• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan Baku dan Klinker

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahan Baku dan Klinker"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN BAKU, KLINKER DAN SEMEN

Komposisi Bahan Baku

Untuk keperluan bahan baku industri semen, di alam telah tersedia komponen utamanya, yaitu kalsium (CaCO3), silika (SiO2), alumina (Al2O3) dan oksida besi (Fe2O3). Tetapi komposisi yang diinginkan dalam pembuatan semen jarang tersedia dari satu jenis bahan baku. Oleh sebab itu untuk memenuhi komposisi yang sesuai harus dilakukan pencampuran dari beberapa jenis bahan baku dengan perbandingan tertentu.

Gambar 2.1. Komposisi Semen (Diagram Trigonal)

Komponen Kalsium

(2)

specific gravity 2,7 sedang aragonite kristalnya berbentuk rhombic dengan spesific gravity 2,95. Pada umumnya komponen kalsium ini tersedia dari batu kapur, chalk dan marl.

Batu kapur struktur kristalnya berupa fine grained dengan hardness 1,8 – 3,0 skala hardness Mohs. Batu kapur yang umur geologisnya lebih tua mempunyai kekerasan yang lebih tinggi. Spesific gravity batu kapur berkisar 2,6 – 2,8 dan biasanya bercampur dengan komponen tanah liat (clay) dan besi oksida.

Chalk secara geologis terbentuk pada perioda Cretaceous yang relatif berumur muda sehingga bentuknya berupa soft earthy texture. Kandungan kalsium karbonatnya bisa mencapai 98 – 99 %. Di alam biasanya tercampur sedikit dengan SiO2, Al2O3 dan MgCO3. Industri semen biasanya menggunakan chalk dengan kandungan CaCO3 76 – 80 %. Marl merupakan bentuk batu kapur yang bercampur dengan clay, silika dan oksida besi sehingga kekerasannya lebih rendah dibandingkan dengan batu kapur. Jika kandungan claynya lebih tinggi maka kekerasannya menjadi lebih rendah.

Komponen Tanah Liat

Komponen utama dari tanah liat adalah aluminium silikat dan dibedakan menjadi grup kaolin dan grup montmorillonite.

Untuk membedakannya bergantung pada kandungan silika, struktur kristalografi dan sifat optikalnya.

Grup montmorillonite berupa :

Montmorillonite Al2O3.4SiO2. H2O + nH2O

Beidellite Al2O3.3SiO2.nH2O

Nontronite (Al, Fe)2O3.3SiO2.nH2O

Saponite 2MgO.3SiO2.nH2O

Komponen Pelengkap Magnesium

(3)

(periclase). Periclase ini mengalami hidrasi sangat lambat sementara komponen semen yang lain sudah mengalami proses hidrasi. Karena periclase volumenya lebih besar dari volume magnesium oksida maka perriclase ini bisa menyebabkan retak ekspansi di mana periclase itu ada.

Alkali

Alkali dalam semen biasanya berupa kalium oksida (K2O) dan natrium oksida (Na2O). Komponen ini berasal dari bahan baku seperti clay, marl dan coal. Selama pembakaran di kiln alkali ini akan menguap dan di preheater di mana temperaturnya lebih rendah akan mengembun sehingga menyebabkan apa yang dikenal dengan sirkulasi alkali.

Beberapa aggregat untuk beton dapat bereaksi dengan alkali di mana pada kondisi tertentu bisa menyebabkan terjadinya ekspansi dan menyebabkan keretakan.

Total alkali sebagai Na2O % (% Na2O + 0,659 % K2O) tidak lebih dari 0,6 %. Jika terlalu tinggi, perlu digunakan sistem ‘by-pass’, yaitu sebagian udara dari kiln sedikit dikeluarkan sebelum masuk ke preheater.

Sulfur

Sulfur di alam biasanya berupa sulfide (pyrites dan marcasite, FeS2) dan umumnya terkandung pada hampir semua bahan baku yang dipakai pada industri semen.

Pada saat pembakaran di kiln, sulfur dari bahan baku dan coal akan membentuk SO2 di mana pada kondisi seperti di dalam kiln akan bereaksi dengan alkali dan oksigen membentuk sulfat yang akan mengembun di daerah-daerah yang lebih dingin, seperti di preheater, dan sebagian akan ikut dengan klinker.

Jika kadar SO2 tidak cukup untuk bereaksi dengan semua alkali maka sirkulasi medium volatile alkali carbonate atau high volatile alkali chloride akan mulai terjadi. Lebih jauh lagi karena alkali karbonat tidak dapat berikatan pada fasa klinker maka material ini akan menguap lagi di zona pembakaran (burning zone).

Di dalam preheater SO2 yang berlebih akan bereaksi dengan CaCO3 dan masuk ke kiln sebagai CaSO4 yang akan mengalami dekomposisi di burning zone sehingga menigkatkan sirkulasi SO2 di gas kiln. Sebagian kecil CaSO4 akan terikut bersama dengan klinker.

(4)

Chloride

Chloride akan bereaksi dengan alkali di dalam kiln membentuk alkali chloride yang meninggalkan kiln bersama-sama dengan gas kiln dan mengembun di preheater dan kembali ke kiln bersama-sama dengan raw meal. Berbeda dengan alkali sulfat, hampir semua alkali chloride menguap sehingga bisa menyebabkan terjadinya coating di preheater dan lebih jauh lagi bisa menyebabkan cloging. Jika kandungan chloride lebih dari 0,015 %, di dalam raw meal, perlu digunakan sistem ‘by pass’ kurang lebih 10 – 25 % dari kiln gas.

Flouride

Flouride tidak mudah menguap sehingga tidak mengganggu pada operasi kiln.

Phosphorus

Kandungan P2O5 sampai dengan 0,5 % dapat menyebabkan turunnya kekuatan semen, khususnya kekuatan awalnya.

Gypsum

Gypsum di dalam klinker berfungsi untuk memperpanjang waktu setting semen. Jika semen dicampur dengan air, gypsum akan larut dan bereaksi dengan C3A membentuk mineral ettringite yang akan memperlambat hidrasi klinker. Tetapi gypsum berubah karakternya jika dipanaskan dan hal ini akan menimbulkan masalah pada sifat-sifat semen.

Gypsum awalnya berupa dihidrat, CaSO4.2H2O, dengan molekul air terikat di dalamnya. Jika dipanaskan air bisa terlepas sehingga merubah bentuk gypsum menjadi semihidrat, CaSO4.1/2H2O. Pemanasan lebih lanjut akan menyebabkan seluruh molekul air terlepas sehingga membentuk anhidrat, CaSO4.

Jika gypsum mengalami dehidrasi maka semen akan mengalami false set saat dicetak. Kondisi ini tidak diinginkan dan pengerasan yang bersifat sementara bukan merupakan hasil hidrasi mineral klinker secara alami. False set menyebabkan campuran beton tidak bagus dan mengurangi kekuatannya. Hal ini dapat dicegah dengan mengatur dan menjaga temperatur di dalam mill. Temperatur keluar mill harus dijaga pada 115 - 125 C

sedang di dalam mill pada rentang 135 - 140 C.

(5)

seperti terlihat pada Gambar 2.2. Kurva A menunjukkan klinker dingin. Kurva B menggambarkan klinker yang lebih panas dibandingkan dengan klinker yang ditunjukkan oleh kurva A, di mana semen yang dihasilkan akan terlalu panas jika tidak didinginkan dengan air pada ujung outletnya.

Kurva C menggambarkan klinker panas yang temperaturnya diturunkan dengan penambahan air pendingin pada ujung outletnya tetapi saat di dalam mill temperaturnya sudah terlalu tinggi sehingga menyebabkan false set yang disebabkan oleh perubahan bentuk kimia gypsum. Untuk mengatasi hal ini, maka di bagian inletnya juga perlu didinginkan agar diperoleh profil temperatur seperti yang digambarkan pada kurva D.

Gambar 2.2. Temperatur di dalam cement mill dan pengaruhnya terhadap gypsum

Pengadaan Bahan Baku

Pengadaan Batu Kapur, Batu Silika dan Tanah Liat

Area Deposit Bahan Mentah

Bahan Mentah

Area Deposit Deposit (ton)

Waktu Pakai 1)

(tahun)

Keterangan

Batu kapur

Karang Putih 150.000.000 11,5 SIPD eksploitasi

Bukit Tajarang 296.000.000 22,8 SIPD eksplorasi

Bukit Tinggi 184.000.000 14,2 SIPD eksplorasi

(6)

Batu silika Bukit Ngalau 24.489.756 17,5 SIPD eksploitasi

Tanah liat

Bukit atas 301.837 SIPD eksploitasi

Padayo oleh PT. Igasar

Gunung Sari oleh PT. Yasiga

Air Pacah oleh PT. Asia

1) berdasar proyeksi produksi semen tahun 2000 : 7.490.000 ton/tahun

Kapasitas Produksi dan Kebutuhan Bahan Mentah

Pabrik/ Bahan Mentah

Kapasitas/Kebutuhan (ton/tahun) Keterangan Sekarang Rencana 1)

Indarung I 330.000 330.000

Indarung II 660.000 1.620.000 Optimalisasi

Indarung III 660.000 1.620.000 Optimalisasi

Indarung IV 1.620.000 1.620.000

Indarung V - 2.300.000 Proyek baru

Total 3.270.000 7.490.000

Batu kapur 5.675.000 13.000.000 Faktor = 1,73

Batu silika 610.000 1.400.000 Faktor = 0,19

Tanah liat 480.000 1.100.000 Faktor = 0,15

(7)

Kadar Al2O3, % - 0,4

Peralatan Utama di Operasi Tambang

Bahan Mentah

(8)

Batu

kapur Crushing

Crusher LSC II hammer 850 t/j

in : - 1000 mm

out : - 50 mm

Crusher LSC IIIA hammer 850 t/j

Crusher LSC IIIB hammer 850 t/j

Batu silika

Pemuatan I Excavator EK3 DC 200 1,5 m3

Pengangkutan Dump truck DK2 35 ton

Pemuatan II Loader LC3 8 ton

Pendorongan Buldozer BK 5 D155 3,5 m3

Crushing

Crusher SSC II 1st roll 175 t/j

in : -400 mm

out : -200 mm

Crusher SSC II 2 nd roll 175 t/j in : -200 mm

out : -50 mm

LS/SS

Pengangkutan RBC A1J12 RBC 800 t/j

RBC 15110 RBC 1000 t/j

Penyimpanan

Latar belakang rencana pemakaian mobile crusher di operasi tambang antara lain :

a. Adanya rencana kenaikan kapasitas produksi semen dari 3,27 juta MT/tahun menjadi 7,5 juta MT/tahun

b. Area mobilitas peralatan tambang yang terbatas.

c. Penggunaan alat transpor rubber belt conveyor lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan dump truck.

Spesifikasi mobile crusher yang akan dipakai adalah :

Item Unit Batu Kapur Batu silika

Kapasitas ton/jam 2.000 500

Ukuran material

Masuk mm - 1.000 -1.000

Keluar mm - 300 -50

Jenis jaw crusher jaw crusher

(9)

Fasa Mineral Klinker Semen Portland

Mineral klinker bukan merupakan senyawa murni tetapi berupa campuran dari beberapa

fasa kristal yang mengandung komponen fasa lain dalam jumlah kecil berupa campuran

beberapa kristal. Kristal-kristal ini juga mengandung sisa-sisa senyawa kimia klinker yang

tidak bisa membentuk fasa secara terpisah.

SEKARANG

LS - 1000

excavator

Dump truck

Rock sliding

Loader

Dump truck

Crusher

LS - 50

Rubber belt

conveyor

RENCANA

LS - 1000

excavator

Mobile crusher

LS - 300

Rock sliding

Loader screen

Screen

Rubber belt

conveyor LS - 50

LS + 50- 300

crusher

(10)

Material Rentang validitas

Formula Singkatan

Trikalsium silikat (alite) 3CaO.SiO2 C3S

Dikalsium silikat (belite) 2CaO.SiO2 C2S

Trikalsium aluminat Al2O3 Fe2O3 3CaO.Al2O3 C3A

Tetrakalsium aluminoferrite 4CaO.Al2O3.Fe2O3 C4AF

Kalsium aluminoferrite

Alkali sulfat (K,Na)2SO4

Kalsium sulfat K2O + Na2O <

SO3

CaSO4

Alite ( Trikalsium Silikat )

Alite merupakan mineral klinker yang umum dan menentukan sifat kekutannya. Ada enam jenis modifikasi alite, tetapi hanya 2 jenis modifikasi pada temperatur tinggi yang terdapat di dalam klinker semen; jenis modifikasi ini bisa stabil dengan adanya sisipan atom yang tidak berhubungan.

Belite ( Dikalsium Silikat )

Dalam klinker semen terutama terdiri dari jenis modifikasi -C2S. Pada temperatur sintering klinker lebih dari 1420 oC akan terbentuk -C

2S, jika temperaturnya kurang dari 1420 oC akan terbentuk ’-C

2S. Perubahan menjadi -C2S terjadi selama pendinginan pada temperatur 670 oC. Jika pendinginannya lambat akan terbentuk -C

(11)

Komponen Klinker yang Lain

Jika kandungan aluminanya lebih kecil dari pada besi oksida (dalam mole) kedua komponen ini akan bereaksi dengan lime membentuk kalsium aluminoferrite yang berupa fasa campuran kristal dengan ikatan akhir 2CaO.Fe2O3 di mana Fe-nya dapat digantikan terus menerus oleh Al.

Jika kandungan aluminanya lebih besar dari besi oksida akan terbentuk C3A dan C4AF. C3A akan bereaksi sangat cepat dengan air. C3A tidak mempunyai kekuatan hidrolis yang kuat, tetapi jika berkombinasi dengan silika akan menaikkan kekuatan awal semen.

Komposisi Potensial Klinker

Hasil analisa kimia hanya menunjukkan komposisi oksida dari klinker dan semen. Bogue mengembangkan metoda perhitungan untuk memperkirakan komposisi mineral klinker dan semen berdasarkan komposisi oksida ini dan biasa disebut dengan komposisi potensial klinker/semen. Perlu diperhatikan di sini bahwa hasil perhitungan ini merupakan perkiraan yang mungkin sedikit berbeda dengan mineralogi yang sebenarnya. Persamaan Bogue dinyatakan sebagai :

C3S = 4,071 CaO – 7,600 SiO2 – 6,718 Al2O3 – 1,430 Fe2O3 C2S = 2,867 SiO2 – 0,7544 C3S

C3A = 2,650 Al2O3 – 1,692 Fe2O3 C4AF = 3,043 Fe2O3

Di USSR digunakan persamaan :

C3S = 3,8 SiO2 . (3KSK – 2) C2S = 8,6 SiO2 (1 – KSK) C4AF = 3,04 Fe2O3

2,8 SiO2

(12)

C3A = 2,65 (Al2O3 – 0,64 Fe2O3)

Penyimpanan Klinker

Klinker akan menyerap air dan mengalami hidrasi sama dengan semen yang sudah digiling jika klinker tersebut kontak dengan udara basah. Karena hidrasi prematur tersebut maka hasil penggilingan semennya akan mempunyai kekuatan yang lebih rendah. Klinker halus yang sudah terhidrasi, kehalusannya tidak lagi mempunyai hubungan yang proporsional dengan kekuatannya.

Produk Semen

Modulus Semen

Dari pengalaman ada hubungan antara kandungan lime dengan komponen-komponen yang lain, yaitu silika, alumina dan oksida besi.

Modulus Hidrolis

Modulus hidrolis dinyatakan dengan persamaan :

Semen yang bagus biasanya mempunyai harga Modulus Hidrolis (HM) sekitar 2. Semen yang mempunyai HM kurang dari 1,7 akan mempunyai kekuatan yang relatif rendah sedang semen dengan harga SM lebih dari 2,4 mempunyai stabilitas volume rendah. Selain itu semen dengan HM tinggi membutuhkan panas pembakaran yang tinggi, kekuatan, khususnya kekuatan awalnya, tinggi serta panas hidrasinya juga tinggi tetapi ketahanannya terhadap bahan kimia kurang.

Modulus Silika (SIM)

Modulus Silika (SIM) dinyatakan dengan persamaan :

SiO

2

+ Al

2

O

3

+ Fe

2

O

3

CaO

HM =

(13)

SIM untuk semen pada umumnya mempunyai nilai sekitar 1,9 - 3,2, lebih disukai sekitar 2,2 - 2,6, tetapi bisa juga mencapai nilai 3 - 5 khususnya untuk semen yang membutuhkan kandungan silika tinggi dan semen putih. Dengan harga SIM yang tinggi akan mengurangi burnability clinker, mengurangi jumlah fasa liquid dan setting serta pengerasannya akan lambat.

Sebaliknya harga SIM yang rendah akan menyebabkan burnability-nya lebih baik dengan jumlah fasa liquid yang lebih banyak.

Modulus Alumina (ALM)

Modulus Alumina (ALM) dinyatakan dengan persamaan berikut :

Biasanya ALM ini ditentukan sebesar 1,5 - 2,5 dan besarnya ALM ini menentukan jumlah fasa liquid yang terbentuk. Pada perbandingan ALM 0,637 (mol/mol) hanya akan terbentuk C4AF sehingga kandungan C3A-nya akan sedikit sehingga akan dihasilkan semen yang biasa disebut dengan semen Ferrari yang ditandai dengan panas hidrasi yang rendah, waktu setting yang lama serta pengerutannya relatif kecil.

Pada kondisi di mana harga ALM tinggi sedang harga SIM-nya rendah akan didapatkan klinker dengan waktu setting yang sangat cepat sehingga perlu ditambahkan gypsum yang lebih banyak.

Lime Saturation Factor (LSF)

Agar seluruh lime yang ada menjadi jenuh di klinker maka semua silika harus bereaksi membentuk C3S, seluruh oksida besi bereaksi menjadi C4AF serta sisa alumina yang ada harus bereaksi menjadi C3A. Kalau dinyatakan dalam berat maka :

Fe

2

O

3

(14)

1 bagian Al2O3 dalam C3A membutuhkan (3 x 56)/102 = 1,65 bagian CaO Untuk perhitungan alumina total maka C4AF dianggap sebagai C3A + CF sehingga

1 bagian Fe2O3 dalam CF membutuhkan (1 x 56)/160 = 0,35 bagian CaO. Maka CaO maksimum pada kondisi ALM > 0,64 adalah :

CaO maksimum(ALM > 0,64) = 2,8 SiO2 + 1,65 Al2O3 + 0,35 Fe2O3

Tingkat lime dalam klinker dinyatakan dalam Lime Saturatin Factor (LSF) yang mengindikasikan perbandingan kandungan lime yang efektif dengan kandungan lime maksimum yang bisa terdapat di dalam klinker, dan dinyatakan dengan persamaan :

Dalam prakteknya LSF ditetapkan berkisar 0,80 - 0,95.

Pada kondisi di mana kandungan oksida besinya tinggi (ALM < 0,64) maka alumina hanya terikat pada campuran kristal C2(A,F) , yaitu :

1 bagian Al2O3 dalam C2A membutuhkan (2 x 56)/102 = 1,1 bagian CaO 1 bagian Fe2O3 dalam C2F membutuhkan (2 x 56)/160 = 0,7 bagian CaO. sehingga kandungan lime maksimum di dalam klinker :

CaO maksimum(ALM < 0,64) = 2,8 SiO2 + 1,1 Al2O3 + 0,7 Fe2O3 dan LSF-nya dinyatakan dengan persamaan :

2,8 SiO

2

+ 1,1 Al

2

O

3

+ 0,7 Fe

2

O

3

100 CaO

LSF

ALM < 0,64

=

2,8 SiO

2

+ 1,65 Al

2

O

3

+ 035 Fe

2

O

3

100 CaO

(15)

Jenis-jenis Produk Semen Semen Portland Type I

Semen jenis ini digunakan untuk konstruksi umum yang tidak mensyaratkan ketentuan khusus dan jika tanah dan airnya mengandung sulfat dengan rentang 0,0 % sampai dengan 0,10 %. Konstruksi umum seperti perumahan, bangunan sekolah, kantor dan pabrik biasanya menggunakan semen jenis ini.

Kualitas Semen Portland Type I PT. Semen Padang

Uraian Unit Standar

Residu tak larut % 0,75 maks. 0,75 maks. 3,0 maks.

SiO2 % 20,40-22,00

Hilang pijar % 1,8 maks 3,0 maks. 5,0 maks.

Lime bebas % 1,30 maks.

II. Sifat Fisika

cm2/gr 3000-3100 min. 2800 min. 2800

Waktu setting (vicat test)

(16)

Set akhir menit 180-250 8 jam maks. 375 maks.

Ekspansi autoclave % 0,8 maks. 0,8 maks.

Kuat tekan

3 hari kg/cm

2

150-170 min. 124 min. 125

7 hari kg/cm

2

210-240 min. 193 min. 200

28 hari kg/cm

2

min. 280

False set % min. 50 min. 50

Temperatur semen, outlet mill

oC 120 maks.

*) Batasan ini disyaratkan jika semen tersebut akan digunakan pada beton dengan agregat yang kemungkinan besar

reaktif.

Semen Portland Type II

Semen jenis ini digunakan untuk konstruksi dan beton yang mensyaratkan ketahanan

terhadap sulfat, yaitu jika tanah dan air di daerah tersebut mengandung sulfat dengan

rentang 0,10 - 0,20 % dan mempunyai panas hidrasi sedang. Konstruksi tepi pantai, kolam

renang, sistem irigasi, dam dan fondasi jembatan biasanya menggunakan semen jenis ini.

Kualitas Semen Portland Type II PT. Semen Padang

Uraian Unit Standar

Residu tak larut % 0,75 maks. 0,75 maks. 1,5 maks.

SiO2 % 21,80-22,00 min 20,0

(17)

Hilang pijar % 3,00 maks. 3,0 maks. 3,0 maks.

Lime bebas % 1,50 maks.

Senyawa semen %

cm2/gr 3100-3200 min. 2800 min. 2800

Waktu setting (vicat test)

Set awal menit min. 45 min. 45 min. 45

Set akhir menit 375 maks. 375 maks. 375 maks.

Ekspansi autoclave % 0,8 maks. 0,8 maks.

Kuat tekan

3 hari kg/cm2 min. 150 min. 103 min. 100

7 hari kg/cm2 min. 210 min. 172 min. 175

28 hari kg/cm2 min. 280

Panas hidrasi 7 hari cal/gr 70 maks. 70 maks.

False set : penetrasi akhir

% min. 50 min. 50

*) Batasan ini disyaratkan jika semen tersebut akan digunakan pada beton dengan agregat yang kemungkinan besar reaktif.

Semen Portland Type III

Semen jenis ini digunakan untuk konstruksi yang membutuhkan dengan segera kekuatan

awal yang tinggi begitu setting terjadi, seperti konkrete jalan raya, bangunan tinggi dan

bangunan bwah air yang tidak mensyaratkan ketahanan terhadap sulfat. Kualitas Semen

Portland Type III PT. Semen Padang

(18)

I. Komposisi Kimia

Residu tak larut % 0,75 maks. 0,75 maks. 1,5 maks.

SiO2 % 21,30-22,50

Hilang bakar % 1,50 maks. 3,0 maks. 3,0 maks.

Senyawa semen

cm2/gr 4200-4500 min. 2800

Waktu setting (vicat test)

Set awal menit 60-80 min. 45 min. 45

Set akhir menit 145-200 375 maks. 375 maks.

Ekspansi autoclave % 0,8 maks. 0,8 maks.

Kuat tekan

1 hari kg/cm

2

min. 145 min. 124 min. 125

3 hari kg/cm

2

min. 260 min. 241 min. 250

False set % min. 50 min. 50 min. 50

*) Batasan ini disyaratkan jika semen tersebut akan digunakan pada beton dengan agregat yang kemungkinan

(19)

1) untuk ketahanan sulfat sedang

2) untuk ketahanan sulfat tinggi

Semen Portland Type IV

Semen jenis ini digunakan untuk konstruksi yang mensyaratkan panas hidrasi yang rendah. Dam raksasa, konkrete yang tebal atau konstruksi di daerah yang panas dan kering biasanya menggunakan semen jenis ini.

Kualitas Semen Portland Type IV PT. Semen Padang

Uraian Unit Standar

Residu tak larut % 0,75 maks. 0,75 maks. 1,5 maks.

SiO2 % 24,00-25,00

Hilang pijar % 1,50 maks. 2,5 maks. 2,5 maks.

Lime bebas % 1,00 maks.

Senyawa semen %

cm2/gr 3100-3200 min. 2800 min. 2800

Waktu setting (vicat test)

(20)

Set akhir menit 300-350 480 maks. 375 maks.

Ekspansi autoclave % 0,8 maks. 0,8 maks.

Kuat tekan

min. 180 min. 172 min. 175

Panas hidrasi cal/gr

7 hari cal/gr 60 maks. 60 maks. 60 maks.

28 hari cal/gr 70 maks. 70 maks. 70 maks.

False set % min. 50 min. 50 min. 50

*) Batasan ini disyaratkan jika semen tersebut akan digunakan pada beton dengan agregat yang kemungkinan besar reaktif.

Semen Portland Type V

Semen jenis ini digunakan untuk konstruksi di daerah di mana tanah dan airnya mengandung sulfat lebih dari 0,20 %. Konstruksi factory seawage processing under water, jembatan, terowongan, terminal air dan bangunan nuklir biasanya menggunakan semen jenis ini. Kualitas Semen Portland Type V PT. Semen Padang

Uraian Unit Standar

Residu tak larut % 0,75 maks. 0,75 maks. 1,5 maks.

SiO2 % 22,00-22,60

Hilang pijar % 1,5 maks. 3,0 maks. 3,5 maks.

(21)

C4AF+2C3A atau C4F+C2F

% 23 maks. 20 maks.A 25 maks.

II. Sifat Fisika

Kehalusan, % tertinggal di atas 0,09 mm sieve

% 1 maks.

Blaine, permukaan

spesifik

cm2/gr 3100-3200 min. 2800 min. 2800

Waktu setting (vicat test)

Set awal menit 115-160 min. 45 min. 45

Set akhir menit 220-300 375 maks. 375 maks.

Ekspansi autoclave % 0,5 maks. 0,8 maks. 0,8 maks.

Kuat tekan

min. 200 min. 152 min. 160

28 hari kg/cm

2

min. 275 Min. 207 min. 210

Ekspansi sulfat, 14 hari % 0,045 makB 0,04 maks

Panas hidrasi 7 hari cal/gr 70 maks. 70 maks.

False set % min. 50 min. 50 min. 50

*) Batasan ini disyaratkan jika semen tersebut akan digunakan pada beton dengan agregat yang kemungkinan besar reaktif.

A) Jika perbandingan alumina ferrite oksida kurang dari 0,64 maka larutan kalsium alumina ferrite padat (C4AF + C2F) akan terbentuk.

B) Jika ekspansi dispesifikasikan maka parameter tersebut membatasi C

3A dan C4AF+2C3A

Oil Well Cement (OWC)

(22)

Uraian Unit Standar

Residu tak larut % 0,75 maks. 0,75 maks.

SiO2 % 21,40-22,60

Hilang pijar % 1,50 maks. 3,0 maks.

CaO bebas % 1 maks.

Ekspansi autoclave % 0,8 maks.

Kadar air bebas ml 1,50 maks. 3,5 maks.

Kuat tekan pada 100 F

(waktu curring 8 jam)

psi min. 500 Min 300

Kuat tekan pada 140 F

(waktu curring 8 jam)

psi min. 1800 min. 1500

Thickening time, Sch No 5

menit 90-105 min. 90 – 120

maks Consistency, 15 – 30

menit

(23)

Temp. klinker feed oC 75 maks.

Temp. semen, outlet mii oC 95-105

Super Masonry Cement (SMC)

Semen jenis ini khusus dipakai untuk membuat mortar sebagai sambungan mortar atau sebagai rendering dan tidak bisa digunakan untuk konstruksi struktur yang berat.

Kualitas Super Masonry Cement (SMC) PT. Semen Padang

Uraian Unit Standar Intern

Blaine cm2/gr 3400-3500

False set % min. 50

Ekspansi autoclave % 0,8 maks. 1,0 maks.

Waktu Setting (Gilmore)

Kadar air mortar % vol Min 8

20 maks.

Waktu tinggal air % dari aliran

asal

(24)

Gambar

Gambar 2.2. Temperatur di dalam cement mill dan pengaruhnya terhadap gypsum

Referensi

Dokumen terkait

[r]

 Kesetimbangan kimia sebagai kondisi yang dicapai suatu reaksi jika laju reaksi dalam dua arah yang berlawanan adalah sama, dan konsentrasi reaktan serta produk tetap

Peralatan fabrikasi elemen bakar cirene ME-29 adalah mesin untuk membentuk sudut tertentu pada tutup ujung ( end cap ) sehingga tutup ujung berbentuk tirus.

Desain penelitian ini adalah studi komparatif, yaitu peneliti berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok

Penerapan model pembelajaran discovery learning menggunakan pembelajaran ipa terpadu tipe shared dan webbed pada materi pemanasan global untuk meningkatkan penguasaan konsep

Bandung kini mulai mengikuti perkembangan tren pariwisata tersebut, ice skating merupakan salah satu olahraga yang mulai diminati di Indonesia bukan hanya karena

Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan interaksi terhadap parameter kekerasan, kadar air, dan penampakan cabai merah pada hari ke-18 penyimpanan didapatkan

Ciri- cirinya meliputi keterbukaaan terhadap pengalaman baru, selalu membaca perubahan sosial, lebih realistis terhadap fakta dan pendapat, berorientasi pada masa