• Tidak ada hasil yang ditemukan

Software Quality Evaluation of Integrated Library Information System (INLIS) for the Librarianship Task Implementation in the National Library of Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Software Quality Evaluation of Integrated Library Information System (INLIS) for the Librarianship Task Implementation in the National Library of Indonesia"

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KUALITAS APLIKASI

INTEGRATED LIBRARY

INFORMATION SYSTEM

(INLIS) BAGI PELAKSANAAN

TUGAS KEPUSTAKAWANAN DI PERPUSTAKAAN

NASIONAL RI

NURHADISAPUTRA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir Evaluasi Kualitas Aplikasi Integrated Library Information System (INLIS) bagi Pelaksanaan Tugas Kepustakawanan di Perpustakaan Nasional RI, adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini.

Bogor, September 2011

(4)
(5)

ABSTRACT

NURHADISAPUTRA. Software Quality Evaluation of Integrated Library Information System (INLIS) for the Librarianship Task Implementation in the National Library of Indonesia. Under direction of PUDJI MULJONO dan SRI WAHJUNI.

Integrated Library Information System (INLIS) is software used to perform the task of librarianship, which was developed by National Library of Indonesia in cooperation with PT. Quadra Solutions since 2005 until now. This research is conducted to evaluate INLIS based on three characteristics of the software quality: functionality of the software, portability of the software and usability of the software. Black box testing used in this research is to evaluate functionality and portability of the software, and survey research is used to accommodate the usability of the software. Result of functionality test shows that INLIS accomplished 100% in Security system for different user levels, 35.9% in work form that is used to perform librarianship task, 13% in help menus availability, 100% in record control, 100% in identification of creator, 100% in export and import data; in portability test shows that INLIS accomplished 100%, which means INLIS is adaptable in different environments. In usability test, the research shows 42.48% of respondents are not agree with statements in understandibility questionnaire, 50% of respondents are not agree with statements in operability questionnaire, and 43.75% of respondents are not agree with statements in attractiveness questionnaire. Recommendation of the research is prioritized to improve INLIS to eliminate bugs and other lacks.

(6)
(7)

RINGKASAN

NURHADISAPUTRA. Evaluasi Kualitas Aplikasi Integrated Library Information System (INLIS) Bagi Pelaksanaan Tugas Kepustakawanan di Perpustakaan Nasional RI. Dibimbing oleh PUDJI MULJONO dan SRI WAHJUNI.

Aplikasi Integrated Library Information System (INLIS) adalah sebuah aplikasi yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan tugas-tugas kepustakawanan, yang dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) bekerjasama dengan PT. Quadra Solutions sejak tahun 2005 hingga saat ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi INLIS berdasarkan tiga karakteristik kualitas sebuah aplikasi, yaitu: fungsionalitas, portabilitas dan kebergunaannya sebagai sebuah aplikasi. Penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu metode pengujian Black box yang dilakukan untuk menguji sistem dan metode kuesioner untuk mendapatkan hasil dari pengguna sistem.

Hasil dari pengujian yang berkaitan dengan fungsionalitas aplikasi, INLIS berhasil memenuhi 100% fungsi pengamanan berbagai tingkatan pengguna, 35.9% pemenuhan form kerja yang berlaku pada sebuah database perpustakaan setingkat nasional, 13% ketersediaan menu bantuan, 100% ketersediaan kontrol cantuman, 100% ketersediaan data mengenai identitas pengentri, dan 100% dalam ketersediaan fasilitas ekspor dan impor. Hasil dari pengujian mengenai portabilitas INLIS, pengujian dilakukan dengan mengujikan INLIS pada browser yang berbeda-beda, didapatkan hasil bahwa INLIS dapat berjalan di Mozilla Firefox 4.0, Internet Explorer 7.0, Safari 4.0.5, dan Opera 10. Hasil dari penyebaran kuesioner kepada pengguna INLIS didapatkan hasil bahwa sebanyak 42.48% responden tidak setuju dengan pernyataan terhadap kemudahan INLIS untuk dimengerti, sebanyak 50% responden tidak setuju dengan pernyataan berkaitan operabilitas INLIS, dan 43.75% responden tidak setuju dengan pernyataan berkaitan atraktivitas INLIS.

Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu adanya perbaikan dan pengembangan INLIS, dan hal yang paling penting untuk dilakukan adalah penambahan menu bantuan yang sangat membantu bagi pengguna ketika berinteraksi dengan INLIS, untuk selanjutnya pendidikan dan pelatihan bagi para pengguna sangat diperlukan agar INLIS dapat diberdayakan secara maksimal. Kata Kunci : Integrated Library Information System (INLIS), Evaluasi Qualitas

(8)
(9)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(10)
(11)

EVALUASI KUALITAS APLIKASI

INTEGRATED LIBRARY

INFORMATION SYSTEM

(INLIS) BAGI PELAKSANAAN

TUGAS KEPUSTAKAWANAN DI PERPUSTAKAAN

NASIONAL RI

NURHADISAPUTRA

G652080085

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Teknologi Informasi untuk Perpustakaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)
(13)

Judul : Evaluasi Kualitas Integrated Library Information System (INLIS) bagi Pelaksanaan Tugas Kepustakawanan di Perpustakaan Nasional RI

Nama : Nurhadisaputra

NRP : G652080085

Program Studi : Teknologi Informasi untuk Perpustakaan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si. Ir. Sri Wahjuni, M.T.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi MTP Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Aziz Kustiyo, S.Si., M.Kom. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

(14)
(15)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui beasiswa yang penulis terima dari Perpustakaan Nasional RI, meskipun dengan perjuangan yang tidak mudah karena penulis harus mengerahkan segala daya, upaya, pikiran dan waktu untuk mencapainya. Penelitian ini berjudul Evaluasi Kualitas Aplikasi Integrated Library Information System (INLIS) bagi Pelaksanaan Tugas Kepustakawanan di Perpustakaan Nasional RI. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember 2010 hingga April 2011. Lokasi penelitian ini bertempat di instansi dimana penulis bekerja yaitu di Perpustakaan Nasional RI yang berlokasi di jalan Salemba Raya No. 28 A Jakarta. Penulis menyadari bahwa untuk menyelesaikan penulisan karya ilmiah yang sempurna tidak mudah, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si dan Ibu Ir. Sri Wahjuni, M.T. selaku pembimbing atas arahan dan masukannya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Rindang Karyadin, S.T., M.Kom. selaku penguji pada sidang tugas akhir, serta seluruh keluarga dan rekan-rekan di kampus maupun di Perpustakaan Nasional RI, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga Allah SWT selalu memberikan ridho-Nya pada setiap niat baik kita. Amin.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2011

(16)
(17)

RIWAYAT HIDUP

(18)
(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xxi

DAFTAR GAMBAR ... xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 3

Tujuan ... 3

Manfaat ... 4

Ruang Lingkup ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Informasi ... 5

Sistem Informasi Perpustakaan ... 10

Kualitas Perangkat Lunak ... 12

Pengujian Perangkat Lunak ... 17

Sistem Informasi Perpustakaan INLIS ... 18

Kepustakawanan ... 26

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

Objek Penelitian ... 32

Model dan Variabel Penelitian ... 32

Tahapan Penelitian ... 34

Validitas dan Reliabilitas ... 35

Analisis Data ... 36

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengolahan Bahan Pustaka ... 39

Arsitektur dan Teknologi INLIS ... 41

Fungsionalitas ... 45

Sistem Pengamanan Berbagai Tingkatan ... 45

(20)

Halaman

Menu bantuan pada setiap menu/sub menu ... 55

Record control (Kontrol cantuman) ... 56

Adanya identitas pengentri ... 56

Ekspor dan impor data ... 56

Portabilitas ... 59

Usability ... 60

Understandibility ... 60

Operabilitas ... 63

Attractiveness ... 69

Pembahasan ... 72

Aplikasi INLIS berdasarkan Pengujian Black Box ... 72

Usability aplikasi INLIS berdasarkan Kuesioner ... 73

SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 75

Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Metode Pengujian INLIS berdasarkan Karakteristik ISO 9126 ... 34

2 Pengujian Tag Kategori M pada Koleksi Buku, Serial, Kartografi,Video, film dan Manuskrip ... 47

3 Pengujian Tag Kategori M pada Koleksi Berkas Komputer, Rekaman Suara, Campuran, Microfische dan Buku Teks ... 48

4 Pengujian Tag Kategori A 010 – 362 pada Koleksi Buku, Serial, Kartografi, Video, film dan Manuskrip ... 49

5 Pengujian Tag Kategori A 440 – 830 pada Koleksi Buku, Serial, Kartografi, Video, film dan Manuskrip ... 50

6 Pengujian Tag Kategori A 010 – 362 pada Koleksi Berkas Komputer, Rekaman Suara, Campuran, Microfische dan Buku Teks ... 52

7 Pengujian Tag Kategori A 352 – 830 pada Koleksi Berkas Komputer, Rekaman Suara, Campuran, Microfische dan Buku Teks ... 53

8 Hasil Pengujian Fungsionalitas Modul Katalogisasi INLIS ... 57

9 Kemudahan INLIS untuk dipelajari ... 60

10 Kemudahan INLIS untuk dioperasikan ... 61

11 Efesiensi waktu bekerja dengan INLIS ... 61

12 Peningkatan kinerja dari penggunaan INLIS ... 62

13 Kejelasan dan kemudahan menu serta form INLIS ... 62

14 Ketepatan feedback INLIS ... 63

15 Ketersediaan fasilitas “undo & redo” pada INLIS ... 64

16 Peringatan “error message” pada INLIS ... 64

17 Konsep kata yang mudah dimengerti dan dipahami pada INLIS ... 65

18 Kemudahan menemukan informasi pada INLIS ... 65

19 Ketersediaan fasilitas “help index” pada INLIS ... 66

(22)

Halaman

(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(25)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemajuan dunia Teknologi Informasi (TI) telah merambah hampir ke seluruh bidang kehidupan manusia. Berbagai hal yang sebelumnya hanyalah sebuah angan-angan kini telah menjadi kenyataan dengan hadirnya TI di dunia. Dengan hadirnya TI pekerjaan mungkin dilakukan tanpa atau dengan sedikit sekali campur tangan manusia.

Dalam dunia perpustakaan, kehadiran TI sangat membantu dalam banyak hal, mulai dari proses klasifikasi hingga temu kembali informasi. Berbagai aplikasi untuk perpustakaan, baik itu yang berlisensi maupun yang open source, terus bermunculan dan berkembang mengikuti tuntutan-tuntutan pasar.

Aplikasi-aplikasi perpustakaan yang berlisensi seperti Sistem Informasi Perpustakaan Terpadu IBRA yang dikembangkan oleh PT. Teratama Technology System, yang saat ini sudah mencapai versi 4, merupakan salah satu dari sekian banyak aplikasi perpustakaan berlisensi yang mendapat antusias cukup besar dari dunia perpustakaan di Indonesia, ini terlihat dari banyaknya institusi-institusi perpustakaan yang menggunakan aplikasi IBRA tersebut1. Selain itu, aplikasi perpustakaan yang bersifat open-source seperti Greenstone Digital Library yang dikembangkan oleh Waikato University dalam New Zealand Digital Library Project (NZDL) di New Zealand, atas dukungan dan kerjasama dengan UNESCO serta The Human Info NGO, Belgia2, cukup mendapat perhatian besar dari dunia perpustakaan, karena dianggap sebagai motor penggerak semangat open-source di dunia perpustakaan yang saat ini menjadi alternatif pilihan dari aplikasi-aplikasi berlisensi.

Tidak sedikit aplikasi-aplikasi perpustakaan baik yang berlisensi maupun yang bersifat open-source tersebut menyatakan bahwa aplikasi yang mereka kembangkan dapat mengakomodir seluruh proses bisnis yang ada dalam dunia

1

Syafar. 2009. Sistem Informasi Perpustakaan Terpadu IBRA. http://safari.web.id/info-dvertising/291/sistem-informasi-perpustakaan-terpadu-ibra.html. diunduh pada 25 Maret 2010.

2

(26)

perpustakaan. Namun terkadang kurangnya informasi serta proses bisnis dalam tiap-tiap perpustakaan yang berbeda-beda, dan kebutuhan aplikasi perpustakaan yang tidak hanya sekedar pada proses katalogisasi dan sirkulasi membuat aplikasi-aplikasi perpustakaan tersebut dianggap tidak mampu mengakomodir proses bisnis yang ada dalam perpustakaan secara menyeluruh, dan banyak perpustakaan harus mengembangkannya sendiri agar sesuai dengan proses bisnis yang dilakukannya dan kebutuhan yang dimilikinya.

Demikian pula dengan Perpustakaan Nasional RI yang sejak tahun 1992 menggunakan Virtua, yaitu versi web dari aplikasi perpustakaan yang dikembangkan oleh Virginia Tech Library System (VTLS). Dalam perjalannanya, Perpustakaan Nasional RI merasa bahwa Virtua sudah tidak dapat lagi menunjang seluruh kebutuhan yang diinginkan, serta mahalnya lisensi yang harus selalu dibayarkan setiap tahunnya kepada VTLS, menjadi titik awal pemikiran bahwa Perpustakaan Nasional RI harus mengembangkan sendiri aplikasi yang benar-benar mampu mengakomodir seluruh proses bisnis yang terjadi dan memenuhi seluruh kebutuhan yang diinginkan oleh Perpustakaan Nasional RI.

Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, penerapan teknologi informasi dalam perpustakaan tidak hanya sebagai penunjang dalam pelaksanaan tugas subtantif saja namun juga harus mampu sebagai penunjang tugas administratif. Berdasarkan pemikiran tersebut, Perpustakaan Nasional RI bekerjasama dengan PT. Quadra Solutions mengembangkan sebuah Sistem Informasi Perpustakaan Terpadu yang diberi nama INLIS (INtegrated LIbrary System) yang merupakan sistem informasi berbasis WEB yang dapat diakses dari manapun, sehingga mempermudah proses penelusuran informasi oleh penggunanya.

(27)

3

tahun 2005 dan hingga saat ini baru 4 modul yang berjalan dari 5 modul direncanakan.

Sistem Informasi Perpustakaan INLIS dianggap paling mampu mengakomodir seluruh proses bisnis yang terjadi di Perpustakaan Nasional RI dan diharapkan mampu menciptakan sebuah Katalog Induk Nasional dimana seluruh perpustakaan lain tidak perlu lagi memasukkan input katalog jika bahan pustaka tersebut telah dibuatkan katalognya oleh satu perpustakaan. Dalam penerapan INLIS, Perpustakaan Nasional RI telah memberikan perhatian yang besar dalam pengembangannya, dan pengembangan sumber daya manusia pun tak luput dari perhatian dengan tujuan INLIS dapat diberdayakan secara maksimal.

Untuk itu diperlukan sebuah analisis untuk melihat efektifitas penggunaan dan pemanfaatan INLIS dalam pelaksanaan/penyelesaian tugas-tugas kepustakawanan agar pengembangan INLIS dapat memberikan kontribusi yang besar bagi pelaksanaan pekerjaan yang lebih efisien dan efektif.

Rumusan Masalah

Masalah pokok yang mendasari pemilihan topik dalam penelitian ini adalah sejauhmana INLIS yang dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional RI sebagai pengganti dari aplikasi perpustakaan yang lama dapat mengakomodir kriteria-kriteria yang berlaku pada sebuah aplikasi perpustakaan, serta bagaimana tingkat kebergunaan aplikasi tersebut pada penggunaannya sebagai penunjang kinerja pustakawan.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa lengkap fasilitas dan fitur yang dimiliki Integrated Library Information System (INLIS) dalam fungsinya sebagai sistem informasi perpustakaan.

(28)

Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penyusunan tugas akhir ini adalah:

1. Memberikan bahan acuan, model pemikiran dan pertimbangan bagi para pustakawan pada umumnya dan pihak manajemen Perpustakaan Nasional RI pada khususnya, sehingga dapat memaksimalkan pemanfaatan INLIS dalam penyelesaian tugas-tugas kepustakawanan di Perpustakaan Nasional RI. 2. Meningkatkan serta memaksimalkan pemanfaatan aplikasi INLIS dalam

pelaksanaan tugas-tugas kepustakawanan di Perpustakaan Nasional RI

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini mencakup :

1. Identifikasi sistem informasi perpustakaan INLIS.

2. Menganalisis dan menguji sistem informasi perpustakaan INLIS pada tahapan implementasi khususnya pada modul katalogisasi.

3. Menganalisis pemberdayaan sistem informasi perpustakaan INLIS dalam pemanfaatannya sebagai sebuah aplikasi perpustakaan.

4. Pengujian terhadap sistem dilakukan pada tahapan implementasi dengan metode Black box yang melihat tolak ukur hasil keluaran sistem dari masukan yang diberikan.

5. Pengujian pada sistem dilakukan hanya pada tiga karakteristik kualitas aplikasi yang ada pada ISO 9126 yaitu, fungsionalitas, portabilitas dan usability.

(29)

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menguraikan tinjauan pustaka yang berkaitan dengan teori yang digunakan sebagai landasan teoritis penelitian. Tinjauan pustaka dibagi menjadi enam bagian yang terdiri dari sistem informasi, sistem informasi perpustakaan, kualitas perangkat lunak, pengujian perangkat lunak, sistem informasi perpustakaan INLIS, dan kepustakawanan.

Sistem Informasi

Pengertian sistem menurut Murdick (1993) adalah seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainya untuk suatu tujuan bersama. Sedangkan definisi sistem menurut Jogiyanto (2000) sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai satu tujuan yang telah ditetapkan. Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud dan tujuan yang sama.

Kamus Webster’s Unbriged dalam Al Fatta (2007) mendefinisikan sistem sebagai elemen-elemen yang saling berhubungan membentuk satu kesatuan atau organisasi. Definisi sistem informasi menurut Mukhtar (1999), adalah suatu pengorganisasian peralatan untuk mengumpulkan, menginput, memproses, menyimpan, mengatur, mengontrol, dan melaporkan informasi untuk pencapaian tujuan perusahaan. Ciri pokok sistem menurut Gapspert dalam Al Fatta (2007) ada empat, yaitu sistem itu beroperasi dalam suatu lingkungan, terdiri atas unsur-unsur, ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan utama. Empat komponen, yakni masukan, pengolahan, keluaran dan balikan atau control ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah.

Masukan / Input

Pengolahan / Processing

Keluaran / Output

(30)

Sementara Mc. Leod (1996) mendefinisikan sistem sebagai sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sumber daya mengalir dari elemen output dan untuk menjamin prosesnya berjalan dengan baik maka dihubungkan mekanisme kontrol. Untuk lebih jelasnya elemen sistem tersebut ditunjukkan pada Gambar 2 sebagai berikut:

Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa sistem adalah suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variabel-variabel yang saling teroganisasi, saling berinteraksi dan saling bergantung sama lain. Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sebuah sistem harus memiliki masukan (input), proses dan keluaran (output).

Informasi menurut Davis (2002) adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang. Mc Leod (1996) juga mengatakan bahwa informasi adalah data yang telah diproses, atau data yang memiliki arti.

Informasi menurut Mc Fadden (1999) adalah data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakannya. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang masih mentah yang belum dapat berbicara banyak, sehingga perlu diolah lebih lanjut sehingga menjadi sebuah informasi yang berguna untuk membuat suatu keputusan atau melakukan suatu tindakan.

Data yang ditangkap dianggap sebagai input, diproses kembali melalui model dan seterusnya membentuk suatu siklus. Menurut Burch dan Grudnitski

Input Transformasi g

Output Mekanisme

Kontrol Tujuan

(31)

7

(1986), siklus ini disebut dengan Siklus Informasi (Information Cycle) atau Siklus Pengolahan Data ( Data Processing Cycle) (Gambar 3.).

Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa informasi adalah data-data suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variabel-variabel yang saling teroganisasi, saling berinteraksi dan saling bergantung sama lain.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) menurut definisi Kertahadi (1995) adalah suatu alat untuk menyajikan informasi dengan cara sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Tujuannya adalah untuk menyajikan informasi guna pengambilan keputusan pada perencanaan, pemrakarsaan, pengorganisasian, pengendalian kegiatan operasi subsistem suatu perusahaan dan menyajikan sinergi organisasi pada proses. Sistem informasi berdasarkan konsep masukan, proses dan keluaran (input, processing, output – IPO) dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.

Proses

Input (Data)

Output (information

Data Penerima

Hasil Tindakan

Keputusan tindakan Dasar

Data

Gambar 3 Siklus Informasi. (Burch dan Grudnitski, 1986)

Input Data

Pengolahan / Processing

Output Data

(32)

Leitch dan Davis (1983) mengemukakan bahwa sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Sedangkan definisi sistem informasi menurut Sutabri (2005), adalah proses komunikasi dimana informasi masukan (input) direkam, disimpan dan diproses untuk menghasilkan informasi keluaran (output) yang berupa keputusan tentang perencanaan, pengoperasian dan pengawasan.

Sistem informasi menurut Burch dan Grudnitski (1986) terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan istilah blok bangunan, yaitu:

1. Blok masukan

Input mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input disini termasuk metode-metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.

2. Blok model

Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematika yang akan memanipulasi data dan data yang tersimpan di basisdata dengan cara yang sudah tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.

3. Blok keluaran

Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan menajemen serta semua pemakai sistem.

4. Blok teknologi

(33)

9

operator pengolahan kata, spesialis telekomunikasi, analisis sistem, penyimpanan data dan lain sebagainya.

5. Blok Basisdata

Basisdata (database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memenipulasinya. Data perlu disimpan di dalam basisdata untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam basisdata perlu diorganisasikan sedemikian rupa, supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Operasi data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas penyimpananya. Basisdata diakses atau dimanipulasi dengan menggunakan perangkat lunak paket yang disebut dengan DBMS (Database Management Sistem).

6. Blok kendali

Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti misalnya bencana alam, api, debu, kecurangan-kecurangan, kegagalan-kegagalan sistem itu sendiri, kesalahan-kesalahan, ketidak efisienan, sabotase dan lain sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancangdan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung cepat diatasi

Sebagai suatu sistem, keenam blok tersebut masing-masing saling berinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai sasaran.

(34)

Sistem Informasi Perpustakaan

Sistem Informasi Perpustakaan dikembangkan dari pemikiran dasar bagaimana melakukan otomatisasi terhadap berbagai proses bisnis dalam suatu perpustakaan. Sistem Informasi Perpustakaan (SIPERPUS) merupakan sebuah sistem yang terintegrasi untuk menyediakan informasi guna mendukung operasi, manajemen, dan fungsi pengambilan keputusan dalam Perpustakaan.

Sistem Informasi Perpustakaan (SIPERPUS) merupakan perangkat lunak yang didesain khusus untuk mempermudah pendataan koleksi perpustakaan, katalog, data anggota/peminjam, transaksi dan sirkulasi koleksi perpustakaan. Keseluruhannya administrasi dan operasional perpustakaan serta dapat menghasilkan bentuk- bentuk laporan yang efektif dan berguna bagi manajemen perpustakaan (Lutfian, 2009).

Sistem informasi perpustakaan menurut Siregar (2007) adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi pelayanan publik yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi peminjaman, pengembalian dan perpanjangan buku dan pembuatan laporan harian, bulanan ataupun tahunan guna mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.

Sistem informasi perpustakaan menurut Harmawan (2009) merupakan sistem automasi perpustakaan. Sistem perpustakaan memiliki modul-modul yang terintegrasi dari sistem yang satu ke sistem yang lain. Modul-modul yang dapat terintegrasi yaitu:

1. Modul Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan pokok dari perpustakaan atau pusat dokumentasi karena kegiatan ini mengusahakan buku-buku yang dibutuhkan bekerja secara sistematis sehingga dapat ada dalam koleksi. Modul pengadaan ini berfungsi untuk membuat daftar usulan buku dan daftar pengadaan buku.

2. Modul Pengkatalogan

(35)

11

yang tujuannya adalah untuk memudahkan para anggota perpustakaan untuk mengetahui koleksi perpustakaan dengan cepat. Adapun fungsi modul pengatalogan adalah untuk mengelola data koleksi buku maupun koleksi berkala. 3. Modul keanggotaan

Keanggotaan perpustakaan sagat perlu untuk mempermudah pengguna dalam meminjam koleksi perpustakaan. Pengurusan keanggotaan setiap perpustakaan memiliki kebijakan sendiri. Modul keanggotaan berfungsi untuk mengelola data anggota seperti penambahan, pengeditan dan penghapusan data anggota.

4. Modul sirkulasi

Sirkulasi adalah proses transaksi keluar dan masuknya koleksi perpustakaan yang melibatkan anggota perpustakaan. Pamuntjak (2000) mengemukakan:

“Peminjaman buku atau sirkulasi adalah kegiatan pengedaran koleksi perpustakaan, baik untuk dibaca di dalam perpustakaan maupun untuk keluar perpustakaan. Pelayanan dapat diberikan dengan sistem pelayanan terbuka dan

dengan sistem pelayanan tertutup”.

5. OPAC

Otomasi perpustakaan akan memudahkan pengguna/pustakawan dalam menelusur informasi khususnya katalog melalui OPAC (Online Public Access Catalog). Pengguna/ pustakawan dapat menelusur suatu judul buku secara bersamaan. Disamping itu, mereka juga dapat menelusur buku dari berbagai pendekatan, misalnya melalui judul, kata kunci, pengarang, kata kunci pengarang, subyek, kata kunci subyek, dan sebagainya, sedangkan apabila menggunakan katalog manual, pengguna/pustakawan hanya dapat akses melalui tiga pendekatan yaitu judul, pengarang, dan subyek (Harmawan, 2009).

(36)

pelayanan terbuka. Sekalipun dalam sistem pelayanan terbuka pengguna dapat masuk ke ruang penyimpanan koleksi untuk mencari dan menemukan sendiri bahan pustaka yang di butuhkan, namun keberadaan sebuah sistem informasi perpustakaan sangat diperlukan karena pengguna perpustakaan dapat langsung mengetahui status keberadaan bahan pustaka yang diinginkan.

Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa sistem informasi perpustakaan adalah sistem yang digunakan dalam perpustakaan untuk menjembatani proses-proses yang ada dalam perpustakaan baik itu yang bersifat manajerial maupun operasional, serta menjembatani antara pustakawan sebagai pengelola perpustakaan dengan pengguna. Sistem informasi perpustakaan harus mampu menyediakan setidaknya 4 modul utama yaitu modul keanggotaan, modul katalogisasi, modul sirkulasi dan modul OPAC.

Kualitas Perangkat Lunak

Definisi kualitas, di antaranya menurut Armand Vallin Feigenbaum dalam Berander dkk (2005), menjelaskan bahwa kualitas ditentukan oleh pelanggan, tidak ditentukan oleh pembuatnya, tidak oleh penjualnya, juga tidak oleh manajemen. Kualitas didasarkan atas pengalaman nyata pelanggan dengan suatu produk atau jasa, diukur menurut kebutuhannya, dinyatakan eksplisit atau implisit, disadari atau hanya dirasakan, keseluruhannya subyektif.

The Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE) dalam Simarmarta (2010) mendefinisikan kualitas sebagai “the degree to which a system, component or process meets customer or user needs or expectations”, ini diartikan bahwa kualitas adalah tingkatan pada sistem, komponen, atau proses yang sesuai kebutuhan atau harapan dari pelanggan atau pengguna. Menurut

(37)

13

Pengertian-pengertian di atas secara jelas memberikan definisi bahwa untuk menilai kualitas perangkat lunak dapat didasarkan pada karakteristik perangkat lunak itu sendiri dan berdasarkan pada pemenuhan kebutuhan pengguna perangkat lunak tersebut. Dari pemahaman tersebut maka dapat dipahami bahwa untuk menentukan kualitas perangkat lunak haru melakukan pengujian terhadap perangkat lunak tersebut serta melakukan pengujian terhadap penggunanya.

Definisi kualitas menurut The International Standards Organization (ISO) mendefinisikannya sebagai: “the totality of features and characteristics of a product or service that bear on its ability to satisfy specified or implied needs”, yang diartikan bahwa kualitas adalah totalitas fitur-fitur dan karakteristik-karakteristik dari produk atau layanan yang berpengaruh pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau kebutuhan tersirat. ISO menyoroti pada fitur-fitur dan karakteristik dari produk atau layanan dalam kemampuannya memenuhi kebutuhan yang ditentukan. menyediakan model yang berbasikan obyek dalam 3 konteks dasar yaitu: quality, requirements dan characteristics.

(38)

Gambar 5 Hubungan Kualitas, Perangkat Lunak dan Karakteristik. (Simarmata, 2010)

Berander dkk (2005) selanjutnya menyebutkan terdapat beberapa model kualitas secara terstruktur dan kuantitatif, di antaranya menurut International Organization for Standardization (ISO) 9126 yang berisi mengenai standar evaluasi kualitas perangkat lunak dan merupakan pengembangan dari ISO 90001. Ada enam ukuran kualitas yang ditetapkan oleh ISO 9126, yaitu fungsionalitas, kehandalan (reliability), kebergunaan (usability), efisiensi, portabilitas, serta keterpeliharaan (maintainability). Penelitian ini menggunakan beberapa faktor model kualitas ISO 9126, karena model tersebut memiliki seperangkat kriteria yang relevan untuk menguji aplikasi INLIS. Model kualitas tersebut dapat digambarkan secara ringkas sebagai berikut:

(39)

15

ISO 9126 mengidentifikasi enam karakteristik kualitas perangkat lunak utama serta sub-karakteristiknya untuk melengkapi enam karakteristik tersebut, yaitu:

1. Functionality: kemampuan perangkat lunak dalam memenuhi fungsi produk perangkat lunak yang menyediakan kepuasan kebutuhan pengguna. Fungsionalitas perangkat lunak mempunyai 5 sub-karakteristik, yaitu :

a. Suitability: Kemampuan perangkat lunak untuk menyediakan serangkaian fungsi yang sesuai untuk tugas-tugas tertentu dan tujuan pengguna;

b. Accuracy: Kemampuan perangkat lunak dalam memberikan hasil yang presisi dan benar sesuai dengan kebutuhan;

c. Security: Kemampuan perangkat lunak untuk mencegah akses yang tidak diinginkan, menghadapi penyusup (hacker) maupun otorisasi dalam modifikasi data;

d. Interoperabilitas: Kemampuan perangkat lunak untuk berinteraksi dengan satu atau lebih sistem tertentu;

e. Compliance: Kemampuan perangkat lunak dalam memenuhi standar dan kebutuhan sesuai peraturan yang berlaku.

2. Reliability: kemampuan perangkat lunak untuk perawatan dengan level performansi. Reliability atau keandalan perangkat lunak mempunyai 3 sub-karakteristik, yaitu :

a. Maturity: Kemampuan perangkat lunak untuk menghindari kegagalan sebagai akibat dari kesalahan dalam perangkat lunak;

b. Fault tolerance: Kemampuan perangkat lunak untuk mempertahankan kinerjanya jika terjadi kesalahan perangkat lunak;

c. Recoverability: Kemampuan perangkat lunak untuk membangun kembali tingkat kinerja dan memulihkan data yang rusak.

(40)

a. Time behavior: Kemampuan perangkat lunak dalam memberikan respon dan waktu pengolahan yang sesuai saat melakukan fungsinya;

b. Resource behavior: Kemampuan perangkat lunak dalam menggunakan sumber daya yang dimilikinya ketika melakukan fungsi yang ditentukan 4. Maintainability: kemampuan yang dibutuhkan untuk membuat perubahan

perangkat lunak. Maintanability memiliki 4 sub-karakteristik, yaitu :

a. Analyzability: Kemampuan perangkat lunak dalam mendiagnosis kekurangan atau penyebab kegagalan;

b. Changeability: Kemampuan perangkat lunak untuk dimodifikasi tertentu; c. Stability: Kemampuan perangkat lunak untuk meminimalkan efek tak

terduga dari modifikasi perangkat lunak;

d. Testability: Kemampuan perangkat lunak untuk dimodifikasi dan divalidasi perangkat lunak lain

5. Portability: kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan perangkat lunak yang dikirim ke lingkungan berbeda. Portability memiliki 4 sub-karakteristik, yaitu :

a. Adaptability: Kemampuan perangkat lunak untuk diadaptasikan pada lingkungan yang berbeda-beda;

b. Instalability: Kemampuan perangkat lunak untuk diinstal dalam lingkungan yang berbeda-beda;

c. Co-existence: Kemampuan perangkat lunak untuk berdampingan dengan perangkat lunak lainnya dalam satu lingkungan dengan berbagi sumber daya

d. Replaceability: Kemampuan perangkat lunak untuk digunakan sebagai sebagai pengganti perangkat lunak lainnya

6. Usability: kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan perangkat lunak. Usability perangkat lunak memiliki 3 sub-karakteristik, yaitu :

(41)

17

b. Operabilitas: Kemampuan perangkat lunak dalam kemudahan untuk dioperasikan;

c. Attractiveness: Kemampuan perangkat lunak dalam menarik pengguna ISO 9126 adalah standar terhadap kualitas perangkat lunak yang diakui secara internasional. Terpenuhinya item-item pada ISO 9126 pada sebuah perangkat lunak tidak serta merta memberikan sertifikat ISO terhadap perangkat lunak tersebut karena standar ISO juga harus dipenuhi dari sisi manajemen pembuat perangkat lunak tersebut, dengan kata lain jika manajemennya tidak memenuhi standar ISO maka hasil kerjanyapun tidak dapat diberikan sertifikat standar ISO.

Penelitian menggunakan standar ISO 9126 sebagai pengujian terhadap kualitas perangkat lunak INLIS. Penelitian ini hanya meneliti tiga karakteristik yang terdapat pada ISO 9126, yaitu fungsionalitas, portabilitas dan usability.

Pengujian Perangkat Lunak

Pengujian merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu perangkat lunak. Proses pengujian juga mempengaruhi masa penggunaan suatu perangkat lunak. Semakin rinci proses pengujian yang dilakukan, akan semakin lama rentang waktu yang diperlukan antara maintenance satu dan selanjutnya.

Definisi pengujian perangkat lunak menurut Myers (2004) adalah proses menjalankan program dengan maksud menemukan kesalahan. Sedangkan menurut IEEE (1990) pengujian perangkat lunak adalah sebuah proses yang dijalankan pada sebuah sistem operasi atau komponennya pada kondisi tertentu, dengan pengamatan atau pencatatan hasil yang kemudian dievaluasi dari beberapa aspek sistem dan komponen. Pengujian perangkat lunak ini juga merupakan proses analisis item perangkat lunak untuk mendeteksi perbedaan antara kondisi yang ada dengan yang diinginkan dan mengevaluasi fitur item perangkat lunak.

(42)

Dalam penelitian ini pengujian perangkat lunak digunakan untuk menganalisa sejauhmana perangkat lunak INLIS mampu memenuhi item-item yang menjadi penilaian ISO 9126. Sudut pandang pengujian ini dilakukan untuk mencegah subjektivitas responden jika dilakukan analisa sistem dengan melakukan survey terhadap pengguna INLIS.

Pengujian sistem dapat digunakan berbagai metode, diantaranya pengujian black box dan pengujian white box. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam pengujian sistem menggunakan metode black box, metode ini digunakan dengan asumsi tidak mengenal struktur internal dari program.

Pengujian black box berkonsentrasi untuk menemukan kondisi dimana program tidak berjalan sesuai dengan spesifikasi (fungsional), berusaha menemukan kesalahan fungsi yang tidak benar atau tidak ada, kesalahan interface, kesalahan pada struktur data atau akses database, serta kesalahan perilaku atau performa. Menurut Myers (2004) Pengujian black box testing digunakan untuk menguji fungsi-fungsi khusus dari perangkat lunak. Kebenaran perangkat lunak yang diuji hanya dilihat berdasarkan keluaran yang dihasilkan dari data atau kondisi masukan yang diberikan untuk fungsi yang ada tanpa melihat bagaimana proses untuk mendapatkan keluaran tersebut. Dari keluaran yang dihasilkan, kemampuan program dalam memenuhi kebutuhan pemakai dapat diukur sekaligus dapat diiketahui kesalahan-kesalahannya.

Menurut Beizer (1995) pada pengujian dengan black box testing, seorang penguji tidak akan secara langsung berhubungan dengan control flow, data flow, dan code program. Seorang penguji memperhatikan kesesuaian antara output dari input yang diberikan. Untuk bisa menemukan semua kesalahan menggunakan strategi ini, diperlukan exhaustive input testing (menggunakan segala macam kemungkinan sebagai input). Input tidak hanya valid input, tetapi juga kombinasi yang mungkin dimasukkan.

Sistem Informasi Perpustakaan INLIS

(43)

19

untuk mendukung pelaksanaan tugas subtantif dan administratif perpustakaan, khususnya di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Perpustakaan Nasional sebelum mengembangkan INLIS telah menerapkan otomasi perpustakaan dengan menggunakan Virtua yaitu aplikasi sistem informasi perpustakaan versi web dari The Virginia Tech Library System (VTLS), sebuah perangkat lunak perpustakaan produk Amerika Serikat untuk mendukung pekerjaan pengkatalogan dan penelusuran informasi. Fasilitas Virtua yang dioperasikan di Perpustakaan Nasional RI saat itu terbatas pada modul pengkatalogan (cataloging) dan OPAC (Online Public Access Catalog). Virtua merupakan sistem perpustakaan dengan basisdata Oracle 8i, yang sudah memenuhi standar INDOMARC (INDOnesian format for MAchine Readable Catalog) dan MARC (Machine Readable Catalog) pada umumnya.

Dinamika perkembangan bisnis proses perpustakaan berubah sedemikian rupa sehingga Perpustakaan Nasional RI merasa Virtua tidak dapat lagi mengakomodir seluruh proses bisnis yang terjadi. Perpustakaan Nasional RI juga merasa perlu adanya suatu sistem informasi terpadu sebagai pendukung seluruh proses manajerial dilingkungan perpustakaan.

INLIS pada awalnya dirancang dan dikembangkan khusus untuk kepentingan pembangunan pangkalan data Katalog Induk Nasional (Union Catalog) yang lengkap yang dapat diakses melalui internet secara cepat dan mudah oleh pengguna perpustakaan di manapun. Penerapan teknologi informasi perpustakaan di Indonesia yang masih sangat heterogen dan melihat bahwa INLIS sendiri dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan berbagai tugas di perpustakaan, maka INLIS dikembangkan menjadi sebuah sistem perpustakaan yang lebih komprehensif dan terpadu.

(44)

Machine Readable Catalog) dan MARC21, standar pengkatalogan terbacakan mesin yang digunakan dalam lingkup internasional.

Penerapan MARC akan sangat mendukung upaya Perpustakaan Nasional dalam membangun berbagai basis data nasional (national databases) untuk kepentingan seluruh perpustakaan yang ada di Indonesia maupun di luar negeri. Untuk itu kajian yang berkesinambungan terhadap sistem informasi berbasis MARC, yang perkembangannya sangat dinamis, akan sangat membantu Perpustakaan Nasional dalam pengembangan pangkalan data berstandar dan dapat dimanfaatkan dalam lingkup internasional.

Sistem informasi INLIS rencananya terdiri dari 5 Modul Utama, yaitu : 1. Modul Akuisisi (Acquisition)

2. Modul Pengkatalogan (Cataloging) 3. Modul Penelusuran (OPAC)

4. Modul Sirkulasi (Circulation) 5. Modul Keanggotaan (Patron)

(45)

21

Berikut adalah diagram flow dari aplikasi INLIS :

BUDGET MAINT.

BOOK FUND MAINT.

BOOK SELLER MAINT. PROSES

PENGADAAN

BIBLIOGRAPHY RECORD

AUTHORITY RECORD

ITEMS BOOKS MAINT.

BOOKS AVAILABILITY

STATUS

PROSES TRANSFER ANTAR PERPUS

PROSES PELAYANAN

PUBLIK

BORROWERS MAINT. REGISTRATION

PROCESS

OPAC Acquisition Modul Circulation Modul

Patron Modul

OPAC Modul

Cataloging Modul KETERANGAN :

Gambar 7 Diagram Flow Aplikasi INLIS. (PT. Quadra Solution, 2006) Penjelasan Diagram Flow Aplikasi INLIS:

1. Modul Pengkatalogan (Cataloging Modul)

(46)

a. File Kendali untuk Tajuk Pengarang (Author Headings) b. File Kendali untuk Tajuk Subjek (Subject Headings)

c. File Kendali Tajuk Nama Badan Korporasi (Corporate Body Name Headings)

d. File Kendali Tajuk Nama Geografis (Geographic Name Headings) e. File Kendali Tajuk Nama Pertemuan (Meeting Name Headings).

File kendali berisi daftar tajuk yang digunakan dan tajuk yang tidak boleh digunakan. File kendali juga harus dapat menunjukkan keterkaitan antara tajuk-tajuk yang sejenis. Dengan mengacu kepada File Kendali, seorang pengkatalog dapat memilih tajuk yang sesuai dan benar untuk bahan pustaka yang dibuatkan katalognya dan dapat menunjukkan kepada pengguna tajuk-tajuk yang mungkin dapat dijadikan sebagai alternatif dalam penelusuran. Daftar tajuk yang boleh dan tidak boleh dipakai akan terus berkembang. Oleh karenanya, diperlukan fasilitas yang memungkinkan pustakawan untuk memelihara file kendali (menambah, menghapus, membuat link dalam daftar tajuk yang boleh dan tidak boleh dipakai). Sebagaimana halnya data bibliografis, MARC juga menyediakan format standar untuk pembuatan file kendali.

2. Modul Sarana Penelusuran atau OPAC (Online Public Catalog)

Modul Sarana Penelusuran merupakan sebuah sistem temu kembali informasi (information retreival system), yaitu sarana bagi pengguna perpustakaan untuk menelusur (searching) bahan pustaka yang diperlukannya dengan melakukan kegiatan temu kembali informasi (information retreival) melalui data bibliografis (katalog, indeks, dan sebagainya.) yang mewakili koleksi sebuah perpustakaan. Pada umumnya, pengguna OPAC dapat dikategorikan ke dalam kelompok: Pengguna Pemula (Novice User) dan Pengguna Ahli (Advanced User), oleh karenanya diterapkan teknik penelusuran yang bervariasi dalam sistem dan temu kembali informasi ini.

(47)

23

mencari informasi yang diperlukan berdasarkan Tajuk tertentu ke dalam ruas (field) tertentu saja. Sebagai contoh, bila pengguna meminta sistem untuk memanggil (retreive) bahan pustaka dengan subjek “Politik”, maka sistem akan mencari ke ruas-ruas yang berisi tajuk subjek untuk memanggil dan menampilkannya di layar dalam bentuk daftar tajuk subjek yang dijajarkan secara alfabetis dan diawali dengan kata politik.

Di belakang setiap tajuk dilengkapi dengan jumlah bahan pustaka menggunakan tajuk tersebut. Bila pengguna memilih salah satu tajuk, maka sistem akan menampilkan daftar seluruh judul bahan pustaka yang mempunyai subjek yang bersangkutan. Bila pengguna memilih salah satu judul, maka sistem akan menampilkan entri katalog judul tersebut. Langkah yang serupa dapat dilakukan untuk penelusuran berdasarkan Judul dan Pengarang.

Penelusuran kata kunci dapat dilakukan untuk semua ruas atau secara spesifik ke ruas pengarang, subjek atau judul saja. Penelusuran dapat menampilkan suatu daftar alfabetis berdasarkan kata kunci yang dicari, di mana kata kunci yang cocok berada di paling atas dari daftar itu. Di samping itu penelusuran dapat pula menampilkan sejumlah kata yang ditemukan secara eksak dari kata kunci yang dimasukkan. Argumen pencarian untuk penelusuran kata kunci, termasuk pencarian string (rangkaian kata-kata) kata kunci, adalah 26 karakter pertama.

Sistem mendukung penelusuran untuk nomor panggil dengan format Library of Congress (LC), Dewey Decimal Classification (DDC), dan Universal Decimal Classification (UDC). Untuk perpustakaan yang menerapkan klasifikasi berdasarkan Dewey Decimal Classification System, misalnya Perpustakaan Nasional RI, nomor panggil dibentuk dari {[Nomor klas] [3 huruf pertama nama pengarang] [1 huruf pertama judul]}.

Contoh: buku berjudul “Sejarah, cita-cita dan pengaruhnya Konferensi Asia-Afrika Bandung” karangan H. Roeslan Abdulgani, diberi nomor panggil 327.09 ABD s

(48)

Nomor Panggil ini. Bila tidak ada yang cocok, beberapa entri akan mendahului atau mengikuti argumen pencarian akan ditampilkan.

Penelusuran Bibliografis dan Nomor Kendali termasuk didalamnya nomor ISSN (Internasional Standard Serial Number), ISBN (International Standard Book Number), LCCN, OCLC, Bib-ID (Nomor Bibliografi), Auth-ID (Nomor Kendali), dan Item-ID (Nomor Koleksi).

Teknik temu kembali Boolean juga diterapkan pada INLIS yang merupakan teknik perluasan atau penyempitan relasi antar kata kunci dengan menggunakan

operator “dan” (and), "bukan” (not), serta “atau” (or). Penelusuran Boolean memungkinkan pengguna untuk meminta sistem agar mengkombinasikan lebih dari satu kata kunci atau model penelusuran untuk mendapatkan hasil retreival yang lebih luas atau lebih spesifik.

3. Modul Sirkulasi (Circulation Modul) Dalam modul ini meliputi fungsi-fungsi :

a. Pelaporan statistik keanggotaan, misalnya: jumlah transaksi pendaftaran dan perpanjangan keanggotaan per tahun; Frekuensi keaktifan anggota; statistik anggota berdasarkan jenis keanggotaan, gender, wilayah domisili, dan sebagainya.

b. Pemeliharaan data aset koleksi, misalnya: Koleksi apa saja yang dipunyai, tahun terbit, jumlah eksemplar yang dipunyai, kondisi fisik koleksi, lokasi penyimpanan, dan lain-lain.

c. Status keberadaan koleksi, misalnya: Jumlah koleksi, jumlah yang dipinjam berapa, jumlah yang ada di perpustakaan, status tanggal pengembalian, dan lain-lain.

d. Transaksi peminjaman, pengembalian, perpanjangan pinjaman oleh anggota.

(49)

25

g. Mencatat anggota yang terlambat mengembalikan, alasan keterlambatan, jumlah denda yang dikenakan disesuaikan dengan jenis koleksi yang dipinjam.

h. Pencatatan status kondisi fisik saat dikembalikan.

i. Pelaporan statistik sirkulasi, misalnya: jumlah transaksi peminjaman per tahun, frekuensi keterpakaian setiap bahan pustaka, subjek yang paling banyak diminati; keterpakaian per judul, dan sebagainya.

4. Modul Keanggotaan (Patron Modul)

Dalam modul keanggotaan ini terdapat fungsi-fungsi :

a. Penyediaan fasilitas pembangunan basisdata Anggota Perpustakaan, yang memuat informasi tentang Nama, alamat, pekerjaan, status, nomor telpon, dan lain-lain.

b. Administrasi Keanggotaan

c. Mencatat transaksi pendaftaran, tanggal awal masuk menjadi anggota, masa akhir berlakunya keanggotaan, perpanjangan masa keanggotaan, dan sebagainya.

d. Jenis Keanggotaan

e. Mencatat jenis anggota (Umum, Mahasiswa, Perusahaan) berikut fasilitas yang bisa digunakan dan pembatasan yang diterapkan untuk masing-masing jenis anggota.

f. Profil Keanggotaan

g. Mencatat keaktifan anggota, mencatat prilaku anggota dalam menggunakan fasilitas perpustakaan, misalnya: berapa kali terlambat dalam mengembalikan buku, pelanggaran-pelanggaran yang pernah dilakukan, dan sebagainya.

(50)

adalah sebagai pengguna akhir (end-user) yang dalam pekerjaan sehari-harinya sangat bergantung kepada aplikasi INLIS.

Kepustakawanan

Kepustakawanan menurut Perpustakaan Nasional RI dalam Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya adalah kegiatan utama dalam lingkungan unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi (perpusdokinfo) yang meliputi kegiatan pengadaan, pengolahan dan pengelolaan bahan pustaka/sumber informasi, pendayagunaan dan pemasyarakatan informasi, baik dalam bentuk karya cetak, karya rekam maupun multi media, serta kegiatan pengkajian atau kegiatan lain untuk pengembangan perpusdokinfo, termasuk pengembangan profesi. Kepustakawanan tidak dapat dipisahkan dari perpustakaan sebagai tempat bernaung dan pustakawan sebagai profesi yang melaksanakan tugas kepustakawanan.

Tugas kepustakawanan sangat beragam dan yang paling utama adalah bagaimana mengadakan, mengolah, mengelola dan mendayagunakan informasi sehingga dapat bermanfaat. Informasi itu sendiri mempunyai bentuk yang sangat beragam, baik itu berbentuk buku, majalah, jurnal, audio-visual dan lain sebagainya sehingga perlu untuk di klasifikasi untuk dapat ditemukan kembali oleh pengguna.

Tugas klasifikasi menurut Sulistyo Basuki (1991) adalah proses pengelompokan, artinya mengumpulkan benda/entitas yang sama serta memisahkan benda/entitas yang tidak sama. Secara umum dapat dikatakan bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke dalam tata urutan sistematis. Hamakonda dan Tairas (1995) mengatakan bahwa klasifikasi adalah pengelompokan yang sistematis daripada sejumlah obyek, gagasan, buku atau benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama.

(51)

27

penelusuran bahan pustaka yang dibutuhkan secara mudah dan cepat, diperlukan suatu sistem klasifikasi. Sistem klasifikasi dalam dunia perpustakaan adalah : 1. Klasifikasi Artifisial

Sistem ini adalah mengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri atau sifat-sifat lainnya, misal pengelompokan menurut pengarang, atau berdasarkan ciri fisiknya, misalnya ukuran, warna sampul, dan sebagainya.

2. Klasifikasi Utility

Pengelompokan bahan pustaka dibedakan berdasarkan kegunaan dan jenisnya. Misal, buku bacaan anak dibedakan dengan bacaan dewasa. Buku pegangan siswa di sekolah dibedakan dengan buku pegangan guru. Buku koleksi referens dibedakan dengan koleksi sirkulasi (berdasar kegunaannya).

3. Klasifikasi fundamental

Pengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri subyek atau isi pokok persoalan yang dibahas dalam suatu buku. Pengelompokan bahan pustaka berdasarkan sistem ini mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya:

a. Bahan pustaka yang subyeknya sama atau hampir sama, letaknya berdekatan.

b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai koleksi yang dimiliki dengan melihat subyek mana yang lemah dan mana yang kuat. c. Memudahkan pemakai dalam menelusur informasi menurut subyeknya. d. Memudahkan pembuatan bibliografi menurut pokok masalah.

e. Untuk membantu penyiangan atau weeding koleksi.

(52)

1. Klasifikasi DDC (Dewey Decimal Classification).

DDC merupakan sistem klasifikasi yang populer dan paling banyak pemakainya. Klasifikasi ini dalam pengembangannya menggunakan sistem desimal dengan angka arab sebagai simbol notasinya.

2. Klasifikasi UDC (Universal Decimal Classification).

UDC sebenarnya merupakan perluasan dari klasifikasi DDC. Pertama kali diterbitkan pada 1905 dengan nama Classification Decimal yang dikembangkan oleh FID (Federation International Documentation). UDC pembentukan notasinya menggunakan satu angka atau lebih. Klasifikasi ini mempunyai Tabel tambahan yang berfungsi untuk menyatakan adanya hubungan antar subyek satu dengan lainnya atau dengan aspek-aspek tertentu yang ada dalam pokok persoalan.

3. Klasifikasi LC (Library of Congress Classification)

Klasifikasi ini mulai dikembangkan pada 1899 dan diterbitkan pertama kali pada 1901. Klasifikasi ini disusun dengan menggunakan huruf dan angka sebagai simbol atas dasar urutan abjad.

Usai proses klasifikasi hal kedua yang paling utama dalam tugas kepustakawanan adalah katalogisasi yaitu proses pembuatan katalog dimana dalam katalog dicantumkan data penting yang terkandung dalam bahan pustaka, baik ciri fisik maupun isi intelektual, seperti nama pengarang, judul buku, penerbit dan subyek. Jadi katalogisasi adalah proses pengambilan keputusan yang menuntut kemampuan mengintepretasikan dan menerapkan berbagai standar sehingga hal-hal penting dari bahan pustaka terekam menjadi katalog.

Tujuan katalogisasi adalah merupakan sarana yang efisien membantu pengguna perpustakaan dalam memperoleh dokumen. Menurut Cutter dalam Hamakonda dan Tairas (1995) tujuan katalog adalah sebagai berikut:

1. Memungkin seseorang mememukan sebuah buku yang diketahui berdasarkan pengarang, judul atau subyek.

(53)

29

3. Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya atau berdasarkan karakternya.

Menurut bentuknya (fisik katalog) antara lain :

1. Book catalogue atau printed book adalah bentuk katalog paling tua yang dulunya digunakan di Perpustakaan Amerika. Ciri katalog ini adalah mahal pembuatannya dan tidak fleksibel terhadap perubahan koleksi perpustakaan Disamping itu perpustakaan harus menyediakan beberapa eksemplar untuk memenuhi kebutuhan pengguna.

2. Sheaf Catalogue, jenis ini terbuat dari kertas karton berukuran 10 X 20 cm, yang kemudian dijilid/dibendel dimana seetiap jilid berisi 50 kartu. Jenis ini kurang berkembang karena tidak fleksibel terhadan perubahan koleksi perpustakaan.

3. Microform catalogue (COM = Computer Output Microform), jenis katalog ini menjadi populer dengan adanya perkembangan komputer. Microform atau microfiche adalah hasil dari COM tersebut secara periodik perlu diperbaharui sebelum edisi terbaru dibuat. COM catalogue tidak fleksibel terhadap koleksi perpustakaan seperti jenis katalog sebelumnya, jenis katalog ini harus dibuat banyak.

4. Card Catalogue (katalog kartu), jenis katalog ini yang paling umum di perpustakaan seluruh dunia, sebelum peran komputer menggantikannya. Setiap entri dituangkan dalam kartu standar berukuran 7.5 X 12,5 cm. Kumpulan entri ini kemudian disusun secara sistematis berdasarkan pengarang, subyek, judul dan call number ke dalam almari katalog. Katalog kartu sangat fleksibel terhadap perubahan koleksi perpustakaan, karena jenis katalog ini akan dengan mudah diadakan penambahan dan pengurangan/penyusutan atau perubahan terhadap entrinya bisa dilakukan pada kartu itu sendiri, dan kemudian di-file kembali.

5. OPAC (Online Public Catalogue)

(54)

tersimpan dalam sebuah database, dimana pemustaka bisa akses melalui komputer yang disediakan. Database dapat diakses baik lokal, regional maupun internasional. Bentuk katalog ini yang paling fleksibel dan paling modern : penambahan, penyusutan atau perubahan terhadap entri bahan pustaka dapat dilakukan setiap saat dan sangat cepat. Sehingga hasilnya akan segera diketahui, yang paling menguntungkan bagi pemustaka, karena mereka bisa mengakses dengan menggunakan access point yang divariasikan.

Beberapa keunggulan OPAC antara lain : Filing tidak diperlukan lagi. Database dapat di update secara online atau remote, tersedianya menu help dan cross reference : dapat diproduksi dalam bentuk katalog lain, misalnya CD-ROM (Compact Disk Read Only Memory), dapat dihubungkan dengan database lain, perubahan secara global dapat dilakukan, namun demikian, beberapa

(55)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran dari variabel penelitian (Sugiyono, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai aplikasi perpustakaan INLIS dan persepsi penggunanya terhadap kehandalan INLIS sebagai sebuah aplikasi perpustakaan.

Traver Travens dalam Husein (2001) menjelaskan bahwa, “Penelitian

dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain”.

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan melakukan pengujian terhadap sistem informasi perpustakaan INLIS, melakukan pengamatan, dan survei guna mendapatkan hasil yang maksimal. Penelitian ini akan melakukan uji sistem terhadap modul Katalogisasi serta melakukan pengamatan dan survey terhadap pengguna akhir (end-user) sistem informasi perpustakaan INLIS yaitu pustakawan pada unit kerja katalogisasi di Perpustakaan Nasional RI yang dalam pelaksanaan kerjanya berhubungan langsung dengan aplikasi INLIS.

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Perpustakaan Nasional RI karena system informasi perpustakaan INLIS hanya dapat berjalan di jaringan LAN (Local Area Network) sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian di luar lingkungan Perpustakaan Nasional RI. Pelaksanaan pengamatan dan penyebaran kuesioner dilakukan terhadap para pustakawan yang aktif dalam pelaksanaan kerjanya berhubungan langsung dengan aplikasi INLIS.

(56)

kuesioner dilakukan pada bulan Februari 2011 hingga April 2011. Data hasil dari pengujian dan pengamatan sistem dikumpulkan dan dianalisis lebih lanjut, data hasil kuesioner untuk selanjutnya dimodifikasi menjadi data komputer dan diolah lebih lanjut dengan menggunakan aplikasi komputer.

Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini ada 2 yaitu aplikasi perpustakaan INLIS yaitu aplikasi yang digunakan untuk memasukkan data bibliografi dari koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. Penelitian terhadap aplikasi INLIS ini dilakukan dengan metode black box yang dilakukan dengan memberikan masukkan terhadap sistem dan melihat keluaran yang dihasilkan sistem.

Objek kedua penelitian ini adalah para pustakawan di Perpustakaan Nasional RI khususnya para pustakawan kataloger yang dalam rutinitas kerjanya berkaitan erat dengan aplikasi INLIS hal ini dilakukan untuk melihat sejauhmana aplikasi INLIS diterapkan di Perpustakaan Nasional RI.

Model dan Variabel Penelitian

(57)

33

Hasil identifikasi ISO 9126, dari enam karakteristik kualitas sebuah aplikasi ditetapkan hanya tiga karakteristik saja yang dijadikan variabel dalam penelitian ini, yaitu fungsionalitas, portabilitas dan usability. Tiga karakteristik lainnya yaitu reliability, efesiensi dan maintanability tidak menjadi fokus penelitian karena penulis merupakan pengguna luar yang tidak memiliki akses untuk masuk ke dalam manajemen INLIS. Pengujian hanya dilakukan pada penggunaan INLIS dari sisi client dan tidak masuk dalam lingkup server. INLIS sebagai program yang telah terkemas rapi tidak mungkin dimodifikasi sebagaimana deskripsi yang diberikan pada ISO 9126. Tiga karakteristik yang terdapat pada ISO 9126, yaitu fungsionalitas, portabilitas dan kebergunaan (Usability) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.

(58)

Tabel 1 Metode Pengujian INLIS berdasarkan Karakteristik ISO 9126.

Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian dimulai dengan menganalisi item-item yang terdapat pada ISO 9126 yang dapat diujikan terhadap INLIS, kemudian melakukan pengujian terhadap sistem informasi perpustakaan INLIS dengan pengujian black box, melakukan observasi di lapangan tempat pustakawan melakukan rutinitas pekerjaan yang berhubungan dengan aplikasi INLIS, selanjutnya menyebarkan kuesioner terhadap para pustakawan guna mendapat hasil yang maksimal. Objek penelitian adalah aplikasi INLIS dan Pustakawan Kataloger di Perpustakaan Nasional RI yang dalam pelaksanaan kerjanya berhubungan langsung dengan aplikasi INLIS. Untuk jumlah total pustakawan kataloger yang menggunakan aplikasi INLIS sekitar 28 orang dengan tugas yang berbeda-beda. Hasil dari pengujian sistem dan kuesioner tersebut akan dimodifikasi menjadi data komputer yang kemudian diolah dengan bantuan aplikasi komputer.

Karteristik Deskripsi Metode

Pengujian Ket.

Functionality

kemampuan perangkat lunak dalam menutupi

fungsi produk perangkat lunak yang

menyediakan kepuasan kebutuhan

user

Black box

Menguji kelengkapan INLIS mengacu pada standar modul katalogisasi

dengan melakukan pengujian dengan melihat

input dan hasil output

Portability

kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan perangkat

lunak yang dikirim ke lingkungan berbeda

Black box

Menguji portabilitas dengan menjalankan INLIS dengan lingkungan

yang berbeda-beda Usability kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan perangkat lunak

(59)

35

Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk menguji butir-butir kuesioner yang akan dilakukan terhadap pustakawan yang bekerja dengan INLIS, uji validitas ini menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Karl Pearson. Selanjutnya butir-butir kuisioner yang valid diuji tingkat reliabilitasnya dengan menggunakan teknik alpha cronbach. Perhitungan dilakukan dengan program komputer PASW Statistics Data Editor 18.0 for Windows.

Uji validitas instrumen yang dilakukan dengan menggunakan uji validitas konstrak. Uji validitas konstrak yaitu menyusun indikator pengukuran operasional berdasarkan kerangka teori konsep yang akan diukur. Secara sederhana dapat dikemukan, bahwa validitas konstrak dari sebuah instrumen ditentukan dengan jalan mengkorelasikan antara skor masing item dengan total skor masing-masing item. Jika r-hitung lebih besar dari r-tabel pada taraf kepercayaan tertentu, berarti instrumen tersebut memenuhi kriteria validitas. Taraf kepercayaan yang digunakan dalan uji validitas item pada penelitian ini adalah 95% dengan jumlah responden 15 (N=15). Item-item yang memiliki nilai r hitung > r tabel (0,514) itu item yang digunakan dalam penelitian.

Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode alpha cronbach diukur berdasarkan skala alpha cronbach 0 sampai 1. Jika skala itu itu dikelompok ke dalam lima kelas dengan reng yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut : 1. Nilai alpha cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel

2. Nilai alpha cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel 3. Nilai alpha cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel 4. Nilai alpha cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel

(60)

reliabilitas dengan menggunakan metode alpha cronbach menunjukan bahwa nilai alpha cronbach dari semua variabel berada pada kisaran 0,835-0,956, ini berarti dapat disimpulkan bahwa semua item untuk tiap variabel reliabel sampai sangat reliabel

Pada penghitungan validitas dan reliabilitas mengenai understandibility, didapatkan hasil bahwa nilai r hitung pada tiap item > r tabel (0,514), dengan demikian kuesioner dinyatakan valid. Untuk nilai reliabilitas angket diperoleh nilai alpha cronbach dari variabel understandibility sebesar 0.888 yang berarti sangat reliabel.

Penghitungan validitas dan reliabilitas mengenai operabilitas, didapatkan hasil bahwa nilai r hitung pada tiap item > r tabel (0,514), dengan demikian kuesioner dinyatakan valid. Untuk nilai reliabilitas angket diperoleh nilai alpha cronbach dari variabel operabilitas sebesar 0.956 yang berarti sangat reliabel.

Pada penghitungan mengenai attractiveness, didapatkan hasil bahwa nilai r hitung pada tiap item > r tabel (0,514), dengan demikian kuesioner valid. Untuk nilai reliabilitas angket diperoleh nilai alpha cronbach dari variabel attractiveness sebesar 0.956 yang berarti sangat reliabel.

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah analisis secara deskriptif, dimana data yang diterima kemudian diseleksi, disederhanakan, difokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional sesuai dengan tujuan penelitian, serta mendeskripsikan data hasil penelitian itu dengan menggunakan tabel sebagai alat bantu untuk memudahkan dalam menginterpretasikan.

Data hasil penelitian pada masing-masing tabel tersebut diinterpretasikan (pengambilan makna) dalam bentuk naratif (uraian) dan dilakukan penyimpulan. Pada dasarnya, analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (a) reduksi data, (b) paparan data, dan (c) penyimpulan.

(61)

37

penelitian dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna.

2. Paparan data adalah proses penampilan atau penyajian data secara lebih sederhana dalam bentuk tabel untuk diinterpretasikan dalam bentuk naratif.

(62)
(63)

39

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Di dalam bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian berikut pembahasannya sesuai dengan pokok permasalahan dan ruang lingkup penelitian mengenai evaluasi aplikasi Integrated Library Information System (INLIS) dengan mengacu pada karakteristik sebuah aplikasi komputer berdasarkan standar ISO 9126. Penelitian ini dilakukan dengan mengujikan fitur-fitur yang terdapat di INLIS untuk mendapatkan hasil pada karakteristik aplikasi yang bersifat fungsional, reliabilitas dan portabilitas, serta menyebarkan kuesioner terhadap pengguna INLIS untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam hal usability sebuah aplikasi komputer.

Pengolahan Bahan Pustaka

Modul katalogisasi INLIS adalah modul yang dibangun untuk membuat s

Gambar

Gambar 7 Diagram Flow Aplikasi INLIS. (PT. Quadra Solution, 2006)  Penjelasan Diagram Flow Aplikasi INLIS:
Gambar 9 Alur Kerja Bidang Pengolahan Bahan Pustaka Perpusnas.   (Perpusnas, 2009)
Gambar 10 Arsitektur 3 tier INLIS. (Quadra Solutions, 2006)
Tabel 2 Pengujian Tag Kategori M pada Koleksi Buku, Serial, Kartografi,Video,  film dan Manuskrip
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Jika tidak lengkap mengerjakan TP, maka diperbolehkan mengikuti tes awal tetapi nilai TP adalah nol (0)1.  Dilarang Mengerjakan TP di area gedung TPB, bila diketemukan ada

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) faktor belajar rata-rata sebesar 56 persen, motivasi rata-rata sebesar 100 persen, persepsi rata- rata sebesar 59

Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi, terlebih dahulu kita nyatakan variabel yang satu ke dalam variabel yang lain dari suatu

Senenan No.8 Jepara 51 Budianto Purwahjo /

With the addition of input, output and flow control operators, the assembly language logic engine simply had to evaluate these psuedo- code expressions in order to map fuzzy

Melalui studi literatur dan kebijakan/regulasi, salah satu alternatif yang diharapkan menjadi model penting penyediaan infrastruktur adalah skema Kerjasama Pemerintah

The results of this study showed that there is a significant difference in behavior (knowledge and attitude) of school age children before and after peer support

Dari paparan diatas dapat diketahui Literasi dini (emergent Literacy) merupakan pembentukan ketrampilan baca tulis awal sebelum anak masuk sekolah dengan melibatkan