• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian MP-ASI pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tiga Balata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian MP-ASI pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tiga Balata"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI ) pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Tiga Balata Tahun 2010

Oleh:

BONA F. P. BANJARNAHOR 070100098

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI ) pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Tiga Balata Tahun 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

BONA F. P. BANJARNAHOR 070100098

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu

dalam Pemberian MP-ASI pada Bayi 0-6 Bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Tiga Balata

Nama

: BONA F. P. BANJARNAHOR

NIM

: 070100098

Pembimbing

Penguji I

(dr. Zaimah Z. Tala, MS )

(dr. Murniati Manik, MSc, Sp. KK)

NIP: 196705051992032001 NIP : 195307191980032001

Penguji II

( Nenni Dwi A. Lubis, SP. MSi)

(4)

ABSTRAK

Bayi usia 0-6 bulan membutuhkan zat gizi yang sesuai untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Asupan zat gizi yang baik dapat diupayakan dengan memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan. Setelah itu, periode pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Namun, di Indonesia masih banyak ibu yang memberikan makanan terlalu dini kepada bayinya. Terdapat 32 % ibu yang memberikan makanan tambahan kepada bayi yang berumur 2-3 bulan, seperti bubur, nasi, pisang dan 69 % terhadap bayi yang berumur 4-5 bulan. Untuk itu perlu diketahui penyebab kenapa mayoritas ibu-ibu cenderung memberikan MP-ASI yang terlalu dini pada bayi mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI yang terlalu dini pada bayi mereka.

Desain penelitian ini adalah bersifat deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu- ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi mereka yang masih berusia 0-6 bulan. Sampel diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Subjek diwawancarai dengan menggunakan kuesioner pada waktu pelaksanaan posyandu dan kunjungan rumah, kemudian data diolah dengan menggunakan SPSS 17.

Dari hasil penelitan diperoleh, mayoritas ibu-ibu yang memberikan MP-ASI yang terlalu dini pada bayinya memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 51,4 %. Berdasarkan umur, mayoritas ibu pada golongan umur 31-35 tahun sebanyak 47,1 % dan mayoritas ibu tidak bekerja sebanyak 74,3 %.

Maka berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan untuk penyebaran dan peningkatan pengetahuan ibu melalui penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi melalui kader ataupun petugas kesehatan puskesmas.

(5)

ABSTRACT

Infants 0-6 months of age need the appropriate nutrients to grow and develop properly. A good intake of nutrients to strived to give exclusive breastfeeding until age 6 months. After that, complementary feeding period (MP-ASI). However, in Indonesia there are many mothers who give food to their babies too early. There are 32% of mothers gave supplementary food to infants aged 2-3 months, such as porridge, rice, bananas and 69% of infants aged 4-5 months. It is necessary to know the cause why the majority of the mothers tend to give MP-ASI is too early in their infants. This study aimed to know the description of the factors that affect mothers in the provision of MP-ASI is too early in their infants.

This study design is descriptive. Subjects in this study were mothers who give complementary breastfeeding their infants who were aged 0-6 months. Samples taken using simple random sampling technique. Subjects were interviewed using a questionnaire at the time of the posyandu and a home visit, then the data processed by using SPSS 17.

From the research results obtained, the majority of mothers who gave MP-ASI is too early in their infants have less knowledge level as much as 51.4%. By age, the majority of women in the 31-35 year age group as much as 47.1% and the majority of mothers do not work as much as 74.3%. So based on the results of this study can be suggested for the spread and increase knowledge of mothers through counseling, information about the importance of exclusive breastfeeding in infants through a cadre of health workers or community health center.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah

yang berjudul “Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam

Pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tiga Balata”. Adapun maksud dari penyusunan dari karya tulis ini adalah

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara.

Walaupun banyak kesulitan yang penulis harus hadapi ketika penyusunan karya

ilmiah ini, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, akhirnya

tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis ingin

menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Zaimah Z. Tala, MS, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah

ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Ibu dr. H. Guido Muhammad Solihin, Sp.An, selaku dosen pembimbing

akademik yang telah memberikan semangat dan dorongan selama ini

kepada penulis.

4. Ibu dr. Rehulina Ginting, selaku Kepala Puskesmas Padang Bulan, yang

telah memberikan izin dalam melakukan proses pengumpulan data di

lokasi penelitian.

5. Seluruh pegawai Puskesmas Tiga Balata yang telah membantu

administrasi perizinan dan memberikan banyak bantuan kepada penulis

(7)

6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

7. Terima kasih yang tiada tara penulis persembahkan kepada Ayahanda

Besar Banjarnahor, SH dan Ibunda tercinta Hotlan Silalahi, yang telah

membesarkan dengan penuh kasih sayang dan tiada bosan-bosannya

mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan pendidikan.

8. Sahabat-sahabat terbaik, yang telah menjadi inspirasi dan yang telah

banyak membantu terselesaikannya karya tulis ini. Terima kasih atas

dukungan dan bantuannya.

9. Teman-teman seperjuangan Pernanda, Reza Antoni Tarigan, dan Benni

Harmoko yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan karya tulis

ini.

Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberikan kepada

penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis

ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, November 2010

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN...

1.1. Latar Belakang………..………..……….…

1.2. Rumusan Masalah……….…

1.3. Tujuan Penelitian……….…

1.3.1.Tujuan Umum………...

1.3.2.Tujuan Khusus………. .

1.4. Manfaat Penelitian………....

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...

2.1. Jenis Makanan Bayi 0-6 bulan………

2.1.1. Air Susu Ibu……….

2.2. Dampak Pemberian Makanan Pendamping ASI Terlalu Dini……..

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Makanan Bayi Terlalu

(9)

2.3.1. Umur Ibu………

2.3.2. Pekerjaan………

2.3.3. Pengetahuan………

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………

3.2. Variabel dan Definisi Operasional………

4.5. Pengolahan dan Analisis Data……….

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

5.1. Hasil Penelitian...

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...

5.1.1.1. Kecamatan Jorlang Hataran...

5.1.1.2. Puskesmas Tiga Balata...

5.1.2. Karakteristik Responden...

5.2. Pembahasan...

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Komposisi ASI………..

4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian………...

5.1 Karakteristik Ibu Berdasarkan Umur...

5.2 Karakteristik Ibu Berdasarkan Pekerjaan...

5.3 Karakteristik Ibu Berdasarkan Tingkat Pengetahuan………

8

23

25

26

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Surat Pernyataan Persetujuan Mengikuti Penelitian

(Informed Consent)

Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Pengambilan Data

Lampiran 5 Analisis Statistik SPSS

Lampiran 6 Uji Validitas dan Reabilitas

Lampiran 7 Master Data

(12)

ABSTRAK

Bayi usia 0-6 bulan membutuhkan zat gizi yang sesuai untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Asupan zat gizi yang baik dapat diupayakan dengan memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan. Setelah itu, periode pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Namun, di Indonesia masih banyak ibu yang memberikan makanan terlalu dini kepada bayinya. Terdapat 32 % ibu yang memberikan makanan tambahan kepada bayi yang berumur 2-3 bulan, seperti bubur, nasi, pisang dan 69 % terhadap bayi yang berumur 4-5 bulan. Untuk itu perlu diketahui penyebab kenapa mayoritas ibu-ibu cenderung memberikan MP-ASI yang terlalu dini pada bayi mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI yang terlalu dini pada bayi mereka.

Desain penelitian ini adalah bersifat deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu- ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi mereka yang masih berusia 0-6 bulan. Sampel diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Subjek diwawancarai dengan menggunakan kuesioner pada waktu pelaksanaan posyandu dan kunjungan rumah, kemudian data diolah dengan menggunakan SPSS 17.

Dari hasil penelitan diperoleh, mayoritas ibu-ibu yang memberikan MP-ASI yang terlalu dini pada bayinya memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 51,4 %. Berdasarkan umur, mayoritas ibu pada golongan umur 31-35 tahun sebanyak 47,1 % dan mayoritas ibu tidak bekerja sebanyak 74,3 %.

Maka berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan untuk penyebaran dan peningkatan pengetahuan ibu melalui penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi melalui kader ataupun petugas kesehatan puskesmas.

(13)

ABSTRACT

Infants 0-6 months of age need the appropriate nutrients to grow and develop properly. A good intake of nutrients to strived to give exclusive breastfeeding until age 6 months. After that, complementary feeding period (MP-ASI). However, in Indonesia there are many mothers who give food to their babies too early. There are 32% of mothers gave supplementary food to infants aged 2-3 months, such as porridge, rice, bananas and 69% of infants aged 4-5 months. It is necessary to know the cause why the majority of the mothers tend to give MP-ASI is too early in their infants. This study aimed to know the description of the factors that affect mothers in the provision of MP-ASI is too early in their infants.

This study design is descriptive. Subjects in this study were mothers who give complementary breastfeeding their infants who were aged 0-6 months. Samples taken using simple random sampling technique. Subjects were interviewed using a questionnaire at the time of the posyandu and a home visit, then the data processed by using SPSS 17.

From the research results obtained, the majority of mothers who gave MP-ASI is too early in their infants have less knowledge level as much as 51.4%. By age, the majority of women in the 31-35 year age group as much as 47.1% and the majority of mothers do not work as much as 74.3%. So based on the results of this study can be suggested for the spread and increase knowledge of mothers through counseling, information about the importance of exclusive breastfeeding in infants through a cadre of health workers or community health center.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Anak adalah buah hati yang senantiasa didambakan setiap pasangan.

Memiliki anak yang sehat dan tumbuh optimal merupakan tujuan orang tua

dimanapun. Masa bayi antara usia 0-12 bulan, merupakan masa emas untuk

pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena itu, masa ini merupakan

kesempatan yang baik bagi orang tua untuk mengupayakan tumbuh kembang anak

secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan orang tua untuk mencapai

hal tersebut adalah melalui pola asuh makan yang baik (Mutiara & Ruslianti,

2007).

Tubuh anak membutuhkan zat gizi yang sesuai untuk tumbuh dan

berkembang dengan baik. Asupan zat gizi yang baik dapat diupayakan dengan

memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan (Mutiara & Ruslianti, 2007).

Setelah itu, periode pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).

MP-ASI adalah makanan tambahan selain ASI yang diberikan pada bayi sampai

usia 24 bulan, sehingga MP-ASI diberikan tepat waktu pada usia 6-12 bulan,

karena pada usia tersebut merupakan waktu yang sangat rawan terjadi malnutrisi

(Suhardjo, 1999). Namun, di Indonesia masih banyak kebiasaan pemberian makan

bayi yang belum sesuai dengan umurnya. Banyak ibu yang memberikan makanan

terlalu dini kepada bayinya. Terdapat 32 % ibu yang memberikan makanan

tambahan kepada bayi yang berumur 2-3 bulan, seperti bubur, nasi, pisang dan 69

% terhadap bayi yang berumur 4-5 bulan ( Sukernas, 2002 ). Hasil penelitian yang

dilakukan di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa 56, 8 % ibu

memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini pada bayi 0-6 bulan dan

sebesar 43, 2 % ibu tidak memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini (

Dinkes Propsu, 2005 )

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, terutama

pada bulan-bulan pertama hidupnya. ASI mengandung semua zat gizi untuk

(15)

mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang

dibuat manusia ataupun susu hewan, seperti susu sapi, susu kerbau, dan

lain-lainnya. Air Susu Ibu sangat menguntungkan ditinjau dari berbagai segi, baik segi

gizi, kesehatan, ekonomi, maupun sosiopsikologis. Bayi yang tidak dapat cukup

ASI akan terganggu pertumbuhan dan kesehatannya (Suhardjo, 1999).

Bayi yang mendapatkan ASI paling sedikit 6 bulan, lebih sedikit mengalami

kematian semasa bayi dan lebih sedikit mengalami sakit seperti infeksi, diare serta

alergi pernafasan, karena ASI tersebut mengandung immunoglobulin yang resisten

terhadap kuman patogen. Selain itu, ASI juga meningkatkan kesehatan bayi

sepanjang hidupnya (Smith & Tully, 2001).

Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik

untuk bayi. Bayi tidak memerlukan air tambahan atau susu formula, selama ibu

mengikuti prisnsip demand feeding yaitu menyusui sesering dan selama yang bayi

inginkan. Pemberian minuman tambahan (susu formula, air glukosa, dll) hanya

akan mengurangi nafsu minum si bayi, dan juga dapat berakibat berkurangnya

suplai ASI kecuali ada justifikasi medis dari dokter untuk pemberian minuman

tambahan (Picciano, 2001).

Bayi-bayi yang mendapat tambahan makanan pada umur yang dini,

mempunyai osmolitas plasma yang lebih tinggi daripada bayi-bayi yang 100%

mendapat air susu ibu dan karena itu mudah mendapat hiperosmolitas dehidrasi.

Negara maju di Eropa ataupun Amerika, dianjurkan pemberian makanan

tambahan mulai umur 4-6 bulan. Makanan padat telah dianggap sebagai penyebab

kegemukan pada bayi-bayi jika diberikan terlalu dini (Suhardjo, 1999).

Kecenderungan ibu-ibu lebih pendek periode memberikan ASI-nya sering di

jumpai di negara sedang berkembang, dan selanjutnya menggunakan makanan

tambahan pengganti ASI. Penghentian menyusui di Indonesia didasarkan pada

alasan-alasan antara lain hamil lagi, anak cukup umur mendapat makanan biasa,

payudara sakit, air susu tidak keluar, lingkungan sosial budaya, ibu bekerja,

pengaruh iklan makanan pengganti ASI, dan sebagainya.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, didapatkan data yang

(16)

tepatnya pada bulan Maret tahun 2010 terdapat jumlah bayi usia 0-6 bulan adalah

sekitar 235 bayi. Berdasarkan observasi dan wawancara langsung yang dilakukan

peneliti pada tiga orang ibu, peneliti masih menemukan ibu yang memberikan

makanan selain ASI pada bayi mereka yang masih berusia antara 1,5-2 bulan

dengan berbagai alasan, diantaranya karena bekerja sehingga tidak bisa menyusui

anaknya selama 24 jam, air susu tidak keluar, dan agar berat badan si bayi cepat

meningkat.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, serta menyadari pentingnya

pemberian ASI ekslusif dan pemberian makanan tambahan untuk bayi pada umur

yang tepat, maka peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi ibu dalam pemberian makanan tambahan pada bayi yang terlalu

dini untuk diteliti lebih lanjut.

1.2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada

bayi usia 0-6 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Tiga Balata, Kecamatan Jorlang

Hataran, Kabupaten Simalungun?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam

pemberian MP-ASI pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tiga Balata.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi umur ibu terhadap pemberian MP-ASI pada bayi

0- 6 bulan

2. Untuk mengidentifikasi status pekerjaan ibu terhadap pemberian

MP-ASI pada bayi 0- 6 bulan.

3. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian

(17)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Bagi Kader

Sebagai masukan bagi kader Posyandu tentang faktor apa saja yang

menyebabkan kenapa ibu-ibu di wilayah kerja Puskemas Tiga Balata

memberikan makanan tambahan yang terlalu dini kepada bayi mereka

yang berumur 0-6 bulan, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan atau

arahan untuk mensosialisasikan pemberian ASI secara eksklusif dan

pemberian makanan tambahan mulai umur 6 bulan.

2. Bagi masyarakat

Khususnya masyarakat kecamatan jorlang hataran penelitian ini

bermanfaat dalam menyediakan informasi tentang pentingnya pemberian

ASI eksklusif dan pemberian makanan tambahan yang tepat pada bayi 0-6

bulan.

3. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan tentang pentingnya pemberian makanan

tambahan pada usia bayi yang tepat serta pentingnya pemberian ASI

eksklusif pada bayi 0-6 bulan dan sebagai bahan masukan untuk penelitian

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jenis Makan Bayi 0-6 bulan 2.1.1. Air Susu Ibu

ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi

dalam susunan yang diperlukan. ASI tidak memberatkan fungsi traktus digestivus

dan ginjal yang belum berfungsi dengan baik pada bayi yang baru lahir, serta

menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum. Lagipula ASI memiliki berbagai

zat anti infeksi, yang dapat menigkatkan sistemimun bayi (Pudjiadi, 2003).

ASI mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan

bayi yang berasal dari susu hewan, seperti susu sapi, susu kerbau atau susu

apapun yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan bayi. Komposisi

zat gizi yang terkandung dalam ASI adalah lemak, protein, karbohidrat, mineral

dan vitamin (Krisnatuti dan Rina, 2004).

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi tiga yaitu (Roesli,

2005 ):

1. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar

mamae yang mengandung tissue debris dan residua l material yang

terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mamae sebelum dan

segera sesudah melahirkan anak.

- Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga

atau keempat, dari masa laktasi.

- Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah.

- Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna

kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI matur.

- Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum

usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan

bayi untuk menerima makanan selanjutnya.

- Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI matur, tetapi

(19)

kasein, pada kolostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga

dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.

- Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI matur yang

dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.

- Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan

ASI matur.

- Total energi lebih rendah dibandingkan ASI mature yaitu 58

kalori/100 ml kolostrum.

- Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air

dapat lebih tinggi atau lebih rendah.

- Bila dipanaskan menggumpal, ASI mature tidak.

- PH lebih alkalis dibandingkan ASI mature.

- Lemaknya lebih banyak mengandung kolestrol dan lesitin di

bandingkan ASI matur.

- Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus

bayi menjadi krang sempurna, yangakan menambah kadar antobodi

pada bayi.

- Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.

2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

- Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur.

- Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula

yang berpendapat bahwa ASI mature baru akan terjadi pada minggu

ke 3 – ke 5.

- Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan

karbohidrat semakin tinggi.

- Volume semakin meningkat.

- ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan

komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan

bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.

(20)

- Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada

yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan

satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.

- ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap

diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur

yang sesuai untuk bayi.

- Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung

kasienat, riboflaum dan karotin.

- Tidak menggumpal bila dipanaskan.

- Volume: 300 – 850 ml/24 jam

- Terdapat anti mikrobaterial faktor, yaitu:

- Antibodi terhadap bakteri dan virus.

- Sel (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)

- Enzim (lysozime, lactoperoxidese)

- Protein (lactoferrin, B12 Binding Protein)

- Faktor resisten terhadap stapilokokus.

- Komplement ( C3 dan C4)

2.1.1.1. Komposisi ASI

Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena

colostrum mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum

dan hanya sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak mengandung

imunoglobin A (IgA), laktoterin dan sel-sel darah putih, terhadap, yang

kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan

penyakit (Infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak,

mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium

(Na) dan seng (Zn) (Roesli, 2005).

Berdasrkan sumber dari Food and Nutrition Boart, National research

Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi kolostrum ASI

dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut:

(21)

Zat-zat Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi Energi (K Cal)

Protein (g) - Kasein/whey - Kasein (mg) - Laktamil bumil (mg)

Nikotinmik (mg) - Vit B6 (mg)

Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat pada

tabel 1. Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein

daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya

berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk

(22)

sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian

protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan membetuk gumpalan yang lunak

dan lebih mudah dicerna serta diserapoleh usus bayi. Sekitar setengah dari energi

yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak, yang lebih mudah dicerna dan

diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi, sebab ASI mengandung

lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak sangat

bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase lakatasi air susu yang

pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer.

Air susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai

menyusui. Air susu berikutnya disebut “Hind milk”, mengandung sedikitnya tiga

sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar

energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi,

banyak memperoleh air susu ini (Roesli, 2005).

Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat

dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat

lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi. Di samping fungsinya sebagai

sumber energi, juga didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam

laktat. Di dalam usus asam laktat tersebut membantu mencegah pertumbuhan

bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu penyerapan kalsium serta

mineral-mineral lain. ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi

tetapi lebih mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk

bahan-bahan pertama kehidupannya. ASI juga mengandung lebih sedikit natrium,

kalium, fosfor dan klor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang

mencukupi kebutuhan bayi (Roesli, 2005).

Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang

diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat

diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi

penyakit polio jarang terjadi pada anak yang diberi ASI, bila kulitnya sering

terkena sinar matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air telah ditemukan

terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan terhadap

(23)

2.1.1.2. Keuntungan Pemberian ASI

Menurut Pudjiadi (2005) keuntungan –keuntungan yang dapat diperoleh

dari pemberian ASI yaitu:

1. Keuntungan pemberian ASI bagi bayi :

- Kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi.

- Mudah dicerna dan diserap.

- Selalu bersih dan segar.

- Aman.

- Menyempurnakan pertumbuhan bayi sehingga bayi lebih

sehat dan cerdas ( meningkatkan IQ sebanyak 12,9 point).

- Melindungi tubuh dari berbagai penyakit terutama penyakit infeksi.

- Memperindah kulit, gigi dan bentuk rahang.

- Tersedia pada suhu yang tepat sehingga bayi tidak harus

menunggu.

- Bayi yang diberi ASI akan jarang mengalami diare, tidak akan

sembelit dan jarang terkena alergi.

2. Keuntungan Pemberian ASI bagi ibu

- Murah.

- Biasanya periode tidak subur ibu menyusui lebih panjang

dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui.

- Menyusui segera setelah melahirkan akan mempengaruhi kontraksi

uterus sehingga proses pemulihan setelah melahirkan akan

berlangsung lebih cepat.

- Ibu lebih sehat dan mencegah kegemukan.

- Akan tercipta hubungan yang erat dan hangat antara bayi dan

ibunya.

- Menghindari ibu dari kemungkinan timbulnya kanker payudara.

2.1.1.3. Frekuensi Pemberian ASI

Pada pemberian bayi yang baru lahir mempunyai jadwal makan yang tidak

(24)

18 kali dalam 24 jam tanpa jadwal yang teratur. Dalam dua hari pertama produksi

ASI belum banyak hingga tidak perlu menyusui terlalu lama, cukup beberapa

menit saja untuk merangsang keluarnya ASI. Pada hari-hari berikutnya bayi dapat

disusui selama 15-20 menit tiap kalinya, walaupun sebagian besar ASI keluar

pada 5-10 menit pertama dari setiap buah dada. Jadwal menyusui hendaknya

disesuaikan dengan aktivitas sehari-hari ibu. Misalnya tiap 3 jam dimulai pada

jam 6 pagi, walaupun demikian jadwal itu tidak perlu kaku, jika setelah 2 jam bayi

sudah menangis dapat diberikan lagi. Sebaliknya harus diperhatikan, bahwa bayi

yang menangis tidak selalu disebabkan oleh rasa lapar. Mungkin juga oleh

mulas-mulas ( kolik, gerak usus yang berlebihan ) setelah minum ASI, sedang sakit dan

sebagainya (Pudjiadi, 2005).

2.1.2. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Seiring dengan bertambahnya usia anak, ragam makanan yang diberikan

harus bergizi lengkap dan seimbang. Peran zat gizi ini penting untuk menunjang

tumbuh kembang anak. Dalam hal ini pengaturan pola konsumsi makanan, ibu

mempunyai peran yang sangat penting dalam memilih jenis makanan yang bergizi

seimbang. MP-ASI harus diberikan setelah anak berusia 6 bulan dan berlanjut

sampai usia 24 bulan, karena pada masa tersebut produksi ASI makin menurun

sehingga suplai zat gizi dari ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi anak yang

semakin meningkat (Wiryo, 2002).

Banyak faktor yang mengakibatkan pemberian makanan pendamping ASI

terlalu dini, antara lain kebiasaan yang turun-temurun dari keluarga, dan banyak

faktor lainnya yang membuat pemberian makanan pendamping ASI tidak sesuai

umur anak (Soedibyo, 2007).

(25)

Walaupun ASI adalah makanan paling ideal bagi bayi , namun tidak semua

dapat memberikan ASI pada bayinya. Menurut Dinkes Propsu (2005) penggunaan

susu formula sebagai PASI dapat dimengerti jika alasannya :

- Bayi sakit seperti kekurangan cairan, radang mulut atau infeksi paru-paru

- Bayi lahir dengan berat badan rendah

- Bayi lahir sumbing ( bawaan)

Pemberian PASI juga dapat disebabkan oleh masalah pada pihak ibu :

- Jumlah dan mutu ASI kurang memadai tidak mencukupi, sakit dan karena

sakitnya dilarang menyusui oleh dokter baik untuk kepentingan ibu maupun

bayinya, seperti ginjal atau penyakit menular.

- Ibu menderita infeksi, luka puting ( mastitis )

- Ibu mengalami gangguan jiwa atau epilepsi.

- Ibu sedang menjalani terapi obat yang tidak aman bagi bayi

Untuk alasan-alasan tersebut, pada umumnya bayi harus diberi makanan

pengganti ASI (PASI) berupa susu formula. Pada umumnya susu formula untuk

bayi terbuat dari susu sapi yang susunan zat gizinya diubah sedemikian rupa

sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa menimbulkan efek samping. Oleh

karena ASI yang paling ideal untuk bayi maka perubahan yang dilakukan pada

komponen gizi susu sapi harus mendekati susunan zat gizi ASI (Dinkes Propsu,

2005).

Dibandingkan dengan ASI, susu formula memiliki banyak kelemahan

terutama dalam hal kandungan gizinya. Selain itu penggunaan susu formula harus

dikontrol dari kemungkinan masuknya organisme-organisme patogen atau

terjadinya kontaminasi yang dapat menyebabkan diare. Untuk mencukupi

kebutuhan bayi susu diberikan sesuai dengan takarannya. Takaran akan bertambah

sesuai dengan bertambahnya umur bayi. Jadwal menyusui dengan susu formula

tetap seperti pada bayi yang diberi ASI (Nadesul, 2005)

Perbedaan komposisi susu sapi dan komposisi ASI terdapat pada konsentrasi

(26)

mengandung lebih banyak asam lemak tidak jenuh sehingga mudah dicerna

sedangkan susu sapi tidak demikian. ASI mengandung lebih banyak asam linoleat,

asam lemak yang esensial bagi manusia. Kandungan kolesterol ASI lebih tinggi

jika dibandingkan kolesterol yang terdapat pada susu sapi. ASI mengandung

cukup vitamin dan zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi (Pudjadi, 2005).

Tetapi kebanyakan ibu-ibu sekarang menggunakan susu formula bukan

sebagai PASI yang diakibatkan oleh keadaan-keadaan seperti yang di atas, oleh

sebab itu tidak jarang produsen atau distributor susu formula menyampaikan

informasi yang berlebihan dalam rangka pemasaran susu formula. Strategi

pemsaran ini semakin berhasil yang dapat dilihat dari semakin meningkatknya

permintaan terhadap susu formula untuk bayi dan anak balita. Apabila hal ini

dibiarkan terus berlangsung tidak tertutup kemungkinan suatu saat para ibu yang

memiliki bayi lebih cenderung memberikan susu formula bagi bayinya ketimbang

memberikan ASI walupun produksi ASI nya normal yang pada gilirannya akan

menghambat keberhasilan program ASI eksklusif (Depkes, 2005)

2.2. Dampak Pemberian Makanan Pendamping ASI Terlalu Dini

Menurut Pudjiadi (2005) pengenalan makanan padat tidak perlu bagi bayi

yang berusia < 6 bulan, karena :

1. Refleks ekstrusi lidah cenderung mendorong makanan padat keluar mulut,

keadaan ini tidak hilang sampai bayi berumur 6 bulan

2. Produksi amilase pankreatik, yaitu enzim penting untuk pencernaan zat

pati pada bayi sangat rendah sebelum bayi berumur 6 bulan

3. Bayi dapat mempertahankan kontrol kepala dengan baik pada umur 6

bulan dan dapat duduk dengan baik sehingga bayi dapat berpartisipasi

lebih baik dalam proses pemberian makanan.

4. Ekzema dan penyakit atopik lainnya sering terjadi pada bayi yang

menerima makanan padat awal dan semakin besar keragaman maknannya

(27)

5. Pemberian awal makanan padat tidak berpengaruh terhadap pola tidur

bayi, banyak orang awam mengenalkan makanan padat lebih awal pada

bayinya dengan harapan bayi dapat tidur lebih nyenyak sepanjang malam.

6. Makanan padat dapat menghambat penyerapan zat besi dan gizi lainnya

dari ASI

7. Dengan melakukan pengenalan makanan padat pada bayi < 6 bulan

mengakibatkan masa penyusuan yang lebih pendek.

Pemberian makanan padat sebaiknya diberikan pada umur yang tepat.

Menurut Pudjiadi (2005) dampak pemberian makanan padat sebelum umurnya

adalah :

1. Kenaikan berat badan yang terlalu cepat sehingga menjurus ke obesitas

2. Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut.

3. Mendapat zat-zat tambahan seprti garam dan nitrat yang dapat merugikan.

4. Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna

atau zat pengawet yang tidak diinginkan.

2.3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Makan Bayi Terlalu Dini

Seringkali ibu memberikan makanan kepada bayinya dengan cara yang tidak

benar, disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi pemberian makan bayi

terlalu dini, antara lain :

2.3.1. Umur Ibu

Umur adalah hal terpenting bagi seorang ibu, umur di < 30 tahun dianggap

masih belum atau kurangnya kesiapan secara mental psikologis, karena dianggap

masih belum cukup matang dan dewasa untuk menghadapi kehamilan dan

kelahiran. Apalagi dalam hal merawat atau mengurus anak, ibu masih belum

cukup matang, walaupun telah diketahui bersama keadaan tersebut datang dengan

sendirinya ( naluri keibuan ). Untuk urusan pemberian makan pada bayi tidak

dibutuhkan naluri ibu karena diperlukan pengalaman maupun pengetahuan yang

(28)

fisik dan juga mental sudah cukup dewasa dan kemungkinan sudah mempunyai

pengalaman dari anak sebelumnya mengenai pemberian makan bayi yang baik

(Soedibyo, 2007).

2.3.2. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang dilakukan dalam kehidupan

sehari-hari yang berpengaruh terhadap orang lain. Pada saat ini banyak ibu-ibu

yang memperoleh nafkah dengan bekerja di luar rumah, untuk membantu

perekonomian keluarga. Wanita di perkotaan kebanyakan bekerja baik di sektor

formal maupun informal. Pada kondisi tersebut, bagi ibu yang sedang menyusui

sulit untuk tetap dapat menyusui anaknya, apalagi kalau tempat tinggal berjauhan

dengan tempat kerja. Demikian pula jika perusahaan tempat bekerja menetapkan

aturan yang ketat terhadap jam kerja karyawannya. Keadaan seprti ini membuat

ibu tidak bisa memberikan ASI lagi pada bayi. Tapi sayangnya para ibu

menggantikan dengan makanan padat (Soedibyo, 2007).

2.3.3. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindaran terhadap suatu objek tertentu. Pengindaran terjadi melalui pancaindra

manusia, yakni indra penglihatan, penciuman, rasa, raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya

datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan

orang lain, di dapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik.

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui orang

lain. Menurtu Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup dalam domain

kognitif mempunyai enam tingkat, yakni :

a.Tahu (know)

Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan

(29)

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b.Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secar benar

tentang objek yang diketahui, dan daoat menginterpretasi materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c.Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks situasi yang lain.

d.Analisis (analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja

dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

e.Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f.Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

(30)

Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu

maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan

untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam

upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal (Notoatmodjo, 2003).

Pemberian makanan pada bayi harus disesuaikan dengan perkembangan dari

saluran pencernaan bayi yang belum sempurna. Dengan pemberian makanan

terlalu dini telah diketahui dapat menimbulkan masalah dikemudian hari. Perlunya

penundaan pemberian makanan hingga usia 6 bulan adalah untuk mencegah

kemungkinan overfeeding karena bayi tersebut belum mampu memberikan

pertanda bahwa bayi sudah kenyang. Pengetahuan seperti ini yang tidak diketahui

oleh para ibu. Sebagian besar ibu juga belum mengetahui arti dan manfaat ASI

(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian

ini adalah :

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

1. MP-ASI adalah makanan yang diberikan terlalu dini pada bayi 0-6 bulan

yang diberikan bersama-sama dengan ASI, yang seharusnya diberikan

pada bayi berusia 6 bulan dan berlanjut sampai berusia 24 bulan. Makanan

yang diberikan dapat berupa makanan lunak/padat seperti bubur susu(

beras, maizena, terigu dan sebagainya, ditambah dengan susu dan gula)

atau nasi tim.

2. Umur adalah usia ibu yang dihitung pada ulang tahun terakhir sampai saat

pengumpulan data dilakukan.

3. Pekerjaan adalah jenis kegiatan ibu di luar atau di dalam rumah dilakukan

secara rutin, yang merupakan sumber menambah penghasilan keluarga.

- Tidak bekerja adalah ibu tidak memiliki kegiatan di luar ataupun di

dalam rumah yang dilakukan secara rutin, yang merupakan sumber

menambah penghasilan keluarga.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu

•Umur ibu

•Status pekerjaan ibu

•Tingkat pengetahuan

ibu

(32)

- Bekerja di dalam rumah adalah ibu memiliki kegiatan di dalam rumah

yang dilakukan secara rutin, yang merupakan sumber tambahan

penghasilan keluarga.

- Bekerja di luar rumah adalah ibu memiliki kegiatan di luar rumah yang

dilakukan secara rutin, yang merupakan sumber tambahan penghasilan

keluarga.

4. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang pola

pemberian makan bayi, ASI eksklusif, manfaat pemberian ASI, kapan

mulai menyusui bayinya, berapa lama dan umur berapa bayi baru bisa

diberikan makanan padat. Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan

menggunakan item pertanyaan :

- Jawaban yang paling benar diberi skor 2

- Jawaban yang salah diberi skor 0

Nilai semua pertanyaan dijumlahkan hingga didapat nilai total skor

pengetahuan. Total skor dinyatakan dengan skala ordinal. Dikelompokkan

sebagai berikut (Arikunto, 1998) :

- Baik bila nilai responden > 75 % dari nilai seluruh pertanyaan tentang

pengetahuan, dengan nilai > 18

- Cukup bila nilai responden 40-75 % dari nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai antara 10-18

- Kurang bila nilai < 40% dari nilai seluruh pertanyaan tentang

(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tiga Balata

yang terletak di Kecamatan Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun. Dimana,

alasan pemilihan lokasi penelitian didasari atas pertimbangan bahwa pada studi

pendahuluan yang dilakukan peneliti di lokasi penelitian masi terdapat ibu-ibu

yang memberikan makanan pendamping ASI pada bayinya yang berumur 0-6

bulan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dengan pengumpulan data dan penyusunan laporan akhir.

Maka waktu penelitian diperkirakan dari Juli 2010 sampai Desember 2010.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memberikan MP-ASI

kepada bayi mereka yang berusia 0-6 bulan. Di wilayah kerja puskesmas Tiga

Balata, ibu-ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan sejumlah 235 orang. Pada survei

awal yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, terdapat sebanyak 180 orang

ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi mereka yang berusia 0-6 bulan. Maka

jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 180 orang.

4.3.2. Sampel

Penentuan besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan

(34)

n =

1+N(d2)

N .

Keterangan

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = Tinigkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan ( 0,1)

Berdasarkan rumus maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut :

n =

1+180 (0,1)2 . 180 .

n =

2,8 180

n = 64,25

Untuk mempermudah maka jumlah sampel yang akan diteliti digenapkan

menjadi 70 orang ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah simple random sampling.

4.4. Teknik Pengambilan Data

Metode pengambilan data adalah dengan menggunakan angket yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dan relevan terhadap masalah penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner

terdiri dari beberapa kelompok pertanyaan yang meliputi :

1. Identitas Responden : data yang diambil berupa inisial nama, umur,

pendidikan, pekerjaan, pemberian makanan pada bayi.

(35)

Data yang digunakan tediri dari :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan wawancara langsung

dengan responden menggunakan pedoman kuesioner terstrukur yaitu

meliputi data tentang umur, pendidikan, pekerjaan, pemberian makanan

pada bayi, tingkat pengetahuan.

2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi gambaran lokasi penelitian yang diperoleh dari

Puskesmas Tiga Balata.

4.4.1. Uji Validitas Dan Reliabilitas

Dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner yang telah disusun

sebelumnya dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 17. Sampel untuk uji

validitas dan reliabilitas adalah 20 orang responden yang memiliki anak usia 0-6

bulan. Uji validitas dan reliabilitas ini dilaksanakan pada bulan Juli 2010.

Uji validitas dilakukan dengan korelasi Pearson, skor yang didapat dari

setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk tiap variabel. Setelah

semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai

tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel untuk jumlah responden

20 orang dengan taraf signifikansi 0.05 adalah 0,514. Jika nilai koefisien korelasi

Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai r tabel, maka pertanyaan

tersebut valid.

Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan

koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS 17. Jika nilai alpha lebih besar

dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel. Hasil uji validitas dan

(36)

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1

2

0.950 Reliabel

Reliabel

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah terkumpul, diolah (editing, coding, dan entry data). Editing

data dilakukan untuk melihat tentang kelengkapan pengisian kuisoner, lalu

dilakukan pengkodean. Data yang sudah diberi kode dalam bentuk kategorik

kemudian entry menggunakan komputer dengan SPSS (Statistical Product and

(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1.1. Kecamatan Jorlang Hataran

Jorlang Hataran adalah daerah kecamatan yang terletak di kabupaten

Simalungun, yang memiliki luas wilayah 109, 25 km2, terletak 600 meter diatas

permukaan laut dan secara geografis terletak antara pada 020 51 . 933’ lintang

utara dan 0990. 01. 215’ bujur timur.

Secara administratif, Kecamatan Jorlang Hataran berbatasan dengan

Kecamatan Siantar pada sebelah utara, Kecamatan Dolok Panribuan pada sebelah

selatan, Kecamatan Sidamanik pada sebelah barat dan Kecamatan Tanah Jawa

pada sebelah timur.

Jumlah penduduk Kecamatan Jorlang Hataran setiap tahunnya selalu

bertambah, pada tahun 2008 jumlah penduduk Kecamatan Jorlang Hataran

sebesar 18.523 jiwa dengan jumlah pria lebih banyak yaitu 9.317 jiwa

dibandingkan jumlah wanita yaitu 9.206 jiwa. Selanjutnya, dilihat dari struktur

umur penduduk, Kecamtan Jorlang Hataran dihuni lebih kurang 12.315 jiwa usia

produktif ( 15-59 tahun).

5.1.1.2. Puskesmas Tiga Balata

Puskesmas Tiga Balata merupakan Unit Pelayanan Kesehatan ( UPK ) di

kecamatan Jorlang Hataran yang memberikan pelayanan kepada seluruh

masyarakat yang bertempat tinggal di kecamatan maupun di luar wilayah

kecamatan tersebut. Puskesmas Tiga Balata merupakan satu-satunya puskesmas

yang terdapat di wilayah Kecamatan Jorlang Hataran, yang berlokasi di Jl. Parapat

km 12 Tiga Balata, Kecamatan Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun.

Puskesmas ini buka setiap hari Senin sampai Sabtu, mulai dari pukul 08.00 WIB

sampai pukul 15.00 WIB, kecuali pada hari Jumat dari pukul 08.00 WIB sampai

pukul12.00 WIB. Fasilitas-fasilitas yang terdapat pada puskesmas ini antara lain

Pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), layanan poliklinik umum, poliklinik

(38)

5.1.2. Karakteristik responden

Tabel 5.1. Karakteristik ibu berdasarkan umur

Umur Jumlah ( % )

Dari hasil analisis table 5.1 dapat diketahui bahwa ibu-ibu yang

memberikan MP-ASI kepada bayi mereka yang berusia 0-6 bulan, yang berusia

31-35 tahun sebanyak 33 orang (47,1%), yang berusia 26-30 tahun sebanyak 25

orang (35,7%) dan yang berusia 20-25 tahun sebanyak 12 orang (17,1%).

Tabel 5.2. Karakteristik ibu berdasarkan pekerjaaan

Pekerjaan Jumlah ( % )

Tidak bekerja Bekerja di dalam rumah

Bekerja di luar rumah

52 (74,3 %) 8 (11,4%) 10 (14,3%)

Jumlah 70 (100%)

Dari hasil analisis table 5.2 dapat diketahui bahwa ibu-ibu yang

memberikan MP-ASI kepada bayinya yang berusia 0-6 bulan, yang tidak bekerja

sebanyak 52 orang (74,3%), yang bekerja didalam rumah sebanyak 8 orang

(11,4%), yang bekerja diluar rumah sebanyak 10 orang (14,3%).

Tabel 5.3.Karakteristik ibu berdasarkan pengetahuan.

Pengetahuan Jumlah ( % )

Dari hasil analisis tabel 5.3 dapat diketahui bahwa ibu-ibu yang

memberikan MP-ASI pada bayi mereka yang berusia 0-6 bulan, sebanyak 36

orang (51,4%) ibu memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang pola

pemberian makan bayi usia 0-6 bulan, sebanyak 19 orang (27,1%) ibu memiliki

(39)

bulan dan sebanyak 15 orang (21,4%) ibu memiliki tingkat pengetahuan yang baik

tentang pola pemberian makan pada bayi usia 0-6 bulan.

5.1.3. Tabel Tabulasi Silang

Tabel 5.4. Tabulasi silang antara umur dengan status pekerjaan ibu

Umur

Pekerjaan

Total

Tidak bekerja Bekerja

didalam rumah

Berdasarkan data tabulasi silang antara umur dan status pekerjaan ibu,

didapatkan bahwa ibu-ibu yang memberikan MP-ASI terlalu dini yang tidak

bekerja mayoritas berumur 31-35 tahun yaitu 53,8 %, sedangkan ibu yang bekerja

di dalam rumah mayoritas berumur 26-30 tahun yaitu 50 %, begitu juga dengan

ibu yang bekerja di luar rumah mayoritas berumur 26-30 tahun yaitu 50 %.

Tabel 5.5. Tabulasi silang antara umur dengan tingkat pengetahuan ibu

Umur

Tingkat

Pengetahuan Total

Kurang Cukup Baik

Berdasarkan data tabulasi silang antara umur dan tingkat pengetahuan ibu

yang memberiakan MP-ASI terlalu dini, didapatkan bahwa mayoritas ibu dengan

tingkat pengetahuan kurang berumur 26-30 tahun yaitu 17 orang (47,2%),

sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan cukup mayoritas berumur 31-35 tahun

yaitu 13 orang (68,4%), dan ibu dengan tingkat pengetahuan baik mayoritas

(40)

Tabel 5.6. Tabulasi silang antara status pekerjaan ibu dengan tingkat

Berdasarkan tabel tabulasi silang antara status pekerjaan ibu dengan

tingkat pengetahuan ibu yang memberikan MP-ASI terlalu dini, didapatkan bahwa

ibu dengan tingkat pengetahuan kurang mayoritas tidak bekerja yaitu 25 orang (

69,4%), begitu juga pada ibu dengan tingkat pengetahuan cukup mayoritas

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.1, ditemukan

mayoritas ibu-ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi mereka usia 0-6 bulan

adalah berusia 31-35 tahun, yaitu sebanyak 33 orang (47,1%). Sedangkan yang

berusia 26-30 tahun sebanyak 25 orang (25,7%) dan yang berusia 20-25 tahun

sebanyak 12 orang (17,1%). Berdasarkan data sekunder yang didapat dari

puskesmas, memang mayoritas ibu-ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan berumur di

antara 25-35 tahun. Namun, umur bukan lah faktor yang paling berpengaruh

terhadap ibu dalam pemberian MP-ASI yang terlalu dini, selain umur pengetahuan

merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap ibu. Meskipun umur ibu

yang diatas 30 tahun cenderung memiliki pengalaman terhadap anak sebelumnya

dalam pemberian ASI, apabila dasar pengetahuan ibu dalam pemberian

MP-ASI pada bayi yang benar masih kurang, ibu akan tetap cenderung salah dalam

(41)

yang dilakukan oleh Soedibyo ( 2007 ) di Unit Pediatri Rawat Jalan RSCM

Jakarta dimana umur > 30 tahun mayoritas responden telah mempunyai lebih dari

satu orang anak sehingga sudah punya pengalaman tentang pemberian makanan

pendamping ASI sesuai dengan umur bayi dan tidak lagi memberikan makanan

pendamping ASI kepada bayi 0-6 bulan tetapi hanya memberikan ASI saja

sebagai makanan terbaik bagi bayi.

Pada tabel 5.2 diketahui bahwa ibu-ibu yang memberikan MP-ASI kepada

bayi mereka yang berusia 0-6 bulan mayoritas tidak bekerja, yaitu sebanyak 52

orang (74,3%) dan hanya terdapat 10 orang (14,3%) ibu yang bekerja diluar

rumah, sedangkan ibu-ibu yang bekerja di dalam rumah hanya 8 orang (11,4%).

Tapi meskipun ibu tidak bekerja dan di rumah saja, ibu tidak memberikan ASI

saja kepada bayi nya usia 0-6 bulan, tapi menambahkan makanan-makanan padat

seperti pisang, beras tumbuk, biskuit. Dari data sekunder yang diperoleh dari

pemerintah setempat, bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Jorlang Hataran

memiliki pekerjaan sebagai petani, begitu juga dengan ibu-ibu rumah tangga di

daerah tersebut. Namun apabila ibu sedang mengandung atau sedang menyusui,

ibu akan berhenti untuk sementara dari pekerjaan nya sebagai petani, sehingga

memiliki waktu yang cukup untuk mengasuh dan memberi makan bayinya.

Namun, bukan berarti ibu memberikan ASI saja setiap kali ingin memberi makan

bayi nya, tapi justru menambahkan makanan lain pada bayi nya setelah pemberian

ASI. Status pekerjaan ibu yang tidak bekerja atau berada di rumah tidak dapat

dijadikan sebagai acuan untuk memastikan bahwa ibu akan memberikan ASI saja

pada bayi nya yang berusia 0-6 bulan, tapi adanya anggapan ibu yang salah atau

pengaruh budaya setempat juga berpengaruh pada pemberian MP-ASI yang

terlalu dini. Misalnya adanya anggapan ibu bahwa dengan memberikan makanan

lain sebagai tambahan akan menigkatkan BB bayi, membuat bayi menjadi tidak

cengeng, dan dapat menghindari bayi dari penyakit. Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2000), tentang pemberian

ASI eksklusif pada bayi dan hubungannya dengan tumbuh kembang anak pada

(42)

namun tidak memberikan ASI saja pada bayi tetapi menambahnya dengan

makanan padat seperti pisang, beras tumbuk, biskuit. Namun hal ini tidak sejalan

dengan teori yang menyatakan bahwa mayoritas ibu-ibu yang sedang menyusui

yang bekerja di luar rumah, apalagi yang memiliki tempat bekerja jauh dari rumah

akan membuat ibu tidak dapat menyusui bayinya dan cenderung mengganti ASI

dengan makanan padat (Soedibyo, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3, bahwa mayoritas ibu-ibu yang

memberikan makanan pendamping ASI kepada bayi mereka yang berusia 0-6

bulan, memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang pemberian ASI eksklusif

pada bayi 0-6 bulan, yaitu sebanyak 36 orang (51,4%) dan hanya terdapat

sebagian kecil ibu-ibu tersebut yang memiliki pengetahuan baik atau cukup

tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan, yaitu terdapat 19 orang

(27,1%) yang memiliki pengetahuan cukup dan 15 orang (21,4%) yang memiliki

pengetahuan baik. Jika dilihat dari data sekunder yang diperoleh dari pemerintah

Kecamatan Jorlang Hataran, mayoritas penduduk Kecamtan Jorlang Hataran

memiliki tingkat pendidikian tertinggi sampai tingkat SD. Menurut (Soedibyo,

2007), bahwa pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kwalitas

manusia dengan kata lain bahwa pendidikan ibu yang lebih tinggi akan membuat

pemahaman yang lebih baik tentang pemberian makanan pada bayinya. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh (2006), bahwa

ditemukan sebanyak 58,8 % responden memiliki tingkat pengetahuan kurang

tentang pemberian makanan pendamping ASI yang sesuai umur, dimana pada

bayinya terdapat pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini.

Namun berdasarkan hasil penelitian, selain faktor-faktor diatas yang

mempengaruhi ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI sesuai umur yaitu

faktor pekerjaan, pengetahuan dan umur ibu, terdapat faktor-faktor lain yang

mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI pada bayi 0-6 bulan, yaitu ASI yang

keluar hanya sedikit atau ASI tidak keluar sama sekali, adanya anggapan ibu yang

salah tentang pemberian makanan tambahan kepada bayi yaitu anggapan supaya

BB bayi lebih cepat bertambah, tidak mudah terkena penyakit, dan tidak cengeng.

(43)

untuk membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan. ASI

tidak memberatkan fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum berfungsi

dengan baik pada bayi yang baru lahir, serta menghasilkan pertumbuhan fisik

yang optimum. Lagipula ASI memiliki berbagai zat anti infeksi, yang dapat

(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan :

1. Secara keseluruhan mayoritas ibu-ibu yang memberikan MP-ASI kepada

bayinya yang masih berusia 0-6 bulan memilki tingkat pengetahuan kurang

tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi yaitu sebanyak 36 orang (51,4%),

sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak 19 orang dan

yang memiliki tingkat pengetahuan baik hanya 15 orang.

2. Mayoritas golongan umur ibu-ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi

mereka yang masih usia 0-6 bulan adalah 31-35 tahun sebanyak 33 orang

(47,1%), sedangkan ibu yang berusia 26-30 tahun sebanyak 25 orang (35,7%)

dan yang berusia 20-25 tahun hanya 12 orang (17,1%).

3. Berdasarkan status pekerjaan, seluruh ibu-ibu yang memberikan MP-ASI

pada bayi mereka yang masih usia 0-6 bulan mayoritas tidak bekerja yaitu

sejumlah 52 orang (74,3%), sedangkan yang bekerja di luar rumah hanya 10

orang (11,4%) dan yang bekerja di dalam rumah 8 orang (14,3%).

4. Selain faktor umur, status pekerjaan, dan tingkat pengetahuan ibu, terdapat

faktor lain yang juga dapat mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI

pada bayi yang terlalu dini yaitu ASI yang keluar hanya sedikit atau ASI

tidak keluar sama sekali, adanya anggapan ibu yang salah tentang pemberian

makanan tambahan kepada bayi yaitu anggapan supaya BB bayi lebih cepat

bertambah, tidak mudah terkena penyakit, dan tidak cengeng.

6.2. Saran

Saran pada penelitian ini antara lain :

1. Perlunya dilakukan penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif

pada bayi 0-6 bulan karena masih banyak ditemukannya persepsi ibu yang

(45)

2. Untuk penelitian selanjutnya, agar dapat meneliti lebih dalam lagi mengenai

faktor penyebab kurangnya produksi ASI atau tidak diproduksinya ASI

sama sekali yang menyebabkan ibu memberikan MP-ASI kepada bayi yang

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Almatier, S., 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Graha Pustaka Utama

Arifin, 2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Budiyanto, A. K., 2009. Dasar – Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM Press

Cott , 2003. Makanan Sehat Untuk Bayi dan Balita. Jakarta : Dian Rakyat

Depkes RI, 2002. Indonesia Sehat 2010. Jakarta.

________, 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta

________, 2005. Rencana Strategi Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Jakarta

Dinkes Prop Sumut, 2005. Buku Saku Aturan-aturan Promosi Pemasaran

Pengganti ASI (PASI). Medan

Judarwanto, W., 2004. Mengatasi Kesulitan Makan Pada Anak. Jakarta: Puspa

Swara.

Krisnatuti, D., & Rina Y., 2004. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI Cetakan

I. Jakarta : Puspaswara Anggota IKAPI.

Munawaroh, L., 2006. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu, Pola

Makan Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas

Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan. Skripsi, Fakultas Ilmu

Keolahragaan, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negri

Semarang.

Nadesul, H., 2005. Makanan Sehat Untuk Bayi. Jakarta : Puspa Swara

Notoadmodjo, S., 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan.Cetakan kedua. Jakarta

: Rineka Cipta.

Pudjiadi, S., 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Edisi Keempat. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI

Roesli, U., 2005. Mengenal ASI Eksklusif Seri I. Jakarta : Taugus Agriwidya

Silalahi, MI., 2007.Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Makanan Pada Bayi (0-6

(47)

Simalungun. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Soedibyo, S., 2007. Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi yang

Berkunjung Ke Unit Pediatri Rawat Jalan RSCM. Jakarta : IDAI FK UI

Suhardjo, 1997. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Jakarta : Kanisus

Wiryo, H., 2002. Peningkatan Gizi Bayi, Anak Ibu Hamil dan Menyusui dengan

(48)

Lampiran 1

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Bona F. P. Banjarnahor

Tempat / Tanggal Lahir : Pematangsiantar / 21 Agustus 1990

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Dr. Mansur No. 62, Medan

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negri 3 Jorlang Hataran

2. SMP Negri 1 Jorlang Hataran

3. SMA RK Bintang Timur Pematangsiantar

Riwayat Organisasi :

1. PEMA FK USU periode 2009-2010

2. Panitia Pra KKS tahun 2009

(49)

Lampiran 2

KUESIONER

JUDUL PENELITIAN :

Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Tiga Balata

I. Karakteristik Ibu

1. Nama :

2. Umur :

3. Pekerjaan

Apakah ibu bekerja ?

a. Bekerja : - Di dalam rumah (Sebutkan :...)

- Di luar rumah ( sebutkan :...)

b. Tidak bekerja

II. Pemberian Makan pada Bayi

1. Adakah ibu menambah ASI dengan makanan lain pada bayi 0-6 bulan?

a. Ya

b. Tidak

2. Alasan Ibu memberikan makanan tambahan selain ASI pada bayi 0-6

bulan ?

III. Pengetahuan Ibu

1. Menurut ibu, apa makanan bayi 0-6 bulan itu ?

a. ASI saja.

b. ASI + makanan tambahan.

2. Menurut ibu, apa kegunaan pemberian ASI pada bayi?

a. Agar bayi tidak menangis.

b. Sebagai makanan pokok bayi.

3. Apakah ibu tahu yang dimaksud dengan pemberian ASI eksklusif ?

(50)

b. Memberi ASI dan boleh menambahkan dengan makanan lain.

4. Berapa lama pemberian ASI eksklusif menurut ibu ?

a. < 4 bulan

b. 6 bulan

5. Apakah yang diketahui ibu tentang kolostrum ?

a. ASI yang pertama kali keluar.

b. ASI basi.

6. Apakah ibu tahu manfaat dari kolostrum ?

a. Agar bayi cepat gemuk.

b. Untuk daya tahan tubuh anak agar tidak mudah sakit.

7. Kapan bayi sebaiknya mulai disusukan ?

a. Langsung setelah lahir.

b. 1 jam setelah lahir.

8. Apakah ibu tahu manfaat menyusui ?

a. Supaya tidak membeli susu formula.

b. Mempererat kasih sayang antara ibu dan anak, serta lebih mudah

pemberiannya.

9. Apakah pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan dapat diganti dengan

pemberiaan makanan dan minuman tambahan ?

a. Tidak

b. Sekali-sekali

10. Pada saat kapankah bayi diberikan ASI ?

a. Saat ibu sempat saja.

b. Setiap kali bayi membutuhkannya/, tanpa dijadwal

11. Berapa lama menyusui yang ideal ?

a. ± 10-15 menit, kanan dan kiri.

b. Sampai bayi tertidur.

12. Apakah ibu tahu akibat dari pemberian makanan dan minuman tambahan

selain ASI, pada bayi usia 0-6 bulan ?

a. Tidak tahu

(51)

No Pertanyaan skor

10 Pertanyaan

10

a = 0, b = 2

11 Pertanyaan

11

a = 2, b = 0

12 Pertanyaan

12

(52)

Lampiran 3

Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama :

Tempat/ Tgl. Lahir :

Dengan ini, setelah mendapat penjelasan tentang penelitian ( judul ) dan

memahaminya, menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk menjawab pertanyaan

yang diajukan peneliti pada kuesioner-kuesioner yang tertera untuk disertakan ke

dalam data penelitian.

Tiga Balata, 2010

Peneliti, Yang Membuat Pernyataan

(Bona F. P. Banjarnahor ) ( )

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Tempat/ Tgl. Lahir :

Dengan ini menyatakan bahwa data yang diisi dalam pertanyaan kuesioner adalah

benar dan Saya bersedia memberikan pernyataan saya untuk dijadikan bahan

penelitian tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2010

Tertanda

Gambar

tabel 1. Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian
Tabel 5.1. Karakteristik ibu berdasarkan umur
Tabel 5.4. Tabulasi silang antara umur dengan status pekerjaan ibu
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Puji syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat penyelesaian Program

Oleh karena itulah perbuatan zina yang dilakukan oleh orang telah menikah (Zina muhshan) termasuk salah satu dari tiga orang yang darahnya diharamkan. Diriwayatkan oleh

Dalam rangka penyusunan kegiatan Desa yang akan diusulkan baik bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa, Bidang

[r]

Hasil uji Friedman pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada perbedaan yang sangat nyata terhadap nilai tekstur tahu interaksi antara lama simpan dan jenis konsentrasi

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana kinerja dari reksa dana PNM Syariah yang merupakan reksa dana campuran syariah dibandingkan

Hal ini, terjadi karena; pertama, upaya yang telah dilakukan oleh petugas Perpustakaan Umum tersebut dalam mensosialisasikan aturan organisasi menjadi mubasir karena