EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG DAYAK
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) DALAM
MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI
Escherichia coli
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Disusun Oleh:
NIM : 1111103000012 FIQRIAH REZEKI AMANDA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memeroleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 12 September 2014
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia
yang telah diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Saya
menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Prof. DR. ( hc ) dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu membimbing dan memberikan
kesempatan kepada saya untuk menempuh pendidikan di Program Studi
Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M. Gizi,SpGK selaku Ketua Program Studi dan untuk
seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang selalu membimbing serta memberikan ilmu
kepad asaya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi
Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset angkatan
2011, yang selalu membimbing dan memberikan kesempatan kepada saya
untuk menjalankan dan menyelesaikan penelitian ini.
4. dr. Erike Anggraini Suwarsono,M.Pd dan dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh,
Ph.D selaku dosen pembimbing penelitian yang selalu membimbing dan
mengarahkan dalam berjalannya penelitian ini.
5. Kedua orang tua tercinta, Bahtiar dan Fauziah yang selalu memberikan
kasih sayangnya, memberikan doa dan semangat sepanjang waktu. Juga
kepada adik saya, Fauzan Akbar Ashari yang selalu membuat saya
bersemangat dalam menjalani kehidupan di Program Studi Pendidikan
vi
6. Kepada keluarga besar yang berada di Pontianak, yang selalu memberikan
doa dan semangat untuk terus belajar dan ikut membantu menyediakan
bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.)Merr) guna terlaksananya
penelitiaan ini.
7. Fitrian Amwaalun Naafi’ah, Tazkiyatul Firdaus, Shevrina Faradiba, Bagus
Kusuma Wardhana, Ardin Sahputra danSiti Nashratul Kamillah yang
menjalani penelitian ini bersama juga kepada Mbak Novi selaku laboran
yang selalu menemani dan membantu di Laboratorium.
8. Seluruh mahasiswa PSPD 2011 serta seluruh teman dan sahabat yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu.
Saya menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi
kesempurnaan laporan penelitian ini.
Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT berkenan
menjadikannya sebagai amal baik untuk tabungan di akhirat nanti. Aamiin.
Ciputat, 12 September 2014
vii ABSTRAK
Fiqriah Rezeki Amanda. Program Studi Pendidikan Dokter. Efektivitas Ekstrak bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
Bawang dayak (Eleutherine palmifolia(L.)Merr.) merupakan tanaman yang secara
empiris banyak digunakan untuk pengobatan. Escherichia coli adalah anggota
flora normal pada usus manusia,dapatmenjadi patogen jika jumlahnya dalam saluran pencernaan meningkat atau berada di luar saluran pencernaan. Escherichia coli menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan beberapa kasus diare dan beberapa penyakit lainnya. Bawang dayak 3 kg diekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 96% sehingga didapatkann ekstrak kental sebanyak 326,8 gram. Ekstrak bawang dayak dibuat dalam berbagai konsentrasi yaitu 10;20;40 mg/ml. Kontrol negatif dan kontrol positif yaitu Amoksisilin 25µg. Selanjutnya, berbagai konsentrasi ekstrak bawang dayak diuji efek antibakterinya terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dengan teknik disc diffusion.
Konsentrasi yang memiliki zona hambat terkecil terdapat pada konsentrasi 10 mg/ml dan yang terbesar terdapat pada konsentrasi 40 mg/ml. Hal ini membuktikan bahwa bawang dayak (Eleutherine palmifolia(L.)Merr.) memiliki peran antibakteri dengan potensi sedang dalam respon menghambat pertumbuhan bakteriEscherichia coli.
Kata kunci: Bawang dayak (Eleutherine palmifolia(L.)Merr.), Escherichia coli, disc diffusion
ABSTRACT
Fiqriah Rezeki Amanda. Medical Education Study Program. Effectiveness of garlic dayak extract inhibits the growth of bacteria Escherichia coli.
Onions dayak (Eleutherine palmifolia(L.)Merr.) is a plant that is widely used empirically for treatment. Escherichia coli is normal flora in the human gut, can become pathogenic if the amount in the digestive tract increases or located outside the digestive tract. Escherichia coli produces an enterotoxin that causes some cases of diarrhea and other diseases. 3 pounds of onions dayak (Eleutherine palmifolia(L.)Merr.) extracted by maceration method with 96% ethanol to obtain
a viscous extract as much as 326.8 grams. Dayak onion (Eleutherine
palmifolia(L.)Merr) extract prepared in the concentration range of 10;20;40 mg/ml. Negative control and positive control Amoxicillin25µg. Then various concentrations of garlic extract dayak(Eleutherine palmifolia(L.)Merr.) tested antibacterial effect on the growth of Escherichia coliby disc diffusion technique. concentration which has the smallest inhibition zone present in the largest concentrations of 10 and 40 are the concentrations of this proves that the onions dayak(Eleutherine palmifolia(L.)Merr.) has the potential moderately antibacterial role in inhibiting the growth of Escherichia colibacteria peroses.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
2.2Klasifikasi dan Morfologi Bakteri Escherichia coli ... 7
2.2.1 Patogenesis Escherichia coli ... 8
2.2.2 Jenis-jenis Bakteri Escherichia coli ... 9
2.3 Mekanisme Aktivitas Antibakteri ... 11
ix
2.5 Metode Pengujian Antibakteri ... 12
2.5.1 Metode Difusi ... 12
2.6Kerangka Teori ... 14
2.7Kerangka Konsep ... 15
2.8Definisi Operasional ... 15
BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN ... 16
3.1Desain Penelitian ... 16
3.2Waktu Dan Tempat Ekstraksi dan Uji Efektivitas ... 16
3.3Bahan yang Diuji ... 16
3.4Identifikasi Variabel ... 16
3.4.1 Variabel Bebas ... 16
3.6.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan ... 17
3.6.1.2 Pembuatan Stok Bakteri ... 17
3.6.1.3 Ekstraksi Bawang Dayak ... 17
3.6.1.4 Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi ... 18
3.6.2 Tahap Pengujian ... 18
3.6.2.1 Uji Penghambatan Pertumbuhan Bakteri ... 18
3.7Alur Penelitian ... 20
3.8Pengolahan Data ... 21
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
4.1 Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) ... 22
4.2 Efek Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli ... 22
BAB 5 PENUTUP ... 27
5.1 Kesimpulan ... 27
5.2 Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 29
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi Respon Hambat Pertumbuhan Bakteri ... 13
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)... 6
Gambar 2.2. Pewarnaan gram Escherichia coli ... 7
Gambar 2.3. Struktur antigenik Enterobacteriaceae ... 8
Gambar 3.1. Alur penelitian ... 20
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Determinasi Bahan Uji ... 32
Lampiran 2. Sertifikat Pengujian Ekstraksi Bawang Dayak ... 33
Lampiran 3. Riwayat Penulis ... 34
Lampiran 4. Alat Penelitian ... 35
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih
tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdi Diare, Departemen
Kesehatan dari tahun 2000 sampai 2010 terlihat kecenderungan insiden naik
setiap tahunnya. Pada tahun 2000 insiden rata-rata penyakit diare 301 per 1000
penduduk, 374 per 1000 penduduk pada tahun 2003, naik menjadi 423 per 1000
penduduk pada tahun 2006 dan menjadi 411 per 1000 penduduk pada tahun
2010.1 Pada tahun 2007, prevalensi diare di Jawa Barat lebih dari 9%, yaitu
10,2%dan mengalami kejadian luar biasa pada tahun 2009 dan 2010.1 Bila dilihat
per kelompok umur, diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi
tertinggi pada anak balita usia 1 sampai 4 tahun yaitu 16,7%. Sedangkan menurut
jenis kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada
laki-laki dan 9,1% pada perempuan.1
Salah satu penyebab diare adalah infeksi gastrointestinal oleh bakteri
Escherichia coli.2 Escherichia coli adalah anggota flora normal pada usus manusia. 2Escherichia coli menjadi patogen jika jumlahnya dalam saluran pencernaan meningkat atau berada di luar saluran pencernaan.8 Escherichia coli menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan beberapa kasus diare. Manifestasi
klinik Escherichia coli bergantung pada tempat infeksinya dan tidak dapat dibedakan dengan gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri lain.8 Beberapa
penyakit yang disebabkan oleh Escherichia coli ialah, Infeksi saluran kemih, diare, sepsis dan meningitis.
Di Negara-negara berkembang khususnya Indonesia, kasus penyakit yang
disebabkan oleh Escherichia coli masih menjadi masalah utama. 8
3
Hal tersebut
2
memicu para ilmuan untuk meneliti agen alternatif lain yang dapat berfungsi
sebagai antibiotik.
Salah satu keunggulan dari Indonesia adalah kaya akan keanekaragaman
hayati yang menjadi bahan baku obat. Tumbuhan obat merupakan suatu produk
yang aman dan efektif bagi manusia untuk digunakan dalam penanganan penyakit
melalui pengobatan sendiri. Pada pengembangan obat dimasa mendatang,
tanaman sangat berharga untuk digunakan sebagai obat moderen dalam empat hal
dasar, yaitu (1) digunakan sebagai sumber agen terapeutik langsung, (2)
merupakan bahan mentah untuk pengembangan senyawa kimia, (3) struktur kimia
dari senyawa di dalam tanaman dapat digunakan sebagai obat baru, dan (4)
tumbuh-tumbuhan obat dapat digunakan dan dikelompokan sebagai penemuan
senyawa baru.6
Bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) merupakan tanaman yanag secara empiris banyak digunakan untuk pengobatan. Tanaman ini banyak
terdapat di daerah Kalimantan, sudah secara turun temurun dipergunakan
masyarakat Dayak sebagai tanaman obat.6 Bagian yang dapat dimanfaatkan pada
tanaman ini adalah umbinya yang berwarna merah terang dengan daun hijau
berbentuk pita dan bunganya berwarna putih.6 Hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan di Institut Pertanian Bogor menunjukkan bahwa umbi bawang dayak
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr) mengandung senyawa naphtoquinonens dan turunannya seperti elecanacine, eleutherine, eleutherol, eleuthernone.3 Naphtoquinones dikenal sebagai antimikroba, antifungal, antivirial dan antiparasitik.3 Selain itu, naphtoquinones memiliki bioaktivitas sebagai antikanker dan antioksidan yang biasanya terdapat di dalam sel vakuola dalam bentuk
glikosida.
Namun hingga saat ini belum ada penelitian yang tertuju pada bagaimana
efektifitas dari bulbus bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) sebagai obat alam yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli padahal tanaman ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadai tanaman pokok obat.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui, potensi bawang dayak
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah
“Apakah ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli ?”
1.3 Hipotesis
Ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli
1.4 Tujuan Penelitian
.
1.4.1 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui efektivitas ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) terhadap pertumbuhan Escherichia coli.
1.4.2 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kadar ekstraksi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) yang dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti
a. Sebagai prasyarat dalam memperoleh gelar S.Ked (sarjana
kedokteran) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang telah didapat
selama pendidikan.
c. Menambah pengetahuan tentang efektivitas ekstrak bawang
dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
1.5.2 Bagi Institusi
4
b. Memajukan UIN Syarif Hidayatullah dan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah dengan publikasi tentang penelitian ini.
c. Dapat dijadikan bahan referensi bagi praktisi yang tertarik
dalam bidang mikrobiologi.
1.5.3 Bagi Sosial
Dapat memberikan tambahan informasi mengenai manfaat
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr)
Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) adalah salah satu jenis tanaman yang berkhasiat bagi kesehatan. Tanaman ini banyak ditemukan di
daerah Kalimantan. Penduduk lokal di daerah tersebut sudah menggunakan
tanaman ini sebagai obat tradisional. Bagian yang dapat dimanfaatkan pada
tanaman ini adalah umbinya. Di Indonesia, tanaman ini juga dikenal dengan nama
bawang mekah, bawang hantu, bawang sabrang dan bawang arab. 6
Taksonomi Bawang Dayak (Eleutherinepalmifolia(L.) Merr)
Tanaman ini banyak terdapat di daerah pegunungan antara 600 sampai
1500 m di atas permukaan laut. Mudah dibudidayakan, tidak tergantung musim
dan dalam waktu 2 hingga 3 bulan setelah tanam sudah dapat dipanen. 6
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobinota
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Spesies : Eleutherinepalmifolia(L.) Merr
10 Ciri
spesifik dari tanaman ini adalah umbinya yang berwarna merah menyala dengan
permukaan yang sangat licin, letak daun berpasangan dengan komposisi daun
bersirip ganda dan bunganya berwarna putih. Tipe pertulangan daunnya sejajar
6
sebagai tanaman obat, tanaman ini juga bisa digunakan sebagai tanaman hias
karena memiliki bunga yang berwarna putih.6
Gambar2.1.BawangDayak (Eleutherinepalmifolia(L.) Merr).
Sumber
Khasiat dari tanaman bawang dayak di antaranya sebagai antikanker
payudara, mencegah penyakit jantung, immunostimulant, antinflamasi, antitumor serta anti bleeding agent.10 Hasil penelitian menunjukan bahwa umbi bawang dayak mengandung senyawa naphtoquinonens dan turunannya seperti elecanacine, eleutherine, eleutherol, eleuthernone.3Naphtoquinones dikenal sebagai antimikroba, antifungal, antivirial dan antiparasitik. Selain itu,
naphtoquinones memiliki bioaktivitas sebagai antikanker dan antioksidan yang biasanya terdapat di dalam sel vakuola dalam bentuk glikosida.
Umbi bawang dayak mengandung senyawa-senyawa turunan anthrakinon yang mempunyai daya pencahar, yaitu senyawa-senyawa eleutheurin, isoeleutherin dan senyawa-senyawa sejenisnya, senyawa-senyawa lakton yang disebut eleutherol dan senyawa turunan pyron yang disebut eleutherinol.
14
6
Adapun
senyawa bioaktif yang terdapat dalam umbi bawang dayak terdiri dari senyawa
alkaloid, steroid, glikosida, flavonoid, fenolik, saponin, triterpenoid, tannin dan
7
2.2 Klasifikasi dan Morfologi Bakteri Escherichia coli
Taksonomi bakteri Escherichia coli (Smith-Keary 1988) : Kingdom : Prokaryot
8
Diviso : Gacilicutes
Class : Scotobacteria
Ordo : Eubacteriales
Family : Enterebacteriaceae
Genus : Escherichia Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang
pendek yang memiliki panjang sekitar 2 μm, diameter 0,7 μm, lebar 0,4-0,7μm,
bersifat motil dengan flagel peritrika, mempunyai kapsul dan bersifat anaerob
fakultatif. Escherichia coli dapat melakukan fermentasi karbohidrat dan menghasilkan gas dari glukosa. Pada biakan Escherichia coli akan membentuk koloni yang sirkular, konveks dan halus dengan tepi tegas. 8
Gambar 2.2. Pewarnaan gram Escherichia coli
Sumber:
Escherichia coli memiliki struktur antigenik yang kompleks, yaitu:
8
panas dan alkohol, terkadang berkaitan dengan penyakit yang spesifik
pada manusia yaitu diare dan infeksi saluran kemih.
• Antigen K : Terdapat pada permukaan luar bakteri (diluar antigen O),
terdiri dari polisakarida, bersifat tidak tahan panas dan berhubungan
dengan virulensi misalnya Escherichia coli yang menghasilkan antigen K sering ditemukan pada meningitis neonatal dan
menyebabkan perlekatan bakteri pada sel epitel sebelum invasi ke
saluran cerna atau saluran kemih.
8
• Antigen H : Terdapat pada flagel, dapat didenaturasi dengan panas dan
alkohol.
8
8
Gambar 2.3. Struktur antigenik Enterobacteriaceae
Sumber : Jawetz Medical Microbiology
2.2.1 Patogenesis Escherichia coli
Escherichia coliadalah anggota flora normal usus, namun dapat menjadi patogen bila jumlahnya meningkat dalam saluran pencernaan atau berada diluar
saluran pencernaan yang normal.8 Tempat yang paling sering terinfeksi adalah
salura kemih, saluran empedu, dan tempat lain dalam saluran abdomen. Bakteri
Escherichia coli sering menjadi peyebab penyakit diare, selain itu ia juga dapat menyebkan infeksi pada saluran kemih, meningitis dan sepsis. Berbagai jalur
9
1. Escherichia coli memproduksi enteretoksin (enterotoksinogen), memproduksi salah satu atau kedua toksin yang berbeda, yaitu toksin
yang tahan panas dan toksin yang tidak tahan panas. Toksin yang
tidak tahan panas dapat menyebabkan peningkatan aktifitas enzin
adenilat siklase dalam sel mukosa usus halus dan merangsang sekresi
cairan. Sedangkan toksin yang tahan panas dapat mengaktifkan enzin
guanilat siklase sehingga dapat menyebabkan gangguan absorbsi
klorida dan natrium, selain itu dapat menurunkan motilitas usus halus.
2. Escherichia coli dapat menginvasi langsung pada epitel dinding usus. Sehingga lipopolisakarida dinding sel bakteri (endotoksin) akan
mempengaruhi epitel usus.
2.2.2 Jenis-jenis BakteriEscherichiaColi
Escherichia coli yang menyebabkan diare diklasifikasikan berdasarkan karakteristik sifat virulensinya, dan masing-masing kelompok menyebabkan
penyakit melalui mekanisme yang berbeda.
• Escherichia coli Enteropatogenik (EPEC)
Penyebab diare tersering pada bayi di negara berkembang. EPEC menempel
pada sel mukosa usus halus, akibat dari infeksi EPEC adalah diare encer,
yang biasanya sembuh sendiri tetapi bisa menjadi kronik. Diare EPEC
disebabkan oleh berbagai serotipe spesifik Escherichia coli, strain diindentifikasi dengan antigen O dan kadang-kadang dengan penentuan tipe
antigen H. Pemeriksaan untuk mengidentifikasi EPEC dilakukan di
laboratorium rujukan. Lamanya diare EPEC dapat diperpendek dan diare
kronik dapat diobati dengan terapi antibiotik.
• Escherichia coli Enterotoksigenik (ETEC)
8
Penyebab umum “diare wisatawan” dan penyebab diare pada bayi di negara
berkembang. Faktor kolonisasi ETEC spesifik untuk medorong perlekatan
ETEC pada sel epitel usus halus manusia.Beberapa strain ETEC
menghasilkan eksotoksin yang tidak tahan panas, yang dapat mengaktivasi
adenilat siklase. Hal ini meningkatkan konsentrasi lokal siklik adenosin
10
dan klorida yang banyak dan lama serta menghambat reabsorbsi natrium.
Lumen usus teregang oleh air, terjadi hipermotilitas dan diare yang
berlangsung selama beberapa hari. 8 Eksotoksin yang tidak tahan panas (LT)
merangsang produksi antibodi penetralisir didalam serum (dan
kemungkinan didalam usus) pada orang yang sebelumnya terinfeksi
Escherichia coli.Sehingga orang yang tinggal di daerah dengan prevalensi sangat tinggi kemungkinan memiliki antibodi dan jarang mengalami diare
akibat pejanan ulang olehEscherichia coli penghasil LT. 8 Beberapa strain Escherichia coli juga menghasilkan eksotoksin yang tahan panas (ST), yang dapat mengaktifkan guanilat siklase dalam sel epitel dan merangsang sekresi
cairan. Beberapa strain Escherichia coli juga menghasilkan kedua toksin tersebut yang mana dapat mengakibatkan diare yang lebih berat. Jalur
transmisi melalui fecal-oral, sanitasi dan kebersihan yang buruk, serta makanan dan minuman yang telah terkontaminasi.
• Escherichia coli Enterohemoragik (EHEC)
8
EHEC dapat menyebabkan kolitis hemoragik, diare yang berat, dan pada
sindroma hemolitik uremik suatu penyakit yang mengakibatkan gagal ginjal
akut, anemia hemolitik mikroangiopati dan trombositopenia. Sebagian besar
transmisi melalui makanan yang terkontaminasi seperti daging yang
setengah matang.
• Entero invasif Escherichia coli (EIEC)
8
Menimbulkan penyakit yang mirip shigelosi. Penyait ini paling sering
terjadi pada anak-anak di negara berkembang. Seperti Shigella, strain EIEC tidak memfermentasikan laktosa, menimbulkan penyakit dengan menginvasi
sel epitel usus halus.
• Enteroagregatif Escherichia coli (EAEC)
8
Penyebab diare akut dan kronik (durasi lebih dari 14 hari) pada masyarakat
di negara berkembang. Organisme ini juga menyebabkan penyakit yang
ditularkan melalui makanan di negara industri. EAEC ditandai oleh pola
perlekatannya yang khas pada sel manusia. Organisme ini menghasilkan
11
2.3 MekanismeAktivitasAntibakteri
Antibakteri merupakan suatu agen yang digunakan untuk membunuh atau
menekan pertumbuhan atau reproduksi bakteri.21Berdasarkan sifat toksisitas
selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba,
dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik; dan ada yang bersifat membunuh
mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid.
Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal
(KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antimikroba tertentu aktivitasnya
dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya
ditingkatkan melebihi KHM. Sifat antimikroba berbeda satu dengan lainnya.
Berdasarkan perbedaan sifat ini antimikro dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
berspektrum sempit dan luas.
8
Anti bakteri bekerja melalui 5 mekanisme yaitu: 5
• Menghambat metabolisme sel bakteri
Agen anti bakteriyang menghambat metabolisme sel disebut sebagai
antimetabolit. Senyawa ini menghambat metabolisme mikroorganisme dan
bukan metabolisme dari host. Proses ini dilakukan degan menghambat reaksi enzim katalis yang hadir dalam sel bakteri.
• Menghambat sintesis dinding sel
4,5
Penghambatan sintesis dinding sel bakteri menyebabkan lisis bakteri.4
Agen ini bekerja dengan cara menghambat dan mengaktivasi enzim yang
dapat merusak dinding sel bakteri.8 Agen yang beroperasi dengan cara ini
adalah penisilin dan sefalosporin.
• Berinteraksi dengan membran plasma
4,5
Bekerja dengan cara berinteraksi dengan membran sel bakteri dan
mempengaruhi permeabilitas membran plasma. Agen yang beroperasi
dengan cara ini ialah polimiksin.
• Menghambat sitesis protein
4,5
Agen yang mengganggu sintesis protein diantaranya rifampisin,
12
ribosom bakteri dan enzim yang esensial untuk sintesis protein sehingga
sintesis protein terhambat.
• Menghambat sintesis asam nukleat
4
Mengganggu fungsi dari asam nukleat, menghambat enzim yang berperan
dalam sintesis asam nukleat.4 Agen yang bekerja dengan mekanisme ini
adalah kuinolon.
2.4 Metode Ekstraksi
4,5
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
shingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia
yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang
tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain.12 Senyawa aktif
yang terdapat pada berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan
minyak astiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Ada beberapa metode yang umum
digunakan untuk ekstraksi yaitu:
Ekstraksi dengan Menggunakan Pelarut 11
Cara Dingin
• Maserasi : Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan. Cara ini dapat menarik zat-zat berkhasiat yang tahan
pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan.
• Perkolasi: Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru
sampaisempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruangan. Ekstraksi ini membutuhkan pelarut yang lebih banyak. 11
11
2.5 Metode Pengujian Antibakteri 2.5.1 Metode Difusi
Pada metode ini, penentuan aktivitas didasarkan pada kemampuan difusi
dari zat antimikroba dalam lempeng agar yang telah diinokulasi dengan mikroba
uji. Pengamatan yang akan diperoleh adalah ada atau tidaknya zona hambatan
(daerah bening yang tidak memperlihatkan adanya pertumbuhan bakteri) yang
akan terbentuk di sekeliling zat antimikroba pada masa inkubasi bakteri. Pada
13
a. Cakram Disc
Pada cara ini, digunakan suatu cakram kertas saring (paper disc) yang berfungsi sebagai tempat menampung zat antimikroba. Kertas saring yang
mengandung zat antimikroba tersebut diletakkan pada lempeng agar yang telah
diinokulasi dengan mikroba uji. Hasil pengamatan yang akan diperoleh adalah ada
tidaknya daerah bening yang terbentuk disekeliling kertas cakram yang
menunjukkan zona hambatan pertumbuhan bakteri. Semakin besar zona hambatan
yang ditunjukkan semakin besar pula aktivitas zat antimikroba. 13
Tabel 2.1 Klasifikasi Respon Hambat Pertumbuhan Bakteri.
Diameter zona hambat
Sumber : Greenwood yang disitasi oleh Pratama 2005.
b. Cara parit (Ditch)
Suatu lempeng agar yang telah diinokulasi dengan bakteri uji dibuat
sebidang parit. Parit tersebut diisi dengan zat antimikroba, kemudian diinkubasi
pada waktu dan suhu optimum yang sesuai untuk mikroba uji. Hasil pengamatan
yang akan diperoleh adalah ada atau tidaknya zona hambatan yang tebentuk
disekitar parit. Analog dengan cara cakram, besarnya zona hambat yang
dihasilkan sebanding dengan kemampuan aktivitas dari zat antimikroba yang
diujikan.
c. Cara Lubang (Hole/Cup) 13
Pada lempeng agar yang telah diinokulasi dengan bakteri uji dibuat suatu
lubang yang selanjutnya diisi dengan zat antimikroba uji. Cara ini dapat diganti
dengan meletakkan cawan porselin kecil yang biasa disebut fish spines di atas medium agar. Kemudian cawan-cawan tersebut diisi dengan zat uji. Setelah
14
dilakukan pengamatan dengan melihat ada atau tidaknya zona hambatdi sekeliling
lubang atau cawan. 13
2.6 Kerangka Teori
Ekstral bawang dayak (Eleutherinepalmifolia(L.) Merr) memiliki zat aktif yang dapat bersifat bakteriosidal dan bakteriostatik, diantaranya flavonoid, tanin,
saponin. Sehingga saat dilakukan uji dengan metode disc diffusion akan didapatkan zona hambat.
15
2.7 Kerangka konsep
2.8 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala
16
BAB 3
RANCANGAN PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental laboratorik dengan
teknik disc diffusion untuk melihat pengaruh ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
3.2 Waktu dan Tempat Ekstraksi dan Uji Efektivitas
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai bulan Agustus
2014 di Laboratorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan proses ekstraksi bawang dayak (Eleutherine palmifolia
(L.) Merr) dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Jl. Tentara Pelajar No. 3 Bogor–Jawa Barat 16111 Indonesia.
3.3 Bahan Yang Diuji
Ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) dengan pelarut etanol 96% yang diuji pada biakan bakteri Escherichia coli dengan pengulangan sebanyak 6 kali.
3.4 Identifikasi Variabel 3.4.1 Variabel Bebas
Ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) dengan pelarut etanol 96% yang dibagi dalam tiga konsentrasi berbeda. Kelompok pertama
dengan konsentrasi 10 mg/ml, kelompok kedua dengan konsentrasi 20 mg/ml,
kelompok ketiga dengan konsentrasi 40 mg/ml, satukontrolnegatif dan satu
17
3.4.2 Variabel terikat
Pertumbuhan bakteri Escherichia coli yang ditanam dalam medium
nutrien agar dan diinkubasi dalam inkubator pada suhu 36-37o
3.5.1 Alat Penelitian
C selama 18-24
jam.
3.5 Alat dan Bahan Penelitian
Tabung reaksi, rak tabung, vortex, bunsen, korek, api, ose, spatula besi,
cawan petri, baki, laminar air flow, timbangan, autoclave, tabung erlenmeyer, stopwatch, inkubator, pinset, tissue, label, alattulis, kamera, kapas.
3.5.2 Bahan Penelitian
Blank disc, amoxicillin disc, etanol, spirtus, NaCl, aquades steril, ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr), nutrien agar, biakan
Escherichia coli.
3.6 Cara Kerja Penelitian 3.6.1 Tahap Persiapan
3.6.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan
Seluruh alat dan bahan yang akan digunakan disterilisasi di dalam
autoclave selama 30 menit dengan mengatur tekanan sebesar 15 dyne/cm3 (1,5 atm) dan suhu sebesar 121o C setelah sebelumnya dicuci bersih, dikeringkan dan
dibungkus dengan kertas.
3.6.1.2 Pembuatan Stok Bakteri
Pembuatan stok bakteri ini dilakukan untuk memperbanyak dan
meremajakan bakteri Escherichia coli, dengan cara mengambil 1 ose biakan
18
3.6.1.3 Ekstraksi Bawang Dayak
Sampel bawang dayak diperoleh dari umbi tanaman Eleutherine palmifolia
(L.) Merr yang dijual secara komersil di pasar tradisional Parit besar kota
Pontianak. Bahan bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) kemudian dikumpulkan dan dibersihkan. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan
metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Bawang dayak
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr) di grinder hingga berbentuk bubuk bawang dayak kemudian dimasukan kedalam erlenmeyer, ditambahkan dengan pelarut
etanol 96% lalu dikocok selama 2-3 jam kemudian bawang dayak direndam dan
ditutup dengan alumunium foil. Proses ekstraksi dilakukan secara maserasi selama
1x24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan dan didapatkan filtratnya. Filtrat
yang didapatkan kemudian diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator pada suhu 500C hingga didapatkan ekstrak kental yang bebas dari pelarut. Ekstrak
bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) yang dihasilkan akan digunakan untuk pengujian selanjutnya. Pada penelitian ini digunakan 3 kg bawang dayak
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr), setelah mengalami proses ekstraksi didapatkan ekstrak kental sebanyak 326,8 gram.
3.6.1.4 Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi
Stok konsentrasi yang akan divariasikan adalah mulai dari 10 mg/ml, 20
mg/ml, dan 40 mg/ml dengan menggunakan pelarut etanol 96%, serta control
negatif dan kontrol positif (antibiotik amoksisilin 25µg). Peneliti menggunakan
konsentrasi ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) tersebut berdasarkan hasil penelitian sebelumnya bahwa konsentrasi hambat minimum dari
ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) terhadap bakteri
Escherichia coli sebesar 10 mg/ml. Sedangkan untuk konsentrasi 20 mg/ml dan 40 mg/ml peneliti menggunakannya karena belum terdapat penelitian yang
19
3.6.2 Tahap Pengujian
3.6.2.1 Uji Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) Terhadap Bakteri Escherichia coli
Kertas cakram (blank disk) terlebih dahulu direndam dalam ekstrak
bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) selama 10-15 menit. Pembuatan suspensi bakteri terlebih dahulu yakni dengan mengambil 1 ose bakteri yang telah
diremajakan selama 24 jam dan dimasukkan kedalam larutan NaCl. Kemudian
divortex sampai homogen dan kekeruhannya di standarisasi dengan konsentrasi
0,5 Mc Farland. Suspensi bakteri Escherichia coli dioleskan menggunakan kapas lidi steril pada media pertumbuhan nutrien agar. Kertas cakram yang telah
direndam dalam ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) tadi diletakkan di atas permukaan nutrien agar biakan bakteri Escherichia coli secara higienis di dalam Laminar Air Flow. Lalu media diinkubasi kedalam inkubator
pada suhu 36-37oC selama 18-24 jam, kemudian diukur diameter zona terang
20
3.8 Alur Penelitian
Gambar 3.1. Alur penelitian
Pengumpulan umbi bawang dayak
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr)
Determinasi tanaman
Proses ekstraksi dengan cara maserasi menggunakan etanol
pada nutrien agar
Pembuatan konsentrasi ekstrak yang ditentukan
Perendaman blank disk dalam ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia(L.) Merr)
Kelompok A
Pengukuran zona hambat
Rerata tiap kelompok
Perlekatan blank disk dalam medium nutrien agar yang
21
3.9 Pengolahan Data
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical Product of Service Solution). Data yang dimiliki berbentuk numeric lebih dari 2
kelompok dan tidak berpasangan sehingga digunakan uji One-way ANOVA,
namun karena data tidak berdistribusi normal dan varians tidak sama maka
analisis data yang digunakan adalah uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan melakukan analisis Post Hocdengan uji Mann-Whitney, untuk melihat adakah perbedaan yang bermakna pada masing-masing cakram uji yang mengandung
kontol negatif, kontrol positif, dan konsentrasi ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) yang berbeda dalam menghambat pertumbuhan bakteri
22
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr)
Pada penelitian ini digunakan 3 kg bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr), setelah mengalami proses ekstraksi didapatkan ekstrak kental dengan warna kecokelatan sebanyak 326,8 gram.
4.2 Efek Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr)
terhadap pertumbuhan Bakteri Escherichia coli
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode disc diffusion sebanyak 6 kali pengulangan dengan beberapa konsentrasi ekstrak bawang dayak
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr) yaitu 10 mg/ml, 20 mg/ml, dan 40 mg/ml, ditambah dengan kontrol negatif dan Amoksisilin sebagai kontrol positif.
Gambar 4.1. Diameter rata-rata zona hambat
Pada hasil pengamatan didapatkan berbagai diameter zona hambat yang
terbentuk dari masing-masing konsentrasi yang digunakan. Diameter terbesar
terdapat pada konsentrasi 40 mg/ml dengan median 10 mm, dan diameter zona 0
Konsentrasi ekstrak bawang dayak (mg/ml)
23
hambat terkecil terdapat pada konsentrasi 10 mg/ml dengan median 8 mm. Bila
melihat klasifikasi respon hambat pertumbuhan bakteri menurut Greenwood maka
konsentrsi ekstrak memiliki respon hambat sedang dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Zona hambat yang terbentuk dari kontrol positif Amoksisilin 25 µg sebesar 23 mm bila melihat klasifikasi CLSI tahun 2013
maka antibiotik amoksisilin bersifat sensitif (susceptible) terhadap bakteri Escherichia coli, sedangkan pada kontrol negatif sebesar 0 mm hal ini menandakan bahwa aquades tidak memiliki efek dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Escherchiacoli.
Uji normalitas pada penelitian ini menghasilkan nilai p 0,002. Hal ini
menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal begitupula dengan hasil uji
varians sehingga tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji One-Way Anova, maka digunakanlah uji Kruskall-Wallis. Pada uji Kruskal-Wallis didapatkan nilai p 0,001 dapat diartikan bahwa paling tidak terdapat perbedaan zona hambat antara
dua kolompok.
Kemudian setelah diketahui bahwa terdapat perbedaan bermakna antar
konsentrasi, maka perlu dilakukan analisis Post Hoc melalui uji Mann-Whitney untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda secara bermakna. Dalam uji
Mann-Whitney konsentrasi ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) dibandingkan dengan kontrol positif yaitu amoksisilin 25 µg didapatkan
perbedaan yang bermakna, begitu pula perbandingan kontrol negatif dengan
konsentrasi ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).
Tabel 4.1. Hasil Analisis Post Hoc dengan Uji Mann-Whitney
24
tidak jauh lebih baik dari pada kontrol positif yaitu amoksisilin 25 µg, sehingga
dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pemberian ekstrak bawang dayak
berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli namun tidak jauh lebih baik dari pada efek amoksisilin sebagai kontrol positif. Pada penelitian ini, digunakan kontrol positif dari golongan antibiotik beta laktam yang memiliki
mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri.5 Mekanisme tersebut
terjadi dalam beberapa tahapan, pertama antibiotik berikatan dengan reseptor
penisilin atau penicillin binding protein pada bakteri, kedua terganggunya proses transpeptidase antar rantai peptidoglikan yang menyebabkan terhambatnya
sintesis dinding sel bakteri dan yang terakhir teraktivasinya enzim proteolitik pada
dinding sel.5
Nilai rata-rata zona hambat yang terbentuk dari amoksisilin adalah 23 mm,
merujuk pada klasifikasi CLSI nilai zona hambat lebih dari 18 mm menunjukkan
amoksisilin bersifat susceptible terhadap bakteri Escherichia coli. Nilai rata-rata seluruh konsentrasi ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) adalah lebih dari 5 mm, merujuk pada klasifikasi respon hambat pertumbuhan
bakteri menurut Greenwood bila zona hambat yang terbentuk 5-10 mm maka
konsentrsi ekstrak memiliki respon hambat sedang dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Escherichiacoli.
Aktivitas antibakteri yang ditimbulkan dari pemberian ekstrak bawang
dayak dapat dihubungkan dengan kandungan senyawa-senyawa kimia didalam
bawang dayak tersebut. Kandungan utama bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) adalah naphtoquinonens dan turunannya elecanacine, eleutherine, eleutherol, eleuthernone. Naphtoquinones dikenal sebagai antimikroba, antifungal, antivirial dan antiparasitik. Selain itu, naphtoquinones memiliki bioaktivitas sebagai antikanker dan antioksidan yang biasanya terdapat di dalam
sel vakuola dalam bentuk glikosida.
Adapun senyawa bioaktif yang terdapat dalam umbi bawang dayak
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr) terdiri dari senyawa alkaloid, steroid, glikosida, flavonoid, fenolik, saponin, triterpenoid, tanin dan kuinon. Pada flavonoid dapat
25
bakteri dan virus. Selain itu flavonoid juga disebutkan berperan dalam
pencegahan dan pengobatan beberapa penyakit lain seperti asma, katarak,
diabetes, rematik, migren dan wasir sehingga dapat dijelaskan bahwa,tumbuhan
yang mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan tradisional. 15 Menurut
Sabir (2008) senyawa flavonoid dapat menyebabkan kerusakan permeabilitas
pada dinding sel bakteri, didukung dengan penelitian Mirzoeva et al (1997) yang juga mengatakan bahwa flavonoid mampu menghambat motilitas bakteri.19
Menurut Khanna dan Kannabiran (2008), yang menguji aktivitas
antimikroba dengan fraksi saponin dari daun Gymnema sylvestre dan Eclipta prostrata dengan metode penghambatan terhadap bakteri P. aeruginosa, E. coli, S. tiphy, S. aureus dan jamur A. fumigatus dll dengan konsentrasi 600;1000;1200;1400 mg/L, menyatakan bahwa senyawa saponin merupakan
golongan senyawa obat yang memiliki efek antibakteri terhadap Gram negatif.16
Menurut Gunawan et al (2008) melakukan penelitian dengan isolasi dan identifikasi senyawa terpenoid antibakteri dari herba maniran terhadap bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus menyatakan bahwa, beberapa hasil penelitian menunjukkan senyawa terpenoid memiliki aktivitas sebagai antibakteri
yaitu monoterpenoid linalool, diterpenoid (-) hardwicklic acid, phytol, triterpenoid
saponin dan triterpenoid glikosida.17 Alkaloid dan antrakuinon dilaporkan oleh
Rahman (2010) yang meneliti ekstrak etanol buah mengkudu dan waktu
penyimpanan kualitas daging sapi, dinyatakan memiliki khasiat sebagai
antibakteri pada beberapa jenis bakteri, antara lain Escherichia coli, Bacillus subtilis, Salmonella, Staphylococcus aureus, Pseudomonas, Enterobacter dan Clostridium.18Alkaloid memiliki kemampuan antibakteri dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga
dinding sel bakteri terbentuk tidak utuh dan menyebabkan bakteri lisis. Senyawa
tanin yang juga terkandung dalam bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) juga berfungsi sebagai anti bakteri dengan menghambat enzim reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk.19
Rendahnya zona hambat yang terbentuk dari konsentrasi ekstrak bawang
26
mg/ml dengan rata-rata berdiameter 8,33 mm, lebih kecil dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Vriezka Mierza,dkk dengan rata-rata diameter
10,00 mm, mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi keterbatasan
dalam penelitian ini , diantaranya bawang dayak yang digunakan dalam penelitian
ini didapatkan dari pasar tradisional sehingga kualitas bawang dayak tersebut
tidak dapat dipastikan dan akan jauh lebih baik jika digunakan bawang yang
masih segar yang baru dipanen, kemudian usia dari bawang dayak yang baik
untuk digunakanpun belum diketahui. Faktor lainnya yaitu pada proses
pemindahan bakteri dari media biakan yang akan dilarutkan pada NaCl dimana
suspensi bakteri terlalu keruh dibandingkan Mc Farland hal ini menunjukkan bakteri yang diambil lebih banyak sehingga bakteri yang tumbuh pada agar lebih
padat dan mempengaruhi konsentrasi bawang dayak, dan faktor dari pembuatan
ekstrak bawang dayak juga dapat mempengaruhi hasil dan pemilihan kadar
pelarut yang belum dipastikan dapat mengganggu kandungan dari zat aktif dalam
bawang dayak atau tidak yang kemungkinan dapat mengurangi zat aktif pada
ekstrak bawang dayak yang sebelumnya juga tidak dilakukan pengukuran zat aktif
27
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil uji efektivitas ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) dengan pelarut etanol 96% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dengan metode disc diffusion.
2. Konsentrasi yang memiliki zona hambat terkecil terdapat pada konsentrasi
ekstrak bawang dayak 10 mg/ml dengan rata-rata zona hambat 8 mm dan
yang terbesar pada konsentrasi 40 mg/ml dengan rata-rata zona hambat 10
mm .Hal ini membuktikan bahwa bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) memiliki peran antibakteri dengan potensi sedang dalam respon menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dilihat dari klasifikasi Greenwood (2005).
3. Hasil uji statistik dengan metode uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kontrol negatif dengan semua
konsentrasi ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) dan kontrol positif dengan semua konsentrasi ekstrak bawang dayak
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr).
5.2 Saran
Bagi peneliti berikutnya :
1. Dapat melakukan penelitian tentang kandungan senyawa aktif bawang
dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) yang spesifik dalam menghambat pertumbuhan bakteri.
2. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai konsentrasi ekstrak bawang
28
3. Melakukan penelitian efektivitas ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.)Merr) terhadap bakteri Escherichia coli secara in-vivo. 4. Melakukan penelitian kandungan senyawa aktif dalam bawang dayak
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian kesehatan RI. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan;
Situasi Diare Di Indonesia. 2011. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
2. WHO Initiative to Estimate the Global Burden of Foodborne Diseases.
www.who.int/foodsafety/consumer/5keys/en
3. Alia mustika nur. Kapasitas antioksidan bawang dayak (eleutherine palmifolia) dalam bentuk segar, simplisia dan keripik, pada pelarut nonpolar, semipolar dan polar. Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor; 2011. p. 3-4
4. AntibacterialAgent.Cahapter
5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Balai Penerbit FKUI: Jakarta;
2007. 12: 585-7
6. Firdaus, R. Telaah Kandungan Kimia Ekstrak Metanol Umbi Bawang
Tiwai (Eleutherine Americana (l.) Merr.). Skripsi. Institut Teknologi
Bandung. Bandung; 2006
7. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Mikrobiologi Kedokteran. 24 ed. Jakarta: EGC; 2008
8. Smith-Keary P. F. Genetic Elements in Escherichia coli. Macmillan
30
9. Jawetz E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Brooks, J. S. Butel, L. N.
Ornston. Mikrobiologi Kedokteran. 24 ed. University of California, San
Francisco; 2007
10.Saptowalyono, C.A.. “Bawang Dayak, Tanaman Obat Kanker Yang
Belum Tergarap”
11.Sampurno. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2000
12.Departemen Kesehatan RI. Pemanfaatan Tanaman Obat. Volume III. 1989
13.Bonang, G. Koeswandoro, E. S. Mikrobiologi Kedokteran untuk
Laboratorium dan Klinik. Jakarta: PT. Gramedia; 1982
14.Hara H, Maruyama N, Yamashita S, Hayashi Y, Lee KH, Bastow KF,
Chairul, Marumoto R dan Imakura Y.Elecanacin. A novel new napthoquinon from the bulb of Eleutherine Americana. Chem Pharm Bull; 1997. 45: 1714-1716
15.Yusni, M.H. Perbedaan pengaruh pemberian Fraksi Etanolitik Bawang
Dayak (Eleutherin palmifolia) Dengan 5-Flurouracil terhadap pemghambatan pertumbuhan galur sel karsinoma kolon HT 29 dan
ekspresi p53 Mutan. Program pendidikan dokter spesialis ilmu bedah fakultas kedokteran universitas sebelas maret/RSUD Dr.Moewardi
Surakarta; 2008. p 38-39
16.Khanna, V. G. Kannabiran, K. Antimicrobial Activity of Saponin
31
17.Gunawan, I.W.G., Bawa, G I G A., dan Sutrisnayanti, N.L. Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Terpenoid yang Aktif Antibakteri pada Herba
Meniran (Phyllanthus niruri Linn). 2008. Jurnal Kimia 2 (1): 31-39
18.Rahman, A.S. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia Linneus) dan Waktu Penyimpanan Terhadap Kualitas Daging Sapi. Skripsi, pp xvii. 2010
19.Robinson, T. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, diterjemahkan oleh
Kosasih, P. 6 ed ITB. Bandung; 1995
20.Dyah Nuswantari. Kamus Saku Kedokteran Dorland. 25 ed. Jakarta:EGC;
1998
21.Mirzoeva O.K., Grishanin R.N., Calder P.C. Microbial Res: Antimicrobial action of propolis and some of its component: the effect on growth, membrane potential, and motility of bacteria. 1997
22.Vriezka Mierza, dkk. Skrining Fitokimia dan Uji Efek Antibakteri
32
33
34
Lampiran 3 RIWAYAT PENULIS Identifikasi
Nama : Fiqriah Rezeki Amanda
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Pontianak, 25 September 1993
Agama : Islam
Alamat : Perum Taman Aster blok F3 no 9 RT 10 RW 07,
Cikarang Barat-Bekasi
Riwayat Pendidikan
35
Lampiran 4 Alat Penelitian
Timbangan (gram) vortex
36
37