UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, SOLVABILITAS DAN
DIVIDEN PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN
PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH :
NAMA : JUBAIDI
NIM : 040522033
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “ Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas dan Deviden Per Share Terhadap Harga Saham Emiten Perbankan Di Bursa Efek Indonesia. Profitabilitas diwakili oleh ROA dan rasio-rasio keuangan lainnya seperti ROE, DER dan lain-lain. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dan menguji pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas dan Deviden Per Share terhadap harga saham emiten perbankan di bursa efek Indonesia.
Yang menjadi objek penelitian ini adalah populasi bank umum secara random di Indonesia. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2008.
Hasil nya adalah terdapat pengaruh secara simultan yang signifikan antara tingkat Profitabilitas, Solvabilitas dan Deviden Per Share terhadap harga saham, dan yang memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadapa harga saham adalah Earning Per Share (X3).
ABSTRACT
This minithesis tittled is “ The Influences Of Profitability, Solvability and Dividen Per Share Toward The Price Of Banking Emitten Stock In Indonesian Market Share”. The Profitability representatived by ROA and the other financial ratios like ROE, DER and etc. The purpose of this research is to see and test the influence of Profitabity, Solvability and Deviden Per Share toward The Price Of Banking Emitten Stock in Indonesian Market Share.
The object of this research is the population of common bank on random scale in Indonesia. The datas that used in this research are the data from 2003 until 2008.
The result of this research is any simultan influence that significant between the level of Profitability, Solvability and Deviden Per Share toward The Price Of Stock, and that have significant influence in partial manner toward the price of stock is Earning Per Share.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr Wb.
Alhamdulillah, wasyukurillah segala puji kehadirat Allah SWT pemilik
semesta alam yang telah memberikan saya rahmat kesehatan dan waktu untuk dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Rasio Profitabilitas, Solvabilitas dan Deviden Per Share Terhadap Harga Saham Emiten Perbankan Di Bursa Efek Indonesia”.
Dengan selesai nya skripsi ini penulis berharap kelak, skripsi ini dapat
memberikan tambahan wawasan serta pengetahuan sekaligus memberikan motivasi
untuk melakukan penelitian lanjutan yang tentunya lebih baik lagi. Selain itu
penelitian dan skripsi ini penulis lakukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
sarjana ekonomi pada Universitas Sumatera Utara.
Sejak awal penulisan skripsi ini hingga terselesaikan nya penulisan skripsi ini
penulis telah mendapatkan bantuan, dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak,
untuk itu penulis dalam kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si selaku Ketua Departemen Akuntansi
3. Bapak Iskandar Muda, SE, MSi, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, masukan serta arahan selama penulis melakukan
penelitian hingga selesai nya skripsi ini.
4. Bapak Abikusno Dharsuky, MM, selaku dosen wali yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis selama penulis mengikuti perkuliahan serta seluruh
dosen, staf serta pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Kepada Kedua Orang Tua saya dan seluruh anggota keluarga, abang dan
kakak tercinta, yang telah memberikan dukungan dan motivasi yang besar
kepada saya hingga saat ini.
6. Kepada seluruh teman-teman penulis, khusus nya teman-teman yang berada di
bagian Akuntansi Biro Rektor Universitas Sumatera Utara, yang telah
memberikan dukungan dan waktu untuk berbagi buat penulis.
Terakhir penulis menyadari bahwa masih terdapat berbagai kekurangan di
dalam skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran dalam
penyempurnaan skripsi ini. semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalam.
Medan, Maret 2010
Penulis
J u b a i d i
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Abstract ... ii
Kata Pengantar... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... vii
Daftar Gambar ... viii
Daftar Lampiran ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Tinjauan Teoritis ... 11
1. Penilaian Harga Saham ... 11
2. Analisa Fundamental ... 12
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham ... 14
4. Rasio Keuangan ... 15
B. Tinjauan Penelitiian Terdahulu ... 18
C. Kerangka Konseptual Dan Hipotesis ... 20
2. Hipotesis ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. Rancangan Penelitian ... 26
B. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 26
C. Variabel Penelitian ... 27
D. Lokasi Dan Jadwal Penelitian ... 29
E. Prosedur Pengambilan Data ... 29
F. Metode Analis Data ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN ... 34
A. Hasil Penelitian ... 34
1. Deskripsi Data Penelitian ... 34
2. Uji Asumsi Klasik ... 36
2.1. Uji Normalitas ... 36
2.2. Uji Multikolinieritas ... 38
2.3. Uji Auto Korelasi ... 39
2.4. Uji Heteroskedastisitas ... 40
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 4
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
A. Kesimpulan ... 46
B. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 48
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 18
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 29
Tabel 4.1 Deskriptik Statistik ... 34
Tabel 4.2 Uji Multikoliniearitas ... 38
Tabel 4.3 Uji Auto Korelasi ... 39
Tabel 4.4 Pengujian Goodness Of Fit ... 41
Tabel 4.5 Uji F ... 42
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 24
Gambar 4.1 Uji Normalitas Data Dengan Histogram ... 36
Gambar 4.2 Gambar Normal P-P Plot ... 37
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1 Harga Saham Closing Price ... 50
Lampiran 2 Return On Asset ... 51
Lampiran 3 Return On Equity ... 52
Lampiran 4 Equity Per Share ... 53
Lampiran 5 Capital Adequecy Ratio ... 54
Lampiran 6 Devideb Per Share ... 55
Lampiran 7.a Hasil Regresi Berganda Sebelum Transformasi ... 56
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “ Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas dan Deviden Per Share Terhadap Harga Saham Emiten Perbankan Di Bursa Efek Indonesia. Profitabilitas diwakili oleh ROA dan rasio-rasio keuangan lainnya seperti ROE, DER dan lain-lain. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dan menguji pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas dan Deviden Per Share terhadap harga saham emiten perbankan di bursa efek Indonesia.
Yang menjadi objek penelitian ini adalah populasi bank umum secara random di Indonesia. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2008.
Hasil nya adalah terdapat pengaruh secara simultan yang signifikan antara tingkat Profitabilitas, Solvabilitas dan Deviden Per Share terhadap harga saham, dan yang memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadapa harga saham adalah Earning Per Share (X3).
ABSTRACT
This minithesis tittled is “ The Influences Of Profitability, Solvability and Dividen Per Share Toward The Price Of Banking Emitten Stock In Indonesian Market Share”. The Profitability representatived by ROA and the other financial ratios like ROE, DER and etc. The purpose of this research is to see and test the influence of Profitabity, Solvability and Deviden Per Share toward The Price Of Banking Emitten Stock in Indonesian Market Share.
The object of this research is the population of common bank on random scale in Indonesia. The datas that used in this research are the data from 2003 until 2008.
The result of this research is any simultan influence that significant between the level of Profitability, Solvability and Deviden Per Share toward The Price Of Stock, and that have significant influence in partial manner toward the price of stock is Earning Per Share.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Investasi merupakan hal yang penting terutama bagi pihak yang
membutuhkan dana dan pihak yang memiliki kelebihan dana (funding). Pihak yang
memiliki kelebihan dana dan tertarik untuk menanamkan dananya disebut dengan
investor. Seorang investor perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai bagaimana
kinerja keuangan emiten dalam keputusan investasinya. Untuk itu, investor
membutuhkan banyak informasi baik informasi mengenai perusahaan itu sendiri
maupun informasi umum lainnya. Informasi utama yang dibutuhkan adalah informasi
akuntansi yang diperlukan untuk menilai risiko yang melekat dalam investasi maupun
untuk memperkirakan tingkat pengembalian yang akan diperoleh dari investasi
tersebut. Investor dapat menilai kinerja keuangan emiten dengan cara menganalisis
informasi akuntansi emiten yang terdapat dalam laporan keuangan emiten, yang
merupakan produk akhir dari siklus akuntansi.
Kinerja keuangan emiten dapat dinilai oleh investor dengan melakukan
analisis terhadap laporan keuangan emiten. Alat analisis yang sering dipakai adalah
analisis rasio dengan berbagai sudut penialaian diantaranya dari aspek likuiditas,
rentabilitas solvabilitas dan imbal bagi terhadap komposisi saham yang dimilikinya.
Lembaga perbankan merupakan industri khusus dalam penilaian kinerjanya
menggunakan kriteria tersendiri dalam pengukuran dan penilaian kinerjanya.
dengan perubahan harga saham adalah Return On Assets (ROA), Return On Equity
(ROE), dan Earning Per Share (EPS) dan Dividend per Shared (DPS).
Kemajuan perekonomian suatu negara salah satunya dapat direfleksikan oleh
aktivitas pasar modal yang ada di negara tersebut. Hal ini didasarkan pada fungsi
pasar modal sebagai prasarana transaksi modal yang dapat mempengaruhi
pembangunan ekonomi suatu negara. Sebagai pasar yang sedang berkembang
(emerging market), pergerakan harga ekuitas di pasar modal Indonesia berfluktuasi
relatif tinggi.
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain informasi luar
perusahaan (eksternal), serta informasi dalam perusahaan (internal), termasuk
didalamnya adalah pengumuman pembagian dividen. Pengumuman pembagian
dividen merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi investor
untuk berinvestasi. Hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa harga saham
bereaksi terhadap pengumuman dividen dilihat dari besarnya dividen yang dibagikan
pernah diteliti oleh Sularso (2003).
Pembagian dividen kepada pemegang saham menyebabkan posisi kas suatu
perusahaan semakin berkurang, semakin besar nilai dividen yang dibagikan
perusahaan kepada pemegang saham maka semakin kecil posisi kas pada perusahaan
tersebut. Hal ini juga mengakibatkan leverage (rasio antara hutang terhadap ekuitas)
akan semakin besar. Menurut Sularso (2003), “dampak yang ditimbulkan oleh
kebijakan dividen adalah bahwa kebijakan tersebut secara langsung akan berpengaruh
meningkat sesuai dengan proporsi dividen yang akan dibagikan. Meningkatnya nilai
leverage maka penilaian terhadap perusahaan menjadi buruk yang selanjutnya akan
mempengaruhi harga saham di pasar. Laverage yang semakin besar akan
memperbesar perubahan arus laba bersih perusahaan. Laverage akan menimbulkan
beban bunga utang, jumlah bunga pinjaman yang dibayar mempengaruhi hubungan
antara return atas jumlah aktiva setelah pajak dengan return atas modal sendiri.
Dampak lain yang timbul adalah para pelaku pasar akan berpikir negatif
terhadap perusahaan. Pembagian dividen tunai kepada pemegang saham akan
menyebabkan harga saham jatuh pada waktu ex-dividend date”. Jagannathan and
Frank (1998) secara rinci menjelaskan bahwa “suatu efek dari kekuatan ex-dividend
date di Hongkong tidak disebabkan oleh pembebanan pajak yang berbeda pada
dividen dan capital gains”.
Simultinitas kebijakan dividen dan struktur modal dapat dicermati dari
karakteristik perusahaan. Karakteristik perusahaan berpengaruh terhadap simultinitas
kebijakan dividen dan struktur modal yang berbeda pula. Hasil penelitian yang
mendukung simultinitas kebijakan dividen dan struktur modal diteliti oleh Noronha et
al. (1996) dalam Lani dn Admaja (2006) mengatakan bahwa “kebijakan dividen dan
struktur modal dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan, dalam hal tingkat
pertumbuhan (growth) dan diversitas kepemilikan (blockholder)”.
Pasar modal indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini
terbukti dalam laporan kinerja sepanjang 2004, Bursa Efek Jakarta menujukkan
Desember 2004 ditutup pada posisi 1004,43 poin, meningkat 44,93 persen
dibandingkan 29 Desember 2004 yang berada di posisi 693,033. Bila dibandingkan
dengan beberapa negara tetangga, kenaikan ini merupakan yang tertinggi. Indeks
harga saham gabungan di Bursa Efek Jakarta selama tahun ini menampilkan prestasi
sangat baik. indeks saham telah mencatat kenaikan 52,69 persen dari level 1.162,635
pada 02 Januari menjadi 1.775,285 pada 8 Desember 2006. Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ) mencatat kinerja pertumbuhan tertinggi
nomer tiga sedunia, di bawah China dan Rusia. Sedangkan nilai tukar rupiah
sepanjang tahun ini menguat sebesar 7,83 persen, dari posisi 9.835 menjadi 9.065 per
dolar Amerika Serikat. Kinerja Bursa Efek Jakarta sepanjang 2007 ini meraih
prestasi terbaik nomor dua di kawasan Asia Pasifik. Indonesia bisa dikatakan terbaik
kedua di dunia setelah Bursa Efek Shanghai. Selain kenaikan Indeks Harga Saham
Gabungan BEJ hingga mencapai 52,08 persen, kinerja juga didukung oleh
pertumbuhan transaksi harian, kapitalisasi pasar, dan jumlah emisi hingga tiga kali
lipat.Bursa Efek Jakarta mengalami tekanan yang cukup berat pada tahun 2008.
Indeks Harga saham Gabungan yang sempat menyentuh rekor 2800 sempat anjlok ke
level 2271. Bursa saham Amerika yang jatuh disebut sebagai lanjutan dari krisis
subprime yang menjalar ke sektor keuangan. Pasar saham finansial AS ambruk dipicu
oeh jatuhnya raksasa keuangan AS Bear Stearns serta harga minyak dunia yang
sempat mencapai rekor $138 per barel, disertai kekhawatiran Amerika akan resesi.
Kenaikan harga minyak dunia berpengaruh terhadap industri perbankan
dimana kenaikan tersebut bisa berdampak pada kenaikan harga bahan bangunan.
Kondisi tersebut akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Kredit konstruksi
diperkirakan mencapai 38 triliun rupiah atau hanya 20% dari total kredit dan porsi
kredit ke sektor real estate dengan harga rumah diatas 250 miliar rupiah diatas 15 %.
Kontribusi KPR (Kredit Pemilikan Rumah) terhadap kapitalisasi di sektor perumahan
diperkirakan tetap stabil dikisaran 66% (Vibiznews).
Fluktuasi harga saham yang terjadi sangat berperan didalam pasar modal.
Penanaman modal dalam bentuk saham merupakan suatu jenis investasi yang
mengandung risiko relatif tinggi, maka diperlukan analisis yang akurat untuk
mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya fluktuasi harga saham
yang akan dibeli.
Setiap investor yang melakukan investasi di pasar modal mengharapkan
keuntungan dari dana yang ditanamkan. Ada investor yang mempunyai tujuan untuk
memperoleh deviden dan ada pula yang mengharapkan mendapatkan capital gain
yaitu selisih antara harga investasi sekarang dengan harga periode yang lalu.
Kekuatan analisis ini akan memberikan informasi kepada investor tentang waktu
yang tepat membeli saham tertentu dan kapan menjual saham atau keluar dari pasar.
Untuk dapat menginterpretasikan informasi akuntansi yang relevan dengan
tujuan dan kepentingan pemakainya telah dikembangkan seperangkat teknik analisis
yang didasarkan pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Salah satu teknik
menggunakan rasio keuangan. Menurut Helfert (1991) “Rasio keuangan merupakan
instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan
indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi
keuangan atau prestasi operasi perusahaan dimasa lalu dan membantu
menggambarkan trend pola perubahan tersebut”. Makna dan kegunaan rasio
keuangan dalam praktek bisnis pada kenyataannya bersifat subjektif artinya
tergantung kepada untuk apa suatu analisis dilakukan dan dalam konteks apa analisis
tersebut diaplikasikan.
Seperangkat laporan keuangan utama dalam bentuk neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan modal, dan laporan arus kas belum dapat memberi manfaat
maksimal bagi pemakai sebelum pemakai menganalisis laporan keuangan tersebut
lebih lanjut dalam bentuk analisis rasio keuangan (Penman dan Tuasikal (2000)
dalam Suchitra (2006)). Selanjutnya Horrigan (1965) dalam Suchitra (2006)
menyatakan bahwa rasio keuangan berguna untuk memprediksi kesulitan keuangan
perusahaan. Rasio Keuangan memungkinkan investor menilai kondisi keuangan dan
hasil operasi perusahaan saat ini dan masa lalu serta sebagai pedoman bagi investor
untuk menilai kinerja masa lalu dan masa mendatang.
Ditinjau dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk
menilai prospek perusahaan dimasa datang adalah dengan melihat sejauh mana
pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan
untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan investor disuatu
investor. Untuk itu biasanya dua rasio profitabilitas utama yaitu Return On Equity
(ROE) yang menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
laba yang bisa diperoleh pemegang saham. Semakin tinggi nilai ROE
menggambarkan semakin tinggi kemampuan modal sendiri menghasilkan laba untuk
pemegang saham. Return On Assets (ROA) menggambarkan sejauh mana
kemampuan aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan bisa menghasilkan laba. Debt To
Equity (DER) digunakan sebagai salah satu ukuran dari rasio keuangan yang
mencerminkan faktor risiko yang dihadapi oleh investor. Semakin besar DER akan
mengakibatkan risiko financial perusahaan menjadi semakin tinggi.
Investor juga perlu mempertimbangkan risiko dari saham yang akan dibeli.
Ada 2 jenis risiko yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko tidak
sistematis dapat dihilangkan melalui diversifikasi, risiko ini merupakan probabilitas
keuntungan berada di bawah keuntungan yang diharapkan yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang hanya ada pada suatu perusahaan misalnya pemogokan buruh,
perubahan manajemen, inovasi, kebakaran, dan seterusnya. Risiko sistematis tidak
dapat dihilangkan melalui diversifikasi dan menjadi perhatian investor karena
disebabkan faktor yang menimpa seluruh ekonomi atau pasar. Risiko sistematis ini
merupakan probabilitas bahwa keuntungan perusahaan berada dibawah keuntungan
yang diharapkan karena adanya faktor-faktor yang membawa dampak bagi seluruh
perusahaan yang berada dalam suatu perekonomian misalnya peraturan pemerintah,
Dividen adalah laba yang diberikan emiten kepada para pemegang saham. Dari laba
bersih perusahaan, sebagian dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk
dividen, sebagian lagi disisihkan menjadi laba ditahan (retained earning). Laba
ditahan merupakan salah satu sumber dana yang terpenting untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan. Namun, dividen membentuk arus uang yang semakin
banyak mengalir ke tangan para pemegang saham. Para pemegang saham tentu
berharap mendapatkan dividen dalam jumlah besar. Untuk itu, perusahaan harus
dapat mengalokasikan laba bersihnya dengan bijaksana.
Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap harga saham ditunjukkan
oleh besar – kecilnya jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko yang
dibiayai dengan modal sendiri maupun dengan dana – dana dari sumber lain diluar
bank (investor) berpengaruh positif terhadap harga saham. Selain itu Barlev, et al
(1990) dan Kurniawan (2002) menemukan bahwa Non Performing Loan, Return on
Equity dan Loan to Deposite Ratio pada industri perbankan berpengaruh terhadap
naik turunnya nilai buku (book value) maupun nilai pasar (market value) saham
hingga pada akhirnya berpengaruh pada nilai PER suatu bank.
Perusahaan yang bisa memberikan dividen yang besar, harga sahamnya juga
akan meningkat. Sebaliknya perusahaan yang terus menerus tidak membagikan
dividen, harga sahamnya juga akan menurun. Jika laba bersih perusahaan meningkat,
maka harga saham juga akan naik. EPS merupakan salah satu indikator yang dapat
menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh
Sasongko dan Wulandari (2006) meneliti pengaruh EVA dan rasio-rasio
profitabilitas terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta
untuk periode 2001 – 2002, menyimpulkan bahwa secara parsial dengan uji t
menunjukkan variabel EPS berpengaruh terhadap harga saham sedangkan variabel
lain yang diteliti seperti ROA, ROE, ROS, BEP, dan EVA tidak berpengaruh dan
tidak dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan.
Mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya
investor juga dapat menggunakan informasi akuntansi. Penilaian atas mampu atau
tidak mampu emiten melunasi kewajiban yang jatuh tempo dapat dinilai dari aspek
solvabilitas. Kemampuan tersebut merupakan penilaian aspek leverage perusahaan.
Industri perbankan dalam penilaian leverage tersebut dapat menggunakan nilai Debt
to Equity Ratio yang dianggap sebagai proksi leverage.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk
membuat penelitian dengan judul “Pengaruh Rasio Profitabilitas (Return On Assets
(ROA), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS), Rasio Solvabilitas dan Dividen per Share terhadap Harga Saham Emiten Perbankan di Bursa Efek Indonesia”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas penulis merumuskan
masalah sebagai berikut : ”Apakah tingkat profitabilitas, solvabilitas dan DPS
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui rasio profitabilitas, solvabilitas dan DPS secara simultan
dan parsial berpengaruh terhadap harga saham emiten perbankan di Bursa Efek
Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang
pengaruh faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham perusahaan
perbankan serta memberikan kontribusi ilmiah dan tambahan bukti empiris dalam
bidang akuntansi keuangan terutama yang berkaitan dengan pengaruh faktor
fundamental terhadap harga saham.
2. Bagi calon investor, penelitian diharapkan dapat memahami pengaruh faktor
fundamental tersebut terhadap harga saham perbankan.
3. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis
1. Penilaian Harga Saham
Sebelumnya melakukan investasi, para investor menilai terlebih dahulu
saham-saham yang akan dipilih dan selanjutnya menentukan apakah saham tersebut
akan memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang diharapkan.
Menurut Darmadji (2006:189), penilaian terhadap surat berharga dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Analisis fundamental, merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industry perusahaan, termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan, seperti pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, return on equity, profit margin untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.
2. Analisis teknikal, salah satu metode yang digunakan untuk menilai saham, di mana metode ini para analis menggunakan data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham, seperti harga saham dan volume transaksi.
Menurut Anoraga, Pakarti (2006:127), teknik analisis investasi yang paling
banyak dipakai adalah:
1. Analisis fundamental, analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan yang menyangkut data-data historis perusahaan. Karena umumnya harga saham sangat bergantung pada kinerja perusahaan yang bersangkutan.
2. Analisis teknikal, analisis yang menggunakan data-data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu dengan mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.
Analisis rasio keuangan, analisis yang didasarkan pada hubungan antar-pos
dalam laporan keuangan perusahaan yang akan mencerminkan keadaan keuangan
serta hasil dari operasional perusahaan.
2. Analisa Fundamental
Untuk melakukan investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis untuk
mengukur nilai saham yaitu analisi fundamental dan analisis teknikal. Tujuan analisis
fundamental adalah menentukan apakah nilai saham berada pada posisi undervalue
atau overvalue. Saham dikatakan undervalue bilamana harga saham di pasar saham
lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya,demikian juga sebaliknya.
Dapat dikatakan bahwa untuk memperkirakan harga saham dapat menggunakan
analisa fundamental yang menganalisa kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan
yang menerbitkan saham tersebut. Analisanya dapat meliputi trend penjualan dan
keuntungan perusahaan,kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di pasar,
hubungan kerja pihak perusahaan dengan karyawan,sumber bahan mentah,
peraturan-peraturan perusahaan dan beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai saham
perusahaan tersebut.
Analisis fundamental berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan tentang
efektifitas dan efisiensi perusahaan mencapai sasarannya. Untuk menganalisis kinerja
persuahaan dapat digunakan rasio keuangan yang terbagi dalam 4 kelompok yaitu
rasio likuiditas, aktivitas, hutang, dan profitabilitas. Dengan analisis tersebut, para
mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham
dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga
diperoleh taksiran harga saham. Umumnya faktor-faktor fundamental yang diteliti
adalah nilai intrinsik, nilai pasar, return on total asset (ROA), return on equity (ROE),
debt equity ratio (DER). Analisis teknikal menggunakan data pasar yang
dipublikasikan yaitu harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham
individual maupun gabungan untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran
saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Analisa fundamental berusaha
mengidentifikasi kinerja perusahaan melalui analisa terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhinya untuk dapat memprediksi harga saham di masa mendatang
(Husnan, 2003).
Penilaian saham terdapat beberapa model teoritis yang dapat digunakan terkait
dengan analisis fundamental dan teknikal. Namun secara sederhana variabilitas harga
saham tergantung pada earning dan deviden suatu perusahaan. Fraksi harga saham
adalah satuan perubahan dimana harga berubah menurut kelipatan yang ditetapkan.
Menurut Samsul (2006) terdapat tiga bentuk tawaran harga saham, yaitu :
1. Limit Price.
2. Market Price.
3. Discretionary Price.
Limit price adalah tawaran harga beli atau tawaran harga jual yang diminta
oleh investor yang dinyatakan secara tertulis dalam pesanan lewat telepon atau
perdagangan. Market price adalah harga yang sedang berlaku dipasar. Berapapun
harga yang berlaku dipasar order harus segera dieksekusi oleh broker efek sampai
jumlah unit yang dipesan habis. Discrettionary price adalah harga terbaik menurut
pandangan pihak broker. Investor menganggap broker efek lebih tahu soal harga
karena setiap detik memantau harga dipasar dan karena itu menyerahkan tawaran
harga kepada broker efek.
Harga pembukaan adalah harga yang terbentuk dalam periode
pra-pembukaan antara jam 09.10 WIB sampai 09.29.59 WIB, dimana para anggota bursa
memasukan pesanan jual dan pesanan beli untuk semua jenis saham sehingga
memungkinkan harga transaksi terbentuk 1 detik sebelum perdagangan resmi dimulai
pada jam 09.30 WIB. Harga yang terbentuk itu akan digunakan sebagai pedoman
untuk bertransaksi pada detik-detik berikutnya setelah jam perdagangan resmi
dimulai. Sementara itu, sisa pesanan jual atau beli akan berlanjut dalam proses
perdagangan berikutnya (Samsul, 2006).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Brigham
et.al, (1998) adalah proyeksi laba perlembar saham, saat diperoleh laba, tingkat risiko
dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan
pembagian dividen. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi pergerakan harga
saham adalah keandalan eksternal seperti kegiatan perekonomian pada umumnya,
disamping akan memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan akan
mengalami kerugian. Keuntungan dan kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh
kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham.
4. Rasio Keuangan
Menurut Foster (1986) dalam Annio (2006), informasi yang ada dalam suatu
laporan keuangan dibutuhkan oleh banyak pihak karena :
a Informasi laporan keuangan memiliki potensi untuk mengurangi
ketidakpastian
b Informasi laporan keuangan merupakan sumber informasi yang dapat
berkompetisi dengan sumber informasi lainnya.
Analis keuangan perlu melakukan pemeriksaan atas berbagai aspek kesehatan
keuangan perusahaan agar dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan
kinerjanya. Alat yang sering digunakan selama pemeriksaan adalah rasio keuangan,
sebagaimana yang disampaikan oleh pakar keuangan yang menyatakan “Tujuan
menghitung Rasio karena dengan cara ini bisa mendapatkan perbandingan yang
mungkin terbukti lebih berguna daripada angka-angka aslinya sendiri” (Van Horne
dan Machowicz(2005) dalam Annio (2005).
Penman (2000) dalam Annio (2006) mengemukakan bahwa laporan keuangan
dalam bentuk dasar seperti neraca,laporan laba rugi,dan laporan arus kas masih
tersebut mengolah lebih lanjut dalam bentuk analisa laporan keuangan seperti rasio
keuangan.
Manfaat sebenarnya dari setiap rasio keuangan ditentukan oleh tujuan spesifik
analisis. Rasio keuangan bukan merupakan kriteria yang mutlak (Helfert (1991)
dalam Annio (2005)). Kenyataannya analisa rasio keuangan hanya titik awal dalam
analisa rasio keuangan perusahaan. Analisa rasio keuangan tidak memberikan banyak
jawaban kecuali memberikan rambu-rambu tentang apa yang seharusnya diharapkan.
Weston dan Brigham (1998) dalam Annio (2006) selain mengakui rasio
keuangan dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan operasi
dan kondisi keuangan perusahaan juga mengakui adanya keterbatasan dari rasio
keuangan yang menuntut kehati-hatian dan pertimbangan. Berdasarkan uraian diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat keragaman pemaknaan mengenai urgensi
analisa rasio keuangan dalam praktek bisnis dan ekonomi.
Untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan, diperlukan ukuran ukuran
tertentu. Ukuran yang sering digunakan adalah rasio. Rasio diperoleh dengan
membandingkan satu pos atau elemen laporan keuangan dengan elemen yang lain
dalam laporan keuangan tersebut. Menurut Harahap (2001) pada dasarnya analisis
rasio bisa dikelompokkan kedalam lima kategori yaitu : 1) Rasio Likuiditas, 2) Rasio
Aktivitas, 3) Rasio Sovabilitas, 4) Rasio Pasar, 5) Rasio Profitabilitas. Kelima rasio
tersebut ingin melihat prospek dan resiko perusahaan pada investor terhadap
perusahaan pada masa-masa mendatang. Dari kelima ratio diatas akan dijelaskan
a. Rasio Likuiditas.
Rasio likuiditas mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan dengan
melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal
ini merupakan kewajiban perusahaan).
b. Rasio Aktivitas.
Rasio ini melihat pada beberapa aktiva kemudian menentukan beberapa
tingkat aktivitas aktiva aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang
rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana
kelebihan yang tertanam pada aktiva aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan
lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
c. Rasio Solvabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan
yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total assetnya. Rasio ini mengukur
likuiditas jangka panjang perusahan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi
kanan neraca. Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio) terhadap harga saham
menunjukkan rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank
yang mengandung resiko (kredit, surat berharga dan tagihan pada bank lain) yang ikut
dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber di luar
bank. Semakin tinggi rasio ini semakin baik dimata investor. Artinya dikemudian hari,
pihak kreditur akan mendapatkan pengembalian plus pendapatan bunga atas kegiatan
d. Rasio Pasar
Rasio pasar yaitu rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku.
Sudut pandang ratio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor atau calon investor,
meskipun pihak managemen juga berkepentingan terhadap rasio rasio ini. Ada
beberapa rasio yang bisa dihitung yaitu PER (Price Earning Ratio), deviden yield,
dan pembayaran deviden.
e. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan aspek fundamental perusahaan karena selain
memberikan daya tarik yang besar bagi perusahaan yang akan menanamkan dananya
pada perusahaan juga sebagai alat ukur terhadap efektivitas dan efisiensi penggunaan
semua sumber daya yang ada didalam proses operational perusahaan.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian yang terkait dengan penelitian sebelumnya terdapat pada Tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Njo
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Analisis fundamental berupaya mengidentifikasi prospek perusahaan melalui
analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham untuk
memperkirakan harga saham di masa yang akan datang. ROA digunakan untuk
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya, semakin besar ROA menunjukkan kinerja
yang semakin baik karena tingkat pengembalian semakin besar Investor cenderung
memilih saham yang memiliki risiko sistematis yang lebih rendah.
ROA merupakan rasio yang membandingkan laba bersih penjualan dengan
total aktiva (Sawir, 2005:33). ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan
didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat
pengembalian besar (Ang (1997) dalam Suchitra (2006). Investor cenderung memilih
saham dengan ROA yang tinggi.
ROE merupakan rasio yang membandingkan laba bersih dengan total ekuitas.
ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan didalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh
perusahaan. Semakin tinggi ROE mununjukkan semakin efisien perusahaan
menggunakan modal sendiri untuk hasilkan laba. Keterkaitan antara ROE dengan
harga saham dikemukakan oleh Higgins (1990:59) dalam Suchitra (2006)
menjelaskan bahwa adanya hubungan yang positif antara ROE dan harga saham
perusahaan yang dapat meningkatkan nilai buku saham perusahaan, jadi antara ROE
dengan harga saham mempunyai hubungan positif dimana ROE yang tinggi
cenderung harga saham juga akan tinggi. Investor cenderung memilih saham dengan
ROE yang tinggi.
Kadang-kadang pemilik juga menginginkan data mengenai keuntungan yang
merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor yang merupakan
angka dasar yang diperlukan dalam menentukan harga saham, Earning pershare atau
laba perlembar saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Laba yang digunakan sebagai
ukuran adalah laba bagi pemilik.
Earning Per Share =
Beredar Saham
Jumlah
Bersih Laba
Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio) terhadap harga saham menunjukkan
rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang
mengandung resiko (kredit, surat berharga dan tagihan pada bank lain) yang ikut
dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber di luar
bank. Semakin tinggi rasio ini semakin baik dimata investor. Artinya dikemudian hari,
pihak kreditur akan mendapatkan pengembalian plus pendapatan bunga atas kegiatan
tersebut. Semakin tinggi rasio ini semakin baik.
DER merupakan rasio yang membandingkan utang perusahaan dengan total
ekuitas. DER merupakan financial leverage yang dipertimbangkan sebagai variabel
keuangan karena secara teoritis menunjukkan risiko suatu perusahaan sehingga
berdampak pada ketidakpastian harga saham. DER yang tinggi mempunyai dampak
yang buruk terhadap kinerja perusahaan karena tingkat hutang yang semakin tinggi
berarti beban bunga akan semakin besar yang berarti mengurangi keuntungan,
menyebabkan tingkat kembalian yang semakin tinggi (Ang (1997) dalam Suchitra
(2006) investor cenderung memilih saham dengan DER yang rendah.
Dividend Per Share merupakan total semua dividen tunai yang dibagikan
dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar. Gallagher dan Andrew (2003:462)
mengartikan dividen yaitu ”dividends are the cash payments that corporations make
to their common stockholders.” Stice et al. (2004:902) menyatakan bahwa “dividen
adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional
sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.”
Dilihat dari bentuk dividen yang didistribusikan kepada pemegang saham, dividen
dapat dibedakan menjadi dividen tunai, dividen saham, dividen properti dan dividen
likuidasi.
Salah satu efek yang paling popular diperdagangkan di pasar modal adalah
saham. Menurut Tjiptono dan Fahkruddin (2001), yang dimaksud dengan saham
(stock) adalah “Surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seorang investor
didalam suatu perusahaan”. Artinya, jika seseorang membeli saham suatu perusahaan,
berarti dia telah menyertakan modal kedalam perusahaan tersebut sebanyak jumlah
saham yang dibeli. Dalam kegiatan perdagangan dibursa efek, saham yang
diperjual-belikan dipasar modal ini berbeda jenis tingkatannya, perbedaan ini tersusun
berdasarkan nilai jaminan yang diberikan oleh saham tersebut.
Suatu perusahaan didalam membiayai kegiatan operasional memerlukan
penerbitan saham biasa (common stock), saham istimewa (preferred stock), hutang
bank (banking liabilities) dan obligasi (bond).
Beberapa nilai yang berhubungan dengan saham menurut Jogianto 2003, 79
yaitu (1) nilai buku (book value), (2) nilai pasar (market value) dan (3) nilai intrinsik
(instrinsic value).
Berdasarkan hal tersebut maka kerangka konseptual yang dapat dibentuk
sebagai berikut :
Return On Assets (X1)
Return On Equity (X2)
Earning per Share (X3)
Capital Adequacy Ratio
(X4)
Dividend per Share (X5)
Harga Saham (Y)
2. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teoritis diatas, maka hipotesis yang diajukan dari
penelitian ini adalah tingkat profitabilitas, solvabilitas dan DPS berpengaruh terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan kausal untuk menganalisis
hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dan bagaimana suatu variabel
mempengaruhi variabel lainnya.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono (2004). Populasi pada objek
penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun
2003-2008. Jumlah populasi yang ada adalah 23 emiten perbankan.
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, yaitu
teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu dengan pertimbangan
(Jogiyanto, 2003 : 79). Adapun yang menjadi kriteria berupa pertimbangan dalam
pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEJ pada tahun 2003, 2004, 2005,
2006, 2007 dan 2008.
2. Perusahaan tersebut tidak didelisting pada tahun 2003, 2004, 2005, 2006,
3. Perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap tahun 2003,
2004, 2005, 2006, 2007 dan 2008.
C. Variabel Penelitian
1. Klasifikasi Variabel
a. Variabel Terikat (dependent variabel)
Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lainnya, dalam penelitian ini adalah harga saham.
a. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang mempengaruhi
variabel lainnya,yang dalam penelitian ini adalah ROA, ROE, EPS, CAR,
dan DPS.
2. Defenisi dan pengukuran variabel
Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Variabel independen (X)
1) Return On Assets (ROA/X1) menggambarkan efektivitas perusahaan
dalam memakai aset sesuai dengan kontrolnya untuk menciptakan
pendapatan. Dihitung sebagai berikut:
ROA= Laba bersih setelah pajak Total asset
2) Return On Equity (ROE/X2) adalah rasio yang mengukur persentase
tingkat pengembalian atas investasi aktual yang dilakukan oleh
ROE = Laba bersih setelah pajak Ekuitas pemegang saham
3) Variabel EPS (X3) mengukur Laba per lembar saham. EPS dihitung
dengan formula :
4) Variabel CAR (X4) mengukur rasio kecukupan modal. Dihitung dengan
rumus:
Dividend Per Share merupakan total semua dividen tunai yang
dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar. Formula
DPS sebagai berikut :
DPS =
b. Variabel Dependen (Y)
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada seluruh emiten Perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta yang diakses melalui situs www.idx.co.id. Waktu penelitian yang
direncanakan sebagai berikut :
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No Kegiatan Des Jan Feb
1 Pengajuan judul 2 Pencarian Data awal 3 Penyelesaian proposal 4 Seminar proposal 5 Penulisan laporan 6 Penyelesaian laporan
E. Prosedur Pengambilan Data
Data diperoleh dengan cara mendapatkan dari luar perusahaan, atau data
eksternal. Pengumpulan data dari pihak luar ini meliputi studi pustaka yaitu
melakukan pengumpulan data pendukung dari buku-buku, jurnal maupun literatur
dan penelitian pihak terdahulu.
F. Metode Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik ini digunakan untuk menganalisa data dengan cara menggambarkan
data yang sudah terkumpul namun bukan membuat kesimpulan yang bersifat
generalisasi.
a. Uji Normalitas
Uji ini untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berada dalam
distribusi data normal. Uji normalitas ditujukan untuk mendapatkan
kepastian terpenuhinya syarat normalitas yang akan menjamin dapat
dipertanggungjawabkannya langkah-langkah analisis statistik sehingga
kesimpulan yang diambil dapat dipertanggungjawabkannya. Untuk
melakukan uji ini, penulis mendasarkan pada Kolmogorov_Smirnov dan
menilai goodness of fit test terhadap model yang diuji. Apabila probabilitas
>0.05, maka distribusi data normal dan dapat dilakukan model regresi
berganda.
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ini ditemukan
korelasi antara variabel independen. Pengujian ini dapat dilihat dari nilai
VIF dan korelasi diantara variabel independen. Jika korelasi diantara
variabel independen. Jika korelasi diantara variabel independen >0.9 maka
terjadi gejala multikolinearitas.
Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel
independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini disebut
variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang
bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi
diantara sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna diantara
Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir. (2). Nilai standar error setiap
koefisien regresi menjadi tak terhingga. Pengujian ini bermaksud untuk
menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat
problem multikolinieritas. Ada dua cara yang dapat dilakukan jika terjadi
multikolinieritas, yaitu :
a. Mengeluarkan salah satu variabel, misalnya variabel independen A
dan B saling berkolerasi dengan kuat, maka bisa dipilih A atau B
yang dikeluarkan dari model regresi.
b. Menggunakan metode lanjut seperti Regresi Bayesian atau Regresi
Ridge.
Pengujian dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation
Factor) dari model penelitian, jika nilai VIF diatas 10 (Ghozali, 2003:99),
maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi gejala multikolinearitas dalam
model peneltian.
c. Uji Heterokedasitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidak
samaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji
heterokedasitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat grafik
plot antara variabel dependen yaitu zpred dengan residualnya sresid. Jika
varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap,
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2005 : 108).
d. Uji autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menganalisis apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan tingkat
kesalahan pada periode t-1 . Untuk mengetahui adanya autokorelasi
digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria menurut Ghozali (2003:158)
dengan cara melihat besaran Durbin-Watson sebagai berikut:
•Jika Angka D-W > dU, maka tidak ada autokorelasi
•Jika Angka D-W < dU, maka terjadi autokorelasi.
•Jika dL<D-W<dU, maka tidak dapat dideteksi apakah terjadi
Autokorelasi atau tidak
e. Pengujian Hipotesis
Hipotesis diuji dengan menggunakan t-test dan f-test.
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu risiko
sistematis ROA, ROE, EPS, CAR dan DPS terhadap variabel dependen
yaitu harga saham perusahaan perbankan secara parsial.
Ho : βi = 0
Artinya suatu variabel independen yang sedang diuji bukan merupakan
penjelas signifikan terhadap variabel dependen.
Artinya variabel independen tersebut merupakan penjelas signifikan
terhadap variabel dependen.
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu ROA,
ROE, EPS, CAR dan DPS terhadap variabel dependen yaitu harga saham
perusahaan perbankan secara simultan (bersama-sama).
H0 : β1=β2=β3=β4=β5=0
Artinya tidak semua variabel independen berpengaruh secara simultan.
H0 : β1≠β2≠β3≠β4≠β5≠0
Artinya semua variabel independen berpengaruh secara simultan. Pengujian
dalam penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda yaitu :
Adapun model persamaan regresi berganda sebagai berikut :
Y =
α
+
β
1X
1+
β
2X
2+
β
3X
3+
β
4X
4+
β
5X
5+e
dimana:
Y = Harga saham
X1 = ROA
X2 = ROE
X3 = EPS
X4 = CAR
X5 = DPS
α = Konstanta
e = kesalahan pengganggu
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Penelitian
Berdasarkan hasil pengolahan data yang terdapat pada Lampiran 7a (tujuh a)
dimana hasil uji regresi berganda yang menunjukkan model regresi yang tidak linier
dan tidak melewati uji asumsi klasik. Hal tersebut ditandai dari gambar scatterplot
menunjukkan terdapat gejala heteroskedastisitas. Selanjutnya untuk mendapatkan
model yang layak (blues unbiased linier) setelah melalui uji asumsi klasik dilanjutkan
dengan melakukan transformasi Logaritma Natural. Berdasarkan model yang sudah
dilogaritma maka diperoleh model yang akan dibahas lebih lanjut yang terdapat pada
Lampiran 7b merupakan model yang telah melewati uji asumsi klasik.
Statistik deskriptif yang dianalisis disajikan pada Tabel 4.1. Variabel yang
digunakan yaitu Harga Saham (Y), Return on Assets (X1), Return On Equity (X2),
Earnings per Share (X3), Capital Adequacy Ratio (X4), Dividend per Share (X5)
terdapat pada Tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
HS_Y 138 10.00 7600.00 1.0361E3 1420.85550
ROA_X1 138 -8.84 9.32 1.4983 1.93340
ROE_X2 138 -644.30 66.10 5.4387 66.20628
EPS_X3 138 13.00 2059.00 5.4617E2 495.71366
CAR_X4 138 4.22 197.42 31.4584 34.37396
DPS_X5 138 .00 204.69 7.8175 24.87848
Sumber : Hasil Output SPSS (Lampiran 7b)
Harga saham (Y) menunjukkan harga saham perusahaan sampel. Dari sampel
yang diperoleh diketahui bahwa secara umum rata-rata harga saham emiten
perbankan tahun 2003-2008 adalah sebesar Rp.1036, dengan harga saham tertinggi
sebesar Rp.7600 dan yang terendah Rp.10 per lembar sahamnya. Standar deviasi
penyimpangan dari rata-rata sebesar Rp. 1420, 85.
Return on Assets (ROA/X1) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian
perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang
dimiliki oleh perusahaan. Data yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 terlihat bahwa rata –
rata ROA sebesar 1,49 % dengan nilai tertinggi 9.32 % dan terendah sebesar -8.84 %.
Return on Equity/ROE (X2) yaitu rasio yang mengukur persentase tingkat
pengembalian atas investasi aktual yang dilakukan oleh pemegang saham.
Berdasarkan Tabel 4.1. terlihat bahwa rata-rata ROE sebesar 5.44 % dengan rata-rata
kisaran tertinggi dan terendah masing-masing 66.10 % dan -644.30 %.
Earnings per Share (EPS/X3), menggambarkan seberapa besar laba per
lembar saham. Berdasarkan Tabel 4.1 rata-rata EPS sebesar 5461 dengan kisaran
tertinggi dan terendah masing – masing 2059 dan 13.
Capital Adequacy Ratio (CAR/X4) merupakan rasio kecukupan modal pada
perbankan. Rata-rata CAR yang diperoleh adalah sebesar 31.46. Nilai maksimum
sebesar 197.42 dan terendah 4.22. Sedangkan Dividend per Share (DPS/X5)
merupakan laba yang dibagikan per lembar saham. Berdasarkan data menunjukkan
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu analisis data yang akurat, suatu persamaan regresi
sebaiknya terbebas dari asumsi-asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain uji
autokorelasi, normalitas, multikolinearitas dan heteroskedastisitas. (Ghozali, 2005).
2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat histogram atau normal
probabilitas plot.
Berdasarkan hasil pengolahan data SPSS, Uji normalitas data dalam penelitian
dapat dilakukan dengan berbagai model normalitas data diantaranya yang ditunjukkan
pada Gambar 4.1 berikut :
• Model Histogram
Berdasarkan gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan
normal. Hal tersebut diketahui poligon kecenderungan tidak menceng ke kiri maupun
ke kanan.
• Model Grafik P-P Plot
Berdasarkan pada gambar 4.2 dibawah titik – titik menyebar digaris titik
diagonal dengan demikian merupakan data normal. (Dalam kondisi sesudah proses
Transformasi)
Gambar 4-2 : Gambar Normal P-P Plot.
Santoso (2005), menyatakan bahwa jika data menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
2.2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna antara
satu variabel bebas dengan variable bebas lain. Jika terjadi multikolinearitas , akan
mengakibatkan timbulnya kesalahan standard penaksir dan probabilitas untuk
menerima hipotesis yang salah semakin besar. Menurut Ghozali (2005) salah satu
cara untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah dengan melakukan uji VIF
(Variance Inflation Factor) yaitu jika VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance
tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas.
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS atas data yang diperoleh, dapat dilihat pada
Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 :
Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Constant Tolerance VIF
ln_ROA_X1 .538 1.859
ln_ROE_X2 .565 1.771
ln_EPS_X3 .694 1.442
ln_CAR_X4 .869 1.150
ln_DPS_X5 .928 1.077
Dependent Variabel : ln_HS_Y (Lampiran 7b)
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing-masing
variabel adalah < 10 dan Tolerance tidak kurang dari 0,1. Hal ini membuktikan
bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat gejala
2.3. Uji Autokorelasi
Gejala Autokorelasi diditeksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW).
Menurut Santoso (2002 : 241), untuk mendeteksi ada tidaknya auto korelasi maka
dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW). Nilai d tersebut selanjutnya dibandingkan
dengan nilai dtabel dengan tingkat signifikansi 5% dengan df = n-k-1. Untuk
mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria
menurut Santoso (2005 : 242) dengan cara melihat besaran Durbin-Watson sebagai
berikut :
•Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif.
•Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
•Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.
Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai DW sebesar 1,571, berarti data tidak
terkena autokorelasi.
Tabel 4.3 Uji Autokorelasi
Model R R Square Durbin-Watson
1 .858a .737 1.571
a. Predictors: (Constant), ln_DPS_X5, ln_CAR_X4, ln_EPS_X3, ln_ROE_X2, ln_ROA_X1
b. Dependent Variable: ln_HS_Y
Sumber : Hasil Olah Data SPSS. (Lampiran 7b).
Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin-Watson
(D-W) sebesar 1,571, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi baik positif
2.4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadinya
heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel
terikat dengan residualnya. Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik menyebar diatas
dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Berdasarkan hasil pengolahan data, uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini
ditunjukkan pada Gambar 4.3 :
Sumber : Hasil Output SPSS (Lampiran 7b)
Berdasarkan gambar di atas tidak terlihat ada pola tertentu, serta titik – titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan tingkat profitabilitas,
solvabilitas dan DPS berpengaruh terhadap harga saham emiten Perbankan di Bursa
Efek Indonesia. Pengujian goodness of fit dilakukan untuk menentukan kelayakan
suatu model regresi, karena variabel penelitian lebih dari dua variabel maka
kelayakan tersebut dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square.
Nilai Adjusted R Square yang diperoleh dari hasil pengolahan data dapat
dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini :
Tabel 4.4. Pengujian Goodness of Fit
Model R R Square Adjusted R Square Durbin-Watson
1 .858a .737 .721 1.571
a. Predictors: (Constant), ln_DPS_X5, ln_CAR_X4, ln_EPS_X3, ln_ROE_X2, ln_ROA_X1
b. Dependent Variable: ln_HS_Y
Sumber : Hasil Output SPSS (Lampiran 7b)
Nilai Adjusted R Square pada Tabel 4.4 diatas sebesar 0,721. Hal ini
menunjukkan bahwa 72,1 % variabel harga saham dapat dijelaskan oleh komponen
rasio profitabilitas, solvabiltas dan DPS. Sisanya sebesar 27,9 % dipengaruhi oleh
Untuk menguji apakah parameter koefesien Adjusted R2 signifikan atau tidak
maka dilakukan pengujian dengan bantuan alat uji statistik metode Fisher (Uji F)
dengan tingkat keyakinan (confident level) sebesar 95 %. Kriteria pengujian yang
digunakan adalah apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak; dan apabila Fhitung ≤ Ftabel
maka Ho dapat diterima.
Atas hal tersebut berdasarkan pada ikhtisar pengujian terdapat dalam Tabel
4.5 berikut ini :
Tabel 4.5 : Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 123.183 5 24.637 46.449 .000a
Residual 44.024 83 .530
1
Total 167.207 88
a. Predictors: (Constant), ln_DPS_X5, ln_CAR_X4, ln_EPS_X3, ln_ROE_X2, ln_ROA_X1 b. Dependent Variable: ln_HS_Y
Sumber : Hasil Output SPSS (Lampiran 7b)
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai Fhitung adalah 46.449 dengan tingkat
signifikansi 0,000. Sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05) adalah
2.27. Oleh karena pada kedua perhitungan Fhitung > Ftabel (46.449 > 2.27). Hal ini
menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen oleh ROA, ROE, EPS, CAR dan
DPS berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap harga saham dapat diterima
secara keseluruhan.
Tabel 4.6 : Hasil Perhitungan Uji t
ln_ROA_X1 .158 .133 .091 1.191 .237
ln_ROE_X2 .130 .155 .063 .841 .403
ln_EPS_X3 .985 .087 .765 11.315 .000
ln_CAR_X4 .060 .100 .036 .599 .551
1
ln_DPS_X5 .012 .041 .017 .291 .772
a. Dependent Variable: ln_HS_Y
Sumber : Hasil Output SPSS (Lampiran 7b)
Dari tabel coefficient di atas maka model regresi yang dapat dibentuk :
Y = -0.010 +0.155logX1 +0.130LogX2 + 0.985LogX3
+ 0,060LogX4 +0.012LogX5+ε
Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa thitung variabel Log_EPS_X3
sebesar 11.315sedangkan ttabel pada tingkat keyakinan 95 % adalah 11.315(11.315>
1.960). Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak. Dengan demikian daerah penerimaan
hipotesis berada diluar daerah penerimaan H0. Pengujian selanjutnya dilakukan untuk
mengetahui apakah variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model penelitian
secara parsial mampu menjelaskan variabel terikat.
Hasil lainnya dapat dijelaskan bahwa variabel independen ln_Return On
Assets (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dimana hasil uji t
menunjukkan bahwa ln_ROA memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,237, nilai ini
lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 artinya variabel ROA secara parsial tidak
berpengaruh terhadap harga saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa peningkatan
Berdasarkan hasil parameter Ln_Return on Equity (X2) diperoleh nilai t hitung
sebesar 0,841 dengan tingkat signifikansinya adalah 0,403 lebih besar dari taraf
signifikan α = 0,05. Dengan demikian, return on equity tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham. Temuan ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Wathi
(2006) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap harga
saham. Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio
ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham
karena rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya. ROE
dipengaharui oleh ROA dan Leverage keuangan perusahaan. ROE mencerminkan
bagian laba yang bisa dialokasikan ke pemegang saham untuk periode tertentu,
setelah semua hak hak kreditur dan saham preferen telah dilunasi, biaya bunga telah
dikurangkan dari laba bersih. Sementara deviden untuk saham preferen belum
dikurangkan. Karena itu deviden untuk saham preferen mesti dikurangkan dari laba
bersih perusahaan untuk memperoleh hak bersih pemegang saham biasa. Pembagi
persamaan diatas mengukur rata rata jumlah saham yang digunakan seama periode
tersebut. Saham bisa sama dengan total saham dikurangi nilai dari nominal saham
preferen.
Variabel Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk
menghasilkan laba setelah pajak. ROE mengukur suatu entitas atas modal yang
diinvestasikan oleh pemegang saham dimana dana disajikan oleh pemegang saham
kreditur dan pemegang saham istimewa. Semakin besar ROE, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank. Rasio ini sering digunakan para investor untuk
melihat tingkat pengembalian dari dana yang diinvestasikannya. Oleh sebab itu
peningkatan dan penurunan ROE juga mempengaruhi minat para investor yang akan
berakhir pada keputusan investasi yang diambil dan mampu mempengaruhi harga
pasar saham.
Rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) tidak signifikan terhadap harga saham
disebabkan karena emiten berupaya menghindari resiko atas aktiva yang mengandung
resiko (kredit, surat berharga dan tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari
modal sendiri disamping diperoleh dari luar bank. Sedangkan variabel Dividen
Payout Ratio tidak signifikan terhadap harga saham hal ini disebabkan karena masih
ada pada beberapa emiten perbankan pada laporan keuangan tahunannya belum
menunjukkan informasi DPO atau dengan kata lain nilai DPO pada lembaga
perbankan menunjukkan nilai nol. Sehingga hal tersebut belum memberikan nilai
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab – bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan tingkat profitabilitas,
solvabilitas dan DPS harga saham Emiten Perbankan di Bursa Efek Indonesia.
2. Secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham adalah
Earning per Share (X3). Hasil tersebut konsisten dengan hasil yang diperoleh
oleh Wathi (2006) dimana erning per share merupakan predictor yang baik
terhadap harga saham.
B. Saran
1. Dalam analisis fundamental, terutama bagi para investor dan manajer investasi
dalam keputusan pembelian saham di pasar modal tidak hanya
mempertimbangkan pendekatan nilai sekarang (present value approach) dalam
mengestimasi nilai intrinsik (intrinsic value) suatu saham.
2. Faktor kondisi ekonomi, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, subsidi pemerintah,
kondisi politik dan pengaruh desentralisasi belum dipertimbangkan dalam
penelitian ini. Faktor – faktor tersebut mempengaruhi cara perusahaan dalam
keuangan tingkat harga umum (General Price Level Accounting) agar dapat
menggambarkan keadaan tersebut.
3. Penelitian ini hanya meneliti khusus pada emiten perbankan, peneliti tidak