EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG DAYAK
(Eleutherine palmifolia) DALAM MENGHAMBAT
PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Disusun Oleh:
TAZKIYATUL FIRDAUS
NIM: 1111103000007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala puji dan syukur atas kehadirat Ilahi Robbi yang telah melimpahkan kekuatan, hidayah, dan petunjuk pada jalan kemudahan untuk menyelesaikan laporan penelitian ini yang berjudul “Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak
(Eleutherine palmifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus”. Oleh karena itu, penulis haturkan ribuan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter, serta seluruh dosen atas bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
3. dr. Erike Anggraini Suwarsono, M.Pd dan dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, PhD selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan dalam proses penyelesaian laporan penelitian ini.
4. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggungjawab riset Program Studi Pendidikan Dokter 2011, yang tidak pernah bosan untuk selalu mem-follow-up perkembangan dan kendala riset pada setiap akhir modul. 5. Keluarga tercinta: Husnul Aqib, Tutik Hidayatin, dan Nabilla Alfiani
Rizqi yang selalu memberikan doa, motivasi super, dan semangat tiada batas hingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Sahabat terbaik: Ifan Effendi, Zidni Furaidah, Siti Nashratul Kamillah, dan Samrotul Fuadi yang tidak pernah bosan untuk selalu mendukung, menemani, dan memberikan semangat serta doa yang sangat membantu selama menjalani penelitian dan proses penyelesaian laporan.
7. Teman satu tim riset: Bagus Kusuma Wardhana, Fikriah Rezeki Amanda,
Fitrian Amwaalun Nafi’ah, Shevrina Faradiba, dan Ardin Syahputra yang
vi
8. Teman seperjuangan: Nailil farohah, Elvin Ferayanti, Ifa Rizqiyatus Salsabila, Aini Yunianingtias, Yonita Sukra yang seringkali menghibur selama mengerjakan laporan penelitian ini.
9. Laboran dan OB khususnya mbak Novi dan Pak Bacok yang sudah banyak membantu selama melakukan penelitian di Laboratorium Mikrobiologi.
Penulis menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan juga kekurangan maupun kekeliruan yang tak terhindarkan. Untuk itu, saran dan kritik sangat diharapkan dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Demikian laporan penelitian ini dibuat, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan hidayah dalam setiap langkah. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan dalam bidang kesehatan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat, 31 Agustus 2014
vii ABSTRAK
Tazkiyatul Firdaus. Program Studi Pendidikan Dokter. Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. 2014
Bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dipercaya sebagai tanaman obat multifungsi untuk berbagai penyakit salah satunya yaitu sebagai antibakteri. Bawang dayak mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, glikosid, dan triterpenoid yang memiliki efek antibakteri. Staphylococcus aureus adalah bakteri penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Bawang dayak sebanyak 3 kg diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% sehingga didapatkan ekstrak kental. Ekstrak bawang dayak dengan konsentrasi 10mg/ml, 20mg/ml, dan 40mg/ml diuji aktivitas antibakterinya terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada Agar nutrient menggunakan metode disc diffusion. Didapatkan hasil bahwa ekstrak bawang dayak dengan pelarut etanol 96% dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang dayak dengan konsentrasi 40mg/ml memiliki aktivitas antibakteri yang paling baik dibandingkan dengan konsentrasi 10 mg/ml dan 20 mg/ml meskipun termasuk dalam klasifikasi daya hambat lemah.
viii ABSTRACT
Tazkiyatul Firdaus. Medical Education Study Program. Effectivity Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) Extract for Inhibiting Staphylococcus aureus
Growth. 2014
Bawang dayak (Eleutherine palmifolia) has been used as a traditional plant which has benefits for many diseases, one of them is antibacteria. Bawang dayak is containing current group molecule of alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, glicoside, and triterpenoid as antibacterial agent. Staphylococcus aureus is a microbe causes upper respiratory tract infection (URTI). This study was conducted to determine the inhibitory effect of bawang dayak extract to
Staphylococcus aureus growth. For about 3 kg bawang dayak was extracted using ethanol 96% and producing viscous extract. Bawang dayak extract with various concentrations 10mg/ml, 20mg/ml, 40mg/ml was tested on nutrient jelly by using disc diffusion method to determine antibacterial activity to Staphylococcus aureus
growth. This study showed that ethanol extract of bawang dayak has inhibitory effect to Staphylococcus aureus growth and it can be concluded that 40mg/ml dose of bawang dayak extract resulted the best antibacterial effect among other concentrations although it was still classified as low inhibitory effect.
ix DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING………... iii
LEMBAR PENGESAHAN………... iv
2.1.1 Tanaman Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)……….. 4
2.1.1.1 Morfologi dan Klasifikasi……….. 4
2.1.1.2 Kandungan Kimiawi Bawang Dayak……… 5
2.1.2 Bakteri Staphylococcus aureus……….. 2.3 Kerangka Konsep……… 12
x
3.8 Cara Kerja Penelitian……….. 16
3.8.1 Tahap Persiapan………. 16
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bawang Dayak……….. 5
Gambar 2.2 Hasil Pewarnaan gram Staphylococcus aureus…..…………. 7 Gambar 2.3 Koloni Staphylococcus aureus pada Nutrient Agar …….…... 7 Gambar 4.1 Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)…………... 20 Gambar 4.2 Zona Hambat Ekstrak Bawang Dayak terhadap Pertumbuhan
Staphylococcus aureus………...……….
Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Zona Hambat………...
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Surat Hasil Determinasi Bahan………...…….. 33
Lampiran II Sertifikat Pengujian Ekstraksi Bawang Dayak………. 34
Lampiran III Alat dan Bahan Penelitian………... 35
Lampiran IV Foto Hasil Penelitian ………..
Lampiran V Riwayat Penulis ………...
36 37
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan obat tradisional pada masyarakat Indonesia saat ini semakin berkembang. Banyak masyarakat tertarik untuk mengobati segala penyakit yang dideritanya dengan pengobatan tradisional dari berbagai ragam tanaman obat Indonesia.6 Salah satunya yaitu tanaman bawang dayak (Eleutherine palmifolia) yang dipercaya sebagai tanaman obat multifungsi untuk berbagai penyakit.7 Dalam umbi bawang dayak terkandung senyawa fitokimia antara lain: alkaloid, glikosid, flavonoid, fenolik, streroid, dan tannin7 yang mana senyawa-senyawa tersebut diduga memiliki efek antimikroba.8
Khasiat bawang dayak (Eleutherine palmifolia) sebagai antibakteri telah dibuktikan oleh Mierza (2011), bahwa ekstrak bawang dayak dengan pelarut etanol menggunakan metode disc diffusion pada konsentrasi 10mg/ml dan 20mg/ml dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan rata-rata zona hambat yang dihasilkan adalah 12,5 mm dan 14 mm.8
Staphylococcus aureus merupakan bakteri patogen utama pada manusia
sehingga hampir semua orang pernah mengalami infeksi bakteri ini selama hidupnya dengan derajat keparahan yang beragam.1 Staphylococcus aureus termasuk salah satu bakteri penyebab ISPA ke empat yaitu 3,6% setelah Streptococcus alba (10,7%),
Streptococcus alfa (10,7%), dan Candida (7,1%).2 Bila pada pasien yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus dilakukan pemeriksaan pewarnaan Gram pada apusan tenggorok maka akan didapatkan gambaran bakteri yang berbentuk kokus Gram positif yang berkelompok.3
2
Episode batuk pilek pada balita di Indonesia dalam setahun diperkirakan mencapai 2-3 kali. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di puskesmas (40-60%) dan rumah sakit (15-30%).4
Berdasarkan laporan tahun 2013, lima provinsi dengan angka kejadian ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Berdasarkan usia, karakteristik penduduk dengan ISPA tertinggi terjadi pada kelompok umur 1- 4 tahun (25,8%) dan selanjutnya pada usia <1 tahun (22,0%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda antara laki-laki dengan perempuan. Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok dengan ekonomi rendah atau menengah kebawah.5
Hingga saat ini, masih sedikit sekali penelitian yang menguji kandungan ekstrak bawang dayak dan efektivitas bawang dayak terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas ekstrak bawang dayak yang diekstraksi dengan pelarut etanol dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan menggunakan metode disc diffusion. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui efektivitas ekstrak bawang dayak dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus sehingga nantinya dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan tradisional pada infeksi saluran nafas akut.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum:
3
1.3.2 Tujuan Khusus:
Mengetahui konsentrasi ekstrak bawang dayak (Eleutherine
palmifolia) yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Untuk masyarakat :
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai manfaat bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
1.4.2 Untuk Institusi :
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan tentang efektivitas ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia)
dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan menambah referensi sehingga dapat digunakan para peneliti lain.
1.4.3 Untuk peneliti :
4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Tanaman Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)
2.1.1.1Morfologi dan Klasifikasi
Bawang dayak adalah tanaman khas Kalimantan Tengah yang digunakan oleh masyarakat suku Dayak sebagai obat. Tumbuhan ini memiliki tinggi sekitar 30-40cm. Bentuk umbi pada bawang dayak berwarna merah berlapis menyerupai bawang merah yang biasa dipakai sebagai bumbu masakan, berdaun tunggal seperti pita dengan ujung dan pangkal runcing tepi rata atau tidak bergerigi berwarna hijau. Memiliki bunga majemuk yang tumbuh di ujung batang berwarna putih dengan putik berbentuk jarum berukuran kurang lebih 4mm berwarna putih kekuningan, dan memili akar serabut berwarna cokelat muda.7,9 Dalam ilmu taksonomi, berikut adalah klasifikasi dari bawang dayak (Eleutherine palmifolia)10 :
Divisi : Magnoliophyta Class : Liliopsida Ordo : Liliales Family : Iridaceae Genus : Eleutherine
Spesies : Eleutherine palmifolia (L.) Merr
5
Gambar 2.1.Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)
Sumber :http://www.ecplaza.net/trade-leads-seller/eleutherine-palmifolia--7806106.html diunduh pada tanggal 12/12/2013
2.1.1.2 Kandungan Kimiawi Bawang Dayak
Bawang dayak mengandung senyawa-senyawa kimia seperti: alkaloid, glikosid, flavonoid, fenolik, steroid, dan tanin yang merupakan sumber potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman obat. Alkaloid memiliki fungsi sebagai antimikroba. Selain itu, alkaloid, glikosid, dan flavonoid juga memiliki fungsi sebagai hipoglikemik sedangkan tanin biasa digunakan sebagai obat sakit perut.7
Alkaloid yang terkandung dalam bawang dayak adalah suatu golongan senyawa organik yang memiliki paling sedikit satu atom nitrogen. Kebanyakan alkaloid berupa padatan kristal dengan titik lebur tertentu, tidak berwarna dan bersifat basa. Alkaloid dapat ditemukan dari berbagai bagian tumbuh-tumbuhan seperti pada biji, daun, ranting dan kulit batang. Hampir semua alkaloid mempunyai efek biologis tertentu, ada yang beracun dan ada juga yang sangat berguna sebagai obat.11
6
etanol adalah 9,6%. Ekstrak etanol bawang dayak juga memiliki efek antioksidan kuat.13
2.1.2 Bakteri Staphylococcus aureus
2.1.2.1 Morfologi dan Klasifikasi
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang memiliki bentuk kokus berdiameter antara 0,8-1,0 mikron, tidak bergerak, tidak berspora dan berkelompok seperti buah anggur bila dilihat di bawah mikroskop.14,15 Bakteri ini bersifat anaerob fakultatif dan dapat tumbuh dalam udara yang hanya mengandung hidrogen. Pada lempeng agar, koloninya berbentuk bulat dengan diameter 1-2 mm, cembung, buram, mengkilat dan konsistensinya lunak.15 Koloni yang dibentuk berwarna abu-abu hingga kuning tua kecoklatan namun koloni bakteri yang masih sangat muda tidak berwarna. Batas suhu untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus
adalah 150C dan 400C dan paling cepat berkembang pada suhu 370 C.1,15 Diantara semua bakteri yang tidak membentuk spora, Staphylococcus aureus termasuk jenis kuman yang paling kuat. Bakteri ini dapat tetap hidup selama berbulan-bulan dalam media agar miring yang disimpan di lemari es maupun pada suhu kamar dan dapat bertahan dalam zat kimia yaitu alkohol 50-70% selama 1 jam.15 Sistematika
Staphylococus aureus adalah sebagai berikut:1 Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales Suku : Micrococcaceae Marga : Staphylococcus
7
Gambar 2.2. Hasil Pewarnaan Gram Staphylococcus aureus
Sumber : http://www.microbeworld.org diunduh pada tanggal 12/12/2013
Gambar 2.3. Koloni Staphylococcus aureus pada Nutrient Agar
8
menstruasi.16 Bahan untuk mengidentifikasi bakteri ini dapat diperoleh dengan cara
swabbing, atau langsung dari darah, pus, sputum atau likuor serebrospinal.15
Infeksi Staphylococcus aureus disebabkan karena faktor virulensi bakteri dan juga daya tahan tubuh yang menurun. Dari faktor mikroba, bakteri Staphylococcus aureus memiliki dinding yang tersusun dari peptidoglikan yang besar sehingga mampu bertahan pada lingkungan yang kurang menguntungkan bagi bakteri. Selain itu, bakteri Staphylooccus aureus juga menghasilkan banyak toksin ekstraseluler yang berespon terhadap rangsangan lingkungan fisikokimiawi.16 Selain dapat menyebabkan infeksi pada kulit, bakteri Staphylococcus aureus juga termasuk penyebab ISPA ke empat yaitu 3,6% setelah Streptococcus alba (10,7%), Streptococcus alfa (10,7%), dan Candida (7,1%).2
2.1.3 Mekanisme Kerja Antibakteri
Antibakteri adalah suatu senyawa yang dapat membunuh atau menekan pertumbuhan bakteri, khususnya bakteri yang merugikan manusia. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibakteri dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:
1. Menghambat metabolisme sel bakteri
Mikroba membutuhkan asam folat untuk bisa bertahan hidup. Asam folat yang dibutuhkan mikroba didapatkan dari hasil sintesis asam amino benzoat (PABA). Sulfonamida adalah contoh obat yang bekerja menghambat metabolisme akan bersaing dengan PABA yang menghasilkan analog asam folat nonfungsional sehingga pertumbuhan sel mikroba akan terhambat.17
2. Menghambat sintesis dinding sel bakteri
Dinding sel mikroba terdiri dari peptidoglikan. Golongan antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bersifat bakterisidal karena tekanan osmotik intra sel lebih tinggi daripada ekstra sel. Penisilin adalah obat yang bekerja menghambat reaksi pembentukan dinding sel pada tahap transpeptidasi.17
3. Mengganggu keutuhan membran sel bakteri
9
akibatnya protein, asam nukleat dan lain-lain akan keluar dari sel mikroba. Contoh golongan obat yang bekerja mengganggu keutuhan membran sel mikroba adalah polimiksin. Bakteri Gram positif mengandung sedikit fosfor sehingga antimikroba polimiksin tidak efektif. Bila kandungan fosfor menurun pada bakteri Gram negatif maka akan resisten.17
4. Menghambat sintesis protein sel bakteri
Sel mikroba mensintesis berbagai protein di ribosom dengan bantuan tRNA dan mRNA. Setiap ribosom memiliki dua subunit yaitu ribosom 30S dan ribosom 50S. Ribosom 30S dan ribosom 50S nantinya bersatu menjadi ribosom 70S untuk dapat mensintesis protein. Contoh obat yang berikatan dengan komponen ribosom 30S adalah streptomisin yang menyebabkan kode pada mRNA salah dibaca oleh tRNA saat sintesis protein sehingga terjadi pembentukan protein yang abnormal dan nonfungsional bagi sel mikroba. Sedangkan golongan eritromisin, linkomisin, dan kloramfenikol berikatan dengan ribosom 50S.17
5. Menghambat sintesis asam nukleat sel bakteri
Antimikroba yang bekerja menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba adalah rifampisin dan quinolon. Rifampisin berikatan dengan enzim polimerase-RNA sehingga menghambat sintesis polimerase-RNA dan DNA sel mikroba.17
2.1.4. Metode Pengujian Antibakteri
Uji antimikroba dilakukan untuk mengukur respon pertumbuhan populasi mikroorganisme terhadap agen antimikroba. Terdapat bermacam-macam metode uji antimikroba yang dapat dilakukan :
1. Metode Dilusi
Terdapat dua cara untuk melakukan metode ini, metode dilusi cair (broth dilution) dan metode dilusi padat (solid dilution test).18,19
10
dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai kadar hambat minimum. Selanjutnya larutan tersebut dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji maupun agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24 jam. Setelah diinkubasi media cair yang tetap jernih ditetapkan sebagai kadar bunuh minimum.18
2. Metode Difusi
Metode ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :
a. Metode disc diffusion (tes Kirby & Bauer)
Metode disc diffusion digunakan untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Metode ini dilakukan dengan meletakkan piringan (blanc disc) yang sudah diisi dengan suatu zat antimikroba pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba.18Efektifitas antibakteri menurut Greenwood (1995) dapat diklasifikasikan pada tabel berikut:12
Diameter Zona Terang Respon Hambatan Pertumbuhan
>20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
10-15 mm Lemah
<10 mm Tidak ada
11
Untuk klasifikasi zona hambat antibakteri berdasarkan CLSI 2011 adalah sebagai berikut:
Zona hambat agen antimikroba berdasarkan CLSI guidelines 2011
Antibiotik Dosis Perlakuan Susceptible Intermedietly
susceptible
Metode E-test digunakan untuk menentukan konsentrasi minimal suatu agen antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Cara yang dilakukan menggunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan media Agar yang sudah ditanami mikroorganisme.18
c. Ditch-plate technique
Metode ini dilakukan dengan meletakkan agen antimikroba pada parit yang telah dibuat dengan cara memotong media Agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara membujur kemudian mikroba uji digoreskan ke arah parit yang berisi agen antimikroba.18
d. Cup-plate technique (Metode lubang)
12
Pertumbuhan bakteri normal Pertumbuhan bakteriterhambat
Menghitung zona hambat
Mengandung senyawa antimikroba Bawang Dayak
Flavonoid Tanin Triterpenoid Saponin
13
Biakan bakteri Staphylococcus aureus pada Agar nutrient diberikan ekstrak bawang dayak dengan berbagai konsentrasi yang mengandung senyawa antimikroba sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang ditandai dengan terbentuknya zona terang disekitar cakram. Selanjutnya dilakukan penghitungan hasil dari zona terang untuk menilai efektifitas dari ekstrak bawang dayak terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
2.4 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi
14 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan uji eksperimental secara in vitro dengan teknik disc diffusion untuk melihat efek ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Proses determinasi tanaman dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor, sedangkan proses ekstraksi bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor. Kemudian, penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Agustus 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3 Bahan yang diuji
Ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) yang telah dideterminasi oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor dan diekstraksi oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor.
3.4 Sampel Bakteri
Bakteri Staphylococcus aureus diisolasi pada media agar nutrient, dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.
3.5 Sampel Penelitian
Penentuan jumlah sampel penelitian dihitung menurut rumus Federer : Rumus : (k-1).(n-1) ≥ 15
Keterangan : k = Jumlah kelompok perlakuan
15
Dalam penelitian ini terdapat 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif, konsentrasi bawang dayak 10 mg/ml, konsentrasi bawang dayak 20 mg/ml, konsentrasi bawang dayak 40 mg/ml, dan kontrol positif sehingga berdasarkan rumus Federer didapatkan jumlah sampel dari setiap kelompok perlakuan sebagai berikut :
(k-1).(n-1) ≥ 15 (5-1).(n-1) ≥ 15 4n.-4 ≥ 15
4n ≥ 19 n ≥ 4,75
Sehingga jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 6.
3.6 Identifikasi Variabel
3.6.1 Variabel Bebas
Ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dengan berbagai konsentrasi. 3.6.2 Variabel Terikat
Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus di media Agar nutrient, diukur dengan diameter zona hambat (zona terang) yang terbentuk dalam milimeter (mm).
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
Tabung Reaksi Ose Timbangan
Mikropipet Spatula Besi Autoclave
Vortex Cawan Petri Baki
Bunsen Penggaris Swab Kapas
Korek Api Rak Tabung Pinset
Inkubator Cakram uji kosong Label
16
3.7.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: media agar nutrient, ekstrak bawang dayak, aquades steril, pelarut etanol, biakan Staphylococcus aureus, cakram uji kosong, cakram amoksisilin.
3.8 Cara Kerja Penelitian
3.8.1 Tahap Persiapan
3.8.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan
Seluruh alat yang akan digunakan disterilisasi di dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC dengan tekanan 1,5 atm setelah sebelumnya dicuci bersih, dikeringkan, dan dibungkus dengan kertas.
3.8.1.2 Pembuatan Ekstrak Bawang Dayak
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Sebanyak 3 kg bawang dayak dicuci bersih kemudian digelinder hingga didapatkan serbuk bawang dayak. Selanjutnya serbuk dimaserasi pada empat buah wadah kaca berwarna gelap dengan pelarut etanol 96% sehingga seluruh serbuk terendam sempurna lalu dikocok dengan mixer selama 2-3 jam dan ditutup dengan aluminium foil kemudian disimpan selama 24 jam pada suhu 37oC kemudian disaring dan didapatkan maserat. Tahap selanjutnya, ampas dimaserasi kembali dengan etanol 96% menggunakan prosedur yang sama. Seluruh maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 55oC untuk mendapat ekstrak kental yang bebas dari pelarut.
3.8.1.3 Pembuatan Stok Bakteri
17
3.8.1.4 Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi
Variabel yang digunakan pada penelitian ini sejumlah 5 variabel, kontrol negatif, variasi konsentrasi ekstrak bawang dayak 10 mg/ml, 20 mg/ml, dan 40 mg/ml dengan menggunakan pelarut etanol 96% dan kontrol positif menggunakan antibiotik amoksisilin 25µg. Penentuan variasi konsentrasi ditentukan berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mierza (2011) yang menggunakan variasi konsentrasi 5mg/ml,10mg/ml dan 20mg/ml dengan konsentrasi efektif yang didapatkan adalah 20mg/ml.8
3.8.2 Tahap Pengujian
3.8.2.1 Uji Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak
18
3.9 Alur Penelitian
Pengumpulan
bawang dayak Determinasi tanaman
Ekstraksi bawang dayak
Pengukuran zona hambat
19
3.10 Pengolahan Data
Data hasil penelitian efek ekstrak bawang dayak pada Staphylococcus aureus
dianalisis menggunakan program SPSS 18.0. untuk melihat apakah ada perbedaan yang bermakna dari masing-masing cakram uji yang mengandung berbagai konsentrasi ekstrak bawang dayak dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Data pada penelitian ini berupa variabel numerik lebih dari 2 kelompok tidak berpasangan.
Karena distribusi data dari penelitian ini tidak normal maka uji statistik yang digunakan adalah uji non-parametrik dengan Kruskall-Wallis. Hasil uji dianggap bermakna atau terdapat perbedaan jika nilai p<0,05. Selanjutnya dilakukan analisis
20 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Ekstraksi Bawang Dayak
Bawang dayak didapatkan langsung dari Kalimantan. Selanjutnya dilakukan determinasi tanaman di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor untuk membuktikan bahwa tanaman merupakan jenis Eleutherine palmifolia (L.) Merr., suku Iridaceae.
Setelah dilakukan determinasi tanaman kemudian 3kg bawang dayak di ekstrak dengan menggunakan pelarut etanol 96% dan menghasilkan hasil ekstrak sebanyak 10,3 ml dengan konsistensi cair, berwarna kuning kecoklatan.
Gambar 4.1. Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)
4.1.2. Efek Ekstrak Bawang Dayak terhadap Staphylococcus aureus
Pada hasil pengamatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
21
dayak 10 mg/ml, 20 mg/ml, dan 40 mg/ml diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Hal ini diketahui dengan terbentuknya zona bening di sekeliling kertas cakram uji yang menujukkan hambatan pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus akibat pengaruh ekstrak bawang dayak.
Gambar 4.2 Zona Hambat Ekstrak Bawang Dayak terhadap Pertumbuhan Staphylococcus
aureus
Tabel 4.1 Hasil Hambatan Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus
Perlakuan Median (mm) Range
Ekstrak Bawang Dayak 10 mg/ml 9.00 2.00
Ekstrak Bawang Dayak 20 mg/ml 9.00 4.00
Ekstrak Bawang Dayak 40 mg/ml 11.50 5.00
Kontrol (+) 32.50 5.00
Kontrol (-) 0.00 .00
40mg/ml
20mg/ml 10mg/ml
22
Dalam penelitian ini karena data tidak memenuhi syarat untuk melakukan uji
One-way ANOVA maka dilakukan uji Kruskal-Wallis dan diperoleh nilai p = 0,001 yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan signifikan antar kelompok. Selanjutnya untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan maka dilakukan analisis
Post Hoc dengan uji Mann-Whitney.
Dari hasil analisis statistik Post Hoc dengan uji Mann-Whitney didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kontrol negatif dengan semua konsentrasi ekstrak bawang dayak, kontrol positif dengan semua konsentrasi ekstrak bawang dayak, konsentrasi ekstrak bawang dayak 10 mg/ml dengan konsentrasi ekstrak bawang dayak 40 mg/ml, dan kontrol negatif dengan kontrol positif.
Tabel 4.2 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney
23
Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Zona Hambat
4.2 Pembahasan
Pemberian ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) memiliki efek antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang ditandai dengan terbentuknya zona hambat. Adanya zona hambat yang dihasilkan dari pemberian ekstrak bawang dayak dapat dihubungkan dengan senyawa-senyawa yang terkandung didalamnya. Bawang dayak mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, glikosid, antrakinon glikosida dan steroid.8 Tannin, saponin, triterpenoid yang termasuk dalam golongan steroid bebas, dan flavonoid dilaporkan memiliki efek antibakteri.8,20,21Alkaloid, antrakuinon, tannin, dan flavonoid memiliki khasiat sebagai antibakteri pada Staphylococcus aureus.8,20,21,24
Mekanisme flavonoid sebagai antibakteri yaitu dengan membentuk kompleks protein ekstraselular sehingga dapat merusak membran sel bakteri, menghambat
0.
Kontrol (-) 10 20 40 Amoksisilin
24
sintesis DNA dan RNA, dan mengganggu metabolisme sel bakteri.25 Mekanisme triterpenoid yaitu dengan mengganggu proses terbentuknya dinding sel bakteri.20 Mekanisme tannin yaitu dengan menghambat enzim reverse transkriptase dan DNA topoisomerase, serta mengganggu pembentukan dinding sel bakteri seperti halnya triterpenoid. Sedangkan mekanisme saponin sebagai antimikroba yaitu mengganggu kestabilan membran sitoplasma dengan meningkatkan permeabilitasnya sehingga terjadi kebocoran sel bakteri.25
Penelitian sebelumnya sudah dilakukan oleh Mierza (2011), yang membuktikan bahwa ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dengan menggunakan pelarut etanol 80% mempunyai efek antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus. Pada penelitian tersebut menggunakan metode difusi agar dan menggunakan medium MHA. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali. Variasi konsentrasi yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu 5mg/ml, 10mg/ml, dan 20mg/ml. Didapatkan hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak bawang dayak maka semakin besar rata-rata zona hambat yang dihasilkan. konsentrasi hambat minimum (KHM) 10 mg/ml pada penelitian tersebut menunjukkan zona hambat sebesar 12,50 mm. Sedangkan pada konsentrasi 20 mg/ml menunjukkan zona hambat sebesar 14 mm. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, terdapat perbedaan dengan hasil penelitian ini yaitu rata-rata zona hambat yang dihasilkan dari konsentrasi 10 mg/ml pada penelitian ini hanya sebesar 8,83 mm, dari konsentrasi 20 mg/ml didapatkan rata-rata zona hambat 9,67 mm, dan dari konsentrasi 40 mg/ml didapatkan rata-rata zona hambat 11,83 mm. Ketidaksesuaian dari hasil yang didapatkan pada penelitian ini mungkin dipengaruhi oleh tidak diketahuinya umur bawang dayak saat dipanen, tidak diketahuinya kadar senyawa aktif yang terdapat pada ekstrak, perbedaan dari medium yang digunakan, dan perbedaan konsentrasi pelarut pada penelitian.
25
100mg/ml dan didapatkan hasil bahwa zona hambat yang dihasilkan dari konsentrasi 50mg/ml sebesar 14 mm, dari konsentrasi 75mg/ml sebesar 17 mm, dan dari konsentrasi 100mg/ml didapatkan zona hambat sebesar 33 mm. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang dayak efektif dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan semakin tinggi konsentrasi maka zona hambat yang dihasilkan akan semakin besar.
Penelitian yang lain juga telah dilakukan oleh Ifesan (2009), yang meneliti efek ekstrak bawang dayak dengan jenis lain yaitu Eleutherine americana terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang diisolasi dari makanan. Ekstraksi bawang dayak dilakukan secara maserasi dengan menggunakan etanol 95%. Ekstrak yang digunakan pada penelitian tersebut sebesar 250 mg/ml yang dilarutkan dalam pelarut DMSO (Dimethylsulfoxide) kemudian diambil tiap 10 ml untuk dilarutkan lagi dalam berbagai macam pelarut, yaitu: etanol, heksana, aceton, dan campuran etanol heksana. Cakram disk yang sudah diisi dengan ekstrak bawang dayak kemudian ditanam pada biakan bakteri Staphylococcus aureus dan diinkubasi pada suhu 35oC selama 24 jam. Pada hasil penelitian didapatkan rata-rata zona hambat dengan pelarut etanol sebesar 15,36 mm, rata-rata zona hambat dengan pelarut heksana sebesar 14,51 mm, rata-rata zona hambat dengan pelarut aceton sebesar 15,75 mm dan rata-rata zona hambat dengan pelarut campuran etanol heksana sebesar 14,59 mm.22 Dari hasil penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa rata-rata zona hambat yang dihasilkan dari ekstrak bawang dayak dengan pelarut aceton lebih besar dibanding dengan pelarut yang lain. Namun pada penelitian tersebut juga dikatakan bahwa ekstrak dengan menggunakan pelarut etanol adalah yang akan digunakan pada penelitian-penelitian selanjutnya karena tujuan dari penelitian akan diaplikasikan sebagai obat. Adanya perbedaan dari jenis pelarut yang digunakan saat ekstraksi, penambahan pelarut DMSO, perbedaan suhu saat inkubasi, dan perbedaan jumlah konsentrasi yang digunakan dalam penelitian tersebut menjadi sebab ketidaksesuaian hasil penelitian ini.
26
40 mg/ml. Namun zona hambat yang dihasilkan tetap tidak melebihi zona hambat yang dihasilkan oleh kontrol positif berupa amoksisilin yang merupakan antibiotik golongan beta laktam. Hal ini dikarenakan mekanisme kerja antibiotik amoksisilin yang sudah teruji pasti yaitu menghambat pembentukan dinding bakteri dengan menghambat sintesis petidoglikan sehingga pada penelitian ini memperlihatkan hasil zona hambatan bakteri yang paling besar.
Berdasarkan klasifikasi Greenwood (1995), konsentrasi ekstrak bawang dayak 40mg/ml dengan pelarut etanol 96% dapat menghambat pertumbuhan bakteri
27 BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dengan pelarut etanol 96% dapat memberikan efek hambat terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococccus aureus.
2. Ekstrak bawang dayak dengan konsentrasi 40 mg/ml memiliki aktivitas antibakteri yang paling baik dibandingkan dengan konsentrasi 10 mg/ml dan 20 mg/ml meskipun berdasarkan klasifikasi Greenwood (1995) termasuk dalam klasifikasi daya hambat lemah.
28
5.2 Saran
Bagi peneliti berikutnya:
1. Memilih bahan dengan kualitas baik, sehingga didapatkan hasil ekstrak yang baik.
2. Menyimpan dan menjaga kesterilan ekstrak untuk menjaga kualitas ekstrak 3. Melakukan penelitian tentang kandungan bahan aktif bawang dayak yang
spesifik menjadi antibakteri.
4. Melakukan penelitian dengan memperhatikan kesterilan alat dan tempat yang digunakan agar tidak terjadi kontaminasi pada hasil penelitian.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Jawetz, Melnick and Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2007. Hal 225-235.
2. Imron L, Marjanis S, Mulyono W, Djoko Y, Noenoeng R. Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Faktor Lingkungan. Buletin Penelitian Kesehatan 18 (1). 1990. Hal 26-32.
3. Ronald, A. Sacher, Richard, A. McPherson. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 11. Jakarta: EGC. 2004.
4. Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. 2011.
5. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar: Jakarta. 2013. Diunduh pada tanggal 27 April 2014 www.Riskesdas.com.
6. Harmanto N, Subroto M Ahkam. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping. Jakarta : Elex media komputindo. 2007. Hal 4-5.
7. Galingging, R. Y. Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) sebagai Tanaman
Obat Multifungsi. 2009. Diakses pada tanggal 10 Januari 2013
30
8. Mierza V, Suryanto D, Pandabotan M. Nasution. Skrining Fitokimia dan Uji Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia Merr.). Prosiding Seminar Nasional Biologi. Medan: USU Press. 2011. Hal.340-351.
9. Klasifikasi Eleutherine Americana Di unduh pada tanggal 29 juli 2014.
http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat
10.Klasifikasi Tumbuhan Eleutherine palmifolia. diunduh tanggal 29 Juli 2014 http://www.bi.itb.ac.id/hebarium/index.php?c=herbs&view=detail&spid=23837
11.Lenny, Sovia. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan Alkaloida. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan. 2006.
12.Greenwood. Antibiotics Susceptibility (Sensitivity Test), Antimicrobial and
Chemotheraphy. USA: McGraw Hill Company. 1995.
13.Rusmiati, dkk. Efek Antioksidan Ekstrak Bulbus Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) pada Gambaran Histopatologis Paru-paru Tikus yang Dipapar Asap Rokok. Skripsi. Program study Biologi FMIPA. Universitas Lambung Mangkurat. Kalimantan Selatan. 2012.
14.Arthur G. Johnson, Richard J. Ziegler, Louise Hawley. Essential Mikrobiologi dan Imunologi. Ed.5. Tangerang-selatan: Binarupa Aksara Publisher. 2011.
31
16.Isselbacher, Braunwald et all. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Vol 2. Ed 13. Jakarta: EGC. 1999. p686-693.
17.Departemen farmakologi dan terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi. Edisi5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. Hal 585-587.
18.Pratiwi, S. T. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Airlangga. 2008. Hal.188-190.
19.Lalitha M. Manual on Antimicroial Susceptibility Testing. Departement of microbiology Christian Medical Collage : Vellore. 2004.
20.A’yunin, L Qurrotu. Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri pada
Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut. Skripsi, Jurusan kimia fakultas sains dan teknologi. UIN Malang. 2008.
21.Parubak, S Apriani. Senyawa Flavonoida yang Bersifat Antibakteri. Vol 6. 2013.Http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php//chemprog/article/view/2069
Diunduh pada tanggal 27 Agustus 2014.
22.Ifesan, B.O.T. Inhibitory Effect of Eleutherine Americana Merr. Extract on Staphylococcus aureus Isolated from Food. Mc food & Microbiology and safety : Journal of food science Vol.74. 2009.
32
24.Sitompul, E. Aktivitas Antibakteri dan Analisis Kandungan Kimia Daun Ungu (Graptophyllum pictum L.Griff). Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Prosiding Seminar Nasional Biologi. Medan: USU Press. 2011. Hal 245-249.
25.Mercy N, Jemmy A, Vanda S. Pengaruh Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Matoa (Pometia pinnata) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus secara In Vitro. Jurusan Kimia. FMIPA. Unsrat. Manado. 2013.
26.Kalidass S, Sembian S, Femina W, Febina B, Gilbert R. Antagonistic activity of
33
LAMPIRAN I
34
LAMPIRAN II
37
LAMPIRAN V
RIWAYAT PENULIS
Nama : Tazkiyatul Firdaus
Tempat, Tanggal Lahir : Lamongan, 22 April 1993
Alamat : Jl. Raya Payaman Solokuro Lamongan
Email : anatazkiya.22@gmail.com
No. Telepon : 085730909994
Riwayat Pendidikan
1996-1999 : TK Aisiyah Bustanul Athfal Payaman Solokuro Lamongan
1999-2005 : Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 01 Payaman
2005-2008 : SMP Muhammadiyah 12 Paciran Lamongan
2008-2011 : Madrasah Aliyah Al-Ishlah Sendangagung Paciran Lamongan