• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kampanye Sarapan Sehat Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Kebiasaan Sarapan Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kampanye Sarapan Sehat Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Kebiasaan Sarapan Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Bogor"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Kampanye

Sarapan Sehat Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Kebiasaan Sarapan Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Bogor” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Ratu Diah Koerniawati

(2)

KEBIASAAN SARAPAN ANAK SEKOLAH DASAR

DI KABUPATEN BOGOR

RATU DIAH KOERNIAWATI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(3)

KEBIASAAN SARAPAN ANAK SEKOLAH DASAR

DI KABUPATEN BOGOR

RATU DIAH KOERNIAWATI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(4)

RATU DIAH KOERNIAWATI. Pengaruh Kampanye Sarapan Sehat Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Kebiasaan Sarapan Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DODIK BRIAWAN dan IKEU EKAYANTI.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kampanye sarapan sehat terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan kebiasaan sarapan anak sekolah dasar di Kabupaten Bogor. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengidentifikasi karakteristik anak; (2) Menganalisis pengaruh intervensi kampanye sarapan sehat terhadap perubahan pengetahuan anak; (3) Menganalisis pengaruh intervensi kampanye sarapan sehat terhadap perubahan sikap anak; (4) Menganalisis pengaruh intervensi kampanye sarapan sehat terhadap perubahan kebiasaan sarapan anak.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy experimental study, yaitu contoh diberikan intervensi untuk perbaikan pengetahuan, sikap, dan kebiasaan sarapan. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor yang terdiri dari sembilan desa yaitu Babakan, Balumbang Jaya, Ciampea, Cibanteng, Ciherang, Cihideung Udik, Margajaya, Sinar Sari, dan Situgede. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan dua tahap, tahap pertama adalah pengambilan data dasar oleh enumerator pada bulan November-Desember 2012 dan tahap kedua adalah pengolahan data yaitu pada bulan Maret-Juni 2013.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari penelitian “Gerakan Sarapan Sehat Melalui Kampanye Terintegrasi Antara Ibu, Anak, Guru, dan Masyarakat oleh Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor”. Contoh dalam penelitian ini adalah 229 siswa sekolah dasar kelas satu sampai kelas enam dari sembilan desa di Kabupaten Bogor. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diantaranya adalah data karakteristik anak, kebiasaan sarapan anak, pengetahuan anak, dan sikap anak. Proses pengambilan data oleh enumerator dilakukan di TPA pada masing-masing desa setelah kegiatan belajar, kemudian semua anak yang hadir diberikan pre test sebelum diberikan intervensi dan post test satu minggu setelah intervensi sarapan sehat.

(5)

49.8%. sebagian besar contoh berada pada rentang usia 7-9 tahun sebesar 49.8%. Umumnya contoh berada di kelas 5 SD yaitu sebesar 23.1%. Status gizi contoh sebagian besar memiliki status gizi normal sebesar 65.6%. Media pendidikan yang digunakan yaitu penyuluhan (power point), wayang-wayangan, kartu bergambar, dan drama.

Secara umum, rata-rata skor pengetahuan setelah intervensi kampanye sarapan sehat meningkat. Peningkatan rata-rata skor tertinggi terdapat pada penggunaan media kartu bergambar sebesar 19.55 (sebelum intervensi kampanye sarapan sehat 53.68 ± 1.28 menjadi 73.23 ± 1.14). Hasil uji paired t-test

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total skor pengetahuan sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat (p<0.05). Hasil uji ANOVA setelah intervensi kampanye sarapan sehat menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar media intervensi kampanye sarapan sehat yang digunakan (p<0.05). Hasil uji lanjut ANOVA menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada media power point, wayang-wayangan, dan drama terhadap media kartu bergambar. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap proporsi kategori pengetahuan sebelum dan setelah intervensi (<0.05).

Secara umum, rata-rata skor sikap setelah intervensi kampanye sarapan sehat meningkat. Peningkatan rata-rata skor tertinggi terdapat pada penggunaan media kartu bergambar sebesar 10.86 (sebelum intervensi kampanye sarapan sehat 80.98 ± 1.16 menjadi 91.84 ± 1.09). Hasil uji paired t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total skor sikap sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat (p<0.05). Hasil uji ANOVA sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar media intervensi kampanye sarapan sehat yang digunakan (p<0.05). Hasil uji lanjut ANOVA setelah intervensi kampanye sarapan sehat menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada media power point, wayang-wayangan, dan drama terhadap media kartu bergambar. Hasil uji

Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap proporsi kategori sikap sebelum dan setelah intervensi (p<0.05).

Terdapat peningkatan kebiasaan sarapan contoh yang melakukan sarapan setelah intervensi yaitu menjadi 81.7%. Sebagian besar contoh melakukan sarapan setiap hari setelah intervensi (65.9%). Waktu sarapan contoh terjadi peningkatan pada pukul 06.00-09.00 (38%). kebiasaan jajan anak setelah intervensi menurun yaitu sebesar 83.8%. kebiasaan membawa bekal setelah intervensi mengalami peningkatan dari sebelum intervensi yaitu sebesar 60.3%.

(6)

Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Kebiasaan Sarapan Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DODIK BRIAWAN dan IKEU EKAYANTI.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kampanye sarapan sehat terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan kebiasaan sarapan anak sekolah dasar di Kabupaten Bogor. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi ekperimental semu. Contoh penelitian adalah anak sekolah dasar berjumlah 229 siswa dari sembilan desa di Kabupaten Bogor. Media pendidikan gizi yang digunakan adalah power point, wayang, kartu bergambar, dan drama. Skor pengetahuan sebelum intervensi sebesar 52.93 ± 1.32 dan meningkat menjadi 63.13 ± 1.29 setelah intervensi. Skor sikap sebelum intervensi 79.03 ± 1.18 dan meningkat menjadi 87.41 ± 1.13 setelah intervensi. Persentase contoh yang memiliki kebiasaan sarapan sebelum intervensi sebesar 78.2% dan meningkat menjadi sebesar 81.7% setelah intervensi. Hasil analisis ANOVA pada pengetahuan dan sikap tentang sarapan sehat menunjukkan perbedaan yang signifikan antara media intervensi power point, wayang, dan drama terhadap kartu bergambar. Skor pengetahuan dan sikap tertinggi terdapat pada penggunaan media kartu bergambar, yaitu 73.23 ± 1.14 dan 91.84 ± 1.09. Media intervensi dengan kartu bergambar memberikan perubahan peningkatan yang paling tinggi pada pengetahuan, sikap, dan kebiasaan sarapan pada anak sekolah dasar.

Kata kunci: anak sekolah dasar, pendidikan gizi, sarapan

ABSTRACT

RATU DIAH KOERNIAWATI. Effect of Healthy Breakfast Campaign to Changes of Knowledge, Attitude, and Breakfast Habits for Elementary School In Bogor District. Supervised by DODIK BRIAWAN and IKEU EKAYANTI.

The purpose of this study was to analyze the effect of a healthy breakfast campaign against to the changes in knowledge, attitudes, and breakfast habits among elementary school children in Bogor district. Design used in this study was a quasy experimental study. Examples in this study were 229 elementary school children in the nine villages in Bogor district. Nutrition education media used in this study were power point, puppets, picture cards, and drama. Knowledge score before intervention was 52.93 ± 1.32 and increased to 63.13 ± 1.29 after the intervention. The attitude scores before intervention was 79.03 ± 1.18 and increased to 87.41 ± 1.13 after the intervention. The percentage of samples that have a habit of breakfast before intervention was 78.2% and increased to 81.7% after intervention. The result of ANOVA analysis in knowledge and attitude showed that there was a significant difference between media intervention of power point, puppet, and drama to picture cards. Highest scores of knowledge and attitude was in picture cards there were 73.23 ± 1.14 and 91.84 ± 1.09. Media intervention by picture cards give highest change to increased knowledge, attitude, and habits breakfast for elementary school children.

(7)

Nama : Ratu Diah Koerniawati

NIM : I14114003

Disetujui oleh

Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS Ketua Departemen

(8)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul penelitian ini

adalah “Pengaruh Kampanye Sarapan Sehat Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Kebiasaan Sarapan Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Bogor”. Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Budi Setiawan, MS selaku Ketua Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB.

2. Bapak Dr. Ir Dodik Briawan, MCN selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dr. Ir Ikeu Ekayanti, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, saran, kritik, dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi;

3. Ibu Leily Amalia Furkon, S.TP, M.Si selaku dosen pemandu seminar sekaligus penguji skripsi yang telah memberikan banyak masukkan untuk kesempurnaan skripsi ini;

4. Keluarga tersayang Bapak, Ibu, Aa Arief, dan Ade Tika atas kasih sayang, dukungan, dan doa yang tiada hentinya diberikan kepada penulis;

5. Mbak Anna, Mbak Rian, Mbak Inne yang sudah membantu dalam proses pengolahan data dan pengurusan akademik lainnya; dan

6. Teman-teman seperjuangan, Alih Jenis Gizi 5 yang telah memberikan dukungannya terhadap penyelesaian skripsi ini.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2013

(9)

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Kegunaan Penelitian 3

Kerangka Penelitian 3

METODE 5

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 5

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Teknik Intervensi Kampanye Sarapan Sehat 6

Pengolahan dan Analisis Data 8

Definisi Operasional 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Karakteristik Contoh 13

Kampanye Sarapan Sehat 15

Pengetahuan Sarapan 16

Sikap Sarapan 18

Kebiasaan Sarapan 20

SIMPULAN DAN SARAN 27

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 32

(10)

2 Pengkategorian skor pengetahuan dan sikap 11 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh 13 4 Rata-rata skor pengetahuan sebelum dan setelah intervensi kampanye

sarapan sehat

16

5 Rata-rata skor sikap sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat

19

6 Asupan energi dan zat gizi serta kontribusi sarapan terhadap AKG 25

DAFTAR GAMBAR

1 Skema kerangka pemikiran penelitian 4

2 Skema penarikan contoh 5

3 Tahap pemberian dan pengukuran efek intervensi kampanye sarapan sehat

7

4 Sebaran pengetahuan sarapan sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat

18

5 Sebaran sikap sarapan sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat

20

6 Sebaran kebiasaan sarapan pagi sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat

21

7 Sebaran frekuensi sarapan pagi sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat

22

8 Sebaran waktu sarapan pagi sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat

22

9 Sebaran kebiasaan jajan sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat

23

10 Sebaran kebiasaan membawa bekal sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat

24

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis uji Paired T-Test pengetahuan 32

2 Analisis uji Paired T-Test sikap 32

3 Analisis uji Paired T-Test asupan energi dan zat gizi sarapan 33

4 Analisis uji ANOVApengetahuan 34

5 Analisis uji ANOVA sikap 35

(11)

merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Drs. H. Tb. Mokhamad Yusuf dan Ibu Dra. Hj. Rr. Yuniaruni Nugrhowati.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian zat gizi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar (Judarwanto 2007).

Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangat penting, karena pada waktu sekolah anak-anak banyak melakukan aktifitas yang membutuhkan energi cukup besar. Sarapan pagi yang baik dianjurkan memenuhi ¼ AKG sehari (Judarwanto 2007). Khomsan (2005) menegaskan bahwa dengan melakukan sarapan dapat menyumbangkan 25% dari kebutuhan total energi harian, selain itu sarapan juga terbukti efektif dalam peningkatan kebugaran dan konsentrasi dalam proses belajar. Hasil penelitian pada anak sekolah dasar di Kabupaten Bogor menunjukkan ada perbedaan yang nyata dalam kemampuan konsentrasi menggunakan uji digit simbol antara anak yang biasa sarapan dengan yang tidak biasa sarapan (Saidin 1991 dalam Muchtar 2011).

Di negara-negara barat dilaporkan bahwa prevalensi anak dan remaja yang tidak terbiasa sarapan masih cukup tinggi yaitu berkisar 10%-30%, terutama ditemukan pada remaja perempuan dan anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah (Soedibyo 2009). Hasil studi lain di Indonesia sekitar 20%-40% anak-anak Indonesia tidak terbiasa untuk sarapan (Hardinsyah 2012). Perilaku kebiasaan yang masih kurang tersebut dilatarbelakangi oleh rendahnya pengetahuan anak tentang gizi dan kesehatan. Menurut Soekirman (2000 dalam Nuryati 2010), pada umumnya sikap kritis dan hati-hati dalam soal makan belum dimiliki oleh sebagian besar anak di Indonesia. Anak-anak yang mempunyai pengetahuan gizi yang baik, akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya terkait dengan pangan yang dikonsumsi sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizinya.

Pendidikan atau penyuluhan gizi adalah pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam meningkatkan perbaikan pangan dan status gizi (Suhardjo 1989 dalam Madanijah 2004). Pendidikan gizi diperlukan oleh anak usia sekolah sebagai sarana dalam menunjang status kesehatan anak yang merupakan upaya peningkatan kemandirian dan sikap kritis anak dalam menjaga kesehatannya, terutama untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan kebiasaan sarapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pendidikan gizi yang mengajarkan pesan-pesan positif tentang diet berpotensi dapat meningkatkan perilaku diet dan meningkatkan pengetahuan gizi pada anak-anak (Power AR et al. 2005). Salah satu bentuk pendidikan gizi yang dapat dilakukan ialah kampanye sarapan sehat yang bisa disampaikan dengan menggunakan berbagai media pendidikan gizi.

(13)

mengenai sarapan kepada anak-anak dan ibu, lomba memasak menu sarapan oleh ibu, lomba bercerita oleh anak, dan seminar yang dihadiri oleh guru, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan perangkat desa. Kampanye sarapan sehat ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang sarapan sehingga dapat merubah sikap terhadap sarapan yang pada akhirnya menjadikan sarapan sebagai kebiasaan makan yang baik dan teratur bagi anak, keluarga, dan masyarakat umum sehingga dapat menunjang aktifitas fisik dan mempertahankan atau meningkatkan status gizi yang baik.

Media merupakan salah satu komponen penting yang berfungsi membantu dalam menyampaikan pesan dari penyuluh kepada sasaran. Penggunaan media memiliki banyak manfaat, antara lain memudahkan penyampaian pesan, dapat menjangkau sasaran yang lebih banyak, yang aksesnya jauh dari sumber pesan, efisiensi waktu dan dapat meminimalkan kesalahpahaman penerima pesan. Media yang tepat akan menimbulkan semangat belajar saat interaksi siswa dengan lingkungan dan memungkinkan siswa belajar sendiri sesuai dengan minat dan kemampuannya. Agar informasi dapat diterima sesuai dengan keinginan dari penyampai pesan, maka media yang digunakan harus dibuat dengan tidak mengesampingkan syarat media yang baik dan benar (Sadiman et al. 2009 dalam Kuhu 2011). Pada penelitian ini, media yang digunakan terdiri dari 4 jenis yaitu menggunakan power point, wayang-wayangan, kartu bergambar, dan drama.

Mengingat pentingnya kebiasaan sarapan terutama di kalangan anak sekolah, menuntut siswa untuk mendapatkan pendidikan gizi dengan media yang sesuai dan efektif. Media yang baik dapat menyampaikan pesan, diterima, dan mencapai sasaran dengan baik. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji perubahan peningkatan pengetahuan, sikap dan kebiasaan sarapan pada siswa sekolah dasar setelah diberikan kampanye sarapan sehat melalui berbagai media pendidikan yang digunakan.

Tujuan

Tujuan umum

Menganalisis pengaruh kampanye sarapan sehat terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan kebiasaan sarapan anak sekolah dasar di Kabupaten Bogor.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini antara lain : 1. Mengidentifikasi karakteristik anak

2. Menganalisis pengaruh intervensi kampanye sarapan sehat terhadap perubahan pengetahuan sarapan anak

3. Menganalisis pengaruh intervensi kampanye sarapan sehat terhadap perubahan sikap sarapan anak

(14)

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh beberapa media pendidikan gizi terutama mengenai pentingnya sarapan terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan kebiasaan sarapan anak sekolah dasar di Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membantu orang tua dan anak-anak dalam membangun kebiasaan sarapan yang baik dan teratur sehingga dapat menunjang aktifitas fisik dan meningkatkan status gizi yang baik.

Kerangka Pemikiran

Masa di sekolah dasar adalah masa yang tepat untuk mendapatkan pendidikan gizi, karena proses berfikir dan proses berkehendak mulai berperan dalam perilaku makan seorang anak. Pendidikan gizi adalah proses belajar dalam bidang gizi sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi yang lebih baik.

Dalam pendidikan gizi terdapat intervensi yang diberikan, yaitu informasi yang disampaikan melalui media baik audio, visual, dan kombinasinya sehingga rangsangan-rangsangan visual dapat diterima anak dengan lebih baik. Program pendidikan gizi bagi anak penting dilakukan agar pengetahuan, sikap, dan kebiasaan makan, terutama mengenai sarapan pada anak usia sekolah dasar agar menjadi lebih baik. Keberhasilan pendidikan gizi ditandai dengan adanya peningkatan pada pengetahuan, sikap, kebiasaan sarapan, dan terpenuhinya kecukupan gizi sasaran.

Karakteristik anak meliputi umur, jenis kelamin, kelas, dan status gizi. Menurut Hurlock (1999) anak usia sekolah dasar dikelompokan berdasarkan perkembangan psikologis yang disebut Late Childhood. Usia sekolah dasar dimulai pada usia 6 tahun dan berakhir pada saat individu menunjukkan kematangan seksualnya antara usia 13 sampai 14 tahun. Berdasarkan teori perkembangan kognitif dari Piaget, kemampuan intelektual anak usia 6-12 sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya (Sari 2012). Status gizi optimal dapat tercapai jika tubuh memperoleh cukup zat-zat yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan umum secara maksimal (Almatsier 2004). Kebutuhan gizi pada anak usia sekolah dibedakan menurut jenis kelamin, dimana anak laki-laki membutuhkan asupan kalori yang lebih besar karena aktivitas fisik yang lebih banyak. Sedangkan pada anak perempuan membutuhkan lebih banyak protein dan zat besi dari usia sebelumnya karena ada yang sudah mengalami masa haid (Judarwanto 2006). Hal ini dapat berdampak pada pemilihan menu dan porsi sarapan. Oleh karena itu, pemberian pendidikan gizi terutama mengenai sarapan sangat tepat dilakukan pada usia ini.

(15)

sarapan anak. Kebiasaan sarapan akan meningkatkan kecukupan zat gizi sarapan anak sehingga kontribusi sarapan (¼ AKG) dan kecukupan zat gizi sehari dapat terpenuhi.

Keterangan :

Variabel diteliti : Variabel tidak diteliti : Pengaruh diteliti : Pengaruh tidak diteliti :

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penelitian

Metode pada Kampanye Sarapan Sehat : Power point Wayang

Kartu bergambar Drama

Karakteristik Anak

Kecukupan Gizi Sehari Pengetahuan Anak

Sikap Anak

(16)

METODE

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy experimental study, yaitu contoh diberikan intervensi untuk perbaikan pengetahuan, sikap, dan kebiasaan sarapan. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor yang terdiri dari sembilan desa yaitu Babakan, Balumbang Jaya, Ciampea, Cibanteng, Ciherang, Cihideung Udik, Margajaya, Sinar Sari, dan Situgede. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan dua tahap, tahap pertama adalah pengambilan data dasar oleh enumerator pada bulan November-Desember 2012 dan tahap kedua adalah pengolahan data yaitu pada bulan Maret-Juni 2013.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah anak sekolah dasar di sepuluh desa di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Penarikan contoh dilakukan secara

purposive sampling yaitu 30 anak dari setiap desa, dengan kriteria anak sekolah dasar kelas satu sampai kelas enam dan bersedia menjadi contoh dalam penelitian. Selanjutnya data yang tidak lengkap, tidak diikutsertakan dalam pengolahan data.

Jumlah contoh awal pada penelitian ini sebanyak 300 contoh anak, namun setelah proses cleaning terjadi pengurangan contoh akibat ketidaklengkapan data (terdapat data missing) dan ketidaksesuaian kriteria yaitu anak diluar sekolah dasar. Jumlah sampel akhir yang diambil untuk pengolahan data sebanyak 229 contoh anak. Skema penarikan contoh dalam peneltian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Anak Sekolah di 10 Desa Lingkar Kampus IPB

Memenuhi kriteria (anak sekolah dasar kelas 1-6) dan bersedia mengikuti kampanye sarapan sehat di TPA

270 anak Cleaning Data :  TK (6)  SMP (7)  Data tidak

lengkap (28) 229 contoh

Gambar 2 Skema penarikan contoh Anak Sekolah di 9 Desa Lingkar Kampus IPB

(17)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari kegiatan “Gerakan Sarapan Sehat melalui Kampanye Terintegrasi Antara Ibu, Anak, Guru, dan Masyarakat oleh Departemen Gizi Masyarakat,

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor” yang diketuai oleh Dr. Ir. Ikeu Ekayanti M.Kes. Kampanye yang dilakukan terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu: 1) Pendampingan/Penyuluhan Sarapan Sehat untuk Anak SD; 2) Pendampingan/Penyuluhan untuk Ibu Anak SD; dan 3) Seminar Popular Sarapan Sehat, Lomba Menu Sarapan Sehat, Lomba Cerita Anak tentang Sarapan Sehat. Penyuluhan untuk anak SD diberikan dengan menggunakan berbagai media sebagai alat bantunya yaitu berupa power point, wayang-wayangan, kartu bergambar, dan drama.

Data primer yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data karakteristik anak, kebiasaan sarapan, pengetahuan anak, sikap anak, pengetahuan ibu, sikap ibu, dan praktek pemberian sarapan ibu. Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data karakteristik anak, kebiasaan sarapan anak, pengetahuan anak, dan sikap anak. Data terdiri dari data baseline dan endline, yaitu data sebelum dan setelah dilakukan intervensi. Data baseline dan endline dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dilakukan oleh enumerator yang berasal dari mahasiswa Gizi Masyarakat Angkatan 46 Institut Pertanian Bogor. Proses pengambilan data oleh enumerator dilakukan di TPA pada masing-masing desa setelah kegiatan belajar, kemudian semua anak yang hadir diberikan pre test

sebelum diberikan intervensi dan post test satu minggu setelah intervensi sarapan sehat.

Data karakteristik dan kebiasaan sarapan contoh dikumpulkan dengan metode wawancara langsung menggunakan kuesioner. Data karakteristik contoh meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan kelas. Data kebiasaan sarapan meliputi kebiasaan sarapan (ya/tidak), frekuensi sarapan (per minggu) contoh, waktu sarapan, kebiasaan jajan, kebiasaan membawa bekal, dan asupan zat gizi, yang diukur dua kali yaitu sebelum dan setelah intervensi. Data konsumsi makanan sarapan diperoleh dengan menggunakan metode recall 24 jam sebanyak dua kali. Data pengetahuan dan sikap contoh diperoleh melalui kuesioner pada pre test dan post test.

Teknik Intervensi Kampanye Sarapan Sehat

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pedampingan ini yaitu pre test

pengetahuan dan sikap tentang sarapan sehat, dilakukan sebelum penyampaian materi dengan tujuan untuk mengukur kondisi awal pengetahuan dan sikap anak tentang sarapan sehat, penyampaian materi dilakukan dengan berbagai media yang berbeda pada setiap desa, dan post test yang dilakukan di akhir pendampingan untuk melihat pengaruh (keberhasilan) dari penyuluhan yang disampaikan terhadap perubahan pengetahuan dan sikap anak tentang sarapan sehat.

Materi kampanye pendidikan gizi yang diberikan menggunakan materi

(18)

Terintegrasi Antara Ibu, Anak, Guru, dan Masyarakat”. Materi tersebut meliputi: 1) pengertian/arti sarapan, 2) manfaat sarapan, 3) dampak negatif tidak sarapan, 4) hubungan kebiasaan sarapan dengan kesehatan anak, kesiapan dan konsentrasi anak saat belajar, 5) memilih jenis pangan untuk membuat berbagai menu sarapan yang sehat, beragam, bergizi dan seimbang dengan harga yang terjangkau untuk sebagian besar masyarakat yang tinggal di desa lingkar kampus IPB Darmaga, Bogor.

Penyampaian materi sarapan sehat menggunakan berbagai metode cerita interaktif disertai dengan permainan edukatif dan metode permainan lainnya untuk pemantapan materi agar pemahaman dan persepsi anak tentang sarapan semakin bertambah. Pada tahap penyampaian materi, setiap desa menggunakan media yang berbeda-beda. Terdapat empat media yang digunakan, yaitu menggunakan power point, wayang-wayangan, kartu bergambar, dan drama. Penyuluhan dengan menggunakan power point dilakukan dengan cara memberikan pendidikan mengenai sarapan, contoh memperhatikan materi yang disampaikan oleh tim penyuluh dan dapat membaca materi yang disampaikan tersebut pada slide yang ditampilkan. Desa yang menggunakan metode tersebut adalah desa Babakan.

Penyuluhan dengan wayangan menggunakan boneka wayang-wayangan sebagai media dan dalang untuk memainkan wayang tersebut. Para penyuluh berperan sebagai dalang, lalu memainkan wayang-wayangan tersebut di depan contoh. Contoh menyaksikan dan memperhatikan materi yang disampaikan oleh penyuluh dengan baik. Desa yang menggunakan media wayang-wayangan ini adalah desa Cibanteng, Ciherang, Cihideung Udik, dan Margajaya.

Gambar 3 Tahap pemberian dan pengukuran efek intervensi kampanye sarapan sehat Analisis Hasil Intervensi Kampanye Sarapan Sehat

Post Test : Pengetahuan, Sikap, dan

Kebiasaan Sarapan (1 minggu) 229 anak sekolah dasar kelas 1-6 SD

pada Desa Lingkar Kampus IPB

Pretest :

Pengetahuan, Sikap, dan Kebiasaan Sarapan

(19)

Pada penyuluhan dengan kartu bergambar, kartu yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah kartu yang bergambar dengan tema sarapan. Penyuluhan dengan media kartu bergambar dilakukan dalam bentuk kuis, contoh diminta untuk mencocokan pertanyaan dengan jawaban menggunakan gambar-gambar yang telah disediakan. Desa yang menggunakan media kartu bergambar adalah desa Ciampea dan Sinarsari. Pada desa Ciampea, contoh dibentuk kelompok 3-4 orang untuk memilih gambar dari pertanyaan yang diberikan dan contoh menebak arti dari gambar yang dikeluarkan oleh penyuluh. Pada desa Sinarsari, contoh melewati tiap pos dimana pada setiap pos contoh diminta menjawab pertanyaan dengan menebak arti dari kartu bergambar yang diberikan.

Penyuluhan lain yang dilakukan yaitu dengan metode drama. Pada penyuluhan ini tim penyuluh menyampaikan pesan dalam sebuah drama. Tim penyuluh memiliki peran masing-masing lalu memainkan perannya. Contoh menyaksikan drama yang dimainkan oleh tim penyuluh. Desa yang menggunakan media ini adalah desa Balumbang Jaya dan Situgede.

Pengolahan dan Analisis Data

Tahapan pengolahan data dimulai dari editing, coding, entry, cleaning dan analisis. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

Microsoft Excel 2010 dan Statistical Program for Social Science (SPSS) 20 for Windows. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah secara statistik deskriptif dan inferensia. Untuk menjawab tujuan penelitian, maka hasil analisis data tersebut akan ditampilkan dalam bentuk tabel (Tabel 1).

Data karakteristik contoh meliputi data usia dan kelas dikategorikan berdasarkan sebaran. Data jenis kelamin dikategorikan menjadi laki-laki dan perempuan. Data berat badan dan tinggi badan diolah untuk mendapatkan data status gizi contoh berdasarkan nilai z-score IMT/U dari berat badan dan tinggi badan.

Data kebiasaan sarapan meliputi kebiasaan sarapan (ya/tidak), frekuensi sarapan (dalam seminggu) contoh, waktu sarapan, kebiasaan jajan, kebiasaan membawa bekal, dan asupan zat gizi sarapan serta kontribusinya terhadap kecukupan gizi. Variabel kebiasaan sarapan, frekuensi sarapan, waktu sarapan, kebiasaan jajan, dan kebiasaan membawa bekal dilihat perubahannya antara sebelum dan setelah intervensi. Data konsumsi pangan sarapan terdiri dari jenis pangan, ukuran rumah tangga (URT), dan berat (gram) yang diolah dengan menggunakan analisis konsumsi pangan. Adapun rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi adalah:

Kgij = {(Bj/100) x Gij x (BDDij/100)}

Keterangan :

Kgij : Kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j yang dikonsumsi (gr) Bj : Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (gr)

(20)

Berdasarkan hasil total kandungan energi dan zat gizi tersebut dapat dihitung kontribusi energi dan zat gizi sarapan, yaitu dengan cara membandingkan jumlah energi dan zat gizi sarapan dengan kecukupan gizi aktual yang kemudian dinyatakan dalam persen. Angka kecukupan zat gizi yang digunakan mengacu pada angka kecukupan gizi yang dianjurkan menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII tahun 2004. Rumus yang digunakan untuk menghitung kontribusi energi dan zat gizi sarapan adalah sebagai berikut :

KoGi = Ki/AKGi x 100%

Keterangan :

KoGi : Kontribusi zat gizi i

Ki : Konsumsi zat gizi i ketika sarapan AKGi : Angka kecukupan gizi i

Tabel 1 Pengkategorian variabel data yang dianalisis

No. Variabel Kategori Pustaka 6. Frekuensi Sarapan Setiap hari

4-6 kali per minggu

(21)

benar (untuk menambah energi dan meningkatkan konsentrasi), dan diberi skor nol (0) jika jawaban salah atau tidak menjawab. Pertanyaan kedua membahas tentang waktu sarapan yang tepat, jawaban diberi skor satu (1) jika contoh menjawab antara pukul 06.00-09.00 WIB dan skor nol (0) jika contoh menjawab selain pukul 06.00-09.00 WIB. Pertanyaan ketiga membahas tentang menu sarapan yang sehat dan bergizi, jawaban diberi skor tiga (3) jika menu sarapan lengkap (karbohidrat, protein, vitamin dan mineral), jawaban diberi skor dua (2) jika menu sarapan terdiri dari dua sumber zat gizi (karbohidrat dan protein / karbohidrat dan vitamin mineral), jawaban diberi skor satu (1) jika menu sarapan terdiri dari satu sumber zat gizi (karbohidrat / protein / vitamin dan mineral), dan jawaban diberi skor nol (0) jika jawaban salah atau tidak menjawab.

Pertanyaan keempat membahas tentang manfaat sarapan, jawaban diberi skor tiga (3) jika jawabannya meningkatkan konsentrasi, daya ingat, prestasi, dan asupan energi; jawaban diberi skor dua (2) jika jawabannya agar tidak sakit, tidak lapar, dan kuat; jawaban diberi skor satu (1) jika jawabannya agar tidak mual dan lemah, menambah semangat, dan tidak jajan di sekolah; dan jawaban akan diberi skor nol (0) jika salah atau tidak menjawab. Pertanyaan kelima membahas tentang akibat jika tidak sarapan, jawaban diberi skor tiga (3) jika jawabannya konsentrasi menurun, susah mengingat, prestasi rendah, dan asupan energi rendah; jawaban diberi skor dua (2) jika jawabannya sakit, lapar, dan lemah; jawaban diberi skor satu (1) jika jawabannya mual, tidak semangat, dan jajan di sekolah; dan diberi skor nol (0) jika salah atau tidak menjawab. Pertanyaan keenam membahas tentang alternatif jika contoh tidak sarapan, jawaban diberi skor dua (2) jika contoh membawa bekal saat tidak sarapan, jawaban diberi skor satu (1) jika contoh jajan di sekolah saat tidak sarapan, dan diberi skor nol (0) jika contoh tidak sarapan atau tidak menjawab. Pertanyaan ketujuh membahas tentang menu bekal yang sehat dan bergizi, jawaban diberi skor tiga (3) jika menu bekal lengkap (karbohidrat, protein, vitamin dan mineral), jawaban diberi skor dua (2) jika menu bekal terdiri dari dua sumber zat gizi (karbohidrat dan protein / karbohidrat dan vitamin mineral), jawaban diberi skor satu (1) jika menu bekal terdiri dari satu sumber zat gizi (karbohidrat / protein / vitamin dan mineral), dan jawaban diberi skor nol (0) jika jawaban salah atau tidak menjawab. Tingkat pengetahuan sarapan contoh dihitung dengan menjumlahkan skor dari setiap jawaban. Skor maksimum dari pengetahuan contoh sebesar 18 dan skor minimum pengetahuan contoh sebesar nol (0). Skor yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan skor maksimum dan dikelompokan menjadi 3 kategori tingkat pengetahuan yaitu baik jika skor lebih dari 83.3% (>83.3%), sedang jika skor 61.1%-83.3%, dan kurang jika skor kurang dari 61.1% (<61.1%) (Tabel 2).

Penilaian sikap sarapan contoh diperoleh berdasarkan jawaban dari sembilan pertanyaan pada kuesioner sarapan sehat. Pertanyaan tentang sikap contoh terhadap kebiasaan sarapan diukur dengan menggunakan dua skala, yaitu setuju dan tidak setuju. Pertanyaan sikap sarapan contoh pada penelitian ini merupakan pertanyaan positif sehingga diberikan skor satu (1) jika jawaban

(22)

dari 77.8% (>77.8%), sedang jika skor 66.7%-77.8%, dan kurang jika skor kurang dari 66.7% (<66.7%) (Tabel 2).

Tabel 2 Pengkategorian skor pengetahuan dan sikap

No Variabel Cara perhitungan Contoh perhitungan Skor (%) Kategori

1 Pengetahuan

Wilcoxon. Paired Samples t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan peningkatan pengetahuan, sikap, dan rata-rata asupan zat gizi sebelum dan setelah diberikan intervensi. One-way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji lanjut Tukey

digunakan untuk mengetahui perbedaan skor pengetahuan, sikap, dan rata-rata asupan zat gizi pada setiap kelompok perlakuan dan untuk melihat tingkat keberhasilan intervensi pada setiap media yang digunakan. Wilcoxon digunakan untuk menganalisis perbedaan proporsi kategori pengetahuan dan sikap sebelum dan setelah intervensi. Untuk uji analisis Paired Samples t-test dan One-way ANOVA, data yang digunakan adalah data yang normal. Oleh karena itu, sebelum melakukan uji analisis, data yang diperoleh dianalisis normalitasnya dengan menggunakan uji Kolmogorov-smirnov (data normal jika p>0.05). Data yang normal pada penelitian ini adalah data asupan zat gizi, sedangkan data yang tidak normal terdapat pada data skor pengetahuan dan sikap. Data yang tidak normal ditransformasikan terlebih dahulu dengan menggunakan fungsi matematika logaritma natural (ln). Setelah data dinormalkan, data dianalisis sesuai dengan uji stastistik yang akan digunakan. Data yang ditampilkan pada tabel hasil adalah data yang sudah dilakukan anti ln.

Definisi Operasional

Karakteristik contoh adalah ciri khas yang dimiliki contoh yaitu umur, jenis kelamin, kelas, berat badan, dan tinggi badan.

Sarapan adalah kegiatan mengkonsumsi makanan dan minuman pada pagi hari sebelum melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan energi.

Kampanye sarapan sehat adalah gerakan perubahan perilaku mengenai sarapan terhadap masyarakat umum yang dilakukan secara terintegrasi dan didukung oleh seluruh komponen didalam masyarakat, salah satunya yaitu anak-anak menggunakan berbagai media pendidikan gizi.

(23)

digambarkan melalui kebiasaan sarapan (ya/tidak), frekuensi sarapan, waktu sarapan, kebiasaan jajan, kebiasaan membawa bekal, dan asupan zat gizi sarapan.

Pengetahuan sarapan adalah tingkat pemahaman contoh terhadap materi sarapan sehat, yang diukur dari skor jawaban terhadap tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan sarapan.

Sikap sarapan adalah tingkat penerimaan atau persetujuan contoh terhadap materi, yang diukur dari skor jawaban terhadap sembilan pertanyaan yang berhubungan dengan sarapan.

Status gizi adalah keadaan kesehatan seseorang sebagai hasil dari asupan dan metabolisme berbagai zat gizi didalam tubuh. Penilaian status gizi contoh diukur dengan menggunakan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Asupan energi dan zat gizi sarapan adalah jumlah makanan sarapan yang

dikonsumsi oleh contoh dan dihitung nilai energi dan zat gizi sarapannya dalam sehari.

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh

Komponen dari karakteristik contoh ini meliputi jenis kelamin, usia, dan kelas. Pelaksanaan penyuluhan kampanye sarapan sehat ini tidak dilakukan di sekolah dasar, tetapi di balai desa atau TPA sekitar desa sehingga anak-anak yang mengikuti penyuluhan tidak hanya anak sekolah dasar, tetapi ada yang dari taman kanak-kanak dan sekolah menengah pertama. Hal ini dilakukan karena sulitnya mengumpulkan anak-anak di desa sehingga seluruh anak-anak yang ada dikumpulkan. Contoh dalam penelitian ini adalah 229 siswa sekolah dasar kelas satu sampai kelas enam dari sembilan desa di Kabupaten Bogor dengan kondisi awal setiap contoh dari masing-masing kelompok intervensi adalah sama. Anak sekolah dasar ini diambil karena tingkah laku dalam memilih makanan sudah terbentuk pada anak sekolah dasar. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan dan pola pikir yang ingin mencoba hal baru (Harper et al. 1986).

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh

Variabel

(25)

9.6% berada pada rentang usia 4-6 tahun, sebesar 49.8% contoh berada pada rentang usia 7-9 tahun, sebesar 40.2% contoh berada pada rentang usia 10-12 tahun, dan sebesar 0.4% contoh berada pada rentang usia 13-15 tahun. Kelas yang diambil pada penelitian ini adalah kelas satu sampai enam karena penyebaran proporsi jumlah contoh pada kelas cukup merata dan tingkat pengetahuan contoh sebelum intervensi tidak terdapat perbedaan. Umumnya contoh berada di kelas 5 SD yaitu sebesar 23.1%. Hurlock (1999) mengelompokkan anak usia sekolah dasar berdasarkan perkembangan psikologis yang disebut Late Childhood. Usia sekolah dasar dimulai pada usia 6 tahun dan berakhir pada saat individu menunjukkan kematangan seksualnya antara usia 13 sampai 14 tahun.

Kebutuhan gizi pada anak usia sekolah sudah harus dibedakan menurut jenis kelamin, dimana anak laki-laki membutuhkan asupan kalori yang lebih besar karena aktivitas fisik yang lebih banyak. Sedangkan pada anak perempuan membutuhkan lebih banyak protein dan zat besi dari usia sebelumnya karena ada yang sudah mengalami masa haid (Judarwanto 2006). Oleh sebab itu hal ini dapat berdampak pada pemilihan menu dan porsi sarapan.

Tingkat atau kemampuan adaptasi seseorang ditentukan oleh 3 hal, yaitu masukan (input), kontrol, efektor, dan keluaran (output). Menurut Thompson (2003), perilaku tidak bisa dipelajari dalam semalam, tetapi secara bertahap selama bertahun-tahun seiring dengan pertumbuhan anak. Anak pada masa usia sekolah sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya, sehingga dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar. Oleh karena itu anak mudah di bimbing, diarahkan, dan ditanamkan kebiasaan yang baik. Berdasarkan teori perkembangan kognitif dari Piaget, kemampuan intelektual anak usia 6-12 sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya (Sari 2012). Anak usia ini juga telah mempunyai kemampuan untuk melakukan operasi logis, misalnya konsep sebab-akibat dan pemecahan masalah. Sehingga diharapkan pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya membuat mereka berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo 2007). Oleh karena itu, pemberian pendidikan gizi, terutama mengenai sarapan sangat tepat dilakukan pada usia ini.

Status gizi adalah keadaan kesehatan seseorang sebagai hasil dari asupan dan metabolisme berbagai zat gizi didalam tubuh. Menurut Gibson (2005), status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilitas zat gizi makanan. Status gizi optimal dapat tercapai jika tubuh memperoleh cukup zat-zat yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan umum secara maksimal. Baik gizi kurang maupun lebih dapat menghambat optimalisasi pencapaian hal tersebut (Almatsier 2004).

(26)

sekolah dasar dikategorikan berdasarkan indikator IMT/U, meliputi sangat kurus, kurus, normal, kelebihan berat badan, dan gemuk.

Status gizi contoh dengan kategori sangat kurus sebesar 5.7%, status gizi kurus sebesar 10.5%, status gizi normal sebesar 65.6%, status gizi kelebihan berat badan sebesar 11.4% dan status gizi gemuk sebesar 7% (Tabel 3). Jika dibandingkan dengan data riset kesehatan dasar (Riskesdas 2010), status gizi sangat kurus dan kurus pada contoh masih tinggi. Hal ini dapat terjadi karena masih terdapat contoh yang meninggalkan sarapan sehingga asupan zat gizi berkurang dan status gizi menurun. Pada penelitian Riskesdas, status gizi pada anak usia 6-12 tahun di Jawa Barat dengan indikator IMT/U yaitu sangat kurus sebesar 3.5%, kurus sebesar 6.7%, normal sebesar 81.4%, dan gemuk sebesar 8.5%.

Kampanye Sarapan Sehat

Kampanye sarapan sehat merupakan suatu gerakan perubahan perilaku mengenai sarapan terhadap masyarakat umum yang dilakukan secara terintegrasi dan didukung oleh seluruh komponen didalam masyarakat dengan menggunakan berbagai media pendidikan gizi. Pendidikan gizi diartikan sebagai proses belajar dalam bidang gizi sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan prilaku dalam bidang gizi yang lebih baik (Notoatmodjo 2003). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pendidikan gizi merupakan promosi efektif kepada konsumen mengenai konsumsi pangan dan gizi yang baik (Rinke 1986). Menurut Hamalik (1994), pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan untuk lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran disekolah. Media dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, dan mempermudah pengertian.

Media promosi kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu promosi kesehatan. Dengan demikian, sasaran dapat mempelajari pesan-pesan kesehatan dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan (Notoatmodjo 2005). Materi intervensi kampanye sarapan sehat

yang diberikan menggunakan materi yang sudah disiapkan dalam “Gerakan

Sarapan Sehat Melalui Kampanye Terintegrasi Antara Ibu, Anak, Guru, dan

Masyarakat”. Penelitian pada contoh anak sekolah dasar ini menggunakan media yang berbeda-beda pada setiap desa. Terdapat 4 media yang digunakan, yaitu media penyuluhan dengan menggunakan power point, wayang-wayangan (loly puppet), kartu bergambar, dan drama.

(27)

jawaban menggunakan gambar-gambar yang telah disediakan. Penyuluhan lain yang dilakukan yaitu dengan metode drama. Pada penyuluhan ini tim penyuluh menyampaikan pesan dalam sebuah drama yang ditonton oleh contoh. Tim penyuluh memiliki peran masing-masing lalu memainkan perannya.

Pengetahuan Sarapan

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Selain itu, pengetahuan akan membuat seseorang mengerti sesuatu hal dan merubah kebiasaannya, sehingga meningkatnya pengetahuan akan merubah kebiasaan seseorang mengenai sesuatu. Jika peningkatan itu terjadi pada pengetahuan akan gizi, maka akan terjadi perubahan kebiasaan terkait dengan gizi sehingga menjadi lebih baik (Notoatmodjo 2005). Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan (Suhardjo 2003). Salah satu pertimbangan seseorang mengonsumsi makanan adalah tingkat pengetahuan tentang manfaat makanan tersebut bagi kesehatan. Semakin baik pengetahuan gizinya, maka seseorang akan semakin memperhatikan kuantitas dan kualitas pangan yang akan dikonsumsinya (Soediaoetama 1996).

Tabel 4 Rata-rata skor pengetahuan sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat

Rata-rata ± SD

Power point Wayang Kartu

bergambar

Drama Total

Sebelum 55.49 ± 1.21 a 53.97 ± 1.30 a 53.68 ± 1.28 a 48.92 ± 1.42 a 52.93 ± 1.32 Setelah 59.47 ± 1.23a 59.62 ± 1.34a 73.23 ± 1.141b 60.57 ± 1.311a 63.13 ± 1.291

Selisih skor 3.98 5.65 19.55 11.65 10.2

Keterangan : 1peubah yang diikuti oleh angka yang berbeda pada kolom yang sama, menunjukkan hasil uji sebelum dan setelah intervensi berbeda signifikan (p<0.05), a,bpeubah yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan antara perlakuan (p<0.05).

Secara umum, rata-rata skor pengetahuan setelah intervensi kampanye sarapan sehat meningkat. Peningkatan rata-rata skor tertinggi terdapat pada penggunaan media kartu bergambar sebesar 19.55 (sebelum intervensi kampanye sarapan sehat 53.68 ± 1.28 menjadi 73.23 ± 1.14). Hasil uji paired t-test

(28)

drama terhadap media kartu bergambar. Media yang dapat meningkatkan skor pengetahuan paling tinggi adalah media kartu bergambar (Tabel 4).

Penelitian Qazvin tentang efek pendidikan kesehatan dalam merubah perilaku gizi khusunya pengetahuan pada siswa sekolah dasar, menunjukkan bahwa pengetahuan anak sebelum diberikan pendidikan sebesar 22.79 ± 5.4 dan meningkat menjadi 51.46 ± 4.75 setelah dilakukan pelatihan pendidikan (Motamedrezaei 2013). Penelitian lain yang dilakukan oleh Shariff et al. (2008) tentang intervensi pendidikan gizi dalam upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan praktek gizi terhadap 335 anak sekolah dasar di Malaysia menunjukkan hasil terdapat peningkatan skor terhadap pengetahuan, sikap, dan praktek setelah diberikan intervensi. Rata-rata perubahan pengetahuan sebesar 2.71 (p<0.001), rata-rata perubahan sikap sebesar 1.40 (p<0.001), dan rata-rata perubahan praktek sebesar 0.87 (p<0.001). Hasil uji t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan, sikap, dan praktek yang signifikan antara grup control dan grup intervensi setelah diberikan intervensi.

Penelitian Steinman (2002) tentang “host defence” menggunakan format kartu permainan pada siswa kelas delapan, sepuluh, dan mahasiswa kesehatan di Amerika Serikat menunjukan hasil bahwa terdapat peningkatan skor yang signifikan. Pada siswa kelas 8 terdapat peningkatan skor dari 39% menjadi 58% yang menjawab benar (p<0.0001), pada siswa kelas 10 peningkatan skor dari 47% menjadi 59% (p=0.007) dan dari mahasiswa kesehatan terjadi peningkatan skor dari 80% sampai 88% (p=0.049). Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan kartu permainan yang interaktif adalah metode yang berguna untuk menyampaikan informasi tentang “host defence” dan kesehatan.

Hasil penelitian Dunn (2006) juga menunjukkan bahwa 91.8% responden mengakui jika kartu bergambar “Color Me Healthy” meningkatkan pengetahuan

anak-anak tentang gerakan. Selain itu, 93.0% responden menunjukkan bahwa

menggunakan kartu begambar “Color Me Healthy” meningkatkan pengetahuan

anak-anak tentang makan yang sehat.

Pada penelitian Suhardiyana (2010) yang dilaksanakan di SLB Negeri Kendal memberikan hasil bahwa penggunaan kartu angka, kartu gambar, kartu angka bergambar dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak didik kelas persiapan tunarungu wicara Sekolah Luar Biasa Negeri Kabupaten Kendal tahun pelajaran 2009 / 2010. Hasil penelitian pre test diperoleh nilai rata-rata 55.71 dan meningkat pada hasil post test dengan nilai rata-rata 81.57.

Penelitian Saloso (2011) terhadap 109 anak sekolah dasar tentang pengaruh penggunaan media lagu anak-anak dan kartu bergambar serta tingkat penerimaannya dalam pendidikan gizi terkait PUGS dan PHBS terhadap pengetahuan gizi anak usia Sekolah Dasar Negeri di Kota Bogor, didapatkan hasil yaitu terdapat peningkatan rata-rata skor pengetahuan pada perlakuan kartu. Rata-rata skor pengetahuan gizi sebelum perlakuan sebesar 74.9 ± 9.4 dengan kategori sedang, kemudian meningkat menjadi 85.0 ± 11.7 dengan kategori baik setelah pemberian media kartu bergambar (p<0.05).

(29)

abstrak akan lebih mudah dipahami bila dibantu dengan gambar; 3) Memperjelas bagian-bagian penting; 4) Menyingkat suatu uraian.

Menurut Notoatmodjo (2007), peningkatan pengetahuan tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki baik formal maupun non-formal, tetapi juga dipengaruhi oleh sumber informasi, pengalaman, dan kegiatan penyuluhan. Dengan demikian diduga kegiatan intervensi pendidikan gizi merupakan salah satu sarana bagi anak-anak untuk memperoleh pengetahuan baru sehingga ada kecenderungan peningkatan pengetahuan pada saat setelah intervensi pendidikan gizi.

Gambar 4 Sebaran pengetahuan sarapan sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat

Skor pengetahuan sebelum intervensi kampanye sarapan sehat sebagian besar tergolong dalam kategori kurang (58.5%). Setelah dilakukan intervensi kampanye sarapan sehat, skor pengetahuan meningkat dan tergolong dalam kategori sedang (49.3%) dan kategori baik (16.6%) (Gambar 4). Hasil uji

Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap proporsi kategori pengetahuan sebelum dan setelah intervensi (<0.05).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tentang efek promosi kesehatan terhadap asupan makanan yang dilakukan Shi-Chang dkk di China tahun 2004 juga menunjukkan bahwa pengetahuan anak sekolah tentang pedoman asupan makanan meningkat dari 49.2% sebelum intervensi menjadi 68.0% setelah intervensi (p<0.01), pengetahuan orang tua siswa tentang defisiensi gizi juga meningkat dari 35.0% menjadi 66.2% (p<0.01) (Depkes 2008).

Sikap Sarapan

(30)

Tabel 5 Rata-rata skor sikap sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat

Rata-rata ± SD

Power point Wayang Kartu

bergambar

Drama Total

Sebelum 84.18 ± 1.19a 76.19 ± 1.19b 80.98 ± 1.16 a 79.73 ± 1.15 a 79.03 ± 1.18 Setelah 87.88 ± 1.12 a 85.49 ± 1.151a 91.84 ± 1.091b 85.67 ± 1.111a 87.41 ± 1.131

Selisih skor 3.7 9.3 10.86 5.94 8.38

Keterangan : 1 peubah yang diikuti oleh angka yang berbeda pada kolom yang sama, menunjukkan hasil uji sebelum dan setelah intervensi berbeda signifikan (p<0.05), a,bpeubah yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan antara perlakuan (p<0.05).

Secara umum, rata-rata skor sikap setelah intervensi kampanye sarapan sehat meningkat. Peningkatan rata-rata skor tertinggi terdapat pada penggunaan media kartu bergambar sebesar 10.86 (sebelum intervensi kampanye sarapan sehat 80.98 ± 1.16 menjadi 91.84 ± 1.09). Hasil uji paired t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total skor sikap sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat (p<0.05). Hasil uji paired t-test

menyatakan bahwa perbedaan skor sikap hanya diperoleh dari media power point, kartu bergambar, dan drama, sedangkan pada media wayang tidak terdapat perbedaan. Hasil uji ANOVA sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar media intervensi kampanye sarapan sehat yang digunakan (p<0.05). Hasil uji lanjut ANOVA setelah intervensi kampanye sarapan sehat menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada media power point, wayang-wayangan, dan drama terhadap media kartu bergambar. Media yang dapat meningkatkan skor sikap paling tinggi adalah media kartu bergambar (Tabel 5).

Penelitian Kuhu (2011) tentang pengaruh penggunaan kartu bergambar sebagai media promosi kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap bahaya merokok pada siswa SD Negeri Karangmangu Kabupaten Banyumas terhadap 40 siswa menyatakan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap terhadap bahaya merokok pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok pembanding. Ada perbedaan yang bermakna terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap antara kedua kelompok responden. Selain itu, hasil penelitian Dunn (2006) juga menunjukkan bahwa 92.0% responden yang

menggunakan kartu begambar “Color Me Healthy” mengaku jika media tersebut

meningkatkan aktivitas fisik anak-anak yang mereka rawat.

Penelitian yang dilakukan oleh Dunts (2012) mengenai efek dari media

puppet terhadap pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar penyandang cacat dengan jumlah responden sebanyak 966 dalam 40 kelas di enam sekolah dasar di daerah utara selatan Amerika Serikat menunjukkan bahwa terdapat peningkatan sikap yang lebih positif skor sikap pada kelompok intervensi 7.21 ± 1.55, sedangkan pada kelompok kontrol 6.53 ± 1.85 (p<0.0001).

(31)

Gambar 5 Sebaran sikap sarapan sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat Skor sikap sebelum intervensi kampanye sarapan sehat sebagian besar tergolong dalam kategori netral (54.1%). Setelah dilakukan intervensi kampanye sarapan sehat, skor sikap meningkat dan tergolong dalam kategori positif (69.4%) (Gambar 5). Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap proporsi kategori sikap sebelum dan setelah intervensi (p<0.05).

Kebiasaan Sarapan

Kualitas dan kuantitas sarapan meliputi kebiasaan sarapan, frekuensi sarapan, waktu sarapan, kebiasaan jajan, kebiasaan membawa bekal, dan kontribusi zat gizi perhari dan kecukupan gizi. kebiasaan sarapan, frekuensi sarapan, waktu sarapan, kebiasaan jajan, kebiasaan membawa bekal menggambarkan kuantitas sarapan, sedangkan kontribusi zat gizi perhari dan kecukupan gizi menggambarkan kualitas sarapan.

(32)

Gambar 6 Sebaran kebiasaan sarapan pagi sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat

Sebagian besar contoh melakukan sarapan baik sebelum maupun setelah dilakukan intevensi kampanye sarapan sehat. Peningkatan kebiasaan sarapan contoh yang melakukan sarapan tertinggi yaitu pada penggunaan media kartu bergambar, yaitu sebesar 86.7% setelah diberikan intervensi kampanye sarapan sehat. Selisih peningkatan contoh yang melakukan sarapan tertinggi terdapat pada contoh yang diberi intervensi dengan media drama, yaitu sebesar 10.2%. Namun masih juga terdapat contoh yang tidak melakukan kebiasaan sarapan yaitu pada penggunaan media power point sebesar 8% (Gambar 6). Persentase tersebut masih lebih rendah dari hasil studi di Indonesia, dimana sekitar 20 hingga 40 persen anak-anak Indonesia tidak terbiasa untuk sarapan (Hardinsyah 2012). Hasil penelitian Kayapinar (2011) tentang “Body Mass Index, Dietary Habits, and Nutrition Knowledge among Primary School” menunjukkan hasil bahwa sebesar 32% dari 200 siswa melewati sarapan mereka. Hasil penelitian di Amerika juga menunjukkan 22% anak sekolah berangkat sekolah tanpa sarapan (Mahoney et al.

2005).

Frekuensi sarapan

Anak-anak membutuhkan asupan zat gizi yang cukup untuk pertumbuhan, energi dan untuk pemeliharaan fungsi tubuh. Otak mereka mengandalkan asupan zat gizi yang konstan untuk berfungsi dengan baik. Sarapan memberikan anak-anak energi untuk otak mereka sehingga dapat meningkatkan keterampilan belajar mereka. Namun, jika tidak sarapan, cadangan energi tubuh menjadi habis setelah semalaman. Jarak sekitar dua belas jam antara makan malam dan sarapan akan menyebabkan penurunan kadar glukosa darah, sehingga menyebabkan kekurangan glukosa. Jika hal ini terjadi, dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi otak (Wurtman et al. 1977 dalam Al-Oboudi et al. 2010).

(33)

dengan mereka yang mengonsumsi sarapan yang cukup. Oleh karena itu, mengonsumsi sarapan dapat meningkatkan fungsi kognitif dan prestasi (Mahoney

et al. 2005; Al-Oboudi et al. 2010).

Gambar 7 Sebaran frekuensi sarapan pagi sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat

Frekuensi sarapan contoh dalam satu minggu berkisar antara satu sampai tujuh kali. Gambar 7 menunjukkan frekuensi sarapan contoh sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat. Sebagian besar contoh melakukan sarapan setiap hari, setelah diberikan intervensi kampanye sarapan sehat terdapat peningkatan frekuensi sarapan contoh tertinggi berada pada contoh yang diberikan intervensi dengan menggunakan media power point, yaitu sebesar 68%, dengan selisih 16% dari sebelum intervensi. Penelitian Al-Oboudi et al. (2010) menunjukkan bahwa sekitar 40.83% anak-anak melakukan sarapan setiap hari, sementara sebesar 23.33% anak-anak tidak melakukan sarapan sama sekali atau hanya seminggu sekali.

Waktu sarapan

Sarapan merupakan makan di awal hari biasanya dilakukan di pagi hari berupa makanan dan minuman (Hardinsyah 2012). Idealnya sarapan memenuhi seperempat hingga setengah kebutuhan energi dan zat gizi sehari. Waktu pada saat contoh melakukan kegiatan sarapan dikategorikan menjadi tiga, yaitu kurang dari pukul 06.00, 06.00-09.00, dan lebih dari pukul 09.00.

(34)

Contoh yang melakukan sarapan pada pukul 06.00-09.00 tertinggi terdapat pada contoh yang diberikan intervensi kampanye sarapan sehat dengan menggunakan media kartu bergambar, yaitu sebesar 55% dengan selisih 20% sebelum diberikan intervensi kampanye sarapan sehat (Gambar 8). Namun masih banyak juga contoh yang melakukan sarapan kurang dari pukul 06.00. Hal ini dapat terjadi karena contoh melakukan sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Menurut Martianto (2004), sarapan dilakukan teratur setiap hari antara pukul 06.00-09.00.

Kebiasaan membeli jajanan

Kebiasaan jajan merupakan istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan prilaku yang berhubungan dengan makan seperti frekuensi makan, jenis makan, jumlah makanan, kepercayaan terhadap makanan, preferensi, dan cara pemilihan makanan jajanan (Suhardjo 1989). Anak sekolah umumnya bersekolah dari pagi hingga siang. Diantara waktu ini, yaitu makan pagi dan siang, anak-anak harus mendapatkan makanan kecil sebagai selingan yang cukup nilai gizinya. Dalam usia ini, anak-anak gemar sekali jajan. Kadang anak menolak untuk sarapan pagi dirumah dan sebagai gantinya anak meminta uang untuk jajan. Jajan yang mereka beli biasanya bahan-bahan atau makanan yang mereka sukai saja seperti es, gula-gula, chiki, atau makanan-makanan lain yang kurang nilai gizinya (Moehji 1980). Gambar 9 menunjukkan perbandingan kebiasaan jajan sebelum dan setelah intervensi.

Gambar 9 Sebaran kebiasaan membeli jajanan sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat

(35)

Kebiasaan membawa bekal

Salah satu prilaku yang diamati pada contoh sebagai salah satu dampak dari kebiasaan sarapan adalah kebiasaan membawa bekal. Bekal adalah makanan yang dibawa ke sekolah untuk dimakan saat sebelum pelajaran, saat istirahat, ataupun sebelum pulang sekolah. Bekal yang dibawa dari rumah biasanya lebih bersih dan sehat daripada jajanan diluar rumah yang tidak terkontrol kebersihan dan kemananannya.

Gambar 10 Sebaran kebiasaan membawa bekal sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat

Kebiasaan membawa bekal setelah intervensi mengalami peningkatan terutama yang diberikan melalui intervensi kampanye sarapan sehat dengan menggunakan media drama, yaitu sebesar 13.1% (sebelum intervensi kampanye sarapan sehat 50.2%, setelah intervensi kampanye sarapan sehat 63.3%) (Gambar 10). Survei Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 2007 yang dilakukan di 4.000 sekolah baru 18 persen anak sekolah punya kebiasaan membawa bekal makanan dari rumah (National Geographic Indonesia 2013).

Asupan energi dan zat gizi makanan sarapan

Konsumsi zat gizi yang optimal merupakan keadaan saat penyediaan zat-zat gizi yang dibutuhkan mencukupi untuk pemeliharaan jaringan, perbaikan dan pertumbuhan tanpa menimbulkan kelebihan konsumsi energi. Konsumsi energi dan zat gizi yang kurang ataupun melebihi kebutuhan umumnya akan memberikan efek yang kurang baik terhadap fungsi biologis tubuh.

Kebutuhan energi dan zat-zat gizi lainnya bersifat individual tergantung pada usia, jenis kelamin, berat, dan tinggi badan serta tingkat aktivitas sehari-hari. Energi dan zat gizi lainnya diperoleh dari metabolisme bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Rata-rata konsumsi energi dan zat gizi dapat dilihat pada Tabel 6.

Rata-rata asupan energi setelah intervensi kampanye sarapan sehat mengalami peningkatan. Rata-rata peningkatan asupan energi tertinggi terdapat pada contoh yang diberikan intervensi kampanye sarapan sehat melalui media drama yaitu sebesar 256 ± 159 kkal sebelum menjadi 317 ± 166 kkal setelah intervensi kampanye sarapan sehat (selisih 61 kkal). Hasil uji paired t-test

(36)

energi sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat pada penggunaan media drama (p<0.05).

Rata-rata asupan protein setelah intervensi kampanye sarapan sehat mengalami peningkatan. Rata-rata peningkatan asupan protein tertinggi terdapat pada contoh yang diberikan intervensi kampanye sarapan sehat melalui drama yaitu sebesar 6.7 ± 4.1 g sebelum menjadi 7.8 ± 4.0 g setelah intervensi kampanye sarapan sehat (selisih 1.1 g). Hasil uji paired t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan protein sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat pada semua media yang digunakan (p>0.05).

Tabel 6 Asupan energi dan zat gizi serta kontribusi sarapan terhadap AKG Asupan

Zat Gizi Sarapan

Power point Wayang-wayangan Kartu bergambar Drama Total

Rata-Keterangan : 1 peubah yang diikuti oleh angka yang berbeda pada kolom yang sama, menunjukkan hasil uji sebelum dan setelah intervensi berbeda signifikan (p<0.05), a,bpeubah yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan antara perlakuan (p<0.05).

Rata-rata asupan zat besi (Fe) setelah intervensi kampanye sarapan sehat mengalami peningkatan. Rata-rata Peningkatan asupan Fe tertingggi terdapat pada contoh yang diberikan intervensi kampanye sarapan sehat melalui media power point yaitu sebesar 1.8 ± 1.2 mg sebelum menjadi sebesar 2.61 ± 3.20 mg setelah intervensi kampanye sarapan sehat (selisih 0.81 mg). Hasil uji paired t-test

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan Fe sebelum dan setelah intervensi pada penggunaan media wayang-wayangan (p<0.05).

(37)

antara asupan vitamin C sebelum dan setelah intervensi pada penggunaan media wayang-wayangan. Hasil uji ANOVA pada rata-rata asupan vitamin C menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar intervensi dengan media wayang-wayangan terhadap media kartu bergambar.

Secara umum, kontribusi sarapan terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi mengalami peningkatan, namun masih berada dibawah tingkat kecukupan yang dianjurkan yaitu 25% AKG. Peningkatan kontribusi energi tertinggi terdapat pada penggunaan media drama sebesar 3.05% (sebelum intevensi kampanye sarapan sehat 13.60% menjadi 16.65%). Peningkatan kontribusi protein tertinggi terdapat pada penggunaan media drama sebesar 2.33% (sebelum intevensi kampanye sarapan sehat 14.32% menjadi 16.65%). Peningkatan kontribusi fe tertinggi terdapat pada penggunaan media power point sebesar 5.56% (sebelum intevensi kampanye sarapan sehat 15.25% menjadi 20.81%). Peningkatan kontribusi vitamin C tertinggi terdapat pada penggunaan media power point

sebesar 1.55% (sebelum intevensi kampanye sarapan sehat 1.16% menjadi 2.71%). Zat gizi yang menyumbangkan kontribusi sarapan terendah yaitu vitamin C. Penelitian oleh Hardinsyah (2013) menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan sarapan anak-anak usia 6-12 tahun dengan menu makanan pokok, lauk, sayur, buah, dan minum hanya sebesar 0.61%. Persentase pola konsumsi pangan sarapan tertinggi sebesar 34.41% dengan menu makanan pokok, lauk, dan minuman. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya konsumsi makanan khususnya sayur dan buah pada anak-anak.

(38)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Contoh dalam penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas satu sampai kelas enam dari sembilan desa di Kabupaten Bogor. Jumlah contoh yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 50.2% dan contoh berjenis kelamin perempuan sebesar 49.8%. sebagian besar contoh berada pada rentang usia 7-9 tahun sebesar 49.8%. Umumnya contoh berada di kelas 5 SD yaitu sebesar 23.1%. Status gizi contoh sebagian besar memiliki status gizi normal sebesar 65.6%. Media pendidikan yang digunakan yaitu power point, wayang-wayangan, kartu bergambar, dan drama.

Hasil uji paired t-test terhadap skor rata-rata pengetahuan menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pengetahuan sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat. Skor rata-rata pengetahuan meningkat dari sebelum intervensi kampanye sarapan sehat sebesar 52.93 ± 1.32 menjadi 63.13 ± 1.29 (selisih 10.2). Hasil uji ANOVA menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara media kampanye sarapan sehat yang digunakan yaitu power point, wayang-wayangan, dan drama terhadap media kartu bergambar. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap proporsi kategori pengetahuan sebelum dan setelah intervensi (p<0.05).

Hasil uji paired t-test terhadap skor rata-rata sikap menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor sikap sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat. Skor rata-rata sikap meningkat dari sebelum intervensi kampanye sarapan sehat sebesar 79.03 ± 1.18 menjadi 87.41 ± 1.13 (selisih 8.38). Hasil uji ANOVA menyatakan bahwa terdapat perbedaan sikap yang signifikan antara media kampanye sarapan sehat yang digunakan yaitu

power point, wayang-wayangan dan drama terhadap media kartu bergambar. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap proporsi kategori sikap sebelum dan setelah intervensi (p<0.05).

Peningkatan contoh yang terbiasa melakukan sarapan tetinggi terdapat pada contoh yang diberikan intervensi dengan menggunakan media kartu bergambar. Peningkatan frekuensi contoh tertinggi yang melakukan sarapan setiap hari terdapat pada contoh yang diberikan intervensi dengan menggunakan media

Gambar

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penelitian
Gambar 2.
Gambar 3 Tahap pemberian dan pengukuran efek intervensi kampanye sarapan sehat
Tabel 1 Pengkategorian variabel data yang dianalisis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan pendamping adalah individu yang bekerja sebagai sukarelawan untuk memberikan perlindungan dan dukungan kepada perempuan dan anak yang menjadi

Memperluas cakupan pelayanan kesehatan melalui jaminan kesehatan kelas III di rumah sakit bagi masyarakat miskin dengan peningkatan cakupan 5% per tahunnya sesuai dengan sasaran

Kegunaan praktis dari penelitian ini kita dapat mengetahui seperti apa motif menonton program komedi yang diharapkan dan kepuasan yang diperoleh pemirsa setelah

mengetahui ukuran dan persebaran populasi Spilornis baweanus secara pasti di SM Pulau Bawean yang menjadi data populasi spesies yang up to date untuk

(P:Apakah keluarga suka beli barang-barang yang paling mama suka?).. Bukan hanya mama saja tapi saya dan adik-adik juga. Itu saat papa masih kerja di Ternate di

Dengan menggunakan media pembelajaran berupa board game edukasi, diharapkan dapat meningkatkan minat pada aksara jawa, meningkatkan pemahaman siswa dalam membedakan

Selain itu, dapat digunakan sebagai dasar bagi kader posyandu dalam upaya penyuluhan kepada masyarakat mengenai metode yang efektif yaitu teknik modelling dalam

I.Otlihat dari prcstasinya dt SMU karakteristik mahasiswa S-1 Statistika dapat dikelompokkan mcnjadi dua Kelompok pcrtama yaitu kclompok yang mcmpunyai nilai