• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN BERALKOHOL TERHADAP JUMLAH SEL PURKINJE SEREBELLUM MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN GALUR BALB/C

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN BERALKOHOL TERHADAP JUMLAH SEL PURKINJE SEREBELLUM MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN GALUR BALB/C"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE EFFECTS OF ALCOHOLIC BEVERAGES ON AMOUNT OF MALE MICE PURKINJE CELL (Mus musculus L.) STRAIN BALB/C

By

Muhalla Mirza Primanda

Alcohol has many benefits, as antibiotic, fuel, dissolver and reagents. For health, alcohol is used as stimulants and depresses of nerve system. Alcohol has many disadvantages. Many accidents occurred are caused by alcohol consumption. Alcohol beverage chronically can affect brain cell, especially in cerebellum. This research aim to know decrease amount of mice Purkinje cell who given orally alcoholic beverage.

Twenty mice (Mus musculus L.) strain Balb/c (age 3-4 months) divided at random become 4 group, that is control, dose 0,56, dose 0,80, dose 1,12 each consisted of 5 mice. During 30 day given orally 1,12 mL aquadest (control), and dose 0,56, 0,80, and 1,12 given alcohol orally each 0,56 mL, 0,80 mL, and 1,12 mL. After 30 days, mice were decapitated and its cerebellum taken to be made microscopic slide and interpretated by using microscope.

Alcoholic beverages X branded reduce the amount of Purkinje cell of cerebellum. By using test of ANOVA and Pearson there is relation that has no meaning of each group. With the Pearson’s test there is weak negative correlation between steps up dose of alcoholic beverages with the decrease of Purkinje cell of cerebellum.

Alcoholic beverages X branded reduce the amount of Purkinje cell that has no meaning. There is negative correlation between steps up dose of alcoholic beverages with amount of Purkinje cell of Cerebellum.

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN BERALKOHOL TERHADAP JUMLAH SEL PURKINJE SEREBELLUM MENCIT (Mus musculus L.)

JANTAN GALUR BALB/C

Oleh

Muhalla Mirza Primanda

Alkohol mempunyai banyak kegunaan, sebagai zat pembunuh kuman, bahan bakar, pelarut dan reagensia. Dalam dunia kesehatan, alkohol digunakan sebagai stimulan dan depresi sistem saraf. Alkohol juga memiliki kerugian. Banyak kejadian kecelakaan disebabkan konsumsi minuman beralkohol. Konsumsi alkohol secara kronis dapat mempengaruhi sel saraf otak terutama bagian serebelum. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat penurunan jumlah sel Purkinje mencit yang diberikan minuman beralkohol peroral.

Sebanyak 20 ekor mencit (Mus musculus L.) galur Balb/c jantan (usia 3-4 bulan) dibagi secara acak menjadi 4 kelompok, yaitu kontrol, dosis 0,56, dosis 0,80, dosis 1,12 masing-masing terdiri dari 5 ekor. Selama 30 hari, diberikan secara peroral 1,12 mL aquades (kontrol), dosis 0,56, 0,80, dan 1,12 diberikan minuman beralkohol masing-masing 0,56 mL, 0,80 mL, dan 1,12 mL. Setelah 30 hari, mencit didekapitasi dan diambil serebelum untuk dibuat sediaan mikroskopis dan diinterpretasi dengan menggunakan mikroskop.

Pemberian minuman beralkohol merk X mengurangi jumlah sel Purkinje serebelum. Dengan uji ANOVA dan Pearson terdapat hubungan yang tidak bermakna masing-masing kelompok. Dengan uji Pearson terdapat korelasi negatif yang lemah antara peningkatan dosis minuman beralkohol dengan penurunan jumlah sel Purkinje serebelum.

Pemberian minuman beralkohol merk X mengurangi jumlah sel Purkinje dengan tidak signifikan. Terdapat korelasi negatif yang lemah antara peningkatan dosis pemberian minuman beralkohol dengan jumlah sel Purkinje serebelum.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alkohol merupakan senyawa yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum dapat digunakan sebagai zat pembunuh kuman, bahan bakar maupun pelarut dan reagensia (Syabatini, 2008). Dalam dunia kesehatan alkohol juga digunakan sebagai obat yang digunakan pada sistem saraf (Master, 2002).

(4)

Di Amerika Serikat, kira-kira 75% dari populasi dewasanya mengkonsumsi minuman beralkohol secara teratur. Mayoritas dari populasi ini bisa menikmati efek memuaskan yang diberikan alkohol tanpa menjadikannya sebagai risiko terhadap kesehatan (Masters, 2002). Sekitar 10% dari populasi umum di Amerika Serikat (sekitar 14 juta) tidak mampu membatasi konsumsi alkohol, suatu kondisi yang dikenal sebagai penyalahgunaan alkohol atau alkoholisme (Masters, 2002; Dewi, 2008).

Konsumsi alkohol dalam jumlah besar selama jangka waktu yang panjang (biasanya bertahun-tahun) dapat menyebabkan defisit neurologis. Abnormalitas neurologis yang paling sering dijumpai pada alkoholisme kronis adalah terjadinya kerusakan saraf perifer simetris, gangguan pada cara berjalan (gait), ataksia, serta merusak ketajaman visual hingga degenerasi saraf optikus. Gangguan neurologis lainnya yang berkaitan dengan alkoholisme adalah demensia (Masters, 2002).

Seseorang yang mengkonsumsi alkohol akan cenderung lebih agresif dan tidak terkendali sehingga sering mengalami kecelakaan. Hal ini dilihat dari banyaknya kecelakaan lalu lintas akibat penyalahgunaan alkohol. Satu dari tiga kecelakaan di Amerika Serikat disebabkan karena pengemudinya di bawah pengaruh alkohol. Pengemudi tersebut memiliki kadar alkohol darah masih berada dalam batas wajar. Kecelakaan lalu lintas tersebut menyebabkan 25.000 kematian per tahun (Hawari, 1995; Masters, 2002).

(5)

3

pernah masuk rumah sakit selalu disertai dengan masalah yang menyangkut alkohol. Setiap tahun, ribuan anak di Amerika Serikat dilahirkan dengan cacat morfologis dan fungsional yaitu Fetal Alcohol Syndrome akibat pemaparan terhadap alkohol selama kehamilan. Empat puluh juta anak dan suami/istri menanggung derita mental karena satu atau lebih anggota keluarga menderita ketergantungan alkohol (Hawari, 1995; Masters, 2002).

Penelitian oleh Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Avicena Smalsa Surakarta, bertujuan melihat pengaruh alkohol terhadap proses belajar tikus dengan memasukkan 2 ekor tikus pada media berupa lorong-lorong yang dibuat dari kardus dan disusun berliku-liku. Tikus diperlakukan melakukan eksplorasi pada lorong menuju pintu keluar untuk mengingat jalur menuju keluar. Pada hari selanjutnya, tikus diberikan alkohol 40% peroral dan yang lain tidak. Hasil yang didapatkan, pada tikus yang tidak diberikan alkohol, langsung dapat menuju pintu keluar, sedangkan pada tikus yang diberikan alkohol tidak dapat berjalan menuju pintu keluar. Hal ini menandakan bahwa alkohol sangat mempengaruhi otak untuk fungsi belajar (Habibi, 2008).

(6)

paling berpengaruh, yaitu terdapat peningkatan jumlah sel granula, tetapi penurunan jumlah sel Purkinje dan sel molekular.

Penelitian yang dilakukan oleh Fakhrurrazy (2004) dengan memberikan alkohol peroral dosis 3%, 12%, dan 20% selama 30 hari pada tikus sebanyak 2 mL/hari/ekor. Kemudian otak tikus dibuat sediaan mikroskopis dengan metode parafin dan pewarnaan toluidin biru dilihat dengan menggunakan mikroskop. Didapatkan hasil yaitu terdapat penurunan jumlah sel Purkinje yang bermakna antar kelompok.

Pada uji pendahuluan didapatkan pengaruh pemberian alkohol pada mencit berupa berkurangnya sel purkinje serebelum. Berdasarkan hal-hal diatas, maka peneliti ingin mengetahui pengaruh minuman beralkohol terhadap jumlah sel Purkinje serebelum dengan menggunakan hewan percobaan mencit jantan galur Balb/c.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dalam penulisan ini rumusan masalah yang akan diteliti adalah:

(7)

5

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh pemberian minuman beralkohol terhadap jumlah sel Purkinje mencit jantan galur Balb/c.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh minuman beralkohol terhadap serebelum mencit jantan galur Balb/c.

2. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan untuk melakukan penelitian dengan jenis minuman beralkohol lainnya atau terhadap organ tubuh lainnya.

E. Kerangka Penelitian

1. Kerangka Teori

(8)

Mikroglia merupakan sel yang sangat berperan pada neurodegenerasi alkoholik. Seseorang peminum mengalami peningkatan mikroglia di korteks. Mikroglia adalah sel pertahanan otak dan terdapat sekitar 20% sel otak namun dapat berproliferasi ketika teraktivasi (Eroschenko, 2003; Crews, 2008).

Dua faktor transkripsi DNA yang dipengaruhi alkohol adalah cAMP responsive element binding protein (CREB) dan faktor transkripsi yang

pertama kali ditemukan pada aktivasi limfosit B, nuclear factor κB

(NF-κB). Dua faktor ini membutuhkan kadar alkohol darah yang tinggi. Alkohol meningkatkan pengikatan DNA pada NF-κB dan menurunkan pengikatan DNA pada CREB sehingga meningkatkan transkripsi gen proinflamasi. Aktifnya transkripsi NF-κB meningkatkan sitokin proinflamasi, dengan Tumor necrosis factor (TNF) α sebagai prototipe (Crews, 2008).

Nicotinamide adenine dinucleotide phosphate hidrogenase (NADPH)

oksidase, kompleks enzim yang terdapat di membran sel, merupakan suatu proinflamasi yang memproduksi radikal bebas oksigen teraktivasi yang dapat membunuh bakteri dan sel lainnya (Crews, 2008). Otak seorang peminum didapatkan peningkatan transkripsi gen NF-κB, sitokin proinflamasi, gen proinflamasi dan mikroglia yang dibandingkan dengan kontrol pada usia yang sama (Crews, 2008).

(9)

7

[image:9.595.161.482.280.635.2]

(neurodegenerasi). Pada serebrum, sel saraf yang mengalami kerusakan yaitu sel piramidal hippokampus, sel granul girus dentatum, neuron pada korteks frontal. Bagian korteks frontal merupakan bagian yang sensitif untuk terjadi kerusakan akibat alkohol. Pada serebelum, sel Purkinje merupakan sel neuron yang terletak pada korteks yang juga mengalami neurodegenerasi akibat alkohol (Crews, 2008).

Gambar 1. Kerangka Teori Sitokin proinflamasi Gen

proinflamasi

TNF α NADPH

oksidase alkohol

Mikroglia Ikatan

DNA NF-κB

Ikatan

DNA CREB

Neurodegenerasi Neurogenesis

(10)
[image:10.595.139.507.114.356.2]

2. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Terdapat penurunan jumlah sel Purkinje serebelum mencit yang diberikan minuman beralkohol. Grup 3 Dosis 0,80 Grup 4 Dosis 1,12 Minuman beralkohol

( 14,8% ) Grup 1

Kontrol Media

Minuman beralkohol dosis 0,8 mL

Minuman beralkohol dosis 1,12 mL

Jumlah Sel Purkinje Jumlah Sel Purkinje Grup 2 Dosis 0,56 Jumlah Sel Purkinje Minuman beralkohol dosis 0,56 mL

Jumlah Sel Purkinje

(11)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian minuman beralkohol terhadap jumlah sel Purkinje serebelum mencit, diperoleh simpulan sebagai berikut:

Terdapat pengurangan yang tidak signifikan jumlah sel Purkinje serebelum mencit yang diberikan minuman beralkohol.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang didapat, penulis menyarankan:

1. Bagi peminum, dapat mengurangi dan menghentikan meminum minuman berlakohol karena dosis yang digunakan pada penelitian ini adalah setengah dari dosis yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat sehingga dalam kenyataan mungkin memang terdapat kerusakan pada otak.

(12)

Gambar

Gambar 1. Kerangka Teori
Gambar 2. Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Bagi rekan mahasiswa yang akan melakukan penelitian tentang pengaruh suatu model pembelajaran terhadap peningkatan suatu keterampilan dalam pembelajaran pendidikan

pertemuan ke tiga ini kembali menurun. Subjek menjelaskan bahwa ia merasa lebih baik karena menyadari bahwa kondisinya tidak seburuk yang dipikirkan. Subjek

Dari hasil identifikasi sistem dihitung nilai kecocokan atau nilai fitness terhadap data keluaran yang sebenarnya untuk menghitungnya dengan mendapatkan nilai RMSE

Permasalahan yang dihadapi mitra I adalah belum terpenuhinya permintaan pasar disebabkan karena keterbatasan peralatan yang dimiliki oleh mitra, pengetahuan manajemen

menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk komposit memberikan hasil yang berbeda sangat nyata pada tinggi tanaman, hal ini diduga karena unsur hara N dan K pada pupuk

Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan

Untuk itulah, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan Kecamatan Balaraja sebagai PKWp Kabupaten Tangerang berbasis industri namun tetap mempertahankan sektor

Pertanyaan yang sama peneliti ajukan kepada guru SMP Negeri 4 Seunagan pertanyaannya yaitu: apakah kepala sekolah terkendala dalam menjalin kerja sama dengan