• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaan Kapal Tuna Longline Samudera Jaya Sebelum dan Setelah Kenaikan Harga BBM di PPN Palabuhanratu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keragaan Kapal Tuna Longline Samudera Jaya Sebelum dan Setelah Kenaikan Harga BBM di PPN Palabuhanratu"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAAN KAPAL TUNA LONGLINE SAMUDERA JAYA

SEBELUM DAN SETELAH KENAIKAN HARGA BBM DI PPN

PALABUHANRATU

IRRENE VARA LOVANI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keragaan Kapal Tuna Longline Samudera Jaya Sebelum dan Setelah Kenaikan Harga BBM di PPN Palabuhanratu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

IRRENE VARA LOVANI. Keragaan Kapal Tuna Longline Samudera Jaya Sebelum dan Setelah Kenaikan Harga BBM di PPN Palabuhanratu. Dibimbing oleh RETNO MUNINGGAR dan IIN SOLIHIN.

Salah satu komoditas utama dari PPN Palabuhanratu adalah spesies ikan tuna. Nelayan di Palabuhanratu sering menggunakan tuna longline sebagai alat tangkap untuk menangkap spesies ikan tuna. Dalam perikanan tuna longline, nelayan memerlukan investasi dan bahan bakar dalam jumlah besar. Selama periode 2007 - 2011 kenaikan harga BBM terjadi pada tahun 2008. Kenaikan harga BBM memberikan dampak negatif dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan jumlah kapal, alat tangkap dan nelayan tuna longline selama periode 2007 – 2011 dan menganalisis keragaan kapal tuna longline dengan menggunakan analisis kelayakan usaha. Seluruh data primer diperoleh dari kuisioner dan wawancara dan data sekunder berasal dari literatur. Hasil penelitian ini adalah terdapat penurunan jumlah nelayan dan jumlah kapal yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base, dengan persentase masing-masing sebesar 2,35% dan 2,55% per tahun. Namun, terjadi peningkatan jumlah alat tangkap sebesar 31,12% per tahun. Berdasarkan analisis kelayakan usaha kapal tuna longline Samudera Jaya, nilai IRR adalah 20%, Net B/C ratio adalah 2,47, NPV sebesar Rp 486.927.481. Hal ini menunjukkan bahwa kapal tuna longline masih layak dan menguntungkan dalam melakukan usaha perikanan. Kata kunci : kenaikan harga BBM, PPN Palabuhanratu, tuna longline

ABSTRACT

IRRENE VARA LOVANI. Performance of Tuna Longliner „Samudera Jaya‟ Before and After Fuel Price Rising in PPN Palabuhanratu. Supervised by RETNO MUNINGGAR and IIN SOLIHIN.

One of the prime commodities from Palabuhanratu national fishing port is tuna. Fishermen in Palabuhanratu often use tuna longline as fishing gear to catch tuna. In tuna longline fisheries, the fishermen need a large number of investment and fuel for tuna longliner. During 2007 – 2011 period, fuel price increased in 2008. The rising fuel price has negative effects on daily life. This research has purposes to know the decreasing number of tuna longliners, tuna longlines and the fishermen during 2007 – 2011 and to analyze the performance of tuna longliner by using feasible analysis. All primary data is derived from questionnaire and interview and secondary data is derived from literature study. The result of this research were the number of tuna longline fishermen and tuna longliners which were based on PPN Palabuhanratu decreased by 2,35% and 2,55% per year. But, the number of tuna longlines increased 31,12% per year. Based on feasible analysis of tuna longliner named Samudera Jaya, IRR rate was 20%, Net B/C ratio was 2,47, and the NPV was Rp 486.927.481. It can be showed that tuna longline was still feasible and worth in fisheries business.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumber daya Perikanan

KERAGAAN KAPAL TUNA LONGLINE SAMUDERA JAYA

SEBELUM DAN SESUDAH KENAIKAN HARGA BBM DI PPN

PALABUHANRATU

IRRENE VARA LOVANI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Keragaan Kapal Tuna Longline Samudera Jaya Sebelum dan Setelah Kenaikan Harga BBM di PPN Palabuhanratu

Nama : Irrene Vara Lovani NIM : C44090024

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Retno Muninggar, S.Pi, ME Pembimbing I

Dr. Iin Solihin, S.Pi, M.Si Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2012 ini ialah kenaikan harga bahan bakar minyak, dengan judul Keragaan Kapal Tuna Longline Samudera Jaya Sebelum dan Setelah Kenaikan Harga BBM di PPN Palabuhanratu.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Retno Muninggar, S.Pi, ME dan Dr. Iin Solihin, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, nasehat, dan bimbingan selama pembuatan skripsi.

2. Almarhum Dr. Ir. Dinarwan, MS selaku dosen pembimbing terdahulu.

3. Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi M.Si yang telah bersedia menjadi dosen penguji tamu dan memberikan berbagai masukan, kritik, dan saran yang membangun untuk skripsi ini.

4. Ibu Vita Rumanti, S.Pi, MT selaku Wakil Ketua Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumber daya Perikanan atas kritik, saran dan arahannya.

5. Papa, Mama, adik Irvina, dan keluarga yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan pengertiannya.

6. Seluruh teman-teman PSP, Risna Sunita, Rachmiati Amaryllis yang selalu menemani, memberikan semangat, dukungan, dan bantuannya.

7. Kepada seluruh dosen Pemanfaatan Sumber daya Perikanan atas segala ilmu pengetahuan dan dukungannya.

8. Pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

METODE 3

Prosedur Pengambilan Data 3

Prosedur Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Perkembangan Produksi Tuna dan Jumlah Unit Penangkapan Ikan Tuna

Longline 8

Analisis Dampak Kenaikan Harga BBM 13

Kelayakan Usaha Tuna Longline 18

Bahasan Terangkum 20

KESIMPULAN DAN SARAN 21

Kesimpulan 21

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 23

(11)

DAFTAR TABEL

1 Perubahan harga BBM pada periode 2005 sampai 2012 2 2 Penerimaan Kapal Tuna Longline Sebelum dan Sesudah Kenaikan

Harga BBM di PPN Palabuhanratu 4

3 Perubahan Pengeluaran Kapal Tuna Longline Sebelum dan Sesudah

Kenaikan Harga BBM di PPN Palabuhanratu 5

4 Bentuk Cash Flow (Aliran Kas) 7

5 Perbandingan Harga Lokal per Je nis Hasil Tangkapan Dominan dari

Tuna Longline 13

6 Input Penerimaan Usaha Tuna Longline Sebelum Kenaikan Harga

BBM 14

7 Input Penerimaan Usaha Tuna Longline Setelah Kenaikan Harga BBM 15 8 Perbandingan Penerimaan Ikan Tuna Sebelum dan Sesudah Kenaikan

Harga BBM 15

9 Komponen Biaya Investasi Usaha Tuna Longline 16

10 Komponen Biaya Tetap Usaha Tuna Longline 16

11 Komponen Biaya Variabel Usaha Tuna Longline 17

12 Kelayakan Usaha Tuna Longline Sebelum Kenaikan Harga BBM

(Tahun 2007) 18

13 Kelayakan Usaha Tuna Longline Tahun 2007 dengan Asumsi Harga BBM Naik Menjadi Rp4.500/liter dan Selain Harga BBM Adalah Tetap 19

14 Kelayakan Usaha Tuna Longline tahun 2011 19

DAFTAR GAMBAR

1 Produksi Ikan di PPN Palabuhanratu (kg) 9

2 Produksi Ikan Tuna Longline di PPN Palabuhanratu (kg) 10

3 Nilai Produksi Ikan di PPN Palabuhanratu (Rp) 10

4 Perkembangan Jumlah Kapal dan Alat Tangkap Tuna Longline di PPN

Palabuhanratu 11

5 Perkembangan Jumlah Nelayan Tuna Longline di PPN Palabuhanratu 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Cash Flow Sebelum Kenaikan Harga BBM 23

2 Cash Flow Sebelum Kenaikan Harga BBM dengan Asumsi Harga

BBM Rp 4.500/liter 24

3 Cash Flow Setelah Kenaikan Harga BBM 25

4 Cash Flow Jika Harga BBM Rp 5.500 27

5 Cash Flow Jika Terdapat 2 kali Trip dalam 1 Tahun 28

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu komoditas utama yang didaratkan di PPN Palabuhanratu adalah ikan tuna. Jenis ikan tuna yang menjadi komoditas utama adalah madidihang atau yellow fin tuna, tuna mata besar atau big eyes tuna, tuna albakora atau albacora tuna, dan tuna sirip biru selatan atau southern blue fin tuna. Ikan tuna yang didaratkan akan didistribusikan ke daerah-daerah, diekspor, diolah, atau dikemas sebagai bentuk penanganan setelah ikan didaratkan.

Salah satu alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan di Palabuhanratu untuk menangkap ikan tuna adalah tuna longline. Kapal tuna longline yang terdapat di PPN Palabuhanratu adalah kapal yang berukuran 10 GT hingga >30 GT. Alat tangkap tuna longline dioperasikan pada dini hari. Lama trip tuna longline adalah 3 sampai 6 bulan dan menangkap tuna di fishing ground yang letaknya di laut lepas seperti Samudera Hindia, sehingga dalam pengoperasian longline diperlukan bahan bakar minyak dalam jumlah yang cukup besar. sebelum akhirnya menjadi Rp 4.500/liter pada tahun 2010. Meningkatnya harga BBM dipengaruhi oleh meningkatnya harga minyak dunia dan keinginan pemerintah untuk menekan besarnya subsidi. Harga BBM yang meningkat ini berdampak negatif di masyarakat karena bertambahnya inflasi sehingga harga-harga kebutuhan pokok dan transportasi naik, di sisi lain penghasilan tidak mengalami perubahan. Hal ini menyulitkan kondisi masyarakat miskin dan pelaku usaha yang memerlukan modal besar dalam usahanya.

Dampak kenaikan harga BBM dalam sektor perikanan tangkap diduga mengakibatkan penurunan jumlah unit penangkapan. Penurunan ini akan menimbulkan berkurangnya jumlah nelayan yang melaut, sehingga pengangguran meningkat. Nelayan merupakan orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Apabila setiap nelayan yang menganggur memiliki tanggungan anak, anak-anak tersebut dapat putus sekolah, sehingga tingkat pendidikan di daerah pesisir akan menjadi menurun. Hal tersebut memerlukan adanya solusi untuk mempertahankan produktivitas nelayan ketika tidak sedang melaut.

(13)

2

Perlunya penelitian tentang keragaan usaha kapal tuna longline setelah kenaikan harga BBM adalah untuk mengetahui bagaimana kelayakan usahanya, membantu pihak pelabuhan dalam membuat kebijakan kepelabuhanan dan sebagai acuan untuk mencari solusinya, sehingga nelayan tuna longline dapat terus melaut.

Perumusan Masalah

Pada periode 2005 sampai 2012 telah terjadi kenaikan harga BBM, seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perubahan harga BBM pada periode 2005 sampai 2012

Tahun Harga BBM

(Rp) Perubahan Harga BBM

2005 3450 -

2006 3450 0

2007 3450 0

2008 5500 59,42%

2009 4500 -18,18%

2010 4500 0

2011 4500 0

2012 4500 0

Rata-rata 4342,86 5,89%

Penelitian ini menganalisis dampak perubahan harga BBM terhadap keragaan usaha kapal tuna longline hanya pada periode terakhir saja dimana terjadi perubahan dan secara hipotetis menganalisis perubahan yang terjadi di tahun 2012. Seperti diketahui bahwa komunitas armada tuna longline di wilayah PPN Palabuhanratu adalah bervariasi, baik dari besarnya tonase kapalnya maupun dari besar kekuatan mesin yang digunakannya. Penelitian ini mencakup sebagian variasi yang ada.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan:

1) Mendeskripsikan perkembangan jumlah armada tuna longline yang terjadi akibat adanya kenaikan harga BBM di PPN Palabuhanratu. 2) Menganalisis dampak kenaikan harga BBM terhadap keragaan usaha

(14)

3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk:

1) Pihak pemerintah daerah setempat untuk membantu perekonomian nelayan tuna longline; dan

2) Pihak-pihak lain seperti peneliti lain dan mahasiswa untuk memperoleh bahan informasi.

METODE

Penelitian ini dilakukan pada Agustus 2012, bertempat di PPN Palabuhanratu. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, daftar pertanyaan untuk wawancara, kamera digital, alat perekam suara.

Prosedur Pengambilan Data

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu kasus adanya kenaikan harga BBM dilihat pengaruhnya terhadap nelayan tuna longline dan menganalisis kelayakan aspek finansial perikanan tuna longline baik secara riil maupun hipotesis. Aspek yang diteliti adalah aspek finansial dari dampak kenaikan harga BBM.

Objek penelitian/unit penelitian adalah unit armada perikanan tuna longline. Metode pengambilan responden adalah quota sampling. Quota sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan memperhitungkan atau menentukan jumlah sampel yang sesuai, yang bisa mewakili populasi. Bila populasi terdiri atas beberapa subpopulasi, maka masing-masing subpopulasi ditarik sampelnya sesuai dengan jumlah yang ditentukan. Masingmasing subpopulasi memiliki karakteristik yang homogen. Jadi, elemen-elemen yang berbeda-beda diperhitungkan dalam sampel. Peneliti yang menggunakan sampling kuota harus berusaha keras untuk memasukkan kasus-kasus yang cukup banyak dari setiap populasi (stratum) ke dalam sampelnya. Sebagai suatu gambaran yang biasa digunakan, bila jumlah populasi (atau subpopulasi) di bawah ini 100, kuota sampel yang dapat ditarik adalah 50%. Bila jumlah populasi (atau subpopulasi) mencapai 1000, kuota sampel yang dapat ditarik sekitar 25%, dan bila jumlah populasi (atau subpopulasi) di atas 1000 kuota sampel yang dapat ditarik sekitar 15% dari jumlah populasinya. Dasar tujuan dari sampling kuota sebenarnya adalah pemilihan suatu sampel yang merupakan replika dari populasi ke mana generalisasi akan dibuat (Dantes 2012).

(15)

4 sebelum kenaikan harga BBM dibandingkan dengan jumlah unit penangkapan tuna longline setelah kenaikan harga BBM. Kenaikan harga BBM terakhir terjadi pada tahun 2008, sehingga satu tahun sebelum kenaikan harga BBM adalah tahun 2007 dan setelah kenaikan harga BBM adalah tahun 2008 hingga 2011.

Analisis Dampak Kenaikan Harga BBM

1) Analisis Penerimaan Kapal Tuna Longline

Penerimaan kapal tuna longline diperoleh dengan mengalikan jumlah hasil tangkapan dengan harga ikan dalam satu kali trip penangkapan. Jumlah hasil tangkapan dan harga ikan didapat dari data primer (kuesioner). Penerimaan kapal tuna longline sebelum kenaikan harga BBM dibandingkan dengan penerimaan kapal setelah kenaikan harga BBM (Tabel 2). Perbandingan tersebut menghasilkan perubahan penerimaan usaha tuna longline yang dinyatakan dalam

(16)

5 mesin, biaya perawatan alat tangkap, biaya penyusutan kapal, biaya penyusutan mesin, dan biaya penyusutan alat tangkap. Komponen biaya variabel kapal tuna longline adalah oli, solar, minyak tanah, es, air tawar, umpan, gaji dan premi ABK, konsumsi ABK, retribusi. Pengeluaran kapal tuna longline sebelum kenaikan harga BBM dibandingkan dengan pengeluaran kapal setelah kenaikan harga BBM (Tabel 3). Perubahan pengeluaran kapal tuna longline dinyatakan dalam rupiah dan persen. dimaksud. Analisis aspek finansial dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai kebutuhan dana serta sumbernya, menghitung aliran kas (Tabel 4), kajian mengenai biaya modal, analisis sensitivitasnya, penilaian NPV, net B/C ratio, IRR, BEP, dan Payback Period (Nurmalina et al. 2010).

(17)

6

Discount Factor digunakan untuk menghitung sejumlah uang di saat sekarang, bila diketahui sejumlah nilai tertentu di masa yang akan datang dengan memperhatikan suatu periode tertentu (Nurmalina et al. 2010).

Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C ratio) adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif sebagai pembilang dengan manfaat bersih yang bernilai negatif sebagai penyebut atau pada keadaan biaya kotor lebih besar daripada lebih besar dari satu dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari satu (Nurmalina et al. 2010).

Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk membandingkan manfaat dan biaya perikanan yang ditunjukkan dalam satuan persentase (%). Nilai IRR

Payback Period merupakan penghitungan untuk mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang memiliki payback period singkat atau cepat pengembaliannya kemungkinan besar akan dipilih (Nurmalina et al. 2010). Payback period dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

(18)

7 Dimana:

I = besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab = manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya.

Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue (TR) = total cost (TC), tergantung pada lama arus penerimaan sebuah bisnis dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya dengan menggunakan rumus (Nurmalina et al. 2010):

TC = TVC + TFC TC = Total Biaya TFC = Total Fixed Cost TVC = Total Variabel Cost

BEP (unit) = Total Biaya Tetap/(harga jual per unit – biaya variabel per unit)

BEP (rupiah) = � � � � 1− � ��� �� �� ����

Tabel 4 Bentuk Cash Flow (Aliran Kas)

No Uraian Komponen Without Investment

With Investment Tahun

1 2 ... T

I Inflow

1. Nilai Produksi

2. Pinjaman

3. Nilai Sewa

4. Grants

5. Salvage Value

Total Inflow

II Outflow

1. Biaya Investasi

2. Biaya Operasional

2.1 Biaya Variabel

2.2 Biaya Tetap

3. Pembayaran Bunga

Pinjaman

4. Pajak

(19)

8

Lanjutan Tabel 4

Sumber: Nurmalina et al. (2010), diolah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Produksi Tuna dan Jumlah Unit Penangkapan Ikan Tuna

Longline

Kenaikan harga BBM yang terjadi pada periode 2007 sampai 2011 tidak hanya meningkatkan harga BBM dan harga-harga kebutuhan pokok tetapi juga menjadi salah satu faktor penyebab fluktuasi jumlah unit penangkapan tuna longline. Perubahan jumlah unit penangkapan tuna longline terlihat pada jumlah kapal, jumlah alat tangkap tuna longline yang digunakan dan jumlah nelayan tuna longline.

Tuna adalah ikan yang bernilai ekonomis penting dan merupakan salah satu komoditas utama dari PPN Palabuhanratu selain ikan layur. Selama periode 2007 sampai 2011 jumlah produksi ikan tuna dari alat tangkap longline di PPN Palabuhanratu mengalami fluktuasi. Selain faktor alam, terdapat faktor lain seperti kenaikan harga BBM yang mempengaruhi jumlah produksi ikan tuna di PPN Palabuhanratu. Pada Gambar 1 terlihat bahwa jumlah produksi ikan tuna dari alat tangkap longline mendominasi keseluruhan hasil produksi.

No Uraian Komponen Without Investment

With Investment Tahun

1 2 ... T

Total Outflow III Net Benefit = (I-II) IV DF = 1/ (1+i)'

(20)

9

Sumber: PPN Palabuhanratu (diolah)

Gambar 1 Produksi Ikan di PPN Palabuhanratu (kg)

(21)

10

Selain hasil tangkapan kapal tuna longline yang berasal dari Palabuhanratu, keseluruhan produksi tuna longline di PPN Palabuhanratu juga termasuk hasil tangkapan kapal tuna longline yang mayoritas berasal dari Jakarta, Cilacap, dan Bali. Kapal-kapal tuna longline tersebut menggunakan PPN Palabuhanratu untuk mendaratkan hasil tangkapannya dan menjadikan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base.

Sumber: PPN Palabuhanratu (diolah)

Gambar 2 Produksi Ikan Tuna Longline di PPN Palabuhanratu (kg)

Dalam Gambar 2 nilai produksi ikan tuna dengan alat tangkap longline di PPN Palabuhanratu dapat dikatakan meningkat apabila dilihat dari rata-rata perubahan nilai produksi ikan tuna dengan alat tangkap longline sebesar 68,31% per tahun. Dari grafik berikut (Gambar 3) dapat dibuktikan bahwa alat tangkap longline memiliki pendapatan terbesar. Dalam Gambar 4, alat tangkap yang termasuk dalam kelompok non-longline adalah alat tangkap yang menggunakan kapal motor seperti gillnet, rawai (bottom line), pancing tonda, pancing ulur, angkutan bagan, payang, rampus, purse seine, dan alat tangkap yang menggunakan perahu motor tempel (PMT) seperti angkutan bagan, trammel net, payang, rampus, gillnet, rawai (bottom line), pancing ulur.

Sumber: PPN Palabuhanratu (diolah)

Gambar 3 Nilai Produksi Ikan di PPN Palabuhanratu (Rp)

-1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000

2007 2008 2009 2010 2011

-20.000.000.000 40.000.000.000 60.000.000.000 80.000.000.000 100.000.000.000 120.000.000.000 140.000.000.000

2007 2008 2009 2010 2011

Longline

(22)

11 Perkembangan Jumlah Kapal dan Alat Tangkap Tuna Longline

Kapal tuna longline yang beroperasi dan menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base umumnya adalah kapal yang berukuran 30 GT sampai dengan 200 GT. Ukuran kapal tuna longline mempengaruhi jumlah BBM yang akan digunakan. Kenaikan harga BBM pada tahun 2008 menyebabkan fluktuasi pada jumlah kapal di PPN Palabuhanratu. Jumlah kapal tuna longline di PPN Palabuhanratu selama periode 2007 sampai 2011 dapat dikatakan menurun apabila dilihat dari rata-rata perubahan jumlah kapal tuna longline sebesar -2,55% per tahun. Perkembangan jumlah kapal tuna longline dapat dilihat pada Gambar 4. Alat tangkap tuna longline yang digunakan di PPN Palabuhanratu memiliki konstruksi yang sama seperti alat tangkap tuna longline pada umumnya, terdiri atas tali utama (main line), tali cabang (branch line), tali pelampung (floating line), pelampung (float), lampu pelampung (floating lights), bendera (flag), pancing (hook) dan tiang bambu (pole).

Jumlah alat tangkap tuna longline yang digunakan di PPN Palabuhanratu selama tahun 2007-2011 berfluktuasi, namun dapat dikatakan meningkat apabila dilihat dari rata-rata perubahan jumlah alat tangkap tuna longline sebesar 31,12% per tahun (Gambar 4). Penurunan jumlah alat tangkap longline terjadi di tahun 2011. Hal ini seiring dengan menurunnya jumlah kapal tuna longline yang beroperasi dan menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base di tahun 2011.

(23)

12

Perkembangan Jumlah Nelayan Tuna Longline

Nelayan tuna longline merupakan anak buah kapal (ABK) kapal tuna longline yang memiliki tugas berbeda-beda yaitu sebagai nakhoda, wakil nakhoda, juru kemudi, juru masak, kepala kamar mesin (KKM), kepala pengoperasian alat tangkap, ahli mesin, dan sisanya bertugas untuk mengoperasikan alat tangkap. Jumlah nelayan yang bertugas di kapal transit adalah 8 orang sedangkan jumlah nelayan yang bertugas di kapal yang tengah beroperasi di laut adalah paling sedikit 14 orang. Kenaikan harga BBM juga menyebabkan fluktuasi pada jumlah nelayan tuna longline. Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa jumlah nelayan tuna longline di PPN Palabuhanratu berfluktuasi selama periode 2007 sampai 2011. Jumlah nelayan tuna longline dapat dikatakan menurun apabila dilihat dari rata-rata perubahan jumlah nelayan tuna longline sebesar -2,35% per tahun. Pada tahun 2007 jumlah nelayan tuna longline adalah 2062 orang, kemudian mengalami penurunan sebesar 30,41% menjadi 1435 orang pada tahun 2008.

Sumber: PPN Palabuhanratu (diolah)

Gambar 5 Perkembangan Jumlah Nelayan Tuna Longline di PPN Palabuhanratu Peningkatan sebesar 28,08% terjadi pada tahun 2009 sehingga jumlahnya menjadi 1838 orang. Peningkatan jumlah ini dapat disebabkan oleh nelayan-nelayan yang menggunakan alat tangkap selain tuna longline beralih profesi sebagai nelayan tuna longline karena tuna longline menghasilkan tuna yang besar. Hal ini terlihat dalam Gambar 2 bahwa pada tahun 2007 total produksi tuna longline di PPN Palabuhanratu adalah 6.056.256 kg lalu menurun sebesar 24,36% pada tahun 2008 sehingga total produksi pada tahun 2008 adalah 4.580.683 kg. Total produksi tersebut didominasi oleh hasil tangkapan tuna longline sebesar 32,95% pada tahun 2007 dan sebesar 42,94% pada tahun 2008. Dari hal tersebut, dapat diasumsikan bahwa peningkatan jumlah nelayan di tahun 2009 terjadi karena nelayan memiliki keinginan untuk beralih profesi menjadi nelayan tuna longline setelah mengetahui besarnya pendapatan usaha tuna longline dan berharap untuk tetap mendapatkan pendapatan yang besar dari tuna longline meskipun harga BBM telah mengalami peningkatan.

(24)

13 meningkat, dan jumlah kapal, alat tangkap, serta nelayan tuna longline meningkat. Harga tuna longline pada tahun 2009 meningkat karena berkurangnya produksi tuna longline (paceklik). Di sisi lain pendapatan tuna longline tidak dapat menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan selama operasi penangkapan ikan oleh tuna longline. Untuk mengefisiensikan biaya yang dikeluarkan oleh usaha tuna longline, salah satu caranya adalah mengurangi jumlah nelayan yang bekerja di dalam usaha tuna longline. Akibatnya, jumlah nelayan tuna longline menurun. Tidak hanya itu, penurunan jumlah nelayan tuna longline di PPN Palabuhanratu juga disebabkan oleh bangkrutnya usaha tuna longline setelah kenaikan harga BBM dan menurunnya hasil tangkapan tuna longline. Faktor lainnya adalah gaji yang diterima oleh nelayan ternyata kurang cukup membantu nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Nelayan tuna longline beralih profesi sebagai nelayan alat tangkap lainnya atau memilih pekerjaan lain yang tidak memerlukan

Penerimaan usaha tuna longline berasal dari nilai hasil tangkapan tuna longline. Ikan yang dominan tertangkap oleh tuna longline adalah tuna albacore,

(25)

14

maupun pengelola pelabuhan, sehingga penerimaan usaha tuna longline sebelum kenaikan harga BBM diasumsikan berada dalam kondisi pada tahun 2007 dan dalam kondisi ideal (Tabel 6). Dasar untuk penghitungan usaha adalah produksi 8 ton per trip, harga ekspor rata-rata 1.250 yen per kg dengan kurs Rp 76,00 per yen dan harga produk lokal rata-rata Rp 10.000,00. ekonomi dalam usaha tuna longline. Komponen penerimaan dalam usaha tuna longline adalah nilai produksi tuna longline. Menurut Nurani (2010), pada tahun 2007 (sebelum kenaikan harga BBM), harga ekspor adalah untuk satu kilogram

Setelah kenaikan harga BBM, terjadi beberapa perubahan kondisi, seperti harga kebutuhan melaut semakin mahal, jangkauan daerah penangkapan ikan semakin mendekati pelabuhan, tingkat kesulitan dalam penangkapan ikan lebih tinggi karena nelayan-nelayan lain berusaha menangkap ikan di wilayah yang sama dan berdekatan. Hal ini menyebabkan tingkat persaingan nelayan tuna longline semakin tinggi dan ikan yang berhasil ditangkap hanya 5 sampai 6 ton.

(26)

15

Hasil perhitungan di atas memperlihatkan bahwa terjadi penurunan penerimaan usaha tuna longline di pasar ekspor sebesar 1% dan terjadi peningkatan penerimaan usaha tuna longline secara signifikan di pasar lokal sebesar 88% setelah harga BBM naik. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga tuna kualitas lokal yang mencapai 150% sedangkan kenaikan harga tuna kualitas ekspor hanya 33%. Peningkatan kualitas hasil tangkapan tuna longline perlu dilakukan agar proporsi tuna tujuan pasar ekspor lebih tinggi dibandingkan dengan tuna tujuan pasar lokal. Berbeda dengan halnya usaha tuna longline khusus untuk ekspor, proporsi tuna longline tidak dapat ditentukan karena umumnya ikan tuna yang diproduksi memiliki kualitas ekspor dan hanya sedikit yang termasuk dalam tuna reject.

Analisis Pengeluaran Usaha Tuna Longline

(27)
(28)

17 (2) Biaya variabel

(29)

18

kepada usaha tuna longline karena hasil yang didaratkan langsung didistribusikan ke perusahaan serta disortir di perusahaan untuk diekspor.

Biaya BBM memiliki proporsi sebesar 78% sebelum kenaikan harga BBM dan 66% setelah kenaikan harga BBM dari keseluruhan total biaya variabel per trip serta 52% sebelum kenaikan harga BBM dan 31% setelah kenaikan harga BBM dari keseluruhan total biaya operasional tuna longline dalam setahun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Raihanah et al. (2011) bahwa kebutuhan solar mencapai 60 sampai 75% dari total biaya operasional yang dibutuhkan dan merupakan biaya operasional terbesar dari usaha perikanan tangkap, meskipun fishing ground hanya berada di kawasan teluk atau selat.

Gaji dan premi ABK sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM meningkat sebesar 122% karena nelayan meminta kenaikan gaji seiring dengan kenaikan harga berbagai kebutuhan hidup. Biaya konsumsi ABK juga mengalami peningkatan sebesar 67%. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya harga berbagai kebutuhan untuk melaut sehingga tidak relevan lagi apabila tetap menggunakan anggaran biaya sebelum kenaikan harga BBM.

Kelayakan Usaha Tuna Longline

Kelayakan usaha tuna longline dianalisis dengan menggunakan perhitungan net present value (NPV), net benefit/cost ratio (Net B/C Ratio), internal rate of return (IRR) dan break even point (BEP). Perhitungan kelayakan usaha tuna longline menggunakan discount rate 15%.

Tabel 12 Kelayakan Usaha Tuna Longline Sebelum Kenaikan Harga BBM (Tahun 2007)

Kriteria Investasi Nilai

Penerimaan tuna longline per tahun Rp 2.052.000.000

Total biaya tetap per tahun Rp 275.000.000

Total biaya variabel per tahun Rp 1.089.180.000

Biaya total per tahun Rp 1.364.180.000

Net Benefit Rp 687.820.000

Net Present Value Rp 2.427.963.830

Net B/C Ratio 6,65

Internal Rate of Return 66%

Payback Period 1,53

Sumber: Nurani (2010)

(30)

19 Tabel 13 Kelayakan Usaha Tuna Longline Tahun 2007 dengan Asumsi Harga

BBM Naik Menjadi Rp4.500/liter dan Selain Harga BBM Adalah Tetap

Kriteria Investasi Nilai

Penerimaan tuna longline per tahun Rp 2.052.000.000

Total biaya tetap per tahun Rp 275.000.000

Total biaya variabel per tahun Rp 1.089.180.000

Biaya total per tahun Rp 1.394.180.000

Net Benefit Rp 657.820.000

Net Present Value Rp 2.277.400.772

Net B/C Ratio 6,36

Internal Rate of Return 64%

Payback Period 1,60

Sumber: Nurani (2010) (diolah)

Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa usaha yang dilakukan oleh kapal tuna longline masih layak untuk dilakukan apabila terjadi kenaikan harga BBM (Lampiran 2). Namun, nilai kelayakan usahanya menurun dan jangka waktu pengembalian investasi menjadi lebih lama, yaitu 1,6 tahun.

Pada tahun 2011, harga BBM dan harga barang-barang mengalami kenaikan. Harga BBM pada tahun 2011 adalah Rp 4.500/liter. Hasil tangkapan kapal tuna longline juga menurun, menjadi 6 ton dalam satu kali trip. Dalam satu tahun, hanya terdapat tiga kali trip. Berikut adalah kelayakan usaha kapal tuna longline pada tahun 2011.

Tabel 14 Kelayakan Usaha Tuna Longline tahun 2011

Kriteria Investasi Nilai

Penerimaan tuna longline per tahun Rp 1.500.000.000

Total biaya tetap per tahun Rp 452.000.000

Total biaya variabel per tahun Rp 511.800.000

Biaya total per tahun Rp 963.800.000

Net Benefit Rp 536.200.000

Net Present Value Rp 486.927.481

Net B/C Ratio 2,47

Internal Rate of Return 20%

Payback Period 4,21

(31)

20

Usaha perikanan ikan tuna longline memiliki sensitivitas yang tinggi. Selain itu, usaha ini memiliki resiko yang besar. Sejak tahun 2012 hingga saat skripsi ini ditulis, terdapat isu bahwa akan terjadi kenaikan harga BBM di Indonesia. Kenaikan harga BBM ini direalisasikan dan terjadi pada bulan Juni 2013. Harga BBM (solar) dinaikkan menjadi Rp 5.500/liter dari harga semula yang hanya Rp 4.500/liter. Apabila diasumsikan harga selain harga BBM adalah tetap maka keuntungan usaha tuna longline akan turun sebesar 14% menjadi Rp 461.200.000 dapat dilanjutkan dan usaha mengalami gulung tikar. Keuntungan usaha akan menurun sebesar 93,25% menjadi Rp 36.200.000 (Lampiran 5), nilai NPV menurun (paceklik) sehingga harga tuna meningkat dan menyebabkan nilai produksi ikan tuna longline meningkat.

Di sisi lain, terjadi pula pengurangan jumlah nelayan oleh usaha tuna longline untuk mengefisiensikan biaya yang dikeluarkan oleh usaha tuna longline. Usaha tuna longline melakukan pemutusan kerja atau PHK terhadap nelayan-nelayan yang bekerja dalam usaha tuna longline tersebut. Selain itu, bangkrutnya usaha tuna longline juga membuat nelayan-nelayan kehilangan pekerjaan.

(32)

21 Pemilik usaha tuna longline mengurangi jangkauan penangkapan tuna longline sebagai upaya penghematan bahan bakar minyak. Namun upaya ini tidak dapat dikatakan sebagai efisiensi karena hal tersebut tidak mengurangi biaya bahan bakar kapal tuna longline.

Kapal tuna longline memiliki komponen penerimaan berupa nilai produksi yang selanjutnya akan dijual melalui ekspor dan lokal dengan distribusi ke berbagai daerah. Kapal tuna longline memiliki pengeluaran berupa biaya investasi dan biaya operasional. Biaya operasional terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Hal ini sesuai dengan Nurmalina (2010) bahwa dalam suatu usaha terdapat pengeluaran biaya investasi dan biaya operasional. Dalam biaya investasi terdapat perubahan biaya sebesar 165%. Biaya tetap dalam usaha tuna longline juga mengalami peningkatan setelah kenaikan harga BBM.

Dengan menggunakan analisis finansial dapat diketahui bahwa setelah kenaikan harga BBM keragaan kapal tuna longline menurun. Hal ini dapat terlihat dari menurunnya keuntungan kapal tuna longline sebesar 12,12% menjadi Rp 536.200.000. Nilai NPV juga menurun sebesar 76,11% karena biaya total usaha tuna longline membengkak hingga 25,84%. Nilai Break Even Point dapat dicapai apabila kapal tuna longline dapat menjual hasil tangkapannya dengan ekspor sebesar 6860,96 kg dan memperoleh pemasukan sebesar Rp 686.095.932. Setelah kenaikan harga BBM kapal tuna longline memerlukan waktu sekitar 4 tahun 2 bulan 15 hari untuk dapat mengembalikan investasinya. Hal ini lebih lama dibandingkan dengan jangka waktu pengembalian investasi sebelum kenaikan harga BBM yang hanya memerlukan waktu 1 tahun 8 bulan 19 hari.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1) Terjadi penurunan jumlah kapal, alat tangkap, dan jumlah nelayan tuna longline di PPN Palabuhanratu pada periode 2007 sampai 2011 yang disebabkan oleh adanya efisiensi yang dilakukan oleh kapal tuna longline akibat naiknya harga BBM;

2) Kenaikan harga BBM mengakibatkan dampak negatif pada usaha tuna longline yaitu terjadi penurunan kelayakan finansial usaha tuna longline; dan 3) Setelah kenaikan harga BBM nilai NPV usaha tuna longline adalah Rp

486.927.481, nilai Net B/C sebesar 2,47, IRR sebesar 20% dan payback period sebesar 4,21 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usaha tuna longline masih layak dan menguntungkan.

Saran

(33)

22

DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah D. 2012. Turbin Angin Mini sebagai Alternatif Sumber Energi Listrik untuk Lampu Navigasi pada Kapal Penangkap Ikan. [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 55 hlm.

Murdaniel RPS. 2007. Pengendalian Kualitas Ikan Tuna untuk Tujuan Ekspor di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 90 hlm.

Nurani TW. 2010. Model Pengelolaan Perikanan. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. hlm 162-175.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. hlm 86, 90-91, 95-100.

Raihanah, Wisudo SH, Baskoro MS, Sutisna DH. 2011. Kelayakan Finansial Pengembangan Usaha Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam. Buletin PSP. XIX No.1 (April 2011):53-67.

[PPN Palabuhanratu] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2007. Buku Statistik Perikanan PPN Palabuhanratu 2007. Sukabumi (ID): PPN Palabuhanratu. hlm 4-12.

[PPN Palabuhanratu] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2008. Buku Statistik Perikanan PPN Palabuhanratu 2008. Sukabumi (ID): PPN Palabuhanratu. hlm 4-12.

[PPN Palabuhanratu] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2009. Buku Statistik Perikanan PPN Palabuhanratu 2009. Sukabumi (ID): PPN Palabuhanratu. hlm 4-12.

[PPN Palabuhanratu] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2010. Buku Statistik Perikanan PPN Palabuhanratu 2010. Sukabumi (ID): PPN Palabuhanratu. hlm 4-12.

[PPN Palabuhanratu] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2011. Buku Statistik Perikanan PPN Palabuhanratu 2011. Sukabumi (ID): PPN Palabuhanratu. hlm 4-12.

(34)
(35)
(36)
(37)

26

Perhitungan Break Even Point Setelah Kenaikan Harga BBM Harga jual per unit = Rp 100.000/kg

Biaya variabel per unit = 170.600.000

5000

=

Rp 34.120

BEP (unit) = Total Biaya Tetap/(harga jual per unit – biaya variabel per unit)

BEP (unit) = 452.000.000

(100.000−34.120)

= 452.000.000

65.880

= 6860,96 kg

BEP (rupiah) = � � � � 1− � � �� �� �� �

�� � �� �

BEP (rupiah) = 452.000.000

1−(34 .120 100 .000)

= 452.000.000

1−0,3412

=

452.000.000 0,65880

(38)
(39)
(40)
(41)

30

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 06 Oktober 1991 dari ayah Irvan Rudy Cahyono dan ibu Rini Emiwati. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bekasi dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Pemanfaatan Sumber daya Perikanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Teknologi Alat Penangkapan Ikan pada tahun ajaran 2011/2012, asisten praktikum mata kuliah Pelabuhan Perikanan dan mata kuliah Teknik Perencanaan Pembangunan dan Pemanfaatan Pelabuhan Perikanan pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga aktif dalam kepengurusan Himafarin sebagai anggota Departemen Informasi dan Komunikasi (Infokom) pada tahun 2010/2011 dan Kepala Departemen Informasi dan Komunikasi (Infokom) pada tahun 2011/2012. Selain itu, penulis juga pernah terlibat dalam Simposium Kepemudaan Kelautan dan Perikanan Nasional tahun 2011 sebagai Panitia Khusus Deklarasi dan terpilih sebagai panitia terbaik.

Prestasi yang pernah diraih oleh penulis adalah terpilihnya penulis sebagai Mahasiswa Berprestasi Departemen Pemanfaatan Sumber daya Perikanan tahun

Gambar

Tabel 2 Penerimaan Kapal Tuna Longline Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga
Gambar 1 Produksi Ikan di PPN Palabuhanratu (kg)
Gambar 2 Produksi Ikan Tuna Longline di PPN Palabuhanratu (kg)
Gambar 4 Perkembangan Jumlah Kapal dan Alat Tangkap Tuna Longline di PPN
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran, untuk melihat sejauh mana pengaruh teknik Mind maping terhadap pemahaman konsep siswa.. Berikut ini adalah

Luas lingkup Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian mencakup semua kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian

- Setiap tenaga dokter, dokter gigi, perawat dan bidan yang baru bekerja di Puskesmas Gending, mengajukan Surat PengajuanKewenanganKlinis kepada Kepala Puskesmas dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pendidikan istri, lama pendidikan suami, pengaruh pendapatan keluarga, usia kawin pertama istri, lama penggunaan

Hasil rata-rata pengukuran logam berat Cd pada setiap stasiun menunjukkan bahwa kandungan logam berat Cd tertinggi pada kulit batang terdapat pada stasiun III yaitu

Tujuan analisis adalah menggunakan data yang terkumpul dan mencari kaitan satu dengan lainnya sehingga ditemukan berbagai masalah, melalui proses analisis ditemukan

pencipta lagu tidak mendapatkan hasil apa-apa atas karyanya tersebut yang dinikmati oleh orang lain, dan banyak sekali pihak yang menggunakan lagu tersebut tanpa

- direndam dalam HCl 0,1 M selama 24 jam - disaring dengan kertas saring - dicuci dengan aquades hingga bebas dari ion Cl- penambahan AgNO3 pada air pencucian sampel batang jagung