• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Kinerja Pegawai Pemerintah (Kasus Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Kinerja Pegawai Pemerintah (Kasus Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara)"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

$ % &'()*+(,

-$ %

(2)

!

(3)

-%- ).

Kepemimpinan adalah proses seseorang dalam mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Peran pemimpin birokrasi dan gaya kepemimpinannya kepada para pegawai menentukan bagaimana hasil pencapaian tugas yang diberikan. Penelitian ini bertujuan mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin dalam organisasi setingkat Suku Dinas dalam cakupan wilayah Jakarta Utara. Selain itu, bertujuan pula untuk mengetahui kinerja pegawai dalam organisasi setingkat Suku Dinas dalam cakupan wilayah Jakarta Utara. Dari kedua tujuan tersebut kemudian diteliti hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai dalam pencapaian tujuan organisasi.

Penelitian dilaksanakan di Kantor Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara yang dipilih secara sengaja. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei 2010 – Desember 2010. Pendekatan penelitian adalah kuantitatif. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Responden terdiri pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan (Sudin P2K) Kota Administrasi Jakarta Utara berjumlah 37 orang yang berinteraksi langsung dengan Kepala Sudin. Selain itu di ambil pula persepsi masyarakat mengenai kinerja pegawai sebagai penguat pendeskripsian mengenai kinerja pegawai. Pengujian kolerasi antar variabel menggunakan

(4)

diterapkan Kepala Sudin adalah gaya kepemimpinan konsultatif/ Sedangkan gaya kepemimpinan partisipatif dominan diterapkan ketika pemimpin berhubungan dengan pegawai dalam lingkungan kerja dan pada tahap pelaksanaan tugas. Pada tahap evaluasi dan pembuatan laporan Kepala Sudin dominan menerapkan gaya kepemimpinan delegatif.

Pegawai Sudin memiliki kinerja yang baik, yaitu sebesar 28 orang pegawai (75,7 persen). Hal ini dapat diketahui berdasarkan kehadiran kerja yang baik sebanyak 86,48 persen, memiliki ketepatan waktu yang baik dalam penyelesaian tugas sebanyak 75,6 persen, dan ketepatan dan kebenaran pembuatan dan penyampaian laporan pelaksanaan tugas sebanyak 78,4 persen. Selain itu dapat diindikasikan pula dari 81,8 persen memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan data dan informasi dalam tugas, sebanyak 72,9 persen memiliki kemampuan kerjasama yang baik dan sebanyak 89,18 persen pegawai Sudin memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik. Kemampuan kepemimpinan tersebut, meliputi mengkoordinir tim kerja, membangun komunikasi dengan berbagai pihak, motivasi yang baik, bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan serta mampu melakukan pembagian tugas yang baik untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan.

Berdasarkan persepsi masyarakat yang mendapat pembinaan dari Suku Dinas, diketahui kinerja pegawai cenderung baik. Berdasarkan hasil wawancara masyarakat menilai cukup mudah mendapatkan informasi, cukup komunikatif, dan cukup tanggap terhadap permasalahan di masyarakat. Masyarakat menilai pegawai Sudin sangat sopan dalam melayani dan berhubungan dengan masyarakat, cukup memiliki keahlian dan kemampuan dalam memberikan pelayanan/pelaksanaan tugasnya, dan sangat mudah saat pembuatan surat izin yang terkait dengan usaha atau penangkapan ikan. Dengan demikian, masyarakat cukup nyaman dan puas terhadap pelayanan yang diberikan pegawai Sudin.

Berdasarkan uji korelasi terdapat hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai. Hal ini dapat dilihat juga dari koefisien korelasi (rs) sebesar 0,525 memperlihatkan bahwa hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai tergolong memiliki korelasi yang sedang. Gaya kepemimpinan partisipatif memiliki hubungan nyata dengan korelasi sedang (p< 0,05) dengan kinerja pegawai. Hasil uji korelasi gaya kepemimpinan konsultatif dengan kinerja pegawai menunjukkan memiliki hubungan nyata dengan korelasi sedang (p< 0,05). Sedangkan gaya kepemimpinan delegatif berkorelasi kuat dengan kinerja pegawai Sudin.

(5)

!

"

#

$ %

0

1 2 2 3 "0 ! 4 5

!" 2 "1 2 3

0

$ ! !2 !2!

-$ %

(6)

Judul : Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai Pemerintah (Kasus Suku Dinas Peternakan, Perikanan

dan Kelautan Kota Adiministrasi Jakarta Utara) Nama Mahasiswa : Syaiful Bahri

Nomor Mahasiswa : I34062108

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

/ / % / ! !0 2

NIP. 19580827 198303 1 001

Mengetahui,

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua

/ / ! 3! 6 1!6!

/ +788()&( +7,+(& + ((&

(7)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “

% - #9 BELUM

PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI

MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK

MENGANDUNG BAHAN7BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Mei 2011

(8)

terakhir dari dua bersaudara, putra pasangan Nurhimam, SH dan Darsih Suprihatin, SH. Penulis telah menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar Muhammadiyyah 03 pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 07 pada tahun 2003 serta Sekolah Menengah Umum Negeri 31 pada tahun 2006 yang ketiganya berada di Kota Jakarta Timur. Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Insitut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB). Pada tahun 2007 memasuki Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat setelah melalui seleksi mayor minor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan di kampus dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia sebagai staf Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Kewirausahaan, Forum Syiar Islam Fakultas Ekologi Manusia sebagai Ketua Divisi Pengembangan Sumberdaya Manusia yang keduanya diikuti pada tahun selama tahun 200872009 dan aktif pula dalam Dewan Perawakilan Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia sebagai staf komisi internal. Selain itu penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan, yaitu kepanitiaan Open Houses Mahasiswa Baru IPB tahun 2007 sebagai staf divisi acara, kepanitiaan Masa Perkenalan Mahasiswa Baru IPB sebagai Penanggung Jawab Keluarga (PJK) tahun 2007, mengikuti kepanitiaan INDEX (Indonesian Ecology Expo) sebagai staf konsumsi pada tahun 2008, kepanitiaan Masa Perkenalan Fakultas Ekologi Manusia sebagai Penanggung Jawab Keluarga (PJK) tahun 2008, kepanitiaan Masa Perkenalan Departemen sebagai staf konsumsi tahun 2008 serta sebagai Ketua Panitia Penyambutan Mahasiswa Baru IPB SALAM ISC tahun 2008.

(9)

“Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai Pemerintah (Kasus Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara)”/

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara dalam memimpin organisasi. Skripsi ini juga bertujuan untuk mengetahui kinerja pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara. Selain itu, skripsi ini pun bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Suku Dinas dengan Kinerja Pegawai.

Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat menjadi masukan dan bermanfaat bagi pihak7pihak terkait.

Bogor, Mei 2011

(10)

.

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia7Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai Pemerintah (Kasus Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara)” ini dapat diselesaikan.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang membantu dalam berbagai hal dari masa awal penulisan hingga akhir penulisan. Untuk itu ucapan terima kasih yang sebesar7besarnya penulis sampaikan kepada:

1. Allah SWT, karena hanya dengan izin dan ridho7Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi.

2. Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS sebagai dosen pembimbing yang telah menyediakan waktunya untuk memberikan dorongan, bimbingan, arahan, dan masukan sejak awal hingga akhir penulisan.

3. Ir Said Rusli, MA dan Iman Nawireja M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam ujian sidang skripsi dan penulisan skripsi

4. Ayah dan Ibu tercinta, Nurhimam, SH dan Darsih Suprihatin, SH atas bantuan doa, keikhlasan dan perhatiaannya serta untuk kakakku Iim Za’imah, Spsi yang senantiasa mengingatkan dan memberi dukungan semangat.

5. Bapak Edi sebagai Kepala Sudin Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara, Bapak Agus sebagai Kepala Seksi Wasdal, Bapak Ali sebagai Kepala Seksi tata Usaha, Ibu Yuyun dan Ibu Endang Staf Perekonomian Jakarta Utara serta Seluruh pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Keluatan Jakarta Utara yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis sehingga penulis dapat melakukan penelitian.

6. Keluarga Bapak Djun (Ibu Riza, Nisa, Dienel, Uca, Da’in, Ka Wulan dan Keisha) yang membantu dalam setiap pengerjaan penelitian dan penulisan skripsi, memberikan motivasi dan arahan.

(11)

8. Sahabat7sahabat IPB Hadi, Anom, Wirudy, Daniel, Dudung, Dimas, Eri, Bayu, Kiki, Kindi, Awang, Damora, Vandra, Hanif, Fuad, Ary Santoso, Hendra, Diki, Suci, Reti, Avi, Puspa, Lina, Anis, Pita, Fatimah, Jatil, Cipi, Nida, Linda dan sahabat lainnya yang tiada habisnya memberikan semangat kepada penulis sehingga penulisan skripsi dapat terselesaikan dengan baik. 9. Sahabat7sahabat KPM 43 (Reynaldi, Azis, Cecep, Parthogi, Elhaq, Rai,

Desni, Dya, Arlita Puji Widiameiga, Septiani, Indra, Aero dll) atas dukungan semangat, perhatian, dan juga kenangan manis yang semoga tidak akan terlupakan.

10. Sahabat7sahabat kostan Al Fath (Irfan, Mas Nono, Aan, Mas Jali, Gonggo, Mas Ridwan, Mas Erick dan sahabat7sahabat Al Fath lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu) dan kontrakan balio No.23 (Dipa, Septian, Adrian, Saiful, Anom, Rachmat dan Luthfi) atas dukungan do’a dan semangat sehingga penulis terus bersemangat dalam pengerjaan skripsi.

11. Serta sejumlah pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu7persatu yang telah membantu dalam hal apapun sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

Bogor, Mei 2011

(12)

$

$ ////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// : $ %/////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// ; $ ///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// ; $ % ///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// ; % ////////////////////////////////////////////////////////////////////////// +

1.1 Latar Belakang Permasalahan ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 5

1.4 Kegunaan ... 5

- //////////////////////////////////////////////////////// ) 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Definisi Pemimpin dan Kepemimpinan Birokrasi ... 6

2.1.2 Gaya Kepemimpinan ... 8

2.1.3 Birokrasi Pemerintah ... 10

2.1.4 Pelayanan Masyarakat ... 11

2.1.5 Kinerja Birokrasi Pemerintah ... 12

2.1.5.1 Kinerja Pegawai ... 12

2.1.5.2 Permasalahan Kepegawaian ... 14

2.1.6 Hasil Penelitian : Keterkaitan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Anggota Organisasi ... 15

2.2 Kerangka Pemikiran ... 16

2.3 Hipotesis ... 17

2.4 Definisi Operasional ... 17

- % ////////////////////////////////////////////////////////////// *8 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.2 Pendekatan Penelitian ... 25

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.4 Teknik Penentuan Responden dan Informan ... 26

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 26

(13)

Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara ... 30

4.3 Struktur Organisasi Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara ... 32

4.4 Sumber Daya Manusia/ Pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara ... 34

4.5 Sarana dan Prasarana Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara ... 35

< % % -////////////////////////////////////////////////////////////////////// &, 5.1 Gaya Kepemimpinan Kepala Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara ... 38

5.2 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Setiap Situasi Pekerjaan 40 5.2.1 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Tahap Perencanaan dan Pengambilan Keputusan ... 41

5.2.2 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Hubungan Pemimpin dan Pegawai ... 42

5.2.3 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Tahap Evaluasi Pembuatan Laporan ... 44

5.2.4 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Tahap Pelaksanaan Tugas ... 45

5.3 Faktor7faktor yang berkaitan dengan Penerapan Gaya Kepemimpinan Kepala Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara ... 47

5.3.1 Pribadi Pemimpin ... 47

5.3.2 Karakteristik Pegawai ... 48

5.3.3 Faktor Situasi/Kondisi Lingkungan Kerja ... 51

< % -/////////////////////////////////////// 8& 6.1 Kinerja Pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara ... 53

6.2 Kinerja Pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara Pada Setiap Indikator Kinerja ... 54

6.3 Kinerja Pegawai Menurut Masyarakat Binaan Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara ... 57 <

(14)

7.1 Hubungan Penerapan Gaya Kepemimpinan

(15)

$ %

Nomor Halaman

Tabel 1 Tingkat Hubungan menurut Interval Koefisien untuk Interpretasi Koefisien Korelasi ... 28 Tabel 2 Jumlah Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan Kelautan

Jakarta Utara Berdasarkan Seksi dan Jenis Kelamin Tahun 2010 .. 34 Tabel 3 Jenis dan Jumlah Sarana, Prasarana Suku Dinas Peternakan,

Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara Tahun 2010 ... 35 Tabel 4 Jumlah dan Persentase Pegawai yang Mempersepsikan Gaya

Kepemimpinan yang diterapkan Kepala Sudin... 39 Tabel 5 Kualitas Kinerja Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan

Kelautan Jakarta Utara ... 54 Tabel 6 Kualitas Kinerja Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan

Kelautan Jakarta Utara Berdasarkan Indikator Kerja ... 56 Tabel 7 Hubungan Gaya Kepemimpinan Kasudin dengan Kinerja Pegawai

Sudin Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara ... 60 Tabel 8 Hubungan Setiap Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Kepala

Sudin dengan Kinerja Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan,

(16)

$

Nomor Halaman Gambar 1 Kerangka Penelitian ... 16 Gambar 2 Struktur Organisasi Suku Dinas Peternakan Perikanan dan

Kelautan Jakarta Utara ... 33 Gambar 3 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Tahap Perencanaan

dan Pengambilan Keputusan ... 42 Gambar 4 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Hubungan

Pemimpin dengan Pegawai ... 43 Gambar 5 Gaya Kepemimpinan yang Diterapkan Pada Tahap Evaluasi

Pembuatan Laporan ... 45 Gambar 6 Gaya Kepemimpianan yang Diterapkan Pada Tahap Pelaksanaan

Tugas ... 46 Gambar 7 Sebaran Usia Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan

Kelautan Jakarta Utara ... 48 Gambar 8 Sebaran Status Penikahan Pegawai Sudin Peternakan,

Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara ... 49 Gambar 9 Sebaran Tingkat Pendidikan Pegawai Sudin Peternakan,

Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara ... 50 Gambar 10 Sebaran Pengalaman Kerja Pegawai Sudin Peternakan,

Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara ... 51 Gambar 11 Situasi Kerja Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan

(17)

$ %

Nomor Halaman Lampiran 1 Kuisioner Penelitian Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan

Kinerja Pegawai Pemerintah (Kasus Kantor Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara) ... 71 Lampiran 2 Panduan Pertanyaan Penelitian (Kepala Sudin Peternakan

Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara) ... 78 Lampiran 3 Panduan Pertanyaan Penelitian (Masyarakat Binaan

Sudin Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara) ... 82 Lampiran 4 Daftar Responden Penelitian ... 85 Lampiran 5 Kartu Inventaris Barang (KIB) Peralatan dan Mesin ... 87 Lampiran 6 Peraturan Gubernur No. 215 Tahun 2009 Pegawai Negeri

(18)

1.1

Latar Belakang Permasalahan

Pemimpin adalah orang yang berperan sentral dalam menggerakkan organisasi dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan berjalannya organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin juga memastikan tujuan dari organisasi tersebut tercapai dengan efektif dan efisien serta memiliki tanggung jawab pula terhadap orang7orang yang dipimpinnya. Hal ini dilakukan agar kinerja mereka optimal dalam mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Kepemimpinan adalah suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pembahasan tentang kepemimpinan menyangkut tugas dan gaya kepemimpinan, cara mempengaruhi kelompok, yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang1. Sedangkan pengertian gaya kepemimpinan adalah bagaimana pemimpin berhubungan dengan para pengikut untuk pengambilan keputusan. Menurut Kaloh (2006) pada dasarnya, setiap pemimpin memiliki ciri, sikap dan karakter yang berbeda7beda. Oleh karena itulah setiap pemimpin memiliki suatu gaya kepemimpinan yang dominan ia terapkan. Walaupun seorang pemimpin memiliki suatu gaya yang cenderung diterapkan, ia juga harus bisa menerapkan gaya kepemimpinan yang beragam sesuai dengan pegawai dan kondisi pekerjaan. Gaya seorang pemimpin yang cocok diterapkan dalam suatu organisasi, belum tentu akan berhasil sama baiknya pada organisasi yang lain. Pada organisasi pemerintahan, seperti birokrasi, seorang pemimpin juga harus bisa menerapkan gaya kepemimpinan tertentu yang tepat demi pencapaian tujuan organisasi.

Menurut Pasolong (2008) birokrasi adalah organisasi yang dipimpin oleh pejabat pemerintah di bawah menteri yang memiliki tugas utama sebagai pemberi pelayanan. Birokrasi yang dimaksudkan untuk penyelenggaraan bernegara, penyelenggaraan pemerintahan termasuk di dalamnya penyelenggaraan pelayanan umum dan pembangunan. Sedangkan menurut Morgan (1997) organisasi sektor

1

(19)

publik atau birokrasi, dapat dilihat dari dua sudut pandang. Sudut pandang organisasi sebagai mesin menekankan pada perlunya kecepatan, ketelitian, kejelasan, keteraturan, keandalan dan efisiensi yang dicapai dengan cara membangun divisi7divisi, hierarki dan berbagai aturan sebagai bentuk pembagian kerja yang tegas. Sedangkan sudut pandang organisasi sebagai makhluk hidup memiliki cara pandang bahwa tidak ada satu jenis organisasi yang dapat menjawab berbagai masalah dan cocok untuk semua kondisi sehingga organisasi dapat terus beradaptasi terhadap lingkungannya yang dinamis. Sistem yang kaku dan dibatasi dengan segala aturan dan prosedural serta tidak mampu pula menjadi organisasi adaptif yang dapat menyesuaikan dengan kondisi yang berkembang. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah tidak mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan optimal.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya setiap orang yang bekerja di pemerintah harus mengikuti segala prosedur yang telah ditetapkan. Hal ini karena akar dari birokrasi adalah adanya pengawasan perilaku pegawai. Pengawasan ini dilakukan karena setiap rupiah yang dikeluarkan adalah uang rakyat yang harus dipertanggungjawabkan penggunaannya sehingga perlu diatur dengan prosedur dan aturan yang ketat. Akibatnya sikap yang muncul adalah kinerja pegawai yang terbatasi dengan berbagai macam prosedural yang ada. Oleh karena itulah muncul kekakuan dalam melayani masyarakat karena adanya dilema antara meningkatkan pelayanan dengan patuh dan takut terhadap prosedur serta pengawasan yang ketat. Kekakuan prosedur pelayanan berakibat pada pelaku birokrasi yang terkadang memperlambat proses yang ada padahal menurut Sinambela Pasolong (2008) birokrasi adalah organisasi yang ditujukan untuk memaksimumkan efisensi dalam administrasi yang berarti bertujuan pencapaian tujuan organiasi yang cepat dan tepat.

(20)

ketercapaian dari tugas dan pekerjaan yang diberikan dapat terlaksana dengan baik. Walaupun tidak dapat dipastikan bahwa pemimpin adalah satu7satunya faktor yang mempengaruhi kinerja pegawainya.

Oleh karena itulah dengan adanya permasalahan yang diuraikan pada paragraf sebelumnya peran pemimpin dalam birokrasi pemerintah sangat penting. Pemimpin berperan memastikan berjalannya fungsi dan tugas pegawai, seperti pelayanan terhadap masyarakat. Pemimpin berperan pula untuk memastikan lingkungan tempat kerja yang harmonis sehingga memotivasi karyawan dalam menjalankan tugasnya. Namun hal yang harus dihindari dalam implementasi peran kepemimpinan birokrasi adalah terbentuknya seorang pimpinan yang secara struktural memegang posisi sebagai kepala/pemimpin tetapi secara fungsional sangat jauh dari kriteria seorang pemimpin. Pimpinan tersebut tidak mampu mengambil keputusan yang tepat, tidak mampu pula mengkondisikan lingkungan kerja yang positif dan tidak mampu membangun komunikasi dengan pegawai (gaya kepemimpinan) dengan baik sehingga mengakibatkan kinerja pegawai yang tidak optimal dan tidak sesuai dengan tugas, fungsi dan targetan yang telah ditetapkan. akhirnya menyebabkan fungsi pemerintah sebagai pelayan publik menjadi tidak optimal.

(21)

mengarahkan pegawainya adalah gaya kepemimpinan yang digunakannya dalam memimpin Sudin. Oleh karena itulah mengetahui bagaimana cara Kepala Sudin dalam memimpin dan mengarahkan pegawai menjadi menarik dikaji. Apakah gaya kepemimpinan yang diterapkan dapat mempengaruhi kinerja pegawai dalam bekerja menjadi sebuah pertanyaan utama dalam penelitian ini. Walaupun masih terdapat faktor lain diluar gaya kepemimpinan yang dapat menentukan kinerja pegawai.

1.2

Perumusan Masalah

Pemimpin adalah orang yang memberikan pencerahan bagi masa depan organisasi yang dipimpinnya dengan menciptakan situasi dan kondisi kondusif serta memungkinkan berlangsungnya proses7proses manajemen secara optimal (Kaloh, 2006). Oleh karena itulah diperlukan cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi, mengarahkan, mendorong dan mengendalikan bawahannya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Pencapaian tujuan orgaisasi bergantung pada kepemimpinan dan kinerja pada birokrasi tersebut. Sedangkan kinerja pemerintah sangat dipengaruhi oleh kualitas dari anggota organisasi birokrasi pemerintah, yaitu pegawai. Pemimpin Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara perlu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat dalam mengarahkan pegawainya. Hal ini disebabkan karena gaya kepemimpinan yang diterapkan Pemimpin berhubungan dengan kinerja pegawainya. Seperti yang dikatakan oleh Nordholty (1987), yaitu gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi pegawai dibutuhkan. Hal ini dapat mempengaruhi peningkatan kinerja pegawai dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin dalam organisasi setingkat Suku Dinas dalam cakupan wilayah kota ?

2. Bagaimana kinerja pegawai dalam Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan wilayah kota ?

(22)

1.3

Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini

bertujuan:

1. Mengkaji gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin dalam organisasi setingkat Suku Dinas dalam cakupan wilayah kota

2. Mengkaji kinerja pegawai dalam Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan wilayah Kota

3. Mengkaji hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan wilayah Kota

1.4

Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, khususnya bagi:

1. Bagi akademisi penelitian ini bermanfaat menjadi tambahan literatur penelitian mengenai penerapan gaya kepemimpinan dalam birokrasi pemerintah, faktor7faktor yang mempengaruhinya, gambaran kinerja pegawai pemerintah dan hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai.

(23)

-2.1

Tinjauan Pustaka

2.1.1 Definisi Pemimpin dan Kepemimpinan Birokrasi

Menurut Pasolong (2008) pemimpin adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam rangka pencapaian tujuan tertentu. Sedangkan menurut Kaloh (2006) pemimpin adalah orang yang memberikan pencerahan bagi masa depan organisasi yang dipimpinnya dengan menciptakan situasi dan kondisi kondusif serta memungkinkan berlangsungnya proses7proses manajemen secara optimal. Seorang pemimpin pun harus menyadari bahwa ia adalah mesin penggerak utama denyut jantung organisasi untuk memfasilitasi seluruh anggota organisasi agar mereka bisa melaksanakan tanggung jawab untuk mengembangkan organisasi sesuai dengan aturan main organisasi.

(24)

Oleh karena itulah Pasolong (2008) membagi tiga hal yang penting dipelajari untuk menjadi pemimpin birokrasi, yaitu:

1. Memahami dan menghayati filosofi dari birokrasi sehingga visi dan misi birokrasi akan menjadi karakter diri seorang pemimpin;

2. Mampu membaca situasi dan bertindak sesuai dengan kebutuhan; dan

3. Memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis yang dibutuhkan dalam bekerja, kemampuan menggerakkan pegawai secara efektif dan efisien, memiliki pemahaman tentang orang7orang yang dipimpinnya secara psikologis, dan pengetahuan teknologi.

Menurut Pasolong (2008) Dalam menjalankan organisasi birokrasi pemerintah, seorang pemimpin memiliki peran khusus, yaitu:

1. Peran pengambilan keputusan

Pemimpin memiliki peran sebagai pengambil keputusan. Pengambilan keputusan meliputi apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa yang mengerjakannya, dan kapan dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memastikan pengorganisasian unit kerja yang efisien, koordinasi kegiatan7 kegiatan, penggunaan sumberdaya secara efisien, dan adaptasi kemampuan yang berubah7ubah.

2. Peran mempengaruhi

Pemimpin harus dapat mempengaruhi bawahannya sehingga bersedia bekerjasama dalam merealisasikan suatu program kerja dengan menggunakan wewenang sebagai seorang pemimpin. Pemimpin birokrasi dapat memodifikasi kewenangan dan keunggulan sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar peran mempengaruhi bawahan dapat efektif, yaitu jujur dan adil terhadap semua anggota tanpa pilih kasih; memberikan contoh dalam bekerja dan bertindak; arif dan bijaksana terhadap anggota yang melanggar; melibatkan anggota dalam berbagai kegiatan; menumbuhkan rasa percaya diri pada anggota bahwa mereka memiliki kemampuan dan etos kerja yang tinggi; dan menghargai anggota dengan menjadikan mereka sebagai rekan kerja.

(25)

Pemimpin memberikan dorongan kepada anggota untuk bekerja lebih giat dengan mempertimbangkan karakter anggota yang berbeda7beda dalam kemampuan, pengetahuan dan perilaku.

4. Peran antar pribadi

Pemimpin sebagai tokoh yang cukup dihargai, menampilkan perilaku yang baik, seperti etos kerja yang tinggi, disiplin dan sikap positif serta mampu menempatkan diri sebagai penuntun, pemberdaya dan pemotivasi bagi bawahannya.

5. Peran Informasional

Pemimpin berperan dalam menjelaskan rencana7rencana, kebijakan7 kebijakan, harapan7peran, instruksi tentang cara pekerjaan yang harus dilakukan sebagai tanggung jawab bagi para anggota dan tujuan7tujuan kinerja dan otorisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Menurut Ndhara (1997) Pasolong (2008), ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan, yaitu kondisi yang datang dari luar lingkungan dan kepentingan yang disadari dari dalam diri yang bersangkutan (karakter individu pemimpin). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Randhita (2009) dinyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi seorang pemimpin dalam menentukan gaya kepemimpinannya adalah karakteristik pemimpin, karakteristik pegawai dan faktor situasi.

2.1.2 Gaya Kepemimpinan

Menurut Pasolong (2008) pengertian gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi, mengarahkan, mendorong dan mengendalikan bawahannya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Gaya kepemimpinan adalah merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain (Thoha, 2004). Jenis7jenis gaya kepemimpinan tersebut menurut Hersey dan Blanchard (1996)

Pasolong (2008), yaitu:

1. Gaya kepemimpinan Instruktif

(26)

diterapkan kepada bawahan yang memiliki tingkat kematangan yang rendah, tidak mau dan tidak mampu dalam memikul tanggung jawab untuk melaksanakan tugas. Anggota organisasi tidak memiliki atau kurang pengalaman dan pengetahuan dalam melaksanakan tugas yang diberikan. 2. Gaya kepemimpinan konsultatif

Pemimpin melakukan pengarahan hampir seluruh keputusan dan tetap menjalankan komunikasi dua arah berupa mencari saran dan jawaban atas permasalahan yang ada. Komunikasi dua arah ini dilakukan untuk menjaga motivasi anggota yang tinggi pada saat yang sama tanggung jawab dan kontrol atas pembuatan keputusan tetap ada pada pimpinan. Diterapkan pada anggota yang mempunyai tingkat kematangan rendah ke sedang, yaitu memiliki keyakinan dan keinginan dalam memiliki tanggung jawab tetapi tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam menyelesaikannya.

3. Gaya kepemimpinan partisipatif

Pemimpin dan pengikut saling menukar ide dalam melaksanakan tugas. Peran utama pemimpin pada gaya kepemimpinan ini adalah memberikan fasilitas dan berkomunikasi. Gaya kepemimpinan ini diterapkan kepada anggota yang yang memiliki tingkat kematangan dari sedang ke tinggi, yaitu anggota memiliki kemampuan tetapi tidak memiliki kemauan untuk melakukan tugas yang diberikan dikarenakan keyakinan dan motivasi yang kurang dari anggota. Oleh karena itu pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah dengan anggota dan secara aktif mendengar serta mendukung usaha7usaha bawahan untuk menggunakan kemampuan yang mereka miliki. 4. Gaya kepemimpinan delegatif

Pemimpin melakukan penunjukkan tugas dan kewajiban, pemberian wewenang dan penciptaan tanggung jawab pada anggota. Diterapkan pada bawahan yang memiliki kematangan yang tinggi baik dalam motivasi dan keyakinan maupun kemampuan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.

Dalam penerapan gaya kepemimpinan menurut Robbins (2006)

(27)

negara belum tentu berlaku di negara lain dan budaya nasional mempengaruhi gaya kepemimpinan. Seorang pemimpin tidak dapat memilih gaya kepemimpinan mereka sesuai keinginan pribadi, mereka dibatasi oleh kondisi budaya yang diharapkan pengikut.

2.1.3 Birokrasi Pemerintah

Dalam Etzioni (1985) organisasi yang disebut Weber sebagai birokrasi menentukan norma7normanya sendiri yang harus dilaksanakan. Organisasi akan berjalan dengan efektif apabila semua peraturan ditaati oleh anggota. Organisasi dapat menggunakan kekuasaannya yang dimiliki dengan memberikan ganjaran bagi yang taat atau hukuman bagi yang membangkang agar para anggota menaati peraturan yang ada. Sedangkan menurut Pasolong (2008) birokrasi adalah organisasi yang dipimpin oleh pejabat pemerintah di bawah menteri yang memiliki tugas utama sebagai pemberi pelayanan. Birokrasi yang dimaksudkan untuk penyelenggaraan bernegara, penyelenggaraan pemerintahan termasuk di dalamnya penyelenggaraan pelayanan umum dan pembangunan, seringkali oleh masyarakat diartikan dalam konotasi yang berbeda. Tugas pokok birokrasi adalah secara profesional menindaklanjuti keputusan politik yang diambil pemerintah dan mewujudkan pemerintahan yang efektif dan efisien. Menurut Morgan (1997) organisasi sektor publik atau birokrasi, dapat dilihat dari dua sudut pandang. Sudut pandang organisasi sebagai mesin menekankan pada perlunya kecepatan, ketelitian, kejelasan, keteraturan, keandalan dan efisiensi yang dicapai dengan cara membangun divisi7divisi, hierarki dan berbagai aturan sebagai bentuk pembagian kerja yang tegas. Sedangkan sudut pandang organisasi sebagai makhluk hidup memiliki cara pandang bahwa tidak ada satu jenis organisasi yang dapat menjawab berbagai masalah dan cocok untuk semua kondisi sehingga organisasi dapat terus beradaptasi terhadap lingkungannya yang dinamis.

(28)

ciri7ciri tambahan, yaitu mengarahkan, memberdayakan, dan menciptakan persaingan dalam pelayanan publik. Menurut Tamin (2004), terdapat empat fungsi yang diemban sebuah birokrasi negara, yaitu:

1. Fungsi instrumental, yaitu menjabarkan kebijakan perundang7undangan dan kebijaksanaan publik dalam kegiatan7kegiatan rutin untuk memproduksi jasa, pelayanan, komoditi, atau mewujudkan situasi tertentu.

2. Fungsi politik, yaitu memberi input berupa saran, informasi, fisik, dan profesionalisme untuk mempengaruhi sosok kebijaksanaan.

3. Fungsi katalis , yaitu mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan publik dan mengintegrasikan ke dalam kebijaksanaan dan keputusan pemerintah.

4. Fungsi , yaitu memberikan inspirasi bagi kegiatan7kegiatan inovatif, mengaktifkan sumber7sumber potensial yang ideal dan menciptakan

$ % yang optimal untuk mencapai tujuan. 2.1.4 Pelayanan Masyarakat

Menurut Randhita (2009) pelayanan masyarakat adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan badan usaha milik negara/daerah dalam bentuk barang atau jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan dan perundang7undangan. Pengertian lain pelayanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang.

Pasuraman dkk (1985) mengatakan bahwa konsumen dalam melakukan penilaian terhadap kualitas jasa ada lima dimensi, yaitu:

1. atau ketampakan fisik, yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi.

(29)

3. & atau reliabilitas adalah kemampuan organisasi untuk menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Hal tersebut meliputi memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, handal dan memuaskan.

4. atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja serta kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan kepada pelanggan/masyarakat. Hal tersebut mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat yang dapat dipercaya yang dimiliki oleh staf.

5. ' adalah perlakuan dan perhatian pribadi yang diberikan kepada pelanggan/masyarakat, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan pelanggan.

2.1.5 Kinerja Birokrasi Pemerintah 2.1.5.1 Kinerja Pegawai

Kinerja birokrasi adalah hasil kerja yang dilakukan dan dicapai dengan baik dalam upaya memenuhi tujuan organisasi secara sendiri maupun kelompok dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan (Pasolong, 2008). Kinerja birokrasi pemerintah sangat dipengaruhi oleh kualitas dari anggota organisasi birokrasi pemerintah, yaitu pegawai. Menurut Sedarmayanti (2001) kinerja diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja atau unjuk kerja atau penampilan kerja. Pengertian tersebut menunjukkan bagaimana seorang pekerja dalam menjalankan pekerjaannya. Mitchell

Sedarmayanti (2001) menyatakan bahwa terdapat lima aspek kinerja, yaitu: 1. ( (kualitas pekerjaan)

2. ) (kecepatan dan ketepatan hasil kerja) 3. (kemampuan mengambil inisiatif)

4. * (kesanggupan atau kemampuan untuk melaksanakan pekerjaaan) 5. * (kemampuan berkomunikasi dengan lingkungan)

(30)

pelaksanaan kerja mereka. Adapun kegunaan penilaian kerja adalah sebagai berikut:

1. Mendorong orang atau pegawai agar berperilaku positif atau memperbaiki tindakan mereka yang dibawah standar.

2. Sebagai bahan penilaian bagi manajemen terkait kualitas kerja pegawai. 3. Memberikan dasar yang kuat bagi pembuatan kebijakan peningkatan

organisasi .

Ranupandojo dan Husnan (2000) menjelaskan dengan rinci beberapa aspek mengenai ukuran7ukuran kinerja pegawai, yaitu:

1. Kualitas kerja adalah mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang diterapkan. Kualitas kerja diukur dengan indikator ketepatan, ketelitian, keterampilan dan keberhasilan kerja.

2. Kuantitas kerja adalah banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang ada. Hal yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat pekerjaan dapat terselesaikan. Kuantitas kerja meliputi output. Perlu diperhatikan pula tidak hanya output yang rutin saja, tetapi juga seberapa cepat dia menyelesaikan pekerjaan ekstra.

3. Dapat tidaknya diandalkan termasuk dalam beberapa hal, yaitu mengikuti instruksi, inisiatif, rajin dan sikap hati7hati.

4. Sikap, yaitu sikap terhadap pegawai perusahaan dan pekerjaan serta kerjasama.

Terdapat standar kinerja yang telah ditetapkan pada Peraturan Gubernur No.215 tahun 2009 Pegawai Negeri Sipil (PNS) DKI Jakarta. Standar kinerja PNS bernama Tunjangan Kinerja Daerah (TKD), yaitu tunjangan yang diberikan kepada PNS dan Calon PNS dikaitkan dengan penilaian kehadiran dan kinerja. Penilaian tersebut meliputi Bidang Hasil Utama (BHU) dan Bidang Perilaku Utama (BPU). Penilaian kinerja TKD menurut pergub 215 pasal 1 ayat 18 adalah proses penilaian terhadap tingkat atau tampilan kerja PNS dan CPNS yang didasarkan pada kehadiran kerja, Bidang Hasil Utama (BHU) dan Bidang Perilaku Utama (BPU). Bidang hasil utama adalah hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh pegawai, meliputi:

(31)

2. kebenaran hasil pekerjaan

3. ketepatan dan kebenaran dalam pembuatan laporan pelaksanaan tugas 4. ketepatan dan kebenaran dalam penyampaian laporan pelaksanaan tugas Bidang perilaku utama adalah pola tingkah laku pegawai dalam menjalankan, menyelesaikan dan memecahkan tugas/masalah yang diberikan, meliputi:

1. kebenaran menyampaikan data dan informasi dalam tugas 2. kemampuan bekerja sama dalam tim kerja

3. kepemimpinan

2.1.5.2 Permasalahan Kepegawaian

Terdapat permasalahan pada kepegawaian di Indonesia yang mempengaruhi buruknya kinerja birokrasi pemerintah sehingga melahirkan birokrat yang moralnya rusak dan minimnya kemampuan dalam melakukan tugas dan tanggunggjawab. Saat ini pun pemerintah belum memprioritaskan perbaikan kualitas kepegawaian negara dari agenda reformasi birokrasi. Hal inilah yang mengakibatkan kualitas dan kinerja birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat belum optimal yang mengakibatkan prosedur pelayanan berbelit7belit. Kenyataan yang terlihat sekarang adalah obsesi para birokrat dan politisi untuk menjadikan birokrasi sebagai lahan pemenuhan hasrat dan kekuasaan, sehingga kekecewaan masyarakat terhadap birokrasi terus terjadi (Pasolong, 2008). Menurut Jeddawi (2009) akar permasalahan dari kepegawaian di Indonesia, yaitu persoalan internal sistem kepegawaian negara dan persoalan eksternal yang mempengaruhi kinerja pegawai. Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam kepegawaian. Berikut adalah permasalahan tersebut dilengkapi dengan solusinya, yaitu:

1. Proses rekrutmen yang tidak dilakukan secara profesional karena banyak praktik korupsi, kolusi dan nepotisme yang terjadi. Solusinya adalah adanya proses perekrutan yang dilakukan oleh lembaga profesional yang independen sedangkan pemerintah hanya menjadi pengawas dan regulator saja.

(32)

pelatihan yang telah diikuti, kompetensi yang dimiliki, pengalaman dan produktivitas pegawai.

3. Dampak dari kedua permasalahan dua poin di atas adalah disiplin pegawai yang rendah. Solusinya dengan penguatan pengawasan kode etik dan perilaku pegawai yang dilakukan oleh lembaga pengawas profesional dan independen dan substansi pengawasan yang meliputi harta dan kekayaan, kode etik, pengawasan penerimaan hadiah dan pengawasan bagi yang sudah pensiun.

*/+/) > 3 0 " "0 2 5

22! - 2

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan gaya kepemimpinan memiliki keterkaitan dengan kinerja pegawainya. Menurut Oktaviani (2007) kepemimpinan dalam birokrasi pemerintah yang partisipatif dapat membawa pencapaian pembangunan yang positif bagi kemajuan desa. Pemimpin selalu mengajak para pegawai untuk terlibat aktif menyelesaikan tugas yang ada sehingga dalam kinerjanya pegawai terpacu dalam penyelesaian tugas yang cepat dan tepat karena pegawai tersebut merasa bertanggung jawab atas tugas yang diberikan oleh pemimpinnya. Menurut Sari (2007) gaya kepemimpinan yang baik akan mencerminkan demokrasi dalam masyarakat yang baik. Selain itu Nordholty (1987) menyatakan bahwa peran pemimpin dalam birokrasi pemerintah adalah melayani masyarakat dan pemimpin harus lebih mementingkan kepentingan masyarakat dibandingkan kepentingannya sendiri serta keluarganya sehingga gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi pegawai dibutuhkan. Hal ini dapat mempengaruhi peningkatan kinerja pegawai dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

(33)

dalam mempengaruhi anggotanya untuk bekerjasama dan berdaya upaya dengan penuh semangat serta keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Artinya, gaya kepemimpinan dapat menuntun pegawai untuk bekerja lebih giat, lebih baik, lebih jujur, dan bertanggung jawab penuh atas tugas yang diembannya sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Hubungan pimpinan dan bawahan dapat diukur melalui penilaian pekerja terhadap gaya kepemimpinan para pemimpin dalam mengarahkan dan membina para bawahannya untuk melaksanakan pekerjaan (Hadari, 2003).

2.2

Kerangka Pemikiran

Peran pemimpin sangat penting terhadap berjalannya organisasi, memastikan tujuan dari organisasi tersebut tercapai dengan efektif dan efisien, yaitu dengan mengoptimalkan kinerja pegawai. Cara pemimpin dalam berkomunikasi atau berhubungan antara pimpinan dengan anggotanya dalam mempengaruhi, mengarahkan, mendorong dan mengendalikan bawahannya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efisien dan efektif disebut gaya kepemimpinan. Oleh karena itulah pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat mempengaruhi kinerja pegawai dan pencapaian tujuan organisasi.

[image:33.595.82.528.465.731.2]

2 > 1 2 ! ! ?#

Gambar 1 Kerangka Penelitian Faktor Situasi/ Lingkungan

Karakteristik Pemimpin

Karakteristik pegawai Gaya Kepemimpinan :

1. Gaya kepemimpinan Instruktif 2. Gaya kepemimpinan konsultatif 3. Gaya kepemimpinan Partisipatif 4. Gaya kepemimpinan Delegatif

Tujuan Birokrasi Pemerintah : Pelayanan kepada Masyarakat Kinerja Pegawai : Standar penilaian Tunjangan kerja daerah pegawai Pemerintah DKI Jakarta (Pergub 215 tahun 2009) :

(34)

Terdapat empat gaya kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan instruktif, gaya kepemimpinan konsultatif, gaya kepemimpinan partisipatif dan gaya kepemimpinan delegatif. Setiap pemimpin memiliki ciri, sikap dan karakter yang berbeda7beda yang mempengaruhinya dalam memilih gaya kepemimpinan. Selain itu beragamnya kondisi pekerjaan dan pegawai juga berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan yang dipilih. Gaya kepemimpinan berkaitan dengan faktor situasi/lingkungan kerja, karakteristik pemimpin dan karakteristik dari anggota organisasi/pegawai. Kinerja pegawai pemerintah dalam hal ini adalah kinerja pegawai berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan gubernur dan menjadi standar penilaian kinerja pegawai pemerintah yang ada di seluruh DKI Jakarta yang meliputi kehadiran kerja, bidang hasil utama dan bidang perilaku utama. Gaya kepemimpinan memiliki hubungan dengan kinerja pegawai. Pencapaian tujuan organisasi disebabkan oleh kinerja pegawai. Jika kinerja pegawai baik maka tujuan organisasi pemerintah/birokrasi, yaitu pelayananan terhadap masyarakat akan tercapai secara efektif dan efisien.

2.3

Hipotesis

Hipotesis pengarah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Diduga terdapat gaya kepemimpinan tertentu yang diterapkan oleh pemimpin dalam organisasi setingkat Suku Dinas dalam cakupan wilayah Jakarta Utara 2. Diduga terdapat keragaman kinerja pada pegawai pemerintah

Sementara itu, hipotesis uji pada penelitian ini adalah diduga terdapat hubungan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara dengan kinerja pegawainya.

2.4

Definisi Operasional

1. Kepemimpinan Birokrasi

(35)

dengan menerapkan konsep, nilai, etika, karakter, pengetahuan dan keterampilan melalui wewenang yang dimiliki.

2. Gaya kepemimpinan

Suatu cara berkomunikasi yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi, mengarahkan, mendorong dan mengendalikan bawahannya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat kategori, yaitu :

a. gaya kepemimpinan instruktif

pemimpin berperan menginstruksikan pegawai tentang apa, bagaimana, dan dimana harus melakukan suatu tugas tertentu.

b. gaya kepemimpinan konsultatif

pemimpin berperan mengarahkan hampir seluruh keputusan dan membangun pula komunikasi dua arah untuk mencari saran dan jawaban atas permasalahan yang ada.

c. gaya kepemimpinan partisipatif

pemimpin dan pegawai saling tukar menukar ide dalam melaksanakan tugas yang ada dan memecahkan masalah.

d. gaya kepemimpinan delegatif

pemimpin menunjuk pegawai langsung dalam mengerjakan tugas dan memecahkan masalah yang ada.

Penentuan gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin dilakukan berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.87 Tahun 2009, sebagai berikut:

a. dalam bidang pengambilan keputusan/pemecahan masalah

b. memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas serta mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, seksi, dan Subkelompok jabatan fungsional;

(36)

d. melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas;

Pernyataan kuesioner untuk mengukur persepsi pegawai mengenai gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala suku dinas berjumlah 16 buah. Masing7masing kriteria gaya kepemimpinan diwakilkan oleh 4 pertanyaan yang dalam tiap indikatornya. Pada masing7masing komponen pada indikator akan terdapat pernyataan yang dibagi dalam empat kategori dengan bobot 17 4, yaitu:

Selalu (S), skor = 4 Sering (SR), skor =3

Kadang7kadang (KK), skor =2 Tidak Pernah (TP), skor = 1

Jumlah skor berkisar antara 4 hingga 16. Gaya kepemimpinan yang diterapkan Kepala Sudin berdasarkan persepsi masing7masing responden dengan melihat dari nilai yang terbesar hasil dari penjumlahan masing7 masing situasi kerja. Gaya kepemimpinan yang paling banyak teridentifikasi dari jawaban responden merupakan gaya kepemimpinan yang paling dominan diterapkan oleh pemimpin suku dinas, yang dibagi dalam tiga kategori:

Selalu diterapkan, skor = 13716 Sering diterapkan, skor = 9712 Jarang diterapkan, skor = 478

Sedangkan dalam penilaian gaya kepemimpinan tiap situasinya dilihat dari nilai total skor gaya kepemimpinan dari tiap poin indikator/pertanyaan, yang dibagi dalam tiga kategori yaitu:

Selalu diterapkan, skor = 1127148 Sering diterapkan, skor = 747111 Jarang diterapkan, skor = 37773 3. Karakteristik pemimpin

Kondisi diri pribadi seorang pemimpin yang berpengaruh dalam melaksanakan kepemimpinannya saat memimpin organisasi, yaitu:

(37)

sangat muda < 20 tahun (2) muda 20730 tahun (3) baya/sedang 30750 tahun (4) tua > 50 tahun;

b. jenis kelamin adalah identitas biologis responden yang dikategorikan menjadi (1) laki7laki dan (2) perempuan;

c. tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir yang diselesaikan oleh responden. Dikategorikan dengan (1) SMA (2)Strata 1 (3) Strata 2 (4) Strata 3;

d. status perkawinan adalah hubungan antara laki7laki dan perempuan yang disahkan menurut hukum agama dan pemerintah serta undang7undang yang mengatur. Dikategorikan sebagai (1) sudah menikah (2) belum menikah;

e. pengetahuan terkait pekerjaan adalah wawasan dan pemahaman mengenai pekerjaan yang dijalani/menjadi tugas responden;

f. kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan responden dalam berkomunikasi terkait dengan pekerjaan agar dapat dimengerti orang lain; g. pengalaman adalah kejadian nyata yang dialami oleh reponden terkait

dengan pekerjaan/tugas yang dijalani;

h. nilai7nilai dalam pandangan hidup/prinsip hidup adalah prinsip/ideologi/filosofi yang dipegang teguh sebagai acuan dalam menjalani kehidupan (terutama terkait dengan pekerjaan).

4. Situasi

Kondisi dalam lingkungan organisasi yang tercipta hasil interaksi antara pemimpin dengan anggotanya. Indikator dalam penilaian situasi dalam lingkungan kerja, yaitu:

a. Persepsi pegawai mengenai situasi yang kondusif

b. Persepsi pegawai mengenai kemampuan Kepala Sudin dalam menciptakan situasi yang kondusif

c. Persepsi pegawai mengenai hubungan interaksi yang terjalin antara Kepala Sudin dengan pegawai

d. Persepsi pegawai mengenai hubungan interaksi sesama pegawai

(38)

pada masing7masing komponen pada indikator akan terdapat pernyataan untuk mengukur situasi pada Sudin Peternakan, Perikanan dan Kelautan yang tiap pernyataannya dibagi dalam empat kategori dengan bobot 174, yaitu:

Selalu (S), skor = 4 Sering (SR), skor =3

Kadang7kadang (KK), skor =2 Tidak Pernah (TP), skor = 1

Jumlah skor berkisar antara 5 hingga 20 yang dikategorikan sebagai berikut. Situasi kerja kondusif/ baik, skor 15720

Situasi kerja sedang, skor 10714 Situasi kerja buruk, skor 579

Sedangkan penilaian situasi kerja dilihat dari tiap poin indikatornya dapat dihitung dari kumulatif nilai total tiap poin indikatornya yang berjumlah 37 responden, yang dikategorikan sebagai berikut:

Situasi kerja kondusif 1117148 Situasi kerja sedang, skor 747110 Situasi kerja buruk, skor 37773 5. Pegawai

Seseorang yang bekerja pada organisasi pemerintahan/anggota organisasi birokrasi pemerintah.

6. Karakteristik pegawai

Kondisi diri pribadi seorang pegawai yang berpengaruh terhadap kepemimpinan pemimpinnya dan kinerjanya sendiri, yaitu:

a. usia adalah umur responden sampai dengan penelitian ini dilakukan dengan pembulatan ke ulang tahun terdekat. Dikategorikan menjadi (1) sangat muda < 20 tahun (2) muda 20730 tahun (3) baya/sedang 30750 tahun (4) tua > 50 tahun

b. jenis kelamin adalah identitas biologis responden yang dikategorikan menjadi (1) laki7laki dan (2) perempuan

(39)

d. status perkawinan adalah hubungan antara laki7laki dan perempuan yang disahkan menurut hukum agama dan pemerintah serta undang7undang yang mengatur. Dikategorikan sebagai (1) sudah menikah (2) belum menikah

e. lama bekerja adalah lama pengalaman bekerja responden menjadi pegawai di Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara. Dikategorikan menjadi (1) < 1 tahun tidak berpengalaman (2) 175 tahun kurang berpengalaman (3) 5710 tahun berpengalaman (4) >10 tahun sangat berpengalaman

f. seksi/subbagian dalam pekerjaan adalah posisi responden dalam organisasi Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara. Dikategorikan menjadi (1) Tata Usaha (2) Peternakan (3) Perikanan, dan (4) Pengawasan Dampak Lingkungan (wasdal)

g. golongan kepegawaian adalah golongan atau jenjang karir pekerjaan responden berdasarkan peraturan dan ketetapan kepegawaian negeri sipil Indonesia. Dikategorikan menjadi (1) IV/b atau IV/a (2) III/d atau III/c (3) III/b atau III/a (4) II/d atau II/c

7. Kinerja pegawai

Hasil kerja yang dilakukan dan dicapai oleh pegawai dalam upaya memenuhi tujuan organisasi secara sendiri maupun kelompok dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah DKI Jakarta dan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab pegawai itu sendiri dalam posisi/jabatannya di Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara. Peraturan yang menjadi acuan dalam menilai kinerja pegawai berdasarkan standar penilaian Tunjangan Kerja Daerah pegawai Pemerintah DKI Jakarta (Peraturan gubernur 215 tahun 2009) yang secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran enam. Berdasarkan peraturan tersebut Indikator standar penilaiannya, yaitu:

(40)

2. perizinan kehadiran kerja 3. ketepatan waktu hadir di kantor

4. kehadiran pada apel pagi tiap hari senin 5. ketepatan waktu kehadiran apel

6. pengambilan cuti dalam satu tahun

b. bidang hasil utama adalah hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh responden, meliputi:

1. ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan 2. kebenaran hasil pekerjaan

3. ketepatan dan kebenaran dalam pembuatan laporan pelaksanaan tugas 4. ketepatan dan kebenaran dalam penyampaian laporan pelaksanaan

tugas

c. bidang perilaku utama adalah pola tingkah laku responden dalam menjalankan, menyelesaikan dan memecahkan tugas/masalah yang diberikan, meliputi:

1. kebenaran menyampaikan data dan informasi dalam tugas 2. kemampuan bekerja sama dalam tim kerja

3. kepemimpinan

pada masing7masing komponen pada indikator akan terdapat pernyataan untuk mengukur kinerja pegawai yang tiap pernyataannya dibagi dalam empat kategori dengan bobot 174, yaitu:

Selalu (S), skor = 4 Sering (SR), skor =3

Kadang7kadang (KK), skor =2 Tidak Pernah (TP), skor = 1

Jumlah skor berkisar antara 30 hingga 120 yang dikategorikan sebagai berikut.

Kinerja pegawai baik, skor 907120 Kinerja pegawai sedang, skor 60789 Kinerja pegawai buruk, skor 30759

(41)

Untuk indikator kehadiran kerja dan Bidang Perilaku Utama (kepemimpinan) terdapat 6 pertanyaan untuk mengukur kinerja, jumlah skor berkisar antara 6 hingga 26 yang dikategorikan sebagai berikut, yaitu (a) Kinerja pegawai buruk, skor 6711, (b) Kinerja pegawai sedang, skor 12717, (c) Kinerja pegawai baik, skor 18724.

Untuk indikator Bidang Perilaku Utama (ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan dan kebenaran hasil pekerjaan) dan Bidang Perilaku Utama (kemampuan kerja sama tim) terdapat 5 pertanyaan untuk mengukur kinerja, jumlah skor berkisar antara 5 hingga 20 yang dikategorikan sebagai berikut, yaitu (a) Kinerja pegawai buruk, skor 579, (b) Kinerja pegawai sedang, skor 10714, (c) Kinerja pegawai baik, skor 15720.

Untuk indikator Bidang Perilaku Utama (kebenaran dalam menyampaikan data dan informasi) terdapat 3 pertanyaan untuk mengukur kinerja, jumlah skor berkisar antara 3 hingga 12 yang dikategorikan sebagai berikut, yaitu (a) Kinerja pegawai buruk, skor 375, (b) Kinerja pegawai sedang, skor 678, (c) Kinerja pegawai baik, skor 9712.

8. Pelayanan masyarakat

(42)

- %

3.1

Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka7angka, dan data kualitatif sebagai pendukungnya, seperti kata7kata, dan kalimat hasil konsultasi atau wawancara antara peneliti dan informan. Penelitian kuantitatif mengambil jarak antara peneliti dengan objek yang diteliti. Penelitian kuantitatif menggunakan instrumen7instrumen formal, standar dan bersifat mengukur (Sukmadinata, 2006). Sesuai permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah permasalahan asosiatif, yaitu suatu pertanyaan peneliti yang bersifat menghubungkan dua variabel atau lebih. Hubungan variabel dalam penelitian adalah hubungan kausal, yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan metode sensus dengan menggunakan instrumen penelitian kuesioner. Sedangkan metode kualitatif menggunakan wawancara mendalam dengan panduan pertanyaan sebagai alat bantunya.

3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian

(43)

3.3

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer penelitian diperoleh dari responden dan informan. Data responden berasal dari pengisian kuesioner dan hasil dari wawancara. Data kuantitatif berasal dari kuesioner yang dibagikan kepada pegawai. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara mendalam terhadap informan yang telah ditentukan. Data sekunder merupakan data yang berasal dari dokumen7dokumen tertulis, baik berupa tulisan ilmiah maupun dokumen laporan yang diterbitkan oleh pihak terkait.

3.4

Teknik Penentuan Responden dan Informan

Responden dalam penelitian ini adalah pegawai Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan (Sudin P2K) Kota Administrasi Jakarta Utara berjumlah 37 orang yang bertugas di kantor Sudin dan berinteraksi langsung dengan Kepala Sudin. Pegawai yang menjadi responden penelitian dapat dilihat lebih rinci pada daftar responden penelitian yang dimuat dalam lampiran empat. Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara, Kepala Seksi yang menjabat, beberapa pegawai dan masyarakat binaan Sudin yang dipilih secara . Pengambilan informan masyarakat digunakan sebagai penguat deskripsi mengenai kinerja pegawai.

3.5

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(44)

masing menggunakan , - '% .//0 dan + +)++ 12 /

3 .

Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik statistik non parametrik sesuai dengan data ilmu sosial dan digunakan untuk skor non eksak (angka), serta cocok untuk pengujian sampel berukuran kecil untuk mengetahui bentuk hubungan dan derajat keeratan antara variabel7variabel yang diteliti dengan menggunakan analisis korelasi & + .

Penulis menggunakan teknik pengujian koefisien korelasi & + , dengan alasan menggunakan tekhnik pengujian ini merupakan ukuran asosiasi yang menurut kedua variabel di ukur sekurang7kurangnya dalam skala ordinal sehingga objek7objek atau individu7individu yang dipelajari dapat dirangking dengan dua rangkaian berturut7turut (Siegel 1997:250).

Langkah7langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

+/ ! 1 2 1 >

rs = 6ΣD2 N(N2 – 1) Keterangan :

rs = Koefisiens Korelasi & + N = Jumlah sampel

ΣD2 = Jumlah perbedaan rangking pada setiap pasangan yang telah dikuadratkan.

Bila perhitungan hasil terdapat skor yang sama untuk masing7masing variabel maka perlu ada faktor korelasi dengan perhitungan rs. Untuk kondisi ini dapat dihitung harga korelasi & + dengan rumus sebagai berikut :

rs = Σx2 + Σy2 7 Σdi2

2 Σx2 . Σy2 Dengan ketentuan sebagai berikut : Σx2 = N3 – N 7 ΣTx

(45)

Σy2 = N3 – N 7 ΣTy 12

dimana : T = t3 – t 12

t = banyaknya observasi yang berangka sama pada suatu rangking tertentu Pengujian signifikansi koefisien korelasi yang digunakan adalah dengan uji t yang rumusnya sebagai berikut:

t =

2

rs 7 1

2 7 n rs

t = Nilai uji t

rs = Koefisien korelasi & + n = Banyaknya sample

*/ 2 5 0!

Menurut Sugiyono (2009) pengujian signifikasi suatu koefisien korelasi & + yang didapat dari perhitungan (rs hitung), kemudian dibandingkan dengan rs tabel. Jika rs hitung > rs tabel maka Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja pemerintah. Tetapi jika diperoleh rs hitung < rs tabel maka Hi diterima yang berarti tidak terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja pemerintah. Untuk mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y dapat diketahui penafsiran koefisien korelasi. Setelah melalui pengujian dan hasilnya signifikan, maka untuk menentukan keeratan hubungan bisa digunakan 4 * , yaitu :

Tabel 1. Tingkat Hubungan Menurut Interval Koefisien untuk Interpretasi Koefisien Korelasi

2 1 2

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

(46)
(47)

%

4.1

Deskripsi Umum Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan

Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara

Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara atau disingkat Sudin P2K Jakarta Utara ini berada di bawah koordinasi Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta pada tingkat provinsi. Pada setiap wilayah Kota Administrasi di DKI Jakarta terdapat beberapa Sudin yang dibawah koordinasi Dinas Kelautan dan Pertanian, karena kondisi lingkungan, masyarakat dan topografi masing7masing daerah yang berbeda7beda. Jakarta Utara adalah satu7satunya Kota Administrasi yang memiliki kawasan laut dan potensi perikanan yang besar. Oleh karena itulah terdapat Sudin P2K di Jakarta Utara. Sedangkan di Kota Administrasi yang lain tidak terdapat Sudin yang memiliki tugas dalam bidang kelautan kecuali Kabupaten Pulau Seribu.

Selain hubungan dengan Dinas Kelautan dan Pertanian, Sudin P2K Jakarta Utara secara strukur organisasi dan kerja juga memiliki hubungan operasional dengan Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Utara. Oleh karena itulah penempatan kantor Sudin P2K Jakarta Utara tersebut bergabung dengan Gedung Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Utara. Letak kantor Sudin P2K Jakarta Utara di Jalan Yos Sudarso 27729, Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara tepatnya di lantai 11.

4.2

Visi, Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Suku Dinas

Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Administrasi

Jakarta Utara

(48)

Oleh karena itulah Sudin P2K Jakarta Utara yang dibawah koordinasi langsung dari Dinas Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta memiliki Visi yang sama. Hanya saja dalam tujuan dan pelaksanaan yang lebih detail diperjelas dalam Tugas, Pokok dan Fungsi (TUPOKSI).

Visi Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara adalah “Terwujudnya Masyarakat Sejahtera Melalui Pengelolaan Sumberdaya Pertanian, Peternakan, Perikanan, Kelautan dan Kehutanan yang Berbasis Agribisnis, Berwawasan Lingkungan Secara Berkelanjutan”. Dalam menjalankan tugas dan tujuan organisasi Suku Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara memiliki Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) yang diatur melalui Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 87 tahun 2009, Bagian keempat belas, Pasal 72, yaitu:

1. Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi mempunyai tugas melaksanakan pelayanan bidang peternakan, perikanan dan kelautan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara.

2. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana pada ayat (1), Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Administrasi mempunyai fungsi:

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas;

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksaan Anggaran (DPA) Suku Dinas;

c. Pelaksanaan bimbingan, konsultasi dan fasilitasi kegiatan dan usaha peternakan, perikanan dan kelautan;

d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian kegiatan dan usaha peternakan, perikanan, dan kelautan pada lingkup Kota Administrasi; e. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan hewan, hasil perikanan, bahan asal

hewan dan hasil bahan asal hewan;

f. Pemberian, pengawasan, pengendalian dan evaluasi perizinan/rekomendasi/sertifikasi di bidang peternakan, perikanan dan kelautan;

(49)

h. Penghimpunan, pengolahan dan penyajian data dan informasi peternakan, perikanan dan kelautan pada lingkup kota administrasi;

i. Pelaksanaan supervisi pelaksanaan tugas Seksi Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kecamatan;

j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi pelayanan peternakan dan perikanan;

k. Pelaksanaan koordinasi peternakan, perikanan, dan kelautan pada lingkup Kota Administrasi;

l. Penyelenggaraan ketatausahaan, pengelolaan kepegawaian, keuangan, barang Suku Dinas;

m. Pembinaan dan pendayagunaan pesisir dan pantai;

n. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas;

o. Penyusunan bahan laporan Dinas Kelautan dan Pertanian dan Kota Administrasi yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas; dan p. Pelaksanaan pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan

fungsi Suku Dinas;

3. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kota Administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf p, untuk teknis dan administrasi disampaikan oleh Kepada Suku Dinas kepada Kepala Dinas dan untuk operasional disampaikan Kepala Suku Dinas kepada Walikota.

4.3

Strukur Organisasi Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan

Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara

(50)

Kepala Suku Dinas

Seksi Peternakan Seksi Pengawasan dan Dampak Lingkungan

Seksi Perikanan dan Kelautan

Seksi Kecamatan Sub Bagian Tata Usaha

Seksi kecamatan

Koja Cilincing Penjaringan Pademangan Kelapa Gading

Gambar 2 Struktur Organisasi Suku Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara

Struktur Organisasi Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara, yaitu terdiri dari Kepala Suku Dinas beserta satu Subbagian Tata Usaha (TU), Seksi Peternakan, Seksi Perikanan dan Kelautan, Seksi Pengawasan dan Dampak Lingkungan dan Seksi Kecamatan. Seksi Kecamatan sendiri terbagi kembali menjadi enam wilayah kecamatan di Jakarta Utara, yaitu Kecamatan Koja, Kecamatan Cilincing, Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Pademangan Barat, Kecamatan Kelapa Gading dan Kecamatan Penjaringan. Selain itu terdapat penanggungjawab di tiga tempat pelelangan ikan (TPI) yang terdapat di Kota Administrasi Jakarta Utara, yaitu TPI Cilincing, Kali Baru dan Kamal Muara. Penanggung Jawab tiga TPI tersebut tidak langsung dimasukkan pada struktur organisasi yang terdapat di Sudin tetapi dibawah koordinasi Seksi Kecamatan.

[image:50.595.101.501.111.398.2]
(51)

Subbagian TU lebih tinggi dari seksi yang lain, tetapi secara wewenang dan koordinasi Subbagian TU harus mengatur tugas7tugas administrasi, baik perencanaan hingga pelaporan kegiatan semua seksi yang ada. Sedangkan posisi Seksi Kecamatan ada sturuktur organisasi lebih dibawah karena Seksi Kecamatan hanya memiliki garis koordinasi dengan Sudin terkait dengan tugas7tugas di kecamatan, jarang secara langsung dan kurang intens dalam berkomunikasi dengan Kepala Sudin.

4.4

Sumber Daya Manusia/Pegawai Suku Dinas Peternakan,

Perikanan dan Kelautan Kota Adninistrasi Jakarta Utara

[image:51.595.113.507.543.739.2]

Pegawai Sudin P2K Jakarta Utara berjumlah 34 orang termasuk Kepala Sudin. Jumlah pegawai laki7laki 20 orang sedangkan pegawai perempuan tiga belas orang. Kemudian selain pegawai utama di atas terdapat tenaga tambahan honorer Sudin P2K Jakarta Utara sebanyak empat orang. Total pegawai sudin yang berinteraksi langsung dengan Kasudin berjumlah 37 orang, seperti yang dilampirkan pula pada lampiran 4 mengenai daftar pegawai/ responden. Berikut Rincian Pegawai Sudin P2K Jakarta Utara dilihat dari pembagian di masing7 masing Bagian atau Seksi. Seksi kecamatan tidak memiliki intensitas yang tinggi dalam berkomunikasi dengan Kepala Sudin karena kantor Seksi Kecamatan berada di kecamatan masing7masing.

Tabel 2. Jumlah Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara berdasarkan Seksi dan Jenis Kelamin Tahun 2010

!/ 2 @ " 4 "

% A "0

1 Kepala Suku Dinas 1 1 7

2 Sub Bagian Tata Usaha 12 6 6

3 Seksi Perikanan dan Kelautan

11 7 4

4 Seksi Peternakan 4 2 2

5 Seksi Pengawasan dan Dampak Lingkungan

6 5 1

" 4 ! &' *+ +&

(52)

4.5

Sarana dan Prasarana Suku Dinas Peternakan, Perikanan,

dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara

Dalam menunjang pelaksanaan dan penyelesaian tugas secara efektif dan efisien Sudin P2K Jakarta Utara memiliki berbagai sarana dan prasarana yang telah tersedia. S

Gambar

Gambar 1 Kerangka Penelitian�
Gambar 2 Struktur Organisasi Suku Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan
Tabel 2. Jumlah Pegawai Sudin Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta
Tabel 3. Jenis dan Jumlah Sarana, Prasarana Suku Dinas Peternakan, Perikanan,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah tugas akhir ini yang berupa, bagaimana merancang sebuah sistem informasi geografis berbasis web

Here, the teacher runs the activity using jigsaw technique and following the procedure such as; First, teacher divided students into groups of four and each student

Sebelum melakukan tindakan siklus I, peneliti terlebih dahulu mengawali kegiatannya dengan memberikan tes awal kepada siswa. Tes ini dilaksanakan pada hari

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian Kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross-sectional penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pendidikan

Adalah mahasiswa Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta yang akan melakukan kegiatan penelitian dengan judul “Hubungan IMD dengan Pemberian ASI Eksklusif

Analisis sidik ragam pengaruh kadar air biji kacang hijau yang berbeda dengan jenis abu terhadap jumlah telur, jumlah imago, persentase biji rusak dan persentase

Partaganing Pada Musik Organ Tunggal Batak Toba: Studi Kasus Lamsa Sihombing dari Desa Bahal Batu I Kecamatan Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara.. Medan :

DAFTAR MATA AJAR PER SEMESTER. (SISTEM