i
PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), CURRENT RATIO
(CR), LONG DEBT TO EQUITY RATIO (LDER), DAN
TOTAL ASSET TURNOVER (TATO) TERHADAP
HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN
MINYAK DAN GAS BUMI YANG
TERDAFTAR DI BEI
OLEH
Dian Mayang Sari 110503010
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Return On
Asset (ROA), Current Ratio (CR), Long Debt Equity Ratio (LDER), dan Total
Asset Turnover (TATO) terhadap harga saham pada perusahaan minyak dan gas
bumi yang terdaftar di BEI” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang
dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain
dalam konteks penulisan skripsi untuk Program S-1 Reguler Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua
sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar
apa adanya, dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan,
Yang Membuat Pernyataan,
ABSTRAK
PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), CURRENT RATIO (CR),
LONG DEBT TO EQUITY RATIO (LDER), DAN TOTAL ASSET TURNOVER (TATO) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI YANG TERDAFTAR DI BEI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan memberikan bukti
empiris pengaruh ROA, CR , LDER, TATO secara parsial dan simultan
berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan minyak dan gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang terdaftar di BEI selama tahun 2009-2013.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam Bab IV, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Secara simultan, ROA, CR, LDER, TATO berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham. ROA secara parsial tidak mempengaruhi harga saham. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka > 0,05 (0,229 > 0,05). CR secara individual mempengaruhi harga saham. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka < 0,05 (0,000 < 0,05). LDER tidak berpengaruh terhadap harga saham secara individual. Signifikansi 0,218 menyimpulkan bahwa sig penelitian >0,05 (0,218 > 0,05). TATO secara individual tidak berpengaruh terhadap harga saham. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka > 0,05 (0,164 > 0,05).
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kesempatan dan kesehatan kepada kita khususnya penulis, serta
shalawat dan salam kehadirat Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang kita
harapkan syafaatnya di hari akhir nanti,sampai saat ini penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi dengan judul “Pengaruh Return On Asset (ROA) Dan
Pertumbuhan Penjualan Terhadap Debt to Equity Ratio (DER) Pada
Perusahaan Tekstil Yang Terdaftar Bursa Efek Indonesia(BEI) “
Pertama sekali peneliti mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada orang tua yakni ayahanda Alm.H.Dt Naswar dan Ibunda Hj.Deliana
yang selalu ada sejak lahir untuk membimbing, memberikan semangat, cinta dan
kasih sayang baik secara moril maupun materil serta doa yang tak pernah putus
untuk menjadikan kami anak yang terbaik. Untuk abang-abang saya Fahmi Reza
dan Idham Chalik serta kakak-kakak saya Lina yuzet, Asrina Sari, dan Kiki Lestari
terimakasih atas kebaikan dan ketulusan dalam memotivasi untuk membantu
peneliti menggapai gelar sarjana.
Penulis menyadari, bahwa sesungguhnya penulisan dan penyusunan
berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas penulis
mengucapkan terima kasih yang telah membantu dan memberi dorongan kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr.Azhar Maksum, Mec, Ak.selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs. Ami Dilham, SE, M.Si. selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Drs. Mhd. Zainul Bahri Torong, M.Si.,Ak selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
4. Ibu Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku dosen penguji skripsi yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
5. Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak. selaku dosen pembanding skripsi yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
6. Bapak/Ibu Dosen selaku staf pengajar yang tidak dapat penulis sebutkan
namanya satu persatu, yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu
pengetahuan
7. Sahabat-Sahabat dan seperjuangan kuliah Nova, Sheilla, Fauzia, Dea, Ella,
Dwi, Inggit, Masruf beserta seluruh teman-teman Akuntansi GrupA Tahun
2011 dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dan dukungan pada penulis dalam menyusun skripsi ini.
Akhir kata, Penulis mengucapkan banyak terima kasih. Skripsi ini tidak
luput dari berbagai kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya skripsi ini dapat
memberikan manfaat yang banyak bagi semua pihak.
Medan, 2015
DAFTAR ISI
2.1 Teori Pesinyalan (Signaling Theory) ... 8
2.1.1 Saham ... 9
2.1.1.1 Pengertian Harga Saham ... 10
2.1.1.2 Standar Pengukuran Harga Saham ... 11
2.1.1.3 Faktor-Faktpr yang Mempengaruhi Harga Saham ... 13
2.1.2 Return On Asset (ROA) ... 14
2.1.3 Current Ratio (CR) ... 15
2.1.4 Long Debt Equity Ratio (LDER) ... 17
2.1.5 Total Asset Turnover (TATO) ... 19
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ... 21
2.3 Kerangka Konseptual ... 24
2.4 Hipotesis ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1Jenis Penelitian ... 26
3.2Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
3.3Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 27
3.4Populasi dan Sampel ... 28
3.5Jenis Dan Sumber Data ... 29
3.6Metode Pengumpulan Data ... 30
3.7Teknik Analisis Data ... 30
4.1 Analisis Hasil Penelitian ... 36
4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 36
4.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 38
4.1.3 Analisis Regresi ... 42
4.1.4 Uji t (Uji Parsial) ... 45
4.1.5 Uji F (Uji Simultan) ... 47
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
1. Kesimpulan ... 50
2. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA
i
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22
Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 26
Tabel 3.2 Populasi Penelitian Perusahaan Minyak Dan Gas Bumi ... 28
Tabel 3.3 Sampel Penelitian Perusahaan Minyak Dan Gas Bumi ... 29
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Selama Tahun 2009-2013 45 Tabel 4.2 Uji Normalitas ... 39
Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas ... 41
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi ... 42
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi ... 43
Tabel 4.6 Koefisien Determinasi ... 45
Tabel 4.7 Hasil Uji t Coefficients ... 45
Tabel 4.8 Hasil Uji F ... 47
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 24
Gambar 4.1 Histogram ... 39
Gambar 4.2 Grafik P-Plot ... 40
ABSTRAK
PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), CURRENT RATIO (CR),
LONG DEBT TO EQUITY RATIO (LDER), DAN TOTAL ASSET TURNOVER (TATO) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI YANG TERDAFTAR DI BEI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan memberikan bukti
empiris pengaruh ROA, CR , LDER, TATO secara parsial dan simultan
berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan minyak dan gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang terdaftar di BEI selama tahun 2009-2013.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam Bab IV, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Secara simultan, ROA, CR, LDER, TATO berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham. ROA secara parsial tidak mempengaruhi harga saham. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka > 0,05 (0,229 > 0,05). CR secara individual mempengaruhi harga saham. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka < 0,05 (0,000 < 0,05). LDER tidak berpengaruh terhadap harga saham secara individual. Signifikansi 0,218 menyimpulkan bahwa sig penelitian >0,05 (0,218 > 0,05). TATO secara individual tidak berpengaruh terhadap harga saham. Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka > 0,05 (0,164 > 0,05).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar modal di Indonesia dewasa ini berkembang dengan baik yang dapat
terlihat dari adanya 487 perusahaan yang telah go public pada akhir tahun
2013-2014 dimana sebagian besar dari perusahaan go public tersebut menjadikan pasar
modal sebagai suatu lembaga alternatif dalam menghimpun dana dari investor
untuk pengembangan perusahaan ke depannya.
Salah satu instrumen keuangan pasar modal yang paling banyak digunakan
oleh perusahaan go public adalah saham. Saham merupakan selembar kertas yang
berisi tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan terbatas. Keuntungan yang dimiliki investor yang menanam
investasinya dalam bentuk saham dapat berupa capital gain (kenaikan harga
saham) dan dividen. Harga saham merupakan suatu nilai saham yang
mencerminkan kekayaan perusahaan yang menerbitkan saham tersebut, dimana
perubahan harga saham ini banyak ditentukan oleh kekuatan penawaran dan
permintaan yang terjadi di pasar modal. Oleh karena itu dapat dikatakan juga
bahwa harga saham emiten menunjukkan nilai penyertaan investor dalam
perusahaan dan nilai perusahaan di mata masyarakat. Nilai suatu perusahaan dapat
diketahui dengan mengalikan harga saham emiten dengan jumlah lembar saham
yang telah diterbitkan emiten. Kekuatan permintaan dan penawaran di pasar
modal yang mempengaruhi perubahan harga saham disebabkan oleh beberapa
faktor eksternal seperti tingkat suku bunga, tingkat resiko, laju inflasi, kebijakan
pemerintah, keadaan makro ekonomi, politik keamanan suatu negara. Sedangkan
faktor internal yang berpengaruh terhadap kekuatan permintaan dan penawaran ini
adalah kinerja keuangan perusahaan bersangkutan.
Informasi keuangan haruslah akurat dan bebas dari salah saji agar dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi investor dalam menentukan pilihan
investasi. Contoh alat yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan
adalah analisis rasio keuangan. Melalui rasio-rasio keuangan ini, pemakai
informasi keuangan dapat mengetahui kondisi dan posisi keuangan perusahaan,
serta kinerja ekonomis perusahaan di masa depan. Kemudian dengan
mengasumsikan investor adalah pelaku yang rasional, maka aspek fundamental
akan menjadi dasar penilaian yang sangat berharga. Hal ini didasarkan pada
argumen bahwa nilai keseluruhan saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya
nilai intrinsik pada saat itu saja, namun juga merupakan harapan akan kemampuan
perusahaan dalam meningkatkan nilai kekayaan perusahaan di kemudian hari.
Rasio keuangan perusahaan yang baik umumnya akan meningkatkan nilai
saham perusahaan tersebut, dan sebaliknya apabila kinerja keuangan perusahaan
buruk maka hal ini akan mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut karena
hilangnya kepercayaan dari investor. Rasio keuangan dalam penelitian ini diukur
melalui rasio profitabilitas yaitu ROA (Return On Asset), rasio likuiditas yaitu CR
(current ratio), solvabilitas yaitu LDER (Long debt to equity ratio) dan rasio
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan (Kasmir,2009:229). ROA menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba kepada pemegang saham dengan menggunakan asset
yang dimiliki. Semakin tinggi nilai rasio ROA maka akan semakin efektif
perusahaan dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham. Laba yang tinggi
kemudian akan meningkatkan harga saham perusahaan. Penelitian yang di
lakukan oleh Akroman (2009) menunjukkan bahwa ROA berpengaruh signifikan
terhadap harga saham sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari
(2011) menunjukkan tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Rasio solvabilitas bank merupakan ukuran kemampuan bank dalam
mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya (Kasmir,2009:229). Rasio
solvabilitas perusahaan diukur melalui rasio LDER. LDER mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan
oleh beberapa bagian dari modal yang digunakan untuk membayar hutang jangka
panjang. LDER juga memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang
jangka panjang perusahaan dijamin oleh modal (Riyanto:2011:121). Semakin besar
LDER menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan
hutang-hutang jangka panjang relatif terhadap ekuitas. Semakin besar LDER
mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi akibatnya meningkatkan jumlah
utang juga membuat ekuitas lebih beresiko akibatnya akan menurunkan harga
saham. Namun penelitian oleh Fanny (2009) dan Helena (2010) menunjukkan
Rasio likuiditas menurut Kasmir (2009:229) ialah “rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya pada saat ditagih”. Rasio likuiditas diukur melalui CR. Current ratio
yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Likuiditas jangka pendek ini penting
karena masalah arus kas jangka pendek bisa mengakibatkan perusahaan bangkrut,
semakin tinggi Current Ratio semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka pendek. Hal ini akan mempengaruhi penilaian
investor dalam mengambil keputusan investasinya sehingga hal ini akan
mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut. Penelitian oleh Lambey (2013)
menunjukkan bahwa current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Rasio aktivitas merupakan salah satu upaya perusahaan di dalam
menghindari adanya pemborosan-pemborosan Sehingga setiap dana yang
dioperasikan oleh suatu perusahaan dapat terarah secara efektif dan dana operasi
dapat segera kembali dengan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan (Kasmir,
2009:245). Pada penelitian ini rasio aktivitas diukur dengan menggunakan TATO.
Total Asset Turnover adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
penjualan berdasarkan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi
TATO berarti semakin efektif penggunaan aktiva tersebut. Semakin tinggi rasio
ini semakin baik, karena penggunaan aktiva yang efektif dalam menghasilkan
penjualan, sehingga dapat dikatakan bahwa laba yang dihasilkan juga tinggi dan
Lambey (2013) dengan hasil penelitian TATO bepengaruh positif terhadap harga
saham pada perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Lambey (2013) yang
menguji pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham bank yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2008 sampai 2011. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah periode tahun penelitian dimana periode penelitian
terdahulu adalah 2008 sampai 2011, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan
periode 2009 sampai 2013, objek penelitian dimana objek penelitian terdahulu
pada Bank, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan objek penelitian pada
perusahaan minyak dan gas bumi.
Motivasi peneliti dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui sejauh
mana rasio-rasio keuangan yang dipilih peneliti akan mempengaruhi harga saham
pada periode sejalan dengan pergerakan harga minyak dunia yang berdampak
pada pasar modal Indonesia. Pemilihan rasio keuangan diatas juga didasarkan atas
suatu fenomena yang terjadi pada perusahaan Radiant Utama Interisco Tbk
dimana pada tahun 2013 nilai ROA 2.32%, nilai LDER 1,41%, nilai CR 111,80
TATO 1,40% yang kemudian menyebabkan harga saham mengalami penurunan
di tahun 2012 sebesar Rp195 menjadi Rp 192 di tahun 2013.
Berdasarkan fenomena dan kondisi diatas serta adanya ketidakkonsistenan
hasil penelitian, membuat peneliti tertarik untuk meneliti kemungkinan rasio
keuangan mempengaruhi harga saham yang terdaftar di BEI. Oleh Karena itu
peneliti menuangkannya dalam sebuah karya tulis ilimiah yang berbentuk skripsi
(LDER), current ratio (CR) dan Total Asset Turnover (TATO) Terhadap
Harga Saham Pada Perusahaan Minyak Dan Gas Bumi Yang Terdaftar Di
BEI”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah
ROA, CR , LDER, TATO secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap
harga saham pada perusahaan minyak dan gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2009-2013
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menguji dan memberikan bukti empiris pengaruh
ROA, CR , LDER, TATO secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap
harga saham pada perusahaan minyak dan gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2009-2013
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak
terkait antara lain:
1. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
2. Bagi kalangan akademik dan praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi pemahaman rasio keuangan dan pengaruhnya terhadap
harga saham.
3. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan
wawasan pengetahuan peneliti khususnya mengenai pengaruh rasio keuangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Teori Pesinyalan (Signaling Theory)
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar
perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran
baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang
bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya.
Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan
oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan
investasi.
Teori signali menurut Jogiyanto (2000: 392) ialah “informasi yang
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor
dalam pengambilan keputusan investasi”. Jika pengumuman tersebut
mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu
pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah
menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan
dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal
buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi
investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat
menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah
laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat
berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan
keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan
dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang
relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui
oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor
memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan
sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan
preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli
oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan
secara terbuka dan transparan.
2.1.1 Saham
Saham sebagai salah satu bentuk investasi, merupakan suatu tanda
penyertaan modal pada suatu perusahaan yang banyak dipergunakan dalam pasar
modal. Saham yang diperdagangkan di pasar modal tersebut dapat diperoleh
melalui pembelian atau cara lain yang kemudian memberikan hak atas dividen
sesuai dengan besar kecilnya investasi modal pada perusahaan tertentu.
Pengertian saham menurut Anoraga (2006:54) ialah “sebagai tanda
penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas dan memiliki manfaat diantaranya
perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham sedangkan capital gain
adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dengan harga belinya.
Saham terbagi atas saham biasa (common stock), saham preferen (preferred
stock), dan saham treasuri (treasury stock). Karakteristik saham biasa adalah
pemegang saham memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain
sebesar proporsi saham, pemegang saham merupakan pihak terakhir yang
mendapat pembagian hasil usaha, dan pemegang saham memiliki hak untuk
menentukan arah dan tujuan perusahaan. Sedangkan saham preferen merupakan
saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa
yaitu preferen terhadap dividen dan preferen terhadap likuidasi. Preferen terhadap
dividen artinya pemegang saham preferen memiliki hak untuk menerima dividen
terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Preferen terhadap
likuidasi artinya pemegang saham preferen memiliki hak untuk mendapatkan
aktiva perusahaan terlebih dahulu dibandingkan dengan saham biasa pada saat
terjadi likuidasi.
2.1.1.1 Harga Saham
Investor yang ingin menginvestasikan dananya di pasar modal yang berupa
saham, investor harus mengetahui harga saham dalam menentukan pembelian
saham pada suatu perusahaan.
Menurut Jogiyanto (2000:8) “Harga saham yang terjadi dipasar bursa pada
saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan
Menurut Anoraga (2006:58) “harga saham merupakan nilai sekarang dari
arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Harga saham
adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti penyertaan atau pemilikan
suatu perusahaan” .
Menurut Sartono (2001:9) “harga saham terbentuk dipasar modal dan
ditentukan oleh beberapa factor seperti laba per lembar saham atau earning per
share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio, tingkat
bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan
tingkat kepastian operasi perusahaan.
Pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa harga saham yaitu suatu nilai
nominal yang harus dikeluarkan investor untuk membeli saham atau nilai dari
perlembar saham yang diperjualbelikan dipasar modal.
2.1.1.2 Standar Pengukuran Harga Saham
Untuk mengukur harga saham dapat dilihat dari penutupan harga pada satu
periode (closing price). Rasio saham merupakan salah satu rasio yang paling
penting. Investor bisa menggunakan price-earning ratio (PER), misalnya, untuk
mengukur mahal-murahnya suatu saham. Semakin rendah PER, semakin murah
saham tersebut. Investor juga bisa mengukur tingkat keuntungan dividen yang
bisa diperolehnya dari suatu saham. Jadi, rasio ini tak boleh dilewatkan.
Rasio saham menunjukkan bagian dari laba bersih perusahaan, dividen,
dan modal yang dibagikan kepada setiap saham. Ada beberapa rasio saham yang
bisa Anda cermati. Yang pertama adalah rasio harga terhadap laba per saham atau
per saham, adapun hasilnya dinyatakan dalam "kali". Tapi, perhatikan, laba di sini
bukanlah laba total tapi laba per saham. Ini adalah total laba bersih perusahaan
yang telah dibagi dengan total rata-rata jumlah saham perusahaan. Dengan rumus
seperti itu kita bisa mengukur mahal-murahnya suatu saham. Jika PER suatu
saham sudah tinggi, biasanya, para analis mengatakan bahwa harga saham itu itu
sudah mahal. Tapi, agar lebih akurat, investor harus membandingkan PER
perusahaan tersebut dengan PER perusahaan-perusahaan lain yang ada di dalam
industri yang sama.
Ambil contoh PER saham Bank Untung adalah 2 kali. Dengan PER segitu,
saham Bank Untung bisa dikatakan mahal jika PE rata-rata saham perbankan
lainnya ternyata hanya 1,5 kali.Selanjutnya ada dividen per saham dan imbal hasil
dividen atau dividend yield. Dividen per saham dihitung dengan membagi total
dividen yang dibayarkan perusahaan dengan total jumlah saham yang beredar.
Angka ini menggambarkan nilai dividen yang akan diterima oleh setiap pemilik
satu saham perusahaan.
Adapun dividend yield adalah hasil pembagian dividen per saham dengan
harga per saham. Dari rasio ini kita bisa mengukur berapa besar tingkat
keuntungan dividen yang bisa kita peroleh dari suatu saham. Semakin tinggi
dividend yield, semakin bagus saham tersebut.
Rasio harga saham terhadap nilai buku per saham atau price to book value
(PBV) sama pentingnya dengan price-earning ratio (PER). Dengan menggunakan
PBV, investor juga bisa mengukur apakah harga suatu saham masih murah atau
mencermati rasio nilai buku per saham atau book value per share (BV). Untuk
menghitungnya, kita harus membagi ekuitas dengan rata-rata jumlah saham yang
beredar. Hasilnya dinyatakan dalam rupiah. Misalnya total ekuitas PT Maju Jaya
Rp 100 miliar sedangkan jumlah rata-rata saham beredarnya 1 miliar. Dengan
kondisi seperti ini artinya nilai buku (BV) per saham Maju Jaya adalah Rp 100 per
saham (100/1).
Lantas apa bedanya BV yang Rp 100 per saham itu dengan harga saham
Maju Jaya di bursa saham yang, misalnya, Rp 300 per saham? Hati-hati, nilai
buku (BV) memang bisa jadi sangat berbeda dengan harga saham di pasar. Nilai
buku per saham menggambarkan nilai setiap saham tersebut dalam hitungan
akuntansi. Adapun harga saham menggambarkan ekspektasi investor atas nilai
setiap saham.
2.1.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Pasar Saham
Anoraga (2004:88) berpendapat bahwa informasi yang dibutuhkan oleh
investor dalam pengambilan investasi di pasar modal ada tiga jenis informasi
utama diantaranya informasi berupa faktor yang mempengaruhi harga saham
yaitu:
1) Faktor Fundamental
persediaan, perputaran piutang, perputaran modal kerja, rasio likuiditas yang diukur dengan rasio lancar, rasio cepat, acid rasio. 2) Faktor Teknis
Informasi kedua berhubungan dengan faktor teknis yang penting untuk diketahui oleh para perantara pedagang efek dan para pemodal. Informasi ini mencerminkan kondisi perdagangan efek, fluktuasi kurs, volume transaksi, dan sebagainya. Informasi ini sangat penting untuk menentukan kapan suatu efek harus dibeli, dijual, atau ditukar dengan efek lain agar dapat memperoleh keuntungan yang maksimal.
3) Faktor Lingkungan
Informasi ketiga berkaitan dengan faktor lingkungan yang mencakup kondisi ekonomi, politik, dan keamanan negara. Informasi ini dapat mempengaruhi prospek perusahaan serta perkembangan perdagangan efeknya, baik secara fundamental maupun secara teknikal.
2.1.2 Return On Asset (ROA)
Menurut Dendawijaya (2005:118) menjelaskan ”Rentabilitas adalah alat
untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan”. Selanjutnya menurut Hanafi (2008:42) “ ROA adalah rasio
profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
(sesudah pajak) berdasarkan tingkat asset yang tertentu”. Menurut Munawir, (2004:89) ROA adalah
salah satu bentuk dari rasio profitabilitas atau disebut juga dengan rasio rentabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan”.
Besarnya ROA dapat dihitung dengan rumus :
2.1.3 Current Ratio (CR)
Rasio lancar atau (current ratio) menurut Kasmir (2008:134) merupakan
“rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan”.
Menurut Keown (2004: 108) “current ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki”. Tingkat current
ratio dapat ditentukan dengan jalan membandingkan antara current assets dengan
current liabilities.
Menurut Sawir (2003:8) menerangkan bahwa “Current ratio merupakan
ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi
kewajiban jangka pendek, karena rasio ini menunjukan seberapa jauh tuntutan dari
kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai
dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang”.
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu
menutupi utang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut
juga Acid Test Ratio. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1.
Rasio lancar sangat berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, dimana dapat diketahui sampai
seberapa jauh sebenarnya jumlah aktiva lancar perusahaan dapat menjamin hutang
lancarnya. Semakin tinggi rasio berarti semakin terjamin hutang-hutang
suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya rasio tergantung pada
beberapa faktor, suatu standard atau rasio yang umum tidak dapat ditentukan
untuk seluruh perusahaan. Current Ratio hanya merupakan kebiasaan dan akan
digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau analisa lebih
lanjut.
Bagi perusahaan yang mempunyai hubungan baik dengan kreditor atau
posisinya kuat terhadap pemasok, mungkin perusahaan tidak perlu memiliki rasio
yang tinggi. Sebagai contoh supermarket. Posisi supermarket terhadap pemasok
biasanya adalah cukup kuat. Dengan kondisi demikian maka supermarket dapat
membayar hutangnya setelah 3 atau 4 bulan, sedangkan penjualan dilakukan
secara tunai. Dalam kondisi demikian rasio lacar tidak perlu terlalu rasio lancar
mempunyai sifat tingginya berubah-ubah dari waktu ke waktu. Sebagai contoh,
pada toko pakaian ketika menjelang hari-hari raya permintaan akan pakaian mulai
meningkat, kemudian menurun mencapai titik terbawah lagi pada hari raya
tersebut. Untuk menghadapi kenaikan permintaan tersebut toko pakaian harus
menaikkan besarnya persediaan.
Kalau peningkatan persediaan barang dagangan tersebut dibiayai dengan
cara mengurangi uang tunai perusahaan, maka rasio lancar perusahaan tidak
mengalami perubahan. Sebab pada transaksi seperti itu hanya struktur aktiva
lancarnya saja yang mengalami perubahan, sedangkan nilai total aktiva lancar dan
nilai total passiva lancarnya tidak mengalami perubahan, sehingga rasio lancar
Akan tetapi jika penumpukan persediaan dilaksanakan dengan cara dibiayai dari
pinjaman jangka pendek, maka ketika volume penjualan tinggi, rasio lancar
perusahaan akan menurun.
Rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas mencakup
kemampuannya untuk mengukur:
1. kemampuan memenuhi kewajiban lancar, semakin tinggi perkalian
kewajiban lancar terhadap aktiva lancar, semakin besar keyakinan bahwa
kewajiban lancar akan dibayar.
2. penyangga kerugian, semakin besar penyangga, semakin kecil risikonya.
Rasio lancar menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup
penurunan nilai aktiva lancar non-kas pada saat aktiva tersebut dilepas
atau dilikuidasi.
3. cadangan dana lancar, rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan
terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan.
Ketidakpastian dan kejutan, seperti adanya pemogokan dan kerugian luar
biasa, dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidak terduga.
2.1.4 Long Debt To Equity Ratio (LDER)
Menurut Kasmir (2008:110) “LDER merupakan total modal sendiri yang
dimiliki perusahaan”. Rasio ini menunjukkan komposisi atau financial leverage
Sedangkan menurut Syamsuddin (2007:54) LDERmerupakan “pengukuran
jumlah modal perusahaan yang dibiayai oleh utang jangka panjang yang berasal
dari kreditur”.
Menurut Darsono (2005:54), LDER yaitu “rasio total kewajiban jangka
panjang terhadap jumlah modal”. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan
hutang jangka panjang dengan jalan menunjukkan persentase modal perusahaan
yang didukung oleh hutang jangka panjang.
Semakin tinggi Long Debt to Equity Ratio menunjukkan semakin besar
total utang terhadap total ekuitas (Ang, 1997), hal ini juga akan menujukkan
semakin besar ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) sehingga
tingkat resiko perusahaan semakin besar.
Menurut Bringham dan Houston (2006 :17), semakin tinggi resiko dari
penggunaan lebih banyak utang cenderung akan menurunkan harga saham.
Investor perlu memperhatikan kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara
modal sendiri dan modal pinjaman. Jika modal sendiri lebih besar daripada modal
pinjaman, maka perusahaan tidak akan mudah bangkrut dan sebaliknya (Samsul,
2006:204).
Long Debt to Equity Ratio merupakan salah satu rasio yang digunakan
untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan, hal ini berkaitan dengan
keputusan pembiayaan dan menghitung bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang (Bambang Riyanto, 2001:333).
Rasio ini diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Kasmir,
2008:111) :
LDER = ℎ����� ������ �������
����� ����� x100%
Long Debt To Equity Ratio yang semakin besar menunjukkan bahwa
financial leverage yang berasal dari utang semakin besar digunakan untuk
mendanai ekuitas yang ada. Kreditor memandang, semakin besar rasio ini akan
semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung
atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Semakin kecil rasio ini
semakin baik. Untuk keamanan pihak luar, rasio terbaik jika jumlah modal lebih
besar dari jumlah utang atau minimal sama, namun bagi pemegang saham atau
manajemen rasio ini sebaiknya besar.
Analisis Long Debt to Equity Ratio penting karena digunakan untuk
mengukur tingkat penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan
yang mencakup kewajiban lancar maupun hutang jangka panjang, dalam menilai
kinerja keuangan perusahaan.
2.1.5 Total Asset Turnover (TATO)
Perputaran total aktiva (Total Assets Turnover) merupakan rasio antara
jumlah aktiva yang digunakan dalam operasi (Operating Asset) terhadap jumlah
penjualan yang diperoleh selama periode tertentu. Perputaran Total Aktiva (Total
assets Turnover) merupakan ukuran tentang sampai seberapa jauh aktiva ini telah
dipergunakan didalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali
Perputaran Total aktiva menurut beberapa sumber, yaitu sebagai berikut :
Perputaran Total aktiva adalah : “ Kecepatan berputarnya Total Assets
dalam suatu periode tertentu”. (Agnes sawir, 2003:19) Definisi Perputaran Total
aktiva (Total assets Turnover) sebagai berikut : “Rasio ini mengukur sejauh mana
kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan efektifitas
penggunaan total aktiva”. (Hanafi, 2003:81)
Perputaran Total Aktiva Adalah : “Rasio ini mengukur seberapa banyak
penjualan yang bisa diciptakan dari setiap rupiah aktiva yang dimiliki”. (Husnan
dan Pudjiastuty, 2004:75)
Berdasarkan keterangan diatas, maka yang dimaksud dengan Perputaran
Total Aktiva adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan
berdasarkan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi Perputaran
Total Aktiva berarti semakin efektif penggunaan aktiva tersebut.
Adapun rumus untuk menghitung perputaran total aktiva adalah sebagai
berikut :
(Wild, 2005, Hal. 41)
Adapun manfat dari perputaran aktiva adalah Rasio ini memperlihatkan
sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi
rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut. Pada beberapa
industri seperti industri yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang tinggi, rasio
ini cukup penting diperhatikan. Sedangkan pada beberapa industri yang lain TATO = Penjualan x 1kali
seperti industri jasa yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang kecil, rasio ini
barangkali relatif tidak begitu penting untuk diperhatikan.
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang mengkaitkan pengaruh mikro ekonomi
terhadap harga saham diantaranya adalah Nurvigia (2010), Analisis Rasio – Rasio
Keuangan Terhadap Harga saham pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian tersebut adalah current ratio, quick ratio,
working capital to total asset, debt to equity ratio, profit margin secara simultan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, secara parsial current
ratio tidak berpengaruh secara signifikan dan negatif, working capital to total
asset berpengaruh signifikan dan positif, debt to equity ratio tidak berpengaruh
secara signifikan dan positif, serta profit margin berpengaruh secara signifikan
dan positif. Indah Ningsih (2010), Pengaruh Mikro Ekonomi Terhadap Harga
saham Perusahaan Manufaktur Industri Makanan dan Minuman Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian tersebut adalah berdasarkan uji simultan
current ratio, debt to equity ratio, debt to asset ratio, total asset turnover, return
on equity, return on asset, gross profit margin, inventory turnover berpengaruh
signifikan terhadap harga saham, berdasarkan uji parsial current ratio, total asset
turnover, inventory turnover bepengaruh signifikan, debt to equity ratio, debt to
asset ratio, return on asset, return on equity, gross profit margin tidak bepengaruh
signifikan terhadap harga saham. Oktanto dan Nuryatno (2014), Pengaruh mikro
Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011. Hasil penelitian tersebut adalah secara
parsial quick ratio, total asset turnover, tidak berpengaruh terhadap harga saham,
Secara simultan quick ratio, debt to equity ratio, debt to total asset, total asset
turnover, inventory turnover berpengaruh secara serempak terhadap harga saham.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian
1 Thaussie
Nurvigia (2010)
Sambungan Tabel Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian
2 Widya
Ningsih (2010)
Pengaruh Mikro Ekonomi Terhadap Harga saham Perusahaan Manufaktur Industri Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
current ratio,
ratio, debt to equity ratio, debt to asset ratio, total asset turnover, return on equity, return on asset, gross profit margin, inventory turnover berpengaruh signifikan terhadap
harga saham, berdasarkan uji parsial current ratio, total asset turnover, inventory turnover
bepengaruh
signifikan, debt to
equity ratio, debt to asset ratio, return on asset, return on
Pengaruh Current Ratio,
Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Net Profit Margin, dan Gross Profit Margin Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Yang Terdaftar Di BEI
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Return On Asset akan dapat menunjukkan seberapa efisien kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan dengan memanfaatkan aset
yang dimilikinya, dimana semakin tinggi nilai rasio ini berarti semakin baik
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan kata lain harga saham
semakin tinggi.
Current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo
bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang sehingga laba perusahaan
akan rendah karena akan digunakan untuk membayar utang tersebut.
Long debt to equity ratiomerupakan rasio yang digunakan untuk menilai
utang jangka panjang dengan kas dengan membandingkan seluruh utang termasuk
utang lancar dengan seluruh ekuitas. Semakin besar rasio ini, akan semakin tidak
menguntungkan karena semakin besar resiko yang akan ditanggung karena
perusahaan lebih banyak dibiayai oleh utang sehingga harga saham perusahaan
akan rendah karena diproyeksikan untuk membayar utang tersebut.
Total Asset Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah
penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Apabila rasio ini tinggi,
penjualan akan semakin besar sehingga laba yang akan diperoleh semakin besar
dan meningkatkan harga saham.
Rasio keuangan perusahaan yang baik umumnya akan meningkatkan nilai
saham perusahaan tersebut, dan sebaliknya apabila kinerja keuangan perusahaan
buruk maka hal ini akan mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut karena
hilangnya kepercayaan dari investor.
2.4Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebegai berikut : ROA, CR ,
LDER, TATO berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan
terhadap harga saham pada perusahaan minyak dan gas bumi yang terdaftar di
BAB III
METODE PENELITIIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal. Desain penelitian
kausal merupakan desain penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab
akibat antara satu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini menguji
pengaruh ROA (Return On Asset), CR (Current Asset), LDER (Long Debt To
Equity Ratio), TATO (Total Asset Turnover) terhadap harga saham.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat dan waktu penelitian sebagai berikut :
Tempat : Perusahaan minyak dan gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Waktu : Penelitian ini dimulai dari bulan November 2014 hingga selesai
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Jadwal
Bulan Pelaksanaan 2014 s/d 2015
3.3 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah
a. ROA
ROA (Return On Asset) merupakan rasio yang membandingkan laba
bersih setelah pajak dengan total aktiva.
���=���� ����� ℎ������ ℎ�����
����� ����� x100%
b. CR
Current Ratio merupakan rasio antara lancar dengan hutang lancar yang
dimiliki oleh perusahaan. rasio ini mengukur aktiva yang dimiliki
perusahaan dalam hutang lancar perusahaan.
�� =�����������������������x100%
c. LDER
LongDebt To Equity Ratio menandakan struktur permodalan usaha lebih
banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Semakin
besar LongDebt To Equity Ratio mencerminkan risiko perusahaan yang
relatif tinggi akibatnya meningkatkan jumlah utang juga membuat ekuitas
lebih beresiko.
����= hutang jangka panjang
d. TATO
Perputaran total aktiva merupakan rasio antara jumlah aktiva yang
digunakan dalam operasi (Operating Asset) terhadap jumlah penjualan
yang diperoleh selama periode tertentu.
���� = ���������
���������� �1 ����
2. Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan adalah harga saham. Harga saham
merupakan harga suatu kepemilikan yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu
yang ditentukan oleh pelaku pasar dan oleh permintaan dan penawaran saham.
Harga Saham yang dipakai adalah harga pasar per lembar saham pada saat
penutupan (closing price) tahun 2009-2013.
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan minyak dan
gas bumi yang terdaftar di BEI selama tahun 2009-2013 yaitu berjumlah 8
perusahaan. Berikut adalah data populasi pada penelitian ini :
Tabel 3.2
Populasi Penelitian Perusahaan Minyak Dan Gas Bumi
No
4 RUIS Radiant Utama Interisco Tbk
5 MEDC Medco Energi Internatioanal Tbk
6 INCO Vale Indonesia Tbk
7 ANTM Aneka Tambang Tbk
Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan minyak dan gas bumi yang terdaftar di BEI dari tahun
2009-2013.
2. Perusahaan minyak dan gas bumi yang mempublikasi laporan
keuangannya di BEI dari tahun 2009-2013.
Berikut adalah tabel penarikan sampel berdasarkan kriteria sampel penelitian :
Tabel 3.3
Sampel Penelitian Perusahaan Minyak Dan Gas Bumi
No
Emiten
Nama Perusahaan Kriteria
1 2
1 ENRG Energi Mega Persada Tbk √ √
2 ELSA Elnusa Tbk √ √
3 ARTI Ratu Prabu Energi Tbk √ √
4 RUIS Radiant Utama Interisco Tbk √ √
5 MEDC Medco Energi Internatioanal Tbk √ √
6 INCO Vale Indonesia Tbk √ √
7 ANTM Aneka Tambang Tbk √ √
8 PSAB J.Resource Asia Pasifik Tbk √ x
Dari hasil penarikan sampel diatas maka sampel yang digunakan dalam
penelitian berjumlah 7 perusahaan minyak dan gas bumi yang terdaftar di BEI.
3.5. Jenis Dan Sumber Data
Menurut jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Menurut Umar (2008 : 60), “Data sekunder merupakan data primer
yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia
yaitu www.idx.co.id dan data dari ICMD (Indonesia Capital Market Directory).
Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan termasuk dalam
Pooling Data. Pooling data merupakan gabungan dari data yang melibatkan urutan
waktu (time series) dan data yang melibatkan satu waktu tertentu dengan banyak
sampel (cross sectional) (Jogiyanto, 2004 : 54).
3.6 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan
merupakan data sekunder yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari
perusahaan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi,
yaitu metode mengumpulkan data sekunder yang berasal dari laporan keuangan
perusahaan dan informasi lain yang berkaitan dengan penelitian. Data yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara mengunduh data-data yang
diperlukan dari www.idx.co.id dan ICMD (Indonesia Capital Market Directory).
3.7. Teknik Analisis Data
Teknik data pada penelitian ini dilakukan dengan studi dokumentasi yaitu
dengan mempelajari, mengklasifikasikan, dan mengalisis data sekunder berupa
catatan – catatan, laporan keuangan, maupun informasi lainnya yang terkait
dengan lingkup penelitian ini. Data penelitian mengenai ROA, CR, LDER, TATO
dan harga saham.
3.7.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan analisis yang paling mendasar untuk
beberapa hal sub menu deskriptif statistik seperti frekuensi, deskriptif, eksplorasi
data, tabulasi silang dan analisis rasio yang menggunakan Minimum, Maksimum,
Mean, Median, Mode, Standard Deviasi.
3.7.2 Pengujian Asumsi Klasik
Model regresi yang digunakan dalam menguji hipotesis haruslah
menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan asumsi klasik. Asumsi klasik
regresi meliputi (Ghozali dalam Sugiyono, 2002).
3.7.2.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Metode yang dapat dipakai untuk normalitas antara lain:
analisis grafik dan analisis statistik. Uji normalitas dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat
histogram dari residualnya: Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal (menyerupai lonceng), regresi memenuhi asumsi normalitas.
3.7.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen (Erlina, 2008:105). Jika
terjadi korelasi, berarti terjadi masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik
atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dilihat dari nilai tolerance dan
nilai Variance Inflation Factor (VIF). Batasan yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya mutikolineritas adalah nilai tolerance < 0,10 dan nilai
VIF>10. Apabila nilai tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10 maka dapat
disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.
3.7.2.3 Uji Autokorelasi
Adapun uji yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
penyimpangan asumsi klasik ini adalah uji Durbin Watson (D-W stat) dengan
ketentuan sebagai berikut (Sujianto, 2009:80) :
1. 1,65 < DW < 2,35 maka tidak ada autokorelasi.
2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 maka tidak dapat
disimpulkan.
3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi auto korelasi.
3.7.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas. Metode
yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala heterokedasitas antara lain: metode
grafik, park glejser, rank spearman dan barlett.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi gejala
heteroskedasitas dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat
(ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas
antara ZPRED dan SRESID dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang terletak di
Studentized ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka
mengidentifikasikan telah terjadi heterokedasitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas.
3.7.3. Regresi Linier Berganda
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh hubungan antara
variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen dengan menggunakan analisis
regresi linear berganda. Statistik untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan metode regresi linier berganda dengan rumus:
Y= a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 +e
Dalam hal ini,
Y = Harga Saham
a = konstanta persamaan regresi
b1,b2, = koefisien regresi
x1 = ROA (Return On Asset)
x2 = CR (Current Ratio)
x3 = LDER (Long Debt To Equity Ratio)
x4 = TATO (Total Asset Turnover)
3.7.4 Pengujian Hipotesis
3.7.4.1 Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel tidak bebas. Tahapan uji F sebagai berikut:
1). Merumuskan hipotesis
H0 : ROA (Return On Asset), CR (Current Ratio), LDER (Long Debt To Equity
Ratio), TATO (Total Asset Turnover) berpengaruh signifikan baik secara
parsial maupun simultan terhadap harga saham pada perusahaan minyak dan
gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.
H1 : ROA (Return On Asset), CR (Current Ratio), LDER (Long Debt To Equity
Ratio), TATO (Total Asset Turnover) tidak berpengaruh signifikan baik
secara parsial maupun simultan terhadap harga saham pada perusahaan
minyak dan gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2009-2013.
2). Membandingkan hasil Fhitung dengan Ftabel dengan kriteria sebagai berikut:
Jika F hitung > F tabel berarti α = 5%, Ho diterima
Jika F hitung≤ F tabel berarti α = 5%, H1 diterima.
3.7.4.1.2 Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen yang terdiri atas ROA (Return On Asset), CR (Current Ratio), LDER
(Long Debt To Equity Ratio), TATO (Total Asset Turnover) terhadap harga
saham. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam uji ini adalah
1). Merumuskan hipotesis
H0 : ROA (Return On Asset), CR (Current Ratio), LDER (Long Debt To Equity
Ratio), TATO (Total Asset Turnover) berpengaruh signifikan baik secara
parsial maupun simultan terhadap harga saham pada perusahaan minyak dan
gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.
H1 : ROA (Return On Asset), CR (Current Ratio), LDER (Long Debt To Equity
Ratio), TATO (Total Asset Turnover) tidak berpengaruh signifikan baik
secara parsial maupun simultan terhadap harga saham pada perusahaan
minyak dan gas bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2009-2013.
Jika thitung > ttabel berarti α = 5%, Ho diterima H0 diterima.
36
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Hasil Penelitian
4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik
deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang
sebenarnya tentang kondisi perusahaan dalam analisis. Statistik deskriptif
memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai
rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi dari variabel-variabel independen dan
variabel dependen. Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan
data sekunder yang diperoleh dari
Variabel dari penelitian ini terdiri ROA (Return On Asset), CR (Current
Ratio), LDER (Long Debt To Equity Ratio), TATO (Total Asset Turnover)
sebagai variabel bebas (independent variable) dan harga saham sebagai variabel
terikat (dependent variable). Statistik deskriptif dari variabel tersebut dari sampel
perusahaan real estate dan properti selama periode tahun 2009 sampai dengan
tahun 2013 disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini.
dan Indonesian Capital Market
Directory berupa data keuangan sampel perusahaan minyak dan gas bumi dari
tahun 2009 sampai tahun 2013 yang dijabarkan dalam bentuk statistik.
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Selama Tahun 2009 - 2013 Descriptive Statistics
Sumber: Data diolah penulis (2015)
Tabel diatas menunjukkan bahwa hanya variabel ROA (Return On Asset)
yang memiliki nilai minimun negatif sedangkan variabel CR (Current Ratio),
LDER (Long Debt To Equity Ratio), TATO (Total Asset Turnover) dan harga
saham memiliki nilai minimum positif. Untuk nilai maksimum, semua variabel
memiliki nilai yang positif. Berikut ini perincian data deskriptif yang telah diolah:
a. variabel ROA memiliki nilai minimum -14.93 dan nilai maksimum
19.97 dengan rata-rata ROA 4.9306 dengan jumlah sampel sebanyak
35 perusahaan.
b. variabel CR memiliki nilai minimum 47.19 dan nilai maksimum
1064.23 dengan rata-rata CR 246.6131 dengan jumlah sampel sebanyak
35 perusahaan.
c. variabel LDER memiliki nilai minimum 0,07 dan nilai maksimum 4.08
dengan rata-rata LDER 0,8409 dengan jumlah sampel sebanyak 35
d. variabel TATO memiliki nilai minimum 0,11 dan nilai maksimum 1.84
dengan rata-rata TATO 0,6463 dengan jumlah sampel sebanyak 35
perusahaan.
e. variabel harga saham memiliki nilai minimum 70.00 dan nilai
maksimum 4875 dengan rata-rata harga saham 1195,4571 dengan
jumlah sampel sebanyak 35 perusahaan.
4.1.2 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk menentukan model regresi dapat
diterima secara ekonometrik. Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik,
analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan
pengujian hipotesis. Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik
perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik ini terdiri dari
Uji Normalitas, Uji Multikolonearitas, dan Uji Heterokedastisitas.
4.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel residual
berdistribusi normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini mengunakan
uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S), grafik Histogram, dan
grafik Normal Plot. Uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S)
dengan membuat hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
Dalam uji Kormogrov-Smirnov, pedoman yang digunakan dalam
pengambilan keputusan yaitu:
Hasil uji kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ROA CR LDER TATO Saham
N 35 35 35 35 35
Normal Parameters(a,b) Mean 1,3369 5,2269 -,5589 -,6811 6,3617
Std. Deviation 1,16596 ,73718 ,91464 ,73289 1,28886
Most Extreme Differences Absolute ,144 ,093 ,126 ,093 ,191
Positive ,078 ,093 ,123 ,093 ,191
Negative -,144 -,070 -,126 -,085 -,159
Kolmogorov-Smirnov Z ,854 ,552 ,743 ,548 1,133
Asymp. Sig. (2-tailed) ,459 ,921 ,639 ,925 ,154
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Sumber: data diolah oleh penulis, 2014
Dari hasil pengolahan data tersebut, besarnya nilai K ol mogor o v
-Smi r no v adalah ROA (Return On Asset) 0.459, CR (Current Asset) 0.921,
LDER (Long Debt To Equity Ratio) 0.639, TATO (Total Asset Turnover) 0.925,
dan harga saham 0.154 maka disimpulkan data terdistribusi secara normal karena
p > 0,05. Data yang terdistribusi secara normal tersebut juga dapat dilihat melalui
grafik histogram dan grafik normal plot data berikut ini:
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal
karena grafik histogram menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal
yang tidak menceng (s kew ness ) ke kiri maupun ke kanan. Demikian pula
dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik p-plot dibawah ini. Pada
grafik normal p-plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta
penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehingga dapat disimpulkan
bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.
Gambar 4.2 Grafik P-Plot
4.1.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan korelasi antara variabel independent. Jika terjadi korelasi maka
terdapat masalah multikolonearitas sehingga model regresi tidak dapat digunakan.
Mendeteksi ada tidaknya gej ala multikolinearitas adalah dengan melihat nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF), serta menganalisis matrik korelasi
tabel hasil pengujian multikolonearitas:
a Dependent Variable: Saham Sumber: data diolah (2015)
Berdasarkan pada tabel 4.3 diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
gejala multikolonearitas antara variabel independen yang diindikasikan dari nilai
tolerance setiap variabel lebih besar dari 0,1. Nilai tol erance ROA adalah
0,812, CR adalah 0,663, LDER sebesar 0,614. Nilai VIF dari keempat variabel
independen juga lebih kecil dari 5 yaitu untuk ROA sebesar 1,231, CR 1,509,
LDER 1,629, TATO 1,079,.
4.1.2.3 Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada
data time s eri es . Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah
autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson. Untuk uji
Durbin Watson memiliki ketentuan sebagai berikut:
1) tidak ada autokorelasi positif, jika 0 < d < dl,
3) tidak ada korelasi negatif, jika 4 - dl < d < 4,
4) tidak ada korelasi negatif, jika 4 – du ~ d ~ 4 – dl,
5) tidak ada autokorelasi, positif atau negatif, jika du < d < 4 – du.
Tabel 4.4
Tabel 4.4 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 2,495 (d). Nilai ini
akan peneliti bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi
5%, jumlah pengamatan (n) sebanyak 35 perusahaan dan jumlah variabel
independen 4 (k = 4). Berdasarkan tabel Durbi n Wats on didapat nilai batas atas
(du) sebesar 1,7814 dan nilai batas bawah (dl) 1,2546. Oleh karena itu, nilai dw
dapat dinyatakan 1,7814 (du) < 2,459 (d) < 2,7454 (4 – du). Berdasarkan
pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif
maupun autokorelasi negatif.
4.1.3 Analisis Regresi
Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa model
regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang
Bes t Linear Unbias ed Esti mat or (BLUE) dan layak dilakukan analisis
regresi. Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 18, maka diperoleh
Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linier, dilakukan
beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen, melalui pengaruh ROA yang memiliki nilai minimun negatif
sedangkan variabel CR, LDER, TATO terhadap harga saham. Berdasarkan hasil
pengolahan data dengan program SPSS Versi 18, maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
Berdasarkan tabel diatas didapatlah persamaan regresi sebagai berikut
HS = 1,397+0,177 ROA+1,428 CR+0,267 LDER - 0,307TATO +µ
Keterangan:
1) konstanta sebesar 1,397 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel
independen (X1 = 0, X2 = 0, X3 = 0, X4 = 0) maka nilai harga saham sebesar
1,397.
2) β1 sebesar 0,177 menunjukkan bahwa setiap kenaikan ROA sebesar 1% akan
diikuti oleh peningkatan harga saham sebesar 0,177 dengan asumsi variabel
lain tetap,
diikuti oleh kenaikan harga saham sebesar 1,428 dengan asumsi variabel lain
tetap,
4) β3 sebesar 0,267 menunjukkan bahwa setiap LDER sebesar 1% akan diikuti
oleh penurunan harga saham sebesar 0,267 dengan asumsi variabel lain tetap,
5) β4 sebesar 0,307 menunjukkan bahwa setiap kenaikan TATO sebesar 1%
akan diikuti oleh penurunan harga saham sebesar 0,307 dengan asumsi variabel
lain tetap,
4.1.3.2. Analisis Koefisien Regresi
Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi atau
hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen.
Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila data nilai R berada diantara 0,5 dan
mendekati 1. Koefisien determinasi (R Square) menunjukkan seberapa besar
variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R Square adalah 0
sampai dengan 1. Apabila nilai R Square semakin mendekati 1, maka
variabel-variabel independen mendekati semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R
S q u a r e maka kemampuan variabel-variabel independen untuk menjelaskan
variasi variabel dependen semakin terbatas. Nilai R S q u a r e memiliki kelemahan
yaitu nilai R Square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel
dependen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan