• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Harda pKa Derivat Asam Aril Asetat (Diklofenak, Ibuprofen dan Ketoprofen)Secara Spektrofotometri UV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Harda pKa Derivat Asam Aril Asetat (Diklofenak, Ibuprofen dan Ketoprofen)Secara Spektrofotometri UV"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN HARGA pKa DERIVAT ASAM ARIL ASETAT (Diklofenak, Ibuprofen dan Ketoprofen)

SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV

SKRIPSI

Oleh:

HELVI DELIANA NIM: 060824052

FAKULTAS FARMASI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah

melimpahkan rahmat, karunia dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang diajukan sebagai salah satu syarat dalam

memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

tulus kepada orang tua tercinta, ayahnda Kasnan dan Ibunda Faizah, serta

adik-adikku dan seluruh keluarga atas doa, kasih sayang, dorongan semangat dan

pengorbanan baik moril maupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih serta penghargaan juga ditujukan kepada:

1. Bapak Dekan dan para Pembantu Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Isma’il, MSi, Apt dan Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, MSi.,

Apt, yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama

penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung.

3. Bapak Panitia Penguji atas segala arahan dan masukan yang sangat berarti

dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Marline Nainggolan MS., Apt., sebagai penasehat akademik atas

segala bimbingan selama proses perkuliahan.

5. Kepala dan para staf Laboratorium Kimia Kuantitatif atas seluruh fasilitas yang

(3)

6. Sahabat-sahabat penulis rekan-rekan mahasiswa farmasi ekstensi stambuk

2006, serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, dan

inspirasi bagi penulis selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas jasa-jasa besar

mereka.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan

sehingga membutuhkan banyak masukan dan kritikan. Namun penulis berharap

semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan berarti bagi ilmu pengetahuan

khususnya di bidang farmasi.

Medan, Januari 2009

Penulis,

(4)

ABSTRAK

Harga pKa yang diperoleh dari suatu senyawa dapat berbeda-beda,

tergantung metode yang digunakan pada penentuan harga pKa tersebut. Menurut

Moffat A.C. et al (2004), harga pKa dari derivat asam aril asetat; diklofenak 4,2;

ibuprofen 4,4 dan 5,2; dan ketoprofen 4,5 yang ditentukan dengan menggunakan

metode Spektrofotometri Ultraviolet multi panjang gelombang atau dengan istilah

Dip-Probe Spectroscopy (D-PAS), metode ini telah divalidasi dengan akurasi

yang tinggi. Dan menurut Foye (1996) harga pKa dari derivat asam aril aseat;

diklofenak belum diketahui; ibuprofen 5,2; dan ketoprofen 5,94, harga pKa ini

ditentukan dengan metode yang umum digunakan yaitu titrasi potensiometri dan

spektrofotometri.

Telah dilakukan penetapan harga pKa dari derivat asam aril asetat

(diklofenak, ibuprofen, ketoprofen) yang diproduksi oleh PT. Indofarma. Sampel

ditentukan secara spektrofotometri ultraviolet, dengan cara dilarutkan dalam

alkohol kemudian diencerkan dalam larutan NaOH 0,2 N, HCl 0,2 N dan larutan

dapar fosfat berbagai variasi pH., lalu diukur pada panjang gelombang 230 – 300

nm dengan alat spektrofotometer ultraviolet.

Hasil penetapan harga pKa diperoleh bahwa harga pKa rata-rata dari

diklofenak 4,75 dengan standar deviasi (SD) = 0,41; ibuprofen 5,32 dengan

standar deviasi (SD) = 0,17 dan ketoprofen 5,75 dengan standar deviasi (SD) =

0,35. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa harga pKa rata-rata dari

bahan baku Diklofenak, Ibuprofen dan Ketoprofen tidak menunjukkan perbedaan

(5)

ABSTRACT

The pKa values have goten of the compounds can be different, suspinding

to the methode used on determinition of that pKa values. Based on Moffat A.C. et

al (2004), pKa values of derivate aryl acetic acid: diclofenac 4,2; ibuprofen 4,4

and 5,2; and ketoprofen 4,5 are determined by used UV multiwavelength

Spectrophotometric methode termed Dip-Probe Spectroscopy (or D-PAS), this

methode has been validated with high accuracy. And based on Foye (1996) pKa

values of derivate aryl acetic acid; not yet knowed for diclofenac; ibuprofen 5,2;

and ketoprofen 5,94, this pKa values determined by generally methode used that

are titration potentimetric and spectrophotometric.

Determining pKa values of derivate aryl acetic acid (diclofenac, ibuprofen,

ketoprofen) produced by PT. Indofarma. The sample determined by UV

spectrophotometric with dissolved in alcohol then diluted in NaOH 0,2 N, HCl 0,2

N solution and dapar phospat solution in various pH variation, then measured by

using UV spectrophotometric at wavelength 230-300 nm.

The result determined pKa values have goten that the range of average

pKa values of diclofenac 4,765 with standard deviation (SD) = 0,41; ibuprofen

5,32 with standard deviation (SD) = 0,17; and ketoprofen 5,75 with standard

deviation (SD) = 0,35. The result of statistical analysis showed that the range of

average pKa values of component part standard diclofenac, ibuprofen and

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian... 3

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 4

2.1 Alat – alat ... 4

2.2 Bahan – bahan ... 4

2.3 Prosedur ... 4

2.3.1 Pelaksanaan Penelitian ... 4

2.3.2 Pengambilan Sampel ... 4

2.3.3 Pembuatan Pereaksi ... 5

(7)

2.3.3.2 Pembuatan Larutan Dapar pH 4,2 – 6,2 ... 5

2.3.4 Penentuan serapan maksimum ... 6

2.3.5 Pembuatan larutan induk baku ... 7

2.3.6 Penetapan harga pKa sampel secara spektrofotometri ultraviolet .. 7

2.3.7 Analisa Data Secara Statistik ... 10

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 11

3.1 Hasil Penentuan Konsentrasi ... 11

3.2 Hasil Penentuan Serapan Maksimum. ... 11

3.3 Penentuan Serapan Sampel dari Panjang Gelombang 230 – 300 nm ... 15

3.4 Hasil Pengukuran Serapan Sampel Dan Larutan Dapar Dengan Berbagai Variasi pH ... 27

3.5 Penetapan Harga pKa ... 28

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

4.1 Kesimpulan ... 31

4.2 Saran ... 31

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Data serapan diklofenak baku dalam larutan NaOH 0,2 N

dengan konsentrasi 68 ppm ... 15

Tabel 2 Data serapan diklofenak baku dalam larutan HCl 0,2 N dengan

konsentrasi 68 ppm ... 15

Tabel 3 Data serapan diklofenak baku dalam larutan dapar pH 5,8

dengan konsentrasi 68 ppm ... 16

Tabel 4 Data serapan diklofenak baku dalam larutan dapar pH 5,4

dengan konsentrasi 68 ppm ... 16

Tabel 5 Data serapan diklofenak baku dalam larutan dapar pH 4,8

dengan konsentrasi 68 ppm ... 17

Tabel 6 Data serapan diklofenak baku dalam larutan dapar pH 4,2

dengan konsentrasi 68 ppm ... 17

Tabel 7 Data serapan ibuprofen baku dalam larutan NaOH 0,2 N

dengan konsentrasi 1640 ppm ... 19

Tabel 8 Data serapan ibuprofen baku dalam larutan HCl 0,2 N dengan

konsentrasi 1640 ppm ... 19

Tabel 9 Data serapan ibuprofen baku dalam larutan dapar pH 6,2

(9)

Tabel 10 Data serapan ibuprofen baku dalam larutan dapar pH 5,8

dengan konsentrasi 1640 ppm ... 20

Tabel 11 Data serapan ibuprofen baku dalam larutan dapar pH 5,4

dengan konsentrasi 1640 ppm ... 21

Tabel 12 Data serapan ibuprofen baku dalam larutan dapar pH 4,8

dengan konsentrasi 1640 ppm ... 21

Tabel 13 Data serapan ketoprofen baku dalam larutan NaOH 0,2 N

dengan konsentrasi 20 ppm ... 23

Tabel 14 Data serapan ketoprofen baku dalam larutan HCl 0,2 N dengan

konsentrasi 20 ppm ... 23

Tabel 15 Data serapan ketoprofen baku dalam larutan dapar pH 6,2

dengan konsentrasi 20 ppm ... 24

Tabel 16 Data serapan ketoprofen baku dalam larutan dapar pH 5,8

dengan konsentrasi 20 ppm ... 24

Tabel 17 Data serapan ketoprofen baku dalam larutan dapar pH 5,4

dengan konsentrasi 20 ppm ... 25

Tabel 18 Data serapan ketoprofen baku dalam larutan dapar pH 4,8

dengan konsentrasi 20 ppm ... 25

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kurva serapan diklofenak dengan konsentrasi 13,6 ppm dan

panjang gelombang maksimum secara spektrofotometri

ultraviolet ... 12

Gambar 2 Kurva serapan Ibuprofen dengan konsentrasi 244 ppm dan

panjang gelombang maksimum secara spektrofotometri

ultraviolet ... 13

Gambar 3 . Kurva serapan ketoprofen dengan konsentrasi 6 ppm dan

panjang gelombang maksimum secara spektrofotometri

ultraviolet ... 14

Gambar 4 Kurva serapan diklofenak dengan konsentrasi 68 ppm dalam

berbagai suasana secara spektrofotometri ultraviolet ... 18

Gambar 5 Kurva serapan ibuprofen dengan konsentrasi 1640 ppm dalam

berbagai suasana secara spektrofotometri ultraviolet ... 22

Gambar 6 Kurva serapan ketoprofen dengan konsentrasi 20 ppm dalam

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil perhitungan harga pKa Diklofenak secara

spektrofotometri ultraviolet ... 34

Lampiran 2 Hasil perhitungan harga pKa Ibuprofen secara spektrofotometri ultraviolet ... 36

Lampiran 3 Hasil perhitungan harga pKa Ketoprofen secara spektrofotometri ultraviolet ... 38

Lampiran 4 .. Analisa data Statistik harga pKa dari Diklofenak ... 40

Lampiran 5 Analisa data Statistik harga pKa dari Ibuprofen ... 41

Lampiran 6 Analisa data Statistik harga pKa dari Ketoprofen ... 42

Lampiran 7 Gambar alat ... 43

(12)

ABSTRAK

Harga pKa yang diperoleh dari suatu senyawa dapat berbeda-beda,

tergantung metode yang digunakan pada penentuan harga pKa tersebut. Menurut

Moffat A.C. et al (2004), harga pKa dari derivat asam aril asetat; diklofenak 4,2;

ibuprofen 4,4 dan 5,2; dan ketoprofen 4,5 yang ditentukan dengan menggunakan

metode Spektrofotometri Ultraviolet multi panjang gelombang atau dengan istilah

Dip-Probe Spectroscopy (D-PAS), metode ini telah divalidasi dengan akurasi

yang tinggi. Dan menurut Foye (1996) harga pKa dari derivat asam aril aseat;

diklofenak belum diketahui; ibuprofen 5,2; dan ketoprofen 5,94, harga pKa ini

ditentukan dengan metode yang umum digunakan yaitu titrasi potensiometri dan

spektrofotometri.

Telah dilakukan penetapan harga pKa dari derivat asam aril asetat

(diklofenak, ibuprofen, ketoprofen) yang diproduksi oleh PT. Indofarma. Sampel

ditentukan secara spektrofotometri ultraviolet, dengan cara dilarutkan dalam

alkohol kemudian diencerkan dalam larutan NaOH 0,2 N, HCl 0,2 N dan larutan

dapar fosfat berbagai variasi pH., lalu diukur pada panjang gelombang 230 – 300

nm dengan alat spektrofotometer ultraviolet.

Hasil penetapan harga pKa diperoleh bahwa harga pKa rata-rata dari

diklofenak 4,75 dengan standar deviasi (SD) = 0,41; ibuprofen 5,32 dengan

standar deviasi (SD) = 0,17 dan ketoprofen 5,75 dengan standar deviasi (SD) =

0,35. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa harga pKa rata-rata dari

bahan baku Diklofenak, Ibuprofen dan Ketoprofen tidak menunjukkan perbedaan

(13)

ABSTRACT

The pKa values have goten of the compounds can be different, suspinding

to the methode used on determinition of that pKa values. Based on Moffat A.C. et

al (2004), pKa values of derivate aryl acetic acid: diclofenac 4,2; ibuprofen 4,4

and 5,2; and ketoprofen 4,5 are determined by used UV multiwavelength

Spectrophotometric methode termed Dip-Probe Spectroscopy (or D-PAS), this

methode has been validated with high accuracy. And based on Foye (1996) pKa

values of derivate aryl acetic acid; not yet knowed for diclofenac; ibuprofen 5,2;

and ketoprofen 5,94, this pKa values determined by generally methode used that

are titration potentimetric and spectrophotometric.

Determining pKa values of derivate aryl acetic acid (diclofenac, ibuprofen,

ketoprofen) produced by PT. Indofarma. The sample determined by UV

spectrophotometric with dissolved in alcohol then diluted in NaOH 0,2 N, HCl 0,2

N solution and dapar phospat solution in various pH variation, then measured by

using UV spectrophotometric at wavelength 230-300 nm.

The result determined pKa values have goten that the range of average

pKa values of diclofenac 4,765 with standard deviation (SD) = 0,41; ibuprofen

5,32 with standard deviation (SD) = 0,17; and ketoprofen 5,75 with standard

deviation (SD) = 0,35. The result of statistical analysis showed that the range of

average pKa values of component part standard diclofenac, ibuprofen and

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Sifat fisika molekul organik seperti pKa ,efek sterik dan koefisien partisi

berhubungan erat dengan bidang farmasi. Sifat fisika molekul obat dan juga

reaksi-reaksi degradasi suatu obat memegang peranan yang penting dalam

mendesain metode analis. Bentuk molekul obat ada yang sederhana dan ada yang

sangat kompleks yang mengandung beberapa gugus fungsional (Rohman, 2007).

Gabungan beberapa gugus fungsional dalam satu molekul obat akan

menentukan secara keseluruhan sifat-sifat molekul obat tersebut. Ionisasi molekul

obat merupakan hal yang penting karena terkait dengan absorbsi obat dan

distribusinya dalam jaringan-jaringan tubuh. Nilai pKa suatu molekul terkait

dengan formulasi sediaan obat dan juga dalam desain metode analis untuk

keperluan penentuan kadarnya (Rohman, 2007).

Jadi harga pKa dapat digunakan untuk membandingkan kekuatan relatif

senyawa asam lemah maupun basa lemah dan juga dapat digunakan

bersama-sama dengan tetapan fisikokimia lain, termasuk data kelarutan dan koefisien

partisi, untuk berbagai jenis penerapan analitik, peracikan, dan penelitian (Foye,

1996).

Turunan asam aril asetat mempunyai aktivitas antiradang dan analgesik

yang tinggi, dan terutama digunakan sebagai antirematik (Siswandono&Sukardjo,

1995). Obat ini secara umum digunakan luas pada pengobatan rematoid dan

(15)

Semuanya diabsorbsi dengan baik pada pemberian per-oral dan hampir semuanya

terikat dengan albumin serum (Mycek, 2001).

Menurut Moffat A.C. et al (2004), harga pKa dari derivat asam aril asetat;

diklofenak 4,2; ibuprofen 4,4 dan 5,2; dan ketoprofen 4,5 yang ditentukan dengan

menggunakan metode Spektrofotometri Ultraviolet multi panjang gelombang atau

dengan istilah Dip-Probe Spectroscopy (D-PAS), metode ini telah divalidasi

dengan akurasi yang tinggi. Dan menurut Foye (1996) harga pKa dari derivat

asam aril aseat; diklofenak belum diketahui; ibuprofen 5,2; dan ketoprofen 5,94,

harga pKa ini ditentukan dengan metode yang umum digunakan yaitu titrasi

pot ensiometri dan spektrofotometri.

Selain metode diatas, harga pKa dapat juga ditentukan dengan

menggunakan tetapan σ Hammett yaitu berdasarkan gugus penarik elektron yang

tersubstitusi pada cincin aromatik, dengan cara ini diperoleh harga pKa untuk

ibuprofen 4,57; ketoprofen 4,53 sedangkan untuk diklofenak belum diketahui

(Siswandono&Soekardjo, 1998). Harga pKa yang diperoleh dari suatu senyawa

dapat berbeda-beda, tergantung metode yang digunakan pada penentuan harga

pKa tersebut (Foye, 1996).

Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian penetapan harga pKa dari derivat asam aril asetat yaitu Diklofenak,

Ibuprofen, Ketoprofen secara spektrofotometri ultraviolet. Pemilihan senyawa ini

berdasarkan khasiatnya sebagai anti rematik yang banyak digunakan serta

(16)

1.2 Perumusan Masalah

Apakah harga pKa dari derivat asam aril asetat (Diklofenak, Ibuprofen,

Ketoprofen) yang diperoleh berbeda dengan harga pKa yang terdapat dalam

literatur?

1.3 Hipotesis

Harga pKa dari derivat asam aril asetat (Diklofenak, Ibuprofen,

Ketoprofen) yang diperoleh berbeda dengan harga pKa yang terdapat dalam

literatur.

1.4 Tujuan

Untuk menentukan harga pKa dari derivat asam aril asetat (Diklofenak,

Ibuprofen ,Ketoprofen) secara spektrofotometri ultraviolet.

1.5 Manfaat

Diharapkan penelitian ini berguna dalam menentukan harga pKa dari

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Umum

a. Diklofenak

Rumus Bangun :

Rumus Molekul : C14H11Cl2NO

Rumus bangun :

2

Sinonim : 2-[(2,6-Dichlorophenyl)amino]benzenacetic acid

Berat : 296,2

Pemerian : Serbuk kristal, putih atau agak kekuningan, agak higroskopis

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam alkohol; agak mudah

larut dalam aseton; sangat mudah larut dalam metil alkohol

(18)

Sinonim : α methyl-4-(2-Methylprophyl)benzenacetic acid

Berat : 206,3

Pemerian : Serbuk hablur, putih hingga hampir putih; berbau khas lemah.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; sangat mudah larut dalam etanol;

dalam metanol dalam aseton dan dalam klorofom; sukar larut

dalam etil asetat.

c. ketoprofen

Rumus Bangun :

Rumus Molekul : C16H14O3

Sinonim : 3-Benzoyl-α-methyl benzenacetic acid

Berat : 254,3

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak atau hampir

tidak berbau..

Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter;

(19)

2.2 Analgetika Non Narkotik

Analgetik non narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang

ringan sampai berat, sehingga sering disebut analgetik ringan, juga untuk

menrunkan suhu badan pada keadaan panas badan yang tinggi dan sebagai

antiradang untuk pengobatan rematik. Analgetika non narkotik bekerja pada

perifer dan sentral sistem saraf pusat. Obat ini mengadakan potensiasi dengan

obat-obat penekan saraf pusat.

Mekanisme Kerja 1. Analgesik

Analgetika non narkotika menimbulkan efek analgesik dengan menghambat

secara langsung dan selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang

mengkatalis biosintesis prostaglandin, seperti siklooksigenase sehingga mencegah

sensitasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit, seperti bradikinin,

histamin serotonin, protasiklin, prostaglandin, ion-ion hidrogen dan kalium, yang

dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi.

2. Antipiretik

Analgetika non narkotika menimbulkan efek antipiretik dengan meningkat

eliminasi panas, pada penderita dengan suhu badan tinggi, dengan cara

menimbulkan dilatasi buluh darah perifer dan mobilisasi air sehingga terjadi

pengenceran darah dan pengeluaran keringat. Pengaruh obat pada suhu badan

normal relatif kecil. Penurunan suhu tersebut adalah hasil kerja obat pada sistem

(20)

3. Antiradang

Keradangan timbul karena pengaktifan fosfolipase A2, enzim yang menyebabkan

pelepasan asam arakidonat,yang kemudian diubah menjadi prostaglandin oleh

prostaglandin sintetase. Analgetik non narkotik menimbulkan efek antiradang

melalui beberapa kemungkinan, antara lain adalah menghambat biosinteis dan

pengluaran prostaglandin dengan cara memblok secara terpulihkan enzim

siklooksigenase sehingga menurunkan gejala keradangan. Mekanisme yang lain

adalah menghambat enzim-enzim yang terlibat pada biosintesis mukopolisakarida

dan glikoprotein, meningkatkan pergantian jaringan kolagen dengan memperbaiki

jaringan penghubung dan mencegah pengeluaran enzim-enzim lisosom melalui

stabilisasi membran yang terkena radang. Analgetika non narkotik efektif untu

mengurangi keradangan tetapi tidak dapat mencegah kerusakan jaringan pada

penderita artritis.

Berdasarkan struktur kimianya obat antiradang bukan steroid dibagi

menjadi tujuh kelompok yaitu turunan salisilat, turunan 5-pirazolidindion, turunan

N-arilantranilat, turunan asam arilasetat, turunan heteroarilasetat, turunan

oksikam, dan turunan lain-lain.

TURUNAN ASAM ARILASETAT

Turunan ini mempunyai aktivitas antiradang analgesik yang tinggi, dan terutama

digunakan sebagai antirematik.

Contoh turunan asam arilasetat :

1. Diklofenak Na (Voltaren, Neurofenac) dan diklofenak K (Cataflam),

mempunyai aktivitas antirematik, antiradang dan analgesik-antipiretik,

(21)

berbagai keadaan rematik dan kelainan degeneratif pada sistem otot

rangka.

Diklofenak diserap secara cepat dan sempurna didalam lambung, kadar

plasma tertinggi dicapai 2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh

antara 6-15 jam.

Dosis : 25-50 mg 3 kali sehari

2. Ibuprofen (Brufen, Ifen, Motrin), mempunyai aktivitas antirematik,

antiradang dan analgesik-antipiretik, digunakan terutama untuk

mengurangi rasa nyeri akibat keradangan pada berbagai kondisi rematik

dan artritis.

Ibuprofen diserap dengan cepat dalam saluran cerna, kadar serum tertinggi

terjadi dalam 1-2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh 1,8-2

jam.

Dosis : 400 mg 3-4 kali sehari.

3. Ketoprofen (Profenid), mempunyai aktivitas antiradang dan

analgesik-antipiretik, digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat

keradangan pada berbagai keadaan rematik dan kelainan degeneratif pada

sistem otot rangka.

Ketoprofen diserap secara cepat dan sempurna dalam saluran cerna, kadar

plasma tertinggi dicapai dalam 0,5-1 jam setelah pemberian oral, dengan

waktu paruh 2-3 jam.

(22)

2.2 Hubungan struktur-aktivitas turunan asam arilasetat

Turunan asam ariasetat secara umum mempunyai gambaran struktur

sebagai berikut :

b. Mempunyai gugus karbonil atau ekivalennya seperti asam enolat,

sulfonamida yang terpisah oleh satu atom C dari inti aromatik datar.

Pemisahan dengan lebih dari sau atom C, misal pada turunan asam

propionat atau butirat, akan menurunkan aktivitas.

c. Adanya gugus α-metil pada rantai samping asetat dapat meningkatkan

aktivitas antiradangnya.

Contoh : ibufenak, tidak mempunyai gugus α-metil dan bersifat

hepatotoksik,turunan α-metilnya (ibuprofen) mempunyai aktivitas antir α

-metildang yang lebih tinggi dibanding ibufenak.

Makin panjang jumlah atom C aktivitasnya makin menurun.

d. Adanya α-substitusi menyebabkan senyawa bersifat optis-aktif dan

kadang-kadang isomer satu lebih aktif dibanding yang lain. Konfigurasi

yang aktif adalah bentuk isomer S.

Contoh : S( + )-ibuprofen lebih aktif disbanding isomer ( - ), sedang

isomer ( + ) dan ( - )-fenoprofen mempunyai aktivitas yang sama.

e. Mempunyai gugus hidrofob yang terikat pada atom C inti aromatikpada

posisi meta atau para dari gugus asetat.

f. Turunan ester dan amida juga mempunyai aktivitas antiradang secara in

vivo dihidrolisis menjadi bentuk asamnya. Demikian pula untuk turunan

alkohol dan aldehida, secara in vivo dioksidasi menjadi gugus karboksil.

(23)

2.3 Mekanisme Reaksi Diklofenak Ibuprofen dan Ketoprofen a. Diklofenak

(24)

b. Ibuprofen

a. Ketoprofen

(25)
(26)

3HC C

2.4 Sintesis Prostaglandin

(27)
(28)

PERU BAH AN ARAK H I DON AT

ASPI RI N I NDOMETASI N

I BUBRUFEN 2O2 AA SIKLOOKSIGENASE

OH O

O(O)H

O

O

PROSTAGLANDIN ENDOPEOCID H2 (G2) {PGH2{PGG2}]

PROSTASIKLIN SINTESIS

DENGAN PENATAAN ULANG

O PENATAAN ULANG TROMBOKSAN PENATAAN ULANG TROMBOKSAN

SINTESIS

(29)

OH O

O(O)H

+

2HC C

C O

O H

H

HYROXHEPTADECATRIONIKACID (HHT)

MALONALDEHID

1. SINTESIS PGE2 2. SINTESIS PGD2 3. SINTESIS PGF 2

OH O

O(O)H

O

O

1. PGE2 ; R1=O, R2 = α OH, H 2. PGD2 ; R1 = α OH, H, R2 = O 3. PGF2; R1 = R2 = αΟΗ, Η

2.3 Sifat Kimia Fisika dan Aktivitas Biologis

Salah satu sifat kimia fisika yang berhubungan dengan aktivitas biologis

dan penting dalam rancangan obat antara lain adalah ionisasi. Untuk dapat

menimbulkan aktivitas biologis, pada umumnya obat dalam bentuk tidak

terionisasi, tetapi adapula yang aktif dalam bentuk ionnya. Ionisasi sangat penting

dalam hubungannya dengan proses transpor obat dan interaksi obat-reseptor.

1. Obat Yang Aktif Dalam Bentuk Tidak Terionisasi

Sebagian besar obat yang bersifat asam atau basa lemah, bentuk tidak

terionisasinya dapat memberikan efek biologis. Hal ini dimungkinkan bila kerja

obat terjadi di membran sel atau didalam sel. Obat modern sebagian besar bersifat

elektrolit lemah, yaitu asam atau basa lemah, dan derajat ionisasi atau bentuk

(30)

Hubungan antara pKa dan fraksi obat terionisasi dan yang tidak terionisasi

dari obat yang bersifat asam dan basa lemah, dinyatakan melalui persamaan

Henderson-Hasselbach sebagai berikut :

Untuk asam lemah :

pKa = pH + log Cu/Ci

Cu : fraksi asam yang tidak terionisasi

Ci : fraksi asam terionisasi

Contoh :

RCOOH RCOO- + H+

pKa = pH + log (RCOOH) / (RCOO-) (H+

RNH

)

Untuk basa lemah :

pKa = pH + log Cu/Ci

Cu : fraksi basa yang tidak terionisasi

Ci : fraksi basa terionisasi

Contoh :

3+ RNH2 + H+

pKa = pH + log (RNH3+) / (RNH2

Pada obat yang bersifat asam lemah, dengan meningkatnya pH, sifat

ionisasi bertambah besar, bentuk tidak terionisasi berambah kecil, sehingga

jumlah obat yang menembus membran biologis semakin kecil. Akibatnya, )

Perubahan pH dapat berpengaruh terhadap sifat kelarutan dan koefisien

partisi obat. Garam dari asam atau basa lemah, bentuk tidak terionisasinya mudah

diabsorbsi oleh saluran cerna, dan aktivitas biologis sesuai dengan kadar obat

(31)

kemungkinan obat untuk berinteraksi dengan reseptor semakin rendah dan

aktivitas biologisnya semakin menurun.

Pada obat yang bersifat basa lemah, dengan meningkatnya pH, sifat

ionisasi bertambah kecil, bentuk tidak terionisasinya semakin besar, sehingga

jumlah obat yang menembus membran biologis bertambah besar pula. Akibatnya,

kemungkinan obat untuk berinteraksi dengan reseptor bertambah besar dan

aktivitas biologisnya semakin meningkat.

2. Obat Yang Aktif Dalam Bentuk Ion

Beberapa senyawa menunjukkan aktivitas biologis yang makin meningkat

bila derajat ionisasinya meningkat. Karena kesulitan bentuk ion untuk menembus

membran biologis diduga bahwa senyawa tipe ini memberikan efek biologis

diluar sel.

Bell dan Robin ( 1942), mengatakan bahwa aktivitas antibakteri turunan

sulfonamida mncapai maksimum bila mempunyai pKa 6-8. Pada pKa tersebut

sulfonamida terionisasi ± 50 %. Pada pKa 3-5, sulfonamida terionisasi sempurna,

dan bentuk ionisasi ini tidak dapat menembus membran sehingga aktivitas

antibakterinya rendah.

Bila kadar bentuk ion kurang lebih sama dengan kadar bentuk molekul

(pKa 6-8), aktivitas antibakterinya akan maksimal. Pada pKa 9-11, penurunan

pKa meningkatkan jumlah sulfonamida yang terionisasi, jumlah senyawa yang

menembus membran kecil, sehingga aktivitas antibakterinya rendah.

(32)

Harga pKa senyawa kimia yang terionisasi lemah merupakan ukuran yang

mudah dalam hal kecenderungannya melepaskan atau menarik proton dalam

larutan air. Secara tepat, pKa adalah logaritma negatif Ka yang secara matematika

tidak praktis atau tetapan disosiasi asam. Makin kuat senyawa asam, makin rendah

pKa-nya dan makin besar ionisasinya dalam air. Makin kuat senyawa basa, makin

tinggi pKa asam yang bersangkutan, dan makin besar ionisasinya dalam air.

Jadi harga pKa dapat digunakan untuk membandingkan kekuatan relatif

senyawa asam lemah maupun basa lemah. Harga pKa senyawa obat sering

digunakan bersama-sama dengan tetapan fisikokimia lain, termasuk data kelarutan

dan koefisien partisi, untuk berbagai jenis penerapan analitik, klinik, peracikan,

dan penelitian. Misalnya, diketahui bahwa yang menghasilkan efek farmakologi

hanyalah beberapa jenis obat yang terionisasi atau yang mempunyai

angka-banding tertentu antara yang terionisasi dan yang tidak teionisasi.

Suatu senyawa dapat mempunyai beberapa harga pKa, tergantung pada

jumlah gugus fungsi yang dapat terionisasi. Senyawa itu digolongkan sebagai

amfoter jika mempunyai substituen ionisasi asam (pemberi proton) maupun basa

(penerima proton), misalnya tetrasiklindan semua asam amino.

Harga pKa gugus pengionisasi terentu dapat sangat dipengaruhi oleh

adanya substituen kimia lain yang mengionisasi atau tidak mengionisasi dan

memberi dan menarik electron dalam sutau sistem resonansi atau induksi.

Penafsiran dasar-dasar kimia organik yang tepat dapat diterapkan dengan

memakai harga pKa senyawa yang telah pasti untuk memperkirakan pKa analog

(33)

2.7 SPEKTROFOTOMETRI

Spektrofotometri ultraviolet adalah salah satu cara analisa spektroskopik

yang memakai sumber radiasi elektromagnetik dekat (190-380) dengan memakai

instrumen spektrofotometer(Mulja dan Suharman, 1995).

Gugus fungsi yang menyerap radiasi didaerah ultraviolet dan daerah

tampak disebut kromofor dan hampir semua kromofor mempunyai ikatan tak

jenuh. Pada kromofor jenis ini transisi terjadi dari π → π*, yang menyerap pada λ

max kecil dari 200 nm (tidak terkonjugasi), isalnya pada >C=C< dan -C≡C-.

Kromofor ini merupakan tipe transisi dari sistem mengandung elektron π pada

orbital molekulnya. Untuk senyawa yang mempunyai sistem konjugasi, perbedaan

energi antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasi menjadi lebih kecil sehingga

penyerapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar (Noerdin, 1985;

Dachriyanus, 2004).

Gugus fungsi seperti –OH, -NH2, dan Cl yang mempunyai elektron

valensi bukan ikatan disebut auksokrom yang tidak menyerap radiasi pada

panjang gelombang yang lebih besar dari 200 nm, tetapi menyerap kuat pada

daerah ultraviolet jauh. Bila suatu auksokrom terikat pada suatu kromofor, maka

pita serapan kromofor bergeser ke panjang gelombang yang lebih panjang (efek

batokrom) dengan intensitas yang lebih kuat. Efek hipsokrom adalah suatu

pergeseran pita serapan ke panjang gelombang yang lebhh pendek, yag sering kali

terjadi bila muatan positif dimasukkan ke dalam molekul (Noerdin, 1985;

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer

ultraviolet (Shimadzu 1240), pH meter (Hanna), neraca analitik (Vibra), alat-alat

gelas, pompa karet.

Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini kecuali dinyatakan lain

berkualitas E. Merck, asam klorida, natrium hidroksida, kalium dihidrogen fosfat,

etanol 96 %; diklofenak (Indofarma), ibuprofen (Indofarma), ketoprofen

(Indofarma); aquadest (Lab Kimia Farmasi Kuantitatif).

3.3 Prosedur

3.3.1 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas

Farmasi USU.

3.3.2 Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposif

yang dikenal juga dengan sampling pertimbangan dimana sampel ditentukan atas

dasar pertimbangan bahwa sampel yang tidak terambil mempunyai karakteristik

(35)

3.3.3 Pembuatan Pereaksi

3.3.3.1 Pembuatan Larutan Asam Klorida 0,2 N

Diencerkan 20 ml HCl 35 % dengan air suling dalam labu tentukur sampai

volume 1000 ml (Ditjen POM, 1979)

3.3.3.2 Pembuatan Larutan Dapar pH 4,2 – 6,2 (Ditjen POM, 1979) Pembuatan larutan A (Kalium Dihidrogen Fosfat 0,2 M)

Sejumlah 27,218 gram Kalium dihidrogen fosfat dilarutkan dalam air

bebas CO2 hingga 1000 ml. (Ditjen POM, 1979)

Pembuatan larutan B (Natrium Hidroksida 0,2N)

Sejumlah 8 gram natrium hidroksida dilarutkan dalam air bebas CO2

hingga 1000 ml (Ditjen POM, 1979)

Pembuatan dapar 200 ml

Sejumlah larutan A ditambah sejumlah larutan B dengan volume tertentu,

diencerkan dengan air suling bebas CO2 sampai 200 ml. Kemudian pH diukur

dengan pH meter, apabila larutan terlalu asam ditambah tetes demi tetes larutan B

sampai pH yang dikehendaki. Sebaliknya apabila larutan terlalu basa ditambahkan

larutan A tetes demi tetes sampai pH yang dikehendaki.

Perbandingan larutan A dan B yang digunakan untuk membuat larutan

dapar 200 ml yaitu : pH 4,2 : 50,0 ml larutan A ditambah 0,4 ml larutan B

pH 4,8 : 50,0 ml larutan A ditambah 1,1 ml larutan B

pH 5,0 : 50,0 ml larutan A ditambah 2,1 ml larutan B

(36)

3.3.4 Pembuatan Natrium Diklofenak menjadi Diklofenak

Ke dalam beker glas dimasukkan sejumlah Natrium Diklofenak, kemudian

dilarutkan dengan aquadest hingga larut. Tambahkan sedikit demi sedikit larutan

HCl 0,2 N hingga terbentuk endapan putih, lalu tambahkan lagi sampai tidak

terbentuk endapan. Endapan yang terbentuk lalu disaring dan dibilas dengan

aquadest. Kemudian endapan dimasukkan ke dalam crush porselen dan

dikeringkan dalam oven pada suhu ± 110 º C selama 1 jam.

3.3.5 Penentuan Serapan Maksimum a. Diklofenak

Ditimbang seksama sejumlah 34 mg diklofenak baku, dimasukkan dalam

labu tentukur 100 ml, dilarutkan dengan NaOH 0,1 N dan dicukupkan

volumenya sampai garis tanda sehingga diperoleh konsentrasi 340 ppm

(larutan induk baku)

Dipipet 2 ml dari larutan induk baku, dimasukkan ke dalam labu tentukur

50 ml, dicukupkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda sehingga

konsentrasinya menjadi 13,6 ppm. Kemudian diukur serapannya pada panjang

gelombang 200 – 400 nm. (gambar 1 hal:12)

b. Ibuprofen

Ditimbang seksama sejumlah 610 mg diklofenak baku, dimasukkan dalam

labu tentukur 100 ml, dilarutkan dengan NaOH 0,1 N dan dicukupkan

volumenya sampai garis tanda sehingga diperoleh konsentrasi 6100 ppm

(37)

Dipipet 2 ml dari larutan induk baku, dimasukkan ke dalam labu tentukur

50 ml, dicukupkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda sehingga

konsentrasinya menjadi 244 ppm. Kemudian diukur serapannya pada panjang

gelombang 200 – 400 nm. (gambar 2 hal:13)

c. Ketoprofen

Ditimbang seksama sejumlah 15 mg diklofenak baku, dimasukkan dalam

labu tentukur 100 ml, dilarutkan dengan NaOH 0,1 N dan dicukupkan

volumenya sampai garis tanda sehingga diperoleh konsentrasi 150 ppm

(larutan induk baku)

Dipipet 2 ml dari larutan induk baku, dimasukkan ke dalam labu tentukur

50 ml, dicukupkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda sehingga

konsentrasinya menjadi 6 ppm. Kemudian diukur serapannya pada panjang

gelombang 200 – 400 nm. (gambar 3 hal:14)

3.3.6 Pembuatan Larutan Induk Baku a. Diklofenak

Ditimbang seksama sejumlah 34 mg diklofenak baku dimasukkan ke

dalam labu takar 250 ml (136 ppm), dilarutkan dengan etanol 96 % kemudian

ditambahkan sedikit demi sedikit sampai garis tanda.

b. Ibuprofen

Ditimbang seksama sejumlah 820 mg ibuprofen baku dimasukkan ke

dalam labu takar 250 ml (3280 ppm), dilarutkan dengan etanol 96 % kemudian

(38)

c. Ketoprofen

Ditimbang seksama sejumlah 10 mg ketoprofen baku dimasukkan ke

dalam labu takar 250 ml (40 ppm), dilarutkan dengan etanol 96 % kemudian

ditambahkan sedikit demi sedikit sampai garis tanda.

3.3.7 Penetapan Harga Pka Sampel Secara Spektrofotometri Ultraviolet a. Diklofenak

• Dipipet 25 ml larutan induk baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 50

ml. Kemudian diencerkan dengan larutan NaOH 0,2 N.(68 ppm)

• Dipipet 25 ml larutan induk baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 50

ml. Kemudian diencerkan dengan larutan HCl 0,2 N.

• Dipipet 25 ml larutan induk baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 50

ml. Kemudian diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 5,8.

• Dipipet 25 ml larutan induk baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 50

ml. Kemudian diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 5,4.

• Dipipet 25 ml larutan induk baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 50

ml. Kemudian diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 4,8.

• Dipipet 25 ml larutan induk baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 50

ml. Kemudian diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 4,2

• Diukur pH nya dengan pH meter dan dicatat (sebagai dasar perhitungan).

• Kemudian diukur resapannya dari λ 230 sampai 300 nm. (gambar 4 hal:18)

b. Ibuprofen

• Dipipet 25 ml larutan induk baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 50

(39)

• Dipipet 25 ml larutan induk baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 50

ml. Kemudian diencerkan dengan larutan HCl 0,2 N.

• Dipipet 25 ml larutan induk baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 50

ml. Kemudian diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 6,2.

• Dipipet 25 ml larutan induk baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 50

ml. Kemudian diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 5,8.

• Dipipet 25 ml larutan induk baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 50

ml. Kemudian diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 5,4.

• Dipipet 25 ml larutan induk baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 50

ml. Kemudian diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 4,8

• Diukur pH nya dengan pH meter dan dicatat (sebagai dasar perhitungan).

• Kemudian diukur resapannya dari λ 230 sampai 300 nm. (gambar 5 hal:22)

c. Ketoprofen

• Dipipet 25 ml larutan induk baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 50

ml. Kemudian diencerkan dengan larutan NaOH 0,2 N.(20 ppm)

• Dipipet 25 ml larutan induk baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 50

ml. Kemudian diencerkan dengan larutan HCl 0,2 N.

• Dipipet 25 ml larutan induk baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 50

ml. Kemudian diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 6,2.

• Dipipet 25 ml larutan induk baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 50

ml. Kemudian diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 5,8.

(40)

• Dipipet 25 ml larutan induk baku dimasukkan ke dalam labu tentukur 50

ml. Kemudian diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 4,8.

• Diukur pH nya dengan pH meter dan dicatat (sebagai dasar perhitungan).

• Kemudian diukur resapannya dari λ 230 sampai 300 nm. (gambar 6 hal 26)

Dihitung harga pKa masing-masing dengan rumus :

HA buffer

buffer A

A A

A A pKa

pH

− − +

= −

log

dimana :

AA- = absorbansi anion

AHA = absorbansi asam bebas

A buffer = absorbansi campuran anion dan molekul asam bebas

(41)

2.3.7 Analisa Data Secara Statistik

Untuk menghitung standar deviasi digunakan rumus :

1

2

−       −

=

n x x SD

Keterangan:

SD = standar deviasi; x = pKa sampel; x = pKa rata-rata sampel;

n = jumlah perlakuan

Untuk menghitung t hitung

(

)

n

SD

x

x

t

hitung

=

digunakan rumus ;

Dimana:

x = pKa sampel;

x = pKa rata-rata sampel; SD = Standar deviasi;

n = jumlah perlakuan

Dengan dasar penolakan data adalah : t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel dan

(42)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penentuan Konsentrasi

Untuk mengetahui konsentrasi pengukuran yang terbaik perlu dilakukan

orientasi terhadap kurva serapan dari masing-masing sampel. Konsentrasi yang

diinginkan yaitu konsentrasi yang dapat menunjukkan perbedaan absorbansi yang

besar antara larutan sampel dalam suasana basa dan suasana asam.

Dari hasil orientasi untuk membuat kurva serapan dari ketiga sampel yaitu

diklofenak, ibuprofen, dan ketoprofen yang dapat menunjukkan perbedaan

absorbansi yang besar antara larutan sampel dalam suasana basa dan suasana

asam, diperoleh absorbansi diklofenak pada konsentrasi 68 ppm; ibuprofen 1640

ppm; dan ketoprofen 20 ppm.

3.2 Hasil Penentuan Serapan Maksimum

Menurut Moffat A.C. et al (2004), diklofenak memberikan serapan

maksimum pada panjang gelombang 275 nm dalam pelarut NaOH 0,1 N dengan

A11 = 351b. Dari hasil pengukuran panjang gelombang maksimum diklofenak

baku dalam pelarut NaOH 0,1 N secara spektrofotometri ultraviolet diperoleh

(43)

Gambar 1. Kurva serapan diklofenak dengan konsentrasi 13,6 ppm dan panjang

gelombang maksimum secara spektrofotometri ultraviolet

Ibuprofen memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 265

nm dalam pelarut NaOH 0,1 N dengan A11 = 18,5a. Dan menurut USP XXII

ibuprofen memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 264 nm dan

(44)

Dari hasil pengukuran panjang gelombang maksimum ibuprofen baku

dalam pelarut NaOH 0,1 N secara spektrofotometri ultraviolet diperoleh serapan

maksimum pada panjang gelombang 264 nm seperti (gambar 2)

Gambar 2. Kurva serapan Ibuprofen dengan konsentrasi 244 ppm dan panjang

(45)

Ketoprofen memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 262

nm dalam pelarut NaOH 0,1 N dengan A11 = 647a. Dari hasil pengukuran panjang

gelombang maksimum ketoprofen baku dalam pelarut NaOH 0,1 N secara

spektrofotometri ultraviolet diperoleh serapan maksimum pada panjang

(46)

Dari hasil pengukuran serapan maksimum dalam pelarut NaOH 0,1 N

secara spektrofotometri ultraviolet pada masing-masing sampel diperoleh bahwa

serapan maksimum ini memenuhi persyaratan serapan maksimum yaitu lebih

kurang 2 nm dari λ maksimum yang terdapat dalam literatur (FI edisi IV. 1995).

3.3 Penentuan Serapan Sampel dari Panjang Gelombang 230 – 300 nm b. diklofenak

Tabel 1. Data serapan diklofenak baku dalam larutan NaOH 0,2 N dengan

konsentrasi 68 ppm

Tabel 2. Data serapan diklofenak baku dalam larutan HCl 0,2 N dengan

(47)

Tabel 3. Data serapan diklofenak baku dalam larutan dapar pH 5,8 dengan

konsentrasi 68 ppm

Tabel 4. Data serapan diklofenak baku dalam larutan dapar pH 5,4 dengan

(48)

Tabel 5. Data serapan diklofenak baku dalam larutan dapar pH 4,8 dengan

konsentrasi 68 ppm

Tabel 6. Data serapan diklofenak baku dalam larutan dapar pH 4,2 dengan

(49)

0.8 1.2 1.6 2 2.4

240 245 250 255 260 265 270 275 280 285 290 295 300

panjang gelombang (nm)

a

b

s

o

r

b

a

n

s

i

Series1 Series2 Series3 Series4 Series5 Series6

Gambar 4. Kurva serapan diklofenak dengan konsentrasi 68 ppm dalam berbagai

suasana secara spektrofotometri ultraviolet

Keterangan : series 1 dalam NaOH 0,2 N

series 2 dalam HCl 0,2 N

series 3 dalam dapar pH 5,8

(50)

c. Ibuprofen

Tabel 7. Data serapan ibuprofen baku dalam larutan NaOH 0,2 N dengan

konsentrasi 1640 ppm

Tabel 8. Data serapan ibuprofen baku dalam larutan HCl 0,2 N dengan

konsentrasi 1640 ppm

(51)

Tabel 9. Data serapan ibuprofen baku dalam larutan dapar pH 6,2 dengan

konsentrasi 1640 ppm

Tabel 10. Data serapan ibuprofen baku dalam larutan dapar pH 5,8 dengan

(52)

Tabel 11. Data serapan ibuprofen baku dalam larutan dapar pH 5,4 dengan

konsentrasi 1640 ppm

Tabel 12. Data serapan ibuprofen baku dalam larutan dapar pH 4,8 dengan

(53)

0 0.5 1 1.5 2

240 245 250 255 260 265 270 275 280 285 290 295 300

panjang gelom bang (nm )

a

b

s

o

rb

a

n

s

i

Series1 Series2 Series3 Series4 Series5 Series6

Gambar 5. Kurva serapan ibuprofen dengan konsentrasi 1640 ppm dalam

berbagai suasana secara spektrofotometri ultraviolet

Keterangan : series 1 dalam NaOH 0,2 N

series 2 dalam HCl 0,2 N

series 3 dalam dapar pH 6,2

series 4 dalam dapar pH 5,8

(54)

d. Ketoprofen

Tabel 13. Data serapan ketoprofen baku dalam larutan NaOH 0,2 N dengan

konsentrasi 20 ppm

Tabel 14. Data serapan ketoprofen baku dalam larutan HCl 0,2 N dengan

(55)

Tabel 15. Data serapan ketoprofen baku dalam larutan dapar pH 6,2 dengan

konsentrasi 20 ppm

Tabel 16. Data serapan ketoprofen baku dalam larutan dapar pH 5,8 dengan

(56)

Tabel 17. Data serapan ketoprofen baku dalam larutan dapar pH 5,4 dengan

konsentrasi 20 ppm

Tabel 18. Data serapan ketoprofen baku dalam larutan dapar pH 4,8 dengan

(57)

0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4

220 225 230 235 240 245 250 255 260 265 270 275 280 285 290 295

panjang gelombang (nm)

a

b

s

o

r

b

a

n

s

i

Series1 Series2 Series3 Series4 Series5 Series6

Gambar 6. Kurva serapan ketoprofen dengan konsentrasi 20 ppm dalam berbagai

suasana secara spektrofotometri ultraviolet

Keterangan : series 1 dalam NaOH 0,2 N

series 2 dalam HCl 0,2 N

series 3 dalam dapar pH 6,2

series 4 dalam dapar pH 5,8

(58)

3.4 Hasil Pengukuran Serapan Sampel dalam Larutan NaOH 0,2 N, Larutan HCl 0,2 N dan Larutan Dapar Dengan Berbagai Variasi pH

a. diklofenak

Larutan dapar dengan berbagai variasi pH setelah ditambah dengan larutan

diklofenak sama banyak dan diukur pHnya dengan pH meter diperoleh pH

larutan dengan serapan sebagai berikut :

NaOH 0,2 N dengan absorbansi 1,7798

HCl 0,2 N dengan absorbansi 1,2799

Dapar pH 5,8 menjadi 6,8 dengan absorbansi 1,7672

Dapar pH 5,4 menjadi 6,4 dengan absorbansi 1,761

Dapar pH 4,8 menjadi 5,8 dengan absorbansi 1,755

Dapar pH 4,2 menjadi 5,2 dengan absorbansi 1,723

b. Ibuprofen

Larutan dapar dengan berbagai variasi pH setelah ditambah dengan larutan

ibuprofen sama banyak dan diukur pHnya dengan pH meter diperoleh pH

larutan dengan serapan sebagai berikut :

NaOH 0,2 N dengan absorbansi 2,0620

HCl 0,2 N dengan absorbansi 1,8270

Dapar pH 6,2 menjadi 5,9 dengan absorbansi 1,9943

Dapar pH 5,8 menjadi 5,3 dengan absorbansi 1,9355

Dapar pH 5,4 menjadi 4,8 dengan absorbansi 1,8799

(59)

c. Ketoprofen

Larutan dapar dengan berbagai variasi pH setelah ditambah dengan larutan

ketoprofen sama banyak dan diukur pHnya dengan pH meter diperoleh pH

larutan dengan serapan sebagai berikut :

NaOH 0,2 N dengan absorbansi 1,0331

HCl 0,2 N dengan absorbansi 1,2562

Dapar pH 6,2 menjadi 7,2 dengan absorbansi 1,0435

Dapar pH 5,8 menjadi 6,9 dengan absorbansi 1,056

Dapar pH 5,4 menjadi 6,4 dengan absorbansi 1,0745

Dapar pH 4,8 menjadi 5,8 dengan absorbansi 1,0873

Dari hasil data serapan sampel dalam berbagai suasana diperoleh bahwa

titik isobestik pada diklofenak terjadi pada panjang gelombang 270 nm; ibupofen

pada panjang gelombang 250 nm dan ketoprofen pada panjang gelombang 230

nm. Titik isobestik adalah panjang gelombang dimana absorbsitivitas molar dari

asam dan basa sama. Sebagai dasar untuk menghitung harga pKa digunakan

absorbansi pada daerah setelah titik isobestik ini (Willard, 1981).

3.5 Penetapan Harga pKa

Dari hasil penetapan harga pKa diklofenak, ibuprofen dan ketoprofen

dengan menggunakan metode Spektrofotometri Ultraviolet, diperoleh harga pKa

rata-rata dari diklofenak 4,765 dengan standar deviasi (SD) = 0,41; ibuprofen 5,32

dengan standar deviasi (SD) = 0,17; dan ketoprofen 5,75 dengan standar deviasi

(60)

Tabel 19. Data harga pka dari diklofenak, ibuprofen dan ketoprofen

Dari tabel diatas diperoleh bahwa harga pKa yang tertinggi berturut-turut

ketoprofen, ibuprofen dan yang paling rendah diklofenak. Menurut Moffat et al

(2004) harga pKa untuk ketoprofen yaitu 4,5 dan menurut Foye (1996) 5,94.

Sedangkan dari hasil penelitian diperoleh yaitu 5,75. Harga pKa ini mendekati

harga pKa yang terdapat pada Foye. Hal ini disebabkan karena berdasarkan

pengaruh induksi dan resonansi, pada gugus ketoprofen terdapat gugus C=O pada

posisi meta dengan induksi negatif (I-) resonansi negatif (R-), tetapi karena

pengaruh cincin benzen pada gugus C=O yang memberikan elektron secara

bersama sehingga harga pKa mendekati netral.

Untuk ibuprofen harga pKanya ada 2 yaitu 4,4 dan 5,2 (Moffat et al.

2004) dan 5,2 (Foye. 1996). Hasil yang diperoleh yaitu 5,32 yang bila

dibandingkan dengan moffat dan foye perbedaannya tidak terlalu jauh. Karena

berdasarkan pengaruh induksi dan resonansi, pada ibuprofen terdapat gugus CH2

(61)

pada posisi para, resonansi terjadi karena hiperkonjugasi pada CH3 dan CH pada

benzen lebih elektronegatif dibandingkan CH2 sehingga memberikan (R+, I+).

Sedangkan untuk diklofenak menurut Moffat et al (2004) harga pKanya

yaitu 4,2 dan menurut Foye (1996) harga pKanya belum ditentukan. Hasil yang

diperoleh yaitu 4,75 yang bila dibandingkan dengan moffat perbedaannya tidak

terlalu jauh. Karena berdasarkan pengaruh induksi dan resonansi, pada gugus

diklofenak terdapat gugus NH yang memberikan (I-) dan (R+), dengan adanya

atom H dari gugus NH pada posisi orto dan atom OH dari gugus COOH terjadi

jembatan hidrogen yang menyebabkan diklofenak makin asam dan pKa semakin

turun. Adanya Cl juga menyebabkan penurunan pH, hal ini karena apabila suatu

senyawa ditambah gugus penarik elektron akan menaikkan sifat keasamannya.

Apabila (R+, I+) dan (R+, I-) maka pemberi elektron dan harga pKa

meningkat, dan apabila (R-, I-) maka penarik elektron dan harga pKa menurun.

Harga pKa gugus pengionisasi tertentu dapat dipengaruhi oleh adanya substituen

kimia lain yang mengionisasi atau tidak mengionisasi dan memberi atau menarik

elektron dalam suatu sistem resonansi dan induksi (Foye, 1996).

Perbedaan harga pKa yang diperoleh dengan harga pKa teori dipengaruhi

oleh adanya pelarut organik yaitu alkohol, biasanya mengganggu kesetimbangan

ionisasi dalam air. Untuk asam, kesetimbangan didesak kekiri dengan

menguntungkan pelarutan bentuk yang tidak terionisasi. Efek pada penentuan

harga pKa dalam sistem pelarut organik biasanya terlihat sebagai harga yang lebih

(62)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Hasil penelitian diperoleh bahwa harga pKa dari bahan baku Diklofenak,

Ibuprofen dan Ketoprofen dengan menggunakan metode Spektrofotometri

Ultraviolet yaitu harga pKa rata-rata dari diklofenak 4,75 dengan standar deviasi

(SD) = 0,41; ibuprofen 5,32 dengan standar deviasi (SD) = 0,17 dan ketoprofen

5,75 dengan standar deviasi (SD) = 0,35.

4.2 Saran

Disarankan agar peneliti selanjutnya dapat menetapkan harga pKa sediaan

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (1988). Petunjuk Praktikum QSAR, Mid Career Training in

Pharmacochemistry. A joint project between Fakultas Farmasi Universitas

Gajah Mada, Yogyakarta and the Departement of Pharmacochemistry,

Vrije Universiteit. Amsterdam, the Netherlands. Hand out Period 2.Hal 1-5

Anonim, (1990). USP XXII NF XVII Pharmacopeia The National Formulasi.

Marck Printing Company, Easton, PA, 8042

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Departemen Kesehatan

RI. Jakarta. Hal. 744-748 dan 753-755.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Departemen

Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 1066.

Foye William O. (1990). Principles of Medicinal Chemistry. Reprinted. London.

LEA & FEBIGER/PHILADELPIA. Hal. 866-867.

Foye William O. (1996). Prinsip-prinsip Kimia Medisinal. Jilid II edisi kedua.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 1809-1811.

Moffat A.C. et. al. (2004). Clarke’s analysis of drugs and poisons. In

Pharmaceuticals body fluids and postmortem material. Third edition.

London-Chicago. PhP Pharmaceutical Press. Hal. 552 dan 904-905

Mycek, Mary J. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi kedua. Widya

Medika. Jakarta. Hal. 411

(64)

Siswandono dan Soekarjo, B. (1995). Kimia Medisinal. Cetakan Pertama. Penerbit

Airlangga University Press. Surabaya. Hal. 550-552

Siswandono dan Soekarjo, B. (1998). Prinsip-Prinsip Rancangan Obat. Cetakan

Pertama. Penerbit Airlangga University Press. Surabaya. Hal. 202

Sudjana. (1992). Metode Statistik. Edisi kelima. Penerbit Tarsito Bandung. Hal.

145-147

Willard H. Hobart, (1981). Instrumental Methods of Analysis. 7th edition.

(65)

Lampiran 1. Hasil perhitungan harga pKa Diklofenak secara spektrofotometri

ultraviolet pada λ analitik 295

HA

1. pH dapar 5,8 menjadi 6,8 dengan absorbansi 1,7672

= absorbansi dalam larutan HCl 0,2 N yaitu 1,2799 AHA = absorbansi dalam larutan NaOH 0,2 N yaitu 1,7798

A buffer = absorbansi dalam larutan dapar

22

2. pH dapar 5,4 menjadi 6,4 dengan absorbansi 1,761

(66)

3. pH dapar 4,8 menjadi 5,8 dengan absorbansi 1,755

4. pH dapar 4,2 menjadi 5,2 dengan absorbansi 1,723

31

(67)

Lampiran 2. Hasil perhitungan harga pKa Ibuprofen secara spektrofotometri

ultraviolet pada λ analitik 265 nm

HA

1. pH dapar 6,2 menjadi 5,9 dengan absorbansi 1,9943

= absorbansi dalam larutan HCl 0,2 N yaitu 1,827 AHA = absorbansi dalam larutan NaOH 0,2 N yaitu 2,062

A buffer = absorbansi dalam larutan dapar

(68)

3. pH dapar 5,4 menjadi 4,8 dengan absorbansi 1,8799

(69)

Lampiran 3. Hasil perhitungan harga pKa Ketoprofen secara spektrofotometri

ultraviolet pada λ analitik 250 nm

HA

1. pH dapar 6,2 menjadi 7,2 dengan absorbansi 1,0453

= absorbansi dalam larutan HCl 0,2 N yaitu 1,2562 AHA = absorbansi dalam larutan NaOH 0,2 N yaitu 1,0331

A buffer = absorbansi dalam larutan dapar

(70)

3. pH dapar 5,4 menjadi 6,4 dengan absorbansi 1,0745

4. pH dapar 4,8 menjadi 5,8 dengan absorbansi 1,0873

31

(71)

Lampiran 4. Analisa data Statistik harga pKa dari Diklofenak

Standar Deviasi 0,41

(72)

Lampiran 5. Analisa data Statistik harga pKa dari Ibuprofen

Standar deviasi 0,17

3

(73)

Lampiran 6. Analisa data Statistik harga pKa dari Ketoprofen

Standar deviasi 0,35

(74)

Lampiran 7. Gambar alat

a. Spektrofotometer Ultraviolet (Shimadzu mini 1240)

b. pH meter (Hanna)

Gambar

Tabel  1 Data serapan diklofenak baku dalam larutan NaOH 0,2 N
Gambar 1. Kurva serapan diklofenak dengan konsentrasi 13,6 ppm dan panjang  gelombang maksimum secara spektrofotometri ultraviolet
Gambar 2.  Kurva serapan Ibuprofen dengan konsentrasi 244 ppm dan panjang  gelombang maksimum secara spektrofotometri ultraviolet
Gambar 3.  Kurva serapan ketoprofen dengan konsentrasi 6 ppm dan panjang  gelombang maksimum secara spektrofotometri ultraviolet
+7

Referensi

Dokumen terkait

Asam lemak  dilarutkan dalam etanol dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 ppm  disiapkan tiga tabung reaksi untuk masing-masing konsentrasi  dimasukkan 6,75 ml larutan

Konsentrasi hidrokortison asetat larutan A x 1000 g = 500 g/ml Kemudian dari larutan A, dipipet 0,5 ml dan dimasukkan kedalam labu tentukur 25 mL dan diencerkan

Larutan standard Fe (III) dengan variasi konsentrasi 1-5 ppm Pereduksi dengan Konsentrasi Optimum pH Optimum Buffer asetat Pengompleks 1,10 Fenantrolin aseton Dimasukan kedalam

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penetapan kadar campuran parasetamol dan ibuprofen dengan spektrofotometri UV dengan panjang gelombang berganda memiliki akurasi