• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik pemilihan lahan pertanian padi sawah berkelanjutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Teknik pemilihan lahan pertanian padi sawah berkelanjutan"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PEMILIHAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH

BERKELANJUTAN

MUYA AVICIENNA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Teknik Pemilihan

Lahan Pertanian Padi Sawah Berkelanjutan adalah karya saya dengan arahan

komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2011

(3)

Agricultural Land. Under direction of BOEDI TJAHJONO and ATANG SUTANDI

Land use defeated from paddy field agricultural land to non agricultural land has reached an alarming level. In order to maintain national food sovereignty required the protection of agricultural land by the establishment of sustainable paddy field agriculture land. For to realize the existence are need model (methods and techniques) to selection, deliniation and zonation for sustainable paddy field agriculture land (LPPB). Determination LPPB preceded by the parameters selection and criteria determination by Hayashi analysis. From this test can be formulated that LPPB is an paddy field agricultural land irrigated of technical, semi technical, simple (rain fed), which has a productivity of over 4.5 tonnes / ha, had a Benefit Cost Ratio (BCR) > 1.497 and has a Size of Unity Land Cover (LKHL) > 10 ha. Irrigation systems and LKHL parameters data can be extract from the ALOS AVNIR-2 imagery, the productivity data can be determined by the Enhanced Vegetation Index (EVI) data from MODIS Terra and Aqua series (2005-2009) imagery. The EVI on picpoint and productivity of paddy fields has a positive correlation with the equation Prod.= 2.9785 + 6.0751 * EVI value. BCR values obtained from the calculation of productivity and index investments obtained from MODIS imagery are combined with data from the production cost of rice paddy land acquired from field surveys. LPPB selection techniques can be built through remote sensing methods. Activities starting from parameter data extraction through the sattelite image, field survey, development of criteria according to field conditions, LPPB classifying through spatial analysis and presentation of result in the LPPB maps. From this method was known that paddy field agricultural area can be diferences as LPPB1, LPPB2, LPPB3, LPPB4, LPPB5, Reserve of LPPB and Non LPPB.

(4)

Berkelanjutan. Dibimbing oleh BOEDI TJAHJONO dan ATANG SUTANDI. Dengan adanya pertumbuhan penduduk, ekonomi dan pembangunan yang cukup pesat membuat kebutuhan akan ruang (lahan) semakin meningkat. Ketersediaan Ruang yang terbatas mengakibatkan adanya persaingan penguasaan yang tidak seimbang dalam penggunaan lahan. Demi memaksimalkan land rent, lahan pertanian senantiasa dikalahkan untuk dialihfungsikan menjadi kegunaan lain seperti permukiman, industri maupun infrastruktur dan yang lainnya. Padahal jika dilihat dari daya dukung lahannya, lahan yang sesuai diperuntukkan untuk pertanian pangan akan sesuai juga untuk semua peruntukan non pertanian, sebaliknya lahan yang mempunyai daya dukung sesuai untuk non pertanian belum tentu dapat digunakan untuk lahan pertanian pangan. Hal ini berarti alih fungsi lahan hanya bisa dari lahan pertanian menjadi lahan non pertanian dan tidak bisa sebaliknya. Dengan demikian ketersedian lahan yang sesuai untuk pertanian pangan menjadi sangat terbatas.

Pada kondisi demikian, guna menjaga kedaulatan pangan nasional diperlukan adanya perlindungan terhadap lahan pertanian pangan dengan jalan penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan merupakan bagian dari penetapan perencanaan tata ruang wilayah kawasan perdesaan pada wilayah kabupaten. Penetapan kawasan ini akan digunakan sebagai dasar peraturan zonasi. Oleh karena itu untuk mewujudkannya dirasa perlu adanya suatu strategi dan model (metode dan teknik) pelaksanaan yang efisien, efektif dan tepat guna dalam pemilihan, penetapan dan pendeliniasian lahan pertanian pangan berkelanjutan, khususnya untuk lahan padi sawah yang merupakan sarana pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.

Dari beberapa penelitian yang ada menunjukkan bahwa Penginderaan Jauh mempunyai metode dan teknik yang efisien dalam penyajian data maupun analisis dalam berbagai kegunaan. Pada penelitian ini metode peninderaaan jauh digunakan untuk memperoleh data parameter untuk penentuan lahan pertanian padi sawah berkelanjutan (LPPB). Dalam mencari model pemilihan dan pendeliniasian LPPB ini diketahui parameter yang mempunyai pengaruh nyata terhadap LPPB, dan selanjutnya diformulasikan bagaimana cara pengenalan, pemilihan, penetapan dan deliniasi LPPB.

Data penelitian diperoleh dari data sekunder, penyadapan data dari citra penginderaan jauh dan survei lapangan. Data penelitian dari data sekunder berupa data Kesesuaian Lahan dan data RTRWK, sedangkan survei lapangan digunakan untuk memperoleh data Kelayakan Secara Ekonomi, Produktivitas padi sawah aktual dan pengecekan lapangan data hasil interpretasi citra.

(5)

m dan resolusi temporal 8 hari digunakan untuk mengetahui data produktivitas dan indeks penanaman. Data produktivitas padi sawah didekati dengan mengetahui keterkaitan antara besarnya nilai EVI pada posisi picpoint dengan produktivitas padi sawah aktual. Dari pendugaan produktivitas padi sawah ini diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif cukup kuat antara nilai EVI dengan produktivitas padi sawah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (r) = +0,8189 dan nilai koefisien regresi (r²) = 0,6706. Dari hasil uji ini diperoleh juga bahwa antara produktivitas padi sawah dengan nilai EVI mempunyai hubungan dengan persamaan Prod. = 2,9785 + 6,0751*Nilai EVI. Persamaan ini digunakan untuk menduga produktivitas padi sawah series 4 tahun sebelumnya. Dari hasil perbandingan antara produktivitas padi sawah aktual yang diperoleh dari survei lapangan dengan produktivitas hasil perhitungan dari nilai EVI diperoleh hasil adanya simpangan rata-rata sebesar 7,63 % atau terdapat perbedaan produktivitas sebesar 0,24 ton/ha. Sedangkan Indeks Penanaman diketahui dari jumlah picpoint dari undulan parobolik yang dinampakkan pada grafik antara nilai EVI dan periode waktu dari citra yang digunakan. Simpangan antara Indeks Penanaman hasil wawancara dengan Indeks Penanaman yang diperoleh dari citra diketahui sebesar 3,63 % atau setara dengan nilai indeks penanaman sebesar 10 persen. Berdasar dari angka simpangan ini dapat dikatakan bahwa citra MODIS series dapat digunakan untuk mengetahui Produktivitas dan Indeks Penanaman padi sawah di suatu wilayah.

(6)

Pengusahaan lahan padi sawah akan dapat dilaksanakan jika kondisi geofisik dan secara ekonomi dianggap memenuhi kriteria yang dipahami oleh masyarakat. Semakin luas LKHL berarti masyarakat semakin menerima akan pengusahaan lahan padi sawah tersebut.

Pengenalan LPPB menggunakan pendekatan penginderaan jauh didahului dengan pengenalan data paramater, yang dimulai dari pengenalan lahan sawah beririgasi yang ditandai dengan lahan yang jenuh air dan terhubung dengan jaringan irigasi atau sumber air terdekat. LKHL dapat disajikan dari data hamparan lahan sawah yang dipadu dengan data sistem irigasi dan jaringan jalan. Data produktivitas dapat diperoleh melalui pendekatan nilai EVI series yang diperoleh dari citra dan didukung dengan data produksi padi sawah aktual. Data BCR diperoleh dari hasil perhitungan dari data Produktivitas dan Indeks Penamanan yang diperoleh dari citra MODIS yang dipadu dengan data Cost

produksi dari lahan padi sawah yang diperoleh dari survei lapangan. Dalam menghitung BCR ini diketahui juga nilai BCR pada posisi BEP untuk hidup para petani di wilayah penelitian. Melalui pembangunan kriteria setiap parameter sesuai konsisi wilayah maka dapat dideliniasi LPPB dengan cara analisis spasial. Pada penelitian ini ktriteria LPPB disusun dari sistem irigasi (beririgasi), produktivitas > 4,5 ton/ha, mempunyai BCR > 1,497 dan mempunyai LKHL > 10 ha.

(7)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang

wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis

(8)

TEKNIK PEMILIHAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH

BERKELANJUTAN

MUYA AVICIENNA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)
(10)

Nama : Muya Avicienna

NIM : A156080091

Program Studi : Ilmu Perencanaan Wilayah

Disetujui

Komisi Pembimbing

Diketahui Dr. Boedi Tjahjono, M.Sc

Ketua

Ir. Atang Sutandi, M.Si,Ph.D Anggota

Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(11)

bahwa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga rangkaian karya imliah ini, mulai dari penyusunan proposal, penelitian hingga penulisan tesis berjudul Teknik Pemilihan Lahan Pertanian Padi Sawah Berkelanjutan dapat diselesaikan tanpa mendapat rintangan yang cukup berarti.

Dengan selesainya karya ilmiah ini penulis tidak lupa juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Boedi Tjahjono, M.Sc dan Dr. Ir. Atang Sutandi, M.Si yang berkenan membimbing penulis hingga selesainya penulisan tesis ini.

2. Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc yang berkenan menjadi Penguji pada ujian tesis ini. 3. Manajemen dan Staf Program Studi PWL IPB atas dorongan, bimbingan dan

kerjasamanya.

4. Pemerintah Daerah Karawang beserta Instansi Sektor terkait yang memberikan kesempatan penulis untuk penelitian di wilayahnya.

5. Pelaksana Proyek KKP3T Deptan – IPB 2009 yang telah memberikan izin penulis menggunakan Citra ALOS dan citra MODIS untuk penelitian ini. 6. Ir. Sofyan Ritung M.Sc, Bambang H. Trisasongko, SP. M.Sc, Dyah R. Panuju,

SP. M.Si dan Didit Pribadi, SP. M.Si atas saran dan diskusinya kepada penulis.

7. Andre Ekadinata, S.Hut, Andi Syahputra, SP, Amirudin Teapon, SP dan Febria Heidina, SP atas segala bantuan dan diskusinya.

8. Ayahanda H. Salim AR, Ibunda Hj. Rr. Moerjati, istri Drg. Hj. Nurliana Aritonang, ananda Khumaira AM beserta semua anggota keluarga yang dengan sabar memberikan dorongan serta segala doanya.

9. Rekan-rekan sekalian, baik yang di kampus maupun di tempat kerja.

Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembacanya.

(12)

sebagai putera sulung dari pasangan H. Salim Aburrachman dan Hj. Rr. Moerjati. Pendidikan sarjana ditempuh di Pogram Studi Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi UGM, lulus pada tahun 1990. Kesempatan belajar di Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah pada program Pascasarjana IPB diperoleh pada tahun 2008.

(13)

xiii

Halaman

DAFTAR TABEL ……….... xv

DAFTAR GAMBAR ……….. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ………. xviii

PENDAHULAN Latar Belakang ……… 1

Tujuan Penelitian ……… 3

Kegunaan Penelitian ………... 3

TINJAUAN PUSTAKA Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan ………. 4

Prediksi Produktivitas Pertanian ……… 9

Konsepsi Penelitian Yang Dilaksanakan ………... 10

Kerangka Pemikiran ……….. 11

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan Penelitian ……….. 12

Waktu dan Lokasi Penelitian ……… 13

Metode Pengumpulan Data ……….. 14

Metode Analisis ……… 15

KONDISI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Geografis ……… 22

Kesesuaian Lahan………. 25

Arahan Kebijakan ……… 27

Penggunaan Lahan ……….. 29

Luasan Kesatuan Hamparan Lahan ……… 32

Kondisi Infrastruktur ……….. 34

Kelayakan Secara Ekonomi ……… 38 HASIL DAN PEMBAHASAN

(14)

xiv

Kriteria Penentu Pemilihan LPPB………... 63

Teknik Pengenalan LPPB Melalui Citra Penginderaan Jauh…….…. 65

KESIMPULAN ………... 70

SARAN ……… 71

GLOSSARY ……… 72

DAFTAR PUSTAKA ………. 74

(15)

xv

Halaman Tabel 1. Kriteria Lahan Sawah Abadi Aktual ………. 6 Tabel 2. Kriteria Lahan Pertanian Abadi Tanaman Tahunan ……….. 7 Tabel 3. Kriteria Lahan Pertanian Pangan Semusim Lahan Kering ………… 7 Tabel 4. Data Yang Diperlukan dan Cara Perolehannya ……….… 15 Tabel 5. Citra MODIS Terra Aqua Yang Digunakan ……… 18 Tabel 6. Data Curah Hujan Bulanan Rata-Rata Tahun 2005 – 2009 ………... 23 Tabel 7. Luas Penggunaan Lahan Wilayah Penelitian ……… 30 Tabel 8. Data Lapangan Yang Digunakan Untuk Menghitung BCR ……….. 38 Tabel 9. Lokasi Survei, Potensi Lahan dan BCR ……… 40 Tabel 10. Nilai EVI dan Produktivitas Padi Sawah Aktual 2009 ……… 47 Tabel 11. Hasil Perhitungan Produktivitas Padi Sawah dari Nilai EVI ……. 49 Tabel 12. Perbandingan Antara Produktivitas Aktual dan Produktivitas

dari Citra MODIS ……….. 50 Tabel 13. Perbandingan Antara Indeks Penanaman Aktual dan Indeks

(16)

xvi

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ………... 11

Gambar 2. Diagram Alir Kerangka Penelitian ………. 12

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian ……… 13

Gambar 4. Kerangka Analisis Penelitian ………. 15

Gambar 5. Tahapan Kegiatan Pelaksanaan Penyadapan dan Analisis Data dari Citra ALOS ………... 16

Gambar 6. Ekstraksi Data Produktivitas Pertanian ………. 19

Gambar 7. Kondisi Topografi dan Lereng Wilayah Penelitian ……….. 22

Gambar 8. Peta Jenis Tanah Wilayah Penelitian ……… 24

Gambar 9. Peta Sub-Kelas Kesesuaian Lahan Wilayah Penelitian ………… 26

Gambar 10. Arahan Pola Pemanfaatan Ruang Berdasar RTRWK Karawang 2003 -2013 ………... 28

Gambar 11. Penggunaan Lahan Wilayah Penelitian ………. 31

Gambar 12. Klasifikasi Luasan Kesatuan Hamparan Lahan Wilayah Penelitian ……….. 33

Gambar 13. Sistem Jaringan Transportasi Wilayah ………. 35

Gambar 14. Sebaran Status Irigasi Sawah ……… 37

Gambar 15. Karakteristik Obyek pada Citra ……….. 42

Gambar 16. Kenampakan Tekstur pada Citra ………. 43

Gambar 17. Kenampakan Karakter Dasar Penciri Obyek ……… 44

Gambar 18. Hubungan Nilai EVI dan Masa Pertumbuhan Padi sawah ….. 46

Gambar 19. Grafik Hubungan Antara Nilai EVI dan Produktivitas Padi Sawah Aktual ……….. 48

(17)

xvii

Gambar 22. Cara Pengukuran Indeks Penanaman dari Grafik ……… 52 Gambar 23. Diagram Alir Teknik Pemilihan Lahan

Pertanian Padi Sawah Berkelanjutan ……….. 67 Gambar 24. Peta Arahan Lahan Pertanian Padi Sawah Berkelanjutan

(18)

xviii

Lampiran 1 Komposisi dan Lokasi Sampel Unit Lahan

Wilayah Penelitian ……….. 78 Lampiran 2 Hasil Ekstraksi EVI (Layer Stacking) Citra MODIS tahun

(19)

Kebutuhan akan ruang (lahan) dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang cukup cepat. Pertumbuhan ini sebagai akibat adanya ruang (lahan) yang tidak bertambah, sementara laju pertumbuhan penduduk, ekonomi dan pembangunan terus meningkat, sehingga permintaan akan kebutuhan lahan terus meningkat. Kondisi seperti ini membawa pada konflik kepentingan dalam pemakaian lahan.

Pada kenyataannya telah terjadi persaingan penguasaan yang tidak seimbang dalam penggunaan lahan, terutama sektor pertanian dan non pertanian. Demi memaksimalkan land rent, lahan pertanian senantiasa dikalahkan untuk di- alih fungsikan menjadi kegunaan lain seperti permukiman, industri maupun infrastruktur seperti jalan dan yang lainnya. Berdasar RTRWK (Se-Indonesia) saat ini saja, secara otomatis telah ada rencana alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian secara sistematis sebanyak 3,1 juta hektar atau 40 % dari luas sawah yang ada di Indonesia (Data BPN 2004).

Dengan semakin meningkatnya pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi dan industri, mengakibatkan terjadinya degradasi, alih fungsi dan fragmentasi lahan pertanian pangan yang mengancam daya dukung wilayah secara nasional untuk menjaga kedaulatan pangan. Menurut Apriantono (2009) laju besaran alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di Indonesia dari tahun 1999 – 2002 diperkirakan mencapai 330.000 ha atau setara dengan 110.000 ha/tahun, sedangkan menurut data BPS tahun 2003 alih fungsi sawah ke non sawah mencapai 188.000 ha/tahun, atau dengan laju konversi mencapai 2,42 % pertahun.

(20)

mempunyai kesesuaian daya dukungnya untuk lahan pertanian pangan sangat terbatas. Selanjutnya kondisi demikian membawa suatu tekanan terhadap kapasitas sumberdaya yang ada.

Pada tanggal 16 September 2009 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah mengesyahkan Undang-Undang nomor 41 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (UU PLPPB). UU ini melengkapi UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang bertujuan mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional.

Penetapan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan merupakan bagian dari penetapan perencanaan tata ruang wilayah kawasan perdesaan pada wilayah kabupaten. Penetapan kawasan ini akan digunakan sebagai dasar peraturan zonasi (UU No. 26/2007 dan UU No. 41/2009). Oleh karena itu untuk mewujudkannya dirasa perlu adanya suatu strategi dan model (metode dan teknik) pelaksanaan yang efisien, efektif dan tepat guna dalam pemilihan, penetapan dan pendeliniasian lahan pertanian pangan berkelanjutan, khususnya untuk lahan padi sawah yang merupakan sarana pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.

Berkaitan dengan penetapan lahan pertanian berkelanjutan, pada tahun 2003 Puslitbangtanak pernah bekerjasama dengan Setjen Deptan untuk menyusun kriteria biofisik untuk pemilihan dan penetapan lahan pertanian abadi (berkelanjutan) dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian Puslitbangtanak yang telah ada. Penyusunan kriteria ini dilakukan dengan cara desk study melalui diskusi. Penetapan kriteria lahan abadi ini dimaksudkan untuk skala tinjau dengan hanya mempertimbangkan aspek biofisik, adapun parameter lain yang terkait dengan kondisi lahan seperti kelayakan ekonomi, luasan kesatuan hamparan, kondisi aktual maupun aspek kebijakan belum dijadikan sebagai pertimbangan.

(21)

merambah ke berbagai penggunaan, termasuk dalam manajamen, estimasi dan pemantauan produksi pertanian serta beberapa permodelan yang mendukungnya.

Berdasarkan pada uraian di atas, terdapat beberapa permasalahan yang yang dapat diangkat dan perlu diketahui, yaitu antara lain :

1. Sejauh mana metodologi dan teknologi penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk mengetahui produktivitas lahan pertanian padi dan menyadap data yang akan digunakan sebagai parameter untuk pemilihan lahan pertanian padi sawah berkelanjutan?

2. Faktor dan parameter apa saja yang mempunyai pengaruh dan seharusnya digunakan dalam pemilihan lahan pertanian padi sawah berkelanjutan?

3. Apakah model penginderaan jauh yang efisien dapat dibangun untuk pemilihan dan pendeliniasian kawasan potensial sebagai lahan pertanian padi sawah berkelanjutan?

Tujuan Penelitian

Berdasar pada uraian di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Memanfaatkan metode dan teknik penginderaan jauh untuk menilai produktivitas lahan pertanian padi sawah beserta penyadapan data parameter yang digunakan untuk pemilihan kawasan lahan pertanian padi sawah.

2. Menentukan parameter yang mempunyai pengaruh nyata dalam pemilihan lahan pertanian padi sawah berkelanjutan.

3. Mendapatkan teknik untuk memilih dan mendeliniasi (zonasi) lahan pertanian padi sawah berkelanjutan berdasarkan pada parameter terpilih.

Kegunaan Penelitian

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka merupakan upaya memperjelas batasan permasalahan, memberikan referensi, serta mengkaji konsepsi penelitian. Berkenaan dengan judul penelitian, beberapa hal yang perlu mendapatkan telaahan dari pustaka dapat dijelaskan sebagaimana uraian berikut :

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Pandangan dari sisi Perundangan

Dalam Undang-Undang Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan pada pasal 19 dijelaskan bahwa penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan merupakan bagian dari penetapan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota. Penetapan Kawasan ini akan digunakan sebagai dasar peraturan zonasi.

Selanjutnya berkenaan dengan istilah lahan pertanian pangan berkelanjutan ini, pada Undang Undang No. 41/ 2009 dapat dijelaskan beberapa definisi terkait, yaitu :

a. Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi dan hidrologi yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia.

b. Lahan Pertanian adalah bidang lahan yang digunakan untuk usaha pertanian.

c. Pertanian pangan adalah usaha manusia untuk mengelola lahan dan agroekosistem dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mencapai kedaulatan dan ketahanan pangan serta kesejahteraan rakyat.

d. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan kedaulatan pangan nasional (Pasal 1 angka 3).

(23)

 Lahan beririgasi;

 Lahan reklamasi rawa pasang surut dan nonpasang surut (lebak); dan/atau

 Lahan tidak beririgasi.

e. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah lahan potensial yang dilindungi pemanfaatannya agar kesesuaian dan ketersediannya tetap terkendali untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan pada masa yang akan datang (Pasal 1 angka 4).

f. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah wilayah budidaya pertanian pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan/ atau hamparan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional (Pasal 1 angka 7).

Produktifitas lahan pertanian pangan dapat dikatakan berkelanjutan jika hasil produktifitas lahan dapat bertahan dan bisa juga meningkat dari waktu ke waktu tanpa terjadinya penurunan kwalitas (degradasi) lahan dan lingkungan. Pada pasal 3 UU PLPPB disebutkan bahwa Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diselenggarakan dengan tujuan:

a. melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan; b. menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan; c. mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan; d. melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani;

e. meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat; f. meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani;

g. meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak; h. mempertahankan keseimbangan ekologis; dan

i. mewujudkan revitalisasi pertanian.

Sedangkan pada pasal 9 UU PLPPB diisyaratkan bahwa lahan pertanian pangan yang sudah ada dan yang potensial dapat direncanakan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan yang didasarkan atas kriteria :

a. kesesuaian lahan;

(24)

c. penggunaan lahan;

d. potensi teknis lahan; dan atau e. luasan kesatuan hamparan lahan.

Referensi dari penelitian yang ada

Sofyan Ritung et al. (2007) melaksanakan desk study untuk penyusunan kriteria pertanian lahan abadi (lahan kering dan lahan beririgasi) dengan memanfaatkan data hasil-hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh Puslitbangtanak dan instansi lainnya, yang disertai dengan verifikasi lapangan. Penetapan lahan pertanian abadi ini menggunakan kriteria Biofisik. Lahan pertanian dibedakan menjadi dua, yaitu lahan beririgasi dan lahan kering. Lahan berigasi adalah lahan sawah yang sumber airnya berasal dari sistem irigasi. Lahan yang digolongkan ke dalam lahan beririgasi (sawah) antara lain adalah sawah irigasi, sawah tadah hujan, sawah pasang surut dan lebak. Parameter yang digunakan yang digunakan untuk penetapan lahan sawah abadi ada 3 yaitu :

a. Status Irigasi

b. Indeks Penanaman (IP) padi (%)

c. Produktivitas padi sawah rata-rata tahunan (P)

Hasil penetapan lahan pertanian abadi untuk sawah dari penelitian tersebut dibedakan menjadi 4 klasifikasi, yaitu Lahan Utama Abadi (LAU) I s/d IV, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Kriteria Lahan Sawah Abadi Aktual

**) LAU = lahan sawah abadi utama (BBSDLP, 2006)

LU = lahan sawah utama (Puslitbangtanak, 2003 - 2004)

(25)

Pertanian lahan kering yang dimaksud adalah lahan kering yang sudah digunakan baik untuk tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Lahan kering dibedakan berdasarkan persyaratan agroekosistemnya yakni ketinggian tempat (m dpl) dan kondisi iklim (tipe hujan). Kritteria yang digunakan terdiri atas :

a. Topografi (elevasi dan lereng) b. Iklim (basah dan kering)

c. Keadaan tahan (jenis tanah, kedalaman efektif dan tekstur tanah) d. Penggunaan lahan

Hasil penetapan lahan pertanian kering ini dibedakan untuk tanaman tahunan dan tanaman pangan musiman sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2. Kriteria Lahan Pertanian Abadi Tanaman Tahunan

Sumber : Ritung et al (2007)

Tabel 3. Kriteria Lahan Pertanian Pangan Semusim Lahan Kering

Sumber : Ritung et al (2007)

NO. Parameter Dataran Rendah (< 700 m dpl) Dataran Tinggi (≥ 700 m dpl) 1 Lereng a. Tan. Semusim : < 15 % a. Tan. Semusim : < 30 % pada Andisols atau

< 15 % pada tanah lainnya b. Tan. Tahunan : < 40 % b. Tan. Tahunan : < 40 %

2 Kedalaman Tanah ≥ 50 cm ≥ 50 cm

3 Tekstur Tanah Semua kelas, kecuali pasir dan Semua kelas, kecuali pasir dan berbatu > 15 % berbatu > 15 % 4 Bahan Induk Tanah a. Tan. Semusim : Volkan, aluvium a. Tan. Semusim : Volkan, aluvium

(26)

Beberapa hal yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain :

a. Parameter kriteria lahan pertanian abadi untuk sawah sudah cukup valid untuk diaplikasikan. Kriteria tersebut terdiri dari status irigasi, indeks pertanaman (IP) dan produktivitas.

b. Konsep kriteria lahan pertanian abadi tanaman pangan semusim lahan kering yang dihasilkan terdiri dari 5 faktor kondisi lahan dan 2 faktor penggunaan, yaitu : lereng, jenis tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah, iklim, penggunaan lahan dan peruntukan lahan.

c. Penerapan aplikasi kriteria penetapan lahan pertanian abadi pada lahan sawah dan lahan kering dengan skala tinjau.

Referensi lainnya

Menurut Rustiadi pada tahun 2007 menyampaikan bahwa terdapat beberapa pertimbangan dalam penetapan lahan pangan abadi (berkelanjutan), yaitu :

a. Mempertimbangkan kesesuaian lahan b. Mempertimbangkan kondisi eksiting

c. Tidak dipaksakan bagi semua daerah, melainkan harus didasarkan oleh adanya kriteria.

d. Mempertimbangkan keseimbangan ekosistem dan daya dukung alam dan lingkungan.

e. Terbatas pada lahan dengan intensitas tanam 2 kali/tahun dengan produktivitas lebih dari 4,5 ton/ha.

f. Mencakup lahan sawah maupun lahan kering, lahan pasang surut dan pinggir sungai.

g. Untuk sawah diutamakan beririgasi, atau non irigasi dengan luas hamparan di atas 2 ha.

(27)

Prediksi Produktivitas Pertanian

Pada dasarnya semua obyek di permukaan bumi mempunyai karakter tertentu dalam menyikapi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan dari sumber tenaga. Setiap karakter spektral yang tergambar pada citra mencerminkan karakter obyek, begitu juga dengan karakter spektral pada tiap tutupan vegetasi. Karakter spektral pada vegetasi merupakan cerminan fisik vegetasi, tingkat pertumbuhan, dan lingkungan ekologi permukaan lahan.

Telah banyak penelitian yang dilaksanakan berkaitan dengan prediksi produksi pertanian melalui penginderaan jauh, diantaranya Zhongxin Chen et al. (2008) yang telah menggunakan penginderaan jauh untuk pemantauan dan manajemen pertanian. Wahyunto et al. (2006) mengadakan pendugaan produktivitas tanaman sawah melalui analisis citra satelit Landsat. Pendugaan produktivitas didekati dari nilai NDVI (normalized difference vegetation indeks).

Prediksi hasil tanaman pertanian dapat dilakukan dengan mengidentifikasi tingkat kehijauan suatu tanaman dengan menggunakan metode rasio (perbandingan) band inframerah dan inframerah dekat, yang dikenal dengan NDVI. NDVI merupakan suatu pembagian dari gelombang yang dipantulkan oleh vegetasi dengan gelombang yang diserap oleh tanaman yaitu gelombang infrared dekat dengan gelombang merah, dan penjumlahan dan pengurangannya dari tiap-tiap gelombang merupakan suatu normalisasi dari irradians (Shorts 2006, As-Syakur 2008).

Formulasi lain yang dikembangkan berupa indeks vegetasi terkoreksi (Enhanced Vegetation Index). Penajaman indeks vegetasi dilakukan dengan cara koreksi radiometrik dari pengaruh kondisi lahan (tanah dan kerapatan kanopi) dan aerosol yang terdeteksi oleh band biru serta posisi penyinaran matahari. Dengan menggunakan metode tersebut dapat dimonitor perkembangan tanaman pertanian mulai dari masa tanam, pemeliharaan hingga produksi. Sehingga produksi hasil pertanian secara kualitas dan kuantitas dapat diprediksi dengan baik (Shorts 2006, As-Syakur 2008).

(28)

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara NDVI/EVI dengan fase pertumbuhan padi. Hal ini menunjukkan bahwa NDVI/EVI hasil ekstraksi dari citra MODIS dapat digunakan untuk menduga produktivitas padi.

Konsepsi Penelitian Yang Dilaksanakan

Berdasarkan hasil kajian terhadap beberapa pustaka tersebut di atas, terdapat beberapa hal yang dapat diambil sebagai referensi dalam memberikan konsepsi pelaksanaan penelitian, antara lain :

1. Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan merupakan bagian dari penetapan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota. Penetapan Kawasan ini akan digunakan sebagai upaya pengendalian pemanfaatan ruang dan sebagai dasar peraturan zonasi.

2. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kedaulatan dan ketahanan pangan nasional. Pada penelitian ini lahan pertanian pangan dikhususkan pada lahan pertanian padi sawah, karena produksi padi (beras) merupakan cerminan langsung ketersediaan pangan masyarakat Indonesia.

3. Produktifitas lahan pertanian pangan dapat dikatakan berkelanjutan jika hasil produktifitas lahan dapat bertahan dan bisa juga meningkat dari waktu ke waktu tanpa terjadinya penurunan kwalitas (degradasi) lahan dan lingkungan. 4. Berdasar pada referensi yang ada, setidaknya terdapat 9 parameter dalam

pemilihan dan penetapan Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LPPB). Parameter tersebut antara lain : produktifitas pertanian, kesesuaian lahan, kelayakan ekonomi, jaringan infrastruktur, potensi teknis lahan, luasan kesatuan hamparan, indeks penanaman, kondisi aktual dan aspek kebijakan. Dari ke sembilan parameter ini, jika ditelaah berdasar pada batasan yang ada, terlihat bahwa potensi teknis lahan mempunyai makna yang sama (redundan)

(29)

infrastruktur, luasan kesatuan hamparan lahan dan indeks penanaman termasuk dalam parameter pemilihan LPPB.

5. Pemilihan dan pendeliniasian kawasan pertanian padi sawah berkelanjutan secara visual akan didekati dengan metodologi penginderaan jauh dengan estimasi produktivitas padi. Prediksi produktivitas padi didekati berdasarkan pada karakter spektral vegatasi yang tergambar pada citra berupa indeks vegetasi (EVI). Dengan anggapan bahwa pada setiap nilai indeks vegetasi yang secara visual tergambar pada citra merupakan cerminan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu daya dukung wilayah baik geobiofisik, sosial-ekonomi maupun kebijakan.

6. Dalam mencari model dalam pemilihan dan pendeliniasian kawasan lahan pertanian padi sawah berkelanjutan ini perlu diketahui juga adanya keterkaitan antara nilai indeks vegetasi/produktivitas pertanian dengan semua parameter yang mempengaruhinya.

7. Dari hasil penelitian ini pada akhirnya diharapkan dapat diformulasikan bagaimana kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan bagaimana kawasan lainnya, serta bagaimana strategi dan tata cara pendeliniasiannya menggunakan analisis spasial (metode penginderaan jauh dan SIG).

Kerangka Pemikiran

Berdasar tujuan penelitian dan hasil telaah pustaka disusun kerangka pemikiran penelitian Teknik Pemilihan Kawasan Lahan Pertanian Padi Sawah Berkelanjutan di Kabupaten Karawang sebagaimana diagram alir berikut.

(30)

METODE PENELITIAN

Kerangka Pendekatan Penelitian

Pelaksanaan penelitian secara umum dapat dibagi dalam 4 tahapan, yaitu persiapan, perolehan data, analisis dan penyajian hasil. Persiapan merupakan tahapan untuk preparasi data. Tahap Perolehan Data terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan data sekunder, ekstraksi data penginderaan jauh dan pengumpulan data lapangan. Analisis mencakup pengolahan dan pengujian data untuk mendapatkan peubah (variable) yang berpengaruh nyata terhadap pemilihan LPPB. Sedangkan tahap penyajian hasil merupakan penyusunan metode/teknik dalam pemilihan LPPB. Kerangka penelitian ini dapat disusun menjadi diagram alir sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Diagram Alir Kerangka Penelitian

Persiapan

Penyajian Hasil Perolehan Data

(31)

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2010 – Juni 2010. Secara geografis wilayah penelitian terletak pada zone UTM 48 Selatan, pada posisi koordinat 739653, 9322363 hingga 776465, 9281150 dengan luas wilayah 108.782 hektar. Wilayah ini secara administratif termasuk dalam kabupaten Karawang, provinsi Jawa Barat. Wilayah penelitian diliput oleh 23 kecamatan. Pemilihan wilayah ini didasarkan pada alasan bahwa kabupaten Karawang termasuk wilayah lumbung padi provinsi Jawa Barat yang didukung dengan kawasan pertanian padi sawah yang luas, produktivitasnya cukup tinggi dan secara geobiofisik wilayah ini cukup bervariasi. Batas wilayah penelitian didasarkan pada batas fisik lahan dengan pendekatan unit lahan.

(32)

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu :

Koleksi Data Sekunder

Koleksi data sekunder dimaksudkan untuk memperoleh data spasial dan data atribut pendukung penelitian. Koleksi data sekunder diupayakan dapat diperoleh pada instansi pemilik data seperti Departemen Pertanian RI, Balai Besar Penelitian Pertanian dan Sumber Daya Lahan Pertanian (BBPPSLP), Dinas Pertanian, dan Dinas Bina Marga dan Pengairan, BAPPEDA, BMG dan BPS yang ada di kabupaten Karawang.

Ekstraksi Data Citra Penginderaan Jauh

Pada penelitian ini digunakan data utama berupa data hasil ekstraksi dari citra MODIS series dan citra ALOS. Guna pemakaian citra dibantu juga dengan peta dasar berupa peta garis hasil pemetaan fotogrammetris, yaitu Peta Lahan Baku Sawah skala 1 : 10.000. Melalui data citra ini diupayakan secara optimal penyadapan data produktivitas lahan pertanian padi sawah dan pendukung lainnya, seperti indeks penanaman, infrastruktur (irigasi, dan jalan), luasan kesatuan hamparan lahan dan kondisi aktual. Data produktivitas dan indeks penanaman diperoleh dari data citra MODIS series, sedangkan data lainnya seperti infrastruktur berupa jalan, irigasi, luasan kesatuan hamparan lahan dan data kondisi aktual diupayakan dari data ALOS.

Pengecekan Lapangan dan Wawancara

Guna keperluan survei lapangan dilaksanakan teknik sampling Stratified

Purposive. Proporsi sampel didasarkan pada jumlah pixel citra MODIS,

(33)

data produktivitas aktual lahan padi sawah dan untuk menilai kelayakan secara ekonomi. Responden yang dipilih adalah dari petani atau kelompok tani.

Secara keseluruhan data yang diperlukan dalam penelitian ini, beserta cara perolehannya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Data yang Dipakai dan Cara Perolehannya

Metode Analisis

Guna mencapai tujuan dan mengetahui hasil penelitian, dilaksanakan beberapa analisis yang dapat disusun diagram alir sebagai berikut :

NO JENIS DATA CARA PEROLEHAN/INSTANSI KELUARAN YANG DAPAT DIPEROLEH

I DATA SEKUNDER A Data Spasial

1 Peta Fotogrammetris LB 1 : 10.000 Dinas Pertanian, Ditjen BPTP Deptan RI Peta Dasar, Penggunaan Lahan, Batas Adm. 2 Citra Satelit MODIS Series dan ALOS Proyek KKP3T Deptan - IPB 2009 Data EVI, LKHL, IP,IS dan PL

3 Peta Kesesuaian Lahan Dinas Pertanian Kab., BBPPSLP Deptan RI Kesesuaian Lahan Padi Sawah 4 Peta Jaringan Irigasi Dinas Bina Marga dan Pengairan J. Irigasi, Klasifikasi Irigasi Sawah

5 Peta Infrastruktur Dinas Bina Marga dan Pengairan J. Jalan, aksesibilitas

B Data Atribut

1 RTRW Kab. Karawang BAPPEDA kab. Karawang Arahan Pemanfaatan Lahan (Kebijakan)

2 Data Iklim Dinas Pertanian kab. Kararawang Curah Hujan, Musim tanam

3 Kab. Karawang Dalam Angka BPS kab. Karawang Untuk berbagai penggunaan

II DATA LAPANGAN A Data Aktual

1 Produktivitas Lahan Wawancara dg Petani, Kelompok Tani Produktivitas Lahan Aktual 2 Biaya Produksi Pertanian Wawancara dg Petani, Kelompok Tani Kesesuaian Ekonomi Lahan/kelayakan

B Data Kondisi lapangan

1 Kondisi Existing Groundchecking Penggunaan Lahan, LKHL dan Infrastruktur

(34)

Keterangan Gambar : D.Sc = data sekunder KL = kesesuaian lahan

Inf = infrastruktur (jalan dan irigasi) PL = penggunaan lahan

AKSE = analisis kelayakan secara ekonomi IP = indeks penanaman

PLPPS = produktivitas lahan pertanian padi sawah

Analisis Citra

Citra ALOS (Advanced Land Observing Satellite)

Analisis citra ALOS dilaksanakan dengan Non Parametric Methods. Analisis ini dimaksudkan untuk memperoleh data infrastruktur (jalan dan irigasi), penggunaan lahan dan luasan kesatuan hamparan lahan sawah (lahan baku sawah). Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dapat digambarkan dengan diagram alir berikut :

Gambar 5. Tahapan Kegiatan Penyadapan dan Analisis dari Citra ALOS

Pada tahap awal pelaksanaan penyadapan data, citra ALOS yang diperoleh perlu dikoreksi untuk menghilangkan kesalahan akibat distorsi geometrik, berupa jarak, luas, arah dan sudut. Pelaksanaan koreksi geometri dibantu dengan peta dasar yang mempunyai kontrol bumi yang baik, dalam hal ini digunakan peta hasil kegiatan fotogrammetris yaitu Peta Lahan Baku Sawah skala 1 : 10.000 Departemen Pertanian RI. Pada pelaksanaan koreksi geometri ini hingga didapat

Citra ALOS

Koreksi Citra

Pemrosesan Citra

Ekstraksi Data

Manuskript

Data Parameter Ceking Lapangan

Editing Data Evaluasi Kemam. Penyadapan Data

(35)

kesalahan transformasi (Root Mean Square) = 0,05 atau < 0,5 pixel. Pelaksanaan koreksi geometri citra dibantu dengan perangkat lunak ERDAS Imagine 9.3.

Kegiatan selanjutnya adalah pemrosesan citra, suatu kegiatan yang digunakan untuk mwmpwrbaiki kualitas gambar agar lebih tajam. Kegiatan pemrosesan citra yang dilaksanakan berupa penajaman citra ALOS dengan manipulasi kontras dan filtering. Pemrosesan citra dibantu dengan perangkat lunak ERDAS Imagine 9.3.

Kegiatan ekstraksi data penggunaan lahan dilaksanakan secara visual dengan digitasi on screen menggunakan perangkat lunak Auto Cad Map. Pengenalan masing-masing obyek didasarkan pola tanggap spektral dan karakteristik dasar obyek lainnya yang dapat dikenali dan tergambar dari citra ALOS. Pengenalan ini dibantu dengan menggunakan unsur-unsur interpretasi berupa karakteristik dasar yang bisa dikenali dari citra berupa rona/warna, tekstur, pola, ukuran, bentuk, bayangan dan situs. Dalam ekstraksi data ini dibantu juga dengan data penggunaan lahan lama (tahun 2003).

Hasil ekstraksi data penggunaan lahan yang didalamnya terdapat juga data infrastruktur dan luas kesatuan hamparan lahan (lahan baku sawah) di wujudkan dalam bentuk manuskript (peta sementara). Peta sementara ini selanjutnya dibawa ke lapangan untuk dijadikan sebagai bahan untuk kegiatan pengecekan lapangan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran hasil ekstraksi dan kondisi sesungguhnya setiap obyek di lapangan. Banyaknya obyek yang di cek di lapangan diambil secara Stratified pada setiap populasi obyek. Hasil ceking lapangan yang diperoleh digunakan untuk editing hasil ekstraksi data penggunaan lahan dan evaluasi kemampuan citra ALOS dalam menyajikan data parameter. Citra MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer)

(36)

Citra MODIS Terra Aqua yang digunakan merupakan citra yang diakusisi pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 (series 5 tahun), yang dapat dirinci sebagaimana tabel berikut :

Tabel 5. Citra MODIS Terra Aqua Yang Digunakan

Analisis citra MODIS dilaksanakan dengan Parametric Methods. Analisis ini dimaksudkan untuk pemetaan produktivitas dan indeks penanaman padi sawah dengan pendekatan melalui indeks vegetasi (EVI). Nilai EVI diperoleh dari nilai reflektansi kanal spektral merah (red), kanal inframerah dekat (NIR) dan kanal

No. Kode Tgl. Akuisisi No. Kode Tgl. Akuisisi No. Kode Tgl. Akuisisi

1 MOD09A1.A2005033 02-Feb-05 50 MOD09A1.A2007009 09-Jan-07 99 MOD09A1.A2008209 27-Jul-08 2 MOD09A1.A2005049 18-Feb-05 51 MOD09A1.A2007073 14-Mar-07 100 MOD09A1.A2008217 04-Agust-08 3 MOD09A1.A2005057 26-Feb-05 52 MOD09A1.A2007089 30-Mar-07 101 MOD09A1.A2008225 12-Agust-08 4 MOD09A1.A2005065 06-Mar-05 53 MOD09A1.A2007121 01-Mei-07 102 MOD09A1.A2008233 20-Agust-08 5 MOD09A1.A2005097 07-Apr-05 54 MOD09A1.A2007129 09-Mei-07 103 MOD09A1.A2008241 28-Agust-08 6 MOD09A1.A2005105 15-Apr-05 55 MOD09A1.A2007137 17-Mei-07 104 MOD09A1.A2008249 05-Sep-08 7 MOD09A1.A2005113 23-Apr-05 56 MOD09A1.A2007145 25-Mei-07 105 MOD09A1.A2008257 13-Sep-08 8 MOD09A1.A2005129 09-Mei-05 57 MOD09A1.A2007153 02-Jun-07 106 MOD09A1.A2008265 21-Sep-08 9 MOD09A1.A2005137 17-Mei-05 58 MOD09A1.A2007161 10-Jun-07 107 MOD09A1.A2008273 29-Sep-08 10 MOD09A1.A2005145 25-Mei-05 59 MOD09A1.A2007169 18-Jun-07 108 MOD09A1.A2008281 07-Okt-08 11 MOD09A1.A2005153 02-Jun-05 60 MOD09A1.A2007177 26-Jun-07 109 MOD09A1.A2008289 15-Okt-08 12 MOD09A1.A2005161 10-Jun-05 61 MOD09A1.A2007185 04-Jul-07 110 MOD09A1.A2008297 23-Okt-08 13 MOD09A1.A2005169 18-Jun-05 62 MOD09A1.A2007193 12-Jul-07 111 MOD09A1.A2008305 31-Okt-08 14 MOD09A1.A2005177 26-Jun-05 63 MOD09A1.A2007201 20-Jul-07 112 MOD09A1.A2008313 08-Nop-08 15 MOD09A1.A2005185 04-Jul-05 64 MOD09A1.A2007209 28-Jul-07 113 MOD09A1.A2008321 16-Nop-08 16 MOD09A1.A2005193 12-Jul-05 65 MOD09A1.A2007217 05-Agust-07 114 MOD09A1.A2008329 24-Nop-08 17 MOD09A1.A2005201 20-Jul-05 66 MOD09A1.A2007225 13-Agust-07 115 MOD09A1.A2008337 02-Des-08 18 MOD09A1.A2005209 28-Jul-05 67 MOD09A1.A2007233 21-Agust-07 116 MOD09A1.A2008345 10-Des-08 19 MOD09A1.A2005217 05-Agust-05 68 MOD09A1.A2007241 29-Agust-07 117 MOD09A1.A2008353 18-Des-08 20 MOD09A1.A2005225 13-Agust-05 69 MOD09A1.A2007249 06-Sep-07 118 MOD09A1.A2008361 26-Des-08 21 MOD09A1.A2005233 21-Agust-05 70 MOD09A1.A2007265 22-Sep-07

22 MOD09A1.A2005241 29-Agust-05 71 MOD09A1.A2007321 17-Nop-07 119 MOD09A1.A2009001 01-Jan-09 23 MOD09A1.A2005257 14-Sep-05 72 MOD09A1.A2007329 25-Nop-07 120 MOD09A1.A2009065 05-Mar-10 24 MOD09A1.A2005265 22-Sep-05 121 MOD09A1.A2009073 13-Mar-10 25 MOD09A1.A2005273 30-Sep-05 73 MOD09A1.A2008001 01-Jan-08 122 MOD09A1.A2009081 21-Mar-10 26 MOD09A1.A2005305 01-Nop-05 74 MOD09A1.A2008009 09-Jan-08 123 MOD09A1.A2009105 14-Apr-10 27 MOD09A1.A2005313 09-Nop-05 75 MOD09A1.A2008017 17-Jan-08 124 MOD09A1.A2009113 22-Apr-09 76 MOD09A1.A2008025 25-Jan-08 125 MOD09A1.A2009121 30-Apr-10 28 MYD09A1.A2006041 10-Feb-06 77 MOD09A1.A2008033 02-Feb-08 126 MOD09A1.A2009137 16-Mei-10 29 MYD09A1.A2006065 06-Mar-06 78 MOD09A1.A2008041 10-Feb-08 127 MOD09A1.A2009145 24-Mei-10 30 MYD09A1.A2006097 07-Apr-06 79 MOD09A1.A2008049 18-Feb-08 128 MOD09A1.A2009153 01-Jun-10 31 MYD09A1.A2006121 01-Mei-06 80 MOD09A1.A2008057 26-Feb-08 129 MOD09A1.A2009161 09-Jun-10 32 MYD09A1.A2006129 09-Mei-06 81 MOD09A1.A2008065 05-Mar-08 130 MOD09A1.A2009169 17-Jun-10 33 MYD09A1.A2006161 10-Jun-06 82 MOD09A1.A2008073 13-Mar-08 131 MOD09A1.A2009177 25-Jun-10 34 MYD09A1.A2006169 18-Jun-06 83 MOD09A1.A2008081 21-Mar-08 132 MOD09A1.A2009185 03-Jul-10 35 MYD09A1.A2006177 26-Jun-06 84 MOD09A1.A2008089 29-Mar-08 133 MOD09A1.A2009193 11-Jul-10 36 MYD09A1.A2006185 04-Jul-06 85 MOD09A1.A2008097 06-Apr-08 134 MOD09A1.A2009201 19-Jul-10 37 MYD09A1.A2006193 12-Jul-06 86 MOD09A1.A2008105 14-Apr-08 135 MOD09A1.A2009209 27-Jul-10 38 MYD09A1.A2006201 20-Jul-06 87 MOD09A1.A2008113 22-Apr-08 136 MOD09A1.A2009217 04-Agust-10 39 MYD09A1.A2006209 28-Jul-06 88 MOD09A1.A2008121 30-Apr-08 137 MOD09A1.A2009225 12-Agust-10 40 MYD09A1.A2006217 05-Agust-06 89 MOD09A1.A2008129 08-Mei-08 138 MOD09A1.A2009233 20-Agust-10 41 MYD09A1.A2006225 13-Agust-06 90 MOD09A1.A2008137 16-Mei-08 139 MOD09A1.A2009241 28-Agust-10 42 MYD09A1.A2006233 21-Agust-06 91 MOD09A1.A2008145 24-Mei-08 140 MOD09A1.A2009249 05-Sep-10 43 MYD09A1.A2006241 29-Agust-06 92 MOD09A1.A2008153 01-Jun-08 141 MOD09A1.A2009257 13-Sep-10 44 MYD09A1.A2006249 06-Sep-06 93 MOD09A1.A2008161 09-Jun-08 142 MOD09A1.A2009265 21-Sep-10 45 MYD09A1.A2006257 14-Sep-06 94 MOD09A1.A2008169 17-Jun-08 143 MOD09A1.A2009289 15-Okt-09 46 MYD09A1.A2006265 22-Sep-06 95 MOD09A1.A2008177 25-Jun-08 144 MOD09A1.A2009345 10-Des-09 47 MYD09A1.A2006273 30-Sep-06 96 MOD09A1.A2008185 03-Jul-08

(37)

spektral biru (blue). Persamaan EVI oleh Huete et al. (1997) diformulasikan

ρ = nilai reflektan kanal spektral

C = koefisien koreksi atmospheric aerosol scattering pada kanal spektral merah berdasarkan kanal spektral biru (C1 : 6, C2 : 7,5)

L = soil effect adjustment factor (1)

Indeks vegetasi diketahui melalui data citra MODIS series selama 5 tahun (2005 – 2009), dengan resolusi temporal 8 hari. Cara perolehan data produktivitas dan indeks penanaman dapat digambarkan pada diagram alir berikut.

Gambar 6. Ekstraksi Data Produktivitas Pertanian

Analisis Kelayakan Secara Ekonomi

Analisis ini pada dasarnya merupakan kesesuaian lahan pertanian pangan secara ekonomi. Evalusi kesesuaian/kelayakan lahan secara ekonomi dilaksanakan dengan cara analisis nilai ekonomi lahan berdasar pada data lapangan yang diperoleh. Kelayakan secara ekonomi dapat diukur dari cost produksi dan benefit

yang diperoleh dari volume produksi lahan. Kapasitas lahan yang mempunyai ratio benefit dan cost (BCR) berada di atas BEP dan mempunyai margin minimal sama dengan kebutuhan hidup minimal tiap keluarga petani yang dianggap memenuhi syarat untuk dilanjutkan.

(38)

Analisis Penentuan Parameter Yang Digunakan Untuk Deliniasi LPPB

Paramater yang akan digunakan untuk pembuatan model diketahui dari signifikansi dan sumbangan terbesar dari masing-masing variabel penjelas (Xi), berupa kesesuaian lahan, kelayakan secara ekonomi, infrastruktur, luasan kesatuan hamparan lahan, indeks penanaman dan aspek kebijakan (RTRWK) dengan variabel tujuan (Y) berupa produktifitas lahan pertanian pangan. Selanjutnya dideskripsikan keterkaitan antara keberlanjutan lahan dengan semua parameter yang digunakan. Dalam pelaksanaan analisis ini akan digunakan metode analisis Hayashi 1. Penggunaan metode analisis ini dengan pertimbangan bahwa 1). analisis ditujukan untuk menduga parameter koefisien keterkaitan antara variabel-variabel penjelas (Explanatory Variables) dengan satu variabel tujuan, 2). untuk menunjukkan variabel-variabel penjelas mana saja yang paling nyata (Significant) kaitannya dengan variabel tujuan. Selain itu pertimbangannya adalah variabel penjelasnya (independent variable) yang digunakan dalam penelitian ini merupakan campuran antara data nominal dan data ordinal, sedang variabel tujuannya (dependent variable) berupa data kuantitatif. Sehingga untuk memudahkan analisis variabel penjelas diseragamkan dengan jalan kuantifikasi menjadi data kategorik. Algoritma pokok dari Analisis Kuantifikasi Hayashi ini dapat diformulasikan dengan model matematis :

y

= ∆

a

+

ε

di mana:

y : vektor data variabel tujuan ukuran (n×1)

∆ : matriks data variabel-variabel penjelas ukuran (nxC) di mana C =

a : vektor parameter skor untuk kategori-kategori dari variabel-variabel penjelas ukuran (C×1)

ε : vektor parameter eror pendugaan ukuran (n×1) Sumber : Tanaka et al. (1992), Saefulhakim (1996)

Dari hasil analsis yang diperoleh selanjutnya diformulasikan paramater apa saja yang mempunyai pengaruh nyata untuk penentuan LPPB.

Uji Keberlanjutan

(39)

produksi secara optimal. Penggunaan lahan optimal jika sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lahan. Uji keberlanjutan ini dapat diketahui dari dari grafik yang dibuat dan matriks yang diperoleh dari hasil analisis, di sini dapat diperlihatkan dan diidentifikasi karakteristik parameter unit lahan padi sawah yang berkelanjutan.

Pembuatan Model Penetapan dan Pendeliniasian LPPB

(40)

KONDISI WILAYAH PENELITIAN

Kondisi Geografis

Topografi

Wilayah penelitian memiliki ketinggian tempat paling rendah 0 m dpal (dari permukaan air laut) di wilayah utara yaitu sekitar pantai tempuran dan tertinggi 217,5 m dpal yang berada di perbukitan wilayah selatan Ciampel. Sebagian besar wilayah (74,8 %) merupakan dataran aluvial yang relatif datar dengan kemiringan lereng antara 0 – 3 %. Sebagian kecil lainnya di wilayah selatan merupakan dataran kaki gunung Gede-Pangrango memiliki topografi berombak seluas 14,3 %, bergelombang seluas 8,4 % dan berbukit seluas 2,4 %. Secara rinci kondisi topografi wilayah penelitian ini dapat disajikan pada Gambar 7 berikut.

(41)

Geologi

Berdasarkan data geologi dari Puslitbang Geologi Kementrian ESDM, wilayah penelitian sebagian besar tersusun dari batuan sedimen (clastic, fine, claystone) yang merupakan endapan banjir yang terbentuk pada jaman Holosen. Adapun di sekitar wilayah pantai Tempuran merupakan batuan sedimen (clastic, medium, sands) yang terbentuk dari endapan laut dangkal pada jaman Pleistosen dan batuan sedimen aluvium dari endapan laut dangkal pada jaman Holosen.

Iklim

Wilayah penelitian sebagian besar merupakan dataran rendah, sebagaimana umumnya wilayah di kabupaten Karawang pada bulan Januari sampai dengan April bertiup angin Muson Tenggara, kecepatan angin berkisar antara 30 – 35 km/jam, lamanya tiupan antara 5 – 7 jam. Temperatur udara rata-rata 27 ºC, tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66 % dengan kelembaban nisbi sebesar 80 %. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.100 – 3.200 mm/tahun (RPP Kab. Karawang – Dinas Pertanian KP 2009).

Berdasar data curah hujan untuk wilayah penelitian dapat dijelaskan bahwa curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Pebruari, tertinggi terjadi di kecamatan Purwosari sebesar 668 mm/bulan dengan lama hujan 22 hari, sedangkan curah hujan terendah tanpa hari hujan jatuh pada bulan Agustus terjadi di hampir di seluruh wilayah penelitian.Data curah hujan bulanan rata-rata wilayah penelitian selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Data Curah Hujan Bulanan Rata-Rata Tahun 2005 - 2009

CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH Jumlah 1.603,0 69,6 1.831,7 70,0 1.051,6 49,9 697,9 37,0 330,4 22,3 250,3 13,8 76,4 4,7 35,6 1,7 129,4 6,5 317,9 17,7 700,1 33,7 1.020,1 51,1 Rata-rata 320,6 13,9 366,3 14,0 210,3 10,0 139,6 7,4 66,1 4,5 50,1 2,8 15,3 0,9 7,1 0,3 25,9 1,3 63,6 3,5 140,0 6,7 204,0 10,2 Keterangan : Sumber : Laporan Tahunan Dinas Pertanian kab. Karawang CH = Curah Hujan (mm)

HH = Hari hujan (hari)

(42)

Tanah

Berdasarkan pada Peta Satuan Tanah skala 1 : 50.000 yang dikeluarkan oleh Puslittanak pada tahun 1996, wilayah penelitian mempunyai 6 jenis tanah dalam kategori great group (Soil Taxonomi 1998), yaitu a). Endoaquents, b). Tropofluvents, c). Tropaquepts, d). Eutropepts, e). Dystropepts, dan f). Hapludolls.

(43)

Wilayah penelitian yang merupakan wilayah pertanian padi sawah didominasi oleh tanah-tanah Tropaquepts. Wilayah ini umumnya merupakan dataran aluvial/fluvial, solum dalam, endapan liat, bertekstur halus, laju infiltrasi rendah, tidak masam dan bersifat isohipertermik. Tanah-tanah Eutropepts dan Dystropepts umumnya menempati daerah yang lebih tinggi yaitu pada wilayah berombak hingga berbukit, tanah-tanah Tropofluvent dan Endoaquents berada di lembah sempit sekitar sungai, sedangkan tanah-tanah Hapludolls mempunyai penyebaran yang terbatas. Penyebaran jenis tanah di wilayah penelitian dapat dilihat pada Gambar 8.

Kesesuaian Lahan

Berdasarkan data kesesuaian lahan aktual untuk pertanian padi sawah yang diperoleh dari Puslittanak (1995), menunjukkan bahwa di wilayah penelitian tidak dijumpai adanya kelas Sangat Sesuai (S1). Wilayah pertanian padi sawah umumnya mempunyai kelas kesesuaian lahan Cukup Sesuai (S2), dan sebagian lagi mempunyai kelas kesesuaian lahan Sesuai Marginal (S3). Lahan dengan kelas cukup sesuai mempunyai faktor pembatas media perakaran (r), retensi hara (f) dan hara tersedia (n). Kelas kesesuaian lahan sesuai marginal mempunyai pembatas kemudahan pengelolaan tanah (p), media perakaran (r), retensi hara (f), hara tersedia (n) dan keadaan terrain (s). Untuk bagian selatan wilayah penelitian yang mempunyai wilayah pertanian padi sawah yang relatif sempit, serta wilayah di sekitar sempadan sungai di bagian utara mempunyai kelas kesuaian lahan Sesuai Marginal (S3) dan Tidak Sesuai (N). Faktor pembatasanya umumnya berupa bahaya banjir (b), media perakaran (r), retensi hara (f), hara tersedia (n), keadaan terrain (s), tingkat bahaya erosi (e) dan salinitas (c).

(44)
(45)

Arahan Kebijakan

Berkenaan dengan arahan kebijakan pola pemanfaatan ruang terdapat 3 sumber arahan kebijakan yaitu RTRWN, RTRWP Jawa Barat dan RTRWK Karawang. Dari ketiganya mengindikasikan bahwa kabupaten Karawang termasuk wilayah andalan penyangga DKI dan sekitarnya, dengan sektor unggulan pertanian, industri, perikanan, pertambangan dan pariwisata. Kebijakan ini yang memberikan arahan dalam pemanfaatan ruang, pengembangan sistem pusat-pusat permukiman, pengembangan kawasan tertentu dan pengembangan sistem prasarana wilayah.

Jika kita mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karawang 2003 – 2013, arahan pola pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung terletak di kawasan gunung Sanggabuana, kawasan konservasi terletak pada kawasan hutan lindung KPH Perhutani di kecamatan Pangkalan dan Telukjambe. Kawasan lindung juga terletak pada sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan mata air, danau, dan hutan bakau. Kawasan budidaya terdiri dari kawasan pertanian dan non pertanian. Kawasan pertanian terdiri dari kawasan penyangga, tanaman tahunan untuk lokasi wilayah-wilayah industri, pertanian lahan kering pada komplek ekologi hulu dan tengah bagian hulu, pertanian lahan basah didominasi oleh sawah dengan prasarana irigasi teknis dalam pelayanan Tarum Barat, Tarum Timur, Tarum Utara, saluran bendung Cebeet, bendung Barugbug dan bendung Pucang. Perikanan diarahkan pada ekologi pesisir pantai utara, peternakan di wilayah kecamatan Pangkalan. Kawasan Permukinan umumnya terletak pada kawasan perkotaan yang tumbuh pada koridor jalan antara Jakarta – Purwakarta, sedangkan permukiman perdesaan tersebar pada pedesaan yang terpadu dengan budidaya pertanian.

(46)
(47)

Dalam prasarana jalan diupayakan adanya pembukaan akses antar wilayah di bagian utara dan selatan, yaitu dengan peningkatan status jalan serta pembuatan jalan negara baru. Pembuatan jalan negara baru antara lain jalan lingkar kota Karawang, akses jalan tol Karawang Barat-Telukjambe, jembatan Citarum Utara di Batujaya dan Jembatan Telukjambe yang keduanya mengakses ke Bekasi. Sedangkan peningkatan status jalan kabupaten menjadi jalan provinsi yaitu pada jalan Badami-Pangkalan-Jonggol. Secara detil gambaran Rencana Tata Ruang Wilayah ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Penggunaan Lahan

Data penggunaan lahan diperoleh dari hasil penyadapan data dari citra ALOS AVNIR-2 akuisisi 30 Juni 2009. Hasil penyadapan data ini disempurnakan dengan hasil identifikasi lapangan yang dilaksanakan pada bulan April - Juni 2010. Dari hasil penyadapan data ini diketahui bahwa hampir separuh dari wilayah penelitian digunakan untuk lahan sawah. Sawah Irigasi Teknis seluas 50.276 hektar atau 46, 2 % dari luas wilayah penelitian, Sawah Irigasi Semi Teknis seluas 487, 2 hektar atau 0,45 % dari luas wilayah penelitian, Sawah Tadah Hujan seluas 2.320 hektar atau 2,13 % dari luas wilayah penelitian dan Sawah Pasang Surut seluas 1.399 hektar atau 1,29 % dari luas wilayah penelitian. Penggunan lahan lain yang cukup luas antara lain permukiman seluas 17.490 hektar (16,08 %), kebun campuran seluas 11.901 hektar (10,9 %), semak belukar seluas 10.054 hektar (9,2 %), kawasan industri seluas 5.284 hektar (4,86 %) dan ladang/tegalan seluas 3.518 hektar (3,23 %). Adapun penggunaan lahan lainnya mempunyai luasan yang kecil. Secara rinci luas penggunaan lahan wilayah penelitian dapat disajikan pada Tabel 5.

(48)

Tabel 7. Luas Penggunaan Lahan Wilayah Penelitian

Seacara spasial kenampakan dan penyebaran penggunaan di wilayah penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 11.

No. Penggunaan Lahan Luas (ha) %

1 Sawah Irigasi Teknis 50.276,86 46,22

2 Sawah Irigasi Semi Teknis 487,22 0,45

3 Sawah Tadah Hujan 2.320,76 2,13

4 Sawah Pasang Surut 1.399,66 1,29

5 Ladang/Tegalan 3.518,21 3,23

6 Kebun Campuran 11.901,71 10,94

7 Semak_Belukar 10.054,07 9,24

8 Hutan 2.558,50 2,35

9 Taman/Ruang Terbuka 73,18 0,07

10 Lapangan Olah Raga 433,95 0,40

11 Permukiman 17.490,34 16,08

12 Perkantoran 49,36 0,05

13 Perdagangan 77,71 0,07

14 Jasa Lainnya 131,38 0,12

15 Kawasan Industri 5.284,04 4,86

16 Kolam/Empang 250,21 0,23

17 Tambak 715,66 0,66

18 Danau_Rawa 294,18 0,27

19 Saluran Irigasi Primer 323,66 0,30

20 Saluran Irigasi Sc -Tr 95,96 0,09

21 Sungai 781,41 0,72

22 Jalan Tol 81,53 0,07

23 Jalan Arteri 83,42 0,08

24 Jalan Kolektor 99,04 0,09

108.782,00 100,00

(49)
(50)

Luasan Kesatuan Hamparan Lahan (LKHL)

Luasan Kesatuan Hamparan Lahanmerupakan sebaran dan luasan hamparan lahan yang menjadi satu kesatuan sistem produksi pertanian padi sawah yang terkait. Data Luasan Kesatuan Hamparan Lahan merupakan turunan dari data penggunaan lahan, di mana hamparan lahan sawah terbagi dalam kesatuan-kesatuan sistem produksi yang dibatasi oleh jaringan jalan atau sistem irigasi. Data ini diperoleh dari citra ALOS AVNIR-2.

Pada penelitian ini LKHL diklasifikasikan menjadi 5 klas, yaitu LKHL Luas dengan kesatuan luasan > 50 hektar, LKHL Agak Luas dengan kesatuan luasan antara 20 – 50 hektar, LKHL Sedang dengan kesatuan luasan antara 10 – 20 hektar, LKHL Agak Sempit dengan kesatuan luasan antara 2 -10 hektar dan LKHL Sempit mempunyai kesatuan luasan < 2 hektar.

Sesuai dengan kondisi topografi wilayah yang sebagian besar datar, dengan kesesuaian lahan aktual cukup sesuai untuk sawah, dengan jenis tanah tropaquept didukung dengan jaringan irigasi dan jalan yang memadai, dimana wilayah demikian sangat cocok untuk penggunaan lahan sawah. Kondisi demikian menyebabkan sebagian besar wilayah penelitian mempunyai Luasan Kesatuan Hamparan Lahan yang luas. Wilayah yang mempunyai LKHL luas menempati sebagian besar (95%) wilayah penelitian.

(51)
(52)

Kondisi Infrastruktur

Sistem Jaringan Transportasi Wilayah

Sesuai dengan Undang-Undang nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan, di wilayah penelitian terdapat dua klas fungsi jalan yang menghubungkan Karawang dengan wilayah lainnya. Pertama, Jalan Tol Jakarta – Cikampek dan Jalan Tol Cipularang, dengan akses tol di Karawang Barat, Karawang Timur, Dawuan dan Cikampek. Kedua, Jalan Arteri yang merupakan jalan lintas Jakarta – Pantura, Purwakarta dan Subang. Pada lintas ini terdapat 3 buah terminal, yaitu terminal Karawang, Terminal Klari dan Terminal Cikampek. Selain itu akses penghubung Karawang dengan daerah lain adalah jaringan rel Kereta Api. Dalam jaringan transportasi Kereta Api ini terdapat beberapa stasiun yang disinggahi kereta-kereta ekonomi ke arah Semarang, Yogyakarta dan Surabaya, KRD Purwakarta dan Kereta Api Bisnis jurusan Bandung. Stasiun tersebut adalah Karawang, Klari dan Cikampek.

Jalan yang menghubungkan antar Pusat Kegiatan Lolak (PKL) satu dengan Pusat Kegiatan Lokal lainnya berupa Jalan Kolektor. Beberapa dari jalan ini juga menghubungkan kota PKL dengan kabupaten lainnya, seperti Bogor Purwakarta dan Subang. Kota PKL dengan kota-kota kecamatan sekitarnya dihubungkan dengan Jalan Lokal (Lingkungan), sedangkan antara kota kecamatan dengan desa-desa sekitarnya dihubungkan dengan Jalan Lingkungan dan Jalan Lainnya.

(53)
(54)

Sebaran Status Irigasi

Pada wilayah penelitian mengalir beberapa sungai yang cukup besar diantaranya Citarum, Cibeet, Ci Geuntis, Ci Talahap, Ci Patunjang, Ci Bulan-Bulan dan Ci Wadas. Sungai-sungai ini mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sistem irigasi di wilayah penelitian. Adapun sebaran sistem irigasi yang ada di wilayah penelitian berupa Irigasi Teknis, Irigasi Semi Teknis, Irigasi Sederhana/Tadah Hujan dan Irigasi yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Sawah dengan prasarana irigasi teknis mendapat pelayanan Saluran Induk Tarum Barat dan Tarum Timur yang berasal dari Bendungan Curug, Tarum Utara yang mendapat sumber air dari Bendungan Walahar, serta Saluran Induk dari bendung Cibeet. Sawah yang mendapatkan pengairan dari irigasi teknis ini mencapai 92,34 %. Sawah yang mendapatkan pelayanan irigasi semi teknis berada di bagian selatan (kecamatan Pangkalan). Wilayah ini merupakan Daerah Irigasi Bendung Waru yang saat ini tidak berfungsi karena mengalami kerusakan (jebol). Irigasi Sederhana/Tadah Hujan meliputi wilayah bagian selatan yang mempunyai topografi berombak tanpa prasarana jaringan irigasi. Wilayah ini mendapatkan air dari hujan, atau dengan cara pompanisasi dari air sungai yang berada di bawahnya atau sumur-sumur yang telah dibuat. Sedangkan di bagian utara wilayah penelitian (sekitar pantai Tempuran) merupakan daerah yang mendapat pengaruh pasang surut air laut.

(55)

(outlet) dari sistem irigasi atau daerah cekungan. Wilayah ini antara lain berada di kecamatan Telukjambe Barat, Pedes dan Cilebar.

Sebaran sawah berdasarkan sistem irigasinya dapat diperlihatkan pada gambar berikut :

Gambar 14. Sebaran Status Irigasi Sawah

(56)

Kelayakan Secara Ekonomi

Kelayakan Secara Ekonomi diketahui dari analisis usaha pertanian padi sawah. Kelayakan secara ekonomi ini diukur dari cost dari produksi dan benefit

yang diperoleh dari volume produksi lahan. Data yang digunakan untuk analisis diperoleh dari hasil wawancara di lapangan. Data yang digunakan untuk menghitung cost dan benefit dari pengusahaan lahan untuk padi sawah, sebagaimana tabel berikut :

Tabel 8. Data Lapangan Yang Digunakan Untuk Menghitung BCR

Berdasar atas data lapangan yang diperoleh memperlihatkan bahwa pada hampir seluruh wilayah sampel sebagian besar mempunyai irigasi teknis, pola penanaman berupa padi-padi-bera atau dengan indeks penanaman rata-rata 200 dan bibit yang ditanam adalah varietas Ciherang. Produktifitas padi sawah

I KARAKTERISTIK SAWAH 1 Status/kondisi Irigasi

2 Pola penanaman sawah dalam 1 tahun 3 Indeks Penanaman Padi

(57)

wilayah penelitian dapat disajikan pada tabel terlampir. Untuk sistem usaha tani di wilayah penelitian rata-rata hampir sama. Biaya produksi didominasi dengan biaya pengolahan lahan yang diikuti dengan biaya pemeliharaan serta kebutuhan pupuk dan obat hama, sedangkan biaya bibit dan biaya lainnya boleh dikatakan seragam. Biaya pengolahan lahan pada wilayah sekitar perkotaan lebih tinggi dibanding wilayah pertanian di perdesaan. Biaya pengolahan lahan umumnya mencapai 50 % dari biaya produksi. Sedangkan biaya pemupukan dan pengobatan tergantung pada potensi teknis lahan (kesesuaian) dan daerah endemi hama. Pada wilayah yang mempunyai daya dukung rendah umumnya memerlukan pemupukan lebih dari wilayah lainnya, begitu juga dengan wilayah yang menjadi endemi hama akan memerlukan biaya pengobatan lebih dari wilayah lainnya. Biaya pemeliharaan juga cukup besar, sekitar 20 % dari biaya produksi. Adapun biaya lainnya cukup kecil sekitar 2 % dari biaya produksi, kecuali pada wilayah sawah tadah hujan yang menggunakan pompa untuk irigasi, atau daerah yang dikenakan iuran rutin desa cukup besar. Faktor-faktor ini yang mempengaruhi tinggi-rendahnya Benefit Cost Ratio (BCR). Kondisi wilayah beserta BCR wilayah penelitian dapat disajikan seperti pada Tabel 9 berikut.

(58)

Tabel 9. Lokasi Survei, Potensi Lahan dan BCR

No Kelas Fungsi Prod.

Spl Kes. Lahan Jalan Bibit Pupuk Olah Pelihara Lainnya (ton/ha) 1 Kp. Parungpung, Parungsari, Telukjambe Barat S2fn Lainnya Irigasi Teknis 1,00 23,07 56,12 16,65 3,16 6,39 1,59 2 Kp. Pasirjengkol, Karangmulya, Telukjambe Barat S2fn Kolektor Irigasi Teknis 1,68 23,74 53,20 19,95 1,44 6,70 1,61 3 Kp. Jatimulya, Wanakerta, Telukjambe Barat S2fn Lainnya Irigasi Teknis 1,68 10,67 55,92 28,07 3,65 6,19 2,09 4 Babakan Toge, Tanjungmekar, Karawang Barat S2fn Arteri Irigasi Teknis 1,30 26,54 49,03 21,70 1,43 6,11 1,59 5 Kp. Buher, Karangpawitan, Karawang Barat S2fn Lokal Irigasi Teknis 1,09 27,16 47,48 22,69 1,53 5,92 1,61 6 Kp. Kaceot, Tunggakjati, Karawang Barat S2fn Kolektor Tadah Hujan 1,10 19,43 49,63 23,02 6,81 6,04 1,67 7 Kp. Cilele, Sekarwangi, Rawamerta S2fn Lokal Irigasi Teknis 1,21 13,72 57,01 25,23 2,83 6,37 1,93 8 Kp. Krajan, Pasirkaliki, Rawamerta S2fn Lainnya Irigasi Teknis 1,26 12,38 57,19 26,23 2,94 6,51 2,05 9 Kp. Kamurangjati, Panyingkiran, Rawamerta S2fn Kolektor Irigasi Teknis 1,28 11,23 57,75 26,74 2,99 6,53 2,09 10 Kp. Krajan 1, Sukamerta, Rawamerta S2fn Kolektor Irigasi Teknis 0,27 20,94 54,04 22,71 2,04 6,56 1,79 11 Kp. Ciluwo, Cadaskertajaya, Talagasari S3n Lainnya Irigasi Teknis 1,32 24,76 49,48 21,93 2,50 6,01 1,58 12 Kp. Sindangpalay, Pasirmukti, Talagasari S2fn Lokal Irigasi Teknis 1,21 29,47 47,24 20,12 1,92 5,81 1,40 13 Kp. Tamelang, Bengle, Majalaya S2fn Lainnya Tadah Hujan 2,57 14,28 56,15 21,39 5,61 6,97 2,24 14 Babakan Tamiang, Lemahmulya, Majalaya S2fn Lainnya Tadah Hujan 1,00 19,74 48,14 20,93 10,19 6,40 1,61 15 Karangmulya 1, Lemahmulya, Majalaya S3n Lokal Irigasi Teknis 1,49 17,84 54,08 24,85 1,74 6,15 1,84 16 Kp. Jati 2, Jatilaksana, Pangkalan S2rfns Kolektor Ir. Semi Teknis 1,04 20,74 51,28 21,73 5,21 6,60 1,72 17 Kp. Kereteg, Tamansari, Pangkalan S3rn Kolektor Tadah Hujan 1,01 11,37 62,28 21,04 4,29 6,73 1,70 18 Kp. Nambolamping, Mulyasari, Pangkalan S2fn Lokal Tadah Hujan 0,95 6,16 45,63 9,74 27,52 6,35 1,69 19 Kp. Tegalluhur, Sukamakmur, Telukjambe Timur S3n Lainnya Irigasi Teknis 1,48 15,48 53,72 24,64 4,68 6,33 1,87 20 Kp. Kaum, Mulyasari, Ciampel S2fn Lokal Irigasi Teknis 1,16 17,17 55,30 24,26 2,10 6,41 1,87 21 Kp. Kedungwaru, Kutapohaci, Ciampel S2fn Lokal Irigasi Teknis 0,61 13,87 57,92 25,40 2,20 6,10 1,86 22 Kp. Tanjung, Plawad, Karawang Timur S3n Lainnya Irigasi Teknis 1,10 14,64 58,60 23,07 2,58 6,59 1,82 23 Kp. Jarakah, lemahduku, Tempuran S2fn Lainnya Irigasi Teknis 1,17 17,38 51,66 24,41 5,37 6,36 1,86 24 Kp. Wagirkumbang, Purwajaya, Tempuran S3rns Kolektor Irigasi Teknis 1,68 17,95 50,14 28,05 2,17 6,17 2,60 25 Kp. Sumurgede, Muarajaya, Tempuran S2fn Lokal Pasangsurut 2,28 14,60 54,05 18,97 10,10 2,50 1,42 26 Kp. Cikuntul Timur, Cikuntul, Tempuran S2fn Lokal Irigasi Teknis 1,54 11,47 71,13 12,82 3,04 6,51 2,50 27 Kp. Babaway, lemahmukti, Lemahabang S2fn Kolektor Irigasi Teknis 1,72 16,30 51,55 28,70 1,72 6,03 2,08 28 Kp. Kedaung, Karangtanjung, Lemahabang S2rfn Kolektor Irigasi Teknis 1,20 11,04 61,47 24,99 1,30 6,35 1,90 29 Babakan Wadas, Parakan, Tirtamulya S2fn Kolektor Irigasi Teknis 1,45 8,96 57,51 30,27 1,82 6,40 2,33 30 Kp. Koja, Mulyasejati, Ciampel S3rns Lainnya Tadah Hujan 1,27 28,09 44,88 21,12 4,65 4,00 1,27 31 Bedahmenggala, Ciluwo, Telagasari S2rfn Lainnya Irigasi Teknis 1,07 21,37 52,39 22,39 2,78 6,49 1,74 32 Kp. Tangkil, Citarik, Tirtamulya S2rfn Lainnya Irigasi Teknis 1,16 18,53 54,22 24,25 1,84 6,05 1,76 33 Telukmungkal, Tanjungmekar, Karawang Barat S2fn Arteri Irigasi Teknis 1,10 15,47 55,10 22,96 5,37 6,34 1,66 34 Bakandukuh, Sukasari, Purwasari S2fn Lainnya Irigasi Teknis 1,10 17,53 57,16 23,05 1,15 6,02 1,66 35 Darawolong, Purwasari S2fn Lokal Irigasi Teknis 1,21 17,95 54,33 25,15 1,36 5,98 1,81 36 Sindangkarya, Kutawaluya S3n Kolektor Irigasi Teknis 1,75 20,51 51,51 24,30 1,94 5,62 1,64 37 Kelapadua, Jatimulya, Pedes S3n Lokal Irigasi Teknis 1,74 19,52 43,96 28,99 5,80 5,71 1,66 38 Kp. Cikande, Cikande, Cilebar S2fn Lainnya Irigasi Teknis 1,14 24,03 48,80 22,88 3,15 6,19 1,41 39 Kp. Cikangkung, Ciptamargi, Cilebar S2fn Lainnya Irigasi Teknis 1,04 20,11 47,67 30,34 0,85 6,13 1,59 40 Sukaratu, Cilebar S3n Lokal Irigasi Teknis 1,24 23,11 46,18 24,74 4,74 6,20 1,53 244,82 71,64

6,12 1,791 Sistem Irigasi Struktur Biaya Produksi (%)

Lokasi BCR

Gambar

Gambar 2. Diagram Alir Kerangka Penelitian
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 4. Data yang Dipakai dan Cara Perolehannya
Tabel 5. Citra MODIS Terra Aqua Yang Digunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Produktivitas tersebut lebih tinggi dari penelitian Prakasa (2014) pada tanah mineral bergambut tipe luapan B yang menghgasilkan produktivitas 1.5 ton ha -1. Pertumbuhan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah produksi pertanian sawah di Desa Pagumenganmas dapat menghasilkan 3,16 ton/ha/tahun kemudian untuk pertanian palawija ada 3

Produktivitas tanaman padi di Kecamatan Gapura masih berkisar 5-6 ton GKP/ha, diantaranya dipengaruhi oleh varietas, teknologi budidaya dan ketersediaan air irigasi. Kondisi

Apabila produktivitas kedelai 2,18 t/ha dengan asumsi harga Rp 5.558/kg di Jawa Timur, dan 1,672 t/ha dengan harga Rp 5.191/kg di Jawa Tengah, maka kedelai mempunyai

(C) sebesar 7,38 ton GKG/ha, yang diikuti oleh perlakuan ES kompos jerami 5 ton dengan 200 kg Urea, dan pupuk P distarter setara 10 kg SP-36 untuk satu hektar (D) yaitu sebanyak

Mulai Selesai Data Sekunder Data Primer Kuantitatif Deskriptif Pengggambaran kondisi luasan lahan sawah, luasan lahan irigasi, luas panen dan.. produktivitas lahan

Kegiatan pengkajian adaptasi varietas padi umur ultra genjah/super genjah dengan hasil 20 ton/tahun di lahan sawah irigasi Kalimantan Selatan selain bertujuan

Pengkajian dilakukan dengan tujuan diperolehnya informasi keragaan produktivitas padi varietas Inpari 13 di lahan sawah irigasi intensif pada agroekologi yang