• Tidak ada hasil yang ditemukan

BSA “Becak Siantar Asli”

BAB III SEJARAH MASUKNYA BECAK SIANTAR

3.1 Latar Belakang Munculnya Becak di Kota Pematangsiantar

3.1.3 BSA “Becak Siantar Asli”

Kemunculan becak di Kota Pematangsiantar dimulai pada tahun 1956. Dimana seorang mantan pejuang kemerdekaan yang bernama Pahala Siahaan mencoba membuat alat transportasi alternatif dengan meniru becak mesin di kota Medan. Keinginan Pahala ini berawal dari keprihatinan beliau melihat satu keluarga tukang sado yang mana anak dan istri tukang sado tersebut lebih sibuk mengurusi kuda daripada mengurusi keluarga ataupun bersekolah. Dengan pengalaman melihat becak mesin Medan pahala 15

15 Pahala mulai narik becak dari tahu 1956 – 1970, kemudian beliau berali profesi sebagai supir taxi rute medan-siantar dan meninggal di tahun 1986.

mulai membangun becak dengan sepeda motor bromfit merek KK yang berkapasitas mesin 50 cc dengan kabin penumpang yang meniru

persis becak di Kota Medan. Setelah jadi becak ini pun diberi nama Gabema yang dalam bahasa batak berarti jadilah.16

Kemudian becak ini pun mulai di bawa pahala keliling kota untuk mencari sewa. Kebanyakan yang pertama menjadi penumpang adalah masyarakat Tionghoa karena tertarik dengan alat transportasi baru ini. Para penumpang pada awalnya hanya ingin keliling kota untuk mencoba becak ini.17 Karena sering berkeliling kota dan menjadi pusat perhatian banyak masyarakat Siantar lainnya mengikuti Pahala membuat becak terutama dari kalangan veteran. Becak-becak ini pun kian hari kian betambah dengan menggunakan sepeda motor yang bercc rendah yang sering disebut bromfit (sepeda kumbang), seperti Gobel, DKW dan KK yang berkapasitas mesin 50 cc.18

Pada perkembangan selanjutnya becak mesin ini tidak hanya mengangkut penumpang untuk berkeliling-keliling kota saja. Namun juga sudah berubah menjadi alat transportasi umum yang melayani masyarakat Siantar. Dikarenakan topografi

Melihat kian maraknya becak-becak mesin di kota Siantar melahirkan kekawatiran bagi tukang-tukang sado. Mereka tidak terima dengan adanya saingan. Pahala sebagai pelopor becak ini pun sempat mengalami tekanan dari para tukang sado. Menurut Ibu Mince, Pahala sempat dipanggil walikota pada saat itu untuk menjelaskan alasan dia membuat becak dihadapan tukang sado. Dengan adanya mediasi dari walikota pada saat itu dan penjelasan Pahala yang hanya ingin membantu tukang sado gesekan ini pun akhirnya mereda.

16 Wawancara dengan Melince Boru Tambunan merupakan istri Alm Pahala Siahaan, pada 29 Oktober 2012 ,di Pematangsiantar.

17

Wawancara dengan Melince Boru Tambuan.

18 Wawancara dengan Rohim, Pemilik Bengkel Bubut Khusus Becak, pada 29 Oktober 2012, di Pematangsiantar.

kota Pematangsiantar yang berbukit-bukit rendah sehingga terdapat banyak jalan yang naik turun. Terkadang hal ini membuat becak tidak mampu melaluinya. Para penumpang terpaksa turun dan membantu mendorong becak untuk melalui tanjakan-tanjakan yang ada. Hal ini memicu Pahala dan tukang becak lain yang kebanyakan para veteran perang untuk berpikir mengganti motor penggerak yang lebih besar kapasitas mesinnya. Dicobalah motor-motor dengan kapasitas mesin 125-250 cc seperti Dukati dan Panter namun motor-motor ini juga tidak mampu dan usaha ini kandas.

Sekitar tahun 1958 mereka mulai mencari motor-motor yang berkapsitas jauh lebih besar lagi sperti Triump, Ariel, Northon, AJS, maupun BSA yang berkapasitas mesin 350-500 cc. Motor-motor ini mayoritas didapat dari daerah-daerah perkebunan yang mengelilingi kota Pematangsiantar. Kebanyakan motor-motor ini merupakan peninggalan administratur-administratur perkebunan yang berbangsa Eropa dan ketika terjadi revolusi kemerdekaan mereka kembali ke negaranya dan memberikan motor-motor ini kepada warga pribumi yang merupakan bawahannya. Dengan didapatnya motor-motor Eropa ini becak yang sebelumnya menggunakan motor berkapasitas 50 cc berubah menggunakan motor-motor dengan kapasitas mesin yang jauh lebih besar. Bila di masa waktu menggunakan motor yang berkapasitas mesin rendah becak tidak mampu melalui jalan yang menanjak namun dengan menggunakan motor-motor besar sebagai penariknya masalah ini dapat teratasi.

Namun dari tahun 1958 -1959 selama digunakan motor-motor Eropa sperti Triump, Norton, Ariel dan AJS banyak mengalami kendala terutama dari segi perawatan dan penggunakan bensin yang boros. Selanjutnya motor-motor Eropa ini perlahan demi perlahan di tinggalkan dan para penarik becak hanya menggunkan motor BSA 500 cc sebagai penariknya. Dimana pada tahun 1960 mayoritas penarik becak kebanyakan menggunakan motor BSA 500 cc. Diperkirakan pada saat itu ada sekitar 30 unit Becak yang beroperasi di kota Siantar. Seiringnya kehadiran becak di Pematangsiantar terbentuk jugalah organisasi tukang becak yang bernama PBMS (Persatuan Bejtak Motor Siantar) pada tanggal 11 Mei 1960. Dengan ketua Samsudin Koto dan Sekretaris Sugimin Prayono. Sesuai dengan isi Anggaran Dasar pasal 3 a organisasi ini bertujuan melaksanakan amanat penderitaan rakyat dalam mencapai masyarakat yang adil dan makmur, terutama dalam angkutan becak motor.19

Mulai tahun 1960 becak dengan motor BSA akrab mewarnai jalan-jalan kota Pematangsiantar. Karena kemampuan dan kecepatannya yang lebih baik dari transportasi lain terutama sado. Becak inipun menjadi primadona angkutan dalam kota. Menurut Rohim pada awalnya becak-becak biasa mangkal di daerah Pajak Horas dan Deli Studio yang berada di pusat kota sekaligus pusat ekonomi dan hiburan di kota Pematangsiantar. Becak-becak ini mulai beroperasi dari pagi hari Untuk mencapai tujuan tersebut menurut pandangan organisasi ini harus dilakukanlah usaha mempelancar pengankutan becak motor dengan biaya-biaya yang serendah-rendahnya agar tercipta pemerataan.

19

bahkan bisa sampai larut malam apabila ada Midnight Show di Bioskop Deli. Nilai lebih becak pun kian bertambah karena mampu beroperasi hingga larut malam dibandingkan angkutan kota lain seperti mopen dan sado yang hanya beroperasi sampai sore hari saja. Mengoperasikan becak pada masa awal-awal ini bukan tanpa ganjalan. Minimnya sukucadang memaksa tukang becak untuk kreatif untuk mengakalinya. Contohnya ban becak yang bocor dan koyak karena tidak adanya ban khusus becak yang dijual memaksa para tukang becak menjait ban tersebut untuk menutupi kerusakan yang ada. Dan untuk mesin yang rusak biasanya para pemilik becak melakukan kanibal dengan cara mengambil bagian-bagian sukucadang yang perlu dari motor-motor Eropa yang sejenis.

Sekitar tahun 1965 menurut kartiman sudah ada sekitar 50 unit becak yang beroperasi di Kota Pematangsiantar. Pada tahun-tahun selanjutnya pertumbuhan becak kian hari kian meningkat. Pada tahun 1960-1965 motor-motor BSA yang dijadikan becak kebanyakan didapat dari daerah Sumatera utara terutama di daerah-daerah perkubunan. Motor-motor ini merupakan peninggalan para administratur perkebunan partikelir yang kembali ke tanah airnya ketika Revolusi Kemerdekaan terjadi. Namun pada tahun ini juga ada sekitar 20 unit motor BSA yang didatangkan dari wilayah Singapura. Uniknya motor-motor ini didapat dengan cara dibarter dengan 2 truk sayur kol oleh pengusaha Tionghoa Siantar yang bernama Tiongseng. Dengan memanfaatkan anaknya yang bernama Asu dan bermukim di Singapura beliau memasukan motor-motor BSA tipe M20 dengan mesin berselindir 500 cc. Sesampainya di Siantar motor-motor produksi Inggris ini mulai di rakit menjadi

becak. Setelah menjadi becak kemudian becak ini dijual kepada masyrakat yang tertarik dengan harga Rp 30.000.

Kian berjalannya waktu jumlah becak di Pematangsiantar kian bertambah. Hal ini dikarenakan menarik becak merupakan lapangan pekerjaan yang baru dan menjanjikan. Terutama dari kalangan veteran perang dengan keluarnya Peraturan Pemerintah no.6 Tahun 1954 Tentang Penampungan Bekas Anggota Angkatan Perang Dan Pemulihan Mereka Kedalam Masyarakat20 mengarahkan para veteran perang untuk mandiri. Dengan kemampuan mengendarai sepedamotor dan memiliki sepeda motor bekas peninggalan Belanda, sebagian veteran ini memilih menarik becak sebagai lapangan pekerjaan setelah tidak terikat lagi dengan dinas militer. Banyaknya para veteran yang menarik becak maka berdirilah organisasi penarik becak yang bernama KARBEVSI (Karyawan Becak Mesin Legiun Veteran Siantar) sekitar awal tahun 1970-an. Menurut Informasi dari informan diperkirakan jumlah becak yang beroperasi di Siantar mencapai lebih kurang 100 Tahun 1970. Seiring bertambahnya jumlah becak yang beroperasi membawa dampak bermunculan bengkel-bengkel becak. Salah satu bengkel becak yang cukup terkenal pada saat itu adalah Bengkel Gema Karya milik Rohim yang mulai beroperasi dari tahun 196021

20

www.djpp.depkumham.go.id, Lembaran Negara Peraturan Pemerintah No.6 Tentang Penampungan Bekas Anggota Angkatan Perang Dan Pemulihan Mereka Kedalam Masyarakat, diakses 11 November 2012.

21

Wawancara dengan Rohim.

. Pada awalnya rohim membuka bengkel sekitar tahun 1958 namun bengkel ini belum melayani becak masih bengkel sepeda motor biasa. Namun pada tahun 1960-1965 dengan meningkatnya jumlah becak. Rohim pun memutuskan memfokuskan

bengkelnya pada perbaikan becak. Tidak hanya memperbaiki becak. Bengkel ini juga mulai membuat sukucadang becak yang tidak ada lagi diproduksi. Biasanya Rohim memanfaatkan sukucadang kendaraan lain yang dianggap cocok untuk dimodifikasi dan dibentuk kembali sesuai sukucadang motor BSA yang diperlukan. Teknik ini dilakukan dengan cara membubut komponen yang ada sehingga sama persis dengan bentuk dan ukuran bagian sukucadang motor BSA yang asli. Hal inilah yang menyebabkan becak di Siantar dapat tetap beroperasi walupun suku cadangnya susah untuk dicari. Bahkan ketika pada tahun 1973 Pabrik BSA sudah tidak beroperasi lagi yang secara otomatis membuat tidak beredarnya lagi sukucadang motor BSA. Namun di kota ini motor-motor BSA masih tetap berjalan dan mewarnai setiap persimpangan-persimpangan jalan yang ada walaupun sudah berubah menjadi becak.

Tidak hanya mengalami pertambahan unit di tahun 1970 bentuk bak penumpang juga mulai berubah22

22

Wawancara dengan Rohim

. Semula kabin penumpang memiliki model bak sampan (bak pikul) yang terbuat dari kayu dan beratap lipat. Dengan alasan moderenisasi bak ini kemudian dirubah dengan menambahkan per (pegas) antara sispan (chasis) dan bak penumpang. Selain itu jarak sispan juga diperhitungkan sekitar 25 cm dari permukaan tanah. Ukuran ini diperkirakan mampu membuat becak tetap stabil. Untuk bak penumpang juga mengalami perombakan secara total. Pada bak penumpang ini ditambahkan kaca pada bagian depannya dengan model 3 jendela. Selain itu untuk atap dirubah menjadi atap permanen. Untuk bagian body dari bak juga ditambahkan plat besi agar lebih tahan dari air. Tempat duduk penumpang juga

diberikan busa agar penumpang lebih nyaman ketika duduk. Bak ini di beri nama Mersi yang merupakan singakatan mereng sedikit.23

Mulai tahun 1965-1970 jumlah becak mulai bertambah. Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat Siantar yang mencari motor-motor BSA ke daerah-daerah perkebunan sekitar Siantar-Simalungun, Medan, Langkat. Setelah tidak lagi menjumpai di sekitar wilayah Sumatera Utara. Para pemburu motor BSA ini memperluas wilayah pencarian keseluruh wilayah Sumatera dari Aceh, Sumatera Tengah ( Sumatera Barat ) sampai Lampung.

Hal ini dikarenakan ketika memasang atap yang terbuat dari terpal tukang becak mengalami kesulitan karena tidak sinkronnya antara rangka atap dengan terpalnya. Model bak Mersi ini digunakan hingga sekarang.

24

23 Wawancara dengan Kartiman, pada 1 November 2012, di Pematangsiantar. 24

Wawancara dengan Kartiman

Pada masa ini juga Sado mulai berkurang jumlah dikarenakan banyaknya tukang sado yang beralih profesi menjadi penarik becak. Alasan beralihnya tukang sado ini dikarenakan biaya merawat kuda yang cukup besar dibandingkan biaya merawat becak. Juga karena kebanyakan masyarakat lebih memilih becak sebagai alat transportasi karena lebih efesien dalam hal waktu.

Mulai tahun 1980 sampai 1990-an motor-motor BSA mulai didatangkan dari pulau Jawa. Mulai dari kota-kota di ibu kota Jakarta sampai Surabaya menjadi wilayah pencarian motor BSA. Dengan masuknya motor-motor BSA dari Jawa semakin menambah lajuh pertumbuhan becak di Kota Pematangsiantar.

Pada tahun 1996 Becak Siantar tercatat 720 unit. Namun dalam hal ini kita bisa jauh berasumsi, bisa saja jumlah becak yang beroperasi pada masa ini lebih dari 1.000 unit. Hal ini dikarenakan kebanyakan becak-becak yang ada tidak bersurat resmi alias bodong. Asumsi perkiraan jumlah ini juga diperkuat dengan pernyataan-pernyataan dari para informan penulis yang menceritakan sudah menjadi hal yang biasa pada saat itu dalam 1 Surat Tanda Kendaraan Bermotor yang dikeluarkan pemerintah menjadi surat untuk tiga sampai lima becak.

Peningkatan jumlah becak yang cukup pesat di Kota Pematangsiantar menjadikan Kota ini cukup terkenal dengan moda transportasinya yang unik. Dengan banyaknya becak yang menggunakan motor-motor BSA yang cukup tua menjadikan kota ini terkenal sebagai kotanya becak motor BSA. Seiring perjalan waktu kata BSA pun mengalami pergeseran arti. Kebanyakan orang akan lebih mengetahui BSA merupakan singkatan “Becak Siantar Asli” dari pada Brimingham Small Arms yang merupakan perusahaan manufaktur di Inggris. Hal ini merupakan salah satu gambaran bagaimana becak sebagai alat transportasi ternyata tanpa disadari telah menjadi icon kota ini.

Dokumen terkait