• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI IP 300 DI LAHAN SAWAH IRIGASI SEMI INTENSIF KALIMANTAN SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI IP 300 DI LAHAN SAWAH IRIGASI SEMI INTENSIF KALIMANTAN SELATAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 213

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

IP 300 DI LAHAN SAWAH IRIGASI SEMI INTENSIF

KALIMANTAN SELATAN

Sumanto dan Rosita Galib

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl P. Batur Barat no 4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

e-mail : sumantoma@gmail.com

ABSTRAK

Kegiatan dilaksanakan di lahan sawah irigasi semi intensif Kecamatan Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Kegiatan melibatkan 6 orang petani dan masing-masing tiga kali tanam padi selama satu tahun. Ukuran petak 1.000 m2, sehingga luasan menjadi 0,6 hektar per musim atau 1,8 hektar per tahun. Pola tanam disusun sebagai berikut : (1). Pola petani : Padi (VU) – bera – Padi (VU); (2). Pola introduksi I : Padi umur super genjah – padi umur super genjah – padi umur super genjah. (alterntif varietas : Inpari 12 – Inpari Sidenuk – Inpari 20 ); (3). Pola introduksi II : padi umur ultra genjah – padi umur super genjah - padi umur super genjah. (alternatif varietas : Silugonggo – inpari 11 – Inpari 19). Pengolahan tanah dilaksanakan secara sempurna dan pengelolaan tanaman dengan menggunakan pendekatan PTT padi lahan sawah irigasi. Hasil pengkajian produksi padi meningkat sebesar 30% - 60 % perhektar pertahun. Varietas padi umur ultra genjah dan super genjah yang adaptif dan produkvitas tinggi pada lahan sawah irigasi pada musim hujan varietas Inpari-12 dapat digunakan sebagai alternatif pilihan, sedang pada musim kemarau varietas Inpari-19 dan Inpari-20 sesuai untuk menunjang IP 300 di lahan sawah irigasi. Produktivitas padi Inpari-12 yang ditanam pada musim hujan mencapai 6,69 t/ha GKG, lebih tinggi dari Silugonggo yang hanya 6,08 t/ha GKG. Sementara pada musim kemarau Inpari-19 produktivitasnya mencapai 7,56 t/ha GKG dan Inpari-20 8,87 t/ha GKG. Dampak dari kegiatan ini adalah terlaksananya tanam dan panen padi tiga kali dalam setahun dengan peningkatan produksi antara 6,77 (54,68%) t/ha/tahun GKG - 8,98 (72,54%) t/ha/tahun GKG. Peningkatan pendapatan yang diperoleh petani antara pola introduksi I Rp. 15.480.400,- – Rp. 24.412.400,- (39,99% – 81,99%) dan pola introduksi II Rp. 7.126.600 – Rp. 16.058.600,- (18,41% – 53,94%) per ha per tahun.

Kata Kunci : produksi, padi, umur genjah, sawah semi intensif

Pendahuluan

Komoditi beras masih merupakan bahan makanan pokok masyarakat di Indonesia dan Kalimantan Selatan khususnya, sehingga merupakan komoditi yang memiliki peran penting. Padi merupakan salah satu komoditas unggulan di Kalimantan Selatan selain jagung dan jeruk. Padi diusahakan di lahan rawa, di lahan kering, lahan sawah tadah hujan dan di lahan sawah irigasi.

Lahan sawah irigasi berdasarkan data dari dinas tanaman pangan propinsi Kalimantan Selatan (Distan Provinsi Kalsel, 2008) tersebar di beberapa kabupaten yang

(2)

Sumanto dan Rosita Galib : Peningkatan produksi dan produktivitas petani padi | 214 potensinya cukup luas yaitu di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Banjar, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Tabalong dan lain-lain dengan luasan mencapai ± 15.000 ha. Pola tanam dua kali dalam setahun dengan pola padi – padi - bera, dengan produksi  11 t/ha/tahun, sudah diterapkan sebagian petani di lahan sawah irigasi Kalimantan Selatan (Sabran, et al, 2007). Varietas padi unggul seperti Ciherang dan IR-42 yang umurnya masih di atas 110 hari sudah biasa digunakan petani. Introduksi Varietas Ultra Genjah/Super Genjah dengan umur kurang dari 110 hari dan dengan meningkatkan Intensitas Pertanaman (IP) menjadi 300 dengan pola padi - padi – padi , diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman menjadi  20 t/ha. Luas tanam padi di Kalimantan Selatan adalah 519.286 Ha dengan produktivitas 3,86 t/ha, (Distan Provinsi Kalsel, 2008).

Kegiatan pengkajian adaptasi varietas padi umur ultra genjah/super genjah dengan hasil 20 ton/tahun di lahan sawah irigasi Kalimantan Selatan selain bertujuan untuk menginformasikan, menyebarluaskan, tersedianya pilihan varietas dan teradopsinya varietas-varietas padi unggul umur ultra genjah/super genjah produksi Badan Litbang Pertanian dalam rangka mendukung berlanjutnya Swasembada padi, juga untuk mengetahui, (1) varietas unggul baru padi umur ultra genjah dan super genjah yang adaptif di lahan sawah irigasi Kalimantan Selatan, (2) untuk mendapatkan 2-3 varietas padi umur ultra genjah dan super genjah, produktivitas tinggi dan diterima di llahan sawah irigasi di Kalimantan Selatan.

Metodologi

Pendekatan

Kegiatan pengkajian ini difokuskan pada upaya peningkatan produksi/ produktivitas padi di lahan sawah irigasi Kalimantan Selatan. Kegiatan dilaksanakan dengan cara bekerja sama dengan petani kooperator yang inovatif. Kegiatan dimulai pada MH 2011. Kegiatan ini, dirancang dalam 3 kegiatan yaitu : 1) MT I (Mh 2011/2012) Tanam padi umur ultra genjah; 2). MT 2 (MK I) tanam padi umur super genjah; 3). MT 3 (MK II 2012) Tanam padi umur super genjah; 3. Analisa finansial dan Preferensi petani terhadap varietas padi super/ultra genjah dan IP 300 di sawah Lahan Irigasi Kalimantan Selatan. Sebagai pembanding digunakan varietas Ciherang.

Ruang Lingkup Kegiatan

1. Pengkajian/Penelitian langsung (on-farm)

Petani koperator dipilih sebanyak 6 orang, dengan Ukuran petak 1.000 m2, sehingga luasan menjadi 0,6 hektar per musim atau 1,8 hektar per tahun. Pola tanam disusun sebagai berikut :

a. Pola petani : Padi (VU) – bera – Padi (VU).

b. Pola introduksi I : Padi umur super genjah – padi umur super genjah – padi umur super genjah. (alterntif varietas : Inpari 12 – Inpari Sidenuk – Inpari 20)

c. Pola introduksi II : padi umur ultra genjah – padi umur super genjah padi umur super genjah. (alternatif varietas : Silugonggo – inpari 11 – Inpari 19)

d. Analisa finansial (input-output) dan preferensi petani terhadap IP-300 dan adaptasi varietas padi unggul super/ultra genjah di lahan sawah irigasi Kalimantan Selatan.

(3)

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 215 2. Pola Tanam

2012 2013

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

Silugonggo Inpari-11 Inpari-19 Inpari-12 Inpari-Sidenuk Inpari-20

Gambar 1. Pola curah hujan di Kab. Hulu Sungai Selatan (Sumber: M. Noor, dkk 1997)

Kegiatan 1 adalah kegiatan yang biasa dilaksanakan petani, digunakan sebagai pembanding, kegiatan 2 dan 3 merupakan pola introduksi.

Pengolahan tanah dilaksanakan secara sempurna (luku dua kali, kemudian digelebeg). Pengelolaan tanaman dengan menggunakan pendekatan PTT padi lahan sawah irigasi dengan komponen teknologi sebagai berikut;

- Penggunaan benih unggul baru, sehat, bermutu dan umur super genjah. - Penggunaan bibit muda 1-3 batang per rumpun (bila memungkinkan) - Penggunaan pupuk organik 2 t/ha

- Pupuk N berdasarkan BWD, P dan K berdasarkan analisa tanah (rekomendasi BBSDLP)

- Jarak tanam 20 x 20 cm/legowo pop min 250.000 rumpun - Pengendalian OPT berdasarkan konsep PHT.

- Panen dengan sabit bergerigi dan pasca panen menggunakan alat perontok.

MK I MK II MH 2012/13

(4)

Sumanto dan Rosita Galib : Peningkatan produksi dan produktivitas petani padi | 216 Bahan dan Metoda Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan pengkajian ini dilaksanakan di lokasi lahan sawah irigasi Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada dua musim yang berbeda yaitu Musim Kemarau 2011 dan musim penghujan 2011/2012. Pengkajian dilaksanakan di lahan petani, menggunakan 2-4 varietas unggul baru dan varietas pembanding (Ciherang). Pengolahan tanah dilaksanakan secara sempurna (luku 2 kali, garu dan ratakan). Benih padi sebelum disemai direndam selama 24 jam, selanjutnya benih ditiriskan kemudian diperam selama 24 jam. Calon bibit yang telah diperam selama 24 jam tersebut sebelum ditebar ketempat persemaian direndam didalam larutan Regent 2 ml/l air (0,5 liter Regent/20 kg bahan) selama 0,5 jam. Benih disebar merata ditempat persemaian yang telah disiapkan. Keperluan lahan untuk persemaian 4% dari luas lahan. Lahan persemaian diolah secara sempurna, diberi pupuk organik sebanyak 2 kg/m2. Persemaian diberi pupuk Urea, SP-36, dan KCl masing-masing 15 g/m2. Bibit umur muda (< 20 hari) ditanam sistim legowo 4:1 dengan jarak tanam 20 x 20 cm dan 1-2 bibit per lubang. Tanaman dipupuk dengan N berdasarkan BWD, pupuk P dan K berdasarkan hasil analisa tanah (rekomendasi BBSDLP) , serta diberi pupuk organik sebesar 2 t/ha. Pupuk organik diberikan pada saat menjelang pengolahan tanah kedua, sebagian N dan seluruh P dan K diberikan pada saat tanam. Pengendalian OPT berdasarkan konsep PHT. Panen dilaksanakan jika 95 % bulir padi pada malai telah berwarna kuning. Panen dilaksanakan menggunakan sabit bergerigi atau paddy mower. Gabah segera dirontok menggunakan power thresher dan dijemur pada panas matahari hingga kadar air mencapai 14 %, masukkan dalam karung dan simpan di tempat yang teduh, bersih dan kering.

Persepsi Petani

Dilakukan wawancara terhadap petani di sekitar kegiatan baik individu maupun kelompok untuk melihat penerimaan petani terhadap varietas padi unggul baru maupun terhadap pola tanam padi dengan IP. 300 yang ditawarkan. Untuk membandingkan hasil dan pendapatan pola petani dengan pola introduksi dilakukan analisa finansial, dimana data-data dikumpulkan melalui wawancara maupun penggalian langsung di lapangan.

Pengamatan/pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan meliputi data agronomi dan usahatani melalui pengamatan dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisa secara statistik.

Hasil dan Pembahasan

Hasil analisis tanah sebelum tanam diketahui, bahwa kondisi tanah cukup baik untuk tanaman padi jika dilihat dari kandungan unsur hara dan tekstur tanah. Kandungan unsur C tinggi, N dan C/N rasio sedang, kondisi yang ideal untuk tanaman padi. Kandungan P2O5 tersedia sangat rendah, namun P2O5 total yang tersedia di dalam tanah sangat tinggi. Kandungan K2O di dalam tanah rendah dan kandungan KTK di dalam tanah sangat tinggi (Tabel 1).

(5)

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 217 Tabel 1. Data hasil analisa tanah sebelum tanam (MH 2011/2012) dan setelah tanam (MK

2012) di Desa Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan No. Sifat fisik dan kimia Sebelum tanam

1) Setelah tanam2) Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 C (%) 3,45 Tinggi 1,83 Rendah

2 N tot (%) 0,252 Sedang 0,18 Rendah

3 C/N rasio 13,69 Sedang 10,24 Sedang

4 P2O5 (Bray) (ppm) 4,402 Sangat rendah 1,15 Sangat rendah 5 P2O5 (HCl 25%) (mg/100 g) 73,52 Sangat tinggi 14,61 Sedang 6 K2O (HCl 25%) (mg/100 g) 15,08 Rendah 27,08 Sedang 7 KTK (me/100 g) 52,50 Sangat tinggi 30,19 Tinggi

8 Al-dd (me/100 g) 0,00 0,00

H-dd 0,40 0,27

Kejenuhan Al (%) 0,00 0,00

Kejenuhan Basa (%) 36,318 sedang 64,19 Tinggi Basa-basa tukar

9 K (me/100 g) 0,573 Tinggi 0,17 Rendah

10 Na (me/100 g) 0,203 Rendah 0,12 Rendah

11 Mg (me/100 g) 1,855 Sangat tinggi 1,76 Sangat tinggi 12 Ca (me/100 g) 16,696 Sangat tinggi 17,32 Sangat tinggi

13 pH (H2O) 4,70 Masam 5,89 Agak masam

Tekstur 14 Pasir (%) 3,54 Liat 1,10 15 Debu (%) 27,65 41,18 16 Liat (%) 68,81 57,73

Sumber : 1)Laboratorium Balittra Banjarbaru. Th. 2011

2)Laboratorium fisika dan kimia tanah UNLAM Banjarbaru. TH. 2012 Kandungan basa-basa tukar seperti K, Mg dan Ca sangat tinggi, sementara Na rendah. Tanah memiliki pH (H2O) rendah dan kondisi demikian sebenarnya kurang ideal untuk pertumbuhan tanaman padi, sehingga pH perlu dinaikkan dengan cara penambahan kapur. Tekstur tanah didominasi oleh fraksi liat, baru diikuti fraksi debu dan pasir berturut-turut adalah 68,81%, 27,65% dan 3,54%. Berdasarkan segitiga USDA klasifikasi tanah termasuk jenis tanah liat.

Setelah panen padi ke tiga dilaksanakan analisis tanah kembali di laboratorium. Hasilnya menunjukkan bahwa kandungan C, N, C/N rasio, P2O5 tersedia, P2O5 total, KTK, K, Na dan Mg menurun. Kondisi demikian mungkin dikarenakan unsur-unsur tersebut sebagian telah tercuci di musim hujan atau karena tanaman padi ketiga hasilnya sangat tinggi, sehingga unsur-unsur hara yang ada di dalam tanah banyak terangkut untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi. Sementara itu, kandungan K2O, kejenuhan basa, Ca dan pH meningkat. Keadaan ini mungkin karena adanya pemberian KCl dan kapur

(6)

Sumanto dan Rosita Galib : Peningkatan produksi dan produktivitas petani padi | 218 setiap kali akan tanam dan adanya pengembalian sebagian sisa tanaman yang dibakar (Tabel 1).

Tabel 2. Data rata-rata komponen hasil tanaman padi saat panen MH 2011/2012 dan MK 2012, di Desa Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Komponen Ciherang

Tanam I (MH 2011/12) Tanam II (MK I 2012)

Tanam III (MK II 2012) 26 Des 11 - Mar 12 Apr 12 – 24 Jul 12 25 Agt 12 – 14 Nop

12 Inpari-12 Silugonggo

Inpari-Sidenuk Inpari-11 Inpari-20 Inpari-19 Tinggi tanaman

(cm) 103,88 82,03 89,87 122,40 100,80 90,50 104,00

Jumlah anakan

produktif (batang) 10,03 15,47 17,53 12,90 13,20 23,30 16,10 Umur dari tanam –

panen (hari) 113 84 84 87 87 81 81 Panjang malai (cm) 25,24 22,50 24,05 27,60 25,36 25,50 28,50 Jumlah gabah (bulir) 176,63 129,40 138,20 226,00 151,50 168,90 262,10 Jumlah gabah hampa (bulir) 10,30 6,20 7,10 43,40 13,60 20,60 64,50

Jumlah gabah isi

(bulir) 166,33 123,20 131,10 182,60 137,90 148,30 197,60 Hasil ubinan 2 x 3 m (kg) 4,48 4,40*) 4,00*) 3,88 3,56 5,96*) 5,08*) Kadar air (%) 22,0 18,00 18,00 20,00 20,00 20,0 20,00 Berat 1000 biji g) 25,00 24,90 28,20 25,90 25,90 25,40 *) luas ubinan 2,5 x 2,5 m.

Tabel 3. Data hasil padi yang telah dicapai sampai MK II 2012, di Desa Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Pola tanam Hasil t/ha GKG Waktu tanam Des 11 - Mar12 Apr 12 - Jul 12 Agt 12 - Nop 12 Jumlah Ciherang MH – MK (petani) 7,26 5,12 12,38 Inpari-12–Inpari-Sidenuk–Inpari 20 6,69 5,80 8,87 21,36 Silugonggo – Inpari-11 – Inpari 19 6,08 5,51 7,56 19,15 Keterangan : 26 Des 2011 tanam I; 28 Apr 2012 tanam II; 25 Agt 2012 tanam III

(7)

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 219 Hasil pengkajian menunjukkan bahwa, ternyata di lahan sawah irigasi semi intensif yang kondisi airnya masih terbatas, menggunakan varietas padi umur super/ultra genjah dan pengaturan waktu tepat, dapat ditanami dan panen padi tiga kali dalam satu tahun. Tanam kedua dilaksanakan dengan memanfaatkan saat lahan petani bera, yaitu bulan April. Pola tanam yang dikaji adalah sebagai berikut; (1) Pola introduksi I : Padi umur super genjah – padi umur super genjah – padi umur super genjah. (alterntif varietas : Inpari 12 – Inpari Sidenuk – Inpari 20 ). Total hasil gabah yang diperoleh selama satu tahun dengan tiga kali panen sebesar 21,36 t/ha GKG, lebih tinggi dari gabah yang dihasilkan petani dengan dua kali panen sebesar 12,38 t/ha GKG. (2) Pola introduksi II : padi umur ultra genjah – padi umur super genjah padi umur super genjah. (alternatif varietas : Silugonggo – inpari 11 – Inpari 19). Total hasil gabah yang diperoleh selama satu tahun dengan tiga kali panen sebesar 19,15 t/ha GKG, lebih rendah bila dibandingkan dengan pola introduksi I, namun masih jauh lebih tinggi dari gabah yang dihasilkan petani dengan dua kali panen sebesar 12,38 t/ha GKG (Tabel 3).

Tabel 4. Waktu yang telah Digunakan untuk panen tiga kali dalam satu tahun di Desa Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Keterangan Waktu tanam Waktu panen Jumlah hari

Tanam I 26 Des 2012 20 mar 2012 84

Tanam II 28 Apr 2012 24 Juli 2012 87

Tanam III 25 Agt 2012 14 Nop 2012 81

Total hari 252

Keterangan : umur semai 17 – 20 hari

Total waktu yang telah dipakai untuk tiga kali tanam dan panen adalah 252 hari, dengan perincian, waktu pertanaman pertama menghabiskan waktu 84 hari, waktu pertanaman kedua 87 hari dan waktu pertanaman ke tiga menghabiskan waktu 81 hari. Sebenarnya total waktu tanam sampai panen dapat dipersingkat lagi, jika petani tidak memperlambat saat panen padinya, sebab dari hasil pemantauan di lapangan beberapa hari sebelum tanggal panen yang disepakati, secara fisiologi tanaman padi telah masak (Tabel 4).

Hasil analisis finansial usahatani padi seluas 1 Ha, MH 2011/2012 (tanam ke I), di Desa Telaga Langsat diketahui bahwa; (1) Varietas padi Ciherang, total input mencapai Rp. 4.917.200 - 9.383.20,- dengan output mencapai Rp. 28.314.000,- sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp. 23.396.800 – 18.930.800,- dan R/C ratio sebesar 5,76 - 3,02; (2) MK 2012 (tanam ke II) Varietas padi Ciherang, total input mencapai Rp. 4.660.400 – 9.126.400,- dengan output mencapai Rp. 19.968.000,- sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp. 15.307.600 – 10.841.600,- dan R/C ratio sebesar 4,28 - 2,19. (Tabel 5 dan 6).

(8)

Sumanto dan Rosita Galib : Peningkatan produksi dan produktivitas petani padi | 220 Tabel 5. Total biaya dan pendapatan usahatani padi pola introduksi dengan tiga kali tanam

selama satu tahun di Desa Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Tanam ke

Pola tanam introduksi

Inpari 12-Inpari Sidenok - Inpari 20 Silugonggo-Inpari 11- Inpari 19 Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) R/C Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) R/C I 9.654.800 16.436.200 2,70 9.581.600 14.130.400 2,47 II 9.548.000 13.072.000 2,37 9.513.200 11.975.800 2,26 III 9.916.400 24.676.600 3,49 9.759.200 19.724.800 3,02 Total 29.119.200 54.184.800 28.854.000 45.831.000 Tabel 6. Total biaya dan pendapatan usahatani padi pola petani dua kali tanam selama satu

tahun di Desa Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Tanam ke Pola petani Ciherang-Ciherang Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) R/C I 4.917.200 – 9.383.200 23.396.800 – 18.930.800 5,76 -3,02 II 4.660.400 – 9.126.400 15.307.600 – 10.841.600 4,28 – 2,19 III - - - Total 9.577.600 – 18.509.600 38.704.400 – 29.772.400

Pada Tabel 5 dapat dikemukakan bahwa, total biaya usahatani padi pola introduksi I (Inpari 12-Inpari Sidenok - Inpari 20) dengan tiga Kali tanam selama satu tahun di Desa Telaga Langsat mencapai Rp. 29.119.200,- dengan total pendapatan mencapai Rp.54.184.800,-. Besarnya total biaya yang dikeluarkan tersebut meliputi, biaya usahatani padi tanaman pertama sebesar Rp. 9.654.800,- ditambah biaya usahatani padi tanaman kedua sebesar Rp. 9.548.000,- dan ditambah biaya usahatani padi tanaman ketiga sebesar Rp. 9.916.400,-. Sementara besarnya pendapatan yang diperoleh berasal dari pendapatan panen padi pertama sebesar Rp. 16.436.200,- ditambah pendapatan panen padi kedua sebesar RP. 13.072.000,- dan ditambah pendapatan panen padi ketiga sebesar Rp. 24.676.600,-.

Total biaya usahatani padi pola petani dengan dua kali tanam selama satu tahun (Ciherang-Ciherang) di Desa Telaga Langsat mencapai Rp. 9.577.600,- - Rp. 18.509.600,- dengan total pendapatan mencapai Rp. 38.704.400 – 29.772.400,- (Tabel 6).

(9)

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 221 Tabel 7. Peningkatan produksi dan pendapatan petani padi di Desa Telaga Langsat,

Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2012

Pola introduksi Total produksi (ton) Peningkatan (ton) Pendapatan (Rp) Peningkatan (Rp) Pola petani 12,38 38.704.400 – 29.772.400 Pola introduksi I (Inpari 12-Inpari Sidenok - Inpari 20) 21,36 8,98 (72,54%) 54.184.800 15.480.400– 24.412.400 (39,99% – 81,99%) Pola introduksi II (Silugonggo-Inpari 11- Inpari 19) 19,15 6,77 (54,68%) 45.831.000 7.126.600 – 16.058.600 (18,41% – 53,94%)

Petani yang biasa tanam padi dua kali dalam satu tahun dengan menggunakan varietas Ciherang memperoleh hasil padi sebesar 12,38 t/ha/tahun, dengan pendapatan berkisar antara Rp. 38.704.400,- – Rp. 29.772.400,-. Menanam padi tiga kali dalam satu tahun (pola introduksi I menggunakan varietas Inpari 12 - Inpari Sidenok dan Inpari 20), petani memperoleh hasil padi sebesar 21,36 t/ha/tahun, produksi meningkat 8,98 t/ha/tahun GKG (72,54%). Pendapatan yang diperoleh petani sebesar Rp. 54.184.800,- atau meningkat sebesar 15.480.400– 24.412.400 (39,99% – 81,99%). Sementara dengan pola introduksi II (Silugonggo-Inpari 11- Inpari 19), petani memperoleh hasil sebesar 19,15 t/ha/tahun GKG, produksi meningkat 6,77 t/ha/tahun GKG (54,68%). Pendapatan yang diperoleh petani sebesar Rp. 45.831.000,- atau meningkat sebesar Rp. 7.126.600,- – Rp. 16.058.600,- (18,41% – 53,94%) dibanding petani (Tabel 7).

Persepsi Petani

Untuk mengetahui persepsi terhadap varietas padi yang ditanam, maka responden diajak melihat secara langsung kondisi fisik tanaman di lapangan. Selanjutnya diedarkan blanko yang berisi catatan tentang parameter tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, penampilan batang, daun bendera, panjang malai, jumlah gabah per malai, bentuk gabah, warna gabah dan lain-lain. Responden diminta menilai parameter tersebut dengan nilai skor 1. (tidak suka), 2. (kurang suka), 3. (sedang), 4. (suka) dan 5. (sangat suka).

Tabel 7 diketahui bahwa, dari 10 responden yang diminta untuk menilai tanaman padi ternyata padi varietas Inpari-12 memiliki nilai 320, lebih tinggi dari varietas Silugonggo yang hanya meraih nilai sebesar 278. Nilai tersebut menunjukkan bahwa varietas Inpari-12 lebih disukai responden dari pada Silugonggo. Sebagai bahan pertimbangan di lokasi kegiatan pernah ditanam padi varietas Silugonggo, sehingga petani telah mengetahui kekurangan varietas Silugonggo, seperti tektur nasi kurang disukai responden karena sangat keras.

Saat panen tanaman kedua juga dilakukan uji preferensi, metode dan parameter yang dinilai juga hampir sama dengan tanaman pertama. Hasilnya menunjukkan bahwa responden lebih menyukai varietas padi Inpari Sidenok dari pada Inpari-11. Dari 10 responden yang diminta untuk menilai, Varietas padi Inpari Sidenok memperoleh nilai total sebesar 291, sementara varietas padi Inpari-11 hanya meraih nilai 255 (Tabel 8).

(10)

Sumanto dan Rosita Galib : Peningkatan produksi dan produktivitas petani padi | 222 Tabel 8. Rekapitulasi preferensi petani terhadap varietas padi Inpari-12 dengan Silugonggo

(panen I); Inpari Sidenok dengan Inpari-11 (panen II) Inpari-19 dengan Inpari-20 (panen III) di Desa Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan

No Responden Jumlah nilai varietas

Tanam I Tanam II Tanam III

Inpari-12 Silugonggo Inpari

Sidenok Inpari-11 Inpari-19 Inpari-20

1 Anwari 34 35 2 Zuraida 36 36 3 W. Abdi 37 37 4 M. juhdi 38 37 5 Muhyar 35 37 6 A. Suhaimi 30 27 29 25 35 36 7 Saberan 35 36 8 A. Johansyah 33 26 27 25 34 36 9 Saifullah 36 36 10 Misbah 36 36 11 Darmansyah 34 36 12 Endang 36 37 13 Jarkasi 36 37 14 Kaspul 35 38 15 Prida H. 34 36 16 Muslih 33 28 28 25 17 Muhyani 31 27 18 Rukiyah 29 24 19 Syahrani 31 26 20 H. Mursid 33 28 28 25 21 Rusli A 33 26 30 27 22 Alma 30 26 23 Anan Efendi 31 26 28 25 24 Miftha U 33 31 25 Fadillah 32 31 26 Yayan 28 25 27 Jalmini 34 30 Total 320 278 291 255 531 546

Saat kegiatan Temu Lapang, disamping dilakukan panen ubinan juga dilakukan penilaian fisik terhadap varietas padi yang ditanam. Metode dan parameter yang dinilai juga hampir sama dengan penilaian yang dilakukan saat tanam pertama maupun tanam kedua, namun saat temu lapang responden yang digunakan lebih banyak dan komposisinya lebih

(11)

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 223 variatif (ada petugas, kepala Desa, ketua Gapoktan, ketua Poktan dan petani). Dari 15 responden, ternyata penampilan varietas padi Inpari-20 lebih disukai responden dari pada varietas padi Inpari-19, namun demikian penampilan fisik di lapangan kedua varietas tersebut sama-sama disukai petani, terbukti memiliki nilai yang sangat tinggi dan kecil sekali selisihnya.

Kesimpulan

Varietas padi umur ultra genjah dan super genjah yang adaptif dan produkvitas tinggi pada lahan sawah irigasi pada musim hujan varietas Inpari-12 dapat digunakan sebagai alternatif pilihan, sedangkan pada musim kemarau varietas Inpari-19 dan Inpari-20 sesuai untuk menunjang IP 300 di lahan sawah irigasi.

Produktivitas padi Inpari-12 yang ditanam pada musim hujan mencapai 6,69 t/ha GKG, lebih tinggi dari Silugonggo yang hanya 6,08 t/ha GKG, sementara pada musim kemarau Inpari-19, dan 20 produktivitasnya masing-masing mencapai 7,56 t/ha GKG dan 8,87 t/ha GKG.

Dampak dari kegiatan ini adalah terlaksananya tanam dan panen padi tiga kali dalam setahun, dengan peningkatan produksi antara 6,77 (54,68%) t/ha/tahun GKG - 8,98 (72,54%) t/ha/tahun GKG. Peningkatan pendapatan yang diperoleh petani antara pola introduksi I Rp. 15.480.400,- – Rp. 24.412.400,- (39,99% – 81,99%) dan pola introduksi II Rp. 7.126.600 – Rp. 16.058.600,- (18,41% – 53,94%) per ha per tahun.

Daftar Pustaka

Amali, N., Sumanto dan Aidi, N., 2007. Deskripsi Varietas Unggul Padi. Badan Litbang Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan selatan. Banjarbaru. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. IP Padi 400 untuk Penuhi Kebutuhan

Pangan. http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/698/. 29 Apr 2009 Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Workshop IP Padi 400.

http://bbpadi.litbang.deptan.go.id. 18-12-2010

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2008. Inovasi Teknologi Padi Mengantisipasi Perubahan Iklim Global Dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan. Buku Panduan PPN III 2008. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi). Sukamandi. Pedoman Umum IP Padi 400http://www.litbang.deptan.go.id/download/one/32/

Peningkatan Produksi Padi Melalui Pelaksanaan IP-400. http://jambi.litbang.deptan.go.id. 06 Januari 2010

Dinas Pertanian, 2004. Laporan Tahunan Dinas Pertanian. Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Dinas Pertanian. Banjarbaru.

Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan, 2007. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tahun 2006. Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru.

(12)

Sumanto dan Rosita Galib : Peningkatan produksi dan produktivitas petani padi | 224 Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan, 2005. Pemetaan Daerah Serangan Organisme

Pengganggu pada Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Selatan. Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru.

Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan, 2008. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tahun 2007. Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru.

Suprihatno, B., Aan A.Daradjat, Satoto, Baehaki, S.E., N.Widiarta, A.Setyono, S.D. Indrasari, Ooy S.lesmana, dan H.Sembiring, 2009. Diskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi

Riva’i, A., 2008. Hulu Sungai Selatan Dalam Angka 2007/2008. Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Kandangan.

Sumanto, N. Amali, ES. Rohaeni, R. Qomariah, T. Wibik dan L. Pramudiyani, 2007. Laporan Akhir Kegiatan Prima Tani Lahan Sawah Semi Intensif di Desa Mandala, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan selatan. Banjarbaru, 54 hal

Sumanto, ES. Rohaeni, N. Amali, R. Qomariah, T. Wybik, SN. Awaliyah dan K. Anwar, 2007. Laporan Baseline Survey Desa Mandala, Kecamatan Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Pemerintah Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan- Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan. Banjarbaru, 27 hal.

Gambar

Gambar 1.  Pola curah hujan di Kab. Hulu Sungai Selatan  (Sumber: M. Noor, dkk 1997)
Tabel 2.   Data rata-rata komponen hasil tanaman padi saat panen MH 2011/2012 dan MK  2012, di Desa Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya pendidikan pancasila saya menyadari bahwa ini sangat penting untuk menunjang kehidupan saya untuk lebih memperhatikan norma-norma yang berlaku pada

Hasil deskripsi data setelah menerapkan latihan volley dengan metode down the line volley dan metode volley against the fence terhadap kemampuan volley pada

Masing kurang dari indicator pencapaian siklus I sebesar 85% atau lebih. Maka dilanjutkan diskusi pembelajaran dengan Metode Problems Based Learning pada siklus II. Namun karena

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya, sehingga Praktek Kerja Lapang (PKL) tentang Pembenihan ikan Sumatra Albino

a. Pernyataan tidak puas secara tertulis; d. Pembebasan dari jabatan.. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Putra Widanis, S.STP, M.Si. selaku kepala Bidang Pembinaan

As its bearing capacity has not been fully proved, load tests (including a static axial com- pressive load test, a rapid load test, and a dynamic load test) were conducted to

Menurut hasil penelitian Gunawan (2004), bumil yang tidak mengkonsumsi tablet besi (Fe) mempunyai peluang untuk menderita anemia sebesar 3,48 kali lebih

Dari unsur tersebut maka perbuatan yang dapat digolongkan sebagai gratifikasi adalah perbuatan menerima pemberian tersebut dilakukan oleh pegawai negeri atau