i
ANALISIS TEKNIK, METODE,
DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN
SUBTITLE
FILM
BECKHAM UNWRAPPED
DAN DAMPAKNYA PADA KUALITAS
TERJEMAHAN
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Penerjemahan
Oleh:
ROHMITA KHOIRUN NISAA’
NIM. S130809015
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A
2011
ii
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : Rohmita Khoirun Nisaa’ NIM : S130809015
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Analisis Teknik,
Metode, dan Ideologi Penerjemahan Subtitle Film Beckham Unwrapped dan
Dampaknya pada Kualitas Terjemahan adalah benar-benar karya saya sendiri.
Hal-hal yang bukan karya saya yang terdapat dalam tesis ini diberi tanda citasi
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari pernyataan saya tersebut terbukti tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang
diperoleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 9 Desember 2011
Yang membuat Pernyataan
Rohmita Khoirun Nisaa’
v
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
Ibundaku tercinta Tutik Sutartiah
Bapakku tersayang Sugiono
Suamiku tercinta Mochammad Aminullah
Kakakku tersayang Esa Kukuh Imana
Adikku tercinta Anggita Maresti
Terima kasih atas cinta, doa dan dukungannya.
vi
Motto
La Tahzan Innallaha Ma
’
ana
( QS At Taubah :40 )
“
Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita
“
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan nikmat,
petunjuk dan semua yang menurut-Nya terbaik untuk penulis sehingga
akhirnya mampu menyelesaikan penulisan tesis ini. Selanjutnya penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
terwujudnya buah karya ini. Untuk itu Penulis ingin memberikan apresiasi yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta atas kesempatan yang diberikan kepada penulis
untuk menuntut ilmu di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
2. Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D., Ketua Program Studi
Linguistik Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
sekaligus pembimbing I yang telah memberi kesempatan, motivasi,
masukan dan membimbing penulis dalam penyelesaian tesis ini.
3. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., pembimbing II, yang dengan penuh
kesabaran dan ketelitian telah memberikan bimbingan dan saran dalam
menyelesaikan tesis ini.
4. Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana dan Dr. Tri Wiratno M.A. selaku ketua dan
sekretaris tim penguji yang telah memberikan masukan yang berharga
demi perbaikan tesis ini.
viii
5. Seluruh dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta jurusan Linguistik minat utama Penerjemahan yang telah
memberikan ilmu-ilmunya.
6. Seluruh karyawan dan biro administrasi Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
7. Bayu Budiharjo dan Agustin Widiani yang telah bersedia menjadi
informan untuk tesis ini.
8. Prima Purbasari yang telah menemani selama ini baik di tempat kos
maupun kuliah.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan Linguistik Penerjemahan Universitas
Sebelas Maret angkatan 2009: Prima Purbasari, Agustin Widiani, Ika
Oktaria Cahyaningrum, Betaria Nae Hastuti, Dewi Nurnani, Titik
Akriningsih, Reni Hapsari, Fella Maya, Bayu Budihardjo, Rahmat
Wisudawanto, dan Mohamad Yahya.
Dalam kesempatan ini tidak ada yang bisa penulis sampaikan selain
ucapan terima kasih yang tulus. Akhirnya, semoga tesis ini bermanfaat dan
dapat menjadi sumbangan dalam khazanah keilmuan. Amin.
Surakarta, 9 Desember 2011
Rohmita Khoirun Nisaa’
ix A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian... 5
E. Manfaat Penilitian ... 6
BAB II. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori... 7
1. Penerjemahan ... 7
1.1. Pengertian Penerjemahan ... 7
1.2. Proses Penerjemahan ... 9
1.3. Konsep Prosedur, Strategi, dan Teknik Penerjemahan ... 11
1.4. Teknik Penerjemahan ... 13
1.5. Metode Penerjemahan ... 21
1.6. Ideologi Penerjemahan ... 26
1.6.1 Domestikasi ... 26
1.6.2 Foreignisasi ... 29
1.7. Penilaian Kualitas Terjemahan ... 31
1.7.1 Keakuratan atau Ketepatan (Accuracy) ... 32
1.7.2 Keberterimaan (Acceptability) ... 32
x
2.1. Definisi Subtitling. ... 33
2.2. Jenis Subtitling ... 34
2.3. Standardisasi Subtitling ... 36
2.4. Kendala dan Keterbatasan Subtitling ... 38
2.5. Syarat Subtitling yang Efektif ... 41
2.6. Keringkasan dan Kejelasan dalam Subtitling ... 42
2.7. Kompetensi Penerjemah dalam Subtitling ... 44
3. Sekilas tentang Film Beckham Unwrapped ... 47
B. Penelitian Yang Relevan ... 48
C. Kerangka Pikir ... 50
1. Mengkaji Dokumen (Content Analysis) ... 56
2. Kuesioner ... 56
3. Wawancara ... 58
D. Teknik Cuplikan ... 59
E. Validitas Data ... 59
1. Trianggulasi Sumber ... 60
2. Trianggulasi Metode ... 60
F. Teknik Analisis Data... 61
G. Prosedur Penelitian ... 64
BAB IV. TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian ... 66
1. Teknik Penerjemahan ... 66
1.1. Transposisi (Transposition) ... 68
1.2. Reduksi (Reduction) ... 70
1.3. Peminjaman Alamiah (Naturalized Borrowing) ... 71
1.4. Amplifikasi (Amplification) ... 72
1.5. Peminjaman Murni (Pure Borrowing) ... 73
1.6. Kalke (Calque) ... 74
1.7. Padanan Lazim (Established Equivalent)... 74
1.8. Penerjemahan Harfiah (Literal Translation) ... 75
xi
1.11.Partikularisasi (Partcularization) ... 79
1.12. Kreasi Diskursif (Discursive Creation) ... 80
2. Metode Penerjemahan ... 82
3. Ideologi Penerjemahan ... 85
4. Kualitas Terjemahan Subtitle Film Beckham Unwrapped ... 86
4.1. Keakuratan (Acceptability) ... 86
4.1.1. Terjemahan yang Akurat ... 86
4.1.2. Terjemahan yang Kurang Akurat ... 89
4.1.3. Terjemahan yang Tidak Akurat ... 94
4.2. Keberterimaan (Acceptability) ... 97
4.2.1. Terjemahan yang Berterima ... 97
4.2.2. Terjemahan yang Kurang Berterima ... 100
4.2.3. Terjemahan yang Tidak Berterima ... 104
4.3. Keterbacaan (Readability) ... 107
4.3.1 Terjemahan dengan Tingkat Keterbacaan Tinggi ... 107
4.3.2. Terjemahan dengan Tingkat Keterbacaan Sedang ... 111
4.4. Penilaian Kualitas Secara Keseluruhan (Overall Quality) ... 114
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 116
1. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi terhadap Keakuratan ... 118
2. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi terhadap Keberterimaan ... 125
3. Dampak Teknik, Metode dan Ideologi terhadap Keterbacaan ... 128
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Ideologi Domestikasi... 29
Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan Ideologi Foreignisasi ... 32
Tabel 3. Parameter Keakuratan ... 60
Tabel 4. Parameter Keberterimaan ... 60
Tabel 5. Parameter Keterbacaan ... 61
Tabel 6. Contoh Data ... 66
Tabel 7. Contoh Bukan Data ... 67
Tabel 8. Contoh Analisis Taksonomi ... 67
Tabel 9. Contoh Analisis Komponensial ... 68
Tabel 10. Klasifikasi Teknik Penerjemahan ... 71
Tabel 11. Penghitungan Kualitas Keseluruhan (Overall Quality) ... 122
Tabel 12. Dampak Teknik, Metode, dan Ideologi terhadap Kualitas Terjemahan ... 124
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Proses Penerjemahan Menurut Nida dan Taber ... 9
Gambar II.2 Proses penerjemahan yang Disempurnakan. ... 10
Gambar II.3 Diagram V Metode Penerjemahan ... 22
Gambar II.4 Diagram Kerangka Pikir ... 51
Gambar III.1 Skema Triangulasi Metode... 61
xiv
DAFTAR SINGKATAN
A : Akurat
B : Berterima
BSa : Bahasa Sasaran
BSu : Bahasa Sumber
KA : Kurang Akurat
KA* : Keakuratan
KB : Kurang Berterima
KB* : Keberterimaan
KT : Keterbacaan
R : Tingkat keterbacaan Rendah
R1 : Rater 1
R2 : Rater 2
R3 : Rater 3
S : Tingkat keterbacaan Sedang
T : Tingkat keterbacaan Tinggi
TSa : Teks Sasaran
TSu : Teks Sumber
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran.1. Dampak Teknik, Metode, dan Ideologi terhadap Kualitas ... 140
Lampiran.2. Rekapitulasi Penghitungan Kualitas Terjemahan ... 179
xvi ABSTRAK
Rohmita Khoirun Nisaa’. S130809015. 2011. “Analisis Teknik
Penerjemahan Subtitle Film Beckham Unwrapped dan Dampaknya pada
Kualitas Terjemahan”. Tesis. Pascasarjana Program Studi Linguistik, Minat
Utama Penerjemahan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing (1) Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed,M.A.,Ph.D., (2) Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis teknik, metode, dan ideologi penerjemahan yang diterapkan penerjemah dalam menerjemahkan teks subtitle film Beckham Unwrapped. Disamping itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan teknik, metode dan ideologi penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan teks subtitle film Beckham Unwrapped terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan teori penerjemahan dan bentuk studi kasus terpancang (embedded research). Sumber data dalam penelitian ini antara lain: dokumen (teks subtitle film Beckham Unwrapped beserta terjemahannya) dan informan (rater dan responden). Data dalam penelitian ini berupa satuan lingual, kata, frasa, klausa dan kalimat dalam bentuk narasi yang mengandung teknik penerjemahan dalam teks subtitle film Beckham Unwrapped beserta terjemahannya. Tahapan analisis data menggunakan metode etnografi yang diusulkan oleh Spradley yang terdiri dari empat tahapan utama antara lain:analisis domain, analisis taksonomi, analisi komponesial, dan analisis tema budaya.
xvii
data yang ada, 175 data atau sekitar 97,19% memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi dan 5 data atau 2,81% memiliki tingkat keterbacaan yang sedang.
Berdasarkan ketiga aspek penentu kualitas terjemahan teks subtitle film Beckham Unwrapped, didapatkan hasil bahwa tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaannya tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kualitas terjemahan teks subtitle film Beckham Unwrapped adalah akurat, berterima, dan mudah dipahami. Secara keseluruhan terjemahan teks subtitle film Beckham Unwrapped memiliki kualitas yang baik.
Kata kunci: subtitle, teknik , metode, ideologi penerjemahan, kualitas terjemahan
xviii ABSTRACT
Rohmita Khoirun Nisaa’. S130809015. 2011. “Analisis Teknik Penerjemahan
Subtitle Film Beckham Unwrapped dan Dampaknya pada Kualitas
Terjemahan”. Thesis. Postgraduate
Program in Linguistic, Majoring in Translation Studies, Sebelas Maret University of Surakarta. Advisor (1): Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed,M.A.,Ph.D., (2) Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D.
The objective of this research is identifying and analyzing translation technique, method, and ideology used by the translator in translating the film subtitle of Beckham Unwrapped. Besides, this research is aimed at studying the impact of translation technique, method, and ideology applied by the translator in translating the film subtitle of Beckham Unwrapped toward the quality of the translation produced.
The type of the research is qualitative research with theory of translation approach. It is categorized as embedded research. The source of the data for this research is taken from two main sources such as document (the subtitle text of Beckham Unwrapped film and its translation) and informant (rater and respondent). The data of this research is a lingual unit in form of word, phrase, and sentence which contains translation technique in the subtitle text of Beckham Unwrapped film and its translation. The data analysis is conducted using ethnographic method proposed by Spradley which consists of four main steps: domain analysis, taxonomic analysis, componential analysis, and cultural theme analysis.
Based on analysis conducted on 178 data, there are 12 kinds of translation techniques found with total usage frequency 621 times. Those techniques are as follow: (1)Transposition 136 times (21,90%), (2)Reduction 104 times (17,04%), (3)Naturalized Borrowing 72 times (11,59%), (4)Amplification 71 times (11,43%), (5)Pure Borrowing 59 times (9,50%), (6)Calque 56 times (9,02%) (7)Established Equivalent 46 times (7,41%), (8)Literal Translation 37 times (5,96%), (9)Modulation 14 times (2,25%) (10)Generalization 13 times (2,09%), (11)Particularization 7 times (1,13%) and (12)Discursive Creation 6 times (0,97%). The method and ideology used by the translator in translating subtitle text of Beckham Unwrapped film are communicative translation and domestication. From 178 data, 106 data or approximately 59,55% are translated accurately; 70 data or 39,33% less accurate, and 2 data or 1,12% are inaccurate. Related to the aspect of acceptability, 100 out of 178 data or approximately 56,18% are
xix
readability have high level. It can be concluded that the translation quality of Beckham Unwrapped film subtitle is accurate, acceptable, and understandable.
Key words: subtitle, technique, method, ideology, quality of translation
“ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN SUBTITLE FILM
BECKHAM UNWRAPPED DAN DAMPAKNYA PADA
KUALITAS TERJEMAHAN”
Rohmita Khoirun Nisaa’1
Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Esd.,M.A.,Ph.D2 Drs. Riyadi Santosa, M.WEsd.,Ph.D3
ABSTRACT
2011. Thesis. Postgraduate. Program in Linguistic, Majoring in Translation Studies, Sebelas Maret University of Surakarta. Advisor (1): Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed,M.A.,Ph.D., (2) Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D.
The objective of this research is identifying and analyzing translation technique, method, and ideology used by the translator in translating the film subtitle of Beckham Unwrapped. Besides, translation approach. It is categorized as embedded research. The source of the data for this research is taken from two main sources such as document (the subtitle text of Beckham Unwrapped film and its translation) and informant (rater and respondent). The data of this research is a lingual unit in form of word, phrase, and sentence which contains translation technique in the subtitle text of Beckham Unwrapped film and its translation. The data analysis is conducted using ethnographic method proposed by Spradley which consists of four main steps: domain analysis, taxonomic analysis, componential analysis, and cultural theme analysis.
1
Mahasiswa Jurusan Program Studi Linguistik dengan NIM S130809015 2
Dosen Pembimbing I 3
Dosen Pembimbing II
Based on analysis conducted on 178 data, there are 12 kinds of translation techniques found with total usage frequency 621 times. Those techniques are as follow: (1)Transposition 136 times (21,90%), (2)Reduction 104 times (17,04%), (3)Naturalized Borrowing 72 times (11,59%), (4)Amplification 71 times (11,43%), (5)Pure Borrowing 59 times (9,50%), (6)Calque 56 times (9,02%) (7)Established Equivalent 46 times (7,41%), (8)Literal Translation 37 times (5,96%), (9)Modulation 14 times (2,25%) (10)Generalization 13 times (2,09%), (11)Particularization 7 times (1,13%) and (12)Discursive Creation 6 times (0,97%). The method and ideology used by the translator in translating subtitle text of Beckham Unwrapped film are communicative translation and domestication. From 178 data, 106 data or approximately 59,55% are translated accurately; 70 data or 39,33% less accurate, and 2 data or 1,12% are inaccurate. Related to the aspect of acceptability, 100 out of 178 data or approximately 56,18% are categorized as acceptable translation, 76 data or 42,96% are categorized as less acceptable translation, and 2 data or 1,12% are categorized as unacceptable translation. Finally, the degree of readability for the subtitle text of Beckham Unwrapped film has high score or readable. From 178 data, 175 data or approximately 97,19% are readable and 5 data or approximately 2,81% are categorized as less readable translation.
Based on the translation quality of subtitle of Beckham Unwrapped film, the three main aspects of measurement such as accuracy, acceptability, and readability have high level. It can be concluded that the translation quality of Beckham Unwrapped film subtitle is accurate, acceptable, and understandable.
ANALISIS TEKNIK, METODE, DAN IDEOLOGI
PENERJEMAHAN SUBTITLE FILM BECKHAM
UNWRAPPED DAN DAMPAKNYA PADA KUALITAS TERJEMAHAN
Rohmita Khoirun Nisaa’1
Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Esd.,M.A.,Ph.D2 Drs. Riyadi Santosa, M.WEsd.,Ph.D3
ABSTRAK
2011. Tesis. Pascasarjana Program Studi Linguistik, Minat Utama Penerjemahan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing (1) Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed,M.A.,Ph.D., (2) Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis teknik, metode, dan ideologi penerjemahan yang diterapkan penerjemah dalam menerjemahkan teks subtitle film Beckham Unwrapped. Disamping itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan teknik, metode dan ideologi
penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam
menerjemahkan teks subtitle film Beckham Unwrapped terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan teori penerjemahan dan bentuk studi kasus terpancang (embedded research). Sumber data dalam penelitian ini antara lain: dokumen (teks subtitle film Beckham Unwrapped beserta terjemahannya) dan informan (rater dan responden). Data dalam penelitian ini berupa satuan lingual, kata, frasa, klausa dan kalimat dalam bentuk narasi yang mengandung teknik penerjemahan dalam teks subtitle film Beckham Unwrapped beserta terjemahannya. Tahapan analisis data menggunakan metode etnografi yang diusulkan oleh Spradley yang terdiri dari empat tahapan utama
1
Mahasiswa Jurusan Program Studi Linguistik dengan NIM S130809015 2
Dosen Pembimbing I 3
Dosen Pembimbing II
antara lain:analisis domain, analisis taksonomi, analisi komponesial, dan analisis tema budaya.
Berdasarkan hasil analisis terhadap 178 data, ditemukan 12 macam teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah dengan frekuensi penggunaan total sebanyak 621 kali. Teknik-teknik tersebut antara lain: (1) Transposisi sebanyak 136 kali (21,90%) , (2) Reduksi sebanyak 104 kali (17,04%), (3) Peminjaman Alamiah sebanyak 72 kali (11,59%) ,(4) Amplifikasi sebanyak 71 kali (11,43%), (5) Peminjaman Murni sebanyak 59 kali (9,50%), (6) Kalke sebanyak 56 kali (9,02%), (7) Padanan Lazim sebanyak 46 kali (7,41%), (5,63%) (8) Penerjemahan Harfiah sebanyak 37 kali (5,96%), (9) Modulasi sebanyak 14 kali (2,25%), (10) Generalisasi sebanyak 13 kali (2,09%), (11) Partikularisasi sebanyak 7 kali (1,13%) dan (12) Kreasi Diskursif yaitu sebanyak 6 kali (0,97%). Metode dan ideologi yang diterapkan oleh penerjemah dalam menerjemahkan teks subtitle film Beckham Unwrapped adalah metode Penerjemahan Komunikatif dengan ideologi domestikasi. Dari keseluruhan 178 data yang ada, sebanyak 106 data atau 59,55% diterjemahkan secara akurat, sebanyak 70 data atau sekitar 39,33% diterjemahkan dengan kurang akurat, dan ada 2 data atau sekitar 1,12% yang tidak akurat. Berkaitan dengan aspek keberterimaan, dari 178 data, sebanyak 100 data sekitar 56,18% terjemahannya berterima di bahasa sasaran, 76 data atau sekitar 42,96% kurang berterima terjemahannya, dan sebanyak 2 data atau sekitar 1,12% Terakhir, tingkat keterbacaan teks subtitle film Beckham Unwrapped ini tergolong tinggi. Dari keseluruhan 178 data yang ada, 175 data atau sekitar 97,19% memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi dan 5 data atau 2,81% memiliki tingkat keterbacaan yang sedang.
Berdasarkan ketiga aspek penentu kualitas terjemahan teks subtitle film Beckham Unwrapped, didapatkan hasil bahwa tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaannya tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kualitas terjemahan teks subtitle film Beckham Unwrapped adalah akurat, berterima, dan mudah dipahami. Secara keseluruhan terjemahan teks subtitle film Beckham Unwrapped memiliki kualitas yang baik.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penerjemahan pada dasarnya melibatkan dua bahasa yang disebut dengan
bahasa sasaran (source language) dan bahasa target (target language).
Penerjemahan atau translation merupakan serangkaian kegiatan untuk
menyampaikan pesan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran secara akurat. Agar
tujuan utama dari proses penerjemahan ini terpenuhi diperlukan penerjemah
dengan kompetensi yang mumpuni. Namun pada prakteknya, tingginya kebutuhan
menerjemahkan teks-teks atau literatur asing tidak sebanding lurus dengan jumlah
penerjemah yang berkualitas. Bahkan, dapat dikatakan jumlahnya masih tergolong
rendah.
Berkaitan dengan penerjemahan film, dikenal dua macam jenis
penerjemahan yaitu dubbing dan subtitling. Keduanya merupakan metode
pengalihan bahasa dalam menerjemahkan film dan televisi yang merupakan jenis
media komunikasi audio-visual masa. Shuttleworth dan Cowie dalam Dictionariy
of Translation Studies mengemukakan pengertian subtitling sebagai ”the process
of providing synchronized captions for film and television dialogue (and more
recently for live opera)” (Shuttleworth and Cowie, 1997:161), sedangkan dubbing
didefinisikan sebagai:
1
the process in which the foreign dialogue is adjusted to the mouth movement of the actor in the film and which is designed to give the impression that the actors whom the audiences see are actually speaking in TL (Shuttleworth and Cowie, 1997:45).
Dari definisi diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa subtitling mengacu
pada pengalihan pesan dalam bentuk teks sedangkan dubbing dalam bentuk sulih
suara. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan penelitian pada subtitling.
Subtitling bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan karena melibatkan
berbagai faktor yang harus dihadapi seorang subtitler dalam menghasilkan subtitle
yang berkualitas. Faktor-faktor tersebut bervariasi baik yang bersifat internal
maupun eksternal, teknis maupun non teknis. Faktor internal berkaitan dengan
penerjemah itu sendiri, sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari karakteristik
dan standardisasi dalam menerjemahkan teks subtitle yang sedikit lebih rumit
dibanding teks biasa.
Melihat fenomena diatas, penulis tertarik untuk mengkaji subtitle sebuah
film dengan menggunakan pendekatan teori penerjemahan yang meliputi teknik,
metode, dan ideologi penerjemahan serta dampaknya pada kualitas
terjemahannya. Film yang dikaji dalam penelitian ini merupakan film dokumenter
berjudul Beckham Unwrapped (2004) yang mengisahkan perjalanan hidup mega
bintang dan legenda hidup persepakbolaan dunia yang bernama David Beckham.
Mengingat ketenaran dan banyaknya penggemar David Beckham diseluruh dunia
utamanya di Indonesia; kualitas terjemahan subtitle film Beckham Unwrapped
penggemarnya di Indonesia yang sebagian besar memiliki akses terbatas terhadap
bahasa Inggris yang digunakan sebagai media untuk memproduksi film ini.
Penelitian penerjemahan terkait yang mengambil teks subtitle sebagai
sumber datanya pernah dilakukan oleh Kholifah (2010) dalam tesis yang berjudul
Analisis Teknik dan Kualitas Subtitle Film My Mom’s New Boyfriend (MMNB).
Kholifah (2010) memfokuskan penelitiannya pada pemilihan teknik yang
diaplikasikan subtitler dalam menerjemahkan subtitle film MMNB dan penilaian
kualitas terjemahannya berdasarkan tiga aspek yaitu keakuratan, keberterimaan
dan keterbacaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
dari aspek yang dibahas serta karakteristik data yang digunakan sebagai objek
penelitian. Jika penelitian sebelumnya mengkaji hanya pemilihan teknik dari
penerjemahan subtitle yang kemudian langsung dikaitkan dengan penilaian
kualitasnya; pada penelitian ini, selain aspek teknik, aspek metode dan ideologi
juga dikaji, baru kemudian dilakukan penilaian terhadap kualitas terjemahannya.
Kedua, perbedaan genre dari sumber data. Meskipun data yang diambil
sama-sama berupa teks subtitle, namun film yang dikaji kali ini bergenre film
dokumenter dimana mayoritas datanya berupa narasi; berbeda dengan yang dikaji
pada penelitian sebelumnya dimana film yang dikaji bergenre film drama yang
datanya mayoritas berupa dialog. Dengan demikian, perbedaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu adalah: 1). aspek yang dibahas dan karakteristik data
2). Jenis film yang dikaji.
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah peneliti hanya mengkaji
teknik, metode dan ideologi pada terjemahan teks subtitle film Beckham
Unwrapped dalam satuan lingual yang berbentuk kata, frasa atau kalimat dalam
bentuk narasi karena objek penelitian yang dikaji adalah film dokumenter. Disebut
demikian karena penelitian ini berorientasi pada produk atau karya terjemahan
sehingga pernyataan yang berkaitan dengan teknik, metode, dan ideologi
penerjemahan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kualitas terjemahan
disimpulkan berdasarkan kajian terhadap produk tanpa mengkaitkannya dengan
penerjemah secara langsung dan dengan proses penerjemahan yang telah
dilakukan oleh penerjemah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teknik penerjemahan apa yang diterapkan dalam menerjemahkan
kata, frasa, klausa dan kalimat dalam teks subtitle film Beckham
Unwrapped ke dalam bahasa Indonesia?
2. Metode penerjemahan apa yang diterapkan dalam menerjemahkan
kata, frasa, klausa dan kalimat dalam teks subtitle film Beckham
Unwrapped ke dalam bahasa Indonesia?
dalam teks subtitle film Beckham Unwrapped ke dalam bahasa
Indonesia?
4. Bagaimana dampak dari teknik, metode dan ideologi
penerjemahan terhadap kualitas terjemahan subtitle film Beckham
Unwrapped ke dalam bahasa Indonesia?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Teknik penerjemahan yang diterapkan penerjemah dalam
menerjemahkan kata, frasa, klausa dan kalimat dalam teks subtitle
film Beckham Unwrapped ke dalam bahasa Indonesia.
2. Metode penerjemahan yang diterapkan penerjemah dalam
menerjemahkan kata, frasa, klausa dan kalimat dalam teks subtitle
film Beckham Unwrapped ke dalam bahasa Indonesia.
3. Ideologi penerjemahan yang dianut penerjemah dalam
menerjemahkan kata, frasa, klausa dan kalimat dalam teks subtitle
film Beckham Unwrapped dalam bahasa Indonesia.
4. Dampak dari teknik, metode dan ideologi penerjemahan
terhadap kualitas terjemahan teks subtitle film Beckham
Unwrapped ke dalam bahasa Indonesia dilihat dari aspek
keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaannya.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap berbagai
pihak sebagai berikut:
1. Dapat memberikan gambaran kepada dunia akademis dan para
penerjemah khususnya, mengenai teknik, metode, ideologi pada
penerjemahan subtitle film dokumenter yang berdampak pada
kualitas terjemahan.
2. Dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain sebagai bahan pertimbangan
untuk mengembangkan penelitian yang lebih terinci dan
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori 1.1. Penerjemahan
1.1.1. Pengertian penerjemahan
Penerjemahan merupakan usaha untuk menyatakan kembali ide dari
suatu bahasa ke bahasa lain. Penerjemahan mengimplikasikan adanya keterlibatan
dua bahasa, yakni bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa) yang juga
sering disebut dengan source language (SL) dan target language (TL). Bahasa
sumber adalah bahasa teks yang diterjemahkan, sedangkan bahasa sasaran adalah
bahasa hasil teks terjemahan.
Terdapat banyak definisi penerjemahan yang dikemukakan oleh para
ahli. Pada umumnya istilah penerjemahan mengacu pada pengalihan pesan secara
tertulis dan lisan. Menurut Catford (1965:20), penerjemahan adalah “the
replacement of textual material in one language by equivalent textual material in
another language”. Jika diartikan secara bebas, penerjemahan adalah penggantian
materi tekstual dalam suatu bahasa dengan materi tekstual yang padan dalam
bahasa lain. Menurut Brislin (1976: 1) penerjemahan mengacu pada pengalihan
pikiran dan gagasan dari suatu bahasa ke bahasa lainnya, baik dalam bentuk
tulisan maupun lisan; baik kedua bahasa tersebut telah mempunyai sistem
penulisan yang telah baku ataupun belum, baik salah satu atau keduanya
7
didasarkan pada isyarat sebagaimana bahasa isyarat orang tuna rungu. Nida &
Taber (dalam Shuttleworth & Cowie, 1997: 182) menyatakan:
Translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source-language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style.
Dalam definisinya tentang penerjemahan, Nida dan Taber menekankan pada cara
kerja penerjemah dalam menemukan padanan alami yang semirip mungkin
sehingga pesan dalam BSu bisa disampaikan ke dalam BSa.
Selanjutnya, Kridalaksana dalam Nababan (2003) menyatakan
penerjemahan sebagai pemindahan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam
bahasa sasaran dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kemudian
gaya bahasanya. Definisi ini banyak dianut karena tiga alasan. Pertama, suatu
konsep dapat diungkapkan dalam dua bahasa yang berbeda. Kedua, setiap pesan
yang dialihkan pasti diungkapkan atau diwujudkan dalam bentuk bahasa baik
secara lisan maupun tulisan. Ketiga, gaya bahasa terjemahan merupakan salah
satu aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam setiap kegiatan
menerjemahkan. Dari berbagai macam definisi penerjemahan di atas dapat
disimpulkan bahwa penerjemahan adalah proses pengalihan pesan dari bahasa
sumber dengan padanan alami yang sedekat mungkin ke dalam bahasa sasaran
1. 2. Proses Penerjemahan
Dalam proses penerjemahan, pengalihan amanat dan pengungkapannya
dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan mempertimbangkan gaya
bahasanya, merupakan bagian yang tak terpisahkan. Menurut Nababan (2003:24),
proses penerjemahan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh seorang penerjemah. Proses penerjemahan bersifat kognitif karena bersifat
abstrak dan kasat mata, hanya penerjemah sendiri yang mengetahuinya. Proses
penerjemahan merupakan serangkaian tahapan yang harus dilalui oleh penerjemah
untuk bisa sampai pada hasil akhir (Machali, 2000: 9). Holmes (dalam Mansouri:
2005) melihat proses penerjemahan sebagai suatu proses dengan beberapa tahapan
sebagai berikut.
I have suggested that actually the translation process is a multilevel process. While we are translating sentences, we have a map of the original text in our minds and the same time a map of the kind of text we want to produce in the target language.
Lebih lanjut Nida dan Taber dalam Suryawinata dan Hariyanto (2003:
18) menggambarkan proses penerjemahannya yaitu penerjemahan dinamis,
sebagai berikut:
bentuk bentuk
teks BSu teks BSa
analisis restrukturisasi
isi teks transfer isi teks
BSu BSa
Dalam proses ini terdapat tiga tahap proses penerjemahan antara lain:
tahap analisis, transfer, dan retrukturisasi. Dalam tahap analisis, penerjemah
menganalisis teks BSu dalam hal: (a) hubungan gramatikal yang ada dan (b)
makna kata atau rangkaian kata-kata untuk memahami makna atau isinya secara
keseluruhan. Setelah itu, hasilnya yaitu makna BSu yang telah dipahami,
ditransfer dalam pikiran penerjemah dari BSu ke dalam BSa. Selanjutnya, dalam
tahap restrukturisasi, makna tersebut ditulis kembali dalam BSa sesuai dengan
aturan dan kaidah yang ada dalam BSa.
Suryawinata dalam Suryawinata dan Hariyanto (2003: 18-19) berusaha
memperjelas skema tersebut dengan meminjam konsep struktur batin dan struktur
lahir Tata Bahasa Generatif Tranformasi (TGT) menjadi sebagai berikut:
Evaluasi dan revisi
Analisis/ Proses eksternal Restrukturisasi/
Pemahaman Proses internal Penulisan kembali
transfer
transfer padanan
Lebih lanjut, bagan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut
1. Tahap analisis atau pemahaman. Dalam tahap ini struktur lahir
(kalimat yang ada) dianalisis menurut hubungan gramatikal, menurut
makna kata atau kombinasi kata, makna tekstual, dan bahkan makna
kontekstual. Tahap ini merupakan proses transformasi balik.
2. Tahap transfer. Dalam tahap ini materi yang sudah dianalisis dan
dipahami maknanya tadi diolah penerjemah dalam pikirannya dan
dipindahkan dari BSu ke dalam BSa. Dalam tahap ini belum dihasilkan
rangkaian kata,; semuanya hanya terjadi dalam batin penerjemah.
3. Tahap restrukturisasi. Dalam tahap ini penerjemah berusaha mencari
padanan kata, ungkapan, dan struktur kalimat yang tepat dala BSa
sehingga isi, makna, dan pesan yang ada dalam teks BSu tadi bisa
disampaikan sepenuhnya dalam BSa.
4. Tahap evaluasi dan revisi. Setelah didapat terjemahan dalam BSa, hasil
itu dievaluasi atau dicocokkan kembali dengan teks aslinya. Kalau
dirasa masih kurang padan, maka dilakukanlah revisi.
1.3. Konsep Prosedur, Strategi, dan Teknik Penerjemahan
Terdapat beberapa perbedaan pendapat dan sudut pandang terkait
prosedur, strategi dan teknik penerjemahan. Newmark (1988:81) dan Machali
(2000:62-63) menyatakan prosedur penerjemahan merupakan cara penerjemahan
Suryawinata & Hariyanto (2003:67) menggunakan strategi penerjemahan untuk
menerangkan konsep yang sama.
Dalam Macquarie Dictionary disebutkan bahwa prosedur adalah “… the
act or manner of proceeding in any action or process.” Berarti prosedur
merupakan cara atau tindakan atau proses dalam melakukan sesuatu. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa prosedur atau strategi ini merujuk pada tindakan yang
dilakukan dalam proses penerjemahan. Namun contoh yang diberikan oleh
Machali (2000), Newmark (1988) dan Suryawinata & Hariyanto (2003) dilihat
dari produk bukan pada proses penerjemahan. Sementara, antara proses yang
terjadi dalam pikiran saat proses penerjemahan adalah fenomena yang berbeda
dengan apa yang terlihat pada produk terjemahan.
Machali (2000:77) juga memperkenalkan istilah teknik yaitu hal yang
bersifat praktis dan diberlakukan pada tugas-tugas penerjemahan tertentu.
Sementara dari definisi kamus yang dikutipnya dinyatakan, “a technique is a
practical method, skill, or art applied to a particular task” (Collins English
Dictionary dalam ibid: 77). Dari definisi ini, teknik berada pada tataran produk
(applied to a particular task) berarti cara ini telah diterapkan pada suatu tugas
(terjemahan), sementara strategi berada pada tataran proses.
Berbeda dengan pendapat di atas, Molina & Albir (2002) membedakan
strategi dan teknik penerjemahan dari perspektif proses atau produk
penerjemahan. Strategi merupakan prosedur (disadari atau tidak disadari, verbal
pikirannya (Hurtado Albir dalam Molina & Albir, 2002:508). Sementara teknik
penerjemahan adalah hasil dari pilihan yang dibuat penerjemah atau perwujudan
strategi dalam mengatasi permasalahan pada tataran mikro yang dapat dilihat
dengan membandingkan hasil terjemahan dengan teks aslinya (ibid: 508 & 509).
Dalam penelitian ini, teknik penerjemahan merupakan perwujudan
strategi penerjemahan yang merupakan hasil pilihan cara yang telah diputuskan
oleh penerjemah. Teknik penerjemahan diperoleh dari perbandingan hasil
terjemahan dan teks aslinya.
1.4. Teknik Penerjemahan
Dalam penelitian ini diadopsi teknik-teknik penerjemahan yang
diusulkan beberapa ahli penerjemahan seperti: Molina & Albir (2002:509-511),
Newmark (1988), dan Hoed (2006). Terdapat beberapa karakteristik dari teknik
penerjemahan, yaitu: teknik tersebut berpengaruh pada hasil terjemahan,
klasifikasi dilakukan dengan membandingkan Tsa dan Tsu, berpengaruh pada unit
mikro dari teks, bersifat diskursif dan kontekstual, dan fungsional (Molina &
Albir, 2001:209).
Klasifikasi Molina dan Hurtado Albir (2002) berkenaan dengan teknik
penerjemahan adalah sebagai berikut:
1. Memisahkan konsep teknik penerjemahan dari nosi lain yang
berkaitan (strategi, metode dan kesalahan penerjemahan).
2. Hanya memasukkan prosedur yang merupakan karakteristik
penerjemahan dan bukan yang berkaitan dengan perbandingan
bahasa.
3. Untuk mempertahankan nosi bahwa teknik penerjemahan bersifat
fungsional. Definisi mereka tidak menilai apakah sebuah teknik tepat
atau benar, karena selalu tergantung pada situasi di dalam teks dan
konteksnya dan metode penerjemahan yang dipilih.
4. Dalam hubungannya dengan terminologi, untuk mempertahankan
istilah-istilah yang biasa digunakan.
5. Untuk memformulasikan teknik baru dalam rangka menjelaskan
mekanisme yang belum digambarkan.
Berikut jenis teknik-teknik penerjemahan tersebut:
1. Adaptasi (adaptation), merupakan teknik penggantian elemen budaya pada Tsu
dengan hal yang sama pada budaya Bsa (Molina & Albir, 2002). Teknik ini
juga disebut „cultural equivalent‟ (Newmark, 1988), penerjemahan dengan
„cultural substitution‟ (Baker, 1992), padanan budaya (Hoed, 2006).
Contohnya: kata “baseball” dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi
“futbol” dalam bahasa Spanyol.
2. Amplifikasi (amplification), merupakan teknik memperkenalkan informasi
(Vinay & Dalbernet), addition (Delisle), legitimate dan illigitimate paraphrase
(Margot), parafrase eksplikatif (Newmark), periphrasis dan paraphrase
(Delisle), serta termasuk footnote, gloss, addition (Newmark, 1988).
Amplifikasi merupakan lawan dari reduksi.
Contohnya:
BSu : Becks had seen her in a Spice Girls video clip, and later said he had to
meet the one with the bob and the short skirt.
BSa : Becks pernah melihatnya di video klip Spice Girls dan mengatakan dia
harus bertemu dengan yang berambut pendek dan rok mini.
(diambil dari subtitle film Beckham Unwrapped)
3. Peminjaman (borrowing), teknik pengambilan langsung suatu kata atau
ungkapan dari bahasa lain (Molina & Albir, 2002). Terdapat dua jenis teknik
peminjaman, yaitu peminjaman murni tanpa perubahan (pure borrowing) dan
peminjaman dengan penyesuaian ejaan (naturalization). Teknik peminjaman
murni juga dikenal dengan transference (Newmark), loan word (Baker, 1992)
atau tidak diberi padanan (Hoed). Sementara teknik naturalisasi juga dikenal
dengan penerjemahan fonologis (Hoed).
Contohnya:
Pure Borrowing (Peminjaman Murni)
BSu : Solo musical releases, a catwalk debut and an autobiography have
received lukewarm critical responses, frustrating the starlet spoilt by
Spice success.
Naturalized Borrowing (Peminjaman Alamiah)
BSu : Solo musical releases, a catwalk debut and an autobiography have
received lukewarm critical responses, frustrating the starlet spoilt by
Spice success.
BSa : Rilis musik solo, debut catwalk, dan otobiografi mendapat respon sedikit frustasi setelah kesuksesan Spice.
(diambil dari subtitle film Beckham Unwrapped)
4. Kalke (calque), merupakan teknik penerjemahan dengan mentransfer kata atau
frase dari Bsu secara harfiah ke Bsa baik secara leksikal maupun struktural
(Molina & Albir, 2002; Dukāte, 2007).
Contohnya:
BSu : England lost the game and was eliminated from the World Cup.
BSa : Inggris kalah dan tersisihkan dari Piala Dunia.
(diambil dari subtitle film Beckham Unwrapped)
5. Kompensasi (compensation), teknik memperkenalkan elemen informasi atau
efek stilistik lain pada tempat lain pada Tsa karena tidak ditempatkan pada
posisi yang sama seperti dalam Tsu (Molina & Albir, 2002; Newmark, 1988).
Vinay & Dalbernet menyebut cara ini sebagai konsepsi.
6. Deskripsi (description), mengganti suatu istilah atau ungkapan dengan
deskripsi bentuk atau fungsinya (Molina & Albir, 2002). Hal ini berbeda
Teknik yang termasuk jenis ini antara lain padanan deskriptif (descriptive
equivalent) dan padanan fungsional (functional equivalent) (Newmark, 1988).
Contohnya:
BSu : Samurai (Bahasa Jepang)
BSa : Aristokrat Jepang pada abad XI sampai XIX yang menjadi pegawai
pemerintahan. (Bahasa Indonesia)
7. Kreasi diskursif (discursive creation), teknik penggunaan suatu padanan
temporer yang diluar konteks atau tak terprediksikan. Biasanya digunakan pada
penerjemahan judul (Molina & Albir, 2002).
Contohnya:
BSu: It was something along the lines of; Sticks and stones will break my
bones but no matter how much you‟re provoked never let your side, or
your country down, by kicking back.
BSa: Ini seperti dihantam tongkat dan batu namun tak masalah seberapa gusar anda, jangan sampai teman dan negara Anda menjadi kecewa
dengan balas dendam.
(diambil dari subtitle film Beckham Unwrapped)
8. Padanan Lazim (established equivalent), teknik penggunaan istilah atau
ungkapan yang telah dikenal atau diakui baik dalam kamus atau bahasa sasaran
sebagai padanan dari Tsu tersebut (Molina & Albir, 2002). Teknik ini juga
dikenal dengan recognized translation/accepted standard translation
(Newmark, 1988) atau terjemahan resmi (Hoed, 2006; Suryawinata &
Hariyanto, 2003).
BSu : Toughened by the taunts reserved for girls with acne at high school, Sticky Vicky, so called because of her thin physique, who‟d begged her father not to drop her at school in the family‟s Roll Royce, found
her match.
BSa : Tegar dari ejekan yang diberikan kepada para cewek yang berjerawat di
SMU, Sticky Vicky yang berfisik kurus, yang memohon agar tidak diantar ayahnya dengan Rolls Royce, menemukan pasangannya.
(diambil dari subtitle film Beckham Unwrapped)
9. Generalisasi (generalization), teknik penggunaan istilah yang lebih umum atau
netral dalam bahasa sasaran (Molina & Albir, 2002). Teknik neutralization
(Newmark, 1988) dan translation by netral/less expressive dan translation by
general word (superordinate) (Baker, 1992) termasuk dalam teknik
generalisasi. Teknik generalisasi merupakan kebalikan dari teknik
partikularisasi.
Contohnya:
BSu : So Beckham kicked on, with the names of his sons on his boots.
BSa : Namun Beckham tetap bermain, dengan nama anak di sepatunya.
(diambil dari subtitle film Beckham Unwrapped)
10. Amplifikasi linguistik (linguistic amplification), teknik penambahan elemen
linguistik sehingga terjemahannya lebih panjang (Molina & Albir, 2002).
11. Kompresi linguistik (linguistic compression), teknik ini mensintasis elemen
linguistik yang ada menjadi lebih sederhana karena sudah dapat dipahami
(Molina & Albir, 2002).
12. Terjemahan harfiah (literal translation), teknik penerjemahan suatu kata atau
ungkapan secara kata per kata (Molina & Albir, 2002). Teknik ini sama
dengan teknik padanan formal yang diajukan Nida, namun bukan penggunaan
padanan yang sudah merupakan bentuk resmi.
Contoh :
BSu : Paparazzi follow Becks and Posh everywhere.
BSa : Paparazzi menguntit Becks dan Posh ke mana-mana.
(diambil dari subtitle film Beckham Unwrapped)
13. Modulasi (modulation), teknik penggantian sudut pandang, fokus atau
kategori kognitif dari Tsu ST; bisa dalam bentuk struktural maupun leksikal
(Hoed, 2006; Molina & Albir, 2002; Newmark, 1988).
Contohnya:
BSu : Before long, his deadly accurate and powerful kicking etched itself into
the consciousness of opponents and fans alike.
BSa : Dalam waktu singkat, tendangannya yang akurat dan kuat membuat para lawan dan penggemarnya terkesan.
(diambil dari subtitle film Beckham Unwrapped)
14. Penggunaan bentuk khusus (particularization), teknik penggunaan istilah
yang lebih spesifik dan konkrit bukan bentuk umumnya (Molina & Albir,
2002).
Contohnya :
BSu : He lives healthily, not attracted to the drinking and drug-taking
lifestyle of many in the public limelight.
BSa: Dia hidup dengan sehat, tidak tertarik pada alcohol dan obat bius.
(diambil dari subtitle film Beckham Unwrapped)
15. Pengurangan (reduction), teknik mengimplisitkan informasi karena
komponen maknanya sudah termasuk dalam bahasa sasaran. Teknik ini
merupakan kebalikan dari amplifikasi (Molina & Albir, 2002). Teknik ini
sama dengan reduksi dan penghilangan redudansi yang diajukan Newmark
(1988) atau penerjemahan dengan penghilangan kata atau ungkapan
(omission) yang diajukan Baker (1992).
Contohnya:
BSu : 7 year old Kirsty Howard is terminally ill.
BSa : Kirsty Howard berusia 7 tahun.
(diambil dari subtitle film Beckham Unwrapped)
16. Subtitusi (substitution: linguistic, paralinguistic), teknik penggantian
elemen-eleman linguistik dengan paralinguistik (intonasi, gesture) dan sebaliknya.
17. Transposisi (transposition), teknik penggatian kategori grammar, misal dari
verb menjadi adverb dsb (Hoed, 2006; Molina & Albir, 2002; Newmark,
1988).
Contohnya :
BSu : You know you‟ve made it when you‟re feted by world leaders.
BSa : Anda berhasil bila dijamu oleh para pemimpin dunia.
(diambil dari subtitle film Beckham Unwrapped)
18. Variasi (variation), teknik penggantian unsur linguistik atau para linguistik
(intonasi, gesture) yang mempengaruhi aspek keragaman linguistik: misalnya
penggantian gaya, dialek sosial, dialek geografis.
1. 5. Metode Penerjemahan
Istilah metode berasal dari kata method, dalam Macquarie
Dictionary didefinisikan sebagai a way of doing something, especially in
accordance with a definite plan (dalam Machali, 2000: 48), yaitu cara
melakukan sesuatu terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu. Dari
definisi tersebut, ada dua hal yang menjadi kata kunci, yaitu: pertama, metode
adalah cara melakukan sesuatu, dalam hal ini adalah cara melakukan
penerjemahan dan kedua adalah metode berkenaan dengan rencana tertentu, yaitu
rencana dalam pelaksanaan penerjemahan. Rencana pelaksanaan penerjemahan
sendiri diwujudkan melalui tiga tahapan yaitu: analisis teks bahasa sumber,
pengalihan pesan, dan restrukturisasi. Ketiga tahapan tersebut lazim dikenal
dijalankan dengan menggunakan cara tertentu. Cara inilah yang disebut sebagai
metode penerjemahan. Bisa dikatakan bahwa pelaksanaan kegiatan dalam
setiap tahap proses penerjemahan berada dalam kerangka cara atau metode
tertentu.
Molina & Hurtado Albir (2002) mendefinisikan metode
penerjemahan sebagai cara sebuah proses penerjemahan dilakukan sesuai
dengan tujuan penerjemah, yakni opsi global yang berdampak pada teks
bahasa sasaran secara keseluruhan. Mereka mengungkapkan ada beberapa
metode penerjemahan yang bisa dipilih yakni: metode
interpretatif-komunikatif (penerjemahan gagasan atau amanat), harfiah (transkodifikasi
linguistik), bebas (modifikasi kategori-kategori semiotika dan komunikatif) dan
filologis (penerjemahan akademis atau kritik).
Sementara, Menurut Newmark (1988: 45) metode penerjemahan
terbagi atas dua kelompok besar, yaitu (1) metode yang memberikan
penekanan pada bahasa sumber (BSu) dan (2) metode yang memberikan
penekanan terhadap bahasa sasaran (BSa), seperti yang digambarkan pada
diagram V berikut ini:
Word-for-word translation Adaptation
Literal translation Free translation
Faithful translation Idiomatic translation
Semantic translation Communicative translation
1. Penerjemahan Kata demi kata (Word-for-word Translation)
Dalam penerapannya, Nababan (2003: 30) menjelaskan bahwa metode
penerjemahan ini pada dasarnya masih sangat terikat pada tataran kata. Dalam
melakukan tugasnya, penerjemah hanya mencari padanan kata bahasa
sumber dalam bahasa sasaran tanpa megubah susunan kata dalam
terjemahannya. Dengan kata lain, susunan kata dalam kalimat terjemahan
sama persis dengan susunan kata dalam kalimat aslinya.
2. Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)
Penerjemahan harfiah mula-mula dilakukan seperti penerjemahan kata demi
kata, tetapi penerjemah kemudian menyesuaikan susunan kata dalam
kalimat terjemahannya yang sesuai dengan susunan kata dalam kalimat
bahasa sasaran. Metode ini biasanya diterapkan apabila struktur kalimat
bahasa sumber berbeda dengan struktur kalimat bahasa sasaran.
3. Penerjemahan Setia (Faithful Translation)
Penerjemahan setia mencoba memproduksi makna kontekstual teks
bahasa sumber dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya.
Kata-kata yang bermuatan budaya dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari
segi tata bahasa dan pilihan kata masih tetap dibiarkan. Penerjemahan ini
berpegang teguh pada maksud dan tujuan teks bahasa sumber, sehingga hasil
terjemahannya kadang-kadang terasa kaku dan seringkali asing.
4. Penerjemahan Semantik (Semantic Translation)
Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantik lebih luwes
dan mempertimbangkan unsur estetika teks BSu dengan
mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran.
Penerjemahan semantik juga lebih fleksibel bila dibandingkan dengan
penerjemahan setia yang lebih terikat oleh BSu.
Keempat metode di atas adalah metode yang lebih berorientasi atau lebih
memberikan penekanan pada BSu. Sementara keempat metode berikut, adalah
metode yang berorientasi pada BSa.
1. Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling
dekat dengan BSa. Istilah “saduran” dapat dimasukkan di sini asalkan
penyadurannya tidak mengorbankan hal-hal penting dalam teks bahasa
sumber, misalnya; tema, karakter ataupun alur. Biasanya, metode ini
diterapkan dalam melakukan penerjemahan drama atau puisi.
2. Penerjemahan Bebas (Free Translation)
Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan
mengorbankan bentuk teks BSu. Biasanya, metode ini berbentuk parafrase
yang menggunakan metode ini sebagai sebuah “karya terjemahan”. Hal ini
dikarenakan adanya perubahan yang cukup drastis pada teks bahasa
sasaran.
3. Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation)
Metode ini bertujuan mereproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi sering
dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak
didapati pada versi aslinya. Oleh karena itu, banyak terjadi distorsi nuansa
makna.
4. Penerjemahan Komunikatif (Communicative Translation)
Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang sedemikian
rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat
dimengerti oleh pembacanya. Sesuai dengan namanya, metode ini
memperhatikan prinsip komunikasi, yakni khalayak pembacanya dan
tujuan penerjemahan. Melalui metode ini, sebuah versi teks BSu dapat
diterjemahkan menjadi beberapa versi teks bahasa sasaran sesuai dengan
prinsip di atas.
Dalam hal ini, penulis mengacu pada metode yang dipaparkan
oleh Newmark, karena lebih komprehensif dan bisa menunjukkan secara
jelas pada ideologi yang digunakan penerjemah.
1.6. Ideologi Penerjemahan
Dalam bidang penerjemahan, ideologi dapat diartikan sebagai prinsip
atau keyakinan tentang benar atau salah (Hoed, 2003). Ideologi mencerminkan
pilihan global yang dianut penerjemah yang terlihat pada terjemahan yang
dihasilkan, apakah lebih cenderung berorientasi pada bahasa sumber atau bahasa
sasaran. Secara umum, ideologi dalam penerjemahan dibagi menjadi dua bagian
yaitu Domestikasi dan Foreignisasi. Ideologi yang cenderung berorientasi pada
bahasa sasaran disebut domestikasi, sementara ideologi yang cenderung
berorientasi pada bahasa sumber disebut foreignisasi. Pembahasan terperinci
mengenai kedua ideologi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1.6.1. Domestikasi
Nida dan Taber (1982) secara tegas menyatakan bahwa sebaiknya
seorang penerjemah lebih mengutamakan keterbacaan teks bagi pembaca sasaran.
Sebenarnya, dengan definisi yang mereka buat bahwa penerjemahan berusaha
mencari „the closest natural equivalent‟, sudah tampak bahwa Nida dan Taber
memiliki kecenderungan anggapan penerjemahan yang baik ialah penerjemahan
yang mengutamakan kebutuhan pembaca sasaran. Menurut mereka:
Kecenderungan domestikasi yang dipilih oleh penerjemah berlatar
belakang keyakinan bahwa terjemahan yang „betul‟, „berterima‟, dan „baik‟ adalah
yang sesuai dengan selera dan harapan pembaca sasaran yang menginginkan teks
terjemahan harus sesuai dengan kebudayaan masyarakat sasaran (Hoed, 2006).
Jika ini yang dipilih, penerjemah akan mengusahakan terjemahannya tidak terasa
sebagai terjemahan dan menjadi bagian dari tradisi tulis dalam bahasa sasaran.
Apabila dikaitkan dengan diagram V Newmark, akan tampak pada hasil
terjemahan, penerjemah cenderung berpihak atau berorientasi pada pembaca
sasaran. Jadi metode yang digunakan adalah penerjemahan komunikatif,
idiomatik, bebas, atau adaptasi.
Menurut Venuti (1995), domestikasi atau transparansi bukan sekedar
untuk memenuhi selera pembaca terjemahan.
British and American publishing, in turn, has reaped the financial benefits of successfully imposing Anglo-American cultural values on a vast foreign readership, while producing cultures in the United Kingdom and the United States that are aggressively monolingual, unreceptive to the foreign, accustomed to fluent translations that invisibly inscribe foreign texts with English-language values and provide readers with the narcissistic experience of recognizing their own culture in a cultural other. The prevalence of fluent domestication has supported these developments because of its economic value: enforced by editors, publishers, and reviewers, fluency results in translations that are eminently readable and therefore consumable on the book market, assisting in their commodification and insuring the neglect of foreign texts and English-language translation discourses that are more resistant to easy readability.
Ideologi ini dinilai berlatar belakang masalah ekonomi dan politik
pembentukan selera. Para penerbit yang memiliki modal dan kekuasaan besar
menjadi bagian dari budaya Anglo-Amerika. Karya-karya tersebut didokumentasi
dan diasimilasi sehingga nilai budaya dalam teks bahasa sumber pudar dan
digantikan dengan nilai budaya bahasa sasaran. Hal ini juga dimaksudkan agar
karya penulis dalam negeri waktu itu tidak tersaingi. Dengan cara ini kebudayaan
asing bisa dicegah.
Terlepas dari pendapat di atas, ada baiknya jika kita melihat pada sisi
positif dan negatif dari kecenderungan ini.
Tabel II.1 Kelebihan dan Kekurangan Ideologi Domestikasi dalam Penerjemahan
Kelebihan Kekurangan
Pembaca teks bahasa sasaran bisa
memahami teks terjemahan dengan
mudah.
Aspek-aspek budaya dalam bahasa
sumber sering kali pudar.
Teks terjemahan terasa natural dan
komunikatif.
Pembaca teks bahasa sasaran tidak
bisa memberikan interpretasi
terhadap teks, karena interpretasi
sudah dilakukan oleh penerjemah.
Memungkinkan terjadinya asimilasi
budaya.
Pembaca teks bahasa sasaran tidak
mendapatkan pengetahuan budaya
1.6.2. Foreignisasi
Ideologi ini berpijak pada pendapat bahwa penerjemahan yang „betul‟,
„berterima‟, dan „baik‟ adalah yang sesuai dengan selera dan harapan pembaca
sasaran yang menginginkan kehadiran budaya bahasa sumber atau menganggap
kehadiran bahasa sumber memberikan manfaat bagi masyarakat (Hoed, 2006: 87).
Jadi, meskipun teks telah berubah bahasa, suasana dan budaya bahasa sumber
diusahakan untuk dapat tetap hadir. Hal ini bertujuan memberikan pengetahuan
tambahan kepada para pembaca tentang fenomena dan budaya asing. Nilai-nilai
bahasa sumber tetap dijaga keberadaannya. Ideologi ini bertolak belakang dengan
ideologi domestikasi yang berusaha sejauh mungkin untuk tidak menghadirkan
sesuatu „yang asing‟ bagi pembaca teks sasaran.
Foreignisasi dalam penerjemahan dapat digunakan untuk
mempertahankan referensi budaya teks bahasa sumber. Dengan tetap melibatkan
aspek budaya yang ada dalam teks bahasa sumber, pembaca akan mengalami
eksotisme teks asli dan mendapatkan sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui.
Dengan kata lain, pembelajaran lintas budaya bisa dilakukan.
Lebih lanjut dikatakan, meskipun penerjemah memutuskan untuk
melakukan foreignisasi, harus tetap diingat bahwa penerjemahan, apapun
bentuknya, selalu berkaitan dengan keberterimaan dan keterbacaan. Pembaca
dalam level apapun tidak akan senang atau nyaman jika membaca teks yang
mengandung kalimat yang terasa janggal atau mendapati kalimat yang terlalu
untuk bisa membawakan budaya dalam teks bahasa sumber, dia juga tidak boleh
mempertahankan „linguistic discourse‟. Tentu saja ini bukan hal yang mudah.
Jika kita kembali merujuk pada diagram V Newmark, penerjemah yang
menganut ideologi foreignisasi cenderung menggunakan metode yang berorientasi
pada teks bahasa sumber. Penerjemah akan menggunakan metode word-for-word,
literal, faithful, atau semantic translation. Tidak bisa dihindari, jika seorang
penerjemah menggunakan metode-metode ini, bahasa yang dihasilkan dalam
terjemahan akan cenderung mempertahankan bentuk bahasa teks sumber. Berikut
ini kelebihan dan kekurangan penggunaan foreignisasi dalam penerjemahan.
Tabel II.2 Kelebihan dan Kekurangan Ideologi Foreignisasi dalam Penerjemahan
Kelebihan Kekurangan
Pembaca teks bahasa sasaran bisa
memahami budaya bahasa sumber.
Pembaca teks sasaran mungkin merasa
asing dengan beberapa istilah.
Teks terjemahan bisa menghadirkan
nuansa budaya bahasa sumber.
Teks bahasa sasaran kadang terasa
kompleks dan tidak natural dalam
penggunaan bahasanya.
Memungkinkan terjadinya
intercultural learning.
Aspek-aspek negatif budaya dalam
bahasa sumber bisa mudah masuk dan
1. 7. Penilaian Kualitas Terjemahan
Penilaian kualitas terjemahan sudah lama diperdebatkan (Al-Qinal,
2000). Kriteria yang mulai objektif dan ilmiah diajukan oleh Nida (1964) sebagai
pioner pandangan behaviorisme (House, 2001). Namun, kriteria yang
ditawarkannya masih dipertanyakan, dapatkah kriteria ini dites atau diukur secara
empiris untuk memperoleh penilaian terhadap hasil terjemahan secara objektif
(Newmark dalam Al-Qinal, 2000). Beberapa kriteria, pendekatan dan cara lain
diusulkan dalam menilai kualitas hasil terjemahan, misalnya, teknik cloze test,
meminta respon pembaca dengan alternatif jawaban/terjemahan, teknik penjelasan
ke rekan, membaca teks dengan suara keras, dan mempublikasikan draf hasil
terjemahan (Nida & Taber, 1969:169-173); terjemahan balik, uji pengetahuan, uji
perfomansi (Brislin, 1976); dan pendekatan berdasar fungsionalistik
(Functionalistic, “Skopos”-Related Approach (Reis dan Vermeer, 1971 dalam
House, 2001:245). Namun teknik dan pendekatan di atas masih memiliki
kekurangan.
Berikutnya, Nababan (2004) mengusulkan kajian kualitas terjemahan ini
dikaitkan dengan tingkat keakuratan dan tingkat keterbacaan teks sasaran.
Nababan mengajukan dua instrumen, yaitu: accuracy-rating intrument yang
diadaptasi dari Nagao, Tsuji dan Nakamura; dan instrumen kedua
Readibility-rating instrument. Instrumen pertama diisi oleh peneliti sendiri dan juga pembaca
yang memiliki kompetensi dan keahlian dalam penerjemahan. Sementara,
instrumen kedua diberikan kepada pembaca dari teks sasaran. Namun penilaian
pada pembaca yang memiliki berbagai latar belakang keilmuan, tingkat
pendidikan bahkan latar belakang budaya berbeda.
1.7.1. Keakuratan atau Ketepatan (Accuracy)
Istilah keakuratan (accuracy) dalam evaluasi penerjemahan sering
digunakan untuk menyatakan sejauh mana terjemahan sesuai dengan teks aslinya
(Shuttleworth & Cowie, 1997:3). Keakuratan merupakan kesesuaian atau
ketepatan pesan yang disampaikan antara Bsu dan Bsa. Machali (2000:110)
menyatakan bahwa ketepatan ini dapat dilihat dari aspek linguistik (struktur
gramatika), semantik, dan pragmatik. Keakuratan (accuracy) tidak hanya dilihat
dari ketepatan pemilihan kata, tetapi juga ketepatan gramatikal, kesepadanan
makna, dan pragmatik.
1.7.2. Keberterimaan (Acceptability)
Istilah keberterimaan (acceptability) digunakan oleh Toury (1980, 1995)
untuk menyatakan ketaatan terjemahan pada aturan linguistik dan norma tekstual
bahasa sasaran (Shuttleworth & Cowie, 1997:2). Lebih lanjut Toury menyatakan
bahwa jika norma yang diikuti merupakan budaya dan bahasa Tsu maka
terjemahannya akan menjadi adequate, sementara jika terjemahannya mengikuti
norma budaya dan Bsa maka terjemahannya akan berterima (acceptable) (dalam
Munday, 2001). Jadi norma ini menjadi batasan eksternal (external constraint)