ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEPUTUSAN
MASYARAKAT DALAM MENABUNG PADA
BANK SYARIAH DI MEDAN
TESIS
Oleh
MARDALENA
047018032 / IEP
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEPUTUSAN
MASYARAKAT DALAM MENABUNG PADA
BANK SYARIAH DI MEDAN
TESIS
Untuk memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan
pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh :
MARDALENA
047018032 / IEP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : Analisis Faktor-Faktor Keputusan Masyarakat Dalam Menabung Pada Bank Syariah Di Medan
Nama Mahasiswa : Mardalena
Nomor pokok : 047018032
Program Studi : Ilmu Ekonomi Pembangunan
Menyutujui Komisi Pembimbing
Dr. Ramli, MS Dr. Irsyad Lubis, M.Soc,sc
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana
Dr. Murni Daulay, M.Si Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, M.Sc
Telah Diuji Pada
Tanggal : 31 Agustus 2007
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Dr. Ramli, MS
ABSTRACT
Mardalena, 2007, The Factors Influence the Decision of Customer for Saving at Syariah
Bank in Medan, under the supervision io Dr. Ramli, MS (Chairman) and Dr. Irsyad
Lubis M.Sos.Sc (member)
The establishment of Syariah or Islam Bank is an indication of disadvantages of interest rate. This supported by the issuance of MUI binding ruling (16/12/2003) on the forbidden of interest that enforcedon January 2004. The issuance of any binding ruling by MUI concerning to Islam (Syariah) economy support the existence of syariah banking in the development of Islam banking business in Indonesia. Banking existence is a society trust based financial service. Development of syariah banking system as financial institution in Indonesia is unavoidable. For more of the population is Islam adherent, Indonesia is a prospect market for the banking system applies the regilion norm in the development of is business. But more of the Muslim who save their money at conventional bank. This research aims to study whether the education, income, age and distance influece on the decision of society or customer to save their money at Syariah bank in Medan.
The data used in this study is primary data. The primary data is collected from the respondent, i.e the customer who save their money at Syariah Bank in Medan at subdistricts of Medan Kota, Medan Petisah, and Medan Tembung by the interview method and questionaires filed by respondent. The sample are 120 customers abtoined by non probability sampling. The technique sampling process is quota sampling. The statistical test applied in analysis on this study is a multiple regression by Ordinary least Square (OLS) method. The data is processed by data processing software Eviews version 4.1.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan Rahmat serta TaufikNya kepada penulis sehingga tesis ini dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya shalawat dan salam hendaknya
dilimpahkan Allah terhadap junjungan Rasulullullah Muhammad Saw yang telah
mengembangkan risalah sebagai pedoman hidup yang paling sempurna dan haq untuk
keselematan bagi manusia dan rahmat bagi alam semesta.
Tesis yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat
Dalam Memilih Bank Syariah Di Medan” ini merupakan karya ilmiah akhir bagi penulis
dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ilmu Ekonomi
Pembangunan, Sekolah PascaSarjana Unversitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis DTM&H,
Sp.A(K) atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Megister pada program
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Suamtera Utara, Prof. Dr. T.
Chairunnisa B, M.Sc atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Megister.
3. Ketua Program Studi Dr. Murni Daulay, M.Si atas bimbingan selama perkuliahan.
4. Kepada komisi pembimbing yang terdiri dari Dr. Ramli, MS dan Dr. Irsyad Lubis
5. Kepada komisi pembanding yang terdiri dari Dr. Murni Daulay, M.Si, Drs.
Iskandar Syarif, MA dan Wahyu. A. Pratomo, M.Si atas bimbingan dan saran
yang diberikan
6. Kepada semua Dosen pada Program Megister Ilmu Ekonomi Pembangunan atas
segala ilmu yang diberikan kepada penulis.
7. Kepada rekan-rekan mahasiswa serta pegawai dan karyawan atas bantuan dan
kerjasama sehingga penulis dapat dengan mudah melaksanakan pendidikan
dengan baik.
8. Kepada orang tua penulis H. Yurnalis Somad dan Marnelis yang memberikan
perhatian, motivasi, semangat, saran, dan do’a sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
9. Kepada Kakak dan Adikku yang baik yang telah memberikan dukungan.
10. Kepada Teman-Teman yang telah memberikan semangat dan motivasi.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna,
kepada pembaca diharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi
kesempurnaan seluruh tesis ini dapat berguna untuk semua terutama dalam
pengembangan ilmu pengetahuan Ekonomi Islam. Amin
Medan, 31 Agustus 2007
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Mardalena
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 25 Maret 1981
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Durung No. 195 Medan
HP : 081361256353
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1987-1993 : SD Pahlawan Nasional Medan
Tahun 1993-1996 : MTs Kwala Madu Binjai
Tahun 1996-1999 : MA Kwala Madu Binjai
Tahun 1999-2000 : D1 Informatika Komputer
Tahun 2000-2004 : Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fak. Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Medan.
Tahun 2005-2007 : Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan Program
Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Bank Syariah ... 6
2.2 Dasar Falsafah Bank Syariah ... 8
2.3 Peranan Perbankan Syariah ... 9
2.4 Bank Konvensional ... 10
2.5 Pelayanan ... 12
2.6 Konsep Bunga Di Kalangan Non Muslim ... 15
2.7 Prinsip Bagi Hasil ... 17
2.8 Perbedaan Bagi Hasil Dan Bunga ... 21
2.10 Studi Pendahuluan ... 24
2.11 Hipotesis ... 27
2.12 Kerangka Pemikiran ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
3.1 Pendekatan Penelitian ... 29
3.2 Penentuan Daerah Penelitian ... 29
3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 29
3.4 Sumber Dan Metode Pengumpulan Data ... 30
3.5 Model Analisa ... 31
3.6 Defenisi Operasional ... 32
3.7 Uji Kesesuaian ... 33
BAB IV HASIL PEMBAHASAN ... 36
4.1 Kondisi Fisik Wilayah ... 36
4.1.1 Kecamatan Medan Kota ... 36
4.1.2 Kecamatan Medan Petisah ... 38
4.1.3 Kecamatan Medan Tembung ... 39
4.2 Perkembangan Dana Masyarakat Pada Bank Syariah Dan Konvensional ... 42
4.3 Karekteristik Responden ... 43
4.4 Gambara Responden Yang Diteliti ... 44
4.4.2 Jenis Bank Tempat Menabung ... 45
4.4.3 Agama Nasabah ... 46
4.4.4 Karekteristik Tingkat Pendidikan ... 47
4.4.5 Karekteristik Tingkat Pendapatan ... 48
4.4.6 Tabulasi Silang Antara Pendidikan dan Pendapatan ... 49
4.4.7 Karekteristik Tingkat Usia ... 50
4.4.8 Karekteristik Jarak Tempuh ... 51
4.5 Hasil Estimasi Keputusan Masyarakat Dalam Memilih Bank Syariah dan Variabel-variabel Yang Mempengaruhinya. ... 52
4.6 Variabel Penelitian ... 53
4.6.1 Variabel Pendidikan ... 53
4.6.2 Variabel Pendapatan ... 54
4.6.3 Varibel Usia ... 54
4.6.4 Variabel Jarak Tempuh ... 55
4.7 Beberapa Saran Utama Responden Terhadap Bank syariah ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
5.1 Kesimpulan ... 58
5.2 Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil ... 22
3.1 Defenisi Operasional ... 32
4.1 Luas Dan Jumlah Penduduk Perkelurahan Kecamatan Medan Kota ... 36
4.2 Statistik Penduduk Kec. Medan Kota Berdasarkan Mata Pencarian ... 37
4.3 Luas Dan Jumlah Penduduk Perkelurahan Kecamatan Medan Petisah ... 38
4.4 Statistik Penduduk Kec. Medan Petisah Berdasarkan Mata Pencarian ... 39
4.5 Luas Dan Jumlah Penduduk Perkelurahan Kecamatan Medan Tembung ... 40
4.6 Statistik Penduduk Kec. Medan Tembung Berdasarkan Mata Pencarian ... 41
4.7 Pertumbuhan DPK Perbankan Sumatera Utara dan Perbankan Syariah ... 42
4.8 Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Suku Dan Profesi ... 44
4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis BankTempat Responden Menabung ... 45
4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 46
4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 47
4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 48
4.13 Tabulasi Silang Antara Pendidikan dan Pendapatan ... 49
4.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia ... 50
4.15 Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Mudah Dicapai ... 51
4.16 Hasil Estimasi Variabel-Variabel Penelitian ... 52
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1. Kerangka Pemikiran ... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ... 62
Lampiran 2 Skor Penilaian ... 65
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Ekonomi adalah sisi yang tidak terpisahkan dari dimensi kehidupan umat
manusia. Dalam bidang ekonomi, salah satu hal yang sangat urgen sekaligus sebagai
pembeda antara sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi konvensional adalah
menyangkut dengan sistem perbankan, khususnya mengenai suku bunga. Dalam sistem
ekonomi konvensional, suku bunga merupakan variabel penting bahkan suatu hal yang
tidak dapat dipisahkan dengan varaibel-variabel ekonomi lain, sementara Islam
menganggap bahwa suku bunga merupakan bentuk riba yang dilarang keras oleh Allah
SWT.
Dalam kitab suci Al Qur’an Allah SWT sering menyebutkan bahwa riba itu akan
mendatangkan kemudharatan atau akan membuat pihak lain teraniaya. Pada bagian
lain dikemukankan bahwa riba tidak akan mendatangkan keselamatan, bahkan hanya
akan menimbulkan kesengsaraan. Dalam Islam, disamping mencapai tujuan-tujuan
material harus juga dipertimbangkan faktor nilai, karakter luhur manusia, keutuhan
social dan pembalasan Allah di akhirat nanti. Singkatnya kegiatan-kegiatan ekonomi
tidak saja semata-mata untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan material, tapi
terlebih-lebih kegiatan tersebut haruslah bernilai ibadah di mata Allah SWT.
Pendirian bank Syariah, merupakan suatu indikasi akan kemudharatan sistem
bunga atau riba. Dan ditegaskan dengan lahirnya fatwa MUI (16/12/2003) tentang
MUI tentang ekonomi syariah, lebih mengukuhkan eksistensi perbankan syariah di
tengah prosesi pertumbuhan kegiatan usaha perbankan syariah di seantero nusantara.
Eksistensi perbankan sebagai layanan jasa keuangan berbasis pada kepercayaan
masyarakat.
Bank Syariah mulai eksis setelah Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang
perubahan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan mengakui keberadaan
bank konvensional dan bank syariah secara berdampingan (dual banking system).
Berdasarkan Undang-Undang tersebut bank dapat beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip
syariah yang memungkinkan kegiatan bank syariah menjadi lebih luas. Eksistensi bank
syariah bahkan semakin diperkuat dengan adanya Undang- Undang Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia yang kemudian diubah menjadi Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2004 (UU BI). Penetapan Undang-Undang ini memungkinkan diterapkannya
kebijakan moneter berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Upaya pengembangan perbankan
syariah di Indonesia sebenarnya bukan hanya merupakan konsekuensi yuridis
Undang-Undang Perbankan dan Undang-Undang-Undang-Undang BI saja, akan tetapi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari upaya penyehatan sistem perbankan nasional yang bertujuan
meningkatkan daya tahan perkonomian nasional.
Munculnya Undang-Undang Perbankan (1998) dan Undang-Undang BI menjadi
era baru bagi perbankan syariah di Indonesia. Jumlah bank tumbuh dengan pesat dari
hanya satu bank umum syariah dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) pada
tahun 1998 menjadi 3 bank umum syariah, 18 Unit Usaha Syariah dan 88 BPRS pada
akhir tahun 2004. Jumlah jaringan kantornya pula (network) sebanyak 443 kantor yang
nasional masih sangat kecil, yaitu sebesar Rp.15,3 triliun (1,3 %) meskipun aset
perbankan syariah mencapai rata-rata pertumbuhan lebih dari 80% per tahun pada periode
1998-2004. Demikian pula yang terjadi pada dana pihak ketiga pada akhir tahun 2004
telah mencapai Rp.11,6 triliun (1,2%) dan penyaluran dana sebesar Rp.11,5 triliun
(1,7%).
Sedikitnya ada empat hal yang menjadi tujuan pengembangan perbankan yang
berdasarkan prinsip syariah (Islam), yaitu (Dhani Gunawan :2005): (1) memenuhi
kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak dapat menerima konsep bunga; (2)
terciptanya dual banking system di Indonesia yang mengakomodasikan baik perbankan
konvensional maupun perbankan syariah yang akan melahirkan kompetisi yang sehat dan
perilaku bisnis yang berdasarkan nilai-nilai moral; (3) mengurangi risiko sistemik dari
kegagalan sistem keuangan di Indonesia; (4) mendorong peran perbankan dalam
menggerakkan sektor riil dan membatasi spekulasi atau tidak produktif karena
pembiayaan ditujukan pada usaha-usaha yang berlandaskan nilai-nilai moral.
Pandangan sistem perbankan konvensional bahwa uang adalah salah satu
komoditas yang bisa diperdagangkan mengakibatkan tidak selarasnya perkembangan
sektor riil dan sektor moneter. Realitas perkembangan sektor moneter tidak selalu
mencerminkan pertumbuhan di sektor riil. Padahal dimensi kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan barang dan jasa yang
menjadi kebutuhan umum.
Pengembangan sistem perbankan syariah sebagai suatu lembaga keuangan di
Indonesia merupakan sesuatu yang tidak terhindarkan. Dengan komposisi penduduk yang
sistem perbankan yang menggunakan nilai nilai agama dalam pengembangan usahanya.
Tapi masih banyak umat Islam yang menyimpan uangnya di bank konvensional.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti akan melakukan pengkajian ilmiah
yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mepengaruhi Keputusan Masyarakat Dalam
Menabung Pada Bank Syariah Di Medan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian
ini adalah :
Apakah pendidikan, pendapatan, usia, dan jarak berpengaruh terhadap keputusan
masyarakat dalam menabung pada bank syariah di Medan.
1.3Tujuan Penelitian
untuk mengetahui apakah pendidikan, pendapatan, usia, dan jarak berpengaruh
terhadap keputusan masyarakat dalam menabung pada bank syariah di Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :
1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan bank syariah di Indonesia.
2. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya yang ada relevansi dengan
penelitian ini.
3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk seluruh stake holder, bagi bank
syariah di Medan. Dalam membuat kebijakan untuk mengupayakan visi dan misi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank Syariah
Bank Syariah adalah lembaga keuangan perbankan yang operasionalnya dan
produknya dikembangkan berlandaskan Alquran dan Hadis Nabi Saw (Muhammad,
2004:94). Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang
yang pengopersiannya disesuaikan dengan prinsip syariah.
Esensi Bank Syariah tidak hanya dilihat dari ketiadaan sistem riba dalam seluruh
transaksinya, tetapi didalamnya terdapat sistem yang membawa manusia mendapatkan
kebahagiaan lahir dan batin. Ada beberapa ciri utama Bank Syariah (Muhammad,
2002:99) diantaranya :
1. Beban Biaya
Besarnya beban biaya tidak kaku dan dapat dilakukan tawar-menawar dalam
batasan-batasan yang wajar. Beban biaya hanya dikenakan sampai batas waktu yang telah
disepakati bersama. Dalam suatu kontrak baru untuk menyelesaikannya.
2. Tidak Menggunkan Persentase
Pembebanan kewajiban membayar dalam semua kontrak bank syariah selalu
dihindarkan penggunaan persentase, karena akan mempunyai potensi untuk
melipatgandakan.
Bank Syariah menciptakan suasana kebersamaan antara pemilik modal dengan
peminjam. Keduanya berusaha untuk menghadapi resiko secara adil, dan rasa
kebersamaan ini mampu membuat seorang peminjam merasa tenang sehingga dapat
mengerjakan proyeknya dengan baik.
4. Tidak ada keuntungan yang pasti
Pada dasarnya yang dilarang dalam kegiatan muamalah adalah mencantumkan
keuntungan yang pasti yang ditetapkan pada waktu pengikatan kontrak pembiayaan.
Sedangkan yang diperkenankan dalam sistem muamalah adalah kontrak yang
dilakukan yang hakekatnya merupakan sistem yang didasarkan pada penyertaan
dengan sistem bagi hasil.
5. Jual beli uang yang sama dilarang
Pada dasarnya kegiatan transaksi yang dilarang dalam operasionalisasi bank syariah
adalah seolah-olah melakukan jual beli atau sewa-menyewa uang dari bentuk mata
uang yang sama dengan memperoleh keuntungan darinya.
6. Jaminan kebendaan terhadap utang
Pada bank konvensional bahwa jaminan kebendaan terhadap utang dari peminjam
merupakan hal yang sangat menentukan dalam persetujuan pemberian pinjaman.
Sebaliknya, dalam bank syariah pemberian pinjaman dalam bentuk talangan dana
untuk pembelian barang/aktiva/barang modal tersebut, maka pada dasarnya tidak
mengutamakan jaminan kebendaan dari peminjam. Sebab barang yang ditalangi
pembeliannya oleh bank masih menjadi milik bank sepenuhnya selama utang
Sebagai lembaga bisnis, Bank Syariah, seperti bank-bank lainnya harus memiliki
daya tarik ekonomi. Namun pertimbangan ekonomi bukan merupakan pertimbangan
dasar, ada hal lain yang lebih penting, yaitu moral. Karena itu produk-produk yang
diberikan Bank Syariah tidak pernah lepas dari aturan syariah. Selalu ada pertimbangan
yang bersifat ukhrawi, yaitu pertimbangan halal dan haram.
Keberadaan perbankan syariah di tanah air telah mendapatkan pijakan kokoh
setelah adanya Paket Derelugasi, yaitu yang berkaitan dengan lahirnya Undang Undang
Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang direvisi melalui Undang Undang Nomor 10 Tahun
1998. Dengan demikian bank ini adalah yang beroperasi dengan prinsip bagi hasil. Bagi
hasil adalah prinsip yang berdasarkan syariah dalam melakukan kegiatan usaha bank.
2.2. Dasar Falsafah Bank Syariah
Islam memandang bahwa bumi dan isinya merupakan amanah dari Allah kepada
manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, untuk dipergunakan sebesar besarnya bagi
kesejahteraan ummat manusia sendirian tetapi diberikannya petunjuk melalui para
rasulnya. Dalam petunjuk ini Allah berikan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik
aqidah, akhlak, maupun syariah.
Aqidah dan akhlak sifatnya konstan dan tidak mengalami perubahan dengan
berbedanya waktu dan tempat. Adapun komponen syariah senantiasa diubah sesuai
Syariat Islam sebagai suatu syariat yang dibawa Rasul terakhir yang mempunyai
keunikan tersendiri, yang bukan saja komprehensif tetapi juga universal (Syafi’I Antonio,
5:2000) .
Komprehensif merupakan seluruh aspek kehidupan manusia baik ritual maupu sosial
(Ibadah maupun muamalah). Ibadah dengan tujuan untuk menjaga ketaatan, dan
harmonisasi hubungan antara manusia dengan kholiqNya. Sedangkan muamalah untuk
menjadi rule of game dalam keberadaan manusia sebagai makhluk sosial.
Universal diterapkan dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir nanti. Keuniversalan
ini akan tampak jelas sekali terutama dalam bidang muamalah, bukan saja luas dan
flkeksibelbahkan tidak memberiakan special treatmen bagi muslim dan membedakannya
dari non muslim. Kenyataan ini tersirat dalam suatu ungkapan yang diriwayatkan oleh
sayyidina Ali, yang artinya: dalam bidang muamalah kewajiban mereka adalah
kewajiban kita dan hak mereka adalah hak kita (Syafi’i Antonio, 2000).
2.3 Peranan Perbankan Syariah
perbankan syariah di Indonesia di mulai pada tahun 1992 melalui pendirian PT.
Bank Muamalat Indonesia Tbk. Perkembangan bank syariah berjalan lebih lambat
dibandingkan dengan bank konvensional. Operasional perbankan syariah didasarkan pada
Undang-Undang No.8 tahun 1998. pertimbangan perubahan Undang Undang tersebut
dilakukan untuk mengantisipasi tantangan sistem keuangan yang semakin maju dan
komplek dan mempersiapkan infrastruktur memasuki era globalisasi. Perbankan syariah
penduduk Indonesia yang kebutulan muslim, namun lebih kepada adanya keunggulan
atau manfaat lebih dari perbankan syariah dalam menjembatani ekonomi.
Dalam sistem perbankan konvensional, selain berperan sebagai jembatan antara
pemilik dana dan dunia usaha, perbankan juga masih menjadi penyekat antara keduanya
karena tidak adanya transferability risk dan return. Sistem perbankan syraiah yaitu
perbankan menjadi menejer investasi, wakil, atau pemegang amanat (custadion) dari
pemilik dana atas investai di sektor rill. Dengan demikian, seluruh keberhasiln dan resiko
dunia uasha atau pertumbuhan ekonomi secara langsung didistribusikan kepada pemilik
dana sehingga menciptakan suasana harmoni. Hal ini untuk menghindari terjadinya gap
antara sumber dana dengan investasi (saving –investment gap). Skema produk perbankan
syariah secara alamiah merujuk kepada dua katagori kegiatan ekonomi yakni produksi
dan distribusi. Katagori pertama difasilitasi melalui skema profit sharing (mudharabah)
dan partnership (musyarakah), sedangkan kegiatan distribusi manfaat hasil hasil produk
dilakukan melalui skema jual beli (murobaha) dan sewa menyewa (ijarah).
2.4. Bank Konvensional (Umum)
Para ahli perbankan dinegara-negara maju mendefinisikan bank umum sebagai
institusi keuangan yang berorientasi laba. Untuk memperoleh laba tersebut bank umum
melaksanakan fungsi intermediasi. Karena dizinkan mengumpulkan dana dalam bentuk
deposito, bank umum disebut juga sebagai lembaga keuangan depositori. Berdasarkan
kemampuannya menciptakan uang (giral), bank umum dapat juga disebut sebagai bank
Fungsi dan peranan bank umum dalam perekonomian menunjukkan betapa
pentingnya keberadaan bank umum dalam perekonomian modern, diantaranya
(Manurung, 2004:135):
1. Penciptaan uang
Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran lewat
mekanisme pemindah bukuan (kliring).
2. Mendukung kelancaran mekanisme pembayaran
Hal ini karena salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang
berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal adalah
kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas, pembayaran
tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman.
3. Penghimpunan dana simpanan
Di Indonesia dana simpanan terdiri dari atas giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito, tabungan dan bentuk lainnya yang dapat dipersamakan.
4. Mendukung kelancaran transaksi internasional
Bank umum yang beroperasi dalam skala internasional akan memudahkan
penyelesaian transaksi, kepentingan pihak-pihak yang melakukan interaksi
internasional dapat ditangani dengan lebih mudah, cepat dan murah.
5. Penyimpanan barang-barang dan surat-surat berharga
Penyimpanan barang-barang berharga adalah satu-satu jasa yang paling awal yang
bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-surat
berharga.
6. Pemberian jasa lainnya
Pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin banyak dan luas. Saat ini
sudah dapat membayar listrik, telepon, membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang
melalui ATM, dan membayar gaji pegawai melalui jasa bank.
2.5 Pelayanan
Perusahaan yang ingin berkembang dan mendapatkan keunggulan kompetitif harus
dapat memberikan produk berupa barang atau jasa yang berkualitas dengan harga yang
bersaing, penyerahan lebih cepat, dan pelayanan yang baik kepada para pelanggan.
Untuk memenuhi kepuasan pelanggan pada industri jasa, pelayanan sangat penting
dikelola perusahaan dengan baik.
Pelayanan merupakan penilaian atau sikap secara menyeluruh yang berhubungan
dengan pelayanan sebagai hasil dari perbandingan antara harapan pelanggan dan persepsi
atas kinerja pelayanan sebanarnya (Berry, et. al; Gronroos dalam Lewis, 1993). Gronross
(dalam Parasurman, 1985) menyatakan ada dua tipe dari pelayanan yakni:
1. Technical Quality meliputi apa yang sebenarnya dirasakan oleh pelanggan dari
pelayanan yang didapatinya.
Perusahaan yang ingin berkembang dan mendapatkan keunggulan kompetitif
harus dapat memberikan produk berupa barang atau jasa yang berkualitas dengan harga
yang bersaing, penyerahan lebih cepat, dan pelayanan yang baik kepada para pelanggan.
Hutt dan Spech (dalam Ellitan, 2001), ada tiga komponen kualitas pelayanan total
yaitu: (1) Kualitas teknik yang merupakan komponenen yang berakaitan dengan kualitas
output jasa yang diterima pelanggan, (2) Kualitas fungsional merupakan komponen yang
berkaitan dengan cara penyampaian jasa, (3) Citra korporat yaitu profil, reputasi, citra
umum dan daya tarik perusahaan. Komponen kualitas pelayanan dapat memberikan
kepuasan positif bagi konsumen.
Pelanggan dalam mengevaluasi kepuasan terhadap produk atau jasa umumnya
mengacu pada berbagai faktor atau dimensi. Stamatis dalam Ellitan (2001)
mengemukakan enam dimensi pelayanan pada industri jasa, yaitu:
1. Fungsi (function): kinerja primer yang dituntut dari suatu jasa.
2. Karekteristik (features): kinerja yang diharapkan.
3. Kesesuaian (comformance): kepuasan yang didasarkan pada pemenuhan persyaratan
yang ditetapkan.
4. Keandalan (realibilty): kepercayaan terhadap jasa dalam kaitan waktu.
5. Kemampuan pelayanan (service ability): kemampuan melakukan perbaikan apabila
terjadi kekeliruan.
6. Estetika (aesthetics): pengalaman pelanggan yang berakitan dengan perasaan dan
Kinerja yang dituntut dari suatu jasa dapat memberikan kepuasan bagi konsumen, hal ini akan memberikan pelayanan yang berkualitas bagi industri jasa.
Ada lima dimensi pelayanan yang sering digunakan untuk menilai kualitas pelayanan,
menurut Parasuraman, et al dalam Lupiyoadi (1985) yaitu:
1. Tangibles (bukti fisik) yaitu kemampuana suatu perusahaan dalam menunjukkan
eksisitensinya kepada pihak eksternal meliputi fasilitas fisik, perlengkapan dan
peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.
2. Reliability (Keandalan) yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan
sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.
3. Responsiveness (ketanggapan) yaitu kemauan untuk membantu dan memberikan
pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi
yang jelas.
4. Assurance (jaminan) yaitu pengetahuan, kesopanan, dan kemampuan para pegawai
perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan.
5. Emphaty (perhatian) yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual
kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginannya.
Kemampuan perusahaan dalam memberikan eksistensinya dan pelayanan yang sesuai yang dijanjikan, akan memberikan kepercayaan bagi pelanggan. Kesopanan dan pengetahuan para pegawai akan menumbuhkan rasa percaya dan akan menciptakan suasana yang baik antar pelanggan dan pegawai perusahaan.
2.6 . Konsep Bunga di Kalangan Non-muslim
Di antara referensi paling tua mengenai riba adalah yang ditemukan pada naskah
keagamaan India kuno sebagaimana disarikan dengan amat baik oleh Jain (1929, dalam
Ali Mutasowifin, 2003: 8) karyanya Indigenous Banking in India. Catatan awal
diturunkan dari teks Vedic India kuno (2000-1400 SM) di mana pemungut riba disebut
berulang kali dan diinterpretasikan sebagai pemberian pinjaman dengan bunga. Hal ini
juga ditemukan pada teks Sutra (700-100 SM), serta Jatakas dalam Budha (600-400 SM).
Pada masa inilah perasaan jijik pada riba diekspresikan. Misalnya, adanya larangan bagi
kasta Brahmana dan Kshatriya meminjamkan uang dengan memungut bunga.
Namun demikian, pada abad kedua Masehi, riba telah menjadi istilah yang lebih
relatif, sebagaimana termaktub pada Laws of Manu saat itu: ‘Stipulated interest beyond
the legal rate being against [the law], cannot berecovered; they call that a usurious way
(of lending)’ (Jain, 1929). Perdebatan makna riba ini tampaknya terus berlanjut hingga
kini, di mana meskipun secara prinsip masih dikutuk, namun riba hanya merujuk pada
bunga yang diterapkan di atas batas yang diterima masyarakat umum, dan tidak lagi
dilarang atau dikontrol dengan cara yang signifikan.
• Konsep Riba di Kalangan Yahudi
Kecaman terhadap riba, yang dalam bahasa Yahudi dikenal sebagai neshekh,
memiliki akarnya dalam beberapa bagian Perjanjian Lama yang menyatakan pemungutan
bunga sebagai hal yang dilarang dan hina (Visser, 1998), misalkan dalam Keluaran 22: 25
umat-Ku, orang yang miskin di antaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang
penagih hutang terhadap dia: janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya.”
Larangan mempraktekkan riba juga dimuat dalam Imamat 25: 35-37 yang
menyatakan,“Apabila Saudaramu jatuh miskin, sehingga tidak sanggup bertahan di
antaramu, maka engkau harus menyokong dia sebagai orang asing dan pendatang, supaya
ia dapat hidup di antaramu. Janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba darinya,
melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu dapat hidup di antaramu.
Janganlah engkau memberi uangmu kepadanya dengan meminta bunga, juga makananmu
janganlah kauberikan dengan meminta riba”.
• Konsep Riba di Kalangan Kristen
Meskipun terdapat akarnya dalam agama Yahudi, debat mengenai riba oleh
Lembaga-Lembaga Gereja Kristen berlangsung selama lebih dari seribu tahun. Pada abad
keempat Masehi, Gereja Katholik Roma melarang pemungutan riba bagi para rohaniwan,
aturan yang kemudian diperluas bagi kalangan awam pada abad kelima. Pada abad
kedelapan, di bawah Charlemagne, mereka bahkan menekan lebih dalam dan
mendeklarasikan pemungutan riba sebagai tindakan kriminal (Visser, 1998 dalam Ali
Mutasowifin, 2003: 10)
Akan tetapi, seiring dengan perkembangan komersialisasi, gerakan pro-bunga
juga mulai tumbuh. Munculnya protestanisme serta pengaruh prokapitalismenya juga
berhubungan dengan perubahan ini, meskipun harus dicatat bahwa baik Luther maupun
tidak dapat digeneralisasi dan diterapkan secara universal. Namun demikian, meskipun
larangan riba tidak termaktub secara khusus dalam Kitab Perjanjian Baru, banyak yang
meyakini Lukas 6:34-35 sebagai ayat yang mengecam praktik pemungutan bunga. Ayat
tersebut menyatakan,“Dan, jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena
kamu berharap akan menerima sesuatu daripadanya, apakah jasamu? Orang-orang
berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima
kembali sama banyak. Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada
mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar
dan kamu akan menjadi anak-anak Tuhan Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap
orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.”
(Mutasowifin, 2003: 10
2.7. Prinsip bagi hasil
Pada bank syariah menggunakan prinsip yang beragam dalam menyalurkan dana
(aset) dan menghimpun dana (liabilitas). Tidak hanya menggunakan prinsip bagi hasil
semata, di sana ada skema pembiayaan jual beli (murabahah, istishna, salam), sewa
(ijarah, ijarah muntahiyya bi at tamlik), bagi hasil (musyarakah, mudharabah) dan
pinjaman (qardh, al qardh hasan).
Skema pembiayaan mudharabah dan musyarakah dijalankan dengan prinsip bagi hasil.
Pembiayaan ini diberikan untuk membantu Masyarakat debitur yang memerlukan modal
Bagi Masyarakat debitur hanya memiliki keahlian dan skill tetapi tidak punya
modal sama sekali, jenis pembiayaan yang sesuai adalah pembiayaan mudharabah. Fatwa
Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN - MUI) Nomor
07/DSN-MUI/IV/2000 menjelaskan yang dimaksud dengan pembiayaan mudharabah adalah akad
kerja sama suatu usaha antara dua pihak, dengan pihak pertama (shahibul mal) dalam hal
ini bank, menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak kedua (mudharib) dalam hal ini
Masyarakat debitur, bertindak selaku pengelola. Keuntungan dari usaha ini dibagi di
antara mereka sesuai kesepakatan yang ada dalam akad.
Dalam skema pembiayaan ini, bank akan meminjamkan seratus persen modalnya
kepada Masyarakat debitur untuk dikelola dalam suatu proyek atau usaha. Modal tersebut
harus dikembalikan apabila sudah tidak diperlukan lagi. Sebaliknya Masyarakat debitur
sebagai pengelola dana (mudharib) harus dapat memegang amanah atas modal yang
diterima. Artinya, ia hanya menggunakan modal dimaksud untuk keperluan proyek atau
usaha yang disepakati serta memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan oleh bank
sebagai pemilik dana/ shahibul mal (Dadan Suryapraja,2006).
Keuntungan dari hasil proyek/usaha akan dibagi-hasilkan sesuai nisbah (rasio)
yang disepakati. Apabila terjadi kerugian, maka kerugian dimaksud dapat ditanggung
baik oleh bank maupun Masyarakat debitur, tergantung dari prinsip bagi hasil yang
disepakati.
Dalam skema ini ada dua prinsip bagi hasil, yaitu revenue sharing dan profit/loss
sharing. Dalam revenue sharing, jumlah yang dibagi-hasilkan adalah penghasilan kotor
jumlah yang dibagi-hasilkan adalah laba/rugi bersih setelah seluruh biaya operasional
diperhitungkan.
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional MUI (DSN-MUI), untuk kemaslahatan
disarankan untuk menggunakan prinsip revenue sharing. Pada umumnya bank syariah
mengikuti fatwa tersebut dengan tujuan untuk menghindari moral hazzard yang mungkin
dilakukan oleh Masyarakat debitur, misalnya dengan cara menaikkan biaya operasional
yang tidak perlu.
Bagi Masyarakat yang memiliki keahlian, skill dan sebagian modal, jenis
pembiayaan yang tepat adalah pembiayaan musyarakah. Menurut Fatwa DSN-MUI
Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000, musyarakah adalah pembiayaan kerja sama antara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai
kesepakatan.
Dalam hal ini bank syariah dan Masyarakat, masing-masing akan menggabungkan
sejumlah modal sesuai porsi yang disepakati. Modal dapat diwujudkan dalam bentuk
uang tunai maupun materi yang telah disepakati nilainya. Kemudian modal itu dikelola
oleh Masyarakat debitur untuk mengembangkan usaha atau proyek. Seperti halnya dalam
skema mudharabah, Masyarakat harus juga harus bersikap amanah. Keuntungan dan
kerugian yang terjadi dibagikan kepada para pihak sesuai dengan kontribusi modalnya.
Dengan demikian, pilihan apakah akan menggunakan mudharabah atau
musyarakah, sangat ditentukan oleh kondisi modal Masyarakat. Bank syariah pada
ditanggung oleh kedua belah pihak. Sedangkan untuk mudharabah, bank syariah hanya
akan menyalurkannya kepada Masyarakat debitur yang telah terbukti amanah dan
profesional di dalam usahanya. Kemudian, debitur tersebut dalam kurun waktu lama telah
memberikan kontribusi yang signifikan kepada bank. Hal ini dilakukan bank dalam upaya
menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran dana masyarakat (prudential
banking).
Dalam menarik dana masyarakat, produk bank syariah yang menggunakan prinsip
bagi hasil adalah tabungan dan deposito. Tabungan merupakan simpanan masyarakat
yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lain yang
dipersamakan dengan itu (Dadan Suryapraja,2006).
Sedangkan deposito adalah simpanan berjangka yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian Masyarakat penyimpan dengan
bank (Dadan Suryapraja,2006). Berdasarkan kedua definisi itu, produk dana bank
syariah sama dengan yang berlaku di bank konvensional. Bedanya terletak pada
penggunaan prinsip bunga. Bank syariah tidak menggunakan instrumen bunga sementara
bank konvensional menerapkan bunga.
Prinsip bagi hasil dalam tabungan dan deposito biasanya dikenal dengan
mudharabah mutlaqah yang berarti bank sebagai mudharib bebas menyalurkan dana
dimaksud kepada berbagai bentuk dan jenis pembiayaan. Dalam istilah akuntansi dikenal
pemilik dana (shahibul mal). Contoh dari penyaluran dana ITT adalah pembiayaan
channelling dan executing.
Sebagaimana prinsip bagi hasil yang diterapkan pada sisi pembiayaan, yaitu revenue
sharing, dalam produk dana pun digunakan prinsip yang sama. Masyarakat penabung dan
deposan akan mendapatkan bagi hasil yang dihitung berdasarkan pendapatan bank kotor,
sebelum dikurangi dengan biaya operasional bank.
2.8 Perbadaan Bagi Hasil dan Bunga
Bank Syariah mendorong praktik bagi hasil, sedangkan bank konvensional
menggunakan bunga. Keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata. Perbedaan itu
[image:34.612.107.540.246.665.2]dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel: 2.1 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Bunga Bagi hasil
Penentuan suku bunga dibuat pada
waktu akad dengan pedoman harus
selalu untung untuk pihak Bank
Penentuan besarnya resiko bagi hasil
dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung
dan rug
Besarnya prosentase berdasarkan pada
jumlah uang (modal) yang
dipinjamkan
Besarnya nisbah (rasio) bagi hasil
berdasarkan pada jumlah keuntungan
yang diperoleh
usaha. Jumlah pembayaran bunga
tidak mengikat meskipun jumlah
keuntungan berlipat ganda saat
keadaan ekonomi sedang baik
pembagian bagi hasil meningkat sesuai
dengan peningkatan jumlah pendapatan
Eksistensi bunga diragukan
kehalalannya oleh semua agama
termasuk agama Islam
Tidak ada agama yang meragukan
keabsahan bagi hasil
Pem bayar an bunga t et ap seper t i yang
dij anj ikan t anpa per t im bangan pr oyek
yang dij alankan oleh pihak Masyar akat
unt ung at au rugi
Bagi hasil t ergant ung kepada keunt ungan
pr oyek yang dij alankan. Jika pr oyek it u t idak
m endapat kan keunt ungan m aka ker ugian
akan dit anggung ber sam a oleh kedua belah
pihak
Sumber: Syaf’I Antonio, 2001:61
2.9 Keputusan Masyarakat
Keputusan adalah keadaan akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi
label pengambilan keputusan (McGrew dan Wilson dalam Salusu, 1996:51). Keputusan
berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan, namun tidak
merupakan pilihan antara yang benar dan yang salah, yang justru sering terjadi ialah
pilihan antara yang “hampir benar” dan yang “mungkin salah” (Drucker, 1990 dalam
Salusu, 1996:51).
Setiap keputusan mempunyai kadar kehebatan yang berbeda-beda. Ada keputusan
yang luar biasa, dan ada keputusan yang sederhana. Menurut Brinckloe (1977) bahwa
sebenarnya ada empat tingkat keputusan:
1. Keputusan otomotik (oatomatic decisions): keputusan ini dibuat sangat sederhana,
meski sederhana informasi tetap diperlukan. Hanya informasi yang ada akan
melahirkan satu keputusan.
2. Keputusan berdasarkan informasi yang diharapkan (expected information decisions):
informasi yang ada sudah memberi aba-aba untuk mengambil keputusan, akan tetapi
keputusan belum segera dibuat karena informasi itu masih perlu dipelajari.
3. Keputusan berdasar berbagai pertimbangan (factor weghting decision):informasi
informasi yang didapat harus dikumpulkan dan dianalisa. Faktor faktor yang berperan
dalam informasi itu dipertimbangkan dan diperhitungkan. Antara informasi yang satu
dengan yang lain dibandingkan, kemudian dicari yang paling banyak memberi
keuntungan atau kesenangan.
4. Keputusan berdasarkan ketidakpastian berganda (dual uncertainty decision):
merupakan keputusan yang palin komplek. Jumlah informasi yang dperlukan semakin
banyak, dalam setiap informasi yang sudah ada atau yang akan diharapkan terdapat
ketidakpastian. Itulah sebabnya dikatakan “dual uncertainty” ketidakpastian
berganda. Semakin luas ruang lingkup dan semakin jauh dampak dari suatu
keputusan, semakin banka informasi yang dibutuhkan dan semakin tinggi
Frekuensi pembutan keputusan sesuai dengantingkatannya. Apabila keputusan
tertinggi itu hanya dibuat satu dua kali maka akan makin kebawah tingkat keputusan
itu, makin tinggi frekuensi pembuatannya.
2.10 Studi Pendahuluan
Iliyda (2006) penelitiannya yang berjudul: “ Analisis Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Simpanan Mudhorobah Pada Bank Syariah Di Sumut “ menggunakan
metode Ordinary Least Square (OLS), dengan sampel sebesar 100 responden.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pengujian hipotesis membuktikan variabel
motivasi dan persepsi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
Masyarakat untuk menabung di bank syariah. Variabel persepsi dan motivasi
berpengaruh positif masing masing pada tingkat keyakinan 99% dan 95% (t hitung > t
tbel).
Berdasarkan hasil estimasi tanda positif dari koefisien regresi variabel persepsi
sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara
variabel persepsi dengan keputusan Masyarakat untuk menabung. Hal ini sesuai dengan
tanggapan responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju terhadap motivasi
menabung di bank syariah sebesar 41,50%, yang mendakati keputusan menabung yang
menyatakan sangat setuju dan setuju sebesar 41% dan 40%.
Afrizal (2004) penelitiannya yang berjudul “ Analisis Kualitas Pelayanan
Terhadap Kepuasan Masyarakat Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan.
dimensi reliability, responsivenes, assurance, emphaty, dan tangibles berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kepuasan Masyarakat di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
Medan sebesar 0,363 (alpa 0,05). Hal ini berarti dimensi dimensi kualitas pelayanan
tersebut dapat menjelaskan sebesar 36,30% terhadap variabel kepuasan Masyarakat di
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan sedangkan sisanya sebesar 63,70% merupakan
pengaruh dari variabel variabel yang lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.
Dimensi emphaty berpanguruh dominan terhadap kualitas pelayanan di PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Medan sebesar 0,71. Dimensi dimensi lain yang berpengaruh
terhadap kualitas pelayanan adalah dimensi reliability sebesar 0,672, dimensi
responsiveness sebesar 0,663, dimensi assurance sebesar 0,638 dan dimensi tangibles
sebesar 0,391.
Secara keseluruhan Masyarakat PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan merasa
puas dengan kualitas pelayanan yang mereka terima. Hal ini berarti kualitas pelayanan
diberikan oleh PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan sesuai dengan yang diharapkan.
Wheny Khristianto dan Ahmad Rifa’i (2004) penelitiannya yang berjudul“
Pengeruh Beberapa Faktor Psikologis Pada Pengambilan Keputusan Masyarakat Untuk
Menjadi Anggota Bank Perkreditan Rakyat Syariah“ dengan mengambil sampel pada 130
nasaban Bank prekreditan Rakyat Syariah Sakai Sembayan. Pengambilan sampel
dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling), dimana sampel diambil
sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sabagi sampel. Penelitian ini dilakukan
Berdasarkan hasil perhitungan bahwa terdapat hubungan antara motivasi dengan
keputusan masyarakat, dapat diketahui bahwa T hitung sebesar 0,297 dan menunjukkan
hasil yang lebih besar dari hasil T tabel sebesar 0,01. Penelitian ini menunjukkan bahwa
adanya hubungan yang bersifat positif dan signifikan antara motivasi dan
keputusan Masyarakat untuk menggunakan jasa BPRS. Hal lain juga mengindikasikan
jika motivasi Masyarakat untuk menggunakan jasa BPRS cukup tinggi, maka
kecendrungan untuk mengambil keputusan menabung cukup tinggi.
Berdasarkan perhitunga maka diperoleh hasil bahwa t hitung sebesar 1,133 atau
lebih kecil jika dibandingkan dengan probabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu sebesar 10%. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini menolak
hipotesis H0 (Hipotesis nol) dan menerima hipotesis Ha (Hipotesisi Alternatif).
Hubungan antara persepsi dengan keputusan konsumen berdasarkan hasil
perhitungan dapat diketahui bahwa T hitung sebesar 0,367 dan menunjukkan hasil yang
lebih besar dari hasil T tabel sebasar 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan
yang bersifat positif dan signifikan antara persepsi konsumen dengan keputusan
konsumen untuk menggunakan jasa BPRS. Hal ini juga mengindikasikan jika persepsi
konsumen untuk menggunakan jasa BPRS cukup tinggi, maka kecendrungan untuk
mengambil keputusan menabung di BPRS cukup tinggi.
Berdasarkan perhitungan maka diperoleh hasil bahwa t hitung sebesar 2,862 atau
lebih kecil jika dibandingkan dengan probabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu sebesar 10%. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini menolak
Kedua variabel (motivasi dan persepsi) mempunyai pengaruh sebesar 37,8%
terhadap pengambilan keputusan responden untuk menjadi Masyarakat pada Bank
Perkreditan Rakyat Syariah, sedangkan sisanya sebesar 62,2% adalah disebakan faktor
faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
2.11 Hipotesis
Variabel pendidikan, pendapatan, usia, dan jarak yang mudah dicapai berpengaruh
positif terhadap keputusan Masyarakat dalam menabung pada bank syariah di Medan,
ceteris paribus.
2.12 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan hipotesis dalam penelitian ini ada beberapa variabel yang
mempengaruhi keputusan masyarakat dalam menabung pada bank syariah. Maka
kerangka pemikiran dalam tesis ini sebagai berikut:
BANK SYARIAH PENDIDIKAN
KEPUTUSAN MASYARAKAT PENDAPATAN
USIA
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan masyarakat dalam menabung pada Bank Syariah. Dalam
penelitian ini masyarakat yang diteliti adalah yang menabung di bank syariah, dengan
menggunakan data primer.
3.2 Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Kota Medan yang terdiri dari dua
puluh satu (21) kecamatan. Dari dua puluh satu diambil 3 kecamatan yaitu: Kecamatan
Medan Kota, Medan Petisah dan Medan Tembung.
Penentuan daerah penelitian ditetapkan secara purposive (sengaja). Alasan penetuan
daerah penelitian ini: pertama, sebagai mewakili tipe-tipe kecamatan yaitu perkotaan,
sedang dan pinggiran, dan di tiga kecamatan ini terdapat bank syariah
3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari
responden melalui wawancara langsung dan kuesioner. Sampel kecamatan di Sumatera
Utara ditentukan sebanyak 3 kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di Medan. Alasan
mengambil 3 kecamatan karena kecamatan tersebut terdapat bank syariah. Daerah ini
juga mewakili tipe-tipe kecamatan yaitu perkotaan, sedang dan pinggiran yang terdiri dari
Dari masing-masing kecamatan tersebut ditentukan jumlah responden sebanyak 40 orang
atau dengan total sampel sebanyak 120 responden.
Sampel penelitian diambil sebanyak 120 orang dengan menggunakan metode Non
Probability Sampling yang artinya tidak semua populasi memiliki kesempatan sama
untuk menjadi calon responden atau sampel (Kuncoro, 2003: 119). Dalam menentukan
calon responden sebagai sampel, pada survei ini digunakan sampling kuota yang artinya
teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu saja
sampai jumlah kuota yang diinginkan (Sugiyono, 1999:77). Ukuran sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 40 sampel per kecamatan, sehingga jumlah sampel
ditentukan berdasarkan konvensi atau jumlah yang diyakini sebagai ukuran yang tepat
untuk suatu sampel penelitian. Metode pengumpulan data untuk variabel di atas
menggunakan self administered survey, yaitu responden diminta untuk mengisi sendiri
kuesioner yang diberikan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program
Eviews, untuk melakukan analisis terhadap karakteristik responden.
3.4 Sumber Dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
diperoleh langsung dari responden yaitu masyarakat yang menabung di bank syariah di
Medan pada kecamatan Medan Kota, Medan Petisah, dan Medan Tembung dengan
mengkombinasi metode wawancara dan pengisian daftar pertanyaan (kuesioner) yang
Kuesioner yang telah disediakan untuk responden terlebih dahulu diuji coba
sehingga data-data yang diperoleh lebih akurat. Untuk itu dilakukan uji reabilitas agar
kemampuan alat uji dapat diukur atau valid (Singarimbun dan effendy, 1989).
3.5 Model Analisa
Model analisa untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
masyarakat dalam menabung pada Bank Syariah di Medan dapat berbentuk fungsi
sebagai berikut:
KM= f( Pd, Pt, Us, Jmt) ………(1)
Dari fungsi tersebut, dispesifikasikan kedalam bentuk model ekonometrika sebagai
berikut:
KM= a0 + a1Pd + a2Pt + a3Us + a4Jmt + u ……….(2)
Dimana:
KM = Keputusan Masyarakat
Pd = Pendidikan
Pt = Pendapatan
Us = Usia
Jmt = Jarak Mudah Ditempuh
a = Konstanta / intercept
a1, a2, a3,a4,a5 = Koefisien Regresi
3.6 Defenisi Operasional
Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan
[image:44.612.114.530.220.629.2]dalam penelitian ini maka perlu diberikan defenisi operasional sebagai berikut:
Tabel 3.1: Defenisi Opersional
Variabel Utama Sub Varabel Konsep Variabel Jenis Data
Agama
(a1)
Keyakinan yang dianut oleh
responden.
Ordinal
Pendidikan
(a2)
Formal terakhir yang
diselesaikan responden
Ordinal
Pendapatan
(a3)
Jumlah seluruh pengahasilan
keluarga.
Ordinal
Usia
(a4)
Jumlah tahunan hidup yang
dijalani responden sampai saat
penelitian. Ordinal Varaiabel Independent (a) Jarak Tempuh (a5)
Jarak dari tempat tinggal
responden ke bank tempat
menabung. Ordinal Variabel Dependent (KM) Keputusan Masyarakat (KM)
Pilihan responden dalam
menentukan bank
3.7 Uji Kesesuaian
Pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan uji t (t-test) dan uji-F serta
perhitungan nilai koefisien determinasi (R2).
Uji t dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara
parsial, sedangkan uji-F dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien
regresi secara bersama. Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk melihat kekuatan variabel bebas menjelaskan variabel terikat.
3.8 Pelanggaran Asumsi Klasik
Dalam suatu model regresi ada beberapa permasalahan yang biasa terjadi yang
secara statistik dapat menganggu model yang telah ditentukan, bahkan dapat
menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang dibentuk. Untuk itu maka
perlu melakukan uji penyimpangan asumsi klasik, yang terdiri dari (Gujarati, 2003) :
a. Multikolinieritas
Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linear diantara
variabel-variabel bebas dalam model regresi. Interpretasi dari persamaan regresi linier
secara implisit bergantung pada asumsi bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan
tidak saling berkorelasi. Bila variabel-variabel bebas berkorelasi dengan sempurna, maka
disebut multikolinieritas sempurna.
Multikolinieritas dapat dideteksi dengan besaran-besaran regresi yang didapat,
yaitu : (1) Variasi besar (dari taksirasn OLS), (2) Interval kepercayaan lebar (karena
tidak signifikan. Suatu variabel bebas secara substansi maupun secara statistik jika dibuat
regresi sederhana bias tidak signifikan karena variasi besar akibat kolinieritas. Bila
standar error terlalu besar, maka besar pula kemungkinan taksiran koefisien regresi tidak
signifikan, (4) R2 tinggi tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari t-test. Terkadang nilai taksiran koefisien yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan
substansi sehingga dapat menyesatkan interpretasi.
b. Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi dalam model regresi linear berganda adalah varian setiap
disturbance term (ui) yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan σ2. Jadi heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varian
yang konstan dari suatu observasi ke observasi lainnya.
Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dalam model penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan White Heteroskedastisity Test (White Test), yaitu
dengan membandingkan nilai Obs-R² atau X² hitung terhadap X² tabel, dengan kriteria
penilaian sebagai berikut :
1 Jika nilai Obs-R² atau X2hitung > X2tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada masalah heteroskedastisitas dalam model empiris yang digunakan, tidak dapat
ditolak.
c. Uji Linieritas
Uji yang sangat popular untuk menguji masalah linieritas adalah uji yang
dikembangkan oleh J-B Ramsey tahun 1969 yang dikenal dengan RESET Test. Uji ini
sebenarnya didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas sosok atau tidak
dimasukkan dalam suatu model estimasi. Untuk menerapkan uji RESET, terlebih dahulu
dibuat asumsi atau keyakinan bahwa fungsi yang benar adalah fungsi linier.
Dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel, kriteria keputusan sebagai berikut: 1. Jika Fhitung > Ftabel (Prob. < 0.05), maka hipotesis yang menyatakan bahwa spesifikasi
model yang digunakan dalam bentuk fungsi linier benar ditolak
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Fisik Wilayah
4.1.1 Kecamatan Medan Kota
Kecamatan Medan Kota merupakan perkotaan Medan terletak pada 20-30
derejat Lintang Utara dan 98-44 derejat Lintang Timur. Kecamatan Medan Kota
berbetasan dengan:
¾ Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Timur.
¾ Sebeleh Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas/Medan Denai.
¾ Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimun.
[image:48.612.109.522.239.626.2]¾ Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Denai/Medan Area.
Tabel 4.1 Luas dan Jumlah Penduduk Perkelurahan Kecamatan Medan Kota
Kelurahan Luas Km2 % Luas Kecamatan Jumlah Penduduk
Susi Rejo I 0.90 14.28 8.009
Siti Rejo I 0.45 7.41 8.015
Sudi Rejo II 0.76 12.06 12.891
Teladan Barat 0.98 15.56 10.907
Teladan Timur 0.71 11.26 8.641
Pasar Merah Barat 0.32 15.08 4.204
Kota Matsum III 0.31 5.00 4.023
Sei. Rengas I 0.29 4.60 6.394
Pandau Hulu 0.35 5.56 6.227
Pusat Pasar 0.46 7.30 3.991
Pasar Baru 0.22 3.49 4.501
Mesjid 0.28 4.44 5.138
Jumlah 6.03 106.04 82.941
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk paling banyak adalah
kelurahan Sudi Rejo II 12.891 jiwa/ Km2, kemudian diikuti dengan kelurahan Teladan
Barat dengan jumlah penduduk 10.907 jiwa/ Km2, dan kelurahan Teladan Timur 8.641
jiwa/ Km2. Kemudian jumlah penduduk yang berada pada kelurahan Sei. Rengas I dan
Pandu Hulu I dengan masing-masing jumlah penduduk 6.394-6227 jiwa/ Km2, jumlah
[image:49.612.113.511.278.502.2]penduduk yang sedikit berada pada kelurahan Pusat Pasar 3.991 jiwa/ Km2.
Tabel 4.2 Statistik Penduduk Kec. Medan Kota Berdasarkan Mata Pencarian
Kelurahan PNS Swasta ABRI Petani Pedagang Pensiun
Susi Rejo I 481 463 12 - 427 181
Siti Rejo I 376 401 31 - 417 188
Sudi Rejo II 329 420 90 - 481 173
Teladan Barat 543 484 38 - 619 196
Teladan Timur 631 270 13 - 383 154
Pasar Merah Barat 260 256 46 - 216 130
Kota Matsum III 188 522 - - 648 94
Sei. Rengas I - 1.045 - - 1.194 2
Pandau Hulu 12 1.070 5 - 1.085 4
Pusat Pasar 48 1.056 - - 1.066 27
Pasar Baru - 738 7 - 1.043 -
Mesjid 127 587 - - 519 29
Jumlah 2.995 7.312 212 - 6.904 1178
Sumber: Data BPS Medan, 2006
Berdasarkan tabel di atas kondisi penduduk dapat dilihat berdasarkan mata pencarian
(profesi) paling banyak adalah swasta 7.312 orang dan pedagang 6.904 orang, kemudian
pegawai negeri 2.995 orang dan pensiun 1.178 orang. Mata pencaharian yang paling
sedikit adalah ABRI 212 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang
mendominasi berdasarkan mata pencarain adalah swasta dan pedagang. Artinya
4.1.2. Kecamatan Medan Petisah
Kecamatan Medan Petisah merupakan bagian perkotaan Medan. Luas wilayah
Kecamatan Medan Petisah 49 ha. Kecamatan Medan Petisah berbatasan dengan:
¾ Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat.
¾ Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Baru.
¾ Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal.
[image:50.612.113.512.277.487.2]¾ Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat
Tabel 4.3 Luas dan Jumlah Penduduk Perkelurahan Kecamatan Medan Petisah
Kelurahan Luas Km2 % Luas Kecamatan Jumlah Penduduk
Sei. Sikambing 91 18.46 11.058
Petisah Tengah 127 25.76 10.276
Sekip 61 12.37 8.914
Sei. Putih Timur II 34 6.90 8.813
Sei. Putih Timur I 32.028 6.49 6.226
Sei. Putih Tengah 50 10.14 9.462
Sei. Putih Barat 98 19.88 12.158
Jumlah 493 100 66.926
Sumber: Data BPS Medan, 2006
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk paling banyak
berada di kelurahan Sei. Putih Barat 12158 jiwa/ Km2, kemudian diikuti dengan
kelurahan Sei. Sikambing dengan jumlah penduduk 11.058 jiwa/ Km2, dan kelurahan
Petisah Tengah 10.276 jiwa/ Km2. Jumlah penduduk yang sedang berada pada kelurahan
Sekip dan Sei. Putih Timur dengan masing-masing jumlah penduduk 8.914 dan 8.831
Tabel 4.4 Statistik Penduduk Kec. Medan Petisah Berdasarkan Mata Pencarian
Kelurahan PNS Swasta ABRI Petani Pedagang Pensiun
Sei. Sikambing 264 2.310 14 - 1.890 -
Petisah Tengah 287 2.410 32 - 2.970 -
Sekip 136 2.510 5 2 1.140 -
Sei. Putih Timur II 160 2.531 10 6 1.690 -
Sei. Putih Timur I 240 1.620 6 - 349 -
Sei. Putih Tengah 389 1.490 50 16 1.246 -
Sei. Putih Barat 321 1.451 4 15 1.315 -
Jumlah 1.797 14.322 121 39 10.600 -
Sumber: Data BPS Medan, 2006
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat berdasarkan mata pencarian (profesi)
paling banyak adalah swasta 14.322 orang dan pedagang 10.600 orang, kemudian
pegawai negeri 1.797 orang dan ABRI 121 orang. Mata pencaharian yang paling sedikit
adalah petani 39 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang mendominasi
berdasarkan mata pencarian adalah swasta dan pedagang.
4.1.3 Kecamatan Medan Tembung
Kecamatan Medan Tembung merupakan pinggiran perkotaan Medan. Luas
wilayah Kecamatan Medan Tembung 7.78 Km2, dan 15 m berada di atas permukaan air
laut. Kecamatan Medan Tembung berbatasan dengan:
¾ Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.
¾ Sebelah Selatan berbatasan Dengan Kecamatan Medan Deli.
¾ Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Perjuangan.
¾ Sebelah Timur berbatasan dengan Deli Serdang.
Kecamatan Medan Tembung terletak di pinggiran kota Medan, yang berbatasan
Tembung masih belum tertata bagus jika dibandingkan dengan Kecamatan Medan Kota
dan Medan Petisah, sehingga jumlah kantor bank syariah lebih banyak di Medan Kota
[image:52.612.111.547.188.474.2]dan Medan Petisah dibandingkan Kecamatan Medan Tembung.
Tabel 4.5Luas dan Jumlah Penduduk Perkelurahan Kecamatan Medan Tembung
Kelurahan Luas Km2 % Luas Kecamatan Jumlah Penduduk
Indra Kasih 1.49 19.15 23.957
Sidorejo Hilir 1.16 14.91 17.525
Sidorejo 1.19 13.30 22.068
BantenTimur 0.89 11.44 13.891
Bandar Selamat 0.90 11.57 20.041
Banten 1.51 19.40 30.287
Tembung 1.64 8.23 9.373
Jumlah 7.78 100 11.5074
Sumber: Data BPS Medan, 2006
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang paling
banyak berada kelurahan Banten yaitu 30.287 jiwa/ Km2, kemudian diikuti dengan
kelurahan Indra Kasih dengan jumlah penduduk 23.957 jiwa/ Km2, dan kelurahan
Sidorejo 22.068 jiwa/ Km2. Kemudian jumlah penduduk yang berada pada kelurahan
Bandar Selamat dan Sidorejo Hilir dengan masing-masing jumlah penduduk 20.041 dan
17.525 jiwa/ Km2, jumlah penduduk yang sedikit berada pada kelurahan Tembung 9373
jiwa/ Km2. Jumlah penduduk Medan Tembung lebih besar dibandingkan Kecamatan
Medan Kota dan Petisah, tapi luas wilayah yang kecil. Artinya di Kecamatan Medan
Tembung penduduknya padat. Hal ini berarti bahwa kesempatan perbankan syariah lebih
Tabel 4.6 Statistik Penduduk Kec. Medan Tembung Berdasarkan Mata Pencarian
Kelurahan PNS Swasta ABRI Petani Pedagang Pensiun
Indra Kasih 536 5.724 229 15 343 85
Sidorejo Hilir 417 4.982 58 11 386 148
Sidorejo 868 2.746 92 - 4.084 372
BantenTimur 272 4.917 45 - 1.965 119
Bandar Selamat 636 1.324 94 - 523 145
Banten 438 1.436 67 11 786 121
Tembung 216 317 36 26 937 94
Jumlah 3.403 21.446 621 37 9.024 1.084
Sumber: Data BPS Medan, 2006
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat berdasarkan mata pencarian (profesi)
paling banyak adalah swasta 21.446 orang dan pedagang 9.024 orang, kemudian pegawai
negeri 3.403 orang dan pensiun 1.084 orang. Mata pencaharian yang paling sedikit
adalah ABRI dan petani 621 dan 37 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang
mendominasi berdasarkan mata pencarain adalah swasta dan pedagang. Hal ini
menunjukkan bahwa kehadiran perbankan sangat membantu untuk mendorong
pertumbuhan pengusaha-pengusaha lokal (swasta dan pedagang), dan ini juga akan
membantu pertumbuhan ekonomi semakin meningkat. Dan ada juga sebagaian instansi
melakukan pengambilan gaji melalui pihak perbankan.
4.2 Perkembangan Dana Masyarakat Pada Bank Syariah dan Konvensional
Penghimpunan dana masyarakat atau sering disebut sebagai dana pihak ketiga
(DPK) pada perbankan syariah di Sumatera Utara walaupun dari tahun 2000-2005
meningkat, tetapi pada tahun tertentu sempat mengalami penurunan yang cukup drastis.
184.056 juta pada tahun 2001. Namun pada tahun 2002 DPK mengalami penurunan
menjadi Rp 117.150 juta. Pada tahun-tahun berikutnya, yaitu tahun 2003-2005 DPK
[image:54.612.130.515.535.686.2]kembali mengalami peningkatan.
Tabel 4.7 Pertumbuhan DPK Perbankan Sumatera Utara dan Perbankan Syariah
di Sumatera Utara
Bank
Konvensional Pertumbuhan
Bank
Syariah Pertumbuhan
Tahun (jutaan rupiah) (%) (jutaan rupiah) (%)
2000 27.689.065 - 29.095 -
2001 32.025.271 15,7 184.056 532,6
2002 34.579.736 8 117.150 -36,4
2003 40.006.698 15,7 285.412 143,6
2004 45.196.054 13 586.185 105,4
2005 47.573.797 5,3 704.815 20,2
Rata-Rata 11,54 153,08
Sumber : Bank Indonesia, Laporan Tahunan 2005 dan diolah
Sebagai perbandingan umum, pertumbuhan DPK bank syariah dari tahun 2000 ke
tahun 2001 meningkat sebesar 532,6%, sementara DPK perbankan konvensional adalah
15,7%. Akan tetapi, dari tahun 2001 ke 2002 terjadi penurunan yang cukup drastis pada
DPK perbankan syariah sebesar -36,4%, sementara perbankan konvensional adalah 8%.
Pertumbuhan rata-rata DPK bank syariah tahun 2000-2005 adalah 153,08% sedangkan
pertumbuhan rata-rata DPK bank konvensional adalah 11,54%.
-100 0 100 200 300 400 500 600
2000-2001 2001-2002 2002-2003 2003-2004 2004-2005
tahun
p
er
sen Syariah
Gambar 4.1. Pertumbuhan DPK Perbankan Sumatera Utara dan Perbankan Syariah di Sumatera Utara
Sumber : Bank Indonesia, 2005 (data diolah)
Untuk perkembangan produk DPK bank syariah mengalami pertumbuhan yang
negatif pada tahun 2001-2002 yaitu sebesar -36,4%. Setelah itu pertumbuhan bank
syariah semakin membaik, walaupun tahun 2004-2005 petumbuhannya tidak begitu
tinggi, yaitu sebesar 20,2 %.
4.3 Karekteristik Responden
Dari 120 kuesioner yang disebar kepada responden, 100% berhasil kembali dan
layak untuk dianalisis. Uraian lebih lanjut adalah mengenai jawaban atau tanggapan
masyarakat terhadap bank syariah atau bank konvensional. Karekteristik responden yang
diperoleh dari hasil pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner yang dijadikan
sebagai responden adalah sebagai berikut:
4.4 Gambaran Responden Yang Diteliti
4.4.1 Karakteristik Responden Bedasarkan Jenis Kelamin, Suku, dan Profesi
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 120 responden, karekteristik
responden yang berdasarkan jenis kelamin, Suku, dan Profesi terlihat pada tabel di bawah
Tabel 4.8 Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Suku, dan Profesi
No Jenis Kelamin Jumlah (%)
A Jenis Kelamin
1. Laki-Laki 2. Per