ANALISIS PENERJEMAHAN DAN PEMAKNAAN
ISTILAH TEKNIS: STUDI KASUS PADA
TERJEMAHAN DOKUMEN KONTRAK
TESIS
Oleh
ROSWANI SIREGAR
077009024/LNG
S
E K O L AH
P A
S C
A S A R JA
NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PENERJEMAHAN DAN PEMAKNAAN
ISTILAH TEKNIS: STUDI KASUS PADA
TERJEMAHAN DOKUMEN KONTRAK
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Linguistik
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ROSWANI SIREGAR
077009024/LNG
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS PENERJEMAHAN DAN PEMAKNAAN ISTILAH TEKNIS: STUDI KASUS PADA TERJEMAHAN DOKUMEN KONTRAK
Nama Mahasiswa : Roswani Siregar
Nomor Pokok : 077009024
Program Studi : Linguistik
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Amrin Saragih, MA., Ph.D) Ketua
(Dr. Eddy Setia, M.Ed., TESP) Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. T. Silvana Sinar, MA., Ph.D) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal: 10 Maret 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Amrin Saragih, MA., Ph.D
Anggota : 1. Dr. Eddy Setia, M.Ed., TESP
2. Prof. T. Silvana Sinar, MA., Ph.D
PERNYATAAN
ANALISIS PENERJEMAHAN DAN PEMAKNAAN
ISTILAH TEKNIS: STUDI KASUS PADA
TERJEMAHAN DOKUMEN KONTRAK
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, atau kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Maret 2009
ABSTRAK
Tesis ini berjudul Analisis Penerjemahan dan Pemaknaan Istilah Teknis: Studi Kasus pada Terjemahan Dokumen Kontrak. Ada enam dokumen kontrak (sebagai produk terjemahan) sebagai sumber data dalam analisis ini. Dapat diidentifikasi bahwa istilah teknis yang digunakan dalam dokumen ini adalah istilah yang berkaitan dalam bidang ekonomi (akuntansi, manajemen, dan keuangan).
Dalam membaca sebuah teks sebagai produk terjemahan, dapat ditemukan berbagai masalah dalam memahami isi teks tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya adanya perbedaan budaya antara penulis dan pembaca teks tersebut, yang berakibat pada perbedaan pandangan pada konsep kata yang dimaksudkan oleh penulis.
Para penerjemah biasa memilih dua metode penerjemahan, yaitu terjemahan harafiah (literal) yang terdiri atas peminjaman, terjemahan harafiah, dan terjemahan wajib yang terdiri atas transposisi, modulasi, kesepadanan, dan penyesuaian). Oleh sebab itu, dalam menganalisis produk terjemahan penulis berfokus pada analisis metode yang disebutkan di atas. Untuk mendapatkan analisis yang rinci, juga dilakukan analisis medan makna untuk mendapatkan makna istilah atau kosa kata yang terdapat pada bahasa sumber (BS) dan bahasa target (BT).
Dari hasil analisis yang dilakukan dalam tesis ini memperlihatkan kompleksitas pemahaman tentang prosedur dan metode penerjemahan yang perlu untuk dipahami. Hal-hal yang berkaitan dengan cara identifikasi istilah, penerapan metode penerjemahan yang meliputi banyak hal, seperti misalnya proses peminjaman, calque, terjemahan harafiah, transposisi, modulasi, kesepadanan, penyesuaian, pergeseran struktur, unit, dan kelas, intrasistem dan juga sistem penyerapan istilah asing, sangat perlu untuk diperhatikan.
ABSTRACT
This thesis deals with An Analysis of Technical Terms Translation and Meanings: A case study of Contract document. There are six contract documents (translation products) as the source of data in this analysis. It can be identified that the terms used in the documents are mostly related to economical terms (accounting, management, and finance).
In reading a text as a product of translation, it can be found some problems to understand the content of the text. This is caused by some factors, for example, the different culture between writers and readers, which consequently can cause the different view of the word concept that is intended by the writers.
Translators may choose two methods of translating, namely direct or literal translation (borrowing, calque, literal translation), and obligue translation (transposition, modulation, equivalence, adaptation). So, in analyzing the products of translation, the writer focuses the analysis on these items of the method. In order to get detailed analysis, the analysis is also focused on the meaning field in order to find out the meanings of the terms of both SL and TL.
The results of analysis show that there are some complexities in understanding the translation procedures and methods that should be mastered. Those that are related to ways of terms identification, the application of translation method with its various problems, such as direct or literal translation (borrowing, calque, literal translation), and obligue translation (transposition, modulation, equivalence, adaptation), and translating the foreign terms, need to be observed.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan kesehatan, rejeki, dan kesempatan bagi penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Salawat dan salam penulis sampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat Islam ke jalan yang benar, jalan
yang diridhoi Allah.
Tesis ini tidak akan pernah selesai tanpa adanya dukungan moral dan spiritual
dari beberapa pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D selaku Pembimbing I yang telah
membimbing, mengarahkan, mengkritisi, dan mengoreksi isi tulisan tesis ini dengan
penuh kehati-hatian dan tak mengenal lelah sehingga terbentuknya tesis ini.
Dr. Drs. Eddy Setia, M.Ed TESP selaku Pembimbing II yang juga sibuk
memberikan bantuan pinjaman buku-buku teori terjemahan yang berkualitas dan
mutakhir. Beliau juga aktif dalam memberikan masukan, kritikan, dan koreksian yang
menyeluruh sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Prof. Dr. T. Silvana Sinar, M.A selaku Ketua Program S2 Linguistik SPs.
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dorongan semangat, kritikan, dan
Drs. Umar Mono, Dipl. Trans. H.Hum selaku Sekretaris Program yang juga
banyak membantu dalam dua hal. Pertama, menyangkut administrasi sehingga segala
permasalahan mengenai administrasi kuliah dan ujian dapat diselesaikan dengan baik.
Kedua mengenai kontribusinya dalam hal kritikan dan sumbangan pemikiran untuk
kesempurnaan tesis ini.
Seluruh dosen pengajar di Program S2 Linguistik yang telah memberikan
ilmu pengetahuan yang sangat berguna baik pengembangan ilmu pengetahuan secara
keseluruhan maupun yang menyangkut terjemahan.
Seluruh teman seangkatan yang dengan antusias telah memberikan kritikan
dan sumbangan pemikiran guna kesempurnaan tesis ini. Mereka juga banyak
membantu penulis selama masa perkuliahan.
Orang tua dan seluruh keluarga penulis yang senantiasa memberi doa, nasihat,
bantuan dana, dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah tepat
waktu.
Semoga Allah SWT membalas segala bantuan yang telah diberikan berlipat
ganda. Amin ya robbal ‘alamin.
Penulis, Maret 2009
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP... v
2.1.1 Pengertian Dokumen Kontrak... 8
2.1.2 Pengertian Istilah... 9
2.2 Landasan Teori... 9
2.2.1 Terjemahan dan Permasalahannya... 9
2.2.2 Teori Relevansi... 15
2.2.3 Semantik dalam Penerjemahan... 17
2.2.4 Analisis Komponen Makna... 18
2.2.5 Metode Penerjemahan... 21
2.2.6 Pergeseran dalam Penerjemahan... 25
BAB III METODOLOGI... 29
3.1 Metode dan Teknik Penelitian... 29
3.2 Data dan Sumber Data... 29
3.3 Analisis Data... 30
3.4 Teknik Analisis Data... 31
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN... 33
4.1 Paparan Data... 33
4.1.1 Identifikasi Istilah Dokumen Kontrak Bahasa Inggris... 33
4.1.1.1 Istilah yang Terdiri atas Satu Kata dan Padanannya... 33
4.1.1.2 Istilah yang Terdiri atas Dua Kata atau Lebih (Frasa) dan Padanannya... . 35
4.1.2 Penerapan Metode Penerjemahan... 36
4.1.2.1 Metode Borrowing (Metode Peminjaman)... 37
4.1.2.2 Loan Translation (Calque)... 40
4.1.2.3 Terjemahan Harafiah (Literal Translation)... 41
4.1.2.4 Transposisi... 42
4.1.2.5 Modulasi... 43
4.1.2.6 Kesepadanan... 45
4.1.2.7 Penyesuaian... 46
4.1.3 Pergeseran dalam Penerjemahan... 47
4.1.3.1 Pergeseran Struktur... 48
4.1.3.2 Pergeseran Unit... 50
4.1.3.3 Pergeseran Kelas (Class Shifts)... 50
4.1.3.4 Pergeseran Intrasistem... 51
4.1.4 Penyerapan dan Penerjemahan Istilah Asing... 52
4.1.4.1 Penyerapan Istilah Asing... 52
4.1.4.2 Penerjemahan Istilah Asing... 54
4.1.4.3 Penyerapan dan Sekaligus Penerjemahan.. 55
4.1.5 Pemaknaan Istilah... 57
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1 Istilah yang Berbentuk Satu Kata dan Padanannya... 34
2 Istilah yang Terdiri atas Dua atau Lebih Kata (Frasa) dan Padanannya... 35
3 Data Pure Loanwords (Pinjaman Murni)... 38
4 Data Mix Loanwords (Pinjaman Takmurni)... 39
5 Data Loanblend (Pinjaman Campuran)………. 39
6 Data Loan Translation (Calque)……… 40
7 Data Terjemahan Harafiah (Literal Translation)……….. 41
8 Data Transposisi……… 43
9 Data Kesepadanan………. 46
10 Data Penyesuaian……… 47
11 Data Pergeseran dalam Penerjemahan……… 48
12 Data Pergeseran Struktur……… 49
13 Data Pergeseran Unit (1)... 50
14 Data Pergeseran Unit (2)... 50
15 Data Pergeseran Kelas (1)... 51
16 Data Pergeseran Intrasistem... 51
17 Data Penyerapan Istilah Asing... 53
19 Komponen Makna ’Income Statement/Laporan Laba Rugi ... 58
20 Komponen Makna ’Contract/Kontrak’... 59
21 Komponen Makna ’Claim/Klaim’... 60
22 Komponen Makna ’Liability/Kewajiban’... 60
23 Komponen Makna ’Indemnify/Ganti Rugi’... 61
24 Komponen Makna ’Profit/Profit’ ... 61
25 Komponen Makna ’Losses/Kerugian’ ... 62
26 Komponen Makna ’Marketable Securities/Sekuritas yang Dapat Dipasarkan... 62
27 Komponen Makna ’Income/Penghasilan’... 63
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Contract Document CRP-5354. Subject: Local Task Force ……… 73
(a) Subject : Local Task Force Services ……… 73
(b) Local Task Force Services: Exhibit B: Special Terms ………. 76
(c) Local Task Force Services: Exhibit C : Elucidation of Attachment … 86
(d) Local Task Force Services: Exhibit C : Compensation ………... 91
2. Contract No. CEN-7583. Subject : Well Maintenance and Security
Services ……… 104
3. Enquiry Document RFQ-CEN-7583. Subject : Well Maintenance and
Security Services Service Order No. CEN-1492………. 107
4. Subject : Crude Oil Transportation Services ………. 110
5. Contract No. CEN-7582. Subject : Clean up and Fencing Installation
Services ……….. 115
6. Service Order No. CEN-1492. Subject : Crude Oil Transportation
Services (Exhibit-B)……….. 119
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
1. Daftar Singkatan
BIND = Bahasa Indonesia
BING = Bahasa Inggris
BP = Bahasa Penerima
BS = Bahasa Sumber
BT = Bahasa Target
DK = Dokumen Kontrak
KBBI = Kamus Besar Bahasa Indonesia
TS = Teks Sumber
TT = Teks Target
L = Lampiran
WCD = Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary
FET = Financial and Economic Terms
2. Daftar Lambang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Istilah terjemahan (translation) bisa berarti (1) bidang ilmu secara umum,
(2) produk (teks yang sudah diterjemahkan), (3) proses (tindakan dalam
memproduksi terjemahan) biasanya disebut penerjemahan (translating). Secara netral
istilah ini digunakan untuk semua pekerjaan yang berkaitan dengan makna ungkapan
dalam satu bahasa (bahasa sumber/BS) yang diubah menjadi makna ungkapan bahasa
yang lain (bahasa target/BT) atau sebaliknya, apakah dalam bentuk media lisan
maupun tulisan.
Penerjemahan tidak terlepas dari berbagai teori dan pendekatan yang digagas
oleh para ahli dalam bidang ini. Kalau dikaitkan dengan kemajuan teknologi, kegiatan
itu terkait dengan mesin-mesin penerjemah dan perangkat lunak yang membantu
dalam proses penerjemahan (Jean-Pierre, 2005; Kussmaul, 2005; Sommers, 2003).
Keberhasilan suatu proses penerjemahan sangat bergantung pada tujuan
terjemahan itu dilakukan, yang hasilnya merefleksikan kebutuhan orang yang
memerlukannya. Sebagai contoh, sebuah terjemahan yang luwes, bersifat apa adanya
(rough-and-ready translation) dari sebuah surat bisa mencukupi untuk memberikan
informasi yang akurat. Sebuah terjemahan teks ilmiah membutuhkan perhatian yang
estetikanya. Karya-karya sastra membutuhkan pertimbangan-pertimbangan yang
sensitif terhadap bentuk dan isi. Terjemahan yang menyangkut teks-teks keagamaan
khususnya kitab suci paling tidak harus memenuhi dua kriteria, yang justru selalu
bertentangan, karena kriteria yang satu melihat ke belakang (latar belakang sejarah)
dan yang satu lagi melihat ke depan (masa depan pemeluknya). Pertama,
terjemahannya harus menurut sejarah akurat, tepat mewakili makna yang ada pada
sumber aslinya, sepanjang hal ini dapat diketahui, dan dipadukan dalam tradisi
keagamaan yang terpisah. Yang kedua, terjemahannya harus dapat diterima oleh
pengguna terjemahan tersebut – yang dalam praktiknya – dapat dimengerti, secara
estetika menyenangkan, dan mampu menghubungkan dengan kecenderungan masa
kini khususnya dalam pemikiran keagamaan, tekanan-tekanan sosial, dan perubahan
bahasa.
Kompetensi penerjemahan terdiri atas dua kemampuan pokok, yakni
(1) kemampuan menurunkan serangkaian teks target yang memungkinkan bagi teks
sumber yang ada dan (2) kemampuan memilih dari serangkaian teks tersebut, ’secara
cepat dan dengan kepercayaan diri yang benar (etis)’ versi tertentu yang sangat tepat
bagi pembaca. Pym (1992: 175) menambahkan, definisi kompetensi penerjemahan
seperti itu “mengakui bahwa ada satu model teorisasi implisit dalam praktik
penerjemahan, sepanjang penurunan target teks alternatif bergantung pada
serangkaian hipotesis yang secara intuitif diaplikasikan”. Teori sangat berkaitan
Berkaitan dengan judul tesis ini, teks yang akan dianalisis adalah produk
terjemahan (Inggris – Indonesia) pada dokumen kontrak (DK). Kata dokumen
(bahasa Latin: documentum) mempunyai arti bukti yang tertulis, surat akte, piagam,
surat resmi, dan sebagainya. Sedangkan kata kontrak (bahasa Latin: contractus)
mempunyai arti perjanjian yang mengikat. Secara hukum berarti perjanjian yang
dituangkan dalam suatu akta (akte) (Shadily 1986: 849, 1861).
Terjemahan dokumen kontrak sangat sering dijumpai khususnya pada
perusahaan-perusahaan swasta asing yang ada di Indonesia. Dalam tesis ini dokumen
kontrak yang disasar adalah enam dokumen kontrak (dalam dua versi bahasa –
Inggris dan Indonesia), yaitu antara lain:
(1) Contract Document CRP-5344 yang terdiri atas
(a) Subject: Local Task Force Services,
(b) Local Task Force Services: Exhibit B: Special Terms,
(c) Local Task Force Services: Exhibit C: Elucidation of Attachment, dan
(d) Local Task Force Services: Exhibit C: Compensation.
(2) Contract No. CEN-7583. Subject: Well Maintenance and Security Services,
(3) Enquiry Document RFQ-CEN-7583. Subject: Well Maintenance and Security
Services,
(4) Service Order No. CEN-1492. Subject: Crude Oil Transportation Services,
(5) Contract No. CEN-7582. Subject: Clean up and Fencing Installation
(6) Service Order No. CEN-1492. Subject: Crude Oil Transportation Services
(Exhibit-B)
1.2. Masalah Penelitian
Masalah dalam tesis ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah cara menentukan dan memisahkan istilah yang terdapat dalam
dokumen kontrak terutama dari kata atau ungkapan lain?
2. Bagaimanakah prosedur penerjemahan yang ditempuh dalam menerjemahkan
istilah-istilah yang terdapat dalam dokumen kontrak dari bahasa Inggris ke
bahasa Indonesia?
3. Bagaimanakah cara dalam menentukan padanan istilah dalam dokumen
kontrak bahasa Inggris ke dalam dokumen kontrak bahasa Indonesia?
4. Bagaimanakah cara mengevaluasi pemaknaan istilah yang terdapat dalam
dokumen kontrak dibandingkan dengan bahasa alami (natural language)?
1.3. Tujuan Penelitian
Terkait dengan permasalahan yang dikemukakan pada masalah penelitian
di atas, maka tujuan penelitian dalam tesis ini dibedakan ke dalam dua bagian, yaitu
tujuan yang bersifat praktis dan akademis. Tujuan praktis penelitian ini adalah
menjelaskan fenomena proses penerjemahan. Secara umum, penelitian ini bertujuan
menemukan dan memberikan sejumlah fakta dan informasi linguistik yang terkait
dalam dokumen kontrak. Di samping itu, penelitian ini juga bertujuan menerapkan
teori terjemahan dalam analisis produk terjemahan (dalam hal ini dokumen kontrak)
agar hasil yang diperoleh dalam analisis tersebut dapat dijadikan model penelitian
berikutnya. Secara akademis, ada empat tujuan penelitian ini, yaitu:
(1) Mengidentifikasi istilah-istilah teknis yang berkaitan dengan dokumen
kontrak.
(2) Menelaah metode penerjemahan istilah yang terdapat dalam dokumen
kontrak bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
(3) Menelaah pemberian makna khusus pada istilah yang terdapat dalam
dokumen kontrak dengan cara membandingkan makna teknisnya dengan
makna kata dalam bahasa umum.
(4) Mengevaluasi pembentukan istilah Indonesia yang dipadankan dengan
istilah dalam bahasa Inggris.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai analisis penerjemahan ini memiliki manfaat teoretis
akademis dan manfaat praktis. Secara teoretis akademis, penelitian ini dapat
menambah atau memperkaya khazanah pengetahuan khususnya dalam bidang
penerjemahan – dalam hal ini penerjemahan dokumen-dokumen kontrak dari bahasa
Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Manfaat teoretis akademis lainnya, terutama dari
sudut pandang teori terjemahan, bahwa penerjemah dapat mengaplikasikan berbagai
dengan pemaknaan istilah teknis. Di samping itu, khususnya bagi pemerhati dan
peminat bidang penerjemahan, diharapkan memperoleh manfaat teoretis akademis
lainnya yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan atau model penelitian
sejenis.
Manfaat praktis penelitian ini adalah memberi kontribusi berupa pengetahuan
umum tentang penerjemahan dan metode analisis produk terjemahan yang didasari
oleh teori terjemahan yang relevan dengan kebutuhan dan tujuan analisis tersebut.
1.5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup di sini dimaksudkan untuk memberi batasan pembahasan
berkaitan dengan analisis yang dilakukan dalam tesis ini dan sumber data yang
dianalisis. Disesuaikan dengan judul dan tujuan analisisnya maka analisis dalam tesis
ini dibatasi pada empat bidang bahasan, antara lain:
1. Identifikasi istilah-istilah dokumen kontrak bahasa Inggris, baik yang
berbentuk kata maupun frasa.
2. Evaluasi penerapan metode penerjemahan yang meliputi:
(a) metode peminjaman,
(b) terjemahan harafiah,
(c) transposisi,
(d) modulasi,
(e) kesepadanan, dan
3. Hal-hal yang berkaitan dengan pergeseran dalam penerjemahan yang
meliputi:
(a) pergeseran struktur,
(b) pergeseran unit, dan
(c) pergeseran intrasistem.
4. Penyerapan dan penerjemahan istilah asing.
Adapun data yang dianalisis dibatasi hanya yang terdapat pada dokumen
kotrak seperti yang terdapat dalam lampiran tesis ini. Artinya hasil yang diperoleh
berdasarkan keempat bidang bahasan yang diuraikan di atas berdasar pada data yang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Dokumen Kontrak dan Istilah
2.1.1. Pengertian Dokumen Kontrak
Di latar belakang tesis ini (1.1) telah diungkap penjelasan tentang dokumen
kontrak. Berikut ini perlu diperjelas lagi frasa dokumen kontrak secara leksikografi.
Dokumen adalah (1) surat yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti
atau keterangan (seperti akte kelahiran, surat nikah, surat perjanjian); (2) barang
cetakan atau naskah karangan yang dikirim melalui pos. Kontrak menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah (1) perjanjian (secara tertulis) antara dua
pihak di perdagangan, sewa-menyewa, dan sebagainya; (2) persetujuan yang
bersanksi hukum antara dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak melakukan
kegiatan (KBBI, 1988: 211, 458).
Dalam tesis ini, pengertian dokumen kontrak adalah surat yang tertulis atau
tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan berisikan persetujuan yang
bersanksi hukum antara dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak melakukan
2.1.2. Pengertian Istilah
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan
makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas di bidang tertentu (KBBI, 1988:
341). Istilah juga merupakan bahasa khusus yang berlaku dalam suatu bidang ilmu
tertentu (lihat Hornby, dkk., 1994: 269). Oleh karena itu, dalam dokumen kontrak
sering dijumpai istilah yang mempunyai makna khusus berkaitan dengan kontrak
tersebut. Misalnya istilah dalam BING exhibit yang memiliki makna ‘lampiran’
(Nomina), sementara dalam bahasa sehari-hari istilah itu bermakna ‘menunjukkan/
memamerkan/memperlihatkan/mengadakan pameran’ (Verba). Contoh lain istilah
executed copy (Frasa Nomina) dalam dokumen kontrak bermakna ‘salinan (dokumen
kontrak) yang telah ditandatangani’. Kata executed itu sendiri dalam bahasa
sehari-hari bermakna ‘dieksekusi/diputuskan/dilaksanakan/dijalankan’. Dalam analisis
penerjemahan permasalahan tersebut di atas adalah salah satu fenomena yang perlu
dikaji dan dianalisis agar para penerjemah dapat secara tepat menentukan
langkah-langkah dalam mengantisipasi permasalahan tersebut.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Terjemahan dan Permasalahannya
Terjemahan menjadi semakin penting karena kebanyakan teks tentang
berbagai informasi ilmu pengetahuan dan teknologi berasal dari negara-negara maju
orang dapat mengetahui dan memahami isi teks tersebut. Berikut ini adalah
penjelasan tentang terjemahan yang berasal dari berbagai pakar terjemahan.
Larson (1984: 3) menyebutkan bahwa terjemahan terdiri atas pentransferan
makna bahasa pertama ke dalam bentuk bahasa kedua dengan memperhatikan
struktur semantiknya. Terjemahan melibatkan dua bahasa, bahasa sumber (BS) dan
bahasa penerima (BP) dan tindakan penerjemahan adalah suatu tindakan dalam
mereproduksi makna pesan, pernyataan, ujaran, dan gaya teks BS ke dalam teks BP.
Bell (1991: 6) berpendapat bahwa terjemahan adalah penggantian sebuah
representasi teks yang sama dalam bahasa kedua. Teks dalam dua bahasa yang
berbeda dapat sama dalam tingkatan yang berbeda (secara penuh atau sebagian).
Lebih lanjut, Bell (1991: 6), menambahkan bahwa terjemahan merupakan
penggantian representasi teks yang sama ke dalam teks bahasa kedua khususnya yang
berkaitan dengan kesamaan konteks, semantik, tatabahasa, leksis, dan sebagainya,
dan pada tataran yang berbeda (kata-untuk-kata, frasa-untuk-frasa,
kalimat-untuk-kalimat). Bertautan dengan perbedaan cara pandang para pakar dalam mendefinisikan
terjemahan, secara prinsip dasar mereka sepakat pada pertimbangan makna sebagai
pertimbangan yang paling penting (Astika, 1993: 66, dalam Nababan, 2007: 203,
vol.10).
Jakobson (1959/2000: 114) – dengan pendekatan sifat makna linguistik dan
1. Terjemahan intralingual, atau penyusunan kata-kata kembali (rewording):
suatu interpretasi tanda-tanda verbal dengan menggunakan tanda-tanda lain
dalam bahasa yang sama.
2. Terjemahan interlingual, atau terjemahan yang sebenarnya: suatu interpretasi
tanda-tanda verbal dengan menggunakan bahasa lainnya.
3. Terjemahan intersemiotik, atau transmutasi: suatu interpretasi tanda-tanda
verbal dengan menggunakan sistem tanda nonverbal.
Terjemahan interlingual dilakukan misalnya ketika kita hendak mengatakan
sesuatu dengan cara lain baik berupa sebuah ungkapan maupun teks dalam bahasa
yang sama untuk menjelaskan atau mengklarifikasi sesuatu yang sudah kita jelaskan
atau tuliskan. Terjemahan intersemiotik dilakukan kalau sebuah teks tulis
diterjemahkan, misalnya ke dalam musik, film atau lukisan. Terjemahan interlingual
merupakan terjemahan tradisional yang menjadi fokus kajian dalam kajian-kajian
terjemahan (translation studies). Setidaknya ada dua tujuan utama kajian terjemahan
ini, antara lain:
1. untuk mendeskripsikan fenomena penerjemahan dan terjemahan sebagaimana
keduanya nyata di dunia pengalaman kita.
2. untuk menetapkan prinsip-prinsip umum dengan menggunakan
fenomena-fenomena yang dapat dijelaskan dan yang dapat diprediksi.
Isu kunci yang digagas khususnya menyangkut makna linguistik dan padanan
kata. Pendekatan yang dilakukan masih kental mengikuti konsep Saussure yaitu
membentuk tanda linguistik, tetapi tanda itu abritrer atau tidak dimotivasi (Saussure,
1916/1983: 67-69). Dicontohkan kata cheese dalam bahasa Inggris merupakan
signifier akustik yang menunjukkan konsep makanan yang terbuat dari pati susu yang
dipadatkan (signified).
Terjemahan interlingual meliputi penggantian pesan dalam satu bahasa bukan
untuk memisahkan satuan-satuan kode tetapi untuk keseluruhan pesan dalam bahasa
lainnya. Penerjemah mengkodefikasikan ulang dan memindahkan pesan yang
diterima dari sumber lain. Oleh karenanya, terjemahan meliputi dua pesan yang pada
dalam dua buah kode yang berbeda (1959/2000: 114).
Sebelum melakukan penerjemahan, diperlukan untuk memilih prosedur atau
strategi penerjemahan yang sangat diperlukan. Perlu diketahui apakah pesannya bisa
dipahami atau tidak. Untuk mengawasi pentransferan makna dari pesan BS ke dalam
BT, pertama sekali yang perlu diketahui adalah makna-makna yang bertautan dengan:
kata, bentukan kata, dan urutan kata yang membentuk berbagai unit dari unit yang
paling kecil hingga teks secara keseluruhan.
Untuk mengatasi perbedaan kata akan membuka peluang untuk mengkaji agar
permasalahan dalam terjemahan antara BS dan BT yang perlu segera diselesaikan
permasalahannya. Misalnya kata-kata dalam bahasa Inggris yang mengungkapkan
konsep budaya kemudian menemukan dengan tepat konsep budaya yang dimaksud ke
dalam bahasa Indonesia merupakan masalah tersendiri dalam proses penerjemahan.
Ketika membaca sebuah teks produk terjemahan, ditemukan berbagai
faktor, misalnya perbedaan kultur penulis teks dengan pembacanya, yang secara
nyata dapat berakibat pada hasil interpretasi atau pandangan konsep kata atau istilah
yang digunakan penulis. Kadang juga ditemui kata atau istilah yang dianggap asing
oleh pembaca sehingga pembaca tidak memahami makna yang terkandung
di dalamnya. Oleh sebab itu, dalam proses pentransferan isi teks yang perlu
diperhatikan adalah tidak hanya yang berkaitan dengan struktur kalimat, tetapi juga
pemahaman makna kata atau istilah secara menyeluruh.
Proses penerjemahan merupakan kegiatan linguistik yang sangat sulit seperti
diakui para diplomat. Banyak linguis yang menaruh perhatian besar dalam bidang
satu ini. Menerjemahkan teks sastra misalnya, juga sarat dengan problematika.
Demikian halnya dengan menerjemahkan dokumen-dokumen kontrak, yang memiliki
problematika yang tidak kalah dengan teks lainnya. Dokumen kontrak berkaitan
dengan banyak bidang, misalnya kontrak bisnis perminyakan, perdagangan alat-alat
berat, perdagangan komoditas pertanian, perikanan, perkebunan, hasil bumi, dan
lain-lain.
Dalam proses penerjemahan, pengetahuan tentang linguistik seperti
morfologi, sintaksis, semantik kedua bahasa mutlak diperlukan. Sementara
pengetahuan tentang budaya dan bidang pengetahuan yang melatarbelakangi teks
tersebut perlu dimiliki pembaca sebagai latar belakang pengguna kedua bahasa
tersebut.
Di berbagai tugas penerjemahan sangatlah mungkin untuk memindahkan
Dikarenakan perbedaan struktur linguistik, berbagai pengaruh stilistika tertentu tidak
dapat dipindahkan ke dalam BT tanpa mengubah urutan sintaksis atau bahkan
leksisnya. Dalam kasus ini, dapat dipahami bahwa metode yang lebih rumit harus
digunakan dengan tujuan untuk mengatasi berbagai problema unsur linguistik
di kedua bahasa yang terlibat. Di samping itu juga, para penerjemah disarankan untuk
mengetahui tiga faktor utama, yaitu: (1) sifat pesan, (2) tujuan, dan (3) jenis/tipe
pembaca. Penerjemah juga harus terbiasa dengan informasi khusus untuk
diterjemahkan. Keterbiasaan dengan jenis informasi atau bidang ilmu yang
diterjemahkan akan sangat membantu dalam menemukan istilah-istilah, ungkapan,
dan idiom yang digunakan dalam BT.
Ada beberapa kriteria bahasa tertentu yang memiliki pengaruh langsung pada
prinsip-prinsip penerjemahan. Maksudnya adalah, dalam menerjemahkan teks,
seorang penerjemah harus mempertimbangkan komponen makna, pola gramatika,
dan kalimat secara menyeluruh, karena semua bentuk ini diidentifikasi secara berbeda
dalam bahasa lain dan semuanya diungkapkan dengan makna atau fungsi yang
berbeda.
Makna dipelajari dimulai dari bentuk bahasa pertama ke bentuk bahasa kedua
untuk melihat struktur semantiknya. Makna yang dipindahkan harus bersifat terus
menerus (konstan) dan hanya bentuk yang berubah. Untuk menghasilkan terjemahan
yang efektif, yang harus diperhatikan adalah menemukan makna BS dan
menggunakan bentuk-bentuk BT yang mengungkapkan makna tersebut dengan cara
Karena semantik berperan penting dalam penerjemahan, maka fokus
permasalahan lebih agak ke arah investigasi semantis. Misalnya, dalam
menerjemahkan leksikon BING ke dalam BIND, permasalahan yang sering
ditemukan adalah:
1. bentuk kata yang berbeda pada kedua bahasa itu,
2. makna, dan
3. strategi dalam menerjemahkan kata yang dimaksud.
Di samping itu, banyak teori dan prosedur menerjemahkan bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indonesia yang harus dipelajari dan dipahami oleh para penerjemah.
Penerjemah dapat memilih dari dua metode penerjemahan, yaitu direct or literal
translation (borrowing, calque, literal translation), dan obligue translation
(transposition, modulation, equivalence, adaptation) (Vinay dan Darbelnet dalam
Venuti, 2000: 84).
2.2.2. Teori Relevansi
Gutt (1991) dalam Venuti (2000: 377) menjabarkan bahwa penerjemahan
merupakan kegiatan menafsirkan teks dan mengalihkannya ke dalam media lain
dalam bentuk yang paling berkaitan (relevan) atau paling sesuai dengan situasi
komunikasi. Atau dengan kata lain, terjemahan adalah kegiatan dalam dalam bidang
penggunaan bahasa dalam praktik. Gutt dalam hal ini menggunakan tiga pengertian
kunci dalam konsep penerjemahan, yaitu:
(1) Interpretation (interpretasi),
(3) Minimal effort (upaya minimal).
Yang dimaksud dengan interpretasi (interpretation) dalam hal ini adalah
penerjemah disarankan untuk menelaah berbagai kemungkinan makna dan
memberikan tafsiran yang paling sesuai dengan tujuan komunikasi. Kemudian
keberkaitan optimal (optimal relevance) adalah bahwa bentuk terjemahan harus
mempunyai keberkaitan terbesar terhadap komunikasi yaitu yang meliputi
kepentingan, tujuan, latar belakang sosial budaya, isi pesan, dan lain-lain, sedangkan
upaya minimal (minimal effort) dimaksudkan bahwa terjemahan harus dalam bentuk
yang mudah dimengerti oleh pembaca (jika suatu hasil terjemahan sulit atau tidak
dipahami pembaca, maka tujuan penerjemahan dapat dikatakan tidak tercapai.
Vernay (1974) yang dikutip Gutt (dalam Venuti, 2000: 387) menambahkan
bahwa sebuah tindak yang mentransfer informasi dalam bahasa A ke dalam bahasa B
sedemikian rupa sehingga sejumlah informasi yang relevan diterima dalam bahasa B
akan identik dengan yang ada pada bahasa A.
Gutt (1991) dalam Hatim dan Munday (2004: 57) menjelaskan bahwa dalam
kajian ekivalensi yang perlu diperhatikan adalah teks atau pecahan teks, dan gagasan
ekivalensi yang didukung oleh dinamika dan pragmatik ini atau tekstual yang
kemudian menjadi berbasis teks. Analisis linguistik kognitif terhadap proses
penerjemahan telah bergeser fokusnya dari teks ke proses mental. Terjemahan
dipandang sebagai penyontohan khusus dari konsep komunikasi yang lebih luas, dan
hal ini, bersama-sama dengan proses pembuatan keputusan yang tercakup
Hubungan ini menopang proses penyocokan (interfencing), kegiatan kognitif yang
dilakukan sebagai pusat setiap kegiatan komunikasi dan oleh karenanya sangatlah
penting dalam setiap tindak atau kegiatan membaca atau terjemahan.
2.2.3. Semantik dalam Penerjemahan
Seperti yang disebutkan di atas (2.2.1) bahwa pengetahuan tentang linguistik
mutlak diperlukan dalam proses penerjemahan. Semantik sebagai salah satu bidang
linguistik yang menekankan pengertian atas makna kata, sangat berperan dalam
proses ini. Satu kata bisa mempunyai banyak makna. Makna kata sangat bergantung
pada konteks penggunaannya. Dalam penerjemahan mutlak diperlukan pendekatan
ilmiah terhadap analisis makna, khususnya yang berkaitan dengan analisis makna
satuan kata dan frasa. Semantik sebagai bidang linguistik yang menangani kajian
makna ini tujuan utamanya adalah menjelaskan makna kata secara sistematis (Leech,
1981: ix).
Hatim dan Munday (2004: 35) menyebutkan bahwa masalah kunci bagi
penerjemah adalah sering kurangnya pencocokan yang seimbang melalui bahasa.
Tidak hanya petanda (signifier) yang berubah melalui bahasa tetapi juga
masing-masing bahasa menggambarkan realita secara berbeda (yaitu bidang semantik diambil
alih oleh satuan tanda sering tidak tepat. Misalnya pada bahasa-bahasa yang lebih
berorientasi budaya (Saussure, 1916/1983: 65-70).
Berkaitan dengan kajian makna dalam penerjemahan, Nida (1964)
1. makna referensial, dan
2. makna konotatif.
Makna referensial disebut juga makna denotasi, yang berhubungan dengan
kata sebagai tanda atau simbol. Makna konotatif atau konotasi merupakan reaksi
emosi yang tercipta pada pembaca dengan sebuah kata.
Berbagai permasalahan linguistik berkaitan dengan makna referensial
diuraikan oleh Nida dan Taber (1969: 58-59). Misalnya, kata chair dalam bahasa
Inggris bersifat polisemi (bermakna banyak): sebagai nomina, kata itu berarti furnitur,
satu kedudukan universitas seperti profesor, ketua dalam rapat, dan sebagai verba bisa
berarti ’mengetuai sebuah rapat’. Banyak contoh kasus seperti ini yang dijumpai
dalam setiap bahasa. Arti yang benar bagi penerjemah ditentukan oleh lingkungan
semotaktik atau konteks (kata-kata lain di sekitarnya). Beberapa makna bisa bersifat
figuratif dan perlu dibedakan dengan makna literalnya. Misalnya kata father dalam
bahasa Inggris: father of a child, our Father in heaven, Father Murphy, father of an
invention or a country, dan lain-lain, dan tiap-tiap kata father tersebut memerlukan
penerjemahan yang berbeda.
2.2.4. Analisis Komponen Makna
Secara umum ada dua pendekatan dalam menentukan. Yang pertama adalah
pendekatan yang bersifat analitis, dan yang kedua adalah pendekatan yang bersifat
operasional. Pendekatan yang bersifat analitis berupaya mencari inti makna dengan
mempelajari kata dalam penggunaannya, dan bukan makna leksikal, tetapi lebih
kepada bagaimana kata itu digunakan dalam sebuah konteks.
Terkait dengan analisis komponen makna, Nida (1975) membahas cara-cara
yang digunakan dalam menganalisis makna. Dicontohkan kata run dalam bahasa
Inggris mempunyai makna yang berbeda-beda sesuai dengan konteksnya.
(1) (1) The man (boy, child) runs. (run1)
(2) The water (faucet, flour) runs. (run2)
(3) The motor (business, heart) runs. (run3)
(4) The vine runs over the door. (run4)
Nida beranggapan bahwa kata run dapat dibedakan melalui analisis sifat
gerakan pada aktivitas run dengan menggunakan tiga parameter seperti tersebut
di bawah ini:
(1) Aktual (gerakan merupakan kegiatan nyata secara harafiah),
(2) Ritmik (kegiatan gerakan mengandung irama),
(3) Hubungan dengan objek (sifat kegiatan dalam kaitannya dengan objek).
Analisis Gerakan run1 run2 run3 run4
(1) Aktual + + + -
(2) Ritmik + - + -
(3) Hubungan dengan objek Total parsial bagian tujuan
Berkaitan dengan analisis sifat gerakan ini tentunya parameter yang
Berbeda dengan Nida, Larson (1998: 59) mengklaim bahwa dalam semua
bahasa terdapat empat jenis komponen makna, yaitu (1) golongan benda (things),
(2) golongan kejadian (events), (3) golongan atribut (attributes), dan (4) golongan
relasi (relation). Tetapi, tidak ada dua bahasa yang mempunyai struktur dan
tatabahasa yang sama, meskipun pada tataran konsep masing-masing bahasa
mengandung keempat hal tersebut. Keempat golongan komponen yang dimaksud
dapat dijabarkan sebagai berikut:
Benda (things) meliputi semua makhluk hidup seperti manusia, binatang, dan
sebagainya, dan semua benda mati seperti batu, tanah, dan
lain-lain.
Kejadian (event) meliputi semua kegiatan/perbuatan seperti berlari, memukul, dan
lain-lain, dan perubahan keadaan atau proses seperti membeku,
meleleh, dan lain-lain, dan pengalaman seperti berpikir,
berpendapat, dan lain-lain.
Atribut (attributes) berkaitan dengan masalah mutu dan jumlah berkenaan dengan
benda atau kejadian seperti panjang, sedikit, lambat, semua, dan
lain-lain).
Relasi (relation) berkaitan dengan hubungan di antara unit-unit semantik tersebut,
2.2.5. Metode Penerjemahan
Berbagai teori dan pendapat yang berkaitan dengan metode penerjemahan
dapat diperoleh dari berbagai sumber. Salah satunya adalah Larson (1984: 17) yang
menyebutkan bahwa metode penerjemahan dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu
(1) penerjemahan harafiah (literal translation) dan
(2) penerjemahan idiomatik (idiomatic translation).
Penerjemahan harafiah disebut juga dengan penerjemahan berbasis bentuk
(form- based translation), yaitu proses penerjemahan dengan cara mengikuti bentuk
bahasa sumbernya.
Misalnya:
(2) BING : How are you?
BIND : Bagaimana kamu?
Sedangkan penerjemahan idiomatik disebut juga dengan penerjemahan
berbasis makna (meaning-based translation). Jenis penerjemahan ini lebih
menitikberatkan pada kewajaran kesepadanannya dalam bahasa sasaran, sehingga
produk terjemahannya diharapkan tidak mencerminkan bahasa sumbernya, melainkan
bentuk lain berupa tulisan asli dengan isi gagasan sama dengan bahasa sumbernya.
Misalnya:
(3) BING : cats and dogs rain.
BIND : hujan lebat
Sama dengan Larson, Bell (1991: 70) membedakan prosedur penerjemahan
(2) penerjemahan nonharafiah (nonliteral translation). Oleh Bell, penerjemahan
harafiah dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu (1) peminjaman (borrowing),
(2) penerjemahan pijaman (loan translation atau calque), dan penerjemahan harafiah
(literal translation). Sedangkan penerjemahan nonharafiah dibedakan menjadi empat
bagian, yaitu (1) transposisi (transposition), (2) modulasi (modulation),
(3) kesepadanan (equivalence), dan (4) penyesuaian (adaptation).
Peminjaman (borrowing) berupa upaya dalam penerjemahan kata atau
ungkapan dengan cara menggunakan langsung kata atau ungkapan dalam bahasa
sumber ke dalam bahasa target, biasanya ada dua kemungkinan, yang pertama tidak
mengalami perubahan bentuk maupun maknanya, dan yang kedua mengalami
perubahan cara penulisan dan tidak mengalami perubahan makna.
Misalnya :
(4) (1) Tidak mengalami perubahan bentuk maupun maknanya,
honeymoon honeymoon
copy copy;
coffee table coffee table;
trick trick;
bunker bunker.
(2) Mengalami perubahan cara penulisan dan tidak mengalami
perubahan makna.
microphone mikrofon;
furniture furnitur;
shooting syuting;
counter konter;
poop pup;
please pliis;
acting akting
Penerjemahan pijaman (loan translation atau calque) adalah metode
menerjemahkan atas unsur bahasa sumber ke bahasa sasaran dengan cara substitusi
linier (urutan unsur dalam bahasa sumber tidak harus sama dengan bahasa sasaran).
Vinay dan Jean (1995) dalam Venuti (2000: 85) membedakan jenis penerjemahan ini
menjadi dua jenis, yaitu (1) calque leksikal, dan (2) calque gramatikal.
Misalnya:
(5) (1) calque leksikal
red flag bendera merah
contract document dokumen kontrak
the contract form formulir kontrak
(2) calque gramatikal
(6) The contractor shall perform the work Kontraktor akan melaksanakan in accordance with this contract. (L5 1) pekerjaan sesuai dengan kontrak ini.
Penerjemahan harafiah adalah proses menerjemahkan dengan cara
menerjemahkan kata demi kata dan struktur sintaktisnya sama atau hampir sama baik
jumlah maupun unsurnya (isomorfik) yang ada dalam BS dan BT.
Misalnya:
(8) What time did she leave the class? *Waktu apa dia meninggalkan kelas?
Transposisi adalah cara menerjemahkan dengan memusatkan perhatian
kepada kesamaan makna dan dengan mengabaikan terjadinya pergeseran kategori
maupun unit gramatikal.
Misalnya:
(9) Well Maintenance and Security Services Jasa Well Maintenance dan Security
Modulasi merupakan pergeseran sudut pandang atau pesan yang sama dilihat
dari segi yang berbeda dalam proses penerjemahan.
Misalnya:
(10) No Smoking Dilarang Merokok
(11) Beware of dog Awas Anjing
(12) No smoking dalam bahasa Inggris adalah frasa nomina sedangkan Dilarang
Merokok dalam bahasa Indonesia adalah kalimat perintah.
Ekivalensi adalah metode menerjemahkan dengan penekanan pada
kesepadanan fungsi, seperti fungsi memberi ucapan selamat, memberi janji, dan
Misalnya:
(13) Hello Selamat pagi, selamat siang, dan lain-lain
Hello dalam bahasa Inggris mempunyai banyak fungsi. Terjemahan dalam bahasa
Indonesia sangat bervariasi tetapi sesuai dengan fungsinya dalam situasi komunikasi.
Adaptasi merupakan metode penerjemahan dengan melakukan penyesuaian
dua budaya yang berbeda.
Misalnya:
(14) take a bath mandi
(15) take medicine minum obat
2.2.6. Pergeseran dalam Penerjemahan
Hatim dan Munday (2004: 26-27) memberi penjelasan permasalahan seputar
pergeseran dalam penerjemahan seperti dalam kutipan berikut ini.
The small linguistic changes that occur between ST and TT are known as translation shifts. John Catford was the first scholar to use the term in his A Linguistic Theory of Translation: (1965). His definition of shift is ‘departures from formal correspondence in the process of going from the SL to the TL’. The distinction drawn between formal correspondence and textual equivance will be crucial and relates to Saussure’s distinction between langue and parole.
Disebutkan bahwa perubahan kecil linguistik yang terjadi antara Teks Sumber
(TS) dan Teks Target (TT) disebut pergeseran terjemahan. John Catford adalah ahli
pertama yang menggunakan istilah ini dalam bukunya berjudul: A Linguistic Theory
of Translation: (1965). Definisinya tentang pergeseran ini berangkat dari hubungan
digambarkan antara hubungan formal dan ekivalensi teks akan menjadi sangat
penting dan berhubungan dengan perbedaan antara langue dan parole.
Catford (1978: 73) mengelompokkan pergeseran ini menjadi dua kelompok,
yaitu (1) pergeseran tingkatan (level shift) dan (2) pergeseran kategori (category
shift). Pergeseran tingkatan (level shift) yaitu pergesern dari satu tataran linguistik ke
tataran lainnya. Misalnya dari tingkatan linguistik gramatika BS ke leksis BT atau
sebaliknya.
Contoh:
(16) He is my father’s best friend. (BS)
Dia (laki-laki) sahabat karib ayah saya (BT)
He Dia (laki-laki) = terjadi pergeseran tingkatan
(gramatika) lexis
Pergeseran kategori (category shift) dibedakan menjadi tiga jenis pergeseran, yaitu
(a) pergeseran unit (unit shift)
(b) pergeseran struktur (structure shift)
(c) pergeseran kelas (class shift)
(d) pergeseran antar-sistem (intra-system shift)
Yang dimaksud dengan pergeseran unit (unit shift) adalah pergeseran dalam
proses penerjemahan yang terjadi apabila unsur BS pada suatu unit linguistiknya
memiliki padanan yang berbeda unit dalam BT.
Misalnya:
Pada contoh di atas soluble merupakan unit kata yang dalam proses penerjemahannya
berubah menjadi unit klausa (yang dapat dipecahkan).
Pergeseran struktur (structure shift) sangat sering terjadi dalam proses
penerjemahan karena sistem struktur BS tidak selalu sama dengan sistem struktur BT.
Dalam bahasa Inggris misalnya, berlaku pola struktur menerangkan-diterangkan
(MD), sedangkan dalam bahasa Indonesia pola strukturnya diterangkan-menerangkan
(DM). Sehingga dalam proses penerjemahannya perubahan struktur mutlak
dilakukan.
Misalnya:
(18) giant contract kontrak besar
Dalam bahasa Inggris penanda (modifier) giant berposisi di depan inti (head)
sehingga dapat diistilahkan sebagai penanda awal (premodifier). Posisi ini berbanding
terbalik dengan BTnya (bahasa Indonesia) di mana penanda (modifier) besar
berposisi setelah inti (head) yang disebut pasca inti (postmodifier).
Pergeseran kelas (class shift) adalah pergeseran yang terjadi dari kelas kata
tertentu dalam BS menjadi kelas kata yang lain dalam BT.
Misalnya:
(19) annual report laporan tahunan
Kelas kata adjektiva annual diterjemahkan menjadi tahunan yang berkelas kata
nomina.
Pergeseran antar-sistem (intra-system shift) adalah pergeseran yang terjadi
Misalnya:
(20) Cleopatra married Jane Cleopatra kawin dengan Jane.
Kata marry dalam bahasa Inggris adalah verba transitif. Dalam proses
penerjemahannya dipadankan dengan kawin yang dalam hal ini sebagai verba
BAB III
METODOLOGI
3.1. Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research
method), yaitu data yang diperoleh dengan cara membaca, menyimak,
mengidentifikasi, dan mengklasifikasi istilah yang terdapat dalam dokumen kontrak.
Data yang dianalisis sepenuhnya berasal dari dokumen kontrak yang dipilih. Data itu
kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan masalah dan tujuan
dalam penelitian ini.
3.2. Data dan Sumber Data
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah berupa dokumen kontrak
dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Ada enam
dokumen yang diteliti dalam penelitian ini. Keenam dokumen ini diperlakukan sama
dalam proses penganalisisannya, yaitu dengan menganalisis unsur-unsur yang
terdapat pada batasan analisis untuk menjawab segala permasalahan yang
dirumuskan dalam rumusan masalah penelitian ini.
Sumber data penelitian ini berupa dokumen kontrak yang terdiri atas:
1. Contract Document CRP-5344 yang terdiri atas,
(b) Local Task Force Services: Exhibit B: Special Terms,
(c) Local Task Force Services: Exhibit C: Elucidation of Attachment,
(d) Local Task Force Services: Exhibit C: Compensation.
2. Contract No. CEN-7583. Subject: Well Maintenance and Security Services,
3. Enquiry Document RFQ-CEN-7583. Subject: Well Maintenance and Security
Services,
4. Service Order No. CEN-1492. Subject: Crude Oil Transportation Services,
5. Contract No. CEN-7582. Subject: Clean up and Fencing Installation
Services, dan
6. Service Order No. CEN-1492. Subject: Crude Oil Transportation Services
(Exhibit-B).
Keenam dokumen kontrak ini berupa produk terjemahan bahasa sumber
(bahasa Inggris) ke dalam bahasa target (bahasa Indonesia).
3.3. Analisis Data
Data yang telah diseleksi dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Kemudian,
data tersebut dianalisis sesuai dengan komponen yang telah ditetapkan, antara lain:
1. Identifikasi istilah-istilah dokumen kontrak bahasa Inggris, baik yang
berbentuk kata maupun frasa.
2. Evaluasi penerapan metode penerjemahan yang meliputi:
b. terjemahan harafiah,
c. transposisi,
d. modulasi,
e. kesepadanan, dan
f. penyesuaian.
3. Hal-hal yang berkaitan dengan pergeseran dalam penerjemahan yang
meliputi:
a. pergeseran struktur,
b. pergeseran unit, dan
c. pergeseran intrasistem.
4. Penyerapan dan penerjemahan istilah asing.
Akhir dari analisis komponen di atas adalah berupa simpulan hasil analisis
yang menggambarkan temuan dalam penelitian ini.
3.4. Teknik Analisis Data
Metode dan teknik analisis data difokuskan pada analisis makna data dengan
menggunakan metode kualitatif. Data dianalisis dengan memberikan pemberian atau
narasi baik untuk istilah yang digunakan dalam BS maupun yang digunakan dalam
BT.
Dalam menganalisis komponen makna, sebagaimana yang disarankan oleh
Nida (1975), ada tiga jenis komponen makna yaitu (1) common components, makna
membedakan berbagai makna, dan (3) supplementary components, fitur makna
tambahan yang penting untuk memberikan ciri tambahan yang khas tetapi tidak
berfungsi sebagai komponen diaknosis.
3.5. Metode dan Teknik Penyajian Data
Menurut Sudaryanto (1993: 57) ada dua metode dan teknik penyajian analisis
data yaitu metode formal dan informal. Metode formal adalah metode penyajian
dengan menggunakan statistik berupa angka dan tabel, sedangkan metode informal
adalah metode penyajian dengan menggunakan untaian kata-kata biasa agar terkesan
rinci dan terurai. Untuk memperoleh hasil analisis yang lengkap dalam penelitian ini,
maka hasil analisis disajikan dengan metode formal dalam bentuk tabel dan metode
informal dengan menggunakan deskripsi-deskripsi yang bersifat kualitatif.
Tabel yang ditayangkan pada tiap-tiap bagian yang dianalisis menunjukkan
temuan data. Dalam tabel tersebut (Tabel 1 – 18) disajikan nomor urut, data bahasa
Inggris dan bahasa Indonesia, dan juga sumber (dalam bentuk Kode, misalnya L1
A(3) yang berarti Lampiran 1-A poin 3) yang menunjukkan posisi data itu diperoleh.
Dalam pembahasan temuan data pada tiap-tiap bagian tersebut disajikan secara utuh
sebagai eviden atau fakta bahwa unsur yang diteliti ada. Tabulasi data secara utuh
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
4.1. Paparan Data
4.1.1. Identifikasi Istilah Dokumen Kontrak Bahasa Inggris
Subbab 4.1 ini menjawab masalah penelitian pertama yang dirumuskan pada
masalah penelitian, yakni mengenai cara dalam menentukan dan memisahkan istilah
yang terdapat dalam DK terutama dari kata atau ungkapan lain. Istilah teknis yang
terdapat pada DK dapat diidentifikasi lebih mengarah pada istilah yang digunakan
dalam bidang ekonomi (akuntansi, keuangan, dan manajemen). Istilah teknis itu
kemudian dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu (1) istilah teknis yang terdiri
atas satu suku kata dan (2) istilah teknis yang terdiri atas dua atau lebih kata (frasa).
Pemisahan ini dilakukan untuk mempermudah identifikasi dan klasifikasi
istilah-istilah tersebut.
4.1.1.1.Istilah yang Terdiri atas Satu Suku Kata dan Padanannya
Dari hasil penelusuran yang dilakukan terhadap dokumen kontrak (DK)
sebagai sumber data, padanan istilah-istilah bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia
yang digunakan dapat disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1. Istilah yang Berbentuk Satu Kata dan Padanannya
No. Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Sumber
1. engineering rekayasa L6 (Form LIT II)
12. personnel personil/tenaga kerja L1 Ab
13. facilities fasilitas L1 Ab
21. paymaster petugas pembayar L1 C (III4)
22. bidders para peserta penunjukan
langsung
L3 (3)
23. undersigned yang bertanda tangan di
bawah ini
L3 (3)
24. thereto dilekatkan L3 (3)
25. initialed Diparaf/ditandatangani L5
26. executed salinan L3 (3), L5
33. elucidation penjelasan L3
34. conversant trampil L1 C (3a)
35. severance santunan L2 (3)
36. copy copy L1 D (Note)
37. consecutive berurutan L1 D (D1)
39. provision penyediaan L1 B(III)
40. subject tunduk L3 (2)
41. acknowledge mengakui L3 (3)
42. contract kontrak L1 B(2)
43. quotation permintaan L3
44. capasity kapasitas L2
45. termination pemutusan L1 B (B4)
46. ambiguity ketidakjelasan L3 (3)
4.1.1.2.Istilah yang Terdiri atas Dua Kata atau Lebih (Frasa) dan Padanannya
Dalam menentukan istilah atau kosakata dokumen kontrak yang terdiri atas
dua atau lebih kata (frasa) adalah dengan cara mengidentifikasi tingkat keseringan
istilah-istilah tersebut digunakan dalam dokumen tersebut. Dari identifikasi itu
diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 2. Istilah yang Terdiri atas Dua atau Lebih Kata (Frasa) dan Padanannya
No. Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Sumber
1. the exhibits form lampiran-lampiran L1 A(2)
2. the payment of severance pembayaran atas santunan L2 (3)
3. in the event of any conflict dalam hal terdapat
pertentangan
L2 (3)
4. the most stringent term penafsairan yang paling
menguntungkan
L2 (3)
5. applicable law hukum yang berlaku L1 A(3)
6. purported provision ketentuan yang
bertentangan
L1 A(3)
7. mutual promises perjanjian bersama L1 A(b)
8. issuance of revision dikeluarkannya revisi L1 B(1)
9. general term ketentuan umum L1 A(2)
10. written approval persetujuan L1 B(1)
11. the scope of work lingkup kerja L1 A(2) 12. date of quotation tanggal penawaran L3 10. satisfactory performance pelaksanaan pekerjaan yang
memuaskan
L1 A(2)
Lanjutan Tabel 2.
13. contractor’s general terms
ketentuan umum kontraktor L1 A(3)
14. quotation document dokumen penawaran L3 15. breakdown cost
calculation
rincian perhitungan harga L3 Note
16. applicable exhibit lampiran yang berlaku L3 (3) 17. procurement
goods/services
pengadaan barang/jasa L3 (3)
18. stamp duty materai L3 (3)
19. incorporated under didirikan berdasarkan L5 20. any purported provision setiap ketentuan L1 A(3) 21. local task force satuan tugas setempat L1 A 22. general requirement ketentuan umum L1 B 23. medical assistance bantuan pengobatan L1 B (3a)
24. base salary upah pokok L1 C (4)
25. government agencies petugas instansi pemerintah L1 C(10) 26. termination of employee pemutusan hubungan kerja L1 B (4) 27. provident fund tabungan hari tua L1 D (2) 28. meal allowance bantuan biaya makan L1 C (9) 29. annual leave allowance tunjangan cuti tahunan L1 C (9) Note 30. overhead and profit biaya umum dan keuntungan L1 D (C2) 31. billing procedure cara penagihan L1 D (IV) 32. previous pay periods pembayaran sebelumnya L1 D (IVC)
4.1.2. Penerapan Metode Penerjemahan
Anak Subbab 4.1.2 ini menjawab masalah penelitian kedua yang dirumuskan
pada masalah penelitian, yakni mengenai prosedur penerjemahan yang ditempuh
dalam menerjemahkan istilah-istilah yang terdapat dalam DK dari bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indonesia.
Bell (1991: 71) mengungkapkan bahwa ada tujuh metode yang digunakan
translation, transposition, modulation, equivalence, dan adaptation. Berikut ini
uraian dari tiap-tiap metode tersebut.
4.1.2.1.Metode Borrowing (Metode Peminjaman)
Yang dimaksud dengan metode borrowing (metode peminjaman) adalah suatu
cara penerjemahan terhadap kata (lexical) dari bahasa sumber (BS) ke dalam bahasa
target (BT) dengan cara menggunakan langsung (pinjam langsung) kata tersebut.
Proses pinjaman langsung itu tidak merubah sedikitpun bentuk dan makna kata yang
dimaksud ke dalam BT (dalam hal ini bahasa Indonesia). Contohnya, basis, item,
copy, cover, bus, dan lain-lain. Dari hasil penelusuran terhadap sumber data yang
digunakan dalam analisis ini, istilah yang digunakan dalam DK tersebut
menunjukkan bahwa jarang sekali terjadi penerjemahan istilah DK bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan metode borrowing. Yang kerap terjadi
adalah dengan menggunakan metode borrowing yang dimodifikasi. Haugen
(Fishman, ed. 1978: 37 – 43) menegaskan bahwa istilah pure borrowing dianggap
kurang tepat dalam proses penerjemahan. Haugen kemudian membagi metode ini ke
dalam tiga jenis, yaitu (1) pure loanwords (peminjaman dalam bentuk kata murni BS
tanpa mendapat proses adaptasi morfologis maupun ortografis, (2) mix loanword,
yaitu peminjaman kata dari BS tetapi dengan menggunakan proses adaptasi
morfologis atau ortografis, dan (3) loanblends yaitu peminjaman kata BS yang
4.1.2.1.1. Pure Loanwords (Pinjaman Murni)
Pure loanwords (proses peminjaman murni) adalah peminjaman kata atau
istilah yang terdapat pada DK secara langsung dari BS (bahasa Inggris) ke BT
(bahasa Indonesia). Atau dengan kata lain, kata-kata yang ditransfer tersebut tidak
mengalami proses afiksasi, abreviasi, reduplikasi, dan derivasi. Dari hasil penelusuran
terhadap sumber data, diperoleh hanya sekitar 8 kata yang dapat dikategorikan seperti
itu. Contohnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Data Pure Loanwords (Pinjaman Murni)
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Sumber
copy copy L1 D(Note)
check-up check-up L1 B(8)
Over head Over head L1 B(8)
basis basis L1 B
operator operator L4 (3)
unit unit L4 (2,3)
liter liter L4 (4)
profit profit L1 D(C2)
4.1.2.1.2. Mix Loanwords (Pinjaman Takmurni)
Yang dimaksud pinjaman takmurni di sini adalah pinjaman istilah bahasa
Inggris yang digunakan dalam DK ke dalam bahasa Indonesia yang mengalami
adaptasi morfologis atau ortografis. Adaptasi yang dimaksud bias berupa afiksasi dan
derivasi. Contoh pinjaman takmurni yang mengalami proses penyesuaian tersebut
Tabel 4. Data Mix Loanwords (Pinjaman Takmurni)
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Sumber
qualification kualifikasi L1 B(2)
contract kontrak L1 C
contractor kontraktor L1 B(G)
facilities fasilitas L1 A
claim klaim L1 A(3)
capacity kapasitas L6
premium premi L1 B(36)
insurance asuransi L1 C (III3)
priority priotitas L6 3
identificationtion identifikasi L1 A (III2)
certification sertifikasi L1 B(F)
tank tangki L4 4
communication komunikasi L1 A(b)
compensation kompensasi L1 B(A)
medical medis L1 B (4)
penalty penalti L1 B(A)
4.1.2.1.3. Loanblend (Pinjaman Campuran)
Loanblend (pinjaman campuran) adalah pinjaman istilah yang berbentuk kata
majemuk dengan perpaduan antara sebuah kata yang dipinjam dari bahasa Inggris
dengan sebuah kata bahasa Indonesia. Berikut ini adalah contoh pinjaman campuran
tersebut.
Tabel 5. Data Loanblend (Pinjaman Campuran)
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Sumber
qualification requirement persyaratan kualifikasi L1 A(II)
contractor’s general terms ketentuan umum kontraktor L1 A(3)
computerized personnel records administrasi personil yang
dikomputerisasikan
L1 A(III3)
contract period masa kontrak L1 B (III)
sum of coloums jumlah kolom L1 C(12)
pay period periode pembayaran L1C (III4)
personnel files arsip personil L1 B(2)
4.1.2.2.Loan Translation (Calque)
Bell (1991: 71) menyebutkan bahwa suatu metode penerjemahan atas unsur
bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) adalah dengan cara substitusi linier (linier
substitution). Misalnya frasa current value dalam bahasa Inggris menjadi ‘nilai
sekarang’ dalam bahasa Indonesia. Tabel berikut ini berisikan data istilah DK bahasa
Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan metode loan
translation.
Tabel 6. Data Loan Translation (Calque)
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Sumber
satisfactory performance pekerjaan yang memuaskan L1 A(2)
mutual promises perjanjian bersama L1 A(b)
general term ketentuan umum L1 A(2)
the scope of work lingkup kerja L1 A(2)
the applicable law hukum yang berlaku L1 A(3)
satisfactory performance pelaksanaan pekerjaan yang memuaskan
L1 A(2)
legal fees ongkos penasehat hukum L3 (3)
any purported provision setiap ketentuan L1 A(3)
local task force satuan tugas setempat L1 A
general requirement ketentuan umum L1 B
annual leave allowance tunjangan cuti tahunan L1 C(9) Note
written approval persetujuan (tertulis) L1 B(1)
date of quotation tanggal penawaran L 3
issuance of revision dikeluarkannya revisi-revisi L1 B(1)
acting in its capacity bertindak dalam kedudukannya L6
contractor’s cargo muatan kontraktor L4 3
practice of dealing praktek-praktek transaksi L6 3
contractor’s general terms
ketentuan umum kontraktor L1 A(3)
contract value nilai kontrak L4 3
contractor failure ketidaktaatan kontraktor L6 3
legal fees and cost biaya dan ongkos penasehat hukum L6 3
material used material terpakai L6(Form LIT II
contractor’s bid bond jaminan kontraktor L4 3
4.1.2.3.Terjemahan Harafiah (Literal Translation)
Salah satu metode dalam penerjemahan dikenal dengan istilah penerjemahan
dengan cara harafiah atau word-for-word translation. Bell (1991: 71) menyebutkan
bahwa terjemahan harafiah (literal translation) adalah suatu cara menerjemahkan
kata demi kata dan struktur sintaksisnya secara sama atau hampir sama baik jumlah
maupun unsurnya (isomorfik) yang ada dalam BS dan BT. Pada tingkat kalimat,
contohnya dapat dilihat seperti berikut ini.
(21) BS : Life in a small town is very cheap.
BT : Hidup di kota kecil sangat murah.
Metode ini juga terjadi dalam penerjemahan frasa seperti yang dapat dilihat dari hasil
terjemahan dalam DK yang terdapat dalam tabel berikut ini.
Tabel 7. Data Terjemahan Harafiah (Literal Translation)
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Sumber
mutual promises perjanjian bersama L1 A(b)
general term ketentuan umum L1 A(2)
contractor’s general terms ketentuan umum kontraktor L1 A(2)
each day delay setiap hari keterlambatan L4 3
the second lowest bidder penawar terendah kedua L4 3
applicable exhibit lampiran yang berlaku L3 (3)
procurement goods/services pengadaan barang/jasa L3 (3)
request for quotation permintaan untuk penawaran L3
local task force satuan tugas setempat L1 A
general requirement ketentuan umum L1 B
executed by ….. ditandatangani oleh… L3 3
administrative indifference kelalaian administratif L1 B(3b)
annual leave allowance tunjangan cuti tahunan L1 C(9) Note
compulsory insurance program program asuransi wajib L1 D(2)
qualification requirement persyaratan kualifikasi L1 A(II)
other justified reasons alasan-alasan lain yang
diijinkan