• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS KINERJA PELAYANAN PUBLIK DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS KINERJA PELAYANAN PUBLIK DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN LAMPUNG TIMUR"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

Novie Triyana Erda

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Lampung Timur merupakan instansi pelaksana yang bertanggung jawab dan berwenang melaksanakan pelayanan dalam urusan administrasi kependudukan. Salah satu bentuk urusan administrasi kependudukan adalah pencatatan perkawinan. Pencatatan perkawinan didukung pula oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang menyatakan bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini adalah mengapa perkawinan penting untuk dicatatkan oleh pasangan suami istri dan bagaimana efektivitas kinerja pelayanan publik Disdukcapil Kabupaten Lampung Timur dalam pencatatan perkawinan.

Metode yang digunakan yaitu metode penelitian yuridis-empiris. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui wawancara dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perkawinan penting untuk dicatatkan sebab bermanfaat sebagai bukti yang kuat dalam menentukan kedudukan hukum seseorang. Meskipun demikian, banyak perkawinan belum dicatatkan yang mengakibatkan tidak ada kekuatan hukum nasional bagi perkawinan tersebut. Pelayanan publik yang dilakukan oleh Disdukcapil Kabupaten Lampung Timur telah memenuhi empat dari enam indikator standar pelayanan publik, yaitu prosedur pelayanan, biaya pelayanan, produk pelayanan, serta kompetensi petugas pemberi pelayanan, namun pada aspek waktu penyelesaian serta sarana dan prasarana masih perlu ditingkatkan. Oleh sebab itu, efektivitas kinerja pelayanan publik Disdukcapil Kabupaten Lampung Timur dapat dikatakan baik. Baiknya kinerja ini didukung oleh substansi hukum yang kuat, struktur hukum yang sesuai dengan peraturan, dan kultur hukum yang baik.

Kata kunci: Pelayanan Publik, Pencatatan Perkawinan

(2)

By

Novie Triyana Erda

Basedon Republic of Indonesia’s Act No 23 of 2006 on Population Administrative, Population and Civil Registration Department East Lampung Regency is an office which has accountability and authority in giving services on population administration.One of population administrative form is marriage registry. Marriage registry is also supported by Act No 1 of 1974 on Marriage, which states that every marriage registered is based on prevailing laws. The purpose of marriage registration service which is served by Population and Civil Registration Department is to give law certainty to every marriage done by Indonesian citizens.

Thesis discusses why marriage registration is needed by each spouse and how it is effective for public service performance of Population and Civil Registration Department East Lampung Regency on registering marriage.

The method used is the juridical-empiric research method. The data sources used include the primary data and secondary data obtained through interviews and documents relating to the research.

The result of this research shows that marriage registration is important because it gives advantage as the strong evidence of one’s legal standing. Meanwhile, many marriages have not registered yet and it is causing no state legal power for the marriage. Public service which is served by the Population and Civil Registration Department East Lampung Regency has completed four of the six indicators of public service standard which include the following: service procedures, service costs, service products, and service officers’ competence, but finishing time and facilities both need improvement. Because of that, effectiveness of public service performance of the Population and Civil Registration Department East Lampung Regency is functioning well. The well-functioning parts of this performance are supported by strong legal substance, appropriate legal structure, and good legal culture.

(3)

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya negara untuk memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga negara atas barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada negara untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara demi kesejahteraannya sehingga efektivitas suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan pelayanan publik. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pun secara tegas menyatakan bahwa salah satu tujuan didirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan publik dan mencerdaskan kehidupan bangsa (Surjadi, 2009:17).

(4)

dalam dan atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perlindungan dan pengakuan tersebut akan berjalan efektif apabila instansi pelaksana yang berwenang mampu melaksanakan peranannya dengan baik dan profesional.

Suatu instansi dikatakan berperan atau memiliki peran apabila perilaku atau tindakan yang dilakukan telah sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dalam konteks di atas, peran suatu instansi yang ditentukan oleh aturan hukum merupakan peran yang seharusnya dilakukan. Apabila peran ini dilakukan sesuai dengan peraturan, berarti aparat penegak hukum yang bersangkutan melakukan peran yang diharapkan (expected role) atau peran yang ideal menurut konsepsi pembuat peraturan (Wahyu Sasongko, 2011:11).

Instansi pemerintah mendapatkan tugas berdasarkan hukum publik sehingga dalam menjalankan berbagai aktivitasnya tunduk pada ketentuan hukum publik, khususnya hukum administrasi negara. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyelenggara kenegaraan dan pemerintahan, instansi pemerintah harus memiliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh undang-undang (Ridwan HR, 2006:100).

(5)

Salah satu bentuk administrasi kependudukan adalah pencatatan peristiwa penting. Pasal 1 Angka 17 Undang-Undang Adminduk, Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama, perubahan status kewarganegaraan, dan kematian. Perkawinan sebagai salah satu peristiwa penting harus mendapatkan pengakuan status hukum oleh negara. Pengakuan status hukum merupakan bagian dari pelayanan publik yang diberikan oleh negara kepada penduduknya. Untuk mendapatkan pengakuan hukum maka perkawinan perlu dicatatkan terlebih dahulu.

Indonesia sebagai negara hukum telah mengatur tentang perkawinan yang tertuang dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan telah dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 yaitu tentang pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dan mengenai pencatatan perkawinan yang terdapat dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, serta Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI), dan peraturan-peraturan lainnya mengenai perkawinan.

(6)

Mengenai sahnya perkawinan dan pencatatan perkawinan terdapat pada Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan, yang berbunyi: Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Menurut Pasal 2 ayat (1) ini diketahui bahwa sebuah perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Hal ini berarti bahwa jika suatu perkawinan telah memenuhi syarat dan rukun nikah atau ijab qabul telah dilaksanakan (bagi umat Islam) atau pendeta/pastor telah melaksanakan pemberkatan atau ritual lainnya maka perkawinan tersebut adalah sah terutama bagi agama dan kepercayaan masyarakat. Akan tetapi, sahnya perkawinan berdasarkan agama dan kepercayaan masyarakat perlu mendapat pengakuan dari negara yang dalam hal ini ketentuannya terdapat pada Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan, tentang pencatatan perkawinan adalah tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pencatatan perkawinan bertujuan agar keabsahan perkawinan mempunyai kekuatan hukum. Jadi, tidak menentukan sah/tidaknya suatu perkawinan.

(7)

Sejak berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang selanjutnya diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2004, diharapkan dapat memberikan dampak nyata yang luas terhadap peningkatan pelayanan terhadap masyarakat. Pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke daerah memungkinkan terjadinya penyelenggaraan pelayanan dengan jalur birokrasi yang lebih ringkas dan membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk melakukan inovasi dalam pemberian dan peningkatan kualitas pelayanan (Surjadi, 2009:8).

Berdasarkan asas desentralisasi maka pelayanan di bidang pencatatan sipil (perkawinan) menjadi kewenangan dan tanggung jawab daerah. Oleh karena itu, masing-masing daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat membentuk instansi pemerintah ini. Di Kabupaten Lampung Timur, pembentukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil didasarkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No 22 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur sebagai pelaksana otonomi daerah khususnya di bidang pencatatan sipil, memiliki fungsi sebagai penyelenggara urusan pemerintahan dan pelayanan publik (Pasal 49 Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No 22 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah).

(8)

dan produk layanannya. Sejak awal proses registrasi, pencatatan, hingga produk layanan berupa kutipan akta perkawinan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur tidak luput dari berbagai kendala, seperti lamanya jangka waktu penerbitan kutipan akta yang menunjukkan bahwa tidak diperolehnya kepastian waktu bagi masyarakat yang melakukan pencatatan perkawinan. Masalah lain muncul dari ketersediaan fasilitas yang kurang mendukung sehingga Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur terkendala dalam penerbitan akta. Hal-hal tersebut secara tidak langsung menjadi penyebab rendahnya tingkat kepatuhan hukum masyarakat dalam mencatatkan peristiwa penting yang mereka alami.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur peneliti ambil sebagai suatu contoh kasus dalam pemberian kepastian hukum bagi masyarakat yang melakukan pencatatan perkawinan, sebab Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur merupakan dinas yang cukup inovatif di bidang kependudukan sehingga menjadi contoh bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang ada di Provinsi Lampung. Administrasi dan prosedur pencatatan perkawinan yang ada sekarang setidaknya dapat dijadikan sebagai suatu bahan penilaian keefektifan kinerja pelayanan publik oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur.

(9)

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1. Rumusan Masalah

a. Mengapa perkawinan penting untuk dicatatkan oleh pasangan suami istri? b. Bagaimana efektivitas kinerja pelayanan publik Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur dalam pencatatan perkawinan?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada pencatatan perkawinan, yang meliputi: pentingnya pencatatan perkawinan, substansi hukum, struktur hukum, dan kultur hukum. Oleh karena itu, lingkup kajian skripsi ini adalah pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No 63 Tahun 2003, serta Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No. 22 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.

C. Tujuan Penelitian

a. Menganalisis pentingnya pencatatan perkawinan bagi pasangan suami istri. b. Menganalisis efektivitas kinerja pelayanan publik Dinas Kependudukan dan

(10)

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini secara teoretis berguna dalam pengembangan ilmu hukum administrasi negara, yang berkaitan dengan kinerja pelayanan publik di bidang administrasi kependudukan khususnya dalam pencatatan perkawinan.

2. Kegunaan Praktis

a. sebagai bahan pertimbangan bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur dalam meningkatkan pelayanan pencatatan sipil kepada masyarakat,

b. sebagai bahan informasi bagi Pemerintah Daerah dalam mendukung pengembangan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur,

c. sebagai bahan informasi bagi masyarakat luas yang ingin mengetahui, mendalami, dan membuat akta catatan sipil khususnya mengenai perkawinan sebagai pemenuhan hak individu,

d. sebagai bahan referensi dan informasi awal bagi peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut,

(11)

A. Pengertian Efektivitas

Secara etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif, dalam bahasa Inggris effectiveness yang telah mengintervensi kedalam Bahasa Indonesia dan memiliki makna “berhasil”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:352), efektivitas adalah keefektifan, yaitu keberhasilan suatu usaha, tindakan. Dalam bahasa Belanda effectief memiliki makna berhasil guna. Sedangkan, efektivitas hukum secara tata bahasa dapat diartikan sebagai keberhasilgunaan hukum, hal ini berkenaan dengan keberhasilan pelaksanaan hukum itu sendiri, sejauh mana hukum atau peraturan itu berjalan optimal dan efisien atau tepat sasaran.

Menurut para ahli, efektivitas adalah (Samodra Wibawa, 1992:32):

a. Richard M. Steers, keberhasilan kepemimpinan dan organisasi diukur dengan konsep efektivitas. Efektivitas itu paling baik dapat dimengerti jika dilihat dari sudut sejauh mana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usahanya mengerjakan tujuan organisasi.

(12)

c. Barnard (1938:16) mendefinisikan efektivitas organisasi sebagai pencapaian tujuan-tujuan organisasi.

d. Etzioni mendefinisikan efektivitas sebagai tingkat terwujudnya sasaran dan tujuan organisasi.

e. Sampson (1966:144) memberikan definisi yang agak berbeda, menurutnya dimensi-dimensi efektivitas adalah sebagai berikut: 1) goal attainment, yakni kemampuan manajer untuk

mewujudkan kebutuhan ekonomi bagi para anggotanya,

2) adaptation, yakni usaha untuk mencangkokkan diri pada lingkungan,

3) integration, yakni sejauhmana manajer mampu menyatukan berbagai departemen dan fungsi di dalam organisasinya. Contoh: berapa jumlah pegawai yang keluar setiap tahun? 4) latency, yakni langkah yang diambil untuk menjaga komitmen

dan partisipasi para.

Menurut Lawrence M. Friedman dalam bukunya yang berjudul “Law and Society”, yang dikutip oleh Soerjono (Soerjono Soekanto dan Abdullah Mustafa, 1982:13), efektif atau tidaknya suatu perundang-undangan sangat dipengaruhi oleh tiga faktor, yang kita kenal sebagai efektivitas hukum, dimana ketiga faktor tersebut adalah

1. Substansi Hukum

Substansi hukum adalah inti dari peraturan perundang-undang itu sendiri.

2. Struktur Hukum

Struktur hukum adalah para penegak hukum. Penegak hukum adalah kalangan penegak hukum yang langsung berkecimpung di bidang penegakan hukum tersebut.

3. Budaya Hukum

(13)

Menurut Soerjono Soekanto (1982:217) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum, dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

a. Pengetahuan tentang ketentuan-ketentuan hukum

Secara umum peraturan-peraturan yang telah sah maka dengan sendirinya peraturan-peraturan tadi akan tersebar luas dan diketahui umum, tetapi sering kali terjadi suatu golongan tertentu di dalam masyarakat tidak mengetahui atau kurang mengetahui tentang ketentuan-ketentuan hukum yang khusus bagi mereka.

b. Pengakuan terhadap ketentuan-ketentuan hukum

Pengakuan masyarakat terhadap ketentuan-ketentuan hukum, berarti masyarakat mengetahui isi dan kegunaan dari norma-norma hukum tertentu. Artinya ada suatu derajat pemahaman tertentu terhadap ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini juga dapat berarti bahwa derajat kesadaran hukum agak lebih tinggi dari sekedar pengetahuan belaka. Namun, hal ini belum merupakan jaminan bahwa warga masyarakat yang mengakui ketentuan-ketentuan hukum tertentu dengan sendirinya mematuhinya, tetapi juga perlu diakui bahwa orang-orang yang memahami suatu ketentuan hukum ada kalanya cenderung untuk mematuhinya. c. Penghargaan terhadap ketentuan-ketentuan hukum

Penghargaan atau sikap tehadap ketentuan-ketentuan hukum, yaitu sampai sejauh manakah suatu tindakan atau perbuatan yang dilarang hukum diterima oleh sebagian besar warga masyarakat. Juga reaksi masyarakat yang didasarkan pada sistem nilai-nilai yang berlaku. Masyarakat mungkin menentang atau mungkin mematuhi hukum karena kepentingan mereka terjamin pemenuhannya.

d. Penaatan atau kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan hukum Salah satu tugas hukum yang penting adalah mengatur kepentingan-kepentingan para warga masyarakat. Kepentingan para warga masyarakat tersebut lazimnya bersumber pada nilai-nilai yang berlaku, yaitu anggapan tentang apa yang baik dan apa yang harus dihindari.

Ketaatan masyarakat terhadap hukum, dengan demikian sedikit banyak tergantung apakah kepentingan-kepentingan warga masyarakat dalam bidang-bidang tertentu dapat ditampung oleh ketentuan-ketentuan hukum. Ada juga suatu anggapan bahwa kepatuhan hukum disebabkan karena adanya rasa takut pada sanksi, karena ingin memelihara hubungan baik dengan rekan-rekan sekelompok atau pimpinan, karena kepentingannya terlindung, karena cocok dengan nilai-nilai yang dianutnya.

(14)

mengerti kegunaan atau manfaat dari peraturan hukum itu sehingga warga masyarakat dengan suka rela menaati dan mematuhi peraturan hukum tersebut.

Menurut Soerjono Soekanto (1982:228), indikator-indikator dari kesadaran hukum sebenarnya merupakan petunjuk-petunjuk yang relatif kongkrit tentang taraf kesadaran hukum. Ini dapat dijelaskan lagi secara singkat bahwa:

a. Indikator pertama adalah pengetahuan hukum

Seseorang mengetahui bahwa perilaku-perilaku tertentu itu telah diatur oleh hukum. Peraturan hukum adalah hukum tertulis maupun hokum yang tidak tertulis. Perilaku tersebut menyangkut perilaku yang dilarang oleh hukum maupun perilaku yang diperbolehkan oleh hukum.

b. Indikator kedua adalah pengakuan hukum

Seseorang warga masyarakat mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai aturan-aturan tertentu, terutama dari segi isinya. Misalnya adanya pengetahuan dan pemahaman yang benar dari masyarakat tentang arti pentingnya pencatatan perkawinan. c. Indikator yang ketiga adalah sikap hukum

Seseorang mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian tertentu terhadap hukum.

d. Indikator yang keempat adalah perilaku hukum

Seseorang atau dalam suatu masyarakat warganya mematuhi peraturan yang berlaku.

(15)

B. Pengertian Kinerja

Istilah kinerja didefinisikan dengan istilah hasil kerja, prestasi kerja, dan performance. Dalam Kamus Oxford (1995:306) “to perform” mempunyai beberapa “entries” berikut:(1) to do or carry out; executive, (2) to discharge or fulfill, as a vow, (3) to party, as a character in a play, (4) to render by the voice or

musical instrument, (5) to execute or complete on undertaking, (6) to act a part in

a play, (7) to perform music, (8) to do what is expected of person or machine.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:503) dikemukakan arti kinerja sebagai “(1) sesuatu yang dicapai; (2) prestasi yang diperlihatkan; (3) kemampuan kerja”.

Berikut ini berapa pengertian kinerja (Samodra Wibawa, 1992:64):

a. Menurut Jenegreen, penampilan organisasi adalah seberapa jauh tingkat kemampuan pelaksanaan tugas-tugas organisasi.

b. Dalam Interplan tahun 1969, performance is the primary criterion for judging organizations. The terms performance refers to the ongoings operations, activities, programmes or mission of an organization.

c. Menurut Fattah, kinerja atau prestasi kerja (performance)diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan, dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. d. Menurut Sedarmayanti bahwa kinerja merupakan terjemahan dari

performance yang berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, unjuk kerja atau penampilan kerja.

e. Samsudin menyebutkan bahwa kinerja adalah tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang, unit atau divisi dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi/perusahaan.

(16)

Setiap individu atau organisasi tentu memiliki tujuan yang akan dicapai dengan menetapkan target atau sasaran. Seperti yang diungkapkan oleh para ahli, berikut ini (Samodra Wibawa, 1992:37):

a. Prawirosentono yang mengartikan kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal dan sesuai dengan moral maupun etika. Dari pendapat Prawirosentono di atas terungkap bahwa kinerja merupakan hasil kerja atau prestasi kerja seseorang atau organisasi.

b. Gomes mengatakan bahwa kinerja adalah catatan hasil produksi pada fungsi pekerjaan yang spesifik atau aktivitas selama periode waktu tertentu.

c. Rivai mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

d. Griffin mengemukakan kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja.

e. Casio mengemukakan kinerja merujuk kepada pencapaian tujuan karyawan atas tugas yang diberikan.

f. Donnelly, et al mengemukakan kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. g. Bernardin dan Russell menyebutkan bahwaperformance is defined

as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time period.

h. Simamora lebih tegas menyebutkan bahwa kinerja (performance) mengacu kepada kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk sebuah pekerjaan seseorang. Kinerja merefleksikan seberapa baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan.

(17)

Menurut Ratminto (dikutip oleh Nurul Prasetyani 2009:31), terdapat beberapa indikator-indikator penyusun kinerja. Indikator-indikator ini sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks penelitian yang dilakukan dalam proses penemuan dan penggunaan indikator tersebut. Ada beberapa indikator menurut para pakar, antara lain:

a. Menurut McDonald & Lawton (1997): output oriented measures throughput, efficiency, effectiveness.

1) Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam suatu penyelenggaraan pelayanan publik. 2) Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang

telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.

b. Salim dan Woodward (1992): economy, efficiency, effectiveness, equity.

1) Economyatau ekonomis adalah penggunaan sumber daya yang sesedikit mungkin dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik.

2) Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam suatu penyelenggaraan pelayanan publik. 3) Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang

telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.

4) Equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang diselenggarakan dengan memperhatikan aspek-aspek kemerataan.

d. Zeithaml, Parasuraman, and Berry (1990): tangible, reliability, responsiveness, assurance, emphaty.

1) Tangible atau ketampakan fisik, artinya petampakan fisik dari gedung, peralatan, pegawai dan fasilitas-fasilitas lain yang dimilikiproviders.

2) Reliability atau reliabilitas adalah kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat. 3) Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk

menolong customers dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.

(18)

e. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63 Tahun 2003:

Standar Pelayanan Publik: 1) Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.

2) Waktu Penyelesaian

Waktu penyelesaian ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan. 3) Biaya Pelayanan

Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

4) Produk Pelayanan

Hasil pelayanan yang diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

5) Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.

6) Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

C. Pengertian Pelayanan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:743) dinyatakan pengertian pelayanan bahwa “pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain”. Sedangkan pengertianservicedalam Oxford (1995:376) didefinisikan sebagai “a system that provides something that

the public needs, organized by the government or a private company”. Oleh karenanya, pelayanan berfungsi sebagai sebuah sistem yang menyediakan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

(19)

merupakan profesi seseorang/lembaga untuk memperoleh imbalan. Menurut Abdulkadir Muhammad (1999:60), “Pelayanan diperlukan karena keahlian profesional bukan amatir”. Seorang profesional selalu bekerja dengan baik, benar, dan adil. Baik artinya teliti, tidak asal kerja, tidak sembrono. Benar artinya diakui oleh profesi yang bersangkutan. Adil artinya tidak melanggar hak orang lain.

Berdasarkan Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Sudah sepatutnya pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah, dalam hal ini Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kepada masyarakat adalah pelayanan prima, yaitu pelayanan yang memberikan kepuasan kepada masyarakat sehingga mampu menciptakan suatu hubungan yang baik antara Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dengan masyarakat dalam pelaksanaan pencatatan sipil atas peristiwa penting yang salah satunya adalah perkawinan, dengan cara mudah, murah, cepat, dan memuaskan.

D. Efektivitas Kinerja Pelayanan Publik dalam Pencatatan Perkawinan

(20)

keberhasilan yang diraih dalam melakukan suatu aktivitas kerja dengan merujuk kepada tugas yang harus dilakukannya. Dalam hal pelayanan, secara leksikal batasan kata “pelayanan” dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang disediakan oleh suatu instansi dalam rangka pemenuhan kebutuhan atas barang dan jasa bagi setiap warga negara dan penduduk.

Selanjutnya, berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan bahwa efektivitas kinerja pelayanan publik dalam pencatatan perkawinan merupakan tingkat pencapaian sejauh mana hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku berjalan optimal dan efisien atau tepat sasaran, yang dilakukan oleh pegawai pencatat perkawinan di lingkungan tugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka pemenuhan kebutuhan setiap warga negara.

(21)

E. Tinjauan Umum tentang Catatan Sipil di Indonesia

1. Pengertian Catatan Sipil

Di Indonesia dikenal adanya satu lembaga catatan sipil yang diusahakan oleh pemerintah. Lembaga catatan sipil ini sebelumnya merupakan kelanjutan dari lembaga catatan sipil pada zaman pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal dengan nama Burgerlijke Stand atau dikenal dengan singkatan B.S dan mengandung arti suatu lembaga yang ditugaskan untuk memelihara daftar-daftar atau catatan-catatan guna pembuktian status atau peristiwa-peristiwa penting bagi para warga negara, seperti perkawinan, kematian, kelahiran (Subekti dan R. Tjtrosoedibro, 1979:22).

Mengenai peristilahan dari catatan sipil sendiri bukanlah dimaksud sebagai suatu catatan dari orang-orang sipil atau golongan sipil sebagai lawan dari kata golongan militer. Akan tetapi, catatan sipil merupakan suatu catatan yang menyangkut kedudukan hukum seseorang. Dilihat dari kelembagaan catatan sipil, lembaga ini tugas utamanya melakukan pencatatan sipil. Menurut Undang-Undang Adminduk, Pasal 1 Ayat (15) yang berbunyi “Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang dalam register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana”.

(22)

bersangkutan dan juga terhadap orang lain atau pihak ketiga. Setiap peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia secara individu ataupun keluarga, perlu didaftarkan pada Lembaga Pencatatan Sipil, karena lembaga tersebut yang berwenang dan bertugas untuk memberikan kepastian serta membuat catatan selengkap-lengkapnya atas peristiwa-peristiwa yang dialami dan kemudian membukukannya.

Semua daftar dari peristiwa-peristiwa penting tersebut dilakukan dan bersifat terbuka untuk umum, baik bagi Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing yang tinggal di Indonesia sehingga baik yang bersangkutan sendiri maupun orang lain yang berkepentingan dapat mengetahui dan memperoleh bukti serta kepastian tentang perkawinan, kelahiran, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama, perubahan status kewarganegaraan, dan kematian seseorang.

Dalam rangka pemenuhan keperluan tersebut, pemerintah mengadakan Lembaga Pencatatan Sipil. Berkaitan dengan pengertian kelembagaan pencatatan sipil itu ada beberapa pendapat para sarjana yang memberikan pengertian tentang catatan sipil.

(23)

Kedua, menurut Lie Oen Hock yang mengartikan catatan sipil adalah suatu lembaga yang bertujuan mengadakan pendaftaran, pencatatan, serta pembukuan yang selengkap-lengkapnya dan sejelas-jelasnya, serta memberikan kepastian hukum yang sebesar-besarnya atas peristiwa kelahiran, pengakuan, perkawinan, dan kematian (Lie Oen Hock, 1961:1).

Ketiga, menurut Tim Pengkajian Hukum Babinkumnas Departemen Kehakiman bahwa catatan sipil adalah lembaga yang bertugas untuk mencatat atau mendaftarkan suatu peristiwa yang dialami oleh warga masyarakat, misalnya kelahiran, perkawinan, kematian, dan lain sebagainya. Tujuannya untuk mendapatkan data selengkap mungkin agar status masyarakat dapat diketahui (Badan Pengelolaan Hukum Negara, Catatan Sipil).

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian catatan sipil tersebut di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa catatan sipil adalah suatu lembaga yang sengaja diadakan oleh pemerintah yang bertugas untuk mencatatkan, mendaftarkan, serta membukukan selengkap mungkin setiap peristiwa penting bagi status keperdataan seseorang. Seluruh peristiwa yang terjadi dalam keluarga yang mempunyai aspek hukum didaftarkan dan dibukukan sehingga baik yang bersangkutan sendiri, maupun orang lain yang berkepentingan mempunyai bukti yang otentik tentang peristiwa-peristiwa tersebut sehingga kedudukan hukum seseorang menjadi pasti dan tegas.

(24)

pemerintahan yang telah diserahkan menjadi wewenang otonomi, baik berdasarkan undang-undang pembentukannya maupun berdasarkan peraturan pemerintah.

Menurut Pamudji (Inu Kencana, 2003:1), sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau terorganisir, suatu himpunan/perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau utuh. Dengan demikian, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil juga merupakan organisasi yang melihat administrasi dalam keadaannya yang statis dan mencari pola (Dwight Waldo, 2000:26).

2. Tujuan Lembaga Catatan Sipil

Menurut Victor Situmorang (1996:13), tujuan catatan sipil dapat dilihat dari 4 (empat) sudut pandang, yaitu:

1. untuk mewujudkan kepastian hukum bagi warga negara

Dalam rangka mewujudkan kepastian hukum maka semua akta-akta didaftarkan dan dikeluarkan oleh Lembaga Pencatatan Sipil sehingga mempunyai kekuatan pasti dan tidak dapat dibantah oleh pihak ketiga, karena akta-akta yang dibuat oleh Lembaga Pencatatan Sipil mengikat bagi mereka yang berkepentingan, 2. untuk membentuk ketertiban umum

Negara Indonesia merupakan negara hukum (rechstaats) yang menghendaki adanya masyarakat yang tertib, teratur, aman, dan tentram. Negara kita yang terdiri atas berbagai suku bangsa, tentu saja pada kehidupan masyarakatnya yang kompleks akan terdapat pandangan hidup yang berbeda-beda, baik karena keadaan alam, kebudayaan, maupun perbedaan dalam kebangsaanya secara sosiologis maka menimbulkan perbedaan hukum. Masing-masing perbedaan hukum ini tidak akan dibiarkan begitu saja, karena mereka hidup dalam negara yang sama dan taat terhadap Undang-Undang Dasar 1945 dan falsafah hidup yang sama pula,

3. untuk pembuktian

(25)

bukti. Sebagai contoh, apabila masyarakat memiliki kutipan akta perkawinan sebagai bukti tertulis yang otentik, seorang suami tidak mungkin mengingkari istrinya. Demikian juga sebaliknya, seorang istri tidak mungkin mengikari suaminya. Dengan dimilikinya akta perkawinan seorang pegawai negeri dapat menuntut berbagai tunjangan misalnya tunjangan istri, tunjangan anak, dan tunjangan lain yang berhubungan dengan perkawinan,

4. untuk memperlancar aktivitas pemerintah dibidang kependudukan atau administrasi kependudukan.

Pembentukan catatan sipil adalah untuk mewujudkan suatu kehidupan hukum yang harmonis di dalam masyarakat, karena dengan adanya lembaga ini maka masyarakat yang memerlukan pelayanan mengenai pembuatan akta-akta dapat langsung berhubungan dengan Kantor Catatan Sipil. Jadi, lembaga ini khusus membantu masyarakat dalam hal yang menyangkut kehidupan hukum seseorang pribadi.

Diharapkan lembaga ini akan membantu kelancaran hubungan antara pemerintah dengan masyarakat dalam bidang kependudukan.

3. Status Hukum Lembaga Pencatatan Sipil

(26)

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, lebih memperjelas status hukum lembaga pencatatan sipil di Indonesia. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Adminduk yang menyatakan menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri. Dengan demikian, secara fungsional yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan pencatatan sipil berada di dalam lingkup kewenangan dan tanggung jawab Kementerian Dalam Negeri.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan berlaku secara nasional maka untuk penyelenggaraan pencatatan sipil di daerah merupakan tanggung jawab gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah (kepala daerah pemerintah provinsi) dan bupati/walikota sebagai kepala daerah pemerintah kabupaten/kota.

(27)

4. Pelayanan Pencatatan Perkawinan

Pelayanan yang diberikan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebagai upaya tertib administrasi kependudukan dalam pencatatan perkawinan, meliputi:

a. Pendaftaran

Pendaftaran merupakan suatu alasan bagi instansi untuk mencatatkan atau memberikan suatu dokumen sebagai bukti otentik bila berhubungan dengan peristiwa hukum. Pendaftaran adalah permohonan seseorang untuk dicatatkan dalam suatu dokumen negara atas peristiwa hukum yang menyangkut dirinya atau orang lain atas suatu kuasa.

Pendaftaran merupakan syarat utama dan pertama bagi WNI maupun WNA yang ingin mendapatkan kutipan akta perkawinan, tanpa pendaftaran tidak mungkin dapat dicatat dan diterbitkan suatu dokumen kependudukan.

b. Pencatatan

Pencatatan adalah penulisan peristiwa hukum seseorang ke dalam suatu dokumen untuk diterbitkan dan disimpan sebagai arsip negara, setelah permohonan terlebih dahulu dari seseorang atau kuasanya. Pencatatan dapat dilakukan setelah pemohon melengkapi persyaratan pendaftaran.

(28)

c. Penerbitan

Penerbitan adalah proses pencatatan diri seseorang atau harta bendanya menyangkut peristiwa hukum dalam lembaran negara yang berupa surat sejak pendaftaran sampai penandatanganan/pengesahan. Penerbitan dapat dengan huruf yang ditulis tangan atau huruf stensil menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendaftaran, pencatatan, hingga penerbitan merupakan proses penulisan diri seseorang atas peristiwa hukum yang dialaminya dalam dokumen negara yang berbentuk surat (tulisan tangan maupun stensil) oleh lembaga atau pejabat yang berwenang dan untuk diterbitkan atau disimpan dalam arsip negara atas permohonan orang yang berkepentingan maupun kuasanya.

F. Pengertian Perkawinan

Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila. Sila pertama dari Pancasila berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa maka perkawinan mempunyai hubungan yang erat dengan agama/kerohanian sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir/jasmani, tetapi unsur batin/rohani juga mempunyai peranan yang utama.

(29)

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari rumusan pengertian perkawinan tersebut, jelas bahwa perkawinan tidak hanya merupakan ikatan lahir atau batin, melainkan ikatan kedua-duanya.

Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum yang memiliki akibat-akibat hukum. Sah atau tidaknya suatu perkawinan ditentukan oleh ketentuan-ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Perkawinan.

Menurut Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Perkawinan bahwa perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Kemudian penjelasan Pasal 2 Ayat (1) dijelaskan bahwa dengan perumusan pada Pasal 2 ayat (1) ini, tidak ada perkawinan diluar hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu, dan sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Yang dimaksud dengan hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu termasuk ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi golongan agamanya dan kepercayaannya itu, sepanjang tidak bertentangan atau tidak ditentukan lain dalam undang-undang ini.

(30)

G. Akta Perkawinan

Pendataan penduduk di suatu wilayah bukan suatu hal yang bersifat mudah, tetapi memerlukan suatu administrasi yang tertib dan teratur dalam penanganannya. Salah satu bentuk administrasi yang teratur tersebut adalah dengan memasukkan data penduduk yang lahir, kawin, mati, pindah, dan datang dalam suatu dokumen. Dokumen yang dimaksud dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil disebut akta otentik.

Menurut Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. dalam buku Teguh Samudra, S.H. (1992:37) berpendapat bahwa yang dimaksud akta adalah surat yang diberi tanda tangan yang memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar dari suatu hak atau perikatan yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian.

Akta perkawinan adalah dokumen tertulis yang dibuat oleh pejabat yang berwenang yang di dalamnya menyatakan kedua orang yang tertulis di dalam dokumen telah menikah secara sah dan membuktikan bahwa terdapat ikatan lahir dan batin antarkedua orang (laki-laki dan perempuan), sebagai suami istri yang telah disahkan menurut agama yang dianutnya (Y. Sri Pudyatmoko, 2009:310).

(31)

Dinas kependudukan dan pencatatan sipil provinsi atau kabupaten/kota melayani pencatatan perkawinan bagi mereka yang telah melakukan perkawinan menurut hukum dan tata cara agamanya masing-masing, selain agama Islam. Pencatatan perkawinan yang dilakukan oleh orang-orang yang beragama Islam dilakukan di kantor urusan agama (KUA).

Apabila akta perkawinan hilang, rusak, dan terbakar maka pemilik akta perkawinan tersebut wajib segera melapor ke dinas kependudukan dan pencatatan sipil kabupaten/kota. Untuk mengurus akta perkawinan yang hilang, rusak, atau terbakar diperlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh pihak yang bersangkutan.

H. Dasar Hukum Pencatatan Perkawinan di Indonesia

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil melakukan tugasnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

(32)
(33)

A. Jenis dan Tipe Penelitian

Penelitian hukum ini termasuk jenis penelitian hukum yuridis-empiris, yaitu penelitian hukum yang kajian hukumnya meliputi ketentuan perundang-undangan (in abstracto)serta penerapannya pada peristiwa hukum(in concreto).

Penelitian yang bersifat yuridis adalah penelitian yang dilakukan melalui studi kepustakaan dalam mencari data dan sumber yang bersifat teori yang berguna untuk memecahkan masalah, sedangkan yang bersifat empiris dengan melalui penelitian langsung yang penelitiannya dilakukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur.

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini maka tipe penelitian ini nantinya akan bersifat deskriptif analitis, yaitu dimaksudkan untuk memberi data yang seteliti mungkin tentang suatu keadaan atau gejala-gejala lainnya (AbdulKadir Muhammad, 2004:134).

B. Sumber Data

(34)

a) Data primer, yaitu data yang bersumber dari penelitian lapangan (field research)di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur,

b) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan (library research)terhadap bahan hukum yang berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

1) Bahan hukum primer, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

2. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan,

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, 4. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan,

5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,

6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil,

7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan,

(35)

9. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik,

10. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah

11. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor 22 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah, 12. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor 5 Tahun 2007

tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk, dan Akta Catatan Sipil,

13. Peraturan Bupati Lampung Timur Nomor 11 Tahun 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur Nomor 5 Tahun 2007 tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk, dan Akta Catatan Sipil, 14. Peraturan Bupati Lampung Timur Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Daerah.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu berupa bahan/materi yang berkaitan erat dan menjelaskan mengenai permasalahan dari bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku dan literatur-literatur yang berkenaan dengan pelayanan publik dan pencatatan perkawinan.

(36)

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan prosedur sebagai berikut: a) Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, menelaah, mencatat, membuat ulasan bahan-bahan pustaka yang ada kaitannya dengan pelayanan publik dan pencatatan sipil, yaitu pencatatan perkawinan.

b) Studi Lapangan

Guna melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, studi lapang, yaitu dengan melakukan wawancara dengan pejabat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur serta masyarakat yang melakukan pencatatan perkawinan, yaitu sebanyak 6 (enam) responden. Teknik wawancara dilakukan dengan cara bebas terpimpin, yaitu wawancara yang didasarkan pada daftar pertanyaan yang telah peneliti persiapkan terlebih dahulu berupa pertanyaan-pertanyaan pokok yang kemudian dikembangkan pada saat wawancara berlangsung di lokasi penelitian.

D. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara:

a) Pemeriksaan data (editing), yaitu mengoreksi data yang terkumpul sudah cukup lengkap, benar, sesuai dengan masalah,

b) Penandaan data (coding), yaitu memberi catatan atau tanda yang menyatakan jenis sumber data (buku literatur, perudang-undangan, atau dokumen),

(37)

d) Sistematisasi data (systemaizing), yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika pokok bahasan dan sub pokok bahasan berdasarkan urutan masalah.

E. Analisis Data

(38)

A. KESIMPULAN

1. Peristiwa perkawinan penting untuk dicatatkan oleh setiap warga negara Indonesia sebab berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, manfaat pencatatan perkawinan adalah sebagai bukti yang kuat dalam menentukan kedudukan hukum seseorang agar terwujud kepastian hukum, ketertiban hukum, dan perlindungan hukum terhadap perkawinan itu sendiri. Sedangkan alasan perkawinan tidak dicatatkan bukan saja berasal dari pasangan suami istri (baik karena faktor ekonomi maupun faktor lokasi), tetapi juga dari ulama atau pemuka agama yang tidak berwenang melangsungkannya, serta tidak berjalannya sanksi bagi pelaku yang tidak mencatatkan perkawinan mereka sehingga mengakibatkan perkawinan tersebut tidak memiliki kekuatan hukum dan dianggap tidak sah dimata hukum negara.

(39)

dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No 5 Tahun 2007, meskipun tingkat transparansinya masih tergolong rendah; produk pelayanan yang telah sesuai dengan UU No 23 Tahun 2006, yaitu kutipan akta perkawinan; serta kompetensi petugas pemberi pelayanan sudah sesuai dengan bidangnya masing-masing. Namun pada indikator waktu penyelesaian pelayanan serta sarana dan prasarana pelayanan masih perlu ditingkatkan.

Berjalan baiknya kinerja ini didukung oleh beberapa faktor, yaitu substansi hukum yang baik telah memberikan legitimasi yang kuat bagi Disdukcapil Kabupaten Lampung Timur dalam melaksanakan kewenangannya, namun akan lebih baik apabila spesifikasi peraturan dimiliki oleh daerah dan disdukcapil sendiri; struktur hukum yang baik dilihat dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi oleh para pegawai Disdukcapil Kabupaten Lampung Timur yang telah sesuai dengan peraturan. Baiknya budaya hukum didukung oleh etos kerja pegawai yang baik, serta kesadaran dan kepatuhan hukum masyarakat yang semakin meningkat.

B. SARAN

Ada beberapa saran bagi para pihak dalam rangka meningkatkan pelayanan publik di bidang pencatatan perkawinan.

1. Bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lampung Timur a. Guna meningkatkan kesadaran dan kepatuhan hukum masyarakat terhadap

(40)

b. Mengingat kutipan akta perkawinan berfungsi sebagai alat bukti yang kuat maka seharusnya kualitas pelayanan untuk memperoleh kutipan akta lebih ditingkatkan dengan membuat suatu standar operasional pelayanan sehingga dapat menjamin kepastian waktu bagi masyarakat yang melakukan pencatatan perkawinan maupun pencatatan peristiwa kependudukan lainnya. c. Untuk meningkatkan kinerja para pegawai, sebaiknya disediakan fasilitas-fasilitas yang memadai seperti ruang kerja yang cukup luas dengan fasilitas-fasilitas yang baik, serta selalu tersedia fasilitas yang diperlukan dalam penerbitan kutipan akta perkawinan.

d. Untuk mengadakan koordinasi, mengenai data pencatatan perkawinan penduduk beragama Islam, dengan KUA kecamatan sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (3) dan Pasal 34 ayat (5) UU No 23 Tahun 2006. 2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur

a. Agar substansi hukum lebih kuat, Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur perlu membuat sebuah peraturan daerah yang mengatur mengenai penyelenggaraan administrasi kependudukan yang di dalamnya mengatur tentang lamanya waktu penerbitan akta catatan sipil, khususnya akta perkawinan. Hal ini penting mengingat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil belum memiliki standar operasional pelayanan.

(41)

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(Skripsi)

Oleh

NOVIE TRIYANA ERDA

(42)
(43)

Halaman DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL………..... I. PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalahan dan Ruang Lingkup ...

1. Rumusan Masalahan ... D. Efektivitas Kinerja Pelayanan Publik dalam Pencatatan

Per-kawinan ... E. Tinjauan Umum tentang Catatan Sipil di Indonesia ...

1. Pengertian Catatan Sipil ... 2. Tujuan Lembaga Catatan Sipil ... 3. Status Hukum Lembaga Catatan Sipil ... 4. Pelayanan Pencatatan Perkawinan ... H. Dasar Hukum Pencatatan Perkawinan di Indonesia ...……….... III. METODE PENELITIAN ...

(44)

C. Metode Pengumpulan Data ... D. Pengolahan Data ... E. Analisis Data ...

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………..………

A. Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Lampung Timur………...………

1. Pembentukan Disdukcapil Kabupaten Lampung Timur…...……… 2. Tugas Pokok dan Fungsi Disdukcapil Kabupaten Lampung

Timur………..…….…

3. Struktur Organisasi Disdukcapil Kabupaten Lampung

Timur ………..…..…...….. B. Pentingnya Pencatatan Perkawinan………..…………

1. Manfaat Pencatatan Perkawinan ………..…… 2. Alasan-Alasan Perkawinan Tidak Dicatat ………..…… 3. Akibat Hukum Perkawinan yangTidak Dicatat ………..………….. C. Efektivitas Kinerja Pelayanan Publik Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil dalam Pencatatan Perkawinan……….…………. Berdasarkan Indikator Standar Pelayanan Publik ……… 1. Prosedur Pelayanan ………

a) Pendaftaran ……….………..………

b) Pengumuman ………

(45)

DAFTAR TABEL TABEL

Tabel 1. Jumlah Peralatan yang memadai di Disdukcapil Kabupaten

Lampung Timur Tahun 2011………..………

Tabel 2. Jumlah Pegawai Disdukcapil Kabupaten Lampung Timur

menurut Golongan Tahun 2011 ……….……….. Tabel 3. Jumlah Pegawai Disdukcapil Kabupaten Lampung Timur

(46)

Literatur

H.F.A.Vollmar. 1952.Pengantar Studi Hukum Perdata. Jakarta: CV. Rajawali HR, Ridwan. 2006. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada

Lie Oen Hock. 1961.Lembaga Catatan Sipil. Jakarta: Keng Po

Maghdalena, Mega. 2005. Fungsi Pencatatan Perkawinan menurut Undang-Undang No 1 Tahun 1974.Medan: Universitas Sumatera Utara

Muhammad, Abdulkadir. 1999.Hukum Acara Perdata Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

____________________. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Abadi

Neng Djubaidah. 2010. Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak Dicatat. Jakarta: Sinar Grafika

Prasetyani, Nurul. 2009. Analisis Kinerja Pelayanan Publik Perusahaan Daerah Air Minum.Semarang: Universitas Diponegoro

Pudyatmoko, Y. Sri. 2009.Perizinan (Problem dan Upaya Pembenahan). Jakarta: PT. Grasindo

Sasongko, Wahyu. 10 Mei 2011. Peran Penegak Hukum dalam Pembangunan Hukum untuk Mewujudkan Agenda Reformasi pada Era Globalisasi, Seminar Nasional, Fakultas Hukum Universitas Lampung, Bandar Lampung Situmorang, Victor. 1996.Aspek Hukum Akta Catatan Sipil di Indonesia. Jakarta:

Sinar Grafika

(47)

Soekanto, Soerjono dan Mustafa, Abdullah. 1982. Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat. Jakarta: CV. Rajawali

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia

Subekti dan R. Tjtrosoedibro. 1979.Kamus Hukum. Jakarta: Pradnya Paramita Sukarno. 1985. Mengenal Administrasi dan Prosedur Catatan Sipil. Jakarta: CV.

Coriena

Sunindhia, Y.W. 2007. Praktek Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah. Jakarta: Rineka Cipta

Syafiie, Inu Kencana. 2003. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia. Bandung: Bumi Aksara

Wibawa, Samodra. 1992. Beberapa Konsep untuk Administrasi Negara. Yogyakarta: Liberty

Waldo, Dwight. 2000. Pengantar Studi Public Administration. Bandung: Bumi Aksara

Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, LN No 1 Tahun 1974, TLN No 3019, tentang Perkawinan

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006, LN No 124 Tahun 2006, TLN No 4674, tentang Administrasi Kependudukan

(48)

Laatahzan innallaaha ma’anaa. —At-Taubah:40—

Yarfa’illaahulladziinaaamanuu minkum walladziina uutuu l’ilma darajaatun walaahu bimaa ta’maluuna khabir. —Al-Mujaadilah:11—

(49)

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

NOVIE TRIYANA ERDA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(50)

Nama Mahasiswa :Novie Triyana Erda

Nomor Pokok Mahasiswa : 0812011234

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Nurmayani, S.H., M.H. Syamsir Syamsu, S.H., M.H.

NIP 196112191988032002 NIP 196108051989031005

2. Ketua Bagian

(51)

1. Tim Penguji

Ketua : Nurmayani, S.H., M.H. ………

Sekretaris : Syamsir Syamsu, S.H., M.H. ………

Penguji Utama : Dr. Muhammad Akib, S.H., M.Hum. .……..….……...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP 196211091987031003

(52)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan ketulusan hati kupersembahkan karyaku ini untuk Papi, Mami, dan Nyanyiku tercinta, Kakak-kakakku tersayang, Keponakanku,

dan Almamater yang kubanggakan bagian Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Lampung.

(53)

dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar

Lampung pada tanggal 21 November 1990 yang merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Erwani

dan Ibu

Daryati.

(54)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian : Bagaimana dengan fasilitas yang diberikan dalam proses pelayanan publik di Kantor Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonosobo. Informan

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui tingkat kinerja pelayanan yang diberikan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kotawaringin Timur berdasarkan

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui tingkat kinerja pelayanan yang diberikan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kotawaringin Timur berdasarkan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis memberikan kesimpulaan bahwa penerapan inovasi pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Penelitian ini berjudul : Studi Deskriptif terhadap Kualitas Pelayanan Publik Dalam Pengurusan Administrasi Kependudukan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Gayo Lues ialah salah satu organisasi pemerintah yang menjadi pelaksana pelayanan publik di Kabupaten Gayo

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Efektivitas Pelayanan Administrasi Kependudukan di Dinas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Transparansi Pegawai dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Nunukan sudah