• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Ke-Efektifan Perendaman Benih Dan Kompos Pangkasan Mucuna Terhadap Pertumbuhan Mucuna Bracteata.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Ke-Efektifan Perendaman Benih Dan Kompos Pangkasan Mucuna Terhadap Pertumbuhan Mucuna Bracteata."

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KE-EFEKTIFAN PERENDAMAN BENIH DAN

PEMBERIAN KOMPOS PANGKASAN MUCUNA

TERHADAP PERTUMBUHAN

Mucuna bracteata

SKRIPSI

Oleh :

MAZIDAH ULFA

070301066

BDP-AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UJI KE-EFEKTIFAN PERENDAMAN BENIH DAN

PEMBERIAN KOMPOS PANGKASAN MUCUNA

TERHADAP PERTUMBUHAN

Mucuna bracteata

SKRIPSI

MAZIDAH ULFA

070301066

BDP-AGRONOMI

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Pembimbing Anggota Pembimbing

(Ir. Toga Simanungkalit, MP) (Ir. Irsal , MP

Ketua Anggota

)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

MAZIDAH ULFA: Uji Ke-Efektifan Perendaman Benih dan Kompos Pangkasan Mucuna Terhadap Pertumbuhan Mucuna bracteata, dibimbing oleh TOGA SIMANUNGKALIT dan IRSAL.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ke-efektifan perendaman benih dan pemberian kompos pangkasan Mucuna terhadap pertumbuhan Mucuna bracteata. Penelitian dilakukan di Desa Tumpatan Nibung, kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu Perendaman benih dengan air panas suhu 80̊ c (0, 20, 30, 40 menit) dan Pemberian kompos pangkasan Mucuna (1:1, 1:2, 1:3) dengan 3 ulangan. Parameter yang diamati adalah Daya berkecambah, persentase tumbuh, jumlah cabang, luas daun, berat basah batang atas dan berat kering batang atas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman benih berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah, jumlah cabang dan berat basah batang atas tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun, persentase tumbuh dan berat kering batang atas. Pemberian kompos pangkasan Mucuna berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang, luas daun dan berat basah batang atas, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah, persentase tumbuh dan berat kering batang atas. Interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Mazidah Ulfa dilahirkan di Medan pada tanggal 11 Agustus 1989 dari Ayahanda Syahrul Basri dan Ibunda Linda Erleini. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD Islam Azizi Medan lulus tahun 2001, SMP Taman Harapan Medan, lulus tahun 2004, SMU An-Nizam Medan lulus tahun 2007. Terdaftar sebagai mahasiswi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2007.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Uji Ke-Efektifan Perendaman Benih dan Pemberian Kompos Pangkasan Mucuna Terhadap Pertumbuhan

Mucuna bracteaea” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terimakasih yang sebesarnya kepada orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Toga Simanungkalit , MP dan Bapak Ir. Irsal, MP selaku komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

Disamping itu juga penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman di Departemen Budidaya Pertanian USU angkatan 2007 yang telah memberikan bantuan maupun semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Mei 2013

(6)

DAFTAR ISI

Pembuatan Kompos Mucuna ... 20

Persiapan Lahan ... 21

Pendederan ... 22

Persiapan Media Tanam ... 22

Penanaman Mucuna bracteata ... 22

Pemeliharaan ... 22

(7)

Daya Berkecambah (%) ... 23

Pengaruh perendaman benih terhadap pertumbuhan Mucuna bracteata ... 40

Pengaruh pemberian kompos pangkasan Mucuna terhadap pertumbuhan Mucuna bracteata ... 43

(8)

DAFTAR TABEL

Hal. 1. Kadar hara Mucuna sp dibandingkan dengan jerami padi, flemingia,

Guatemala dan vetiver ... 11 2. Kandungan C organik dan unsur hara pada Mucuna bracteata ... 11 3. Daya berkecambah (%) pada perlakuan perendaman benih dan

pemberian kompos pangkasan Mucuna ... 26 4. Persentase tumbuh (%) pada perlakuan perendaman benih dan

pemberian kompos pangkasan Mucuna ... 28 5. Jumlah cabang (cabang) pada perlakuan perendaman benih dan

pemberian kompos pangkasan Mucuna ... 31 6. Luas daun (cm2) pada perlakuan perendaman benih dan pemberian

kompos pangkasan Mucuna ... 34 7. Berat basah batang atas (g) pada perlakuan perendaman benih dan

pemberian kompos pangkasan Mucuna ... 36 8. Berat kering batang atas (g) pada perlakuan perendaman benih dan

(9)

DAFTAR GAMBAR

1. ... H

ubungan perendaman benih terhadap daya berkecambah (%) ... 26 2. ... H

ubungan pemberian kompos pangkaan mucuna terhadap daya

berkecambah (%) ... 27 3. ... H

ubungan perendaman benih terhadap jumlah cabang (cabang) ... 29 4. ... H

ubungan pemberian kompos pangkasan Mucuna terhadap jumlah

cabang (cabang) ... 30 5. ... H

ubungan perendaman benih terhadap luas daun (cm2) ... 33 6. ... H

ubungan pemberian kompos pangkasan Mucuna terhadap luas daun

(cm2) ... 35 7. ... H

ubungan perendaman benih terhadap berat basah batang atas (g) ... 37 8. ... H

ubungan pemberian kompos pangkasan Mucuna terhadap berat

basah batang atas (g) ... 38 9. ... H

ubungan perendaman terhadap berat kering batang atas (g) ... 39 10. ... H

ubungan pemberian kompos pangkasan Mucuna terhadap berat

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

1. Bagan Penelitian ... 49

2. Deskripsi tanaman Mucuna bracteata ... 50

3. Jadwal kegiatan penelitian ... 51

4. Data Pengamatan daya berkecambah (%) ... 52

5. Daftar Sidik Ragam daya berkecambah (%) ... 52

6. Data Pengamatan persentase tumbuh (%) ... 53

7. Daftar Sidik Ragam persentase tumbuh (%) ... 53

8. Data Pengamatan jumlah cabang (cabang) ... 54

9. Daftar Sidik Ragam jumlah cabang (cabang) ... 54

10. Data Pengamatan luas daun (cm2) ... 55

11. Daftar Sidik Ragam luas daun (cm2)... 55

12. Data Pengamatan bobot basah batang atas (g) ... 56

13. Daftar Sidik ragam bobot basah batang atas (g) ... 56

14. Data Pengamatan bobot kering batang atas (g) ... 57

15. Daftar Sidik ragam bobot kering batang atas (g) ... 57

16. Foto lahan penelitian ...58

(11)

ABSTRAK

MAZIDAH ULFA: Uji Ke-Efektifan Perendaman Benih dan Kompos Pangkasan Mucuna Terhadap Pertumbuhan Mucuna bracteata, dibimbing oleh TOGA SIMANUNGKALIT dan IRSAL.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ke-efektifan perendaman benih dan pemberian kompos pangkasan Mucuna terhadap pertumbuhan Mucuna bracteata. Penelitian dilakukan di Desa Tumpatan Nibung, kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu Perendaman benih dengan air panas suhu 80̊ c (0, 20, 30, 40 menit) dan Pemberian kompos pangkasan Mucuna (1:1, 1:2, 1:3) dengan 3 ulangan. Parameter yang diamati adalah Daya berkecambah, persentase tumbuh, jumlah cabang, luas daun, berat basah batang atas dan berat kering batang atas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman benih berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah, jumlah cabang dan berat basah batang atas tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun, persentase tumbuh dan berat kering batang atas. Pemberian kompos pangkasan Mucuna berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang, luas daun dan berat basah batang atas, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah, persentase tumbuh dan berat kering batang atas. Interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada perkebunan, kebijakan membangun kacangan penutup tanah sudah lama dilaksanakan termasuk pada perkebunan kelapa sawit. Pembangunan kacangan ini bertujuan untuk menanggulangi erosi permukaan dan pencucian hara tanah, memperkaya bahan organik, fiksasi nitrogen untuk memperkaya hara N

tanah, memperbaiki struktur tanah, dan menekan pertumbuhan gulma (Subronto dan Harahap, 2002).

Mucuna bracteata merupakan kacangan yang tumbuh dengan cepat, pesaing gulma yang handal (menghasilkan senyawa allelopati yang relatif berspektrum luas bagi berbagai jenis gulma perkebunan), kemampuan memfiksasi N yang tinggi, sangat toleran terhadap naungan, dan mengandung senyawa phenolik relatif cukup tinggi sehingga tidak disukai oleh hama dan hewan-hewan ternak ruminansia (Harahap dkk, 2008).

(13)

Pengembalian sisa tanaman ke dalam tanah juga merupakan usaha untuk mengembalikan unsur hara yang terangkut oleh panen (Suwardjo,1991).

Sumbangan unsur hara dari sisa tanaman merupakan hal yang tidak bisa diremehkan, karena selain pemberiannya berpeluang untuk berlangsung secara kontinu , kandungan haranya juga cukup tinggi terutama sisa tanaman yang berasal dari legum (Rachman dkk, 2006)

Tanaman mucuna dapat dijadikan pilihan utama sebagai sumber pupuk hijau atau kompos, selain karena kandungan haranya terutama N relatif lebih tinggi dibandingkan tanaman non legum, penyediaan haranya juga lebih cepat karena relatif lebih mudah terdekomposisi (Juarsah dkk,1994)

Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, carang-carang serta kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah.

Kompos mengandung hara-hara mineral yang esensial bagi tanaman (Setyorini dkk, 2006).

Di lingkungan alam terbuka, proses pengomposan bisa terjadi dengan sendirinya. Lewat proses alami, rumput, daun-daunan dan kotoran hewan serta sampah lainnya lama kelamaan membusuk karena adanya kerja sama antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut bisa dipercepat oleh perlakuan manusia, yaitu dengan menambahkan mikroorganisme pengurai sehingga dalam waktu singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas baik (Setyorini dkk, 2006).

(14)

keadaan fisik dari kulit biji. Lapisan kulit yang keras menghambat penyerapan air dan gas ke dalam biji sehingga proses perkecambahan tidak terjadi. Selain itu, kulit benih juga menjadi penghalang munculnya kecambah pada proses perkecambahan (Wirawan dan Wahyuni, 2002).

Kendala yang masih dihadapi dalam perbanyakan Mucuna bracteata melalui biji adalah perbanyakan melalui biji menghasilkan persentase daya kecambah sangat rendah, dikarenakan biji Mucuna bracteata memiliki kulit yang keras sehingga dalam perbanyakan melalui biji memerlukan perlakuan khusus seperti perendaman dengan air panas (Sebayang dkk, 2004).

Melihat berbagai permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk mencoba memanfaatkan sisa pangkasan mucuna sebagai kompos dalam usaha untuk mengembalikan unsur hara yang terangkut oleh panen dan memodifikasi perlakuan pada benih mucuna untuk mempercepat pertumbuhan.

Tujuan Penelitian

Menguji ke-efektifan perendaman benih dan pemberian kompos pangkasan mucuna terhadap pertumbuhan Mucuna bracteata.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh perendaman benih dan pemberian kompos pangkasan mucuna serta interaksi keduanya terhadap pertumbuhan Mucuna bracteata.

Kegunaan Penelitian

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Mucuna bracteata

Menurut Harahap, dkk (2008) klasifikasi dari tanaman kacangan ini adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Sub Divisio: Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Fabales, Famili: Fabaceae, Sub Famili : Faboideae, Genus : Mucuna, Species : Mucuna bracteata

Mucuna bracteata memiliki sistem perakaran tunggang sebagai mana kacangan lain, berwarna putih kecokelatan, tersebar di atas permukaan tanah dan dapat mencapai kedalaman 1 meter dibawah permukaan tanah. Tanaman ini juga memiliki bintil akar yang menandakan adanya simbiosis mutualisme antara tanaman dengan bakteri Rhizobium sehingga dapat memfiksasi nitrogen bebas menjadi nitrogen yang tersedia bagi tanaman. Bintil akar ini berwarna merah muda, segar dan relatif sangat banyak, berbentuk bulat dan berukuran diameter sangat bervariatif antara 0,2–2,0 cm (Dutta,1970).

(16)

putih dan akan berubah menjadi cokelat setelah kering (Subronto dan Harahap, 2002).

Helaian daun berbentuk oval, satu tangkai daun terdiri dari 3 helaian anak daun (trifoliat), berwarna hijau, muncul di setiap ruas batang. Ukuran daun dewasa dapat mencapai 15 x 10 cm. Helai daun akan menutup apabila suhu lingkungan tinggi (termonastik), sehingga sangat efisien dalam mengurangi penguapan di permukaan daun tanaman (Sebayang dkk, 2004).

Bunga berbentuk tandan menyerupai rangkaian bunga anggur dengan panjang 20–35 cm, terdiri dari tangkai bunga 15-20 tangkai dengan 3 buah bunga setiap tangkainya. Bunga monoceus ini berwarna biru terung, dengan bau yang

sangat menyengat untuk menarik perhatian kumbang penyerbuk (Subronto dan Harahap, 2002).

Dalam satu rangkaian bunga yang berhasil menjadi polong sebanyak 4–15 polong, tergantung dari umur tanaman dan lingkungan setempat termasuk perubahan musim. Polong diselimuti bulu halus berwarna merah keemasan yang berubah warna menjadi hitam ketika matang. Polong ini memiliki panjang 5-8 cm, lebar 1-2 cm, dan memiliki 2-4 biji untuk setiap polongnya (Harahap dkk., 2008).

(17)

Mucuna bracteata yang ditanam di dataran rendah tidak pernah menghasilkan bunga (Mugnisjah dan Setiawan, 2001).

Mucuna bracteata sebaiknya ditanam pada lokasi yang cukup air agar proses pembentukan polongnya tidak terganggu. Curah hujan yang diinginkan 1000-2500 mm/tahun, dan 3-10 hari hujan/bulan, dengan kelembaban <80%. Lama penyinaran yang dibutuhkan 6-7 jam penyinaran matahari penuh untuk

setiap harinya karena tanaman ini merupakan tanaman berhari pendek (Harahap dkk, 2008).

Pada umumnya Mucuna bracteata dapat tumbuh baik pada semua jenis tanah, baik tanah liat, liat berpasir, lempung, lempung berpasir atau tanah pasir. Tanaman ini juga dapat tumbuh pada kisaran pH yang cukup luas yaitu 4,5-6,5. Pertumbuhan vegetatif akan sedikit terganggu jika Mucuna bracteata ditanam di areal yang tergenang air (Subronto dan Harahap, 2002).

Perendaman Benih

Benih keras (hard seeds) banyak dijumpai pada benih Leguminosae berukuran kecil. Benih keras gagal mengimbibisi air selama 2 atau 3 minggu, periode yang cukup untuk uji daya berkecambah. Pada benih keras tertentu sulit dibedakan apakah penghambatan penyerapan air ataukah penghambatan mekanis untuk berkembangnya embrio sebagai penyebab dormansi (Darmawan, 2008).

(18)

cahaya. Menurut Sumanto dan Sri Wahyuni (1993) beberapa cara untuk menghilangkan dormansi yakni dengan memberikan perlakuan terhadap benih seperti perendaman dalam air. Hartman dan Kester (1978) dalam Wirawan dan Wahyuni (2002) juga menyebutkan bahwa perlakuan perendaman benih dalam air ini dilakukan untuk merubah kondisi kulit benih yang keras, menghilangkan zat-zat penghambat, melunakkan kulit benih, dan mempercepat perkecambahan.

Menurut Sutopo (2002) bahwa beberapa jenis benih terkadang diberi perlakuan perendaman dalam air dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Dengan demikian kulit benih yang menghalangi penyerapan air menjadi lisis dan melemah, juga digunakan untuk pencucian benih sehingga benih terbebas dari pathogen yang menghambat perkecambahan benih. Utami (1998) dalam Darmawan (2008) mengatakan perlakuan dengan menggunakan perendaman dalam air panas berpengaruh cukup baik dalam perkecambahan benih dan pertumbuhan semai kayu kuku. Air mudah meresap ke dalam benih sehingga bisa memacu perkembangan embrio.

Perendaman benih sebelum dikecambahkan dimaksudkan untuk mengaktifkan proses fisiologi yang berlangsung pada benih. Karena itu, proses perendaman akan mempengaruhi perkecambahan biji. Penggunaan interval yang berbeda dalam perendaman biji juga ditujukan untuk melihat pengaruh fisiologis pada benih, jika perendaman yang dilakukan sangat singkat, agak lama, dan sangat lama bagaimana pengaruhnya terhadap proses perkecambahan biji (Sutopo, 2002).

(19)

dapat merangsang penyerapan lebih cepat. Perendaman adalah prosedur yang sangat lambat untuk mengatasi dormansi fisik, selain itu ada resiko bahwa benih akan mati jika dibiarkan dalam air sampai seluruh benih menjadi permeabel (Sudjadi, 1991). Oleh karena itu, perlu diperoleh waktu perendaman yang tidak merusak benih dan dapat membantu pematahan dormansi jika dikombinasikan dengan perlakuan lain.

Pangkasan Mucuna

Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang ditanamn sendiri yakni pada saat tanah tidak ditanami tanaman utama atau ditanam bersamaan dengan tanaman pokok (khususnya bila tanaman pokok berupa tanaman tahunan). Tujuan utama dari penanaman tanaman penutup tanah adalah untuk melindungi tanah dari daya perusak butir-butir ait hujan, mempertahankan/ memperbaiki kesuburan tanah, dan menyediakan bahan organik. Penanaman tanaman penutup tanah juga merupakan tindakan rehabilitasi lahan secara vegetatif yang relatif murah dan mudah untuk diaplikasikan.

(20)

tanah yang ditumbuhi Mucuna bracteata meningkat sangat tajam dibandingkan dengan lahan yang ditumbuhi gulma (Subronto dan Harahap, 2002).

Produksi awal kelapa sawit pada areal yang menggunakan penutup tanah Mucuna bracteata lebih tinggi dibanding pada areal yang menggunakan penutup tanah konvensional. Tingkat kesuburan yang relatif tinggi dan kelembaban yang selalu terjaga diduga menjadi penyebab utama produktivitas tanaman di areal berpenutup tanah Mucuna bracteata lebih tinggi dibandingkan pada areal berpenutup tanah kovensional. Serasah yang berasal dari biomassa penutup tanah Mucuna bracteata yang jumlahnya sangat besar merupakan sumber hara penting bagi peningkatan kesuburan tanah (Sebayang, dkk, 2004).

Keunggulan Mucuna bracteata menurut Subronto dan Harahap (2002). antara lain:

1. Pertumbuhan cepat dan menghasilkan biomassa yang tinggi. 2. Mudah ditanam dengan input yang rendah.

3. Tidak disukai ternak karena kandungann fenol yang tinggi. 4. Toleran terhadap serangan hama dan penyakit.

5. Memiliki sifat allelopati sehingga memiliki daya kompetisi yang tinggi terhadap gulma.

6. Memiliki perakaran yang dalam, sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan menghasilkan serasah yang tinggi sebagai humus yang terurai lambat, sehingga menambah kesuburan tanah.

7. Mengendalikan erosi.

(21)

Usaha penanaman tanaman penutup tanah saja tidak dapat mencukupi kebutuhan minimum bahan organik. Usaha lain untuk memperoleh tambahan bahan organik adalah dengan mengembalikan semua hasil pangkasan dalam petak lahan sebagai mulsa atau dijadikan sebagai kompos. Situmorang (1999) melaporkan bahwa setiap ton biomassa Mucuna sp, mengandung 2,5 kg N., 1,1 kg P, dan 43,0 kg K, selain unsur hara Ca, Mg, dan unsur mikro. Mucuna Sp sebagai pupuk organik mengandung N=2,42 %, P=0,20%, dan K=1,97 atau dalam setiap 1 ton biomas kering mucuna terdapat hara setara 51,6 kg urea, 10 kg TSP, dan 39,4 kg KCL. Kandungan hara Mucuna dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kadar hara Mucuna sp dibanding dengan jerami padi, flemingia, guatemala dan vetiver

Jenis tanaman dapat Kadar Hara (%)

N P K

Sumber : Juarsah dkk (1994)

(22)

Tabel 2. Kandungan C-organik dan unsur hara pada Mucuna bracteata

No. Parameter Hasil Analisis (%)

1. C-organik 45,6

2. N 2,2

3. P 0,3

4. K 1,3

5. Ca 3,8

6. Mg 0,5

Sumber : Pujianto, 2004

Menurut pengalaman di Lampung (Sudjadi, 1991) dan di Kalimantan Selatan, Mucuna yang dikombinasikan dengan bahan posfat alam dapat menghasilkan pupuk hijau dalam jumlah cukup banyak. Dalam percobaan di Lampung, dalam waktu 120 hari Mucuna menghasilkan biomassa sebanyak 5-14 ton/ha, tergantung pada tempat. Disamping untuk memasok N lewat udara secara hayati dan melindungi tanah terhadap erosi, Mucuna juga berguna mengalihragamkan sebagian posfat anorganik menjadi posfat organik untuk membentuk cadangan posfat yang awet dalam tanah.

pengamatan di Jambi menunjukkan bahwa menggunakan pangkasan daun legume sebagai mulsa yang diberikan setiap dua bulan sekali dapat memperbaiki struktur tanah dan menaikkan kadar bahan organic dan kadar N dalam tanah setelah dua tahun. Menggunakan pangkasan daun sebagai pupuk hijau dapat menaikkan tanggapan tanaman jagung, padi gogo, dan kedelai terhadap pemberian unsur hara P, K, dan Mg serta pengapuran (Sudjadi, 1991).

(23)

Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota dan sebagainya. Proses pelapukan bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan manusia. Secara garis besar, membuat kompos berarti merangsang perkembangan bakteri (jasad-jasad renik) untuk menghancurkan atau menguraikan bahan-bahan yang dikomposkan hingga terurai menjadi senyawa lain. Proses penguraian tersebut mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik sukar larut menjadi senyawa organik larut sehingga berguna bagi tanaman (Setyorini dkk, 2006).

Sisa tanaman, hewan, atau kotoran hewan juga sisa jutaan makhluk kecil yang berupa bakteri, jamur, ganggang, hewan satu sel, maupun banyak sel merupakan sumber bahan organik yang sangat potensial bagi tanah, karena perannya sangat penting terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Namun bila hasil tanaman tidak dikelola dengan baik maka akan berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti mengakibatkan rendahnya keberhasilan pertumbuhan benih karena imobilisasi hara, allelopati, atau sebagai tempat berkembangbiaknya pathogen tanaman. Bahan-bahan ini menjadi lapuk dan busuk bila berada dalam keadaan basah dan lembab, seperti halnya daun-daun menjadi lapuk bila jatuh ke tanah dan menyatu dengan tanah. Selama proses perubahan dan peruraian bahan organic, unsure hara akan bebas menjadi bentuk yang larut dan dapat diserap tanaman. Sebelum mengalami proses perubahan, sisa hewan dan tumbuhan ini tidak beguna bagi tanaman, karena unsure hara masih dalam bentuk terikat yang tidak dapat diserap oleh tanaman (Sudjadi, 1991).

(24)

sampah lainnya lama kelamaan membusuk karena adanya kerja sama antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut bisa dipercepat oleh perlakuan manusia, yaitu dengan menambahkan mikroorganisme pengurai sehingga dalam waktu singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas baik (Setyorini dkk, 2006).

Bahan organik tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman karena perbandingan kandungan C/N dalam bahan tersebut tidak sesuai dengan C/N tanah. Rasio C/N merupakan perbandingan antara karbohidrat (C) dengan nitrogen (N). Raso C/N tanah berkisar antara 10-12. Apabila bahan organic mempunyai rasio C/N mendekati atau sama dengan rasio C/N tanah, maka bahan tersebut dapat digunakan tanah. Namun pada umumnya bahan organic segar mempunyai rasio C/N tinggi ( jerami 50-70; dedaunan tanaman 50-60; kayu-kayuan >400; dan lain-lain) (Notohadiprawiro, 2006).

Prinsip pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan organic sehingga sama dengan C/N tanah (<20). Semakin tinggi rasio C/N bahan organic maka proses pengomposan atau perombakan bahan semakin lama. Waktu yang dibutuhkan bervariasi dari satu bulan hingga beberapa tahun tergantung bahan dasar (Setyorini dkk, 2006).

(25)

tanah. CO2 yang dihasilkan dari peruraian tersebut akan berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman (Sudirja, 2007).

Seperti halnya pupuk kandang, pupuk kompos yang akan digunakan haruslah kompos yang baik. Secara fisik sulit dilihat kompos yang baik dengan kompos yang kurang baik. Namun, secara umum pupuk tersebut mempunyai butiran yang lebih halus dan berwarna coklat agak kehitaman. Dengan kompos maka kultur pertanian akan kembali ke bahan-bahan organik. Bahan organik akan memperbaiki struktur jaringan tanaman, artinya tanaman yang diberi kompos tidak lagi perlu disemprot dengan pestisida karena hama tidak tertarik untuk memangsanya (Notohadiprawiro, 2006).

Pembuatan kompos ada berbagai cara, tetapi semua cara tersebut mempunyai konsep dasar yang sama. Konsep dasar ini dapat juga disebut pembuatan kompos secara umum sehingga cara pembuatan ini perlu diketahui agar dalam memodifikasi cara pembuatan kompos tidak terjadi kesalahan. Dalam pembuatan kompos, waktu yang diperlukan umumnya sekitar 3-4 bulan. Namun, waktu ini dapat dipercepat menjadi 4-6 minggu dengan diberinya tambahan atau aktivator bagi bakteri pengurai. Tahapan pembuatan kompos dimulai dengan persiapan, baik bahan maupun tempatnya. Setelah itu penyusunan tumpukan kompos, pemantauan suhu dan kelembapan tumpukan, pembalikan dan penyiraman, pematangan, pengayakan kompos, pengemasan dan penyimpanan (Indriani, 2003).

(26)

homogen agar kadar N dan kecepatan fermentasi dapat merata dan tetap, oleh karena itu bahan-bahan mentah perlu dipotong-potong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Temperatur awal harus tinggi untuk membunuh pathogen biji rumput-rumputan dan lalat atau telur-telur dan larva hama lainnya serta penyakit (cendawan) yang terbawa ke dalam tumpukan. Pada awal pembuatan kompos diperlukan air yang cukup banyak untuk mengimbangi penguapan dan untuk mengaktifkan jasad renik (Sudirja, 2007).

Adapun ciri-ciri kompos yang baik : 1. Berwarna coklat

2. Berstruktur remah 3. Berkonsistensi gembur 4. Berbau daun yang lapuk (Sudirja, 2007).

(27)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan Desa Tumpatan Nibung , Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, mulai bulan Agustus sampai Desember 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih Mucuna bracteata , Air panas sebagai bahan perendaman benih , sub soil sebagai

media tanam, pasir sebagai media tanam pendederan benih, pangkasan mucuna, dedak, pupuk kandang dan gula putih sebagai bahan kompos, EM4 sebagai aktivator, dan polibeg ukuran 5 kg sebagai wadah tanam.

Alat yang digunakan adalah cangkul, sekop untuk mencampur media, gembor, mesin penggiling (cooper) untuk menggiling pangkasan mucuna, meteran untuk mengukur luas lahan, pacak sampel dan papan nama penelitian, label penelitian, amplop cokelat, dan gunting.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

(28)

P1 : dengan perendaman air panas 80ºc selama 20 menit P2 : dengan perendaman air panas selama 80ºc 30 menit P3 : dengan perendaman air panas 80ºc selama 40 menit

Faktor 2 : Kompos Pangkasan Mucuna (M) dengan 4 taraf M0 : sub soil + kompos pangkasan mucuna (1:0) M1 : sub soil + kompos pangkasan mucuna (1:1) M2 : sub soil + kompos pangkasan mucuna (1:2) M3 : sub soil + kompos pangkasan mucuna (1:3) Sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan, yaitu:

P0M0 P1M0 P2M0 P3M0

P0M1 P1M1 P2M1 P3M1

P0M2 P1M2 P2M2 P3M2 P0M3 P1M3 P2M3 P3M3 Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 48 plot

Panjang Plot : 150 cm

Lebar Plot : 150 cm

(29)

Volume polibeg : 5 kg

Model Analisis

Dari hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut:

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

i = 1,2,3 j = 1,2,3,4 k =1,2,3,4

Dimana :

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan perendaman benih mucuna pada taraf ke-j dan perlakuan pemberian kompos pangkasan mucuna pada taraf ke-k.

µ = Nilai tengah.

ρi = Pengaruh blok ke-i.

αj = Pengaruh perlakuan perendaman benih mucuna pada taraf ke-j.

βk = Pengaruh perlakuan pemberian kompos pangkasan mucuna pada

taraf ke-k.

(αβ)jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan perendaman benih pada taraf ke-j dan perlakuan pemberian kompos pangkasan mucuna pada taraf ke-k.

ε ijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan perendaman

(30)

Uji lanjutan yang digunakan dalam menentukan notasi bagi perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap parameter yang diambil adalah uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1989).

PELAKSANAAN PENELITIAN

Pembuatan Kompos Mucuna

Tahap awal pembuatan kompos adalah persiapan bahan maupun tempatnya. Bahan kompos yang digunakan adalah pangkasan dan sisa berangkasan mucuna yang diperoleh dari kebun PTPN III Gunung Pamela dan kebun PTPN IV Bah Jambi. Tempat pembuatan kompos dilakukan di Laboratorium Pusat Kompos Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Tahap kedua adalah penggilingan bahan. Pangkasan mucuna baik daun maupun sulur dipotong-potong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil kemudian dimasukkan kedalam mesin penggiling (cooper). Bahan-bahan mentah perlu dipotong-potong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil agar campuran kompos homogen sehingga kadar N dan kecepatan fermentasi dapat merata dan tetap. Pada saat penggilingan ditambahkan air agar memudahkan penggilingan bahan.

(31)

Tahap keempat adalah pemantauan suhu dan kelembapan. Temperatur atau suhu diukur mulai pada hari ke 3 dan diukur setiap dilakukan pembalikan. Pengukuran temperatur dilakukan dengan mnggunakan alat uji temperatur yang dapat mencapai jauh kedalam tumpukan kompos. Ketika bahan baku kompos tercampur, kadar uap air dapat diukur. Setelah pembuatan kompos berlangsung, pengukuran kelembapan tidak perlu diulangi tetapi dapat langsung diamati tingkat kecukupan air tersebut. Apabila kelebihan uap air, maka tumpukan kompos ditambahkan udara (oksigen) dengan membuka penutup. Dalam menambahkan udara, jangan sampai menyebabkan kompos menjadi kering. Indikasinya adalah perhatikan temperatur, jika temperatur menurun lebih cepat dari biasanya maka ada kemungkinan kompos terlalu kering.

(32)

Areal pertanaman yang digunakan dibersihkan dari gulma. Dibuat blok tanaman sebanyak 3 blok dengan jarak antar blok 50 cm, setiap blok dibagi menjadi 48 plot, dengan jarak antar plot 30 cm dan ukuran 1,5 meter x 1,5 meter.

Pendederan

Pendederan diawali dengan pemilihan benih yang seragam. Benih yang akan dideder diberi perlakuan yaitu dengan merendam benih dengan air panas dengan suhu 80̊c dan lama perendaman sesuai dengan perlakuan untuk mempermudah perkecambahannya. Pendederan dilakukan dengan mendederkan biji Mucuna pada media tanam pasir selama 1 minggu.

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah subsoil, dan subsoil : kompos pangkasan mucuna (1:1), (1:2) dan (1:3). Media dicampur secara merata dan digemburkan dengan menggunakan cangkul, lalu diisikan kedalam polibeg dan disusun diatas plot.

Penanaman Mucuna bracteata

Penanaman dilakukan 1 minggu setelah pendederan. Penanaman dilakukan dengan memindahkan kecambah yang tumbuh normal dan seragam ke polibeg dan volume media tanam 5 kg per polibeg.

Pemeliharan Tanaman

Penyiraman

(33)

Penyulaman

Penyulaman dilakukan guna mengganti tanaman yang rusak akibat hama, penyakit ataupun kerusakan mekanis lainnya. Penyulaman dilakukan pada umur 1 MSPT dan batas waktu penyulaman adalah 2 MSPT.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang ada didalam dan diluar polibeg. Tujuan penyiangan gulma untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dari dalam tanah. Penyiangan disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Pengamatan Parameter

Daya Berkecambah (%)

Daya Berkecambah (DB) mengidentifikasi viabilitas potensial benih. Daya berkecambah diukur dengan menghitung persentase kecambah normal pada tahap seleksi pertama sampai terakhir. Perhitungan kecambah normal dilakukan 5 kali yaitu 1-5 MST.

DB= ∑KN hit.1+∑KN hit.2+∑KN hit.3+∑KN hit.4+∑KN hit.5

KN = Kecambah Normal

Benih yang dikecambahkan

hit = Hitungan pengamatan minggu ke x Persentase Tumbuh (%)

Pengamatan persentase tumbuh dihitung dengan menghitung jumlah semua tanaman yang tumbuh baik kecambah normal maupun kecambah abnormal. Perhitungan kecambah dilakukan 5 kali yaitu 1-5 MST.

(34)

Persentase tanaman yang tumbuh = Jumlah tanaman yang tumbuh x 100% Jumlah tanaman seluruhnya

Jumlah Cabang

Pengamatan jumlah cabang dilakukan pada akhir penelitian (9MST) dengan menghitung jumlah cabang yang tumbuh dari batang utama.

Luas Daun (cm2)

Pengamatan luas daun dilakukan pada akhir penelitian (9MST). Luas daun diamati dengan mengambil daun Mucuna pada setiap sampel dan diukur dengan menggunakan leaf area meter.

Berat Basah Batang Atas (g)

Pengamatan berat basah dilakukan pada akhir penelitian (9MST). Berat basah diamati dengan menimbang berat basah batang atas Mucuna segera setelah pemanenan berlangsung.

Berat Kering Batang Atas (g)

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perendaman benih pada air panas berpengaruh nyata terhadap Daya berkecambah, Jumlah cabang dan Berat basah batang atas , tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap Persentase tumbuh, Luas daun dan Berat kering batang atas.

Pemberian kompos pangkasan Mucuna berpengaruh nyata terhadap Jumlah cabang, Luas daun dan Berat basah batang atas , tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap Daya berkecambah, Persentase tumbuh dan Berat kering batang atas.

Interaksi antara perendaman benih dan pemberian kompos mucuna tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan.

Daya berkecambah (%)

(36)

Rataan Daya berkecambah pada perlakuan perendaman benih dan pemberian kompos mucuna dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Daya berkecambah (%) pada perlakuan perendaman dan pemberian kompos pangkasan Mucuna

Mucuna Perendaman Rataan

P0 P1 P2 P3

M0 78.11 79.49 79.45 80.84 79.47

M1 82.33 84.89 81.45 87.40 84.02

M2 66.22 76.94 81.82 86.78 77.94

M3 78.89 74.22 81.11 94.22 82.11

Rataan 76.39b 78.89b 80.96b 87.31a 80.89

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa Daya berkecambah tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu 87,31 % dan Daya berkecambah terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu 76,39 %.

Dari uji beda rataan pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan P3 berbeda nyata dengan perlakuan P0, P1, dan P2.

(37)

Gambar 1. Hubungan perendaman benih terhadap Daya berkecambah (%)

Hubungan antara perendaman benih dengan air panas terhadap Daya berkecambah benih Mucuna bracteata berbentuk linier positif yang menunjukkan bahwa semakin lama waktu perendaman maka akan meningkatkan Daya berkecambah benih. Daya berkecambah benih Mucuna Tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu perendaman benih dengan air panas pada suhu 80̊ c selama 40 menit sebesar 87,31% dan terendah pada perlakuan P0 yaitu perlakuan tanpa perendaman sebesar 76,39%.

(38)

Gambar 2. Hubungan pemberian kompos pangkasan Mucuna terhadap Daya berkecambah (%)

Dari Histogram dapat dilihat bahwa pemberian kompos pangkasan mucuna tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah, dimana daya berkecambah tertinggi pada perlakuan pemberian kompos pangkasan mucuna terdapat pada perlakuan M1 yaitu sub soil : kompos pangkasan mucuna (1:1) sebesar 84,02% yang tidak berbeda nyata dengan daya berkecambah terendah pada perlakuan M2 yaitu sub soil : kompos pangkasan mucuna (1:2) sebesar 77,94%.

Persentase Tumbuh (%)

Data pengamatan Persentase tumbuh disajikan pada lampiran 6 dan analisis sidik ragamnya disajikan pada kampiran 7. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman benih, pemberian kompos mucuna dan interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap Persentase tumbuh.

Rataan Persentase tumbuh pada perlakuan perendaman benih dan pemberian kompos mucuna dapat dilihat pada Tabel 4.

(39)

Mucuna Perendaman Rataan

P0 P1 P2 P3

M0 96.32 98.68 98.09 98.13 97.81

M1 97.63 97.78 97.97 98.67 98.01

M2 98.30 98.10 99.00 98.90 98.58

M3 99.22 98.37 97.79 98.93 98.58

Rataan 97.87 98.23 98.21 98.66 98.24

Hubungan antara perendaman benih terhadap persentase tumbuh (%) tanaman Mucuna bracteata dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan Perendaman benih terhadap Persentase Tumbuh (%)

Dari Histogram dapat diketahui bahwa perlakuan perendaman benih tidak berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh tanaman Mucuna bracteata dimana persentase tumbuh tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (perendaman dengan air panas suhu 80̊c selama 40 menit) yaitu 98,66% yang tidak berbeda nyata dengan persentase tumbuh terendah pada perlakuan P0 (tanpa perendaman) yaitu 97,87% .

(40)

Dari Histogram dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian kompos pangkasan mucuna tidak berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh, dimana persentase tumbuh tertinggi terdapat pada perlakuan M2 (sub soil+kompos pangkasan mucuna (1:2) ) dan M3 ( sub soil+kompos pangkasan mucuna (1:3) ) yaitu sebesar 98,58% yang tidak berbeda nyata dengan persentase tumbuh terendah pada perlakuan M0 (sub soil+kompos pangkasan mucuna (1:0) ) yaitu sebesar 97,81%.

Jumlah Cabang (cabang)

Data pengamatan Jumlah cabang disajikan pada lampiran 8 dan analisis sidik ragamnya disajikan pada kampiran 9. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perendaman benih dan pemberian kompos mucuna berpengaruh nyata terhadap Jumlah cabang, namun interaksi kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap Jumlah cabang.

Rataan Jumlah cabang (cabang) pada perlakuan pemberian kompos mucuna dan perendaman benih dapat dilihat pada Tabel 5.

(41)

Mucuna Perendaman Rataan

P0 P1 P2 P3

M0 6,44 8,34 10,78 18,55 11,03b

M1 6,78 9,56 10,78 21,45 12,14b

M2 7,44 9,89 12,67 23,33 13,33b

M3 7,89 10,44 16,67 24,89 14,97a

Rataan 7,14c 9,56bc 12,72b 22,06a 12,87

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 5 dapat dilihat Jumlah cabang tertinggi pada perlakuan perendaman benih terdapat pada perlakuan P3 yaitu 22,06 cabang dan jumlah cabang terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu 7,14 cabang.

Rataan Jumlah cabang tertinggi pada perlakuan pemberian kompos pangkasan Mucuna terdapat pada perlakuan M3 yaitu 14,97 cabang dan rataan Jumlah cabang terendah terdapat pada perlakuan M0 yaitu 11,03 cabang.

Dari uji beda rataan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan P3 berbeda nyata dengan perlakuan P0, P1 dan P2, perlakuan P2 berpengaruh nyata dengan perlakuan P0. Perlakuan M3 berbeda nyata dengan perlakuan M0, M1, dan M3.

(42)

Gambar 5. Hubungan perendaman benih terhadap Jumlah cabang

Dari Grafik dapat dilihat bahwa hubungan antara perendaman benih terhadap Jumlah cabang berbentuk linier positif yang menunjukkan semakin lama waktu perendaman benih maka semakin meningkatkan Jumlah cabang. Jumlah cabang terbanyak pada perlakuan perendaman benih terdapat pada perlakuan perendaman benih dengan air panas pada suhu 80oc selama 40 menit.

(43)

Gambar 6. Hubungan pemberian kompos pangkasan Mucuna terhadap Jumlah cabang

Hubungan antara pemberian kompos Mucuna terhadap Jumlah cabang adalah linier positif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi taraf pemberian kompos pangkasan Mucuna maka akan meningkatkan Jumlah cabang. Jumlah cabang terbanyak pada perlakuan pemberian kompos pangkasan Mucuna pada perlakuan M3 yaitu dengan pemberian sub soil : kompos pangkasan Mucuna (1:3).

Luas Daun (cm2)

Data pengamatan Luas daun ditampilkan pada lampiran 10 sedangkan sidik ragam nya ditampilkan pada lampiran 11. Daftar sidik ragam menunjukkan bahwa perendaman benih dan interaksi antara perlakuan perendaman benih dan pemberian kompos pangkasan mucuna tidak berpengaruh nyata terhadap Luas daun, tetapi pemberian kompos pangkasan Mucuna berpengaruh nyata terhadap Luas daun.

Rataan Luas daun pada perlakuan pemberian kompos pangkasan mucuna dan perendaman benih dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas daun (cm2) pada perlakuan perendaman benih dan pemberian kompos pangkasan mucuna

Mucuna Perendaman Rataan

P0 P1 P2 P3

(44)

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa rataan tertinggi Luas daun (cm2) terdapat pada perlakuan M2 (325,71) dan terendah pada M1 (304,59).

Dari uji beda rataan pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan M2 berbeda nyata dengan perlakuan M0, M1 dan M3. Perlakuan M0 dan M3 berbeda nyata dengan perlakuan M1.

Hubungan antara perendaman benih terhadap luas daun dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Hubungan antara perendaman benih terhadap luas daun (cm2)

Dari Histogram dapat diketahui bahwa perendaman benih tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun, dimana luas daun tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (perendaman air panas suhu 80̊c selama 40 menit) yaitu 314,60 cm2 yang tidak berbeda nyata dengan luas daun terendah pada perlakuan P1 (perendaman air panas suhu 80̊c selama 20 menit) yaitu 308,70 cm2.

(45)

Gambar 8. Hubungan antara pemberian kompos pangkasan Mucuna terhadap Luas daun

Hubungan antara pemberian kompos pangkasan Mucuna terhadap luas daun adalah berbentuk linier positif yang menunjukkan bahwa pemberian kompos pangkasan Mucuna nyata meningkatkan luas daun. Semakin tinggi taraf pemberian kompos pangkasan Mucuna maka akan meningkatkan Luas daun. Luas daun tertinggi pada perlakuan pemberian kompos pangkasan Mucuna terdapat pada perlakuan M3 yaitu sub soil : kompos pangkasan Mucuna (1:3).

Berat Basah Batang Atas

Data pengamatan berat basah batang atas disajikan pada lampiran 12 sedangkan sidik ragamnya disajikan pada lampiran 13. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman benih dan pemberian kompos pangkasan mucuna berpengaruh nyata terhadap parameter Berat basah batang atas, namun interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter Berat basah batang atas.

(46)

Tabel 7. Berat basah batang atas (g) terhadap perlakuan pemberian kompos pangkasan mucuna dan perendaman benih.

Mucuna Perendaman Rataan

P0 P1 P2 P3

M0 78,11 109,67 141,78 161,11 122,67d

M1 82,33 107,89 159,45 170,33 130,00c

M2 99,55 128,78 145,59 200,11 143,51b

M3 105,56 134,22 161,11 217,56 154,61a

Rataan 91,39d 120,14c 151,98b 187,28a 137,70

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman benih berpengaruh nyata terhadap Berat basah batang atas dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu 187,28 g dan rataan terendah pada perlakuan P0 yaitu 91,39 g.

Pemberian kompos pangkasan mucuna berpengaruh nyata terhadap berat basah batang atas (g) dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan M3 (154,61) dan terendah pada perlakuan M0 (122,67).

Hubungan antara perendaman benih dengan Berat basah batang atas (g) ditampilkan pada gambar 9.

(47)

Hubungan antara perendaman benih terhadap Berat basah batang atas berbentuk linier positif yang menunjukkan bahwa perlakuan perendaman benih dengan air panas nyata meningkatkan Berat basah batang atas. Semakin lama waktu perendaman benih maka akan meningkatkan Berat basah batang atas. Rataan Berat basah batang atas tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu dengan perendaman air panas suhu 80°c selama 40 menit.

Hubungan antara pemberian kompos pangkasan mucuna dengan Berat basah batang atas (g) ditampilkan pada Gambar 10.

Gambar 10. Hubungan pemberian kompos pangkasan Mucuna terhadap Berat basah batang atas

(48)

Berat Kering Batang Atas (g)

Data pengamatan berat kering batang atas disajikan pada lampiran 14 sedangkan sidik ragam nya disajikan pada lampiran 15. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman benih dan pemberian kompos pangkasan mucuna serta interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter Berat kering batang atas.

Rataan Berat kering batang atas (g) dengan perlakuan pemberian kompos pangkasan mucuna dan perendaman benih dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Berat kering batang atas (g) terhadap perlakuan pemberian kompos pangkasan mucuna dan perendaman benih

Mucuna Perendaman Rataan

P0 P1 P2 P3

M0 22,79 12,34 13,05 11,68 14,97

M1 14,03 16,71 21,52 17,28 17,38

M2 16,84 17,65 22,80 34,74 23,01

M3 12,84 22,14 17,50 29,01 20,37

Rataan 16,62 17,21 18,72 23,18 18,93

(49)

Gambar 11. Hubungan antara perendaman benih terhadap berat kering batang atas (g)

Dari Histogram dapat dilihat bahwa perendaman benih tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering batang atas (g), dimana berat kering batang atas tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu 23,18 g yang tidak berbeda nyata dengan berat kering terendah pada perlakuan P0 yaitu 16,62 g.

Hubungan antara pemberian kompos pangkasan mucuna terhadap berat kering batang atas dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Hubungan antara pemberian kompos pangkasan mucuna dengan berat kering batang atas (g)

(50)

Pembahasan

Pengaruh Perendaman Benih Terhadap Pertumbuhan Mucuna bracteata

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan perendaman benih dalam air panas berpengaruh nyata terhadap Daya berkecambah, Jumlah cabang, dan Berat basah batang atas.

Perendaman benih berpengaruh nyata terhadap Daya berkecambah karena perendaman biji Mucuna pada air panas mengakibatkan melunaknya kulit biji sehingga proses imbibisi terjadi dengan baik dan proses perkecambahan tidak terhalang oleh kerasnya kulit biji. Sesuai dengan hasil penelitian Ani (2008) bahwa perendaman benih dalam air panas menyebabkan terbukanya pleugram pada leucaena dan hasil perkecambahan mencapai 95-100% tergantung pada varietasnya.

Salah satu cara untuk memecahkan dormansi adalah dengan perlakuan perendaman dalam air, dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Selama perendaman air terus meresap ke dalam benih hingga jenuh, sehingga akan merangsang embrio untuk perkecambahan, tanpa merusak kulit benih (Sutopo,2002).

(51)

faktor utama dalam proses perkecambahan benih sehingga posisinya begitu penting.

Sumanto dan Sri wahyuni (1993) menambahkan bahwa perlakuan perendaman benih memberikan kecepatan tumbuh yang paling baik karena air dan oksigen yang dibutuhkan untuk perkecambahan dapat masuk ke benih tanpa halangan sehingga benih dapat berkecambah. Benih dengan perlakuan air panas mengalami peningkatan perkecambahan dibandingkan kontrol.

Pertumbuhan biji mucuna dengan perendaman air panas suhu 80̊ c selama 40 menit menunjukkan perkecambahan yang tertinggi dari perlakuan yang lain yaitu 87,31%. Hal ini mengindikasikan bahwa pada suhu dan lama perendaman yang optimum mampu mematahkan dormansi. Menurut Sutopo (2002) temperature dan lama perendaman yang optimum akan mempengaruhi kebutuhan benih akan suplai air dan oksigen . Pada kisaran temperatur ini terdapat Daya berkecambah yang tinggi . Temperatur yang optimum bagi kebanyakan benih legume adalah 60-75̊c. Adapun penelitian ini mendapatkan hasil bahwa temperatur perendaman optimal untuk perkecambahan biji mucuna adalah 80̊c. Hal ini dikarenakan perlakuan perendaman yang dilakukan adalah dengan merendam biji utuh dari mucuna tanpa dilakukan skarifikasi atau perusakan kulit benih.

(52)

tumbuh di lapangan sebesar 14%. Pada penelitian tahun berikutnya (2000/2001), meningkatkan persentase tanaman tumbuh pada 6 lokasi pertanaman. Murungu et al. (2004), menyimpulkan bahwa keuntungan perendaman ialah perbaikan pertumbuhan awal tanaman dan percepatan tumbuhnya kecambah, namun tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

Perendaman benih juga berpengaruh nyata terhadap Berat basah batang atas. Menurut Sudjadi (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal (hormon dan nutrisi) saja, melainkan saling berkaitan dengan faktor-faktor lainnya, sperti status air dalam tanah, suhu udara pada awal tanam dan keadaan media dari intensitas cahaya matahari. Hal ini didukung oleh Gardner, dkk (1991) yang menyatakan nutrient dan ketersediaan air dapat mempengaruhi pertumbuhan, seperti pada organ vegetatif juga dapat meningkatkan Berat basah tanaman. Lebih lanjut Prawiranata, dkk (1981) menyatakan bahwa proses metabolisme tanaman yang relative lebih sempurna dalam pertumbuhan tanaman akan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik, diantaranya peningkatan tinggi tanaman.

(53)

Pengaruh Pemberian Kompos Pangkasan Mucuna Terhadap Pertumbuhan

Mucuna bracteata

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa perlakuan pemberian kompos pangkasan Mucuna berpengaruh nyata terhadap Jumlah cabang, Luas daun dan Berat basah batang atas tanaman Mucuna bracteata.

Pemberian kompos pangkasan Mucuna nyata meningkatkan petumbuhan pada tanaman Mucuna bracteata yaitu dengan meningkatkan Jumlah cabang, Luas daun dan Berat basah batang atas. Hal ini erat hubungan nya dengan sifat genetis tanaman dan faktor keadaan tanah atau lingkungannya. Menurut Gardner dkk, (1991), pertumbuhan dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan. Kemudian Dwidjoseputro (1994) menambahkan pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor luar seperti keras lunaknya tanah, banyak sedikitnya air dan lain sebagainya. Dengan pemberian kompos pangkasan Mucuna maka akan memperbaiki struktur tanah yang menjadi factor internal yaitu lingkungan tempat tumbuh nya tanaman. Setyorini, dkk (2006) menyatakan penggunaan kompos dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehingga mempertahankan dan menambah kesuburan tanah. Kompos memperbaiki struktur tanah yang semula padat menjadi gembur, tanah berpasir menjadi lebih kompak dan tanah lempung menjadi lebih gembur. Dengan struktur tanah yang baik itu berarti difusi 02 atau aerase akan lebih banyak sehingga proses fisiologis di akar akan lancar.

(54)

kehitaman), sehingga penyerapan energi sinar matahari lebih banyak dan fluktuasi suhu di dalam tanah dapat dihindarkan.

Interaksi Pengaruh Perendaman Benih dan Pemberian Kompos Pangkasan Mucuna Terhadap Pertumbuhan Mucuna bracteata

Interaksi antara perendaman benih dan pemberian kompos pangkasan Mucuna tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter yang diamati. Hal ini menunjukkan bahwa antara perendaman benih dengan pemberian kompos pangkasan mucuna belum mampu mempengaruhi satu sama lain secara nyata.

(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan

perendaman benih dalam air panas terhadap daya berkecambah yang tertinggi terdapat pada perlakuan suhu 80oC selama 40 menit menunjukkan daya kecambah yang lebih tinggi mencapai 94,22% dibandingkan dengan perlakuan benih tanpa perendaman (kontrol) yang hanya mencapai 66,22%. Perlakuan perendaman benih dalam air panas juga berpengaruh nyata berhadap pertumbuhan dengan hasil tertinggi terhadap jumlah cabang (22,06 cabang) dan berat basah batang atas (14,97 g)

2. Perlakuan

pemberian kompos pangkasan Mucuna berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman Mucuna bracteata dengan hasil tertinggi jumlah cabang (7,14 cabang) , luas daun (325,71 cm2) dan berat basah batang atas (154,61 g).

3. Interaksi antara

perendaman benih dan pemberian kompos pangkasan Mucuna tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati.

Saran

(56)

nutrisi, ketersediaan air, kelembaban air tanah, dan lain-lain. Faktor luar tersebut dapat diperoleh dengan memanfaatkan sisa tanaman sebagai kompos.

DAFTAR PUSTAKA

Ani, Nurma. 2008. Pengaruh Perendaman Benih Dalam Air Panas Terhadap Daya Kecambah Dan Pertumbuhan Bibit Lamtoro (Leucaena leucocephala). Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. USU. Medan

Darmawan. 2008. Pertumbuhan Dan Laju Fotosintesis Bibit Tanaman Jarak Pada Tingkat Perendaman Air Dan Pemupukan Nitrogen Berbeda. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Makasar

Dwidjoseputro. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Dutta, A.C. 1970. Botany for Degree Student. Oxfort University Press. England Gardner, F, R. R. B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman

Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta

Harahap, I. Y., T. C. Hidayat, G. Simangunsong, E. S. Sutarta, Y. Pangaribuan, E. Listia, dan S. Rahutomo. 2008. Mucuna bracteata : Pengembangan dan Pemanfatannya di Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Indonesian Oil Palm Research Institute). Medan

Indriani, Yovita. 2003. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta Juarsah, I, S.H. Talaouhu, dan A. Abdurachman. 1994. Prospek Mucuna sp

Sebagai Tanaman Konservasi dan Rehabilitasi Lahan Serta Sumber Protein. Pros. Seminar Gelar Teknologi dan Temu Lapang Dalam Pengembangan Teknologi Spesifik Lokasi Di Kalimantan Tengah

Mugnisjah, W. Q. dan A. Setiawan. 2001. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2006. Budidaya Organik. Repro Ilmu Tanah

Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Prawiranata, W.S. Harran, P. Tjondro Negoro. 1981. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Jilid II. Departemen Botani Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Pujianto. 2004. Perbaikan Tanah Perkebunan Kakao Dengan Penambahan Bahan

(57)

nutrisi, ketersediaan air, kelembaban air tanah, dan lain-lain. Faktor luar tersebut dapat diperoleh dengan memanfaatkan sisa tanaman sebagai kompos.

DAFTAR PUSTAKA

Ani, Nurma. 2008. Pengaruh Perendaman Benih Dalam Air Panas Terhadap Daya Kecambah Dan Pertumbuhan Bibit Lamtoro (Leucaena leucocephala). Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. USU. Medan

Darmawan. 2008. Pertumbuhan Dan Laju Fotosintesis Bibit Tanaman Jarak Pada Tingkat Perendaman Air Dan Pemupukan Nitrogen Berbeda. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Makasar

Dwidjoseputro. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Dutta, A.C. 1970. Botany for Degree Student. Oxfort University Press. England Gardner, F, R. R. B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman

Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta

Harahap, I. Y., T. C. Hidayat, G. Simangunsong, E. S. Sutarta, Y. Pangaribuan, E. Listia, dan S. Rahutomo. 2008. Mucuna bracteata : Pengembangan dan Pemanfatannya di Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Indonesian Oil Palm Research Institute). Medan

Indriani, Yovita. 2003. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta Juarsah, I, S.H. Talaouhu, dan A. Abdurachman. 1994. Prospek Mucuna sp

Sebagai Tanaman Konservasi dan Rehabilitasi Lahan Serta Sumber Protein. Pros. Seminar Gelar Teknologi dan Temu Lapang Dalam Pengembangan Teknologi Spesifik Lokasi Di Kalimantan Tengah

Mugnisjah, W. Q. dan A. Setiawan. 2001. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2006. Budidaya Organik. Repro Ilmu Tanah

Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Prawiranata, W.S. Harran, P. Tjondro Negoro. 1981. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Jilid II. Departemen Botani Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Pujianto. 2004. Perbaikan Tanah Perkebunan Kakao Dengan Penambahan Bahan

(58)

Rachman, A., A. Dariah dan D. Santoso. 2006. Pupuk Hijau. Dalam Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. Balai Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Jakarta

Sebayang, S. Y., E. S. Sutarta dan I. Y. Harahap. 2004. Penggunaan Mucuna bracteata pada Kelapa Sawit : Pengalaman di kebun Tinjowan II PT.PN IV. Warta PKKS 2004. Medan

Setyorini, D., R. Saraswati dan E.K. Anwar. 2006. Kompos. Dalam Pupuk Hijau dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. Balai Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Jakarta

Situmorang, R. 1999. Ringkasan Disertasi. Pemanfaatan Bahan Organik Setempat, Mucuna sp dan Posfat Alam Untuk Memperbaiki Sifat-Sifat Palehumults Di Miramontana, Sukabumi. Program Pascasarjana IPB. Bogor

Steel, R. G. D dan J. H. Torry, 1995. Prinsip Dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia. Jakarta

Subronto dan I. Y. Harahap. 2002. Penggunaan Kacangan Penutup Tanah Mucuna bracteata pada Pertanaman Kelapa Sawit. Warta PKKS 2002. Medan

Sudirja, Rija. 2007. Standar Mutu Pupuk Dan Pembenah Tanah. Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI. Balai Besar Pengembangan Dan Perluasan Kerja. Lembang

Sudjadi, M. 1991. Succesfull Experiences With Integrated Plant Nutrition. Dalam: Asian Ekperiences In integrated Plant Nutrition. RAPA Report : 80-94 Sumanto dan Sri Wahyuni. 1993. Pengembangan Perlakuan Benih Terhadap

Perkecambahan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Sutopo, L., 2002. Teknologi Benih. Rajawali Press. Jakarta

Suwardjo. 1981. Peranan Sisa-Sisa Tanaman Dalam Konservasi Tanah Dan Air Pada Usahatani Semusim. Thesis FPS-IPB. Bogor

(59)
(60)

Lampiran 2. Deskripsi Mucuna bracteata

NO. Dekripsi Mucuna bracteata Keterangan

1. Asal India

2. Akar Tunggang,tersebar dipermukaan tanah, dapat mencapai

kedalaman 1m, memiliki bintil akar

3. Warna akar Putih kecoklatan

4. Batang Menjalar,merambat/membelit/memanjat , tidak berbulu

5. Tekstur batang Lunak,lentur dan banyak serat serta berair

6. Warna batang Hijau muda sampai hijau kecokelatan

7. Bentuk batang Bulat berbuku

8. Ukuran batang Panjang buku 25-34cm, diameter batang 0,4-1,5cm

9. Daun Trifoliat , muncul disetiap ruas batang

16 Tangkai bunga Setiap tandan 15-20 tangkai dan 3 bunga setiap tangkai

17. Ukuran bunga Panjang 20-35cm

18. Buah Polong

19. Jumlah polong 1 rangkain bunga hanya 4-15 polong yang terbentuk

20. Tekstur polong Berbulu

21. Warna polong Merah keemasan, berubah menjadi hitam ketika matang 22. Ukuran polong Panjang polong 5-8cm dan lebar 1-2cm

23. Biji 2-4 biji setiap polong, 1kg polong basah=250g biji kering, 145 biji kering=100g, 1kg benih + 6000 biji

24. Warna biji Cokelat tua sampai hitam mengkilat

(61)

Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Jenis Kegiatan Minggu Penelitian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1. Pembuatan Kompos X

2. Persiapan lahan X X

3. Pendederan benih X

4. Persiapan media tanam X

5. Penanaman MB X

6. Pemeliharaan tanaman

Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi lapangan

Penyulaman X

Penyiangan Disesuaikan dengan kondisi lapangan

Pengamatan Parameter

7. Daya Berkecambah (%) X X X X X

8. Persentase Tumbuh (%) X X X X X

9. Jumlah Cabang X

10. Luas Daun (cm2) X

11. Bobot Basah Batang Atas (g)

X 12. Bobot Kering Batang Atas

(g)

(62)

Lampiran 4. Data pengamatan Daya Berkecambah (%)

Lampiran 5. Daftar Sidik ragam Daya Berkecambah (%)

(63)

KK= 8.21%

Lampiran 6. Data pengamatan Persentase Tumbuh (%)

Perlakuan Blok Total Rataan

Lampiran 7. Daftar Sidik ragam Persentase Tumbuh (%)

(64)

Lampiran 8. Data pengamatan Jumlah Cabang (cabang)

Lampiran 9. Daftar Sidik ragam Jumlah Cabang (cabang)

(65)

Lampiran 10. Data pengamatan Luas daun (cm2)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

P0M0 311.24 307.26 314.09 932.59 310.86 P0M1 282.22 284.78 305.66 872.66 290.89 P0M2 385.75 344.61 325.04 1055.40 351.80 P0M3 275.46 318.03 316.71 910.20 303.40 P1M0 332.78 304.83 304.61 942.22 314.07 P1M1 302.01 308.05 313.17 923.23 307.74 P1M2 303.35 308.18 317.44 928.97 309.66 P1M3 282.82 312.57 314.58 909.97 303.32 P2M0 293.09 313.48 315.27 921.84 307.28 P2M1 311.82 316.89 316.78 945.49 315.16 P2M2 341.37 313.74 320.43 975.54 325.18 P2M3 294.85 314.68 321.60 931.13 310.38 P3M0 301.01 313.21 320.21 934.43 311.48 P3M1 276.74 315.45 321.53 913.72 304.57 P3M2 307.96 317.21 323.48 948.65 316.22 P3M3 330.61 321.90 325.91 978.42 326.14

Total 4933.08 5014.87 5076.51 15024.46

Rataan 308.32 313.43 317.28 313.01

Lampiran 11. Daftar Sidik ragam luas daun (cm2)

SK db JK KT Nilai F

Fhit Ket F05

Blok 2 647.11 323.55 1.43 tn 3.32

Perlakuan 15 8021.2 534.74 2.36 * 2.01 Perendaman (P) 3 298.12 99.37 0.44 tn 2.92 Linier 1 28.51 28.51 0.13 tn 4.17 Kwadratik 1 95.43 95.43 0.42 tn 4.17 Sisa 1 174.18 174.18 0.77 tn 4.17 Mucuna (M) 3 2897.25 965.75 4.28 * 2.92 Liner 1 259.13 259.13 1.15 tn 4.17 Kwadratik 1 220.42 220.42 0.98 tn 4.17 Sisa 1 2417.70 2417.70 10.71 * 4.17 Interaksi PxM 9 4825.83 536.20 2.38 tn 2.21 Error 30 6772.60 225.75

(66)

Lampiran 12. Data pengamatan bobot basah batang atas (g)

Lampiran 13. Daftar Sidik ragam Bobot basah batang atas (g)

(67)

Lampiran 14. Data pengamatan Bobot kering batang atas (g)

Lampiran 15. Daftar Sidik ragam Bobot kering batang atas (g)

(68)

Gambar

Tabel 2. Kandungan C-organik dan unsur hara pada Mucuna bracteata
Tabel 3. Daya berkecambah (%) pada perlakuan perendaman dan pemberian kompos pangkasan Mucuna
Gambar 1. Hubungan perendaman benih terhadap Daya berkecambah (%)
Gambar 2. Hubungan pemberian kompos pangkasan Mucuna terhadap Daya  berkecambah (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian selanjutnya diharapkan mengarah pada pengembangan inovasi desain menara kamuflase, sehingga diperoleh rancangan yang sesuai dengan kaidah-kaidah dari sisi ilmu desain

Pada pengamatan hari ke-0 hingga hari ke-5 untuk perlakuan dengan menggunakan sedimen bakau dan sedimen rawa jumlah bakteri masih sedikit, hal ini disebabkan

Maka, salah satu yang akan digunakan adalah dengan eara merekabentuk satu Modul Pembelajaran CD lntcraktif tcrlladap salah satu aplikasi penggunaan komputer bagi proses

Cara menghitung metode Net Present Value (NPV) adalah mengestimasi akumulasi penerimaan investasi selama usia ekonomisnya yang dihitung nilai sekarangnya. Kemudian nilai

profitabilitas , dan leverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.. 2) Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen produk pemutih wajah merek “Ponds” di Rungkut Surabaya, sedangkan jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini

diterima Terdapat pengaruh yang signifikan resitasi individu dan kelompok terhadap hasil belajar baca fiqih p=0,00 Mean deffrence=-9,28.. Hasil uji hipotesis

Hasil dari penelitian ini diharapkan berfungsi sebagai sumbangan ilmiah untuk memperluas ilmu penegtahuan khususnya mengenai pengaruh menggunakan media gamabar/