• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPI DEV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SPI DEV"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

SUSUNAN, KEDUDUKAN, DAN WEWENANG PENGADILAN MILITER PERTEMPURAN

MAKALAH

Diajukan kepada

Andika Putra Eskanugraha SH.,M.Kn.

Diajukan untuk memenuhi tugas Perbandingan Hukum Tata Negara Kelas A

Oleh.

Devinta Ardia Nency NIM 150710101345

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS JEMBER

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dpaat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Sistem Peradilan Indonesia Bapak Andika Putra Eskanugraha SH.,M.Kn yang telah mengajarkan saya mata kuliah yang baru saya ketahahui, sehingga saya sedikit mengerti materi yang diajarkan kepada saya.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG... 1 1.2 RUMUSAN MASALAH... 4 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sususan,Kedudukan,Wewenang... 5 2.2 Kompentensi Pengadilan Militer Pertempuran... 9 2.3 Upaya Hukum dan Pelaksanaannya... 13 BAB III PENUTUP

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

(5)

maupun dari luar negeri. Gangguan keamanan tersebut diantaranya adalah kedatangan Tentara Sekutu, Tentara Belanda dengan NICAnya, pemberontakan PKI Madiun, Westerling/APRA, Republik Maluku Selatan, DI/TII, PRRI/PERMESTA, G 30 S/PKI, Gerombolan Pengacau Keamanan atau gerakan separatis bersenjata yang menamakan dirinya “Gerakan Aceh Merdeka”, dan lain-lain. Ancaman terhadap kemerdekaan dan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa yang datang silih berganti menjadi pengingat zaman bahwa tidak ada jaminan seratus persen keamanan negara akan selalu stabil. Ada masa-masa di mana pemerintah yang sah tidak dapat hadir mengontrol keamanan dan mengendalikan secara penuh di bawah kekuasaannya. Ada faktor-faktor di luar kontrol pemerintah yang tidak dapat dikendalikan untuk membendung ancaman terhadap keamanan Negara. Ancaman-ancaman yang tidak terkendali tersebut akan membawa Negara Indonesia pada pilihan-pilihan yang sulit.

(6)

yang mungkin diharapkan berfungsi, sehingga semua subjek, baik militer maupun sipil, dan semua jenis obyek perkara, baik menyangkut tindak pidana militer maupun tindak pidana umumnya, dapat diadili oleh Pengadilan Militer.

Pengadilan Militer Pertempuran sendiri adalah badan pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan militer yang bertugas untuk memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir perkara pidana yang dilakukan oleh prajurit di medan pertempuran, karena berkedudukan di suatu medan pertempuran sebagai daerah hukumnya, Pengadilan Militer Pertempuran bersifat mobil atau selalu mengikuti kemana gerak pasukan pada saat pertempuran tersebut berlangsung.

(7)

pelaksanaannya atau ketika Undang-Undang tersebut direvisi perlu tambahan ketentuan baru yang bersifat teknis sehingga bisa diaplikasikan secara langsung ketika dibutuhkan. Karena itu diperlukan pengaturan yang jelas tentang berbagai hal, terutama tentang ruang lingkup kewenangan, organisasi, Hukum Acara yang digunakan, serta peran keankuman dan kepaperaan. Dengan adanya pengaturan seperti itu diharapkan penggelaran sidang Pengadilan Militer Pertempuran tidak membuka peluang terjadinya pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia dan nilai-nilai demokrasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari beberapa ketentuan yang berkaitan dengan Pengadilan Militer Pertempuran di dalam Undang-Undang Nomor 31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer, terdapat beberapa masalah yang perlu diatur dalam perundang-undangan,yaitu :

1) Bagaimana susunan, kedudukan, dan wewenang Pengadilan Militer Pertempuran ?

2) Apa saja yang akan menjadi kompetensi Pengadilan Militer Pertempuran ? 3) Bagaimana upaya hukum dan pelaksanaan putusan hakim Pengadilan

(8)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Susunan, Kedudukan, dan Wewenang Pengadilan Militer Pertempuran A. Susunan

Dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 terdapat susunan Pengadilan Militer Pertempuran yang terdapat dalam pasal 12 yaitu :

 Pengadilan Militer

Pengadilan yang bertugas untuk memeriksa dan memutus pada tingkat pertama perkara pidana dan sengketa Tata Usaha Militer yang terdakwanya adalah sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 40,yaitu :

a. Prajurit yang berpangkat Kapten ke bawah

b. Mereka sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 angka 1 huruf b dan huruf c yang Terdakwanya “termasuk tingkat kepangkatan” Kapten ke bawah dan,

c. Mereka yang berdasarkan Pasal 9 angka 1 huruf d harus diadili oleh Pengadilan Militer.

(9)

Pengadilan yang bertugas memeriksa dan memutus pada pangkat pertama dan sengketa Tata Usaha Militer yang Terdakwanya adalah sebagaimana yang dicantumkan dalam Pasal 41, yaitu :

(1) Pengadilan Militer Tinggi pada tingkat pertama : a. Memeriksa dan memutus perkara pidana yang

Terdakwanya:

 Prajurit atau salah satu prajuritnya berpangkat Mayor ke atas

 Mereka sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 angka 1 huruf b dan huruf c yang terdakwanya atau salah satu terdakwanya “termasuk tingkat kepangkatan” Mayor ke atas dan,

 Mereka yang berdasarkan pasal 9 angka 1 huruf d harus diadili oleh Pengadilan Militer Tinggi

b. Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata.

(2) Pengadilan Militer Tinggi memeriksa dan memutus pada tingkat banding perkara pidana yang telah diputus oleh Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya yang dimintakan banding.

(10)

 Pengadilan Militer Utama

Pengadilan yang memeriksa dan memutus pada tingkat banding perkara pidana dan sengketa Tata Usaha Militer yang telah diputus pada tingkat pertama oleh Pengadilan Militer Tinggi yang dimintakan banding yang tercantum dalam pasal 42,pasal 43 dan pasal 44,yaitu :

(1) Pengadilan Militer Utama memutus pada tingkat pertama dan terakhir semua sengketa tentang wewenang mengadili:

a. antar Pengadilan Militer yang berkedudukan di daerah hukum Pengadilan Militer Tinggi yang berlainan

b. antar Pengadilan Militer Tinggi dan

c. antara Pengadilan Militer Tinggi dan Pengadilan Militer. (2) Sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terjadi:

a. apabila 2 (dua) pengadilan atau lebih menyatakan dirinya berwenang mengadili atas perkara yang sama

b. apabila 2 (dua) pengadilan atau lebih menyatakan dirinya tidak berwenang mengadili perkara yang sama

(3) Pengadilan Militer Utama memutus perbedaan pendapat antara Perwira Penyerah Perkara dan Oditur tentang diajukan atau tidaknya suatu perkara kepada Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer atau Pengadilan dalam lingkungan peradilan umum.

(11)

(1) Pengadilan Militer Utama melakukan pengawasan terhadap: a. penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan

Pengadilan Militer, Pengadilan Militer Tinggi, dan Pengadilan Militer Pertempuran di daerah hukumnya masing-masing

b. tingkah laku dan perbuatan para Hakim dalam menjalankan tugasnya

(2) Pengadilan Militer Utama berwenang untuk meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan dari Pengadilan Militer, Pengadilan Militer Tinggi, dan Pengadilan Militer Pertempuran. (3) Pengadilan Militer Utama memberi petunjuk, teguran, atau

peringatan yang dipandang perlu kepada Pengadilan Militer, Pengadilan Militer Tinggi, dan Pengadilan Militer Pertempuran.

(12)

 Pengadilan Militer Pertempuran

Badan pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan militer yang bertugas untuk memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir perkara pidana yang dilakukan oleh prajurit di medan pertempuran dan tercantum dalam pasal 45 dan 46 yaitu :

Pengadilan Militer Pertempuran bersifat mobil mengikuti gerakan pasukan dan kedudukan serta berdaerah hukum di daerah pertempuran.1

B. Kedudukan

Kedudukan Peradilan Militer Pertempuran tercantum dalam pasal 5 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997,yaitu :

(1) Pengadilan Militer merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan Angkatan bersenjata untuk menegakkan hukum dan keadilan dengan memperhatikan kepentingan penyelenggaraan pertahanan keamanan negara.

(2) Oditur merupakan badan pelaksana kekuasaan pemerintahan negara di bidang penuntutan dan penyidikan di lingkungan Angkatan Bersenjata berdasarkan pelimpahan dan Panglima, dengan memperhatikan kepentingan penyelenggaraan pertahanan keamanan negara.

C. Wewenang

(13)

Wewenang Peradilan Militer Pertempuran tercantum dalam pasal 9,yaitu :

1. Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu melakukan tindak pidana adalah:

a. Prajurit;

b. Yang berdasarkan undang-undang dipersamakan dengan Prajurit;

c. Anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang dipersamakan atau dianggap sebagai Prajurit berdasarkan undang-undang;

d. Seseorang yang tidak masuk golongan pada huruf a huruf b dan huruf c tetapi atas keputusan Panglima dengan persetujuan Menteri Kehakiman harus diadili oleh suatu Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer2

2. Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata.

3. Menggabungkan perkara gugatan ganti rugi dalam perkara pidana yang bersangkutan atas permintaan dari pihak yang dirugikan sebagai akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana yang menjadi dasar dakwaan, dan sekaligus memutus kedua perkara tersebut dalam satu putusan.

(14)

Kompetensi atau kewenangan Pengadilan Militer Pertempuran perlu diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan untuk membedakan dan memisahkannya dengan kewenangan yang dimiliki Pengadilan Militer biasa dan badan peradilan yang lain. Mengenai kompetensi Pengadilan Militer Pertempuran telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer Pada paragraf empat yang terdiri dari kewenangan absolut dan kewenangan relatif.

a. Kompetensi Absolut.

Kompetensi absolut pengadilan berkaitan dengan kewenangan masing-masing badan peradilan untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan perkara-perkara jenis tertentu yang mutlak tidak dapat dilakukan oleh badan peradilan yang lain kecuali ada penyimpangan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Jika perkaranya dipaksakan untuk diperiksa oleh pengadilan yang tidak berwenang secara absolut maka pemeriksaan perkara tersebut batal demi hukum. Berdasarkan konstitusi, setiap badan peradilan telah memiliki kewenangan absolut masing-masing yang dibagi ke dalam empat golongan besar pilar peradilan yaitu Peradilan Umum, Peradilan TUN, Peradilan Militer dan Peradilan Agama.

(15)

ada beberapa kewenangan Pengadilan Militer Biasa yang tidak dimiliki oleh Pengadilan Militer Pertempuran yang diatur dalam Pasal 9 ayat 2 dan ayat 3 Undang-Undang Peradilan Militer yaitu bahwa Pengadilan Militer Pertempuran tidak berwenang :

a) Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata.

b) Menggabungkan perkara gugatan ganti rugi dalam perkara pidana yang bersangkutan atas permintaan dari pihak yang dirugikan sebagai akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana yang menjadi dasar dakwaan, dan sekaligus memutus kedua perkara tersebut dalam satu putusan.

Pemangkasan atau pengurangan kewenangan absolut Pengadilan Militer Pertempuran sebagaimana diuraikan di atas akan menimbulkan kekosongan hukum (Recht Vacuum) karena dalam keadaan perang pun sebenarnya perkara-perkara mengenai sengketa tata usaha militer dan penggabungan perkara gugatan ganti kerugian sangat rentan terjadi di daerah pertempuran dan membutuhkan penyelesaian yang bersifat segera. Dengan demikian, dalam usul perubahan Undang-Undang Peradilan Militer di masa mendatang sebaiknya perlu adanya penambahan kewenangan absolut Pengadilan Militer Pertempuran di mana semua kewenangan absolut Pengadilan Militer Biasa yang diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer juga menjadi kewenangan absolut Pengadilan Militer Pertempuran nantinya. Bahkan lebih dari pada itu, pada saat perang berlangsung Pengadilan Militer Pertempuran bisa saja mengambil alih semua kompetensi absolut Pengadilan lain (Pengadilan dalam lingkup Peradilan Umum, Peradilan TUN dan Peradilan Agama) untuk menghindari terjadinya kekosongan hukum.

(16)

Kompetensi relatif pengadilan merupakan kewenangan lingkungan peradilan tertentu berdasarkan yurisdiksi wilayah atau berdasarkan daerah hukumnya, yaitu untuk menjawab pertanyaan, pengadilan wilayah mana yang berwenang untuk mengadili suatu perkara. Kompetensi relatif pengadilan militer pertempuran sangat penting untuk dipahami mengingat pada saat terjadi perang, diasumsikan bahwa badan-badan peradilan pada umumnya tidak dapat menjalankan tugas konstitusionalnya karena terjadi kekacauan. Badan-badan peradilan militer yang menjalankan kekuasaan kehakiman di masa damai kemungkinan masih dapat menjalankan fungsi mengadili namun tidak maksimal, apa lagi bila daerah hukumnya dinyatakan sebagai daerah operasi militer perang. Dalam situasi seperti ini, akan timbul kesulitan untuk menentukan pengadilan mana yang berwenang untuk mengadili perkara yang terjadi di daerah tersebut, apakah pengadilan militer biasa atau pengadilan militer pertempuran.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer, kewenangan atau kompetensi relatif Pengadilan Militer Pertempuran diatur dalam Pasal 46 yang berbunyi: “Pengadilan Militer Pertempuran bersifat mobil mengikuti gerakan pasukan dan berkedudukan serta berdaerah hukum di daerah pertempuran”. Ini berarti bahwa semua wilayah yang dinyatakan sebagai daerah perang secara otomatis menjadi daerah hukum Pengadilan Militer Pertempuran dan semua tindak pidana yang terjadi di daerah tersebut akan diperiksa dan diadili oleh Pengadilan Militer Pertempuran. Daerah hukum Pengadilan Militer Pertempuran bisa meliputi satu wilayah kabupaten, propinsi atau bahkan bisa juga meliputi seluruh wilayah Indonesia. Itu sangat tergantung pada keputusan pemerintah untuk memberlakukan keadaan bahaya yang meliputi sebagian atau seluruh wilayah negara.

(17)

dengan baik. Hal ini dikarenakan menurut Pasal 46 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer yang berwenang secara relatif untuk memeriksa dan mengadili tindak pidana yang terjadi di daerah pertempuran adalah Pengadilan Militer Pertempuran. Hukum acara yang digunakan dalam pemeriksaan perkara bukan lagi acara pemeriksaan biasa tetapi menggunakan acara pemeriksaan khusus.

Berkaitan dengan kompetensi relatif, satu hal yang juga perlu diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan adalah tempat kedudukan pengadilan militer pertempuran. Di dalam pasal 46 diatur bahwa Pengadilan Militer Pertempuran berkedudukan di daerah pertempuran dan bersifat mobil mengikuti gerakan pasukan. Bila pejabat-pejabat pada pengadilan militer pertempuran, baik itu hakim, oditur, penasihat hukum atau pejabat lainnya diwajibkan untuk mobile mengikuti gerakan pasukan maka keamanan dan keselamatannya pada saat bersidang akan terancam. Sekarang ini strategi dan taktik peperangan semakin kompleks dan melibatkan hampir seluruh sumber daya yang dimiliki oleh angkatan bersenjata Negara musuh yang telah melahirkan bentuk peperangan baru yang dikenal dengan istilah perang hibrida. Perang hibrida merupakan metode perang baru yang memadukan antara perang konvensional dan perang non konvensional dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi sebagai sarana peperangan, seperti teknologi cyber, teknologi robotik, teknologi nano yang dikombinasikan dengan senjata-senjata penghancur berupa nuklir, biologi dan kimia.

2.3 Upaya hukum dan pelaksanaan putusan hakim Pengadilan Militer Pertempuran

(18)

pelaksanaannya sebagaimana diatur dalam Pasal 204 sampai Pasal 205 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer. Pengadilan Militer Pertempuran tidak mengenal pengadilan tingkat banding karena putusan yang dijatuhkan berlaku sebagai putusan perkara pidana dalam tingkat pertama dan terakhir. 3

Dengan demikian, Terdakwa atau Oditur hanya dapat mengajukan upaya hukum Kasasi terhadap putusan yang sudah dijatuhkan jika dianggap belum memenuhi rasa keadilan. Penyederhanaan upaya hukum dalam acara pemeriksaan khusus dilakukan karena dalam pemeriksaan Pengadilan Militer Pertempuran, percepatan penyelesaian perkara sangat diutamakan mengingat Prajurit yang melakukan tindak pidana sangat dibutuhkan tenaganya untuk segera bergabung kembali dengan induk pasukannya untuk berperang. Proses hukum yang terlalu lama akan berpengaruh terhadap komposisi pasukan di daerah operasi, apalagi jika banyak Prajurit yang harus diadili. Dengan adanya percepatan penyelesaian perkara maka kesiapan operasional satuan dapat maksimal tanpa mengabaikan penegakan hukum bagi Prajurit yang melakukan kejahatan.

 Selain penyederhanaan upaya hukum seperti telah dikemukakan di atas, kekhususan lain yang ada dalam Pengadilan Militer Pertempuran adalah bahwa pengetahuan Hakim dapat dijadikan sebagai salah satu alat bukti, yaitu mengenai hal-hal yang bersangkut paut dengan perkara yang disidangkannya yang dilihat, didengar, dan dialami sendiri oleh Hakim di luar sidang dan karenanya diyakini kebenarannya. Selain itu, barang bukti cukup dibuktikan dengan adanya surat keterangan yang dibuat atas sumpah pejabat yang bersangkutan. Jadi barang bukti yang berkaitan dengan perkara yang sedang disidangkan tidak harus dihadirkan di muka

(19)

persidangan sepanjang Oditur Militer Pertempuran dapat menunjukkan surat keterangan tentang barang bukti yang memuat antara lain jenis barang, jumlah barang, tempat, serta waktu penyitaan dan/atau ditemukan.

(20)

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pengadilan Militer Pertempuran sendiri adalah badan pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan militer yang bertugas untuk memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir perkara pidana yang dilakukan oleh prajurit di medan pertempuran, karena berkedudukan di suatu medan pertempuran sebagai daerah hukumnya, Pengadilan Militer Pertempuran bersifat mobil atau selalu mengikuti kemana gerak pasukan pada saat pertempuran tersebut berlangsung.

Dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 terdapat susunan Pengadilan Militer Pertempuran yang terdapat dalam pasal 12,yaitu:

 Pengadilan Militer

 Pengadilan Militer Tinggi  Pengadilan Militer Utama dan,  Pengadilan Militer Pertempuran

Kedudukan yang ada dalam Pengadilan Militer Pertempuran tercantum dalam pasal 5 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997,yaitu :

1.Pengadilan Militer merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan Angkatan bersenjata untuk menegakkan hukum dan keadilan dengan memperhatikan kepentingan penyelenggaraan pertahanan keamanan negara.

(21)

Wewenang yang ada dalam Pengadilan Militer Pertempuran tercantum dalam pasal 9,yaitu:

1. Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu melakukan tindak pidana adalah:

a. Prajurit;

b. yang berdasarkan undang-undang dipersamakan dengan Prajurit; c. anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang dipersamakan atau dianggap sebagai Prajurit berdasarkan undang-undang

d. seseorang yang tidak masuk golongan pada huruf a huruf b dan huruf c tetapi atas keputusan Panglima dengan persetujuan Menteri Kehakiman harus diadili oleh suatu Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer

2. Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata.

3. Menggabungkan perkara gugatan ganti rugi dalam perkara pidana yang bersangkutan atas permintaan dari pihak yang dirugikan sebagai akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana yang menjadi dasar dakwaan, dan sekaligus memutus kedua perkara tersebut dalam satu putusan.

Yang menjadi kompetensi Pengadilan Militer Pertempuran,yaitu :

 Kompetensi Absolut

 Kompetensi Relatif

(22)

Upaya hukum Pengadilan Militer Pertempuran

Bahwa pengetahuan Hakim dapat dijadikan sebagai salah satu alat bukti, yaitu mengenai hal-hal yang bersangkut paut dengan perkara yang disidangkannya yang dilihat, didengar, dan dialami sendiri oleh Hakim di luar sidang dan karenanya diyakini kebenarannya. Selain itu, barang bukti cukup dibuktikan dengan adanya surat keterangan yang dibuat atas sumpah pejabat yang bersangkutan. Jadi barang bukti yang berkaitan dengan perkara yang sedang disidangkan tidak harus dihadirkan di muka persidangan sepanjang Oditur Militer Pertempuran dapat menunjukkan surat keterangan tentang barang bukti yang memuat antara lain jenis barang, jumlah barang, tempat, serta waktu penyitaan dan/atau ditemukan.

Pelaksanaan putusan hakim Pengadilan Militer Pertempuran

(23)

DAFTAR PUSTAKA

a. Buku

-Jimly Asshiddiqie.

Hukum Tata Negara Darurat

, Rajawali Pers,

Jakarta, 2007.

-M. Yahya Harahap. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jakarta: Sinar Grafika, 2000.

b. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer

https://www.google.com/search?

(24)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pengadilan Negeri Buol Kelas II adalah pelaksana kekuasaan kehakiman yang bertugas menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan di Kabupaten Buol

Pengadilan Negeri Rote Ndao Kelas II merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan umum yang mempunyai tugas pokok yaitu menerima, memeriksa dan

Begitu juga, Allah s.w.t telah memberinya kekuasaan (kerajaan) sehingga ia menjadi pimpinan Bani Israil. Barangkali sesuatu yang paling penting yang diwarisi oleh Sulaiman dari

a) Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu citra satelit Pleiades 1A, citra satelit SPOT6, DEM Astrium Terra SAR-X, data titik koordinat GCP dan ICP

Penelitian ini menggunakan sampel dari 120 responden yang terdiri atas 30 auditor pemerintah (BPK) Provinsi Jambi, 30 anggota DPRD Kota Jambi, 30 pegawai Badan Pengelola

Pembuatan Biogas Kotoran Sapi dengan substrat Limbah Buah Mengkudu Untuk campuran kedua, masukan kotoran sapi yang akan digunakan ke dalam ember yang bersih, lalu

1. Reliabilitas, jaminan dan bukti fisik pada Toilet Saga Mall Abepura berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung