SEJARAH DAN PERANAN BECAK DI PEMATANGSIANTAR
1960-2006
Skripsi
Oleh :
Yudha Wirabuana 060706012
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lembar Persetujuan Ujian Skripsi
SEJARAH DAN PERANAN BECAK DI PEMATANGSIANTAR 1960-2006
Yang Diajukan Oleh : Nama : Yudha Wirabuana
NIM : 060706012
Telah Disetujui Untuk Diajukan Dalam Ujian Skripsi Oleh :
Pembimbing
Dra. Lila Pelita Hati, M.Si Tanggal, 18 Desember 2012 NIP. 196705231992032001
Ketua Departemen
Drs. Edi Sumarno, M.Hum Tanggal, 18 Desember 2012 NIP. 196409221989031001
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi
SEJARAH DAN PERANAN BECAK DI PEMATANGSIANTAR 1960-2006
Skripsi Sarjana Dikerjakan Oleh :
Yudha Wirabuana 060706012
Pembimbing
Dra. Lila Pelita Hati, M.Si NIP. 196705231992032001
Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan
Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Ilmu Budaya Dalam Bidang Ilmu Sejarah
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lembar Persetujuan Ketua Jurusan
Disetujui Oleh :
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen,
Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP. 196409221989031001
Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian
PENGESAHAN :
Diterima Oleh :
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Ilmu Budaya Dalam Bidang Ilmu Sejarah Pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan
Pada :
Hari :
Tanggal :
Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,
Dr. Syahron Lubis, MA.
NIP. 195110131976031001
Panitia Ujian :
No. Nama Tanda Tangan
1. Drs. Edi Sumarno, M.Hum ... 2. Dra. Nurhabsyah, M.Si ...
3. Dra. Lila Pelita Hati, M.Si ...
4. Drs. Fachrudin Daulay ...
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga pada akhirnya penulisan skripsi yang berjudul: SEJARAH DAN PERANAN BECAK DI PEMATANGSIANTAR 1960-2006 ini dapat diselesaikan. Penulis sangat bersyukur karena mendapat dukungan dan dorongan
yang tidak henti - hentinya diberikan oleh berbagai pihak selama ini.
Motivasi-motivasi yang diberikan kepada penulis sangat membantu semangat dan kekuatan
bagi penulis untuk segera menyelesaikannya, walaupun melalui proses yang
tersendat-sendat, mulai dari proses pengumpulan data sampai pada akhir penulisan.
Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini sebenarnya masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi bagi penulis bukanlah sempurna
itu yang menjadi utama melaikan proses menuju kesempurnaan itulah yang terpenting
bagi penulis. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, khususnya bagi mahasiswa sejarah.
Medan, Desember 2012
Penulis,
UCAPAN T`ERIMAKASIH
Dalam melakukan penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan baik
materi maupun moral dan arahan dari berbagi pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. ALLAH SWT yang telah melimpahkan karunianya kepada penulis.
2. Alm. Ayahanda dan Ibunda tersayang yang telah membesarkan, mendidik dan
menyekolahkan Ananda serta tidak henti-hentinya memberikan doa dan
dukungannya kepada Ananda selama dalam mengikuti perkuliahan. Juga
kepada kakanda penulis Yuk Ulan, Yuk Retna, dan Yuk Dia dan tidak lupa
juga kepada abangda penulis Mas Fahmi, Mas Idik dan Bang Retno yang
telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Syahron Lubis MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara, penulis tak lupa mengucapkan terima kasih atas
segala bantuan yang diberikan.
4. Bapak Edi Sumarno S.Hum, selaku Pimpinan Departeman Sejarah dan juga
kepada Ibu Dra. Nurhabsyah M.Si, selaku Sekretaris Departemen Sejarah
yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama dalam
perkuliahan.
5. Ibu Dra. Lila Pelita Hati M.Si, selaku Dosen pembimbing yang telah banyak
6. Seluruh Dosen, Staf Pengajar, Staf Administrasi pendidikan Departemen Sejarah yang telah banyak membantu penulis dari mulai masa perkuliahan hingga dalam penyelesaian skripsi ini. Terkhusus penulis ucapkan kepada Bang Ampera yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Semoga Tuhan yang akan membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
7. Informan penulis, yang telah membagikan waktu dan pengalaman masa lalunya. Tanpa kerjasama dan kerelaan dari Bapak dan Ibu skripsi ini tidak mungkin dapat penulis diselesaikan.
8. Kedua organisasi penulis KOMPAS-USU dan GEMAPRODEM yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman berarti selama penulis menjalani bangku perkuliahan. Serta rekan-rekan yang terlibat aktif didalamnya yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu perstu.
9. Teman-teman Satu angkatan penulis Stambuk 2006 Eva, Haradongan, Desi, Erli, Sancani, Desmika, Jhondato, Ramlan, Kariani, Icha, Dedi, Heri, Johanes, dan Uci yang selalu mengingatkan penulis untuk segera kelar dari bangku kuliah. Dan terutama untuk kawan-kawan yang tetap berjuang bersama untuk menyelesaikan waktu kuliah kita yang makin gawat, Pai, Hendra, Kinen, Natin, Dodi, dan Wilson.
10.Terutama kepada Resti yang banyak membantu penulis dalam penyelesain
skripsi ini.
Medan, Desember 2012
ABSTRAK
Becak di Kota Pematangsiantar memilki ke unikan tersendiri dibadingkan becak-becak yang ada di kota-kota Indonesia lainnya. Keunikan ini dikarenakan penggunaan sepeda motor BSA (Birmingham Small Arms) sebagai penggeraknya. Pada awalnya becak di kota pematangsiantar hanya berfungsi sebagai alat transportasi. Seiring perkembangannya, selain sebagai alat transportasi becak ternyata telah bertambah fungsi sebagai ikon Kota Pemtangsiantar.
Keberadaan Becak Siantar seperti yang dijelaskan diatas merupakan permasalahan yang penulis bahas. Pembahasan lebih ditekankan bagaimana sejarah Becak Siantar dan Bagaimana peran Becak Siantar terhadap masyrakat Siantar sehingga mampu menjadi ikon kota.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui sejarah Becak Siantar dan menjelaskan bagaimana peranan Becak Siantar terhadap kehidupan masyarakat Pematangsiantar sehingga nantinya menjadi ikon kota. Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menceritakan secara kronologis bagaimana keberadaan becak mulai muncul pertama kali di Pematangsiantar, berkembang dan kemudian terancam keberadaannya.
Agar mendapatkan fakta-fakta masa lalu tersebut penulis menggunakan metode kualitatif untuk medapatkan sumber utama dan sumber pendukung tentang Becak Siantar. Setelah fakta-fakta masa lalu tentang keberadaan becak di Pematangsiantar didapat, penulis menggunakan metode deskriptif untuk menceritakan secara kronologis awal kemunculan Becak Siantar dan perkemabangannya hingga kemudian terancam keberadaannya sebagai ikon kota Siantar
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMAKASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ……… 6
1.4 Tinjauan Pustaka ...……… 6
1.5 Metode Penelitian ...………... 8
BAB II GAMBARAN UMUM KOTAMADYA II PEMATANGSIANTAR ... 11
2.1 Letak Geografis ………...……... 11
2.2 Sejarah Singkat Perkembangan Kota Pematangsiantar ...….... 12
2.3 Keadaan Penduduk ………... 18
BAB III SEJARAH MASUKNYA BECAK SIANTAR ... 20
3.1 Latar Belakang Munculnya Becak di Kota Pematangsiantar...… 20
Sampai 1960 ... 21
3.1.2 Brimingham Small Arms ... 23
3.1.3 BSA “Becak Siantar Asli” ... 25
3.2 Perkembangan Becak Siantar ... 33
3.2.1 Peningkatan Jumlah Unit ... 35
3.2.2 Permintaan Jasa Transportasi yang Kian Meningkat ... 42
3.2.3 Sebagai Lapangan Pekerjaan ... 44
BAB IV PERANAN BECAK SIANTAR ... 46
4.1 Sarana Transportasi ... 46
4.1.1 Kemampuan Jarak Jelajahnya ... 54
4.1.2 Pelayanan Dari Pintu Ke Pintu ... 55
4.2 Ikon Kota ... 57
4.2.1 Perhatian Pemerintah Terhadap Keberadaan Becak Siantar ... 60
4.2.2 Becak Siantar ditengah-tengah Masyarakat ... 64
BAB V KESIMPULAN ... 68
5.1 Kesimpulan ... 68
5.2 Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Komposisi Penduduk Siantar ... 18
Tabel 2 Banyaknya Perusahaan dan Jumlah Sarana Angkutan Kota Penumpang dan Barang Di Daerah TK. II Kotamadya
Pematangsiantar 1995/1996 ... .. 41
Tabel 3 Jenis dan macam moda transportasi kota menurut karakteristik
dan tipe penggunaannya ... . 47
Tabel 4 Klasifikasi Pergerakan Orang di Perkotaan Berdasarkan Maksud
Pergerakan ... 52
ABSTRAK
Becak di Kota Pematangsiantar memilki ke unikan tersendiri dibadingkan becak-becak yang ada di kota-kota Indonesia lainnya. Keunikan ini dikarenakan penggunaan sepeda motor BSA (Birmingham Small Arms) sebagai penggeraknya. Pada awalnya becak di kota pematangsiantar hanya berfungsi sebagai alat transportasi. Seiring perkembangannya, selain sebagai alat transportasi becak ternyata telah bertambah fungsi sebagai ikon Kota Pemtangsiantar.
Keberadaan Becak Siantar seperti yang dijelaskan diatas merupakan permasalahan yang penulis bahas. Pembahasan lebih ditekankan bagaimana sejarah Becak Siantar dan Bagaimana peran Becak Siantar terhadap masyrakat Siantar sehingga mampu menjadi ikon kota.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui sejarah Becak Siantar dan menjelaskan bagaimana peranan Becak Siantar terhadap kehidupan masyarakat Pematangsiantar sehingga nantinya menjadi ikon kota. Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menceritakan secara kronologis bagaimana keberadaan becak mulai muncul pertama kali di Pematangsiantar, berkembang dan kemudian terancam keberadaannya.
Agar mendapatkan fakta-fakta masa lalu tersebut penulis menggunakan metode kualitatif untuk medapatkan sumber utama dan sumber pendukung tentang Becak Siantar. Setelah fakta-fakta masa lalu tentang keberadaan becak di Pematangsiantar didapat, penulis menggunakan metode deskriptif untuk menceritakan secara kronologis awal kemunculan Becak Siantar dan perkemabangannya hingga kemudian terancam keberadaannya sebagai ikon kota Siantar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPerkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang.
Pergerakan ini bertujuan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Untuk
menunjang segala aktifitas ekonomi tersebut maka dibutuhkanlah sarana yang dapat
memudahkannya. Terjadinya aktivitas pergerakan dengan ditunjukannya peningkatan
mobilitas pergerakan manusia dan barang di perkotaan adalah sebagai konsekuensi
dari meningkatnya perekonomian kota.1 Berangkat dari hal tersebut maka timbulah transportasi yang merupakan sarana proses perpindahan barang dan orang.
Transportasi juga dapat diartikan suatu jasa yang diberikan, guna menolong orang
dan barang untuk dibawa dari suatu tempat ke tempat yang lain.2
Kota yang merupakan pusat perekonomian tentunya memerlukan jenis
transportasi untuk memindahakan barang atau orang yang bertujuan untuk menunjang
proses ekonomi yaitu produksi, distribusi dan konsumsi yang berada dalam wilayah
kota. Keberadaan jenis transportasi kota bisa berupa bus, taxi, kereta api, ojek, bajai
ataupun becak. Jenis transportasi kota biasanya disesuaikan dengan keadaan geografis
kota. Pematangsiantar sebagai kota pada perkembangannya juga memiliki jenis
transportasi antara lain, bus penumpang atau biasa yang disebut Mopen (mobil
penumpang), sado (yang kemudian telah hilang) dan juga becak. Tetapi dari jenis
transportasi itu yang menurut penulis menarik adalah becak. Sebagai alat transportasi
1
Djoko Setijowarno dan russ bona frazila , Pengantar Rekayasa Dasar Transportasi, Bandung: Jurusan Teknik sipil Universitas Katolik Soegijapranata, 2003, hlm. 10
2
becak yang digunakan di Kota Pematangsiantar memiliki keunikan tersendiri dari
becak-becak yang beroperasi di kota-kota lain di Indonesia. Keunikan itu bukan
hanya dari bentuk kabin penumpangnya yang khas, tapi juga penggunaan jenis motor
BSA3
Pada tahun 1960 becak mulai beroperasi dan merupakan sarana transportasi
yang banyak dimintai masyarakat. Hal ini dikarenakan pada saat itu sarana
transportasi yang ada di Kota Pematangsiantar masih tergolong minim. Angkutan
umum yang beroperasi sebelum munculnya becak Siantar adalah bus GOK
(Gabungan Oplet Kota), Siantar Bus, dan juga sado namun dari jumlah dan trayek
yang dilalui masih sangat terbatas.
(Birmmingham Small Arm) yang tergolong tua dan antik sebagai penariknya.
Pada perkembangan selanjutnya tanpa disadari dan terencana ternyata Becak Siantar
telah menjadi salah satu ikon Kota Pematangsiantar. Ini dapat dilihat dengan
penggunaan becak Siantar sebagai sarana angkutan arak-arakan keliling kota bagi
para pejabat pemerintah ataupun publik figure yang datang ke Kota Pematangsiantar
dan tidak jarang becak ini digunakan sebagai sarana kampanye partai politik. Itu
semua menunjukan selain sebagai alat transportasi ternyata becak Siantar juga
menjadi kebanggan bagi warga Kota Pematangsiantar. Kebanggan itu dapat dilihat
dari anekdot yang berkembang di masyarakat dimana singkatan BSA yang memiliki
kepanjangan Birmmingham Small Arm diplesetkan menjadi Becak Siantar Asli.
4
3
Merupakan pabrik manufaktur peralatan perang di Inggris yang berproduksi dari tahun 1883-1983
4
Wawancara dengan Bapak Kartiman , pada 23 maret 2012, di Pematang Siantar .
Pematangsiantar tidak terlepas dari ide Pahala Siahaan5
5
Salah satu tokoh pelopor yang memulai pengoperasian becak Siantar dan merupakan mantan pejuang perang meninggal tahun 1986.
yang kemudian diikuti
beberapa orang yang sebagian merupakan veteran yang mencoba mencari solusi
minimnya transportasi yang ada di Kota Pematangsiantar. Pada awalnya sekitar tahun
1958 mereka mencoba membawa becak mesin yang beroperasi di kota Medan untuk
bisa dioperasikan di Pematangsiantar. Namun ternyata becak mesin ini tidak sesuai
dengan kondisi topografi Kota Pematangsiantar yang naik turun. Dikarenakan
berkapasitas mesin 50 cc yang tergolong rendah uji coba ini pun kandas. Melihat hal
itu Pahala dan kawan-kawan mencoba jenis motor yang kapasitas mesinnya cukup
besar yaitu motor–motor produksi Eropa yang berkapasitas mesin antara 350-500 cc
seperti Triump, Ariel, Norton, AJS (Albert Jhon Stevens) dan BSA yang banyak
terdapat disekitar Kota Pematang Siantar. Menurut informasi yang didapat penulis di
lapangan sebagian motor-motor ini merupakan peninggalan para
administratur-administratur perkebunan asing di sekitar Kota Pematang Siantar. Ketika terjadi
nasionalisasi mereka kembali ke negaranya masing-masing dan motor-motor ini
diberikan ke warga pribumi yang menjadi bawahan para administratur tersebut.
Namun ada juga sebagian motor-motor ini masuk ketika bersamaan agresi militer
Belanda I dan II dan ketika tentara Belanda kembali ke negerinya motor-motor ini
tidak ikut dibawa.
Uji coba becak ini berlangsung sampai tahun 1959 namun dari hasil uji coba
ternyata BSA lah yang paling sesuai dikarenakan dari segi mesin yang mudah dirawat
dan kapasitas yang besar yaitu 350-500 cc selain itu dibandingkan motor produksi
Eropa lainnya BSA ternyata lebih hemat bahan bakar. Maka pada tahun 1960 becak
beroperasi di Kota Pematang Siantar dengan motor BSA sebagai penariknya. Masih
menurut Kartiman becak ini kian berkembang dimana pada tahun 1965 diperkirakan
jumlah becak yang beroperasi kian meningkat sekitar 100 unit. Para penarik becak
kemudian membuat organisasi penarik becak yang bernama Persatuan Betjak Motor
Siantar ( PBMS ). Pada perkembangan selanjutnya jumlah becak kian meningkat
dimana pada tahun 1990 diperkirakan jumlah becak yang beroperasi di Kota
Pematangsiantar mencapai lebih kurang 2000 unit. Pada tahun inilah masa keemasan
becak di Pematangsiantar sebagai sarana transportasi. Bukan hanya karena
peningkatan jumlahnya yang meningkat drastis tetapi juga dikarenakan keunikannya
yang menggunaan motor BSA sebagai penariknya. Jika pada tahun 1973 pabrik
Brimingham Small Arms di Inggris tutup namun di Pematang Siantar jenis motor ini
tetap bisa bertahan dan menjadi sarana transportasi yang diminati penduduk. Tidak
hanya berfungsi sebagai sarana transportasi di Kota Pematangsiantar, dikarenakan
keunikannya transportasi ini pun menjadi salah satu ikon kota yang sering di sebut
orang dengan Becak Siantar. Namun pada tahun 2006 keberdaan Becak Siantar mulai
berkurang hal ini ditunjukan dengan jumlahnya yang mulai berkurang menjadi sekitar
Melihat hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Becak Siantar sebagai obyek penelitian sejarah ilmiah. Penelitian ini nantinya akan
penulis fokuskan pada sejarah masuk dan berkembangnya becak di Kota
Pematangsiantar.
Atas dasar pemikiran diatas maka penulisan ini diberi judul SEJARAH DAN PERANAN BECAK DI PEMATANGSIANTAR (1960-2006). Alasan Pembatasan periodesasi penelitian dari tahun 1960-2006. Dikarenakan tahun 1960
adalah tahun mulai beroperasinya becak Siantar sebagai alat transportasi dan tahun
2006 munculnya wacana peremajaan becak Siantar dari DPRD Kota
Pematangsiantar, juga adanya perlawan para penarik becak Siantar terhadap wacana
tersebut. Selain itu pada tahun ini penurunan jumlah unit becak siantar yang pada
tahun 1990 mencapai lebih kurang 2000 unit namun di tahun 2006 hanya bersisa
lebih sekitar 500 unit.
1.2 Rumusan Masalah
Keobyektifan suatu penelitian tidak terlepas dari pemilihan topik tertentu
sebagai landasan pembahasan. Pemilihan topik tersebut harus dibatasi dan dikonsep
dalam rumusan masalah yang nantinya menjadi alur dalam penulisan. Adapun
rumusan masalah dalam “Sejarah dan Peranan Becak Di Pematangsiantar (
1960-2006).
“
adalah sebagai berikut :1. Bagaimana sejarah becak sebagai alat transportasi di Kota Pematang Siantar ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Setelah merumuskan masalah yang menjadi landasan pembahasan oleh
penulis. Maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan dan
manfaat dari penulisan. Adapun tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sejarah becak sebagai alat transportasi di Kota Pematangsiantar.
2. Menjelaskan perkembangan becak Siantar dan peranannya terhadap
kehidupan masyarakat Pematangsiantar.
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Diharapkan penulisan ini dapat menambah pembendarahan khazanah sejarah
khususnya sejarah lokal kota Pematangsiantar.
2. Bagi masyarakat Kota Pematangsiantar dengan adanya penulisan ini
diharapkan bisa lebih mengetahui sejarah becak Siantar yang merupakan
kebanggan bersama.
1.4 Tinjauan Pustaka
Sebuah penelitian ilmiah tentu tidak terlepas dari tinjauan pustaka yang
berguna sebagai informasi dalam menentukan sumber-sumber yang relevan dengan
obyek penelitian. Sumber-sumber ini bisa berupa karya ilmiah, buku-buku, ataupun
dokumen-dokumen terkait. Seperti buku yang berjudul Pengantar Rekayasa Dasar
Transportasi karya Djoko Setijowarno dan Russ Bona Frazila. Buku ini merupakan
kajian bidang transportasi. Buku ini banyak memberikan penjelasan tentang
perkembangan transportasi, peran dan manfaat transportasi yang tentunya membantu
penulis untuk memahami kajian transportasi terutama transportasi perkotaan.
Rustian Kamaluddin dalam bukunya yang berjudul Ekonomi Transportasi,
Karakteristik, Teori dan Kebijakan buku ini banyak memberikan penjelasan
bagaimana peranan dan pentingnya transportasi terhadap kegiatan perekonomian.
Buku ini juga menjelaskan bagaimana klasifikasi transportasi jalan raya serta
keunggulan dan kemampuannya dalam memberikan pelayanan terhadap mobilitas
masyarakat teutama jasa dari pintu ke pintu.
Koentjaraningrat dengan bukunya berjudul Pengantar Ilmu Antropologi
banyak menjelaskan manusia dan kebudayaan. Dalam buku ini juga menjelaskan
konsep bagaimana sebuah penemuan dihasilkan demi memenuhi kebutuhan manusia.
Dimana sebuah penemuan berasal dua tahap yaitu discovery dan invention. Yang
nantinya dapat membantu penulis untuk memahami bagaimana Becak Siantar yang
merupakan penemuan sebagian masyarakat menjadi berarti karena masyarakat sudah
mengakui, menerima , dan menerapkannya.
Boy Iskandar Warongan dengan skripsi S-1nya yang berjudul Tinjauan Sosial Ekonomi Penarik Becak BSA di Kota Pematangsiantar. Skripsi ini menceritakan
bagaimana kehidupan para penarik becak di Kota Pematang Siantar khususnya
masalah pendapatan dan kesejahteraan para penarik becak. Skripsi ini sangat
membantu penulis dalam mengetahui informasi mengenai becak di Kota
sumber-sumber yang dibutuhkan. Tentunya untuk menghindari adanya kesamaan tema dalam
mengkaji tentang becak Siantar penulis disini akan mencoba menjelaskan munculnya becak di kota Pematangsiantar melalui sudut padang sejarah yang lebih menekankan
pada kronologis waktu. Serta peranan becak sebagai sarana transportasi terhadap
kehidupan masyarakat Kota Pematang Siantar dari tahun 1960 - 2006 yang nantinya
diharapakan hasil penelitian akan berbeda dengan skripsi tersebut.
1.5 Metode Penelitian
Dalam setiap penelitian ilmiah memiliki metodologi, demikian juga dengan
penelitian sejarah. Dimana metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa
secara kritis rekaman peninggalan masa lampau.6
1. Heuristik, yaitu tahap awal untuk mencari data-data melalui berbagai sumber dan
relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam tahap heuristik ini penulis dalam
mendapatkan data-data melalui dua cara, yaitu studi lapangan (field research) dan
studi kepustakaan ( library research ). Pada studi lapangan (field research) Penulis
lebih menekankan pada metode wawancara. Hal ini dapat dikarenakan masih
terdapatnya beberapa informan yang menjadi pelaku sejarah antara lain Bapak
Kartiman (70tahun) yang merupakan tokoh yang banyak mengetahui sejarah
masuknya becak Siantar juga ada Bapak Rohim (70 tahun) yang dapat digali
informasinya tentang keberadaan becak Siantar terutama masalah perbaikan dan Adapun tahap-tahap yang
dilakukan dalam penelitian sejarah sebagai berikut:
6 Louis Gottschalk,
modifikasi karena beliau termasuk yang mempunyai salah satu bengkel becak
pertama yang mampu bertahan hingga sekarang. Kemudian Bapak Suyadi (54
tahun) yang dapat dijadikan informan karena beliau merupakan salah satu pelaku
sejarah yang mendatangkan motor BSA dari pulau Jawa terutama ditahun 1980-an.
Untuk memperoleh informasi tentang Pahala Siahaan Penulis juga melakukan
wawancara dengan Istri almarhum Pahala yaitu Ibu Melince Boru Tambunan (77
tahun). Pada studi kepustakaan (library research) terdapat beberapa sumber yang
dijadikan sumber oleh Penulis antara lain berupa foto-foto yang berkaitan,
AD/ART, kliping koran, serta dokumentasi-dokumentasi yang disimpan secara
pribadi oleh informan baik Bapak Kartiman juga Bapak Suyadi. Selain itu untuk
dapat diketahui data jumlah becak Siantar Penulis mencari melalui lembaga
Pemerintah yang terkait yaitu Dinas Perhubungan dan Dinas Pariwisata Kota
Pematangsiantar serta Kantor Statistik Pematangsiantar. Untuk sejumlah buku
berisi informasi yang terkait dengan peneletian Penulis juga mendapatkan di
Perpustakaan USU, ataupun di Perpustakaan Daerah Sintong Binge di Pematang
Siantar. Selain itu untuk menambah informasi pendukung penulis juga melakukan
pecarian di website tertentu yang terdapat di internet.
2. Kritik Sumber, dimana setelah tahap heuristik maka sumber-sumber yang ada akan
dilakukan kritik untuk mencari kebenaran dari sumber–sumber yang didapat.
Dalam tahap ini sumber-sumber yang telah terkumpul melalui proses kritik
internal, informasi yang didapat baik dari wawancara ataupun dari sumber-sumber
tertulis akan dilihat kebenaran isinya. Kemudian sumber primer dan sekunder
nantinya data yang ada akan diverifikasi secara fisik untuk mencari kebenaran
dari sumber-sumber tersebut.
3. Interpretasi, pada tahap ini data yang sudah otentik dan kredibel coba dipahami
oleh penulis dengan cara menganalisa yang nantinya akan melahirkan hipotesa
baru tentang becak Siantar.
4. Historiografi, yaitu tahap akhir dalam metode sejarah. Dimana fakta-fakta sejarah
yang ada dituliskan secara kronologis dan sistematis. Sehingga didapat gambaran
jelas bagaimana awal masuknya becak Siantar pada tahun 1960 yang kemudian
pada tahun-tahun berikutnya mulai berkembang dan pada tahun 2006 mengalami
BAB II
Gambaran Umum Kotamadya Tingkat II Pematangsiantar
2.1 Letak Geografis
Dilihat dari letak geografisnya Pematangsiantar sebagai Kotamadya tingkat
II terletak di 3°.01-2°.54, 40” Lintang Utara dan 99°.06’, 23” - 99°.01.10” Bujur
timur. Dengan ketinggihan 400 Mdpl Kota Pematangsiantar memiliki topografi
daerah yang berbukit-bukit rendah. Hal tersebut menjadikan sebagian jalan-jalan di
kota ini berkarakter naik turun. Keadaan topografi inilah yang menjadi faktor utama
becak-becak di kota ini menggunakan motor-motor bercc besar sebagai penghelanya.
Selain itu di kota ini juga terdapat beberapa sungai yang biasa dimanfaatkan warga
untuk mengaliri sawah, tambak ataupun drainase alamiah. Sungai-sungai ini juga
digunakan sebagai batas alamiah untuk wilayah kelurahan maupun kecamtan.
Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Bah Bolon, Bah Silobang, Bah Kaitan, Bah Kora,
Bah Si Batu-batu, Bah Silulu, Bah Sibarmbang, Bah Kahean, Bah Kandang, Bah
Bane, Bah Kapul, dan Bah Sorma.7
7
2.2 Sejarah Singkat Perkembangan Kota Pematangsiantar
Sebelum kemerdekaan Indonesia, wilayah Kota Pematangsiantar merupakan
pusat salah satu kerajaan etnis simalungun yang bernama Kerajaan Siantar dengan
Raja terakhirnya yang bernama Sang Nawaluh Damanik (1906).8 Raja ini berkedudukan di Pulau Holing9
1. Pulau Holing yang kemudian menjadi Kampung Pematang. dengan daerah kekuasaan meliputi:
2. Siantar Bayu menjadi Pusat Kota.
3. Suhi Haluan menjadi Kampung Sipinggol-pinggol.
4. Suhi Kahean menjadi Kampung Melayu, Martoba, Bane, Sukadame.
5. Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Karo, Kristen, Pantoan, Tomuan,
Toba dan Martimbang.
Dengan sikap non kooperatif dari Raja Siantar kepada Belanda beliau
akhirnya di buang secara politis ke daerah Bengkalis pada tahun 1906. Hal ini
berdampak pada berakhirnya kekuasaan Raja di Siantar dan beralih ke Hegemoni
Belanda, ini ditunjukan dengan berpindahnya Controleur Belanda dari Perdagangan
ke Siantar pada Tahun 1907. Dengan kondisi yang telah berubah tersebut pada tahun
1910 Belanda membentuk Badan Persiapan Kota Pematangsiantar, dan pada tahun
1912 menempatkan seorang asisten residen di kota ini.10
8 Ibid,. hal. 3. 9
Sekarang sisa-sisa istana kerajaan ini dapat dilihat di Jl.Pematang.
10
Daniel Perret , Kolonialisme dan Etnissintas Batak Melayu di Sumatera Timur Laut, diterjemahkan oleh Saraswati Wardhany, Jakarta : KPG, 2010, hal. 221.
Berdasarkan Staat Balt no.
memiliki wilayah otonomi sendiri. Perubahan status dan perkembangan wilayah
Siantar menarik kedatangan para perantau Etnis Tionghoa dan Mandailing. Selain itu
arus migrasi ini juga di pelancar dengan selesainya pembangunan Jalan
Sibolga-Parapat-Pematangsiantar-Medan pada tahun 1929.11
1. Kecamatan Siantar Timur :
Etnis Tionghoa banyak
menempati daerah Siantar Bayu yang merupakan pusat kota dan Etnis Mandailing
banyak mendiami wilayah Timbang Galung dan Kampung Melayu.
Melihat perkembangan ini pihak Belanda kemudian menaikan status Kota
Pematangsiantar menjadi Gemeente yang memiliki dewan kota berdasarkan Staat
Blat no.717 tahun 1939. Dewan kota ini diberi nama Gemeente Raad yang berarti
Dewan Perwakilan Kota Besar. Dimasa Jepang status kota berubah menjadi Siantar
State dan Dewan kota dihapuskan.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia Pematangsiantar kembali
memiliki otonomi. Dimana pada tahun 1948 berdasarkan UU No.2/1948 status
gemeente berubah menjadi Ibu Kota Kabupaten Simalungun dengan Bupati
Simalungun merangkap sebagai walikota. Kemudian berdasarkan UU No. 1/1957
kota ini berubah status menjadi Kota Praja penuh dengan pemerintahan tersendiri dan
terlepas dari Kabupaten Simalungun yang di kepalai seorang walikota, dan dibagi
menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Siantar Timur dan Kecamatan Siantar Barat.
Dimana setiap Kecamatan membawahi beberapa Kelurahan (kampung) dengan
pembagian sebagai berikut :
11
a.Kampung Kota
b.Kampung Tomuan
c.Kampung Suka Dame
d.Kampung Kristen Barat
e.Kampung Kristen Timur
2. Kecamatan Siantar Barat
a.Kampung Timbang Galung Lama
b.Kampung Timbang Galung Baru
c.Kampung Melayu
d.Kampung Aek Nauli
e.Kampung Bantan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1981 maka pada tanggal 17
maret 1982 dan diresmikan oleh Gebernur Sumatera Utara, Kotamadya
Pematangsiantar dengan luas wilayah 1.248 Ha dibagi menjadi Empat Kecamatan
sebagai berikut :
1. Kecamatan Siantar Barat dengan Ibukotanya Timbang Galung
2. Kecamatan Siantar Timur dengan Ibukotanya Tomuan
3. Kecamatan Siantar Utara dengan Ibukotanya Sukadame
Dengan melihat perkembangan kota Pematangsiantar yang cukup pesat,
Pemerintah Pusat pun kembali memperluas daerah kota Pematangsiantar dengan
menambah sembilan desa dari wilayah administratif Kabupaten Simalungun yaitu
Desa Nagahuta, Desa Siopat Suhu, Desa Martoba, Desa Bah Kapul, Desa Pematang
Marihat, Desa Sukaraja, Desa Baringin Pansur Nauli, Desa Simarimbun, Desa
Tambun Nabolon. Untuk memperkuat hal tersebut dikelurakanlah Peraturan
Pemerintah No.15 Tahun 198612
1. Kecamatan Siantar Martoba, yang terdiri dari :
, yang membagi kota Pematangsiantar menjadi enam
wilayah kecamatan :
a.Desa Bah Kapul.
b.Desa Martoba.
c.Desa Tambun Nabolon.
2. Kecamatan Siantar Marihat, yang terdiri dari :
a.Kelurahan Suka Maju.
b.Kelurahan Perdamean :
1. Desa Nagahuta.
2. Desa Baringin Pansur Nauli.
3. Desa Pematang Marihat.
4. Desa Simarimbun.
12
3. Kecamatan Siantar Utara, yang terdiri dari :
a. Kelurahan Bane.
b. Kelurahan Sigulangulang.
c. Kelurahan Kahean.
d. Kelurahan Sukadame.
e. Kelurahan Baru.
f. Kelurahan Melayu.
g. Kelurahan Martoba.
4. Kecamatan Siantar Timur, yang terdiri dari :
a. Kelurahan Asuhan.
b. Kelurahan Tomuan.
c. Kelurahan Kebon Sayur.
d. Kelurahan Pahlawan.
e. Kelurahan Pardomuan.
f. Kelurahan Merdeka.
g. Kelurahan Siopat Suhu.
5. Kecamatan Siantar Selatan, yang terdiri dari :
a. Kelurahan Aek Nauli.
b. Kelurahan Martimbang.
c. Kelurahan Kristen.
d. Kelurahan Toba.
e. Kelurahan Karo.
6. Kecamatan Siantar Barat, yang terdiri dari :
a. Kelurahan Bantan.
b. Kelurahan Banjar.
c. Kelurahan Proklamasi.
d. Kelurahan Dwikora.
e. Kelurahan Teladan.
f. Kelurahan Sipinggol-pinggol.
f.Kelurahan Simarito.
g. Kelurahan Timbang Galung.
Dengan ibukota kecamatan sebagai berikut :
1. Kecamatan Siantar Martoba berkedudukan di Kelurahan Martoba.
2. Kecamatan Siantar Marihat berkedudukan di Kelurahan Marihat.
3. Kecamatan Siantar Utara berkedudukan di Kelurahan Sukadame.
4. Kecamatan Siantar Timur berkedudukan di Kelurahan Tomuan.
5. Kecamatan Siantar Selatan berkedudukan di Kelurahan Kristen, dan
6. Kecamatan Siantar Barat berkedudukan di Kelurahan Timbang Galung.
Dengan pembagian wilayah ini Kotamadya Pematangsiantar memiliki luas
yang pada sebelumnya 1.248 Ha menjadi 7.997 Ha dengan batas wilayah
administratif sebagai berikut :
- Sebelah Utara dibatasi oleh sungai Bahapal dan Desa Sinaksak.
- Sebelah Selatan dibatasi oleh desa-desa Marihat Baris, Silampuyang dan
- Sebelah Timur dibatasi oleh Desa-desa Karangsari, Rambung Merah,
dan Bah Sampuran.
- Sebelah Barat dibatasi oleh Desa-desa Talun Kondot, Negeri Bosar,
Sumpang Panel, dan Siborna.
2.2 Keadaan Penduduk
Kotamadya Pematangsiantar sebagai kota kedua terbesar di Sumatera Utara
setelah Medan, mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sebagai kota yang
memenuhi kebutuhan bagi kawasan Hiterlandnya Pematangsiantar mengalami
pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini dipicu masuknya urbanisasi
penduduk dari wilayah-wilayah kabupaten Simalungun. Selain itu faktor perluasan
wilayah dan peningkatan fasilitas publik menjadi salah satu faktor bertambahnya
penduduk Kota berhawa sejuk ini.
Tabe . I . Komposisi Penduduk Siantar
No TAHUN JUMLAH PENDUDUK Luas Wilayah
01 1960 114.900 1.248
02 1970 129.200 1.248
03 1980 219.316 1.248
04 1990 227.234 7.997
05 2000 240.787 7.997
06 2006 247.837 7.997
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bertambahnya penduduk
Pematangsiantar. Dimana pada tahun 1960 dengan luas wilayah 1.248 Km² jumlah
penduduk yaitu 114.900 jiwa, mengalami peningatan hampir 50% di tahun 2006 yang
mencapai 247.837 jiwa dengan luas wilayah 7.997 Km². Meningkatnya pertumbuhan
penduduk ini jugalah yang melatarbelakangi pemerintah pusat memperluas wilayah
administratif Pematangsiantar di tahun 1986 dari 1.248 Km² menjadi 7.997 Km².
Sebagai kota yang mengalami pertumbuhan menjadikan kota itu beralih
fungsi sebagai pusat pendidikan, industri, pemerintahan, pelayan jasa dan distribusi
serta pengembangan wilayah. Dengan mengalami pertumbuhan setiap tahunnya,
peran transportasi tentunya mengambil posisi yang cukup penting bagi kemajuan kota
ini. Becak sebagai salah satu moda transportasi yang terdapat di kota ini dan mulai
muncul pada tahun 1960 secara tidak langsung juga memberikan peran yang cukup
tinggi bagi perkembangan Kota yang berhawa sejuk ini. Seiring perjalanan waktu
becak di Kota Pematangsiantar tidak hanya menjadi alat transportasi namun juga
BAB III
Sejarah Masuknya Becak Siantar
3.1 Latar Belakang Munculnya Becak di Kota PematangsiantarKehadiran becak di Kotamadya Pematangsiantar tidak terlepas dari kondisi
alam,kondisi minimnya transportasi, peningkatan penduduk dan perluasan wilayah
kota Siantar. Semua ini merupakan beberapa faktor yang mendukung lahirnya becak.
Namun dari semua faktor itu yang tak kalah penting adalah ide dari beberapa
masyarakat Siantar yang ingin mengatasi keterbatasan sektor transportasi dengan
meciptakan sesuatu yang dapat mengatasi permasalahan tersebut.
Dalam buku Pengantar Ilmu Antropologi Koentjaraningrat mengatakan:
Dalam setiap masyarakat tentu ada individu-individu yang sadar akan
kekurangan dari budaya mereka. Diantara individu-individu itu banyak
yang menerima kekurangan itu sebagai hal yang harus mereka terima (...),
namun ada juga individu-individu yang aktif, yang berusaha untuk mengisi
atau memperbaiki kekurangan yang mereka sadari itu.13
Seperti apa yang digambarkan Koentjaraningrat tersebut kemunculan becak di Kota
Pematangsiantar bisa dibilang merupakan ide beberapa masyarakat siantar yang aktif
untuk mengatasi masalah kekurangan sarana transportasi. Memanfaatkan
motor-motor BSA bekas peninggalan bangsa Eropa dengan segala keterbatasan yang ada
para pioner ini mencoba menciptakan sebuah becak motor yang nantinya di akui,
diterima dan digunakan oleh masyarakat Siantar. Kemunculan becak ini pada
akhirnya akan membawa warna dan perubahan dalam masyrakat Siantar. Selain itu
13
masalah minimnya lapangan pekerjaan pada awal-awal perkembangan kota Siantar
menjadi salah satu faktor bertambahnya jumlah becak di kota ini. Tergolong
pekerjaan informal menjadi tukang becak menjadi pilihan sebagian masyarakat
Pematangsiantar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3.1.1. Kondisi Transportasi kota Pematangsiantar pada 1957 sampai 1960
Sebagai kota yang baru menjadi kotamadya pada tahun 1957 Kota
Pematangsiantar memang masih jauh dari gambaran kota moderen. Sebagai kota yang
baru berbenah dari dari perubahan status kota dari Gemente menjadi Kotamadya
Pematangsiantar lebih memfokuskan diri pada pembenahan birokrasi pemerintahan.
Masalah-masalah pelayanan publik pada tahun-tahun masih jauh dari apa yang
diharapkan begitu juga dalam hal transportasi. Pada masa ini terdapat beberapa alat
transportasi yang ada di kota ini antara lain Bus Gok (gabungan oplet kota) Siantar
bus dan Sado. Dimana bus Gok dan Siantar Bus menjadi alat transportasi yang
menghubungkan daerah Siantar dengan daerah-daerah pinggiran maupun
kedaerah-daerah kabupaten Simalungun. Sedangkan Sado lebih melayani mobilitas penduduk
di dalam kota Pematangsiantar. Namun dari segi jumlah dan rute yang dilalui dari
alat-alat transportasi tersebut masih terbilang minim. Sedangkan untuk kendaraan
pribadi kebanyakan masyarakat kota Pematangsiantar menggunakan sepeda.
Selain dari moda transportasi yang minim sarana jalan yang ada masih
sedikit yang beraspal hitam dan kebanyakan masih berbatu dan bertanah. Jalan-jalan
yang beraspal hanya berada di daerah kawasan pusat kota saja. Dengan kondisi
jalan-jalan yang ada berbukit dan naik turun serta berbatu. Hal ini menjadikan
transportasi Kota Pematangsiantar hanya bertumpu pada Sado. Sebagai transportasi
tradisional Sado yang hanya mengandalkan kuda sebagai penggeraknya dan
merupakan alat transportasi yang khusus melayani dalam kota terkadang tidak
mampu menjangkau jalan-jalan yang menanjak dan daerah-daerah pinggiran kota.
Hal ini tentunya menjadi penghambat bagi arus mobilitas penduduk Siantar pada saat
itu.
Namun pada tahun 1960 di kota Pematangsiantar mulai beroperasi alat
transportasi baru yaitu becak mesin. Becak-becak ini beroperasi didalam wilayah kota
Pematangsiantar. Kehadiran becak-becak ini merupakan gagasan dari seorang mantan
pejuang yaitu Pahala Siahan. Becak-becak ini menggunakan motor BSA buatan
Inggris yang berkapasitas mesin besar yaitu 350-500 cc. Dengan kapasitas mesin
yang besar ternyata alat transportasi ini mampu mengatasi jalan-jalan di Siantar yang
bertopografi naik-turun serta belum beraspal dan berbatu. Mampu melalui jalan-jalan
yang belum beraspal dan naik turun dan dengan kecepatan 40–80 km/jam sehingga
dapat mempercepat waktu tempu, becak-becak ini selanjutnya menjadi primadona
moda transportasi masyarakat Siantar. Dimana pada tahun 1960 selain Bus Gok,
Siantar Bus dan Sado, becak pun mulai mewarnai jalan-jalan di Kota
3.1.2. Brimingham Small Arms
Brimingham Small Arms (BSA) Company adalah perusahaan manufaktur
yang memproduksi peralatan perang di Inggris tepatnya di kota Brimingham.
Perusahaan ini berdiri tahun 1863.14
Namun seiring pengembangan usaha pabrik manufaktur ini mulai
memproduksi sepeda motor. Pada tahun 1903 BSA mulai memproduksi sepeda
motor. pada masa perang dunia I dan II BSA sebagai perusahaan manufaktur
peralatan perang banyak mengikat kontrak untuk mensuplai peralatan perang untuk
negara-negara sekutu seperti Tentara Inggris, Belanda, Denmark, Perancis dan
Australia. Untuk sepeda motor yang banyak digunakan angkatan perang adalah model
M20 500 cc produksi Tahun 1939-1941. Motor-motor ini digunakan militer sebagai
kendaraan operasional. Motor Jenis inilah yang pada akhirnya dijadikan pilihan Pada awal berdirinya pabrik ini hanya
memproduksi senjata seperti senapan dan pistol. Namun seiring waktu pabrik ini
tidak hanya memproduksi senjata tetapi juga alat-alat transportasi yang dapat
menunjang operasional prajurit di medan perang seperti sepeda dan sepeda motor.
Sebagai perusahaan yang bergerak di industri alat perang BSA menjadi perusahaan
yang mensuplai alat-alat perang terutama untuk angkatan perang Inggris Raya. Pada
tahun 1881 BSA mulai masuk ke bidang alat transportasi. Pada awalnya pabrik BSA
hanya memproduksi sepeda. Sepeda ini banyak digunakan tentara inggris sebagai
kendaraan operasional terutama model sepeda lipat. Bukan hanya untuk transportasi
militer sepeda juga diproduksi kalangan sipil.
14
Pahala dan kawan-kawan sebagai motor penarik becak dikarenakan kapasitas
mesinya yang besar. Hal ini dikarenakan dengan tenaga yang cukup besar motor ini
mampu melalui jalan-jalan Siantar yang kebanyakan memiliki topografi naik-turun.
Kapan masuknya motor-motor BSA ke Indonesia tidak dapat diketahui
dengan pasti. Namun dengan melihat tipe yang digunakan para tukang becak yaitu
tipe M20, yang merupakan kendaraan operasional militer. Juga berdasarkan informasi
yang didapat penulis dilapangan memberitahukan motor-motor ini merupakan
peninggalan tentara Belanda yang ketika melakukan Agresi militer I & II. Selain itu
photo dokumentasi dari website KILTV menunjukan adanya pasukan Belanda yang
berboncengan menggunakan sepeda motor ketika melakukan aksi polisinil I ( agresi
militer Belanda I ) di kota Porsea dengan keterangan waktu bulan 7 tahun 1947.
Dengan mengacu informasi dan adanya dokumentasi tersebut tentunya bisa kita
jadikan gambaran kapan masuknya motor BSA khususnya tipe M20 ke Indonesia
bersamaan Belanda melakukan Agresi Militer I dan II tahun 1947-1949.
Pada awalnya tidak hanya BSA saja yang digunakan tetapi motor-motor
produksi Eropa yang berkapasitas besar lainnya juga digunakan seperti Ariel, Triump,
AJS, Northon, BMW dan Harley Davidson juga digunakan. Motor-motor ini masuk
ketika perkebunan-perkebunan partikelir berkembang di wilayah Hindia Belanda
khususnya daerah Sumatera timur yang menjadi daerah ekspansi onderneming.
Motor-motor ini merupakan milik para pengusaha ataupun para staf perkebunan. Dan
ketika terjadi revolusi kemerdekaan motor-motor ini berali ke tangan masyrakat
Tidak hanya motor BSA tipe M20 saja yang digunakan sebagai motor
penggerak dari becak di Siantar. Namun juga jenis lainnya sperti ZB (Gold Star)
buatan tahun 1948 dengan kapasitas mesin 350 cc. Juga ada model WM produksi
tahun 1948 berternaga 500 cc. Banyaknya masuk motor BSA ke Pematangsiantar
tidak terlepas dari banyaknya masyrakat yang berburu motor ini ke dearah-daerah
Sumatera dan Jawa. Usaha pencarian ini dimulai dari tahun 1970 sampai awal-awal
dekade 1990-an. Menurut kartiman alasan pemilihan motor BSA sebagai penarik
becak dikarenakan BSA lebih hemat dibandingkan jenis-jenis motor Eropa lainnya.
Selain itu kemudahan dalam hal meniru bagian-bagian mesin dan jumlah yang lebih
banyak menjadi faktor alasan masyarakat memilih motor BSA.
3.1.3. BSA “Becak Siantar Asli”
Kemunculan becak di Kota Pematangsiantar dimulai pada tahun 1956.
Dimana seorang mantan pejuang kemerdekaan yang bernama Pahala Siahaan
mencoba membuat alat transportasi alternatif dengan meniru becak mesin di kota
Medan. Keinginan Pahala ini berawal dari keprihatinan beliau melihat satu keluarga
tukang sado yang mana anak dan istri tukang sado tersebut lebih sibuk mengurusi
kuda daripada mengurusi keluarga ataupun bersekolah. Dengan pengalaman melihat
becak mesin Medan pahala 15
15 Pahala mulai narik becak dari tahu 1956 – 1970, kemudian beliau berali profesi sebagai supir taxi rute medan-siantar dan meninggal di tahun 1986.
mulai membangun becak dengan sepeda motor bromfit
persis becak di Kota Medan. Setelah jadi becak ini pun diberi nama Gabema yang
dalam bahasa batak berarti jadilah.16
Kemudian becak ini pun mulai di bawa pahala keliling kota untuk mencari
sewa. Kebanyakan yang pertama menjadi penumpang adalah masyarakat Tionghoa
karena tertarik dengan alat transportasi baru ini. Para penumpang pada awalnya hanya
ingin keliling kota untuk mencoba becak ini.17 Karena sering berkeliling kota dan menjadi pusat perhatian banyak masyarakat Siantar lainnya mengikuti Pahala
membuat becak terutama dari kalangan veteran. Becak-becak ini pun kian hari kian
betambah dengan menggunakan sepeda motor yang bercc rendah yang sering disebut
bromfit (sepeda kumbang), seperti Gobel, DKW dan KK yang berkapasitas mesin 50
cc.18
Pada perkembangan selanjutnya becak mesin ini tidak hanya mengangkut
penumpang untuk berkeliling-keliling kota saja. Namun juga sudah berubah menjadi
alat transportasi umum yang melayani masyarakat Siantar. Dikarenakan topografi Melihat kian maraknya becak-becak mesin di kota Siantar melahirkan
kekawatiran bagi tukang-tukang sado. Mereka tidak terima dengan adanya saingan.
Pahala sebagai pelopor becak ini pun sempat mengalami tekanan dari para tukang
sado. Menurut Ibu Mince, Pahala sempat dipanggil walikota pada saat itu untuk
menjelaskan alasan dia membuat becak dihadapan tukang sado. Dengan adanya
mediasi dari walikota pada saat itu dan penjelasan Pahala yang hanya ingin
membantu tukang sado gesekan ini pun akhirnya mereda.
16 Wawancara dengan
Melince Boru Tambunan merupakan istri Alm Pahala Siahaan, pada 29 Oktober 2012 ,di Pematangsiantar.
17
Wawancara dengan Melince Boru Tambuan. 18 Wawancara dengan
kota Pematangsiantar yang berbukit-bukit rendah sehingga terdapat banyak jalan
yang naik turun. Terkadang hal ini membuat becak tidak mampu melaluinya. Para
penumpang terpaksa turun dan membantu mendorong becak untuk melalui
tanjakan-tanjakan yang ada. Hal ini memicu Pahala dan tukang becak lain yang kebanyakan
para veteran perang untuk berpikir mengganti motor penggerak yang lebih besar
kapasitas mesinnya. Dicobalah motor-motor dengan kapasitas mesin 125-250 cc
seperti Dukati dan Panter namun motor-motor ini juga tidak mampu dan usaha ini
kandas.
Sekitar tahun 1958 mereka mulai mencari motor-motor yang berkapsitas
jauh lebih besar lagi sperti Triump, Ariel, Northon, AJS, maupun BSA yang
berkapasitas mesin 350-500 cc. Motor-motor ini mayoritas didapat dari daerah-daerah
perkebunan yang mengelilingi kota Pematangsiantar. Kebanyakan motor-motor ini
merupakan peninggalan administratur-administratur perkebunan yang berbangsa
Eropa dan ketika terjadi revolusi kemerdekaan mereka kembali ke negaranya dan
memberikan motor-motor ini kepada warga pribumi yang merupakan bawahannya.
Dengan didapatnya motor-motor Eropa ini becak yang sebelumnya menggunakan
motor berkapasitas 50 cc berubah menggunakan motor-motor dengan kapasitas mesin
yang jauh lebih besar. Bila di masa waktu menggunakan motor yang berkapasitas
mesin rendah becak tidak mampu melalui jalan yang menanjak namun dengan
Namun dari tahun 1958 -1959 selama digunakan motor-motor Eropa sperti
Triump, Norton, Ariel dan AJS banyak mengalami kendala terutama dari segi
perawatan dan penggunakan bensin yang boros. Selanjutnya motor-motor Eropa ini
perlahan demi perlahan di tinggalkan dan para penarik becak hanya menggunkan
motor BSA 500 cc sebagai penariknya. Dimana pada tahun 1960 mayoritas penarik
becak kebanyakan menggunakan motor BSA 500 cc. Diperkirakan pada saat itu ada
sekitar 30 unit Becak yang beroperasi di kota Siantar. Seiringnya kehadiran becak di
Pematangsiantar terbentuk jugalah organisasi tukang becak yang bernama PBMS
(Persatuan Bejtak Motor Siantar) pada tanggal 11 Mei 1960. Dengan ketua Samsudin
Koto dan Sekretaris Sugimin Prayono. Sesuai dengan isi Anggaran Dasar pasal 3 a
organisasi ini bertujuan melaksanakan amanat penderitaan rakyat dalam mencapai
masyarakat yang adil dan makmur, terutama dalam angkutan becak motor.19
Mulai tahun 1960 becak dengan motor BSA akrab mewarnai jalan-jalan
kota Pematangsiantar. Karena kemampuan dan kecepatannya yang lebih baik dari
transportasi lain terutama sado. Becak inipun menjadi primadona angkutan dalam
kota. Menurut Rohim pada awalnya becak-becak biasa mangkal di daerah Pajak
Horas dan Deli Studio yang berada di pusat kota sekaligus pusat ekonomi dan
hiburan di kota Pematangsiantar. Becak-becak ini mulai beroperasi dari pagi hari Untuk
mencapai tujuan tersebut menurut pandangan organisasi ini harus dilakukanlah usaha
mempelancar pengankutan becak motor dengan biaya-biaya yang
serendah-rendahnya agar tercipta pemerataan.
19
bahkan bisa sampai larut malam apabila ada Midnight Show di Bioskop Deli. Nilai
lebih becak pun kian bertambah karena mampu beroperasi hingga larut malam
dibandingkan angkutan kota lain seperti mopen dan sado yang hanya beroperasi
sampai sore hari saja. Mengoperasikan becak pada masa awal-awal ini bukan tanpa
ganjalan. Minimnya sukucadang memaksa tukang becak untuk kreatif untuk
mengakalinya. Contohnya ban becak yang bocor dan koyak karena tidak adanya ban
khusus becak yang dijual memaksa para tukang becak menjait ban tersebut untuk
menutupi kerusakan yang ada. Dan untuk mesin yang rusak biasanya para pemilik
becak melakukan kanibal dengan cara mengambil bagian-bagian sukucadang yang
perlu dari motor-motor Eropa yang sejenis.
Sekitar tahun 1965 menurut kartiman sudah ada sekitar 50 unit becak yang
beroperasi di Kota Pematangsiantar. Pada tahun-tahun selanjutnya pertumbuhan
becak kian hari kian meningkat. Pada tahun 1960-1965 motor-motor BSA yang
dijadikan becak kebanyakan didapat dari daerah Sumatera utara terutama di
daerah-daerah perkubunan. Motor-motor ini merupakan peninggalan para administratur
perkebunan partikelir yang kembali ke tanah airnya ketika Revolusi Kemerdekaan
terjadi. Namun pada tahun ini juga ada sekitar 20 unit motor BSA yang didatangkan
dari wilayah Singapura. Uniknya motor-motor ini didapat dengan cara dibarter
dengan 2 truk sayur kol oleh pengusaha Tionghoa Siantar yang bernama Tiongseng.
Dengan memanfaatkan anaknya yang bernama Asu dan bermukim di Singapura
beliau memasukan motor-motor BSA tipe M20 dengan mesin berselindir 500 cc.
becak. Setelah menjadi becak kemudian becak ini dijual kepada masyrakat yang
tertarik dengan harga Rp 30.000.
Kian berjalannya waktu jumlah becak di Pematangsiantar kian bertambah.
Hal ini dikarenakan menarik becak merupakan lapangan pekerjaan yang baru dan
menjanjikan. Terutama dari kalangan veteran perang dengan keluarnya Peraturan
Pemerintah no.6 Tahun 1954 Tentang Penampungan Bekas Anggota Angkatan
Perang Dan Pemulihan Mereka Kedalam Masyarakat20 mengarahkan para veteran perang untuk mandiri. Dengan kemampuan mengendarai sepedamotor dan memiliki
sepeda motor bekas peninggalan Belanda, sebagian veteran ini memilih menarik
becak sebagai lapangan pekerjaan setelah tidak terikat lagi dengan dinas militer.
Banyaknya para veteran yang menarik becak maka berdirilah organisasi penarik
becak yang bernama KARBEVSI (Karyawan Becak Mesin Legiun Veteran Siantar)
sekitar awal tahun 1970-an. Menurut Informasi dari informan diperkirakan jumlah
becak yang beroperasi di Siantar mencapai lebih kurang 100 Tahun 1970. Seiring
bertambahnya jumlah becak yang beroperasi membawa dampak bermunculan
bengkel-bengkel becak. Salah satu bengkel becak yang cukup terkenal pada saat itu
adalah Bengkel Gema Karya milik Rohim yang mulai beroperasi dari tahun 196021
20
www.djpp.depkumham.go.id, Lembaran Negara Peraturan Pemerintah No.6 Tentang Penampungan Bekas Anggota Angkatan Perang Dan Pemulihan Mereka Kedalam Masyarakat, diakses 11 November 2012.
21
Wawancara dengan Rohim.
.
Pada awalnya rohim membuka bengkel sekitar tahun 1958 namun bengkel ini belum
melayani becak masih bengkel sepeda motor biasa. Namun pada tahun 1960-1965
bengkelnya pada perbaikan becak. Tidak hanya memperbaiki becak. Bengkel ini juga
mulai membuat sukucadang becak yang tidak ada lagi diproduksi. Biasanya Rohim
memanfaatkan sukucadang kendaraan lain yang dianggap cocok untuk dimodifikasi
dan dibentuk kembali sesuai sukucadang motor BSA yang diperlukan. Teknik ini
dilakukan dengan cara membubut komponen yang ada sehingga sama persis dengan
bentuk dan ukuran bagian sukucadang motor BSA yang asli. Hal inilah yang
menyebabkan becak di Siantar dapat tetap beroperasi walupun suku cadangnya susah
untuk dicari. Bahkan ketika pada tahun 1973 Pabrik BSA sudah tidak beroperasi lagi
yang secara otomatis membuat tidak beredarnya lagi sukucadang motor BSA. Namun
di kota ini motor-motor BSA masih tetap berjalan dan mewarnai setiap
persimpangan-persimpangan jalan yang ada walaupun sudah berubah menjadi becak.
Tidak hanya mengalami pertambahan unit di tahun 1970 bentuk bak
penumpang juga mulai berubah22
22
Wawancara dengan Rohim
. Semula kabin penumpang memiliki model bak
sampan (bak pikul) yang terbuat dari kayu dan beratap lipat. Dengan alasan
moderenisasi bak ini kemudian dirubah dengan menambahkan per (pegas) antara
sispan (chasis) dan bak penumpang. Selain itu jarak sispan juga diperhitungkan
sekitar 25 cm dari permukaan tanah. Ukuran ini diperkirakan mampu membuat becak
tetap stabil. Untuk bak penumpang juga mengalami perombakan secara total. Pada
bak penumpang ini ditambahkan kaca pada bagian depannya dengan model 3 jendela.
Selain itu untuk atap dirubah menjadi atap permanen. Untuk bagian body dari bak
diberikan busa agar penumpang lebih nyaman ketika duduk. Bak ini di beri nama
Mersi yang merupakan singakatan mereng sedikit.23
Mulai tahun 1965-1970 jumlah becak mulai bertambah. Hal ini
dikarenakan banyaknya masyarakat Siantar yang mencari motor-motor BSA ke
daerah-daerah perkebunan sekitar Siantar-Simalungun, Medan, Langkat. Setelah
tidak lagi menjumpai di sekitar wilayah Sumatera Utara. Para pemburu motor BSA
ini memperluas wilayah pencarian keseluruh wilayah Sumatera dari Aceh, Sumatera
Tengah ( Sumatera Barat ) sampai Lampung.
Hal ini dikarenakan ketika
memasang atap yang terbuat dari terpal tukang becak mengalami kesulitan karena
tidak sinkronnya antara rangka atap dengan terpalnya. Model bak Mersi ini
digunakan hingga sekarang.
24
23 Wawancara dengan
Kartiman, pada 1 November 2012, di Pematangsiantar. 24
Wawancara dengan Kartiman
Pada masa ini juga Sado mulai
berkurang jumlah dikarenakan banyaknya tukang sado yang beralih profesi menjadi
penarik becak. Alasan beralihnya tukang sado ini dikarenakan biaya merawat kuda
yang cukup besar dibandingkan biaya merawat becak. Juga karena kebanyakan
masyarakat lebih memilih becak sebagai alat transportasi karena lebih efesien dalam
hal waktu.
Mulai tahun 1980 sampai 1990-an motor-motor BSA mulai didatangkan dari
pulau Jawa. Mulai dari kota-kota di ibu kota Jakarta sampai Surabaya menjadi
wilayah pencarian motor BSA. Dengan masuknya motor-motor BSA dari Jawa
Pada tahun 1996 Becak Siantar tercatat 720 unit. Namun dalam hal ini kita
bisa jauh berasumsi, bisa saja jumlah becak yang beroperasi pada masa ini lebih dari
1.000 unit. Hal ini dikarenakan kebanyakan becak-becak yang ada tidak bersurat
resmi alias bodong. Asumsi perkiraan jumlah ini juga diperkuat dengan
pernyataan-pernyataan dari para informan penulis yang menceritakan sudah menjadi hal yang
biasa pada saat itu dalam 1 Surat Tanda Kendaraan Bermotor yang dikeluarkan
pemerintah menjadi surat untuk tiga sampai lima becak.
Peningkatan jumlah becak yang cukup pesat di Kota Pematangsiantar
menjadikan Kota ini cukup terkenal dengan moda transportasinya yang unik. Dengan
banyaknya becak yang menggunakan motor-motor BSA yang cukup tua menjadikan
kota ini terkenal sebagai kotanya becak motor BSA. Seiring perjalan waktu kata BSA
pun mengalami pergeseran arti. Kebanyakan orang akan lebih mengetahui BSA
merupakan singkatan “Becak Siantar Asli” dari pada Brimingham Small Arms yang
merupakan perusahaan manufaktur di Inggris. Hal ini merupakan salah satu gambaran
bagaimana becak sebagai alat transportasi ternyata tanpa disadari telah menjadi icon
kota ini.
3.2 Perkembangan Becak Siantar
Dalam perjalannya keberadaan becak di Pematangsiantar juga mengalami
peningkatan jumlah. Ditahun 1960 jumlah becak yang beroperasi lebih kurang 30
Unit namun seiring bertambahnya waktu mengalami pertumbuhan yang cukup drastis
Pertumbuhan jumlah becak ini sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan perluasan
wilayah kota Siantar itu sendiri. Sebagai kendaraan dalam kota becak menjadi anak
kandung dalam perkembangan kota Siantar. Becak seakan tidak terlepas dari
pergerakan masyarakat Siantar. Sehinga pada saat ini kita terbiasa melihat pada subuh
hari hingga pagi hari becak banyak beraktifitas melayani kebutuhan masyarakat yang
akan berbelanja di pasar-pasar tradisional seperti Pajak Horas, Pajak Dwikora (
Parluasan) yang merupakan pasar terbesar di kota ini. Di jam-jam sekolah kita juga
banyak melihat becak yang hilir mudik mengantar anak-anak sekolah. Siang hari
becak juga lalu lalang untuk memberikan pelayanan transportasi bagi masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan mereka di Pusat kota Siantar. Dan pada malam hari
becak akan tetap setia menunggu penumpang untuk mengantar pulang masyarakat
yang baru selesai bekerja. Banyaknya becak yang beroperasi di kota ini menjadi kan
kota ini tekenal akan becak nya. Terutama dikarenakan motor penariknya yang unik.
Terkadang beberapa wisatawan asing akan terlihat sebagai penumpang becak.
Keberadaan wisatawan asing di kota ini tidak terlepas dari posisi kota Siantar sebagai
kota transit menuju Obyek Wisata Parapat (Danau Toba).
Banyaknya becak beroperasi dikota ini melahirkan anekdot yang
berkembang dimasyarakat dimana BSA yang merupakan singkatan Birmingham
Small Arms menjadi Becak Siantar Asli. Hal ini menunjukan ibarat mata koin yang
tidak dapat terlepas kedua sisinya begitu juga Kota Siantar dengan becaknya yang
saling mengikat antara keduanya.
3.2.1. Peningkatan Jumlah Unit
Peningkatan keberadaan becak di Kota Siantar dikarenakan tingginya
permintaan akan moda transportasi ini. Hal ini memicu banyak masyarakat Siantar
berburu motor BSA ke wilayah Sumatera dan Jawa. Dengan masuknya motor-motor
bekas ini kian menambah populasi becak.
Pada tahun 1960-1970 banyak masyarakat Siantar yang mulai mencari
becak ke luar kota Pematangsiantar. Kota-kota yang menjadi tempat pencarian adalah
Medan, Binjai, Tebing Tinggi, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Asahan. Banyak
nya motor-motor BSA yang di temukan di Sekitar Sumatera Utara di karenakan
daerah ini yang merupakan wilayah perkebunan banyak terdapat motor-motor tua
yang sudah tak terpakai lagi. Untuk dapat beroperasi sebagai becak motor-motor ini
harus diperbaiki dahulu dan dibuat sispan dan bak penumpangnya. Selain itu untuk
mendapat menjadi alat transporatsi umum resmi becak harus memiliki izin trayek
Dari Dinas DLLAJ, Surat izin Dinas Perdagangan juga surat izin dari Dinas
Perindustrian setelah lengkap baru mengurus ke Polda Sumut untuk mendapatkan
Plat nomor Polisi yang resmi.25
Pada tahun-tahun ini juga tidak hanya beroperasi di Siantar. Becak Siantar
juga mulai menyebar ke daerah-daerah lain di Sumatera Utara. Seperti Kota
Perdagangan, Galang, Tarutung, Sibolga, Rantau Perapat sampai Padangsidempuan.
Orang-orang di kota-kota ini lebih mengenal dengan nama Betor (becak motor) Diperkirakan jumlah becak pada saat ini telah
mencapai 500 unit.
25
Siantar. Di Kota Padangsidempuan Becak Siantar mulai terlihat pada tahun 1976.26
Sudah tidak terpakai lagi menjadikan harga motor-motor BSA di Pulau Jawa
sangat murah. Hal inilah yang membuat banyak masyarakat Siantar yang berburu Sebelum mengenal jenis Becak Vespa ternyata orang Sidempuan telah mengenal
terlebih dahulu Becak Siantar. Namun akibat dengan tidak adanya bengkel yang
khusus melayani becak Siantar di Kota Padang Sidempuan membuat becak Siantar
hanya mampu bertahan hingga tahun 1978.
Mulai tahun 1980-1990 an populasi becak di Kota siantar kian bertambah.
Hal ini dikarenakan masuknya motor-motor BSA dari pulau Jawa. Masyarakat siantar
banyak yang mencari motor-motor ini ke wilayah pulau Jawa mulai dari Jakarta, Jawa
Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Bali. Namun pada saat ini
kebanyakan motor-motor BSA sudah tidak berfungsi lagi dan menjadi barang
rongsokan. Dengan rata-rata diperoduksi di tahun 1941-1956 menjadikan usia
motor-motor ini tergolong tua. Selain itu dengan tutupnya pabrik BSA secara permanen
pada tahun 1973 sudah pasti hal ini menjadikan tidak terdapanya lagi sukucadang
motor BSA. Berumur tua dan tidak terdapatnya sukucadang menjadikan
motor-motor BSA di pulau Jawa menjadi Barang rongsokan. Menjadi barang rongsokan di
pulau Jawa tidak demikian di Kota Siantar. Dengan adanya bengkel-bengkel bubut
khusus motor BSA menjadikan motor BSA tetap bisa dimanfaatkan sebagai becak di
kota ini.
26 Akhir Matua Harahap,
motor BSA ke Jawa. Seperti Kartiman, Suyadi, Tukino. Biasanya kondisi ketika
ditemukan motor-motor BSA ini sudah tidak jalan lagi terletak begitu saja di pojok
rumah, gudang, bahkan tidak jarang ditemukan di dekat kadang ayam atau
kambing.27
Kota-kota yang menjadi tujuan dalam mencari motor BSA antara lain
Jakarta, Bandung, Powokerto, Kebumen, Solo, Yogyakarta, Kediri dan Surabaya.
Setelah didapat motor-motor ini dibawa dengan cara di bongkar secara terpisah hal
ini untuk memudahkah proses membawanya juga untuk menekan biaya angkut. Harga motor BSA ini sekitar Rp 10.000,- sampai Rp 75.000,- apabila
kondisi motor tersebut masih hidup. Ketika sampai di Siantar motor-motor ini dijual
dengan harga 150.000,- . Suyadi mengatakan ketika beliau berburu motor BSA di
daerah Solo pada tahun 1985, beliau pernah mendapatkan motor BSA dengan cara di
tukar dengan sepasang kambing, diwaktu yang lain juga pernah menukar dengan Tv
dan Sepeda.
Dimulai pada Tahun 1980 Masyarakat yang berburu motor BSA akan
mencari ke setiap pelosok kota di Pulau Jawa. Terutama ke tempat-tempat pengepul
barang bekas. Dari sinilah informasi keberadaan motor BSA kian berkembang untuk
mendapatkan motor BSA di Jawa, orang-orang Siantar memanfaatkan jasa seorang
informan dengan imbalan 10 - 20 % dari harga transaksi. Dari para informan inilah
banyak didapat informasi keberadaan motor BSA. Kepastian sudah adanya motor
BSA yang siap dijual didapat dengan datangnya telegram dari Informan.
27 Wawancara
Namun cara ini juga merupakan taktik untuk mengelabui pemeriksaan dari pihak
yang berwajib karena terkadang motor-motor ini tidak dilengkapi surat-surat resmi.28 Setelah didapat motor BSA akan di bawa melalui jalur darat dan jalur laut. Pada
tahun 1980 motor-motor BSA yang telah didapat kebanyakan dibawa melalui jalur
laut menggunakan KMP Tampomas II namun setelah kapal ini tenggelam pada tahun
198129
Banyaknya becak yang beroperasi di kota Siantar membuat pihak yang
Berwajib melakukan Razia Becak. Salah satu surat kabar yang memberitakan rajia
tersebut adalah Surat Kabar Indonesia Baru (SIB).
masyarakat Siantar memilih membawa motor-motor BSA melalui jalur darat
dengan menggunakan Bus Makmur atau Bus ALS (Antar Lintas Sumatera).
Dengan masuknya motor-motor BSA dari Jawa membawa dampak pada
peningkatan jumlah becak yang beroperasi di kota Siantar. Menurut informasi yang di
dapat penulis dilapangan jumlah becak yang beroperasi pada tahun 1980-an lebih
kurang seribu unit lebih. Namun jumlah secara pastinya juga kurang diketahui. Hal
ini dikarenkan banyaknya becak-becak yang tidak memiliki surat resmi dari pihak
yang terkait. Selain itu menurut keterangan Suyadi menjadi hal yang biasa pada saat
itu 5 becak memiliki 1 surat. Hal ini dilakukan dengan merubah no rangka dan no
mesin dengan cara diketok.
30
28
Wawancara dengan Kartiman
29
Kapal Motor Penumpang Tampomas Tenggelam di perairan Jawa sekitar Pulau Masalembo pada tanggal 27 januari 1981 dalam perjalanan Jakarta-Makasar.
30
Koran SIB tanggal 13 bulan 4 tanpa tahun, (Kliping koran arsip pribadi Kartiman).
Koran ini menceritakan sekitar
STNK. Tidak samanya no mesin dan no rangka dengan STNK dan BPKB dalam
koran ini kapolres Drs. Ahmad Rifai Siregar menjelaskan :
‘’... untuk itu beca mesin siantar harus ditertibkan untuk
pendataan, nyatanya terdapat ketidaksamaan no rangka dan
no mesin di STNK dan BPKB...
...Kesalahan ini bermula dari Samsat karena tidak
menelitinya...”
Melihat pernyataan yang dilontarkan kapolres Simalungun pada saat itu memberikan
gambaran pada kita ternyata memang benar terdapat banyak becak yang tidak
memiliki surat resmi.
Sekitar tahun 1980-an dengan bertambahnya tukang becak membawa
pengaruh timbulnya organisasi-organisasi paguyuban tukang becak. Seperti Cv. Cinta
Maju, Cv. GABEMAS (Gabungan Becak Motor Siantar), CV. BPM ( Badan
Persatuan Becak Mesin). PRIBUMI dan KOSGORO.31
Pada dekade 1980-an ini kita bisa melihat banyak becak yang mangkal di
setiap persimpangan yang ada. Untuk kawasan pusat kota becak-becak banyak
tersebar di simpang-simpang yang berujung di Jalan Sutomo dan Jalan Merdeka
seperti disimpang Jl. Cipto, Jl.Bandung, Jl.Surabaya, Jl.Wahidin, Jl.Diponegoro, Biasanya para tukang becak
akan meletakan nama organisasi yang mewadainya di selembar plat besi dan
digantung dibawah bak penumpang. Organisasi-organisasi ini menjadi media
interaksi sosial sesama penarik becak.
31