modal sedangkan pakan,

pupuk, bibit dan obat obatan bahan bakar dan kesehatan ternak termasuk biaya

tidak tetap. Biaya tetap adalah jumlah biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan

jumlah output tertentu sedangkan biaya yang berkaitan langsung dengan output

yang bertambah besar dengan meningkatnya produksi dan berkurang dengan

menurunnya produksi disebut biaya variabel (Lipsey et al.,1995). Dalam usaha ternak, biaya yang terbesar yang dikeluarkan adalah biaya variabel terutama biaya

pakan dan biaya tenaga kerja. Biaya merupakan komposisi terbesar . Besarnya

biaya pakan berkisar antara 60-80% dari total biaya

produksi (Prawirokusumo, 1991).

Hasil Produksi(Pendapatan)

Semakin tinggi pendapatan konsumen maka akan semakin kompleks

pemasaran hasil–hasil peternakan. Konsumen yang semakin tinggi pendapatannya

dan semakin tinggi tingkat kemakmurannya menginginkan hasil–hasil peternakan

yang semakin banyak macam ragamnya (Rasyaf, 1995).

Pendapatan adalah seluruh penerimaan uang yang di peroleh dari

penjualan produk suatu kegiatan usaha. Penjualan ternak hidup, karkas, pupuk dan

produk lainnya merupakan komponen pendapatan (Sutama dan Budiarsana, 2009). Pendapatan usaha ialah seluruh pendapatan yang di peroleh dalam suatu

(23)

dari kegiatan usaha penggemukan domba dan pendapatan berupa hasil ikutan,

misalnya pupuk kandang (Sudarmono dan Sugeng, 2003).

Analisa Laba-Rugi

Keuntungan adalah tujuan setiap usaha. Keuntungan dapat dicapai jika

jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar daripada jumlah

pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka

secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk

memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian, yang harus

dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya agar peternak atau

pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usaha (Murtidjo, 1995).

Laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan

masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya.

Perhitungan laba jelas untuk keputusan manajemen. Bila laba konsisten positif,

perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika perusahaan

mengalami penurunan produksi pengusaha dapat mencari produk yang lain yang

akan diolah yang dapat mendatangkan keuntungan (Hansen dan Mowen, 2001).

Keuntungan (laba) suatu usaha secara matematis dapat dituliskan sebagai

berikut :

(24)

Dimana

K = keuntungan

Total Revenue = total penerimaan

Total Cost = total pengeluaran

Laporan laba rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh

pada suatu periode ke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar

jenis-jenis biaya yang akan dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama

(Kasmir dan Jakfar, 2005).

Pendapatan berasal dari penjualan ternak hidup, karkas, pupuk dan produk

lainnya merupakan komponen pendapatan. Sedangkan biaya produksi di bagi dua,

yaitu biaya tetap (sewa lahan, bangunan kandang dan peralatan) dan biaya

variabel (domba bakalan, pakan, tenaga kerja dan bunga bank)

(Soerkartawi, 1994).

Analisis R/C Ratio (revenue cost ratio)

Menurut Cahyono (2002) analisis tingkat kelayakan usaha tani atau

R/C ratio (Benefit Cost Ratio) bisa digunakan dalam analisis kelayakan usaha tani, yaitu perbandingan antara total pendapatan dan total biaya yang dikeluarkan.

R/C Ratio =

R/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan

biaya yang dikeluarkan. Dimana R/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan

(25)

untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu

dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana bila

R/C Ratio > 1 : Efisien

Soekartawi et al., (1986) menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai R/C Ratio > 1. Semakin besar nilai R/C Ratio

maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai R/C

Rationya maka semakin tidak efisien usaha tersebut.

Rumus untuk mencari niali R/C Ratio dapat dituliskan sebagai berikut :

R/C Ratio = Input Output

dimana :

Output : keluaran yang diperoleh dari usaha tersebut yang berupa hasil penjualan

Input : korbanan yang diberikan berupa biaya-biaya untuk proses produksi

Efisiensi usaha tani ditentukan dengan menggunakan konsep RCR

(revenue cost ratio), yaitu imbangan antara total penghasilan (out put) dengan total biaya (input). Nilai RCR > 1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan.

Semakin besar nilai RCR maka usaha dinyatakan semakin efisien

(26)

Income Over Feed Cost (IOFC)

Untuk mengetahui efisiensi penggunaan ransum secara ekonomis, selain

memperhitungkan bobot badan yang dihasilkan dan efisiensi ransum, faktor

efisiensi biaya juga perlu diperhitungkan. Income over feed cost (IOFC) adalah salah satu cara untuk mengetahui efisiensi biaya yang diperoleh dari hasil

penjualan produksi dikurangi biaya ransum. Perhitungan IOFC ini terlepas dari

biaya lain yang belum diperhitungkan seperti upah tenaga kerja, fasilitas kandang,

bibit dan lain sebagainya yang tidak termasuk ke dalam kriteria yang diamati

dalam biaya variabel.

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan dengan total biaya pakan digunakan selama usaha penggemukan ternak. Income Over Feed Cost ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC

diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi

biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau

pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual

(Prawirokusumo, 1990).

Ayam Broiler

Ayam broiler merupakan salah satu alternatif yang dipilih dalam upaya

pemenuhan kebutuhan protein hewani karena ayam broiler memiliki pertumbuhan

dan bobot badan yang sangat cepat, efisiensi pakan cukup tinggi, ukuran badan

besar dengan bentuk dada lebar dan padat dan berisi sehingga sangat efisien IOFC = (Bobot badan akhir ayam – bobot badan awal x harga jual

(27)

diproduksi dalam jangka waktu 5-6 minggu ayam broiler tersebut dapat mencapai

bobot hidup 1,4 – 1,6 kg. Secara umum broiler dapat memenuhi selera konsumen

atau masyarakat, selain dari pada itu broiler lebih dapat terjangkau masyarakat

karena harganya relatif murah (Rasyaf, 2000).

Usaha ayam ras pedaging merupakan salah satu jenis usaha yang sangat

potensial dikembangkan. Hal ini tidak terlepas dari berbagai keunggulan yang

dimilikinya antara lain masa produksi yang relatif pendek kurang lebih 32-35 hari,

produktivitasnya tinggi, harga yang relatif murah dan permintaan yang semakin

meningkat. Beberapa faktor pendukung usaha budidaya ayam ras pedaging

sebenarnya masih dapat terus dikembangkan, antara lain karena permintaan

domestik terhadap ayam ras pedaging masih sangat besar (Anggrodi, 1995).

Ayam broiler mempunyai potensi yang besar dalam memberikan

sumbangan terhadap pemenuhan kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat

Indonesia, karena sifat proses produksi relatif cepat (kurang dari 5 minggu) dan

hasilnya dapat diterima masyarakat luas. Sifat produksi ayam broiler akan muncul

jika memperhatikan beberapa faktor produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi ayam broiler adalah genetik, lingkungan dan interaksi antara genetik

(Sembiring, 2006).

Kebutuhan Nutrisi Broiler

Keunggulan ayam pedaging didukung oleh sifat genetik, karena ayam

pedaging ini memiliki laju pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat,

sehingga produksi optimal hanya dapat diwujudkan apabila ayam tersebut

(28)

mencukupi. Rekayasa genetik, perkembangan teknologi pakan dan manajemen

perkandangan menyebabkan strain ayam broiler yang ada sekarang lebih peka terhadap formula pakan yang diberikan (Wahju, 2004). Seperti yang dinyatakan

oleh Amrullah (2004) bahwa pertumbuhan yang cepat dari ayam harus diimbangi

dengan ketersediaan nutrisi dalam pakan yang cukup dan keadaan lingkungan

yang meliputi temperatur lingkungan dan pemeliharaan. Menurut Direktorat Bina

Produksi (1997), persyaratan mutu ayam umur satu hari (DOC) adalah berat

minimal 37 gram, kondisi fisik sehat, kaki normal, dapat berdiri tegak, tampak

segar, aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk, tidak cacat fisik sekitar

pusar dan dubur kering serta pusar tertutup, warna bulu seragam sesuai dengan

strain dan kondisi bulu kering.

Zat makanan ayam broiler pada fase pertumbuhan broiler tergantung pada

pakan disamping tata laksana dan pencegahan penyakit. Tujuan pemberian

ransum pada ayam adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan

berproduksi. Untuk produksi maksimum dilakukan dengan jumlah cukup, baik

kualitas maupun kuantitas. Ransum broiler harus seimbang antara kandungan

protein dengan energi dalam ransum. Disamping itu kebutuhan vitamin dan

mineral juga harus diperhatikan ( Kartadisastra, 1994 ).

Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dimakan dalam jangka

waktu tertentu dan ransum yang dikonsumsi oleh ternak akan digunakan untuk

memenuhi kebutuhan energi dan zat nutrisi yang lain. Tingkat energi menentukan

jumlah ransum yang dikonsumsi, ayam cenderung meningkatkan konsumsinya

jika kandungan energi ransum rendah dan sebaliknya konsumsi akan

(29)

Menurut Parakkasi (1999) komsumsi adalah jumlah makanan yang

terkonsumsi oleh hewan bila diberikan ad libitum. Menurut Tillman et al., (1991) konsumsi diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang dimakan oleh ternak,

dimana zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi

kehidupan pokok dan untuk produksi hewan tersebut.

Pada penyusunan formulasi ransum secara praktis, perhitungan kebutuhan

nutrien hanya didasarkan pada kebutuhan energi dan protein, sedangkan

kebutuhan nutrien yang lain hanya disesuaikan. Apabila ternak menunjukkan

gejala defisiensi maka perlu ditambahkan suplemen terutama vitamin dan mineral.

Tingkat kandungan energi ransum harus disesuaikan dengan kandungan

proteinnya, karena protein sangat penting untuk pembentukan jaringan tubuh dan

produksi. Apabila energi terpenuhi namun proteinnya kurang maka laju

pertumbuhan dan produksi akan terganggu. Oleh karena itu, perlu diperhitungkan

keseimbangan antara tingkat energi dan proteinsehingga penggunaan ransum

menjadi efisien (Suprijatna et al., 2005).

Tepung Limbah Udang

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga) yang kehadirannya pada suatu saat dan

tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai

ekonomis sehingga perlu mengalami proses pengolahan. Proses pengelolaan

limbah merupakan seluruh rangkaian proses yang dilakukan untuk mengkaji

aspek kemanfaatan benda/barang dari sisa sampai tidak mungkin untuk

(30)

ternak dapat dilakukan secara kering (tanpa fermentasi) yaitu dengan

mengeringkannya, baik menggunakan alat pengering maupun dengan sinar

matahari. Kemudian dicincang, selanjutnya dijemur pada sinar matahari sampai

kering yang ditandai dengan cara mudah dipatahkan atau mudah hancur kalau

diremas. Setelah kering limbah ditumbuk menggunakan lesung atau alat

penumbuk lainnya, kemudian dilakukan pengayakan (Anonima, 2008).

Kandungan khitin yang tinggi menyebabkan limbah udang mempunyai

kecernaan yang rendah yaitu kadar khitin 3 % dalam ransum ayam broiler yang

akan menekan konsumsi ransum dan pertumbuhan. Oleh sebab itu sebelum

digunakan sebagai bahan pakan dalam ransum broiler limbah udang itu harus

mendapat penanganan dan pengolahan yang baik untuk meningkatkan nilai

gizinya. Sebagian besar limbah udang berasal dari kulit, kepala, dan ekornya.

Fungsi kulit udang tersebut pada hewan udang (hewan golongan invertebrata)

yaitu sebagai pelindung Isolasi khitin dari limbah kulit udang dilakukan secara

bertahap yaitu tahap pemisahan protein (deproteinasi) dengan larutan basa

(Neely dan Wiliam, 1999).

Kualitas tepung udang sangat bergantung pada bagian tubuh udang yang

menjadi limbah, cara pengeringan dan jenis udang yang digunakan kandungan

protein kasarnya sebanyak 32% dan mineralnya 18% sehingga cukup baik

digunakan untuk bahan ransum. Penggunaan tepung udang yang terlalu banyak

juga tidak baik karena dari total 100% tepung udang sebagian besar adalah

kulitnya (Rasyaf, 1997).

Kandungan protein limbah udang yang cukup tinggi merupakan potensi

(31)

kasar yang tinggi, yaitu berupa khitin. Purwaningsih (2000), menyatakan bahwa

limbah udang terdiri dari 30% khitin dari bahan keringnya. Adanya khitin ini

mengakibatkan adanya keterbatasan atau faktor pembatas dalam penggunaan

limbah udang untuk dijadikan bahan penyusun ransum ternak unggas jika

digunakan secara langsung tanpa dilakukan pengolahan.

Filtrat Air Abu Sekam

Murtius (2006) menyatakan bahwa salah satu bentuk pengolahan kimia

untuk menurunkan serat kasar adalah menggunakan air abu sekam. Hasil

penelitian Mirzah (2007), menunjukkan perendaman limbah udang dalam larutan

filtrat air abu sekam (FAAS) 10% selama 48 jam dan dikukus selama 45 menit

dapat menurunkan serat kasar dari 21,29 menjadi 18,71%.

Penggunaan bahan kimia dapat dihindari dengan menggunakan larutan

filtrat air abu sekam (alkali) yang tidak bersifat polutan. Hasil penelitian Mirzah

(2006), menunjukkan bahwa perendaman limbah udang dalam larutan filtrat air

abu sekam (FAAS) 10% selama 48 jam dan dikukus selama 45 menit dapat

menurunkan kitin dari 15,2% menjadi 9,87% dan meningkatkan kecernaan protein

kasar dari 50% menjadi 70,50%, sedangkan kandungan zat-zat makanan lain tidak

banyak berubah yaitu bahan keringnya 86,40%, protein kasar 38,98%, lemak

4,12%, kalsium 14,63%, fosfor 1,75%, dan asam amino kritis seperti metionin

0,86%, lisin 1,15%, triptopan 0,35%, serta retensi nitrogen 66,13% dan energi

termetabolis 2204, 54 kkal/kg. TLU hasil olahan dengan FAAS 10% tersebut

lebih baik dibandingkan TLU tanpa diolah, yaitu dengan kandungan protein kasar

(32)

1984,87 kkal/kg, dan kecernaan protein 52,00%, namun kualitas TLU olahan itu

perlu dievaluasi secara biologis melalui pemberian ransum kepada ayam broiler.

Effective Mikroorganisme – 4 (EM-4)

Prebiotik EM-4 merupakan bahan cair yang mengandung kultur campuran

berbagai mikroorganisme, organisme tersebut bersifat aerob dan fakultatif

anaerob. Awalnya tujuan untuk meningkatkan produksi pertanian, tapi

penggunaannya telah meluas kebidang peternakan (Winarno, 1986).

EM-4 tidak mengandung bahan kimia sehingga aman bagi ternak. EM-4

dapat diinokulasikan pada minuman ternak dan pakan ternak serta dapat

digunakan untuk membuat pakan ternak, probiotik ini juga mempunyai fungsi

yaitu menyeimbangkan mikroorganisme yang menguntungkan dalam saluran

pencernaan ternak, meningkatkan mutu daging, memperbaiki kesuburan ternak

dan juga mengurangi stress. EM-4 dapat diberikan pada ternak melalui air minum

dengan cara larutan EM-4 1-2 cc dicampur kedalam 1-1,5 liter air diberikan setiap

hari (Nwanna, 2003).

Trichoderma viridae

Trichoderma viridae merupakan salah satu kapang yang mampu mendegradasi serat. Perlakuan pendahuluan berupa amoniasi diharapkan dapat

melonggarkan ikatan lignoselulosa dan ikatan hidrogen selulosa, serta dapat

menyediakan nutisi dalam bentuk “non-protein nitrogen” (NPN) bagi

Trichoderma viridae, dengan demikian efektivitas Trichoderma viridae dalam mendegradasi komponen serat dapat meningkatkan kualitas eceng gondok,

sehingga dapat digunakan sebagai bahan pakan penyusun konsentrat

(33)

Teknologi pengolahan bahan pakan yang akan dilakukan adalah dengan

proses fermentasi padat, yang memanfaatkan kapang penghasil enzim khitinase,

sehingga diharapkan dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh yang digunakan

dapat mendegradasi dan melarutkan khitin yang terdapat dalam limbah udang dan

meningkatkan kandungan nutrisi limbah udang. Terdapat beberapa jenis kapang

yang dapat mengahasilkan enzim khitinase, salah satunya kapang

Trichoderma viridae (Yurnaliza, 2002; Volk, 2004) yang dapat mendegrasi khitin pada limbah udang. Penggunakan kapang Trichoderma viridae dalam proses pengolahan bahan pakan memiliki kelebihan antara lain, protein enzim yang

dihasilkan oleh kapang tersebut kualitas yang sangat baik jika dibandingkan

dengan jenis kapang lainnya (Volk, 2004).

Berdasarkan uraian diatas telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan

enzim khitinase yang dihasilkan Trichoderma viridae dalam proses fermentasi limbah udang untuk mendegradasi khitin sehingga dapat meningkatkan kualitas

dan daya cerna limbah udang yang akan digunakan sebagai sumber protein untuk

ternak unggas.

Menurut Winarno et al., (1993) menyatakan bahwa bahan pakan yang mengalami fermentasi mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi, karena adanya

mikrobia yang mempunyai sifat katabolik terhadap komponen organik kompleks,

sehingga akan mengubahnya menjadi komponen sederhana. Proses katabolik

tersebut timbul karena adanya aktivitas beberapa enzim yang dihasilkan oleh

mikrobia. Fermentasi dapat ditujukan untuk memecah selulosa oleh selulase yang

(34)

.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A.

Sofyan No.3 Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara. Penelitian ini telah berlangsung selama 2 bulan yaitu bulan Desember 2013

sampai bulan Januari 2014.

Bahan dan Alat Penelitiaan Bahan

Day old chick (DOC) yang digunakan sebagai objek penelitian sebanyak 120 ekor strain Cobb – LH 500. Bahan penyusun ransum terdiri atas tepung jagung, dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan, tepung limbah udang, minyak

nabati dan top mix. Air minum untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh

diberikan secara adlibitum. Air gula untuk mengurangi stress dari kelelahan transportasi. Rodalon sebagai desinfektan kandang dan peralatan baik tempat

pakan maupun tempat minum. Vaksin ND 5 Ma Clone®, IBD® dan ND Lasota®

untuk memberikan kekebalan tubuh broiler. Formalin 40% dan KMnO4

(kalium permanganat) untuk fumigasi kandang. Vitamin seperti vitachick®

sebagai suplemen tambahan.

Alat

Alat yang digunakan adalah kandang baterai berukuran 100cm x 100cm x

50cm, jumlah kandang sebanyak 24 unit dan tiap unit di isi 5 ekor DOC, peralatan

kandang terdiri dari 24 unit tempat minum dan 24 unit tempat pakan, timbangan

(35)

pertambahan bobot badan ayam, alat penerangan dan pemanas berupa lampu pijar

40 watt sebanyak 24 buah, Thermometer sebagai alat untuk mencatat suhu

ruangan, alat pembersih kandang (sapu, sekop, hand spayer dan lainnya), pisau,

plastik, ember, alat tulis, buku data dan kalkulator. Terpal dengan ukuran 3 x 6

sebanyak 4 buah sebagai penutup dinding ruangan.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan rangkaian penelitian sebelumnya yang meneliti

tentang performans dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL)

yang terdiri dari 8 perlakuan 3 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 5 ayam

broiler. Perlakuan pada penelitian yaitu :

P0a = Pakan komersil Charoen pokphand

P0b = Ransum formulasi dengan tepung ikan 10% dan tanpa TLU

P1 = Ransum formulasi dengan tepung ikan 5% dan TLU FAAS 5%

P2 = Ransum formulasi dengan tepung ikan 5% dan TLU fermentasi EM-4

5%

P3 = Ransum formulasi dengan tepung ikan 5% dan TLU fermentasi

kapang Trichoderma viridae 5%

P4 = Ransum formulasi dengan 10% TLU FAAS

P5 = Ransum formulasi dengan 10% TLU fermentasi EM-4

P6 = Ransum formulasi dengan 10% TLU fermentasi Trichoderma viridae Setelah penelitian performans dianalisis, dilanjutkan penelitian analisis

usaha untuk mengetahui perlakuan mana yang dapat meningkatkan nilai

(36)

harga obat-obatan, harga sewa kandang, harga peralatan kandang, harga tenaga

kerja, harga penjualan ayam dan harga penjualan feses.

Parameter Penelitian Total Biaya Produksi

Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya – biaya yang

dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang diperoleh dengan cara

menghitung : biaya pakan, biaya bibit, biaya obat – obatan, biaya tenaga kerja,

biaya perlengkapan kandang dan biaya sewa kandang.

Total Hasil Produksi

Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang

dihasilkan dalam kegiatan ekonomi yang diperoleh dengan cara menghitung harga

jual ayam broiler dan penjualan kotoran ayam.

Laba/Rugi

Keuntungan (laba) suatu usaha dapat diperoleh dengan cara :

K = TR – TC

Dimana :

K = keuntungan

TR = total penerimaan

TC = total pengeluaran.

Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

R/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan

(37)

Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feef Cost (IOFC) diperoleh dengan cara menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi dengan biaya ransum. Pendapatan

merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan

akibat perlakuan (dalam kg hidup) dengan harga jual. Sedangkan biaya ransum

adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan

ternak.

Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Kandang dan Peralatan

Kandang dipersiapkan selama 2 minggu sebelum Day old chick di kandangkan, dimana seluruh instalasi penerangan/pemanas telah dipasang.

Sebelumnya kandang didesinfektan dengan rodalon. Kandang difumigasi dengan

formalin dan KMNO4 yang dibiarkan selama 1 minggu dan seluruh ruangan

ditutupi dengan terpal untuk memastikan gas dari formalin dan KMNO4

sepenuhnya berada di dalam ruangan yang bertujuan untuk membasmi jamur dan

bakteri yang masih menempel di kandang. Seminggu setelah fumigasi, tempat

ransum dan tempat minum yang telah di cuci dengan rodalon ditempatkan pada

masing-masing plot kandang serta dialasi koran dan atal sebagai litter. Kemudian

satu hari sebelum Day old chick tiba/dikandangkan, alat penerangan sudah dihidupkan untuk menstabilkan suhu di dalam ruangan/kandang sesuai dengan

suhu Day old chick.

2. RandomDay Old Chick

Ditempatkan ke masing-masing unit kandang sebanyak 5 ekor per unit

(38)

satu hari dihomogenkan bobot badannya dengan menggunakan rumus ẍ ± 2 sd

untuk ditempatkan ke masing-masing unit kandang sebanyak 5 ekor per unit

kandang.

3. Penyusunan Ransum

Bahan penyusun ransum yang digunakan terdiri dari tepung jagung, dedak

padi, bungkil kedelai, tepung ikan, tepung limbah udang, minyak nabati, kapur

dan top mix. Bahan penyusun ransum yang digunakan ditimbang terlebih dahulu

sesuai komposisi susunan ransum yang telah ditentukan dalam formulasi tiap

perlakuan. Metode yang digunakan dalam mencampur ransum adalah secara

manual dan ransum disusun dua kali seminggu untuk mencegah terjadinya

ketengikan pada ransum.

4. Pemeliharaan Broiler

1. Sesaat Day old chick dikandangkan, langsung diberi air gula dan pada pemberian air minum selanjutnya diberikan air minum yang ditambahkan

dengan vitachick® atau sejenisnya.

2. Pemanas atau induk buatan sebagai penghangat Day old chick dihidupkn 24 jam penuh sampai Day old chick berumur 1 minggu dan setelah Day old chick berumur 2 minggu pemanas dihidupkan hanya pada malam hari saja tergantung kondisi cuaca.

3. Pemberian ransum pertama kali sesuai dengan perlakuan yang diberikan

dan setelah 48 jam semua ayam diberikan ransum secara ad libitum. Untuk pemberian air minum dilakukan secara ad libitum yakni pada pagi hari dan sore hari. Pemberian vaksin pertama kali pada umur 4 hari, yakni

(39)

vaksin yang digunakan adalah vaksin IBD® melalui air minum dan pada

umur 18 hari vaksin yang digunakan adalah ND Lasota® juga melalui air

minum. Program vaksin ini tidak baku, tergantung situasi di tempat

penelitian.

4. Obat-obatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ayam.

5. Sisa feses atau kotoran ayam dibersihkan setiap 3 hari sekali disertai

dengan penyemprotan rodalon disekitar alas kandang untuk menghindari

hinggapan lalat yang membawa bibit penyakit.

5. Pengambilan Data

1. Dilakukan pencatatan data setiap harinya untuk konsumsi ransum dan

pengambilan data untuk pertambahan bobot badan dilakukan setiap

minggu.

2. Dilakukan survey harga pakan dan harga daging ayam broiler.

3. Dilakukan analisis ekonomi pada data rata – rata bobot badan awal ayam

broiler dan data hasil variabel penelitian yang terdiri dari bobot badan

awal ayam broiler dan bobot badan akhir broiler. Rata – rata konsumsi

ransum broiler dan rata – rata konversi ransum broiler pada setiap level

perlakuan ransum untuk mengetahui nilai ekonomis keseluruhan usaha

ternak broiler.

6. Analisis Data

Data yang diperoleh dari setiap pengamatan ditabulasi kemudian dianalisa.

Analisis yang dilihat adalah analisis laba rugi, analisis IOFC dan analisis B/C

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Total Biaya Produksi

Total biaya produksi adalah keseluruhan dari biaya yang dikeluarkan

untuk menghasilkan suatu produk yang diperoleh dengan cara menghitung: biaya

pembelian bibit domba, biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya peralatan kandang,

biaya sewa kandang dan biaya tenaga kerja.

A. Biaya Bibit

Biaya bibit adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit Day Old Chick (DOC) sebanyak 120 ekor dengan harga sebesar Rp. 3800/ekor. Sehingga didapat harga beli bibit DOC sebesar Rp. 456.000,-.

B. Biaya Ransum

Biaya ransum diperoleh dari total konsumsi ransum selama

penelitian dikali dengan harga per kilogram ransum setiap perlakuan sehingga

didapat biaya ransum. Dimana harga pakan perlakuan P0a (Charoen Pokphand )

Rp. 6.000/kg, P0b (tepung ikan 10%) Rp. 4.917/kg, P1 (tepung ikan 5% dan TLU

FAAS 5%) Rp. 4.737/kg, P2 (tepung ikan 5% dan TLU EM-4 5%) Rp. 4.730/kg,

P3 (tepung ikan 5% dan TLU Tricoderma viridae 5%) Rp. 4.611/kg, P4 (TLU FAAS 10%) Rp. 4.540/kg, P5 ( TLU fermentasi EM-4 10%)

(41)

Tabel 1. Biaya ransum broiler selama penelitian

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

P0a 70.462,00 69.879,20 70.005,20 210.346,40 70.115,47 P0b 47.356,21 45.386,69 46.445,27 139.188,17 46.396,06 P1 44.683,48 44.323,65 43.104,77 132.111,91 44.037,30 P2 45.630,49 46.172,61 44.700,45 136.503,55 45.501,18 P3 43.837,77 44.455,19 44.865,35 133.158,31 44.386,10 P4 42.503,88 41.137,60 41.164,41 124.805,88 41.601,96 P5 40.470,50 42.580,91 42.013,50 125.064,91 41.688,30 P6 41.809,59 40.707,50 41.621,53 124.138,62 41.379,54 Total 376.753,91 374.643,35 373.920,49 1.125.317,75 46.888,24

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya ransum tertinggi terdapat pada

perlakuan P0a = Rp.70.115,47,- dan biaya ransum terendah terdapat pada

perlakuan P6 = Rp. 41.379,54,-.

C. Biaya Obat – obatan

Biaya obat – obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat – obatan

yang diberikan selama penelitian. Obat – obatan yang diberikan adalah vithachik

sebagai sumber tambahan vitamin yang dicampurkan kedalam air minum, vaksin

Gumboro dan vaksin ND. Dengan rincian harga vithacik sebanyak 4 bungkus

dengan harga perbungkus Rp 5.000, vaksin Gumboro dengan harga Rp 6.720 dan

vaksin ND dengan harga Rp 7.680. Pemberian obat – obatan diharapkan agar daya

tahan tubuh broiler dapat bertahan dari berbagai macam jenis penyakit yang dapat menyerang ternak tersebut. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat-obatan

(42)

Tabel 2. Biaya obat – obatan tiap perlakuan (Rp/Plot)

D. Biaya Sewa Kandang

Biaya sewa kandang yaitu biaya yang dikenakan dalam pemakaian kandang

diperoleh dari total biaya sewa kandang selama penelitian dibagi 24 plot yaitu Rp.

250.000 selama 35 hari penelitian. Biaya yang dikeluarkan untuk sewa kandang

tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Biaya sewa kandang selama penelitian (Rp/plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

P0a 10.416,67 10.416,67 10.416,67 31.250 10416.67 P0b 10.416,67 10.416,67 10.416,67 31.250 10416.67

P1 10.416,67 10.416,67 10.416,67 31.250 10416.67

P2 10.416,67 10.416,67 10.416,67 31.250 10416.67

P3 10.416,67 10.416,67 10.416,67 31.250 10416.67

P4 10.416,67 10.416,67 10.416,67 31.250 10416.67

P5 10.416,67 10.416,67 10.416,67 31.250 10416.67

P6 10.416,67 10.416,67 10.416,67 31.250 10416.67

Total 83.333,33 83.333,33 83.333,33 250.000 10.416,67

E. Biaya Perlengkapan Kandang

Biaya peralatan adalah biaya yang digunakan untuk membeli seluruh

perlengkapan kandang selama penelitian. Biaya perlengkapan kandang diperoleh

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(43)

dengan cara menjumlahkan seluruh biaya perlengkapan kandang yang digunakan.

Dengan rincian harga bola lampu pijar sebanyak 24 buah dengan harga perbuah

Rp 5.500, tempat pakan sebanyak 24 buah dengan harga perbuah Rp 6.000,

tempat minum sebanyak 24 buah dengan harga perbuah Rp 5.500, thermometer

sebanyak 1 buah dengan harga perbuah Rp 18.000, sapu lidi 1 buah dengan harga

Rp 4.000 dan 1 buah timbangan dengan harga Rp 100.000. Biaya untuk seluruh

perlengkapan kandang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Biaya perlengkapan kandang untuk tiap perlakuan (Rp/Plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

P0a 2.713,09 2.713,09 2.713,09 8.139,27 2.713,09

P0b 2.713,09 2.713,09 2.713,09 8.139,27 2.713,09

P1 2.713,09 2.713,09 2.713,09 8.139,27 2.713,09

P2 2.713,09 2.713,09 2.713,09 8.139,27 2.713,09

P3 2.713,09 2.713,09 2.713,09 8.139,27 2.713,09

P4 2.713,09 2.713,09 2.713,09 8.139,27 2.713,09

P5 2.713,09 2.713,09 2.713,09 8.139,27 2.713,09

P6 2.713,09 2.713,09 2.713,09 8.139,27 2.713,09

Total 21.704,72 21.704,72 21.704,72 65.114,16 2.713,09

F. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja diperoleh dari Upah Minimum Regional (UMR) daerah

Medan Sumatera Utara saat ini adalah Rp. 1.600.000/bulan. Dengan asumsi

dimana 1 tenaga kerja dapat memelihara sebanyak 1088 ekor ternak domba.

Sehingga upah tenaga kerja selama 1 bulan pemeliharaan = 120/1088 x 1.600.000

(44)

Tabel 5. Biaya tenaga kerja tiap perlakuan selama penelitian (Rp)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

P0a 7.352,94 7.352,94 7.352,94 22.058,82 7352.94

P0b 7.352,94 7.352,94 7.352,94 22.058,82 7352.94

P1 7.352,94 7.352,94 7.352,94 22.058,82 7352.94

P2 7.352,94 7.352,94 7.352,94 22.058,82 7352.94

P3 7.352,94 7.352,94 7.352,94 22.058,82 7352.94

P4 7.352,94 7.352,94 7.352,94 22.058,82 7352.94

P5 7.352,94 7.352,94 7.352,94 22.058,82 7352.94

P6 7.352,94 7.352,94 7.352,94 22.058,82 7352.94

Total 58.823,52 58.823,52 58.823,52 176.470,56 7.352,94

Total biaya produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh biaya

produksi seperti diatas. Maka total biaya produksi tiap level perlakuan dapat

dilihat sebagai berikut:

Total seluruh biaya produksi selama penelitian adalah :

Total biaya produksi Rupiah (Rp/Plot)

Biaya pembelian bibit Rp. 456.000

Biaya pembelian ransum Rp. 1.125.317

Biaya obat-obatan Rp. 34.400

Upah tenaga kerja Rp. 176.470

Peralatan kandang Rp. 65.114

Sewa kandang Rp. 250.000

(45)

Berdasarkan total biaya produksi maka dapat diketahui total biya produksi

untuk tiap perlakuan selama penelitian. Total jumlah biaya selama penelitian tiap

perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Grafik rataan total biaya produksi selama penelitian

Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa biaya produksi pemeliharaan ayam

broiler selama penelitian menunjukkan perbedaan yang dimana rataan biaya

produksi pemeliharaan ayam broiler selama penelitian yang

tertinggi terdapat pada P0a sebesar Rp. 111.031,-

dan yang terendah pada P6 sebesar Rp. 82.296,-.

Hal ini terjadi karena pada perlakuan P0a, rataan biaya ransum

Rp. 70.115.47,- lebih besar dibanding biaya ransum pada perlakuan P6 yaitu

rataan sebesar biaya ransum Rp. 41.379.54,- sementara biaya produksi lainnya

seperti biaya bibit, biaya obat-obatan, sewa kandang, peralatan kandang, tenaga

kerja adalah sama. Hal ini seperti diungkapkan oleh Budiono (1990) bahwa biaya 111.031

87.312 84.953 86.417 85.302

82.518 82.604 82.296

0 20 40 60 80 100 120

(46)

adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang tidak dapat

dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan sesuatu

produk. Biaya bagi perusahaan adalah nilai dari faktor-faktor produksi yang

digunakan untuk menghasilkan output. Prawirokusumo (1991) mengatakan

bahwa besarnya biaya pakan berkisar antara 60-80% dari total biaya produksi.

B. Total Hasil Produksi

Total hasil produksi adalah semua perolehan dari hasil penjualan yaitu

penjualan ayam broiler dan penjualan kotoran ayam broiler (feses).

1. Penjualan Ayam Broiler

Harga jual ayam broiler Rp. 17.000/kg. Maka harga jual seluruh ternak

ayam broiler adalah Rp. 3.117.281,5,-. Hasil produksi penjualan ayam broiler

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil penjualan ayam broiler tiap perlakuan ulangan (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

P0a 160.446 155.890 161.823 478.159 159.386

P0b 131.988 129.846 125.613 387.447 129.149

P1 129.438 127.704 124.950 382.092 127.364

P2 132.855 126.344 123.548 382.746,5 127.582

P3 128.911 126.174 132.787 387.872 129.291

P4 120.972 123.879 114.750 359.601 119.867

P5 117.436 125.800 124.338 367.574 122.525

P6 123.012 123.029 125.749 371.790 123.930

(47)

2.Penjualan Feses Ayam

Selama pemeliharaan 120 ekor ayam = 1 hari menghasilkan 5 kg feses x 35 hari

= 175 kg

= 175 kg x Rp. 500

= Rp. 87.500

Total hasil penjualan feses ayam adalah Rp. 87.500,-. Hasil penjualan feses ayam

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil penjualan kotoran (feses) ayam tiap level perlakuan (Rp/ekor)

Perl Ulangan Total Rataan

1 2 3

P0a 3.646 3.646 3.646 10.937 3.646

P0b 3.646 3.646 3.646 10.937 3.646

P1 3.646 3.646 3.646 10.937 3.646

P2 3.646 3.646 3.646 10.937 3.646

P3 3.646 3.646 3.646 10.937 3.646

P4 3.646 3.646 3.646 10.937 3.646

P5 3.646 3.646 3.646 10.937 3.646

P6 3.646 3.646 3.646 10.937 3.646

Total 29.167 29.167 29.167 87.500 3.646

Tabel 8. Total Hasil Produksi

Total hasil produksi Rupiah (Rp)

Hasil penjualan ayam 3.117.281,5

Hasil penjualan kotoran ayam 87.500

Total 3.204.786

Total hasil produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh hasil

produksi seperti diatas. Maka hasil produksi tiap level perlakuan dapat dilihat

(48)

Gambar 2. Grafik rataan total hasil produksi selama penelitian

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa total hasil produksi pemeliharaan

ayam broiler selama penelitian yang tertinggi terdapat pada perlakuan P0a dengan

rataan yaitu sebesar Rp 163.032,- dan total hasil produksi terendah terdapat pada

perlakuan P4 yaitu sebesar Rp 123.513,-. Hal ini terjadi karena terdapat

perbedaan bobot ayam broiler sehingga nilai pendapatan dari penjualan ayam

broiler berbeda pada setiap perlakuan sedangkan harga penjualan feses ayam

broiler sama . Ini sesuai dengan pernyataan Sudarmono dan Sugeng (2003) yang

menyatakan bahwa pendapatan usaha ialah seluruh pendapatan yang di peroleh

dalam suatu usaha. Pendapatan dapat berupa pendapatan utama, seperti hasil

penjualan ayam broiler dari kegiatan usaha dan pemeliharaan ayam broiler dan

pendapatan berupa hasil ikutan, misalnya pupuk kandang begitu juga pernyataan

dari Kadarsan (1995) yang menyatakan bahwa penerimaan perusahaan bersumber

dari pemasaran atau penjualan hasil usaha seperti panen tanaman serta hasil

olahannya serta panen dari peternakan serta hasil olahannya. 163.032

132.795 131.010 131.228 132.937

123.513 126.171 127.576

(49)

C. Laba/Rugi

Analisis Laba-Rugi yaitu untuk mengetahui apakah usaha tersebut rugi

atau untung dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan atau total hasi

l produksi dan total pengeluaran atau total biaya produksi.

Keuntungan = Total Hasil Produksi – Total Biaya Produksi

= Rp 3.204.786 – Rp. 2.107.302

= Rp 1.097.483,03 

Diketahui bahwa total biaya produksi lebih kecil dibandingkan dengan

total hasil produksi. Hal ini membuktikan bahwa analisis usaha ayam broiler

selama penelitian yaitu 35 hari menguntungkan. Berikut dapat dilihat keuntungan

(laba – rugi) pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik rataan laba/rugi selama penelitian

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa laba/rugi menunjukkan perbedaan

yang sangat besar pada setiap perlakuan dimana keuntungan tertinggi terdapat

pada perlakuan P0a dengan menggunakan pakan (pakan komersil 100%) dengan 52.000,84

45.482,91 46.056,67 44.810,9547.634,53

40.995,0143.566,33

45.280,43

(50)

rataan sebesar Rp. 52.000,84,- dan yang memberikan keuntungan terendah pada

perlakuan P4 dengan menggunakan pakan ( Ransum formulasi tanpa pnggunaan

tepung ikan 10% TLU pengolahan FAAS) dengan rataan sebesar Rp. 40.995,01-, sedangkan pada perlakuan yang lain ( P0b, P1, P2, P3, P5, P6) memberikan

keuntungan yang cukup baik. 

Keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan P0a dengan menggunakan

pakan (pakan komersil 100 %), hal ini dikarenakan pertambahan bobot ayam

broiler lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Sehingga total hasil

produksi yaitu total penjualan ternak ditambah penjualan kotoran ternak memiliki

nilai yang lebih tinggi dari pada total biaya produksi yaitu biaya bibit, biaya

ransum, biaya obat – obatan, biaya/upah tenaga kerja, biaya perlengkapan

kandang dan biaya sewa kandang. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Murtidjo (1995) yaitu keuntungan adalah tujuan setiap usaha. Keuntungan dapat

dicapai jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar dari

pada jumlah pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin

meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau

ditingkatkan. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau

kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya

juga agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang

usaha.

Pada perlakuan P4 dengan menggunakan pakan ( Ransum formulasi tanpa

pnggunaan tepung ikan 10% TLU pengolahan FAAS) diperoleh keuntungan yang

lebih rendah hal ini dikarenakan total biaya produksi lebih besar dari total hasil

(51)

keuntungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hansen dan Mowen (2001) yang

menyatakan bahwa Laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang

perusahaan masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang

diterimanya. Perhitungan laba jelas untuk banyak keputusan manejemen. Jika laba

konsisten positif, perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika

mengalami kerugian perusahaan dapat mencari produk yang lain yang akan diolah

yang dapat mendatangkan keuntungan.

D. R/C Ratio

Analisis R/C Ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak

atau tidak usaha itu untuk dilanjutkan ke periode berikutnya atau sebaliknya usaha

tersebut dihentikan karena kurang layak.

R/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total hasil produksi dengan

total biaya produksi atau dituliskan dengan rumus:

R/C Ratio =

Tabel 9. Analisa R/C Ratio

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Gambar

Tabel 1. Biaya ransum broiler selama penelitian
Tabel 2. Biaya obat – obatan tiap perlakuan (Rp/Plot)
Tabel 4. Biaya perlengkapan kandang untuk tiap perlakuan (Rp/Plot)
Tabel 5. Biaya tenaga kerja tiap perlakuan selama penelitian (Rp)
+7

Referensi

Dokumen terkait

DDL adalah komponen bahasa DBMS yang digunakan untuk mendefinisikan struktur data antara lain perintah untuk membuat tabel baru (CREATE) dimana

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar Akhlaq materi Adab berpakaian dan

Intraco Adhitama Surabaya merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang kontraktor telah melakukan upaya untuk meningkatkan kepuasan serta kinerja karyawannya dalam usahanya

SKRIPSI HUBUNGAN SIKAP TERHADAP PERAN GANDA DENGAN .... Elisa

Skripsi PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEPUASAN KERJA ..... ADLN Perpustakaan

Pemberian motivasi sangat penting untuk dilakukan agar karyawan dalam berkerja dapat memberikan yang terbaik bagi perusahaan yang secara langsung akan dampak pula terhadap

Snimljeno je i nekoliko kratkih ''kžltžrnih'' flmova, međž kojima se isticao Barok u Hrvatskoj (1942.) te prvi cjelovečernji zvžčni igrani flm Lisinski (1944.) oba ž