• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pakpak Shakai No Merbayo Kekkon Shiki No Dankai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pakpak Shakai No Merbayo Kekkon Shiki No Dankai"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PAKPAK SHAKAI NO MERBAYO KEKKON

Drs. Amin Sihombing. Drs. Nandi S

NIP.131 945 676 NIP.131 763 366

Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian

Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III

Dalam Bidang Studi Bahasa Jepang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG

(2)

PAKPAK SHAKAI NO MERBAYO KEKKON

SHIKI NO DANKAI

KERTAS KARYA

Dikerjakan

O L E H

SARIFAH HELWINDA PASARIBU

NIM : 062203073

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG

(3)

Disetujui Oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya

Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi D3 Bahasa Jepang

Ketua,

Adriana Hasibuan,S.S., M,Hum.

NIP. 131 662 152

(4)

PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi

salah satu syarat Ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang.

Pada :

Tanggal :

Hari :

Program Diploma Sastra Budaya

Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D.

NIP. 132 098 531

Panitia :

No Nama Tanda Tangan

1. Adriana Hasibuan,S.S.,M.Hum. (...)

2. Drs. Amin Sihombing. (...)

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘alamin. Tiada kata yang layak Penulis ucapkan

selain segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberi anugerah dan rahmat-Nya

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi dan kertas karya ini untuk

melengkapi syarat mencapai gelar Ahli Madya pada Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul kertas karya ini ” PAKPAK SHAKAI NO MERBAYO

KEKKON SHIKIN NO DANKAI”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kertas karya ini tidak akan lepas

dari kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penyajian kalimat, penguraian

materi dan pembahasan masalah. Karenanya penulis dengan tulus hati

mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi

kesempurnaan kertas karya ini.

Dalam kertas karya ini penulis telah banyak menerima bantuan dari

berbagai pihak yang cukup bernilai harganya. Untuk itu penulis mengucapkan

banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Adriana hasibuan, S.S., M.Hum, selaku Ketua Jurusan Program Studi

Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Amin Sihombing, selaku Dosen Pembimbing yang dengan

ikhlas meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada penulis sampai kertas karya ini dapat diselesaikan.

(6)

5. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara.

6. Teristimewa kepada ayahanda dan ibunda tercinta yang selama ini

memberikan dukungan baik moral maupun materil sampai studi saya ini

selesai.

7. Buat saudara saya abang, kakak serta adik-adik saya yang selalu

memberikan dukungan kepada saya.

8. Buat Yahya terima kasih atas dukungannya selama ini.

9. Buat k’Leli terima kasih atas bantuannya.

10.Buat Agnes, Alya, Lily, Juli, Syafna serta semua teman-teman jurusan

Bahasa Jepang yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terima kasih atas

bantuannya.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih untuk semua bantuan dan

dukungannya selama ini. Mudah-mudahan kertas karya ini berguna dan

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2009

Penulis,

SARIFAH HELWINDA PASARIBU

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul... 1

1.2. Tujuan Penulisan... 1

1.3. Batasan Masalah ... 2

1.4. Metode Penulisan ... 2

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT PAKPAK 2.1. Letak Geografis... 3

2.2. Penduduk... 3

2.3. Mata Pencaharian ... 4

2.4. Agama dan Kepercayaan ... 4

BAB III TAHAPAN UPACARA MERBAYO PERKAWINAN MASYARAKAT PAKPAK 3.1. Mangririt, Mangindangi (meminang)... 5

3.2. Mersiberen tanda burju (tukar cincin)... 6

3.3. Menglolo atau mengkata utang (menentukan mas kawin)... 6

3.4. Muat nakan peradupen (berunding) ... 8

3.5. Tangis berru pangiren (tangisan calon pengantin perempuan) ... 9

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan ... 12

4.2. Saran... 12

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Alasan Pemilihan Judul

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari

bermacam-macam suku, seni, budaya, adat istiadat, upacara perkawinan dan bahasa daerah

yang berbeda.Suku Pakpak adalah salah satu suku yang terdapat di Indonesia.

Sama seperti suku lainnya Pakpak juga memiliki upacara perkawinan tersendiri

dan berbeda dengan upacara perkawinann suku lainnya.

Pakpak mempunyai beberapa macam bentuk upacara perkawinan yaitu

merbayo atau sitari-tari, sohom-sohom,menama, mengrampas, mencukung,

mengeke, mengalih. Penulis tertarik untuk membahas upacara perkawinan

merbayo atau sitari-tari dalam kertas karya ini dengan judul “ TAHAPAN

UPACARA MERBAYO PERKAWINAN MASYARAKAT PAKPAK”.

Karena merbayo merupakan perkawinan yang ideal bagi masyarakat Pakpak.

1.2.Tujuan Penulisan

1. Untuk memperkenalkan tentang upacara perkawinan merbayo kepada

masyarakat dan rekan-rekan mahasiswa dan untuk mengangkat nilai

kebudayaan Pakpak.

2. untuk menambah wawasan Penulis sendiri tentang upacara perkawinan

(9)

3. untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari Program Diploma III

jurusan Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

1.3.Batasan Masalah

Dalam kertas karya ini penulis hanya membahas tentang gambaran umum

masyarakat Pakpak dan mengenai tahapan-tahapan upacara merbayo perkawinan

masyarakat Pakpak.

1.4.Metode Penulisan

Untuk penulisan kertas karya ini Penulis menggunakan metode kepustakaan.

Yaitu metode mengumpulkan data atau informasi dengan membaca dan mencari

bahan-bahan referensi yang berhubungan dengan tema kertas karya ini.

Data-data tersebut dianalisa dan diringkas ke setiap Bab dan sub Bab karya tulis

(10)

BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT PAKPAK

2.1. Letak Geografis

Kabupaten Pakpak Dairi adalah daerah yang terdapat di kabupaten Dairi,

provinsi Sumatera Utara.Berada pada garis 20-30 LU dan 900-980 BT. Disebelah

utara berbatasan dengan Kabupaten Dairi, sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Toba Samosir dan Dairi, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten

Aceh dan Tapanuli Tengah.

Kabupaten Pakpak berada pada ketinggian 300-1500m diatas permukaan

laut. Wilayah Pakpak tersebar di 8 kecamatan yaitu kecamatan Salak, kecamatan

Kerajaan, kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, kecamatan Sitellu Urang Julu,

kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut, kecamatan Siempat rube dan kecamatan

Pagindar dengan luas lebih kurang 1.223.130 km persegi. Kabupaten Pakpak

didominasi pegunungan, memiliki panorama alam yang indah dan cocok

dikembangkan untuk pariwisata.

2.2. Penduduk

Penduduk di wilayah Pakpak hampir 90% beretnis Pakpak. Secara historis

kabupaten Dairi merupakan wilayah dominan suku Pakpak. Namun jika dilihat

dari segi perbandingan jumlah penduduk, maka Dairi lebih cenderung didominasi

(11)

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2002 jumlah penduduk

Pakpak 1.154.968 jiwa.

2.3. Mata Pencaharian

Daerah yang berjarak 110 km disebelah barat daya kota Medan ini

sebagian besar penduduknya bercocok tanam. Pada daerah subur dan tinggi

banyak yang menanam kopi dan sayur mayur. Adapun mata pencaharian

penduduk lain adalah wiraswasta, karyawan pemerintah daerah dan swasta.

2.4. Agama dan Kepercayaan

Masyarakat Pakpak memeluk agama Kristen, Katolik dan Islam. Tetapi

dapat dikatakan bahwa suku Pakpak pada umumnya menganut agama Kristen.

Walaupun pada umumnya Pakpak menganut agama kristen, namun

kepercayaan roh-roh masih berlaku. Masyarakat pakpak masih percaya dengan

arwah leluhur dan makhluk-makhluk halus. Mereka percaya makhluk-makhluk

(12)

BAB III

TAHAPAN UPACARA MERBAYO PERKAWINAN

MASYARAKAT PAKPAK

Upacara adat perkawinan yang ideal bagi masyarakat Pakpak adalah

merbayo. Pada jaman dulu bentuk perkawinan seperti ini harus diiringi dengan

musik tradisional.

3.1. Mengririt, Mengindangi (meminang)

Mengririt (meminang) berasal dari kata ririt, artinya seorang pemuda dan

kerabatnya terlebih dahulu meneliti seorang gadis yang akan dinikahi.

Mengindangi berasal dari kata indang yang artinya melihat secara langsung

bagaimana watak dan kepribadian sigadis. Untuk mengetahui sifat tersebut, waktu

dulu lama mengririt cukup lama yaitu 1-5 tahun.

Perkenalan mereka biasanya dengan cara menggunakan alat atau benda

yang memiliki arti simbolis. Misalnya: laki-laki meletakkan sisir dimana gadis

yang diinginkan tersebut biasa melintas. Atau memberikan sesuatu benda melalui

seorang janda. Hal-hal seperti inilah yang sering dilakukan selama proses

mengririt.

Dalam konteks saat ini mengririt bisa diidentikkan sebagai pacaran.

Arena mengririt adalah :

1. pada saat ada upacara-upacara

(13)

biasanya pemilik ladang akan mengundang para muda-mudi untuk turut

serta, baik untuk menyediakan lauk pauk maupun pengerjaan menanam

padi.

3. Pasar, pada hari pekan setiap sekali seminggu di kota kecamatan atau di

desa-desa tertentu

4. di rumah seorang janda

3.2. Marsiberen tanda burju (tukar cincin)

Dalam tahap ini peranan pihak ketiga tetap penting. Pada saat tukar cincin

dilakukan pertukaran barang berupa cincin atau kain dan lain-lain. Disaksikan

masing-masing pihak gadis dan pihak laki-laki. Biasanya saksi dari pihak si gadis

adalah bibinya sedangkan saksi dari pihak laki-laki adalah yang satu

marga.Kadang-kadang tukar cincin diakhiri dengan membuat ikrar yang disebut

merbulaban. Selesai tukar cincin maka baik saksi laki-laki maupun saksi

perempuan langsung memberitahukan kesepakatan tersebut kepada kedua orang

tua masing-masing.

3.3. Menglolo atau mengkata utang (menentukan mas kawin)

Tahap selanjutnya adalah menglolo atau mengkata utang (menentukan mas

kawin). Perwakilan yang datang untuk mengkata utang disebut penglolo

(pengkata utang). Sebelum pengkata utang datang ke rumah calon pengantin

perempuan terlebih dahulu orang tua calon pengantin perempuan mengundang

(14)

dari calon pengantin laki-laki. Informasi ini diperoleh berdasarkan laporan dari

bibi gadis. Mereka yang diundang terdiri dari berru mbelen (kerabat penerima

gadis), sinina (kelompok semarga dan saudara sepupu) dan para pengkaing (yang

berhak menerima mas kawin ), untuk menjelaskan kepada para kerabat apa-apa

yang perlu diminta sebagai mas kawin.

Saat itu juga dipilih seorang juru bicara (persinabul) dari pihak perempuan.

Sebagai tanda keseriusan kepadanya diberikan beras dan seekor ayam. Orang

yang dipilih biasanya adalah dari kerabat semarga yang paham adat. Inilah yang

disebut dengan persinabul.

Ada 2 hal yang dilakukan seorang persinabul yaitu

1. menanyakan kepada orang tua calon pengantin laki-laki,

benda-benda apa saja yang akan diberikan sebagai mas kawin.

2. mencari informasi mengenai si gadis dalam masyarakat.

Kelompok yang akan berangkat kerumah keluarga perempuan adalah

penglolo (pengkata utang) dari pihak laki-laki. Ditambah anggota kerabat yang

bertanggung jawab membayar mas kawin kepada keluarga si gadis. Kedatangan

rombongan kerabat pemuda telah diberitahukan sebelumnya, sehingga keluarga si

gadis telah mempersiapkan makanan dengan lauk ayam untuk dimakan bersama.

Sebelum makan, maka ayam yang telah disiapkan tersebut diserahkan

kepada pihak juru bicara dari pihak laki-laki. Selesai makan, juru bicara dari

pihak gadis memulai pembicaraan sambil menanyakan tujuan atas kedatangan

(15)

Pembicaraan dilanjutkan secara lebih rinci tentang hak dan kewajiban

masing-masing pihak. Ada beberapa hal yang dibicarakan dan diputuskan antara

kedua belah pihak (pihak laki-laki dan perempuan). Antara lain mengenai mas

kawin, hari pelaksaan dan masalah teknis lainnya. Sebagai akhir pembicaraan

maka semua telah diputuskan diikat dengan suatu simbol yang disebut

pengkelcing. Pengkelcing merupakan pemberian uang secara langsung dari juru

bicara pihak calon pengantin laki-laki kepada juru bicara bicar pihak calon

pengantin perempuan.

Dilanjutkan dengan pembayaran pago-pago (uang saksi) sebagai tanda

kesepakatan. Namun sebelum uang saksi dibagikan, juru bicara dari pihak

laki-laki menyerahkan sebagian mas kawin (panjar) kepada juru bicara pihak

perempuan. Mas kawin diletakkan diatas piring dan disertai sehelai kain sarung.

Kemudian diserahkan kepada orang tua sigadis. Pada waktu pihak laki-laki

pulang, maka keluarga calon pengantin perempuan mempersiapkan seekor ayam

hidup, beras dan tikar untuk dibawa kerumah keluarga laki-laki. Ayam hidup ini

mengisyaratkan bahwa utusan pihak laki-laki telah berhasil meminang calon

menantunya.

3.4. Muat nakan peradupen (berunding)

Menjelang hari pelaksanaan upacara kedua belah pihak disibukkan dengan

kegiatan masing-masing. Mempersiapkan semua yang berhubungan dengan

upacara. Pihak laki-laki misalnya mengundang kerabat terutama berru (kerabat

(16)

bersama. Mengadakan perundingan khusus yang menyangkut dana dan pihak

yang harus bertanggung jawab kepada keluarga sigadis.

Kegiatan ini dipimpin juru bicara yang ditunjuk oleh pelaksana utama

pesta. Setelah acara makan bersama juru bicara akan memimpin dengan

memberitahukan tujuan undangan tersebut. Untuk itu dituntut hak dan kewajiban

dari kerabat calon pengantin laki-laki yang diundang, supaya sama-sama

menanggulanginya. Kesediaan undangan lainnya untuk membantu secara material

dan menyumbang tenaga, serta masalah teknis lainnya.

3.5. Tangis berru pangiren (tangisan calon pengantin perempuan)

Sehari setelah utusan pihak laki-laki pulang, maka ibu calon pengantin

perempuan memberikan makanan kepada calon pengantin (anak gadisnya) secara

khusus dengan memotong seekor ayam. Pada waktu menyerahkan makanan

tersebut ibu sigadis berkata: “inilah putriku kuberikan makanan ini sebagai bukti

bahwa kami telah menerima mas kawinmu dari orang yang mencintaimu, untuk

itu makanlah”. Adakalanya pada waktu si ibu menyampaikan tujuan pemberian

makanan tersebut, si gadis langsung menangis dan mengatakan : “ telah bosan

ibuku memberi makan putrinya atau lebih berharga uang orang lain daripada

putrinya”.

Makanan tersebut sering juga disebut nakan pengendo tangis (makanan

untuk dapat menangis). Setelah pamit kepada orang tuanya, calon pengantin

perempuan didampingi seorang wanita yang disebut rading berru (pendamping

(17)

semua kerabat dekat lainnya. Kerabat yang dikunjungi wajib memberi makan dan

memberi hadiah seperti emas atau perak dan pakaian serta memberi nasehat.

Setelah tiba hari perkawinan, kerabat laki-laki berangkat kerumah

pengantin perempuan. Sampai dihalaman, pihak pengantin perempuan berdiri di

depan pintu. Keluarga pengantin perempuan berdiri paling depan sambil

menjunjung piring berisi beras. Di depan pintu rumah telah diletakkan bara api

yang harus di langkahi rombongan. Makna api tersebut adalah untuk

menghangatkan jiwa para kerabat pengantin laki-laki.

Juru bicara dari pihak pengantin perempuan memandu acara dihalaman

menjelang memasuki rumah orang tua pengantin perempuan. Setelah rombongan

memasuki rumah, maka pihak pengantin perempuan dan pihak berru mbelen

menyiramkan beras. Selanjutnya pihak kerabat pengantin laki-laki menyerahkan

oleh-oleh. Yaitu makanan yang lauknya terdiri dari ayam yang telah

dipotong-potong sesuai ketentuan. Lauk tersebut dibungkus dengan daun. Dari bentuk dan

potongan ayam tersebut dapat diketahui berapa malam nantinya pengantin tinggal

dirumah orang tua perempuan setelah selesai pesta.

Pihak pengantin perempuan kemudian menyerahkan makanan berupa

pinahpah (padi yang dipipihkan), nditak (tepung beras), pisang dan tebu. Acara

ini disebut merdohom, biasanya ditanyakan juga berapa makanan yang telah

disediakan. Setelah acara merdohom dilanjutkan adat kawin.

Kemudian ibu pengantin perempuan memberikan pengantin makan.

Kemudian penyelesaian utang adat. Pertama yang dilakukan adalah

(18)

pihak pengantin laki-laki. Maksudnya agar saat pembayaran utang adat, juru

bicara dapat berlaku adil.Biasanya sebelum menerima mas kawin, ibu pengantin

perempuan mengajukan permintaan khusus berupa emas. Besarnya tergantung

kepada kemampuan pihak orang tua laki-laki.

Pada saat menerima mas kawin ibu pengantin perempuan berdiri sambil

menyiramkan beras dari piring keatas kepala pengantin dan seluruh keluarga

laki-laki. Saat penerimaan mas kawin tersebut orang tua pengantin perempuan berdiri

bersama-sama dengan semua keluarga dekat sambil menyampaikan kata-kata

melalui pantun.

Selesai pesta, malam harinya pengantin perempuan diantar oleh bibi

pengantin laki-laki dan beberapa orang teman pengantin perempuan ketempat

pelaminannya. Sedangkan pengantin laki-laki biasanya selesai pesta berada

dirumah orang lain. Kemudian beberapa orang pemudi pergi memanggil

pengantin laki-laki, seolah-olah ada sesuatu yang penting dan diajak masuk

kekamar pengantin perempuan. Setelah suasananya akrab, tiba-tiba mereka

meninggalkan pengantin berdua di kamar dan menguncinya dari luar. Apabila

(19)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Dalam pelaksanaan perkawinan masyarakat Pakpak, ada beberapa

tahapan yang harus dilakukan. Yaitu : mengririt (meminang),

marsiberen tanda burju (tukar cincin), menglolo atau mengkata utang

(menentukan mas kawin), muat nakan peradupen (berunding), dan

tangis berru pangiren (tangisan calon pengantin perempuan).

2. Perkawinan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

manusia dan dalam pelaksanaan upacara adat memegang peranan yang

sangat penting juga bagi masyarakat Pakpak.

3. Kegiatan yang unik dalam perkawinan ini adalah mengririt yaitu

diutusnya salah seorang kerabat dari pihak laki-laki untuk

memata-matai calon pengantin perempuan.

4. Memilih juru bicara (persinabul) dalam kegiatan sebelum perkawinan

adalah kegiatan yang sangat penting.

4.2. Saran

1. penulis menyarankan upacara perkawinan masyarakat Pakpak tetap

dipertahankan dan terus dilaksanakan dalam kehidupan sosial masyarakat

(20)

2. penulis juga menyarankan kepada generasi muda Pakpak agar mengetahui

dan mencintai adat perkawinan masyarakat Pakpak, sekaligus

(21)

DAFTAR PUSTAKA

1. Berutu, Tandak dan Lister Berutu. 2002. Adat dan tata cara perkawinan

masyarakat Pakpak. Medan : Monora

2. Berutu, Lister dan Nurbani Padang. 1998. Tradisi dan perubahan konteks

masyarakat Pakpak. Medan : Monora

3. Berutu, Tandak. 1998. Upacara dalam masyarakat Pakpak. Medan :

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian ini adalah Karakteristik pelaku usaha industri pengolahan susu dan pengolahan buah

Untuk menunjang pemahaman sebelum atau sesudah kegiatan praktikum, dapat digunakan media pembelajaran berupa simulasi. Simulasi menyajikan tiruan dari proses atau sistem tertentu dan

Beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati (dead load), beban hidup (live load), beban gempa (earthquake), dan beban angin (wind load) menjadi bahan

A Horn-kormány (és Fodor Gábor rövid, majd Magyar Bálint első minisztersége) alatt a törvényt 11-szer módosították, s ezek a módosítások jelentős oktatáspolitikai

Sholeh Tuban" dibawah naungan UD Budi Karya, mayoritas beragam produk Batik Tulis Gedog Tuban produksi secara handmade (tulis) dan sebagian lainnya diproduksi

Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kepemilikan asing dan rasio pajak pada perusahaan menengah dan kecil, hal ini berbeda dengan pada

Dalam menghadapi situasi baru yang belum pernah terjadi  nilai kemungkinan obyektif tidak bisa diperoleh  dipakai konsep nilai. kemungkinan lain yang dapat menerangkan