• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pemasaran dan Nilai Tambah Produk Olahan Ubi Jalar (Ipomoea batatas, L.) di Desa Cikarawang dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Pemasaran dan Nilai Tambah Produk Olahan Ubi Jalar (Ipomoea batatas, L.) di Desa Cikarawang dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

OLAHAN UBI JALAR (

Ipomoea batatas

L

.

)

DI DESA CIKARAWANG DAN DESA PETIR,

KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR

FEBRIANI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sistem Pemasaran dan Nilai Tambah Produk Olahan Ubi Jalar (Ipomoea batatas, L.) di Desa Cikarawang dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

(4)

FEBRIANI. Sistem Pemasaran dan Nilai Tambah Produk Olahan Ubi Jalar (Ipomoea batatas, L.) di Desa Cikarawang dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh RITA NURMALINA.

Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat dan protein yang relatif murah untuk konsumsi. Petani memiliki ketergantungan yang tinggi kepada pedagang pengumpul, kurangnya akses pasar serta informasi harga di tingkat petani menjadikan posisi tawar petani rendah, dan adanya kegiatan pengolahan ubi jalar. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sistem pemasaran dan nilai tambah olahan ubi jalar. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis lembaga dan fungsi pemasaran, saluran pemasaran, struktur pasar, dan perilaku pasar; menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya; menghitung nilai tambah pangsit, tepung, dan kremes. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan dan wawancara langsung kepada petani dan pelaku usaha olahan ubi jalar di Desa Cikarawang dan Desa Petir menggunakan metode purposive sampling, sedangkan untuk lembaga pemasaran pengambilan data dilakukan dengan mengikuti aliran informasi dari lembaga pemasaran sebelumnya dan purposive sampling. Hasil penelitian sistem pemasaran menunjukkan bahwa saluran III relatif efisien dalam menyalurkan ubi jalar grade A, B sedangkan saluran I relatif efisien dalam menyalurkan ubi jalar grade C. Hasil penelitian nilai tambah olahan ubi jalar menunjukkan bahwa pangsit memiliki rasio nilai tambah dan tingkat keuntungan terbesar dibanding olahan ubi jalar lainnya.

Kata kunci: marjin pemasaran, saluran pemasaran, struktur pasar, nilai tambah

ABSTRACT

FEBRIANI. Marketing System and Value Added of Sweet Potato (Ipomoea batatas, L.) product in Cikarawang Village and Petir Village, Sub-district Dramaga, Bogor Regency. Supervised by RITA NURMALINA.

Sweet potato is a source of carbohydrat and protein, relatively inexpensive for consumption. The farmers had high dependency to the middleman, the lack of market access and price information in farmer’s level lead the bargaining position of the farmers low, and the activity of sweet potatoes processing. Therefore, the research is conducted to determine the marketing systems and value-added of processed sweet potato product. The objective of this research is to analyze the agency and functions of marketing, marketing channel, market structure and market behavior; to analyze marketing margin, farmer’s share, and the ratio of benefits to costs; to calculate value-added of dumpling, flour, and cracker. Data collection was held by observation and interviews to the farmers and entrepreneurs of processed sweet potato products in the Cikarawang village and Petir village by purposive sampling method, whereas for the marketing agency data collection was held by following the flow of information from the previous marketing agency and purposive sampling. The results are shown that the third channel was relatively efficient to distribute grade A and B sweet potato, while the first channel was relatively efficient to distribute grade C sweet potato. The results of value added analysis of processed sweet potato products have shown that the value added ratio and profit level of dumpling was the highest than other processed sweet potato products.

(5)

OLAHAN UBI JALAR (

Ipomoea batatas

, L.)

DI DESA CIKARAWANG DAN DESA PETIR,

KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR

FEBRIANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

(Ipomoea batatas, L.) di Desa Cikarawang dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor

Nama : Febriani

NIM : H34090047

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(8)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah sistem pemasaran dan nilai tambah, dengan judul Sistem Pemasaran dan Nilai Tambah Produk Olahan Ubi Jalar (Ipomoea batatas, L.) di Desa Cikarawang dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, saran, kesabaran, dan waktu kepada penulis selama penulisan skripsi. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Dr Ir Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama dan Rahmat Yanuar, SP Msi selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini, serta kepada Dr Ir Rachmat Pambudy, MS selaku wali akademik selama masa perkuliahan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Evrina, SP dari Badan Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kecamatan Dramaga, Bapak Ahmad Bastari dari Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terakhir penulis sampaikan terima kasih atas segala dukungan dari rekan-rekan Agribinis 46 dan Asrama TPB.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

(9)

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

Deskripsi Ubi Jalar 5

Definisi Agroindustri 6

Produk Olahan Ubi Jalar 7

Penelitian Terdahulu 8

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kerangka Pemikiran Teoritis 9

Konsep Pemasaran 9

Lembaga dan Fungsi Pemasaran 10

Saluran Pemasaran 12

Struktur Pasar 13

Perilaku Pasar 14

Marjin Pemasaran 14

Farmer’s Share 15

Rasio Keuntungan dan Biaya 15

Nilai Tambah Hayami 16

Kerangka Pemikiran Operasional 16

METODE PENELITIAN 19

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Jenis dan Sumber Data 19

Metode Pengumpulan Data 19

Metode Pengolahan dan Analisis Data 20

Analisis Lembaga dan Fungsi Pemasaran 20

Analisis Saluran Pemasaran 20

Analisis Struktur Pasar 20

Analisis Perilaku Pasar 20

Analisis Marjin Pemasaran 21

Analisis Farmer’s Share 21

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya 21

Analisis Nilai Tambah 22

HASIL DAN PEMBAHASAN 22

Kondisi Umum Wilayah Penelitian 22

Gambaran Umum Desa Cikarawang 22

Gambaran Umum Desa Petir 24

Gambaran Umum Usahatani Ubi Jalar 25

Karakteristik Petani Responden 28

(10)

Status Usahatani Ubi Jalar 29

Pengalaman Usahatani 29

Luas Lahan 30

Karakteristik Pedagang Responden 30

Umur 30

Tingkat Pendidikan 31

Gambaran Umum Usaha Pengolahan Ubi Jalar 31

Pangsit Ubi Jalar 32

Tepung Ubi Jalar 34

Kremes Ubi Jalar 35

Sistem Pemasaran Ubi Jalar 37

Analisis Lembaga dan Fungsi Pemasaran 37

Analisis Saluran Pemasaran 41

Analisis Struktur Pasar 45

Analisis Perilaku Pasar 47

Analisis Marjin Pemasaran 50

Analisis Farmer’s Share 53

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya 54

Nilai Tambah Produk Olahan Ubi Jalar 55

Analisis Nilai Tambah 55

SIMPULAN DAN SARAN 58

DAFTAR PUSTAKA 60

(11)

1 Kandungan gizi dan kalori beras, jagung, ubi jalar, ubi kayu 1

2 Perkembangan ekspor ubi jalar Indonesia tahun 2009-2012 2

3 Produksi ubi jalar di Kabupaten Jawa Barat tahun 2010-2011 3 4 Karakteristik struktur pasar pangan dan serat berdasarkan

sudut pandang penjual dan pembeli 13

5 Prosedur analisis nilai tambah metode Hayami 22

6 Penggolongan usia penduduk di Desa Cikarawang tahun 2012 23

7 Mata pencaharian penduduk di Desa Cikarawang tahun 2012 23

8 Tingkat pendidikan penduduk di Desa Petir tahun 2012 24

9 Mata pencaharian penduduk di Desa Petir tahun 2012 25

10 Karakteristik petani responden berdasarkan umur 29

11 Karakteristik petani responden berdasarkan tingkat pendidikan 29

12 Status usahatani petani responden 29

13 Karakteristik petani responden berdasarkan pengalaman usahatani 30 14 Karakteristik petani responden berdasarkan luas lahan usahatani

ubi jalar 30

15 Karakteristik pedagang responden berdasarkan umur 31

16 Karakteristik pedagang responden berdasarkan tingkat pendidikan 31

17 Rincian kebutuhan bahan penolong pembuatan pangsit 32

18 Pembagian kerja dan upah tenaga kerja pembuatan tepung

ubi jalar 35

19 Rincian kebutuhan bahan penolong pembuatan kremes 36

20 Pelaksanaan fungsi lembaga pemasaran ubi jalar di

Desa Cikarawang 37

21 Struktur pasar yang dihadapi setiap lembaga pemasaran di

Desa Cikarawang 46

22 Perilaku pasar antar tingkat lembaga pemasaran ubi jalar di

Desa Cikarawang 47

23 Marjin pemasaran ubi Jalar di Desa Cikarawang Kecamatan

Dramaga Kabupaten Bogor 51

24 Farmer’s share pada saluran pemasaran di Desa Cikarawang 53 25 Rasio keuntungan dan biaya pada saluran pemasaran ubi jalar di

Desa Cikarawang 54

26 Harga ubi jalar dari petani berdasarkan produk olahan ubi jalar di

Desa Cikarawang dan Petir 55

27 Analisis nilai tambah olahan ubi jalar (pangsit, tepung, kremes)

dengan metode Hayami 57

DAFTAR GAMBAR

1 Marjin pemasaran 14

2 Kerangka pemikiran operasional 18

3 Tanaman ubi jalar dan lahan milik petani responden 26

4 Hasil panen ubi jalar berdasarkan grade dan penimbangan ubi jalar 28

5 Produk olahan ubi jalar (pangsit, tepung, kremes) 32

(12)

8 Tahap pembuatan kremes ubi jalar 36

9 Kegiatan pengupasan dan pengemasan ubi jalar 39

10 Kegiatan penjualan ubi jalar di Pasar Induk Kramat Jati 40

11 Penjualan ubi jalar di tingkat pedagang pengecer 41

12 Skema saluran pemasaran ubi jalar di Desa Cikarawang 42

DAFTAR LAMPIRAN

1 Luas panen, produktivitas, dan produksi ubi jalar seluruh provinsi di

Indonesia tahun 2012 62

2 Data petani responden di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga,

Kabupaten Bogor tahun 2013 63 3 Biaya pemasaran yang dikeluarkan lembaga pemasaran pada setiap

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada masa krisis moneter, sektor pertanian memiliki pertumbuhan positif dibandingkan dengan sektor lainnya. Oleh karena itu, sektor pertanian melalui komoditas-komoditasnya dapat memberikan peningkatan nilai bagi PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia. Hal ini didukung dengan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB Indonesia pada triwulan III-2012 memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 6.15% (BPS 2012). Sektor pertanian juga memiliki peranan penting dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), dari 110 880 154 angkatan kerja pada tahun 2012 sekitar 35.08% diantaranya bekerja di sektor pertanian (BPS 2012).

Salah satu subsektor pertanian yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan pertanian di Indonesia adalah subsektor tanaman pangan. Tanaman pangan merupakan semua jenis tanaman yang dapat menghasilkan karbohidrat dan protein. Peran subsektor tanaman pangan antara lain pengembangan dan pertumbuhan ketahanan pangan, sumber pendapatan negara, PDB (Produk Domestik Bruto), serta kesempatan kerja (Sudiyono 2002). Dalam hal pengembangan dan pertumbuhan ketahanan pangan, program diversifikasi pangan menjadi salah satu upaya pemerintah untuk membangun ketahanan pangan di Indonesia. Diversifikasi pangan dapat diartikan sebagai penganekaragaman pangan konsumsi masyarakat dengan tanaman pangan non beras khususnya tanaman palawija. Tanaman palawija merupakan tanaman semusim yang dapat ditanam di lahan kering. Tanaman-tanaman yang tergolong palawija adalah kacang-kacangan, serealia selain padi (seperti jagung), dan umbi-umbian semusim (ketela pohon dan ubi jalar). Salah satu jenis tanaman pangan dan palawija yang dapat mengurangi ketergantungan terhadap beras adalah ubi jalar.

Tabel 1 Kandungan gizi dan kalori beras, jagung, ubi jalar, ubi kayua

Bahan Kalori

Ubi jalar memiliki kandungan vitamin A paling tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman pangan lain yaitu sebesar 7 000 SI (Satuan Internasional). Dari jenis umbi-umbian, ubi jalar memiliki kandungan gizi dan kalori yang lebih lengkap dibandingkan dengan ubi kayu yang tidak mengandung vitamin A.

(14)

wilayah Indonesia; (2) Kandungan gizi yang terkandung pada ubi jalar lebih lengkap dan berpengaruh positif terhadap kesehatan karena mengandung kalori (123 kalori/100 gram), vitamin A, vitamin C, beta karoten, antocianin, zat prebiotik, serat makanan, dan anti oksidan; (3) Potensi pengunaannya cukup luas yaitu sebagai bahan mentah (dalam bentuk umbi segar), bahan baku (pembuat saos dan pakan ternak), produk setengah jadi (tepung ubi jalar), maupun produk akhir (produk pangan olahan), sehingga ubi jalar cocok untuk program diversifikasi pangan (Jamrianti 2007).

Di Indonesia, ubi jalar masih digunakan sebagai bahan pangan sampingan, kecuali bagi penduduk di bagian timur Indonesia yaitu Papua, ubi jalar digunakan sebagai makanan pokok atau bahan pangan utama. Sedangkan di luar negeri khususnya negara-negara maju, ubi jalar merupakan makanan yang mewah serta bahan baku untuk aneka industri seperti industri fermentasi, lem, farmasi, kosmetika, sirup, serta tekstil. Selain itu juga bagi masyarakat Jepang, ubi jalar merupakan makanan tradisional yang publisitasnya setara dengan pizza dan hamburger sehingga aneka makanan olahan ubi jalar banyak dijual di toko-toko sampai restoran-restoran bertaraf internasional. Di Amerika Serikat, ubi jalar digunakan sebagai bahan pengganti (substitusi) kentang (Rukmana 1997). Oleh karena itu, ubi jalar merupakan salah satu komoditas ekspor non migas Indonesia. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor ubi jalar Indonesia adalah Jepang, Hongkong, Korea, China, Thailand, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Oman, Arab Saudi, Qatar, dan Amerika Serikat (BPS 2012). Perkembangan ekspor ubi jalar Indonesia dari keseluruhan negara tujuan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Perkembangan ekspor ubi jalar Indonesia tahun 2009-2012a

Tahun Volume (kg) Nilai (US$)

2009 7 343 583 6 052 634

2010 7 083 483 5 317 067

2011 7 166 772 6 241 854

2012 9 649 217 8 565 114

a

Sumber: Badan Pusat Statistik 2012.

(15)

Tabel 3 Produksi ubi jalar di Kabupaten Jawa Barat tahun 2010-2011a

Kabupaten Produksi (ton)

2010 2011

Kuningan 96 862 96 610

Garut 90 594 91 880

Bogor 59 574 64 882

Bandung 29 224 32 140

Purwakarta 25 323 19 901

a

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 2011 (diolah).

Kabupaten Bogor merupakan sentra produksi ubi jalar ketiga terbesar di Kabupaten Jawa Barat setelah Kuningan dan Garut. Salah satu sentra produksi ubi jalar di Kabupaten Bogor adalah Kecamatan Dramaga dengan 62% penduduk bekerja di sektor pertanian (BP3K Kecamatan Dramaga 2013). Desa Cikarawang dan Desa Petir merupakan desa di Kecamatan Dramaga yang sedang mengembangkan agribisnis ubi jalar. Hal ini didukung dengan sebagian besar penduduk di desa tersebut bekerja sebagai petani ubi jalar dan terdapat pengolahan pascapanen ubi jalar berupa tepung, pangsit, dan kremes.

Dari berbagai penjelasan yang telah disebutkan maka komoditi ubi jalar memiliki prospek yang cerah untuk terus dikembangkan terutama di Kabupaten Bogor. Akan tetapi dalam pengembangannya keuntungan yang layak bagi petani sangat penting agar produksi ubi jalar (khususnya di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) dapat terus optimal sehingga membuat ketersediaan ubi jalar kontinu dengan harga yang terjangkau sehingga perlu adanya penelitian mengenai sistem pemasaran ubi jalar. Selain itu perlu juga perlu diteliti mengenai besaran nilai tambah dari produk-produk olahan ubi jalar yang telah dikembangkan di Desa Cikarawang dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga.

Perumusan Masalah

Kabupaten Bogor sebagai daerah penghasil ubi jalar terbesar ketiga di Jawa Barat, diharapkan dapat terus mempertahankan dan meningkatkan produksi ubi jalar baik dari segi kuantitas dan kualitas. Sejalan dengan hal tersebut, keuntungan yang layak bagi petani sangat berpengaruh terhadap kontinuitas produksi ubi jalar. Jaminan harga yang tidak menentu serta pengolahan ubi jalar yang masih sedikit menjadi masalah dalam pengembangan agribisnis ubi jalar (BP3K Kecamatan Dramaga 2013).

(16)

yang lebih dari sistem pemasaran ubi jalar di Desa Cikarawang. Petani di Desa Cikarawang sebagai produsen sekaligus pihak yang menerima harga hanya mengetahui harga yang ada dipasaran dari pedagang pengumpul atau tengkulak, sehingga petani memiliki bargaining position yang rendah dalam penentuan harga.

Selain itu, petani memiliki ketergantungan yang tinggi kepada pedagang pengumpul dalam menjual hasil panennya. Hal ini terlihat dari keseluruhan petani di Desa Cikarawang menjual hasil panen langsung kepada pedagang pengumpul dan tidak ada yang berani terjun langsung ke pasar untuk menjual produknya. Beberapa alasan petani lebih memilih menjual ubi jalar langsung kepada pedagang pengumpul yaitu adanya kepastian dalam penjualan hasil panen meskipun harga yang diterima terkadang tidak sesuai dengan biaya produksi atau mendapatkan keuntungan yang relatif kecil, kurangnya akses pasar petani, dan membutuhkan biaya operasional yang cukup besar apabila menyalurkan ubi jalar langsung ke pasar.

Permasalahan lain yaitu hasil panen petani yang tidak memenuhi standar pasar serta kegiatan sortasi dari pedagang pengumpul membuat ada hasil produksi tidak terjual. Oleh karena itu, peningkatan nilai tambah ubi jalar sangat diperlukan untuk menurunkan tingkat hasil panen yang terbuang. Desa Cikarawang telah mengembangkan pengolahan ubi jalar untuk peningkatan nilai tambah tersebut dengan cara ubi jalar yang tidak terjual tersebut dibeli dan dimanfaatkan oleh KWT (Kelompok Wanita Tani) Melati di Desa Cikarawang menjadi tepung. Selain itu juga pelaku usaha industri rumahan (home industry) di Desa Petir melakukan kegiatan peningkatan nilai tambah ubi jalar menjadi kremes dan pangsit ubi jalar.

Berdasarkan kondisi tersebut, kurangnya akses pasar yang dimiliki petani dan juga petani sebagai price taker menjadikan posisi tawar yang rendah dalam penentuan harga. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan dalam sistem pemasaran sehingga petani ubi jalar diharapkan dapat memperoleh bagian harga yang memadai guna mendorong peningkatan produksi ubi jalar dari segi kualitas maupun kuantitas. Selain itu pengolahan ubi jalar menjadi berbagai macam makanan (pangsit, kremes) dan produk setengah jadi (tepung) sebagai upaya peningkatan nilai tambah perlu dihitung besaran nilai untuk mengetahui produk olahan ubi jalar jenis apa yang memiliki tingkat keuntungan dan rasio nilai tambah terbesar untuk dapat dikembangkan lebih lanjut oleh petani.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana sistem pemasaran ubi jalar meliputi lembaga dan fungsi pemasaran, saluran pemasaran, struktur pasar, dan perilaku pasar di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor ?

2. Bagaimana marjin pemasaran, farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya pada pemasaran ubi jalar di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor ?

(17)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis sistem pemasaran ubi jalar meliputi lembaga dan fungsi pemasaran, saluran pemasaran, struktur pasar, dan perilaku pasar.

2. Menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya.

3. Menghitung nilai tambah pangsit, tepung, dan kremes ubi jalar.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai sistem pemasaran dan nilai tambah olahan ubi jalar. 2. Bagi petani, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

dalam menjual produknya sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. 3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

dan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang dan Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pada analisis sistem pemasaran berfokus ubi jalar dalam bentuk segar (fresh product) yang dilakukan di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga. Responden dalam penelitian sistem pemasaran ini adalah petani yang berada di Desa Cikarawang dan lembaga pemasaran terkait. Sedangkan untuk nilai tambah berfokus pada produk hasil olahan ubi jalar berupa pangsit, tepung, serta kremes yang dilakukan di Desa Cikarawang dan Desa Petir Kecamatan Dramaga. Pada sistem pemasaran ubi jalar, analisis yang digunakan difokuskan kepada ubi jalar segar. Analisis sistem pemasaran tersebut meliputi lembaga dan fungsi pemasaran, saluran pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran, farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya. Analisis nilai tambah yang dilakukan fokus menganalisis besaran nilai tambah dari produk olahan ubi jalar berupa pangsit, tepung, serta kremes. Metode yang digunakan untuk menganalisis nilai tambah produk ubi jalar yang dilakukan di Desa Cikarawang dan Desa Petir adalah metode Hayami.

TINJAUAN PUSTAKA

Ubi Jalar (Ipomoea batatas, L.)

(18)

Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah. Pada abad ke-16, ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropis. Penyebaran ubi jalar ke kawasan Asia terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia dilakukan oleh masyarakat Spanyol. Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar terbesar keempat di dunia setelah China, Nigeria, dan Uganda. Sentra produksi ubi jalar di Indonesia adalah Jawa Barat, Papua, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Jawa Tengah (Purwono et al. 2007).

Bagi daerah bagian timur Indonesia, ubi jalar merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang menjadi makanan pokok. Ubi jalar relatif mudah untuk diusahakan mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman ini juga mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering. Selain dapat dijual dalam bentuk fresh product, ubi jalar juga dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan. Beberapa peluang penganekaragaman ubi jalar sebagai berikut :

1. Daun : sayuran, pakan ternak 2. Batang : pakan ternak

3. Kulit ubi : pakan ternak 4. Tepung : makanan

5. Pati : fermentasi, pakan ternak, dan asam sitrat

Jenis ubi jalar yang paling banyak dibudidayakan petani di Desa Cikarawang dan Desa Petir adalah ubi jalar varietas AC. Adapun beberapa karakteristik ubi jalar AC sebagai berikut:

Nama Varietas : AC (Anak Ciremai)

Kategori : Varietas lokal (Kuningan)

Hasil : 15-25 ton/ha

Tipe tanaman : Kompak

Umur panen : 3-4 bulan

Bentuk kerangka daun : Berbentuk hati Ukuran daun dewasa : Sedang

Warna kulit umbi : Krem

Warna daging umbi : Krem

Rasa umbi : Enak dan manis

Ketahanan terhadap hama : Cukup tahan hama boleng (Cylas formicarius) dan tahan hama penggulung daun

Definisi Agroindustri

(19)

mengolah hasil-hasil pertanian. Dalam industri pengolahan terdapat 3 kegiatan utama, yaitu : (1) kegiatan pengadaan bahan baku; (2) kegiatan pengolahan produk primer; (3) kegiatan pemasaran.

Produk Olahan Ubi Jalar

Industri-industri pengolahan yang berorientasi ekspor telah melakukan pengolahan umbi menjadi bentuk-bentuk tepung, pati, dan pasta serta olahan makanan jadi. Pengolahan ubi jalar menjadi tepung ubi jalar masih sedikit dimanfaatkan oleh petani ubi jalar. Di negara-negara maju tepung ubi jalar lebih disukai dibandingkan tepung ubi kayu karena tepung ini dapat mensubstitusi terigu hingga 50% (Antarlina et al.1999). Oleh karena itu, prospek pengembangan bisnis ubi jalar sangat menjanjikan tidak hanya dalam bentuk umbi segar tetapi juga berbagai hasil olahan antara (tepung) maupun hasil olahan selanjutnya (pangan dan non-pangan).

Adapun beberapa produk olahan dari ubi jalar sebagai berikut : 1. Tepung ubi jalar

Tepung ubi jalar merupakan jenis makanan alternatif dari tepung ubi kayu. Cara pembuatan tepung dari ubi jalar yaitu kulit ubi dikupas sampai bersih, kemudian dicuci dalam air mengalir lalu ditiriskan. Ubi jalar diiris hingga menjadi irisan tipis, lalu irisan ubi jalar dijemur, setelah kering irisan tersebut digiling dan diayak kemudian didapat tepung ubi jalar.

2. Pati ubi jalar

Ubi jalar dalam bentuk ini diharapkan dapat lebih meningkatkan jenis-jenis makanan berbahan dasar ubi jalar, karena bentuk pati sangat mudah untuk diolah menjadi suatu jenis makanan baru. Cara pembuatannya adalah ubi jalar dikupas kulitnya lalu dicuci hingga bersih. Kemudian umbi diparut atau digiling hingga bertekstur halus atau lembut. Parutan ubi jalar diperas dengan kain penyaring untuk memisahkan ampas dengan airnya. Selanjutnya air perasan ditampung didalam baskom kemudian diendapkan selama satu malam. Endapan berupa pati basah dari ubi jalar dijemur hingga kering dan berbentuk tepung.

3. Kremes

Kremes merupakan salah satu jenis makanan ringan yang bahan dasar pembuatannya dari ubi jalar. Cara pembuatan kremes ubi jalar yaitu ubi jalar diiris hingga menjadi irisan kecil, lalu irisan ubi jalar tersebut dicampur dengan gula merah dan gula pasir setelah tercampur rata kemudian adonan tersebut dibentuk bulat dengan menggunakan cetakan, adonan yang telah dicetak kemudian digoreng.

4. Pangsit

(20)

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu mengenai pemasaran atau tataniaga ubi jalar segar dan nilai tambah produk pangan. Ada 4 penelitian terdahulu (berupa skripsi maupun jurnal) yang dikaji dalam penelitian ini antara lain: 1) Pradika et al. (2013) melakukan penelitian tentang. Analisis Efisiensi Pemasaran Ubi Jalar di Kabupaten Lampung Tengah; 2) Purba (2010) melakukan penelitian tentang Analisis Tataniaga Ubi Jalar di Desa Gunung Malang Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor; 3) Zakaria (2007) melakukan penelitian tentang Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan Finansial Agroindustri Tahu dan Tempe di Kota Metro; 4) Lestari (2007) melakukan penelitian tentang Analisis Nilai Tambah Agroindustri Mi Segar, Mi Basah, Bihun, dan Soun di Provinsi Lampung.

Keempat penelitian terdahulu tersebut dikaji berdasarkan analisis yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan seperti pada penelitian pemasaran atau tataniaga yang dikaji mengenai analisis lembaga dan fungsi pemasaran, saluran pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya. Sedangkan pada penelitian nilai tambah yang dikaji mengenai analisis rasio nilai tambah dan tingkat keuntungan dari produk pangan.

Pada analisis efisiensi pemasaran ubi jalar yang dilakukan oleh Pradika et al. (2013), lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyaluran ubi jalar adalah petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Setiap lembaga pemasaran yang terlibat melakukan fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Saluran pemasaran ubi jalar yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah terdiri atas 4 saluran pemasaran yaitu: saluran 1 (Petani – Pedagang pengumpul – Pedagang besar – Pedagang pengecer I – Pedagang pengecer II – Konsumen akhir); saluran 2 (Petani – Pedagang pengumpul – Pedagang besar – Pedagang pengecer I – Konsumen akhir); saluran 3 (Petani – Pedagang pengumpul – Pedagang pengecer I – Konsumen akhir); saluran 4 (Petani – Pedagang besar – Pedagang pengecer I – Konsumen akhir).

Struktur pasar yang dihadapi oleh lembaga pemasaran yang terlibat adalah oligopsoni. Perilaku pasar yang dihadapi oleh lembaga pemasaran antara lain praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan atas dasar rasa saling kepercayaan (langganan), penentuan harga ubi jalar melalui proses tawar-menawar kecuali petani yang ditentukan oleh pedagang pengumpul, dan pembayaran dilakukan secara tunai. Berdasarkan hasil analisis marjin pemasaran,

farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya dari keempat saluran pemasaran tidak ada yang efisien karena penyebaran biaya dan keuntungan yang tidak merata.

(21)

konsumen). Struktur pasar petani dan pedagang grosir cenderung mendekati pasar persaingan sempurna, sedangkan pedagang pengumpul dan pedagang pengecer cenderung mendekati pasar oligopoli. Berdasarkan hasil analisis marjin pemasaran dan farmer’s share maka saluran pemasaran ubi jalar di Desa Gunung Malang yang relatif efisien adalah saluran pemasaran I sebesar 25.49% dan 74.51%.

Penelitian analisis nilai tambah yang dilakukan oleh Zakaria (2007) terhadap 2 produk olahan tanaman pangan (kedelai) berupa tahu dan tempe, menunjukkan bahwa rasio nilai tambah yang dihasilkan oleh agroindustri tahu lebih besar dibandingkan dengan tempe yaitu sebesar 56.89% sedangkan tempe sebesar 34.19%. Tingkat keuntungan terbesar juga terdapat pada agroindustri tahu sebesar 44.19% sedangkan agroindustri tempe memiliki tingkat keuntungan sebesar 26.15%.

Pada analisis nilai tambah yang dilakukan oleh Lestari (2007) terhadap 4 produk olahan pangan yaitu mi segar, mi basah, bihun, dan soun menggunakan metode Hayami menunjukkan bahwa produk mi basah memiliki rasio nilai tambah terbesar dibandingkan jenis produk olahan mi lainnya sebesar 35.44% sedangkan secara berturut-turut untuk olahan mi segar, bihun, dan soun memiliki rasio nilai tambah sebesar 22.70%, 17.50%, dan 9.83%. Tingkat keuntungan terbesar terdapat pada produk mi basah sebesar 25.37% sedangkan untuk nilai tingkat keuntungan produk lainnya masing-masing sebesar 16.56% untuk mi segar, 8.08% untuk bihun, dan 0.76% untuk soun.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan teori berupa analisis yang akan digunakan sebagai landasan dalam melakukan penelitian. Analisis-analisis yang akan diteliti dalam penelitian Sistem Pemasaran dan Nilai Tambah Produk Olahan Ubi Jalar (Ipomoea batatas, L.) di Desa Cikarawang dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor terdiri atas lembaga dan fungsi-fungsi pemasaran, saluran pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya, serta nilai tambah metode Hayami.

Konsep Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain (Kotler 2002). Purcell (1979) menyatakan bahwa pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi sehingga dapat menjembatani gap antara produsen dan konsumen.

(22)

pemasaran mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang hasil pertanian dan barang-barang kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen dan ke tangan konsumen, termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih mempermudah penyalurannya dan memberikan kepuasaan yang lebih tinggi kepada konsumennya. Bila ditinjau dari segi ekonomi, kegiatan pemasaran adalah kegiatan yang produktif karena kegiatan memberikan kegunaan bentuk, waktu, tempat, dan hak milik.

Dalam pemasaran, kegiatan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen melalui aktivitas pertukaran. Aktivitas pertukaran menjadi hal yang sentral dalam pemasaran karena adanya perpindahan hak milik atas benda-benda dan jasa-jasa yang menimbulkan distribusi fisik. Pemasaran dapat didefinisikan sebagai semua aktivitas bisnis yang menyalurkan barang atau jasa dari tingkat produsen (petani) ke konsumen akhir melalui beberapa lembaga atau pelaku pemasaran, termasuk didalamnya aktivitas yang menghasilkan perubahan bentuk untuk mempermudah penyaluran sehingga dapat memberikan kepuasaan yang lebih tinggi kepada konsumen.

Kohls et al. (1985) menggunakan beberapa pendekatan dalam menganalisis sistem pemasaran yaitu:

1. Pendekatan Fungsi (The Functional Approach)

Pendekatan fungsi merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui fungsi pemasaran yang dijalankan oleh pelaku yang terlibat dalam pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran tersebut meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisisk, dan fungsi fasilitas.

2. Pendekatan Kelembagaan (The Institutional Approach)

Pendekatan kelembagaan dilakukan untuk mengetahui individu atau kelompok bisnis yang terlibat selama proses pemasaran. Pendekatan ini menjelaskan peran dari masing-masing pelaku bisnis yang terlibat selama kegiatan pemasaran berlangsung.

3. Pendekatan Sistem Perilaku (The Behavioral Systems Approach)

Pendekatan sistem perilaku, pelengkap dari pendekatan fungsi dan kelembagaan, artinya memandang dari keseluruhan dimensi yang terbentuk dari interaksi antar lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran pada saluran pemasaran yang terbentuk.

Lembaga dan Fungsi-Fungsi Pemasaran

Limbong et al. (1985) mendefinisikan lembaga pemasaran sebagai suatu lembaga perantara yang berperan dalam kegiatan penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran tersebut dapat berupa individu atau kelompok bisnis yang terlibat dalam proses pemasaran produk. Adapun lembaga-lembaga pemasaran yang biasa terlibat dalam kegiatan pemasaran (Kohls et al. 1985), sebagai berikut:

1. Pedagang Perantara (Merchant Middlemen)

(23)

a. Pedagang Pengumpul (Assembler), mengumpulkan dan membeli langsung produk dari petani (produsen) untuk kemudian dijual kembali kepada pedagang besar, pedagang pengecer, atau lembaga pemasaran lain.

b. Pedagang Besar (Wholeseller), menjual produk kepada pedagang pengecer, pedagang besar lain atau industri tetapi tidak menjual produk kepada konsumen akhir.

c. Pedagang Eceran (Retailer), membeli produk dari pedagang besar ataupun pedagang pengumpul untuk kemudian dijual kepada konsumen akhir.

2. Agen Perantara (Agent Middlemen)

Agen perantara merupakan lembaga pemasaran yang tidak memiliki barang tetapi menguasai barang, memperoleh pendapatan dari komisi atau bayaran dari kegiatan jual-beli.

a. Broker (Brokers), bertugas dalam menyalurkan produk untuk mendapatkan komisi tanpa memiliki hak menguasai produk secara langsung.

b. Komisioner (Commision Men), menyalurkan produk tetapi tidak memiliki produk hanya memperoleh hak dan keluasaan dalam mengontrol barang yang diperjual-belikan guna mendapatkan komisi.

3. Spekulator (Speculative Middlemen)

Spekulator merupakan lembaga pemasaran yang melakukan pejualan dan pembelian produk dengan memanfaatkan pergerakan harga yang terjadi pasar untuk mendapatkan keuntungan.

4. Pengolah dan Pabrik (Processor and Manufactures)

Pengolah dan pabrik merupakan lembaga pemasaran yang melakukan beberapa tindakan pada produk dapat berupa perubahan bentuk fisik produk guna meningkatkan nilai tambah (value added) dan memperoleh marjin pemasaran. 5. Organisasi Pendukung (Facilitative Organizations)

Organisasi pendukung berperan membantu lembaga pemasaran dalam menjalankan aktivitas bisnisnya dan memperoleh pendapatan dari perkiraan biaya dari lembaga pemasaran yang menggunakan jasa mereka.

Penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen memerlukan berbagai kegiatan fungsional yang ditujukan untuk memperlancar proses penyaluran barang atau jasa secara efisien dan efektif guna memenuhi kebutuhan konsumen. Kegiatan fungsional tersebut adalah fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang berguna untuk peningkatan nilai guna dari komoditi pertanian.

Kegiatan-kegiatan yang dapat memperlancar proses penyampaian produk dari produsen (petani) ke konsumen disebut fungsi-fungsi pemasaran (Limbong et al. 1985). Fungsi-fungsi pemasaran diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama yaitu (Kohls et al. 1985):

1. Fungsi Pertukaran, merupakan kegiatan yang melibatkan pertukaran

kepemilikan melalui proses penjualan dan pembelian antara penjual dan pembeli. Fungsi pertukaran terdiri atas:

a. Pembelian

Pembelian merupakan kegiatan menentukan jenis barang atau jasa yang akan dibeli sesuai dengan kebutuhan konsumen dengan mengalihkan kepemilikan.

(24)

Penjualan merupakan kegiatan yang berupaya menciptakan permintaan melalui strategi promosi dan periklanan untuk dapat menarik minat pembeli serta terciptanya kepuasaan konsumen yang dilihat dari jumlah, bentuk, mutu.

2. Fungsi Fisik, merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan barang atau jasa berupa penanganan, pergerakan, dan perubahan fisik atas produk guna menimbulkan nilai guna, tempat, bentuk, waktu, dan kepemilikan. Fungsi fisik terdiri atas:

a. Pengangkutan

Pengangkutan bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa pada tempat yang tepat sesuai dengan jumlah, waktu, dan mutu.

b. Penyimpanan

Penyimpanan bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa tersedia pada waktu yang diinginkan.

c. Pengolahan

Pengolahan merupakan kegiatan mengubah bentuk produk untuk memperpanjang daya tahan produk serta meningkatkan nilai tambah produk tersebut.

3. Fungsi Fasilitas, merupakan kegiatan memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi fasilitas terdiri atas:

a. Standarisasi dan grading

Standarisasi merupakan ukuran yang menjadi standar penentuan mutu terhadap suatu barang dapat berupa warna, bentuk, ukuran, kadar air, dan tingkat kematangan. Grading merupakan tindakan menggolongkan atau mengkalsifikasikan barang agar menjadi seragam dari segi kualitas maupun kuantitas.

b. Pembiayaan

Pembiayaan merupakan kegiatan mengelola keuangan yang diperlukan selama proses pemasaran.

c. Penanggungan risiko

Penanggungan risiko merupakan kegiatan yang menghitung tingkat kemungkinan kehilangan atau kerugian selama proses pemasaran berlangsung.

d. Informasi pasar

Informasi pasar merupakan kegiatan mengumpulkan, menginterpretasikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan untuk kelancaran proses pemasaran.

Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran merupakan rangkaian lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan penyaluran barang dari produsen (petani) ke konsumen (Limbong et al. 1985). Adapun beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam memilih saluran pemasaran yaitu :

1. Pertimbangan pasar yang meliputi konsumen akhir dengan melihat pembeli potensial, konsentrasi pasar secara geografis, volume pesanan, dan kebiasaan pembeli.

(25)

3. Pertimbangan internal perusahaan yang meliputi sumber permodalan, pengawasan, penyaluran, pelayanan, dan pengalaman penjualan.

4. Pertimbangan terhadap lembaga pemasaran yang meliputi pelayanan lembaga pemasaran, kesesuaian lembaga pemasaran dengan kebijaksanaan perusahaan, dan pertimbangan biaya.

Struktur Pasar

Dahl et al. (1977), mendefinisikan struktur pasar sebagai dimensi yang menjelaskan jumlah perusahaan dalam suatu pasar, konsentrasi perusahaan, distribusi perusahaan menurut sifat produk, diferensiasi produk, dan syarat-syarat masuk pasar, serta penguasaan pasar. Ada 4 faktor penentu dari karakteristik struktur pasar : (a) jumlah atau ukuran pasar, (b) kondisi atau keadaan produk, (c) hambatan keluar atau masuk pasar, (d) tingkat informasi pasar atau pengaruh terhadap harga. Adapun karakteristik struktur pasar dari sudut pandang penjual dan pembeli, yaitu :

Tabel 4 Karakteristik struktur pasar pangan dan serat berdasarkan sudut pandang penjual dan pembelia

Karakteristik Struktur Pasar Produk

Jumlah Perusahaan Sifat Produk Sisi Pembeli Sisi Penjual

Banyak Homogen Persaingan Murni Persaingan Murni

Banyak Diferensiasi Persaingan

Monopolistik

Persaingan Monopolistik

Sedikit Homogen Oligopsoni Murni Oligopoli Murni

Sedikit Diferensiasi Oligopsoni

Diferensiasi

Oligopoli Diferensiasi

Satu Unik Monopsoni Monopoli

a

Sumber: Dahl et al. (1977).

Pada struktur pasar persaingan sempurna murni terdapat banyak penjual dan pembeli. Barang dan jasa yang dipasarkan bersifat homogen. Hambatan keluar masuk dalam struktur pasar ini relatif rendah. Penetapan harga dalam struktur pasar ini, penjual maupun pembeli adalah price taker sehingga tidak ada pembeli atau penjual yang mempunyai pengaruh besar terhadap harga yang tengah berlangsung

(26)

Struktur pasar monopoli memiliki ciri-ciri satu penjual yang mempunyai pengaruh atas penawaran produk tertentu sehingga dapat menetapkan atau mempengaruhi harga pasar (price maker). Hambatan masuk dan keluar pada struktur pasar ini tinggi sehingga bagi pendatang baru memiliki kesulitan untuk masuk dalam struktur pasar ini. Produk yang diperdagangkan bersifat unik.

Perilaku Pasar

Perilaku pasar merupakan pola strategi pemasaran yang disesuaikan dengan struktur pasar yang terbentuk dimana lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian, penentuan harga, serta kerjasama antar lembaga pemasaran (Dahl et al. 1977).

Kohls et al. (1985) menjelaskan bahwa ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam menggambarkan perilaku pasar, yaitu: (1) Input-output system, digunakan untuk menerangkan bagaimana perusahaan mengelola input yang dimiliki untuk menghasilkan output bagi perusahaan; (2) Power system, menjelaskan cara perusahaan dalam suatu sistem pemasaran, misalnya kedudukan perusahaan dalam suatu sistem pemasaran sebagai perusahaan yang memonopoli suatu produk sehingga perusahaan dapat sebagai penentu harga; (3) Communications system, menjelaskan cara mendirikan saluran informasi yang efektif; (4) System for adapting to internal and external change, menerangkan cara perusahaaan beradaptasi dalam suatu sistem pemasaran dan bertahan di pasar.

Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dijual dengan harga yang dibeli pada berbagai tingkat lembaga pemasaran. Marjin dapat juga diartikan sebagai balas jasa dari adanya kegiatan produktif berupa penambahan atau penciptaan nilai guna dalam pelaksanaan kegiatan pemasaran dari tingkat produsen sampai ke tingkat konsumen. Marjin sering digunakan untuk menjelaskan fenomena yang menjembatani gap antara pasar di tingkat petani dengan pasar di tingkat eceran (Asmarantaka 2009).

P

Sr

Pr --- Sf

M

Pf --- Dr Df

Q Qr,f

(27)

Keterangan :

Dr = Permintaan di tingkat konsumen akhir atau retailer (primary demand) Df = Permintaan di tingkat petani (derived demand)

Sr = Penawaran di tingkat konsumen akhir atau retailer (derived supply) Sf = Penawaran di tingkat petani (primary supply)

Pr = Harga di tingkat konsumen akhir atau retailer Pf = Harga di tingkat petani

Qr,f = Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan konsumen akhir atau retailer

M = Marjin pemasaran

Tomek et al. (1990), memberikan dua alternatif definisi marjin pemasaran yaitu: (1) perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen (petani) yang secara matematis dapat dirumuskan yaitu M=Pr-Pf, (2) harga dari kumpulan jasa-jasa pemasaran sebagai akibat adanya aktivitas-aktivitas bisnis yang terjadi dalam sistem pemasaran tersebut. Penentuan nilai marjin pemasaran dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu melalui return to factor dan return to institution. Return to factor merupakan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses pemasaran seperti upah, bunga, dan keuntungan. Sedangkan return to institution merupakan pengembalian terhadap jasa atau aktivitas yang dilakukan setiap lembaga dalam proses pemasaran.

Farmer’s Share

Farmer’s share merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan efisiensi pemasaran dari segi operasional secara kuantitatif. Kohls et al. (1985), farmer’s share merupakan perbedaan harga di tingkat petani dan pedagang pengecer. Farmer’s share merupakan proporsi nilai yang dibayarkan konsumen akhir dengan nilai yang diterima petani, dinyatakan dalam persentase (%).

Asmarantaka (2012) menyatakan bahwa dalam menginterpretasikan besaran marjin dan farmer’s share harus hati-hati. Marjin pemasaran yang tinggi atau rendahnya farmer’s share tidak selalu menunjukkan penerimaan petani dan efisiensi pemasaran, atau nilai dari pangan di tingkat konsumen akhir. Ukuran kecenderungan dari farmer’s share tidak selalu dapat digunakan sebagai ukuran dari efisiensi pemasaran karena kompleksnya penanganan produk yang harus dilakukan untuk meningkatkan kepuasaan konsumen. Walaupun demikian dari analisis farmer’s share ini dapat diketahui nilai yang diterima petani dari nilai yang dibayarkan oleh konsumen akhir.

Rasio Keuntungan dan Biaya

(28)

Nilai Tambah Hayami

Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas berupa perubahan bentuk, tempat, dan waktu karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dalam suatu proses produksi. Hayami et al. (1987) menyatakan bahwa nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa proses pengubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility) maupun proses penyimpanan (time utility). Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal, dan manajemen.

Sudiyono (2002) menyatakan bahwa pada kegiatan subsistem pengolahan alat analisis yang sering digunakan adalah analisis nilai tambah. Analisis nilai tambah ini dikemukakan oleh Hayami. Kelebihan analisis nilai tambah metode Hayami, sebagai berikut :

1. Lebih tepat digunakan untuk produk-produk olahan pertanian 2. Dapat mengetahui balas jasa bagi pemilik faktor produksi

3. Dapat mengetahui produktivitas produksi (rendemen dan efisiensi tenaga kerja) 4. Dapat digunakan untuk menghitung nilai tambah selain subsistem pengolahan

Menurut Hayami et al. (1987) ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dibagi menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku, dan tenaga kerja. Faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, dan nilai input lain.

Dalam analisis nilai tambah, terdapat tiga komponen pendukung yaitu faktor konversi menunjukkan banyak output yang dihasilkan dari satu-satuan input, faktor koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu-satuan input, dan nilai produk yang menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu-satuan input. Dari analisis nilai tambah Hayami dapat diperoleh informasi sebagai berikut :

1. Perkiraan nilai tambah (dalam rupiah)

2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (dalam persen) 3. Pangsa tenaga kerja (dalam persen)

4. Imbalan bagi modal dan manajemen yaitu tingkat keuntungan yang diterima perusahaan (dalam persen)

Distribusi nilai tambah berhubungan dengan teknologi yang diterapkan dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa keahlian dan keterampilan serta kualitas bahan baku. Penerapan teknologi yang cenderung padat karya akan memberikan proporsi bagian terhadap tenaga kerja yang besar daripada proporsi keuntungan bagi perusahaan. Sedangkan jika diterapkan teknologi padat modal maka besarnya proporsi bagian pengusaha lebih besar daripada proporsi bagian tenaga kerja.

Kerangka Pemikiran Operasional

(29)

1). Hal tersebut menjadikan ubi jalar memiliki potensi yang besar dalam mendukung program diversifikasi pangan di Indonesia. Selain itu ubi jalar juga memiliki potensi pasar yang masih sangat terbuka. Hal ini terlihat dari pengolahan ubi jalar bagi sektor industri baik pasar lokal maupun ekspor dapat digunakan sebagai bahan baku untukpembuatan bahan pakan ternak, tekstil, lem, fermentasi,

bioethanol, dan kosmetika sehingga menjadikan ubi jalar sebagai salah satu komoditi ekspor non migas Indonesia.

Salah satu sentra produksi ubi jalar di Indonesia adalah Jawa Barat. Ada beberapa daerah di Kabupaten Jawa Barat yang memiliki potensi pengembangan agribisnis ubi jalar, salah satu diantaranya adalah Kabupaten Bogor. Desa Cikarawang yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor merupakan desa dengan sebagian besar petaninya melakukan usahatani ubi jalar. Jenis ubi jalar yang banyak ditanam oleh petani di Desa Cikarawang adalah ubi jalar AC. Keseluruhan petani di Desa Cikarawang menjual hasil panen langsung ke pedagang pengumpul atau dengan kata lain petani di desa tersebut memiliki ketergantungan yang tinggi kepada pedagang pengumpul dalam pemasaran ubi jalar. Kondisi ini terjadi karena petani kurang memiliki akses pasar serta membutuhkan biaya operasional yang cukup besar untuk menjual produknya langsung ke pasar. Selain itu, akses informasi mengenai harga perkembangan ubi jalar dipasaran hanya diketahui petani dari pedagang pengumpul sehingga

bargaining position lemah dalam penentuan harga.

Di Desa Cikarawang hasil panen ubi jalar yang tidak terjual karena terdapat tidak memenuhi standar pasar dan terserang hama penyakit oleh KWT (Kelompok Wanita Tani) Desa Cikarawng memanfaatkan ubi jalar tersebut untuk diolah menjadi tepung ubi jalar. Sedangkan di Desa Petir pelaku usaha mengolah ubi jalar menjadi pangsit dan kremes ubi jalar.

(30)

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional -Potensi pengembangan ubi jalar -Petani memiliki ketergantungan yang

tinggi kepada pedagang pengumpul -Kurangnya akses pasar serta informasi

harga di tingkat petani

-Kegiatan pengolahan ubi jalar

Sistem pemasaran ubi jalar dan nilai tambah produk olahan ubi jalar di Desa Cikarawang dan Desa Petir

Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

Pengolahan ubi jalar Pemasaran

ubi jalar segar

Kremes Tepung

Pangsit Analisis

Kuantitatif 1.Marjin Pemasaran 2.Farmer’s share

3. Rasio keuntungan dan biaya Analisis

Kualitatif 1.Lembaga dan Fungsi

Pemasaran 2. Saluran Pemasaran 3.Struktur Pasar 4.Perilaku Pasar

Analisis Nilai Tambah Produk 1. Besarnya nilai tambah 2. Nilai output

3. Tingkat Keuntungan 4. Pangsa Tenaga Kerja

(31)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

purposive (sengaja) berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan kedua desa yang memiliki potensi pengembangan agribisnis ubi jalar dengan sebagian besar petani di desa tersebut melakukan budidaya ubi jalar serta terdapat pengolahan pascapanen ubi jalar. Waktu pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan April 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari hasil observasi langsung di lapang, pengisian kuesioner, dan wawancara langsung dengan petani ubi jalar dan pelaku usaha olahan ubi jalar di lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur buku dan jurnal yang relevan dengan penelitian serta data-data dari dinas atau instansi terkait seperti Kementrian Pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Buku Profil Desa Cikarawang, Buku Profil Desa Petir, Badan Pusat Statistik, BP3K (Badan Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan), Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, dan literatur-literatur lain yang berasal dari internet, hasil penelitian terdahulu (skripsi dan jurnal).

Metode Pengumpulan Data

(32)

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan analisis kualitatif dan analisis kuantatif. Analisis data kualitatif menggambarkan secara deskriptif lembaga dan fungsi pemasaran, saluran pemasaran, struktur, dan perilaku pasar. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya, dan menghitung nilai tambah produk olahan ubi jalar. Alat untuk analisis data kuantitatif yang digunakan adalah Microsoft Excel dan kalkulator.

Analisis Lembaga dan Fungsi Pemasaran

Analisis lembaga pemasaran digunakan untuk melihat pihak-pihak yang melakukan kegiatan atau fungsi pemasaran baik secara perorangan maupun kelompok sehingga barang-barang tersebut dapat berpindah dari produsen ke konsumen. Fungsi pemasaran adalah kegiatan atau tindakan yang dapat memperlancar aliran barang dari tingkat produsen (petani) ke tingkat konsumen. Analisis fungsi pemasaran meliputi (1) fungsi pertukaran yang terdiri atas fungsi penjualan dan fungsi pembelian, (2) fungsi fisik terdiri atas penyimpanan dan pengolahan, pengangkutan dan pengemasan produk, (3) fungsi fasilitas yang terdiri atas fungsi standarisasi (sortasi) dan grading, pembiayaan, penanggungan risiko, dan informasi pasar.

Analisis Saluran Pemasaran

Analisis saluran pemasaran dilakukan untuk mengetahui lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemindahan barang dari produsen (petani) ke konsumen di desa penelitian. Dari analisis saluran pemasaran dapat diperoleh informasi mengenai jumlah lembaga pemasaran yang terlibat dalam aliran pemasaran pada desa penelitian. Semakin banyak lembaga yang terlibat dalam saluran pemasaran suatu komoditi, maka semakin panjang aliran pemasaran yang dilalui komoditi tersebut. Akan tetapi, panjang atau pendek suatu saluran pemasaran tidak selalu mencerminkan keefisienan dari suatu sistem pemasaran.

Analisis Struktur Pasar

Analisis struktur pasar dilakukan untuk mengetahui kecenderungan struktur pasar yang dihadapi oleh masing-masing lembaga pemasaran. Penentuan struktur pasar ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi jumlah penjual dan pembeli, sifat dari produk yang diperjualbelikan, hambatan keluar masuk pasar, dan akses informasi pasar atau pengaruh terhadap harga.

Analisis Perilaku Pasar

(33)

Analisis Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran pada setiap lembaga pemasaran dihitung untuk mengetahui jenis dan besaran biaya setiap lembaga dalam jalur pemasaran, mulai dari produsen hingga konsumen. Marjin pemasaran merupakan selisih antara harga yang diterima konsumen dengan harga yang diterima pada tingkat produsen (petani). Marjin pemasaran pada setiap lembaga dihitung dari selisih antara harga penjualan dan harga pembelian di setiap lembaga pemasaran sedangkan untuk marjin pemasaran dalam satu saluran dihitung dari total seluruh keuntungan setiap lembaga ditambah dengan total biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh seluruh lembaga pemasaran dalam saluran pemasaran tersebut. Secara matematis analisis marjin pemasaran dapat ditulis sebagai berikut :

MT = Pr – Pf = ∑Mi

Keterangan :

M = marjin pemasaran

Mi = marjin pemasaran di tingkat lembaga ke-i; Mi = Pji – Pbi

MT = marjin total

Pji = harga jual di tingkat lembaga pemasaran ke-i Pbi = harga beli di tingkat lembaga pemasaran ke-i

Pr = harga jual di tingkat pengecer atau yang diterima konsumen Pf = harga jual di tingkat petani

Analisis Farmer’s Share

Farmer’s share merupakan bagian pendapatan yang diterima petani dari kegiatan pemasaran. Analisis farmer’s share digunakan untuk membandingkan persentase dari harga yang dibayar konsumen terhadap harga yang diterima petani (Limbong et al. 1985). Semakin tinggi harga yang diterima konsumen dari lembaga pemasaran (pedagang), maka persentase yang diterima oleh petani semakin sedikit. Hal ini dikarenakan adanya hubungan negatif antara marjin pemasaran dengan bagian yang diterima petani. Secara matematis farmer’s share dihitung sebagai berikut :

Fs = Pf

Pr× 100%

Keterangan :

Fs : persentase yang diterima petani dari harga konsumen akhir Pf : harga di tingkat petani

Pr : harga di tingkat konsumen akhir

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya

Analisis rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran yang tercermin dalam saluran pemasaran. Rasio keuntungan dan biaya adalah persentase keuntungan pemasaran terhadap biaya pemasaran yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Rasio keuntungan dan biaya = πi /Ci

Keterangan :

(34)

Analisis Nilai Tambah

Metode yang digunakan untuk menghitung nilai tambah dalam penelitian ini adalah metode Hayami. Prosedur analisis nilai tambah dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Prosedur analisis nilai tambah metode Hayamia

No Variabel Nilai

I. Output, Input, dan Harga

1. Output (Kg) A

2. Input (Kg) B

3. Tenaga kerja (HOK) C

4 Faktor konversi D = A/B

5. Koefisien tenaga kerja (HOK) E = C/B

6. Harga output (Rp/Kg) F

7. Upah tenaga kerja langsung (Rp/HOK) G

II.Penerimaan dan Keuntungan

8. Harga bahan baku (Rp/Kg) H

9. Sumbangan input lain (Rp/Kg) I

10. Nilai output (Rp/Kg) J = D x F

11 a. Nilai tambah (Rp/Kg) K = J – H – I

b. Rasio nilai tambah (%) L% = (K/J) x 100%

12 a. Pendapatan tenaga kerja langsung (Rp/Kg) M = E x G

b Pangsa tenaga kerja (%) N% = (M/K) x 100%

13 a. Keuntungan (Rp/Kg) O = K – M

b. Tingkat keuntungan (%) P% = (O/J) x 100%

III. Balas Jasa Pemilik Faktor-faktor Produksi

14. Marjin (Rp/Kg) Q = J – H

a. Pendapatan tenaga kerja langsung (%) R% = (M/Q) x 100%

b. Sumbangan input lain (%) S% = (I/Q) x 100%

c. Keuntungan pemilik perusahaan (%) T% = (O/Q) x 100%

a

Sumber: Hayami et al. (1987)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Wilayah Penelitian

Gambaran Umum Desa Cikarawang

Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah desa yaitu 226.56 hektar (Ha). Desa Cikarawang terletak pada ketinggian 193 meter diatas permukaan laut dan memiliki suhu udara 250 sampai 300 Celcius. Jarak dari pemerintahan Kecamatan Dramaga adalah 5 kilometer, sedangkan jarak dari Kabupaten Bogor adalah 35 kilometer. Batas-batas administratif pemerintahan Desa Cikarawang sebagai berikut:

(35)

- Sebelah Barat : Sungai Ciaduan (pertemuan Sungai Ciapus dan Cisadane) Wilayah Desa Cikarawang terdiri atas 3 Dusun dan 7 Rukun Warga (RW). Wilayah ini terbagi ke dalam wilayah kelompok masyarakat, yaitu 32 Rukun Tetangga (RT) yang menyebar di 11 kampung. Jumlah penduduk di Desa Cikarawang pada tahun 2012 adalah 8 228 jiwa yang terdiri atas 4 199 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4 029 jiwa berjenis kelamin perempuan dengan jumlah kepala keluarga 2 144 KK. Penggolongan usia penduduk Desa Cikarawang tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Penggolongan usia penduduk di Desa Cikarawang tahun 2012a

No Usia

(tahun)

Laki-laki Perempuan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 0-14 1 295 1 316 2 611 31.73

2 15-29 1 157 1 120 2 277 27.67

3 30-44 870 820 1 690 20.54

4 45-59 552 490 1 042 12.66

5 60-74 325 283 608 7.40

Jumlah 4 199 4 029 8 228 100.00

a

Sumber: Profil Desa Cikarawang 2012.

Jumlah penduduk Desa Cikarawang yang pernah mengikuti pendidikan formal sebesar 4 395 orang atau 53.42% dan sebanyak 3 833 orang atau 46.58% adalah lulusan sekolah dasar dari total jumlah penduduk 8 227 orang. Sarana pendidikan yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta di wilayah Desa Cikarawang terdiri atas 4 PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), 2 TK, 4 Sekolah Dasar atau sederajat, dan 1 SMP sederajat. Tingkat pendidikan penduduk dengan mayoritas petani akan berpengaruh pada tingkat pemahaman petani dalam menjalankan usahatani ubi jalar, selain pengalaman dalam usahataninya. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Cikarawang berada di sektor pertanian sebagai petani sebesar 310 orang dan buruh tani berjumlah 225 orang atau sekitar 32.94% dari jumlah keseluruhan penduduk yang bekerja. Selain itu, profesi penduduk di Desa Cikarawang yaitu adalah pedagang, PNS, TNI atau POLRI, dan karyawan swasta. Mata pencaharian penduduk Desa Cikarawang tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Mata pencaharian penduduk di Desa Cikarawang tahun 2012a

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 310 19.09

2 Buruh Tani 225 13.85

3 Pedagang 435 26.79

4 PNS 175 10.78

5 TNI/POLRI 2 0.12

6 Karyawan Swasta 477 29.37

Jumlah 1 624 100.00

a

Sumber: Profil Desa Cikarawang 2012.

(36)

dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Kelompok tani tersebut tersebar di empat kampung yang berbeda yaitu kelompok tani Hurip di kampung Carangpulang Bubulak, kelompok tani Mekar di kampung Carangpulang Kidul, kelompok tani Setia di kampung Cangkrang, kelompok tani Subur Jaya di Kampung Petapaan, dan kelompok wanita tani Melati di kampung Carangpulang Bubulak. Adapun beberapa pertanian yang diusahakan oleh penduduk Desa Cikarawang adalah padi, ubi jalar, jagung, kacang tanah, jambu kristal, dan pepaya. Komoditi unggulan petani di Desa Cikarawang adalah ubi jalar dan kacang tanah. Sedangkan untuk komoditi padi yang telah dipanen tidak dijual ke pasar atau tengkulak, melainkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan persediaan pangan bagi keluarga petani.

Gambaran Umum Desa Petir

Desa Petir merupakan salah satu desa di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Jarak Desa Petir dari pusat Kecamatan sekitar 5 kilometer, jarak dari Kabupaten Bogor adalah 30 kilometer, dan jarak dari Provinsi Jawa Barat sekitar 120 kilometer. Luas wilayah desa adalah 420 Hektar (ha). Desa Petir merupakan dataran rendah dengan ketinggian 300 meter dari permukaan laut dengan suhu udara rata-rata adalah 300C. Pembagian wilayah Desa Petir secara administratif sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Desa Neglasari - Sebelah Timur : Desa Sukawening

- Sebelah Selatan : Desa Sukajadi Kecamatan Ciomas - Sebelah Barat : Kecamatan Ciampea

Desa Petir memiliki 9 Rukun Warga (RW), 4 Rukun Tangga (RT), dan 4 Dusun diantaranya Dusun Babakan, Dusun Petir, Dusun Sempur, dan Dusun Cibeureum. Berdasarkan buku profil Desa Petir tahun 2012, jumlah penduduk Desa Petir berjumlah 12 385 jiwa yang terdiri atas 6 532 jiwa laki-laki dan 5 853 jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 3 006 Kepala Keluarga (KK). Tingkat pendidikan penduduk Desa Petir berdasarkan buku profil Desa Petir tahun 2012 masih tergolong rendah. Tingkat pendidikan yang paling banyak diterima oleh penduduk Desa Petir adalah SD (Sekolah Dasar) sebanyak 3 182 orang. Tingkat pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama) sebanyak 501 orang, SMA (Sekolah Menengah Atas) sebanyak 415 orang, akademi (D1-D3) sebanyak 18 orang, sarjana (S1) sebanyak 21 orang. Tingkat pendidikan penduduk Desa Petir tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Tingkat pendidikan penduduk di Desa Petir tahun 2012a

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Sekolah Dasar 3 182 76.92

2 Sekolah Menengah Pertama 501 12.11

3 Sekolah Menengah Atas 415 10.03

4 Akademi (D1-D3) 18 0.44

5 Sarjana (S1) 21 0.50

Jumlah 4 137 100.00

a

(37)

Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Petir antara lain: 2 buah TK (Taman Kanak-kanak), 6 buah SD (Sekolah Dasar), 1 buah SMP (Sekolah Menengah Pertama), 4 buah Lembaga Pendidikan Agama. Sarana transportasi umum yang digunakan oleh penduduk Desa Petir adalah angkutan perkotaan (angkot) dan ojek sepeda motor. Prasarana transportasi yang ada di Desa Petir berupa jalan sudah dalam kondisi yang baik dan teraspal sehingga mudah untuk dilalui kendaraan. Penduduk Desa Petir memiliki mata pencaharian yang beragam, akan tetapi sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian utama bagi penduduk Desa Petir. Selain itu, profesi penduduk di Desa Petir yaitu sebagai PNS, TNI atau POLRI, karyawan swasta, jasa (tukang ojek dan supir angkot), pedagang atau wiraswasta. Mata pencaharian penduduk Desa Petir tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Mata pencaharian penduduk di Desa Petir tahun 2012a

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 850 27.66

2 Buruh tani 1 213 39.47

3 PNS 75 2.44

4 TNI/POLRI 10 0.33

5 Pedagang/wiraswasta 610 19.85

6 Jasa (tukang ojek dan supir angkot) 315 10.25

Jumlah 3 073 100.00

a

Sumber: Profil Desa Petir 2012.

Jumlah penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai petani dan buruh tani masing-masing sebanyak 850 orang dan 1 213 orang. Mata pencaharian terbesar kedua terbesar setelah sektor pertanian sebanyak 610 orang adalah pedagang atau wiraswasta. Penduduk yang berprofesi sebagai pedagang atau wiraswasta di Desa Petir biasanya dapat berupa usaha sembako dan agroindustri. Salah satu bentuk agroindustri yang dilakukan oleh wiraswasta di Desa Petir adalah pengolahan hasil produksi petani berupa ubi jalar menjadi kremes, mie, pangsit, dan stik. Skala usaha agroindustri di Desa Petir masih dalam skala rumahan (home industry). Salah satu usaha agroindustri pengolahan ubi jalar di Desa Petir tersebut adalah usaha bersama ibu-ibu rumah tangga di Desa Petir yang bernama POSDAYA BERSAMA.

Gambaran Umum Usahatani Ubi Jalar

Usahatani ubi jalar yang dilakukan oleh petani di Desa Cikarawang melalui beberapa tahapan mulai dari persiapan lahan (pemupukan), persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan tanaman, dan panen. Kegiatan budidaya ubi jalar tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Persiapan Lahan

(38)

selama satu minggu agar terkena sinar matahari. Petani di Desa Cikarawang biasanya melakukan penanaman ubi jalar setelah panen padi sehingga perlu dilakukan pembersihan jerami terlebih dahulu dengan cara dibabat sebatas permukaan, sedangkan untuk petani yang menggunakan lahan kering dapat langsung melakukan pembajakan tanpa dilakukan pembersihan rumput.

Pembuatan guludan yang dilakukan oleh petani responden berukuran lebar 70 centimeter, tinggi 40 centimeter dengan jarak antar guludan 30 sampai 100 centimeter yang disesuaikan dengan kondisi lahan. Ukuran guludan tidak melebihi 40 centimeter karena guludan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terbentuknya ubi yang berukuran panjang dan dalam sehingga sulit untuk dilakukan pemanenan. Sebaliknya guludan yang terlalu dangkal akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi jalar dan memudahkan serangan hama seperti boleng atau lanas (Cylas sp). Arah bedengan yang digunakan petani responden adalah memanjang dari utara-selatan. Setelah dilakukan pembuatan bedengan tanah maka bedengan tanah tersebut dibiarkan selama satu minggu agar terkena sinar matahari dan kemudian dilakukan penggemburan kembali dengan dicangkul tipis. Pemberian pupuk organik atau pupuk kandang sebagai pemupukan dasar dilakukan untuk menambah bahan organik di dalam tanah.

Gambar 3 Tanaman ubi jalar dan lahan milik petani responden

Persiapan Bibit

Bibit yang digunakan oleh petani responden berasal dari tunas-tunas umbi yang telah terlebih dahulu disemai melalui proses penunasan. Perbanyakan tanaman dengan cara setek batang atau setek pucuk dilakukan maksimal sampai tiga turunan (F1, F2, dan F3). Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas umbi yang dihasilkan karena apabila terlalu banyak turunan akan menyebabkan hasil umbi atau panen menurun. Dari hasil wawancara, petani responden menyatakan bahwa jumlah bibit yang dibutuhkan untuk luas lahan 1 yaitu kurang lebih 40 000 setek. Jumlah bibit yang digunakan disesuaikan dengan jarak tanam 100 x 25 centimeter. Berdasarkan hasil wawancara, tata cara dalam penyiapan bibit dengan penunasan umbi sebagai berikut:

Gambar

Tabel 2  Perkembangan ekspor ubi jalar Indonesia tahun 2009-2012 a
Tabel 4  Karakteristik struktur pasar pangan dan serat berdasarkan sudut pandang a
Tabel 5  Prosedur analisis nilai tambah metode Hayami a
Tabel 6  Penggolongan usia penduduk di Desa Cikarawang tahun 2012a
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk tulah, Badan Nasional Penangguilangan Bencana (BNPB) dan Platform Nasional, akan menyelenggarakan pertemuan Forum PRB sekaligus penyelenggaran puncak peringatan bulan PRB

Surat Jaminan Purna jual selama minimal 6 (enam) bulan dari Distributor;2. Surat ketersediaan barang selama minimal 6 (enam) bulan dari

Dalam pemikiran Islam, seperti yang dikemukakan oleh al-Ghazali, kelompok-kelompok atau pemeluk agama lain yang tidak terjangkau oleh dakwah Islam, akan tetapi berpegang

Desa Prangat Baru juga memiliki beberapa lahan yang ditujukan untuk.. keperluan khusus, di antaranya adalah lahan pekarangan seluas delapan puluh

Berdasarkan hasil Evaluasi Penawaran yang telah dilakukan oleh Pokja Pengadaan Barang / Jasa Satker.. BLKI Kendari, terhadap Dokumen Penawaran saudara untuk pekerjaan “Pengadaan

ellocetive efflclency of dryland farmlng, and (2) fo snalyze drylend maize ferming competitiveness in Kabupaten Tanah Laut South Kalimentan, and the efficiency

Sesuai dengan permasalahan yang akan di bahas, maka pengumpulan data diperoleh dengan meneliti buku “Misteri Surah Yasin, Mengerti Kekuatan Jantung al- Qur’an

Cara pengumpulan data yang dapat berupa bukti tertulis dari objek penelitian untuk memperkuat data yang diperoleh khususnya yang berkaitan dengan analisis peran