• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Media Visual Poster dan Leaflet Makanan Sehat terhadap Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Pelajar Kelas Khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Media Visual Poster dan Leaflet Makanan Sehat terhadap Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Pelajar Kelas Khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEDIA VISUAL POSTER DAN LEAFLET MAKANAN SEHAT TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MAKANAN JAJANAN

PELAJAR KELAS KHUSUS SMA NEGERI 1 PANYABUNGAN KABUPATEN MANDAILING NATAL

TAHUN 2009

Oleh :

FOURGELINA TAMPUBOLON NIM.051000022

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH MEDIA VISUAL POSTER DAN LEAFLET MAKANAN SEHAT TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MAKANAN JAJANAN

PELAJAR KELAS KHUSUS SMA NEGERI 1 PANYABUNGAN KABUPATEN MANDAILING NATAL

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

FOURGELINA TAMPUBOLON NIM.051000022

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PENGARUH MEDIA VISUAL POSTER DAN LEAFLET MAKANAN SEHAT TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MAKANAN JAJANAN

PELAJAR KELAS KHUSUS SMA NEGERI 1 PANYABUNGAN KABUPATEN MANDAILING NATAL

TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

FOURGELINA TAMPUBOLON NIM.051000022

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 16 September 2009 dan

Dinyatakan Telah Menenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Dra. Jumirah, Apt. M.Kes) (Dr.Ir. Albiner Siagian, MSi) NIP.19580315 198811 2 001 NIP.19670613 199303 1 004

Penguji II Penguji III

(Dr.Ir.Zulhaida Lubis, M.Kes) (Dr.Ir.Evawani Y.Aritonang,MSi) NIP.131862380 NIP.132049788

Medan, September 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Dekan,

(4)

ABSTRAK

Pengaruh Media Visual Poster dan Leaflet Makanan Sehat terhadap Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Pelajar Kelas Khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009

Makanan jajanan umumnya banyak digemari masyarakat khususnya di kalangan anak-anak sekolah karena makanan jajanan itu praktis, murah serta cita rasa yang lebih enak. Sekitar 36%, 29%, dan 52%, masing-masing kebutuhan energi, protein, dan zat besi dapat disumbangkan oleh makanan jajanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media visual poster dan leaflet makanan sehat terhadap perilaku konsumsi makanan jajnan pelajar kelas khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal tahun 2009. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperiment dengan rancangan one pre- and post-test group. Perlakuan adalah pemajangan poster dan pemberian leaflet di sekolah. Pengukuran dilakukan setelah 2 minggu perlakuan. Jumlah sampel adalah sebanyak 80 pelajar kelas khusus. Analisa sampel dilakukan dengan paired sample T-test.

Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan pengetahuan sesudah perlakuan dengan nilai t=-81,000 dan p=0,000. Hasil penelitian juga menunjukkan ada peningkatan sikap sesudah perlakuan dengan nilai t=-26,665 dan p=0,000. Tindakan konsumsi makanan para pelajar juga meningkat sesudah perlakuan dengan nilai t=-3,165 dan p=0,002.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemajangan poster dan pemberian leaflet dapat mempengaruhi perilaku konsumsi makanan jajanan para pelajar. Saran dari penelitian ini adalah baik pihak sekolah atau pun puskesmas dapat menggunakan poster dan leaflet sebagai salah satu media untuk memberitahukan informasi baru dan juga untuk mempromosikan upaya kesehatan sekolah kepada para pelajar.

(5)

ABSTRACT

Effect of Healthy Food Poster and Leaflet on Street Food Consumption Behaviour of Special Class Student in SMA Negeri 1 Panyabungan, Mandailing Natal Regency 2009.

Street food is generally liked by society, specially the elementary student because street food is very practical, cheap and also have more delicious taste. About 36%, 29%, and 52% of energy, protein, and iron substance, respectively can be contributed by street food.

This aims of the research was to know effect of healthy food poster and leaflet on street food consumption behaviour of special class student in SMA Negeri 1 Panyabungan, Mandailing Natal Regency 2009. This research is quasi experiment with one pre- and post-test group design, by displaying poster and giving leaflet. The evaluation is done after two weeks. Subjects are 80 special class student. Analyzing subject using paired sample T-test.

The result of research indicate that there was increase of knowlege after experiment with t=-81,000 and p=0,000. Also, result showed that there was an increase in attitude after experiment with t=-26,665 and p=0,000. The practice of food consumption among student also increase after experiment with t=-3,165 dan p=0,002.

The conclusion of this research is that displaying poster and giving leaflet can effect students behaviour in consuming street food. The suggestion of this research is, both of the school and puskesmas can use poster and leaflet as media to give new information and to promote school health program to the students.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : FOURGELINA TAMPUBOLON

Tempat/Tanggal Lahir : Panyabungan, 04 Oktober 1985

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Anggota Keluarga : 6 (enam) orang

Alamat Rumah : Jl.Merdeka No.115B, Kab.Mandailing Natal

Riwayat Pendidikan :

1.1990-1991 : TK INDRIA

2.1992-1998 : SD N NO.V 142572 PANYABUNGAN

3.1999-2001 : SLTP NEGERI 1 PANYABUNGAN

4.2002-2004 : SMA NEGERI 1 PANYABUNGAN

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya

yang berjudul ”Pengaruh Media Visual Poster dan Leaflet Makanan Sehat terhadap Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Pelajar Kelas Khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009” ini.

Dalam penulisan ini, saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak

terlepas dari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya sebagai manusia yang tidak

luput dari segala kekurangan.

Selama penulisan skripsi ini, saya telah banyak mendapat bantuan moril maupun

materil dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih

kepada ibu Dra.Jumirah, Apt.M.Kes selalu dosen pembimbing I dan bapak Dr.Ir.Albiner Siagian, M.Si selalu dosen pembimbing II yang dalam penelisan skripsi ini telah banyak meluangkan waktunya serta dengan penuh kesabaran dalam memberikan

bimbingan dan masukan kepada saya.

Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dr.Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra.Jumirah, Apt.M.Kes selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs.Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik.

4. Ibu Dr.Ir.Zulhaida, M.Kes selaku Dosen Penguji II.

(8)

6. Ibu Dra.Hj.Suaidah Lubis selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Panyabungan,

seluruh staf pengajar dan juga adik-adik pelajar kelas khusus yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan staf FKM-USU khususnya Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat yang telah banyak memberikan masukan dan membantu penulis selama

proses pengerjaan skripsi dan tidak lupa kepada bang Marihot Samosir, ST yang

selalu membantu dalam mengurus administrasi.

8. Kepada bapak dan mama ku terkasih Burhanuddin Tampubolon, SE dan Tiasni

Pangaribuan, S.Pd yang telah banyak memberikan dukungan doa, materi dan

semangat kepada saya yang tidak ternilai harganya selama proses pengerjaan skripsi

ini.

9. Buat kakak-kakakku terkasih Heriyanti Tampubolon, S.Hut, Nelly Rentauli

Tampubolon, S.Hut dan Sondang Roma Elda Tampubolon, STP. Dan juga

adik-adikku terkasih Reynald Adven Tampubolon dan Kristin Natalia Tampubolon, serta

”The Big Family Of Tampubolon & Pangaribuan” yang selalu menyemangati,

mendukung dan mendoakan aku selama proses pengerjaan skripsi ini.

10.Buat Saudara/i ku ”Jesu-Juva”, Kak Artha, Kak Lince, Bang Jamari, Ria, Christin,

Eva dan Vida yang sangat banyak membantu, selalu menyemangati, mendukung dan

mendoakan aku selama proses pengerjaan skripsi ini.

11.Buat teman-teman FKM-USU 2005 khususnya anak-anak Gizi angkatan 2005, Tike,

(9)

12.Buat kak Mega, Kak Lita, Bang Andi, dek Eka Siagian di IPB, dek Marta, Duma,

Erna, Rilma, Melfa dan teman-temanku lainnya yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Walaupun sudah berusaha dengan maksimal, namun saya menyadari

ketidaksempurnaan dalam skripsi ini. Saya mengharapkan dengan tangan terbuka saran

dan kritik yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, saya berharap

semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan seperlunya.

Medan, September 2009

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak...ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar ...v

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1.Tujuan Umum ... 5

1.3.2.Tujuan Khusus ... 5

1.4.Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pola Makan Sehat dan Seimbang... 6

2.2. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)... 6

2.3. Makanan Jajanan... 8

2.3.1. Pengertian Makanan Jajanan ... 8

2.3.2. Manfaat Makanan Jajanan ... 8

2.3.3. Jenis Makanan Jajanan ... 9

2.4. Konsep Perilaku ... 10

2.4.1. Perilaku Kesehatan... 10

2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Pangan Remaja ... 10

2.5. Media Promosi Kesehatan ... 14

2.5.1. Media Visual Poster dan Leaflet ... 16

2.5.1.1. Poster... 16

2.5.1.2. Leaflet ... 18

2.5.2. Poster dan Leaflet dalam Perubahan Perilaku ... 19

2.6. Kerangka Konsep ... 22

2.7. Hipotesis Penelitian... 23

(11)

3.2.1. Lokasi Penelitian... 25

3.2.2. Waktu Penelitian... 26

3.3. Populasi dan Sampel ... 26

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 26

3.4.1. Data Primer ... 26

3.4.2. Data Sekunder... 26

3.5. Instrumen Penelitian... 27

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 28

3.7. Aspek pengukuran... 29

3.8. Defenisi Operasional ... 31

3.9. Jalannya Penelitian... 32

3.10. Teknik Analisa Data... 34

BAB IV HASIL PENELTIAN 4.1. Gambaran Umum Sekolah ...35

4.2. Gambaran Umum Responden ...36

4.3. Gambaran Umum Kantin Sekolah dan Penjual Kaki Lima di Sekitar Sekolah ...37

4.4. Gambaran Pengetahuan Pelajar Kelas Khusus terhadap Konsumsi Makanan Jajanan Sebelum dan Sesudah Pemajangan Poster dan Pemberian Leaflet Makanan Sehat ...42

4.5 Gambaran Sikap Pelajar Kelas Khusus terhadap Konsumsi Makanan Jajanan Sebelum dan Sesudah Pemajangan Poster dan Pemberian Leaflet Makanan Sehat...43

4.6 Gambaran Tindakan Pelajar Kelas Khusus terhadap Konsumsi Makanan Jajanan Sebelum dan Sesudah Pemajangan Poster dan Pemberian Leaflet Makanan Sehat...44

4.7 Gambaran Perilaku Pelajar Kelas Khusus Sebelum (Pretest) dan Sesudah Diberi Perlakuan (Postest) ...45

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Kantin Sekolah ...50

5.2 Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima di Sekitar Sekolah...51

5.3 Pengaruh Media Visual Poster dan Leaflet Makanan Sehat terhadap Pengetahuan Pelajar Kelas Khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal ...53

5.4 Pengaruh Media Visual Poster dan Leaflet Makanan Sehat terhadap Sikap Pelajar Kelas Khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal ...56

(12)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ...64 6.2 Saran ...65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Kuesioner Penelitian

Rekapitulasi Hasil Uji Kuesioner

Output Reliability Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Leaflet

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Pelajar berdasarkan Jumlah Kelas dan Jumlah Siswa di SMA Negeri 1 Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009

Tabel 4.2 Distribusi Pelajar berdasarkan Jenis Kelamin di SMA Negeri 1 Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal Bulan April Tahun 2009

Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di SMA Negeri 1 Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal Bulan Juni Tahun 2009

Tabel 4.4 Distribusi Responden berdasarkan Umur di SMA Negeri 1 Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal Bulan Juni Tahun 2009

Tabel 4.5 Jenis Jajanan yang dijual di Kantin Sekolah

Tabel 4.6 Jenis Jajanan yang sering dijual Para Pedagang Kaki Lima

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Lokasi kantin pertama Gambar 4.2 Lokasi kantin kedua Gambar 4.3 Lokasi kantin ketiga

Gambar 4.4 Diagram Perbandingan Pengetahuan Pelajar Kelas Khusus Tentang Makanan Sehat Sebelum Dan Sesudah Pemajangan Poster Dan Pemberian Leaflet Makanan Sehat

Gambar 4.5 Diagram Perbandingan Sikap Pelajar Kelas Khusus Tentang Makanan Jajanan Sebelum Dan Sesudah Pemajangan Poster Dan Pemberian Leaflet Makanan Sehat

Gambar 4.6 Diagram Perbandingan Tindakan Pelajar Kelas Khusus Dalam Mengkonsumsi Makanan Jajanan Sebelum Dan Sesudah Pemajangan Poster Dan Pemberian Leaflet Makanan Sehat

Gambar 4.7 Grafik Pengetahuan Responden Sebelum Dan Sesudah Perlakuan Gambar 4.8 Grafik Sikap Responden Sebelum Dan Sesudah Perlakuan

(15)

ABSTRAK

Pengaruh Media Visual Poster dan Leaflet Makanan Sehat terhadap Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Pelajar Kelas Khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009

Makanan jajanan umumnya banyak digemari masyarakat khususnya di kalangan anak-anak sekolah karena makanan jajanan itu praktis, murah serta cita rasa yang lebih enak. Sekitar 36%, 29%, dan 52%, masing-masing kebutuhan energi, protein, dan zat besi dapat disumbangkan oleh makanan jajanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media visual poster dan leaflet makanan sehat terhadap perilaku konsumsi makanan jajnan pelajar kelas khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal tahun 2009. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperiment dengan rancangan one pre- and post-test group. Perlakuan adalah pemajangan poster dan pemberian leaflet di sekolah. Pengukuran dilakukan setelah 2 minggu perlakuan. Jumlah sampel adalah sebanyak 80 pelajar kelas khusus. Analisa sampel dilakukan dengan paired sample T-test.

Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan pengetahuan sesudah perlakuan dengan nilai t=-81,000 dan p=0,000. Hasil penelitian juga menunjukkan ada peningkatan sikap sesudah perlakuan dengan nilai t=-26,665 dan p=0,000. Tindakan konsumsi makanan para pelajar juga meningkat sesudah perlakuan dengan nilai t=-3,165 dan p=0,002.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemajangan poster dan pemberian leaflet dapat mempengaruhi perilaku konsumsi makanan jajanan para pelajar. Saran dari penelitian ini adalah baik pihak sekolah atau pun puskesmas dapat menggunakan poster dan leaflet sebagai salah satu media untuk memberitahukan informasi baru dan juga untuk mempromosikan upaya kesehatan sekolah kepada para pelajar.

(16)

ABSTRACT

Effect of Healthy Food Poster and Leaflet on Street Food Consumption Behaviour of Special Class Student in SMA Negeri 1 Panyabungan, Mandailing Natal Regency 2009.

Street food is generally liked by society, specially the elementary student because street food is very practical, cheap and also have more delicious taste. About 36%, 29%, and 52% of energy, protein, and iron substance, respectively can be contributed by street food.

This aims of the research was to know effect of healthy food poster and leaflet on street food consumption behaviour of special class student in SMA Negeri 1 Panyabungan, Mandailing Natal Regency 2009. This research is quasi experiment with one pre- and post-test group design, by displaying poster and giving leaflet. The evaluation is done after two weeks. Subjects are 80 special class student. Analyzing subject using paired sample T-test.

The result of research indicate that there was increase of knowlege after experiment with t=-81,000 and p=0,000. Also, result showed that there was an increase in attitude after experiment with t=-26,665 and p=0,000. The practice of food consumption among student also increase after experiment with t=-3,165 dan p=0,002.

The conclusion of this research is that displaying poster and giving leaflet can effect students behaviour in consuming street food. The suggestion of this research is, both of the school and puskesmas can use poster and leaflet as media to give new information and to promote school health program to the students.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh

lapisan masyarakat. Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat tergantung

pada kemampuan dan kualitas sumber daya manusia

(Dinkes Propsu, 2006).

Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

penerus bangsa. Tumbuh kembangnya anak-anak usia sekolah yang optimal tergantung

pada pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar (Judarwanto,

2008).

Seorang anak sekolah harus berangkat ke sekolah pada pagi hari, pulang sekolah

sekitar pukul 15.00 WIB. Ini biasanya dilanjutkan dengan berbagai kursus, kemudian di

malam hari mengerjakan PR serta mempersiapkan pelajaran untuk keesokan harinya.

Dengan aktivitas tinggi seperti itu, stamina anak akan cepat loyo kalau tidak ditunjang

dengan intake pangan dan gizi yang cukup serta berkualitas. Agar stamina anak usia

sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan ekstra kurikuler, maka sarana utama dari segi

gizi adalah sarapan pagi (Khomsan, 2003).

Ada berbagai alasan yang seringkali menyebabkan anak tidak sarapan pagi,

seperti waktu yang sangat terbatas, jarak sekolah yang cukup jauh, terlambat bangun

pagi, atau tidak ada selera untuk sarapan pagi (Yusuf, dkk, 2008). Anak yang tidak

sarapan pagi akan mengalami kekosongan lambung sehingga kadar gula darah akan

(18)

negatifnya adalah ketidakseimbangan sistem syaraf pusat yang dikuti dengan rasa pusing,

badan gemetar atau rasa lelah. Dalam keadaan demikian anak akan sulit untuk dapat

menerima pelajaran dengan baik. Gairah belajar dan kecepatan reaksi juga akan menurun

(Khomsan, 2003).

Sebagai gantinya, anak jajan di sekolah untuk sekadar mengganjal perut. Dengan

jajan, anak bisa mengenal beragam makanan yang dijual di sekolah. Oleh karena itu

jajan dapat membantu seorang anak untuk membentuk selera makan yang beragam.

Namun demikian, jajan yang terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan anak di

rumah. Iklan makanan/minuman yang menggunakan seorang bintang sebagai model

akan lebih mudah memikat remaja, sehingga mereka langsung mengkonsumsinya,

terlepas apakah makanan itu bergizi atau tidak. Selain itu banyak jajanan yang kurang

memenuhi syarat kesehatan sehingga justru mengancam kesehatan anak (Khomsan,

2003).

Makanan jajanan dapat menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak

36%, protein 29% dan zat besi 52%. Oleh karena itu, makanan jajanan memiliki peranan

penting pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Jadi, untuk mengurangi

paparan anak sekolah terhadap makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak aman, perlu

dilakukan usaha promosi keamanan pangan baik kepada pihak sekolah, guru, orang tua,

murid, serta pedagang (Judarwanto, 2008).

Dalam promosi kesehatan, media diposisikan sebagai sarana untuk membuat

suasana yang kondusif terhadap perubahan perilaku yang positif terhadap kesehatan

(Notoatmodjo, 2005). Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan

(19)

belajar seperti leaflet, poster dan video banyak dipakai dalam praktik promosi kesehatan.

Salah satu kelebihan poster adalah dapat meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan dan

merangsang kepercayaan, sikap dan perilaku. Sementara leaflet dapat memberikan detil

yang tidak mungkin bila disampaikan dengan lisan (Simnett dan Ewles, 1994).

Di SMA Negeri 1 Panyabungan terdapat 3 kelas khusus, yaitu kelas X.6 , XI

IPA.4 dan XII IPA.4, yang terdiri dari para pelajar yang berprestasi di bidang akademik.

Selain itu para pelajar di kelas ini juga mendapat perlakuan khusus yaitu penambahan

kegiatan berupa les. Dengan demikian pelajar kelas khusus ini memiliki aktivitas lebih

besar dibanding pelajar kelas yang lainnya. Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang

dilakukan peneliti, sebagian besar pelajar ini suka mengkonsumsi makanan jajanan. Hal

ini juga didukung dengan adanya 3 kantin di dalam sekolah yang menyediakan berbagai

pilihan jajanan. Alasan yang membuat mereka suka jajan adalah karena mereka tidak

sempat sarapan pagi serta karena adanya les tambahan yang mereka ikuti sampai sore

hari. Dengan kondisi seperti ini, rasa lapar dapat mengganggu konsentrasi belajar

mereka. Para pelajar ini juga kurang memperhatikan nilai gizi dan higienitas jajanan

yang dikonsumsi.

Apabila hal ini dibiarkan begitu saja maka akan berdampak pada kesehatan yang

juga akan mempengaruhi proses belajar mereka. Melihat kondisi ini dinilai perlu

dilakukan suatu upaya untuk memberikan informasi kepada para pelajar mengenai

makanan jajanan yang sehat dalam bentuk media visual berupa poster dan leaflet.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui pengaruh media visual

poster dan leaflet makanan sehat terhadap perilaku konsumsi makanan jajanan pelajar

(20)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat dibuat

rumusan masalah penelitian adalah “Bagaimana Pengaruh Media Visual Poster dan

Leaflet Makanan Sehat terhadap Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Pelajar Kelas

Khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009”.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh media visual poster dan leaflet makanan sehat

terhadap perilaku konsumsi makanan jajanan pelajar kelas X.6 dan XI IPA.4 SMA

Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal tahun 2009.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh poster dan leaflet makanan sehat terhadap pengetahuan

pelajar tentang makanan jajanan.

2. Untuk mengetahui pengaruh poster dan leaflet makanan sehat terhadap sikap pelajar

tentang makanan jajanan.

3. Untuk mengetahui pengaruh poster dan leaflet makanan sehat terhadap tindakan

(21)

1.4Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumber informasi bagi pelajar tentang makanan jajanan yang sehat.

2. Sebagai informasi bagi pelajar tentang bahaya mengkonsumsi makanan jajanan

dengan sembarangan.

3. Sebagai informasi dan metode alternatif penanganan masalah perilaku konsumsi

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pola Makan Sehat dan Seimbang

Menurut Harper (1986), pola makan (dietary pattern) adalah cara yang ditempuh

seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai

reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial.

Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam

jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna

pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan

perkembangan (Almatsier, 2004). Ilmuwan memperkirakan 75% kanker bisa dicegah

melalui diet yang lebih baik. Konsumsi makanan yang salah dapat membuat tubuh

kekurangan nutrisi-nutrisi vital yang diperlukan agar tubuh dapat bekerja dengan baik.

Kunci menuju kesehatan yang baik adalah diet yang seimbang dan bervariasi

(Weekes, 2008).

2.2 Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

Menurut Almatsier (2004), PUGS disusun untuk mencapai dan memelihara

kesehatan dan kesejahteraan gizi (nutritional well-being) semua yang merupakan

prasyarat untuk pembangunan sumber daya manusia. Dalam PUGS, susunan makanan

yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai

dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling

melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya.

PUGS merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 Sehat 5 Sempurna yang

(23)

maupun masalah gizi lebih. Pengelompokan makanan didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sumber zat energi/tenaga yang dapat berupa padi-padian,

tepung-tepungan, umbi-umbian, sagu, dan pisang yang dibeberapa bagian di Indonesia juga

dimakan sebagai makanan pokok. Sebagai sumber zat pembangun berupa sayuran dan

buah, serta sumber zat pengatur berupa ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan

dan hasil olahannya, seperti tempe, tahu dan oncom. Untuk mencapai gizi seimbang

hendaknya susunan makanan sehari terdiri dari campuran ketiga kelompok bahan

makanan tersebut. Dari tiap kelompok dipilih salah satu atau lebih jenis bahan makanan

sesuai dengan ketersediaan bahan makanan tersebut di pasar, keadaan sosial ekonomi,

nilai gizi, dan kebiasaan makanan (Almatsier, 2004).

Menurut Baliwati (2004), PUGS memuat tiga belas pesan dasar yang diharapkan

dapat digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan

sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan

kesehatan yang optimal. Ketiga belas pesan dasar tersebut adalah sebagai berikut:

1. Makanlah aneka ragam makanan.

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi.

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi.

5. Gunakan garam beryodium.

6. Makanlah makanan sumber zat besi.

7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan.

8. Biasakan makan pagi.

(24)

10.Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.

11.Hindari minum minuman beralkohol.

12.Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.

13.Bacalah label pada makanan yang dikemas.

2.3 Makanan Jajanan

2.3.1 Pengertian Makanan Jajanan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

942/Menkes/SK/VII/2003, makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah

oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap

santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran,

dan hotel. Sedangkan Menurut Winarno (1987), makanan jajanan adalah makanan jadi

yang sudah siap dikonsumsi dan tidak memerlukan pengolahan lagi, yang di jual di kaki

lima, pinggir jalan, di stasiun, di pasar dan tempat-tempat umum yang strategis lainnya.

2.3.2 Manfaat Makanan Jajanan

Kebiasaan jajan di sekolah sangat bermanfaat jika makanan yang dibeli itu sudah

memenuhi syarat-syarat kesehatan, sehingga dapat melengkapi atau menambah

kebutuhan gizi anak. Disamping itu juga untuk mengisi kekosongan lambung, karena

setiap 3-4 jam sesudah makan, lambung mulai kosong. Akhirnya apabila tidak beri jajan,

si anak tidak dapat memusatkan kembali pikirannya kepada pelajaran yang diberikan oleh

guru dikelasnya. Jajan juga dapat dipergunakan untuk mendidik anak dalam memilih

jajan menurut 4 sehat 5 sempurna (Yusuf, dkk, 2008).

Namun, jajan yang terlalu sering dan menjadi kebiasaan akan berakibat negatif,

(25)

berbagai penyakit, dapat menyebabkan obesitas pada anak, kurang gizi karena

kandungan gizi pada jajanan belum tentu terjamin dan pemborosan. Permen yang

menjadi kesukaan anak-anak bukanlah sumber energi yang baik sebab hanya

mengandung karbohidrat. Terlalu sering makan permen dapat menyebabkan gangguan

pada kesehatan gigi (Irianto, 2007).

2.3.3 Jenis Makanan Jajanan

Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004), jenis makanan jajanan

dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) golongam, yaitu makanan jajanan yang berbentuk

panganan, misalnya kue-kue kecil, pisang goreng, kue putu, kue bugis dan sebagainya.

Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti pecal, mie bakso, nasi goreng,

mie goreng, mie rebus dan sebagainya. Dan makanan jajanan yang berbentuk minuman,

seperti es krem, es campur, jus buah dan sebagainya. Selain itu penjualan dan penjaja

makanan jajanan dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, antara lain penjaja diam,

yaitu makanan yang di jual sepanjang hari pada warung-warung yang lokasinya tetap di

satu tempat. Penjaja setengah diam, yaitu mereka yang berjualan dengan menetap di satu

tempat pada waktu-waktu tertentu. Dan penjaja keliling, yaitu mereka yang berjualan

keliling dan tidak mempunyai tempat mangkal tertentu.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

942/MENKES/SK/VII/2003, pada pasal 2 disebutkan penjamah makanan jajanan adalah

orang yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan makanan dan

peralatannya sejak dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai

dengan penyajian. Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan

(26)

penyakit mudah menular misalnya batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut

sejenisnya; menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka lainnya); menjaga

kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian; memakai celemek, dan tutup kepala;

mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan; menjamah makanan harus

memakai alat/ perlengkapan, atau dengan alas tangan; tidak sambil merokok, menggaruk

anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya); tidak batuk atau bersin di

hadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau tanpa menutup mulut atau hidung.

Pada pasal 9 juga disebutkan bahwa makanan jajanan yang dijajakan harus dalam

keadaan terbungkus dan atau tertutup. Pembungkus yang digunakan dan atau tutup

makanan jajanan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan.

2.4 Konsep Perilaku 2.4.1 Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini

perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yakni perilaku

pemeliharaan kesehatan (health maintenance), perilaku pencarian dan penggunaan sistem

atau fasilitas pelayanan kesehatan/perilaku pencarian pengobatan (health seeking

behavior), serta perilaku kesehatan lingkungan .

2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Pangan Remaja

Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior) merupakan respon seseorang

terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi

(27)

terkandung didalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan, dan sebagainya sehubungan

kebutuhan tubuh kita (Notoatmodjo, 2003).

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa

dewasa. Pada masa ini, individu mengalami berbagai pertumbuhan baik fisik maupun

psikis (Agustiani, 2006). Para remaja memerlukan makanan bernutrisi tinggi karena

tubuh mereka sedang mengalami perubahan besar (Weekes, 2008).

Pada usia remaja, fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial

maupun psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami banyak

ragam gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan

apa yang akan dikonsumsi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi keadaan gizi seorang

remaja. Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat seorang remaja sering

dipengaruhi oleh rekan sebayanya. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada

kandungan gizi tetapi sekedar bersosialisasi dan untuk kesenangan. Aspek pemilihan

makanan pada remaja penting diperhatikan karena remaja sudah menginjak tahap

independensi yaitu kebiasaan memilih makanan yang disukai (Khomsan, 2003).

Menurut Weekes (2008), masa remaja seringkali merupakan masa pertama

kalinya orang-orang mempertimbangkan untuk mengikuti diet dalam rangka mengubah

bentuk tubuh mereka. Diet ketat biasanya menghilangkan makanan-makanan tertentu

misalnya karbohidrat. Hal ini tidak sehat bagi remaja yang sedang tumbuh dan

memerlukan berbagai jenis makanan.

Anak remaja yang sudah duduk di bangku SLTP dan SLTA umumnya

menghabiskan waktu tujuh jam sehari di sekolahnya. Ini berarti hampir sepertiga dari

(28)

dengan keluarga, fungsi sekolah sebagai pembentuk nilai dalam diri anak sekarang ini

banyak menghadapi tantangan. Khususnya karena sekolah berikut segala

kelengkapannya tidak lagi merupakan satu-satunya lingkungan setelah lingkungan

keluarga. Terutama di kota-kota besar, sekarang ini sangat terasa ada banyak lingkungan

yang lain yang dapat dipilih remaja selain sekolahnya: pasar swalayan, pusat

perbelanjaan, taman hiburan, atau bahkan sekedar warung di tepi jalan di seberang

sekolah atau rumah salah seorang teman (Sarwono, 1997).

Menurut Khomsan (2003), anak sekolah memiliki banyak kegiatan yang harus

dilakukan dalam sehari. Mulai dari aktifitas di sekolah, yang dilanjutkan dengan

berbagai kursus, mengerjakan PR dan mempersiapkan pelajaran untuk keesokan harinya.

Dengan aktivitas tinggi seperti itu, stamina anak akan cepat loyo kalau tidak ditunjang

dengan intake pangan dan gizi yang cukup serta berkualitas. Agar stamina anak usia

sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan ekstra kurikuler, maka sarana utama dari segi

gizi adalah sarapan pagi.

Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting mengingat waktu sekolah

dengan aktifitas penuh yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar

(Judarwanto, 2008). Bagi anak-anak sekolah, meninggalkan sarapan pagi membawa

dampak yang kurang menguntungkan. Konsentrasi di kelas bisa buyar karena tubuh

tidak memperoleh masukan gizi yang cukup (Khomsan, 2003).

Banyak alasan yang menyebabkan anak sekolah tidak sarapan pagi, seperti waktu

yang sangat terbatas karena jarak sekolah yang cukup jauh, terlambat bangun pagi, atau

(29)

Menurut Daniel dalam Arisman (2004), hampir 50% remaja terutama remaja yang

lebih tua, tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang

meyakini kalau sarapan memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara teratur

hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih memilih

kudapan yang bukan saja hampa kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi

dan dapat mengganggu nafsu makan.

Padahal konsumsi makanan yang salah bisa membuat tubuh kekurangan

nutrisi-nutrisi vital yang diperlukan agar tubuh dapat bekerja dengan baik (Weekes, 2008).

Kebiasaan makan remaja juga terdiri dari snack yang 40% berkalori tinggi.

Makanan snack yang sering di konsumsi remaja seperti keripik kentang, kue-kuean, dan

minuman ringan (soft drink) yang rendah dalam zat gizi. Dan juga es krim, es krim

kocok, hamburger dan pizza yang memberikan zat gizi yang penting, tetapi juga tinggi

lemak, natrium, dan kalori. Remaja juga bersandar pada restoran fast food yang

mempunyai menu terbatas dan sering menekankan pada makanan tinggi kalori, lemak

dan natrium (Moore, 1997).

Menurut Judarwanto (2008), jajanan di sekolah juga sangat beresiko mengandung

cemaran biologis dan kimiawi yang dapat mengganggu kesehatan. Dengan demikian,

perilaku makan pada anak usia sekolah harus diperhatikan secara cermat dan hati-hati.

Sebagai upaya melindungi konsumen, Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan

(Badan POM) menguji makanan jajanan anak di sekolah di 195 sekolah dasar di 18

provinsi. Di antaranya Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandar Lampung, Denpasar, dan

Padang. Hasil uji yang dilakukan pada 861 contoh sampel menunjukkan sebanyak

(30)

dan 62,5% minuman ringan ditemukan mengandung bahan berbahaya serta tercemar

bakteri patogen. Begitu juga dengan saus dan sambal sebanyak 61,54% serta kerupuk

56,25%. Dari total sampel itu, 10,45% mengandung pewarna yang dilarang, yakni

rhodamin B, methanil yellow dan amaranth. Sebagian sampel juga mengandung boraks,

formalin, siklamat, sakarin, dan benzoat melebihi batas.

Menurut Akmal (1995), cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada jajanan

adalah penggunaan boraks (asam borat atau natrium tetraboraks) untuk mendapatkan efek

renyah, kenyal, padat dan tahan lama terutama pada makanan jenis mie, bakso dan tahu.

Begitu juga dengan formalin, yang biasa digunakan untuk membunuh bakteri pembusuk

atau untuk mengawetkan jasad mahluk hidup. Demikian juga dengan rhodamin B yang

digunakan sebagai pewarna merah pada tekstil.

Pemakaian bahan kimia yang bukan untuk pangan ini jika dikonsumsi dalam

jangka yang lama dapat memicu kanker dan gangguan pada ginjal. Hasil analisis dengan

parameter uji cemaran mikroba menunjukkan bahwa sebagian sampel tercemar mikroba

melebihi persyaratan. Sejumlah sampel juga tercemar bakteri E coli, Salmonella,

Staphylococcus dan Vibrio cholerae, yang dapat menyebabkan keracunan, diare,

mencret, demam dan tipus (Evy, 2005).

2.5 Media Promosi Kesehatan

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan

pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media

cetak, elektonika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan

pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya ke arah positif

(31)

sarana belajar mengandung pesan atau gagasan sebagai perantara untuk menunjang

proses belajar atau penyuluhan tertentu yang telah direncanakan.

Umar Hamalik, Djamarah dan Sadiman dalam Adri (2008), mengelompokkan

media berdasarkan jenisnya, yaitu:

1. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti

tape recorder.

2. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud

visual.

3. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.

Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke

dalam dua jenis, yaitu :

a. Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound

slide.

b. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar

yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.

Menurut Notoatmodjo (2003), berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran

pesan-pesan kesehatan, media dibagi menjadi 3, yaitu media cetak, seperti booklet, leaflet, flyer,

flip chart, rubrik/tulisan-tulisan poster, foto. Media elektronik, seperti televisi, radio ,

video compact disc, slide, film strip, serta media papan (bill board), yang mencakup

pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum.

(32)

Poster adalah lembaran kertas yang besar, sering berukuran 60 cm lebar dan 90

cm tinggi dengan kata-kata dan gambar atau simbol untuk penyampaian suatu pesan.

Poster biasa dipakai secara luas oleh perusahaan dagang untuk mengiklankan produknya,

serta memperkuat pesan yang telah disampaikan melalui media massa lain

(Brieger, 1992). Sedangkan menurut Sadiman (2006), poster tidak saja penting untuk

menyampaikan kesan-kesan tertentu tetapi dia mampu pula untuk mempengaruhi dan

memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Secara umum poster yang baik

hendaklah sederhana, dapat menyajikan satu ide untuk mencapai satu tujuan pokok,

berwarna dan tulisannya jelas. Selain itu, slogan pada poster harus ringkas dan jitu, motif

yang digunakan juga bervariasi.

A. Tujuan Poster

Menurut Brieger (1992), poster dapat dipakai secara efektif untuk tiga tujuan,

yaitu untuk memberi informasi dan nasihat, memberikan arah dan petunjuk, serta

mengumumkan peristiwa dan program yang penting.

B. Kelebihan dan Kelemahan Poster

Menurut Simnett dan Ewles (1994), kebihan poster antara lain dapat

meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan dan merangsang kepercayaan, sikap dan

perilaku. Poster dapat menyampaikan informasi, mengarahkan orang melihat sumber lain

(alamat, nomor telepon, mengambil leaflet). Poster juga dapat dibuat di rumah dengan

murah.

Poster memiliki kelemahan karena penggunaannya untuk audiens terbatas

(kecuali poster komersil yang besar), mudah rusak, dan diacuhkan, materi berkualitas

(33)

itu, biasanya poster dibeli dengan biaya relatif mahal. Ujicoba dengan kelompok

pengguna sangat disarankan.

Menurut Notoatmodjo (2005), kelebihan poster dari media yang lainnya adalah

tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa

kemana-mana, dapat mengungkit rasa keindahan, mempermudah pemahaman, dan

meningkatkan gairah belajar. Kelemahannya adalah media ini tidak dapat menstimulir

efek suara dan efek gerak dan mudah terlipat.

C. Besar Kelompok

Kelompok sasaran dapat besar atau kecil. Dapat juga seluruh masyarakat.

Kadang-kadang anda mungkin juga ingin menggunakan poster untuk perorangan. Anda

mungkin memberikan konsultasi kepada sseseorang di klinik, di sekolah, atau di kantor

(Brieger, 1992).

D. Isi Poster

Sejumlah aturan harus diikuti untuk pembuatan poster, seperti semua kata yang

digunakan harus dalam bahasa setempat. Kata-kata harus sedikit dan sederhana,

penggunaan simbol juga harus yang dapat dimengerti oleh orang buta huruf. Isi poster

hendaknya hanya memempatkan satu gagasan pada satu poster karena terlalu banyak

gagasan akan membuat semerawut dan membingungkan orang. Poster harus cukup besar

agar dapat dilihat orang dengan jelas. Apabila poster digunakan untuk satu kelompok,

pastikan bahwa orang di belakang dapat melihatnya dengan jelas (Brieger, 1992).

E. Syarat Penempatan Poster

Adapun syarat penempatan poster antara lain menurut Brieger (1992), yaitu poster

(34)

pertemuan), meminta izin sebelum memasang poster di rumah atau bangunan. Beberapa

tempat, gedung, batuan, atau pohon dapat merupakan tempat yang khusus atau

mempunyai nilai tertentu. Oleh karena itu jangan menaruh poster di tempat yang

demikian karena akan membuat penduduk marah sehingga mereka tidak mau belajar dari

poster tersebut. Selain itu, jangan membiarkan poster lebih dari sebulan, sehingga orang

akan menjadi bosan dan mengacuhkannya.

2.5.1.2 Leaflet

Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui

lembar yang dilipat (Notoatmodjo, 1993).

A. Kegunaan dan Keunggulan Leaflet

Menurut Simnett dan Ewles (1994), kegunaan dan keunggulan dari leaflet adalah

sederhana dan sangat murah, klien dapat menyesuaikan dan belajar mandiri, pengguna

dapat melihat isinya pada saat santai, informasi dapat dibagikan dengan keluarga dan

teman. Leaflet juga dapat memberikan detil (misalnya statistik) yang tidak mungkin bila

disampaikan lisan. Klien dan pengajar dapat mempelajari informasi yang rumit

bersama-sama.

B. Keterbatasan Leaflet

Menurut Simnett dan Ewles (1994), leaflet profesional sangat mahal, materi yang

diproduksi massal dirancang untuk sasaran pada umumnya dan tidak cocok untuk setiap

orang, serta terdapat materi komersial berisi iklan. Leaflet juga tidak tahan lama dan

mudah hilang, dapat menjadi kertas percuma kecuali pengajar secara aktif melibatkan

klien dalam membaca dan menggunakan materi. Ujicoba dengan sasaran sangat

(35)

2.5.2 Poster dan Leaflet dalam Perubahan Perilaku

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk tindakan seseorang,

karena dari pengalaman dan penelitian yang ada, ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan bertahan lama daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Jadi,

sebelum seseorang berperilaku baru, ia terlebih dahulu tahu apa arti atau manfaat perilaku

tersebut.

Salah satu strategi dalam perubahan perilaku adalah pemberian informasi.

Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara

pemeliharan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Pengetahuan-pengetahuan itu selanjutnya

akan menimbulkan kesadaran, dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai

dengan pengetahuan yang dimilikinya itu (Notoatmodjo, 1993).

Menurut Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media

karena melalui media, pesan-pesan disampaikan dengan mudah dipahami dan lebih

menarik. Media juga dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi,

mempermudah pengertian. Disamping itu, dapat mengurangi komunikasi yang

verbalistik dan memperlancar komunikasi. Dengan demikian sasaran dapat mempelajari

pesan tersebut dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan-pesan

yang disampaikan. Simnett dan Ewles (1994) menambahkan bahwa metode mengajar

dan alat belajar seperti leaflet, poster dan video banyak dipakai dalam praktik promosi

kesehatan.

Berbagai penelitian telah dilakukan dengan menggunakan media untuk mengubah

(36)

Rajagukguk (2007) tentang pengaruh promosi konsumsi sayur dan buah terhadap

perilaku ibu rumah tangga di kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru,

menyimpulkan bahwa promosi dengan penyuluhan dan pembagian brosur yang dilakukan

mampu mempengaruhi perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam mengkonsumsi sayur dan

buah.

Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008) tentang pengaruh poster sebagai

promosi kesehatan terhadap perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada Baduta

menyimpulkan bahwa pemasangan poster di posyandu juga mempengaruhi perilaku ibu

yang memiliki anak usia dua tahun. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan

Rahmawati (2006) tentang efektifitas leaflet diabetes mellitus (DM) modifikasi terhadap

pengendalian kadar gula darah penderita DM tipe 2 menyimpulkan bahwa penggunaan

leaflet dapat meningkatkan pengetahuan penderita DM tipe 2 yang sebelumnya memiliki

pengetahuan rendah. Penelitian yang dilakukan Pujiadi (1979) tentang pengaruh media

visual gambar terhadap peningkatan status gizi anak balita menyimpulkan bahwa metoda

visual kartu bergambar ternyata dapat meningkatkan pengetahuan gizi para ibu yang

mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda.

Penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisak (2008) tentang pengaruh penyuluhan

sayur dan buah terhadap pengetahuan remaja putri SMAN 1 Julok Kabupaten Aceh

Timur, juga menyimpulkan bahwa penyuluhan dalam bentuk ceramah dengan

memperlihatkan contoh sayur dan buah serta pemberian leaflet mampu meningkatkan

pengetahuan remaja putri tentang sayur dan buah. Demikian juga penelitian yang

dilakukan Sari (2008) dengan judul pengaruh penyuluhan Kadarzi terhadap pengetahuan

(37)

Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, menyimpulkan bahwa penyuluhan yang

disertai dengan pemberian leaflet dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan

pengetahuan dan sikap ibu hamil.

Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan

informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran,

sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan-pesan

yang disampaikan. Promosi kesehatan di sekolah merupakan langkah yang strategis

dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, khususnya dalam mengembangkan

perilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2005).

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian 9 Pengetahuan pelajar

9 Sikap pelajar 9 Tindakan pelajar

9 Pengetahuan pelajar 9 Sikap pelajar

9 Tindakan pelajar Penggunaan media visual

poster dan leaflet makanan sehat

(38)

Kerangka konsep ini menggambarkan bahwa yang akan diteliti adalah pengaruh

media visual poster dan leaflet makanan sehat terhadap perilaku konsumsi makanan

jajanan pelajar. Untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan pelajar

dilakukan pretest dan untuk melihat sejauh mana pengaruh media visual poster dan

leaflet makanan sehat terhadap perilaku pelajar dalam mengkonsumsi makanan jajanan

dilakukan postest.

2.7 Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh pemajangan poster dan pemberian leaflet makanan sehat terhadap

pengetahuan pelajar tentang makanan jajanan.

2. Ada pengaruh pemajangan poster dan pemberian leaflet makanan sehat terhadap

sikap pelajar tentang makanan jajanan.

3. Ada pengaruh pemajangan poster dan pemberian leaflet makanan sehat terhadap

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan

One Pretest-Postest Group Design, dimana rancangan ini tidak ada kelompok

pembanding (kontrol) tetapi sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang

memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya

perlakuan. Perbedaan antara O1 dan O2 diasumsikan merupakan efek dari treatment atau

eksperimen (Notoatmodjo, 2005).

Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan:

O1 = Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen, yaitu pretest yang dilakukan satu

hari sebelum pemajangan poster dan pemberian leaflet makanan sehat di sekolah.

X = Eksperimen berupa pemajangan poster dan pemberian leaflet makanan sehat

selama 2 minggu di sekolah.

O2 = Observasi sesudah eksperimen, yaitu postest yang dilakukan di sekolah pada

waktu 2 minggu sesudah pemajangan poster dan pemberian leaflet makanan

sehat.

(40)

Adapun garis waktu (Time Line) dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 3.1 Garis waktu (Time Line) Penelitian

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten

Mandailing Natal. Lokasi tersebut dipilih atas dasar pertimbangan sebagai berikut :

1. Ada banyak makanan jajanan yang dijual baik di dalam maupun di luar sekolah.

Sekolah ini memiliki 3 kantin di dalam sekolah yang menjual berbagai jenis jajanan,

seperti lontong, mie goreng, aneka gorengan, roti, permen, soft drinks (seperti teh botol,

Fresh tea, Coca-cola), ekstra jos, dan sebagainya. Ditambah lagi, di luar lingkungan

sekolah terdapat banyak penjual kaki lima yang juga menjual jajanan di pinggir jalan,

seperti bakso, mie ayam, gorengan, tela-tela, es campur, air tebu, es kolak dingin,

gado-gado, martabak, dan lain-lain.

Bila diperhatikan, higienitas di 3 kantin sekolah ini masih kurang. Dapat dilihat dari

(41)

yang disediakan. Cara penyajian makanannya juga kurang baik, misalnya saat membuat

lontong atau mie goreng, tangan penjual langsung bersentuhan dengan makanan

walaupun terkadang mereka menggunakan sendok. Jajanan yang dijual di pinggir jalan

rentan terhadap polusi debu maupun asap knalpot.

2. Belum pernah dilakukan penyuluhan dengan menggunakan poster atau leaflet

tentang makanan sehat di sekolah tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian mulai dari Maret - September 2009.

3.3Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel diambil dengan metode total sampling yaitu seluruh pelajar

kelas khusus di SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal yang

berjumlah 80 orang, dari kelas X.6 sebanyak 40 orang dan kelas XI IPA.4 sebanyak 40

orang.

3.4Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan pelajar dengan

menggunakan kuesioner yang meliputi identitas responden, yaitu nama, kelas, jenis

kelamin, tempat/tanggal lahir serta pengetahuan, sikap dan tindakan pelajar dalam

mengkonsumsi makanan jajanan sebelum dan sesudah intervensi.

3.4.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh dari kantor Tata Usaha SMA Negeri 1 Panyabungan

Kabupaten Mandailing Natal, yaitu mengenai jumlah seluruh pelajar, jumlah kelas,

(42)

3.5Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berupa poster, leaflet dan kuesioner dengan bentuk

pertanyaan tertutup yang di susun secara terstruktur. Kuesioner digunakan untuk

mengukur pengetahuan, sikap dan tindakan yang ada hubungannya dengan konsumsi

makanan jajanan. Adapun kuesioner tersebut tersusun dari kelompok-kelompok item

sebagai berikut:

1. Pengetahuan

Tabel 3.2 Daftar Komponen Objek Pengetahuan Terhadap Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Pelajar

No Komponen Objek Pengetahuan Jumlah

1. Pengertian makanan sehat 1

2. Pengertian makanan jajanan 1

3. Manfaat makanan jajanan 1

4. Makanan jajanan dikatakan baik 1

5. Penyakit yang disebabkan oleh makanan jajanan 1

6. Kemasan makanan jajanan yang baik 1

7. Pengertian makanan jajanan tradisional 1

8. Pengertian makanan jajanan ala barat 1

9. Pengertian fast food 1

10. Pengertian junk food 1

11. Pengertian snack 1

12. bahan tambahan makanan yang dikandung oleh makanan jajanan 1 13. Penyakit ditimbulkan jika mengkonsumsi fast food dan junk food 1

JUMLAH 13

2. Sikap

Tabel 3.3 Daftar Komponen Objek Sikap Terhadap Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Pelajar

No. Komponen Objek Penelitian Jumlah

1. Manfaat makanan jajanan 2

2. Makanan jajanan yang baik dikonsumsi 1

3. Perilaku saat mengkonsumsi makanan jajanan 1 4. Akibat mengkonsumsi jajanan ala barat sepert fast food, junk food

dan snack yang berlebihan

1

(43)

Tabel 3.4 Daftar Komponen Objek Tindakan Terhadap Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Pelajar

No. Komponen Objek Pengetahuan Selalu

1. Tempat pembelian makanan jajanan. 3

2. Frekuensi dalam mengkonsumsi makanan jajan 1

3. Alasan memilih makanan jajanan 4

4. Perilaku mengkonsumsi makanan jajanan 1 5. Pilihan makanan jajanan yang di konsumsi 4 6. Pilihan minuman jajanan yang di konsumsi 1

7. Alasan mengkonsumsi makanan jajanan 1

JUMLAH 15

3.6Uji Validitas dan Reliabilitas

Agar alat ukur yang dipakai benar-benar mengukur pengetahuan, sikap dan

tindakan responden serta dapat melakukan fungsi ukurnya secara cermat dan dapat

dipercaya, maka dilakukan uji kuesioner di luar subjek penelitian kepada 10 responden,

dalam hal ini pelajar SMA Dharma Bakti Medan. Uji validitas instrumen ini

menggunakan nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing butir pertanyaan.

Item pertanyaan yang mencapai nilai korelasi minimal 0,3 dianggap memuaskan/valid

(Azwar, 2003). Uji reliabilitas menggunakan nilai croanbach’s alpha. Reabilitas suatu

item/konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai croanbach’s alpha > 0,6.

Secara keseluruhan semua item pertanyaan baik variabel pengetahuan, sikap dan

tindakan dari kuesioner dinyatakan valid dan realibel. Hasil statistik menyatakan nilai

Corrected Item-Total Correlation dari pengetahuan > 0,3 dan croanbach’s alpha 0,905.

Untuk sikap nilai korelasinya > 0,3 dan croanbach’s alpha 0,860, begitu juga dengan

tindakan, nilai korelasi semua item > 0,3 dan croanbach’s alpha 0,855.

(44)

Pada komponen pengetahuan terdapat 13 item pertanyaan dengan tipe pilihan

jawaban skala Likert yaitu benar, hampir benar dan salah. Di beri skor 3 untuk jawaban

benar, skor 2 untuk jawaban hampir benar dan skor 1 untuk jawaban salah. Total skor

pengetahuan tertinggi adalah 39 dan terendah adalah 13.

Berdasarkan kriteria di atas maka dapat dikategorikan tingkat pengetahuan

responden dengan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2000).

a.Baik, bila nilai responden > 75% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang

pengetahuan, dengan nilai >29.

b.Cukup, bila nilai responden 40 - 75% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang

pengetahuan, dengan nilai 16 – 29.

c.Kurang, bila nilai responden < 40% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang

pengetahuan, dengan nilai < 16

2. Sikap

Komponen sikap menggunakan skala Gutment yakni dengan 2 alternatif jawaban

setuju dan tidak setuju. Nilai diukur dengan skor 0 untuk jawaban setuju dan 1 untuk

jawaban tidak setuju. Kecuali untuk nomor 4 pada pernyataan saat mengkonsumsi

makanan jajanan harus mencuci tangan terlebih dahulu, diberi skor 1 untuk jawaban

setuju dan 0 untuk jawaban tidak setuju. Total skor tertinggi adalah 5 dan terendah

adalah 0.

Berdasarkan kriteria di atas dapat dikategorikan tingkat sikap responden dengan

kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2002).

a.Baik, bila nilai responden > 75% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang

(45)

b.Cukup, bila nilai responden 40 - 75% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang

pengetahuan, dengan nilai 2 – 4.

c.Kurang, bila nilai responden < 40% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang

pengetahuan, dengan nilai < 2.

3. Tindakan

Komponen tindakaan terdiri dari 15 pernyataan dengan tipe pilihan jawaban

berskala Likert yaitu Selalu, Sering, Kadang-kadang dan Tidak Pernah. Nilai untuk

pernyataan nomor 1, 5, 6, 8, 11 dan 12 diukur dengan skor 4 untuk tindakan yang selalu

dilakukan, 3 untuk tindakan yang sering dilakukan, 2 untuk tindakan yang

kadang-kadang dilakukan, dan 1 untuk tindakan yang tidak pernah dilakukan. Untuk pernyataan

no.2, 3, 4, 7, 9, 10, 13, 14, dan 15 diukur dengan skor 4 untuk tindakan yang tidak pernah

dilakukan, 3 untuk tindakan yang kadang-kadang dilakukan, 2 untuk tindakan yang

sering dilakukan, dan 1 untuk tindakan yang selalu dilakukan. Skor tindakan tertinggi

adalah 60 dan terendah adalah 15.

Berdasarkan kriteria di atas tindakan dikategorikan atas 2 :

a. Baik, bila nilai responden ≥ 50% dari total nilai seluruh pertanyaan tentang

tindakan, dengan nilai ≥ 30.

b. Tidak baik, bila nilai responden < 50% dari total nilai seluruh pertanyaan

(46)

3.8Defenisi Operasional

1. Media visual yaitu media yang menggunakan indera penglihatan dalam wujud

visual.

2. Poster adalah lembaran kertas yang besar, berisi kata-kata dan gambar atau simbol

untuk menyampaikan pesan-pesan tentang makanan sehat dan makanan jajanan.

3. Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan tentang makanan

sehat dan makanan jajanan melalui lembar yang dilipat.

4. Makanan yang sehat adalah makanan yang higienis (tidak mengandung kuman

penyakit dan tidak bersifat meracuni tubuh) serta mengandung gizi.

5. Makanan jajanan adalah makanan jadi yang sudah siap dikonsumsi dan tidak

memerlukan pengolahan lagi, yang di jual di kaki lima, pinggir jalan, di kantin

sekolah, di pasar dan tempat-tempat umum yang strategis lainnya.

6. Jajanan sehat adalah makanan/minuman yang masih segar (tidak basi atau

kadaluarsa), bersih (tidak dihinggapi lalat, tidak dicemari oleh debu dan

bahan-bahan pengotor lainnya) dan aman dari cemaran bahan-bahan kimia dan fisik (pewarna,

pemanis, pengawet, pengenyal dan penambah rasa).

7. Perilaku konsumsi makanan adalah cara seseorang berpikir, berpengetahuan, dan

berpandangan tentang makanan.

8. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang makanan

jajanan.

9. Sikap adalah respon atau tanggapan responden tentang konsumsi makanan

(47)

10.Tindakan adalah aktivitas yang dilakukan responden sehubungan dengan

konsumsi makanan jajanan.

11.Pretest adalah tindakan pengukuran pengetahuan, sikap, dan pengetahuan

responden tentang makanan jajanan sebelum pemajangan poster dan pemberian

leaflet makanan sehat di sekolah.

12.Postest adalah tindakan pengukuran pengetahuan, sikap, dan tindakan responden

tentang makanan jajanan sesudah pemajangan poster dan pemberian leaflet

makanan sehat di sekolah.

3.9Jalannya Penelitian 1. Survei pendahuluan.

Survei pendahuluan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk

penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing

Natal.

2. Menyusun rencana eksperimen.

Penyusunan rencana eksperimen berupa penyusunan proposal penelitian,

instrumen penelitian (kuesioner, poster, dan leaflet) dan uji instrument.

3. Pengumpulan data tahap pertama (pretest).

Pretest dilakukan sebanyak 1 kali, yaitu satu hari sebelum pemasangan poster dan

pembagian leaflet tentang makanan sehat dengan menggunakan kuesioner dan

dilakukan di sekolah.

(48)

Eksperimen berupa pemajangan poster dan pemberian leaflet tentang makanan

sehat. Poster dipajang di dalam ruangan kelas X.6 dan XI IPA.4 selama dua

minggu, sementara leaflet diberikan kepada masing-masing pelajar. Peneliti

mengarahkan para pelajar untuk melihat dan membaca poster dan leaflet tersebut.

Selain itu, peneliti juga memberikan kesempatan berdiskusi dengan para pelajar

tentang perilaku higiene sanitasi dalam mengonsumsi makanan jajanan, seperti

dalam hal mencuci tangan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rajagukguk (2007) tentang pengaruh

promosi konsumsi sayur dan buah terhadap perilaku ibu rumah tangga di

kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, penelitian Khairunnisah (2008)

tentang pengaruh penyuluhan sayur dan buah terhadap pengetahuan remaja putri

SMAN 1 Julok Kabupaten Aceh Timur, dan juga penelitian Sari (2008) dengan

judul pengaruh penyuluhan Kadarzi terhadap pengetahuan dan sikap tentang

Kadarzi serta pola konsumsi pangan pada ibu hamil di Nagari Cupak Kecamatan

Gunung Talang, Kabupaten Solok, dapat di simpulkan bahwa dalam waktu 2

minggu, perlakuan/eksperimen yang dilakuan baik berupa penyuluhan, pemberian

brosur, dan juga pembagian leaflet mampu mempengaruhi perilaku responden.

Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan hasil pengetahuan, sikap dan tindakan

responden sebelum dan sesudah perlakuan.

5. Pengumpulan data tahap kedua (postest).

Dua minggu setelah pemajangan poster dan pemberian leaflet dilakukan postest

seperti halnya pada pengumpulan data tahap pertama dengan menggunakan

(49)

6. Pengolahan data dilakukan dengan editing dan koding serta dilanjutkan dengan

entri data dengan menggunakan komputer. Selanjutnya dilakukan analisis data

dan penyusunan laporan penelitian.

3.10 Teknik Analisa Data

Data dianalisa dengan mengunakan uji statistik yaitu Paired Sample T-Test untuk

melihat perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis ini dilakukan dengan

mengunakan Program SPSS For Windows 12.0 dengan keputusan uji statistik

menggunakan taraf signifikasi P < 0,05. Analisis hasil dilakukan juga dengan cara

distribusi frekuensi, tabel, dan grafik kemudian diinterpretasikan untuk menjawab tujuan

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Sekolah

SMA Negeri 1 Panyabungan berada di ibu kota kabupaten Mandailing Natal yang

terletak di jalan Sutan Soripada Mulia. Sekolah ini memiliki beberapa fasilitas sekolah,

yaitu 18 kelas ruang belajar, 1 kantor kepala sekolah, 1 ruang perpustakaan, 1 musolah, 1

ruang kantor tata usaha, 1 ruang kantor guru dan 1 ruang media pembelajaran (In focus).

Untuk mendukung kegiatan belajar, sekolah ini juga memiliki laboratorium bahasa,

laboratorium kimia, laboratorium biologi dan laboratorium komputer, yang telah

menyediakan fasilitas internet bagi para pelajar.

Ketenagaan di SMAN 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan

data bulan Juni tahun 2009 berjumlah 68 orang, yaitu guru (62 orang) dan tenaga

administrasi/ tata usaha (6 orang).

Jumlah pelajar SMAN 1 Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal bulan April

tahun 2009 ada 701 orang yang tersebar di 18 kelas seperti yang terlihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Pelajar berdasarkan Jumlah Kelas dan Jumlah Siswa di SMA Negeri 1 Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009

No Kelas Jumlah Kelas Jumlah Siswa

1 X 6 233

2 XI 6 239

3 XII 6 229

Jumlah 18 701

Sumber : Tata Usaha SMAN 1 Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009

Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah pelajar ada sebanyak 701 orang yang

(51)

Tabel 4.2 Distribusi Pelajar berdasarkan Jenis Kelamin di SMA Negeri 1 Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal Bulan April Tahun 2009

No Jenis Kelamin n Persentase

1 Laki-laki 259 37%

2 Perempuan 442 63%

Jumlah 701 100%

Sumber : Tata Usaha SMAN 1 Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009

Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah pelajar berjenis kelamin perempuan

lebih banyak di banding laki-laki, yaitu sebanyak 63%.

4.2 Gambaran Umum Responden 4.2.1 Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di SMA Negeri 1 Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal Bulan Juni Tahun 2009

Jenis Kelamin

Sumber : Tata Usaha SMAN 1 Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009

Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah responden berjenis kelamin perempuan

lebih banyak di banding laki-laki, yaitu sebanyak 50 orang (63%).

4.2.2 Umur Responden

Tabel 4.4 Distribusi Responden berdasarkan Umur di SMA Negeri 1 Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal Bulan Juni Tahun 2009

Kelas

(52)

Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah responden berumur 17 tahun lebih

banyak, yaitu sebanyak 38 orang (47,5%).

4.3 Gambaran Umum Kantin Sekolah dan Penjual Kaki Lima di Sekitar Sekolah 4.3.1 Gambaran Umum Kantin Sekolah

SMA Negeri 1 Panyabungan memiliki tiga kantin sekolah, dimana kantin sekolah

ini merupakan tempat penjualan berbagai jenis makanan dan minuman, yang bertujuan

untuk menyediakan makanan bagi para pelajar selama mereka berada di sekolah.

1. Kantin I

Kantin pertama dikelola oleh seorang ibu yang merupakan istri dari salah seorang

guru/pengajar di sekolah itu juga bernama ibu Yanti boru Hasibuan. Lokasinya berada ditengah lapangan sekolah, dekat dengan perpustakaan dan lapangan basket.

Gambar 4.1 Lokasi kantin pertama

Jenis makanan yang dijual sangat beraneka ragam seperti soto, nasi goreng, mie

goreng, lontong, indomie, bakso goreng, keripik peyek, kue bolu, donat, wafer tanggo,

wafer nabati siip, snack piattos, snack richies, pisang goreng, tempe goreng, bakwan dan

tahu isi. Begitu juga dengan minuman seperti teh manis dingin/panas, kopi, extra joss,

(53)

Kantin ini banyak diminati pelajar laki-laki karena berada di pojok sekolah yang

jauh dari kantor guru, sehingga mereka bebas melakukan apapun seperti

ngumpul-ngumpul kalau guru tidak masuk kelas dan juga agar terhindar dari razia guru jika mereka

tidak memakai atribut sekolah dengan benar.

Bila diperhatikan, di lingkungan kantin ini masih banyak sampah yang

berserakan. Hal ini dikarenakan masih ada saja pelajar yang membuang sampah

sembarangan, padahal sudah disediakan tempat sampah. Dalam menyajikan makanan,

ibu ini tidak memakai sarung tangan, sehingga makanan/minuman tidak begitu terjamin

kebersihannya.

2. Kantin II

Kantin yang kedua juga dikelola oleh seorang ibu yang bernamaibu Maridah boru

Nasution. Kantin ini terletak di tengah-tengah sekolah dan tidak begitu jauh jaraknya dari kantin pertama, yaitu sekitar 15 meter.

Gambar 4.2 Lokasi kantin kedua

Jenis makanan yang dijual di kantin ini seperti nasi goreng telur, soto, lontong,

snack richies, pergedel isi tahu, pergedel isi kentang, pisang goreng, tempe goreng,

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1 Garis waktu (Time Line) Penelitian
Tabel 3.2 Daftar Komponen Objek Pengetahuan Terhadap Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Pelajar
Tabel 3.4 Daftar Komponen Objek Tindakan Terhadap Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Pelajar
+7

Referensi

Dokumen terkait