• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Potensi, Kontribusi dan Prospek Pengembangan Aren (Arenga pinnata).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Potensi, Kontribusi dan Prospek Pengembangan Aren (Arenga pinnata)."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN POTENSI, KONTRIBUSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN AREN (Arenga pinnata). (Studi Kasus : Desa Rumah Sumbul,

Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

LUSIANA P. NAIBAHO 061201042/MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Kajian Potensi, Kontribusi dan Prospek Pengembangan Aren (Arenga pinnata)

Nama : Lusiana Patricia Naibaho

NIM : 061201042

Program Studi : Manajemen Hutan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Agus Purwoko, S.Hut., M.Si Kansih Sri Hartini, S.Hut., MP

Mengetahui :

Ketua Departemen Kehutanan

(3)

ABSTRAK

LUSIANA NAIBAHO : Kajian Potensi, Kontribusi dan Prospek Pengembangan

Aren (Arenga pinnata Merr.) (Studi kasus Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang). Dibimbing oleh AGUS PURWOKO dan

KANSIH SRI HARTINI.

Tanaman aren merupakan salah satu kekayaan nabati yang dimiliki Indonesia, tumbuh subur dan tersebar luas di seluruh pelosok nusantara termasuk Desa Rumah Sumbul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tanaman aren, kontribusi tanaman aren dan prospek pengembangan tanaman aren di Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni-Juli 2010 di Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif melalui metode wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan tanaman aren masih bersifat tradisional atau sederhana. Tanaman aren menghasilkan nira sebagai bahan baku utama pembuatan gula merah dan minuman beralkohol (tuak), kolang-kaling, ijuk, dan kayu bakar. Nilai ekonomi tanaman aren Rp 571.200.000/tahun dan nira memberikan kontribusi yang paling besar yakni Rp 432.048.000/tahun (78.26%). Tanaman aren merupakan pendapatan utama dengan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga sebesar 61.73%.

(4)

ABSTRACT

Lusiana Naibaho. Potential Study, Contribution and Development Prospects

Aren (Arenga pinnata Merr.). (Case Study in Rumah Sumbul Village, Sibolangit Subdistrict , Deli Serdang District). Under the guidance of AGUS PURWOKO and KANSIH SRI HARTINI.

Palm plant is one of the natural source owned by Indonesia, thrive and spread throughout the archipelago, including the Rumah Sumbul Village. This study aims to know the potency, contribution and prospects development of the palm plants in Rumah Sumbul Village, Sibolangit Subdistrict, Deli Serdang District. The research was conducted in June-July 2010 at the Rumah Sumbul Village, Sibolangit Subdistrict, Deli Serdang District. The research was done by using descriptive analysis through the interview method.

The results of research showed that the cultivating of the palm plant is still traditional or simple. Palm plants produce sugar palm sap as the main raw material for brown sugar and alcoholic beverages (tuac), kolang-kaling, fibre of palmtree, and firewood. The economic value of palm plants is Rp 571.200.000 every year and sugar palm sap is the biggest contributing with Rp 432.048.000 every year (78.26%). Plant palm is the main income while contributing to household income amounted to 61.73%.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pangururan Kabupaten Samosir pada tanggal 17 Mei 1988 dari ayah Alri Naibaho (almarhum) dan ibu Erta Simbolon. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 173105 Tarutung dan lulus tahun 2000 kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Tarutung dan lulus tahun 2003, pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Tarutung. Pada tahun yang sama diterima masuk di Program Studi Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Potensi, Kontribusi dan Prospek Pengembangan Aren (Arenga pinnata) (Studi Kasus : Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang)” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Agus Purwoko, S.Hut, M.Si dan Kansih Sri Hartini, S.Hut, M.P selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis. Penulis juga menghaturkan pernyataan terimakasih sebesar-besarnya kepada orang tua penulis Erta Simbolon yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik selama ini juga kepada saudara-saudara penulis yang selalu memberikan doa dan semangat.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang mendukung penyelesaian skripsi ini seperti masyarakat Desa Rumah Sumbul, Kepala Desa Rumah Sumbul serta rekan-rekan seangkatan atas semangatnya dan bantuannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2010

(7)

DAFTAR ISI

Morfologi Tanaman Aren... 9

Jenis-Jenis Tanaman Aren ... 11

Pengelolaan Tanaman Aren... 36

Potensi Tanaman Aren ... 41

Kontribusi Tanaman Aren ... 43

Pendapatan Rumah TanggaPemanfaatan Tanaman Aren ... 46

Prospek Pengembangan Tanaman Aren ... 51

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 56

Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(8)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Persentase Pendapatan Tanaman Aren ... 28

2. Kontribusi Ekonomi Daerah ... 29

3. Waktu yang Digunakan Tenaga Kerja ... 30

4. Persentase Tenaga Kerja Serapan (Petani Aren) ... 30

5. Keadaan Pasar... 31

6. Pembagian Wilayah Desa Rumah Sumbul ... 33

7. Sarana dan Prasarana Desa Rumah Sumbul ... 35

8. Hasil Perhitungan Potensi Tanaman Aren di Desa Rumah SumbulHubungan luas lahan dengan pendapatan responden... 42 9. Jenis Pemanfaatan Tanaman Niraoleh Petani Aren ... 43

10. Nilai Ekonomi Tanaman Aren yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa Rumah Sumbul ... 44 11. Persentase pendapatan dari Tanaman Aren dan Selain Tanaman Aren.. 46

12. Persentase Ekonomi Rumah Tangga………... 51

13. Persentase Jumlah Waktu yang dipergunakan Petani Aren ... 53

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Produk Turunan dari Tanaman Aren ... 13

2. Diagram Alur Proses Produksi Gula Aren Cetak dan Gula Semut oleh Pengrajin ... 19 3. Diagram Alur Proses Produksi Gula Semut oleh Industri ... 20

4. Kantor Kepala Desa Rumah Sumbul ... 32

5. Tanaman Aren di Desa Rumah Sumbul ... 36

6. Tualang... 37

7. (a) Parang; (b) Tungkil; (c) batu Asah ... 38

8. (a) Bumbung dari Bambu; (b)Bumbung diikat pada tandan Aren ... 39

9. (a) Buah Manggis; (b) Akar Pohon Raja; (c) Bumbung dicuci Menggunakan Air Panas ... 40 10. Menyadap Nira ... 37

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

(11)

ABSTRAK

LUSIANA NAIBAHO : Kajian Potensi, Kontribusi dan Prospek Pengembangan

Aren (Arenga pinnata Merr.) (Studi kasus Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang). Dibimbing oleh AGUS PURWOKO dan

KANSIH SRI HARTINI.

Tanaman aren merupakan salah satu kekayaan nabati yang dimiliki Indonesia, tumbuh subur dan tersebar luas di seluruh pelosok nusantara termasuk Desa Rumah Sumbul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tanaman aren, kontribusi tanaman aren dan prospek pengembangan tanaman aren di Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni-Juli 2010 di Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif melalui metode wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan tanaman aren masih bersifat tradisional atau sederhana. Tanaman aren menghasilkan nira sebagai bahan baku utama pembuatan gula merah dan minuman beralkohol (tuak), kolang-kaling, ijuk, dan kayu bakar. Nilai ekonomi tanaman aren Rp 571.200.000/tahun dan nira memberikan kontribusi yang paling besar yakni Rp 432.048.000/tahun (78.26%). Tanaman aren merupakan pendapatan utama dengan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga sebesar 61.73%.

(12)

ABSTRACT

Lusiana Naibaho. Potential Study, Contribution and Development Prospects

Aren (Arenga pinnata Merr.). (Case Study in Rumah Sumbul Village, Sibolangit Subdistrict , Deli Serdang District). Under the guidance of AGUS PURWOKO and KANSIH SRI HARTINI.

Palm plant is one of the natural source owned by Indonesia, thrive and spread throughout the archipelago, including the Rumah Sumbul Village. This study aims to know the potency, contribution and prospects development of the palm plants in Rumah Sumbul Village, Sibolangit Subdistrict, Deli Serdang District. The research was conducted in June-July 2010 at the Rumah Sumbul Village, Sibolangit Subdistrict, Deli Serdang District. The research was done by using descriptive analysis through the interview method.

The results of research showed that the cultivating of the palm plant is still traditional or simple. Palm plants produce sugar palm sap as the main raw material for brown sugar and alcoholic beverages (tuac), kolang-kaling, fibre of palmtree, and firewood. The economic value of palm plants is Rp 571.200.000 every year and sugar palm sap is the biggest contributing with Rp 432.048.000 every year (78.26%). Plant palm is the main income while contributing to household income amounted to 61.73%.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan dan ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan keanekaragaman tumbuh-tumbuhan dan hasil kayu maupun bukan kayu memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Salim (1997) menjelaskan bahwa manfaat hutan terdiri dari manfaat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung adalah manfaat yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat yaitu masyarakat dapat menggunakan dan memanfaatkan hasil hutan, serta berbagai hasil hutan ikutan seperti getah, buah-buahan dan minyak atsiri sedangkan pemanfaatan secara tidak langsung seperti hutan telah menghasilkan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh seluruh manusia.

Tanaman aren yang merupakan salah satu kekayaan nabati yang dimiliki Indonesia, tumbuh subur dan tersebar luas di seluruh pelosok nusantara terutama terdapat di 14 propinsi, seperti : Papua, Maluku, Maluku Utara, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Kalimantan Selatan dan Nangroe Aceh Darussalam. Total luas areal di 14 propinsi sekitar 70.000 Ha (Maliangkay, 2009).

(14)

etanol 70-90%. Belum semua tanaman aren termanfaatkan, hal ini disebabkan faktor distribusi dan populasi tanaman aren yang tidak merata (Siregar, 2007).

Semua bagian pohon aren dapat diambil manfaatnya, mulai dari bagian-bagian fisik pohon maupun dari hasil-hasil produksinya. Hampir semua bagian-bagian fisik pohon ini dapat dimanfaatkan, misalnya : akar (untuk obat tradisional dan peralatan), batang (untuk berbagai macam peralatan dan bangunan), daun muda atau janur (untuk pembungkus atau pengganti kertas rokok yang disebut dengan kawung). Hasil produksinya juga dapat dimanfaatkan, misalnya : buah aren muda (untuk pembuatan kolang-kaling sebagai bahan pelengkap minuman dan makanan), air nira (untuk bahan pembuat gula merah dan cuka), pati atau tepung dalam batang (untuk bahan pembuatan berbagai macam makanan dan minuman) (Sunanto, 1993).

Pemanfaatan dan pemahaman masyarakat tentang produksi tanaman aren masih sangat terbatas. Tanaman aren belum dibudidayakan dan sebagian besar diusahakan dengan menerapkan teknologi yang minim (tradisional). Pengembangan tanaman aren ke depan harus diusahakan dalam bentuk agribisnis tanaman aren. Sehingga salah satu komponen produksi yang mutlak diperhatikan dan dikelola dengan baik ke depan, yaitu budidaya tanaman aren, termasuk penyediaan benih bermutu dan pembibitan tanaman aren sebagai bahan tanaman (Balai penelitian Kelapa dan Palma Lain, 2007).

(15)

Rumah Sumbul seharusnya merupakan salah satu upaya yang harus ditingkatkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah tersebut, karena keberadaan tanaman aren ini mempunyai arti penting bagi peningkatan keadaaan sosial ekonomi masyarakat dan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pendapatan masyarakat.

Perumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Apa yang menjadi potensi tanaman aren (Arenga pinnata) yang dapat diperoleh oleh masyarakat Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

2. Berapa besar kontribusi tanaman aren (Arenga pinnata) terhadap masyarakat Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

3. Bagaimana prospek pengembangan tanaman aren (Arenga pinnata) oleh masyarakat Desa Rumah Sumbul, Kabupaten Deli Serdang.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui potensi tanaman aren (Arenga pinnata) yang diperoleh masyarakat Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

(16)

3. Mengetahui prospek pengembangan tanaman aren (Arenga pinnata) yang terdapat di Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan bagi Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang untuk mengembangkan agribisnis berbasis tanaman aren (Arenga pinnata) dalam program pengembangan masyarakat

2. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang potensi , kontribusi, dan prospek pengembangan tanaman aren (Arenga pinnata)

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman aren (Arenga pinnata Merr.) merupakan pohon yang menghasilkan bahan-bahan industri yang sudah sejak lama kita kenal. Hampir semua bagian atau produk tanaman ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Selama ini permintaan produk-produk dari tanaman aren masih dilayani dengan mengandalkan tanaman aren yang tumbuh liar (tidak ditanam orang). Jika tanaman aren ditebang untuk diambil tepungnya (patinya), tentu saja populasi tanaman aren mengalami penurunan dengan cepat karena tidak diimbangi dengan kegiatan pengembangan.

Aren atau enau (Arenga pinnata), tersebar di seluruh kepulauan nusantara, dari dataran rendah hingga ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut. Tanaman yang berasal dari Assam (India) dan Burma ini, tumbuh subur di lembah lereng pegunungan, di sepanjang aliran sungai hingga di ketinggian pegunungan, di hampir semua jenis tanah, cenderung tumbuh liar, tidak menuntut pemeliharaan dan perawatan. Bahkan nyaris tidak dipelihara dan dirawat sebab masih belum dibudidayakan (Gultom, 2009).

(18)

masih mengandalkan bibit dari aren yang tumbuh alami di kebunnya. Biji-biji aren yang menjadi bibit tersebut biasanya disebarkan oleh musang. Selain pengelolaan kebun, penyadapan dan pengolahan hasil juga masih dilakukan dengan cara tradisional. Peluang mengembangkan industri hilir dari tanaman aren di Sumatera Utara masih terbuka lebar. Selain karena pasaran lokal masih terbuka, juga adanya pangsa pasar eksport yang menjanjikan (Siregar, 2007).

Luas areal pertanaman aren di Sulawesi Utara hingga tahun 2004 mencapai 2.942 Ha yang tersebar di 7 kabupaten dan 44 kecamatan. Peluang pengembangan produk tanaman aren dilakukan dengan cara-cara seperti optimalisasi produk, penggunaan teknologi dan pengembangan pasar. Jenis produk yang potensial dan mempunyai peluang export adalah alkohol teknis, gula semut, gula merah, alkohol untuk bahan bakar dan minuman beralkohol. Tanaman aren di Sulawesi Utara sangatlah layak dan signifikan untuk dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar nabati dengan pertimbangan adanya ketersediaan tenaga kerja terampil, proses penyulingan (destilasi), meski terbilang sederhana, telah dikenal masyarakat Sulawesi Utara sehingga sentuhan teknologi terapan (tepat guna) merupakan solusi terhadap faktor produktifitas, masih tersedia ribuan hektar lahan tidur yang jika diperlukan dapat dimanfaatkan dan diversifikasi produk saguer dan captikus menjadi bioetanol dapat menunjang ketahanan sosial–ekonomi masyarakat Sulawesi Utara (Mononutu, 2007).

(19)

terbesar di Indonesia. Industri gula aren di kabupaten ini menyerap 5.406 tenaga kerja melalui 2.982 unit usaha mikro dan kecil, belum termasuk tenaga kerja di saluran distribusinya. Kapasitas produksi per tahun mencapai 2.249,4 ton yang tersebar di 44 sentra produksi (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, 2005).

Tinjauan Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr)

Morfologi Tanaman Aren (Arenga pinnata)

Taksonomi dari tanaman aren (Arenga pinnata Merr) adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Arecales

Family : Arecaceae Genus : Arenga

Spesies : Arenga pinnata Merr.

Tanaman aren (Arenga pinnata) merupakan tanaman berbiji tertutup (Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. Tanaman aren ini termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan). Tanaman aren banyak terdapat mulai dari Pantai Timur India sampai ke daerah Asia Tenggara. Di Indonesia tanaman ini banyak terdapat hampir di seluruh wilayah nusantara (Sunanto, 1993).

Tanaman atau pohon aren itu hampir mirip dengan pohon kelapa (Cocos

nucifera). Bedanya jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun dan

(20)

batangnya terbalut ijuk yang warnanya hitam dan sangat kuat sehingga pelepah daun yang sudah tua pun sulit untuk diambil atau dilepaskan dari batangnya (Sunanto, 1993).

Tanaman aren bisa tumbuh besar, kalau sudah tua. Garis tengah batangnya bisa sampai 65 cm, sedang tingginya 15 m. Kalau ditambah dengan tajuk daun yang menjulang di atas batang, tinggi keseluruhannya bisa sampai 20 meter. Waktu pohon masih muda, batang itu belum begitu kelihatan karena tertutup oleh pangkal-pangkal pelepah daun. Baru setelah daun paling bawahnya sudah gugur maka batangnya mulai kelihatan. Kadang-kadang sampai 3,5 tahun baru daunnya yang tertua gugur dari ruas yang paling bawah (Soesono, 1991).

Perakaran pohon aren menyebar dan cukup dalam, sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi pencegahan erosi terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan lebih dari 20%. Akar-akarnya yang direndam dalam air sehingga kulitnya mengelupas menghasilkan suatu material anyaman yang mudah dibelah-belah. Akar pohon aren juga dapat digunakan untuk benang kail karena mempunyai sifat yang sangat kuat (Sunanto, 1993).

(21)

Menurut Sunanto (1993), buah aren terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan dengan perantaraan angin atau serangga. Buah aren berbentuk bulat berdiameter 4-5 cm, di dalamnya berisi biji 3 buah, masing-masing berbentuk seperti siung bawang putih. Adapun bagian-bagian dari buah aren terdiri dari : 1. Kulit luar, halus dan berwarna hijau pada waktu masih muda dan menjadi

kuning setelah tua (masak)

2. Daging buah, berwarna putih kekuning-kuningan

3. Kulit biji, berwarna kuning dan tipis pada waktu masih muda dan berwarna hitam yang keras setelah buah masak

4. Endosperm, berbentuk lonjong agak pipih berwarna putih agak bening dan lunak pada waktu buah masih muda dan berwarna putih, padat atau agak keras pada waktu buah sudah masak.

Tiap untaian buah panjangnya bisa mencapai 1.5-1.8 meter, dan tiap tongkol (tandan buah) terdapat 40-50 untaian buah. Tiap tandan terdapat banyak buah, beratnya mencapai 1-2.5 kuintal. Buah yang tengah masak dapat dibuat kolang-kaling. Dan pada satu pohon aren sering didapati 2-5 tandan buah yang tumbuhnya agak serempak.

Jenis-Jenis Tanaman Aren (Arenga pinnata)

Menurut Sunanto (1993), sampai saat ini dikenal ada 3 jenis aren yaitu : 1. Aren (Arenga pinnata)

(22)

meter di atas permukaan laut. Dalam keadaan darurat, penduduk pedalaman Kalimantan sering memanfaatkan tepung aren gelora untuk dimakan. Sedangkan daunnya untuk atap rumah. Tanaman ini sebenarnya berpotensi sebagai tanaman hias.

3. Aren sagu (Arenga microcarpa). Aren sagu adalah suatu jenis tumbuhan aren yang berbatang tinggi, sangat ramping dan berumpun banyak.

Syarat Tumbuh Tanaman Aren

Tanaman Aren (Arenga pinnata) sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung) dan berpasir. Tetapi tanah ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi (derajat keasaman tanah terlalu asam) (Soesono, 1991).

Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh dengan baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 mdpl. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih dari 800 m, tanaman aren tersebut dapat tumbuh tetapi produksi buahnya kurang memuaskan (Soesono, 1991).

(23)

Potensi Tanaman Aren (Arenga pinnata)

Tanaman aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial. Buahnya dapat dibuat kolang-kaling yang digemari oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Daunnya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan tangan dan bisa juga sebagai atap, sedangkan akarnya dapat dijadikan bahan obat-obatan. Dari batangnya dapat diperoleh ijuk dan lidi yang memiliki nilai ekonomis. Selain itu, batang usia muda dapat diambil sagunya, sedangkan pada usia tua dapat dipakai sebagai bahan furnitur. Namun dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan sebagai bahan untuk produksi gula aren adalah yang paling besar nilai ekonomisnya. Dalam gambar pohon industri (Gambar 1) adalah beberapa produk turunan dari aren yang berpotensi untuk dikembangkan (Bank Indonesia, 2008).

Gambar 1 Produk Turunan dari Tanaman Aren. Sumber : Bank Indonesia, 2008

Industri Alat Rumah Tangga/Bangunan Industri

Obat

Sagu Industri Makanan

Industri Lem

(24)

Potensi/manfaat yang dapat dihasilkan dari tanaman aren (Arenga pinnata) ini, yaitu :

a. Gula Merah dan Gula Semut

Penyadapan Nira

Gula merah aren dibuat dari tanaman aren. Nira ini dihasilkan dari penyadapan tonggol (tandan) bunga jantan. Jika yang disadap tonggol bunga betina, maka akan diperoleh nira yang tidak memuaskan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Setiap tongkol bunga jantan dapat disadap selama 3-4 bulan, yaitu sampai tongkolnya habis atau mengering. Nira hasil sadapan selama periode ini, mula-mula jumlahnya sedikit kemudian jumlahnya meningkat sampai pertengahan masa sadap dan akhirnya kembali jumlahnya sedikit. Satu tongkol bunga dapat menghasilkan 4-5 liter nira (dua kali penyadapan), tergantung dari tingkat kesuburan pohon aren tersebut (Sunanto, 1993).

(25)

Setelah di sekeliling tandan bersih, kemudian tandan diayun-ayunkan dan dipukul-pukul agar dapat memperlancar keluarnya nira melalui pembuluh kapiler (pembuluh phloem). Pemukulan dilakukan dengan kayu secara ringan (tidak terlalu keras) dan tandan jangan sampai terluka. Pengayunan dan pemukulan tersebut dilakukan berulang-ulang selama tiga minggu dengan selang waktu dua hari. Untuk melihat apakah bunga jantan yang sudah diayun dan dipukul itu sudah atau belum menghasilkan nira, maka tandan ditoreh (dilukai) jika torehan belum mengeluarkan cairan, maka tongkol perlu diayun-ayunkan dan dipukul-pukul lagi. Jika torehan sudah mengeluarkan cairan, maka sudah siap disadap niranya. Kemudian tandan bunga dipotong tepat pada torehan tersebut dengan sabit atau parang yang tajam. Setelah tandan dipotong, kemudian diletakkan sebuah bumbung bambu yang khusus dibuat untuk menampung nira di bawah tandan yang dipotong, atau ujung tandan yang sudah dipotong masuk sedikit dalam mulut bumbung. Agar kedudukan bumbung tersebut kuat, maka bumbung harus diikat dengan batang pohon aren atau pangkal tandan.

Penyadapan nira dilakukan 2 kali sehari (dalam 24 jam). Penyadapan pada sore hari, nira yang tertampung diambil pada pagi hari, dan penyadapan pagi hari niranya diambil pada sore hari. Setiap mengganti bumbung, tandan tempat keluarnya nira harus diiris tipis agar saluran atau pembuluh kapiler terbuka, sehingga nira dapat keluar secara lancar. Setiap tandan bunga jantan dapat disadap selama 3-4 bulan, yaitu sampai tandannya habis atau mengering.

(26)

per hari (dua kali penyadapan), tergantung dari tingkat kesuburan pohon aren. Jika pertumbuhannya subur, dapat tumbuh beberapa tongkol bunga jantan dan betina secara serentak. Pohon seperti ini dapat lebih menguntungkan karena pada satu pohon dapat disadap beberapa tongkol bunga jantan setiap harinya. Karena banyaknya nira, maka bumbung sebaiknya dibuat dari bambu jenis petung atau ori. Nira aren segar lebih jernih dan sedikit lebih kental jika dibandingkan dengan nira kelapa segar.

Pembuatan Gula Merah

(27)

Meskipun demikian, secara garis besar proses produksinya tidak ada perbedaan. Proses produksi dimulai dari penyadapan nira, pemasakan nira, pengadukan dan pencetakan gula aren. Penyadapan nira aren biasanya dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Sebelum menyadap, lodong atau bambu penampung diberi sedikit air kapur pada dasarnya yang bertujuan untuk mengurangi resiko rusaknya nira aren akibat pembiakan organisme mikro.

Nira hasil sadapan pagi disaring menggunakan ijuk dari pohon aren kemudian dituang di kuali dan dimasak hingga matang agar menjadi gula cetak setengah jadi kemudian disimpan. Tujuan memasak nira sebelum disimpan adalah untuk menjaga daya tahan, karena nira aren mentah hanya tahan 3 jam. Nira yang disadap sore, kemudian dicampur dengan nira pagi yang sudah dimasak untuk kemudian dimasak bersama. Dalam pemasakan nira ini, juga perlu ditambahkan minyak goreng atau minyak kelapa sebanyak 10 gram untuk tiap 25 liter nira. Pada proses memasak, sesekali dilakukan pengadukan. Setelah memasuki fase jenuh yang ditandai dengan terbentuknya buih, pengadukan dilakukan lebih sering hingga nira aren menjadi pekat. Pada fase ini juga dilakukan pembersihan dari buih dan kotoran halus. Kemudian gula aren dicetak di dalam cetakan dari kayu. Sebelum digunakan, cetakan tersebut terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan air kapur dan merendamnya dengan air bersih untuk memudahkan pelepasan gula aren nantinya. Lama pemasakan nira aren hingga dicetak adalah 3-4 jam (Bank Indonesia, 2008).

(28)

sore hari. Nira yang disadap pada pada pagi hari kadar sukrosanya lebih rendah dari nira yang disadap sore hari. Hal ini karena siang hari penguapan lebih besar dari pada malam hari. Hasil analisis Joseph et al (1994) mengungkapkan bahwa perlakuan terhadap penampungan berpengaruh nyata terhadap kadar sukrosa nira yang disadap pada sore hari, tetapi tidak berpengaruh nyata pada sukrosa yang disadap pada pagi hari. Nira yang digunakan pada bahan baku gula sebaiknya di atas 12 persen (Rachman, 2009).

Gambar 2 Diagram Alur Proses Produksi Gula Aren Cetak dan Gula Semut oleh Pengrajin

Sumber : Rachman, 2009 Nira Aren

Penyaringan (membersihkan dari kotoran kasar)

Pemasakan (ditambah minyak kelapa) serta pembersihan dari buih dan kotoran halus

Pekatan nira (peet)

Pencetakan dalam kojor

Gula Cetak Pendinginan

Didinginkan 10 menit tanpa diaduk

Pengadukan

Pensterilan

Pengadukan Dipercepat

(29)

Kekhasan gula merah (aren dari segi) kimianya dibandingkan dengan gula lainnya adalah bahwa gula aren mengandung sukrosa lebih tinggi (84%) dibandingkan dengan gula tebu (20%) dan gula bit (17%). Dari segi kandungan gizinya, gula aren mengandung protein, lemak, kalium dan fosfor yang lebih tinggi dibandingkan dengan tebu dan gula bit (Rumukoi, 1990). Demikian juga jika dibandingkan dengan nira dari pohon kelapa, nira aren lebih manis dan aromanya lebih menyengat. Banyak keunggulan gula aren dibandingkan dengan gula kelapa, diantaranya adalah (Dyanti, 2002) kadar gula pereduksinya lebih rendah (10,31% vs 11,72%) sehingga hasil gulanya menjadi lebih keras dan kering dan kadar sukrosa gula aren juga lebih tinggi (Rachman, 2009).

Pembuatan Gula Semut

Proses produksi gula semut hampir sama dengan gula cetak, perbedaannya adalah gula aren semut proses pemasakan lebih lama dibandingkan pada gula aren cetak. Setelah nira aren yang dimasak berubah menjadi pekat, api kemudian dikecilkan. Setelah 10 menit, kuali diangkat dari tungku dan dilakukan pengadukan secara perlahan sampai terjadi pengkristalan.

(30)

3%. Untuk memperoleh tiga tingkat kehalusan tersebut, gula yang sudah digiling diayak dengan ayakan dari ukuran yang paling besar terlebih dahulu, yaitu 10 mesh. Gula semut yang tidak lolos pada ayakan disebut dengan gula reject. Gula

reject tersebut kemudian dimasak kembali hingga meleleh dan mengental untuk

dibentuk menjadi gula cetak.

b. Pembuatan Tuak dan Cuka

Di banyak daerah di Indonesia, nira difermentasi menjadi semacam minuman beralkohol yang disebut tuak atau di daerah timur juga disebut saguer. Tuak ini diperoleh dengan membubuhkan satu atau beberapa macam kulit kayu atau akar-akaran (misalnya kulit kayu nirih (Xylocarpus) atau sejenis manggis hutan (Garcinia)) ke dalam nira dan membiarkannya satu sampai beberapa malam agar berproses. Bergantung pada ramuan yang ditambahkan, tuak yang dihasilkan dapat berasa sedikit manis, agak masam atau pahit (Wikipedia, 2009).

Nira aren yang manis jika dibiarkan masih tetap di dalam bumbung bambu akan mengalami proses fermentasi, karena di dalam nira terdapat bakteri

saccharomyces tuac. Nira yang sudah mengalami fermentasi ini disebut dengan

(31)

c. Kolang-Kaling

Kolang-kaling (buah atap) adalah nama cemilan kenyal berbentuk lonjong dan berwarna putih transparan dan mempunyai rasa yang menyegarkan. Kolang kaling yang dalam kolang-kaling, para pengusaha kolang kaling biasanya membakar buah aren sampai hangus, kemudian diambil bijinya untuk direbus selama beberapa jam. Biji yang sudah direbus tersebut kemudian direndam dengan larutan air kapur selama beberapa hari sehingga terfermentasikan. Kolang-kaling memiliki kadar air sangat tinggi, hingga mencapai 93,8% dalam setiap 100 gram-nya. Kolang kaling juga mengandung 0,69 gram satu gram dan serat kasar 0,95 gram. Selain memiliki rasa yang menyegarkan, mengkonsumsi kolang kaling juga membantu memperlancar kerja saluran cerna manusia. Kandungan karbohidrat yang dimiliki kolang kaling bisa memberikan rasa kenyang bagi orang yang mengkonsumsinya, selain itu juga menghentikan nafsu makan dan mengakibatkan konsumsi makanan jadi menurun, sehingga cocok dikonsumsi sebagai makanan diet (Wikipedia, 2009).

(32)

d. Tepung Aren

Tanaman aren yang sudah disadap atau berumur tua, batang pohonnya sudah tidak mengandung pati/tepung. Pengusaha tepung aren sudah berpengalaman dalam meramalkan atau menduga banyak sedikitnya tepung aren yang terkandung dalam batang suatu tanaman aren.

e. Pemanfaatan Batang dan Limbah Batang

Batang

Tanaman aren yang berumur tua, ditandai dengan tumbuhnya bunga yang dekat dengan permukaan tanah tempat tanaman aren tumbuh. Dari batang tanaman ini dapat diproduksi berbagai macam barang, baik barang untuk bangunan maupun peralatan rumah tangga. Kayu batang tanaman aren sangat keras dan kuat. Kayu batang pohon tanaman aren yang sudah berumur tua dapat digunakan sebagai bahan bangunan seperti misalnya : kusen-kusen, pintu dan jendela, talang air dan lain sebagainya.

Pemanfaatan Limbah Batang

1. Ampas serbuk, limbah serbuk yang diperoleh dari serbuk yang sudah diambil tepungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan. Serbuk tersebut dapat dipisahkan menjadi tiga macam yaitu serbuk-serbuk kecil, serbuk-serbuk besar dan serat-serat panjang. Secara sederhana, keseluruhan serbuk tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, pupuk organik pada tanaman dan dapat memperbaiki struktur tanah

(33)
(34)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Kegiatan ini dilakukan pada Bulan Juni sampai dengan Bulan Juli 2010.

Alat dan Bahan

Alat

1. Kamera untuk dokumentasi dan visualisasi objek kegiatan 2. Alat-alat tulis untuk mencatat data di lapangan

3. Perangkat komputer untuk mengolah data

Bahan

1. Kuisioner untuk mengumpulkan data sekunder maupun data primer

2. Laporan-laporan hasil penelitian terdahulu dan berbagai pustaka penunjang sebagai sumber data sekunder untuk melengkapi pengamatan langsung di lapangan.

Objek dan Data Penelitian

1. Objek Penelitian

Kegiatan ini melibatkan pihak yang terkait dengan pengelolaan tanaman aren (Arenga pinnata) di wilayah studi, dengan objek penelitian :

a. Aparat desa/tokoh masyarakat dan masyarakat setempat

(35)

2. Data Penelitian

Data penelitian yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan antara lain adalah data sosial ekonomi masyarakat, bentuk pengelolaan tanaman aren, dan hasil penelitian yang terkait dengan tujuan penelitian. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan antara lain adalah kondisi umum lokasi penelitian atau data umum yang ada pada instansi pemerintahan desa dan kecamatan.

Metode Pengumpulan Data

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang yang memiliki lahan tanaman aren yakni sebanyak 30 keluarga.

2. Teknik dan Tahapan Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan sebagai berikut : a. Identifikasi tanaman aren yang dimiliki masyarakat di wilayah studi

b. Wawancara dan diskusi dengan menggunakan kuesioner terhadap para pelaku (aktor utama) yang mewakili dan para pihak pemangku kepentingan dalam pengelolaan tanaman aren

c. Melakukan observasi dan analisis pengelolaan tanaman aren yang ada di lapangan untuk memperoleh informasi mengenai proses pengelolaannya d. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder selanjutnya diolah dan

(36)

Teknik untuk memperoleh informasi dan data dari responden dilakukan dengan wawancara dan dengan pengukuran langsung di lapangan. Informasi yang diperoleh dari setiap responden diantaranya :

a. Identitas dari responden b. Luas lahan yang dimiliki

c. Jenis kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan tanaman aren atau teknik budidayanya (penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan) serta waktu kegiatan tersebut dilaksanakan

d. Kebutuhan input untuk kegiatan budidaya dan harga input yang digunakan (pemupukan, pemberantasan hama penyakit dan lain sebagainya)

e. Kontribusi berupa pendapatan yang diperoleh dari tanaman Aren

f. Potensi tanaman aren yang dibudidayakan yang meliputi jumlah pohon dan produktivitas yang dihasilkan dari tanaman aren

g. Informasi tentang prospek pengembangan tanaman aren

Analisis Data

1. Potensi Tanaman Aren

(37)

2. Kontribusi Tanaman Aren

Untuk mengetahui kontribusi tanaman aren terhadap pendapatan dianalisis dengan menghitung seluruh pendapatan, baik dari sumber pendapatan dari tanaman aren maupun sumber pendapatan lainnya. Dalam pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara terhadap masyarakat responden. Persentase pendapatan dari tanaman aren dapat dihitung dengan membandingkan pendapatan yang diperoleh dari tanaman aren dengan total seluruh sumber pendapatan responden atau dengan rumus sebagai berikut :

R = �ℎ��� x 100% Dimana :

R : Persentase pendapatan dari tanaman aren Rhr : Pendapatan dari tanaman aren

Rt : Pendapatan total responden

3. Prospek Pengembangan Aren

(38)

1. Kontribusi Ekonomi Rumah Tangga

Kontribusi tanaman aren terhadap ekonomi rumah tangga dinilai dari persentase pendapatan yang diperoleh oleh responden dari tanaman aren terhadap pendapatan total. Persentase pendapatan responden dibagi kedalam lima kelas dari persentase pendapatan sangat kecil hingga sangat besar (Tabel 1). Masing-masing kelas persentase pendapatan menunjukkan keadaan tingkat pendapatan responden dari tanaman aren.

Tabel 1 Persentase Pendapatan dari Tanaman Aren

Persentase Pendapatan dari Tanaman Aren Skala Keterangan Sumber : Diolah dari Data Primer

Keterangan :

0%-20% : 100.000 – 500.000 Kontribusi Pendapatan Sangat Kecil 21%-40% : 510.000 – 1.000.000 Kontribusi Pendapatan Kecil

41%-60% : 1.000.000 - 1.500.000 Kontribusi Pendapatan Sedang 61%-80% : 1.500.000 – 2.000.000 Kontribusi Pendapatan Besar

81%-100% : >2.000.000 Kontribusi Pendapatan Sangat Besar

2. Kontribusi Ekonomi Daerah

Kontribusi terhadap ekonomi daerah dapat dilihat dari : a. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

b. Adanya Nilai Tambah dari Pengelolaan Tanaman Aren c. Industri Terkait dengan Pengelolaan Tanaman Aren

(39)

3. Tenaga Kerja (Jam Kerja)

Tenaga kerja diperoleh dari menghitung berapa besar rata-rata waktu yang digunakan dalam pengelolaan tanaman aren (petani aren) dalam satu keluarga setiap harinya. Dalam satu keluarga diperkirakan terdapat 2 angkatan kerja dengan masing-masing waktu kerja selama 8 jam, sehingga diperoleh total waktu yang digunakan dalam pengelolaan tanaman aren sebesar 16 jam. Penilaian terhadap jumlah tenaga kerja per keluarga dilakukan dengan menggunakan alat bantu yakni Skala Likert seperti dibawah ini.

Tabel 2 Jam Kerja Responden Nomor Rentang Waktu

yang dipergunakan Petani Aren (Jam)

Skor Jumlah Responden

Jumlah Skor Persentase (%)

Sumber : Diolah dari Data Primer

Keterangan Skor :

(40)

4. Pasar Tanaman Aren

(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Letak Wilayah

Desa Rumah Sumbul adalah sebuah desa yang terletak di daerah dataran tinggi di lereng Gunung Sibayak dengan hawa yang sejuk dan nyaman. Secara administratif berada di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Desa Rumah Sumbul didirikan oleh seorang Marga Gurusinga pada kira-kira tahun 1800-an. Sumbul yang artinya sumber mata air karena banyak terdapat mata air dan beberapa diantaranya yang telah diambil oleh PDAM Tirtanadi (Data Monografi Desa Rumah Sumbul, 2010).

Gambar 3 Kantor Kepala Desa Rumah Sumbul

Desa Rumah Sumbul terletak pada posisi 98059’ Bujur Timur (BT), 30

Sebelah Utara : Desa Sibolangit dan Desa Batu Mbelin

3’ Lintang Utara (LU). Batas-batas wilayah Desa Rumah Sumbul sebagai berikut :

Sebelah Selatan : Desa Batu Layang Sebelah Timur : Desa Kinangkung

(42)

Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, memiliki luas wilayah 383 Ha dan dibagi menjadi 3 dusun yakni Dusun 1, Dusun 2 dan Dusun 3. Jarak tempuh Desa Rumah Sumbul dari desa ke kecamatan yakni 8 km ±15 menit, jarak tempuh desa ke kabupaten 74 km ±2.5 jam, dan jarak tempuh desa ke propinsi 40 km ±1 jam (Data Monografi Desa Rumah Sumbul, 2010).

Pembagian wilayah Desa Rumah Sumbul tampak pada Tabel 3 : Tabel 3 Pembagian Wilayah Desa Rumah Sumbul

Nomor Penggunaan Wilayah Luas (Ha)

1 Perladangan 225

Sumber : Data Monografi Desa Rumah Sumbul tahun 2010

Iklim

Desa Rumah Sumbul terletak pada ketinggian ±900 meter di atas permukaan laut. Dengan curah hujan rata-rata ± 3.000-4.000 mm/tahun dan suhu udara rata-rata yakni ±290

Kependudukan

C.

(43)

sebanyak 98 KK (66.2%), Katolik sebanyak 37 KK (25%) dan Islam sebanyak 13 KK (8.8%), terdapat dua sarana ibadah yakni Gereja Katolik dan Gereja Batak Kristen Protestan (GBKP).

Tingkat pendidikan di Desa Rumah Sumbul pada tahun 2010 yaitu jumlah penduduk yang tamat Sekolah Dasar (SD) yakni 93 orang, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yakni 76 orang, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yakni 139 orang, Diploma I yakni 4 orang, Diploma II yakni 2 orang, Diploma III 22 orang dan Sarjana (SI) yaitu 12 orang. Sarana pendidikan yakni sekolah untuk anak-anak di bawah umur 4 tahun Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebanyak 1 unit, Taman Kanak-Kanak (TK) 1 unit dan yayasan pesat yakni sebuah yayasan swasta dalam bidang keagamaan (teologia).

Perekonomian

(44)

sektor pertanian. Pada tahun 2010 sektor pertanian memberikan kontribusi pendapatan sebesar Rp 656.000.000, perdagangan Rp 1.268.600.000, peternakan Rp 120.750.000, jasa Rp 65.000.000, dan industri rumah tangga Rp 48.000.000. Beberapa kelembagaan ekonomi yakni toko 1 unit, warung makan 15 unit dan angkutan sebanyak 20 unit (Data Monografi Desa Rumah Sumbul, 2010).

Sarana dan Prasarana

Berbagai sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Rumah Sumbul berdasarkan daftar isian profil Desa Rumah Sumbul dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sarana dan Prasarana Desa Rumah Sumbul

Nomor Jenis Jumlah

Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Gereja Katolik

Pengobatan Tradisional Rumah Tangga Pengrajin Aren Rumah Tangga

Kantor PAUD TK

(45)

Pengelolaan Tanaman Aren

Pengelolaan tanaman aren di Desa Rumah Sumbul merupakan salah satu contoh kemampuan masyarakat dalam mengusahakan lahan. Hasil utama yang diperoleh dari pengusahaan lahan adalah nira yang dihasilkan oleh tanaman aren yang kemudian akan diolah menjadi tuak (nira pahit) dan gula merah.

Gambar 4 Tanaman Aren di Desa Rumah Sumbul

(46)

rumput-rumput di sekitar tanaman aren yang menggangu pertumbuhan tanaman aren dan proses penyadapan nira, serta pembersihan hama seperti kidu-kidu (ulat palma).

Nira dihasilkan dari penyadapan tandan bunga jantan tanaman aren. Sebelum melakukan penyadapan, petani aren melakukan persiapan penyadapan seperti membersihkan ijuk yang ada di sekitar tandan dan membuang pelepah daun yang berada di atas dan di bawah tandan agar lebih mudah melakukan penyadapan kemudian tandan diayun-ayunkan dan dipukul-pukul agar dapat memperlancar keluarnya nira dari tandan. Pemukulan dilakukan tidak terlalu keras dan tandan tidak sampai terluka. Alat yang digunakan untuk memukul tandan yakni tualang (Gambar 5) yang terbuat dari kayu keras dengan panjang ±30 cm berbentuk tabung silinder disertai dengan pegangan. Lama pemukulan tandan tergantung kepada besar diamater tandan, petani aren di Desa Rumah Sumbul menyebutnya sebagai tangan aren, berkisar 20 menit hingga 30 menit.

`

Gambar 5 Tualang

(47)

air matanya menjelma menjadi nira aren, rambutnya menjelma menjadi ijuk., dan seluruh anggota tubuhnya menjelma menjadi bagian dari tanaman aren sehingga terdapat kebiasaan untuk menyanyikan tanaman aren pada waktu memukul tandan untuk mendapatkan nira.

Pengayunan dan pemukulan dilakukan berulang-ulang selama tiga minggu dengan selang waktu dua hari. Untuk melihat apakah bunga jantan yang sudah di ayun dan dipukul sudah atau belum menghasilkan nira, maka tandan ditoreh (dilukai) jika torehan belum mengeluarkan cairan, maka tongkol perlu diayun-ayunkan dan dipukul-pukul lagi. Jika torehan sudah mengeluarkan cairan, maka sudah siap disadap niranya. Tandan bunga dipotong tepat pada torehan tersebut dengan parang seperti pada Gambar 6 (a).

(a) (b) (c)

Gambar 6 (a) Parang; (b) Tungkil; (c) Batu Asah

(48)

agar saluran atau pembuluh kapiler terbuka, sehingga nira dapat keluar secara lancar dengan menggunakan tungkil seperti pada Gambar 6 (b).

Gambar 7 (a) Bumbung dari Bambu; (b) Bumbung diikat pada Tandan Aren

Agar nira yang ditampung tidak cepat asam, maka bumbung bagian dalam harus bersih dan steril, bumbung harus dicuci dengan air panas. Sebelum digunakan untuk menampung nira pada setiap penyadapan, bumbung diisi dengan buah manggis yang telah dipotong-potong dan ada yang menggunakan akar pohon raja yang diambil dari hutan. Penyadap menggunakan tangga dari bambu yang diikat dengan batang tanaman aren dan pada setiap ruas bambu diberi lubang kecil yang dapat menopang satu ibu jari kaki penyadap. Ukuran tangga disesuaikan dengan tinggi tandan tanaman aren yang akan disadap. Bumbung ditutup dengan kain atau daun agar kotoran tidak masuk terutama debu dan lebah (kumbang).

(49)

Penyadapan pada sore hari merupakan nira yang ditampung pada pagi hari, dan penyadapan pagi hari niranya diambil pada sore hari. Setelah penyadapan, sebagian besar petani aren di Desa Rumah Sumbul langsung menjual nira (nira manis) kepada penadah (tengkulak) pada pagi dan sore hari setelah menyadap nira tanaman aren. Terdapat tiga penadah nira di Desa Rumah Sumbul yang merupakan masyarakat Desa Rumah Sumbul. Sebagian kecil petani aren memanaskan nira untuk dijadikan gula merah. Satu tandan tanaman aren dapat menghasilkan 4-5 liter nira per hari (dua kali penyadapan), tergantung dari tingkat kesuburan tanaman aren.

Potensi Tanaman Aren

Penafsiran potensi tanaman aren diperoleh dari perhitungan setiap potensi tanaman aren yang dimiliki oleh petani aren di Desa Rumah Sumbul. Perhitungan potensi tanaman aren berupa nilai produktivitas seluruh tanaman aren yang dihasilkan seperti nira manis, nira pahit (tuak), gula merah dan lain-lain berdasarkan satuan harga dan waktu produksinya. Data hasil wawancara responden tentang potensi tanaman aren dapat dilihat pada Lampiran 2.

(50)

lainnya, tumbuh tunggal (soliter) dan berkelompok (komunal). Sebagian besar tanaman aren dibiarkan tumbuh secara alami sehingga tumbuh tersebar tidak merata.

Jumlah seluruh pohon yang dimiliki responden yakni sebanyak 948 pohon dan jumlah pohon yang produktif yang dapat menghasilkan nira sebanyak 186 pohon. Dalam 1 Ha lahan, jumlah tanaman aren berkisar 15-35 pohon. Hasil utama tanaman aren adalah nira, yang selanjutnya diolah menjadi nira pahit (tuak) dan gula merah. Satu tandan tanaman aren dapat menghasilkan 4-5 liter nira. Total jumlah nira dihasilkan selama satu hari yakni 1059 liter. Berbeda dengan nira dan gula merah aren yang bisa dihasilkan setiap hari, ijuk hanya bisa dipanen 2-3 kali dalam setahun. Sekali panen, satu pohon aren biasanya menghasilkan 5 kg ijuk yang bisa dijual seharga Rp 3.000/kg. Sementara itu, kolang-kaling dipanen setiap 1 tahun sekali. Satu pohon aren dapat menghasilkan sekitar 100 kg kolang-kaling dalam sekali panen dan dijual dengan harga Rp 3.500/kg.

(51)

Tabel 5 Hasil Perhitungan Potensi Tanaman Aren di Desa Rumah Sumbul

Di Desa Rumah Sumbul, sebagian besar nira yang telah disadap langsung dijual kepada agen nira karena nira cepat asam dan berubah warna sehingga akan mempengaruhi rasanya, hal ini berlangsung pada pagi dan sore hari setelah petani aren menyadap nira.

Tabel 6 Jenis Pemanfaatan Nira oleh Petani Aren

Nomor Bentuk Pemanfaatan Nira Jumlah Responden

Nira Asli (Manis) dan Nira Pahit (Tuak) Gula Merah

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa sebanyak 26 (86.67%) responden menjual nira manis (nira asli) kepada agen nira, 2 (6.67%) orang responden yang merupakan agen nira menjual nira manis (tuak) dan sedikit nira manis ke pabrik pembuatan kue yang akan dipasarkan ke dalam maupun luar Desa Rumah Sumbul, dan 2 (6.67%) responden membuat gula merah.

Kontribusi Tanaman Aren

(52)

bahwa sebanyak 21 (70%) responden bermata pencaharian utama dari bertani aren dan 9 (30%) responden menjadikan bertani aren sebagai pendapatan sampingan.

Nilai ekonomi hasil tanaman aren diperoleh dari perkalian antara total pengambilan (unit/thn) dengan harga masing-masing hasil tanaman aren (Rp/unit). Total pengambilan (unit/thn) di Desa Rumah Sumbul diperoleh dari rata-rata jumlah pengambilan dari setiap jenis barang hasil tanaman aren yang dimanfaatkan oleh petani aren tersebut.

Harga dari masing-masing harga hasil tanaman aren yang dimanfaatkan didasarkan pada harga yang berlaku yang telah disepakati antara agen nira dan petani aren atau si penjual dan si pembeli. Namun untuk kebanyakan hasil tanaman aren yang dipasarkan oleh masyarakat masih sering mengalami perubahan karena belum adanya ketetapan harga yang dibuat di pasar dimana pemasarannya masih sebatas kesepakatan bersama antara penjual dan pembeli.

Untuk memperoleh nilai ekonomi pemanfaatan hasil tanaman aren maka digunakan harga rata-rata masing-masing jenis hasil tanaman aren per unitnya. Hasil perhitungan nilai ekonomi tanaman aren oleh masyarakat Desa Rumah Sumbul dapat dilihat pada Tabel 7.

(53)

Tabel 7 Nilai Ekonomi Tanaman Aren yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa

Sumber : Diolah dari data primer

(54)

Biaya tetap yang dikeluarkan oleh sebagian petani aren yakni biaya sewa lahan yang dibayar sekali setahun.

(55)

lainnya yakni sewa lahan dan biaya transportasi yang mencapai Rp 500.000 perbulan.

Sejumlah alasan responden yang bukan pengrajin gula merah untuk menjual nira yakni pendapatan yang diperoleh tidak berbeda jauh dari pengrajin gula merah, jumlah nira yang dihasilkan sedikit, waktu pengerjaan gula merah yang lama, dan tidak memiliki keterampilan dalam membuat gula merah. Harga gula merah di pasar berpengaruh terhadap jumlah pengrajin gula aren di Desa Rumah Sumbul, menjelang hari raya permintaan terhadap gula merah naik dan harganya juga naik sehingga banyak petani aren yang membuat gula merah untuk menambah penghasilan.

Gambar 9 Persentase Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Tanaman Aren yang Dimanfaatkan Desa Rumah Sumbul

(56)

Gambar 10 Persentase Jumlah Pengambil Hasil Tanaman Aren di Desa Rumah Sumbul

Pendapatan Rumah Tangga Pemanfaatan Tanaman Aren

Pendapatan terbesar responden di Desa Rumah Sumbul yang berasal dari pemanfaatan tanaman aren secara langsung sangat berpengaruh besar terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain, tanpa tanaman aren masyarakat Desa Rumah Sumbul merupakan masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.

Sebagian besar pendapatan utama responden di Desa Rumah Sumbul berasal dari pemanfaatan tanaman aren dengan menghasilkan niranya. Sedangkan sumber pendapatan masyarakat responden selain pemanfaatan tanaman aren berasal dari tanaman perkebunan seperti: karet, coklat, durian, manggis, pinang, kopi, serta tanaman musiman seperti pepaya, ubi kayu, sayuran dll. Pendapatan selain bertani aren yakni berdagang, beternak, supir (selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2). Berdasarkan pengolahan data primer diperoleh persentase pendapatan dari pendapatan bertani aren dengan pendapatan total yang diperoleh yakni dengan membandingkan pendapatan dari tanaman nira terhadap pendapatan yang diperoleh masyarakat, diketahui bahwa total pendapatan sebesar Rp 925.320.000/tahun. Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari hasil tanaman aren

71.43% 4.76%

7.14%

11.90% 4.76%

Persentase Jumlah Pengambil Hasil Tanaman Aren

Air Nira

Gula Merah

Kayu Bakar

Ijuk

(57)

adalah sebesar Rp 571.200.000/tahun serta untuk pendapatan selain dari hasil tanaman aren seperti yang dijelaskan melalui Tabel 8.

Tabel 8 Persentase Pendapatan dari Tanaman Aren dan Selain Tanaman Aren No. Sektor Pendapatan Total Sumber : Diolah dari data primer

Diperoleh kontribusi pendapatan dari pemanfaatan tanaman nira mencapai 61.73%. Besarnya persentase pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan tanaman aren menunjukkan bahwa pengelolalaan aren merupakan mata pencaharian utama yang dimiliki masyarakat Desa Rumah Sumbul. Sehingga kegiatan pengelolaan tanaman aren perlu dikembangkan di masa yang akan datang dengan meningkatkan pola budidaya maupun teknologi yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas hasil tanaman aren.

Pendapatan masyarakat dari produk aren seperti cap tikus dan gula aren sangat berarti untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Walaupun saat ini petani dihadapkan pada rendahnya pendapatan yang diperoleh dari pengusahaan aren, namun usahanya masih tetap dilanjutkan, Hal ini dilatarbelakangi oleh nilai ekonomis yang diperoleh untuk waktu yang relatif singkat dan adanya dukungan keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki secara turun temurun telah menyatu pada petani/pengolah aren (Susilo, 2006).

(58)

memperoleh tambahan pendapatan mereka dengan berdagang. Masyarakat yang berdagang secara keseluruhan merupakan kedai tuak dan yang juga menjual kebutuhan sembako dan berbagai jenis makanan lainnya. Sedangkan masyarakat yang mempunyai ternak sebagai tambahan pendapatan, yaitu dari ternak babi, ayam dan kerbau. Dan untuk masyarakat yang mempunyai tambahan pendapatan dari jasa mereka adalah dari jasa sebagai tukang bangunan, supir dan aparat desa.

Beberapa hal yang mempengaruhi perbedaan pendapatan dari tanaman aren yang dihasilkan oleh masyarakat seperti yang ditampilkan pada Lampiran 2 adalah perbedaan luas lahan, jumlah pohon nira yang berproduksi, produktivitas tanaman aren dalam menghasilkan nira yang berhubungan dengan jumlah nira yang dihasilkan dan perawatan atau perlakuan-perlakuan terhadap tanaman tanaman aren.

1. Nira

(59)

(a) (b) Gambar 11 a) Raru Tuak; (b) Tuak

Di Desa Rumah Sumbul, harga nira yang belum dicampur dengan raru tuak dihargai Rp 1300 per liter, sedangkan apabila telah dicampur raru tuak harganya menjadi Rp 2000 per liter yang akan dipasarkan ke lapo (warung tuak), kafe dll. Bapak Robinson Tarigan, salah satu agen nira yang membuat tuak membuat campuran tuak dengan menggunakan raru manis seperti pada Gambar 11 (b) yang dibeli dari Sibolga dengan harga Rp 25.000 per ikat, teras nangka, kapur dan campuran air putih. Nira manis dijual ke toko roti seharga Rp 1500 perbotol, dalam satu hari Bapak Robinson Tarigan dapat menjual 6 jerigen tuak (sekitar 300 botol) dengan harga Rp 2000 per botol ukuran 1 liter.

2. Gula Merah

Gula merah sebagai salah satu pemanis makanan dan minuman yang bisa menjadi pengganti gula pasir (gula tebu). Gula aren diperoleh dari proses penyadapan nira aren yang kemudian dikurangi kadar airnya hingga menjadi padat. Penyadapan nira dilakukan oleh para pria, kemudian proses pemasakan hingga menjadi gula dilakukan oleh para wanita.

(60)

aren mentah hanya tahan 3 jam. Nira yang disadap pagi hari, kemudian dicampur dengan nira sore yang sudah dimasak untuk kemudian dimasak bersama. Dalam pemasakan nira ini, juga perlu ditambahkan kemiri dan nira yang telah dimasak gosong untuk memberi warna pada gula merah. Pada proses memasak, sesekali dilakukan pengadukan. Setelah terbentuknya buih, pengadukan dilakukan lebih sering hingga nira aren menjadi pekat. Pada tahap ini, dilakukan pembersihan dari buih dan kotoran halus. Kemudian gula aren dicetak di dalam cetakan dari bambu berbentuk setengah lingkaran. Sebelum digunakan, cetakan tersebut terlebih dahulu dibersihkan dengan merendamnya dengan air bersih untuk memudahkan pelepasan gula aren nantinya. Lama pemasakan nira aren hingga dicetak adalah 6-8 jam.

Proses produksi gula aren di Desa Rumah Sumbul dilakukan dengan peralatan yang sangat sederhana, yaitu menggunakan kuali, wajan, pengaduk dan tungku kayu bakar. Untuk memasak gula aren diperlukan waktu 6-8 jam dan menghabiskan banyak kayu bakar, hal ini menjadi kendala utama yang dihadapi pengrajin gula aren. Keuntungan yang diperoleh oleh pengrajin gula aren tergolong tinggi namun pengeluaran terhadap biaya produksi juga tinggi sehingga banyak petani aren yang memilih menjual nira.

(a) (b)

(61)

Yang menjadi kendala besar bagi para petani Aren adalah teknologi yang masih sangat sederhana dalam mengolah nira menjadi gula, sehingga berakibat pada : kebutuhan bahan bakarnya tinggi, butuh tenaga yang banyak dan kuat, menyita waktu untuk mengerjakan yang lain dan sumber bahan bakar semakin lama semakin sulit dan mahal. Dari sebab-sebab di atas menjadikan Aren sulit berkembang menjadi komoditi andalan keluarga tani, maka kemudian menyebabkan : karena dikelola kebanyakan jauh dari rumah, produk hasil olahan mutunya, penampilannya belum standard, belum banyak kreasi produk olahan dari aren, pasar produk gula aren agak sulit berkembang pasarnya. Teknologi tungku yang hemat energi, hemat kayu bakar diyakini akan dapat mengurangi tingkat kesulitan petani dalam mengolah nira menjadi gula. Pada industri gula kelapa rakyat di Banyuwangi Jawa Timur sudah dikenal model tungku koloni yang hemat energi kayu bakar. Satu tungku yang sangat panjang terdapat wajan atau kuwali sekitar antara 4,6,8 bahkan 10 sampai dengan 12 buah, tergantung dari berapa banyak jumlah nira kelapa yang disadap (Kusmanto, 2008).

Gula aren cetak dari hasil produksi para pengrajin (petani) biasanya langsung dijual ke pasar. Gula aren memiliki kelemahan, yaitu tingkat harga yang sangat fluktuatif dan tergantung musim, saat ini harga gula merah Rp 12.500 per kilo di tingkat pengrajin.

3. Kolang-Kaling

(62)

yang sudah direbus tersebut kemudian direndam dengan larutan air kapur selama beberapa hari sehingga terfermentasikan.

Gambar 13 a) Buah Tanaman Aren ; (b) Kolang-Kaling

Buah kolang-kaling hanya dipanen sekali setahun dan biasanya dipanen pada saat hari raya. Satu pohon aren dapat dihasilkan 100 kg kolang-kaling dalam sekali panen dan harga kolang kaling berkisar Rp 3.500- Rp 4.000. Di Desa Rumah Sumbul, hanya sedikit petani aren yang menjual kolang-kaling, hal ini disebabkan pengerjaan terhadap kolang-kaling yang lama, dan buah kolang-kaling yang sangat gatal apabila terkena badan.

4. Ijuk

(63)

Gambar 14 Ijuk

Sumber : Kiprah Agroforestry, 2009

Masyarakat desa Rumah Sumbul memanfaatkan ijuk untuk melengkapi keperluan sehari-hari seperti membuat atap kandang ternak, sapu rumah, penggosok peralatan rumah dan lain-lain. Sebagian petani aren menjual bahan mentah ijuk kepada pengrajin ijuk yang memiliki usaha kerajinan ijuk. Masyarakat Desa Rumah Sumbul belum memiliki keterampilan khusus untuk membuat kerajinan dari ijuk.

Prospek Pengembangan Aren

Untuk dapat mengetahui prospek pengembangan tanaman aren di Desa Rumah Sumbul telah dilakukan penelitian mengenai kontribusi ekonomi rumah tangga, kontribusi terhadap perekonomian daerah, tenaga kerja (jam kerja) dan pemasaran produk tanaman aren.

1. Kontribusi Ekonomi Rumah Tangga

(64)

Tabel 9 Persentase Ekonomi Rumah Tangga Nomor Persentase Kontribusi Pendapatan Hasil

Tanaman Aren

0%-20% : 100.000 – 500.000 Kontribusi Pendapatan Sangat Kecil 21%-40% : 510.000 – 1.000.000 Kontribusi Pendapatan Kecil

41%-60% : 1.000.000 - 1.500.000 Kontribusi Pendapatan Sedang 61%-80% : 1.500.000 – 2.000.000 Kontribusi Pendapatan Besar

81%-100% : >2.000.000 Kontribusi Pendapatan Sangat Besar Dari hasil pendapatan diatas, tanaman aren memberi kontribusi pendapatan yang berbeda-beda hal ini disebabkan banyaknya jumlah nira yang dihasilkan yang dipengaruhi oleh jumlah tanaman yang berproduksi dan produk apa yang dihasilkan dari tanaman aren. Sebanyak 23 responden (76.66%) memiliki pendapatan sedang hingga sangat besar dari bertanam aren. Pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sekolah, dan membeli peralatan rumah tangga.

(65)

masyarakat dan sebagian dari produk tersebut belum diketahui dan dikelola dengan maksimal. Produk yang bernilai tambah yang selama ini sudah dihasilkan dari sistem industri aren antara lain : gula aren cetak, gula semut aren, gula kristal putih aren, gula aren cair, gula lempeng, gula batu aren, saguer, tuak, legen, cap tikus, bioethanol, anggur aren (palm wine), ijuk, sapu, sikat, tali ijuk, fiber sheet, atap ijuk, kolang-kaling, sapu lidi, tusuk sate lidi aren, tepung aren, mutiara sagu aren, aneka kerajinan kayu aren, serutan kulit aren, kerajinan akar aren, dll (Kusumanto, 2008).

Pengembangan terhadap produk tanaman aren untuk meningkatkan nilai tambahnya dengan meningkatkan pengetahuan atau keterampilan masyarakat dalam mengelola tanaman aren, teknologi pengelolaan, sarana prasarana dengan pola manajemen serta permodalan sehingga menghasilkan produk akhir yang bernilai tambah sesuai yang diharapkan.

2. Kontribusi Ekonomi Daerah

Dari hasil penelitian terhadap responden di Desa Rumah Sumbul, kontribusi terhadap ekonomi daerah dapat dilihat dari kontribusi pendapatan asli masyarakat, adanya nilai tambah dari pengelolaan tanaman aren seperti gula merah, tuak, kolang-kaling dan sebagainya, dan terdapat industri rumah tangga pengrajin gula merah dan tuak. Bahan baku dan bahan penunjang lain dalam pengelolaan tanaman aren berasal dari dalam wilayah produksi. Dan pemasaran hasil produksi tanaman aren berada di dalam dan di luar wilayah Desa Rumah Sumbul.

(66)

rakyat, kerajinan dari seluruh produknya dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta produk yang dihasilkan lebih bermutu dan berkualitas sehingga lebih bernilai ekonomi dan dapat menjangkau pemasaran yang lebih luas. Hal ini akan memberikan kontribusi terhadap ekonomi daerah. Industri adalah suatu sistem yang memproses bahan baku menjadi suatu produk sehingga memiliki nilai tambah. Industri aren berarti suatu sistem yang memproses bahan baku dari pohon aren menjadi suatu atau berbagai produk yang bernilai tambah. Bahan baku yang berasal dari pohon aren antara lain adalah : nira, buah kolang kaling, ijuk, lidi, daun, tepung, kayu batang, akar dan lain-lain (Kusmanto, 2008).

3. Tenaga Kerja (Jam Kerja)

Banyaknya tenaga kerja yang diserap diperoleh dari menghitung besarnya rata-rata yang digunakan dalam pengelolaan tanaman aren. Hasil yang diperoleh di Desa Rumah Sumbul terhadap penilaian jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 10.

(67)

Tabel 10 Persentase Jumlah Waktu yang Dipergunakan Petani Aren Nomor Rentang Waktu yang

digunakan Petani Aren

Sebanyak 23 (76,67%) responden menggunakan waktu 3 hingga 6 jam dan memiliki skor 31-60, tergolong kecil karena dalam satu rumah tangga yang menjadi petani aren hanya satu orang dan merupakan kepala rumah tangga, hal ini disebabkan karena pengelolaan terhadap tanaman aren yang tidak susah dan sederhana. Sebanyak 6.67 % pengrajin aren menggunakan waktu 9 hingga 12 jam untuk membuat gula merah hingga pengambilan niranya. Selain menanam tanaman aren sebagian besar responden menanam tanaman tumpang sari ataupun tanaman selingan yang lebih banyak membutuhkan waktu pengelolaan, pemeliharaan maupun pemanenan.

(68)

memanjat pohon aren, memikul air sedapan nira, dan mengambil kayu bakar. Pekerjaan yang lain dalam proses produksi masih sering dikerjakan bersama dengan anggota keluarga dalam rumah tangga.

4. Pemasaran

(69)

kolang-kaling pada petani aren dan biasanya telah menjadi langganan dari petani aren. Harga kolang-kaling pada tingkat petani dan pedagang yakni Rp 3500 per kilo dan dapat berubah tergantung kepada harga dipasaran. Di Desa Rumah Sumbul, petani aren yang menjual ijuk sebanyak 5 orang. Seperti halnya dengan kolang-kaling, pembeli (pengrajin ijuk) langsung datang ke Desa Rumah Sumbul untuk membeli ijuk selanjutnya dibuat berbagai macam produk kerajinan ijuk seperti alas kaki, sapu, dan sebagai bahan atap rumah.

Kelompok Tani Aren (KTA)

Kelompok Tani Aren (KTA) atau Gapoktani (Gabungan Petani Aren Desa Rumah Sumbul) merupakan suatu lembaga masyarakat yang dibentuk pada Bulan Februari 2010 di Desa Rumah Sumbul, lembaga ini beranggotakan 12 orang petani aren Desa Rumah Sumbul. Fungsi KTA ini adalah untuk membantu petani aren dalam berkomunikasi atau memberikan aspirasi dalam pengelolaan tanaman aren dengan pemerintah, pengusaha aren ataupun pihak-pihak terkait lainnya. Lembaga ini juga telah melakukan percobaan pembibitan tanaman aren sebanyak 500 polybag dan sedang berlangsung. Petani aren sangat mengharapkan perhatian pemerintah dalam memberikan penyuluhan pengembangan pengelolaan tanaman aren yang lebih baik terutama dalam pembibitan aren dan memberikan peralatan-peralatan yang mempermudah pengelolaan tanaman aren.

Pemasaran Hasil Tanaman Aren

(70)

kerugian pada petani dimana harga ditentukan oleh pedagang. Skema penjualan produk tanaman aren dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Skema Penjualan Hasil Tanaman Aren

Berdasarkan keterangan Sasmuko (2003), rantai pemasaran yang dimulai dari petani dan pengumpul-pengumpul menghasilkan keuntungan maupun kerugian. Keuntungannya adalah produksi hasil tanaman aren dari petani cepat tersalurkan karena adanya pedagang pengumpul, produksi hasil tanaman aren cepat sampai ke konsumen karena adanya pedagang. Sedangkan kerugiaannya adalah harga ditentukan oleh pedagang, harga jual akhir tinggi, keuntungan petani rendah.

Pengumpul di Pasar

Pengumpul di KecamatanSibolangit Kota Medan

Kota Berastagi

(71)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis-jenis hasil tanaman nira yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Rumah Sumbul adalah nira aren, ijuk, kolang-kaling, gula merah dan kayu bakar. 2. Hasil-hasil yang diperoleh dari tanaman aren memiliki nilai ekonomi yang

berbeda beda, hasil tanaman aren yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi adalah nira yaitu sebesar Rp. 438.048.000/tahun atau 78,26% sedangkan hasil tanaman aren yang memiliki nilai lebih rendah adalah kolang-kaling sebesar Rp. 700.000/tahun atau 0,13%.

3. Kontribusi ekonomi tanaman aren yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Rumah Sumbul adalah Rp 571.200.000/tahun.

4. Pengembangan aren di Desa Rumah Sumbul sangat prospektif dan menguntungkan, meskipun pengelolaannya masih sangat sederhana namun memberikan kontribusi yang besar (61.73%) terhadap pendapatan masyarakat, dan hampir semua bagian tanaman aren dapat digunakan dan berpeluang menjadi sumber pendapatan serta membuka lapangan pekerjaan yang belum dimanfaatkan oleh masyarakat. Sehingga pengembangan tanaman aren ke depan harus terus ditingkatkan untuk kesejahteraan masyarakat.

Saran

(72)
(73)

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain. 2007. Sumber Benih dan Teknologi Pembibitan Aren. http://

[16 April 2010]

Bahruni, 1999. Penilaian Sumberdaya Hutan dan Lingkungan. Fakultas KehutananIPB Bogor

Bank Indonesia. 2008. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (Ppuk) Gula Aren (Gula Semut dan Cetak). http://arenindonesia.wordpress.com/panduan-tentang-aren/bank-indonesia/. [16 April 2010]

CEDS UI. 2008. Potensi Besar Agribisnis Aren. [12 April 2010]

Data Monografi Desa Rumah Sumbul. 2010. Data Monografi Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Karo.

Deputi Program Riset dan Iptek. 2007. Workshop Budidaya dan Pemanfaatan Aren untuk Bahan Pangan dan Energi.

[12 April 2010]

Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kabupaten Lebak Profil. 2005. Potensi Komoditi Gula Aren. Lebak.

Gultom. 2009. Jutaan Dolar Harta Karun Tersimpan di Dalam Pohon Aren atau Enau Alias Bagot.

Joseph, H.G., Rumukoi dan Kembuan. 1994. Perbaikan Teknik Pengolahan dan Penganekaragaman Produk Aren, Lontar, Pinang dan Sagu.

Kusmanto, Dian. 2008.

http://kebunaren.blogspot.com. [18 April 2010]

Menyongsong Bangkitnya Industri Aren.

Kiprah Agroforestry, Volume 2, No. 1 – Februari 2009. ICRAF Indonesia

Maliangkay. 2009. Sumber Benih dan Teknologi Pembibitan Aren.

(74)

Rachman, Benny. 2009. Karakteristik Petani dan Pemasaran Gula Aren di Banten. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume 27 No.1. Bogor.

Salim, H.S. 1997. Dasar-Dasar Hukum Kehutanan. Penerbit Sinar Grafika. Jakarta.

Sajogyo. Pujiwati. 2002. Sosiologi Pedesaan, Kumpulan Bacaan. Yogyakarta. Gajah Mada Universty Press.

Sasmuko, 2003. Potensi pengembangan kemenyan sebagai komoditi hasil hutan bukan kayu spesifik andalah Propinsi Sumatera Utara. Seminar Nasional Himpunan Alumni – IPB dan HAPKA Fakultas Kehutanan IPB Wilayah Regional Sumatera Utara. Medan

Siregar. 2007. Petani Sumut Belum Jadikan Aren sebagai Komoditas Ungulan.

Soesono, S. 1991. Bertanam aren. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sunanto, H. 1993. Aren Budidaya dan Multigunanya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Susilo, Johan. 2006. Produksi Bioethanol Dari Nira Aren Skala Mikro-Kecil. [16 April 2010]

Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara. Jakarta

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara. Jakarta

Waluyo, T.K. 2005. Beberapa Produk HHBK Prosfektif dan Teknologi Pemanfaatannya yang Siap Pakai. Majalah Kehutanan Indonesia.Edisi XI. Jakarta.

(75)

Lampiran 1 KUESIONER

RESPONDEN

KAJIAN POTENSI, KONTRIBUSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN AREN (Arenga pinnata)

(Studi Kasus : Desa Rumah Sumbul, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang)

PENGENALAN TEMPAT

Dusun

Desa Rumah Sumbul

Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara No urut sampel

PETUGAS

Enumerator Tanggal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

Gambar

Gambar 1   Produk Turunan dari Tanaman Aren.                             Sumber : Bank Indonesia, 2008
Gambar 2  Diagram Alur Proses Produksi Gula Aren Cetak dan Gula Semut  oleh Pengrajin Sumber : Rachman, 2009
Tabel 2  Jam Kerja Responden Nomor Rentang  Waktu
Tabel 3  Pembagian Wilayah Desa Rumah Sumbul Nomor Penggunaan Wilayah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Interaksi antara suhu pemanasan dan lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap pH nira aren, total gula nira aren, total soluble solid

Penulis melakukan penelitian pada tahun 2014 dengan judul “ Potensi dan Pemanfaatan Aren di Desa Kutambaru, Kecamatan Munthe, Kabupaten Karo ”

Manfaat penelitian yang berjudul potensi dan pemanfaatan aren di Desa Kutambaru, Kecamatan Munthe, Kabupaten Karo adalah :.. Universitas

Kajian pengolahan dan sistem pemasaran gula merah aren di Desa Kuta Raja, Tiga Binanga Tanah Karo, Sumatera Utara.. Pusat Litbang Hasil

Berdasarkan uraian di atas, maka penggunaan nira aren (Arenga pinnata Merr) dengan bantuan mikroorganisme (Saccharomyces cerevisiae) sangat berpotensi untuk digunakan

pengembangan tanaman aren untuk menambah potensi hasil nira bagi kebutuhan energi terbarukan seperti bioetanol dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Seleksi

pengembangan tanaman aren untuk menambah potensi hasil nira bagi kebutuhan energi terbarukan seperti bioetanol dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Seleksi

Responden tentang pemanfaatan aren (A. pinnata) di Desa Kutambaru yang diwawancara lima responden Tabel 4 merupakan identitas responden yang memanfaatkan aren..