• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN MEMBACA PUISI SISWA KELAS X SMA KARTIKATAMA METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN MEMBACA PUISI SISWA KELAS X SMA KARTIKATAMA METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Neneng Suryani

ABSTRAK

KEMAMPUAN MEMBACA PUISI SISWA KELAS X SMA KARTIKATAMA METRO SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

NENENG SURYANI

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan membaca puisi siswa kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan tahun pelajaran 2011/2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan membaca puisi siswa kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan tahun pelajaran 2011/ 2012.

(2)

Neneng Suryani

(3)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Manusia sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan menggunakan satu alat yang bernama bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik dan paling sempurna, dibandingkan dengan alat komunikasi mahkluk hidup lainnya. Melalui bahasa manusia akan terlihat tinggi derajatnya dimata makhluk lainnya, karena bahasa adalah identitas sosial.

Pada hakikatnya bahasa itu adalah sebuahlambang, berupa bunyi, bersifat arbiter, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi (Chaer, 2004: 11). Untuk ranah pem-belajaran, bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Pembelajaran bahasa diharapkan dapat membantu peserta didik mengenal dirinya, budaya sendiri, budaya orang lain, mengemuka-kan gagasan dan perasaan, serta dapat ikut berprestasi dalam masyarakat, dengan demikian bahasa dijadikan suatu alat dalam mencapai kemampuan peserta didik maupun masyarakat pada umumnya.

Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu keterampilan mendengarkan (listening skill), berbicara (speaking skill), membaca (reading skill),dan menulis (writing skill) (Tarigan, 1987: 1).Keempat aspek tersebut saling berkaitan satu de-ngan lainnya. Salah satu aspek yang harus dimiliki seseorang untuk berkomunikasi adalah kemampuan membaca. Membaca

(4)

Setiap orang pasti mempunyai keterampilan dalam membaca. Membaca sangatlah penting karena dengan membaca, seseorang akan mendapat wawasan atau penge-tahuan yang sangat berarti dalam hidupnya. Setiap bacaan yang dibaca seseorang itu akan menghasilkan dampak positif. Membaca akan menjadikan seseorang le-bih dewasa dalam berpikir dan bertindak. Membaca juga akan mencerminkan se-berapa besarkah pengetahuan seseorang dalam berkomunikasi. Sebagian besar pe-merolehan ilmu dilakukan siswa melalui aktivitas

membaca(Nurgiantoro, 2001:247). Oleh karena itu, pembelajaran bahasa yang mempunyai tugas untuk mem-binadan meningkatkan kemampuan membaca siswa, hendaknya menaruh perhatian yang cukup terhadap usaha peningkatan kemampuan dan kemauan membaca siswa.

Ada beberapa jenis kemampuan membaca yaitu membaca nyaring (reading out loud),membaca bersuara (oral reading), membaca lisan (reading aloud), dan mem-baca dalam hati (silent

reading)(Tarigan, 1979: 12). Membaca nyaring merupakan salah satu kegiatan membaca yang

bersifat sastra. Kegiatan membaca nyaring me-liputi membaca drama, membaca cerpen, dan membaca puisi.

Membaca puisi sangatlah penting bagi siswa, karena dengan keterampilan mem-baca puisi siswa akan lebih mengenal serta memahami nilai keindahan yang ter-kandung di dalam makna setiap kata-katanya. Selain itu, membaca puisi dapat mengungkapkan emosi perasaan jiwa atau masalah yang tengah bergejolak ter-hadap kondisi sosial masyarakat.

(5)

tepat”. Sementara itu, ke-giatan pembelajaran berkenaan dengan materi sebagai berikut; (1) membacakan pu-isi dengan memperhatikan lafal, tekanan, dan intonasi yang sesuai dengan isi pu-isi, (2) membahas pembacaan puisi berdasarkan lafal, tekanan, dan intonasi, (3) memberi saran perbaikan pembacaan puisi yang kurang tepat.

Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis menganggap pokok bahasan mengenai kemampuan membaca puisi merupakan hal yang penting untuk dikuasai oleh sis-wa. Selainsebagai sarana seni dan hiburan, membaca puisi siswa diharapkan me-miliki bekal hidup (life skill) dan

keterampilan untuk mengembangkan minat dan bakat sehingga dapat digunakan dalam kegiatan mereka sehari-hari baik di luar maupun di dalam kegiatan sekolah.

Pada dasarnya, kegiatan membaca puisi merupakan upaya apresiasi puisi. Secara tidak langsung, dalam membaca puisi pembaca akan berusaha mengenali, mema-hami, menggairahi, memberi pengertian, memberi penghargaan, membuat berpikir kritis, dan memiliki kepekaan rasa, sehingga berlatih membaca puisi siswa juga di-harapkan memiliki rasa cinta terhadap karya sastra,

khususnya dalam membaca pu-isi. Hal tersebut juga apabila diperaktikkan dalam tugas dan pekerjaan, akan dirasa-kan hasilnya, yaitu dapat berbicara jelas dengan artikulasi yang baik dan dapat me-ngucapkan kata-kata dengan tepat. Oleh karena itu, siswa perlu dibekali dengan kemampuan membacapuisi yang baik dan benar. Selain itu, seperti yang telah pe-nulis kemukakan sebelumnya, puisi merupakansalah satu bahan pembelajaran yang tercantum dalam KTSP, makadari pemaparan di atas, penulis akan membahas me-ngenai kemampuanmembaca puisi secara tepat.

(6)

dengan membaca puisi. Selain itu, dalam proses ke-giatan belajar-mengajar di SMA Kartikatama Metro Selatan guru kurang mem-belajarkan bagaimana cara atau teknik-teknik membaca puisi dan apa saja yang ha-rus diperhatikan dalam membaca puisi. Berdasarkan penuturan guru mata

pelajaran Bahasa Indonesia di sana, siswa memang tidak pernah dilatih secara khusus dalam membaca puisi. Saat materi pelajaran puisi, siswa hanya diberikan rekaman pem-bacaan puisi dan guru tidak mencontohkan pembacaan puisi kepada siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa siswa kurang berminat terhadap karya sastra khususnya membaca puisi. Hal tersebut di-sebabkan karena kurangnya mutu pembelajaran yang diberikan guru terhadap siswa mengenai materi membaca puisi. Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti “Ke-mampuan Membaca Puisi Siswa Kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012”.

(7)

mengusung pada puisi yang dipilih oleh penulis, maka puisi tersebut dianggap layak untuk di-jadikan sebagai bahan penelitian.

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaknibagaimanakah kemampuan mem-baca puisi, siswa kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan tahun pelajaran 2011/2012.

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan membaca puisi siswa kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi keilmuan dan bagi pembelajaran ba-hasa, baik secara teoretis dan praktis.

a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi penelitian di bidang sastra, serta memberikan masukan bagi pengembang kajian sastra yang berhubungan dengan kemampuan membaca puisi siswa kelas X SMA Kartika-tama Metro Selatan.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran bagi pembaca tentang kemampuan membaca puisi siswa kelas X SMA Kartikatama di Metro Selatan. Selain itu, penelitian ini memberikan ma-sukkan khususnya bagi guru SMA mengenai teknik membaca puisi yang benar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah.

(8)

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

2. Objek penelitian ini adalah kemampuan membacakan puisi siswa kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan, yang meliputi sebagai berikut.

1) Ketepatan pelafalan, yaitu ketepatan dalam melafalkan teks puisi yang te-lah dibaca. 2) Tekanan, yaitu ketepatan pada tekanan keras lembutnya suara saat mem-bacakan teks

puisi.

3) Intonasi, yaitu ketepatan dalam menggunakan nada, tekanan, dan kecepat-an yang baik pada pembacaan teks puisi.

4) Jeda, yaitu ketepatan dalam menempatkan jeda pada pembacaan teks puisi. 5) Ekspresi, yaitu kesesuaian dalam mengekspresikan gerak-gerik wajah pada saat

(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Membaca

Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Membaca ada-lah salah satu kunci dalam meraih pengetahuan secara umum, dengan membaca se-seorang akan merasa dirinya lebih berarti dan berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Membaca dapat menjadikan seseorang lebih cerdas dalam menyikapi masalah kehidupan di dunia ini, karena dengan membaca pembaca dapat menge-tahui seberapa luaskah wawasan yang dimiliki seseorang.

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan, 1979: 7). Membaca dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu membaca dalam hati dan membaca nyaring. Membaca nyaring merupakan kegiatan membaca yang bersifat sastra, seperti membaca drama, mem-baca cerpen, dan membaca puisi. Membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan bagian atau komponen dari komunikasi tulis (Bolon, 1987: 5).

Berdasarkan pengertian-pengertian membaca tersebut, penulis mengacu pada pe-ngertian membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

(10)

2.1.1 Pengertian Membaca Nyaring

Membaca nyaring dapat diartikan membaca secara bersuara. Membaca nyaring da-pat

didefinisikan sebagai suatu kegiatan membaca yang bernilai seni, dapat di-katakan bernilai seni karena setiap kata yang dibaca mengandung unsur keindahan dan makna yang tersirat. Contohnya, kegiatan membaca nyaring dalam pembacaan teks puisi. Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pen-dengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan perasaan se-orang pengarang(Tarigan, 1979: 22).

2.2 Pengertian Membaca Puisi

Membaca puisi adalah suatu kegiatan membaca yang memberikan makna isi puisi serta

gambaran pengungkapan penyair terhadap pembaca yang bertujuan agar pem-baca dan pendengar dapat merasakan roh yang ada pada makna setiap kata dalam isi puisi. Puisi adalah pernyataan dari keadaan atau kualitas kehidupan manusia. Membaca puisi berarti berusaha menyelami diri penyair sampai keintinya(Afta-ruddin, 1986: 19). Apabila seseorang ingin menikmati sesuatu puisi, ia harus me-miliki kemampuan untuk menempatkan dirinya sebagai penyair yang sajaknya se-dang ia baca.

Berdasarkan pengertian membaca puisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa membaca puisi merupakan kegiatan membaca sastra yang bersifat timbal balik an-tar pembaca dengan penyairnya. Jadi, dalam membaca puisi pembaca membutuh-kan pemahaman makna maupun maksud si penyair dalam menyampaikan isi pesan puisi.

(11)

Seseorang dalam membaca puisi membutuhkan pemahaman diri dari isi puisi yang akan ia baca. Apabila seseorang pembaca dapat memahami isi puisi dengan baik, maka ia akan memperoleh nilai interpretasi terhadap puisi yang ia baca. Me-mahami puisi butuh waktu yang cukup lama karena memahami puisi terkadang me-mang tidak mudah. Memahami puisi membutuhkan kesabaran dan kecermatan diri (Wiyanto, 2005: 41),untuk memahami puisi kita perlu melakukan langkah-lang-kah berikut.

1. Kita mencoba untuk memahami kata-kata yang ditulis oleh penyair. Setelah dapat dipahami maka kita memperjelas kata-kata dalam puisi dan menambah tanda-tanda baca untuk memperjelas hubungan makna kata-kata tersebut.

2. Kita berusaha memahami kata-kata tertentu yang digunakan sebagai simbol, perbandingan, atau kiasan yang masih belum jelas maknanya.

3. Kita menguraikan isi puisi dalam bentuk prosa, apabila sudah dalam bentuk prosa, kita dengan mudah dapat memahaminya.

Sementara itu, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa cara memahami puisi terdapat beberapa petunjuk sebagai berikut.

1. Perhatikan judulnya. Judul adalah sebuah kunci untuk menengok keseluruhan makna. Judul biasanya menggambarkan keseluruhan makna identitas terhadap sebuah puisi.

(12)

3. Selami makna konotatif. Bahasa puisi adalah bahasa yang melewati batas-batas maknanya yang lazim. Makna konotatif itu ingin dibentuk suatu imaji atau citra tertentu di dalam sebuah puisi.

4. Mencari makna yang terungkap dalam larik atau bait puisi, maka makna yang lebih benar adalah makna yang sesuai dengan struktur bahasa.

5. Parafrasekan puisi terlebih dahulu atau memprosakan sebuah puisi. Memara-frasekan sebuah puisi haruslah mengingat kalimat-kalimat merupakan kalimat berita, kata ganti yang ada dalam parafrase hanyalah kata ganti orang ketiga (tunggal atau jamak).

6. Usut kata ganti yang ada dan siapa yang mengucapkan kalimat yang ada di da-lam tanda kutip (jika ditemukan di dalam sebuah puisi).

7. Temukanlah unit pertalian makna antara unit tersebut, antara larik dengan larik atau bait dengan yang lain. Pertalian makna tersebut biasanya ditentukan oleh tanda (.) titik, (,) koma, pemakaian huruf kapital atau pun huruf kecil, dan peng-gunaan kata penghubung (seperti, dan, serta, juga, dan kata penghubung lain-nya).

8. Cari dan kejar makna yang tersembunyi. Sebuah puisi yang baik selalu mem-punyai makna tambahan dari apa yang tersurat. Makna tambahan itu akan bisa didapatkan sesudah membaca dan memahami puisi itu, yakni dengan cara pe-renungan melalui proses konsentrasi dan intensifikasi.

9. Memperhatikan corak sebuah sajak. Ada puisi yang lebih mementingkan unsur formal dan ada yang lebih mementingkan unsurpuitis (Esten, 1992: 31).

(13)

makna konotatif, mencari makna yang ter-ungkap dalam bait puisi, memprosakan sebuah puisi, usut kata ganti yang ada dan siapa yang mengucapkan kalimat pada puisi, cari makna yang tersembunyi dalam puisi, dan perhatikan tema puisi yang dibaca (Esten, 1992: 31).

2.4 Cara Membaca Puisi

Kegiatan membaca puisi merupakan upaya apresiasi puisi. Secara tidak langsung, dalam membaca puisi pembaca akan memberikan maksud dari tulisan penyair me-lalui gerakan tubuh, mimiknya, ekspresi, intonasi yang dapat menggambarkan mak-na tersirat dalam puisi. Untuk membaca puisi dengan baik, sebaiknya pembaca le-bih berusaha memahami, memaknai, menikmati, dan merasakan roh tulisan si pe-nyair. Hal ini merupakan cara-cara membaca puisi yang harus dilakukan oleh si pembaca. Berikut tahapan demi tahapan dalam membaca puisi.

1. Interpretasi

Interpretasi adalah penafsiran atau pemahaman makna puisi, dalam proses ini diperlukan ketajaman visi dan emosi dalam menafsirkan dan membedakan isi puisi. Memahami isi puisi adalah upaya awal yang harus dilakukan oleh pem-baca puisi. Untuk mengungkapkan makna yang tersimpan dan tersirat dari untaian kata yang tersurat.

2. Vokal

a. Artikulasi: pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan disetiaphu-rufnya. b. Diksi: pengucapan kata demi kata dengan tekanan yang bervariasi dan rasa. c. Tempo: cepat lambatnya pengucapan (suara).

d. Intonasi: tekanan dan laju kalimat.

(14)

3. Penampilan

Salahsatu faktor keberhasilan seseorang membaca puisi adalah kepribadian atau penampilan di atas pentas.

a) Gerak :gerakan seseorang pembaca puisi harus dapat mendu- kung isi dari puisi yang dibaca. Gerak tubuh atau ta- ngan jangan sampai klise.

b) Komunikasi : pada saat membaca puisi harus bisa memberikan sentuh- an, bahkan menggetarkan perasaan dan jiwa penonton. c) Ekspresi :tampakkan hasil pemahaman, penghayatan dengan eks-

presi yang tepat dan wajar.

d) Konsentrasi : pemusatan pikiran terhadap isi puisi yang dibacakan (Hoesnani, 2008).

Membaca puisi ada dua macam, yaitu membaca untuk diri sendiri dan membaca untuk orang lain. Membaca puisi untuk orang lain pada dasarnya sama dengan mengkonkretkan puisi tersebut, baik dalam bentuk audio maupun visual. Kegiatan yang dilakukan pembaca ialah memahami makna puisi dan mengkreasikan puisi tersebut dalam bentuk suara dan

gerak(Wiyanto, 2005: 44). Oleh karena itu, pem-baca harus memperhatikan pemanfaatan alat ucap, penguasaan faktor kebahasaan, dan penguasaan faktor nonkebahasaan.

1. Pemanfaatan Alat Ucap

Keterampilan memanfaatkan alat ucap tersebut sebetulnya sudah diperoleh se-cara tidak sadar sejak masih anak-anak, yaitu ketika mulai belajar mengucap-kan kata. Pemanfaatan alat ucap sebagai alat komunikasi sudah sering dilaku-kan.

(15)

Penguasaan faktor kebahasaan meliputi pelafalan dan intonasi. Pelafalan ialah usaha untukmengucapkan bunyi bahasa baik suku kata, frasa, maupunkalimat. Pelafalan dalam pembacaan puisi maksudnya ialah pelafalan bunyi yang sesuai dengan jiwa dan tema puisi. Intonasi dalam pembacaan puisi berkaitan dengan ketepatan penyajian irama puisi. Irama ini dapat diperoleh dengan memperhati-kan jenis-jenis tekanan, yaitu tekanan dinamik, tekanan nada, dan tekanan tem-po.

3. Penguasaan Faktor NonKebahasaan

Selain menguasai faktor kebahasaan, pembaca puisi perlu menguasai faktor-faktor nonkebahasaan, yaitu sikap wajar dan tenang, gerak-gerik dan mimik, volume suara, dan kelancaran dan kecepatan.

Cara membaca puisi dengan baik juga dikemukakan oleh Sutarni, bahwa salah satu usaha untuk tetap menjaga kekuatan puisi adalah dengan membacakan dan mendeklamasikannya dihadapan pendengar. Hal-hal yang perlu dalam pembacaan puisi adalah sebagai berikut.

1. Menemukan pesan penulis dalam puisi.

2. Menyampaikan pesan kepada pendengar melalui baris puisi yang dibacakan disertai ekspresi atau penjiwaan.

3. Memperhatikan beberapa faktor pembacaan, berupa lafal, nada, tekanan, jeda, intonasi, dan pemenggalan kata atau frasa sesuai dengan isi (Sutarni, 2008: 24).

(16)

nada, tekanan, jeda, intonasi, dan pemenggalan kata yang sesuai dengan isi puisi (Sutarni, 2008: 24).

2.4 Langkah-Langkah Apresiasi Puisi

Mengapresiasi puisi, seorang pembaca harus mengetahui apa maksud dari tujuan puisi itu sendiri. Maksud tujuan tersebut adalah agar pembaca dapat menikmati dan menghayati makna yang terkandung dalam puisi, guna memperkaya batin. Hal tersebut dapat dicapai apabila

pembaca merasakan keterlibatan jiwa dan dapat menikmati berbagai makna yang disampaikan si penyair.

Seseorang dalam mengapresiasi puisi dengan baik, sebaiknya pembaca dibekali dengan sejumlah pengetahuan tentang teknik terlebih dahulu(Lilis, 2007: 38). Hal ini bertujuan agar pembaca lebih menikmati, merasakan keterlibatan jiwa, dan da-pat memberi penghargaan terhadap kemampuan sastrawan. Oleh karena itu, maka pembaca dibekali dengan langkah-langkah apresiasi puisi, yakni sebagai berikut.

1. Merasakan keterlibatan jiwa dengan puisi yang dibacanya.

2. Menghargai kemampuan teknis penyair dalam memberdayakan seluruh unsur puisi. 3. Menemukan relevansi puisi tersebut dengan kehidupan.

2.6Faktor-Faktor Penting dalam Membaca Puisi

(17)

Beberapa pengarang menyebutkan terdapat beberpa faktor penting dalam mem-baca puisi. Faktor penting dalam membaca puisi meliputi lafal, nada, tekanan, je-da, intonasi, pemenggalan kata atau frasa (Sutarni, (2008: 24). Sejalan dengan pen-dapat di atas, ada yang menjelaskan bahwa faktor penting dalam membaca puisi meliputi lafal, tekanan, dan intonasi (Mafrukhi, (2007: 104). Selanjutnya, ada yang berpendapat bahwa faktor penting dalam membaca puisi meliputi lafal, tekanan, dan intonasi (Sastromiharjo, 2007: 22).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis mengacu pada pendapat yang men-jelaskan bahwa faktor penting dalam membaca puisi meliputi lafal, nada, tekanan, jeda, intonasi, pemenggalan kata atau frasa (Sutarni, 2008: 24). Hal ini dapat di-jadikan oleh penulis dalam menentukan indikator penilaian membaca puisi bagi siswa, yakni dalam membaca puisi sebaiknya siswa dapat memperhatikan lafal, nada, tekanan, jeda, intonasi, dan pemenggalan kata atau frasa.

2.6.1 Pengertian Lafal

Seorang pembaca puisi harus memiliki pelafalan yang jelas. Lafal sangat meme-ngaruhi makna kata yang disampaikan, dengan demikian pembaca harus tepat da-lam melafalkan setiap kata demi kata. Lafal merupakan ketepatan dalam peng-ucapan kata-kata. Ketepatan pelafalan adalah tepat dalam pengucapan bunyi-bu-nyi bahasa (Sastromiharjo, 2007: 22). Selanjutnya, lafal merupakan vokal atau su-ara yang artikulasinya terdengar jelas oleh pendengar. Lafal berkaitan dengan peng-ucapan dalam pembacaan puisi. Lafal yang jelas dapat membantu pendengar un-tuk menangkap isi dan makna puisi yang dibacakan (Sutarni, 2008: 24).

(18)

bibir’; contohnya [p], [b], [m], apabila di-contohkan dengan kata-kata dalam teks puisi, misalnya [p] pada [Mengingat pe-nuh seluruh], [b] pada [aku tak bisaberpaling], [m] pada [Remuk]. Jadi, bunyi konsonan dapat diperikan berdasarkan artikulator dan daerah artikulasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis mengacu pada pengertian ketepat-an pelafalan adalah tepat dalam pengucapan bunyi-bunyi bahasa (Sastromiharjo, 2007: 22). Apabila

seseorang pembaca dapat membaca puisi dengan tepat dalam melafalkan kata/kalimat, maka isi dan makna puisi akan tersampaikan oleh pen-dengar selain itu, puisi yang dibacakan akan terdengar indah dan jelas oleh pen-dengar.

2.6.2 Pengertian Tekanan

Membaca puisi yang baik adalah membaca dengan menggunakan tekanan yang sesuai pada kata/kalimat dalam teks puisi. Tekanan adalah keras lembutnya peng-ucapan bunyi ujaran (Sastromiharjo, 2007: 22). Tekanan adalah ciri suprasegmen-tal yang diukur berdasarkan keras-lembutnya suara dan panjang-pendeknya suara. Nadaadalah ciri suprasegmental yang diukur berdasarkan tinggi rendahnya suara (Alwi, 2003:81). Selanjutnya, ada yang menyatakan bahwa tekanan dalam tutur-an bahasa Indonesia berfungsi membedakan maksud dalam tataran kalimat (sin-taksis), tetapi tidak berfungsi membedakan makna dalam tataran kata (leksis) (Mus-lich, 2000: 113).

Tataran kalimat tidak semua kata mendapatkan tekanan yang sama. Hanya kata-kata yang dipentingkan atau dianggap penting saja yang mendapatkan tekanan (ak-sen). Oleh karena itu, pendengar atau orang kedua harus mengetahui ‘maksud’ di-balik makna tuturan yang

(19)

tekanan (Sutarni, 2008: 35). Tekanan merupakan tekanan kekuatan yang lebih besar dalam artikulasi wak-tu mengucapkan sesuatu, sehingga lebih jelas terdengar dari yang lain (Lubis A, 1988). Contoh, aku ini binatang jalang…, penekanan dalam kutipan puisi tersebut yang lebih ditekankan adalah kata “aku” dan “jalang”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis mengacu pada pengertian tekanan adalah ciri suprasegmental yang diukur berdasarkan keras-lembutnya suara dan pan-jang-pendeknya suara. Nadaadalah ciri suprasegmental yang diukur berdasarkan tinggi rendahnya suara (Alwi, 2003:81).

2.6.3 Pengertian Intonasi

Membaca puisi sangat membutuhkan sebuah variasi nada yang tepat. Variasi nada itulah yang akan menghidupkan makna dari puisi itu sendiri. Variasi nada dapat di-artikan sebagai intonasi. Intonasi merupakan lagu kalimat atau ketepatan penyajian tinggi-rendah nada. Jadi, lagu kalimat dalam membacakan puisi juga harus di-perhatikan. Bila puisi tersebut berisi kesedihan, maka lagu kalimatnya harus meng-gambarkan kesedihan. Begitu juga sebaliknya, bila puisi tersebut berisi kebahagia-an, maka lagu kalimatnya harus menggambarkan kebahagiaan(Sutarni, 2008: 24).

Intonasi adalah keseluruhan lagu bicara waktu seseorang berbicara, termasuk dida-lamnya tinggi-rendahnya nada, kuat-kerasnya suara, panjang pendeknya ucapan, dan jeda (Lubis A, 1988). Selanjutnya, intonasi dalam bahasa Indonesia sangat ber-peran dalam perbedaan maksud kalimat (Muslich, 2000: 115). Bahkan, dengan ka-jian pola-pola intonasi ini, kalimat bahasa Indonesia dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogratif), dan kalimat perintah (imperatif).

(20)

1. Rumah. 1a Rumah. 2 31 ,#

2. Rumah mahal. 2a Rumah mahal.

2 33/ 2 31,#

3. Rumah sekarang mahal. 3a Rumah sekarang mahal. 2 33 / 2 33 / 2 31,#

Berikut adalah contohpola intonasi kalimat berita yang terdapat pada kutipan pu-isi “Doa” karya Cairil Anwar.

Tuhan-Ku Tuhan-Ku

2 31# 2

Dalam termangu Dalam termangu

2 33/ 2 31,#

Aku hilang bentuk Aku hilang bentuk 2 33/2 33/2 31#

Pada contoh tersebut terlihat bahwa setiap kalimat berita diakhiri ini dengan pola in-tonasi 231, dalam penulisan, pola intonasi kalimat berita ini dilambangkan dengan tanda titik tunggal (.).

Contoh kalimat tanya ditandai dengan pola intonasi datar-naikpada kutipan puisi “Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia” karya W.S Rendra.

….

(21)

Pada contoh tersebut terlihat bahwa setiap kalimat tanya diakhiri dengan pola in-tonasi 233, dalam penulisan pola intonasi kalimat tanya ini dilambangkan dengan tanda tanya (?)

Contoh kalimat perintah ditandai dengan pola intonasi datar-tinggi.

1. Kamu ke sini! 1a Kamu ke sini!

2 33 / 3 33g#

2. Ke sini sekarang! 2a Ke sini sekarang! 3 33/ 2 31g#

3. Kamu sekarang ke sini! 3a Kamu sekarang ke sini! 2 33/ 2 33 / 3 33g#

Berikut adalah contohpola intonasi kalimat perintah yang terdapat pada kutipan puisi “Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia” karya W.S Rendra.

Berhentilah mencari ratu adil ! Berhentilah mencari ratu adil ! 2 33/2 33/3 2 33/3 33#

Contoh di atas terlihat bahwa setiap kalimat perintah ditandai dengan pola into-nasi 333g, dalam penulisan, pola intonasi kalimat perintah ini dilambangkan de-ngan tanda seru (!). Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan in-tonasi adalah naik-turunnya suatu nada yang berupa intonasi tinggi-rendah nada, kuat-keras suara, panjang-pendek ucapan, dan jeda, yang terdapat dalam kata a-tau kalimat teks puisi.

(22)

2.6.4 Pengertian Jeda

Pemberian jeda yang baik adalah dapat menempatkan jeda pada setiap kata/ka-limat dalam pembacaan puisi. Hal ini dilakukan agar pembaca dapat mudah dalam membaca puisi, selain itu juga pembaca dapat lebih mudah dalam mengatur nafas ketika sedang membaca puisi. Jeda adalah perhentian dalam ujaran yang selalu ter-jadi, terkadang antara dua klausa pada satu kalimat dan terkadang antara dua frase pada satu tanda (Lubis A, 1988). Contoh, “//di masa/

/pembangunan/ /ini//”.

Jeda adalah pemenggalan sebuah kalimat. Jeda atau kesenyapan ini di antara dua bentuk linguistik, baik antarkalimat, antarfrase, antarkata, antarmorfem, antarsila-ba, maupun antarfonem. Jeda, di antara dua bentuk linguistik yang lebih tinggi ta-taranya lebih lama kesenyapannya apabila dibandingkan dengan yang lebih ren-dah tatarannya. Jeda antarkalimat lebih lama dibandingkan dengan jeda antar-frasa. Jeda antarfrasa lebih lama dibandingkan dengan jeda antarkata, begitu juga seterusnya. Tanda jeda dilambangkan dengan lambang (/) (Muslich, 2000:114).

Selanjutnya, jeda merupakan waktu berhenti sebentar dengan ujaran (Sutarni, 2008: 35). Pembacaan puisi memerlukan jeda untuk pernapasan dan membedakan bagian-bagian dalam kalimat yang dibacakan. Jeda juga memberikan waktu para pendengar untuk meresapi kalimat-kalimat yang telah dibaca. Jeda dapat dikatakan kesenyapan.

(23)

palang rangkap memanjang [#], kesenyapan di antara kata ditandai dengan palang rangkap pendek [#], sedangkan kesenyapan di antara suku kata ditandai dengan palang tunggal [+]. Berikut contoh dari jeda atau kesenyapan dalam puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” karya Chairil Anwar.

[#tiada# la+gi # aku# sen+diri #]

[#menyisir# se+menanjung# masih# pengap# harap#]

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis mengacu pada pengertian jeda me-rupakan waktu berhenti sebentar dengan ujaran (Sutarni, 2008: 25). Pembacaan pu-isi memerlukan jeda untuk pernapasan dan membedakan bagian-bagian dalam ka-limat yang dibacakan. Jeda juga

memberikan waktu para pendengar untuk meresapi kalimat-kalimat yang telah dibaca. Jeda dapat dikatakan kesenyapan.

2.6.5 Pengertian Ekspresi

Ekspresi adalah kemampuan pembaca puisi dalam menafsirkan puisi secara tepat dari kata demi kata pada tiap baris, kemudian pada kelompok bait demi bait puisi dan terlihat pada kesan air muka atau wajahnya sendiri. Apabila seorang pem-baca puisi tidak menghayati isi dan jiwa tiap baris puisi dalam sebuah bait, se-hingga kalimat yang diucapkan dan air muka yang diperlihatkan akan tampak saling bertentangan (Hoesnani,2008).

(24)

gagal (Borman, 1991). Jadi, ekspresi atau mimik itu sangat penting dan harus dipancarkan pada sinar wa-jah si pembaca puisi. Contoh pada kutipan puisi “Sajak Bulan Mei 1998” karya WS. Rendra yang menunjukan kesan air muka ketika dibacakan akan memper-lihatkan kesan wajah kekecewaanan.

Ketakutan muncul dari sampah kehidupan. Pikiran kusut membentuk simpul-simpul sejarah. O, jaman edan !

O, malam kelam pikiran insan !

Koyak-moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan. Kitab undang-undang tergeletak di selokan

Berdasarkan pendapat di atas penulis mengacu pada pengertian ekspresi wajah ada-lah salah satu alat terpenting yang digunakan pembicara dalam komunikasi verbal, yakni senyuman, tertawa, kerutan dahi, mimik yang lucu, gerakan alis yang menun-jukkan keraguan, rasa kaget, dan sebagainya. Hal tersebut apabila pembaca meng-hasilkan pembacaan yang monoton dan membosankan serta menunjukkan ekspresi yang kosong maka dapat dikatakan gagal (Borman, 1991).

2.7Bentuk dan Gaya dalam Membaca Puisi

(25)

2.7.1 Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Poetry Reading

Membaca puisi dengan menggunakan bentuk dan gaya membaca puisi secara poe-try

readingmemiliki ciri khas seperti pembaca membawa teks puisi. Adapun posi-si dalam bentuk dan gaya poetry readingdapat dilakukan dengan(1) berdiri, (2) duduk, dan (3) berdiri, duduk, dan bergerak.Jika pembaca memilih bentuk dan ga-ya membaca dengan posisi berdiri, maka pesan puisi disampaikan melalui gerakan badan, kepala, wajah, dan tangan. Intonasi membaca seperti keras lemah, cepat lambat, tinggi rendah dilakukan dengan cara sederhana. Bentuk dan gaya memba-ca puisi ini relatif mudah dilakukan.

Jika pembaca memilih bentuk dan gaya membaca dengan posisi duduk, maka pe-san puisi disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan kepala: menengadah, menun-duk menoleh, (2) gerakan raut wajah: mengerutkan dahi, mengangkat alis, (3) ge-rakan mata: membelakak, meredup, memejam, (4) gerakan bibir: tersenyum, me-ngatup, melongo, dan (5) gerakan tangan, bahu, dan badan, dilakukan seperlunya, sedangkan intonasi membaca dilakukan dengan cara(1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu, dan (3) memba-ca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.

(26)

dilakukan pada saat bergerak adalah (1) melakukan dengan tenang dan terkendali, dan (2) menghindari gerakan-gerakan yang berlebihan.

Intonasi membaca dilakukan dengan cara(1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.

2.7.2 Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Deklamatoris

Bentukdan gaya baca puisi seacara deklamatoris adalah lepasnya teks puisi dari pembaca. Jadi, sebelum mendeklamasikan puisi, teks puisi harus dihafalkan. Ben-tuk dan gaya membaca puisi ini dapat dilakukan dengan posisi (1) berdiri, (2) du-duk, dan (3) berdiri, duduk, dan

bergerak.Jika deklamator memilih bentuk dan gaya membaca dengan posisi berdiri, maka pesan puisi disampaikan melalui (1) gerakan-gerakan tangan, yaitu mengepal, menunjuk, mengangkat kedua tangan, (2) gerakan-gerakan kepala, yaitu melihat ke bawah, atas, samping kanan, sam-ping kiri, serong, (3) gerakan-gerakan mata yaitu; membelalak, meredup, meme-jam, (4)

gerakan-gerakan bibir yaitu: tersenyum, mengatup, melongo, (5) gerakan-gerakan tangan, bahu, badan, dan raut muka dilakukan dengan total,sedangkan intonasi membaca dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) membaca dengan lambat kata-kata tertentu, (3) membaca dengan na-da tinggi kata-kata tertentu.

(27)

(1) mengambil sikap tegak dengan wajah menengadah, tangan menunjuk, dan (2) wajah berseri-seri dan bibir tersenyum.

Pada gerak yang dilakukan adalah (1) melakukan dengan tenang dan bertenaga, dan (2) kaki dilangkahkan dengan pelan dan tidak tergesa-gesa. Untuk intonasi dilakukan dengan cara (1) membaca dengan keras kata-kata tertentu, (2) mem-baca dengan lambat kata-kata tertentu, dan (3) membaca dengan nada tinggi kata-kata tertentu.

2.7.3 Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Teaterikal

Bentuk dan gaya baca puisi teaterikal berpatokan pada totalitas ekspresi, pemakai-an unsur pendukung, misal kostum, properti, setting, musik, dll, meskipun masih terikat oleh teks puisi maupun tidak. Bentuk dan gaya membaca puisi secara tea-terikal lebih rumit daripada poetry reading maupun deklamatoris.

Puisi yang sederhana apabila dibawakan dengan ekspresi akan sangat memesona.

(28)

Beberapa jenis bentuk dan gaya membaca puisi di atas, penulis lebih mengacu pa-da bentuk dan gaya membaca puisi secara poetry reading. Hal ini akan lebih mu-dah dilakukan dan dipahami oleh siswa dalam kegiatan membaca puisi di sekolah.

2.8 Tanda-Tanda dalam Pembacaan Puisi

Sebelum melakukan kegiatan pembacaan puisi, sebaiknya pembaca memberi tanda-tanda irama pada teks puisi. Hal ini, dapat membantu si pembaca dalam membaca-kan teks puisi dengan indah. Selain itu pembaca juga lebih mudah dalam memain-kan nada-nada dalam puisi. Tanda-tanda membaca puisi, yakni sebagai berikut.

…….. Diucapkan biasa saja

/ Berhenti sebentar untuk bernafas/biasanya pada koma atau ditengah ba-ris.

// Berhenti agak lama/biasanya koma diakhir baris yang masih berhubung-an erat dengan baris berikutnya.

/// Berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada peng-habisan ^ Suara perlahan sekali seperti berbisik

^^ Suara perlahan saja

^^^ Suara keras sekali seperti berteriak

V Tekanan kata pendek sekali VV Tekanan kata agak pendek VVV Tekanan kata agak panjang sekali / Tekanan suara meninggi

(29)

Selanjutnya, ada yang menjelaskan bahwa tanda-tanda dalam membaca puisi dapat menggunakan dengan memberi tanda pada tekanan, intonasi, dan jeda pembacaan puisi. Tanda-tanda dalam pemberian tekanan, intonasi, dan jeda, yakni sebagai berikut.

[‘] Artinya pemberian pada tekanan keras [.] Artinya pemberian pada tekanan sedang [`] Artinya pemberian pada tekanan lemah

Artinya pemberian intonasi datar-turun Artinya pemberian intonasi datar-naik Artinya pemberian intonasi datar-tinggi

[#] Artinya pemberian kesenyapan/jeda pada awal dan akhir ujaran kata/ kalimat

[#] Artinya pemberian kesenyapan/jeda di antara kata

[+] Artinya pemberian kesenyapan/jeda di antara suku kata, (Muslich, 2000: 63).

Berdasarkan dua pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat, (Sumardjo 1983: 81). Penulis menganggap bahwa tanda-tanda tersebut dapat digunakan untuk mentranskip data rekaman siswa yang telah membaca puisi.

2.10Indikator Penilaian Membaca Puisi

Para pakar menjelaskan mengenai indikator penilaian dalam membaca puisi. Ber-ikut ini pemaparan para pakar mengenai aspek-aspek yang perlu diperhatikan da-lam membaca puisi siswa meliputi(1) ketepatan pelafalan, (2) tekanan, (3) into-nasi, (4) jeda, dan (5) dan ekspresi.

1. Ketepatan Pelafalan

(30)

puisi yang dibacakan. Lafal dapat dikatakan tepat dalam melafalkan suatu bunyi bahasa pada teks puisi apabila dalam mengucapkan kata/kalimat tidak terdapat logat kedaerahan. Contohnya, membaca puisi dengan logat bahasa daerah Jawa, Bali maupun Lampung. Hal seperti ini dapat merusak ni-lai estetik dalam pembacaan puisi. Membaca puisi sebaiknya dapat melafalkan atau mengucapkan secara bunyi bahasa yang baik, yakni dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar tanpa logat kedaerahan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa indikator penilaian dalam ketepatan pelafalan, yak-ni siswa dapat membaca puisi dengan vokal/suara yang jelas tanpa logat ke-daerahan pada setiap kata-kata yang diucapkan dalam teks puisi, contohnya [i] pada [#i+ni#] ‘ini’ [#ka+li#] ‘kali’ [#ti+dak#] ‘tidak’ ada yang [#men+cari#] ‘men-cari’ [#cin+ta#] ‘cinta’ , siswa dapat membunyikan kata-kata secara jelas dan tepat contohnya /d/ [#tia+da#] ‘tiada’ lagi], dan siswa juga dapat mengartikulasikan kata-kata dalam puisi secara tepat dan jelas contohnya [p] pada [menyisir se-menanjung, masih pengap harap], [b] pada [mengembus diri dalam mempercayai mau berpaut], [m] pada

[menyinggung muram, desir hari lari berenang], dan [w] pada [O, tatawarna fatamorgana kekuasaan !]. Siswa dapat melakukan ketiga indi-kator tersebut sangat tepat maka akan memperoleh skor 5.

Selanjutnya, dapat dikatakan tidak tepat apabila dalam melafalkan kata-kata yang terdapat pada teks puisi mengalami seperti terganggunya vokal/suara ketika me-lafalkan kata-kata dalam teks puisi, misalnya [tidak jelas dalam mengucapkan ka-ta-kata dalam teks puisi (suaranya

(31)

puisi secara tepat dan jelas contohnya [O, [j]amanedan !] menjadi [O, [z]aman edan !]. Siswa melakukan ketiga kekurangtepatan indikator tersebut, maka akan memperoleh skor 1.

Secara terperinci bahwa penilaian dalam ketepatan pelafalan, yakni siswamembaca puisi dengan menggunakan vokal/suara, membunyikan kata-kata, dan meng-artikulasikan kata-kata dalam puisi sangat tepat dan jelas tanpa logat kedaerahan di setiap baitnya, maka siswa akan memperoleh skor 5.

Siswa membaca puisi dengan menggunakan vokal/suara, membunyikan kata-kata, dan

mengartikulasikan kata-kata dalam puisi secara tepat dan jelas tanpa logat ke-daerahan di setiap baitnya. Namun, terdapat kesalahan sebesar 1-25% dari empat ketentuan tersebut, maka siswa akan memperoleh skor 4. Siswamembaca puisi de-ngan menggunakan vokal/suara, membunyikan kata-kata, dan mengartikulasikan kata-kata dalam puisi secara cukup tepat dan jelas tanpa logat kedaerahan di setiap baitnya. Namun, terdapat kesalahan sebesar 26-50% dari empat ketentuan tersebut, maka siswa akan memperoleh skor 3.

Siswa membaca puisi dengan menggunakan vokal/suara, membunyikan kata-ka-ta, dan

mengartikulasikan kata-kata dalam puisi kurang tepat dan jelas tanpa logat kedaerahan di setiap baitnya. Namun, terdapat kesalahan sebesar 51-75% dari em-pat ketentuan tersebut, maka siswa akan memperoleh skor 2. Siswa membaca puisi dengan menggunakan vokal/suara, membunyikan kata-kata, dan mengartikulasi-kan kata-kata dalam puisi sangat kurang tepat dan jelas tanpa logat kedaerahan di setiap baitnya. Namun, terdapat kesalahan sebesar 76-100% dari empat ketentuan tersebut, maka siswa akan memperoleh skor 1.

(32)

Indikator penilaian pada tekanan dalam membaca puisi adalahsiswa dapat memba-ca puisi dengan tekanan yang berkaitan keras-lembutnya, panjang-pendeknya, ting-gi-rendahnya suara pada pengucapan dalam teks puisi secarasangat tepat di setiap baitnya, maka akan memperoleh skor 5. Sebaliknya, apabila siswa tidak dapat membaca puisi dengan tekanan yang berkaitan keras-lembutnya, panjang-pendek-nya, tinggi-rendahnya suara pada pengucapan dalam teks puisi secara sangat ku-rang tepat di setiap baitnya. Namun, terdapat kesalahan sebesar >36% dari tiga ke-tentuan tersebut, maka akan memperoleh skor1. Berikut contoh variasi tekanan da-lam teks puisi; Contoh [‘]

….

O, jaman edan !

O, malam kelam pikiran insan ! Contoh [.]

Apa yang harus kita tegakkan bersama adalah Hukum Adil.

Hukum Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara. Contoh [`]

Kitab undang-undang tergeletak di selokan,

(33)

Siswa membaca puisidengan menggunakan tekanan yang berkaitan keras-lem-butnya, panjang-pendeknya, tinggi-rendahnya suara pada pengucapan dalam teks puisi secara cukup tepat di setiap baitnya. Namun, terdapat kesalahan sebesar 26-50% dari tiga ketentuantersebut, maka akan memperoleh skor 3.

Siswa membaca puisi dengan menggunakan tekanan yang berkaitankeras-lembut-nya, panjang-pendeknya, tinggi-rendahnya suara pada pengucapan dalam teks pu-isi secara kurang tepat di setiap baitnya. Namun, terdapat kesalahan sebesar 51-75 % dari tiga ketentuan tersebut, maka akan memperoleh skor 2. Siswa membaca pu-isidengan menggunakan tekanan yang berkaitan keras-lembutnya, panjang-pen-deknya, tinggi-rendahnya suara pada pengucapan dalam teks puisisecara sangatkurang tepat di setiap baitnya. Namun, terdapat kesalahan sebesar 76-100% dari tiga ketentuan tersebut, maka akan memperoleh skor 1.

3. Intonasi

Indikator penilaian intonasi dalam membaca puisi adalah siswa membaca puisi de-ngan

menggunakan intonasi (tinggi-rendah nada, kuat-keras suara, panjang-pen-dek ucapan, dan jeda padakata atau kalimat dalam teks puisi) secara sangat jelas di setiap bait, maka akan

memperoleh skor 5. Sebaliknya, apabila siswa tidak da-pat membaca puisi denganmenggunakan intonasi (tinggi-rendah nada, kuat-keras suara, panjang-pendek ucapan, dan jeda pada kata atau kalimat dalam teks puisi) secarasangat kurang jelas di setiap bait. Namun, terdapat kesalahan sebesar 76-100% dari empat ketentuan tersebut, maka akan memperoleh skor 1.

(34)

Siswamembaca puisi dengan menggunakan into-nasi (tinggi-rendah nada, kuat-keras suara, panjang-pendek ucapan, dan jeda pa-da kata atau kalimat dalam teks puisi) secara jelas di setiap bait. Namun, terdapat kesalahan sebesar 1-25% dari empat ketentuan tersebut, maka akan

memperoleh skor 4.

Siswa membaca puisi dengan menggunakan intonasi (tinggi-rendah nada, kuat-ke-ras suara, panjang-pendek ucapan, dan jeda pada kata atau kalimat dalam teks pu-isi) secara cukup jelas di setiap bait. Namun, terdapat kesalahan sebesar 26-50% dari empat ketentuan tersebut, maka akan memperoleh skor 3. Siswa membaca pu-isi dengan menggunakan intonasi (tinggi-rendah nada, kuat-keras suara, panjang-pendek ucapan, dan jeda pada kata atau kalimat dalam teks puisi) secara kurang jelas di setiap bait. Namun, terdapat kesalahan sebesar 51-75% dari empat ke-tentuan tersebut, maka akan memperoleh skor 2.

Siswa membaca puisi dengan menggunakan intonasi (tinggi-rendah nada, kuat-ke-ras suara, panjang-pendek ucapan, dan jeda pada kata atau kalimat dalam teks pu-isi) secara sangat kurang jelas di setiap bait. Namun, terdapat kesalahan sebesar 76-100% dari empat ketentuan tersebut, maka akan memperoleh skor 1.

4. Jeda

Indikator penilaian pada jeda dalam membaca puisi adalah apabila siswa mem-baca puisi dengan lancar menggunakan waktu/tanda batas antara kata-kata sangat tepat di setiap bait, maka akan memperoleh skor 5. Sebaliknya apabila siswa tidak lancar membaca puisi menggunakan

(35)

Penilaian dalam jeda adalahapabila siswa membaca puisi dengan lancar meng-gunakan waktu/tanda batas antara kata-kata secara sangat tepat di setiap bait, ma-ka akan memperoleh skor 5. Siswa membaca puisi dengan menggunakan waktu/ tanda batas antara kata-kata secara tepat di setiap bait. Namun, terdapat kesalahan sebesar 1-25% dari ketentuan tersebut, maka akan memperoleh skor 4.

Siswa membaca puisi dengan menggunanakan waktu/tanda batas antara kata-kata secara cukup tepat di setiap bait. Namun, terdapat kesalahan sebesar 26-50% dari ketentuan tersebut, maka akan memperoleh skor 3. Siswa membaca puisi dengan menggunakan waktu/tanda batas antara kata-kata secara kurang tepat di setiap bait, namun terdapat kesalahan sebesar 56-75% dari ketentuan tersebut, maka akan memperoleh skor 2. Siswa membaca puisi dengan tidak lancar menggunakan wak-tu/tanda batas antara kata-kata secara sangat kurang tepat di setiap bait. Namun, terdapat kesalahan sebesar 76-100% dari ketentuan di atas, maka akan memperoleh skor 1.

5. Ekspresi

Indikator penilaian pada ekspresi membaca puisi adalah siswa membaca puisi menggunakan ekspresi secara sangat tepat di setiap bait, maka akan memperoleh skor 5. Sebaliknya, siswa membaca puisimenggunakan ekspresi sangat kurang tepat di setiap bait, maka akan memperoleh skor 1.

Secara terperinci bahwa penilaian dalam ekspresi adalah siswa membaca puisi menggunakan ekspresi secara sangat tepat di setiap bait, maka akan memperoleh skor 5. Siswa membaca

(36)

semua bait. maka akan memperoleh skor 4. Siswa membaca puisi menggunakan ekspresi secara cukup tepat di setiap bait. Namun, terdapat kesalahan 5-9 baris dari semua bait, maka akan memperoleh skor 3.

Siswa membaca puisi menggunakan ekspresikurang tepat di setiap bait. Namun, terdapat kesalahan 10-14 baris dari semua bait, maka akan memperoleh skor 2. Siswa membaca puisi menggunakan ekspresi secara sangat kurang tepat di setiap bait.Namun, terdapat kesalahan >15 baris dari semua bait, maka akan memperoleh skor 1.

2.11 Tujuan Pembelajaran Puisi di Sekolah

Mengajarkan sebuah puisi berarti mengungkapkan suatu dunia kehidupan dengan medium bahasa yang harus memenuhi syarat-syarat tertentu sesuai dengan norma-norma estetik puisi. Untuk mencapai tujuan pembelajaran puisi di sekolah hendak-nya guru memberi pembelajaran membaca puisi kepada siswa secara baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara guru memberi materi tentang teknik pembacaan puisi dengan benar dan guru juga dapat memberi contoh kepada siswa dalam membaca puisi yang baik. Tujuan yang hendak dicapai dalam mengapresiasi puisi pada pem-belajaran di sekolah lanjutan atas (SMA) adalah sebagai berikut.

1. Anak didik hendaknya memperoleh kesadaran yang lebih baik terhadap diri sendiri, orang lain, dan kehidupan sekitarnya hingga mereka dapat bersikap ter-buka, rendah hati, peka perasaan, dan berpikir kritis terhadap tingkah laku pri-badi, orang lain, serta masalah-masalah sekitar kehidupan.

(37)

3. Anak didik hendaknya memperoleh pengetahuan dan pengertian dasar tentang puis, sehingga tumbuh keinginan untuk lebih baik dalam mempelajarinya. Hal ini tujuannya agar anak didik dapat memperoleh pengalaman pribadi tentang pembelajaran puisi baik di sekolah maupun di luar sekolah (Situmorang, 1974: 26).

(38)

III.PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif murni atau sur-vei. Penelitian

deskriptif murni atau survei merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan atau wilayah tertentu (Arikunto, 2010: 3). Penelitan deskriptifini menjadikan pe-nelitian untuk memaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Tugas peneliti ada-lah mengumpulkan data, menganalisis, menginterpretasikannya,

dan menyimpul-kannya. Untuk itu, penelitian deskriptif ini dirasa baik digunakan dalam penelitian kemampuan membaca puisi siswa kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan tahun pelajaran 2011/2012.

3.2 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010: 173). Populasi da-lam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan tahun pelajaran 2011/2012. Populasi

[image:38.612.68.458.670.725.2]

berjumlah 246 siswa yang tersebar dalam delapan kelas, yaitu X-A, X-B, X-C, X-D, X-E, X-F, X-G, dan X-H. Populasi tersebut da-pat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

No Kelas Jumlah Siswa

1 X-A 31

(39)

3 X-C 30

4 X-D 30

5 X-E 34

6 X-F 28

7 X-G 32

8 X-H 29

Total 8 246

3.3Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010: 174). Sampel tersebut hanya beberapa persen dari jumlah populasi. Apabila populasi lebih dari 100, maka sampel

diambil 10%-15% atau 20%-25% dari jumlah popu-lasi. Hal ini untuk mempermudah

[image:39.612.69.461.104.228.2]

perhitungan, dengan demikian peneliti meng-ambil sampel sebesar 15% dari jumlah populasi yaitu 39 sampel. Distribusi sam-pel penelitian pada siswa kelas siswa kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan tahun pelajaran 2011/2012 dipaparkan dalam tabel berikut.

Tabel 3.2 Distribusi Sampel dari Jumlah Siswa Kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

No Kelas Jumlah Siswa 15% dari jumlah siswa Sampel yang ditetapkan

(40)

2 3 4 5 6 7 8 X-B X-C X-D X-E X-F X-G X-H 30 31 31 33 30 32 28

15% x 32 = 4,8 15% x 30 = 4,5 15% x 30 = 4,5 15% x 34 = 5,1 15% x 28 = 4,2 15% x 32 = 4,8 15% x 29 = 4,3

5 5 5 6 4 5 4

Jumlah 246 36,8 39

Untuk menentukan sampel, penulis menggunakan teknik proposional cluster ran-dom sampling dengan cara undian. Langkah-langkah yang dilakukan untuk penen-tuan sampel, yaitu sebagai berikut.

1. Membuat daftar nama siswa dari masing-masing kelas sesuai dengan nomor absen siswa. 2. Menulis nama siswa pada kertas kecil, kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam gelas

lalu dikocok.

3. Setiap nama pada gulungan kertas yang yang keluar diambil sebagai sampel penelitian. Hal ini dilakukan pada setiap kelas.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik tes. Tes dilaksanakan secara lisan dalam bentuk pembacaan teks puisi di dalam kelas. Wak-tu yang diberikan kepada siswa untuk membacakan teks puisi adalah delapan me-nit. Untuk memperoleh data yang akurat,

(41)
[image:41.612.70.456.208.728.2]

Ada lima aspek yang akan dinilai dalam penelitian ini, yaitu ketepatan pelafalan, tekanan, jeda, intonasi, dan ekspresi. Indikator uji kemampuan membaca puisi da-pat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Indikator Uji Kemampuan Membaca Puisi

No Indikator Penilaian Skor Deskriptor 1 Ketepatan

Pelafalan/Ucapan

5

4

3

Siswa membaca puisi dengan meng-gunakan vokal/suara, membunyikan kata, dan mengartikulasikan kata-kata dalam puisi secara tepat dan jelas tanpa logat kedaerahan di setiap bait-nya.

Siswa membaca puisi dengan meng-gunakan vokal/suara, membunyikan kata, dan mengartikulasikan kata-kata dalam puisi secara tepat dan jelas tanpa logat kedaerahan di setiap bait-nya. Namun terdapat kesalahan sebe-sar 1-25% dari empat ketentuan di atas.

Siswa membaca puisi dengan meng-gunakan vokal/suara, membunyikan kata, dan mengartikulasikan kata-kata dalam puisi secara tepat dan jelas tanpa logat kedaerahan di setiap bait-nya. Namun, terdapat kesalahan se-besar 26-50% dari empat ketentuan di atas.

No Indikator Penilaian Skor Deskriptor

(42)

1

atas.

Siswa membaca puisi dengan meng-gunakan vokal/suara, membunyikan kata, dan mengartikulasikan kata-kata dalam puisi secara tepat dan jelas tanpa logat kedaerahan di setiap bait-nya. Namun terdapat kesalahan sebe-sar 76-100% dari empat ketentuan di atas.

2 Tekanan 5

4

Siswamembaca puisi dengan meng-gunakan tekanan yang berkaitan keras-lembutnya, panjang-pendeknya, ting-gi-rendahnya suara pada pengucapan dalam teks puisisecara tepat di setiap baitnya.

Siswamembaca puisi dengan meng-

3

2

gunakan tekanan yang berkaitan keras-lembutnya, panjang-pendeknya, ting-gi-rendahnya suara pada pengucapan dalam teks puisisecara tepat di setiap baitnya. Namun terdapat kesalahan sebesar 1-25% dari tiga ketentuan di atas.

Siswamembaca puisi dengan meng-gunakan tekanan yang berkaitan keras-lembutnya, panjang-pendeknya, ting-gi-rendahnya suara pada pengucapan dalam teks puisisecara tepat di setiap baitnya. Namun terdapat kesalahan sebesar 26-50% dari tiga ketentuan di atas.

Siswamembaca puisi dengan meng-gunakan tekanan yang berkaitan keras-lembutnya, panjang-pendeknya, ting-gi-rendahnya suara pada pengucapan No Indikator Penilaian Skor Deskriptor

(43)

1 Siswamembaca puisi dengan meng-gunakan tekanan yang berkaitan keras-lembutnya, panjang-pendeknya, ting-gi-rendahnya suara pada pengucapan dalam teks puisisecara tepat di setiap baitnya. Namun terdapat kesalahan se-besar 76-100% dari tiga ketentuan di atas.

3 Intonasi 5

4

Siswa membaca puisi dengan meng-gunakan intonasi (tinggi-rendah nada, kuat-keras suara, panjang-pendek ucapan, dan jeda pada kata atau kali-mat dalam teks puisi) secara jelas di setiap bait.

Siswa membaca puisi dengan meng-gunakan intonasi (tinggi-rendah nada, kuat-keras suara, panjang-pendek ucapan, dan jeda pada kata atau kali-mat dalam teks puisi) secara jelas di setiap bait. Namun terdapat kesalahan sebesar 1-25% dari empat

3

2

ketentuan di atas

Siswa membaca puisi dengan meng-gunakan intonasi (tinggi-rendah nada, kuat-keras suara, panjang-pendek ucapan, dan jeda pada kata atau kali-mat dalam teks puisi) secara jelas di setiap bait. Namun terdapat kesalahan sebesar 26-50% dari empat ketentuan di atas.

Siswa membaca puisi dengan meng-gunakan intonasi ( tinggi-rendah nada, kuat-keras suara, panjang-pendek u-capan, dan jeda pada kata atau kalimat dalam teks puisi) secara jelas di setiap bait. Namun terdapat kesalahan sebe-sar 56-75% dari empat ketententuan. No Indikator Penilaian Skor Deskriptor

(44)

kuat-keras suara, panjang-pendek ucapan, dan jeda pada kata atau kalimat dalam teks puisi) secara jelas di setiap bait. Namun terdapat kesalah-an sebesar 76-100% dari empat keten-tuan di atas.

4 Jeda/ Persendian

5

4

3

2

Siswa membaca puisi dengan lancar menggunanakan waktu/tanda batas an-tara kata-kata secara tepat di setiap bait.

Siswa membaca puisi dengan lancar menggunanakan waktu/tanda batas antara kata-kata secara tepat di setiap bait. Namun terdapat kesalahan se-besar 1-25% dari ketentuan di atas. Siswa membaca puisi dengan lancar menggunanakan waktu/tanda batas antara kata-kata secara tepat di setiap bait. Namun terdapat kesalahan se-besar 26-50% dari ketentuan di atas. Siswa membaca puisi dengan lancar menggunanakan waktu/tanda batas antara kata-kata secara tepat di setiap bait. Namun terdapat kesalahan

1

sebesar 26-35% dari ketentuan di atas. Siswamembaca puisi dengan lancar menggunanakan waktu/tanda batas an-tara kata-kata secara tepat di setiap bait. Namun terdapat kesalahan se-besar 76-100% dari ketentuan di atas.

5 Ekspresi/Mimik 5

4

Siswa membaca puisi menggunakan ekspresi/mimik secara sangat tepat di semua bait.

Siswa membaca puisi menggunakan ekspresi/mimik secara tepat di setiap bait. Namun, terdapat kesalahan 1-4 baris dari semua bait.

No Indikator Penilaian Skor Deskriptor

(45)

2

1

ekspresi/mimik secara cukup tepat di setiap bait. Namun, terdapat ketida-ktepatan antara 5-9 baris dari semua bait.

Siswa membaca puisi menggunakan ekspresi/mimik secara kurang tepat di setiap bait. Namun, Namun, terdapat ketida-ktepatan antara 10-14 baris dari semua bait.

Siswa membaca puisi menggunakan ekspresi/mimik secara sangat kurang tepat di setiap bait. Namun, terdapat ketida-ktepatan antara >15 baris dari semua bait.

Jumlah Skor Maksimal 25

3.5 Teknik Analisis Data

Langkah-Langkah yang dilakukan dalam menganalisis data, yaitu 1. mendengarkan ulang hasil rekaman siswa membacakan teks puisi,

2. membuat transkip hasil rekaman tersebut, 3. memeriksa kembali hasil yang sudah didapat,

4. memberi skor hasil kemampuan membaca puisi siswa berdasarkan kriteria yang dijadikan

pada acuan nomor (2). Skor terendah 1 dan skor tertinggi 5 untuk setiap aspek. Skor terendah skor 5 dan skor tertinggi 25 untuk semua aspek,

5. mempersentasikan skor yang telah diperoleh dengan rumus:

(46)
[image:46.612.69.466.146.288.2]

Tabel 3.4 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Membaca Puisi

Interval Persentase

Tingkat Kemampuan Keterangan

85% - 100% 70% - 84% 55% - 69% 40% - 54%

< 40%

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

(47)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 14 Mei 2012, dapat di-simpulkan bahwa

skor rata-rata kemampuan membaca puisi siswa SMA Kartika-tama Metro Selatan tahun pelajaran

2011/2012 adalah 60,88. Persentase skor yang diperoleh ini termasuk kategori cukup.

Kemampuan siswa kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan tahun pelajaran 2011/2012 ditinjau

dari nilai rata-rata per aspek (a) aspek pelafalan pada pembacaan pu-isi nilai rata-ratanya adalah 70

termasuk dalam kategoribaik, (b) aspek tekanan pa-da pembacaan puisi nilai rata-ratanya adalah

62 termasuk dalam kategoricukup, (c) aspek intonasi pada pembacaan puisi nilai rata-ratanya

adalah 58 termasuk dalam kategoricukup, (d) aspek jeda pada pembacaan puisi nilai rata-ratanya

adalah 62 termasuk dalam kategori cukup, dan (e) aspek ekspresi pada pembacaan puisi nilai

rata-ratanya adalah 52 termasuk dalam kategorikurang.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, saran yang dapat disampaikan oleh pe-nulis sebagai

berikut.

1. Hasil kemampuan ini membuktikan bahwa rata-rata kemampuan siswa dalam membaca puisi

“Kawanku Dan Aku”, “Diponegoro”, Dan “Di Mesjid” karya Chairil Anwar, terutama pada

(48)

penulis menyarankan agar siswa dapat mempelajari pokok bahasan yang berkaitan dengan

ekspresi.

2. Guru Bahasa Indonesia di SMA Kartikatama Metro Selatan diharapkan lebih memperhatikan

dan memfokuskan pembelajaran mengenai membaca puisi pada aspek ekspresi,karena

kemampuan siswa SMA Kartikatama Metro Selatan da-lam membaca puisi khususnya pada

aspek ekspresi masih tergolong kurang oleh karena itu dapat ditingkatkan menjadi lebih baik

lagi.

3. Guru Bahasa Indonesia di SMA Kartikatama Metro Selatan diharapkan lebih memahami

teori-teori sastra agar pemahaman siswa mengenai karya sastra dapat meningkat, sehingga kemampuan

siswa dalam membaca puisi khususnya tentang mengekspresikan pembacaan puisi menjadi lebih

baik.

4. Siswa kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan tahun pelajaran 2011-/2012, di-harapkan dapat

meningkatkan pemahaman aspek-aspek dalam membaca puisi, sehingga untuk selanjutnya

(49)

KEMAMPUAN MEMBACA PUISI SISWA KELAS X SMA KARTIKATAMA METRO SELATAN

Sebagai Salah SatuSyaratuntukMencapaiGelar

Program StudiPendidikanBahasadanSastra Indonesia

FakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI SISWA KELAS X

SMA KARTIKATAMA METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

NENENG SURYANI

Skipsi

Sebagai Salah SatuSyaratuntukMencapaiGelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program StudiPendidikanBahasadanSastra Indonesia JurusanPendidikanBahasadanSeni

FakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2012

KEMAMPUAN MEMBACA PUISI SISWA KELAS X SMA KARTIKATAMA METRO SELATAN

Sebagai Salah SatuSyaratuntukMencapaiGelar

Program StudiPendidikanBahasadanSastra Indonesia

FakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitas Lampung

(50)

DAFTAR GRAFIK

GrafikHalaman

4.1 HasilKemampuanMembacaPuisiSiswa per Aspek ... 58

4.2KemampuanMembacaPuisiSiswaKelas X SMA Kartikatama Metro Selatan ... 91

4.3KemampuanMembacaPuisiuntukAspekPelafalan ... 104

4.4KemampuanMembacaPuisiuntukAspekTekanan ... 113

4.5KemampuanMembacaPuisiuntukAspekIntonasi ... 124

4.6KemampuanMembacaPuisiuntukAspekJeda ... 135

(51)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

SANWACANA... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penilitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Pengertian Membaca ... 7

2.2.1 Pengertian Membaca Nyaring ... 8

2.2 Pengertian Membaca Puisi ... 8

2.3 Cara Memahami Puisi ... 9

2.4 Cara Membaca Puisi ... 11

2.5 Langkah-Langkah Apresiasi Puisi ... 14

2.6 Faktor-Faktor Penting dalam Membaca Puisi ... 15

2.6.1 Pengertian Lafal ... 16

2.6.2 Pengertian Tekanan ... 17

2.6.3 Pengertian Intonasi ... 18

2.6.4 Pengertian Jeda ... 21

2.6.5 Pengertian Ekspresi ... 22

2.7 Bentuk dan Gaya dalam Membaca puisi ... 24

2.7.1 Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Poetry Reading ... 24 2.7.2 Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Deklamatoris ... 25

2.7.3 Bentuk dan Gaya Baca Puisi secara Teaterikal ... 26

2.8 Tanda-Tanda dalam Pembacaan Puisi ... 27

2.10 Indikator Penilaian Membaca Puisi ... 29

(52)

III. PROSEDUR PENELITIAN ... 38

3.1 Metode Penelitian ... 38

3.2 Populasi ... 38

3.3 Sampel ... 39

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 40 3.5 Teknik Analisis Data ... 45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Pengantar ... 47

4.2 Hasil Penelitian ... 47

4.2.1 Skor Kemampuan Membaca Puisi Siswa SMA Kartikatama Metro Selatan ... 47

4.2.2 Skor Kemampuan Membaca Puisi Siswa Ditinjau Berdasarkan Aspek Penilaian ... 49

1. Skor Kemampuan Siswa Membaca Puisi untuk Aspek Pelafalan ... 49

2. Skor Kemampuan Siswa Membaca Puisi untuk Aspek Tekanan ... 50

3. Skor Kemampuan Siswa Membaca Puisi untuk Aspek Intonasi ... 51

4. Skor Kemampuan Siswa Membaca Puisi untuk Aspek Jeda ... 52

5. Skor Kemampuan Siswa Membaca Puisi untuk Aspek Ekspresi ... 53

6. Persentase Hasil Membaca Puisi Siswa per Aspek ... 54

4.3 Bahasan Hasil Penelitian ... 58

4.3.1 Kemampuan Siswa Membaca Puisi ... 59

4.3.2 TingkatKemampuan Membaca Puisi Siswa per Aspek ... 92

A. Kemampuan Membaca Puisi untuk Aspek Pelafalan ... 92

B. Kemampuan Membaca Puisi untuk Aspek Tekanan ... 104

C. Kemampuan Membaca Puisi untuk Aspek Intonasi ... 114

D. Kemampuan Membaca Puisi untuk Aspek Jeda ... 124

E. Kemampuan Membaca Puisi untuk Aspek Ekspresi ... 135

F. Tingkat Keseluruhan Kemampuan Membaca Puisi ... 149

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 155

5.1 Simpulan ... 155

5.2 Saran ... 155

DAFTAR PUSTAKA ... 157

(53)
(54)

DAFTAR PUSTAKA

Aftarudin, Pesu. 1983. PengantarApresiasiPuisi. Bandung: Angkasa.

Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Anwar, Chairil. 1986. Aku Ini Binatang Jalang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Aksara.

Bolon, Tampu. 1987. Kemampuan Membaca. Bandung: Angkasa.

Borman, Ernest G. 1991. Retorika Suatu Pendekatan Terpadu. Jakarta: Erlangga.

Chaer, Abdul. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Esten, Mursal. 1992. Memahami Puisi. Jakarta: Angkasa.

Http://Hoesnaeni. Wordpress. Com/2008/12/28/ Teknik-membaca-puisi/.

Http ://Blogspot. Wordpress. Com/2011/01/ 11/ Penilaian Pembacaan Puisi/Belajar Bahasa dan Sastra/berbahasa-bersastra//.

Kusuma, Wijaya. 2011. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks.

Lilis A, Nenden. 2007. Panduan Apresiasi Puisi dan Pembelajarannya. Bandung: Rumput Merah.

Lubis, A. Hamid Hasan. 1988. Glosarium Bahasa dan Sastra. Bandung: Angkasa.

Mafrukhi. 2007. Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

(55)

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Sastromiharjo, Andoyo. 2011. Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas X. Jakarta: Yudistira.

Situmorang, B.P. 1974. Puisi dan Metodelogi Pengajarannya. Medan: Nusa Indah.

Sumardjo, Jakob. 1983. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni.

Sutarni, dkk. 2008. Bahasa Indonesia 1 SMA Kelas X. Bogor: Yudistira.

Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

(56)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Populasi Penelitian ... 39

3.2 Jumlah Sampel Penelitian ... 40

3.3 Indikator Penilaian Kemampuan Membaca Puisi ... 41

3.4 Tolok Ukur Penilaian ... 46

4.1 Kemampuan Membaca Puisi Siswa Kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012. ... 48

4.2 Kemampuan Membaca Puisi dalam Aspek Pelafalan ... 49

4.3 Kemampuan Membaca Puisi dalam Aspek Tekanan ... 50

4.4 Kemampuan Membaca Puisi dalam Aspek Intonasi ... 51

4.5 Kemampuan Membaca Puisi dalam Aspek Jeda ... 52

4.6 Kemampuan Membaca Puisi dalam Aspek Ekspresi ... 53

4.7 Persentase Hasil Membaca Puisi Siswa per Aspek ... 54

4.8 Distribusi Frekuensi Skor Kemmapuan Membaca Puisi Siswa Kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan ... 59

4.9 Persentase Kemampuan Membaca Puisi Siswa untuk Aspek Pelafalan ... 92

4.10 Persentase Kemampuan Membaca Puisi Siswa untuk Aspek Tekanan ... 105

4.11 Persentase Kemampuan Membaca Puisi Siswa untuk Aspek Intonasi ... 114

(57)

4.13 Persentase Kemampuan Membaca Puisi Siswa untuk

Aspek Ekspresi ... 136

(58)

MOTO

“Sesungguhnyabersamakesulitanituadakemudahan,

makaapabilaengkautelahselesaidarisesuatuurusantetaplahbekerjakerasuntukurusan lain.” (Q.S AlamNasyrah: 6)

“Ayat-ayat Al Quran, puisi-puisi yang bijakdanmenakjubkantentangcinta, sertabunyidansuaraakankerinduandapatmenyinariwajahjiwa.”

(Rasullullah SAW)

“Niat, usaha, doa, dan rasa bersyukurmerupakanjalanpintasuntukmenujukesuksesan”

(59)

PENGESAHAN

Judul Skripsi : KEMAMPUAN MEMBACA PUISI SISWA

KELAS X SMA KARTIKATAMA METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama : Neneng Suryani

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813041036

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. Dr. Siti Samhati, M.Pd.

NIP 195907221986031003 NIP 196208291988032001

2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Drs. Imam Rejana, M.Si.

(60)

MENGESAHKAN 1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. ………

Sekretaris : Dr. Siti Samhati, M.Pd. ………

Penguji

Pembahas : Dr. Edi Suyanto, M.Pd. ………

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(61)

PERSEMBAHAN

Dengansegalaketulusandankerendahanhati, penulismempersembahkankaryakeciliniuntuk orang-orang

tercinta.

1. Kedua orang tuakutersayangbapakdanibu (SuciptodanSutasmi) yang

telahmem-berikasihsayangbegitubesar, doa, dukungan moral danmaterikepadapenulis

se-hinggamembuatpenulistermotivasi.

2. KakakkuSutantodan Emi Sudiarti, sertakeponakan-keponakanku yang

selalumemberisemangatsetiapwaktu.

3. Calonpendampinghidupku, ArifRahman yang

selalusetiamenemanipenulisbaiksukamaupundukadanselalumemberikanmotivasidalammenyelesaika

(62)

RIWAYAT HIDUP

Penulisdilahirkan di Margorejo, 22 April 1990, sebagaianakketigadaritigabersau-dara,

anakdariSuciptodanSutasmi.

Pendidikan yang ditempuhpenulisadalah SDN 4 Margorejo di Metro Selatan di-selesaikantahun 2002,

SekolahMenengahPertama (SMP) Negeri 5 Metro Selatan diselesaikantahun 2005,

SekolahMenengahAtas (SMA) Kartikatama Metro Selatan diselesaikantahun 2008. Padatahun 2008

penulisterdaftarsebagaimahasiswa di Universitas Lampung padaFakultasKeguruandanIlmuPendidikan,

Jurusan Pen-didikanBahasadanSastra Indonesia

(63)

SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul Kemampuan Membaca

Puisi Siswa Kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 ini adalah salah satu

syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku pembimbing utama yang telah mem-bimbing penulis dan

memberikan arahan serta pengetahuan;

2. Dr. Siti Samhati, M.Pd., selaku pembimbing kedua dan Pembimbing Akademik yang telah

membimbing penulis dengan penuh kesabaran hingga akhir penulisan skripsi ini;

3. Dr. Edi Suyanto, M.Pd.,selaku pembahas yang telah memberikan saran, petun-juk, dan bimbingan

kepada penulis;

4. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan

Daerah;

5. Drs. Imam Rejana, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni;

6. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

7. Bapak Ibu dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membekali penulis de-ngan berbagai ilmu

pendidikan;

(64)

9. Kakakku tercinta Sutanto dan Emi Sudiarti/Purwanto, serta keponakan-ke-ponakanku tersayang

Diki Suryantoro, Dimas Aji Rifai, dan Amelda Dewi Kurnia;

10. Calon pendamping hidupku Arif Rahman yang telah memberi semangat dan motivasi;

11. Calon mertuaku (Papa Umar Dani dan Mama Nurhayati);

12. Sahabat-sahabat terbaikku (Rita, Ratna, Enik, Yasinta, Puspita, Rah

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan Tahun    Pelajaran
Tabel 3.2 Distribusi Sampel dari Jumlah Siswa Kelas X SMA Kartikatama Metro Selatan
Tabel 3.3 Indikator Uji Kemampuan Membaca Puisi
Tabel 3.4 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Membaca Puisi

Referensi

Dokumen terkait

Proses juga dapat diartikan sebuah komunikasi antara perupa dan penikmat dengan meletakkan tema sosial sebagai subjek yang tidak statis; artinya, estetika berupa

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi di setiap variable independen yaitu keunikan masakan, kualitas masakan, harga dan lokasi terhadap variable dependenya itu

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Departemen Pendidikan Seni Musik.

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan perlakuan pada konsentrasi 0 mg/l (D), 6,25 mg/l (C), 12,5 mg/l (B), dan 18,75 mg/l

3DGD 7RNR ³5L]N\ 7R\V´ SHPLOLN PHQJDNXL EHEDQ SRNRN SHQMXDODQ EHUDVDO GDUL VHPXD ELD\D ± ELD\D \DQJ GLNHOXDUNDQ XQWXN PHPEHOL EDUDQJ GDJDQJDQ XQWXN GLMXDO NHPEDOL VHSHUWL

Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen (lingkungan kerja, kecerdasan emosional, budaya organisasi serta

Teori relativitas umum memperluas analisa terhadap benda yang diamati tidak hanya dari kerangka acuan inersial, tapi juga dari kerangka acuan yang bergerak dengan percepatan, yakni