• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Puskesmas Bromo Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Puskesmas Bromo Kota Medan"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PUSKESMAS BROMO

KOTA MEDAN

TESIS

OLEH

ROSLINA YULIANTY 087033029/ IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PUSKESMAS BROMO

KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROSLINA YULIANTY 087033029/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PUSKESMAS BROMO KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Roslina Yulianty Nomor Induk Mahasiswa : 087033029

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Prof. dr. Guslihan Dasatjipta, Sp.A(K))

(

Siti Zahara Nasution, S.Kp.M.N.S)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr.Drs.Surya Utama, M.S) (Dr.Drs.Surya Utama, M.S)

(4)

Telah di uji

Pada Tanggal : 12 Agustus 2010

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Prof. dr. Guslihan Dasatjipta, Sp.A(K) Anggota : 1. Siti Zahara Nasution. S.Kp, M.N.S

2. Dr.Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PUSKESMAS BROMO

KOTA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, September 2010

(6)

ABSTRAK

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan salah satu cara untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) usia 28 hari yang di Indonesia pada tahun 2000 masih tinggi yakni sebesar 22%. Namun, praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD) khususnya di Indonesia masih sangat rendah. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Indonesia hanya sebesar 3,7%.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui dini di Puskesmas Bromo Kota Medan. Penelitian ini merupakan survei Explanatory. Populasi dalam penelitian ini seluruh tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, bidan dan perawat dengan jumlah sebanyak 31 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan menggunakan lembar observasi. Data dianalisis dengan menggunakan Uji Regresi Linier Berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap peran tenaga kesehatan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah melatih keterampilan (p=0,008).

Disarankan kepada pihak Puskesmas Bromo Medan untuk melakukan kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat atau lembaga kesehatan swasta seperti Sentral Laktasi yang bergerak di bidang Kesehatan Ibu, melakukan sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI Eksklusif di wilayah kerjanya.

(7)

ABSTRACT

Early Latch on Breastfeeding is one of efforts to decline baby mortality rate of 28 days aged, which rate in Indonesia was 22 percent high yet in 2000. But, the Early Latch on Breastfeeding practice in Indonesia was still low. According to the National Health Demography Survey of 2002, the Early Latch on Breastfeeding (Early Initiation) breasting in Indonesia was 3.7 percent only.

This research was aimed to analyze the influence of role of health officer on the implementation of the early latch on breastfeeding at Bromo Health Center in Medan. This study adopted an explanatory survey. Population on this research were all health officer comprising of physician, midwife, nurses with total 31 people involved and all become sample. Data was obtained through questionnaire and provided observational sheet. The data were analyzed by using multiple linear regression test.

The result of this research showed that variable which had influence on the role of health officer in implementing the early nursing initiation was train the skill

(p=0,008).

It is recommended to the management of Health Centers to encourage cooperation with Non Government Organization or other health organization as Sentral Laktasi as it serving on mothers’ health and do socialization about the importance of Early Latch on Breastfeeding (Early Initiation) and exclusive mother’s breast to practice surrounding.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan”.

Penulisan ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih tak terhingga kepada : 1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan dan Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M. selaku Sekretaris Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

5. Prof. dr. Guslihan Dasatjipta, Sp.A(K) dan Siti Zahara Nasution, S.Kp.M.N.S, selaku komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis dengan penuh kesabararan dari awal sampai selesainya penyusunan tesis ini.

6. Dr. Ir. Zulhaida Lubis. M.Kes dan Siti Saidah Nasution,S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

7. Kepala Puskesmas Bromo Medan beserta pegawai yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama pendidikan S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh dokter, bidan dan perawat yang berada di Puskesmas Bromo Medan yang telah memberikan informasi bagi penulis selama melakukan penelitian. 10. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta kakak dan adikku tersayang untuk segala

dukungan moril dan materil serta pengertiannya.

11. Suamiku tercinta Ray S.T untuk segala dukungan, kesabaran dan pengertiannya, serta sumber inspirasi dan motivasi.

12. Sahabatku Julia Veronica, M.Kes, Hj Arifah, S.Kep, Burhanuddin, S.K.M dan dr Abdul Wahid untuk segala dukungan dan motivasi yang telah berkontribusi dalam terselesainya tesis ini

(10)

14. Rekan – rekan satu angkatan, khususnya minat PKIP, atas dukungan dan kebersamaan yang diberikan.

15. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah berkontribusi dalam terselesaikannya tesis ini.

Hanya Allah SWT yang senantiasa dapat memberikan balasan atas kebaikan yang telah diperbuat. Selanjutnya demi kesempurnaan tesis ini, peneliti sangat mengharapkan masukan, saran dan kritik yang bersifat membangun.

Medan, September 2010

(11)

RIWAYAT HIDUP

Roslina Yulianty, lahir di Medan pada tanggal 10 Juli 1979, Anak ketiga dari Ayahanda Drs. H.Mohd Salim M, MBA dan Ibunda Hj. Mariani Usma, yang saat ini bertempat tinggal di Jalan Mapilindo No. 125 Kelurahan Tegal Rejo Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan.

Pendidikan formal penulis dimulai tahun 1985 di TK Taman Harapan Medan, Sekolah Dasar di SD Negeri 060792 Medan tamat Tahun 1992, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 10 Medan tamat tahun 1995, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Medan tamat tahun 1998, Akademi Kebidanan (D3 Kebidanan) DepKes RI Medan tamat tahun 2001, D-IV Bidan Pendidik USU Medan tamat tahun 2003 dan Tahun 2008 Penulis mengikuti Pendidikan Lanjutan S2 di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Promosi Kesehatan dan Ilmu perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

(12)

DAFTAR ISI

2.2 Peran Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaan IMD ... 11

2.3 Iniasi Menyusu Dini (IMD)... 12

(13)

3.2.1 Lokasi Penelitian... 29

4.3.1 Distribusi Keterampilan Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Bromo Kota Medan ... 40

4.3.2 Distribusi Pemberian Informasi Bagi Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Bromo Kota Medan... 41

4.3.3 Distribusi Penilaian Pelaksanaan Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Bromo Kota Medan... 41

4.4 Hasil Analisis Bivariat ... 42

4.4.1 Hubungan Melatih Keterampilan Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan... 42

(14)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 54

6.1 Kesimpulan ... 54

6.2 Saran... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Skor Korelasi Validitas Antara Tiap-Tiap Kuesioner

Dengan Nilai Total ... 32 3.2. Skor Korelasi Reliabilitas Antara Tiap-Tiap Kuesioner

Dengan Nilai Total... 33 3.3. Variabel Dependen ... 35 3.4. Variabel Independen ... 36

4.1. Distribusi Karakteristik Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bromo

Kota Medan... 39 4.2. Distribusi Responden Menurut Keterampilan Tenaga Kesehatan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo

Kota Medan... 40 4.3. Distribusi Responden Menurut Pemberian Informasi Tenaga Kesehatan

dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo

Kota Medan... 41 4.4. Distribusi Penilaian Tindakan Tenaga Kesehatan Terhadap Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan... 43 4.5. Hubungan Keterampilan Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan

Inisiasi menyusu dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan ... 43

(16)

DAFTAR GAMBAR

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Lembar permohonan menjadi responden... 59

2. Lembar persetujuan responden ... 60

3. Kuesioner Penelitian ... 61

4. Lembar Observasi ... 64

5. Surat Izin Survey Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan... 66

6. Surat Izin Survey Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Medan... 67

7. Surat Izin Survey Penelitian dari Puskesmas BromoMedan... 68

8. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan ... 69

9. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Medan... 70

10. Surat Izin Penelitian dari Puskesmas Bromo Medan ... 71

11. Hasil Validitas dan Reabilitas ... 72

12. Analisis Data ... 73

(18)

ABSTRAK

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan salah satu cara untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) usia 28 hari yang di Indonesia pada tahun 2000 masih tinggi yakni sebesar 22%. Namun, praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD) khususnya di Indonesia masih sangat rendah. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Indonesia hanya sebesar 3,7%.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui dini di Puskesmas Bromo Kota Medan. Penelitian ini merupakan survei Explanatory. Populasi dalam penelitian ini seluruh tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, bidan dan perawat dengan jumlah sebanyak 31 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan menggunakan lembar observasi. Data dianalisis dengan menggunakan Uji Regresi Linier Berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap peran tenaga kesehatan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah melatih keterampilan (p=0,008).

Disarankan kepada pihak Puskesmas Bromo Medan untuk melakukan kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat atau lembaga kesehatan swasta seperti Sentral Laktasi yang bergerak di bidang Kesehatan Ibu, melakukan sosialisasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI Eksklusif di wilayah kerjanya.

(19)

ABSTRACT

Early Latch on Breastfeeding is one of efforts to decline baby mortality rate of 28 days aged, which rate in Indonesia was 22 percent high yet in 2000. But, the Early Latch on Breastfeeding practice in Indonesia was still low. According to the National Health Demography Survey of 2002, the Early Latch on Breastfeeding (Early Initiation) breasting in Indonesia was 3.7 percent only.

This research was aimed to analyze the influence of role of health officer on the implementation of the early latch on breastfeeding at Bromo Health Center in Medan. This study adopted an explanatory survey. Population on this research were all health officer comprising of physician, midwife, nurses with total 31 people involved and all become sample. Data was obtained through questionnaire and provided observational sheet. The data were analyzed by using multiple linear regression test.

The result of this research showed that variable which had influence on the role of health officer in implementing the early nursing initiation was train the skill

(p=0,008).

It is recommended to the management of Health Centers to encourage cooperation with Non Government Organization or other health organization as Sentral Laktasi as it serving on mothers’ health and do socialization about the importance of Early Latch on Breastfeeding (Early Initiation) and exclusive mother’s breast to practice surrounding.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus menggembirakan. Ada satu hal yang selama ini tidak disadari dan tidak dilakukan orang tua dan tenaga medis, tetapi begitu vital bagi kehidupan bayi selanjutnya. Ternyata, dalam satu jam pertama setelah melahirkan, ada perilaku menakjubkan antara bayi dan ibunya. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berperan dalam pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu membantu mengurangi kemiskinan dan kelaparan dan membantu mengurangi angka kematian anak dengan target menurunkan angka kematian sebanyak 2/3 dari tahun 1990 sampai tahun 2015.

Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang penting sebab dengan persiapan yang lebih baik maka ibu lebih siap untuk menyusui bayinya sehingga ibu hamil masuk dalam kelas Bimbingan Persiapan Menyusui (BPM). Demikian pula suatu pusat pelayanan ibu hamil yang dapat menunjang kebijakan yang berkenaan dengan pelayanan ibu hamil yang dapat menunjang keberhasilan menyusui (Soetjiningsih, 1997).

(21)

kearah ibu. Bayi sengaja dibiarkan mencari sendiri puting susu ibunya. Proses pencarian memakan waktu bervariasi, sekitar 30-40 menit. Dalam hal ini segala tindakan atau prosedur yang membuat bayi stress atau merasa sakit ditunda dulu, seperti menimbang, mengukur dan memandikan bayi dilaksanakan setelah Inisiasi menyusui dini selesai dan dapat dilakukan pada bayi yang dilahirkan dengan cara normal maupun operasi caesar (Roesli, 2008).

Berdasarkan penelitian WHO (2000), dienam negara berkembang resiko kematian bayi antara usia 9 – 12 bulan meningkat 40 % jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 480 % sekitar 40 % kematian balita terjadi satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi menyusu dini (IMD) dapat mengurangi 22 % kematian bayi 28 hari, berarti Inisiasi menyusu dini (IMD) mengurangi kematian balita 8,8 % (Roesli, 2008).

Menurut penelitian-penelitian dari Inggris dibawah pimpinan Karen Edmond yang melakukan penelitian di Ghana terhadap hampir 11.000 bayi dipublikasikan di jurnal Pediatrics 30 Maret 2006. Penelitian di Ghana melibatkan 10.947 bayi baru lahir antara bulan Juli 2003 dan Juni 2004. Jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam waktu satu jam pertama dengan membiarkan kontak kulit kekulit , maka 22% nyawa bayi dibawah 28 hari dapat diselamatkan jika mulai menyusui pertama saat bayi berusia diatas 2 jam dan dibawah 24 jam pertama, tinggal 16% nyawa bayi dibawah 28 hari dapat diselamatkan (Roesli, 2006).

(22)

Indonesia yang mendapat ASI Eksklusif enam bulan, sementara target Pemerintah tahun 2010 ingin mencapai ASI Eksklusif sebanyak 80%. Hal ini disebabkan antara lain karena rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari Petugas Kesehatan, persepsi – persepsi sosial budaya yang menentang pemberian ASI, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan pemasaran agresif oleh perusahan – perusahan susu formula yang tidak saja mempengaruhi para ibu namun juga Petugas Kesehatan (Baskoro, 2008).

Sumatera Utara sebagai bagian dari Negara Indonesia, tentunya juga harus ikut mendukung dan melaksanakan rencana Pemerintah dalam menurunkan jumlah Angka Kematian Bayi (AKB). AKB di Propinsi Sumatera Utara setiap tahunnya telah mengalami penurunan dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir. Menurunnya angka kematian bayi (AKB) dari 34,2/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 33,5/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2006, dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2007 menjadi 32,5/1.000 kelahiran hidup (Infokom SUMUT, 2007).

(23)

Selama ini, masih banyak Ibu – Ibu yang mengalami kesulitan untuk menyusui bayinya. Hal ini disebabkan kemampuan bayi untuk mengisap ASI kurang sempurna sehingga secara keseluruhan proses menyusu terganggu. Keadaan ini ternyata disebabkan terganggunya proses alami dari bayi untuk menyusu sejak dilahirkan, Selama ini penolong persalinan selalu memisahkan bayi dari ibunya segera setelah lahir, untuk dibersihkan, ditimbang, ditandai dan diberi pakaian. Ternyata, proses ini sangat menganggu proses alami bayi untuk menyusui. Pengetahuan tentang Inisiasi Menyusui Dini belum banyak diketahui masyarakat, bahkan juga Petugas Kesehatan. Hal ini wajar karena Inisiasi menyusu Dini adalah Ilmu pengetahuan yang baru bagi Indonesia (Roesli, 2008).

Menurut Protokol Evidence Based yang baru diperbarui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa bayi harus mendapat kontak kulit ke kulit dengan ibunya segera setelah lahir paling sedikit satu jam, Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusui dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusui serta memberikan bantuan jika diperlukan, Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada Bayi sampai dengan Inisisai menyusui selesai dilakukan.

(24)

kulit yang digunting saat episiotomi dapat pula mengganggu kemampuan alamiah ini. Penting untuk menyampaikan informasi tentang Inisiasi Menyusui Dini pada Tenaga Kesehatan yang belum menerima informasi ini. Dianjukan juga kepada Tenaga Kesehatan untuk menyampaikan informasi inisiasi Menyusu Dini pada orang tua dan keluarga sebelum melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Juga dianjurkan untuk menciptakan suasana yang tenaga, nyaman dan penuh kesabaran untuk memberi kesempatan bayi mencari payudara ibu atau the breast crawl (Roesli, 2008).

Kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas, disebabkan masih banyaknya sikap para petugas persalinan dari berbagai tingkat yang tidak bergairah mengikuti perkembangan ilmu kesehatan seperti konsep baru tentang pemberian ASI dan hal – hal yang berhubungan dengan ibu hamil, ibu bersalin dan ibu menyusu dan bayi baru lahir. Bahkan ada juga sikap Petugas Kesehatan yang langsung memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun

tidak mau mengusahakan agar ibu mampu memberikan ASI kepada bayinya (Anton Baskoro, 2008).

(25)
(26)

Peran rumah sakit bersalin, rumah sakit umum dan puskesmas sangat menentukan pelaksanaan penyusuan dini. Peraturan Pemerintah telah banyak mendukung pelaksanaan penyusuan dini, peraturan-peraturan tersebut yaitu melarang para produsen susu buatan mencantumkan kalimat-kalimat promosi produknya yang memberikan kesan bahwa susu buatan tersebut semutu ASI atau lebih dari ASI. Melarang promosi susu buatan/formula di semua sarana pelayanan kesehatan termasuk posyandu. Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai umur 6 bulan dan menganjurkan pemberian ASI sampai 2 tahun. Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan baik unit persalinan milik pemerintah maupun swasta. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal ASI sehingga petugas tersebut terampil dalam melaksanakan penyuluhan tentang ASI kepada masyarakat (Nuchsan, 2000).

(27)

Menurut hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari Tahun 2010, bahwa Puskesmas Bromo Medan merupakan salah satu Puskesmas Perawatan (rawat inap) yang juga menyediakan pelayanan persalinan di wilayah Kecamatan Medan Denai. Jumlah persalinan di Puskesmas Bromo Medan pada Tahun 2009 sebanyak 109 orang. Pelayanan persalinan ditangani oleh Tenaga Kesehatan khususnya bidan dan didampingi oleh tenaga kesehatan lainnya dimana masih ada ditemukan tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan tindakan inisiasi menyusu dini pada saat menolong persalinan dan masih ada tenaga kesehatan yang belum mengikuti pelatihan inisiasi menyusu dini (IMD). Penerapan IMD di Puskesmas Bromo Medan, telah dimulai sejak bulan Februari tahun 2008, ibu yang melahirkan di puskesmas diberi pelayanan IMD dengan fasilitas rawat gabung. Fasilitas rawat gabung tersebut sangat penting dalam upaya perawatan pasca persalinan dan memudahkan kontak ibu dan bayi dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD).

(28)

memberikan penerangan bagaimana pentingnya melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) sehingga bayi akan dapat memperoleh ASI Eksklusifnya bagitu bayi dilahirkan.

Peneliti juga melakukan pengamatan, bahwa di Puskesmas Bromo Medan terdapat poster tentang promosi ASI yang terdapat didepan ruang tunggu dan ruang kesehatan ibu dan anak, setelah dilakukan wawancara kepada beberapa ibu hamil yang berkunjung ke puskesmas untuk memeriksakan kehamilannya ternyata mereka tidak mengerti tentang inisiasi menyusui dini (IMD), sehingga kurangnya sosialisasi petugas kesehatan kepada ibu hamil tersebut. Penting untuk menyampaikan informasi tentang Inisiasi Menyusui Dini pada Tenaga Kesehatan yang belum menerima informasi ini. Dianjurkan juga kepada Tenaga Kesehatan untuk menyampaikan informasi inisiasi Menyusu Dini pada orang tua dan keluarga sebelum melakukan Inisiasi Menyusu Dini.Mengacu pada hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimana pengaruh peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan.

(29)

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui dini di Puskesmas Bromo Kota Medan.

1.4. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian, dapat dirumuskan hipotesis yaitu ada pengaruh peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusui dini di Puskesmas Bromo Kota Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam meningkatkan peran petugas dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sehingga dapat menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan jumlah bayi Eksklusif di wilayah kerjanya.

2. Sebagai masukan bagi ibu akan pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan dapat memberikan manfaat bagi ibu dan bayi antara lain mempererat ikatan kasih sayang serta menyukseskan pemberian ASI Ekslusif.

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995).

Menurut Horton dan Hunt (1993), peran (role) adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki status. Seseorang mungkin tidak memandang suatu peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain memandangnya. Sifat kepribadian seseorang mempengaruhi bagaimana orang itu merasakan peran tersebut. Tidak semua orang yang mengisi suatu peran merasa sama terikatnya kepada peran tersebut, karena hal ini dapat bertentangan dengan peran lainnya. Semua faktor ini terpadu sedemikian rupa, sehingga tidak ada dua individu yang memerankan satu peran tertentu dengan cara yang benar – benar sama.

(31)

1. Melatih keterampilan, mendukung, membantu dan menerapkan IMD-ASI Eksklusif.

2. Memberi informasi manfaat IMD dan ASI Eksklusif pada Ibu hamil

3. Membiarkan kontak kulit ibu-bayi setidaknya 1 jam sampai menyusu awal selesai.

4. Menghindarkan memburu – buru bayi atau memaksa memasukkan putting susu ibu kemulut bayi.

5. Membantu ayah menunjukkan perilaku bayi yang positif saat bayi mencari payudara.

6. Membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu.

7. Menyediakan waktu dan suasana tenang diperlukan kesabaran.

2.3. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 2.3.1. Pengertian

(32)

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku bayi untuk mencari putting susu ibunya dan melakukan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya ketika satu jam pertama setelah bayi dilahirkan (Baskoro, 2008)

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah rangkaian kegiatan dimana bayi yang baru saja lahir secara naluri melakukan aktivitas – aktivitas yang diakhiri dengan menemukan putting susu ibunya dan segera menyusu dari putting susu ibunya (Hartati, 2008).

Inisiasi Menyusu Dini (Early Initiation) merupakan suatu cara yakni memberikan kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu pada ibunya dalam satu jam pertama kehidupannya, karena sentuhan bayi melalui refleks hisapnya yang timbul mulai 30-40 menit setelah lahir akan menimbulkan rangsangan sensorik pada otak ibu untuk memproduksi hormon prolaktin dan memberikan rasa aman pada bayi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa Inisiasi Menyusu Dini dapat mencegah 22% kematian neonatal dan meningkatkan 2-8 kali lebih besar keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2007)

2.3.2. Beberapa Penelitian Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

(33)

kesempatan menyusu dini tinggal 29% dan 8% yang masih disusui diusia yang sama.

2. Hasil penelitian Fika dan Syafiq yang dikutip Utami Rusli (2008) menunjukkan bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI Eksklusif.

3. Hasil penelitian Karen Edmond dkk di Ghana yang dikutip Utami Rusli (2008) menyebuttkan bahwa bayi yang diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dengan kontak kulit kekulit ibu – bayi (setidaknya selama satun jam) maka 22% nyawa bayi dibawah 28 hari dapat diselamatkan. Jika bayi mulai menyusu pertama saat bayi berusia diatas dua jam dan dibawah 24 jam pertama, tinggal 16% nyawa bayi dibawah 28 hari yang diselamatkan..

4. Hasil penelitian DR. Lennart Righad dan seorang bidan Margareta Alade, 1990 dilakukan terhadap 72 pasangan ibu-bayi baru lahir. Ke-72 ibu-bayi ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang lahir normal dan dengan obat-obatan (tindakan).

Kelompok yang lahir normal dibagi dua lagi. Berikut ini hasilnya :

(34)

b. Kelompok bayi yang lahir normal tanpa obat-obatan, tetapi langsung dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang, diukur, dan dibersihkan, hasilnya 50% bayi tidak dapat menyusu sendiri.

c. Bayi yang lahir dengan obat-obatan atau tindakan, segera setelah lahir diletakkan didada ibu dengan kontak kulit kekulit, hasilnya tidak semuanya dapat menyusu sendiri. Yang mencapai payudara ibunya pun, umumnya menyusu dengan lemah.

d. Bayi yang lahir dengan obat-obatan dan segera dipisahkan dari ibunya maka tidak ada satupun yang dapat menyusu sendiri.

e. Kemampuan bayi merangkak mencari payudara bertahan beberapa minggu. f. Pada bayi yang dibirkan menyusu sendiri, setelah berhenti menyusu baru

dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang dan diukur. Pada usia 10 jam saat bayi diletakkan kembali dibawah payudara ibunya, ia tampak dapat menyusu dengan baik.

2.3.3. Alasan Pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Menurut Anik (2009) alasan pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu : 1. Suhu dada ibu dapat menyesuaikan suhu ideal yang diperlukan bayi, yaitu dapat

turun 10 derajat dan naik sampai 20 derajat celsius, sehingga dapat menurunkan resiko hipotermia dan menurunkan kematian bayi akibat kedinginan

(35)

secara psikis. Bayi akan lebih tenang karena pernapasan, detak jantung dari kulit ibu menenangkan bayi, menurunkan stress akibat proses kelahiran dan meningkatkan kekebalan tubuh bayi

3. Bayi yang dibiarkan merayap diperut ibu dan menemukan payudara ibunya sendiri, akan tercemar lebih dahulu bakteri yang tidak berbahaya atau ada antinya ASI ibu, sehingga bakteri baik ini membuat koloni disusu dan kulit bayi. Hal ini berarti mencegah kolonisasi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan

4. Pada saat bayi dapat menyusu segera setelah lahir, maka kolostrum makin cepat keluar dan bayi akan cepat mendapatkan kolostrum ini, yaitu cairan emas atau cairan pertama yang kaya akan antibody dan sangat penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi yang dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya.

5. Bayi akan belajar menyusu dengan nalurinya sendiri

6. Sentuhan, kuluman / emutan dan jilatan pada putting ibu akan merangsang oksitosin pada ibu yang penting menyebabkan rahim ibu berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan, merangsang hormon lain, yang membuat ibu merasa lebih tenang, rileks dan merangsang pengaliran ASI dari payudara

2.3.4 Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat

(36)

a. Begitu lahir bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering. b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering, tali pusat dipotong lalu diikat. c. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi. d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan didada ibu (tidak terjadi kontak

dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan didada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10 – 15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum. e. Selanjutnya diangkat, dan disusukan pada ibu dengan cara memaksukkan

putting susu ibu ke mulut bayi.

f. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.

2.3.5 Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan

Berikut ini langkah – langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan (Roesli, 2008) :

a. Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering.

b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya kecuali kedua tangannya.

c. Tali pusat dipotong, lalu diikat.

(37)

e. Tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan didada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama – sama. Jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.

2.3.6. Persiapan Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Berikut ini persiapan melakukan Inisiasi Menyusu dini (Roesli, 2008) :

a. Pertemuan – pimpinan Rumah Sakit, dokter kebidanan, dokter anak, dokter anastesi, bidan, tenaga kesehatan yang bertugas di kamar bersalin, kamar operasi, kamar perawatan ibu melahirkan untuk menyosialisasikan Rumah Sakit Sayang Bayi.

b. Melatih tenaga kesehatan terkait yang menolong, mendukung ibu menyusui, termasuk menolong inisiasi menyusu dini yang benar.

c. Setidaknya antenatal (ibu hamil), dua kali pertemuan tenaga kesehatan bersama orang tua, membahas keuntungan ASI dan menyusui, tatalaksana menyusui yang benar, inisiasi menyusu dini termasuk inisiasi dini pada kelahiran dengan obat – obatan atau tindakan.

1. Pertemuan bersama – sama beberapa keluarga membicarakn secara umum. 2. Pertemuan dengan satu keluarga membicarakan secara khusus.

(38)

2.3.7. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Menurut Roesli, (2008), langkah – langkah yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan inisiasi menyusui dini, yaitu :

1. Dianjurkan kepada suami atau keluarga untuk mendampingi saat persalinan. 2. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat

persalinan dan mengganti dengan cara non kimiawi, misalnya pijat, aroma terapi dan gerakkan.

3. Beri kebebasan pada ibu untuk menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, didalam air atau dengan jongkok

4. Keringkan secepatnya seluruh badan dan kepala bayi kecuali kedua tangannya karena adanya lemak (verniks) yang dapat menyamankan kulit bayi

5. Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dapt dipertahankan minimal satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti jika perlu gunakan topi.

6. Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi keputing ibu.

(39)

menemukan putting payudara ibunya dalam satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit bayinya sampai berhasil menyusu pertama.

8. Berikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi Caesar.

9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang dan diukur setelah satu jam atau menyusui awal selesai

10. Rawat gabung, ibu dan bayi dirawat dlam satu kamar selam 24 jam dan tidak dipisahkan tetap selalu dalam jangkauan ibu.

2.3.8. Manfaat Inisiai Menyusu Dini (IMD)

Menurut Roesli, (2007), manfaat inisiasi menyusu dini adalah sebagai berikut :

1. Anak yang dapat menyusu dini dapat mudah sekali menyusu kemudian, sehingga kegagalan menyusui akan jauh sekali berkurang. Selain mendapat kolostrum yang bermanfaat untuk bayi, pemberian ASI Eksklusif akan menurunkan kematian.

2. ASI adalah cairan kehidupan, yang selain mengandung makanan juga mengandung penyerap. Susu formula tidak diberi enzim sehinga penyerapannya tergantung enzim diusus anak. Sehingga ASI tidak merebut enzim anak.

(40)

2.3.9. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi menurut Utami Rusli (2008) yaitu :

1. Bayi kedinginan

Berdasarkan Penelitian dr Niels Bergman (2005) ditemukan bahwa suhu dada ibu yng melahirkan menjadi 1°C lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1°C. Jika bayi kedinginan suhu dada ibu akan meningkat 2°C untuk menghangatkan bayi.

2. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya

Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.

3. Tenaga Kesehatan kurang tersedia

Saat usia bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat menjalankan tugas. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Lihat ayah atau keluarganya terdekat unuk menjaga bayi sambil memberikan dukungan pada Ibu.

4. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk

(41)

5. Ibu harus dijahit

Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi diarea payudara.yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.

6. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir

Menurut American College of Obstetric and Gynekology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dpat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

7. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur

Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix (zat lemak putih yang melekat pada bayi) meresap,melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu dini selesai.

8. Bayi kurang siaga

Pada 1 -2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding (ikatan kasih sayang).

(42)

Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu. 10. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya bagi bayi

Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.

2.4. Inisiasi Menyusu Dini dan MDGS

Inisiasi menyusu dini berperan dalam pencapaian tujuan Millenium

Development Goals (MDGS), khususnya pada tujuan keempat, yakni : membantu

mengurangi angka kematian anak (Utami Rusli, 2008).

Menurut The World Health Report (2005) yang dikutip oleh Utami Rusli (2008), angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup, Berdasarkan penelitian WHO (2000) di enam Negara berkembang yakni Brasil, Ghana, India, Oman, Norwegia, dan Amerika Serikat, resiko kematian bayi antara 9 – 12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48%.

(43)

2.5. Kebijakan The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) tentang Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi menyusu dini dalam satu jam setelah kelahiran merupakan tahap penting untuk mengurangi kematian bayi dan mengurangi banyak kematian neonatal. Menyelamatkan 1 juta bayi dimulai dengan satu tindakan, satu pesan dan satu dukungan yaitu dimulai Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam pertama kelahiran.

WHO / UNICEF merekomendasikan bahwa inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama kelahiran, menyusu secara eksklusif selama 6 bulan diteruskan dengan makanan pendamping ASI sampai usia 2 tahun. Konfrensi tentang hak anak mengakui bahwa setiap anak berhak untuk hidup dan bertahan untuk melangsungkan hidup dan berkembang setelah persalinan. Wanita mempunyai hak untuk mengetahui dan menerima dukungan yang diperlukan untuk melakukan inisiasi menyusu dini yang sesuai.

WABA mengeluarkan beberapa kebijakan tentang inisiasi menyusu dini dalam Pekan ASI sedunia (World Breastfeeding Week) :

a. Menggerakan dunia untuk menyelamatkan 1 juta bayi dimulai dengan satu tindakan sederhana yaitu beri kesempatan pada bayi untuk melakukan inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama kehidupannya.

(44)

c. Mendorong Mentri Kesehatan atau orang yang mempunyai kebijakan untuk menyatukan pendapat bahwa inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama adalah indikator penting untuk pencegahan kesehatan.

d. Memastikan keluarga mengetahui pentingnya satu jam pertama untuk bayi dan memastikan mereka melakukan pada bayi mereka kesempatan yang baik ini.

e. Memberikan dukungan perubahan baru dan peningkatan kembali Rumah Sakit Sayang Bayi dengan memberi perhatian dalam penggabungan dan perluasan tentang inisiasi menyusu dini (WBW, 2007).

2.6. Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Tentang ASI di Puskesmas

Menurut Departemen Kesehatan RI, (2002) tentang Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI mengatakan bahwa Peningkatan pemberian ASI yang meliputi pemberian ASI Eksklusif, menganjurkan ibu menyusui sampai bayinya berusia 2 tahun, sengaja tidak membuang kolostrum, merupakan salah satu upaya dalam peningkatan sumber daya manusia. Target pemerintah adalah 80% ibu menyusui telah memberikan bayinya ASI Eksklusif.

(45)

kesehatan ditingkat puskesmas. Kegiatan yang dilakukan adalah : 1). Menyusun petunjuk pelaksanaan (juklak), 2). Melengkapi sarana dan prasarana, 3) Melakukan pembinaan dan 4). Melaksanakan 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusu sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 450/Menkes/SK/IV/2004 tanggal 07 April 2004. Adapun 10 (sepuluh) langkah tersebut yaitu :

1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui.

2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan tentang menyusui.

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan memberi penyuluhan tentang manfaat ASI dan rawat gabung, perawatan payudara, makan ibu hamil, KB, senam hamil dan senam payudara.

4. Membantu ibu - ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan.

5. Memperagakan kepada ibu – ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankan melalui penyuluhan.

6. Tidak memberikan makanan dan minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir usianya 4 atau 6 bulan.

7. Melaksanakan rawat gabung yang merupakan tanggung jawab bersama dokter, bidan, perawat dan ibu.

(46)

10. Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu menyusui, seperti adanya pokja lakstasi yang memanyau kesehata ibu nifas dan bayi, melanjutkan penyuluhan agar ibu tetap menyusui sampai anak berusia 2 tahun dan mendemonstrasikan perawatan bayi, perawatan payudara dan lain-lain (Depkes RI, 2002).

2.7. Landasan Teoritis

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut diatas, maka peneliti dapat merumuskan beberapa landasan teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami mengembalikan bayi untuk menyusui, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menghisap ASI sendiri dari satu jam pertama pada awal kehidupannya.

Menurut Nuchsan (2000), dapat disimpulkan bahwa, berhasil atau tidaknya penyusuan dini sangat tergantung kepada Petugas Kesehatan. Meraka yang pertama – tama akan membantu ibu bersalin melakukan penyusuan dini. Melaksanakan rawat gabung ditempat persalinan baik unit persalinan milik Pemerintahan maupun Swasta. Meningkatkan kemampuan Petugas Kesehatan dalam hal ASI sehingga Petugas Kesehatan terampil dalam melaksanakan penyuluhan tentang ASI kepada masyarakat.

(47)

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini sebagai variable utama yang dipengaruhi oleh peran Tenaga Kesehatan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Bromo Medan sebagai variable beba

Independen Variabel Dependen Variabel

Peran Tenaga Kesehatan : 1. Melatih Keterampilan 2. Pemberian Informasi

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Keberhasilan Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sesuai dengan

MDGs

(48)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat Explanatory Research yang menjelaskan pengaruh variabel bebas (Peran Tenaga Kesehatan terdiri dari melatih keterampilan tentang inisiasi menyusu dini dan pemberian informasi) terhadap variabel terikat (Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

(49)

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai dengan pengusulan jadwal penelitian, penelusuran daftar pustaka, persiapan proposal penelitian, merancang kuesioner, konsultasi dengan dosen pembimbing, pelaksanaan penelitian sampai dengan laporan akhir yang dimulai dari bulan Desember 2009 dan diharapkan selesai bulan Agustus Tahun 2010.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Tenaga Kesehatan yang berada di Puskesmas Bromo Kota Medan yang terdiri dari Dokter, Bidan, Perawat, dengan jumlah populasi sebanyak 31 orang.

3.3.2 Sampel

Metode pengambilan sampel yang disebut sebagai responden dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi (total sampling) yaitu jumlah populasi dari suatu penelitian tidak terlalu banyak, oleh karena itu jumlah populasi sama dengan jumlah sampel sebanyak 31 orang tenaga kesehatan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

(50)

dipersiapkan sebelumnya mengenai peran tenaga kesehatan terhadap tindakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan juga menggunakan lembar observasi.

Untuk mendukung penelitian ini, maka diambil data sekunder yaitu yang dikumpulkan dari Laporan Kegiatan Program Puskesmas Bromo Tahun 2009 serta data - data dari Dinas Kesehatan Kota Medan.

3.4.1 Uji Validitas

Validitas alat ukur adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditasannya atau kesahihan sesuatu instrument. Uji Validitas instrument penelitian yang digunakan adalah validitas konstruk dengan mengetahui nilai total setiap item pada analisis reability yang tercantum pada nilai correlation corrected item. Suatu pertanyaan yang dikatakan valid atau bermakna sebagai alat pengumpul data bila korelasi hasil hitung hitung) lebih besar dari angka kritik nilai korelasi (r-tabel), pada taraf signifikansi 95% (Riduwan, 2005). ), dalam penelitian ini diambil 10 Tenaga Kesehatan yang berada diwilayah kerja Puskesmas Bromo Medan yang diluar dari sampel untuk diuji, dengan karakteristik yang sama dengan tenaga kesehatan yang ada dipuskesmas nilai r – Hitung dalam penelitian ini untuk sampel pengujian 10 Tenaga Kesehatan adalah sebesar 0,300, maka ketentuan dikatakan valid, jika :

(51)

Tabel 3.1. Skor Korelasi Antara Tiap-Tiap Kuesioner Dengan Nilai Total

Nomor Pertanyaan Corrected Item Total Correlation Hasil

P1 0.4536 Valid

(52)

1. Jika nilai r- Hitung variable ≥ 0,50, dikatakan valid dan relialibel 2. Jika nilai r- Hitung variable < 0,50, dikatakan tidak valid dan relialibel

Tabel 3.2. Skor Korelasi Antara Tiap-Tiap Kuesioner Dengan Nilai Total

Nomor Pertanyaan Corrected Item Total Correlation Hasil

P1 0.5385 Reliabel

(53)

3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel Dependen

Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) yaitu tenaga kesehatan dapat melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD) kepada ibu yang melahirkan di Puskesmas Bromo Medan.

3.5.2. Variabel Dependen

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah peran tenaga kesehatan : melatih keterampilan, pemberian informasi dan tahapan – tahapan IMD

1. Melatih Keterampilan Petugas adalah tenaga kesehatan melatih dan meningkatkan ketrampilannya tentang IMD.

2. Pemberian Informasi adalah tenaga Kesehatan memberi informasi tentang manfaat inisiasi menyusu dini pada ibu hamil maupun ibu melahirkan.

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Pengukuran Variabel Dependen

(54)

Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Dependen

3.6.2. Pengukuran Variabel Independen

Pengukuran variabel independen (variabel bebas) terdiri dari peran tenaga kesehatan terhadap tindakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang meliputi keterampilan tentang Inisiasi Menyusu Dini dan pemberian informasi yaitu :

1. Pengukuran variabel ketrampilan tenaga kesehatan didasarkan pada skala ordinal dari 5 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban “ya” (bobot nilai 1) dan “tidak” (bobot nilai 0), dan dikategorikan menjadi dua, (Arikunto, 2006 ) yaitu :

1. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ median (N + 1 ) yaitu ≥ 3 2

2. Kurang, jika responden memperoleh skor ≤ median (N + 1 ) yaitu ≤ 3 2

2. Pengukuran variabel pemberian informasi bagi tenaga kesehatan didasarkan pada skala ordinal dari 8 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban “ya” (bobot nilai 1) dan “tidak” (bobot nilai 0), dan dikategorikan menjadi dua, yaitu : 1. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ median (N + 1 ) yaitu ≥ 4.5

2

(55)

Tabel 3.4. Aspek Pengukuran Variabel Independen

3.7. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisa melalui proses pengolahan data yang mencakup kegiatan – kegiatan sebagai berikut :

a. Editing, penyuntingan data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.

b. Coding, pemberian kode dan scoring pada tiap jawaban untuk memudahkan proses entri data.

c. Entry Data, setelah proses coding dilakukan pemasukkan data kekomputer. d. Cleaning, sebelum analisa data dilakukan pengecekkan dan perbaikan

terhadap data yang sudah masuk.

e. Analisa data diperoleh dengan menggunakan perhitungan uji statistik memakai bantuan program komputer

(56)

g. Analisa Bivariat yaitu analisis lanjutan untuk melihat pengaruh variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji statistik kai kuadrat (Chi Square)

(57)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Bromo Kota Medan merupakan salah satu Puskesmas Perawatan (rawat inap), terletak di Jalan Rotary kelurahan desa Binjai, kecamatan Medan Denai yang berdiri pada tanggal 17 September 1996 dengan luas wilayah 87 Ha atas bantuan Rotary Club Medan dan Rotary Club Leiden Netherland.

Puskesmas Bromo Kota Medan mempunyai Visi yaitu mewujudkan Kecamatan Sehat 2015, kecamatan Sehat 2015 merupakan gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan berperilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi – tingginya. Sedangkan Misi Puskesmas Bromo Kota Medan meliputi :

1. Menggerakkan pembangunan kecamatan yang berwawasan kesehatan 2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau

(58)

Fasilitas Puskesmas Bromo Kota Medan terdiri dari ruang poli umum, ruang poli gigi dan mulut, ruang laboratorium, ruang apotik, ruang kesehatan ibu dan anak, ruang keluarga berencana, ruang operasi/ tindakan keperawatan, ruang bersalin, ruang rawat inap perempuan, ruang rawat inap laki – laki, ruang pertemuan/ aula, dan gudang obat. Program wajib yang dilakukan puskesmas Bromo yaitu promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, KIA/ KB, gizi, program pencegahan dan penanggulangan penyakit dan pengobatan rawat jalan dan rawat inap.

4.2.Karakteristik Responden

Responden yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah dokter, bidan dan perawat yang bekerja di ruang rawat inap Puskesmas Bromo Medan. Karakteristik responden terdiri dari umur, profesi dan masa kerja pada tabel 4.1. berikut ini :

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bromo Kota Medan

No Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)

(59)

Berdasarkan tabel 4.1. diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden berumur 40-60 tahun yaitu sebanyak 17 responden (54.8%) dan mayoritas dengan profesi perawat yaitu 18 responden (58.1%) sedengakan responden yang memiliki masa kerja 0-20 tahun lebih besar dibandingkan 20-30 tahun dan 30-40 tahun yaitu 18 responden (58.1%).

4.3. Hasil Analisis Univariat

4.3.1. Distribusi Responden Menurut Melatih Keterampilan Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Bromo Kota Medan

Penilaian melatih keterampilan petugas dikelompokkan dalam 2 kategori yakni : baik dan kurang. Hasil penelitian dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Keterampilan Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas

Bromo Kota Medan

Keterampilam Petugas Jumlah

(n)

Persentase (%)

Baik 28 90,3

Kurang 03 09.7

Total 31 100

(60)

4.3.2. Distribusi Responden Menurut Pemberian Informasi bagi Tenaga Kesehatan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Bromo Kota Medan

Penilaian pemberian informasi dikelompokkan dalam 2 kategori yakni : baik dan kurang. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Distribusi Responden menurut Pemberian Informasi Bagi Tenaga Kesehatan DalamPelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini

di Puskesmas Bromo Kota Medan

Pemberian Informasi Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 21 67,7

Kurang 10 32,3

Total 31 100

Tabel 4.3. diatas menunjukkan sebagian besar responden memberikan informasi dengan baik yaitu 21 orang (67,7 %) dan 10 orang (32,3 %) tenaga kesehatan yang kurang memberikan informasi artinya mayoritas tenaga kesehatan memberikan informasi dengan baik terhadap pelaksanaan inisisasi menyusu dini.

4.3.3. Distribusi Penilaian Pelaksanaan Tenaga Kesehatan Terhadap Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan

(61)

Tabel 4.4 Distribusi Penilaian Tindakan Tenaga Kesehatan Terhadap Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan

Tindakan Tenaga Kesehatan Jumlah Persentase

Baik 28 90,3

Kurang 03 09,7

Total 31 100

Tabel 4.4. diatas menunjukkan sebagian besar responden telah melakukan tindakan Tenaga Kesehatan terhadap inisiasi menyusu dini dengan baik yaitu 28 orang (90.3%) dan 03 orang (09,7%) tenaga kesehatan yang kurang melaksanakan tindakan inisiasi menyusu dini artinya mayoritas tenaga kesehatan dengan baik melaksanakan inisisasi menyusu dini.

4.4. Hasil Analisis Bivariat

4.4.1. Hubungan Keterampilan Tenaga Kesehatan terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan

(62)

Tabel 4.5 Hubungan Melatih Keterampilan Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo

Kota Medan

Tabel 4.5. menunjukkan bahwa proporsi tenaga kesehatan yang melaksanakan inisiaisi menyusu dini (90,3%) terdapat pada tenaga kesehatan dengan melatih keterampilan kategori baik dibandingkan dengan keterampilan tenaga kesehatan yang kurang (9,7%) artinya semakin baik keterampilan tenaga kesehatan semakin besar kemungkinan tenaga kesehatan dalam melaksanakan inisiasi menyusu dini.

4.4.2. Hubungan Sumber Informasi Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota Medan

(63)

(p=0.20) dengan taraf signifikan (p=0,05). Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hubungan Sumber Informasi Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo

Kota Medan

Tabel 4.6. menunjukkan bahwa proporsi tenaga kesehatan yang melaksanakan inisiaisi menyusu dini (67,7%) terdapat pada tenaga kesehatan dengan pemberian informasi kategori baik dibandingkan dengan pemberian informasi bagi tenaga kesehatan yang kurang (32,3%) artinya semakin baik pemberian informasi yang disampaikan kepada ibu semakin besar kemungkinan ibu mendapatkan informasi tentang inisiasi menyusu dini.

4.5. Hasil Analisis Multivariat

(64)

Adapun uji yang digunakan dalam analisi ii adalah regresi linear berganda, dengan pertimbangan karena skala ukur variable independen merupakan nominal dan dikotomi, kemudian variabel dependen menpunyai skala ukur ordinal dan jumlah variabelnya lebih dar satu variabel. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Variabel Nilai B Nilai p

Melatih Keterampilan 0,694 0,008 Pemberian Informasi 0,017 0,940 Nilai Konstanta 43,852 0,00

Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa berdasarkan hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa dari kedua variabel peran tenaga kesehatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan IMD dilihat dari nilai p keseluruhan variabel < 0,01. Untuk masing masing peran yaitu melatih keterampilan tenaga kesehatan memiliki pengaruh yang signifikan dengan nilai p 0,008 ( < 0,05). Untuk pemberian informasi tidak memliki hubungan yang signifikan dengan nilai p 0,940 (> 0,01)

a. Uji Pengaruh Simultan (Ftest)

(65)

yakni Tindakan Tenaga Kesehatan terhadap inisiasi menyusu Dini (IMD). Uji ini dapat dilihat pada nilai F-test sebesar 4,946 dengan p = 0.007, signifikan pada 0.05, berarti melatih keterampilan dan pemberian informasi dalam inisiasi menyusu dini secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dalam pelaksanaan Tenaga Kesehatan terhadap inisiasi menyusu Dini (IMD).

b. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi. Besar nilai r sebesar 596 dengan koefisien determinasi sebesar 0.355, yang berarti variabilitas dari Tindakan Tenaga Kesehatan terhadap inisiasi menyusu Dini (IMD). Dapat dijelaskan oleh melatih keterampilan dan pemberian informasi sebesar 35.5%, dalam arti melatih keterampilan dan pemberian memberikan konstribusi sebesar 35.5% terhadap pembentukan Tindakan Tenaga Kesehatan terhadap inisiasi menyusu Dini (IMD), sedangkan sisanya dipenagruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelittian ini.

Hasil penelitian ini memiliki persamaan regresi :

Y = 43,852 (konstanta) + 0.694 (Keterampilan petugas) + 0.017 (pemberian Informasi)

(66)

c. Konstribusi dari masing-masing peran

(67)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Peran Tenaga Kesehatan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Bromo Kota Medan

Menurut Horton dan Hunt (1993), peran (role) adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki status. Seseorang mungkin tidak memandang suatu peran dengan cara yang sama sebagaimana orang lain memandangnya. Sifat kepribadian seseorang mempengaruhi bagaimana orang itu merasakan peran tersebut. Tidak semua orang yang mengisi suatu peran merasa sama terikatnya kepada peran tersebut, karena hal ini dapat bertentangan dengan peran lainnya. Semua faktor ini terpadu sedemikian rupa, sehingga tidak ada dua individu yang memerankan satu peran tertentu dengan cara yang benar – benar sama.

(68)

pelaksananan inisiasi menyusu dini menurut Utami Rusli ada beberapa hambatan yang kemungkinan muncul yang disebabkan oleh kurangnya keterampilan dari tenaga kesehatan meliputi bayi kedinginan, ibu harus dijahit, suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonorhoe yang harus segera diberikan setelah lahir, kemudian bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur, sedangkan ketrampilan petugas yang persentasenya 09.7 % yaitu kurang dalam melaksanakan inisiasi menyusu dini dikarenakan masih ada tenaga kesehatan yang tidak melaksanakannya sesuai dengan langkah – langkah dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini menurut Utami Rusli.

Dari hasil penelitian ini pemberian informasi dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini yaitu baik sebesar 67.7%, didalam buku JNP-KR tahun 2007 salah satu peran tenaga kesehatan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah memberi informasi tentang manfaat IMD dan ASI Eksklusif pada ibu hamil, sedangkan pemberian informasi yang persentasenya 32,3% yakni kurang disebabkan karena kurangnya informasi yang disampaikan kepada masyarakat dan juga berupa cara penyampaian informasi yang tidak dimengerti oleh masyarakat mulai dari komunikasi yang diberikan kemudian kesiapan dari masyarakat dalam menerima informasi kesehatan tersebut.

(69)

antara peran tenaga kesehatan dengan keberhasilan melakukan inisiasi menyusu dini (IMD).

5.2. Pengaruh Melatih Keterampilan Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan uji chi square melatih keterampilan tenaga kesehatan mempunyai hubungan signifikan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan nilai p=0,00 dan dengan uji regresi linear berganda bahwa melatih keterampilan tenaga kesehatan merupakan peran yang paling dominan berpengaruh terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini artinya semakin baik keterampilan tenaga kesehatan yang dilaksanakan maka semakin baik pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang dilakukan.

Peran dalam melatih keterampilan secara signifikan memberikan konstribusi terhadap pelaksanaan IMD dibuktikan dengan koefisien r sebesar 0.595 dengan harga

p=0.00 signifikan pada taraf p=0.01. Hal ini menggambarkan pentingnya ketrampilan dalam keberhasilan pelaksanaan Inisiasi menyusu dini. Menurut Depkes, 2002 yaitu bahwa 10 langkah pemberian keberhasilan menyusu dini lebih menekankan kepada keterampilan tenaga kesehatan.

(70)

pelatihan tentang inisiasi menyusu dini. Pelatihan inisiasi menyusu dini yang didapatkan oleh tenaga kesehatan sangat membantu pada saat menolong persalinan untuk melakukan inisiasi menyusu dini. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa terlaksananya inisiasi menyusu dini ada kaitannya dengan tenaga kesehatan yang sudah dilatih. Setiap tenaga kesehatan yang mempunyai keterampilan pada saat menolong persalinan akan melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) walaupun hanya sebentar. Inisiasi menyusu dini atau permulaan menyusu dini (Early Initiation) merupakan suatu cara yakni memberikan kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu pada ibunya dalam satu jam pertama kehidupannya, karena sentuhan bayi melalui refleks hisapnya yang timbul mulai 30-40 menit setelah lahir akan menimbulkan rangsangan sensorik pada otak ibu untuk memproduksi hormon prolaktin dan memberikan rasa aman pada bayi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa Inisiasi Menyusu Dini dapat mencegah 22% kematian neonatal dan meningkatkan 2-8 kali lebih besar keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

Penelitian ini sejalan dengan pendapat Roesli (2008), bahwa untuk melakukan inisiasi menyusu dini, maka perlu melatih tenaga kesehatan yang terkait yang dapat menolong, mendukung ibu menyusui termasuk menolong termasuk menolong inisiasi menyusu dini yang benar.

(71)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi tenaga kesehatan yang melaksanakan inisiasi menyusu dini (67,7%) terdapat pada tenaga kesehatan dengan pemberian informasi kategori baik dibandingkan dengan pemberian informasi bagi tenaga kesehatan yang kurang (32,3%). hasil uji chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan pemberian informasi terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini (p=0.20) dengan taraf signifikan (p=0,05).

Pemberian informasi tidak memberikan konstribusi secara signifikan terhadap keberhasilan pelaksanaan IMD dengan koefisien r sebesar 0.134 dengan harga p

sebesar 0.236 berarti hal ini menggambarkan bahwa pemberian informasi tidak bisa berdiri sendiri dalam pelaksananaan IMD karena dalam informasi membutuhkan adanya ketrampilan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bromo Medan bahwa kurangnya informasi yang disampaikan tenaga kesehatan kepada ibu tentang inisiasi menyusu dini sehingga kurangnya pemahaman ibu tentang inisiasi menyusu dini disebabkan karena tenaga kesehatan kurang menyampaikan informasi tentang inisiasi menyusu dini bukan suatu kewajiban rutin maka hal ini sering terlupakan dan tidak mempergunakan waktu semaksimal dalam setiap memberikan pelayanan baik antenal care (ANC) maupun intra natal care (INC) khususnya dalam hal pemberian informasi tentang inisiasi menyusu dini.

(72)

Bentuk pemberian informasi tersebut dapat berupa informasi tentang inisiasi menyusu dini, bahan bacaan, tata laksana inisiasi menyusu dini serta informasi kepada suami dan keluarga.

Menurut Cohen dan Syme (1985) dalam Friedman (1998). Dukungan informasional meliputi memberikan nasehat, petujuk, masukan, atau penjelasan bagaimana seseorang bersikap dan bertindak menghadapi situasi yang dianggap membebani. Sejalan dengan Hause dalam Newman (1987), bantuan informasi adalah komunikasi temntang opini atau kenyataan yang relevan tentang kesulitan – kesulitan agar dapat menjadikan individu lebih mampu mengatasi sesuatu.

(73)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Peran tenaga kesehatan memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Keberhasilan dari pelaksanaan inisiasi menyusu dini dipengaruhi oleh peran sebesar 35,5 %.

2. Peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini terdiri dari melatih keterampilan dan pemberian infomasi dimana melatih keterampilan tenaga kesehatan merupakan peran yang paling dominan berpengaruh terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan persentase 90,3%.

3. Dari hasil Pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang dilakukan dalam penelitian di Puskesmas Bromo Kota Medan menunjukkan bahwa pelaksanaan Inisiasi menyusu dini tergolong baik dengan persentase 90,3 %.

6.2. Saran

(74)

Denai) dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI Eksklusif.

2. Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan program inisisi menyusu dini (IMD) dan memberikan informasi kepada ibu – ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Bromo Kota Medan.

(75)

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Ali Syaifuddin. 2006. Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan dan Perawatan Bayi. Jogjakarta : MT. Indarti

Bungin Burham. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana

Baskoro, Anton. 2008. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Jogjakarta : Banyu Media Depkes RI. 2001. Manajeman Laktasi, buku panduan bagi Bidan dan petugas

Kesehatan di Puskesmas. Dirjen Binkesmas Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Depkes RI. 2005. Standarisasi Program Kesehatan Ibu, Bayi, Anak, Balita di Indonesia

Dinas Kesehatan Kota Medan. 2005. Data Subdin Kesga-Profil Kesehatan Kota Medan tahun 2005

_________ 2006. Data Subdin Kesga-Profil Kesehatan Kota Medan tahun 2006

__________ 2007. Data Subdin Kesga-Profil Kesehatan Kota Medan tahun 2007

Hardinegoro, dkk. 2007. Pattern and Influencing Factors of Breastfeeding of Working Mother in Several Area in Jakarta. Jurnal Pediatrics Indonesia Volume 47. 1 Januari 2007

JNPK-KR. 2007. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Bahan Tambahan Inisiasi Menyusu Dini

Mustika, Sofyan. 2006. Bidan Menyongsong Masa Depan. Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. Jakarta

Gambar

Tabel 3.1. Skor Korelasi Antara Tiap-Tiap Kuesioner Dengan Nilai Total
Tabel 3.2. Skor Korelasi Antara Tiap-Tiap Kuesioner Dengan Nilai Total
Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Dependen
Tabel 3.4. Aspek Pengukuran Variabel Independen
+6

Referensi

Dokumen terkait

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar. haemoglobin dibawah 11 gr/dl pada trimester I dan III atau

Untuk melalui Tugas Akhir penyaji harus melalui tiga tahapan yaitu ujian Kelayakan Proposal dengan mempersiapkan sepulh repertoar tari tradisi Gaya Surakarta Putri yaitu

Pada kamus Inggris pencarian dapat dilakukan dengan relatif mudah, sedangkan pada kamus Mandarin pencarian kata dari Mandarin ke bahasa lain lebih kompleks1. Pencarian arti

Tingginya frekuensi kemunculan jenis Cymodocea rotundata pada seluruh stasiun pengamatan menunjukkan jenis ini dapat menyesuaikan diri dengan karakteristik

Selisih bagian pasar adalah selisih yang disebabkan perbedaan antara laba kotor perusahaan pada penjualan industri yang sesungguhnya dibandingkan dengan laba kotor

Hasil penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan oleh Dinas Kesehatan setempat sebagai sumber data untuk memberikan konseling terkait swamedikasi parasetamol untuk mengatasi

Perkembangan gerakan Islam di Indonesia berkembang dengan pesat tidak terlepas dari keadaan situasi politik dunia yang memanas, pada awalnya gerakan pembaharuan Islam ini timbul

Ideologi patriarki masih menjadi gagasan residual konstruksi negatif yang terdapat di dalam novel, untuk itu novel ini cenderung tidak setuju dengan adanya budaya patriarki yang