• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Pengaruh Suhu Uap pada Alat Penyuling Minyak Atsiri Tipe Uap Langsung terhadap Mutu dan Rendemen Minyak Nilam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Pengaruh Suhu Uap pada Alat Penyuling Minyak Atsiri Tipe Uap Langsung terhadap Mutu dan Rendemen Minyak Nilam"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

DAN RENDEMEN MINYAK NILAM

SKRIPSI

OLEH :

HAMJAH DALIMUNTHE

100308004/KETEKNIKAN PERTANIAN

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

DAN RENDEMEN MINYAK NILAM

SKRIPSI

OLEH :

HAMJAH DALIMUNTHE

100308004/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana

di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

DisetujuiOleh :

Komisi Pembimbing

(LukmanAdlin Harahap, STP, M.Si)

Ketua Anggota

(Achwil Putra Munir STP, M.Si)

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Hamjah dalimunthe, dilahirkan di Gunung tua baringin pada tanggal 26 mei 1993 dari ayah M. Yunan Dalimunthe dan Ibu Rusia Aruan. Penulis merupakan putra ke empat dari lima bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari MA Baharuddin dan pada tahun 2010 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP). Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) FP USU, Ketua bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan (PTKP) HMI komisariat FP USU, Anggota bidang humas Majelis Permusawaratan Mahasiswa Fakultas (MPMF) FP USU. Selain itu penulis juga aktif sebagai asisten Laboratorium Perbengkelan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(4)

Hamjah Daliunthe : Uji Pengaruh Suhu Uap pada Alat Penyuling Minyak Atsiri Tipe Uap Langsung terhadap Mutu dan Rendemen Minyak Nilam. Dibimbing oleh Lukman Adlin Harahap dan Achwil Putra Munir.

Pada alat penyulingan minyak atsiri tipe uap langsung, pengaturan suhu penyuligan perlu diperhatikan. Suhu tersebut menentukan kualitas hasil minyak nilam. Penelitian ini adalah pengujian berbagai tingkat suhu pada alat penyulingan minyak atsiri tipe uap langsung terhadap mutu dan rendemen minyak nilam. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian dan di Laboratorium Analisi Kimia Bahan Pangan Fakultas Pertanian pada bulan September 2014 sampai selesai dengan menggunakan model rancangan acak lengkap non faktorial yaitu pada taraf pengujian pada suhu 95 0C, 1000C dan 1050C. Parameter yang diamati adalah kadar air asam lemak bebas dan rendemen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji suhu memberikan pengaruh nyata terhadap rendemen. Perlakuan terbaik dari penelitian ini adalah U3 (1050C) yang menghasilkan kadar air 21,1% dan rendemen 0,44%.

Kata kunci: Nilam, Suhu penyulingan, Minyak nilam

ABSTRACT

Hamjah Dalimunthe : Effect of destillation temperature on quality and yield of patchouli oil of oil direct steam destillation type. Supervised by Lukman Adlin Harahap and Achwil Putra Munir.

On direct steam destilation type , destillation temperature needs to be considered. The temperature determines the quality of destillation product. This study tested various temperature on destillation of volatile oil in direct steam type destillation. The study was conducted at the Laboratory of Agricultural Engineering and analysis was done in Food Chemical Analysis Laboratorium Faculty of Agricultural in September 2014 to October 2014 A non-factorial completely randomized design with 95°C, 100°C and 105°C was used. Parameters measured were water content, free fatty acid and yield. The results showed that the temperature had significant effect on yield. The best treatment was the U3 treatment (105°C) which produced 21,1% water content, and 0,44% yield.

(5)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Uji Pengaruh Suhu Uap Pada Alat Penyuling Minyak Atsiri Tipe Uap Langsung Terhadap Mutu dan Rendemen Minyak Nilam” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Lukman Adlin Harahap, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Bapak Achwil Putra Munir STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Desember 2014

(6)

Hal

RIWAT HIDUP ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Nilam ... 4

Jenis-Jenis Nilam ... 5

Pemanenan ... 6

Pascapanen ... 7

Penyulingan ... 8

Jenis-jenis penyulingan ... 8

Penyulingan uap ... 9

Minyak Nilam ... 10

Manfaat minyak nilam ... 10

Faktor yang mempengaruhi mutu minyak nilam ... 11

Rendemen ... 12

Faktor yang mempengaruhi rendemen ... 12

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat... 13

Metode Penelitian ... 13

Komponen alat ... 13

Pembuatan alat ... 15

Prosedur Penelitian ... 16

Parameter Penelitian ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar air ... 19

Asam lemak bebas ... 21

Rendemen ... 22

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 25

Saran ... 26

(7)
(8)
(9)

No Hal

1. Flowchart pelaksanaan penelitian ... 29

2. Perhitungan ... 30

3. Data pengamatan kadar air ... 30

4. Data pengamatan asam lemak bebas ... 33

5. Data pengamatan rendemen ... 36

6. Dokumentasi ... 43

(10)

Hamjah Daliunthe : Uji Pengaruh Suhu Uap pada Alat Penyuling Minyak Atsiri Tipe Uap Langsung terhadap Mutu dan Rendemen Minyak Nilam. Dibimbing oleh Lukman Adlin Harahap dan Achwil Putra Munir.

Pada alat penyulingan minyak atsiri tipe uap langsung, pengaturan suhu penyuligan perlu diperhatikan. Suhu tersebut menentukan kualitas hasil minyak nilam. Penelitian ini adalah pengujian berbagai tingkat suhu pada alat penyulingan minyak atsiri tipe uap langsung terhadap mutu dan rendemen minyak nilam. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian dan di Laboratorium Analisi Kimia Bahan Pangan Fakultas Pertanian pada bulan September 2014 sampai selesai dengan menggunakan model rancangan acak lengkap non faktorial yaitu pada taraf pengujian pada suhu 95 0C, 1000C dan 1050C. Parameter yang diamati adalah kadar air asam lemak bebas dan rendemen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji suhu memberikan pengaruh nyata terhadap rendemen. Perlakuan terbaik dari penelitian ini adalah U3 (1050C) yang menghasilkan kadar air 21,1% dan rendemen 0,44%.

Kata kunci: Nilam, Suhu penyulingan, Minyak nilam

ABSTRACT

Hamjah Dalimunthe : Effect of destillation temperature on quality and yield of patchouli oil of oil direct steam destillation type. Supervised by Lukman Adlin Harahap and Achwil Putra Munir.

On direct steam destilation type , destillation temperature needs to be considered. The temperature determines the quality of destillation product. This study tested various temperature on destillation of volatile oil in direct steam type destillation. The study was conducted at the Laboratory of Agricultural Engineering and analysis was done in Food Chemical Analysis Laboratorium Faculty of Agricultural in September 2014 to October 2014 A non-factorial completely randomized design with 95°C, 100°C and 105°C was used. Parameters measured were water content, free fatty acid and yield. The results showed that the temperature had significant effect on yield. The best treatment was the U3 treatment (105°C) which produced 21,1% water content, and 0,44% yield.

(11)

Latar Belakang

Nilam (Pogestemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, baik sebagai sumber devisa negara dan sumber pendapatan petani. Dalam pengelolaannya melibatkan banyak pengerajin serta menyerap ribuan tenaga kerja. Teknologi pengolahan minyak nilam ditingkat petani umumnya masih tradisional hal ini disebabkan oleh faktor sosial ekonomi dan faktor terbatasnya teknologi yang diakses sehingga minyak yang dihasilkan mutunya masih rendah. Pengeringan bahan baku nilam lebih baik tidak langsung pada sinar matahari dan penyimpanan bahan tidak lebih dari 1 minggu karena akan menurunkan produksi minyak nilam.

Tanaman nilam tumbuh pada daerah berhawa sejuk, agak lembab, curah hujan rata, tidak pernah kering, tanah mengandung banyak humus. Di tempat pembudidayaan nilam, tanaman nilam jarang berbunga. Memperbanyak tanaman nilam dengan menyamai stek yang dipangkas persis di bawah tunas. Setelah akar tanaman nilam kuat, dipindahkan ke tempat pembudidayaan yang telah dipersiapkan dan diberi pupuk kompos atau kotoran yang telah dihancurkan.

(12)

Salah satu kendala yang dihadapi oleh industri nilam di Indonesia adalah mutu, karena minyak nilam dari Indonesia sering dicampur dengan minyak nabati atau minyak lain. Hal ini mengakibatkan minyak nilam dari Indonesia lebih murah dibandingkan minyak nilam yang dihasilkan dari negara lain seperti India.

Minyak nilam antara lain digunakan sebagai bahan baku, bahan pen-campur dan fiksatif (pengikat wangi-wangian) dalam industri parfum, farmasi dan kosmetik serta makanan dan minuman juga sebagai pewangi selendang, karpet dan barang-barang tenunan. Dalam industri parfum minyak nilam merupakan bahan baku utama yang fungsinya tidak dapat digantikan oleh minyak yang lain.

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penyulingan uap langsung. Penyulingan dengan metode uap langsung merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam dunia penyulingan minyak atsiri, karena rendemen minyak yang dihasilkan lebih tinggi. Salah satu diantara penggunaan penyulingan dengan metode ini adalah Fuad Nugraha Lubis (2010) dalam penelitian sebelumnya. Hanya saja dalam penelitian tersebut ada kekurangannya dimana termometer diletakkan pada tabung bahan yang akan disuling. Metode ini menggunakan uap langsung yang bertekanan tinggi yang dihasilkan pada tabung penghasil uap. Oleh sebab itu termometer harus di letakkan pada penutup tabung penghasil uap.

(13)

tercapai uap dialirkan ke dalam tabung kedua melalui pipa yang telah dihubungkan. Didalam tabung kedua uap bertekanan tinggi akan mengekstrak minyak.

Ada tiga jenis penyulingan untuk mendapatkan kadar minyak pada ekstraksi tanaman yaitu penyulingan dengan uap air, penyulingan dengan uap dan air, dan penyulingan uap langsung, dalam penelitian digunakan tipe penyulingan uap langsung karena mutu minyak yang diperoleh lebih baik kualitasnya dibandingkan dengan tipe-tipe penyulingan lainnya.

Tujuan Penelitian

Untuk menguji pengaruh suhu uap pada alat penyuling minyak atsiri tipe uap langsung terhadap mutu dan rendemen minyak nilam.

Hipotesa Penelitian

Dalam penelitian ini, diduga ada pengaruh suhu uap terhadap kualitas minyak yang dihasilkan.

Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alat penyuling minyak atsiri.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Nilam

Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial). Tanaman ini merupakan tanaman semak yang tumbuh tegak, memiliki banyak percabangan, bertingkat-tingkat, dan mempunyai aroma yang khas. Secara alami tanaman nilam dapat mencapai ketinggian antara 0,5 m–1,0 m. Secara sistematis tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotiledoneae Ordo : Labiatales Famili : Labiatae Genus : Pogostemon

Spesies : Pogostemon cablin Benth. (Rukmana, 2004).

(15)

merata sepanjang tahun. Sedangkan suhu yang baik untuk tanaman nilam adalah 240C-280C dengan kelembaban lebih dari 75% (Sudaryani dan Sugiharti, 1999).

Tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) termasuk tanaman penghasil minyak atsiri yang memberikan kontribusi penting dalam dunia flavour dan

fragrance terutama untuk industri parfum dan aroma terapi. Tanaman nilam

berasal dari daerah tropis Asia Tenggara terutama Indonesia, Filipina, India (Irawan, 2010).

Jenis-jenis nilam

Pada dasarnya terdapat beberapa jenis tanaman nilam yang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Adapun jenis-jenis nilam adalah:

1. Nilam aceh (Pogostemon cablin Benth atau Pogostemon patchouli)

Nilam ini tidak berbunga dan daunnya berbulu halus. Kadar minyak nilam aceh sebesar 2,5-5,0%. Varietas nilam ini berasal dari Filipina dan termasuk jenis nilam yang bermutu tinggi.

2. Nilam jawa (Pogostemon heyneanus Benth.)

Nilam jenis ini berasal dari India dan banyak tumbuh liar di hutan-hutan pulau jawa. Nilam jawa berbunga, berdaun tipis, ujung daun agak meruncing, dan tidak memiliki bulu-bulu halus serta memiliki kandungan minyak yang rendah yaitu 0,5-1,5%. Awalnya nilam ini ditemukan tumbuh liar dari India hingga Filipina.

3. Nilam sabun (Pogostemon hortensis Benth.)

(16)

m. Di Bogor pertumbuhan daun nilam sabun ini lebih cerah daripada nilam aceh, namun kandungan minyak rendah yaitu 0,5-1,5%

(Kardinan dan Ludi, 2004).

Pemanenan

Panen nilam dilakukan pada saat umur tanaman 6-8 bulan (panen pertama) dan umur 3-4 bulan panen berikutnya. Batang nilam dipotong, sebaiknya menggunakan gunting stek, ukuran potongan 15-20 cm di atas permukaan tanah dengan meninggalkan 1 batang utama. Terna nilam yang sudah dipanen dibersihkan dari bahan lain seperti rumput dan tanah

(Mamun dan Muryahdi 2008).

Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari agar daun tetap mengandung minyak atsiri yang tinggi. Apabila dilakukan pada siang hari maka sel-sel daun akan melakukan proses metabolisme yang akan mengurangi laju pembentukan minyak dan daun kurang elastis, sehingga kehilangan minyak akan lebih besar karena daun mudah sobek. Begitu pula dengan adanya transpirasi daun yang lebih cepat menyebabkan jumlah minyak yang dihasilkan akan berkurang. Pemanenan dilakukan sebelum daun berubah warna menjadi coklat, karena daun yang demikian telah kehilangan sebagian minyak

(Kementerian Pertanian, 2012).

(17)

Pemanenan nilam yang terlalu muda selain kadar minyaknya sedikit, kualitas minyaknya pun rendah. Sebaliknya, pemanenan nilam yang terlalu tua hingga daun nampak coklat, kandungan minyak akan menurun disebabkan sebagian minyak dalam daun telah menguap atau hilang. Cara pemanenan yang sembarangan atau tak beraturan juga dapat menyebabkan penurunan kadar minyak, kualitas minyaknya rendah, dan pertumbuhan tanaman terganggu (Mangun, 2008).

Pascapanen

Pascapanen nilam merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pemanenan. Pada nilam kegiatan pascapanen nilam terdiri atas pengeringan (pelayuan), perajangan dan penyulingan. Pengeringan (pelayuan) dilakukan dengan cara jemur selama 4 jam yang di ikuti dengan pengeringan kurang lebih 6 hari. Perajangan merupakan upaya mengurangi ketebalan bahan yang bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin, dan penyulingan merupakan proses pemisahan komponen berupa cairan dari dua macam campuran atau lebih dengan berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing-masing komponen tersebut (Kementerian Pertanian, 2012).

(18)

akibat adanya kapang, sehingga mutu minyak yang dihasilkan akan menurun (Kardinan dan Agus 2005).

Penyulingan

Penyulingan adalah salah satu cara untuk mendapatkan minyak atsiri, dengan cara mendidihkan bahan baku yang dimasukkan ke dalam ketel hingga terdapat uap yang diperlukan. Cara lain adalah mengalirkan uap jenuh (saturated

or superheated) dari ketel pendidih air ke dalam ketel penyulingan. Dengan

penyulingan ini akan dipisahkan zat-zat bertitik didih tinggi dari zat-zat yang tidak dapat menguap. Dengan kata lain penyulingan adalah proses pemisahan komponen-komponen campuran dari dua atau lebih cairan berdasarkan perbedaan tekanan uap masing-masing komponen tersebut (Santoso, 1997).

Jenis-jenis penyulingan

Ada tiga jenis penyulingan yang dapat digunakan untuk memperoleh minyak nilam, yaitu:

- Penyulingan dengan uap air

Pada cara penyulingan ini bahan berhubungan langsung dengan air yang mendidih. Bahan yang disuling direbus dengan air di dalam ketel (tangki) penyuling. Uap air akan menguap dengan membawa uap minyak nilam yang dikandung oleh bahan yang disuling. Kemudian uap tersebut di alirkan melalui sebuah pipa yang berhubungan dengan kondensor (pendingin).

- Penyulingan dengan uap dan air

(19)

langsung dengan air, bahan diletakkan diatas piringan. Setelah air mendidih, uap air keluar melalui lubang-lubang piringan dan terus mengalir melalui sela-sela bahan.

- Penyulingan dengan uap langsung

Pada dasarnya penyulingan ini hanyalah dengan mengalirkan uap yang bertekanan tinggi. Pada cara ini, ketel perebusan air dipisahkan dari ketel penyuling yaitu ketel yang berisi bahan. Uap air yang dihasilkan pada ketel perebus air, dialirkan pada sebuah pipa ke dalam ketel penyuling. Bahan yang disuling diletakkan pada piringan yang berlubang-lubang di dalam ketel. Piringan boleh lebih dari satu dan disusun secara bertingkat. Setelah mengalami kondensasi, campuran minyak dan air dicampur pada bak pemisah cairan. Dengan adanya perbedaan masa jenis maka air dapat dipisahkan dari minyak. Penyulingan dengan cara ini akan menghasilkan minyak yang bermutu tinggi

(Sudaryani dan Sugiharti, 1999).

Penyulingan uap

(20)

Minyak nilam

Minyak nilam merupakan suatu komoditi ekspor yang memiliki prospek yang sangat cerah dan selalu dibutuhkan secara berkesinambungan dalam industri-industri parfum, wewangian, kosmetik, sabun, farmasi, dan lain-lain. Minyak nilam dalam industri dipakai sebagai fiksasi yang sampai saat ini belum dapat digantikan oleh minyak lain. Selain itu, minyak nilam adalah minyak atsiri yang tidak dapat dibuat secara sintetis (Ketaren, 1985).

Manfaat minyak nilam

Adapun manfaat dari minyak nilam yaitu sebagai antibiotik dan anti radang karena dapat menghambat pertumbuhan jamur dan mikroba. Minyak nilam merupakan minyak eksotik yang dapat meningkatkan gairah dan semangat serta mempunyai sifat meningkatkan sensualitas. Minyak nilam dapat memberikan efek menenangkan dan membuat tidur lebih nyenyak sehingga minyak nilam dapat digunakan untuk aroma terapi karena mempunyai efek sedatif (Suhirman, 2012).

Secara tradisional minyak nilam digunakan untuk pewangi kertas linen dan pakaian. Dalam industri, secara ekstensif minyak nilam digunakan dalam pembuatan kosmetik, dan digunakan sebagai fiksatif dalam sabun dan parfum, terutama parfum tipe oriental. Minyak nilam juga digunakan dalam industri makanan, minumam beralkohol dan softdrink. Kandungan senyawa-senyawa kimia di dalam minyak nilam bersifat antimikrobial, bactericidal, antiviral,

fungicidal, antiseptik, antitoksik, carminatif, diuretic, stimulan dan lain-lain.

(21)

Minyak nilam antara lain digunakan sebagai bahan baku, bahan pen-campur dan fiksatif (pengikat wangi-wangian) dalam industri parfum, farmasi dan kosmetik serta makanan dan minuman juga sebagai pewangi selendang, karpet dan barang-barang tenunan. Dalam industri parfum minyak nilam merupakan bahan baku utama yang fungsinya tidak dapat digantikan oleh minyak yang lain. (Rusli et al., 1985).

Minyak nilam dapat bercampur dengan minyak eteris yang lain, mudah larut dalam alkohol dan sukar menguap, karena sifatnya itulah minyak nilam digunakan sebagai fiksatif atau pengikat bahan-bahan pewangi lain. Peranan minyak nilam sangat penting dalam dunia perfumery (Sulaswaty, 2001).

Menurut (Lutony dan Rahmayati, 2002). Selain pemanfaatan minyak nilam, tanaman nilam juga dapat digunakan untuk keperluan tertentu. Misalnya, daun nilam berguna untuk bahan pelembab kulit, menghilangkan bau badan, dan gatal-gatal pada kulit, dan sebagai pewangi.

Faktor yang mempengaruhi mutu minyak nilam

Sebagai tanaman yang diambil minyak atsirinya, produksi, kadar dan mutu minyak nilam yang dihasilkan merupakan faktor penting yang dapat dipergunakan untuk menentukan keunggulan suatu varietas. Disamping itu, karakter lainnya seperti sifat ketahanan terhadap penyakit juga merupakan salah satu indikator penentu. Banyak faktor yang mempengaruhi kadar dan mutu minyak nilam, antara lain, genetik (jenis), budidaya, lingkungan, panen dan pasca panen

(Amalia dan Nursalim 2008).

(22)

nilainya tidak memenuhi berarti minyak telah terkontaminasi, adanya pemalsuan atau minyak atsiri tersebut dikatakan bermutu rendah. Salah satu faktor penentu mutu minyak nilam adalah kadar senyawa esternya. Semakin tinggi kadar ester, maka mutu minyak semakin tinggi, karena baunya semakin harum. Salah satu faktor penentu kadar ester adalah faktor penyulingan dan penanganan bahan (Hernani dan Marwati, 2006).

Minyak nilam tersusun dari berbagai senyawa kimia, antara lain patchouli alkohol, pogostol, bulnesol, nor-patchoulenol, patchoulen, bulnesen, benzaldehid,

terpen dan lain-lain. Komposisi kimia tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam maupun pengolahan. Oleh karena itu kualitas minyak atsiri sangat sensitif terhadap perubahan, baik yang disebabkan faktor lingkungan, perbedaan cuaca, kekurangan unsur hara tanaman ataupun proses pengolahan. Komposisi kimia tersebut membentuk karakteristik yang berbeda pada setiap minyak (Rusli, 2007).

Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara minyak yang dihasilkan dengan bahan tumbuhan yang diolah. Besarnya rendemen yang dihasilkan antara jenis bahan yang satu berbeda dengan yang lainnya. Misalnya 2,5% sampai 4% untuk jenis nilam Aceh (Lutony dan Rahmayati, 2002).

Faktor yang mempengarui rendemen

Faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen minyak nilam antara lain adalah penggunaan bibit asalan, jenis tanaman, umur tanaman, waktu panen, cara penanganan bahan baku (perajangan, pelayuan dan pengeringan), cara penyulingan, lama penyulingan, dan penggunaan alat penyuling

(23)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014 di Laboratorium Keteknikan Pertanian dan di Laboratoriun Analisis Kimia Bahan Pangan Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah: air, daun nilam, es batu, ember, gelas ukur, kompor, lilin mainan, pelat alumanium, pelat stainless steel, penutup/pembuka laju aliaran air (kran), thermometer.

Adapun alat-alat yang digunakan adalah alat tulis, gergaji besi, gunting seng, gerinda, kalkulator, komputer, mesin las, dan palu.

Metode Penelitian

Penelitian ini mengunakan rancang acak lengkap (RAL) non-faktorial dengan 3 kali ulangan di setiap perlakuan. Dengan menggunakan suhu sebesar 950C, 1000C, dan 1050C. Dengan persamaan

Yij = µ+αi+ɛij………..(1)

Dimana:

Yij = hasil pengatan dari factor P pada tararf ke-i pada ulangan ke- j µ = nilai tengah sebenarnya

(24)

Komponen Alat

Alat destilasi ini mempunyai beberapa komponen yaitu : 1. Wadah air penghasil uap

Wadah ini merupakan wadah air yang akan digunakan untuk menghasilkan uap air. Uap air ini nantinya akan mengalir melalui pipa menuju tempat bahan (daun nilam) untuk membawa kandungan minyak atsiri yang terkandung pada bahan tersebut. Wadah ini berbentuk silinder dengan penutup yang dapat terbuka dan terkunci rapat, berdiameter 30 cm dan tinggi 51 cm.

2. Pipa aliran uap

Pipa ini berdiameter 1,5 cm dan berfungsi sebagai tempat aliran uap air yang menghubungkan wadah air menuju wadah bahan, serta dari wadah bahan menuju pipa berlingkar dalam pada proses pendinginan.

3. Wadah bahan

(25)

pada bahan kemudian mengalir melalui pipa penghubung menuju pipa berlingkar yang terdapat dalam kondensor.

4. Kondensor

Kondensor ini terdiri dari drum dengan diameter 30 cm dan tinggi 50 cm, pipa berlingkar dan kran. Es batu diletakkan di tengah-tengah pipa berlingkar. Sedangkan kran berfungsi sebagai lubang pengeluaran air dari es yang mencair.

5. Gelas ukur

Untuk mengetahui berapa volume minyak yang dihasilkan, maka dapat digunakan gelas ukur.

Pembuatan Alat

Adapun langkah-langkah dalam membuat alat destilasi ini yaitu : 1. Dirancang bentuk alat sesuai dengan urutan proses.

2. Digambar serta ditentukan ukuran alat.

3. Dipilih bahan yang akan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan alat. 4. Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai

dengan ukuran yang telah ditentukan. 5. Dipotong bahan sesuai ukuran.

6. Dibentuk dan dilas plat bahan untuk membentuk pipa aliran uap. 7. Dibentuk dan dilas plat bahan untuk membentuk wadah air. 8. Dibentuk dan dilas plat bahan untuk membentuk wadah bahan. 9. Disiapkan drum kondensor.

(26)

12. Dibentuk bahan agar sesuai dengan tempat bahan dan drum kondensor. 13. Dilas pipa aliran yang ada pada drum kondensor dengan terhadap dinding

drum.

14. Dihubungkan komponen bahan yang telah dibuat sesuai dengan urutan proses.

Prosedur Penelitian

1. Ditimbang bahan nilam seberat 500 g. Dengan kapasitas alat 1 kg bahan kering.

2. Dimasukkan air ke dalam wadah penghasil uap. 3. Dimasukan bahan nilam ke dalam tempat bahan. 4. Dimasukkan es batu ke dalam wadah pendingin. 5. Dihidupkan api kompor.

6. Dipanaskan air pada wadah penghasil uap air sampai mendidih. 7. Diatur suhu penyulingan ( 95oC, 100oC, 105oC).

8. Ditampung hasil penyulingan pada gelas ukur.

9. Dilakukan pengukuran volume minyak yang dihasilkan tiap satuan berat bahan.

10. Dilakukan pengamatan parameter.

Parameter penelitian

1. Kadar air minyak.

(27)

1. Kadar air minyak

Kadar air minyak merupakan jumlah air yang terdapat pada minyak. Penentuan persen kadar air minyak dianalisis dengan cara ditimbang minyak nilam seberat 0,2 g kemudian dimasukkan minyak nilam ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya dan dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105oC selama 3 jam. Setelah 3 jam dikeluarkan dari oven dan didesikatorkan selama 15 menit. Percobaan ini dilakukan sebanyak 2 kali pada 1 ulangan untuk mendapatkan berat yang konstan. Selanjutnya cawan yang berisi minyak ditimbang sampai mendapatkan berat yang konstan. Penentuan persen kadar air dihitung dengan persamaan berikut.

Ka(bb)

=

kadar air awal-kadar air akhir

kadar air akhir ×100 %

Sampel ini di uji dilaboratorium Analisis kimia bahan pangan. 2. Kadar asam lemak bebas (ALB)

Asam lemak bebas merupakan hasil dekomposisi trigliserida karena reaksi hidrolisis minyak. Semakin rendah kadar asam lemak bebas dari minyak, maka minyak semakin bagus. Sampel minyak seberat 5 g ditimbang dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 2 ml alkohol netral 96% yang dipanaskan sampai mendidih. Setelah ditambahkan tiga tetes indicator phenolptalein, dengan larutan NaOH 0,1 N sampai berwarna merah jambu yang tidak hilang selama beberapa detik. Penentuan asam lemak bebas dapat dihitung dengan persaman berikut.

(28)

Berat molekul asam lemak bebas dominan nilam = 222, 36 Sampel ini di uji di laboratorium Analisis Kimia Bahan Pangan. 3. Rendemen minyak

Rendemen minyak merupakan persentase perbandingan berat bahan minyak yang dihasilkan terhadap berat bahan awal. Sampel ini di uji dilaboratorium Keteknikan Pertanian.

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pembahasan yang dilakukan, secara umum dapat di ketahui bahwa suhu pemanasan memberikan pengaruh terhadap kadar air, asam lemak bebas dan rendemen pada minyak yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Pengaruh suhu pemanasan terhadap parameter yang diamati

No. T (oC) Kadar air (%) Asam lemak bebas (%) Rendemen (%)

1. U1 37,54 2,91 0,11

2 U2 34,28 0,96 0,16

3 U3 21,1 2,63 0,44

Dari Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa kadar air yang tertinggi diperoleh pada perlakukan suhu U1 sebesar 37,54 dan yang terendah diperoleh pada perlakuan suhu U3 sebesar 21,1. Kadar asam lemak bebas yang tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu U1 sebesar 2,91 dan kadar asam lemak bebas yang terendah di peroleh pada suhu U2 sebesar 0,96. Nilairendemen yang tertinggi diperoleh pada suhu U3 sebesar 0,44 dan nilai rendemen yang terendah diperoleh pada suhu U1 sebesar 0,11.

Hasil analisis statistik pengaruh suhu terhadap masing- masing parameter yang diamati dapat dilihat pada uraian berikut.

Kadar air

(30)

mengetahui kadar air dalam sampel minyak nilam karena kadar air dalam suatu bahan dapat mempengaruhi kualitas minyak. Ketaren (1986) menyatakan bahwa kadar air yang rendah memperkecil terjadinya proses hidrolisis, sehingga mengurangi terbentuknya asam lemak bebas.

Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan suhu yang sama memberikan pengaruh tidak nyata. Sehingga pengujian duncan multiple

range test (DMRT) tidak dilanjutkan.

[image:30.595.126.505.339.538.2]

Pengaruh perlakuan suhu terhadap persentase kadar air minyak nilam dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Pengaruh perlakuan suhu terhadap persentase kadar air minyak Pada Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa persentase kadar air minyak semakin rendah suhu yang akan digunakan untuk proses penyulingan minyak nilam maka persentase kadar air minyak semakin tinggi. Persentase kadar air minyak nilam pada perlakuan suhu U1 sebesar 37,54% kemudian mengalami penurunan pada suhu U2 sebesar 34,28% dan pada pelakuan suhu U3 sebesar 21,1%. Hal ini disebabkan bahwa semakin tinggi suhu penyulingan maka air yang

0 5 10 15 20 25 30 35 40

95 100 105

as am l em ak b eb as ( % )

(31)

hilang semakin banyak, sehingga kadar air dalam minyak semakin rendah. Hal ini sesuai dengan literatur Fashina dan Ajibola (1989) yang menyatakan bahwa dengan meningkatnya suhu pemanasan maka kadar air semakin berkurang.

Asam lemak bebas

Asam lemak bebas merupakan salah satu parameter yang penting dalam menentukan kualitas minyak. Asam lemak bebas adalah banyaknya mL NaOH dengan normalitas 0,1 N yang dibutuhkan untuk menetralkan minyak atau lemak (Ketaren, 1986). Semakin tinggi bilangan asam lemak bebas maka tingkat kerusakan minyak semakin tinggi. Tinggi asam lemak bebas pada minyak diduga karena adanya reaksi hidrolisis. Minyak dengan asam lemak bebas tinggi tidak tahan lama untuk disimpan akan mengakibatkan kerusakan minyak.

Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan suhu yang sama memberikan pengaruh tidak nyata. Sehingga pengujian duncan multiple

range test (DMRT) tidak dilanjutkan.

[image:31.595.129.487.539.703.2]

Pengaruh perlakuan suhu terhadap persentase asam lemak bebas dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Pengaruh perlakuan suhu terhadap persentase asam lemak bebas.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

95 100 105

as am l em ak b eb as ( % )

(32)

Pada Gambar 2 di atas menunjukkan bahwa persentase asam lemak bebas, semakin rendah suhu yang digunakan maka persentase asam lemak bebas akan semakin rendah. Persentase asam lemak bebas pada suhu U1 sebesar 2,91% kemudian menurun sebesar 0,96% pada suhu U2 dan pada perlakuan suhu U3 mencapai sebesar 2,63%.

Semakin tinggi\ suhu, semakin banyak lemak yang teroksidasi menjadi asam lemak bebas sehingga produk cepat berbau tengik. Bahwa peningkatan kadar asam lemak bebas dapat disebabkan adanya proses oksidasi. Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak. Faktor penyinaran, tersedianya oksigen dan adanya logam-logam yang bersifat sebagai katalisator proses oksidasi.

Menurut ketaren (1986), minyak harus disimpan pada kondisi penyimpanan yang sesuai dan bebas dari pengaruh logam dan harus dilindungi dari oksigen, cahaya dan temperatur tinggi. Keadaan lingkungan mempengaruhi penyimpanan minyak dan lemak, yaitu RH (kelembaban udara), ruangan, penyimpanan, suhu (temperatur), ventilasi, tekanan dan masalah pengangkutan faktor yang mempercepat oksidasi pada minyak adalah suhu, cahaya atau radiasi.

Rendemen

(33)

Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan suhu yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap persentase rendemen. Hasil uji DMRT

[image:33.595.112.517.180.272.2]

( Ducan Multiple Range Test).

Table 2. Uji DMRT perlakuan suhu terhadap rendemen

DMRT Notasi

jarak 0.05 0.01 Perlakuan Rataan 0.05 0.01

- - - 95 0.11 a A

2 0.117228 0.177638 100 0.16 a A

3 0.121497 0.184278 105 0.44 b A

Pada Tabel 2 dapat dilihat perlakuan suhu U1 berbeda nyata dengan perlakuan U3 namun tidak berbeda nyata terhadap perlakuan U2 dan perlakuan U2 berbeda nyata terhadap U3. Pada taraf 1% tidak memiliki perbedaan antara U1, U2, dan U3.

Pengaruh perlakuan suhu terhadap rendemen dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Pengaruh perlakuan suhu terhadap persentase rendemen

y = 0.033x - 3.063 R² = 0.860

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

94 96 98 100 102 104 106

re nde m e n ( % )

[image:33.595.128.498.457.676.2]
(34)

Pada Gambar 3 di atas menunjukkan bahwa rendemen minyak, semakin tinggi suhu maka semakin tinggi rendemennya. Rendemen pada perlakuan suhu U1 sebesar 0,11% kemudian meningkat pada perlakuan suhu U2 sebesar 0,16% dan pada perlakuan suhu U3 mencapai 0,44%.

Minyak nilam yang dihasilkan dari penyulingan uap langsung memiliki ciri-ciri yaitu berwarna kuning jernih dan berbau segar. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil rendemen minyak nilam. Menurut Ketaren (1985), salah satu faktor yang mempengaruhi rendemen minyak nilam adalah perlakuan sebelum minyak nilam disuling. Perlakuan tersebut adalah pengeringan daun nilam. Pengeringan adalah pengurangan sebagian kandungan air dalam bahan dengan cara termal. Rendemen minyak nilam dapat ditingkatkan dengan penanganan bahan baku yang tepat.

(35)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian pengaruh suhu dengan mengunakan alat penyuling tipe uap langsung dan parameter yang diamati memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlakuan suhu memberikan pengaruh nyata terhadap persentase rendemen minyak nilam.

2. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan U1 yaitu 37,54% dan kadar air terendah pada perlakuan suhu U3 yaitu 21,1%. Semakin tinggi suhu yang digunakan maka semakin rendah kadar airnya,

3. Kadar asam lemak bebas tertinggi terdapat pada suhu U1 yaitu 2,91% dan asam lemak bebas terendah terdapat suhu perlakuan U2 yaitu 0,96%. Semakin tinggi kadar asam lemak bebas maka tingkat kerusakan minyak semakin tinggi.

4. Tinggi kadar asam lemak bebas pada minyak diduga karena adanya reaksi hidrolisis. Minyak dengan asam lemak bebas tinggi tidak akan tahan disimpan dalam waktu lama.

5. Nilai rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan suhu U3 yaitu 0,44% dan nilai rendemen terendah terdapat pada perlakuan suhu U2 yaitu 0,11%.

(36)

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memodifikasi alat penyulingan minyak atsiri tipe uap langsung dan parameter yang berbeda seperti massa jenis minyak.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, E. Hadipoentyanti dan Nursalam., 2008. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma Terhadap Pertumbahan Kalus dan Tunas Nilam Varietas Sikalang secara

In Vitro. Seminar Nasional Pengendalian Terpadu Organisme

Pengganggu Tanaman Jahe dan Nilam. Bogor.

Dewi, R. 1994. Pengaruh Berbagai Tipe Pengeringan Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Nilam. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu, Bengkulu.

Fasihna and Ajibola. 1989. Mechanical Expression Of Oil From Conophor Nut,

Departement Of Agriculture Enginering. Obafemi Awolowo University,

Nigeria.

Hernani dan T. Marwati. .2006. Peningkatan Mutu Minyak Atsiri Melalui Proses Pemurnian. Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Minyak Atsiri. Solo.

Hernani dan Risfaheri. 1989. Pengaruh Perlakuan Bahan Sebelum Penyulingan Terhadap Rendemen dan Karakteristik Minyak Nilam. Pemberitaan Penelitian Tanaman Industri. Solo.

Irawan, B., 2010. Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstrak dan Destilasi Berbagai Komposisi Pelarut. Semarang.

Kardinan, A., 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Kardinan, A. dan Ludi., 2004. Mengenal Lebih Dekat Nilam Tanaman Beraroma Wangi untuk Industri Farpum dan Kosmetik. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Kementerian Pertanian, 2012. Pedoman Teknis Pascapanen Nilam Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha Direktorat Jendral Perkebunan. Jakarta.

Ketaren, S., 1985. Pengantar Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta.

Ketaren,S. 1986. Pengantar Teknologi dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Lawless, J., 2002. The Encyclopedia Of Essential Oils. Thorson. London.

(38)

Lubis, F, N., 2010. Rancang Bangun Alat Penyuling minyak Atsiri Tipe Uap. Teknik Pertanian Fakultas Pertanian USU, Medan.

Mangun, H. M. S., 2008. Nilam. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mamun dan A. Muryadhi., 2008. Isolasi Patchouli Alkohol dari Minyak untuk Bahan Referensi Pengujian Bahan dalam Analis Mutu. Bogor.

Rusli, M. 2007. Cara Produksi Minyak Nilam. Direktorat Industri Kecil dan Menengah. Bogor.

Rusli. S., N. Nurdjanah, Soediharto, D. Sitepu, S. Ardi dan D.T Sitorus., 1985. Penelitian dan Pengembangan Minyak Atsiri Indonesia. Edisi Khusus Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.

Rukmana, Rahmat. 2004. Prospek Agribisnis dan Teknik Budidaya Nilam.

Kanisius.Yogyakarta.

Santoso, H. B., 1997. Bertanam Nilam. Bahan Industri Wewangian. Kanisius. Yogyakarta.

Sudaryani dan Sugiharti., 1999. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Swadaya, Jakarta.

Suhirman, 2012. Pengunaan Minyak Atsiri dan Pemanfaatan Limbahnya. Balai Penelitian. Bogor.

Sulaswaty, W. A., 2001. Teknologi Ekstraksi dan Pemurnian Atsiri Sebagai Bahan Baku Flavor dan Fragrance . Pusat Peneliti Kimia Lipi, Serpong. Yuhono. J. T dan S. Suhirman., 2012. Strategi Peningkatan dan Mutu Minyak

(39)

Lampiran 1. Flowchart pelakasanaan penelitian Mulai

Dipersiapkan alat penyulingan minyak atsiri tipe uap langsung

Dimasukkan air kedalam ketel uap

Dimasukkan bahan ke dalam ketel bahan

Dinyalakan kompor

Ditunggu 5-7 jam

Dialirkan uap ke dalam kondensor

Ditampung minyak nilam ke dalam gelas ukur

Analisis data

Dilakukan pengamatan parameter

Data

(40)

Lampiran 2. Perhitungan Kadar air

No. T (oC)

U1

KA ( % )

U2 U3

Rata-rata 1 2 3 95 100 105 47, 62 40 33,33 50 42,85 15 15 20 15 37,54 34,28 21,1 Keterangan: T = Suhu

U = Ulangan (Perlakuaan) KA = Kadar Air (%)

Kadar air pada suhu 95 oC

U1

=

Berat minyak −(Berat akhir –Berat cawan –Berat pasir kuarsa )

Berat minyak × 100 %

=

0,21−( 3,68 −3,17−0,40)

0,21

× 100%

=

0,21−0,11

0,21

× 100%

= 47, 62%

U2

=

Berat minyak −(Berat akhir –Berat cawan –Berat pasir kuarsa )

Berat minyak × 100 %

=

0,20−( 3,69 −3,19−0,40 )

0,20 × 100%

=0,20−0,1

0,20 × 100%

(41)

U3

=

Berat minyak −(Berat akhir –Berat cawan –Berat pasir kuarsa )

Berat minyak × 100 %

=

0,20−( 3,59 −3,02−0,40 )

0,20 × 100%

=

0,20−0,3

0,20 × 100%

= 15 %

Rata – rata =U1+U2+U3 3

=47,62+50+15 3

= 112 ,62 3

= 37,54 %

Kadar air pada suhu 100 o C

U1

=

Berat minyak −(Berat akhir –Berat cawan –Berat pasir kuarsa )

Berat minyak × 100 %

=

0,20−( 3,67 −3,15−0,40 )

0,20 × 100%

=

0,20−0,12

0,20 × 100%

= 40 %

U2

=

Berat minyak −(Berat akhir –Berat cawan –Berat pasir kuarsa )

Berat minyak × 100 %

=

0,21−( 3,24−2,72−0,40 )

0,21 × 100%

=

0,21−0,12

0,21 × 100%

(42)

U3

=

Berat minyak −(Berat akhir –Berat cawan –Berat pasir kuarsa )

Berat minyak × 100 %

=

0,20−( 3,62 −3,06−0,40 )

0,20 × 100%

=

0,20−0,16

0,20 × 100%

= 20 %

Rata – rata =�1+�2+�3 3

=40+42,85+20 3

= 102 ,85 3

= 34,28 %

Kadar air pada suhu 105oC

U1

=

Berat minyak −( Berat akhir –Berat cawan –Berat pasir kuarsa )

Berat minyak × 100 %

=

0,21−( 3,62−3,08−0,40 )

0,21 × 100%

=

0,21−0,14

0,21 × 100%

= 33, 33 %

U2

=

Berat minyak −( Berat akhir –Berat cawan –Berat pasir kuarsa )

Berat minyak × 100 %

=

0,20−( 2,13−1,56−0,40 )

0,20 × 100%

=

0,20−0,17

0,20 × 100%

(43)

U3

=

Berat minyak −( Berat akhir –Berat cawan –Berat pasir kuarsa )

Berat minyak × 100 %

=

0,20−( 2,15−1,94−0,40 )

0,20 × 100%

=

0,20−0,3

0,20 × 100%

= 15 %

Rata – rata =�1+�2+�3 3

=33,3+15+15 3

= 63,3 3 = 21,1%

Asam lemak bebas

No. T (oC)

U1

ALB ( % )

U2 U3

Rata-rata 1 2 3 95 100 105 2,17 1,10 2,22 4,40 1,06 1,06 2,17 0,72 4,60 2,91 0,96 2,63

U1 =

mL NaOH ×berat asam dominan

berat contoh ×1000

× 100 %

=

0,2 ×0,104 ×222,36

0,2131 ×1000

× 100%

=

4,625

213,1

× 100%

(44)

U2 =

mL NaOH ×berat asam dominan

berat contoh ×1000

× 100 %

=

0,4 ×0,104 ×222,36

0,2102 ×1000

× 100%

=

9,250

210,2

× 100%

= 4,40 %

U3 =

mL NaOH ×berat asam dominan

berat contoh ×1000

× 100 %

=

0,2 ×0,104 ×222,36

0,2131 ×1000

× 100%

= 2,17%

Rata – rata =�1+�2+�3 3

=

2,17+4,40+2,17

3

= 2,91 %

Asam lemak bebas pada suhu 100o C

U1 =

mL NaOH ×berat asam dominan

berat contoh ×1000

× 100 %

=

0,1 ×0,104 ×222,36

0,2110 ×1000

× 100%

=

2,313

211

× 100%

(45)

U2 =

mL NaOH ×berat asam dominan

berat contoh ×1000

× 100 %

=

0,1 ×0,104 ×222,36

0,2186 ×1000

× 100%

=

2,313

218,6

× 100%

= 1,06%

U3 =

mL NaOH ×berat asam dominan

berat contoh ×1000

× 100 %

=

0,08 ×0,104 ×222,36

0,256 ×1000

× 100%

=

1,85

256

× 100%

= 0,72%

Rata – rata =�1+�2+�3 3

=

1,10+1,06+0,72

3

= 0,96 %

Asam lemak bebas pada suhu 105oC

U1 =

mL NaOH ×berat asam dominan

berat contoh ×1000

× 100 %

=

0,2 ×0,104 ×222,36

0,2082 ×1000

× 100%

=

4,625

208,2

× 100%

(46)

U2 =

mL NaOH ×berat asam dominan

berat contoh ×1000

× 100 %

=

0,1 ×0,104 ×222,36

0,2180 ×1000

× 100%

=

2,313

218,6

× 100%

= 1,06%

U3 =

mL NaOH ×berat asam dominan

berat contoh ×1000

× 100 %

=

0,4 ×0,104 ×222,36

0,2014 ×1000

× 100%

=

9,250

201,4

× 100%

= 4,60%

Rata – rata =�1+�2+�3 3

=

2,22+1,06+4,60

3

(47)

Rendemen

No. T (oC)

U1 U2 U3

Rata-rata 1 2 3 95 100 105 0,122 0,208 0,382 0,114 0,152 0,26 0,112 0,128 0,69 0,11 0,16 0,44

Rendemen pada suhu 95oC

U1

=

Berat bahan yang di hasilkan (g)

Berat bahan

× 100%

=0,61 g

500

× 100%

= 0.122%

U2

=

Berat bahan yang di hasilkan (g)

Berat bahan

× 100%

=0,57 g

500

× 100%

= 0.114%

U3

=

Berat bahan yang di hasilkan (g)

Berat bahan

× 100%

=0,579 g

500

× 100%

= 0.112%

Rata – rata =�1+�2+�3 3

=

0,122+0,114+0,112

3

(48)

Rendemen pada suhu 100oC

U1

=

Berat bahan yang di hasilkan (g)

Berat bahan

× 100%

=1,04 g

500

× 100%

= 0.208%

U2

=

Berat bahan yang di hasilkan (g)

Berat bahan

× 100%

=0,76 g

500

× 100%

= 0.152%

U3

=

Berat bahan yang di hasilkan (g)

Berat bahan

× 100%

=0,64 g

500

× 100%

= 0.128%

Rata – rata =�1+�2+�3 3

=

0,20+0,152+0,128

3

= 0,16 %

Rendemen pada suhu 105oC

U1

=

Berat bahan yang di hasilkan (g)

Berat bahan

× 100%

=1,91 g

500

× 100%

(49)

U2

=

Berat bahan yang di hasilkan (g)

Berat bahan

× 100%

=1,30 g

500

× 100%

= 0.26%

U3

=

Berat bahan yang di hasilkan (g)

Berat bahan

× 100%

=3,47 g

500

× 100%

= 0,69%

Rata – rata =�1+�2+�3 3

=

0,38+0,26+0,69

3

(50)

Lampiran 3. Data pengamatan kadar air

ulangan

perlakuan 1 2 3 total rataan

95 47.62 50 15 112.62 37.54

100 40 42.85 20 102.85 34.28

105 33.33 15 15 63.33 21.11

total

rataan 30.97778

Analisis sidik ragam

SK DB JK KT Fhitung F0.05 f0.01

Perlakuan 2 454.0875 227.0437 1.048714 tn 5.143253 10.92477 Galat 6 1298.984 216.4973

Total 8 1753,072

(51)

Lampiran 4. Data pengamatan asam lemak bebas Data pengamatan asama lemak bebas

ulangan

perlakuan 1 2 3 total Rataan

95 2,17 4,40 2,16 8,73 2,91

100 1,10 1,06 0,72 2,88 0,96

105 2,22 1,06 4,60 7,88 2,63

total

rataan 2,1666

Analisis sidik ragam

SK DB JK KT Fhitung F0.05 f0.01

Perlakuan 2 6,660556 3,330278 2,011996 tn 5,143253 10,92477 Galat 6 9,931267 1,655211

Total 8 16,591882

(52)

Lampiran 5. Data pengamatan rendemen minyak Data pengamatan Rendemen Minyak

ulangan

perlakuan 1 2 3 total rataan

95 0,122 0,114 0,112 0,348 0,11

100 0,208 0,152 0,128 0,488 0,16

105 0,382 0,26 0,69 1,332 0,44

total

rataan 0,2366

Analisis sidik ragam

SK DB JK KT Fhitung F0.05 f0.01

Perlakuan 2 0,18891 0,094455 5,575716 * 5,143253 10,92477 Galat 6 0,101643 0,01694

Total 8 0,290553

Ket: tn = tidak nyata *= nyata **= sangat nyata

DMRT notasi

jarak 0.05 0.01 Perlakuan

Rataan 0.05 0.01

- - - 95 0.11 a A

2 0.117228 0.177638 100 0.16 a A

(53)

Minyak nilam

(54)

Oven

(55)

Pasir kuarsa

(56)

Larutan kimia yang digunakan

(57)

Batu stirrer

(58)

Larutan kimia dan minyak nilam yang dipanaskan

(59)
(60)
[image:60.595.116.507.123.711.2]

Gambar

Tabel 1. Pengaruh suhu pemanasan terhadap parameter yang diamati o
Gambar 1. Pengaruh perlakuan suhu terhadap persentase kadar air minyak
Gambar 2. Pengaruh perlakuan suhu terhadap persentase asam lemak bebas.
Table 2. Uji DMRT perlakuan suhu terhadap rendemen
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

This study is one of several controlled (Berman et al 2000; George et al 1997; Grunhaus et al 2000; Klein et al 1999; Pascual-Leone et al 1996) and open (Figiel et al 1998; George et

valni  bersulber  dari  sebab­sebab  yang  berada  di  luar  para  pelatu,  dan  oleh  faltor­faltor  kontekstual  atau  lontingen. . 5.   ~arena kekerasan 

[r]

Metode pengendalian pada sistem ini dibentuk dari program kendali yang dibangun menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 dan antarmuka komputer yang digunakan adalah port paralel

[r]

Pada kesempatan ini penulis mencoba mempraktekkan langsung digital recording menggunakan komputer yang biasa digunakan oleh penulis, dengan software Nuendo 3, dan juga proses

Rangkaian saklar peka cahaya di aplikasikan sebagai indikasi untuk keperluan lemari pendingin yang bisa mengingatkan untuk memeriksa lemari pendingin sudah tertutup dengan benar,