• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan Terhadap Buku Cerita Anak Bilingual “Four Funny Animal Stories”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan Terhadap Buku Cerita Anak Bilingual “Four Funny Animal Stories”"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TEKNIK, METODE, DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN

TERHADAP BUKU CERITA ANAK BILINGUAL “FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”.

TESIS

Oleh

S I N D E 107009029

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS TEKNIK, METODE DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN

TERHADAP BUKU CERITA ANAK BILINGUAL “FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Saint dalam Program

Studi Linguistik pada Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara

Oleh

SINDE

107009029

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : Analisis Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan

Terhadap Buku Cerita Anak Bilingual

“Four Funny Animal Stories” Nama Mahasiswa : S i n d e

Nomor Pokok : 107009029 Program Studi : Linguistik

Konsentrasi : Kajian Terjemahan

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Dr.Syahron Lubis, M.A) (Dr.Muhizar Muchtar,M.S)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur

(Prof.T.Silvana, M.A., Ph.D) (Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 30 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Syahron Lubis, M.A.

Anggota : 1. Dr. Muhizar Mucthar, M.S.

2. Dr.Roswita Silalahi, Dip.TOSEL, M.Hum

(5)

PERNYATAAN

ANALISIS TEKNIK, METODE DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN TERHADAP BUKU CERITA ANAK BILINGUAL

“FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sunatera Utara adalah benar merupakan hasil Karya saya sendiri.

Adapun pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tesis ini, telah saya cantumkan sumbernya secara jelas sesuaidengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata seluruh atau sebagian Tesis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 29 September 2012

S i n d e

(6)

Ayah / Ibu : Darshan Penjoli/Almh.Siti Mariam

Ayah / Ibu mertua : Alm.Muhammad Ali Shaheeb / Akhtarrunnisha

Istri : Dra.Nurjahan Ali

Semoga Tesis ini dapat memberikan semangat bagi anak-anakku untuk berbuat

yang lebih baik lagi di masa mendatang

Anak :

1. Nursyazwani Mahfuzah Yusuf

2. Nursyazana Hafizah Yusuf

(7)

RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : S i n d e Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Dolok Merangir, 31 Agustus 1967 Alamat : Komplek Srigunting Blok V-A No 46 Sunggal

Deli Serdang Agama : Islam

Status : Menikah

Nama Istri : Dra.Nurjahan Ali

Nama Anak : 1. Nursyazwani Mahfuzah Yusuf

. 2. Nursyazana Hafizah Yusuf

. 3. Muhammad Usamah Yusuf HP : 085297252421

Alamat Kantor : Jl.Imam Bonjol No 35 Medan Alamat E-mail : sinde_usamah@yahoo.com

II. Riwayat Pendidikan

SD : SD Negeri 1 Dolok Merangir SMP : SMP Negeri 16 Medan SMA : SMA Negeri 11 Medan D2 : Fakultas Pendidikan Bahasa Dan Seni IKIP Negeri Medan S1 : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara

III. Riwayat Pekerjaan

1. PKS 1 SD Harapan 1 Medan

(8)

THE ANALYSIS OF THE TRANSLATION TECHNIQUES, METHODS AND

IDEOLOGIES OF THE CHILDREN STORY BILINGUAL BOOK “ FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”

SINDE

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRACT

This is a research about an analysis of technique, method, and ideology of children story Four Funny Animal Stories. The aims of this research is to identify the translation techniques applied by the translators in translating children story.Then to analyze the method and ideology of translation. The method applied in the research is descriptive qualitative. The sources of the data in this research are texts of children story. From these data identify the techniques of translation,then based on the translation techniques used can be concluded research methods and ideology of translation.The result of this research shows that there are six translation techniques applied by the translators. They are : literal translation with 515 data (91.47%) , pure borrowing with 22 data (3.73%), discursive creationwith 12 data (2.13%), reduction with 7 data (1.24%), linguistic compression with 6 data (1.06%), and generalization with 1 data (0.17%).The wholedata that have been translated used the single translation technique. Based on the majority of the translation techniques used by the translators can be drawn the conclusion that the method of translation is a literal translation method with a tendency to maintain the source language or the ideology of foreignization.

(9)

ANALISIS TEKNIK, METODE DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN

TERHADAP BUKU CERITA ANAK BILINGUAL “FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”.

SINDE

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis-jenis teknik penerjemahan, metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan terhadap cerita anak four funny animal stories. Tujuan dari penelitian ini adalah: petama untuk mengidentifikasi teknik-teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan cerita anak, kemudian menganalisis metode dan ideologinya. Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah buku cerita anak yang berupa bilingual book. Dari data tersebut diidentifikasi teknik-teknik penerjemahannya, kemudian berdasarkan teknik penerjemahan yang digunakan dapat disimpulkan metode penelitian dan ideologi penerjemahannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan

yaitu literal sebanyak 515 data (91.47%), Peminjaman Murni dengan 22 data ( 3.73%), Kreasi diskursif dengan 12 data (2.13%), reduksi dengan 7 data

(1.24),kompresi linguistik dengan 7 data (1.24%) dan generalisasi dengan 1 data (0.17%) . Keseluruhan data yang diterjemahkan menggunakan teknik tunggal. Berdasarkan mayoritas teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dapat ditarik simpulan bahwa metode penerjemahannya adalah metode penerjemahan literal dengan kecenderungan mempertahankan bentuk bahasa sumber atau ideologi foreignisasi

(10)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah begitu banyak

memberikan nikmat kepada kita semua, terutama nikmat iman dan keyakinan

kepada Allah SWT, sehingga kita dapat melaksanakan semua amal kepadanya.

Salawat serta salam kita persembahkan kepada Rasulullah SAW, semoga kita

tetap dalam barisan dan istiqomah dalam menjalankan sunnah-sunnahnya dalam

kehidupan kita sehari-hari.

Tesis ini berjudul “Analisis Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan

Terhadap Buku Cerita Anak Bilingual “Four Funny Animal Stories”

dapat penulis rampungkan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Magister Linguistik pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara adalah merupakan berkat dan karunia Allah SWT,

yang telah memberikan kemudahan kepada penulis.

Kepada orang tua penulis,Darshan Panjholi dan Almh. Siti Mariam tidak

ada yang dapat penulis katakan kecuali doa semoga Allah SWT tetap memberikan

kasih sayangNya kepada mereka yang telah mengupayakan segalanya untuk

menyekolahkan penulis dari semua jenjang pendidikan hingga penulis dapat

memperoleh gelar Magister linguistik ini.

Kepada mertua penulis, Alm. Muhammad Ali Shaheeb dan Akhtarunnisha

Khan yang telah memberikan semangat dan doa agar penulis dapat menjalani

(11)

Pada kesempatan ini dengan segenap hati, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat secara langsung maupun tidak

langsung, mereka yang istimewa adalah :

1. Pembimbing Penulis, Bapak Dr. Syahron Lubis M.A selaku pembimbing

pertama dan Bapak Dr.Muhizar Mucthar, M.S selaku pembimbing kedua

yang telah memberikan dukungan, bimbingan dan saran secara

berkesinambungan hingga tesis ini dapat diselesaikan.

2. Penguji Penulis Ibu Dr.Roswita Silalahi, Dip.TESOL, M.Hum selaku

penguji pertama dan Ibu Dr. Thyrhaya Zein, M.A. selaku penguji kedua

yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

3. Ketua Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas, Ibu

Prof. T. Silvana Sinar, M.A, Ph. yang selalu memberikan masukan dan

bimbingan kepada penulis selama mendapat pendidikan di Program

Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Sekretaris Program Studi Linguistik, Ibu Dr. Nurlela, M.Hum, staf dan

semua jajarannya yang telah membantu, memberi dukungan dan

perhatian selama penulis mengikut pendidikan pada Program Studi

Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

(12)

di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara.

6. Para Dosen yang mengajar di Program Studi Linguistik Sekolah

Pascasrjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan

bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Rektor Universitas Muhammadiyah Simatera Utara, Drs.Bahdin Nur

Tanjung, yang telah memberikan kemudahan dan izin kepada penulis

dalam mengurus kelengkapan berkas guna mendapatkan beasiswa dari

Dikti.

8. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera

Utara, Dra. Nurain Lubis, M.AP. yang telah memberikan semangat dan

dukungan awal agar penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi

Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Ketua Yayasan Pendidikan Harapan, Bapak Drs.H.Awaluddin Sibarani,

M.Si, yang telah memberikan izin sehingga penulis dapat melanjutkan

pendidikan di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

10.Kepala Sekolah SD Harapan 1 Medan, Bapak Parlindungan Lubis, S.Pd.

M.Pd yang telah memberikan kemudahan dan dorongan moril kepada

penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Linguistik

(13)

11.Rekan kerja, Bapak Rajo Ali Hasibuan, S.Ag yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah tanpa pamrih selama

penulis dalam masa pendidikan di Program Studi Linguistik Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

12.Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara yang telah sama-sama berjuang dan saling

memberikan semangat, dukungan dan juga saran kepada penulis dalam

menjalani pendidikan dan juga menyelesaikan tesis ini.

13.Teristimewa Istri Penulis, Dra.Nurjahan Ali, yang telah memberikan

dukungan, semangat yang tak pernah berhenti baik dimasa menjalani

pendidikan maupun dalam proses penyelesaian tesis ini.

14.Yang selalu menjadi kebanggaan penulis, anak-anak penulis,

Nursyazwani Mahfuzah Yusuf, Nursyazana Hafizah Yusuf dan juga

Muhammad Usamah Yusuf, celoteh dan kasih sayang mereka

menumbuhkan semangat bagi penulis yang tidak dapat dinilai dengan

apapun.

Semoga kebaikan kesemuanya yang telah penulis terima dari orang-orang

yang telah disebut namanya ataupun yang belum disebut secara satu persatu,

mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT.

(14)

penyempurnaan tesis ini. Akhir kata, penulis berharap agar kiranya tesis ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.

Medan, Agustus 2012

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT...

ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... ...

DAFTAR TABEL...

DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR DIAGRAM...

BAB I. PENDAHULUAN...

1.1 Latar Belakang...

1.2 Rumusan Masalah...

1.3 Tujuan Penelitian...

1.4 Manfaat Penelitian...

1.5 Ruang Lingkup Penelitian...

(16)

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...

2.1 Cerita Anak...

2.2 Ciri Sastra Anak...

2.3 Jenis Dongeng...

1. Dongeng Binatang ...

2 . Dongeng Biasa...

3 . Dongeng Lelucon ...

2.4 Genre Naratif...

2.5 Fabel...

2.6 Manfaat Dongeng...

2.7 Pengertian Terjemahan...

2.8 Kompleksitas Penerjemahan...

2.9 Ekuivalensi dalam Penerjemahan...

2.10 Teknik Penerjemahan...

2.10.1 Adaptasi...

(17)

2.10.3 Peminjaman...

2.10.4 Kalke...

2.10.5 Kompensasi...

2.10.6 Deskripsi...

2.10.7 Kreasi Diskursif...

2.10.8 Padanan Lazim...

2.10.9 Generalisasi...

2.10.10 Amplikasi Linguistik ...

2.10.11 Kompresi Linguistik...

2.10.12 Penerjemahan Harfiah...

2.10.13 Modulasi...

2.10.14 Partikularisasi...

2.10.15 Reduksi...

2.10.16 Substitusi...

(18)

2.11 Metode Penerjemahan...

2.11.1 Penerjemahan Kata-demi-kata ...

2.11.2 Penerjemahan Harfiah ...

2.11.3 Penerjemahan Setia...

2.11.4 Penerjemahan Semantis...

2.11.5 Penerjemahan Adaptasi...

2.11.6 Penerjemahan Bebas...

2.10.7 Penerjemahan Idiomatik...

2.10.8 Penerjemahan Komunikatif...

2.12 Ideologi Penerjemahan...

2.12.1 Pengertian Ideologi...

2.12.2 Penerjemahan Foreignisasi...

2.12.3 Penerjemahan Domestikasi...

2.13 Alasan Pemilihan Teori Terjemahan...

(19)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian...

3.2 Data dan Sumber Data...

3.2.1 Data...

3.3.2 Sumber Data...

3.3 Teknik Pengumpulan Data...

3.4 Teknik Analisis Data...

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN...

4.1 Teknik Penerjemahan...

4.1. 1 Teknik Harfiah...

4.1.1.1 Heidi’s Spines...

4.1.1.1.1 Kategori Kalimat...

4.1.1.1.2 Kategori Frasa...

4.1.1.1.3 Kategori Kata...

(20)

4.1.1.2.2 Kategori Frasa...

4.1.1.2.3 Kategori Kata...

4.1.1.3 Little Lhon Dhok...

4.1.1.3.1 Kategori Kalimat...

4.1.1.3.2 Kategori Frasa...

4.1.1.3.3 Kategori Kata...

4.1.1.4Guri’s Ink Saved the Day...

4.1.1.4.1 Kategori Kalimat...

4.1.1.4.2 Kategori Frasa...

4.1.1.4.3 Kategori Kata...

4.1.2 Teknik Reduksi ...

4.1.2.1 Heidi’s Spines...

4.1.2.1.1 Kategori kalimat...

4.1.2.2 Harper’s Furry Tail...

4.1.2.2.1 Kategori Kalimat...

(21)

4.1.2.3.1 Kategori Frasa...

4.1.2.4 Guri’s Ink Saved the Day...

4.1.2.4.1 Kategori Frasa...

4.1.3 Teknik Kompresi linguistik...

4.1.3.1 Heidi’s Spines...

4.1.3.1.1 Kategori Kalimat...

4.1.3.1.2 Kategori Frasa...

4.1.3.2 Little Lhon Dhok...

4.1.3.2.1 Kategori Frasa...

4.1.4 Teknik Kreasi Diskursif...

4.1.4.1 Heidi’s Spines...

4.1.4.1.1 Kategori Frasa...

4.1.4.2 Little Lhon Dhok...

4.1.4.2.1 Kategori Frasa...

(22)

4.1.5 Teknik Peminjaman Murni...

4.1.5.1 Hiedi’s Spines...

4.1.5.1.1 Kategori Frasa...

4.1.5.1.2 Kategori Kata...

4.1.5.2 Harper’s Furry Tail...

4.1.5.2.1 Kategori Frasa...

4.1.5.2.2 Kategori Kata...

4.1.5.3 Little Lhon Dhok...

4.1.5.3.1 Kategori Frasa...

4.1.5.3.2 Kategori Kata...

4.1.5.4 Guri’s Ink Saved the Day...

4.1.5.4.1 Kategori Frasa...

4.1.5.4.2 Kategori Kata...

4.1.6 Teknik Generalisasi...

4.1.6.1 Harper’s Furry Tail...

(23)

4.2 Metode Penerjemahan...

4.3 Ideologi Penerjemahan...

4.3.1 Foreignisasi...

4.3.2 Domestikasi...

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...

5.1 Simpulan...

1 Teknik Penerjemahan...

2 Metode Penerjemahan...

3 Ideologi Penerjemahan...

5.2 Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

REFERENSI ELEKTRONIK ...

(24)

LAMPIRAN III Little Lhon Dhok...

(25)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Teknik Penerjemahan pada Heidi’s Spines...

Tabel 4.2 : Teknik Penerjemahan pada Harper’s Furry Tail...

Tabel 4.3 : Teknik Penerjemahan pada Little Lhon Dhok...

Tabel 4.4 : Teknik Penerjemahan pada Guri’s Ink Saved the Day...

Tabel 4.5 : Teknik Harfiah pada Heidi’s Spines Kategori Kalimat...

Tabel 4.6 : Teknik Harfiah pada Heidi’s Spines Kategori Frasa...

Tabel 4.7 : Teknik Harfiah pada Heidi’s Spines Kategori Kata...

Tabel 4.8 : Teknik Harfiah pada Harper’s Furry Tail Kategori Kalimat...

Tabel 4.9 : Teknik Harfiah pada Harper’s Furry Tail Kategori Frasa...

Tabel 4.10 : Teknik Harfiah pada Harper’s Furry Tail Kategori Kata...

Tabel 4.11 : Teknik Harfiah pada Little Lhon Dhok Kategori Kalimat...

Tabel 4.12 : Teknik Harfiah pada Little Lhon Dhok Kategori Frasa...

Tabel 4.13 : Teknik Harfiah pada Harper’s Furry Tail Kategori Kata...

(26)

Tabel 4.16 : Teknik Harfiah pada Guri’s Ink Saved the Day Kategori Kata...

Tabel 4.18 : Teknik Reduksi pada Heidi’s Spines Kategori Kalimat ...

Tabel 4.19 : Teknik Reduksi pada Guri’s Ink Saved the Day Kategori Kalimat...

Tabel 4.20 : Teknik Reduksi pada Little Lhon Dhok Kategori Frasa ...

Tabel 4.21 : Teknik Reduksi pada Guri’s Ink Saved the Day Kategori Frasa...

Tabel 4.22 : Teknik Kompresi Linguistik pada Heidi’s Spines Kategori Kalimat....

Tabel 4.23 : Teknik Kompresi Linguistik pada Heidi’s Spines Kategori Frasa...

Tabel 4.24 : Teknik Kompresi Linguistik pada Little Lhon Dhok Kategori Frasa....

Tabel 4.25 : Teknik Kreasi Diskursif pada Heidi’s Spines Kategori Frasa...

Tabel 4.26 : Teknik Kreasi Diskursif pada Little Lhon Dhok Kategori Frasa...

Tabel 4.27 : Teknik Kreasi Diskursif pada Guri’s Ink Saved the Day

Kategori Frasa...

Tabel 4.28 : Teknik Peminjaman Murni pada Heidi’s Spines Kategori Frasa...

Tabel 4.29 : Teknik Peminjaman Murni padaHeidi’s Spines Kategori Kata...

Tabel 4.30 : Teknik Peminjaman Murni pada Harper’s Furry Tail

(27)

Tabel 4.31 : Teknik Peminjaman Murni pada Harper’s Furry Tail

Kategori Kata...

Tabel 4.32 : Teknik Peminjaman Murni pada Little Lhon Dhok Kategori Frasa...

Tabel 4.33 : Teknik Peminjaman Murni pada Little Lhon Dhok Kategori Kata...

Tabel 4.34 : Teknik Peminjaman Murni pada Guri’s Ink Saved the Day

Kategori Frasa...

Tabel 4.35 : Teknik Peminjaman Murni pada Guri’s Ink Saved the Day Kategori

Kata...

Tabel 4.36 : Teknik Generalisasi pada Harper’s Furry Tail Kategori Frasa...

Tabel 4.37 : Persentase Satuan Lingual pada Teknik Harfiah...

Tabel 4.38 : Persentase Satuan Lingual pada Teknik Peminjaman Murni...

Tabel 4.39 : Persentase Satuan Lingual pada Teknik Kreasi Diskursif...

Tabel 4.40 : Persentase Satuan Lingual pada Teknik Reduksi...

Tabel 4.41 : Persentase Satuan Lingual pada Teknik Kompresi linguistik...

Tabel 4.43 : Persentase Satuan Lingual pada Teknik Generalisasi...

(28)

Tabel 4.45 : Persentase Penerjemahanggunaan 7 Teknik Penerjemahan...

Tabel 4.46: Teknik-teknik Berorientasi pada Bahasa Sumber...

Tabel 4.47: Teknik-teknik Berorientasi pada Bahasa Sasaran...

Tabel 4.48 : Perbandingan Penggunaan Teknik...

Tabel 4.49 : Teknik Bersumber pada Ideologi Foreignisasi...

Tabel 4.50 : Teknik Bersumber pada Ideologi domestikasi...

(29)

DAFTAR GAMBAR

(30)

DAFTAR DIAGRAM

1. Diagram V Metode Penerjemahan Newmark ...

(31)

THE ANALYSIS OF THE TRANSLATION TECHNIQUES, METHODS AND

IDEOLOGIES OF THE CHILDREN STORY BILINGUAL BOOK “ FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”

SINDE

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRACT

This is a research about an analysis of technique, method, and ideology of children story Four Funny Animal Stories. The aims of this research is to identify the translation techniques applied by the translators in translating children story.Then to analyze the method and ideology of translation. The method applied in the research is descriptive qualitative. The sources of the data in this research are texts of children story. From these data identify the techniques of translation,then based on the translation techniques used can be concluded research methods and ideology of translation.The result of this research shows that there are six translation techniques applied by the translators. They are : literal translation with 515 data (91.47%) , pure borrowing with 22 data (3.73%), discursive creationwith 12 data (2.13%), reduction with 7 data (1.24%), linguistic compression with 6 data (1.06%), and generalization with 1 data (0.17%).The wholedata that have been translated used the single translation technique. Based on the majority of the translation techniques used by the translators can be drawn the conclusion that the method of translation is a literal translation method with a tendency to maintain the source language or the ideology of foreignization.

(32)

ANALISIS TEKNIK, METODE DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN

TERHADAP BUKU CERITA ANAK BILINGUAL “FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”.

SINDE

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis-jenis teknik penerjemahan, metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan terhadap cerita anak four funny animal stories. Tujuan dari penelitian ini adalah: petama untuk mengidentifikasi teknik-teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan cerita anak, kemudian menganalisis metode dan ideologinya. Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah buku cerita anak yang berupa bilingual book. Dari data tersebut diidentifikasi teknik-teknik penerjemahannya, kemudian berdasarkan teknik penerjemahan yang digunakan dapat disimpulkan metode penelitian dan ideologi penerjemahannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan

yaitu literal sebanyak 515 data (91.47%), Peminjaman Murni dengan 22 data ( 3.73%), Kreasi diskursif dengan 12 data (2.13%), reduksi dengan 7 data

(1.24),kompresi linguistik dengan 7 data (1.24%) dan generalisasi dengan 1 data (0.17%) . Keseluruhan data yang diterjemahkan menggunakan teknik tunggal. Berdasarkan mayoritas teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dapat ditarik simpulan bahwa metode penerjemahannya adalah metode penerjemahan literal dengan kecenderungan mempertahankan bentuk bahasa sumber atau ideologi foreignisasi

(33)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerjemahan memegang peranan yang sangat penting hampir diseluruh

aspek kehidupan manusia. Dalam kaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi,

penerjemahan adalah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dewasa ini,

kekurangmampuan manusia dalammenguasaibahasa yang ada dunia ini

menjadikan penerjemahan merupakan alat yang sangat dibutuhkan dalam

menjalankan alih teknologi dan informasi dalam kehidupan masyarakat. Transfer

ilmu tidak akan berjalan dengan baik bila tidak diikuti oleh baiknya

perkembangan dunia penerjemahan itu sendiri. Sehingga masyarakat dalam semua

golongan, baik itu para ilmuan atau para pencari informasi tidak dapat mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan, apabila mereka kurang atau tidak memahami

penguasaan bahasa asing. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh

Simatupang (Simatupang, 1999:4) bahwa penerjemahan adalah satu proses

pengalihan atau pengubahan dari satu bahasa ke bahasa lain. Dalam penerjemahan

dikenal istilah bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa).Bahasa sumber

adalah merupakan bahasa asal yang diterjemahkan, sedangkan bahasa sasaran

adalah bahasa yang menjadi tujuan terjemahan.

(34)

kata dari BSu ke bahasa lainnya atau BSa. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat

yang di sampaikan oleh Newmark (1981: 7) yang mendefinisikan, “Penerjamahan

adalah suatu upaya mengalihkan pesan yang tertulis dalam BSu ke dalam BSa

dengan mengutamakan kesepadanan makna. Dari uraian diatas penerjemah dapat

mencapai kesepadanan makna yang sangat dipengaruhi oleh kompetensi

penerjamah dalam memahami teks sumber (TSu) dan menuangkan pesan makna

ke dalam teks sasaran (TSa). Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang

penerjemah adalah penguasaan tata bahasa (grammatical skill), keterampilan

membaca (reading skill), dan analisis wacana (discourse analysis). Ketiga

kompetensi diatas menandai bahwa penerjemahan bukanlah satu pekerjaan yang

mudah. Jika ketiga kompetensi tersebut tidak dimiliki oleh seorang penerjamah,

dapat diyakini akan menjadi penghalang yang pada akhirnya menjadikan satu

pengaruh yang sangat besar dalam mempengaruhi kualitas hasil terjemahan serta

pada akhirnya akan mempengaruhi kepuasan pengguna hasil terjemahan tersebut.

Namun tetap harus diyakini bahwa setiap langkah dalam proses penerjamahan

bukan suatu yang harus dianggap sebagai teramat sulit untuk diwujudkan, karena

bagaimanapun juga penerjemahan merupakan sebagai satu sumbangan pemikiran

dari para ilmuan yang berkecimpung dalam dunia penerjamahan. Hasil kerja

mereka merupakan satu kerja besar dalam menginformasikan berbagai ilmu

pengetahuan dan informasi lainnya dari seluruh belahan dunia ini. Dan hasil kerja

mereka sangat membantu masyarakat yang tidak memiliki kompentensi yang

(35)

Dikarenakan hal ini, kehadiran kajian terjemahan menjadi hal yang sangat

penting sebagai satu sarana bagi tersebarnya informasi diberbagai bidang dan

khususnya di bidang sastra sebagai alat untuk menginformasikan komunitas lintas

budaya.

Salah satu penerjemahan yang banyak didapati sekarang ini adalah

penerjemahan cerita anak. Kehadiran buku-buku bilingual merupakan salah satu

alternatif untuk memenuhikebutuhan masyarakat dalam mengejar informasi yang

ada.Perkembangan dan jumlah buku-buku bilingual dewasa ini sangat besar

peningkatannya. Hal inimembuka pintu informasi dikalangan semua pihak baik

dikalangan anak-anak maupun orang dewasa, baik dalam bentuk informasi, sastra

maupun teknologi, perkembangan buku bilingual yang tidak bisa dibendung lagi

dan telah menjadi kebutuhan yang pokok bagi pencari informasi keilmuan.

Karya-karya besar dari para ahli di setiap bidangnya bahkan sampai padaKarya-karya sastra

anak, merupakan wilayah bagipenerjemahan yang populer saat ini, hal ini bisa

dilihat dari maraknya karya sastra terjemahan yang ditawarkan di berbagai toko

buku.

Sesuai dengan sasaran pembacanya, sastra anak dituntut untuk dikemas

dalam bentuk yang berbeda dari sastra orang dewasa hingga dapat diterima anak

dan dipahami mereka dengan baik. Sastra anak merupakan pembayangan atau

pelukisan kehidupan anak yang imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa anak.

Sastra anak merupakan sastra yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang

(36)

sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak selaku

pembacanya. (Puryanto, 2008: 2).

Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh

anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang

berusia antara 6-13 tahun. Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak

juga berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian

anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak

memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan

imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi

anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau

senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau

dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga

menuntun kecerdasan emosinya (Wahidin, 2009).

Keberhasilan suatu proses penerjemahan akan sangat bergantung pada

sejauh mana seorang penerjemah memahami dan menggeluti areal kehidupan teks

yang akan diterjemahkan. Seorang penerjemah yang baik tidak hanya sekedar

menerjemahkan makna kata, frasa, kalimat maupun paragraf dari satu bahasa ke

bahasa lainya tetapi dalam melaksanakan proses terjemahan seorang penerjemah

harus menguasai faktor-faktor lainnya seperti kehidupan dunia anak-anak,

sehingga hasil terjemahan akan dapat dirasakan oleh sipengguna hasil karya

terjemahan itu sendiri (anak-anak) dan dapat menikmati suasana kehidupan

(37)

perkataan Jeremy Munday (2001:5) dalam bukunya Introducing Translation

Studies:Theories and Applications “Dalam sejarah, terjemahan tulisan dan ucapan

memegang peranan yang sangat penting dalam hubungan komunikasi antara

sesama manusia, tidak hanya mengakses hal-hal penting bagi para ilmuan tetapi

juga untuk kepentingan agama”.

Dunia anak-anak merupakan satu fenomena yang sampai sekarang ini

masih terus dalam kajian tersendiri yang dilakukan oleh para ahli. Salah dalam

memahami dunia anak maka hal ini akan merubah pola pikir dan tingkah laku

anak dimasa yang akan datang. Salah satu hal yang sangat mempengaruhinya

adalah hasil terjemahan cerita anak yang menjadi bahan bacaan anak-anak. Bahan

bacaan anak-anak merupakan bahan awal yangakan mempengaruhi pembentukan

karakteristik jiwa anak dan pembentukan diri anak pada masa mendatang. Bahan

bacaan terjemahan anak yang baik adalah yang mengikuti kondisi anak sehingga

anak tetap mendapatkan cerita-cerita anak yang memang mengandung

karakteristik jiwa anak.

Cerita anak yang menjadi pilihan peneliti sebagai bahan penelitian

dikarenakan bahan bacaan anak dapat mempengaruhi perkembangan anak. Four

Funny Animal Stories (selanjutnya disebut FFAS) merupakan satu serial buku

cerita anak yang terdiri dari empat judul yang berbeda, yang dikarang oleh

Maharani dan Johnny Rinaldi dalam bentuk bilingual yang dicetak tahun 2008

dan dikeluarkan oleh Percetakan Zikrul Kids. Keempat cerita ini berjudul

(38)

penelitian ini. Alasan peneliti mengambil FFAS sebagai sumber penelitian

dikarenakan keempat cerita tersebut dikarang oleh pengarang yang sama dan

selama ini penggunaan buku cerita anak yang bertujuan untuk lebih mengenalkan

bahasa Inggris kepada anak-anak SD Harapan 1 belum menghasilkan hasil yang

maksimal, hal ini dikarenakan buku-buku yang disajikan kepada mereka masih

menggunakan bahasa Inggris secara menyeluruh, dikarenakan mereka belum

dapat mengartikan secara menyeluruh maka mereka meninggalkan buku cerita

tersebut. Dalam beberapa tahun yang lalu pihak sekolah mengambil inisiatif

dengan menghadirkan buku cerita bilinggual dengan harapan mereka akan

tertarik dan membaca buku cerita tersebut. Dan pada akhirnya secara tidak

disadari mereka akan mempelajari bahasa Inggris yang terdapat dalam buku cerita

bilingual tersebut. FFAS merupakan salah satu dari sekian banyak cerita bilingual

yang ada. Dikarenakan FFAS memiliki ciri khas yaitu dilatarbelakangi oleh materi

agama, maka peneliti ingin mendalami FFAS sebagai satu materi yang layak

dalam satu kajian penelitian.Dari penelitian ini diharapkan peneliti dapat melihat

teknik penerjemahan, metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan yang

digunakan oleh Pengarang.

Disamping latar belakang diatas peneliti berasumsi dari pengalaman cerita

anak menjadi fokus peneliti dalam penelitian ini dikarenakan peneliti secara

langsung selama 15 tahun telah berkecimpung dalam dunia anak khususnya pada

jenjang Sekolah Dasar. Buku cerita anak merupakan salah satu media yang baik

bagi siswa untuk mengenal bahasa Inggris. Hal ini secara sadar maupun tidak

(39)

dari pengenalan arti kata sampai pada bentuk kalimat yang disesuaikan oleh

penggunaan waktu dan melalui buku cerita anak semua itu akan berjalan dengan

mudah.

FFAS adalah buku cerita yang dibaca oleh siswa baik di waktu istirahat

maupun dibawa pulang oleh siswa. FFAS menjadikan binatang sebagai pemeran

dalam cerita ini. Dan hal ini akan menarik perhatian anak untuk membaca cerita

anak ini. Tupai, Gurita, Landak, dan Bunglon merupakan karakter yang terdapat

pada FFAS.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Peneliti menetapkan rumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Teknik-teknik penerjemahan apakahyang digunakan dalam proses

penerjemahan cerita anak FFAS?

2. Metode-metode penerjemahan apakahyang digunakan dalam proses

penerjemahan cerita anak FFAS?

3. Ideologi penerjemahan bagaimanakah yang dianut oleh penerjemahdalam

proses menerjemahkan cerita anak FFAS?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini diadakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikanteknik-teknik penerjemahan yang digunakan dalam

menerjemahkan cerita anak FFAS.

2. Mendeskripsikanmetode-metode penerjamahan yang digunakan dalam

(40)

3. Mendeskripsikan ideologi penerjamahan yang dianut oleh penerjemah

dalam menerjemahkan cerita anak FFAS.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara teoritis bermanfaat sebagai:

1. Sumbangan bagi pengembangan ilmu kebahasaan (linguistik)

2. Bukti bahwa penerjamahan cerita anak bukanlah satu hal yang mudah

untuk dilaksanakan tetapi mengharuskan penerjemah mengenali terlebih

dahulu dunia yang menjadi sarana dalam penerjemahan.

3. Pemerkaya khasanah penelitian dalam bidang penerjemahan.

4. Penambah pustaka tulisan tentang terjemahan.

Adapun manfaat penelitian ini secara praktis adalah:

1. Untuk memberikan masukan kepada penerjemah, khususnya penerjemah

cerita anak agar lebih teliti dalam melaksanakan proses terjemahan.

2. Sebagai masukan kepada penerbit buku terjemahan cerita anak untuk tidak

hanya berfikir masalah benefit.

3. Sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dalam tesis ini merupakan analisis produk teks terjemahan cerita

anak. Cerita anak yang diteliti berisikan penyampaian pesan-pesan yang baik bagi

(41)

Objek kajian adalah teknik penerjemahan, metode penerjemahan, dan

ideologi penerjemahan

Data yang dikaji merupakan satu rangkaian cerita yang mengandung topik

demi topik yang saling berkaitan dalam empat cerita yang berbeda, dan penelitian

ini memfokuskan pada tingkatan kata, frasa dan kalimat.

1.6 Klarifikasi Makna Istilah

Istilah merupakan satu makna yang dapat diartikan dengan banyak

pengertian, untuk menghindari terjadikan kesalahan dalam mengartikan istilah

yang ada, maka perlu diklarifikasikan. Istilah-istilah yang perlu diklarifikasikan

adalah:

1. Penerjemahan adalah proses pengalihan makna TSu ke dalam TSa

2. Bahasa sumber (BSu) adalah bahasa teks asal yang diterjemahkan. Dalam

penelitian ini bahasa sumber adalah bahasa Inggris.

3. Bahasa sasaran (BSa) adalah bahasa teks hasil terjemahan. Dalam

penelitian ini bahasa target adalah bahasa Indonesia.

4. Teknik Penerjemahan adalah cara untuk menganalisis dan

mengklarifikasikan bagaimana kesepadanan penerjemahan berlangsung

dan dapat diterapkan pada satuan lingual (Molina dan Albir, 2002).

5. Metode Penerjemahan lebih kepada sebuah cara yang digunakan oleh

penerjemah dalam proses penerjemahan sesuai dengan tujuannya, sehingga

metode penerjemahan sangat mempengaruhi hasil terjemahan.Molina dan

(42)

6. Ideologi Penerjemahan adalahseperangkat ide yang mengatur kehidupan

manusia yang membantu kita memahami hubungan kita dengan

lingkungan kita (Karuobi, 2008:5). Ideologi penerjemahan ini mempunyai

dua kutub. Pertama adalah kutub foreignisasi yang sangat berorientasi

pada bahasa sumber. Sebaliknya, ideologi domestikasi beroreintasi pada

(43)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka dimaksud untuk memberikan gambaran atau batasan

tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan teori. Dalam kajian pustaka akan

dijabarkan beberapa istilah yang berkaitan pada penelitian yang dilaksanakan.

Istilah -istilah yang menjadi rujukan dalam penelitian ini antara lain: pengertian

cerita anak, penerjemahan, teknik penerjemahan, metode penerjemahan, ideologi

penerjemahan.

2.1 Cerita Anak

Cerita anak merupakan bagian dari dongeng yang memiliki arti sebagai

cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi, misalnya kejadian-kejadian aneh

di jaman dahulu. Dongeng merupakan hasil karya sastra. Sastra anak adalah karya

sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia

yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun.

Tarigan (1995:5) mengatakan bahwa buku anak-anak adalah buku yang

menempatkan mata anak-anak sebagai pengamat utama, mata anak-anak sebagai

fokusnya. Sastra anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman

anak-anak masa kini, yang dapat dilihat dan dipahami melalui mata anak-anak.

Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta.

(44)

sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan

bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpuh dan bermula pada penyajian

nilai dan himbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam

kehidupan. (Wahidin, 2009).

Perkembangan anak akan berjalan wajar dan sesuai dengan periodenya

bila disugui bahan bacaan yang sesuai pula. Sastra yang akan dikonsumsikan bagi

anak harus mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak

berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar mereka atau ada di dunia mereka,

tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya

mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang

yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak (Puryanto, 2008:2).

Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi

dalam sastra anak sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra

anak dapat dibedakan atas tiga hal, yaitu: (1) sastra anak yang mengetengahkan

tokoh utama benda mati, (2) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya

makhluk hidup selain manusia, (3) sastra anak yang menghadirkan tokoh utama

yang berasal dari manusia itu sendiri (Wahidin, 2008).

2.2 Ciri Sastra Anak

Menurut Puryanto (2008:7) secara garis besar, ciri dan syarat sastra anak

adalah cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak

(45)

tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya

mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang

yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak.

Sejalan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian

sekarang ini, pembicaraan teoritis tentang folklor berkisar sekitar cerita (prosa)

rakyat meliputi dongeng. Dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastraan

lisan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pada hakekatnya

dongeng merupakan cerita prosa rakyat rekaan yang dianggap tidak benar-benar

terjadi dalam kehidupan nyata. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan

walaupun banyak juga cerita yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran

(moral), atau bahkan sindiran. Dalam pikiran orang, dongeng sering dianggap

sebagai cerita mengenai peri. Namun, kenyataannya banyak dongeng yang tidak

menceritakan mengenai peri, melainkan isi cerita atau plotnya kadangkala berupa

kisah atau pengalaman hidup yang dituangkan melalui cerita fiktif dengan tokoh

binatang ataupun manusia yang memiliki sifat-sifat tertentu.

2.3 Jenis Dongeng

Aarne dan Thompson (1964:19-20) dalam bukunya berjudul The Types of

the Folktale membagi jenis-jenis dongeng ke dalam empat golongan besar, yakni:

1. Dongeng binatang

Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi oleh binatang peliharaan

(46)

ikan dan serangga. Binatang-binatang ini dalam cerita jenis ini dapat berbicara

dan berakal budi seperti manusia.

2. Dongeng biasa

Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya

adalah kisah suka duka seseorang yang dikemas sedemikian rupa sehingga

menjadi cerita yang menarik dan bermuatan moral. Dongeng klasik yang biasa

diceritakan adalah seperti dongeng bawang putih dan bawang merah. Manfaat dari

dongeng ini biasanya memiliki kisah retorika dalam cerita yang bisa ditemukan

pada kehidupan sehari hari. Sebagai contoh rasa saling sayang menyanyangi

antara sahabat, keluarga dan seluruh lingkungan yang ada. Dalam dongeng ini

kecenderungan kemiripan dengan realita yang ada memang lebih besar daripada

dongeng binatang/fabel.

3. Lelucon dan anekdot

Lelucon dan anekdot adalah dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan

rasa menggelikan hati, sehingga menimbulkan tawa bagi orang yang

mendengarnya maupun yang menceritakannya, seperti dongeng sikabayan (Jawa

Barat) yang lugu dan penuh dengan akal dalam kehidupannya sehari hari. Manfaat

dongeng ini selain hiburan bisa juga disisipkan nilai nilai moral yang ada dari

tokoh didalamnya, dan pendongeng dalam hal ini harus bisa mengolahnya

sedemikian rupa sehingga dongeng tersebut tidak hanya memiliki manfaat sebagai

(47)

Dari deskripsi pembagian folklor menurut Danandjaya di atas, berdasarkan

ciri bahasa dan struktur generiknya, fabel dapat diklasifikasikan ke dalam folklor

lisan berbentuk dongeng. Sedangkan menurut Aarne dan Thompson, fabel dapat

diklasifikasikan ke dalam animal tales. Penulis sendiri cenderung sependapat

dengan pengklasifikasian yang dilakukan Aarne dan Thompson (dalam

Danandjaya,2002:86) yang memasukkan fabel ke dalam animal tales.

2.4 Genre Naratif

Sinar (2003: 70) mengatakan “genre naratif adalah tulisan kreatif dan

imaginatif yang tujuannya untuk memberikan kesenangan, yaitu untuk

mendapatkan perhatian pembaca dan memupuk imajinasi pembaca terhadap

cerita. Narasi juga mempunyai nilai pengajaran dan informasi serta merupakan

perwujudan refleksi pengarang terhadap pengalaman-pengalamannya”.

Selanjutnya Sinar (2003: 71) melanjutkan jenis-jenis narasi adalah mitos,

legenda, cerita peri, misteri, advonturir, roman, horor, hero, parabel, fabel, dan

kisah moral. Dari pembahasan Sinar di atas, cerita fabel termasuk ke dalam genre

naratif. Sebagaimana pendapat Sinar di atas bahwasanya teks-teks naratif (fabel)

tidak hanya berfungsi sebagai teks cerita biasa yang pada umumnya berorientasi

menghibur,tetapi juga memiliki kekuatan tersendiri yang mampu berperan ganda,

yaitu sebagai bahan bacaan menarik tentang kisah-kisah tertentu dan sebagai

media efektif dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan dan sikap dalam

(48)

Pada hakikatnya jenis cerita ini mengusung tema yang sama yaitu

membawa nilai-nilai moralitas. Fabel menggunakan karakter binatang sebagai

tokoh sentral alur cerita. Nilai-nilai moralitas tergambar pada karakter cerita

tersebut.

Menurut Hann, eHow Contributor, mengatakan fabel adalah literatur

rakyat yang pada dasarnya termasuk ke dalam tradisi tuturan yang diwariskan dari

generasi ke generasi. Sedangkan mengenai tujuan utama penceritaan fabel, Hann

menambahkan “They were originally used in a didactic sense: storytelling to

teach a lesson (as opposed to entertain)”.Artinya, fabel digunakan untuk

mengajarkan nilai-nilai pelajaran didaktik di samping sebagai sarana hiburan.

diakses 20 April 2012).

Knapp dan Watkins (2005: 220—221) dalam buku Genre, Text,

Grammar: Technologies for Teaching and Assessing Writing, mengatakan

We cannot say that narrative is simply about entertaining a reading audience, although it generally always does so. Narrative also has a powerful social role beyond that of being a medium for entertainment. Narrative is also a powerful medium for changing social opinions and attitudes.Think about the way that some soap operas and television dramas use narrative to raise topical social issues and present their complexities and different perspectives in ways that are not possible in news reports and current affairs programs.

Dari ungkapan Knapp dan Watkins di atas, dapat ditarik suatu simpulan

bahwasanya teks naratif tidak sekedar berfungsi sebagai media hiburan bagi

pembaca tetapi jauh dari itu, teks naratif (termasuk fabel) memiliki kekuatan

(49)

Untuk dapat memahami lebih jauh, kiranya perlu dijelaskan secara lebih detil

mengenai teks fabel.

2.5 Fabel

Kata fabel dalam kamus The Penguin Dictionary of Literary Terms and

Literary Theory (1999: 320) berasal dari kata latin ‘fabula’ yang berarti discourse

(wacana) atau story (cerita). Dalam kamus tersebut fabel diartikan sebagai a short

narrative in prose or verse which points a moral. Non-human creatures or

inanimate things are normally the characters. The presentation of human beings

as animals is the characteristic of the literary fable and is unlike the fable that

still flourishes among primitive peoples. Artinya, fabel diartikan sebagai cerita

pendek naratif berbentuk prosa atau sajak yang mengandung pesan moral. Tokoh

karakter ceritanya bukan manusia atau bukan benda mati tetapi menggunakan

binatang sebagai tokoh sentral yang memerankan tingkah laku seperti manusia.

Dalam kamus Cambridge Learner’s Dictionary 2nd

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 404), istilah fabel diartikan

sebagai “Cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya

diperankan oleh binatang, biasanya berisi pendidikan moral dan budi pekerti”. edition versi digital,

produksi Cambridge University Press tahun 2004 versi 2.0 disebutkan kata fabel

diartikan sebagai a short, traditional story, usually involving animals, which is

(50)

Selain pengertian fabel di atas, terdapat beberapa pengertian lainnya

yang secara umum hampir sama maknanya, di antaranya adalah fabel diartikan

sebagai short tales that use animals or inanimate objects--through

personification--to teach morals and ethics to people

tanggal 20 April 2012).

Fabel memiliki ciri-ciri bahasa di antaranya simple description, short,

simple sentences, careful choice of vocabulary, the story is very brief, main

characters are usually animals and are characterized quickly with a few broad

strokes, one animal/character usually displays the vice or foible being critiqued.

This foible is what brings embarrassment or a downfall to the character and this

conclusion leads directly to the moral, which follows the fable and is stated in one

sentence.

(diakses pada tanggal 20 April 2012, laman http://teacher.scholastic.com

, hal. 144-145).

2.6 Manfaat Dongeng

Sampai saat ini kegiatan mendongeng sudah banyak ditinggalkan oleh para

orangtua, karena dianggap merepotkan dan membuat mereka semakin lelah

setelah seharian bekerja. Padahal sebenarnya mendongeng merupakan kegiatan

positif yang bisa mengeratkan hubungan ibu dan anak. Mendongeng sebenarnya

bukanlah kegiatan untuk menidurkan anak, tapi lebih berfungsi untuk

meningkatkan kedekatan ibu dan anak, dan mengembangkan kemampuan otak

(51)

Mendongeng juga membantu perkembangan psikologis dan kecerdasan

emosional anak, serta beberapa manfaat lain berikut ini:

Pertama, anak akan memvisualisasikan latar, tokoh dan keseluruhan

situasi yang terjadi dalam sebuah dongeng, sehingga daya kreatifitasnya dalam

berimajinasi akan senantiasa dipicu. Dari sini maka jika dongeng diberikan

dengan kontinuitas yang relatif stabil maka daya kreasi anak pun akan semakin

terpicu untuk lebih kreatif lagi. Dengan kata lain dongeng bisa mengasah daya

fikir dan imajinasi anak.

Kedua, metode penyampaian pesan moral yang efektif. Mengintip

keberhasilan orang tua dalam menyampaikan pesan moral atau wejangan melalui

dongeng memang sudah menjadi sebuah alasan dongeng kembali digalakkan.

Dalam hal ini, nasihat atau pesan pesan moral yang disampaikan orang tua kepada

anaknya, akan lebih cepat diresapi dan diterima oleh pendengar (anak anak)

melalui dongeng. Kemasan cerita yang dipilih memang menjadi salah satu

penentu muatan moral yang disampaikan.

Ketiga, menumbuhkan minat baca. Anak usia pra-sekolah yang kerap kali

mendengarkan dongeng, akan terpancing untuk mencari dan membaca cerita

yang telah didengarnya tersebut ketika dia telah bisa membaca. Dari sini

diharapkan anak yang diawali dengan membaca dongeng tersebut akan terpancing

untuk membaca buku/tulisan yang lebih variatif seperti sains, sosial budaya,

(52)

Keempat, dongeng menjadi sebuah jembatan spiritual yang mengarah pada

kedekatan emosional antara pendongeng dan penyimaknya. Dalam hal ini orang

tua sebagai pendongeng akan mendapat nilai plus dari anaknya, sehingga

kedekatan emosional itu menjadi sebuah manfaat yang secara tidak langsung

diperoleh dari aktifitas mendongeng. Tak dapat dipungkiri penulis sebagai

contohnya merasakan begitu hangatnya seorang ibu waktu dulu menceritakan

dongeng, sehingga pada saat ini sosok ibu menjadi seorang yang angat

dirindukan.

Kelima, memicu daya kreatifitas dan memancing wawasan luas bagi orang

tua. Daya kreatifitas berfikir anak yang telah diberikan dongeng, bisa memicu dan

menimbulkan rasa keingin-tahuan yang begitu banyak. Maka orang tua senantiasa

dituntut untuk mencari jawaban atas semua pertanyaannya. Selain itu orang tua

juga akan diasah kreatifitasnya dalam penyampaian jawaban, karena baik

kosakata maupun kejadian yang berlangsung tidak bisa diterima/dimengerti oleh

anak pada beragam usianya. Sehingga orang tua akan mengalami perkembangan

wawasan dan kreatifitas yang drastis.

2.7 Pengertian Terjemahan

Pengertian terjemahan menurut Munday (2001:5)adalah peralihan bahasa

sumber ke dalam bahasa sasaran dalam bentuk teks tulis. “...as changing of an

original written text in the original verbal language into a written text in a

(53)

Translation is the replacement of textual material in one language (SL) by

equivalent textual material in another language (TL). (Catford, 1969:20)

“Terjemahan adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa (bahasa

sumber) dengan padanan materi tekstual dalam bahasa lain (bahasa sasaran)”.

Sementara Savory (1969:13) mengungkapkanTranslation is made possibly by an

equivalence of thought that lies behind its different verbal expressions. Nida dan

Taber (1969:12) mengatakan : “Terjemahan itu mungkin dibuat dengan kesamaan

ide yang ada dibalik ungkapan verbalnya yang berbeda”.Translation consists of

reproducing in the receptor language the closest natural equivalence of the

source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style.

Disisi lain Newmark, 1981:7) mengungkapkan “Terjemahan adalah menghasilkan

padanan natural yang paling dekat dari pesan bahasa sumber ke dalam bahasa

penerima, pertama dari segi makna dan kedua dari segi gaya. “Translation is a

craft consisting in the attempt to replace a written message and/or statement in

one language by the same message and/or statement in another language”.

“Terjemahan yaitu suatu keahlian yang meliputi usaha mengganti pesan atau

pernyataan tertulis dalam suatu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama

dalam bahasa lain”.

Roger T. Bell (1993:5), menyatakan bahwa translating the definition of

translation according to Dubois, states that,“Translation is the expression in

another language (or target language) of what has been expressed in another,

(54)

“terjemahan adalah ekspresi dari bahasa sumber dari apa yang diekspresikan dari

bahasa sasaran, dengan mempertahankan padanan semantik dan stilistiknya”. Di

sisi lain Venuti(1991:1) mengatakan: “I see translation as the attempt to produce

a text so transparent that it does not seem to be translated”. “Saya memahami

terjemahan sebagai sebuah usaha untuk menghasilkan suatu teks yang transparan

sehingga teks tersebut tidak kelihatan sebagai terjemahan”.

Berdasarkan definisi terjemahan diatas, terlihat adanya kesepakatan bahwa

penerjemahan adalah suatu pekerjaan yang menyangkut keterkaitan antara dua

bahasa atau lebih (multy-language) yang menekankan suatu kesamaan, yakni

ekuivalensi. Dalam penerjemahan, yang kemudian terjadi adalah transfer makna

dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, dengan keakuratan pesan, keterbacaan, dan

keberterimaan produk (Nababan:2010).

Sementara, Larsson (1984:3) mendefenisikan penerjemahan sebagai

pengalihan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran melalui tiga langkah

yakni: 1) mempelajari leksikon, struktur gramatikal,situasi komunikasi, dan

konteks budaya dari teks bahasa sumber; 2) menganalisa teks bahasa sumber

untuk menemukan maknanya; dan 3) mengungkapkan kembali makna yang sama

dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa

sasaran.

Pada sisi lain Bell (1991) memberikan satu tabel yang berisikan

(55)

penerjemah dalam menghasilkan satu terjemahan.Pada gambar 1 dapat dilihat

bahwa dalam proses penerjemahan, pertama sekali penerjemah dihadapkan pada

sebuah teks bahasa sumber. Selanjutnya,penerjemah melakukan analisis terhadap

aspek semantikyang diungkapkan melalui satuan-satuan lingual (kata,frasa,klausa

dan kalimat), untuk memahami makna yang terkandung dalam teks bahasa

sumber. Tahapan berikutnya melakukan proses sintesa. Analisis tersebut bertujuan

untuk mengungkapkan makna yang terkandung di dalamnya. Apabila penerjemah

sudah dapat memahami makna tersebut, dia kemudian mensintesakannya.

Selanjutnya, dia mengalihkannya ke dalam bahasa sasaran. Hasil pensintesaan itu

berupa teks bahasa sasaran.

Target Language Text Analysis

Synthesis Source

Language Text

Memory

Analysis

(56)

2.8 Kompleksitas Penerjemahan

Penerjemahan adalah suatu pekerjaan yang komplek dan bukan merupakan

sesuatu yang sederhana. Hal ini dikarenakan banyak hal yang memiliki

keterkaitan dengan penerjemahan antara lain budaya. Hal ini senada dengan

ucapan Hatim (2001:10), bahwa dalam proses penerjemahan tidak hanya

menyangkut kosa kata dan tata bahasa semata, melainkan juga melibatkan

unsur-unsur budaya. (A translation work is a multy-faceted activity; it is not a simple

matter of vocabulary and grammar only but that it can never be separated from

the culture).

Seorang penerjemah disamping memiliki kemahiran dalam bahasa sumber

dan bahasa sasaran, harus juga memiliki keluwesan, dan memiliki wawasan yang

luas mengenai berbagai displin ilmu dari bahasa sasaran. Hal ini menunjukkan

bahwa proses penerjemahan mengharuskan penerjemah memiliki profesionalisme

dalam kerja dan hal ini mutlak. Seorang yang profesional harus memiliki beberapa

kompetensi, yakni:

1) Kompetensi dalam dua bahasa (ideal bilingual competence)

2) Memiliki keahlian (expertise) dalam pengetahuan dasar genre teks serta

terampil menyimpulkan (inference), dan

3) Kompetensi dalam komunikasi (Bell, 1991:38-41)

Keahlian dan kompetensi yang dimiliki oleh seorang penerjemah

(57)

dan menerapkan teknik-teknik dan yang lainya dalam melakukan tugasnya dengan

baik dan benar.

2.9 Ekuivalensi dalam Penerjemahan

Bahasa sasaran adalah bahasa yang menjadi hasil dari suatu terjemahan,

hasil terjemahan idealnya merupakan hasil yang memiliki ekuivalensi dengan

kebahasa sasaran, dan memiliki kebaikan hasil terjemahan. Hasil terjemahan yang

baik harus memiliki keakuratan pesan dari bahasa sumber, memiliki keterbacaan

dan keberterimaan produk. Kebaikan ekuivalensi itu terletak pada tataran kata,

frasa, gramatikal, tekstual sampai pada tataran pragmatik. Mona Baker (1992:24)

menyatakan bahwa keseluruhan tataran tersebut digunakan dengan syarat bahwa

meskipun ekuivalensi dapat dipraktikkan, hal itu tetap dipengaruhi oleh berbagai

faktor linguistik dan budaya; karena itu sifatnya adalah relatif. “It is used here

with the proviso that although equivalance can usually be obtained to some

extent, it is influenced by a variety of linguistic and cultural factors and is

therefore always relative”.

Sementara itu Mary Snell dan Hornby (1998:86). tidak menggunakan

istilah ekuivalen melainkan istilah paralel teks. Hasil terjemahan diperoleh dari

teks lain; teks paralel, yang merupakan hasil dari dua teks independen dari sisi

linguistik dan berasal dari situasi yang sangat identik. “A translation is always

derived from another text. Parallel texts are two linguistically independent

product arising from identical situation”. Ekuivalen dan paralel merupakan

(58)

menyampaikan pesan yang dikandung oleh bahasa sumber dapat sampai kepada

pembaca melalui bahasa sasaran.

Ketidak-akuratan dalam penerjemahan ditandai oleh ketidak-ekuivalenan

atau ketidak-paralelan antara bahasa sumber dengan bahasa sasaran, yang

akhirnya hasil tersebut adalah produk terjemahan yang tidak baik sebab baik

bahasa sumber maupun bahasa sasaran tidak mengandung ide yang sama. Hal ini

senada dengan apa yang dikatakan oleh Halliday (2001:16) “That translation

equivalance is define in ideational terms; if a text doesnot match its source text

idetionally, it does not quality as a translation, so the question whether it is a

good translation does not arise”.

2.10 Teknik Penerjemahan

Di dalam Collins English Dictionary, technique is a practical method,

skill, or art applied to a particular task. (Teknik adalah suatu metode, keahlian

atau seni praktis yang tugas diterapkan pada suatu tugas tertentu). Ada dua hal

yang penting pada definisi tersebut yakni: 1) teknik sebagai hal yang bersifat

praktis dan 2) teknik di berlakukan terhadap tugas tertentu; dan dalam hal ini

tugas penerjemahan yang secara langsung berkaitan dengan masalah

penerjemahan dan pemecahannya. ( Machali, 2000:77)

Sementara itu Molina Albir (2002:509) mendefinisikan teknik

penerjemahan sebagai prosedur untuk menganalisa dan mengklarifikasikan

(59)

berbagai satuan lingual. Berikut ini akan dikemukakan teknik penerjemahan

menurut Molina dan Albir

2.10.1 Adaptasi

Teknik ini dikenal dengan teknik adaptasi budaya. Teknik ini dilakukan

dengan mengganti unsur-unsur budaya yang ada BSu dengan unsur budaya yang

mirip dan ada pada BSa. Hal tersebut bisa dilakukan karena unsur budaya dalam

BSu tidak ditemukan dalam BSa, ataupun unsur budaya pada BSa tersebut lebih

akrab bagi pembaca sasaran. Teknik ini sama dengan teknik padanan

budaya,contoh: frasa as white as snow dapat dipadankan dengan seputih kapas,

karena kapas dikenal baik di Indonesia, tidak demikian halnya dengan salju,

karena salju tidak dikenal dalam bahasa sasaran.

2.10.2 Amplifikasi

Teknik penerjemahan dengan mengeksplisitkan atau memparafrase suatu

informasi yang implisit dalam BSu. Teknik ini sama dengan eksplisitasi,

penambahan, parafrasa eksklifatif. Catatan kaki merupakan bagian dari

amplifikasi. Teknik reduksi adalah kebalikan dari teknik ini, contoh: Idul Fitri

dapat diparafrasekan menjadi hari raya umat Islam.

2.10.3 Peminjaman

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan meminjam kata atau

(60)

dengan penyesuaian pada ejaan ataupun pelafalan. Kamus resmi pada BSa

menjadi tolok ukur apakah kata atau ungkapan tersebut merupakan suatu

pinjaman atau bukan, contoh dari pure borrowing adalah Mixer yang

diterjemahkan menjadi Mixer, sedangkan contoh naturalized borrowing adalah

mixer yang diterjemahkan menjadi Mikser.

2.10.4 Kalke

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menerjemahkan frasa atau

kata BSu secara literal. Teknik ini serupa dengan teknik penerimaan

(acceptation), contoh: Directorate General diterjemahkan menjadi Direktorat

Jendral.

2.10.5 Kompensasi

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menyampaikan pesan pada

bagian lain dari teks terjemahan. Hal ini dilakukan karena pengaruh stilistik

(gaya) pada BSu tidak bisa di terapkan pada BSa. Teknik ini sama dengan teknik

konsepsi, contoh: A pair of scissors diterjemahkan menjadi sebuah gunting.

2.10.6 Deskripsi

Teknik penerjemahan yang diterapkan dengan menggantikan sebuah

istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk dan fungsinya, contoh: Capati

diterjemahkan menjadi roti panggang yang merupakanmakanan utama pengganti

(61)

2.10.7 Kreasi Diskursif

Teknik penerjemahan dengan penggunaan padanan yang keluar konteks.

Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian calon pembaca. Teknik ini lazim

diterapkan dalam menerjemahkan judul buku atau judul film. Teknik ini serupa

dengan teknik proposal, contoh: The Godfather diterjemahkan menjadi Sang

Godfather.

2.10.8 Padanan Lazim

Teknik dengan penggunaan istilah atau ungkapan yang sudah lazim baik

berdasarkan kamus atau penggunaan sehari-hari. Teknik ini mirip dengan

penerjemahan harfiah, contoh: Snack lebih dikenal daripada kudapan, handphone

lebih dikenal daripada telepon genggam.

2.10.9 Generalisasi

Teknik ini menggunakan istilah yang lebih umum pada BSa untuk BSu

yang lebih spesifik. Hal tersebut dilakukan karena BSa tidak memiliki padanan

yang spesifik. Teknik ini serupa dengan teknik penerimaan (acceptation), contoh:

Penthouse, Mansion diterjemahkan menjadi tempat tinggal.

2.10.10 Amplifikasi Linguistik

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menambahkan unsur-unsur

(62)

konsekutif dan sulih suara, contoh: no way diterjemahkan menjadi De ninguna de

las maneras dalam bahasa Spanyol.

2.10.11 Kompresi Linguistik

Teknik yang dilakukan dengan mensintesa unsur-unsur linguistik pada

BSa. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi linguistik. Teknik

ini lazim digunakan pada pengalihbahasaan simultan dan penerjemahan teks film.

Contoh: Yes so what? Diterjemahkan menjadi Y? Dalam bahasa spanyol

2.10.12 Penerjemahan Harfiah

Teknik yang dilakukan dengan cara menerjemahkan kata demi kata dan

penerjemah tidak mengaitkan dengan konteks, contoh: killing two birds with one

stone diterjemahkan menjadi membunuh dua burung dengan satu batu.

2.10.13 Modulasi

Teknik penerjemahan yang diterapkan dengan mengubah sudut pandang,

fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan BSu. Perubahan sudut

pandang tersebut dapat bersifat leksikal atau struktural, contoh:Nobody doesn’t

like it diterjemahkan menjadi semua orang menyukainya.

2.10.14 Partikularisasi

Teknik penerjemahan dimana penerjemah menggunakan istilah yang lebih

(63)

merupakan kebalikan dari teknik generalisasi, contoh:air transportation

diterjemahkan menjadi pesawat.

2.10.15 Reduksi

Teknik yang diterapkan dengan penghilangan secara parsial, karena

penghilangan tersebut dianggap tidak menimbulkan distorsi makna. Dengan kata

lain, mengimplisitkan informasi yang eksplisit. Teknik ini kebalikan dari teknik

amplifikasi, contoh: SBY the president of republic of Indonesia diterjemahkan

menjadi SBY.

2.10.16 Subsitusi

Teknik ini dilakukan dengan mengubah unsur-unsur linguistik dan

paralinguistik (intonasi atau isyarat), contoh: Bahasa isyarat dalam bahasa Arab,

yaitu dengan menaruh tangan di dada diterjemahkan menjadi Terima kasih.

2.10.17 Transposisi

Teknik penerjemahan dimana penerjemah melakukan perubahan kategori

gramatikal. Teknik ini sama dengan teknik pergeseran kategori, struktur dan unit.

Seperti kata menjadi frasa, contoh: adept diterjemahkan menjadi sangat terampil.

2.10.18 Variasi

Teknik dengan mengganti elemen linguistik atau paralinguistik (intonasi,

(64)

bahasa, dialek sosial, dialek geografis. Teknik ini lazim diterapkan dalam

menerjemahkan naskah drama.

2.11 Metode Penerjemahan

Molina dan Albir (2002:507-508) menyatakan bahwa,“Translation method

refers to the way of a particular translation process that is carried out in terms of

the translator’s objective, i’e., a global option that affects the whole texts”. Dari

referensi tersebut kita menyimpulkan bahwa metode penerjemahan lebih kepada

sebuah cara yang digunakan oleh penerjemah dalam proses penerjemahan sesuai

dengan tujuannya, sehingga metode penerjemahan sangat mempengaruhi hasil

terjemahan. Artinya hasil terjemahan teks sangat ditentukan oleh metode

penerjemahan yang dipakai oleh penerjemah itu sendiri karena maksud, tujuan

dan kehendak penerjemah akan mempengaruhi hasil terjemahan teks secara

keseluruhan.

Hal lain yang menjadi pertimbangan dalam penerjemahan adalah dua

model penekanan yang bersifat teknis dari dua sisi, yakni penekanan pada bahasa

sumber (source Language Emphasis) dan penekanan pada bahasa sasaran (Target

Language Emphasis).

SL Emphasis TL Emphasis

. Word-for-word translation Adaptation

. Literal translation Free translation

. Faithful translation Idiomatic translation

. .Semantic translation Communicative translation

Gambar

Gambar 2.1. Proses Penerjemahan menurut Bell (1991:21)
Tabel 4.1 :Jenis dan Jumlah Penggunaan Teknik Penerjemahan pada Heidi’s
Tabel 4.3 : Jenis dan Jumlah PenggunaanTeknik Penerjemahan pada Little
Tabel 4.4 : Jenis dan Jumlah PenggunaanTeknik Penerjemahan pada Guri’s
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ditambahkan oleh Ibnu Hazm, bahwa apabila tidak dilakukan wasiat oleh pewaris kepada kerabat yang tidak mendapatkan harta pusaka, maka hakim harus bertindak

bahwa untuk mendorong terpenuhinya hak-hak masyarakat yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia telah

Pada tahap ini operator harus input data yang diperoleh saat melakukan. inspeksi FO sesuai dengan jumlah sampling yang

Kami akan melakukan hal yang sama tetapi dengan olahraga yang berbeda yaitu bola basket dan data diambil dari rentang tahun yang lebih panjang yaitu 1985 – 2018 sehingga

lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat (LPKSM) yang memenuhi syarat yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan

FM 2.4, 3.3, 4.3 Melakukan berbagai gerakan terkoordinasi secara terkontrol,seimbang dan lincah Anak mampu mengkoordinasikan tangan dan mata melalui kegiatan melipat KOG

Adanya praktik poligami suami yang istrinya menjadi tenaga kerja Indonesia di Desa Bulubrangsi Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan, jika dipandang dalam hukum Islam tidak

 Persilangan sapi $ertanduk hetero%igot dengan Persilangan sapi $ertanduk hetero%igot dengan sapi tidak $ertanduk hetero%igot& dihasilkan ' sapi tidak $ertanduk