• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Dan Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kelurahan Sukarame I Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Dan Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kelurahan Sukarame I Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2007"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

0 – 6 BULAN DI KELURAHAN SUKARAME I KECAMATAN

MEDAN AREA KOTA MEDAN TAHUN 2007

SKRIPSI

Oleh

FATHIMAH

NIM : 031000281

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA

0 – 6 BULAN DI KELURAHAN SUKARAME I KECAMATAN

MEDAN AREA KOTA MEDAN TAHUN 2007

SKRIPSI

Oleh

FATHIMAH

NIM : 031000281

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

KARAKTERISTIK DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA

0 – 6 BULAN DI KELURAHAN SUKARAME I KECAMATAN

MEDAN AREA KOTA MEDAN TAHUN 2007

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

FATHIMAH NIM.031000281

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim penguji Skripsi Pada Tanggal 07 Juli 2008

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Penguji Penguji 1

Dra. Jumirah, Apt.M.Kes Ir. Etti Sudaryati, M. KM

NIP. 131 803 342 NIP. 131 964 119

Penguji II Penguji III

DR. Ir. Evawany Aritonang, M.Si Ernawati Nasution, S.KM, M.Kes

NIP. 132 049 788 NIP. 132 126 844

Medan, Juli 2008

Fakultas Kesehatan Masyarakat Dekan,

(4)

ABSTRAK

Peranan ASI Eksklusif dalam meningkatkan status gizi bayi sangatlah penting, terutama untuk menjaga dan meningkatkan tumbuh kembangnya. Bayi usia 0-6 bulan cukup hanya dengan mengkonsumsi ASI Eksklusif saja tanpa tambahan bahan makanan lain.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Sukarame I Kecamatan Medan Area tahun 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah 30 orang ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dan sampel adalah seluruh populasi.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa Ibu menyusui yang memberikan ASI Eksklusif sebesar 10,00%. Ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebesar 16,67% berusia ≥ 30 tahun dan 8,30% berusia < 30 tahun. Ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebesar 33,33% tamat pendidikan Akademi/PT dan 13,33% tamat SMA. Ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebesar 16,67% adalah tidak bekerja dan 8,30% ibu bekerja. Ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebesar 33,33% berpenghasilan keluarga > Rp. 1.000.000,- dan 11,10% berpenghasilan Rp. 600.000 – Rp. 1.000.000,-. Ibu yang memberikan ASI Eksklusif masing-masing sebanyak 1 orang mengkonsumsi obat dan jamu.

Sehubungan dengan hasil penelitian, maka disarankan kepada petugas kesehatan agar meningkatkan penyuluhan kepada ibu-ibu tentang ASI Eksklusif.

(5)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Fathimah

Tempat Tanggal Lahir : Jangka Alue, 04 April 1979

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Nikah Jumlah Anggota Keluarga : 4 orang

Alamat Rumah : Gampong Putoh Jln Jangka No.2 Kecamatan Peusangan Matang Glumpang II – Bireuen

Riwayat Pendidikan :

1. 1983 – 1989 : Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Krueng Baro

2. 1989 – 1995 : Madrasah Tsanawiyah Negeri I Matang Glumpang II 3. 1995 – 1998 : SMU Negeri 2 Peusangan

4. 1998 – 2001 : D – III Analis Farmasi USU Medan

5. 2003 – 2007 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan

Riwayat Pekerjaan :

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puju dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat Anugrah dan pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Karakteristik dan Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian ASI

Eksklusif pada Bayi 0-6 Bulan di Kelurahan Sukarame I Kecamatan Medan

Area Tahun 2007”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan yang akan datang.

Tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan skripsi ini, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Ir. Evinaria, MKes, selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan pengarahan selama penulis mengikuti perkuliahan di kampus FKM-USU.

3. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes, selaku Kepala Bagian Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

4. Ibu Ir. Etti Sudaryati, MKM, selaku Dosen Penguji I, yang telah banyak memberikan masukan dan arahan demi kesempurnaan skripsi ini.

(7)

6. Ibu Ernawati, SKM, MKes, selaku Dosen Penguji III yang telah banyak memberikan masukan dan arahan demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumartea Utara.

8. Bapak Lurah dan Staff, dan kepala lingkungan, serta kepada warga yang telah menerima dan memberikan bantuan penulis dalam pengambilan data.

9. Teristimewa buat sobat–sobat terbaikku”sheilla on seven” (sri, rani, k’fitri/ria, k’dara, k’sri wahyuni, k’farida), yang telah membantu lewat doa dan semangat. 10.Untuk Krue Klinik M 77, thanks atas pengertiannya, Anak kost sumber dame 17

(batak-li maniez,. tiwi & fitri imut), buat k’ ides n mujahid kecilnya, upiks, dan tak terlupakan yeni keleng, thanks buat segalanya, juga buat sufi, melli, dan yatie, makasih atas bantuannya.

Penghargaan yang sebesar–besarnya serta ucapan terima kasih yang setulus– tulusnya penulis persembahkan kepada “Ayahanda Salahuddin Usman” dan “Ibunda Aisyah Alamsyah” tercinta dan kepada saudara–saudaraku tersayang : Mimie, Naya, Halimah, atas perhatian, doa, motivasi, nasehat dan semangat kepada penulis.

Kiranya Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah Nya kepada kita semua, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca, Amin..

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

2.4. Pola Pemberian Makanan Pada Bayi ... 13

2.5. Laktasi ……….. 15

2.5.1. Proses Laktasi ……… 15

2.6. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI ……… 17

2.6.1. Umur Ibu ... 17

2.7. Kerangka Konsep Penelitian ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 23

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.3. Populasi dan Sampel ... 23

3.3.1. Populasi ... 23

(9)

3.4. Instrumen Penelitian ... 24

3.5. Pengumpulan Data ... 24

3.6. Defenisi Operasional ... 24

3.7. Aspek Pengukuran ... 25

3.8. Pengolahan dan Analisa Data ... 27

BAB IV. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... ... 28

4.1.1. Geografis ... 28

4.4. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI ... 33

4.4.1. Kesehatan Ibu Menyusui ... 33

4.4.2. Konsumsi Obat ... 34

4.4.3. Konsumsi Jamu ... 34

4.5. Tabulasi Silang Antara Karakteristik Ibu dengan Faktor Yang Mempengaruhi Ibu dalam Memberikan ASI Eksklusif ... 35

4.5.1. Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ...………… 35

4.5.2. Tingkat Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif... 35

4.5.3. Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif ….. 36

4.5.4. Penghasilan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif .... 36

4.5.5. Kesehatan Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif ... 37

4.5.6. Konsumsi Obat dengan Pemberian ASI Eksklusif ... 37

4.5.7. Konsumsi Jamu dan Pemberian ASI Eksklusif ... 37

BAB V. PEMBAHASAN 5.1. Pemberian ASI Eksklusif ... 39

5.2. Umur Responden ... 40

5.3. Tingkat Pendidikan Responden.. ...……….. 40

5.4. Status Pekerjaan Responden ..………. 41

5.5. Tingkat Pendapatan Responden ... 41

5.6. Status Kesehatan Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif ... 42

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan

Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007 ... 29 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Sukaramai I

Kecamatan Medan Area Tahun 2007 ……… 29

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007 ……… 30 Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Umur di Kelurahan Sukaramai I

Kecamatan Medan Area Tahun 2007 ……… 31 Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007………. 31 Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Suku di Kelurahan Sukaramai I

Kecamatan Medan Area Tahun 2007 ... 31 Tabel 4.7. Distribusi Responden Menurut Pendapatan Keluarga di

Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007 ….. 32 Tabel 4.8. Distribusi Bayi Menurut Umur di Kelurahan Sukaramai I

Kecamatan Medan Area Tahun 2007 ……… 32

Tabel 4.9. Distribusi Bayi Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Sukaramai

I Kecamatan Medan Area Tahun 2007 ………. 32 Tabel 4.10. Distribusi Bayi Menurut Urutan Anak dalam Keluarga di

Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007 ….. 33 Tabel 4.11. Distribusi Bayi Menurut Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan

Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007 ……… 33 Tabel 4.12. Distribusi Responden Menurut Konsumsi Obat di Kelurahan

Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007 ... 34 Tabel 4.13. Distribusi Responden Menurut Konsumsi Jamu di Kelurahan

Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007

………... 34

(11)

Tahun 2007

... 35 Tabel 4.15. Distribusi Ibu Menyusui Menurut Tingkat Pendidikan dan

Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan

Medan Area Tahun 2007

………... 35

Tabel 4.16. Distribusi Ibu Menyusui Menurut Status Pekerjaan dan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan

Medan Area Tahun 2007 ….. 36

Tabel 4.17. Distribusi Ibu Menyusui Menurut Penghasilan Keluarga dan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan

Medan Area Tahun 2007... 36 Tabel 4.18. Distribusi Konsumsi Obat Ibu Menyusui dan Pemberian ASI

Eksklusif di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area

Tahun 2007 ... 37 Tabel 4.19. Distribusi Konsumsi Jamu Ibu Menyusui dan Pemberian ASI

Eksklusif di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area

(12)

ABSTRAK

Peranan ASI Eksklusif dalam meningkatkan status gizi bayi sangatlah penting, terutama untuk menjaga dan meningkatkan tumbuh kembangnya. Bayi usia 0-6 bulan cukup hanya dengan mengkonsumsi ASI Eksklusif saja tanpa tambahan bahan makanan lain.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Sukarame I Kecamatan Medan Area tahun 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah 30 orang ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dan sampel adalah seluruh populasi.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa Ibu menyusui yang memberikan ASI Eksklusif sebesar 10,00%. Ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebesar 16,67% berusia ≥ 30 tahun dan 8,30% berusia < 30 tahun. Ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebesar 33,33% tamat pendidikan Akademi/PT dan 13,33% tamat SMA. Ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebesar 16,67% adalah tidak bekerja dan 8,30% ibu bekerja. Ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebesar 33,33% berpenghasilan keluarga > Rp. 1.000.000,- dan 11,10% berpenghasilan Rp. 600.000 – Rp. 1.000.000,-. Ibu yang memberikan ASI Eksklusif masing-masing sebanyak 1 orang mengkonsumsi obat dan jamu.

Sehubungan dengan hasil penelitian, maka disarankan kepada petugas kesehatan agar meningkatkan penyuluhan kepada ibu-ibu tentang ASI Eksklusif.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mempersiapkan generasi yang tangguh dan cerdas di masa depan adalah tanggung jawab bersama semua pihak. Selain sebagai pewaris keluarga, nilai khusus anak bagi orang tua yang lebih penting lagi adalah sebagai generasi penerus bangsa. Untuk itu perlu dipersiapkan sejak dini mulai dari dalam kandungan sampai anak beranjak dewasa, sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak akan lebih baik.

Baik tidaknya proses tumbuh kembang fisik, mental maupun sosial anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor gizi, sosial budaya, pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Kecukupan akan zat gizi yang seimbang pada masa bayi umur 0-6 bulan dapat diperoleh dari ASI (Air Susu Ibu) tanpa makanan tambahan apapun (ASI Eksklusif). Setelah itu dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun ditambah dengan makananan pendamping ASI yang sesuai dan adekuat. Hal ini merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

Menurut Ebrahim (1986), ASI makanan yang terbaik karena komposisinya sesuai dengan kebutuhan bayi, makanan/minuman alamiah, sesuai dengan pencernaan bayi dan banyak mengandung zat-zat antibody yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan virus, seperti: diare, tetanus, pneumonia dan lain-lain.

(14)

Balita) sebesar 17 per 1000, AKBA (Angka Kematian Balita) sebesar 68 per 1000, angka kematian tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan hasil Susenas 1998, ada kesenjangan antara AKB, AKA, dan AKBA menurut daerah dan kawasan. AKB di pedesaan (55 per 1000) lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (39 per 1000). AKB menurut kawasan yang tertinggi di Kawasan Timur Indonesia (62 per 1000), diikuti di Jawa-Bali (52 per 1000) dan di Sumatera (39 per 1000) Depkes (2005), namun menurut Susenas 2002, 2003 terjadi penurunan yaitu 45 per 1000 pada tahun 2002 dan 44 per 1000 pada tahun 2003 (Propil Kes. Propinsi Sumatera Utara, 2004).

Pada sisi lain menurut peneliti di Eropa menunjukkan bahwa anak-anak yang berusia 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif memiliki IQ (Intelegensia Quation) 12,9 poin lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, sementara itu peran lain dari ASI terhadap EQ (Emotion Quation), karena sewaktu ibu menyusui terjalin kasih sayang antara ibu dan bayi kedekatan pada ibu terbentuknya perasaan aman dan nyaman yang berpengaruh kepada perkembangan emosi anak. Pemberian ASI juga mempunyai efek pencegahan terhadap obesitas namun apabila pemberian ASI terlalu lama dan bayi terlambat mendapatkan makanan pendamping ASI, menyebabkan penurunan berat badan pada umur 12 bulan (Hamid, 1997). Selain hal di atas pentingnya ASI bagi si anak tak kalah pentingnya untuk kesehatan bagi si ibu seperti mencegah pendarahan, mencegah kehamilan, mengurangi resiko kanker payudara, mengurangi berat badan ibu (Husna. M, 2004).

(15)

yang secara turun temurun terpelihara dan dipakai oleh anggota masyarakat. Status ekonomi, jaringan sosial, kebijakan sosial yang kesemuanya merupakan resiko berpengaruh terhadap pola pemberian ASI. Asumsi tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Defer G.E (1984) yang menyatakan bahwa aspek lingkungan termasuk sosial budaya berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat dalam hal ini adalah pola pemberian ASI yang sehat.

Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif antara lain pengetahuan ibu tentang pemberian ASI Eksklusif masih rendah, tatalaksana rumah sakit yang salah dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah. Beberapa rumah sakit menganjurkan susu formula pada bayi yang baru lahir sebelum ibunya mampu memproduksi ASI. Hal ini menyebabkan bayi tidak terbiasa menghisap ASI dari puting susu ibunya (Suradi, 2004).

Keadaan ini sesuai dengan kenyataan di masyarakat yang memperlihatkan bahwa menurut data Susenas tahun 2001 cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia pada bayi yang berumur kurang dari 4 bulan adalah 49,2 % di daerah perkotaan lebih rendah (44,3%) dibanding daerah pedesaan (52,9%), Litbang Depkes (2005). Untuk daerah Sumatera pencapainya sebesar 55% pada tahun 2001, sedangkan Propinsi Sumatera Utara sebesar 40% tahun 2004 (Profil Kesehatan Propinsi, 2005) sebesar 2,7% untuk kabupaten/kota (Profil Kesehatan Kota Medan, 2004), sedangkan pencapaian target nasional yang diharapkan pada Repelita VI sebesar 80% (Depkes RI, 2003).

(16)

ibu yang bekerja di laur rumah, maka dari 3,6% tersebut tidak semuanya mampu memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan penuh. Sebahagian besar ibu menyusui anaknya selama rata-rata 1,7 bulan saja. Padahal menurut WHO, setiap tahunnya terdapat 1-1,5 juta bayi meninggal di dunia karena tidak mendapatkan ASI Eksklusif (Roesli, 2008).

Medan Area merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan, yang memiliki 3 Puskesmas, yaitu Puskesmas Kota Maksum, Puskesmas Medan Area Selatan dan Puskesmas Sukarame. Dari ketiga puskesmas tersebut diketahui bahwa Puskesmas Sukarame memiliki wilayah kerja yang masih terdapat masalah kesehatan, salah satu diantaranya masalah cakupan pemberian ASI Eksklusif. Dimana wilayahnya terdiri dari tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Sukarame I, Kelurahan Sukarame II, dan Kelurahan Sukarame III. Dari ketiga kelurahan tersebut, kelurahan Sukarame I ternyata masih ditemukan masalah tentang pemberian ASI Eksklusif kepada bayi, karena dari 30 orang bayi usia 0-6 bulan terdapat 3 orang bayi yang diberikan ASI Eksklusif. Data tersebut menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi amat sangat rendah dan jumlah ini sangat jauh dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar ibu kurang mendukung program pemberian ASI pada bayi, terutama ASI Eksklusif.

(17)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi masalah adalah bagaimana karakteristik dan faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Sukarame I Kecamatan Medan Area tahun 2007.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik dan faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Sukarame I Kecamatan Medan Area tahun 2007.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk memngetahui pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Sukarame I, Kecamatan Medan Area.

2. Untuk mengetahui karakteristik ibu menyusui ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Sukarame I, Kecamatan Medan Area.

(18)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan yang ada di puskesmas dalam menyusun program kebijakan yang berkaitan dengan pemberian ASI Eksklusif. 2. sebagai bahan masukan kepada petugas dan kader posyandu untuk meningkatkan

penyuluhan tentang pentingnya memberikan ASI kepada bayi terutama bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan dan meningkatkan upaya pelaksanaan manajemen laktasi.

3. Menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu yang mempunyai bayi tentang manfaatnya pemberian ASI Eksklusif.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Susu Ibu (ASI)

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling mudah dicerna dan yang terbaik bagi bayi karena dapat memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi untuk tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas (Depkes RI, 1996).

Air Susu Ibu adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar mamma dari ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (Soetjiningsih,1997). Air Susu Ibu merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia, siap diminum ianpa ada persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untuk bayi. ASI adalah pemberian Tuhan yang nilainya tidak dapat disamai oleh susu pengganti apa saja yang dibuat oleh manusia. ASI memiliki kandungan zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat anti infeksi. Oleh karenanya ASI merupakan makanan terbaik dan paling baik untuk bayi (Winarno, 1987).

2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif

(20)

Mengapa pengenalan makanan tambahan dimulai pada usia 6 bulan dan bukan 4 bulan ? Pertama, dari hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berumur 6 bulan. Namun pada kenyataannya, 60 % bayi belum 4 bulan sudah mendapat tambahan susu sapi. Kedua, bayi pada saat berumur 6 bulan sistem pencernaannya mulai matur. Jaringan pada usus halus bayi pada umumnya sepsrti saringan pasir. Pori-porinya berongga sehingga memungkinkan bentuk protein ataupun kuman akan langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi. Pori-pori dalam usus bayi ini akan tertutup rapat setelah bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian usus bayi setelah berumur mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang masuk.

Pemberian makanan padat / tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI Eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan tambahan sebelum 4 atau 6 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk perkembangan pertumbuhannya. ( Roesli, 2008).

2.1.2 Komposisi ASI

(21)

biokimia yang sangat tepat ini bagai suatu simfoni nutrisi bagi pertumbuhan bayi sehingga tidak mungkin ditiru oleh buatan manusia. (Roesli, 2008).

Berdasarkan komposisi dari hari ke hari laktasi dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Kolostrum (Susu jolong )

ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke – 4 / ke – 7 (Roesli, 2008) a. Berwarna kekuning – kuning dan lebih kental dari pada susu yang dihasilkan

kemudian dan mengandung lebih banyak antibody dan sel darah putih yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai usia 6 bulan ( King, 1993). b. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI yang matang

mengandung zat anti infeksi 10 – 17 kali lebih banyak dibanding dengan ASI yang matang. Kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah dibandingkan dengan ASI matang. Total energi lebih rendah dibandingkan dengan susu matang (Roesli, 2008).

c. Volume kolostrum antara 150 – 300 ml / jam

d. Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.

2. ASI Transisi / Peralihan

a. ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang.

b. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin tinggi.

(22)

d. Disekresi dari hari ke- 4 sampai hari ke- 10 dari masa laktasi (Soetjiningsih, 1997).

3. ASI Matang / Mature

a. Merupakan ASI yang keluar sekitar hari ke- 14 dan seterusnya.

b. Para ibu yang sehat dengan produksi yang cukup, ASI merupakan makanan satu – satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan (Roesli, 2008).

c. Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning – kuningan akibat dari warna garam Ca-caseinat, Ribovlafin dan karoten yang terdapat didalamnya.

2.1.3. Volume ASI

Volume pengeluaran ASI pada minggu-minggu pertama bayi lahir biasanya besar, tetapi setelah itu sekitar 450 sampai 650 ml. Seorang bayi memerlukan sebanyak 600 ml ASI per hari. Jumlah tersebut dapat tercapai dengan menyusui bayinya selama 4 – 6 bulan pertama. Karena itu, selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran ASI menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan akan mendapat makanan tambahan (Winarno, 1987).

Dalam keadaan produksi ASI normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah lima menit pertama penyedotan/pengisapan oleh biasanya berlangsung sampai 15 – 25 menit.

(23)

ml ASI/KgBB/hari. Dengan demikian, bayi dengan berat badan 4 kg memerlukan 660 ml ASI per hari dan 825 ml per hari dengan bayi berat 5 kg.

2.2. Produksi ASI.

Proses terjadinya pengeluaran ASI dimulai atau diransang oleh isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut meransang kelenjar pituitary anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengendalikan air susu.. Proses pengeluaran air susu tergantung juga pada let down reflex, isapan puting susu dapat meransang kelenjar pituitary posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin, yang meransang serabut otot halus didalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar (Winarno, 1987).

(24)

2.3. Manfaat Pemberian ASI.

2.3.1. Manfaat Bagi Bayi

Beberapa manfaat pemberian ASI yang diperoleh bayi antara lain (Soetjiningsih, 1997) :

1. Sebagai nutrisi

2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi, Kolostrum mengabdung zat kekebalan 10 – 17 kali lebih banyak dari susu matang.

3. ASI Eksklusif meningkatkan kecerdasan, karena ASI mengandung taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang.

4. ASI Eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang.

5. Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan sampai usia enam bulan.

6. Melindungi anak dari serangan alergi.

7. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara. 8. Membantu pembentukan rahang yang bagus.

9. Mengurangi resiko terkena kencing manis, kanker pada anak dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.

10.Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI Eksklusif akan lebih cepat bisa berjalan.

2.3.2. Manfaat bagi Ibu

(25)

3. Menjarangkan kehamilan. 4. Mengecilkan rahim

5. Mengurangi kemungkinan menderita kanker. 6. Lebih ekonomis / murah, tidak perlu dibeli. 7. Tidak merepotkan dan hemat waktu. 8. Memberi kepuasan bagi ibu.

9. Lebih cepat lansing. 10.Tidak pernah basi.

2.4. Pola Pemberian Makanan Pada Bayi.

Tahun pertama khususnya enam bulan pertama, adalah masa yang sangat kritis dalam kehidupan bayi. Bukan hanya pertumbuhan fisik yang berlangsung dengan cepat, tetapi juga pembentukan psikomotor dan akulturasi terjadi dengan cepat. Air Susu Ibu ( ASI ) harus merupakan makanan utama pada masa ini, dan tidak perlu diberi makanan lain, kecuali bila ada tanda-tanda produksi ASI tidak mencukupi.

Adapun cara pemberian ASI pada bayi umur 0 - 6 bulan adalah sebagai berikut:

a. Susui bayi segera setelah lahir ( 30 menit )

Kontak fisik dan isapan bayi akan meransang produksi ASI. Pada priode ini ASI saja sudah dapat memenuhi gizi balita.

(26)

c. Berikan ASI dari kedua payudara, kiri dan kanan secara bergantian tiap kali sampai payudara terasa kosong.

d. Berikan ASI setiap bayi meminta/menangis tanpa dijadwal.

ASI harus merupakan makanan satu – satunya (eksklusif) untuk bulan pertama sampai bulan ke enam kehidupan bayi. Makanan tambahan pertama diberikan setelah bayi berumur 6 bulam terutama untuk memberikan tambahan energi serta untuk memulai proses pendidikan dan akulturasi. Kemudian akan terdapat kebutuhan makanan tambahan yang meningkat agar supaya campuran ASI dan makanan tambahan tersebut dapat memberikan energi dan protein yang diperlukan bayi. Pada suatu saat makanan tambahan secara keseluruhan menggantikan peranan ASI, dalam hal ini berarti si bayi disapih atau tidak meyusui lagi pada ibunya (sebaiknya hal ini dilakukan bila si bayi telah berumur dua tahun). Memperkenalkan makanan tambahan pada usia tersebut disebabkan karena alasan psikologis dan psikososial (Whitehead, 1986).

Gambar 2.1. Pola Pemberian ASI / MP ASI Menurut Golongan Umur. Umur

(bln)

Jenis Frekuensi Contoh Komposisi

(27)

2.5. Laktasi

Laktasi adalah pembentukan, penyimpanan dan pengeluaran ASI. ASI merupakan makanan pokok bagi bayi, makanan yang terbaik bagi bayi, makanan yang bersifat alamiah, bagi tiap ibu yang melahirkan akan tersedia makanan bagi bayinya dari ibu sendiri.

Dengan demikian bagi ibu yang menyusui akan selalu dekat dengan anaknya, dan bagi si anak akan lebih merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa tentram, aman, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan faktor bagi perkembangan jiwa anak selanjutnya.

Menyusui tampaknya tidak begitu penting, tetapi bila ditinjau secara psikologis, akan sangat memberikan keuntungan yang bersifat psikologis, walaupun ada keuntungan material :

1. Keuntungan material, dengan menyusui anak berarti lebih murah, ekonomis, karena ibu tidak usah membeli dan membuat susu buatan, dan tentu saja harus menyediakan biaya dan waktu. Dengan menyusui biaya akan lebih berkurang, cukup untuk makanan yang baik. Bagi ibu tidak usah membuatnya, memanaskan, jadi lebih praktis.

2. Mudah didapatkan, karena merupakan makanan alamiah, sudah dibawa sejak lahir, dan tidak didapat ditempat lain.

2.5.1. Proses Laktasi

(28)

Keseluruhan proses ini dipengaruhi oleh system neuro – hormonal yang kompleks. Secara singkat ada dua hormon yang berperan, yaitu prolaktin yang dihasilkan oleh bagian anterior kelenjar hipophise didasar otak dan oksitosin yang dihasilkan oleh bagian posterior kelenjar hipophise. Prolaktin berfungsi meransang terbentuknya ASI didalam acinus, sedangkan oksitosin mempunyai peran untuk meransang sel myoepithel mengeluarkan ASI dari acinus. Keluarnya hormon – hormon tersebut terjadi karena adanya ransangan pada putting susu ibu berupa isapan bayi (Hamid, 1997 ).

Isapan bayi terhadap putting susu ibu yang terjadi segera setelah dilahirkan merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan proses menyusui. Isapan bayi tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan proses menyusui. Isapan bayi tersebut merupakan ransangan pada serabut saraf sensoris yang ada pada puting susu.

(29)

2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

2.6.1. Umur

Salah satu faktor yang penting dalam kehamilan adalah umur ibu sewaktu hamil yang sangat penting untuk siibu maupun janin dalam pembentukan ASI. Usia 16 – 20 tahun dianggap masih berbahaya meskipun lebih kurang resikonya dibandingkan umur sebelumnya namun secara mental psikosologis dianggap masih belum cukup matang dan dewasa untuk menghadapi kehamilan dan kelahiran. Umur 20 – 30 tahun adalah kelompok umur yang peling baik untuk kehamilan sebab secara fisik sudah cukup kuat juga dari segi mental sudah cukup dewasa. Umur 31 – 35 tahun dianggap sudah mulai bahaya lagi sebab secara fisik sudah mulai menurun apalagi jika jumlah kelahiran sebelumnya cukup banyak atau lebih dari tiga (Depkes RI, 1999).

Ibu yang umurnya lebih muda lebih banyak memproduksi ASI dibanding ibu yang sudah tua. Produksi ASI akan mengalami perubahan pada kenaikan jumlah paritas walaupun tidak bermakna dimana pada anak pertama jumlah ASI sebanyak 580 ml per 24 jam, anak kedua 654 ml per 24 jam, anak ke tiga 602 ml per 24 jam, anak keempat 600 ml per 24 jam, anak kelima 506 ml per 24 jam dan anak ke enam 524 ml per 24 jam. (Winarno, 1987).

2.6.2. Pendidikan

(30)

eksklusif akan semakin baik serta dapat merawat dan memelihara kesehatan bayi sehabis melahirkan.

Tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh dalam pola pemberian ASI, makin tinggi tingkat pendidikan ibu makin rendah prevalensi menyusui. Dalam penelitian Sanjaya (1999) diperoleh kecenderungan ibu-ibu berpendidikan sekolah lanjut atas di Jakarta untuk tidak lagi memberikan ASI kepada bayinya.

Pendidikan bertujuan untuk mengubah pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi serta menenemkan tingkah laku/kebiasaan yang baru pada pendidikan rendah serta meningkatkan pengetahuan yang cukup/kurang bagi masyarakat yang masih memakai adapt istiadat lama (Notoatmodjo, 1993).

2.6.3. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang berpengaruh terhadap orang lain. Pekerjaan yang diberikan merupakan kepuasan pada seseorang, dengan demikian ibu pekerja memiliki kaitan dalam pemberian ASI karena bekerja berat akan berpengaruh terhadap ASI yang diberikan pada bayi. Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan orang tua yang bersifat menghasilkan uang sehingga pendapatan keluarga dapat memadai kebutuhan anak guna pertumbuhan dan perkembangan anak.

2.6.4. Pendapatan

(31)

di daerah perkotaan keadaan ini cukup nyata. Semakin tinggi tingkat ekonomi maka akan semakin berkurang prevalensi menyusui. Namun di Negara-negara industri frekuensi menyusui lebih tinggi dikalangan tingkat sosial atas.

Menurut penelitian Sanjaya (2000), ada perbedaan bermakna dalam pemberian ASI dan penyapihan dengan penghasilan atau pendapatan keluarga, jadi, semakin tinggi pendapatan keluarga, maka anak akan semakin cepat disapih. Orang yang berpenghasilan tinggi akan lebih mudah untuk menggantikan ASI dengan susu formula.

Beberapa faktor yang mempengaruhi ibu-ibu untuk tidak menyusui bayinya, terutama ibu yang tinggal di daerah perkotaan, antara lain :

a. Di perkotaan ibu-ibu lebih mudah dan cept mendapatkan informasi mengenai susu botol daripada menyusui.

b. Umumnya diperkotaan, ibu melahirkan di RS atau RB yang tidak menganjurkan menyusui dan menerapkan pelayanan rawat gabung serta tidak menyediakan fasilitas klinik laktasi, pojok laktasi, dan sejenisnya.

c. Pengaruh kemajuan teknologi pada perubahan sosial budaya mengakibatkan ibu-ibu diperkotaan umumnya bekerja diluar rumah dan semakin meningkat daya belinya.

(32)

2.6.5. Kesehatan Ibu.

Kehamilan yang baik adalah kehamilan yang tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan jasmani, rohani dan sosial baik untuk ibu maupun bayi yang akan dilahirkannya. Ibu yang melahirkan sesar dapat menyusui segera setelah ibu pulih (sesuai petunjuk dokter), demikian juga halnya bagi ibu yang sakit pada umumnya dapat terus menyusui bayinya. Bagi ibu yang menderita infeksi saluran pernafasan bagian atas harus menggunakan masker untuk mencegah penularan. Ibu hamil (kesundulan) juga dapat meneruskan menyusui bayinya dan jangan lupa untuk makan lebih banyak.

Bayi sebaiknya disapih secara bertahap agar anak tidak merasa ditelantarkan ibu karena akan ada adik baru yang memerlukan perhatian ibu. Pekerjaan sehari-hari kadang-kadang sangat menyibukan ibu dan anak menjadi rewel. Usahakan agar ibu lebih banyak istirahat dan santai, sehingga ibu dapat menyusui lagi dan memeuhi kebutuhan bayi. Dukungan dan pengertian keluarga (suami dan orang tua) sangat diperlukan untuk ketentraman ibu dalam menyusui bayinya, disamping itu nasihat dari mereka yang lebih berpengalaman akan membantu keberhasilan menyusui.

Ada alasan yang cukup sering bagi ibu untuk berhenti menyusui adalah karena kesehatan ibu yang kurang baik, diantaranya karena ibu sakit. Tetapi, sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan berhenti menyusui dan jauh lebih berbahaya untuk memulai memberi bayi makanan buatan daripada membiarkan bayi menyusu dari ibu sakit. ( King, 1993).

(33)

dan biarkan bayi menyusu lagi secepat mungkin setelah sembuh sehingga ASI tidak mengering. Bila ibu demam dan kehilangan banyak cairan karena berkeringat pasokan ASI bisa turun, ibu dianjurkan banyak minum air waktu sakit (King, 1993 ).

2.6.6. Konsumsi Obat dan Jamu

Ada beberapa cara yang umumnya dilakukan ibu baik secara turun temurun maupun dari informasi yang diperoleh ibu setelah diketahui bahwa ASI tidak lancar, diantaranya : mengkonsumsi obat, jamu, dan cara alami dengan mengkonsumsi sayur katuk atau cara lainnya untuk meningkatkan produksi ASI.

Pemakaian alat kontrasepsi diduga dapat mempengaruhi produksi ASI, namun khusus jenis pil yang mengandung estrogen tinggi akan menurunkan produksi ASI. Keadaan psikis ibu juga amat menentukan dalam keberhasilan menyusui. Ibu yang mengalami kecemasan akan lebih sedikit mengeluarkan ASI dibandingkan yang tidak. Ibu yang kurang percaya diri / tidak yakin bahwa ia mau menyusui dengan baik, adanya tekanan batin, takut kehilangan daya tarik sebagai wanita, kesemua itu dapat mempengaruhi kegiatan menyusui. Maka untuk menghilangkan kecemasan tersebut ibu mengkonsumsi obat dan jamu agar tetap sehat, dan tetap bisa memberikan ASI kepada bayinya.

Seperti halnya obat-obatan, pil kontrasepsi bisa mengurangi produksi ASI dalam waktu 2-3 minggu setelah penggunaannya. Bila ibu tampak tidak memiliki ASI yang cukup, kemungkinan pengaruh kontrasepsi yang digunakan (King, 1993).

(34)

meningkatkan produksi ASI, maka ibu boleh meminta obat pada petugas kesehatan (King, 1993 ).

2.7. Kerangka Konsep

Karakteristik Ibu

1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan

4. Penghasilan keluarga

Pemberian ASI Eksklusif

Faktor ibu dalam

pemberian ASI Eksklusif

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah deskriptif dengan desain Cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai karakteristik dan faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan di Kelurahan Sukarame I Kecamatan Medan Area tahun 2007.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sukarame I, Kecamatan Medan Area, Kotamadya Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi karena masih banyak ditemukan ibu-ibu menyusui yang belum memberikan ASI secara Eksklusif sesuai data yang ada di posyandu sebesar 90%.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai bulan Februari – Mei tahun 2007.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

(36)

3.3.2. Sampel

Sampel adalah total populasi sebanyak 30 orang ibu menyusui.

3.4. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah kuesioner, yang diberikan kepada setiap responden (ibu-ibu menyusui yang mempunyai bayi usia 0 – 6 bulan).

3.5. Pengumpulan Data

3.5.1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti melalui kunjungan rumah dengan menggunakan kuesioner dan wawancara langsung terhadap responden (ibu menyusui yang mempunyai bayi usia 0 – 6 bulan), yang meliputi : karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif.

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil dari instansi terkait yaitu demografi, geografi, dan topografi yang telah tercatat, diperoleh dari Kelurahan, Puskesmas dan Posyandu.

3.6. Defenisi Operasional

(37)

2. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang permah ditamatkan dan memiliki surat tanda tamat belajar/Ijazah.

3. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan ibu secara rutin dan terus menerus. 4. Penghasilan keluarga adalah sejumlah uang yang diperoleh keluarga selama satu

bulan.

5. Kesehatan ibu menyusui adalah keadaan kesehatan ibu selama pemberian ASI Eksklusif.

6. Konsumsi obat dan jamu adalah apabila ibu menyusui mengkonsumsi obat (suplemen) dan/atau jamu untuk meningkatkan produksi ASI selama pemberian ASI Eksklusif.

7. Pemberian ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi dimana saja dan kapan saja sejak lahir sampai 6 bulan pertama tanpa pemberian makanan tambahan lain.

3.6. Aspek Pengukuran

1. Umur responden dikategorikan menjadi : a. < 25 tahun

b. 25 – 35 tahun c. > 36 tahun

2. Tingkat pendidikan responden dikategorikan menjadi : a. SD

(38)

d. Akademi/PT

3. Pekerjaan responden dikategorikan menjadi : a. Bekerja

b. Tidak bekerja

4. Penghasilan keluarga responden dikategorikan berdasarkan Upah Minimum Propinsi tahun 2005 (SK Gubernur Sumatera Utara No. 561/055. K/2005) menjadi :

a. Rendah < Rp. 600.000,- b. Tinggi ≥ Rp. 600.000,- 5. Kesehatan ibu :

a. Sehat, apabila ibu tidak mengalami sakit/gangguan kesehatan selama memberikan ASI Eksklusif yang menyebabkan produksi ASI tidak lancar. b. Tidak sehat, apabila ibu menyusui mengalami gangguan kesehatan selama

memberikan ASI Eksklusif (seperti : demam, flu, HIV, dll). 6. Konsumsi obat dan jamu :

a. Ya, apabila ibu ada mengkonsumsi obat dan jamu selama pemberian ASI Eksklusif.

b. Tidak, apabila ibu tidak mengkonsumsi obat dan jamu selama pemberian ASI Eksklusif.

7. Pemberian ASI Eksklusif dikategorikan menjadi : a. Ya

(39)

3.7. Analisa Data

(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Geografis

Kelurahan Sukarame merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Area Kota Medan. Kelurahan Sukarame I dengan luas wilayah 35,7 Ha, berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sukarame I

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pasar Merah Timur c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tegal Sari I - III d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kotamatsum I – II

4.1.2. Demografi

(41)

4.1.3. Jenis Pekerjaan

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007

No Mata Pencaharian n % Sumber : Monografi Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area, Tahun 2007

Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai pegawai swasta yakni sebanyak 1.050 orang (64,38 %).

4.1.4. Agama Sumber : Monografi Kelurahan Sukarame I Kecamatan Medan Area, Tahun 2007

(42)

4.1.5. Tingkat Pendidikan

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007

No Tingkat Pendidikan n Sumber : Monografi Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area, Tahun 2007

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk memiliki tingkat pendidikan adalah SLTA yakni sebanyak 6.700 orang (56,91 %).

4.1.6. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di kelurahan Sukarame I adalah Puskesmas I unit, Poliklinik/balai pengobatan 1 unit, Apotik 4 buah, Posyandu 13 unit, Toko obat 1 buah, dan dokter praktek 2 orang.

4.2. Karakteristik Responden

(43)

Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Umur di Kelurahan Sukaramai I

Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007

No Tingkat Pendidikan n menyusui tamat SLTA dan 7 orang (23,30%) ibu menyusui lainnya tamat SLTP. Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Suku di Kelurahan Sukaramai I

Kecamatan Medan Area Tahun 2007

(44)

Tabel 4.7. Distribusi Responden Menurut Status Pekerjaan di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007

No Status Pekerjaan n

Tabel 4.8. Distribusi Responden Menurut Pendapatan Keluarga di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007

No Pendapatan/Bulan n mempunyai pendapatan Rp. 600.000,- sampai Rp.1.000.000,-.

4.3. Karakteristik Bayi

Tabel 4.9. Distribusi Bayi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007

Jenis Kelamin

(45)

berumur 4 – 6 bulan, terdapat 15 orang (71,43%) bayi dengan jenis kelamin perempuan dan 6 orang (28,57%) berjenis kelamin laki-laki.

Tabel 4.10. Distribusi Bayi Menurut Urutan Anak dalam Keluarga di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007

No Urutan dalam Keluarga n merupakan anak kedua dari ibu menyusui, sedangkan selebihnya merupakan anak yang pertama, ketiga, dan keempat.

Tabel 4.11. Distribusi Bayi Menurut Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007

No ASI Eksklusif n diberikan ASI Eksklusif dan 27 orang (90,00%) tidak diberikan ASI Eksklusif.

4.4. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI

4.4.1. Kesehatan Ibu Menyusui

(46)

4.4.2. Konsumsi Obat

Tabel 4.12. Distribusi Konsumsi Obat Oleh Ibu Menyusui di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007

No Konsumsi Obat n menyusui tidak mengkonsumsi obat untuk meningkatkan produksi ASI, namun ada sebanyak 1 orang (3,33%) ibu menyusui mengkonsumsi obat untuk meningkatkan produksi ASI.

4.4.3. Konsumsi Jamu

Dari tabel di bawah dapat dilihat bahwa sebanyak 29 orang (96,67%) ibu menyusui tidak mengkonsumsi jamu untuk meningkatkan produksi ASI, namun ada sebanyak 1 orang (3,36%) ibu menyusui mengkonsumsi jamu untuk meningkatkan produksi ASI.

Tabel 4.13. Distribusi Konsumsi Jamu Oleh Ibu Menyusui di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007

(47)

4.5. Tabulasi Silang Antara Karakteristik Ibu dan Faktor yang Mempengruhi Ibu dalam Memberikan ASI Eksklusif

4.5.1. Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.14. Distribusi Ibu Menyusui Menurut Umur dan Pemberian ASI

Menurut hasil penelitian terhadap 30 orang ibu menyusui, didapat bahwa ibu menyusui yang berusia < 30 tahun yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 2 orang (8,30%) dan yang berusia ≥ 30 tahun yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 1 orang (16,67%).

4.5.2. Tingkat Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif

(48)

Menurut hasil penelitian terhadap 30 orang ibu menyusui, didapat bahwa ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif adalah ibu dengan pendidikan SMA sebanyak 2 orang (13,33%) dan 1 orang (33,33%) ibu berpndidikan Akademi/PT.

4.5.3. Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.16. Distribusi Ibu Menyusui Menurut Status Pekerjaan dan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007

Menurut hasil penelitian terhadap 30 orang ibu menyusui, didapat bahwa ibu menyusui yang bekerja memberikan ASI Eksklusif sebanyak 2 orang (8,30%) dan yang tidak bekerja memberikan ASI eksklusif sebanyak 1 orang (16,67%).

4.5.4. Penghasilan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif

(49)

Menurut hasil penelitian terhadap 30 orang ibu menyusui, didapat bahwa ibu menyusui yang memberikan ASI Eksklusif dengan penghasilan keluarga antara Rp. 600.000 – Rp. 1.000.000,- sebanyak 2 orang (11,10%) dan yang berpenghasilan > Rp. 1.000.000,- memberikan ASI eksklusif sebanyak 1 orang (33,33%).

4.5.5. Kesehatan Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif

Menurut hasil penelitian terhadap 30 orang ibu menyusui, didapat bahwa ibu menyusui keseluruhannya dalam kondisi sehat dan yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 3 orang (10,00%) sedangkan yang tidak memberikan ASI secara Eksklusif sebanyak 27 orang (90,00%).

4.5.6. Konsumsi Obat dengan Pemberian ASI Eksklusif

Menurut hasil penelitian terhadap 30 orang ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif, terdapat 2 orang (6,90%) yang tidak mengkonsumsi obat dan sebanyak 1 orang mengkonsumsi obat (100,00%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 4.18. Distribusi Konsumsi Obat ibu menyusui dan pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007

Pemberian ASI Eksklusif

Ya Tidak Total

No Konsumsi

Obat N % n % N %

1. Ya 1 100,00 0 0 1 100,00

2. Tidak 2 6,90 27 93,10 29 100,00

Jumlah 3 10,00 27 90,00 30 100,00

4.5.7. Konsumsi Jamu dengan Pemberian ASI Eksklusif

(50)

sebanyak 1 orang mengkonsumsi jamu (100,00%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 4.19. Distribusi Konsumsi Obat ibu menyusui dan pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007

Pemberian ASI Eksklusif

Ya Tidak Total

No Konsumsi

Jamu

N % n % N %

1. Ya 1 100,00 0 0 1 100,00

2. Tidak 2 6,90 27 93,10 29 100,00

(51)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pemberian ASI Eksklusif

Dari Tabel 4.13. dapat dilihat bahwa reponden yang memberikan ASI eksklusif sebesar 10,00% sedangkan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif persentasenya sebesar 90,00%. Hal ini mungkin disebabkan karena produksi ASI responden kurang atau tidak keluar sama sekali, atau responden tersebut sudah memberikan susu formula kepada bayinya sehingga bayi tidak diberikan ASI eksklusif. Atau dapat juga disebabkan karena responden tidak mau memberikan ASI eksklusif kepada bayinya karena keadaan tubuh mereka yang belum fit sehabis melahirkan. Alasan lain mengkin disebabkan karena pendidikan responden yang masih rendah sehingga pengetahuannya tentang manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi sangat kurang. Ini sesuai dengan hasil penelitian King (1993) di Negara-negara berkembang yang menyatakan bahwa kurangnya ibu menyusui bayi disebabkan karena meningkatnya penggunaan susu formula.

(52)

5.2. Umur Responden

Tabel 4.14. menunjukkan bahwa dari 24 responden yang berumur < 30 tahun, ternyata persentase responden yang memberikan ASI eksklusif pada bayi sebesar 8,30% dan selebihnya tidak sebesar 91,70%. Sedangkan dari 6 responden yang berumur ≥ 30 tahun, terdapat responden yang tidak memberikan ASI eksklusif sebesar 83,33% dan selebihnya memberikan sebesar 16,67%.

Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan karena produksi ASI ibu kurang sehingga tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif. Alasan lain kemungkinan karena ibu usia muda kurang mengetahui manfaat pemberian ASI eksklusif sehingga mereka tidak memberikan terutama kolostrum kepada bayi mereka.

Pada umumnya ibu yang lebih muda kemampuan laktasinya lebih baik daripada ibu yang sudah tua (Alkatiri, 1996).

5.3. Tingkat Pendidikan Responden

Tabel 4.15. menunjukkan bahwa dari 15 responden yang menamatkan pendidikan SMU, ternyata yang memberikan ASI eksklusif pada bayi sebesar 13,33% dan selebihnya tidak sebesar 86,67%. Dari 7 responden yang memiliki tingkat pendidikan SMP, tidak satu pun responden memberikan ASI Eksklusif kepada bayi begitu juga untuk responden tamatan SD. Dari 3 responden yang yang menamatkan pendidikan Akademi/PT, terdapat reponden yang memberikan ASI eksklusif pada bayi sebesar 33,33% dan tidak memberikan sebesar 66,67%.

(53)

Sanjaya (1999) diperoleh kecenderungan ibu-ibu berpendidikan sekolah lanjut atas di Jakarta untuk tidak lagi memberikan ASI kepada bayinya.

5.4. Status Pekerjaan Responden

Tabel 4.16. menunjukkan bahwa dari 24 responden yang memiliki status bekerja, ternyata persentase responden yang tidak memberikan sebesar 91,70% sedangkan yang memberikan ASI eksklusif pada bayi sebesar 8,30%. Dari 6 responden yang tidak bekerja, terdapat responden yang tidak memberikan ASI eksklusif sebesar 83,33% dan selebihnya memberikan sebesar 16,67%. Hal ini kemungkinan terjadi karena responden tidak memiliki waktu istirahat yang cukup untuk pulang ataupun malas pulang sehingga mereka tidak memberikan ASI kepada bayinya. Alasan lain karena mereka tidak mengetahui cara agar bayinya dapat minum ASI selama mereka bekerja.

Status pekerjaan diduga mempunyai kaitan dengan pola pemberian ASI. Tumbelaka menyatakan bahwa kemajuan teknologi, perkembangan industri, urbanisasi dan pengaruh budaya barat telah menyebabkan pergeseran nilai-nilai sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.

5.5. Tingkat Pendapatan Responden

(54)

ternyata persentase responden yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi sebesar 66,67% dan selebihnya memberikan sebesar 33,33%. Hal ini kemungkinan dikarenakan responden yang mempunyai penghasilan keluarga lebih besar menginginkan anak yang sehat sehingga mereka membeli dan memberikan susu atau makanan lain kepada bayinya, tanpa mereka sadari bahwa ASI mereka dapat mencukupi sampai bayi berumur 6 bulan.

Berdasarkan penelitian Purwanti (2003), diketahui bahwa ibu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai peluang 4,6 kali untuk memberikan ASI dibandingkan ibu dengan sosial ekonomi tinggi. Semakin tinggi status sosial ekonomi maka semakin rendah rata-rata pemberian ASI eksklusif.

5.6. Status Kesehatan Ibu dan pemberian ASI Eksklusif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada ibu menyusui yang kondisi kesehatannya terganggu selama priode pemberian ASI Eksklusif, dengan kata lain 100% ibu menyusui dalam keadaan sehat. Namun, dari keseluruhan ibu dengan kondisi sehat, ternyata hanya 10,00% ibu menyusui memberikan ASI Eksklusif dan selebihnya yakni sebanyak 90,00% ibu tidak memberikan ASI Eksklusif.

(55)

ASInya tidak dapat dilakukan secara Eksklusif, dan ada juga rasa takut tidak bisa menyusui karena masih anak pertama.

Adapun alasan yang lain rata-rata juga disebabkan kurangnya persiapan ibu menghadapi masa laktasi sehingga ASI tidak keluar pada masa 1-3 hari setelah melahirkan, sehingga pemberian ASI tidak lancar dan si ibu lebih memilih memberi bayinya susu formula, dengan sendirinya ASI secara Eksklusif terabaikan oleh si ibu.

Meskipun semua responden dalam kondisi sehat, namun kebanyakan dari mereka tidak mendapat informasi tentang persiapan masa laktasi termasuk perawatan payudara pada masa kehamilan, sehingga mereka tidak tahu dan tidak melakukannya, sesuai yang diungkapkan Depkes RI (1997) dan Ibrahim (1984) dimana perawatan payudara yang baik pada masa kehamilan akan dapat memperlancar dan mempercepat produksi ASI.

5.7. Konsumsi Obat dan Jamu

(56)
(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Ibu menyusui yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 10,0% dan 90,0% ibu tidak memberikan ASI Eksklusif.

2. Responden yang memberikan ASI eksklusif berumur < 30 tahun sebesar 8,30% dan yang berumur ≥ 30 tahun sebesar 16,67%.

3. Responden yang memberikan ASI eksklusif sesuai tingkat pendidikan diantaranya SMU sebesar 13,33%, Akademi/PT sebesar 33,33%.

4. Responden yang memberikan ASI eksklusif pada ibu bekerja sebesar 8,30% dan pada ibu tidak bekerja sebesar 16,67%.

5. Responden yang memberikan ASI eksklusif pada ibu dengan penghasilan keluarga Rp. 600.000 – Rp. 1.000.000,- ,- sebesar 11,10% dan pada ibu dengan penghasilan keluarga > Rp. 1.000.000,- sebesar 33,33%.

6. Ibu yang memberikan ASI Eksklusif dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif secara keseluruhan tidak menderita gangguan kesehatan selama memberikan ASI. 7. Ibu menyusui mengkonsumsi obat dan jamu yang memberikan ASI Eksklusif masing-masing sebesar 100% dan yang tidak mengkonsumsi obat dan jamu masing-masing sebanyak 6,90%.

6.2. Saran

(58)

2. Susuilah bayi ibu sesering mungkin, walau dalam keadaan atau kondisi tidak nyaman, lelah atau sibuk, karena untuk menghasilkan ASI yang baik dan cukup dan memberinya secara Ekslusif diperlukan pengisan sesering mungkin dan lebih lama.

3. Diharapkan kepada petugas kesehatan di Puskesmas/kader kesehatan di Posyandu lebih meningkatkan penyuluhan terutama mengenai pemberian ASI secara Eksklusif, dan diadakannya program laktasi.

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Ebrahim G.J. 1997. Air Susu Ibu, Yayasan Essentica Medica, Yogyakarta

Endang D. Hamid, Dr, Msc, 1997, Penggalakan ASI Serta Pemberian Makanan Tambahan Pada Balita Menjamin Kesehatan Dan Pertumbuhan Anak Di Masa Depan, Bagian Ilmu Kesehatan Anak / IDAI Cabang Sumatera Utara FK, Sumatera Utara Medan.

King F.S., 1993. Menolong Ibu Menyusui. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

League L.L.L., 1993. Petunjuk Praktis Ibu Untuk Menyusui. Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.

Lubis Zulhaida, 1996. Tinjauan Beberapa Aspek Tentang Pemberian Air Susu Ibu. FKM-USU, Medan.

Neilson J., 1986. Cara Menyusui Yang baik, Arcan, Jakarta.

Ngurah I Gusti Agung, 1998, Metode Penelitian Sosial, P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Roesli, U, 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Seri I, Trubus Agriwidya, Jakarta.

Siregar Arifin, 2000. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Oleh Ibu Melahirkan, FKM – USU, Medan

Siregar, Arifin, 2000. Pemberian ASI Eksklusif Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. FKM – USU, Medan

Sandra, Fikawati, Hubungan Antara Menyusui Segera Dan Pemberian ASI Eksklusif Sampai Dengan Empat Bulan, J. Kedokteran Trisakti, Vol 22 No. 2.

Soetjiningsih, 1990. ASI : Petumjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Suhardjo, 1992, Pemberian makanan pada Bayi dan Anak, Kanisius, Yogyakarta. Suradi Rulina, 1995. Mamfaat Pemberian ASI Secara Eksklusif Bagi Proses

Tumbuh Kembang Anak, Majalah Kedokteran Indonesia, Volume : 45.

(60)

Unicef, 1994, Peranan Dokter Dalam Peningkatan Penggunaan Air Susu, Depkes RI, Jakarta.

Whitehead R.G., 1986. Pola Makanan Bayi Ibu, Jakarta.

Winarno, F.G., Gizi Dan Makanan. Pustaka Sinar Harapan, jakarta.

(61)

Kuesioner Penelitian

Judul : Peran Faktor Dalam Pemberian ASI Eksklusif Bayi Usia 6 – 12 Bulan Di

Kelurahan Sukarame I Kecamatan Medan Area Kotamadya Medan

Identitas Ibu dan Bayi

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Jumlah Anak :

Anak yang sedang disusui adalah anak ke : Pendapatan Keluarga / Bulan :

Jenis Kelamin Bayi :

I. Kesehatan Ibu

1. Sakit apa yang pernah ibu derita selama tiga bulan terakhir ? a. Ada

b. Tidak

2. Kalau ada, sakit apa ? a. Kurang darah ( anemia ) b. darah tingg ( hipertensi)

c. kencing manis ( Diabetes Melitus ) d. Maag

3. Berapa lama ibu menderita sakit tersebut sampai sembuh ? a. 1 bulan

2. 2 bulan c. 3 bulan

(62)

b. Tidak

5. Apakah pada saat sakit ibu tetap menyusui bayi ? a. Ya

7. Jika Tidak menyusui selama sakit, apa yang ibu berikan pada bayi ? a. Susu formula

b. Bubur sumsum c. Biscuit

d. Juice

II. Kebiasaan Ibu Menyusui

1. Untuk pertama kali setelah bayi lahir, makanan apakah yang diberikan kepada bayi ibu

a. ASI

b. Susu formula

c. Makanan lain, sebutkan

2. Berapa jam bayi setelah lahir ibu memberikan ASI ? a. ≤ 1 jam

b. 2 – 6 jam c. 6 – 12 jam d. ≥ 7 jam

3. Apakah ibu memberikan ASI sampai bayi tertidur ? a. Ya

b. Tidak

4. Apakah bayi ibu ditentukan jamnya bila akan menyusui ? a. Ya

(63)

5. Berapa kali ibu menyusui dalam sehari ? a. Sekehendak hati bayi

b. < 8 kali

6. Apakah susu pertama kali keluar ( kolostrum ) diberikan pada bayi ? a. Ya

b. Tidak

7. Apakah ibu menyusui bayi ketika bayi ibu menangis ? a. Ya

b. Tidak

8. Sejak usia berapa makanan pendamping ASI diberikan pada bayi ibu ? a. Lebih dari 4 atau 6 bulan

b. Kurang dari 4 atau 6 bulan

9. Apa jenis makanan pendamping ASI yang sering ibu berikan pada bayi ibu ? a. Makanan bayi instan

b. Makanan bayi buatan sendiri, sebutkan… III. Gaya Hidup

Obat-obatan

1. Apakah selama ibu menyusui ibu ada mengkonsumsi obat-obata a. Ya

b. Tidak

2. Apakah alasan ibu mengkonsomsi obat-obatan a. Meningkatkan produksi ASI

b. KB

3. Apakah setelah mengkonsumsi obat-obatan untuk meningkatkan produksi ASI, susu ibu bertambah ?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah setelah mengkonsumsi pil KB produksi ASI ibu tetap ? a. Ya

(64)

5. Untuk meningkatkan / memperbanyak produksi ASI , apakah ibu meminum jamu ? a. Ya

b. Tidak.

6. Menurut ibu apakah ada pengaruh minum jamu terhadap peningkatan produksi ASI ?

a. Ya b. Tidak

Merokok

1. Apakah ibu seorang perokok ? a. Ya

b. Tidak

2. Apakah selama menyusui ibu merokok ? a. Ya

b. Tidak

3. Berapa batang ibu bisa menghisap rokok perhari ? a. 3 – 6 batang / hari

b. 6 – 10 batang / hari c. 10 – 13 batang / hari

Mengkonsumsi Alkohol

1. Apakah ibu pernah mengkonsumsi alkohol / minuman keras ? a. Ya

b. Tidak

2. Berapa lama ibu sudah mengkonsumsi alkohol / minuman keras tersebut ? a. 3 bulan sebelum / sesudah menikah

b. 2 bulan sebelum / sesudah menikah c. Tidak tahu

(65)

a. Ya b. Tidak

4. Jika ibu tetap menyusui, apakah ASI tetap keluar ? a. Ya

Gambar

Gambar 2.1. Pola Pemberian ASI / MP ASI Menurut Golongan Umur. Jenis Frekuensi Contoh Komposisi
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007
Tabel 4.3.  Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007
Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Suku di Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Tahun 2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini adalah survey cross-sectional yang bersikap deskriptif yang dilakukan untuk menentukan tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian ASI eksklusif di

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran konsumsi

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan peran petugas

Desain Cross Sectional pada saat bersamaan.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi &gt; 6 Bulan – 12 bulan yang bertempat di Wilayah

menggunakan Desain Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang bersifat survey analitik dengan rancangan survey cross sectional yaitu penelitian dimana data

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional, yang bertujuan untuk menjelaskan faktor karakteristik

Teknik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI dimana bila teknik menyusui tidak benar dapat menyebabkan puting lecet dan menjadikan

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku ibu nifas