• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Jumlah Unit

BAB III SEJARAH MASUKNYA BECAK SIANTAR

3.2 Perkembangan Becak Siantar

3.2.1 Peningkatan Jumlah Unit

Peningkatan keberadaan becak di Kota Siantar dikarenakan tingginya permintaan akan moda transportasi ini. Hal ini memicu banyak masyarakat Siantar berburu motor BSA ke wilayah Sumatera dan Jawa. Dengan masuknya motor-motor bekas ini kian menambah populasi becak.

Pada tahun 1960-1970 banyak masyarakat Siantar yang mulai mencari becak ke luar kota Pematangsiantar. Kota-kota yang menjadi tempat pencarian adalah Medan, Binjai, Tebing Tinggi, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Asahan. Banyak nya motor-motor BSA yang di temukan di Sekitar Sumatera Utara di karenakan daerah ini yang merupakan wilayah perkebunan banyak terdapat motor-motor tua yang sudah tak terpakai lagi. Untuk dapat beroperasi sebagai becak motor-motor ini harus diperbaiki dahulu dan dibuat sispan dan bak penumpangnya. Selain itu untuk mendapat menjadi alat transporatsi umum resmi becak harus memiliki izin trayek Dari Dinas DLLAJ, Surat izin Dinas Perdagangan juga surat izin dari Dinas Perindustrian setelah lengkap baru mengurus ke Polda Sumut untuk mendapatkan Plat nomor Polisi yang resmi.25

Pada tahun-tahun ini juga tidak hanya beroperasi di Siantar. Becak Siantar juga mulai menyebar ke daerah-daerah lain di Sumatera Utara. Seperti Kota Perdagangan, Galang, Tarutung, Sibolga, Rantau Perapat sampai Padangsidempuan. Orang-orang di kota-kota ini lebih mengenal dengan nama Betor (becak motor)

Diperkirakan jumlah becak pada saat ini telah mencapai 500 unit.

25

Siantar. Di Kota Padangsidempuan Becak Siantar mulai terlihat pada tahun 1976.26

Sudah tidak terpakai lagi menjadikan harga motor-motor BSA di Pulau Jawa sangat murah. Hal inilah yang membuat banyak masyarakat Siantar yang berburu Sebelum mengenal jenis Becak Vespa ternyata orang Sidempuan telah mengenal terlebih dahulu Becak Siantar. Namun akibat dengan tidak adanya bengkel yang khusus melayani becak Siantar di Kota Padang Sidempuan membuat becak Siantar hanya mampu bertahan hingga tahun 1978.

Mulai tahun 1980-1990 an populasi becak di Kota siantar kian bertambah. Hal ini dikarenakan masuknya motor-motor BSA dari pulau Jawa. Masyarakat siantar banyak yang mencari motor-motor ini ke wilayah pulau Jawa mulai dari Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Bali. Namun pada saat ini kebanyakan motor-motor BSA sudah tidak berfungsi lagi dan menjadi barang rongsokan. Dengan rata-rata diperoduksi di tahun 1941-1956 menjadikan usia motor-motor ini tergolong tua. Selain itu dengan tutupnya pabrik BSA secara permanen pada tahun 1973 sudah pasti hal ini menjadikan tidak terdapanya lagi sukucadang motor BSA. Berumur tua dan tidak terdapatnya sukucadang menjadikan motor-motor BSA di pulau Jawa menjadi Barang rongsokan. Menjadi barang rongsokan di pulau Jawa tidak demikian di Kota Siantar. Dengan adanya bengkel-bengkel bubut khusus motor BSA menjadikan motor BSA tetap bisa dimanfaatkan sebagai becak di kota ini.

26 Akhir Matua Harahap, Sejarah Becak Vespa Padang Sidempuan : Suatu Inovasi Sosial-Ekonomi Alat Transportasi, http://akhirmh.blogspot.com, di akses 24 November 2012.

motor BSA ke Jawa. Seperti Kartiman, Suyadi, Tukino. Biasanya kondisi ketika ditemukan motor-motor BSA ini sudah tidak jalan lagi terletak begitu saja di pojok rumah, gudang, bahkan tidak jarang ditemukan di dekat kadang ayam atau kambing.27

Kota-kota yang menjadi tujuan dalam mencari motor BSA antara lain Jakarta, Bandung, Powokerto, Kebumen, Solo, Yogyakarta, Kediri dan Surabaya. Setelah didapat motor-motor ini dibawa dengan cara di bongkar secara terpisah hal ini untuk memudahkah proses membawanya juga untuk menekan biaya angkut.

Harga motor BSA ini sekitar Rp 10.000,- sampai Rp 75.000,- apabila kondisi motor tersebut masih hidup. Ketika sampai di Siantar motor-motor ini dijual dengan harga 150.000,- . Suyadi mengatakan ketika beliau berburu motor BSA di daerah Solo pada tahun 1985, beliau pernah mendapatkan motor BSA dengan cara di tukar dengan sepasang kambing, diwaktu yang lain juga pernah menukar dengan Tv dan Sepeda.

Dimulai pada Tahun 1980 Masyarakat yang berburu motor BSA akan mencari ke setiap pelosok kota di Pulau Jawa. Terutama ke tempat-tempat pengepul barang bekas. Dari sinilah informasi keberadaan motor BSA kian berkembang untuk mendapatkan motor BSA di Jawa, orang-orang Siantar memanfaatkan jasa seorang informan dengan imbalan 10 - 20 % dari harga transaksi. Dari para informan inilah banyak didapat informasi keberadaan motor BSA. Kepastian sudah adanya motor BSA yang siap dijual didapat dengan datangnya telegram dari Informan.

27 Wawancara Suryadi, Merupakan penarik Becak dan Berburu Motor BSA ke Jawa, pada 28 Oktober 2012, di Pematangsiantar.

Namun cara ini juga merupakan taktik untuk mengelabui pemeriksaan dari pihak yang berwajib karena terkadang motor-motor ini tidak dilengkapi surat-surat resmi.28 Setelah didapat motor BSA akan di bawa melalui jalur darat dan jalur laut. Pada tahun 1980 motor-motor BSA yang telah didapat kebanyakan dibawa melalui jalur laut menggunakan KMP Tampomas II namun setelah kapal ini tenggelam pada tahun 198129

Banyaknya becak yang beroperasi di kota Siantar membuat pihak yang Berwajib melakukan Razia Becak. Salah satu surat kabar yang memberitakan rajia tersebut adalah Surat Kabar Indonesia Baru (SIB).

masyarakat Siantar memilih membawa motor-motor BSA melalui jalur darat dengan menggunakan Bus Makmur atau Bus ALS (Antar Lintas Sumatera).

Dengan masuknya motor-motor BSA dari Jawa membawa dampak pada peningkatan jumlah becak yang beroperasi di kota Siantar. Menurut informasi yang di dapat penulis dilapangan jumlah becak yang beroperasi pada tahun 1980-an lebih kurang seribu unit lebih. Namun jumlah secara pastinya juga kurang diketahui. Hal ini dikarenkan banyaknya becak-becak yang tidak memiliki surat resmi dari pihak yang terkait. Selain itu menurut keterangan Suyadi menjadi hal yang biasa pada saat itu 5 becak memiliki 1 surat. Hal ini dilakukan dengan merubah no rangka dan no mesin dengan cara diketok.

30

28

Wawancara dengan Kartiman

29

Kapal Motor Penumpang Tampomas Tenggelam di perairan Jawa sekitar Pulau Masalembo pada tanggal 27 januari 1981 dalam perjalanan Jakarta-Makasar.

30

Koran SIB tanggal 13 bulan 4 tanpa tahun, (Kliping koran arsip pribadi Kartiman).

Koran ini menceritakan sekitar 60 becak terjaring rajia akibat tidak sesuai no rangka dan no mesin dengan BPKB dan

STNK. Tidak samanya no mesin dan no rangka dengan STNK dan BPKB dalam koran ini kapolres Drs. Ahmad Rifai Siregar menjelaskan :

‘’... untuk itu beca mesin siantar harus ditertibkan untuk pendataan, nyatanya terdapat ketidaksamaan no rangka dan no mesin di STNK dan BPKB...

...Kesalahan ini bermula dari Samsat karena tidak menelitinya...”

Melihat pernyataan yang dilontarkan kapolres Simalungun pada saat itu memberikan gambaran pada kita ternyata memang benar terdapat banyak becak yang tidak memiliki surat resmi.

Sekitar tahun 1980-an dengan bertambahnya tukang becak membawa pengaruh timbulnya organisasi-organisasi paguyuban tukang becak. Seperti Cv. Cinta Maju, Cv. GABEMAS (Gabungan Becak Motor Siantar), CV. BPM ( Badan Persatuan Becak Mesin). PRIBUMI dan KOSGORO.31

Pada dekade 1980-an ini kita bisa melihat banyak becak yang mangkal di setiap persimpangan yang ada. Untuk kawasan pusat kota becak-becak banyak tersebar di simpang-simpang yang berujung di Jalan Sutomo dan Jalan Merdeka seperti disimpang Jl. Cipto, Jl.Bandung, Jl.Surabaya, Jl.Wahidin, Jl.Diponegoro, Biasanya para tukang becak akan meletakan nama organisasi yang mewadainya di selembar plat besi dan digantung dibawah bak penumpang. Organisasi-organisasi ini menjadi media interaksi sosial sesama penarik becak.

31

Jl.suasio hal ini dikarenakan Jalan Sutomo dan Jalan Merdeka merupakan pusat ekonomi dan pemerintahan di kota Siantar. Becak juga banyak mangkal di sekeliling Pajak Horas dan Pajak Dwikora (pajak Parluasan) yang merupakan dua pajak terbesar di Kota Pematangsiantar. Di fasilitas-fasilitas publik seperti Lapangan Haji Adam Malik ( Lapangan Simarito,Lapangan Merdeka), Taman Bunga, Siantar Hotel, depan Rumahsakit-rumasakit yang ada di Kota ini, stasiun kreta api, terminal Parluasan. maupun setiap simpang-simpang jalan utama di kelurahan-kelurahan tidak terlepas dari keberadaan becak kota ini.

Dengan penyebaran becak yang hampir merata di wiliyah Kota Pematangsiantar, tentunya hal ini sangat berperan dalam membantu pergerakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Pada masa inilah becak mendominasi jalan-jalan di Kota Siantar. Becak akan hilir mudik selama 24 Jam penuh dalam melayani masyarakat Siantar.

Mulai dari tahun 1990 motor-motor BSA sudah tidak lagi masuk ke Siantar. Hal ini dikarenakan sudah tidak terdapat lagi motor-motor BSA yang tersedia di pasaran. Mulai tahun 1991 jumlah mopen kota yang mulai beroperasi di Kota Pematangsiantar mulai bertambah. Perusahaan – perusahaan mopen yang mulai beroperasi pada saat ini seperti Cv. Koperasi Beringin, Cv. Sinar Siantar, GMMS (Gabungan Mobil Penumpang Siantar) dan lain-lain. Jalan Kota Pematangsiantar mulai di warnai hilir mudik mopen. Kehadiran mopen tentunya menjadi saingan becak dalam mencari sewa. Apalagi ongkos yang diberlakukan mopen jauh lebih murah dengan tarif jauh dekat tetap yaitu seratus rupiah untuk orang dewasa dan

limapuluh rupiah untuk anak sekolah. Tentunya hal ini menjadikan mopen menjadi alat transportasi alternatif yang murah. Mampu menampung hingga 7-8 orang dengan jumlah unit yang terus bertambah tentunya keberadaan mopen jelas menjadi saingan becak. Hal pada akhirnya menimbulkan gesekan antara sopir mopen dengan tukang becak. Tidak jarang terajadi baku hantam diantaranya. Namun gesekan ini mereda dengan sendirinya karena ada kesepakan antara penarik becak dengan Mopen yang menetapkan mopen hanya beroperasi hingga pukul 18.00 Wib. Sehingga malam hari secara otomotis merupakan waktu operasional becak saja.

Dengan mulai bertambahnya mopen lalulintas di kota Pematangsiantar sudah tidak lagi didominasi oleh becak. Para tukang becak mau tidak mau harus berbagi tempat dengan mopen untuk memberikan jasa pelayanan transportasi bagi masyarakat kota Pematangsiantar. Tabel dibawah menjelaskan komposisi angkutan yang beroperasi di kota Siantar pada tahun 1996.

Tabel .II. Banyaknya Perusahaan Dan Jumlah Sarana Angkutan Kota Penumpang dan Barang Di Daerah TK. II Kodya Pematangsiantar 1995/1996

Sarana Angkutan Perusahaan Perorangan Jumlah Kendaraan (1) (2) (3) (4) 1. Mopen kota 2. Bus kota 3. Bus Umum 4. Taxi 5. Gerobak 13 9 13 2 14 - - 2 - - 1.242 373 645 105 559

6. Beca Bermesin 7. Beca tidak bermesin 8. Sado - - - - - - 720 218 5 Sumber : Kantor BPS Pematangsiantar dalam Angka tahun 1996

Berjumlah sampai seribu unit lebih, sudah pasti perlahan mopen mulai menggeser becak di jalanan Siantar. Selain itu kita juga dapat melihat jumlah sado yang hanya tinggal lima unit. Bila ditahun sebelum 1960 Sado merupakan alat transportasi kota yang utama namun pada masa ini sado hanya sebagai alat transportasi masyarakat yang bertujuan untuk tamansyah saja. Perkembangan jaman memaksa Sado yang merupakan kendaraan trandisional harus rela memberikan jalan-jalan kota Siantar untuk moda transportasi yang lebih moderen seperti becak mesin dan mopen kota.

Dokumen terkait