ANALISIS TEKNIK, METODE, DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN
TERHADAP BUKU CERITA ANAK BILINGUAL “FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”.
TESIS
Oleh
S I N D E 107009029
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS TEKNIK, METODE DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN
TERHADAP BUKU CERITA ANAK BILINGUAL “FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Saint dalam Program
Studi Linguistik pada Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara
Oleh
SINDE
107009029
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : Analisis Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan
Terhadap Buku Cerita Anak Bilingual
“Four Funny Animal Stories” Nama Mahasiswa : S i n d e
Nomor Pokok : 107009029 Program Studi : Linguistik
Konsentrasi : Kajian Terjemahan
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Dr.Syahron Lubis, M.A) (Dr.Muhizar Muchtar,M.S)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur
(Prof.T.Silvana, M.A., Ph.D) (Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal 30 Agustus 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Syahron Lubis, M.A.
Anggota : 1. Dr. Muhizar Mucthar, M.S.
2. Dr.Roswita Silalahi, Dip.TOSEL, M.Hum
PERNYATAAN
ANALISIS TEKNIK, METODE DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN TERHADAP BUKU CERITA ANAK BILINGUAL
“FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sunatera Utara adalah benar merupakan hasil Karya saya sendiri.
Adapun pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tesis ini, telah saya cantumkan sumbernya secara jelas sesuaidengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata seluruh atau sebagian Tesis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, 29 September 2012
S i n d e
Ayah / Ibu : Darshan Penjoli/Almh.Siti Mariam
Ayah / Ibu mertua : Alm.Muhammad Ali Shaheeb / Akhtarrunnisha
Istri : Dra.Nurjahan Ali
Semoga Tesis ini dapat memberikan semangat bagi anak-anakku untuk berbuat
yang lebih baik lagi di masa mendatang
Anak :
1. Nursyazwani Mahfuzah Yusuf
2. Nursyazana Hafizah Yusuf
RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama : S i n d e Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Dolok Merangir, 31 Agustus 1967 Alamat : Komplek Srigunting Blok V-A No 46 Sunggal
Deli Serdang Agama : Islam
Status : Menikah
Nama Istri : Dra.Nurjahan Ali
Nama Anak : 1. Nursyazwani Mahfuzah Yusuf
. 2. Nursyazana Hafizah Yusuf
. 3. Muhammad Usamah Yusuf HP : 085297252421
Alamat Kantor : Jl.Imam Bonjol No 35 Medan Alamat E-mail : sinde_usamah@yahoo.com
II. Riwayat Pendidikan
SD : SD Negeri 1 Dolok Merangir SMP : SMP Negeri 16 Medan SMA : SMA Negeri 11 Medan D2 : Fakultas Pendidikan Bahasa Dan Seni IKIP Negeri Medan S1 : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara
III. Riwayat Pekerjaan
1. PKS 1 SD Harapan 1 Medan
THE ANALYSIS OF THE TRANSLATION TECHNIQUES, METHODS AND
IDEOLOGIES OF THE CHILDREN STORY BILINGUAL BOOK “ FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”
SINDE
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
This is a research about an analysis of technique, method, and ideology of children story Four Funny Animal Stories. The aims of this research is to identify the translation techniques applied by the translators in translating children story.Then to analyze the method and ideology of translation. The method applied in the research is descriptive qualitative. The sources of the data in this research are texts of children story. From these data identify the techniques of translation,then based on the translation techniques used can be concluded research methods and ideology of translation.The result of this research shows that there are six translation techniques applied by the translators. They are : literal translation with 515 data (91.47%) , pure borrowing with 22 data (3.73%), discursive creationwith 12 data (2.13%), reduction with 7 data (1.24%), linguistic compression with 6 data (1.06%), and generalization with 1 data (0.17%).The wholedata that have been translated used the single translation technique. Based on the majority of the translation techniques used by the translators can be drawn the conclusion that the method of translation is a literal translation method with a tendency to maintain the source language or the ideology of foreignization.
ANALISIS TEKNIK, METODE DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN
TERHADAP BUKU CERITA ANAK BILINGUAL “FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”.
SINDE
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis-jenis teknik penerjemahan, metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan terhadap cerita anak four funny animal stories. Tujuan dari penelitian ini adalah: petama untuk mengidentifikasi teknik-teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan cerita anak, kemudian menganalisis metode dan ideologinya. Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah buku cerita anak yang berupa bilingual book. Dari data tersebut diidentifikasi teknik-teknik penerjemahannya, kemudian berdasarkan teknik penerjemahan yang digunakan dapat disimpulkan metode penelitian dan ideologi penerjemahannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan
yaitu literal sebanyak 515 data (91.47%), Peminjaman Murni dengan 22 data ( 3.73%), Kreasi diskursif dengan 12 data (2.13%), reduksi dengan 7 data
(1.24),kompresi linguistik dengan 7 data (1.24%) dan generalisasi dengan 1 data (0.17%) . Keseluruhan data yang diterjemahkan menggunakan teknik tunggal. Berdasarkan mayoritas teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dapat ditarik simpulan bahwa metode penerjemahannya adalah metode penerjemahan literal dengan kecenderungan mempertahankan bentuk bahasa sumber atau ideologi foreignisasi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah begitu banyak
memberikan nikmat kepada kita semua, terutama nikmat iman dan keyakinan
kepada Allah SWT, sehingga kita dapat melaksanakan semua amal kepadanya.
Salawat serta salam kita persembahkan kepada Rasulullah SAW, semoga kita
tetap dalam barisan dan istiqomah dalam menjalankan sunnah-sunnahnya dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Tesis ini berjudul “Analisis Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan
Terhadap Buku Cerita Anak Bilingual “Four Funny Animal Stories”
dapat penulis rampungkan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Linguistik pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara adalah merupakan berkat dan karunia Allah SWT,
yang telah memberikan kemudahan kepada penulis.
Kepada orang tua penulis,Darshan Panjholi dan Almh. Siti Mariam tidak
ada yang dapat penulis katakan kecuali doa semoga Allah SWT tetap memberikan
kasih sayangNya kepada mereka yang telah mengupayakan segalanya untuk
menyekolahkan penulis dari semua jenjang pendidikan hingga penulis dapat
memperoleh gelar Magister linguistik ini.
Kepada mertua penulis, Alm. Muhammad Ali Shaheeb dan Akhtarunnisha
Khan yang telah memberikan semangat dan doa agar penulis dapat menjalani
Pada kesempatan ini dengan segenap hati, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat secara langsung maupun tidak
langsung, mereka yang istimewa adalah :
1. Pembimbing Penulis, Bapak Dr. Syahron Lubis M.A selaku pembimbing
pertama dan Bapak Dr.Muhizar Mucthar, M.S selaku pembimbing kedua
yang telah memberikan dukungan, bimbingan dan saran secara
berkesinambungan hingga tesis ini dapat diselesaikan.
2. Penguji Penulis Ibu Dr.Roswita Silalahi, Dip.TESOL, M.Hum selaku
penguji pertama dan Ibu Dr. Thyrhaya Zein, M.A. selaku penguji kedua
yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
3. Ketua Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas, Ibu
Prof. T. Silvana Sinar, M.A, Ph. yang selalu memberikan masukan dan
bimbingan kepada penulis selama mendapat pendidikan di Program
Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Sekretaris Program Studi Linguistik, Ibu Dr. Nurlela, M.Hum, staf dan
semua jajarannya yang telah membantu, memberi dukungan dan
perhatian selama penulis mengikut pendidikan pada Program Studi
Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.
6. Para Dosen yang mengajar di Program Studi Linguistik Sekolah
Pascasrjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan
bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan.
7. Rektor Universitas Muhammadiyah Simatera Utara, Drs.Bahdin Nur
Tanjung, yang telah memberikan kemudahan dan izin kepada penulis
dalam mengurus kelengkapan berkas guna mendapatkan beasiswa dari
Dikti.
8. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara, Dra. Nurain Lubis, M.AP. yang telah memberikan semangat dan
dukungan awal agar penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi
Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
9. Ketua Yayasan Pendidikan Harapan, Bapak Drs.H.Awaluddin Sibarani,
M.Si, yang telah memberikan izin sehingga penulis dapat melanjutkan
pendidikan di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
10.Kepala Sekolah SD Harapan 1 Medan, Bapak Parlindungan Lubis, S.Pd.
M.Pd yang telah memberikan kemudahan dan dorongan moril kepada
penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Linguistik
11.Rekan kerja, Bapak Rajo Ali Hasibuan, S.Ag yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah tanpa pamrih selama
penulis dalam masa pendidikan di Program Studi Linguistik Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
12.Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara yang telah sama-sama berjuang dan saling
memberikan semangat, dukungan dan juga saran kepada penulis dalam
menjalani pendidikan dan juga menyelesaikan tesis ini.
13.Teristimewa Istri Penulis, Dra.Nurjahan Ali, yang telah memberikan
dukungan, semangat yang tak pernah berhenti baik dimasa menjalani
pendidikan maupun dalam proses penyelesaian tesis ini.
14.Yang selalu menjadi kebanggaan penulis, anak-anak penulis,
Nursyazwani Mahfuzah Yusuf, Nursyazana Hafizah Yusuf dan juga
Muhammad Usamah Yusuf, celoteh dan kasih sayang mereka
menumbuhkan semangat bagi penulis yang tidak dapat dinilai dengan
apapun.
Semoga kebaikan kesemuanya yang telah penulis terima dari orang-orang
yang telah disebut namanya ataupun yang belum disebut secara satu persatu,
mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT.
penyempurnaan tesis ini. Akhir kata, penulis berharap agar kiranya tesis ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.
Medan, Agustus 2012
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT...
ABSTRAK ...
KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI... ...
DAFTAR TABEL...
DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR DIAGRAM...
BAB I. PENDAHULUAN...
1.1 Latar Belakang...
1.2 Rumusan Masalah...
1.3 Tujuan Penelitian...
1.4 Manfaat Penelitian...
1.5 Ruang Lingkup Penelitian...
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...
2.1 Cerita Anak...
2.2 Ciri Sastra Anak...
2.3 Jenis Dongeng...
1. Dongeng Binatang ...
2 . Dongeng Biasa...
3 . Dongeng Lelucon ...
2.4 Genre Naratif...
2.5 Fabel...
2.6 Manfaat Dongeng...
2.7 Pengertian Terjemahan...
2.8 Kompleksitas Penerjemahan...
2.9 Ekuivalensi dalam Penerjemahan...
2.10 Teknik Penerjemahan...
2.10.1 Adaptasi...
2.10.3 Peminjaman...
2.10.4 Kalke...
2.10.5 Kompensasi...
2.10.6 Deskripsi...
2.10.7 Kreasi Diskursif...
2.10.8 Padanan Lazim...
2.10.9 Generalisasi...
2.10.10 Amplikasi Linguistik ...
2.10.11 Kompresi Linguistik...
2.10.12 Penerjemahan Harfiah...
2.10.13 Modulasi...
2.10.14 Partikularisasi...
2.10.15 Reduksi...
2.10.16 Substitusi...
2.11 Metode Penerjemahan...
2.11.1 Penerjemahan Kata-demi-kata ...
2.11.2 Penerjemahan Harfiah ...
2.11.3 Penerjemahan Setia...
2.11.4 Penerjemahan Semantis...
2.11.5 Penerjemahan Adaptasi...
2.11.6 Penerjemahan Bebas...
2.10.7 Penerjemahan Idiomatik...
2.10.8 Penerjemahan Komunikatif...
2.12 Ideologi Penerjemahan...
2.12.1 Pengertian Ideologi...
2.12.2 Penerjemahan Foreignisasi...
2.12.3 Penerjemahan Domestikasi...
2.13 Alasan Pemilihan Teori Terjemahan...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian...
3.2 Data dan Sumber Data...
3.2.1 Data...
3.3.2 Sumber Data...
3.3 Teknik Pengumpulan Data...
3.4 Teknik Analisis Data...
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN...
4.1 Teknik Penerjemahan...
4.1. 1 Teknik Harfiah...
4.1.1.1 Heidi’s Spines...
4.1.1.1.1 Kategori Kalimat...
4.1.1.1.2 Kategori Frasa...
4.1.1.1.3 Kategori Kata...
4.1.1.2.2 Kategori Frasa...
4.1.1.2.3 Kategori Kata...
4.1.1.3 Little Lhon Dhok...
4.1.1.3.1 Kategori Kalimat...
4.1.1.3.2 Kategori Frasa...
4.1.1.3.3 Kategori Kata...
4.1.1.4Guri’s Ink Saved the Day...
4.1.1.4.1 Kategori Kalimat...
4.1.1.4.2 Kategori Frasa...
4.1.1.4.3 Kategori Kata...
4.1.2 Teknik Reduksi ...
4.1.2.1 Heidi’s Spines...
4.1.2.1.1 Kategori kalimat...
4.1.2.2 Harper’s Furry Tail...
4.1.2.2.1 Kategori Kalimat...
4.1.2.3.1 Kategori Frasa...
4.1.2.4 Guri’s Ink Saved the Day...
4.1.2.4.1 Kategori Frasa...
4.1.3 Teknik Kompresi linguistik...
4.1.3.1 Heidi’s Spines...
4.1.3.1.1 Kategori Kalimat...
4.1.3.1.2 Kategori Frasa...
4.1.3.2 Little Lhon Dhok...
4.1.3.2.1 Kategori Frasa...
4.1.4 Teknik Kreasi Diskursif...
4.1.4.1 Heidi’s Spines...
4.1.4.1.1 Kategori Frasa...
4.1.4.2 Little Lhon Dhok...
4.1.4.2.1 Kategori Frasa...
4.1.5 Teknik Peminjaman Murni...
4.1.5.1 Hiedi’s Spines...
4.1.5.1.1 Kategori Frasa...
4.1.5.1.2 Kategori Kata...
4.1.5.2 Harper’s Furry Tail...
4.1.5.2.1 Kategori Frasa...
4.1.5.2.2 Kategori Kata...
4.1.5.3 Little Lhon Dhok...
4.1.5.3.1 Kategori Frasa...
4.1.5.3.2 Kategori Kata...
4.1.5.4 Guri’s Ink Saved the Day...
4.1.5.4.1 Kategori Frasa...
4.1.5.4.2 Kategori Kata...
4.1.6 Teknik Generalisasi...
4.1.6.1 Harper’s Furry Tail...
4.2 Metode Penerjemahan...
4.3 Ideologi Penerjemahan...
4.3.1 Foreignisasi...
4.3.2 Domestikasi...
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...
5.1 Simpulan...
1 Teknik Penerjemahan...
2 Metode Penerjemahan...
3 Ideologi Penerjemahan...
5.2 Saran...
DAFTAR PUSTAKA...
REFERENSI ELEKTRONIK ...
LAMPIRAN III Little Lhon Dhok...
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Teknik Penerjemahan pada Heidi’s Spines...
Tabel 4.2 : Teknik Penerjemahan pada Harper’s Furry Tail...
Tabel 4.3 : Teknik Penerjemahan pada Little Lhon Dhok...
Tabel 4.4 : Teknik Penerjemahan pada Guri’s Ink Saved the Day...
Tabel 4.5 : Teknik Harfiah pada Heidi’s Spines Kategori Kalimat...
Tabel 4.6 : Teknik Harfiah pada Heidi’s Spines Kategori Frasa...
Tabel 4.7 : Teknik Harfiah pada Heidi’s Spines Kategori Kata...
Tabel 4.8 : Teknik Harfiah pada Harper’s Furry Tail Kategori Kalimat...
Tabel 4.9 : Teknik Harfiah pada Harper’s Furry Tail Kategori Frasa...
Tabel 4.10 : Teknik Harfiah pada Harper’s Furry Tail Kategori Kata...
Tabel 4.11 : Teknik Harfiah pada Little Lhon Dhok Kategori Kalimat...
Tabel 4.12 : Teknik Harfiah pada Little Lhon Dhok Kategori Frasa...
Tabel 4.13 : Teknik Harfiah pada Harper’s Furry Tail Kategori Kata...
Tabel 4.16 : Teknik Harfiah pada Guri’s Ink Saved the Day Kategori Kata...
Tabel 4.18 : Teknik Reduksi pada Heidi’s Spines Kategori Kalimat ...
Tabel 4.19 : Teknik Reduksi pada Guri’s Ink Saved the Day Kategori Kalimat...
Tabel 4.20 : Teknik Reduksi pada Little Lhon Dhok Kategori Frasa ...
Tabel 4.21 : Teknik Reduksi pada Guri’s Ink Saved the Day Kategori Frasa...
Tabel 4.22 : Teknik Kompresi Linguistik pada Heidi’s Spines Kategori Kalimat....
Tabel 4.23 : Teknik Kompresi Linguistik pada Heidi’s Spines Kategori Frasa...
Tabel 4.24 : Teknik Kompresi Linguistik pada Little Lhon Dhok Kategori Frasa....
Tabel 4.25 : Teknik Kreasi Diskursif pada Heidi’s Spines Kategori Frasa...
Tabel 4.26 : Teknik Kreasi Diskursif pada Little Lhon Dhok Kategori Frasa...
Tabel 4.27 : Teknik Kreasi Diskursif pada Guri’s Ink Saved the Day
Kategori Frasa...
Tabel 4.28 : Teknik Peminjaman Murni pada Heidi’s Spines Kategori Frasa...
Tabel 4.29 : Teknik Peminjaman Murni padaHeidi’s Spines Kategori Kata...
Tabel 4.30 : Teknik Peminjaman Murni pada Harper’s Furry Tail
Tabel 4.31 : Teknik Peminjaman Murni pada Harper’s Furry Tail
Kategori Kata...
Tabel 4.32 : Teknik Peminjaman Murni pada Little Lhon Dhok Kategori Frasa...
Tabel 4.33 : Teknik Peminjaman Murni pada Little Lhon Dhok Kategori Kata...
Tabel 4.34 : Teknik Peminjaman Murni pada Guri’s Ink Saved the Day
Kategori Frasa...
Tabel 4.35 : Teknik Peminjaman Murni pada Guri’s Ink Saved the Day Kategori
Kata...
Tabel 4.36 : Teknik Generalisasi pada Harper’s Furry Tail Kategori Frasa...
Tabel 4.37 : Persentase Satuan Lingual pada Teknik Harfiah...
Tabel 4.38 : Persentase Satuan Lingual pada Teknik Peminjaman Murni...
Tabel 4.39 : Persentase Satuan Lingual pada Teknik Kreasi Diskursif...
Tabel 4.40 : Persentase Satuan Lingual pada Teknik Reduksi...
Tabel 4.41 : Persentase Satuan Lingual pada Teknik Kompresi linguistik...
Tabel 4.43 : Persentase Satuan Lingual pada Teknik Generalisasi...
Tabel 4.45 : Persentase Penerjemahanggunaan 7 Teknik Penerjemahan...
Tabel 4.46: Teknik-teknik Berorientasi pada Bahasa Sumber...
Tabel 4.47: Teknik-teknik Berorientasi pada Bahasa Sasaran...
Tabel 4.48 : Perbandingan Penggunaan Teknik...
Tabel 4.49 : Teknik Bersumber pada Ideologi Foreignisasi...
Tabel 4.50 : Teknik Bersumber pada Ideologi domestikasi...
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR DIAGRAM
1. Diagram V Metode Penerjemahan Newmark ...
THE ANALYSIS OF THE TRANSLATION TECHNIQUES, METHODS AND
IDEOLOGIES OF THE CHILDREN STORY BILINGUAL BOOK “ FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”
SINDE
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
This is a research about an analysis of technique, method, and ideology of children story Four Funny Animal Stories. The aims of this research is to identify the translation techniques applied by the translators in translating children story.Then to analyze the method and ideology of translation. The method applied in the research is descriptive qualitative. The sources of the data in this research are texts of children story. From these data identify the techniques of translation,then based on the translation techniques used can be concluded research methods and ideology of translation.The result of this research shows that there are six translation techniques applied by the translators. They are : literal translation with 515 data (91.47%) , pure borrowing with 22 data (3.73%), discursive creationwith 12 data (2.13%), reduction with 7 data (1.24%), linguistic compression with 6 data (1.06%), and generalization with 1 data (0.17%).The wholedata that have been translated used the single translation technique. Based on the majority of the translation techniques used by the translators can be drawn the conclusion that the method of translation is a literal translation method with a tendency to maintain the source language or the ideology of foreignization.
ANALISIS TEKNIK, METODE DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN
TERHADAP BUKU CERITA ANAK BILINGUAL “FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”.
SINDE
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis-jenis teknik penerjemahan, metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan terhadap cerita anak four funny animal stories. Tujuan dari penelitian ini adalah: petama untuk mengidentifikasi teknik-teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan cerita anak, kemudian menganalisis metode dan ideologinya. Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah buku cerita anak yang berupa bilingual book. Dari data tersebut diidentifikasi teknik-teknik penerjemahannya, kemudian berdasarkan teknik penerjemahan yang digunakan dapat disimpulkan metode penelitian dan ideologi penerjemahannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan
yaitu literal sebanyak 515 data (91.47%), Peminjaman Murni dengan 22 data ( 3.73%), Kreasi diskursif dengan 12 data (2.13%), reduksi dengan 7 data
(1.24),kompresi linguistik dengan 7 data (1.24%) dan generalisasi dengan 1 data (0.17%) . Keseluruhan data yang diterjemahkan menggunakan teknik tunggal. Berdasarkan mayoritas teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dapat ditarik simpulan bahwa metode penerjemahannya adalah metode penerjemahan literal dengan kecenderungan mempertahankan bentuk bahasa sumber atau ideologi foreignisasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penerjemahan memegang peranan yang sangat penting hampir diseluruh
aspek kehidupan manusia. Dalam kaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi,
penerjemahan adalah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dewasa ini,
kekurangmampuan manusia dalammenguasaibahasa yang ada dunia ini
menjadikan penerjemahan merupakan alat yang sangat dibutuhkan dalam
menjalankan alih teknologi dan informasi dalam kehidupan masyarakat. Transfer
ilmu tidak akan berjalan dengan baik bila tidak diikuti oleh baiknya
perkembangan dunia penerjemahan itu sendiri. Sehingga masyarakat dalam semua
golongan, baik itu para ilmuan atau para pencari informasi tidak dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, apabila mereka kurang atau tidak memahami
penguasaan bahasa asing. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh
Simatupang (Simatupang, 1999:4) bahwa penerjemahan adalah satu proses
pengalihan atau pengubahan dari satu bahasa ke bahasa lain. Dalam penerjemahan
dikenal istilah bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa).Bahasa sumber
adalah merupakan bahasa asal yang diterjemahkan, sedangkan bahasa sasaran
adalah bahasa yang menjadi tujuan terjemahan.
kata dari BSu ke bahasa lainnya atau BSa. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat
yang di sampaikan oleh Newmark (1981: 7) yang mendefinisikan, “Penerjamahan
adalah suatu upaya mengalihkan pesan yang tertulis dalam BSu ke dalam BSa
dengan mengutamakan kesepadanan makna. Dari uraian diatas penerjemah dapat
mencapai kesepadanan makna yang sangat dipengaruhi oleh kompetensi
penerjamah dalam memahami teks sumber (TSu) dan menuangkan pesan makna
ke dalam teks sasaran (TSa). Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
penerjemah adalah penguasaan tata bahasa (grammatical skill), keterampilan
membaca (reading skill), dan analisis wacana (discourse analysis). Ketiga
kompetensi diatas menandai bahwa penerjemahan bukanlah satu pekerjaan yang
mudah. Jika ketiga kompetensi tersebut tidak dimiliki oleh seorang penerjamah,
dapat diyakini akan menjadi penghalang yang pada akhirnya menjadikan satu
pengaruh yang sangat besar dalam mempengaruhi kualitas hasil terjemahan serta
pada akhirnya akan mempengaruhi kepuasan pengguna hasil terjemahan tersebut.
Namun tetap harus diyakini bahwa setiap langkah dalam proses penerjamahan
bukan suatu yang harus dianggap sebagai teramat sulit untuk diwujudkan, karena
bagaimanapun juga penerjemahan merupakan sebagai satu sumbangan pemikiran
dari para ilmuan yang berkecimpung dalam dunia penerjamahan. Hasil kerja
mereka merupakan satu kerja besar dalam menginformasikan berbagai ilmu
pengetahuan dan informasi lainnya dari seluruh belahan dunia ini. Dan hasil kerja
mereka sangat membantu masyarakat yang tidak memiliki kompentensi yang
Dikarenakan hal ini, kehadiran kajian terjemahan menjadi hal yang sangat
penting sebagai satu sarana bagi tersebarnya informasi diberbagai bidang dan
khususnya di bidang sastra sebagai alat untuk menginformasikan komunitas lintas
budaya.
Salah satu penerjemahan yang banyak didapati sekarang ini adalah
penerjemahan cerita anak. Kehadiran buku-buku bilingual merupakan salah satu
alternatif untuk memenuhikebutuhan masyarakat dalam mengejar informasi yang
ada.Perkembangan dan jumlah buku-buku bilingual dewasa ini sangat besar
peningkatannya. Hal inimembuka pintu informasi dikalangan semua pihak baik
dikalangan anak-anak maupun orang dewasa, baik dalam bentuk informasi, sastra
maupun teknologi, perkembangan buku bilingual yang tidak bisa dibendung lagi
dan telah menjadi kebutuhan yang pokok bagi pencari informasi keilmuan.
Karya-karya besar dari para ahli di setiap bidangnya bahkan sampai padaKarya-karya sastra
anak, merupakan wilayah bagipenerjemahan yang populer saat ini, hal ini bisa
dilihat dari maraknya karya sastra terjemahan yang ditawarkan di berbagai toko
buku.
Sesuai dengan sasaran pembacanya, sastra anak dituntut untuk dikemas
dalam bentuk yang berbeda dari sastra orang dewasa hingga dapat diterima anak
dan dipahami mereka dengan baik. Sastra anak merupakan pembayangan atau
pelukisan kehidupan anak yang imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa anak.
Sastra anak merupakan sastra yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang
sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak selaku
pembacanya. (Puryanto, 2008: 2).
Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh
anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang
berusia antara 6-13 tahun. Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak
juga berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian
anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak
memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan
imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi
anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau
senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau
dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga
menuntun kecerdasan emosinya (Wahidin, 2009).
Keberhasilan suatu proses penerjemahan akan sangat bergantung pada
sejauh mana seorang penerjemah memahami dan menggeluti areal kehidupan teks
yang akan diterjemahkan. Seorang penerjemah yang baik tidak hanya sekedar
menerjemahkan makna kata, frasa, kalimat maupun paragraf dari satu bahasa ke
bahasa lainya tetapi dalam melaksanakan proses terjemahan seorang penerjemah
harus menguasai faktor-faktor lainnya seperti kehidupan dunia anak-anak,
sehingga hasil terjemahan akan dapat dirasakan oleh sipengguna hasil karya
terjemahan itu sendiri (anak-anak) dan dapat menikmati suasana kehidupan
perkataan Jeremy Munday (2001:5) dalam bukunya Introducing Translation
Studies:Theories and Applications “Dalam sejarah, terjemahan tulisan dan ucapan
memegang peranan yang sangat penting dalam hubungan komunikasi antara
sesama manusia, tidak hanya mengakses hal-hal penting bagi para ilmuan tetapi
juga untuk kepentingan agama”.
Dunia anak-anak merupakan satu fenomena yang sampai sekarang ini
masih terus dalam kajian tersendiri yang dilakukan oleh para ahli. Salah dalam
memahami dunia anak maka hal ini akan merubah pola pikir dan tingkah laku
anak dimasa yang akan datang. Salah satu hal yang sangat mempengaruhinya
adalah hasil terjemahan cerita anak yang menjadi bahan bacaan anak-anak. Bahan
bacaan anak-anak merupakan bahan awal yangakan mempengaruhi pembentukan
karakteristik jiwa anak dan pembentukan diri anak pada masa mendatang. Bahan
bacaan terjemahan anak yang baik adalah yang mengikuti kondisi anak sehingga
anak tetap mendapatkan cerita-cerita anak yang memang mengandung
karakteristik jiwa anak.
Cerita anak yang menjadi pilihan peneliti sebagai bahan penelitian
dikarenakan bahan bacaan anak dapat mempengaruhi perkembangan anak. Four
Funny Animal Stories (selanjutnya disebut FFAS) merupakan satu serial buku
cerita anak yang terdiri dari empat judul yang berbeda, yang dikarang oleh
Maharani dan Johnny Rinaldi dalam bentuk bilingual yang dicetak tahun 2008
dan dikeluarkan oleh Percetakan Zikrul Kids. Keempat cerita ini berjudul
penelitian ini. Alasan peneliti mengambil FFAS sebagai sumber penelitian
dikarenakan keempat cerita tersebut dikarang oleh pengarang yang sama dan
selama ini penggunaan buku cerita anak yang bertujuan untuk lebih mengenalkan
bahasa Inggris kepada anak-anak SD Harapan 1 belum menghasilkan hasil yang
maksimal, hal ini dikarenakan buku-buku yang disajikan kepada mereka masih
menggunakan bahasa Inggris secara menyeluruh, dikarenakan mereka belum
dapat mengartikan secara menyeluruh maka mereka meninggalkan buku cerita
tersebut. Dalam beberapa tahun yang lalu pihak sekolah mengambil inisiatif
dengan menghadirkan buku cerita bilinggual dengan harapan mereka akan
tertarik dan membaca buku cerita tersebut. Dan pada akhirnya secara tidak
disadari mereka akan mempelajari bahasa Inggris yang terdapat dalam buku cerita
bilingual tersebut. FFAS merupakan salah satu dari sekian banyak cerita bilingual
yang ada. Dikarenakan FFAS memiliki ciri khas yaitu dilatarbelakangi oleh materi
agama, maka peneliti ingin mendalami FFAS sebagai satu materi yang layak
dalam satu kajian penelitian.Dari penelitian ini diharapkan peneliti dapat melihat
teknik penerjemahan, metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan yang
digunakan oleh Pengarang.
Disamping latar belakang diatas peneliti berasumsi dari pengalaman cerita
anak menjadi fokus peneliti dalam penelitian ini dikarenakan peneliti secara
langsung selama 15 tahun telah berkecimpung dalam dunia anak khususnya pada
jenjang Sekolah Dasar. Buku cerita anak merupakan salah satu media yang baik
bagi siswa untuk mengenal bahasa Inggris. Hal ini secara sadar maupun tidak
dari pengenalan arti kata sampai pada bentuk kalimat yang disesuaikan oleh
penggunaan waktu dan melalui buku cerita anak semua itu akan berjalan dengan
mudah.
FFAS adalah buku cerita yang dibaca oleh siswa baik di waktu istirahat
maupun dibawa pulang oleh siswa. FFAS menjadikan binatang sebagai pemeran
dalam cerita ini. Dan hal ini akan menarik perhatian anak untuk membaca cerita
anak ini. Tupai, Gurita, Landak, dan Bunglon merupakan karakter yang terdapat
pada FFAS.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Peneliti menetapkan rumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Teknik-teknik penerjemahan apakahyang digunakan dalam proses
penerjemahan cerita anak FFAS?
2. Metode-metode penerjemahan apakahyang digunakan dalam proses
penerjemahan cerita anak FFAS?
3. Ideologi penerjemahan bagaimanakah yang dianut oleh penerjemahdalam
proses menerjemahkan cerita anak FFAS?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini diadakan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikanteknik-teknik penerjemahan yang digunakan dalam
menerjemahkan cerita anak FFAS.
2. Mendeskripsikanmetode-metode penerjamahan yang digunakan dalam
3. Mendeskripsikan ideologi penerjamahan yang dianut oleh penerjemah
dalam menerjemahkan cerita anak FFAS.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini secara teoritis bermanfaat sebagai:
1. Sumbangan bagi pengembangan ilmu kebahasaan (linguistik)
2. Bukti bahwa penerjamahan cerita anak bukanlah satu hal yang mudah
untuk dilaksanakan tetapi mengharuskan penerjemah mengenali terlebih
dahulu dunia yang menjadi sarana dalam penerjemahan.
3. Pemerkaya khasanah penelitian dalam bidang penerjemahan.
4. Penambah pustaka tulisan tentang terjemahan.
Adapun manfaat penelitian ini secara praktis adalah:
1. Untuk memberikan masukan kepada penerjemah, khususnya penerjemah
cerita anak agar lebih teliti dalam melaksanakan proses terjemahan.
2. Sebagai masukan kepada penerbit buku terjemahan cerita anak untuk tidak
hanya berfikir masalah benefit.
3. Sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dalam tesis ini merupakan analisis produk teks terjemahan cerita
anak. Cerita anak yang diteliti berisikan penyampaian pesan-pesan yang baik bagi
Objek kajian adalah teknik penerjemahan, metode penerjemahan, dan
ideologi penerjemahan
Data yang dikaji merupakan satu rangkaian cerita yang mengandung topik
demi topik yang saling berkaitan dalam empat cerita yang berbeda, dan penelitian
ini memfokuskan pada tingkatan kata, frasa dan kalimat.
1.6 Klarifikasi Makna Istilah
Istilah merupakan satu makna yang dapat diartikan dengan banyak
pengertian, untuk menghindari terjadikan kesalahan dalam mengartikan istilah
yang ada, maka perlu diklarifikasikan. Istilah-istilah yang perlu diklarifikasikan
adalah:
1. Penerjemahan adalah proses pengalihan makna TSu ke dalam TSa
2. Bahasa sumber (BSu) adalah bahasa teks asal yang diterjemahkan. Dalam
penelitian ini bahasa sumber adalah bahasa Inggris.
3. Bahasa sasaran (BSa) adalah bahasa teks hasil terjemahan. Dalam
penelitian ini bahasa target adalah bahasa Indonesia.
4. Teknik Penerjemahan adalah cara untuk menganalisis dan
mengklarifikasikan bagaimana kesepadanan penerjemahan berlangsung
dan dapat diterapkan pada satuan lingual (Molina dan Albir, 2002).
5. Metode Penerjemahan lebih kepada sebuah cara yang digunakan oleh
penerjemah dalam proses penerjemahan sesuai dengan tujuannya, sehingga
metode penerjemahan sangat mempengaruhi hasil terjemahan.Molina dan
6. Ideologi Penerjemahan adalahseperangkat ide yang mengatur kehidupan
manusia yang membantu kita memahami hubungan kita dengan
lingkungan kita (Karuobi, 2008:5). Ideologi penerjemahan ini mempunyai
dua kutub. Pertama adalah kutub foreignisasi yang sangat berorientasi
pada bahasa sumber. Sebaliknya, ideologi domestikasi beroreintasi pada
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka dimaksud untuk memberikan gambaran atau batasan
tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan teori. Dalam kajian pustaka akan
dijabarkan beberapa istilah yang berkaitan pada penelitian yang dilaksanakan.
Istilah -istilah yang menjadi rujukan dalam penelitian ini antara lain: pengertian
cerita anak, penerjemahan, teknik penerjemahan, metode penerjemahan, ideologi
penerjemahan.
2.1 Cerita Anak
Cerita anak merupakan bagian dari dongeng yang memiliki arti sebagai
cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi, misalnya kejadian-kejadian aneh
di jaman dahulu. Dongeng merupakan hasil karya sastra. Sastra anak adalah karya
sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia
yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun.
Tarigan (1995:5) mengatakan bahwa buku anak-anak adalah buku yang
menempatkan mata anak-anak sebagai pengamat utama, mata anak-anak sebagai
fokusnya. Sastra anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman
anak-anak masa kini, yang dapat dilihat dan dipahami melalui mata anak-anak.
Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta.
sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan
bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpuh dan bermula pada penyajian
nilai dan himbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam
kehidupan. (Wahidin, 2009).
Perkembangan anak akan berjalan wajar dan sesuai dengan periodenya
bila disugui bahan bacaan yang sesuai pula. Sastra yang akan dikonsumsikan bagi
anak harus mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak
berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar mereka atau ada di dunia mereka,
tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya
mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang
yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak (Puryanto, 2008:2).
Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi
dalam sastra anak sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra
anak dapat dibedakan atas tiga hal, yaitu: (1) sastra anak yang mengetengahkan
tokoh utama benda mati, (2) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya
makhluk hidup selain manusia, (3) sastra anak yang menghadirkan tokoh utama
yang berasal dari manusia itu sendiri (Wahidin, 2008).
2.2 Ciri Sastra Anak
Menurut Puryanto (2008:7) secara garis besar, ciri dan syarat sastra anak
adalah cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak
tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya
mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang
yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak.
Sejalan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian
sekarang ini, pembicaraan teoritis tentang folklor berkisar sekitar cerita (prosa)
rakyat meliputi dongeng. Dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastraan
lisan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pada hakekatnya
dongeng merupakan cerita prosa rakyat rekaan yang dianggap tidak benar-benar
terjadi dalam kehidupan nyata. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan
walaupun banyak juga cerita yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran
(moral), atau bahkan sindiran. Dalam pikiran orang, dongeng sering dianggap
sebagai cerita mengenai peri. Namun, kenyataannya banyak dongeng yang tidak
menceritakan mengenai peri, melainkan isi cerita atau plotnya kadangkala berupa
kisah atau pengalaman hidup yang dituangkan melalui cerita fiktif dengan tokoh
binatang ataupun manusia yang memiliki sifat-sifat tertentu.
2.3 Jenis Dongeng
Aarne dan Thompson (1964:19-20) dalam bukunya berjudul The Types of
the Folktale membagi jenis-jenis dongeng ke dalam empat golongan besar, yakni:
1. Dongeng binatang
Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi oleh binatang peliharaan
ikan dan serangga. Binatang-binatang ini dalam cerita jenis ini dapat berbicara
dan berakal budi seperti manusia.
2. Dongeng biasa
Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya
adalah kisah suka duka seseorang yang dikemas sedemikian rupa sehingga
menjadi cerita yang menarik dan bermuatan moral. Dongeng klasik yang biasa
diceritakan adalah seperti dongeng bawang putih dan bawang merah. Manfaat dari
dongeng ini biasanya memiliki kisah retorika dalam cerita yang bisa ditemukan
pada kehidupan sehari hari. Sebagai contoh rasa saling sayang menyanyangi
antara sahabat, keluarga dan seluruh lingkungan yang ada. Dalam dongeng ini
kecenderungan kemiripan dengan realita yang ada memang lebih besar daripada
dongeng binatang/fabel.
3. Lelucon dan anekdot
Lelucon dan anekdot adalah dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan
rasa menggelikan hati, sehingga menimbulkan tawa bagi orang yang
mendengarnya maupun yang menceritakannya, seperti dongeng sikabayan (Jawa
Barat) yang lugu dan penuh dengan akal dalam kehidupannya sehari hari. Manfaat
dongeng ini selain hiburan bisa juga disisipkan nilai nilai moral yang ada dari
tokoh didalamnya, dan pendongeng dalam hal ini harus bisa mengolahnya
sedemikian rupa sehingga dongeng tersebut tidak hanya memiliki manfaat sebagai
Dari deskripsi pembagian folklor menurut Danandjaya di atas, berdasarkan
ciri bahasa dan struktur generiknya, fabel dapat diklasifikasikan ke dalam folklor
lisan berbentuk dongeng. Sedangkan menurut Aarne dan Thompson, fabel dapat
diklasifikasikan ke dalam animal tales. Penulis sendiri cenderung sependapat
dengan pengklasifikasian yang dilakukan Aarne dan Thompson (dalam
Danandjaya,2002:86) yang memasukkan fabel ke dalam animal tales.
2.4 Genre Naratif
Sinar (2003: 70) mengatakan “genre naratif adalah tulisan kreatif dan
imaginatif yang tujuannya untuk memberikan kesenangan, yaitu untuk
mendapatkan perhatian pembaca dan memupuk imajinasi pembaca terhadap
cerita. Narasi juga mempunyai nilai pengajaran dan informasi serta merupakan
perwujudan refleksi pengarang terhadap pengalaman-pengalamannya”.
Selanjutnya Sinar (2003: 71) melanjutkan jenis-jenis narasi adalah mitos,
legenda, cerita peri, misteri, advonturir, roman, horor, hero, parabel, fabel, dan
kisah moral. Dari pembahasan Sinar di atas, cerita fabel termasuk ke dalam genre
naratif. Sebagaimana pendapat Sinar di atas bahwasanya teks-teks naratif (fabel)
tidak hanya berfungsi sebagai teks cerita biasa yang pada umumnya berorientasi
menghibur,tetapi juga memiliki kekuatan tersendiri yang mampu berperan ganda,
yaitu sebagai bahan bacaan menarik tentang kisah-kisah tertentu dan sebagai
media efektif dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan dan sikap dalam
Pada hakikatnya jenis cerita ini mengusung tema yang sama yaitu
membawa nilai-nilai moralitas. Fabel menggunakan karakter binatang sebagai
tokoh sentral alur cerita. Nilai-nilai moralitas tergambar pada karakter cerita
tersebut.
Menurut Hann, eHow Contributor, mengatakan fabel adalah literatur
rakyat yang pada dasarnya termasuk ke dalam tradisi tuturan yang diwariskan dari
generasi ke generasi. Sedangkan mengenai tujuan utama penceritaan fabel, Hann
menambahkan “They were originally used in a didactic sense: storytelling to
teach a lesson (as opposed to entertain)”.Artinya, fabel digunakan untuk
mengajarkan nilai-nilai pelajaran didaktik di samping sebagai sarana hiburan.
diakses 20 April 2012).
Knapp dan Watkins (2005: 220—221) dalam buku Genre, Text,
Grammar: Technologies for Teaching and Assessing Writing, mengatakan
We cannot say that narrative is simply about entertaining a reading audience, although it generally always does so. Narrative also has a powerful social role beyond that of being a medium for entertainment. Narrative is also a powerful medium for changing social opinions and attitudes.Think about the way that some soap operas and television dramas use narrative to raise topical social issues and present their complexities and different perspectives in ways that are not possible in news reports and current affairs programs.
Dari ungkapan Knapp dan Watkins di atas, dapat ditarik suatu simpulan
bahwasanya teks naratif tidak sekedar berfungsi sebagai media hiburan bagi
pembaca tetapi jauh dari itu, teks naratif (termasuk fabel) memiliki kekuatan
Untuk dapat memahami lebih jauh, kiranya perlu dijelaskan secara lebih detil
mengenai teks fabel.
2.5 Fabel
Kata fabel dalam kamus The Penguin Dictionary of Literary Terms and
Literary Theory (1999: 320) berasal dari kata latin ‘fabula’ yang berarti discourse
(wacana) atau story (cerita). Dalam kamus tersebut fabel diartikan sebagai a short
narrative in prose or verse which points a moral. Non-human creatures or
inanimate things are normally the characters. The presentation of human beings
as animals is the characteristic of the literary fable and is unlike the fable that
still flourishes among primitive peoples. Artinya, fabel diartikan sebagai cerita
pendek naratif berbentuk prosa atau sajak yang mengandung pesan moral. Tokoh
karakter ceritanya bukan manusia atau bukan benda mati tetapi menggunakan
binatang sebagai tokoh sentral yang memerankan tingkah laku seperti manusia.
Dalam kamus Cambridge Learner’s Dictionary 2nd
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 404), istilah fabel diartikan
sebagai “Cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya
diperankan oleh binatang, biasanya berisi pendidikan moral dan budi pekerti”. edition versi digital,
produksi Cambridge University Press tahun 2004 versi 2.0 disebutkan kata fabel
diartikan sebagai a short, traditional story, usually involving animals, which is
Selain pengertian fabel di atas, terdapat beberapa pengertian lainnya
yang secara umum hampir sama maknanya, di antaranya adalah fabel diartikan
sebagai short tales that use animals or inanimate objects--through
personification--to teach morals and ethics to people
tanggal 20 April 2012).
Fabel memiliki ciri-ciri bahasa di antaranya simple description, short,
simple sentences, careful choice of vocabulary, the story is very brief, main
characters are usually animals and are characterized quickly with a few broad
strokes, one animal/character usually displays the vice or foible being critiqued.
This foible is what brings embarrassment or a downfall to the character and this
conclusion leads directly to the moral, which follows the fable and is stated in one
sentence.
(diakses pada tanggal 20 April 2012, laman http://teacher.scholastic.com
, hal. 144-145).
2.6 Manfaat Dongeng
Sampai saat ini kegiatan mendongeng sudah banyak ditinggalkan oleh para
orangtua, karena dianggap merepotkan dan membuat mereka semakin lelah
setelah seharian bekerja. Padahal sebenarnya mendongeng merupakan kegiatan
positif yang bisa mengeratkan hubungan ibu dan anak. Mendongeng sebenarnya
bukanlah kegiatan untuk menidurkan anak, tapi lebih berfungsi untuk
meningkatkan kedekatan ibu dan anak, dan mengembangkan kemampuan otak
Mendongeng juga membantu perkembangan psikologis dan kecerdasan
emosional anak, serta beberapa manfaat lain berikut ini:
Pertama, anak akan memvisualisasikan latar, tokoh dan keseluruhan
situasi yang terjadi dalam sebuah dongeng, sehingga daya kreatifitasnya dalam
berimajinasi akan senantiasa dipicu. Dari sini maka jika dongeng diberikan
dengan kontinuitas yang relatif stabil maka daya kreasi anak pun akan semakin
terpicu untuk lebih kreatif lagi. Dengan kata lain dongeng bisa mengasah daya
fikir dan imajinasi anak.
Kedua, metode penyampaian pesan moral yang efektif. Mengintip
keberhasilan orang tua dalam menyampaikan pesan moral atau wejangan melalui
dongeng memang sudah menjadi sebuah alasan dongeng kembali digalakkan.
Dalam hal ini, nasihat atau pesan pesan moral yang disampaikan orang tua kepada
anaknya, akan lebih cepat diresapi dan diterima oleh pendengar (anak anak)
melalui dongeng. Kemasan cerita yang dipilih memang menjadi salah satu
penentu muatan moral yang disampaikan.
Ketiga, menumbuhkan minat baca. Anak usia pra-sekolah yang kerap kali
mendengarkan dongeng, akan terpancing untuk mencari dan membaca cerita
yang telah didengarnya tersebut ketika dia telah bisa membaca. Dari sini
diharapkan anak yang diawali dengan membaca dongeng tersebut akan terpancing
untuk membaca buku/tulisan yang lebih variatif seperti sains, sosial budaya,
Keempat, dongeng menjadi sebuah jembatan spiritual yang mengarah pada
kedekatan emosional antara pendongeng dan penyimaknya. Dalam hal ini orang
tua sebagai pendongeng akan mendapat nilai plus dari anaknya, sehingga
kedekatan emosional itu menjadi sebuah manfaat yang secara tidak langsung
diperoleh dari aktifitas mendongeng. Tak dapat dipungkiri penulis sebagai
contohnya merasakan begitu hangatnya seorang ibu waktu dulu menceritakan
dongeng, sehingga pada saat ini sosok ibu menjadi seorang yang angat
dirindukan.
Kelima, memicu daya kreatifitas dan memancing wawasan luas bagi orang
tua. Daya kreatifitas berfikir anak yang telah diberikan dongeng, bisa memicu dan
menimbulkan rasa keingin-tahuan yang begitu banyak. Maka orang tua senantiasa
dituntut untuk mencari jawaban atas semua pertanyaannya. Selain itu orang tua
juga akan diasah kreatifitasnya dalam penyampaian jawaban, karena baik
kosakata maupun kejadian yang berlangsung tidak bisa diterima/dimengerti oleh
anak pada beragam usianya. Sehingga orang tua akan mengalami perkembangan
wawasan dan kreatifitas yang drastis.
2.7 Pengertian Terjemahan
Pengertian terjemahan menurut Munday (2001:5)adalah peralihan bahasa
sumber ke dalam bahasa sasaran dalam bentuk teks tulis. “...as changing of an
original written text in the original verbal language into a written text in a
Translation is the replacement of textual material in one language (SL) by
equivalent textual material in another language (TL). (Catford, 1969:20)
“Terjemahan adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa (bahasa
sumber) dengan padanan materi tekstual dalam bahasa lain (bahasa sasaran)”.
Sementara Savory (1969:13) mengungkapkanTranslation is made possibly by an
equivalence of thought that lies behind its different verbal expressions. Nida dan
Taber (1969:12) mengatakan : “Terjemahan itu mungkin dibuat dengan kesamaan
ide yang ada dibalik ungkapan verbalnya yang berbeda”.Translation consists of
reproducing in the receptor language the closest natural equivalence of the
source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style.
Disisi lain Newmark, 1981:7) mengungkapkan “Terjemahan adalah menghasilkan
padanan natural yang paling dekat dari pesan bahasa sumber ke dalam bahasa
penerima, pertama dari segi makna dan kedua dari segi gaya. “Translation is a
craft consisting in the attempt to replace a written message and/or statement in
one language by the same message and/or statement in another language”.
“Terjemahan yaitu suatu keahlian yang meliputi usaha mengganti pesan atau
pernyataan tertulis dalam suatu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama
dalam bahasa lain”.
Roger T. Bell (1993:5), menyatakan bahwa translating the definition of
translation according to Dubois, states that,“Translation is the expression in
another language (or target language) of what has been expressed in another,
“terjemahan adalah ekspresi dari bahasa sumber dari apa yang diekspresikan dari
bahasa sasaran, dengan mempertahankan padanan semantik dan stilistiknya”. Di
sisi lain Venuti(1991:1) mengatakan: “I see translation as the attempt to produce
a text so transparent that it does not seem to be translated”. “Saya memahami
terjemahan sebagai sebuah usaha untuk menghasilkan suatu teks yang transparan
sehingga teks tersebut tidak kelihatan sebagai terjemahan”.
Berdasarkan definisi terjemahan diatas, terlihat adanya kesepakatan bahwa
penerjemahan adalah suatu pekerjaan yang menyangkut keterkaitan antara dua
bahasa atau lebih (multy-language) yang menekankan suatu kesamaan, yakni
ekuivalensi. Dalam penerjemahan, yang kemudian terjadi adalah transfer makna
dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, dengan keakuratan pesan, keterbacaan, dan
keberterimaan produk (Nababan:2010).
Sementara, Larsson (1984:3) mendefenisikan penerjemahan sebagai
pengalihan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran melalui tiga langkah
yakni: 1) mempelajari leksikon, struktur gramatikal,situasi komunikasi, dan
konteks budaya dari teks bahasa sumber; 2) menganalisa teks bahasa sumber
untuk menemukan maknanya; dan 3) mengungkapkan kembali makna yang sama
dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa
sasaran.
Pada sisi lain Bell (1991) memberikan satu tabel yang berisikan
penerjemah dalam menghasilkan satu terjemahan.Pada gambar 1 dapat dilihat
bahwa dalam proses penerjemahan, pertama sekali penerjemah dihadapkan pada
sebuah teks bahasa sumber. Selanjutnya,penerjemah melakukan analisis terhadap
aspek semantikyang diungkapkan melalui satuan-satuan lingual (kata,frasa,klausa
dan kalimat), untuk memahami makna yang terkandung dalam teks bahasa
sumber. Tahapan berikutnya melakukan proses sintesa. Analisis tersebut bertujuan
untuk mengungkapkan makna yang terkandung di dalamnya. Apabila penerjemah
sudah dapat memahami makna tersebut, dia kemudian mensintesakannya.
Selanjutnya, dia mengalihkannya ke dalam bahasa sasaran. Hasil pensintesaan itu
berupa teks bahasa sasaran.
Target Language Text Analysis
Synthesis Source
Language Text
Memory
Analysis
2.8 Kompleksitas Penerjemahan
Penerjemahan adalah suatu pekerjaan yang komplek dan bukan merupakan
sesuatu yang sederhana. Hal ini dikarenakan banyak hal yang memiliki
keterkaitan dengan penerjemahan antara lain budaya. Hal ini senada dengan
ucapan Hatim (2001:10), bahwa dalam proses penerjemahan tidak hanya
menyangkut kosa kata dan tata bahasa semata, melainkan juga melibatkan
unsur-unsur budaya. (A translation work is a multy-faceted activity; it is not a simple
matter of vocabulary and grammar only but that it can never be separated from
the culture).
Seorang penerjemah disamping memiliki kemahiran dalam bahasa sumber
dan bahasa sasaran, harus juga memiliki keluwesan, dan memiliki wawasan yang
luas mengenai berbagai displin ilmu dari bahasa sasaran. Hal ini menunjukkan
bahwa proses penerjemahan mengharuskan penerjemah memiliki profesionalisme
dalam kerja dan hal ini mutlak. Seorang yang profesional harus memiliki beberapa
kompetensi, yakni:
1) Kompetensi dalam dua bahasa (ideal bilingual competence)
2) Memiliki keahlian (expertise) dalam pengetahuan dasar genre teks serta
terampil menyimpulkan (inference), dan
3) Kompetensi dalam komunikasi (Bell, 1991:38-41)
Keahlian dan kompetensi yang dimiliki oleh seorang penerjemah
dan menerapkan teknik-teknik dan yang lainya dalam melakukan tugasnya dengan
baik dan benar.
2.9 Ekuivalensi dalam Penerjemahan
Bahasa sasaran adalah bahasa yang menjadi hasil dari suatu terjemahan,
hasil terjemahan idealnya merupakan hasil yang memiliki ekuivalensi dengan
kebahasa sasaran, dan memiliki kebaikan hasil terjemahan. Hasil terjemahan yang
baik harus memiliki keakuratan pesan dari bahasa sumber, memiliki keterbacaan
dan keberterimaan produk. Kebaikan ekuivalensi itu terletak pada tataran kata,
frasa, gramatikal, tekstual sampai pada tataran pragmatik. Mona Baker (1992:24)
menyatakan bahwa keseluruhan tataran tersebut digunakan dengan syarat bahwa
meskipun ekuivalensi dapat dipraktikkan, hal itu tetap dipengaruhi oleh berbagai
faktor linguistik dan budaya; karena itu sifatnya adalah relatif. “It is used here
with the proviso that although equivalance can usually be obtained to some
extent, it is influenced by a variety of linguistic and cultural factors and is
therefore always relative”.
Sementara itu Mary Snell dan Hornby (1998:86). tidak menggunakan
istilah ekuivalen melainkan istilah paralel teks. Hasil terjemahan diperoleh dari
teks lain; teks paralel, yang merupakan hasil dari dua teks independen dari sisi
linguistik dan berasal dari situasi yang sangat identik. “A translation is always
derived from another text. Parallel texts are two linguistically independent
product arising from identical situation”. Ekuivalen dan paralel merupakan
menyampaikan pesan yang dikandung oleh bahasa sumber dapat sampai kepada
pembaca melalui bahasa sasaran.
Ketidak-akuratan dalam penerjemahan ditandai oleh ketidak-ekuivalenan
atau ketidak-paralelan antara bahasa sumber dengan bahasa sasaran, yang
akhirnya hasil tersebut adalah produk terjemahan yang tidak baik sebab baik
bahasa sumber maupun bahasa sasaran tidak mengandung ide yang sama. Hal ini
senada dengan apa yang dikatakan oleh Halliday (2001:16) “That translation
equivalance is define in ideational terms; if a text doesnot match its source text
idetionally, it does not quality as a translation, so the question whether it is a
good translation does not arise”.
2.10 Teknik Penerjemahan
Di dalam Collins English Dictionary, technique is a practical method,
skill, or art applied to a particular task. (Teknik adalah suatu metode, keahlian
atau seni praktis yang tugas diterapkan pada suatu tugas tertentu). Ada dua hal
yang penting pada definisi tersebut yakni: 1) teknik sebagai hal yang bersifat
praktis dan 2) teknik di berlakukan terhadap tugas tertentu; dan dalam hal ini
tugas penerjemahan yang secara langsung berkaitan dengan masalah
penerjemahan dan pemecahannya. ( Machali, 2000:77)
Sementara itu Molina Albir (2002:509) mendefinisikan teknik
penerjemahan sebagai prosedur untuk menganalisa dan mengklarifikasikan
berbagai satuan lingual. Berikut ini akan dikemukakan teknik penerjemahan
menurut Molina dan Albir
2.10.1 Adaptasi
Teknik ini dikenal dengan teknik adaptasi budaya. Teknik ini dilakukan
dengan mengganti unsur-unsur budaya yang ada BSu dengan unsur budaya yang
mirip dan ada pada BSa. Hal tersebut bisa dilakukan karena unsur budaya dalam
BSu tidak ditemukan dalam BSa, ataupun unsur budaya pada BSa tersebut lebih
akrab bagi pembaca sasaran. Teknik ini sama dengan teknik padanan
budaya,contoh: frasa as white as snow dapat dipadankan dengan seputih kapas,
karena kapas dikenal baik di Indonesia, tidak demikian halnya dengan salju,
karena salju tidak dikenal dalam bahasa sasaran.
2.10.2 Amplifikasi
Teknik penerjemahan dengan mengeksplisitkan atau memparafrase suatu
informasi yang implisit dalam BSu. Teknik ini sama dengan eksplisitasi,
penambahan, parafrasa eksklifatif. Catatan kaki merupakan bagian dari
amplifikasi. Teknik reduksi adalah kebalikan dari teknik ini, contoh: Idul Fitri
dapat diparafrasekan menjadi hari raya umat Islam.
2.10.3 Peminjaman
Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan meminjam kata atau
dengan penyesuaian pada ejaan ataupun pelafalan. Kamus resmi pada BSa
menjadi tolok ukur apakah kata atau ungkapan tersebut merupakan suatu
pinjaman atau bukan, contoh dari pure borrowing adalah Mixer yang
diterjemahkan menjadi Mixer, sedangkan contoh naturalized borrowing adalah
mixer yang diterjemahkan menjadi Mikser.
2.10.4 Kalke
Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menerjemahkan frasa atau
kata BSu secara literal. Teknik ini serupa dengan teknik penerimaan
(acceptation), contoh: Directorate General diterjemahkan menjadi Direktorat
Jendral.
2.10.5 Kompensasi
Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menyampaikan pesan pada
bagian lain dari teks terjemahan. Hal ini dilakukan karena pengaruh stilistik
(gaya) pada BSu tidak bisa di terapkan pada BSa. Teknik ini sama dengan teknik
konsepsi, contoh: A pair of scissors diterjemahkan menjadi sebuah gunting.
2.10.6 Deskripsi
Teknik penerjemahan yang diterapkan dengan menggantikan sebuah
istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk dan fungsinya, contoh: Capati
diterjemahkan menjadi roti panggang yang merupakanmakanan utama pengganti
2.10.7 Kreasi Diskursif
Teknik penerjemahan dengan penggunaan padanan yang keluar konteks.
Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian calon pembaca. Teknik ini lazim
diterapkan dalam menerjemahkan judul buku atau judul film. Teknik ini serupa
dengan teknik proposal, contoh: The Godfather diterjemahkan menjadi Sang
Godfather.
2.10.8 Padanan Lazim
Teknik dengan penggunaan istilah atau ungkapan yang sudah lazim baik
berdasarkan kamus atau penggunaan sehari-hari. Teknik ini mirip dengan
penerjemahan harfiah, contoh: Snack lebih dikenal daripada kudapan, handphone
lebih dikenal daripada telepon genggam.
2.10.9 Generalisasi
Teknik ini menggunakan istilah yang lebih umum pada BSa untuk BSu
yang lebih spesifik. Hal tersebut dilakukan karena BSa tidak memiliki padanan
yang spesifik. Teknik ini serupa dengan teknik penerimaan (acceptation), contoh:
Penthouse, Mansion diterjemahkan menjadi tempat tinggal.
2.10.10 Amplifikasi Linguistik
Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menambahkan unsur-unsur
konsekutif dan sulih suara, contoh: no way diterjemahkan menjadi De ninguna de
las maneras dalam bahasa Spanyol.
2.10.11 Kompresi Linguistik
Teknik yang dilakukan dengan mensintesa unsur-unsur linguistik pada
BSa. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi linguistik. Teknik
ini lazim digunakan pada pengalihbahasaan simultan dan penerjemahan teks film.
Contoh: Yes so what? Diterjemahkan menjadi Y? Dalam bahasa spanyol
2.10.12 Penerjemahan Harfiah
Teknik yang dilakukan dengan cara menerjemahkan kata demi kata dan
penerjemah tidak mengaitkan dengan konteks, contoh: killing two birds with one
stone diterjemahkan menjadi membunuh dua burung dengan satu batu.
2.10.13 Modulasi
Teknik penerjemahan yang diterapkan dengan mengubah sudut pandang,
fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan BSu. Perubahan sudut
pandang tersebut dapat bersifat leksikal atau struktural, contoh:Nobody doesn’t
like it diterjemahkan menjadi semua orang menyukainya.
2.10.14 Partikularisasi
Teknik penerjemahan dimana penerjemah menggunakan istilah yang lebih
merupakan kebalikan dari teknik generalisasi, contoh:air transportation
diterjemahkan menjadi pesawat.
2.10.15 Reduksi
Teknik yang diterapkan dengan penghilangan secara parsial, karena
penghilangan tersebut dianggap tidak menimbulkan distorsi makna. Dengan kata
lain, mengimplisitkan informasi yang eksplisit. Teknik ini kebalikan dari teknik
amplifikasi, contoh: SBY the president of republic of Indonesia diterjemahkan
menjadi SBY.
2.10.16 Subsitusi
Teknik ini dilakukan dengan mengubah unsur-unsur linguistik dan
paralinguistik (intonasi atau isyarat), contoh: Bahasa isyarat dalam bahasa Arab,
yaitu dengan menaruh tangan di dada diterjemahkan menjadi Terima kasih.
2.10.17 Transposisi
Teknik penerjemahan dimana penerjemah melakukan perubahan kategori
gramatikal. Teknik ini sama dengan teknik pergeseran kategori, struktur dan unit.
Seperti kata menjadi frasa, contoh: adept diterjemahkan menjadi sangat terampil.
2.10.18 Variasi
Teknik dengan mengganti elemen linguistik atau paralinguistik (intonasi,
bahasa, dialek sosial, dialek geografis. Teknik ini lazim diterapkan dalam
menerjemahkan naskah drama.
2.11 Metode Penerjemahan
Molina dan Albir (2002:507-508) menyatakan bahwa,“Translation method
refers to the way of a particular translation process that is carried out in terms of
the translator’s objective, i’e., a global option that affects the whole texts”. Dari
referensi tersebut kita menyimpulkan bahwa metode penerjemahan lebih kepada
sebuah cara yang digunakan oleh penerjemah dalam proses penerjemahan sesuai
dengan tujuannya, sehingga metode penerjemahan sangat mempengaruhi hasil
terjemahan. Artinya hasil terjemahan teks sangat ditentukan oleh metode
penerjemahan yang dipakai oleh penerjemah itu sendiri karena maksud, tujuan
dan kehendak penerjemah akan mempengaruhi hasil terjemahan teks secara
keseluruhan.
Hal lain yang menjadi pertimbangan dalam penerjemahan adalah dua
model penekanan yang bersifat teknis dari dua sisi, yakni penekanan pada bahasa
sumber (source Language Emphasis) dan penekanan pada bahasa sasaran (Target
Language Emphasis).
SL Emphasis TL Emphasis
. Word-for-word translation Adaptation
. Literal translation Free translation
. Faithful translation Idiomatic translation
. .Semantic translation Communicative translation