Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI ) pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Tiga Balata Tahun 2010
Oleh:
BONA F. P. BANJARNAHOR 070100098
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI ) pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Tiga Balata Tahun 2010
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
BONA F. P. BANJARNAHOR 070100098
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu
dalam Pemberian MP-ASI pada Bayi 0-6 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Tiga Balata
Nama
: BONA F. P. BANJARNAHOR
NIM
: 070100098
Pembimbing
Penguji I
(dr. Zaimah Z. Tala, MS )
(dr. Murniati Manik, MSc, Sp. KK)
NIP: 196705051992032001 NIP : 195307191980032001
Penguji II
( Nenni Dwi A. Lubis, SP. MSi)
ABSTRAK
Bayi usia 0-6 bulan membutuhkan zat gizi yang sesuai untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Asupan zat gizi yang baik dapat diupayakan dengan memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan. Setelah itu, periode pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Namun, di Indonesia masih banyak ibu yang memberikan makanan terlalu dini kepada bayinya. Terdapat 32 % ibu yang memberikan makanan tambahan kepada bayi yang berumur 2-3 bulan, seperti bubur, nasi, pisang dan 69 % terhadap bayi yang berumur 4-5 bulan. Untuk itu perlu diketahui penyebab kenapa mayoritas ibu-ibu cenderung memberikan MP-ASI yang terlalu dini pada bayi mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI yang terlalu dini pada bayi mereka.
Desain penelitian ini adalah bersifat deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu- ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi mereka yang masih berusia 0-6 bulan. Sampel diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Subjek diwawancarai dengan menggunakan kuesioner pada waktu pelaksanaan posyandu dan kunjungan rumah, kemudian data diolah dengan menggunakan SPSS 17.
Dari hasil penelitan diperoleh, mayoritas ibu-ibu yang memberikan MP-ASI yang terlalu dini pada bayinya memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 51,4 %. Berdasarkan umur, mayoritas ibu pada golongan umur 31-35 tahun sebanyak 47,1 % dan mayoritas ibu tidak bekerja sebanyak 74,3 %.
Maka berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan untuk penyebaran dan peningkatan pengetahuan ibu melalui penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi melalui kader ataupun petugas kesehatan puskesmas.
ABSTRACT
Infants 0-6 months of age need the appropriate nutrients to grow and develop properly. A good intake of nutrients to strived to give exclusive breastfeeding until age 6 months. After that, complementary feeding period (MP-ASI). However, in Indonesia there are many mothers who give food to their babies too early. There are 32% of mothers gave supplementary food to infants aged 2-3 months, such as porridge, rice, bananas and 69% of infants aged 4-5 months. It is necessary to know the cause why the majority of the mothers tend to give MP-ASI is too early in their infants. This study aimed to know the description of the factors that affect mothers in the provision of MP-ASI is too early in their infants.
This study design is descriptive. Subjects in this study were mothers who give complementary breastfeeding their infants who were aged 0-6 months. Samples taken using simple random sampling technique. Subjects were interviewed using a questionnaire at the time of the posyandu and a home visit, then the data processed by using SPSS 17.
From the research results obtained, the majority of mothers who gave MP-ASI is too early in their infants have less knowledge level as much as 51.4%. By age, the majority of women in the 31-35 year age group as much as 47.1% and the majority of mothers do not work as much as 74.3%. So based on the results of this study can be suggested for the spread and increase knowledge of mothers through counseling, information about the importance of exclusive breastfeeding in infants through a cadre of health workers or community health center.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
yang berjudul “Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam
Pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tiga Balata”. Adapun maksud dari penyusunan dari karya tulis ini adalah
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Walaupun banyak kesulitan yang penulis harus hadapi ketika penyusunan karya
ilmiah ini, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, akhirnya
tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada:
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu dr. Zaimah Z. Tala, MS, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah
ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Ibu dr. H. Guido Muhammad Solihin, Sp.An, selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan semangat dan dorongan selama ini
kepada penulis.
4. Ibu dr. Rehulina Ginting, selaku Kepala Puskesmas Padang Bulan, yang
telah memberikan izin dalam melakukan proses pengumpulan data di
lokasi penelitian.
5. Seluruh pegawai Puskesmas Tiga Balata yang telah membantu
administrasi perizinan dan memberikan banyak bantuan kepada penulis
6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
7. Terima kasih yang tiada tara penulis persembahkan kepada Ayahanda
Besar Banjarnahor, SH dan Ibunda tercinta Hotlan Silalahi, yang telah
membesarkan dengan penuh kasih sayang dan tiada bosan-bosannya
mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan pendidikan.
8. Sahabat-sahabat terbaik, yang telah menjadi inspirasi dan yang telah
banyak membantu terselesaikannya karya tulis ini. Terima kasih atas
dukungan dan bantuannya.
9. Teman-teman seperjuangan Pernanda, Reza Antoni Tarigan, dan Benni
Harmoko yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan karya tulis
ini.
Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberikan kepada
penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis
ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, November 2010
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN...
1.1. Latar Belakang………..………..……….…
1.2. Rumusan Masalah……….…
1.3. Tujuan Penelitian……….…
1.3.1.Tujuan Umum………...
1.3.2.Tujuan Khusus………. .
1.4. Manfaat Penelitian………....
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...
2.1. Jenis Makanan Bayi 0-6 bulan………
2.1.1. Air Susu Ibu……….
2.2. Dampak Pemberian Makanan Pendamping ASI Terlalu Dini……..
2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Makanan Bayi Terlalu
2.3.1. Umur Ibu………
2.3.2. Pekerjaan………
2.3.3. Pengetahuan………
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian………
3.2. Variabel dan Definisi Operasional………
4.5. Pengolahan dan Analisis Data……….
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
5.1. Hasil Penelitian...
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...
5.1.1.1. Kecamatan Jorlang Hataran...
5.1.1.2. Puskesmas Tiga Balata...
5.1.2. Karakteristik Responden...
5.2. Pembahasan...
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Komposisi ASI………..
4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian………...
5.1 Karakteristik Ibu Berdasarkan Umur...
5.2 Karakteristik Ibu Berdasarkan Pekerjaan...
5.3 Karakteristik Ibu Berdasarkan Tingkat Pengetahuan………
8
23
25
26
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Surat Pernyataan Persetujuan Mengikuti Penelitian
(Informed Consent)
Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Pengambilan Data
Lampiran 5 Analisis Statistik SPSS
Lampiran 6 Uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran 7 Master Data
ABSTRAK
Bayi usia 0-6 bulan membutuhkan zat gizi yang sesuai untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Asupan zat gizi yang baik dapat diupayakan dengan memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan. Setelah itu, periode pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Namun, di Indonesia masih banyak ibu yang memberikan makanan terlalu dini kepada bayinya. Terdapat 32 % ibu yang memberikan makanan tambahan kepada bayi yang berumur 2-3 bulan, seperti bubur, nasi, pisang dan 69 % terhadap bayi yang berumur 4-5 bulan. Untuk itu perlu diketahui penyebab kenapa mayoritas ibu-ibu cenderung memberikan MP-ASI yang terlalu dini pada bayi mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI yang terlalu dini pada bayi mereka.
Desain penelitian ini adalah bersifat deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu- ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi mereka yang masih berusia 0-6 bulan. Sampel diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Subjek diwawancarai dengan menggunakan kuesioner pada waktu pelaksanaan posyandu dan kunjungan rumah, kemudian data diolah dengan menggunakan SPSS 17.
Dari hasil penelitan diperoleh, mayoritas ibu-ibu yang memberikan MP-ASI yang terlalu dini pada bayinya memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 51,4 %. Berdasarkan umur, mayoritas ibu pada golongan umur 31-35 tahun sebanyak 47,1 % dan mayoritas ibu tidak bekerja sebanyak 74,3 %.
Maka berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan untuk penyebaran dan peningkatan pengetahuan ibu melalui penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi melalui kader ataupun petugas kesehatan puskesmas.
ABSTRACT
Infants 0-6 months of age need the appropriate nutrients to grow and develop properly. A good intake of nutrients to strived to give exclusive breastfeeding until age 6 months. After that, complementary feeding period (MP-ASI). However, in Indonesia there are many mothers who give food to their babies too early. There are 32% of mothers gave supplementary food to infants aged 2-3 months, such as porridge, rice, bananas and 69% of infants aged 4-5 months. It is necessary to know the cause why the majority of the mothers tend to give MP-ASI is too early in their infants. This study aimed to know the description of the factors that affect mothers in the provision of MP-ASI is too early in their infants.
This study design is descriptive. Subjects in this study were mothers who give complementary breastfeeding their infants who were aged 0-6 months. Samples taken using simple random sampling technique. Subjects were interviewed using a questionnaire at the time of the posyandu and a home visit, then the data processed by using SPSS 17.
From the research results obtained, the majority of mothers who gave MP-ASI is too early in their infants have less knowledge level as much as 51.4%. By age, the majority of women in the 31-35 year age group as much as 47.1% and the majority of mothers do not work as much as 74.3%. So based on the results of this study can be suggested for the spread and increase knowledge of mothers through counseling, information about the importance of exclusive breastfeeding in infants through a cadre of health workers or community health center.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Anak adalah buah hati yang senantiasa didambakan setiap pasangan.
Memiliki anak yang sehat dan tumbuh optimal merupakan tujuan orang tua
dimanapun. Masa bayi antara usia 0-12 bulan, merupakan masa emas untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena itu, masa ini merupakan
kesempatan yang baik bagi orang tua untuk mengupayakan tumbuh kembang anak
secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan orang tua untuk mencapai
hal tersebut adalah melalui pola asuh makan yang baik (Mutiara & Ruslianti,
2007).
Tubuh anak membutuhkan zat gizi yang sesuai untuk tumbuh dan
berkembang dengan baik. Asupan zat gizi yang baik dapat diupayakan dengan
memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan (Mutiara & Ruslianti, 2007).
Setelah itu, periode pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
MP-ASI adalah makanan tambahan selain ASI yang diberikan pada bayi sampai
usia 24 bulan, sehingga MP-ASI diberikan tepat waktu pada usia 6-12 bulan,
karena pada usia tersebut merupakan waktu yang sangat rawan terjadi malnutrisi
(Suhardjo, 1999). Namun, di Indonesia masih banyak kebiasaan pemberian makan
bayi yang belum sesuai dengan umurnya. Banyak ibu yang memberikan makanan
terlalu dini kepada bayinya. Terdapat 32 % ibu yang memberikan makanan
tambahan kepada bayi yang berumur 2-3 bulan, seperti bubur, nasi, pisang dan 69
% terhadap bayi yang berumur 4-5 bulan ( Sukernas, 2002 ). Hasil penelitian yang
dilakukan di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa 56, 8 % ibu
memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini pada bayi 0-6 bulan dan
sebesar 43, 2 % ibu tidak memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini (
Dinkes Propsu, 2005 )
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, terutama
pada bulan-bulan pertama hidupnya. ASI mengandung semua zat gizi untuk
mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang
dibuat manusia ataupun susu hewan, seperti susu sapi, susu kerbau, dan
lain-lainnya. Air Susu Ibu sangat menguntungkan ditinjau dari berbagai segi, baik segi
gizi, kesehatan, ekonomi, maupun sosiopsikologis. Bayi yang tidak dapat cukup
ASI akan terganggu pertumbuhan dan kesehatannya (Suhardjo, 1999).
Bayi yang mendapatkan ASI paling sedikit 6 bulan, lebih sedikit mengalami
kematian semasa bayi dan lebih sedikit mengalami sakit seperti infeksi, diare serta
alergi pernafasan, karena ASI tersebut mengandung immunoglobulin yang resisten
terhadap kuman patogen. Selain itu, ASI juga meningkatkan kesehatan bayi
sepanjang hidupnya (Smith & Tully, 2001).
Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik
untuk bayi. Bayi tidak memerlukan air tambahan atau susu formula, selama ibu
mengikuti prisnsip demand feeding yaitu menyusui sesering dan selama yang bayi
inginkan. Pemberian minuman tambahan (susu formula, air glukosa, dll) hanya
akan mengurangi nafsu minum si bayi, dan juga dapat berakibat berkurangnya
suplai ASI kecuali ada justifikasi medis dari dokter untuk pemberian minuman
tambahan (Picciano, 2001).
Bayi-bayi yang mendapat tambahan makanan pada umur yang dini,
mempunyai osmolitas plasma yang lebih tinggi daripada bayi-bayi yang 100%
mendapat air susu ibu dan karena itu mudah mendapat hiperosmolitas dehidrasi.
Negara maju di Eropa ataupun Amerika, dianjurkan pemberian makanan
tambahan mulai umur 4-6 bulan. Makanan padat telah dianggap sebagai penyebab
kegemukan pada bayi-bayi jika diberikan terlalu dini (Suhardjo, 1999).
Kecenderungan ibu-ibu lebih pendek periode memberikan ASI-nya sering di
jumpai di negara sedang berkembang, dan selanjutnya menggunakan makanan
tambahan pengganti ASI. Penghentian menyusui di Indonesia didasarkan pada
alasan-alasan antara lain hamil lagi, anak cukup umur mendapat makanan biasa,
payudara sakit, air susu tidak keluar, lingkungan sosial budaya, ibu bekerja,
pengaruh iklan makanan pengganti ASI, dan sebagainya.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, didapatkan data yang
tepatnya pada bulan Maret tahun 2010 terdapat jumlah bayi usia 0-6 bulan adalah
sekitar 235 bayi. Berdasarkan observasi dan wawancara langsung yang dilakukan
peneliti pada tiga orang ibu, peneliti masih menemukan ibu yang memberikan
makanan selain ASI pada bayi mereka yang masih berusia antara 1,5-2 bulan
dengan berbagai alasan, diantaranya karena bekerja sehingga tidak bisa menyusui
anaknya selama 24 jam, air susu tidak keluar, dan agar berat badan si bayi cepat
meningkat.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, serta menyadari pentingnya
pemberian ASI ekslusif dan pemberian makanan tambahan untuk bayi pada umur
yang tepat, maka peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi ibu dalam pemberian makanan tambahan pada bayi yang terlalu
dini untuk diteliti lebih lanjut.
1.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada
bayi usia 0-6 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Tiga Balata, Kecamatan Jorlang
Hataran, Kabupaten Simalungun?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam
pemberian MP-ASI pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tiga Balata.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi umur ibu terhadap pemberian MP-ASI pada bayi
0- 6 bulan
2. Untuk mengidentifikasi status pekerjaan ibu terhadap pemberian
MP-ASI pada bayi 0- 6 bulan.
3. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Bagi Kader
Sebagai masukan bagi kader Posyandu tentang faktor apa saja yang
menyebabkan kenapa ibu-ibu di wilayah kerja Puskemas Tiga Balata
memberikan makanan tambahan yang terlalu dini kepada bayi mereka
yang berumur 0-6 bulan, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan atau
arahan untuk mensosialisasikan pemberian ASI secara eksklusif dan
pemberian makanan tambahan mulai umur 6 bulan.
2. Bagi masyarakat
Khususnya masyarakat kecamatan jorlang hataran penelitian ini
bermanfaat dalam menyediakan informasi tentang pentingnya pemberian
ASI eksklusif dan pemberian makanan tambahan yang tepat pada bayi 0-6
bulan.
3. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan tentang pentingnya pemberian makanan
tambahan pada usia bayi yang tepat serta pentingnya pemberian ASI
eksklusif pada bayi 0-6 bulan dan sebagai bahan masukan untuk penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jenis Makan Bayi 0-6 bulan 2.1.1. Air Susu Ibu
ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi
dalam susunan yang diperlukan. ASI tidak memberatkan fungsi traktus digestivus
dan ginjal yang belum berfungsi dengan baik pada bayi yang baru lahir, serta
menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum. Lagipula ASI memiliki berbagai
zat anti infeksi, yang dapat menigkatkan sistemimun bayi (Pudjiadi, 2003).
ASI mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan
bayi yang berasal dari susu hewan, seperti susu sapi, susu kerbau atau susu
apapun yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan bayi. Komposisi
zat gizi yang terkandung dalam ASI adalah lemak, protein, karbohidrat, mineral
dan vitamin (Krisnatuti dan Rina, 2004).
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi tiga yaitu (Roesli,
2005 ):
1. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mamae yang mengandung tissue debris dan residua l material yang
terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mamae sebelum dan
segera sesudah melahirkan anak.
- Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga
atau keempat, dari masa laktasi.
- Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah.
- Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna
kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI matur.
- Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum
usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan
bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
- Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI matur, tetapi
kasein, pada kolostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga
dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
- Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI matur yang
dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
- Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan
ASI matur.
- Total energi lebih rendah dibandingkan ASI mature yaitu 58
kalori/100 ml kolostrum.
- Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air
dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
- Bila dipanaskan menggumpal, ASI mature tidak.
- PH lebih alkalis dibandingkan ASI mature.
- Lemaknya lebih banyak mengandung kolestrol dan lesitin di
bandingkan ASI matur.
- Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus
bayi menjadi krang sempurna, yangakan menambah kadar antobodi
pada bayi.
- Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
- Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur.
- Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula
yang berpendapat bahwa ASI mature baru akan terjadi pada minggu
ke 3 – ke 5.
- Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan
karbohidrat semakin tinggi.
- Volume semakin meningkat.
- ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan
komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan
bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.
- Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada
yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan
satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
- ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap
diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur
yang sesuai untuk bayi.
- Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung
kasienat, riboflaum dan karotin.
- Tidak menggumpal bila dipanaskan.
- Volume: 300 – 850 ml/24 jam
- Terdapat anti mikrobaterial faktor, yaitu:
- Antibodi terhadap bakteri dan virus.
- Sel (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)
- Enzim (lysozime, lactoperoxidese)
- Protein (lactoferrin, B12 Binding Protein)
- Faktor resisten terhadap stapilokokus.
- Komplement ( C3 dan C4)
2.1.1.1. Komposisi ASI
Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena
colostrum mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum
dan hanya sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak mengandung
imunoglobin A (IgA), laktoterin dan sel-sel darah putih, terhadap, yang
kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan
penyakit (Infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak,
mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium
(Na) dan seng (Zn) (Roesli, 2005).
Berdasrkan sumber dari Food and Nutrition Boart, National research
Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi kolostrum ASI
dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut:
Zat-zat Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi Energi (K Cal)
Protein (g) - Kasein/whey - Kasein (mg) - Laktamil bumil (mg)
Nikotinmik (mg) - Vit B6 (mg)
Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat pada
tabel 1. Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein
daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya
berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk
sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian
protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan membetuk gumpalan yang lunak
dan lebih mudah dicerna serta diserapoleh usus bayi. Sekitar setengah dari energi
yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak, yang lebih mudah dicerna dan
diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi, sebab ASI mengandung
lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak sangat
bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase lakatasi air susu yang
pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer.
Air susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai
menyusui. Air susu berikutnya disebut “Hind milk”, mengandung sedikitnya tiga
sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar
energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi,
banyak memperoleh air susu ini (Roesli, 2005).
Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat
dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat
lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi. Di samping fungsinya sebagai
sumber energi, juga didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam
laktat. Di dalam usus asam laktat tersebut membantu mencegah pertumbuhan
bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu penyerapan kalsium serta
mineral-mineral lain. ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi
tetapi lebih mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk
bahan-bahan pertama kehidupannya. ASI juga mengandung lebih sedikit natrium,
kalium, fosfor dan klor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang
mencukupi kebutuhan bayi (Roesli, 2005).
Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang
diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat
diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi
penyakit polio jarang terjadi pada anak yang diberi ASI, bila kulitnya sering
terkena sinar matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air telah ditemukan
terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan terhadap
2.1.1.2. Keuntungan Pemberian ASI
Menurut Pudjiadi (2005) keuntungan –keuntungan yang dapat diperoleh
dari pemberian ASI yaitu:
1. Keuntungan pemberian ASI bagi bayi :
- Kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi.
- Mudah dicerna dan diserap.
- Selalu bersih dan segar.
- Aman.
- Menyempurnakan pertumbuhan bayi sehingga bayi lebih
sehat dan cerdas ( meningkatkan IQ sebanyak 12,9 point).
- Melindungi tubuh dari berbagai penyakit terutama penyakit infeksi.
- Memperindah kulit, gigi dan bentuk rahang.
- Tersedia pada suhu yang tepat sehingga bayi tidak harus
menunggu.
- Bayi yang diberi ASI akan jarang mengalami diare, tidak akan
sembelit dan jarang terkena alergi.
2. Keuntungan Pemberian ASI bagi ibu
- Murah.
- Biasanya periode tidak subur ibu menyusui lebih panjang
dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui.
- Menyusui segera setelah melahirkan akan mempengaruhi kontraksi
uterus sehingga proses pemulihan setelah melahirkan akan
berlangsung lebih cepat.
- Ibu lebih sehat dan mencegah kegemukan.
- Akan tercipta hubungan yang erat dan hangat antara bayi dan
ibunya.
- Menghindari ibu dari kemungkinan timbulnya kanker payudara.
2.1.1.3. Frekuensi Pemberian ASI
Pada pemberian bayi yang baru lahir mempunyai jadwal makan yang tidak
18 kali dalam 24 jam tanpa jadwal yang teratur. Dalam dua hari pertama produksi
ASI belum banyak hingga tidak perlu menyusui terlalu lama, cukup beberapa
menit saja untuk merangsang keluarnya ASI. Pada hari-hari berikutnya bayi dapat
disusui selama 15-20 menit tiap kalinya, walaupun sebagian besar ASI keluar
pada 5-10 menit pertama dari setiap buah dada. Jadwal menyusui hendaknya
disesuaikan dengan aktivitas sehari-hari ibu. Misalnya tiap 3 jam dimulai pada
jam 6 pagi, walaupun demikian jadwal itu tidak perlu kaku, jika setelah 2 jam bayi
sudah menangis dapat diberikan lagi. Sebaliknya harus diperhatikan, bahwa bayi
yang menangis tidak selalu disebabkan oleh rasa lapar. Mungkin juga oleh
mulas-mulas ( kolik, gerak usus yang berlebihan ) setelah minum ASI, sedang sakit dan
sebagainya (Pudjiadi, 2005).
2.1.2. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Seiring dengan bertambahnya usia anak, ragam makanan yang diberikan
harus bergizi lengkap dan seimbang. Peran zat gizi ini penting untuk menunjang
tumbuh kembang anak. Dalam hal ini pengaturan pola konsumsi makanan, ibu
mempunyai peran yang sangat penting dalam memilih jenis makanan yang bergizi
seimbang. MP-ASI harus diberikan setelah anak berusia 6 bulan dan berlanjut
sampai usia 24 bulan, karena pada masa tersebut produksi ASI makin menurun
sehingga suplai zat gizi dari ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi anak yang
semakin meningkat (Wiryo, 2002).
Banyak faktor yang mengakibatkan pemberian makanan pendamping ASI
terlalu dini, antara lain kebiasaan yang turun-temurun dari keluarga, dan banyak
faktor lainnya yang membuat pemberian makanan pendamping ASI tidak sesuai
umur anak (Soedibyo, 2007).
Walaupun ASI adalah makanan paling ideal bagi bayi , namun tidak semua
dapat memberikan ASI pada bayinya. Menurut Dinkes Propsu (2005) penggunaan
susu formula sebagai PASI dapat dimengerti jika alasannya :
- Bayi sakit seperti kekurangan cairan, radang mulut atau infeksi paru-paru
- Bayi lahir dengan berat badan rendah
- Bayi lahir sumbing ( bawaan)
Pemberian PASI juga dapat disebabkan oleh masalah pada pihak ibu :
- Jumlah dan mutu ASI kurang memadai tidak mencukupi, sakit dan karena
sakitnya dilarang menyusui oleh dokter baik untuk kepentingan ibu maupun
bayinya, seperti ginjal atau penyakit menular.
- Ibu menderita infeksi, luka puting ( mastitis )
- Ibu mengalami gangguan jiwa atau epilepsi.
- Ibu sedang menjalani terapi obat yang tidak aman bagi bayi
Untuk alasan-alasan tersebut, pada umumnya bayi harus diberi makanan
pengganti ASI (PASI) berupa susu formula. Pada umumnya susu formula untuk
bayi terbuat dari susu sapi yang susunan zat gizinya diubah sedemikian rupa
sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa menimbulkan efek samping. Oleh
karena ASI yang paling ideal untuk bayi maka perubahan yang dilakukan pada
komponen gizi susu sapi harus mendekati susunan zat gizi ASI (Dinkes Propsu,
2005).
Dibandingkan dengan ASI, susu formula memiliki banyak kelemahan
terutama dalam hal kandungan gizinya. Selain itu penggunaan susu formula harus
dikontrol dari kemungkinan masuknya organisme-organisme patogen atau
terjadinya kontaminasi yang dapat menyebabkan diare. Untuk mencukupi
kebutuhan bayi susu diberikan sesuai dengan takarannya. Takaran akan bertambah
sesuai dengan bertambahnya umur bayi. Jadwal menyusui dengan susu formula
tetap seperti pada bayi yang diberi ASI (Nadesul, 2005)
Perbedaan komposisi susu sapi dan komposisi ASI terdapat pada konsentrasi
mengandung lebih banyak asam lemak tidak jenuh sehingga mudah dicerna
sedangkan susu sapi tidak demikian. ASI mengandung lebih banyak asam linoleat,
asam lemak yang esensial bagi manusia. Kandungan kolesterol ASI lebih tinggi
jika dibandingkan kolesterol yang terdapat pada susu sapi. ASI mengandung
cukup vitamin dan zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi (Pudjadi, 2005).
Tetapi kebanyakan ibu-ibu sekarang menggunakan susu formula bukan
sebagai PASI yang diakibatkan oleh keadaan-keadaan seperti yang di atas, oleh
sebab itu tidak jarang produsen atau distributor susu formula menyampaikan
informasi yang berlebihan dalam rangka pemasaran susu formula. Strategi
pemsaran ini semakin berhasil yang dapat dilihat dari semakin meningkatknya
permintaan terhadap susu formula untuk bayi dan anak balita. Apabila hal ini
dibiarkan terus berlangsung tidak tertutup kemungkinan suatu saat para ibu yang
memiliki bayi lebih cenderung memberikan susu formula bagi bayinya ketimbang
memberikan ASI walupun produksi ASI nya normal yang pada gilirannya akan
menghambat keberhasilan program ASI eksklusif (Depkes, 2005)
2.2. Dampak Pemberian Makanan Pendamping ASI Terlalu Dini
Menurut Pudjiadi (2005) pengenalan makanan padat tidak perlu bagi bayi
yang berusia < 6 bulan, karena :
1. Refleks ekstrusi lidah cenderung mendorong makanan padat keluar mulut,
keadaan ini tidak hilang sampai bayi berumur 6 bulan
2. Produksi amilase pankreatik, yaitu enzim penting untuk pencernaan zat
pati pada bayi sangat rendah sebelum bayi berumur 6 bulan
3. Bayi dapat mempertahankan kontrol kepala dengan baik pada umur 6
bulan dan dapat duduk dengan baik sehingga bayi dapat berpartisipasi
lebih baik dalam proses pemberian makanan.
4. Ekzema dan penyakit atopik lainnya sering terjadi pada bayi yang
menerima makanan padat awal dan semakin besar keragaman maknannya
5. Pemberian awal makanan padat tidak berpengaruh terhadap pola tidur
bayi, banyak orang awam mengenalkan makanan padat lebih awal pada
bayinya dengan harapan bayi dapat tidur lebih nyenyak sepanjang malam.
6. Makanan padat dapat menghambat penyerapan zat besi dan gizi lainnya
dari ASI
7. Dengan melakukan pengenalan makanan padat pada bayi < 6 bulan
mengakibatkan masa penyusuan yang lebih pendek.
Pemberian makanan padat sebaiknya diberikan pada umur yang tepat.
Menurut Pudjiadi (2005) dampak pemberian makanan padat sebelum umurnya
adalah :
1. Kenaikan berat badan yang terlalu cepat sehingga menjurus ke obesitas
2. Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut.
3. Mendapat zat-zat tambahan seprti garam dan nitrat yang dapat merugikan.
4. Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna
atau zat pengawet yang tidak diinginkan.
2.3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Makan Bayi Terlalu Dini
Seringkali ibu memberikan makanan kepada bayinya dengan cara yang tidak
benar, disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi pemberian makan bayi
terlalu dini, antara lain :
2.3.1. Umur Ibu
Umur adalah hal terpenting bagi seorang ibu, umur di < 30 tahun dianggap
masih belum atau kurangnya kesiapan secara mental psikologis, karena dianggap
masih belum cukup matang dan dewasa untuk menghadapi kehamilan dan
kelahiran. Apalagi dalam hal merawat atau mengurus anak, ibu masih belum
cukup matang, walaupun telah diketahui bersama keadaan tersebut datang dengan
sendirinya ( naluri keibuan ). Untuk urusan pemberian makan pada bayi tidak
dibutuhkan naluri ibu karena diperlukan pengalaman maupun pengetahuan yang
fisik dan juga mental sudah cukup dewasa dan kemungkinan sudah mempunyai
pengalaman dari anak sebelumnya mengenai pemberian makan bayi yang baik
(Soedibyo, 2007).
2.3.2. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari yang berpengaruh terhadap orang lain. Pada saat ini banyak ibu-ibu
yang memperoleh nafkah dengan bekerja di luar rumah, untuk membantu
perekonomian keluarga. Wanita di perkotaan kebanyakan bekerja baik di sektor
formal maupun informal. Pada kondisi tersebut, bagi ibu yang sedang menyusui
sulit untuk tetap dapat menyusui anaknya, apalagi kalau tempat tinggal berjauhan
dengan tempat kerja. Demikian pula jika perusahaan tempat bekerja menetapkan
aturan yang ketat terhadap jam kerja karyawannya. Keadaan seprti ini membuat
ibu tidak bisa memberikan ASI lagi pada bayi. Tapi sayangnya para ibu
menggantikan dengan makanan padat (Soedibyo, 2007).
2.3.3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindaran terhadap suatu objek tertentu. Pengindaran terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni indra penglihatan, penciuman, rasa, raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya
datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan
orang lain, di dapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui orang
lain. Menurtu Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkat, yakni :
a.Tahu (know)
Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b.Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secar benar
tentang objek yang diketahui, dan daoat menginterpretasi materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c.Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks situasi yang lain.
d.Analisis (analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja
dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
e.Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f.Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu
maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan
untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal (Notoatmodjo, 2003).
Pemberian makanan pada bayi harus disesuaikan dengan perkembangan dari
saluran pencernaan bayi yang belum sempurna. Dengan pemberian makanan
terlalu dini telah diketahui dapat menimbulkan masalah dikemudian hari. Perlunya
penundaan pemberian makanan hingga usia 6 bulan adalah untuk mencegah
kemungkinan overfeeding karena bayi tersebut belum mampu memberikan
pertanda bahwa bayi sudah kenyang. Pengetahuan seperti ini yang tidak diketahui
oleh para ibu. Sebagian besar ibu juga belum mengetahui arti dan manfaat ASI
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah :
3.2. Variabel dan Definisi Operasional
1. MP-ASI adalah makanan yang diberikan terlalu dini pada bayi 0-6 bulan
yang diberikan bersama-sama dengan ASI, yang seharusnya diberikan
pada bayi berusia 6 bulan dan berlanjut sampai berusia 24 bulan. Makanan
yang diberikan dapat berupa makanan lunak/padat seperti bubur susu(
beras, maizena, terigu dan sebagainya, ditambah dengan susu dan gula)
atau nasi tim.
2. Umur adalah usia ibu yang dihitung pada ulang tahun terakhir sampai saat
pengumpulan data dilakukan.
3. Pekerjaan adalah jenis kegiatan ibu di luar atau di dalam rumah dilakukan
secara rutin, yang merupakan sumber menambah penghasilan keluarga.
- Tidak bekerja adalah ibu tidak memiliki kegiatan di luar ataupun di
dalam rumah yang dilakukan secara rutin, yang merupakan sumber
menambah penghasilan keluarga.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu
•Umur ibu
•Status pekerjaan ibu
•Tingkat pengetahuan
ibu
- Bekerja di dalam rumah adalah ibu memiliki kegiatan di dalam rumah
yang dilakukan secara rutin, yang merupakan sumber tambahan
penghasilan keluarga.
- Bekerja di luar rumah adalah ibu memiliki kegiatan di luar rumah yang
dilakukan secara rutin, yang merupakan sumber tambahan penghasilan
keluarga.
4. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang pola
pemberian makan bayi, ASI eksklusif, manfaat pemberian ASI, kapan
mulai menyusui bayinya, berapa lama dan umur berapa bayi baru bisa
diberikan makanan padat. Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan
menggunakan item pertanyaan :
- Jawaban yang paling benar diberi skor 2
- Jawaban yang salah diberi skor 0
Nilai semua pertanyaan dijumlahkan hingga didapat nilai total skor
pengetahuan. Total skor dinyatakan dengan skala ordinal. Dikelompokkan
sebagai berikut (Arikunto, 1998) :
- Baik bila nilai responden > 75 % dari nilai seluruh pertanyaan tentang
pengetahuan, dengan nilai > 18
- Cukup bila nilai responden 40-75 % dari nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai antara 10-18
- Kurang bila nilai < 40% dari nilai seluruh pertanyaan tentang
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tiga Balata
yang terletak di Kecamatan Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun. Dimana,
alasan pemilihan lokasi penelitian didasari atas pertimbangan bahwa pada studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti di lokasi penelitian masi terdapat ibu-ibu
yang memberikan makanan pendamping ASI pada bayinya yang berumur 0-6
bulan.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dengan pengumpulan data dan penyusunan laporan akhir.
Maka waktu penelitian diperkirakan dari Juli 2010 sampai Desember 2010.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memberikan MP-ASI
kepada bayi mereka yang berusia 0-6 bulan. Di wilayah kerja puskesmas Tiga
Balata, ibu-ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan sejumlah 235 orang. Pada survei
awal yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, terdapat sebanyak 180 orang
ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi mereka yang berusia 0-6 bulan. Maka
jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 180 orang.
4.3.2. Sampel
Penentuan besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan
n =
1+N(d2)
N .
Keterangan
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
d = Tinigkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan ( 0,1)
Berdasarkan rumus maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut :
n =
1+180 (0,1)2 . 180 .
n =
2,8 180
n = 64,25
Untuk mempermudah maka jumlah sampel yang akan diteliti digenapkan
menjadi 70 orang ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah simple random sampling.
4.4. Teknik Pengambilan Data
Metode pengambilan data adalah dengan menggunakan angket yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dan relevan terhadap masalah penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner
terdiri dari beberapa kelompok pertanyaan yang meliputi :
1. Identitas Responden : data yang diambil berupa inisial nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, pemberian makanan pada bayi.
Data yang digunakan tediri dari :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan wawancara langsung
dengan responden menggunakan pedoman kuesioner terstrukur yaitu
meliputi data tentang umur, pendidikan, pekerjaan, pemberian makanan
pada bayi, tingkat pengetahuan.
2. Data Sekunder
Data sekunder meliputi gambaran lokasi penelitian yang diperoleh dari
Puskesmas Tiga Balata.
4.4.1. Uji Validitas Dan Reliabilitas
Dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner yang telah disusun
sebelumnya dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 17. Sampel untuk uji
validitas dan reliabilitas adalah 20 orang responden yang memiliki anak usia 0-6
bulan. Uji validitas dan reliabilitas ini dilaksanakan pada bulan Juli 2010.
Uji validitas dilakukan dengan korelasi Pearson, skor yang didapat dari
setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk tiap variabel. Setelah
semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai
tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel untuk jumlah responden
20 orang dengan taraf signifikansi 0.05 adalah 0,514. Jika nilai koefisien korelasi
Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai r tabel, maka pertanyaan
tersebut valid.
Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan
koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS 17. Jika nilai alpha lebih besar
dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel. Hasil uji validitas dan
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Variabel Nomor
Pertanyaan
Total Pearson Correlation
Status Alpha Status
Pengetahuan 1
2
0.950 Reliabel
Reliabel
4.5. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah terkumpul, diolah (editing, coding, dan entry data). Editing
data dilakukan untuk melihat tentang kelengkapan pengisian kuisoner, lalu
dilakukan pengkodean. Data yang sudah diberi kode dalam bentuk kategorik
kemudian entry menggunakan komputer dengan SPSS (Statistical Product and
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1.1. Kecamatan Jorlang Hataran
Jorlang Hataran adalah daerah kecamatan yang terletak di kabupaten
Simalungun, yang memiliki luas wilayah 109, 25 km2, terletak 600 meter diatas
permukaan laut dan secara geografis terletak antara pada 020 51 . 933’ lintang
utara dan 0990. 01. 215’ bujur timur.
Secara administratif, Kecamatan Jorlang Hataran berbatasan dengan
Kecamatan Siantar pada sebelah utara, Kecamatan Dolok Panribuan pada sebelah
selatan, Kecamatan Sidamanik pada sebelah barat dan Kecamatan Tanah Jawa
pada sebelah timur.
Jumlah penduduk Kecamatan Jorlang Hataran setiap tahunnya selalu
bertambah, pada tahun 2008 jumlah penduduk Kecamatan Jorlang Hataran
sebesar 18.523 jiwa dengan jumlah pria lebih banyak yaitu 9.317 jiwa
dibandingkan jumlah wanita yaitu 9.206 jiwa. Selanjutnya, dilihat dari struktur
umur penduduk, Kecamtan Jorlang Hataran dihuni lebih kurang 12.315 jiwa usia
produktif ( 15-59 tahun).
5.1.1.2. Puskesmas Tiga Balata
Puskesmas Tiga Balata merupakan Unit Pelayanan Kesehatan ( UPK ) di
kecamatan Jorlang Hataran yang memberikan pelayanan kepada seluruh
masyarakat yang bertempat tinggal di kecamatan maupun di luar wilayah
kecamatan tersebut. Puskesmas Tiga Balata merupakan satu-satunya puskesmas
yang terdapat di wilayah Kecamatan Jorlang Hataran, yang berlokasi di Jl. Parapat
km 12 Tiga Balata, Kecamatan Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun.
Puskesmas ini buka setiap hari Senin sampai Sabtu, mulai dari pukul 08.00 WIB
sampai pukul 15.00 WIB, kecuali pada hari Jumat dari pukul 08.00 WIB sampai
pukul12.00 WIB. Fasilitas-fasilitas yang terdapat pada puskesmas ini antara lain
Pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), layanan poliklinik umum, poliklinik
5.1.2. Karakteristik responden
Tabel 5.1. Karakteristik ibu berdasarkan umur
Umur Jumlah ( % )
Dari hasil analisis table 5.1 dapat diketahui bahwa ibu-ibu yang
memberikan MP-ASI kepada bayi mereka yang berusia 0-6 bulan, yang berusia
31-35 tahun sebanyak 33 orang (47,1%), yang berusia 26-30 tahun sebanyak 25
orang (35,7%) dan yang berusia 20-25 tahun sebanyak 12 orang (17,1%).
Tabel 5.2. Karakteristik ibu berdasarkan pekerjaaan
Pekerjaan Jumlah ( % )
Tidak bekerja Bekerja di dalam rumah
Bekerja di luar rumah
52 (74,3 %) 8 (11,4%) 10 (14,3%)
Jumlah 70 (100%)
Dari hasil analisis table 5.2 dapat diketahui bahwa ibu-ibu yang
memberikan MP-ASI kepada bayinya yang berusia 0-6 bulan, yang tidak bekerja
sebanyak 52 orang (74,3%), yang bekerja didalam rumah sebanyak 8 orang
(11,4%), yang bekerja diluar rumah sebanyak 10 orang (14,3%).
Tabel 5.3.Karakteristik ibu berdasarkan pengetahuan.
Pengetahuan Jumlah ( % )
Dari hasil analisis tabel 5.3 dapat diketahui bahwa ibu-ibu yang
memberikan MP-ASI pada bayi mereka yang berusia 0-6 bulan, sebanyak 36
orang (51,4%) ibu memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang pola
pemberian makan bayi usia 0-6 bulan, sebanyak 19 orang (27,1%) ibu memiliki
bulan dan sebanyak 15 orang (21,4%) ibu memiliki tingkat pengetahuan yang baik
tentang pola pemberian makan pada bayi usia 0-6 bulan.
5.1.3. Tabel Tabulasi Silang
Tabel 5.4. Tabulasi silang antara umur dengan status pekerjaan ibu
Umur
Pekerjaan
Total
Tidak bekerja Bekerja
didalam rumah
Berdasarkan data tabulasi silang antara umur dan status pekerjaan ibu,
didapatkan bahwa ibu-ibu yang memberikan MP-ASI terlalu dini yang tidak
bekerja mayoritas berumur 31-35 tahun yaitu 53,8 %, sedangkan ibu yang bekerja
di dalam rumah mayoritas berumur 26-30 tahun yaitu 50 %, begitu juga dengan
ibu yang bekerja di luar rumah mayoritas berumur 26-30 tahun yaitu 50 %.
Tabel 5.5. Tabulasi silang antara umur dengan tingkat pengetahuan ibu
Umur
Tingkat
Pengetahuan Total
Kurang Cukup Baik
Berdasarkan data tabulasi silang antara umur dan tingkat pengetahuan ibu
yang memberiakan MP-ASI terlalu dini, didapatkan bahwa mayoritas ibu dengan
tingkat pengetahuan kurang berumur 26-30 tahun yaitu 17 orang (47,2%),
sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan cukup mayoritas berumur 31-35 tahun
yaitu 13 orang (68,4%), dan ibu dengan tingkat pengetahuan baik mayoritas
Tabel 5.6. Tabulasi silang antara status pekerjaan ibu dengan tingkat
Berdasarkan tabel tabulasi silang antara status pekerjaan ibu dengan
tingkat pengetahuan ibu yang memberikan MP-ASI terlalu dini, didapatkan bahwa
ibu dengan tingkat pengetahuan kurang mayoritas tidak bekerja yaitu 25 orang (
69,4%), begitu juga pada ibu dengan tingkat pengetahuan cukup mayoritas
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.1, ditemukan
mayoritas ibu-ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi mereka usia 0-6 bulan
adalah berusia 31-35 tahun, yaitu sebanyak 33 orang (47,1%). Sedangkan yang
berusia 26-30 tahun sebanyak 25 orang (25,7%) dan yang berusia 20-25 tahun
sebanyak 12 orang (17,1%). Berdasarkan data sekunder yang didapat dari
puskesmas, memang mayoritas ibu-ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan berumur di
antara 25-35 tahun. Namun, umur bukan lah faktor yang paling berpengaruh
terhadap ibu dalam pemberian MP-ASI yang terlalu dini, selain umur pengetahuan
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap ibu. Meskipun umur ibu
yang diatas 30 tahun cenderung memiliki pengalaman terhadap anak sebelumnya
dalam pemberian ASI, apabila dasar pengetahuan ibu dalam pemberian
MP-ASI pada bayi yang benar masih kurang, ibu akan tetap cenderung salah dalam
yang dilakukan oleh Soedibyo ( 2007 ) di Unit Pediatri Rawat Jalan RSCM
Jakarta dimana umur > 30 tahun mayoritas responden telah mempunyai lebih dari
satu orang anak sehingga sudah punya pengalaman tentang pemberian makanan
pendamping ASI sesuai dengan umur bayi dan tidak lagi memberikan makanan
pendamping ASI kepada bayi 0-6 bulan tetapi hanya memberikan ASI saja
sebagai makanan terbaik bagi bayi.
Pada tabel 5.2 diketahui bahwa ibu-ibu yang memberikan MP-ASI kepada
bayi mereka yang berusia 0-6 bulan mayoritas tidak bekerja, yaitu sebanyak 52
orang (74,3%) dan hanya terdapat 10 orang (14,3%) ibu yang bekerja diluar
rumah, sedangkan ibu-ibu yang bekerja di dalam rumah hanya 8 orang (11,4%).
Tapi meskipun ibu tidak bekerja dan di rumah saja, ibu tidak memberikan ASI
saja kepada bayi nya usia 0-6 bulan, tapi menambahkan makanan-makanan padat
seperti pisang, beras tumbuk, biskuit. Dari data sekunder yang diperoleh dari
pemerintah setempat, bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Jorlang Hataran
memiliki pekerjaan sebagai petani, begitu juga dengan ibu-ibu rumah tangga di
daerah tersebut. Namun apabila ibu sedang mengandung atau sedang menyusui,
ibu akan berhenti untuk sementara dari pekerjaan nya sebagai petani, sehingga
memiliki waktu yang cukup untuk mengasuh dan memberi makan bayinya.
Namun, bukan berarti ibu memberikan ASI saja setiap kali ingin memberi makan
bayi nya, tapi justru menambahkan makanan lain pada bayi nya setelah pemberian
ASI. Status pekerjaan ibu yang tidak bekerja atau berada di rumah tidak dapat
dijadikan sebagai acuan untuk memastikan bahwa ibu akan memberikan ASI saja
pada bayi nya yang berusia 0-6 bulan, tapi adanya anggapan ibu yang salah atau
pengaruh budaya setempat juga berpengaruh pada pemberian MP-ASI yang
terlalu dini. Misalnya adanya anggapan ibu bahwa dengan memberikan makanan
lain sebagai tambahan akan menigkatkan BB bayi, membuat bayi menjadi tidak
cengeng, dan dapat menghindari bayi dari penyakit. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2000), tentang pemberian
ASI eksklusif pada bayi dan hubungannya dengan tumbuh kembang anak pada
namun tidak memberikan ASI saja pada bayi tetapi menambahnya dengan
makanan padat seperti pisang, beras tumbuk, biskuit. Namun hal ini tidak sejalan
dengan teori yang menyatakan bahwa mayoritas ibu-ibu yang sedang menyusui
yang bekerja di luar rumah, apalagi yang memiliki tempat bekerja jauh dari rumah
akan membuat ibu tidak dapat menyusui bayinya dan cenderung mengganti ASI
dengan makanan padat (Soedibyo, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3, bahwa mayoritas ibu-ibu yang
memberikan makanan pendamping ASI kepada bayi mereka yang berusia 0-6
bulan, memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang pemberian ASI eksklusif
pada bayi 0-6 bulan, yaitu sebanyak 36 orang (51,4%) dan hanya terdapat
sebagian kecil ibu-ibu tersebut yang memiliki pengetahuan baik atau cukup
tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan, yaitu terdapat 19 orang
(27,1%) yang memiliki pengetahuan cukup dan 15 orang (21,4%) yang memiliki
pengetahuan baik. Jika dilihat dari data sekunder yang diperoleh dari pemerintah
Kecamatan Jorlang Hataran, mayoritas penduduk Kecamtan Jorlang Hataran
memiliki tingkat pendidikian tertinggi sampai tingkat SD. Menurut (Soedibyo,
2007), bahwa pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kwalitas
manusia dengan kata lain bahwa pendidikan ibu yang lebih tinggi akan membuat
pemahaman yang lebih baik tentang pemberian makanan pada bayinya. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh (2006), bahwa
ditemukan sebanyak 58,8 % responden memiliki tingkat pengetahuan kurang
tentang pemberian makanan pendamping ASI yang sesuai umur, dimana pada
bayinya terdapat pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini.
Namun berdasarkan hasil penelitian, selain faktor-faktor diatas yang
mempengaruhi ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI sesuai umur yaitu
faktor pekerjaan, pengetahuan dan umur ibu, terdapat faktor-faktor lain yang
mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI pada bayi 0-6 bulan, yaitu ASI yang
keluar hanya sedikit atau ASI tidak keluar sama sekali, adanya anggapan ibu yang
salah tentang pemberian makanan tambahan kepada bayi yaitu anggapan supaya
BB bayi lebih cepat bertambah, tidak mudah terkena penyakit, dan tidak cengeng.
untuk membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan. ASI
tidak memberatkan fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum berfungsi
dengan baik pada bayi yang baru lahir, serta menghasilkan pertumbuhan fisik
yang optimum. Lagipula ASI memiliki berbagai zat anti infeksi, yang dapat
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan :
1. Secara keseluruhan mayoritas ibu-ibu yang memberikan MP-ASI kepada
bayinya yang masih berusia 0-6 bulan memilki tingkat pengetahuan kurang
tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi yaitu sebanyak 36 orang (51,4%),
sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak 19 orang dan
yang memiliki tingkat pengetahuan baik hanya 15 orang.
2. Mayoritas golongan umur ibu-ibu yang memberikan MP-ASI pada bayi
mereka yang masih usia 0-6 bulan adalah 31-35 tahun sebanyak 33 orang
(47,1%), sedangkan ibu yang berusia 26-30 tahun sebanyak 25 orang (35,7%)
dan yang berusia 20-25 tahun hanya 12 orang (17,1%).
3. Berdasarkan status pekerjaan, seluruh ibu-ibu yang memberikan MP-ASI
pada bayi mereka yang masih usia 0-6 bulan mayoritas tidak bekerja yaitu
sejumlah 52 orang (74,3%), sedangkan yang bekerja di luar rumah hanya 10
orang (11,4%) dan yang bekerja di dalam rumah 8 orang (14,3%).
4. Selain faktor umur, status pekerjaan, dan tingkat pengetahuan ibu, terdapat
faktor lain yang juga dapat mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI
pada bayi yang terlalu dini yaitu ASI yang keluar hanya sedikit atau ASI
tidak keluar sama sekali, adanya anggapan ibu yang salah tentang pemberian
makanan tambahan kepada bayi yaitu anggapan supaya BB bayi lebih cepat
bertambah, tidak mudah terkena penyakit, dan tidak cengeng.
6.2. Saran
Saran pada penelitian ini antara lain :
1. Perlunya dilakukan penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif
pada bayi 0-6 bulan karena masih banyak ditemukannya persepsi ibu yang
2. Untuk penelitian selanjutnya, agar dapat meneliti lebih dalam lagi mengenai
faktor penyebab kurangnya produksi ASI atau tidak diproduksinya ASI
sama sekali yang menyebabkan ibu memberikan MP-ASI kepada bayi yang
DAFTAR PUSTAKA
Almatier, S., 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Graha Pustaka Utama
Arifin, 2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
Budiyanto, A. K., 2009. Dasar – Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM Press
Cott , 2003. Makanan Sehat Untuk Bayi dan Balita. Jakarta : Dian Rakyat
Depkes RI, 2002. Indonesia Sehat 2010. Jakarta.
________, 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta
________, 2005. Rencana Strategi Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta
Dinkes Prop Sumut, 2005. Buku Saku Aturan-aturan Promosi Pemasaran
Pengganti ASI (PASI). Medan
Judarwanto, W., 2004. Mengatasi Kesulitan Makan Pada Anak. Jakarta: Puspa
Swara.
Krisnatuti, D., & Rina Y., 2004. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI Cetakan
I. Jakarta : Puspaswara Anggota IKAPI.
Munawaroh, L., 2006. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu, Pola
Makan Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan. Skripsi, Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negri
Semarang.
Nadesul, H., 2005. Makanan Sehat Untuk Bayi. Jakarta : Puspa Swara
Notoadmodjo, S., 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan.Cetakan kedua. Jakarta
: Rineka Cipta.
Pudjiadi, S., 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Edisi Keempat. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Roesli, U., 2005. Mengenal ASI Eksklusif Seri I. Jakarta : Taugus Agriwidya
Silalahi, MI., 2007.Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Makanan Pada Bayi (0-6
Simalungun. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
Soedibyo, S., 2007. Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi yang
Berkunjung Ke Unit Pediatri Rawat Jalan RSCM. Jakarta : IDAI FK UI
Suhardjo, 1997. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Jakarta : Kanisus
Wiryo, H., 2002. Peningkatan Gizi Bayi, Anak Ibu Hamil dan Menyusui dengan
Lampiran 1
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Bona F. P. Banjarnahor
Tempat / Tanggal Lahir : Pematangsiantar / 21 Agustus 1990
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Dr. Mansur No. 62, Medan
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negri 3 Jorlang Hataran
2. SMP Negri 1 Jorlang Hataran
3. SMA RK Bintang Timur Pematangsiantar
Riwayat Organisasi :
1. PEMA FK USU periode 2009-2010
2. Panitia Pra KKS tahun 2009
Lampiran 2
KUESIONER
JUDUL PENELITIAN :
Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Tiga Balata
I. Karakteristik Ibu
1. Nama :
2. Umur :
3. Pekerjaan
Apakah ibu bekerja ?
a. Bekerja : - Di dalam rumah (Sebutkan :...)
- Di luar rumah ( sebutkan :...)
b. Tidak bekerja
II. Pemberian Makan pada Bayi
1. Adakah ibu menambah ASI dengan makanan lain pada bayi 0-6 bulan?
a. Ya
b. Tidak
2. Alasan Ibu memberikan makanan tambahan selain ASI pada bayi 0-6
bulan ?
III. Pengetahuan Ibu
1. Menurut ibu, apa makanan bayi 0-6 bulan itu ?
a. ASI saja.
b. ASI + makanan tambahan.
2. Menurut ibu, apa kegunaan pemberian ASI pada bayi?
a. Agar bayi tidak menangis.
b. Sebagai makanan pokok bayi.
3. Apakah ibu tahu yang dimaksud dengan pemberian ASI eksklusif ?
b. Memberi ASI dan boleh menambahkan dengan makanan lain.
4. Berapa lama pemberian ASI eksklusif menurut ibu ?
a. < 4 bulan
b. 6 bulan
5. Apakah yang diketahui ibu tentang kolostrum ?
a. ASI yang pertama kali keluar.
b. ASI basi.
6. Apakah ibu tahu manfaat dari kolostrum ?
a. Agar bayi cepat gemuk.
b. Untuk daya tahan tubuh anak agar tidak mudah sakit.
7. Kapan bayi sebaiknya mulai disusukan ?
a. Langsung setelah lahir.
b. 1 jam setelah lahir.
8. Apakah ibu tahu manfaat menyusui ?
a. Supaya tidak membeli susu formula.
b. Mempererat kasih sayang antara ibu dan anak, serta lebih mudah
pemberiannya.
9. Apakah pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan dapat diganti dengan
pemberiaan makanan dan minuman tambahan ?
a. Tidak
b. Sekali-sekali
10. Pada saat kapankah bayi diberikan ASI ?
a. Saat ibu sempat saja.
b. Setiap kali bayi membutuhkannya/, tanpa dijadwal
11. Berapa lama menyusui yang ideal ?
a. ± 10-15 menit, kanan dan kiri.
b. Sampai bayi tertidur.
12. Apakah ibu tahu akibat dari pemberian makanan dan minuman tambahan
selain ASI, pada bayi usia 0-6 bulan ?
a. Tidak tahu
No Pertanyaan skor
10 Pertanyaan
10
a = 0, b = 2
11 Pertanyaan
11
a = 2, b = 0
12 Pertanyaan
12
Lampiran 3
Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama :
Tempat/ Tgl. Lahir :
Dengan ini, setelah mendapat penjelasan tentang penelitian ( judul ) dan
memahaminya, menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan peneliti pada kuesioner-kuesioner yang tertera untuk disertakan ke
dalam data penelitian.
Tiga Balata, 2010
Peneliti, Yang Membuat Pernyataan
(Bona F. P. Banjarnahor ) ( )
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :
Tempat/ Tgl. Lahir :
Dengan ini menyatakan bahwa data yang diisi dalam pertanyaan kuesioner adalah
benar dan Saya bersedia memberikan pernyataan saya untuk dijadikan bahan
penelitian tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Medan, 2010
Tertanda