• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kuersetin dalam Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Kuersetin dalam Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

LENA ELVIRA ROSA

PENENTUAN KUERSETIN DALAM BAWANG DAYAK

(Eleutherine palmifolia) DENGAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Kuersetin

dalam Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) dengan Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013

Lena Elvira Rosa

(4)
(5)

ABSTRAK

LENA ELVIRA ROSA. Penentuan Kuersetin dalam Bawang Dayak (Eleutherine

palmifolia) dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Dibimbing oleh DEDEN

SAPRUDIN dan EDY DJAUHARI PURWAKUSUMAH.

Eleutherine palmifolia yang dikenal dengan nama bawang dayak atau bawang sabrang adalah tanaman obat yang banyak digunakan dalam mengobati berbagai penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan menurunkan kolesterol. Penelitian ini bertujuan menentukan besarnya kandungan kuersetin dalam bawang dayak dan mendapatkan kinerja analisis penentuan kuersetin pada bawang dayak dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Untuk meyakinkan bahwa metode analisis KCKT dapat digunakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan maka metode tersebut divalidasi. Parameter-parameter validasi yang diuji meliputi linearitas, limit deteksi, limit kuantifikasi, dan ketelitian. Linearitas pada konsentrasi 0.5, 2.5, 10, dan 20 mg/L memiliki koefisien korelasi sebesar 0.9992. Limit deteksi metode ini adalah sebesar 0.0482 mg/L dan limit kuantifikasi sebesar 0.1460 mg/L. Ketelitian yang diperoleh dari metode ini ialah 13.41%. Rerata kadar kuersetin yang diperoleh adalah 0.2943%. Jumlah kuersetin yang cukup tinggi membuat bawang dayak berpotensi sebagai obat.

Kata kunci: bawang dayak, bawang sabrang, Eleutherine palmifolia, kromatografi

cair kinerja tinggi, kuersetin

ABSTRACT

LENA ELVIRA ROSA. Determination of Quercetin in Bawang Dayak

(Eleutherine palmifolia) Using High-Performance Liquid Chromatography. Supervised by DEDEN SAPRUDIN dan EDY DJAUHARI PURWAKUSUMAH.

Eleutherine palmifolia known as bawang dayak or bawang sabrang is widely used as herbal medicine to treat various diseases, including diabetes, hypertension and lowering cholesterol. The objectives of this research are to

determine content of quercetin in bawang dayak and to analyze the performance

of determination method of quercetin in bawang dayak using high-performance

liquid chromatography (HPLC). To ensure that HPLC method can be used for the intended purpose then the method has to be validated. Parameters determined on method validation were linearity, limit of detection, limit of quantification, and precision. The linearity in the concentrations of 0.5, 2.5, 10, and 20 mg/L showed correlation coefficient of 0.9992. The limit of detection was 0.0482 mg/L and the limit of quantification was 0.1460 mg/L. The precision of this method was

13.41%. The average concentration quercetin in bawang dayak was 0.2943%. The

number of quercetin that is high enough make bawang dayak potential as a

medicine.

Keywords: bawangdayak, bawang sabrang, Eleutherine palmifolia,

(6)
(7)

PENENTUAN KUERSETIN DALAM BAWANG DAYAK

(Eleutherine palmifolia) DENGAN

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

LENA ELVIRA ROSA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Penentuan Kuersetin dalam Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Nama : Lena Elvira Rosa

NIM : G44080102

Disetujui oleh

Dr. Deden Saprudin, MSi Pembimbing I

Drs. Edy Djauhari PK., MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Penentuan Kuersetin dalam Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) dengan

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi”.Penulis mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Dr. Deden Saprudin, MSi. dan Bapak Drs. Edy Djauhari PK., MSi selaku pembimbing yang senantiasa memberikan saran dan kritik yang membangun

kepada penulis selama melakukan penelitian. Kepada Genksi Foundation yang

telah memberikan beasiswa kepada penulis selama perkuliahan dan penelitian penulis mengucapkan terima kasih. Kepada Laboratorium Bersama penulis mengucapkan teima kasih atas bantuannya dalam keringanan biaya penelitian. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada Pak Eman Suherman, Bu Nunung Nuryanti, Pak Kosasih, Pak Edi Suhendar, dan Mas Eko, atas bantuan yang diberikan selama penulis melaksanakan penelitian.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Almarhumah Bunda, Almarhum Ayah, Kak Lusi, Bang Amir dan Ndung yang telah mendukung penulis dengan doa dan kasih sayangnya. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Septhia, Kiki, Ani, dan Nia atas bantuan dan dorongannya selama penelitian. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Mei 2013

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan dan Alat 2

Prosedur Penelitian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu 4

Hasil Ekstraksi Kuersetin 4

Hasil Analisis Ekstrak Bawang Dayak dengan KCKT 5

Metode Validasi 6

SIMPULAN DAN SARAN 9

Simpulan 9

Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 10

(13)

DAFTAR TABEL

1. Hasil pencarian eluen terbaik 6

2. Hasil pengujian linearitas 7

3. Hasil pengujian ketelitian 8

DAFTAR GAMBAR

1 Struktur kuersetin 5

2 Kurva standar kuersetin rerata 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram alir penelitian 12

2 Kadar air umbi bawang dayak 13

3 Kadar abu umbi bawang dayak 14

4 Pencarian eluen terbaik 15

5 Uji linearitas 18

6 Penentuan limit deteksi dan limit kuantifikasi 23

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang cukup berlimpah dengan hasil alamnya. Banyak diantara jenis tanaman yang tumbuh di Indonesia dapat digunakan untuk tujuan pengobatan. Tanaman yang dipercaya sebagai tanaman obat oleh masyarakat sebagian besar belum diketahui dengan pasti kandungan kimia dan khasiat. Kondisi ini menuntut adanya penelitian-penelitian yang mengarah pada penemuan kandungan kimia dan khasiat dari berbagai macam tanaman obat yang ada di Indonesia. Banyaknya penelitian yang telah dilakukan dan terbuktinya khasiat dari tanaman obat membuat penggunaan dan permintaan terhadap tanaman obat semakin meningkat.

Salah satu tanaman yang dipercaya berkhasiat dan digunakan sebagai obat

oleh masyarakat Indonesia adalah umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia)

yang termasuk dalam suku Iridaceae. Tanaman ini dapat tumbuh hampir di setiap daerah di Indonesia seperti di Kalimantan, Jawa, dan Sumatera. Tanaman ini banyak digunakan oleh masyarakat pedalaman sebagai obat/ramuan tradisional. Bahkan di Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur, bersama tanaman herbal lain bawang dayak diproduksi dalam bentuk kapsul tanpa bahan pengawet untuk mengatasi berbagai penyakit (Muchroni 2010).

Masyarakat Dayak sebagai konsumen terbanyak tanaman ini menuturkan bahwa bawang dayak sering digunakan sebagai obat kanker payudara dan penambah stamina. Selain itu, oleh masyarakat lain umbinya dipercaya bermanfaat sebagai antiemetik,radang usus, disenteri, penyakit kuning, luka, bisul,

diabetes melitus, hipertensi, dan menurunkan kolesterol (Arung et al. 2009).Hasil

uji yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tanaman bawang dayak memiliki hampir semua kandungan fitokimia, antara lain alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik dan steroid (Anne 2011).

Penelitian Rosfianita (2010) mengungkapkan kandungan terdapat flavonoid golongan flavonol pada bawang dayak. Sebagian besar tanaman obat mengandung banyak senyawa flavonoid (Farnsworth 1966). Jenis flavonoid yang banyak terdapat pada tanaman adalah kuersetin, mirisetin, dan kaemferol. Pada penelitian Miean dan Suhaila (2008) jenis flavonoid yang paling banyak terdapat dalam daun bawang adalah flavonoid jenis kuersetin. Berdasarkan penelitian tersebut, dimungkinkan bahwa pada bawang dayak jenis flavonoid yang paling banyak adalah kuersetin. Kuersetin merupakan senyawa golongan flavonol yang paling banyak terdapat dalam tanaman dan juga paling aktif (Furhman dan Aviram 2002). Banyak tanaman obat menunjukkan khasiatnya yang baik seiring dengan tingginya kandungan kuersetin. Khasiat bawang dayak yang banyak dipercaya sebagai antikanker dan penyakit lainnya dimungkinkan karena tingginya kadar kuersetin dalam bawang dayak.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kandungan

(16)

2

BAHAN DAN METODE

Bahandan Alat

Bahan-bahan yang digunakan antara lain sampel bawang dayak dari kebun

Biofarmaka Bogor, metanol, asetonitril, HCl, KH2PO4, H3PO4, dan standar

kuersetin. Alat-alat yang digunakan antara lain oven, tanur, eksikator, neraca

analitik, dan KCKT Shimadzu LC-20Akolom C-18 phase; Develosil ODS-UG-3

yang memiliki dimensi panjang 75 mm dan diameter dalam 4.6 mm. Fase gerak

yang digunakan adalah metanol dan H3PO40.5% secara isokratik dengan laju alir

0.9 mL/menit. Detektor yang digunakan adalah detektor ultraviolet (UV) pada panjang gelombang 370 nm.

Metode

Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi preparasi sampel bawang dayak, penentuan kadar air dan kadar abu, hidrolisis bawang dayak, dan kemudian penentuan flavonoid pada ekstrak bawang dayak dengan KCKT (Lampiran 1).

Preparasi Umbi Bawang Dayak

Umbi bawang dayak segar dibersihkan dari kotoran dengan mencucinya dengan air bersih, lalu ditiriskan. Sampel dirajang tipis dan dikering-anginkan di udara terbuka terlindung dari sinar matahari langsung. Sampel dianggap kering bila sudah rapuh (hancur jika diremas) kemudian sampel digiling sampai menjadi serbuk.

Penentuan Kadar Air (AOAC 2007)

Cawan porselen dikeringkan di dalam oven bersuhu 105 °C selama 60 menit. Selanjutnya cawan didinginkan dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang bobot kosongnya. Sebanyak 2 g serbuk umbi bawang dayak dimasukkan ke dalam cawan dan dikeringkan di dalam oven selama 5 jam pada suhu 105 °C. Setelah itu, cawan didinginkan dalam eksikator sekitar 30 menit dan ditimbang, demikian seterusnya sampai diperoleh bobot konstan. Penentuan kadar air dilakukan 3 kali ulangan (triplo).

Kadar air (%) = – × 100%

Keterangan:

A = bobot bahan sebelum dikeringkan (g) B = bobot bahan setelah dikeringkan (g)

Penentuan Kadar Abu (AOAC 2007)

(17)

3

kemudian dibakar dalam tanur pada suhu 600 °C sampai diperoleh abu. Cawan berisi abu didinginkan dalam eksikator dan ditimbang.

Kadar abu (%) = × 100%

Keterangan:

A = bobot contoh awal (g)

B = bobot abu (g)

Hidrolisis Bawang Dayak (Nuutila et al. 2002)

Ekstraksi sekaligus hidrolisis flavonoid dilakukan dengan menambahkan ke dalam100 mg serbuk umbi bawang dayak sebanyak10mL HCl 1.2 M dalam methanol 50% kemudian direfluks pada 35 °C selama 16 jam. Hidrolisis dilakukan 3 kali ulangan. Ekstrak didinginkan pada suhu ruang, lalu sebanyak 10

mL disonikasi,dan disaring menggunakan filter 0.45 μm sebelum diinjeksikan ke

KCKT.

Analisis Kuersetin dengan KCKT (Hertog et al. 1992)

Pencarian Eluen Terbaik. Eluen yang diujiialah campuran asetonitril dan

KH2PO4 0.025 M dengan nisbah, meliputi 3:1, 5:3, 1:2, dan 2:3 secara

isokratik.Perubahan konsentrasi KH2PO4juga dilakukan, yaitu menjadi 1.67 × 10

-3

M dan 1.00× 10-3M dengan nisbah asetonitril danKH2PO4 sebesar 1:3 secara

isokratik. Secara gradien diujikan dengannisbah asetonitril denganKH2PO40.025

M 1:3 pada menit 0-10 menit dan asetonitril denganKH2PO40.025 M 1:1 pada

menit 10-20. Selain itu, digunakan juga eluen campuran metanol dengan asam fosfat 0.5% 80:20.

Pembuatan Larutan Standar. Larutan stok standar kuersetin 500

μg/mLdisiapkan dengan melarutkan 5 mg standar kuersetindalam 10mL metanol.

Larutan standar yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 4 konsentrasi,

yaitu 0.5, 2.5, 10, dan 20 μg/mL, dibuat dengan mengencerkan larutan

stok.Larutan standar disaring menggunakan filter 0.45 μm sebelum diinjeksikan

ke KCKT.

Pembuatan Kurva Standar. Larutan standar dengan konsentrasi 0.5, 2.5,

10, dan 20 μg/mL diinjeksikan ke. KCKT. Luas puncak kromatogram standar yang diperoleh dari berbagai konsentrasi tersebut kemudian dialur ke dalam 1 grafik. Persamaan garis yang dihasilkan akan digunakan pada perhitungan limit

deteksi dan limit kuantifikasi.

Pengukuran Kadar Kuersetin. Larutan ekstrak bawang dayak hasil hidrolisis diukur kadar kuersetinnya dengan menggunakan KCKT. Kadar kuersetin ditentukan berdasarkan kurva standar yang merupakan hubungan antara konsentrasi standar dan luas puncak kuersetin.

Validasi Metode (Bae et al. 2012)

Parameter-parameter yang diukur adalah limit deteksi, limit kuantifikasi, linearitas, dan ketelitian.

(18)

4

Linearitas. Larutan standar kuersetin dengan konsentrasi 0.5, 2.5, 10, dan

20 μg/mL diinjeksikan ke dalam KCKT masing-masing sebanyak 3 kali.

Ketelitian. Larutan ekstrak bawang dayak, diinjeksikan sebanyak 5 kali.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu

Kandungan air di dalam suatu bahan merupakan faktor yang memengaruhi pertumbuhan bakteri dan mikroorganisme. Kadar air rerata umbi bawang dayak adalah 10.13%, yang menunjukkan bahwa dalam 100 gram sampel bawang dayak terkandung 10.13 g air yang terikat secara fisi dan dapat hilang oleh pemanasan pada suhu sekitar 105 °C. Data pengukuran tersaji pada Lampiran 2. Menurut Winarno (1992), kadar air minimum agar bakteri tidak tumbuh adalah 10%. Kadar air simplisia umbi bawang dayak yang diperoleh lebih besar dari 10% maka tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.

Kadar air juga dapat dipakai untuk menentukan kadar zat aktif berdasarkan bobot keringnya. Jumlah air yang terkandung pada suatu bahan bergantung pada perlakuan yang telah dialami bahan tersebut dan kelembapan udara tempat penyimpanan. Bahan yang sama jika dianalisis pada waktu yang berbeda dapat menghasilkan kadar zat aktifnya karena kelembapa berubah. Jika kadar air bahan diketahui, maka bobot keringnya tetap. Jadi, apabila zat aktif bahan tidak rusak dan bahan juga tidak mengalami perubahan selain kadar airnya, maka kadar zat aktif akan konstan nilainya (Harjadi 1986).

Penentuan kadar abu dilakukan untuk menentukan kandungan bahan-bahan anorganik atau mineral dalam suatu bahan, kemurnian serta kebersihan bahan. Kadar abu rerata yang diperoleh sebesar 3.20% (Lampiran 3).

Hasil Ekstraksi Kuersetin

Aglikon flavonoid dalam tumbuhan umumnya terikat pada gula dan terdapat dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida. Untuk penentuan kuersetin pada bawang dayak, residu gula harus terlebih dulu diputus dari aglikon dengan cara hidrolisis. Ekstraksi sekaligus hidrolisis flavonoid dilakukan dengan metode

refluks menggunakan pelarut metanol 50%. Hertog etal.(1992) melaporkan bahwa

(19)

5

Gambar 1 Struktur kuersetin

Menurut Nuutila et al. (2002), kondisi optimum hidrolisis untuk

menghasilkan kuersetin adalah pada suhu 35 °C dalam waktu 16 jam pada kondisi ini, kuersetin dalam bawang dayak tidak rusak dan terekstraksi secara maksimum. Jumlah kuersetin meningkat dengan semakin lama waktu hidrolisis, namun dapat pula terjadi degradasi kuersetin. Penelitian Lombard (2005) menunjukkan bahwa kuersetin glukosida dalam bawang relatif stabil terhadap suhu dan juga waktu hidrolisis. Penambahan HCl 1.2 M berfungsi menghidrolisis ikatan glikosidik pada flavonoid glikosida sehingga akan terpecah menjadi aglikon (flavonoid tanpa

gula terikat). HCl dipilih karena lebih efisien dibandingkan dengan H2SO4

(Hertog etal. 1992).

Hasil Analisis Ekstrak Bawang Dayak dengan KCKT

Fase gerak yang digunakan pada awal penelitian adalah asetonitril 25%

dalam KH2PO4 0025 M secara isokratik dengan laju alir 0.9 mL/menit. Eluen

tersebut tidak menghasilkan profil kromatogram yang baik, puncak kuersetin

melebar dan berekor.Hal ini dikarenakan KH2PO4 bersifat kurang polar sehingga

kurang baik mengalirkan kuersetin dan membuat puncak menjadi berekor. Kromatogram yang tidak cukup baik membuat pencarian eluen terbaik harus dilakukan untuk analisis ini.

Pencarian eluen terbaik dilakukan dengan menggunakan berbagai komposisi

eluenasetonitril dalam KH2PO4 0.025 M (Tabel 1). Penggunaan eluen yang

sama,tetapidengan nisbah asetonitril dan KH2PO4 0.025 Myang berbanding

terbalik dengan kondisi awal, (3:1) menghasilkan kromatogram dengan waktu retensi kuersetin terlalu cepat (Lampiran 4a).Agar kuersetin tidak terlalu cepat

keluar, nisbah asetonitril:KH2PO40.025 Mdiubah menjadi 1:1 dan 5:3. Kuersetin

bersifat polar, maka komposisi pelarut KH2PO40025 Mditambah agar eluen lebih

(20)

6

Tabel 1Pencarian eluen terbaik

Eluen Puncak yang dihasilkan Keterangan

Asetonitril:KH2PO40.025 M (3:1) Waktu retensi terlalu cepat Lampiran 4a

Asetonitril:KH2PO4 0.025 M (1:1) Waktu retensi terlalu cepat Lampiran 4b

Asetonitril:KH2PO4 0.025 M (5:3) Waktu retensi terlalu cepat Lampiran 4c

Asetonitril:KH2PO4 0.025 M (2:3) Berekor dan membelah Lampiran 4d

Asetonitril:KH2PO4 0.025 M (1:2) Berekor dan membelah Lampiran 4e

Asetonitril:KH2PO4(gradien) Berekor dan membelah Lampiran 4f

Asetonitril:KH2PO4 1.67 ×10-3 (1:3) Berekor dan membelah Lampiran 4g

Asetonitril:KH2PO4 1.00 × 10-3 (1:3) Berekor dan membelah Lampiran 4h

Metanol:Asam fosfat 0.5% (80:20) Tidak berekor Lampiran 4i

Pengujian campuran eluen asetonitril dan KH2PO4 dengan nisbah 2:3 dan

1:2 didasarlanpada selisih komposisi asetonitril dan KH2PO4yang tidak berbeda

jauh sehingga diharapkan dapat menghasilkan waktu retensi yang tidak terlalu cepat dan puncak yang tidak berekor tetapi, kromatogram yang didapatkan menunjukkan puncak yang berekor dan membelah menjadi beberapa puncak (Lampiran 4d dan 4e). Perubahan nisbah eluen dari isokratik menjadi gradien tetap menghasilkan puncak yang berekor(Lampiran 4f). Perubahan konsentrasi

KH2PO4juga dilakukan, tetapi puncak yang dihasilkan semakin membelah

(Lampiran 4g dan 4h). Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa eluen

campuran asetonitril dengan KH2PO4 tidak cukup baik digunakan untuk analisis

kuersetin. Selanjutnya analisis dilakukan dengan menggunakan eluen metanol dan asam fosfat 0.5% (80:20) dan laju alir 0.9 mL/menit. Eluen ini memberikan kromatogram (Lampiran 4i) dengan puncak yang cukup baik sehingga dipilih sebagai eluen untuk analisis selanjutnya.

Validasi Metode Penentuan Kadar Kuersetin dengan KCKT

Validasi metode analisis merupakan proses untuk menunjukkan bahwa prosedur analisis sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Validasi metode adalah proses penetapan dan evaluasi unjuk kerja sebuah metode analisis sesuai cara-cara yang ditentukan oleh konsensus bersama organisasi internasional. Validasi metode yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pengujian linearitas, limit deteksi, limit kuantifikasi, dan ketelitian.

Linearitas

Linearitas adalah kemampuan metode analisis untuk mendapatkan hasil uji yang proporsional terhadap konsentrasi analit. Linearitas metode penentuan kadar kuersetin dengan KCKT ditentukan dengan cara membuat kurva hubungan antara

konsentrasi standar pada sumbu x dan luas area pada sumbu y. Konsentrasi

standar kuersetin yang digunakan adalah 0.5, 2.5, 10, dan 20 mg/L sebanyak 3

kali ulangan. Linearitas dinyatakan dalam koefisien korelasi (r). Koefisien

korelasi adalah kemampuan dari metode analisis untuk menghasilkan angka analisis yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam contoh pada interval konsentrasi tertentu (Wahyuni 2006). Berdasarkan hasil pengujian diperoleh data

yang disajikan pada Tabel 2 sehingga menghasilkan kurva standar rerata nilai r

(21)

7

lebih besar dari 0.9900. Nilai r ini menunjukkan bahwa kurva memiliki kelinieran

yang tinggi, artinya dengan meningkatnya konsentrasi kuersetin maka luas puncak juga akan mengalami peningkatan yang linier.

Tabel 2 Hasil pegujian linearitas Konsentrasi

(ppm)

Luas Area (mAU*s)

Rerata SD RSD

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

0.5 45.1670 45.2620 45.0350 45.15467 0.114001 0.0025

2.5 156.1970 156.0450 153.9870 155.4097 1.234407 0.0079

10 626.1690 630.3570 625.1750 627.2337 2.750167 0.0044

20 1189.0720 1184.1740 1173.0080 1182.0850 8.233287 0.0070

Keterangan : SD : standar deviasi RSD : simpangan baku relatif

Gambar 2 Kurva standar kuersetin

Persamaan regresi linear untuk kurva standar rerata adalah y = 58.671x +

18.438(Gambar 2). Nilai kemiringan garis kurva menyatakan sensitivitas suatu metode. Nilai kemiringan garis yang besar menunjukkan bahwa perubahan konsentrasi yang kecil sangat berpengaruh terhadap sinyal detektor yang dihasilkan. Metode dengan nilai kemiringan seperti ini dapat dikatakan mempunyai sensitivitas yang sangat baik (Chan 2004).

Limit Deteksi dan Limit Kuantifikasi

Limit deteksi dan limit kuantifikasi diperoleh berdasarkan persamaan regresi linear kurva standar rerata hasil penentuan uji linearitas. Limit deteksi ditentukan untuk mengetahui konsentrasi analit terendah yang menghasilkan respons yang masih dapat dideteksi oleh sistem. Limit deteksi metode ini sebesar 0.0482 mg/L. Nilai ini menunjukkan bahwa sinyal antara kuersetin dengan derau dapat dibedakan pada konsentrasi terendah 0.0482 mg/L. Apabila nilai konsentrasi kuersetin dibawah 0.0482 mg/L maka instrumen tidak dapat mendeteksi keberadaan sinyal tersebut.

(22)

8

Limit kuantifikasi ditentukan untuk mengetahui konsentrasi analit terendah yang terdapat dalam sampel yang dapat diukur secara tepat dan teliti. Nilai limit kuantifikasi berdasarkan hasil uji sebesar 0.1460 mg/L. Konsentrasi analit yang terukur di bawah nilai ini memberikan ketelitian dan ketepatan yang kurang baik. Perhitungan limit deteksi dan limit kuantifikasi disajikan pada Lampiran 6.

Ketelitian

Ketelitian suatu metode analisis merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kesesuaian atau kedekatan setiap hasil analisis yang dilakukan berulang pada sampel yang homogen pada kondisi analisis yang sama. Ketelitian yang dilakukan adalah kedapatulangan karena dilakukan oleh operator, instrumen, peralatan, dan laboratorium yang sama. Kedapatulangan dapat digunakan untuk mengetahui adanya galat acak yang berasal dari preparsi contoh, seperti penimbangan, ekstraksi contoh, pembuatan larutan, penyaringan, dan kondisi instrumen KCKT yang digunakan.

Tabel 3 Hasil pengujian ketelitian

Ulangan Waktu Retensi Luas Area Kadar kuersetin (% b/b)

1 2.100 71.2860 0.2501

Ketelitian dapat diketahui dengan menghitung simpangan baku relatif (SBR)

dari lima kali pengukuran. Data pengukuran ketelitian pada sampel disajikan pada

Tabel 3. Nilai SBR yang dihasilkan sebesar 13.39%. Menurut ICH (1995) nilai

SBR harus lebih kecil atau sama dengan 2.0%. Akan tetapi kondisi ini sangat

bergantung pada konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi

laboratorium. Nilai SBR di atas 2% pada hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat galat acak yang berasal dari penyiapan larutan yang sangat memengaruhi hasil analisis secara nyata. Galat acak terbesar diduga dari proses hidrolisis dan

kondisi KCKT. Metode ini berdasarkan nilai SBR yang diperoleh termasuk tidak

cukup teliti, artinya setiap hasil analisis yang dilakukan secara berulang memiliki nilai kedapatulangan yang cukup berbeda jauh. Perhitungan ketelitian dapat dilihat pada Lampiran 7.

Pengukuran Kadar Kuersetin dalam Bawang Dayak

(23)

9

standar merupakan metode dengan penambahan sejumlah standar ke dalam analit (Harvey 2000). Hasil analisis terhadap pengukuran konsentrasi kuersetin menunjukkan bahwa bawang dayak memiliki konsentrasi kuersetin rerata

0.2943% (b/b). Kenikir merupakan tanaman yang diidentifikasi memiliki

konsentrasi kuersetin terbesar pada peneltian yang dilakukan oleh Nuri et al

(2010), yaitu sebesar 0.4399%. Miean dan Mohamed (2001), melakukan penelitian terhadap kandungan flavonoid (myrisetin, kuersetin, kaempferol, luteolin, dan apigenin) pada 62 jenis tanaman pangan daerah tropis. Berdasarkan hasil yang diperoleh, kandungan kuersetin pada ke-62 jenis tanaman tersebut tidaklah sebanyak pada kenikir dan juga bawang dayak. Kandungan kuersetin pada penelitian tersebut terbanyak ditemukan pada daun bawang, yaitu sebanyak 0.1497% (b/b).

Banyak tanaman obat menunjukkan khasiatnya yang baik seiring dengan tingginya kandungan kuersetin. Kuersetin telah terbukti memiliki aktivitas sebagai anti peradangan karena langsung menghambat penyebab utama dari proses peradangan tersebut. Kuersetin juga memiliki aktivitas anti tumor. Selain itu, kuersetin memiliki pengaruh yang positif dalam membantu untuk mencegah kanker, prostatitis, gangguan jantung, katarak, dan gangguan pernafasan, seperti

bronkitis dan asma (Gusdinar et al. 2009). Tingginya kadar kuersetin yang

terdapat dalam bawang dayak membuat bawang dayak memiliki kemampuan sebagai anti peradangan dan anti tumor yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif tanaman obat.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Metode penentuan kadar kuersetin dengan metode Kromatografi cair kinerja

tinggi mempunyai linearitas yang baik dengan persamaan kurva standar rerata y =

58.671x + 18.438dan r = 0.9992. Limit deteksi dan kuantifikasi berturut-turut

adalah 0.0482 mg/L dan 0.1460 mg/L. Metode ini mempunyai ketelitian yang tidak cukup teliti dengan nilai %SBR sebesar 13.39%. Konsentrasi kuersetin pada

bawang dayak sebesar 0.2943% (b/b) sehingga dapat digunakan sebagai tanaman

obat dengan kadar kuersetin yang cukup tinggi.

Saran

(24)

10

DAFTAR PUSTAKA

Anne A. 2011. Bawang dayak, obat herbal pengusir kanker [internet]. [diunduh 18 Nov 2011]. Tersedia dari: http://www.anneahira.com/bawang-dayak.htm.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2007. Official Methods of

Analysis of AOAC International. Washington DC (US): AOAC.

Arung ET, Kusuma IW, Christy OE, Shimizu K, Kondo R. 2009. Evaluation of

medicinal plants from Central Kalimantan for antimelanogenesis. J Nat Med.

63:473-480. doi:10.1007/s11418-009-0351-7.

[ASEAN] Association of South East AsianNations. 1996. Good

ManufacturingPractice Guidelines. Ed ke-3. Jakarta (ID): ASEAN.

Bae H, Jayaprakasha GK, John J, Bhimanagouda S. 2012. Extraction efficiency

and validation of an HPLC method for flavonoid analysis in peppers. Food

Chemistry. 130: 751-758. doi:10.1016/j.foodchem.2011.07.041.

Chan CC. 2004. Potency method validation. Di dalam: Chan CC, Lee YC, Lam H,

Zhang XM, editor. Analytical MethodValidation and Instrument

PerformanceVerification. New Jersey (US): J Wiley.

Fajiriah S, Darmawan A, Sundowo A, Artanti N. 2007. Isolasi Senyawa

Antioksidan dari Ekstrak Etilasetat Daun Benalu Dendrophthoe pentandra

yang Tumbuh pada Inang Lobi-lobi. Jakarta (ID): Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia. hlm. 17-20. doi:22-67-1-PB.

Farnsworth NR. 1996. Biological and phytochemical screening of plants. Journal

of Pharmaceutical Sciences. 55: 259-260,

262,264-266.doi:10.1002/jps.2600550302.

Furhaman B, Aviram M. 2002. Polyphenols and flavonoids protect LDL against atherogenic modifications. Di dalam : Cadenas E dan L. Packer, editor.

Handbook of Antioxidants, Second Edition. New York (US): Marcel Dekker Inc.

Gusdinar, Rina H, Kartasasmita RE, Adnyana IK. 2009. Sintesis kuersetin terklorinasi dan aktivitas perlindungan terhadap tukak lambung. Majalah Farmasi Indonesia (4) 163-169.

Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta (ID): Gramedia.

Harvey D. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York (US): McGraw Hill.

Hertog MGL, Hollman PCH, Venema DP. 1992. Optimatization of a quantitative HPLC determination of potentially anticarcinogenic flavonoids in

vegetables and fruits. J. Agric. Food.Chem. 40: 1591-1598.

doi:10.1021/jf00021a023.

[ICH] International Conference on Harmonization. 1995. Validation ofAnalytical

Procedurs: Definitions andTerminology. [internet]. [diunduh10 Feb2007]. Tersedia dari: http://www.ich.org.

Lombard K, Peffley E, Geoffriau E, Thompson L, Herring A. 2005. Quercetin in

onion (Alliumcepa L.) after heat-treatment simulating home preparation.

Journal of Food Composition and Analysis. 18: 571 – 581. doi:10.1016/j.jfca.2004.03.027.

Miean KH, S Mohamed. 2001. Flavonoid (myricetin, quercetin, kaempferol,

luteolin, and apigenin) content of edible tropical plant. J. Agric. Food. Chem.

(25)

11

Muchroni A. 2010. Bawang dayak [internet]. [diacu 18 Nov 2011]. Tersedia dari: evisyari.wordpress.com/2009 /05/22/bawang-dayak/.

Nuutila AM, Kammiovirta K, Oksman KM. 2002. Comparison of methods for the hydrolysis of flavonoids and phenolic acids from onion and spinach for

HPLC analysis. Food Chemistry. 76 : 519–525.

doi:10.1016/S0308-8146(01)00305-3.

Nuri A, Ratna B, Diny AS, Bradley B, Hanny W. 2010. Flavonoid content and

antioxidant activity of vegetables from Indonesia. Food Chemistry. 121 :

1231–1235.doi:10.1016/j.foodchem.2010.01.033

Rosfianita MN. 2011. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Flavonoid Umbi dari

Tumbuhan Bawang Sabrang(Eleutherine palmifolia (L.) Merr). [skripsi].

Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

Sri Wahyuni. 2006. Perbandingan Sistem Ekstraksi dan Validasi Penentuan Xantorrhizol dari Temulawak secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(26)

12

Lampiran 1Diagram alir penelitian

(27)

13

Lampiran 2Kadar air umbi Bawang Dayak

Ulangan

(28)

14

Lampiran 3 Kadar abu umbi Bawang Dayak

Ulangan

Contoh perhitungan :

(29)

15

Lampiran 4Kromatogram kuersetin dengan berbagai jenis eluen

(a) Kromatogram kuersetin dengan eluen asetonitril:KH2PO4 0.025 M(3:1)

(b) Kromatogram kuersetin dengan eluen asetonitril:KH2PO4 0.025 M(1:1)

(c) Kromatogram kuersetin dengan eluen asetonitril:KH2PO4 0.025 M(5:3)

0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 m in

Detector A:370nm

/2

Detector A:370nm

/1

Detector A:370nm

(30)

16

Lanjutan Lampiran 4

(d) Kromatogram kuersetin dengan eluen asetonitril:KH2PO4 0.025 M(2:3)

(e) Kromatogram kuersetin dengan eluen asetonitril:KH2PO4 0.025 M(1:2)

(f) Kromatogram kuersetin dengan eluen asetonitril:KH2PO4 0.025 M(gradien)

0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 m in

Detector A:370nm

/4

Detector A:370nm

(31)

17

Lanjutan Lampiran 4

(g) Kromatogram kuersetin dengan eluen asetonitril:KH2PO4 1.67 × 10-3M (1:3)

(h) Kromatogram kuersetin dengan eluen asetonitril:KH2PO4 1.00 × 10-3M (1:3)

(i) Kromatogram kuersetin dengan eluen metanol:asam fosfat 0.5% (80 : 20)

0 .0 2 .5 5 .0 7 .5 1 0 .0 1 2 .5 1 5 .0 1 7 .5 m in

Detector A:370nm

(32)

18

Lampiran 5 Uji Linearitas

Kromatogram standar kuersetin 0.5 ppm ulangan 1

Kromatogram standar kuersetin0.5 ppm ulangan 2

(33)

19

Lanjutan Lampiran 5

Kromatogram standar kuersetin2.5 ppm ulangan 1

Kromatogram standar kuersetin2.5 ppm ulangan 2

Kromatogram standar kuersetin2.5 ppm ulangan 3

(34)

20

Lanjutan Lampiran 5

Kromatogram standar kuersetin10 ppm ulangan 1

Kromatogram standar kuersetin10 ppm ulangan 2

Kromatogram standar kuersetin10 ppm ulangan 3

(35)

21

Lanjutan Lampiran 5

Kromatogram standar kuersetin20 ppm ulangan 1

Kromatogram standar kuersetin20 ppm ulangan 2

Kromatogram standar kuersetin20 ppm ulangan 3

(36)

22

Lanjutan Lampiran 5

Konsentrasi (ppm)

Luas Area (mAU*s)

(37)

23

Lampiran 6 Penentuan limit deteksi dan limit kuantifikasi

Ulangan Nilai

a b r

1 58.9930 17.4550 0.9994

2 58.7800 19.0270 0.9990

3 58.2390 18.8310 0.9990

Rerata 58.6707 18.4377 0.9991

SD 0.38877 0.8566 0.0002

Limit Deteksi 0.0482

Limit Kuantifikasi 0.1460

ket : nilai a (slope), b (intercept), dan r (koefisien korelasi) dari masing-masing persamaan kurva kalibrasi.

Berdasarkan persamaan y = 58.671x + 18.438

Limit deteksi = 3.3 ×σ

= 3.3 ×0.8566

58.6707

= 0.0482

Limit kuantitasi = 10 ×σ

= 10 ×0.8566

58.6707

= 0.1460 Keterangan:

σ : simpangan baku intersep dari kurva standar

(38)

24

Lampiran 7 Uji ketelitian

Kromatogram sampel ulangan 1

Kromatogram sampel ulangan 2

Kromatogram sampel ulangan 3

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 m in

Detector A Ch1:370nm

1

Detector A Ch1:370nm

1

Detector A Ch1:370nm

(39)

25

Lanjutan Lampiran 7

Kromatogram sampel ulangan 4

Kromatogram sampel ulangan 5

Ulangan Waktu

Retensi

- Persamaan linier

y = 58.671x + 18.438 x = konsentrasi (ppm) y = Luas Area

Detector A Ch1:370nm

1

Detector A Ch1:370nm

(40)

26

Lanjutan Lampiran 7

Konsentrasi kuersetin sebenarnya = konsentrasi kuersetin ×faktor pengenceran

= 0.9007 ×25

1

= 22.5175 mg/L

Bobot kuersetin = konsentrasi kuersetin sebenarnya × volume larutan

= 22.5175 mg/L× 0.0100 L

- Rerata Kadar kuersetin

n

X = ∑i=1 Xi / n

= 0.2501+ 0.2615+ 0.3056+ 0.3058+ 0.3483

5 = 0.2943%

- Standar Deviasi kadar kuersetin

�� = (xi-x ) 2

n - 1 = 0.0394

- Simpangan baku Relatif

SBR= ��

x × 100 =

0.0394

(41)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Desember 1990 dari M. Panggabean (Alm) dan Hamidah Hamjah (Almh). Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara. Tahun 2008, penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bekasi dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Kimia Tingkat Persiapan Bersama (TPB) pada tahun 2009-2012, asisten Praktikum Kimia Analitik Ekstensi pada tahun 2010/2011, serta asisten Kimia Bahan Alam Ekstensi pada tahun ajaran 2011/2012. Penulis juga aktif dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Kimia (Imasika) tahun ajaran 2010/2011 dan juga 2011/2012 serta

kepanitiaan lainnya. Bulan Juli-Agustus 2011 penulis berkesempatan

melaksanakan kegiatan Praktik Lapangan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan dengan judul laporan

“Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Bintaro (Cerbera manghas) dengan

(42)

Gambar

Gambar 1  Struktur kuersetin
Tabel 1Pencarian eluen terbaik
Tabel 2 Hasil pegujian linearitas
Tabel 3 Hasil pengujian ketelitian

Referensi

Dokumen terkait

Adapun judul dari karya ilmiah yang saya susun adalah : “Penentuan Kadar Epinefrin Dalam Sediaan Injeksi Obat Pemacu Kerja Jantung Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja

Penelitian bertujuan untuk mengetahui efek bawang dayak sebagai zat antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli (E. coli) serta berapa lama

Penelitian ini bertujuan untuk analisis prednison pada jamu tradisional asam urat dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi, menggunakan metode fase terbalik

Jadi pada penelitian ini didapatkan penurunan kadar enzim ALT dan AST mencit, kemungkinan disebabkan karena adanya aktivitas antioksidan pada kandungan bawang

Pemberian ekstrak bawang dayak di dalam air minum menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot karkas, bobot morfometrik organ pencernaan (gizzard, usus

Analisis Probit Log Fraksi Etanol Umbi Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia L.) Terhadap Sel Kanker Payudara MCF-7 .... Analisis Probit Log Fraksi Etanol Umbi Bawang Dayak

Berdasarkan hasil pengujian dengan metode DPPH, diketahui bahwa ekstrak etilasetat umbi bawang dayak segar memiliki nilai kapasitas antioksidan paling tinggi dan berbeda

Perlakuan dosis abu sekam dapat meningkatkan jumlah daun, jumlah anakan, berat umbi dan kandungan flavonoid pada umbi bawang Dayak, dimana kandungan flavonoid tertinggi sebesar 0.101%,